Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

88
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya sehingga menuntut perubahan yang mendasar dalam berbagai bidang baik politik, ekonomi, budaya dan termasuk pendidikan. Ihwal globalisasi di bidang pendidikan ini sebenarnya telah dirintis badan dunia PBB semenjak dua dasawarsa yang lalu. Lewat “trilogi pendidikan global” misalnya, badan dunia PBB di bidang pengembangan ( UNDP ) telah mencanangkan tiga kebutuhan mendesak bagi pendidikan global, terutama bagi Negara berkembang, yaitu : 1 1. Demokratisasi pendidikan; 2. Modernisasi pendidikan dengan menghormati identitas budaya, serta 1 Dinn Wahyudin, Supriadi, Ishak Abdulhak, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal.2.28 1

Transcript of Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Page 1: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan

teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya sehingga

menuntut perubahan yang mendasar dalam berbagai bidang baik politik,

ekonomi, budaya dan termasuk pendidikan. Ihwal globalisasi di bidang

pendidikan ini sebenarnya telah dirintis badan dunia PBB semenjak dua

dasawarsa yang lalu. Lewat “trilogi pendidikan global” misalnya, badan

dunia PBB di bidang pengembangan ( UNDP ) telah mencanangkan tiga

kebutuhan mendesak bagi pendidikan global, terutama bagi Negara

berkembang, yaitu :1

1. Demokratisasi pendidikan;

2. Modernisasi pendidikan dengan menghormati identitas budaya, serta

3. Adaptasi pendidikan dengan tuntutan pekerjaan produktif searah

dengan kebutuhan lapangan kerja.

Globalisasi menjadi tantangan utama bagi pendidikan Islam di Indonesia.

Pengaruh globalilasi berimplikasi pada pergeseran arah dan posisi pendidikan

Islam Nusantara. Oleh karena itu, menurut Abuddin Nata, Guru Besar Sejarah

dan Filsafat Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta,

program pendidikan harus memadukan penguatan karakter dan moral anak

1Dinn Wahyudin, Supriadi, Ishak Abdulhak, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal.2.28

1

Page 2: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

didik. Namun demikian dikatakan Abuddin, tantangan ini menjadi titik tolak

riset dan pengembangan di setiap lembaga pendidikan Islam. Tujuannya

memperbaiki semua komponen pendidikan Islam antara lain visi, misi, tujuan,

target, kurikulum, kompetensi guru, proses belajar mengajar, manajemen,

fasilitas, keuangan, lingkungan, dan lainnya agar sesuai mampu menjawab

tantangan tersebut. Selain itu, membuat nilai-nilai budaya institusi

berdasarkan nilai-nilai Islam, berdasarkan Alquran, Sunnah, dan khazanah dan

tradisi Islam.2

Dalam pendidikan perubahan tersebut menuntut berbagai tugas yang harus

dikerjakan secara ekstra oleh para tenaga kependidikan sesuai dengan peran

dan fungsinya masing-masing, mulai dari tingkat yang atas sampai ketingkat

yang rendah.

Demikian pula dampak perubahan yang terjadi di masyarakat secara

otomatis akan terefleksi dalam kehidupan sekolah, karena sekolah merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Hal yang perlu diingat adalah

bahwa semua persoalan dan perubahan yang terjadi di masyarakat itu berada

di “depan pintu” sekolah, karena sekolah berada di titik sentral suatu

masyarakat.

Sama halnya dengan keadaan Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau

Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur yang berada di tengah-

2Globalisasi Tantangan Utama Pendidikan Islam di Indonesia, ( http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/09/29/137201, diakses 06 Januari 2011 )

2

Page 3: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

tengah masyarakat dan menjadi tumpuan masyarakat sekitarnya dalam

menghadapi berbagai fenomena perubahan yang terjadi.

Secara garis besar, Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individual.

Fungsi sosialnya adalah untuk membantu setiap individu menjadi anggota

masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa

lampau dan kini. Fungsi individualnya adalah untuk memungkinkan seorang

menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan

menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Proses

pendidikan dapat berlangsung secara formal seperti yang terjadi di berbagai

lembaga pendidikan. Ia juga berlangsung secara informal lewat berbagai

kontak dengan media komunikasi seperti buku, surat kabar, majalah, TV,

radio dan sebagainya atau non formal seperti interaksi peserta didik dengan

masyarakat sekitar.3

Dalam hal ini masyarakat hanya bisa menggantungkan diri pada

sekolah/madrasah sebagai tempat untuk membelajarkan anak-anaknya yang

kemudian makin mempertinggi harapan masyarakat atas peran

sekolah/madrasah. Sehingga wajar apabila semakin lama semakin besar

tuntutan masyarakat akan pendidikan yang berharap semakin mampu

melayani kebutuhan mereka.

Apabila di atas disebutkan bahwa titik sentral masyarakat adalah sekolah,

maka Kepala Sekolah berada di titik paling sentral dalam kehidupan sekolah.

Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya

3Syafii, Imam. “Lembaga Pendidikan sebagai Agen Perubahan”, ( http://kangsaviking.wordpress.com, diakses 06 Januari 2011 )

3

Page 4: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

secara memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala

sekolah.

Pada tingkat paling operasional, kepala sekolah adalah orang yang berada

di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran

yang bermutu. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang

bertanggunggugat (accountability) mengkoordinasikan upaya bersama

mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah masing-masing. Dalam

praktek di Indonesia, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang

memiliki kualifikasi menduduki jabatan itu.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010,

tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah / Madrasah pada Bab I

Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud Kepala Sekolah/Madrasah adalah

guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman

kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa

(TKLB ), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa

( SDLB ), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs),

sekolah menengah pertama luar biasa ( SMPLB), sekolah menengah

atas/madrasah aliyah ( SMA/MA), sekolah menengah kejuruan / madrasah

aliyah kejuruan ( SMK/MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa

( SMALB ) yang bukan sekolah bertaraf international ( SBI ) atau yang tidak

dikembangkan menjadi sekolah bertaraf international ( SBI ).

Kemudian untuk diangkat sebagai Kepala Sekolah / Madrasah menurut

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 untuk diangkat

4

Page 5: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

sebagai Kepala Sekolah / Madrasah seseorang wajib memenuhi standar kepala

sekolah / madrasah yang berlaku nasional, yaitu standar kualifikasi dan

standar kompetensi. Adapun standar kualifikasi memuat kualifikasi umum

terdiri atas kualifikasi akademik, usia, pengalaman dan pangkat serta

kualifikasi khusus yang memuat ketentuan berstatus sebagai guru dan

memiliki sertifikat sebagai pendidik dan sertifikat sebagai kepala sekolah.

Sedangkan standar kompetensi memuat 5 dimensi kompetensi, yaitu :

kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.

Hingga proposal penelitian ini disusun, Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Negeri ( MIN ) Tuyau belum memiliki memiliki sertifikat Pendidik sebagai

guru SD/MI dan belum memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan

oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah bahkan sebelum menjabat sebagai

Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau, yang bersangkutan

berstatus sebagai guru pada MTs Miftahul Anwar Tuyau. Padahal dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 1 butir 1 bahwa “Untuk diangkat

sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala

sekolah/madrasah yang berlaku nasional”. Dapat ditegaskan bahwa Kepala

MIN Tuyau yang diangkat melalui surat keputusan Kepala kantor

Kementerian Agama Kabupaten Barito Timur Nomor :

Kw.15.1/1_b/Kp.07.6/0034/2009 tanggal 21 Desember 2009 tidak memenuhi

standar sebagai kepala sekolah / madrasah sebagaimana diwajibkan dalam

peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007.

5

Page 6: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Menurut Prof.Dr.Ir.Moedjiarto,MSc, pemimpin sekolah yang efektif

senantiasa menekankan prestasi, menetapkan strategi pengajaran, dan

meyakinkan akan adanya situasi yang teratur. Evaluasi terhadap kemajuan

siswa, koordinasi program – program pengajaran, dan memberikan dorongan

kepada guru juga dilakukan aktif. Dukungan atas dorongan terhadap guru

akan menciptakan iklim sekolah yang positif, dan memberikan semangat dan

motivasi bagi guru untuk meningkatkan prestasinya.4

Dalam penelitian pendahuluan penulis, kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri

( MIN ) Tuyau telah memberikan rekomendasi izin belajar bagi guru PNS

dalam rangka meningkatkan prestasi kompetensi akademik guru yang

diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, hal ini

sejalan dengan poin dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah pada point

(d ), yaitu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju

organisasi pembelajar yang efektif dan pada point (f), yaitu mengelola guru

dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

Dalam pengamatan Penulis para guru pun bersemangat dengan adanya

dorongan motivasi untuk meningkatkan prestasinya dengan ditandai adanya

iklim kondusif diantara para guru berupa terpeliharanya hubungan seprofesi,

semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial yang ditunjukkan dengan

kebersamaan dana transportasi kuliah Dual Mode System ke STAIN Palangka

Raya. Adanya dana pengganti yang diberikan kepada guru non PNS mengisi

mata pelajaran selama para guru PNS mengikuti perkuliahan yang secara

4Prof.Dr.Ir.Moedjiarto,MSc, Sekolah Unggul Metodologi untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Anggota IKAPI: Duta Graha Pustaka, 2002), hal.82

6

Page 7: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

sukarela diberikan dari gaji guru atau biaya Lauk Pauk. Dalam hal ini guru

Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau telah menunjukkan sikap yang

disebutkan dalam ayat 7 Kode Etik Guru bahwa “Guru memelihara hubungan

seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial”, ini berarti

bahwa motivasi yang diberikan oleh kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri

( MIN ) Tuyau telah membangun motivasi sikap profesional kerja guru pada

Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau.

Namun pada dimensi kompetensi sosial terdapat ketidaksesuaian yaitu

pada point (a), yaitu bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan

sekolah/madrasah. Pada dimensi ini, berdasarkan wawancara pendahuluan

penulis dengan Kepala UPT.DISDIKMUDORA Kecamatan Pematang Karau

Dinyatakan bahwa kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau tidak

aktif dalam pertemuan – pertemuan rutin yang diadakan oleh pihak

UPT.DISDIKMUDORA. Sikap kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN )

Tuyau berlanjut pada sikap guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau

yang kurang memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan pembinaan

profesi guru padahal pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia

disebutkan bahwa “Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah

dalam bidang pendidikan”. Kebijaksanaan pendidikan Negara dipegang oleh

pemerintah, dalam hal ini oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Bahkan

tidak ada satupun guru termasuk kepala madrasah secara kreatif yang

merupakan tanggung jawab moral dan antusiasme yang tinggi membuat dan

7

Page 8: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

memuat tulisan pada majalah ilmiah yang diterbitkan dibawah naungan

Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama.

Dalam pengelolaan madrasah, guru – guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri

( MIN ) Tuyau yang menjabat sebagai Wakil Kepala Madrasah mendapat

insentif. Menurut Prof.Dr.Ir.Moedjiarto,MSc , Insentif diberikan karena suatu

prestasi yang baik, pada akhir suatu kegiatan, dengan tujuan untuk

memberikan dorongan dan semangat kerja bagi penerimanya.5

Berkaitan dengan ganjaran tersebut, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri

( MIN ) Tuyau menetapkan insentif untuk mendorong keberhasilan dalam

pekerjaan,prestasi, dan perilaku dalam organisasi dibidang kurikulum,

kesiswaan serta sarana dan prasarana. Akan tetapi adanya suatu gejala yang

ditunjukkan bahwa peran – peran yang dijabat guru sebagai wakil kepala

madrasah tidak berjalan ideal sebaliknya kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri

( MIN ) Tuyau secara aktif dan tanpa mengkomunikasikan dalam rapat dewan

guru serta tanpa memberikan intruksi terlebih dahulu telah mengadakan

pembelian sarana prasarana menurut kepentingan yang diyakini dipandang

perlu. Meskipun demikian, insentif dimaksud tetap dibayarkan sepenuhnya.

Tentu saja kepala sekolah bukan satu-satunya determinan bagi efektif

tidaknya suatu sekolah karena masih banyak faktor lain yang perlu

diperhitungkan. Ada guru yang dipandang sebagai faktor kunci yang

berhadapan langsung dengan para peserta didik. Adapun pengertian guru

sebagaimana pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Undang – Undang

5 Ibid, hal.115

8

Page 9: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam

undang – undang ini yang dimaksud dengan guru adalah pendidik professional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peraturan Pemerintah

Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 52 menyebutkan bahwa guru

memiliki beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan

sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka per minggu.

Hingga saat ini di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau, semua

guru tidak dapat melaksanakan tugas ideal sesuai dengan peraturan

pemerintah, yaitu dengan beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka

dalam 1 (satu) minggu. Hal tersebut terjadi karena kondisi madrasah yang

kekurangan guru PNS namun kelebihan guru non PNS. Wajib mengajar paling

sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dapat dipenuhi dengan

mengajar di sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta sesuai dengan

mata pelajaran yang diampu pada kabupaten/kota tempat sekolah/madrasah

tersebut berada atau kabupaten/kota lain. Akan tetapi tidak ada satupun guru

PNS di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau untuk memenuhi

kewajiban mengajar dengan mengajar disekolah/madrasah lain baik negeri

maupun swasta. Sehubungan dengan hal ini Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Negeri ( MIN ) Tuyau menjawab dalam komunikasi pendahuluan penulis

tanggal 10 Januari 2011 bahwa : “untuk PNS belum sertifikasi hanya 18 jam

tatap muka.

9

Page 10: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Selain hal-hal tersebut diatas, apa yang bisa dilihat pada Madrasah

Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau, adalah bahwa guru secara aktif memberikan

PR pada siswa, mengoreksi,dan mengembalikannya pada siswa disertai

petunjuk – petunjuk yang penting untuk perbaikan dan peningkatan prestasi

belajar siswa, merupakan suatu pertanda,bahwa terdapat kefektifan guru.

Tetapi terhadap siswa yang tertinggal, guru belum mengadakan program

remedy, dan untuk siswa lainnya belum pernah diadakan program pengayaan.

Berdasarkan keadaan antara aturan dengan pelaksanaan terdapat

kesenjangan yang menimbulkan ketidakpuasan peneliti terhadap

kepemimpinan kepala sekolah. Maka disinilah perlu untuk melakukan suatu

penelitian dan penggalian informasi lebih mendalam untuk mengetahui

Kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN )

Tuyau Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur.

Dengan penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti bermaksud untuk

dapat menjaring informasi masalah yang betul-betul masalah mengenai

kepemimpinan kepala sekolah yang sesungguhnya di Madrasah Ibtidaiyah

Negeri ( MIN ) Tuyau Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur.

Jika memang dari penelitian diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah

Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau belum efektif dan belum dikerjakan secara

ekstra dalam menghadapi tuntutan perubahan dunia pendidikan maka peneliti

menawarkan saran untuk perbaikan disertai dengan bukti- bukti atau alasan –

alasan yang berdasar.

10

Page 11: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

B. Fokus Penelitian

Dari pra penelitian dan permasalahan yang terkait dengan Peraturan-

peraturan maupun teori-teori yang telah ada diketahui bahwa ada masalah

tentang kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

( MIN ) Tuyau Kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur. Sebagai

lembaga pendidikan Islam sekaligus tumpuan tuntutan masyarakat sekitarnya

akan pendidikan, Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau kurang bekerja

ekstra dalam menjawab tantangan globalisasi dan berbagai fenomena

perubahan dengan berbagai tugas yang harus dikerjakan baik pada tingkat

paling operasional , yaitu Kepala Sekolah / Madrasah maupun Guru yang

dipandang sebagai faktor kunci yang berhadapan langsung dengan para

peserta didik.

Gejala – gejalanya yaitu sebagai berikut :

1. Ditetapkannya Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau oleh

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Barito Timur tanpa

didasarkan telah terpenuhinya kewajiban oleh yang bersangkutan

sebagaimana kualifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, yaitu pada point 2,

dimana Kepala Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah ( SD/MI ) adalah

sebagai berikut :

1) Berstatus sebagai guru SD/MI;

2) Memiliki Sertifikat Pendidik sebagai guru SD/MI;dan

11

Page 12: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

3) Memiliki sertifikat Kepala SD/MI yang diterbitkan oleh

Lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

2. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau berdasarkan

wawancara pendahuluan peneliti Kepala UPT. DISDIKMUDORA

Kecamatan Pematang Karau dinyatakan bahwa Kepala Madrasah

Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau tidak aktif dalam pertemuan –

pertemuan rutin yang diadakan Kantor UPT. DISDIKMUDORA

berbeda dengan Kepala Madrasah sebelumnya yang diakui senantiasa

menghadiri pertemuan-pertemuan dimaksud.

3. Sikap guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau kurang

memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan pembinaan profesi

guru ditandai dengan tidak adanya guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri

( MIN ) Tuyau yang secara kreatif membuat dan memuat tulisan pada

majalah ilmiah yang diterbitkan dibawah naungan Kementerian

Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama.

4. Adanya Insentif yang diberikan kepada guru-guru yang ditunjuk

sebagai Wakamad Kurikulum, Wakamad Kesiswaan, dan Wakamad

Sarana Prasarana akan tetapi ada gejala yang menunjukkan bahwa

peran – peran Wakamad tidak berjalan ideal namun insentif tetap

dipenuhi pembayaran sepenuhnya.

5. Guru – guru PNS di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau tidak

dapat melaksanakan tugas sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 74

Tahun 2008 tentang Guru pasal 52 yang menyebutkan bahwa guru

12

Page 13: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

memiliki beban kerja paling sedikit 24 ( dua puluh empat ) jam tatap

muka dan sebanyak-banyaknya 40 ( empat puluh ) jam tatap muka

perminggu.

6. Terhadap siswa yang tertinggal, guru – guru Madrasah Ibtidaiyah

Negeri ( MIN ) Tuyau belum pernah mengadakan program Remedy

dan untuk siswa lainnya belum pernah diadakan program pengayaan.

7. Dalam keadaan sebagaimana disebutkan diatas, calon peneliti masih

akan mencoba menganalisis gejala – gejala negatif yang ada,

misalnya : banyaknya guru melanggar aturan, tidak disiplin, kurang

bertanggung jawab, dan lain – lain.

Disamping melihat “hal yang tidak beres”, calon peneliti juga melihat

hal-hal lain yang sifatnya positif, baik, pantas dijadikan contoh yang

merangsang calon peneliti untuk mengajukan pertanyaan – pertanyaan

penelitian untuk dicari jawabannya, yaitu sebagai berikut :

1. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau telah

memberikan rekomendasi izin belajar untuk semua guru PNS

dalam rangka meningkatkan prestasi kompetensi akademik guru

sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 74

Tahun 2008.

2. Guru secara aktif memberikan PR pada siswa, mengoreksi,dan

mengembalikannya pada siswa disertai petunjuk – petunjuk yang

penting untuk perbaikan dan peningkatan prestasi belajar siswa.

13

Page 14: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Dengan berbagai permasalahan yang dikemukakan diatas berdasarkan

studi pendahuluan maupun wawancara keberbagai sumber maka

kedudukan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana seseorang tanpa memiliki sertifikat sebagai Pendidik

SD/MI, tanpa memiliki sertifikat sebagai Kepala SD/MI, bukan

berstatus sebagai guru SD/MI dapat menjadi Kepala Madrasah

Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau.

2. Bagaimana Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau

berperilaku.

3. Apa yang dilakukan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN )

Tuyau dalam memajukan mutu tenaga kependidikan di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau.

Berdasarkan penjelajahan umum calon peneliti, diperolah gambaran

umum pada tahap permukaan sebagaimana domain atau gejala yang terkait

diatas serta sebagai upaya untuk memahami secara luas dan mendalam

tentang situasi kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah

Negeri ( MIN ) Tuyau Kecamatan Pematang Karau maka fokus penelitian,

yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah.

C. Rumusan Masalah

Supaya masalah diatas dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang

akan diteliti dirumuskan calon peneliti dalam kalimat pertanyaan, yaitu

14

Page 15: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

sebagai berikut rumusan masalah deskriftif. Rumusan masalah deskriftip

adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi

dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan

mendalam.6

Adapun rumusan masalah deskriftif dalam permasalah penelitian disini

adalah sebagai berikut : Bagaimanakah kesiapan dan kompetensi Sumber

Daya Manusia ( SDM ) Kepala Sekolah dalam proses pelaksanaan tugas

kepemimpinan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk melihat kesiapan dan kompetensi Sumber Daya Manusia

( SDM ) Kepala Sekolah dalam proses pelaksanaan tugas

kepemimpinan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau.

2. Untuk dapat menawarkan saran kepada Kepala Sekolah agar makin

menyadari bahwa jabatan Kepala Sekolah bukan merupakan jabatan

yang bersifat teknis pengajaran, melainkan merupakan jabatan atau

tugas- tugas yang bersifat administratif dan pengawasan, yaitu tugas –

tugas yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, pengendalian, komunikasi, pengarahan secara strategis

dan taktis. Tugas – tugas yang memerlukan kemampuan profesional

dalam manajerial dan administratif.

6Prof.Dr.Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ( Bandung : CV. Alfabeta, 2008 ), hal. 209

15

Page 16: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penelitian.

Kalau tujuan penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab

secara akurat maka manfaat penelitian adalah :

1. Manfaat untuk mengembangkan ilmu / kegunaan teoritis.

2. Manfaat praktis, yaitu diperoleh informasi mengenai kepemimpinan

Kepala Sekolah . Atas dasar informasi tersebut dapat disarankan untuk

mempertahankan ( kalau sudah baik ) atau meningkatkan

( kalau belum baik ) sehingga didapatkan strategi membantu

memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada Kepala

Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau Kecamatan

Pematang Karau.

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

16

Page 17: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah / Madrasah

Perubahan yang serba cepat dalam kehidupan masyarakat, akibat

perkembangan ilmu dan teknologi, serta macam-macam tuntutan kebutuhan

dari berbagai sektor sangat berpengaruh terhadap kehidupan sekolah /

madrasah.

Sekolah / madrasah sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan

sekolah sebagai agen perubahan, bukan hanya peka penyesuaian diri,

melainkan seharusnya pula dapat mengantisipasikan perkembangan –

perkembangan yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah/madrasah yang

berperan bertanggungjawab menghadapi perubahan adalah Kepemimpinan

Kepala Sekolah/Madrasah.

Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang

sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi.7 Keberhasilan organisasi

sekolah banyak ditentukan keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan

peranan dan tugasnya.8 Lebih lanjut tugas pokok Kepala Sekolah/madrasah

adalah mengelola (memanaj) penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan

pembelajaran di sekolah.9

Jadi, kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber daya yang

dimiliki lembaga. Oleh karena itu kepemimpinan disebut sebagai fungsi

7Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.15

8Direktur Tenaga Kependidikan, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal.7

9Rokhmaniyah, Perilaku Kepemimpinan Entrepreneurship Kepala Sekolah, (Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 4, No. 1, April 2009), hal.75.

17

Page 18: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

organik dalam proses manajemen. Adapun fungsi organic dalam proses

manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengerahan (leading),dan pengawasan (controlling).10 Menurut

Wahjosumidjo, proses manajemen kepala sekolah adalah pada kegiatan

berikut : 11

1. Merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar

memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan

tindakan yang harus dilakukan;

2. Mengorganisasikan, berarti bahwa kepala sekolah harus mampu

menghimpun dan mnegkoordinasikan sumber daya manusia dan

sumber – sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat

bergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan

berbagai sumber dalam mencapai tujuan;

3. Memimpin, dalam arti kepala sekolah mampu mengarahkan dan

mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-

tugasnya yang esensial. Dengan menciptakan suasana yang tepat

kepala sekolah membantu sumber daya manusia untuk melakukan hal-

hal yang paling baik;

4. Mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan,

bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Apabila terdapat kesalahan

10Direktur Tenaga Kependidikan, Manajemen Sekolah Dasar (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal.16.

11Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.94.

18

Page 19: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

diantara bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut, kepala sekolah

harus memberikan petunjuk dan meluruskan.

Sekolah/madrasah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan.

Kepala sekolah/madrasah merupakan pemimpin pendidikan di

sekolah/madrasah. Jika pengertian kepemimpinan tersebut diterapkan dalam

organisasi pendidikan, maka kepemimpinan pendidikan bisa diartikan sebagai

suatu usaha untuk menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.12 Tetapi sebelum menguraikan

kepemimpinan kepala sekolah ada dua buah kata kunci yang dapat dipakai

sebagai landasan untuk memahami lebih jauh tugas dan fungsi kepemimpinan

kepala sekolah/madrasah.

Kedua kata tersebut adalah “Kepala Sekolah” dan “Sekolah Dasar” atau

“Madrasah”. Kata “Kepala Sekolah” dalam Kamus Bahasa Indonesia dapat

diartikan orang (guru) yang memimpin suatu sekolah.13 Menurut

Wahjosumidjo kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai : “seorang tenaga

fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana

diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi

antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.14

Kemudian dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional ( Peraturan Menteri

12Direktur Tenaga Kependidikan, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal.11

13 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.,Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2008), hal. 73714Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.83

19

Page 20: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007), kepala sekolah adalah guru yang

diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal

(TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah

ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah

pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar

biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah

menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah

menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional

(SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional

(SBI).

Adapun kata “Sekolah ” berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti

secara harfiah dan istilah. Secara harfiah skhole berarti waktu luang atau waktu

senggang, sedangkan secara istilah kata skhole berarti waktu luang yang

digunakan secara secara khusus untuk belajar (leisure devoted to learning).15

Adalah seorang John Amos Comenius, melalui mahakaryanya yang kemudian

dianggap sebagai fons et erigo nya ilmu pendidikan (tepatnya: teori

pengajaran), yakni kitab Didactica Magma, melontarkan gagasan pelembagaan

pola proses pengasuhan anak-anak itu secara sistematis dan metodis, terutama

karena kenyataan memang adanya keragaman latar belakang dan proses

perkembangan anak-anak asuhan tersebut yang memerlukan penanganan

khusus. Melanjutkan tradisi Comenius, adalah seorang berkebangsaan Swiss,

Johann Heinrich Pestalozzi, pada abad-18, tampil dengan gagasan yang lebih

15 Asal Mula Kata Sekolah, ( http://simpatizone.telkomsel.com/web/funzone/Education/Asal_Mula_Kata_Sekolah)

20

Page 21: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

terinci. Orang ini melangkah lebih jauh dengan mengatur pengelompokan

anak-anak asuhannya secara berjenjang, termasuk perjenjangan urutan kegiatan

(kemudian disebut “pelajaran”) yang harus mereka lalui secara betahap. Juga

pengaturan tentang cara-cara mereka harus melalui pelajaran tersebut pada

setiap tahapan menurut batasan-batasan khas dan terbaku. Upaya yang

kemudian dikenal dengan nama “Sistem Klasikal Pestalozzi” ini, akhirnya

menjadi cikal-bakal pola pengajaran sekolah-sekolah modern yang kita kenal

sekarang dengan perjenjangan kelas dan tingkatannya.16

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “Sekolah” artinya bangunan atau

lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi

pelajaran (menurut tingkatannya, ada) -- dasar, -- lanjutan.17. Sedangkan

Sekolah Dasar adalah Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar

pendidikan adalah sekolah dasar. Di Indonesia Sekolah dasar (disingkat SD ;

Inggris : Elementary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan

formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari

kelas 1 sampai kelas 6.18 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun

2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010

tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada Pasal 1 ayat 8 yang

dimaksud dengan Sekolah Dasar, yang selanjutnya disingkat SD,adalah salah

satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan

umum pada jenjang pendidikan dasar.

16Sekolah : dari Athena ke Cuernavaca(http://arahbalik.blogspot.com/2008/01/sekolah-dari-athena-ke-cuernavaca.html)17Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.,Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2008), hal. 138418 Sekolah Dasar ( http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar )

21

Page 22: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Kemudian kata “Madrasah” dalam bahasa Arab adalah bentuk kata

"keterangan tempat" (zharaf makan) dari akar kata "darasa". Secara harfiah

"madrasah" diartikan sebagai "tempat belajar para pelajar", atau "tempat untuk

memberikan pelajaran". Dari akar kata "darasa" juga bisa diturunkan kata

"midras" yang mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat belajar";

kata "al-midras" juga diartikan sebagai "rumah untuk mempelajari

kitabTaurat". Kata "madrasah" juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau

Aramy, dari akar kata yang sama yaitu "darasa", yang berarti "membaca dan

belajar" atau "tempat duduk untuk belajar". Dari kedua bahasa tersebut, kata

"madrasah" mempunyai arti yang sama: "tempat belajar". Jika diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia, kata "madrasah" memiliki arti "sekolah" kendati

pada mulanya kata "sekolah" itu sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia,

melainkan dari bahasa asing, yaitu school atau scola. Sungguhpun secara

teknis, yakni dalam proses belajar-mengajarnya secara formal, madrasah tidak

berbeda dengan sekolah, namun di Indonesia madrasah tidak lantas dipahami

sebagai sekolah, melainkan diberi konotasi yang lebih spesifik lagi, yakni

"sekolah agama", tempat di mana anak-anak didik memperoleh pembelajaran

hal-ihwal atau seluk-beluk agama dan keagamaan (dalam hal ini agama

Islam).19

Di dunia pendidikan di Tanah air, pemerintah menyetarakan pendidikan

dasar dengan Madrasah Ibtidaiyah, pendidikan menengah pertama dengan

Madrasah Tsanawiyah,dan pendidikan menengah atas dengan Madrasah

Aliyah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 pada pasal 1 ayat

19 www.pendis.kemenag.go.id/madrasah/ebook/00001/Bab_I.pdf

22

Page 23: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

9 yang dimaksud dengan Madrasah Ibtidaiyah, yang selanjutnya disingkat MI,

adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri

Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama

Islam pada jenjang pendidikan dasar.

Menteri Agama Surya Dharma Ali menyebutkan, jumlah madrasah di

Indonesia saat ini 40.848 unit, terdiri atas 23.519 unit madrasah ibtidaiyah

(MI), 12.054 unit madrasah tsanawiyah (MTs) dan 4.687 madrasah aliyah

(MA). Dari jumlah tersebut, 91,5 persen di antaranya berstatus swasta.20

Jadi pengertian Kepala Madrasah disini adalah Guru yang diberi tugas

tambahan untuk memimpin Madrasah Ibtidaiyah.

Berkenaan dengan kepemimpinan ini, kepala madrasah memiliki tanggung

jawab moral keagamaan disamping sebagai pemimpin dibidang pengajaran dan

pengembangan kurikulum, administrasi kesiswaan, administrasi personalia

staf, hubungan masyarakat, administrasi school plant, perlengkapan dan

organisasi madrasah. Cara kerja kepala madrasah dan cara ia memandang

peranannya dipengaruhi oleh kepribadiannya. Dalam Al-Qur’an Surat An-

Nisaa ayat 83 Allah berfirman: 21

و�ف� و� ال�خ�ر� م�ن� األ�م�ن� أ� م�

اءه�م� أ� �ذ�ا ج� إ و�

�ل�ى إ ول� و� س� ��ل�ى الر د�وه� إ ل�و� ر� � ب�ه� و� �ذ�اع�وا أ20 Menag: Madrasah Bukan Lembaga Kelas Dua. ( http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/03/29/108605-menag-madrasah-bukan-lembaga-kelas-dua). Online : Senin, 29 Maret 2010, 14:45 WIB21Prof.Dr.Veitzal Rivai,M.B.A, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:

PT.RajaGrafindo Persada, 2006). hal.112

23

Page 24: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

ت�نب�ط�ون�ه� ه� ال�ذ�ين� ي�س� م� ل�ع�ل�م� ن�ه� ر� م� ل�ي األ�م� و� أ�

ت�ه� م� ح� ل� الل5ه� ع�ل�ي�ك�م� و�ر� ل�و�ال� ف�ض� م� و� ن�ه� م�

ل�يال: ي�ط�ان� إ�ال� ق� �ال�ت�ب�ع�ت�م� الش

Artinya : (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka

di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,

menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar;

dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Upaya kepemimpinan kepala madrasah adalah upaya kepemimpinan yang

diselenggarakan oleh kepala madrasah melalui kemampuan dan kesiapan yang

dimilikinya untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan

menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain untuk berbuat sesuatu

yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.

Wahjosumidjo menggambarkan fungsi pemimpin menurut pendapat James

A.F.Stoner adalah sebagai berikut : 22

22Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.42

24

Fungsi Pemimpin

Page 25: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Kemudian empat macam tugas penting seorang pemimpin yang dikutip

Wahjosumidjo dari pendapat Selznik adalah sebagai berikut : 23

1. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi ( involves the definition of

the institutional organizational mission and role ).

2. Fungsi kedua seorang pemimpin adalah merupakan pengejewantahan

tujuan organisasi ( the institutional embodiment or purpose).

3. Mempertahankan keutuhan organisasi ( to defend the organization’s

integration) .

4. Tugas terakhir seorang pemimpin adalah mengendalikan konflik

internal yang terjadi didalam organisasi ( the ordering of internal

conflict ).

Selanjutnya, konsep keberhasilan kepemimpinan. Menurut

Wahjosumidjo, keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan

tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu

apa yang telah dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan

pembinaan terhadap organisasi (organizational maintenance). Organizational

achievement mencakup : produksi, pendanaan, kemampuan adaptasi dengan

program – program inovatif dan sebagainya. Sedangkan organizational

23 Ibid, hal.42

25

Pemecahan Masalah*

Pembinaan Kelompok

Page 26: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

maintenance, berkaitan dengan variabel kepuasan bawahan, motivasi, dan

semangat kerja.24

Didalam organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu :

kepemimpinan formal ( formal leadership) dan kepemimpinan informal

( informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila dilingkungan

organisasi jabatan otoritas formal dalam oganisasi tersebut diisi oleh orang-

orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan

kepemimpinan informal terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu

organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang

lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan

mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari

anggota organisasi yang bersangkutan. kerja.25

Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang

– orang tanpa didasarkan atas pertimbangan – pertimbangan. Siapapun yang

akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta

persyaratan - persyaratan tertentu seperti : latar belakang pendidikan,

pengalaman, usia, pangkat dan integritas. Oleh sebab itu kepala sekolah pada

hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses

dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.26 Di Indonesia,

proses dan prosedur pengangkatan kepala sekolah mengacu pada Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala

Sekolah / Madrasah; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun

24 Ibid, hal.4925 Ibid, hal.8426 Ibid, hal.85

26

Page 27: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah; dan untuk

penyiapan, pengembangan, pemberdayaan kepala sekolah sesuai dengan

standar nasional pendidikan, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 6 Tahun 2009 menetapkan Lembaga Pengembangan dan

Pemberdayaan Kepala Sekolah yang selanjutnya dalam Peraturan Menteri ini

disebut LPPKS sebagai pelaksana teknis di lingkungan Departemen

Pendidikan Nasional di bidang pengembangan dan pemberdayaan kepala

sekolah, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur

Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen

Pendidikan Nasional.

Adapun variabel penelitian kepemimpinan meliputi :

1. Gaya kepemimpinan

Menurut Wahjosumidjo, masing – masing dimensi ditandai dengan

berbagai ciri sebagai berikut : 27

a. Kepemimpina struktural

1) Cepat mengambil tindakan dalam keputusan yang mendesak;

2) Melaksanakan pendelegasian yang jelas dan menentukan

kepada para anggota staf;

3) Menekankan kepada hasil dan tujuan organisasi;

4) Mengembangkan suatu pandangan organisasi yang kohesif

sebagai dasar pengambilan keputusan;

5) Memantau penerapan keputusan;dan

27 Ibid, hal.27

27

Page 28: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

6) Memperkuat relasi yang positif dengan pemerintah ataupun

masyarakat setempat.

b. Kepemimpinan fasilitatif, dengan indikasi :

1) Mengusahakan dan menyediakan sumber-sumber yang

diperlukan;

2) Menetapkan dan memperkuat kembali kebijakan organisasi;

3) Menekan atau memperkecil kertas kerja yang birokratis;

4) Memberikan saran atas masalah kerja yang terkait;

5) Membuat jadwal kegiatan; dan

6) Membantu pekerjaan agar dilaksanakan.

c. Kepemimpinan Suportif, yang mencakup :

1) Memberikan dorongan dan penghargaan atas usaha orang

lain;

2) Menunjukkan keramahan dan kemampuan untuk melakukan

pendekatan;

3) Mempercayai orang lain dengan pendelegasian dan tanggung

jawab;

4) Memberikan ganjaran atas usaha perseorangan; dan

5) Meningkatkan moral/semangat staf.

d. Kepemimpinan Partisipatif, ialah perilaku kepemimpinan yang

menunjukkan tanda – tanda :

1) Pendekatan akan berbagai persoalan dengan pikiran terbuka;

28

Page 29: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

2) Mau atau bersedia memperbaiki posisi yang telah terbentuk;

3) Mencari masukan dan nasihat yang menentukan;

4) Membantu perkembangan kepemimpinan yang posisional dan

kepemimpinan yang sedang tumbuh;

5) Bekerja secara aktif dengan perseorangan atau kelompok; dan

6) Melibatkan orang lain secara tepat dalam pegambilan

keputusan.

2. Situasi kepemimpinan

Wahjosumidjo menyimpulkan dari hasil penelaahan para pakar,

bahwa model kepemimpinan - situasi mengandung pokok-pokok

pikiran : 28

a. Dimana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya dipengaruhi

oleh faktor – faktor situasional, yaitu : jenis pekerjaan,

lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlibat dalam

organisasi;

b. Perilaku kepemimpinan yang paling efektif, ialah perilaku

kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kematangan

bawahan;

c. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang selalu membantu

bawahan dalam pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi

matang.

28 Ibid, hal.30

29

Page 30: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Ada tujuh tingkat proses pematangan yaitu :

- Pasif aktif;

- Tergantung tidak tergantung;

- Mampu melakukan sedikit cara

Mampu melakukan banyak cara;

- Minat yang dangkal minat yang dalam;

- Pandangan jangka pendek pandangan luas;

- Jabatan bawahan jabatan atas;

- Kurang percaya diri sadar diri dan terkontrol.

d. Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu

situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu dalam kepemimpinan situasi

penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnose

dengan baik terhadap situasi. Pemimpin yang baik menurut teori

ini adalah pemimpin yang mampu :

1) Mengubah – ubah perilakunya sesuai dengan situasi; dan

2) Memperlakukan bawahan sesuai dengan tingkat

kematangannya yang berbeda-beda.

3) Pola perilaku kepemimpinan yang cenderung mengarahkan

( direktif ) selalu member petunjuk kepada bawahan;dan ada

pula pemimpin yang cenderung memberikan dukungan

( suportif ).

30

Page 31: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

3. Iklim kerja organisasi.

Dalam perspektif pendidikan, Wahjosumidjo menggambarkan iklim

sekolah sebagai berikut :29

a. Suasana terbuka ( the open climate )

1) Melukiskan suasana sekolah yang penuh semangat kerja

( energetic);

2) Organisasi hidup dan bergerak kea rah tujuan;

3) Organisasi mampu memberikan kepuasan kebutuhan daripada

anggota kelompok;

4) Kepemimpinan tumbuh dengan mudah dan tepat dari

kelompok maupun dari pemimpin;

5) Ciri utama suasana terbuka adalah keaslian ( authenticity )

perilaku yang terjadi diantara seluruh anggota.

b. Suasana otonom ( the autonomouns climate )

Suasana atau iklim yang melukiskan :

1) Kepemimpinan muncul terutama dari bawah;

2) Pemimpin menggunakan sedikit pengaruh terhadap anggota –

anggota kelompok;

3) Rasa kesatuan yang tinggi ( esprit ) terutama hasil dan

kepuasan kebutuhan sosial;

4) Kepuasan dan keberhasilan pekerjaan juga muncul, tetapi ke

tingkat yang lebih sedikit.

29Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.163 - 165

31

Page 32: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

c. Suasana yang terkendali ( the controlled climate )

Ditandai dengan ciri – ciri :

1) Berorientasi kepada impersonal ( tidak ditujukan kepada dan

orang tertentu ) orientasi tinggi kepada tugas;

2) Perilaku kelompok diarahkan kepada pencapaian penyelesaian

tugas;

3) Sebaliknya secara relatif perhatian sedikit diberikan kepada

kepuasan kebutuhan sosial;

4) Semangat agak tinggi, tetapi ini merupakan refleksi

keberhasilan dengan mengorbankan ( at some expense ) pada

kepuasan kebutuhan sosial;

5) Suasana kurang terbuka, atau kurang menunjukkan kesetiaan

perilaku.

d. Suasana akrab ( the familiar climate )

Ditandai dengan :

1) Hubungan pribadi tinggi, tetapi dibawah pengawasan;

2) Anggota organisasi puas terhadap kebutuhan sosialnya, tetapi

relatif mereka harus sedikit menaruh perhatian terhadap

kontrol sosial berkaitan dengan ( in respect to )

pencapaian/penyelesaian tugas;

3) Semangat bukan merupakan suatu yang luar biasa ( tinggi ),

karena kelompok yakin sedikit mendapat kepuasan dari

keberhasilan tugas;

32

Page 33: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

4) Banyak perilaku dalam suasana akrab ini diartikan

( construe ) sebagai yang tidak otentik.

e. Suasana kebapakan ( the paternal climate )

Dalam suasana kebapakan hubungan antara kepala sekolah dengan

kelompok-kelompok dibawahnya dapat digambarkan sebagai

hubungan antara bapak dengan anak. Oleh sebab itu dalam iklim

kebapakan ini, kepala sekolah tidak menggunakan kepemimpinannya

untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan yang dimilikinya.

Ciri – ciri yang lain dalam suasana ini :

1) Terdapat sedikit kepuasan;

2) Semangat kerja diantara para anggota rendah.

f. Suasana tertutup ( the closed climate )

Ciri – ciri menonjol iklim ini :

1) Tingkat yang tinggi tentang kelesuan ( aphaty );

2) Organisasi tidak hidup;

3) Jiwa semangat rendah, karena anggota kelompok yakin tak

satu pun kepuasan kebutuhan sosial datang dari keberhasilan

kerja;

4) Perilaku anggota dapat ditafsirkan tidak otentik;

5) Organisasi terasa menjadi membosankan (stagnant).

33

Page 34: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Mengingat pentingnya peranan kepemimpinan, Allah Subhanahu

wata’ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 58, yaitu : 30

ان�ات� إ�ل�ى � األ�م� ك�م� أ�ن ت�ؤد�وا م�ر� إ�ن� الل5ه� ي�أ�

� ك�م�وا ت�م ب�ي�ن� الن�اس� أ�ن ت�ح� ك�م� �ذ�ا ح� إ ا و� ل�ه� أ�ه�ا ي�ع�ظ�ك�م ب�ه� إ�ن� الل5ه� ك�ان� � ب�ال�ع�د�ل� إ�ن� الل5ه� ن�ع�م

ا ير: يع:ا ب�ص� م� س�

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan ( menyuruh kamu ) apabila

menetapkan hukum, diantara manusia supaya kamu meneapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah member pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.

Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

B. Tantangan Pendidikan dan Kepemimpinan Kepala Sekolah /

Madrasah

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab

kepala sekolah/ madrasah serta guru pada masa mendatang akan semakin

kompleks, sehingga menuntut kepala sekolah/madrasah dan guru untuk

senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan

kompetensinya. Globalisasi menjadi tantangan utama bagi pendidikan di

Indonesia dan melatar belakangi pergantian Undang-undang Nomor 2 Tahun

30Prof.Dr.Veitzal Rivai,M.B.A, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006). hal.48

34

Page 35: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dinilai tidak memadai lagi

dengan tuntutan perubahan. Dalam Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003

dinyatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin

pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan

efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan

tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu

dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan.

Dapat disimpulkan bahwa pengaruh globalilasi berimplikasi pada

pergeseran arah dan posisi pendidikan. Untuk menghadapi tuntutan perubahan

dunia pendidikan, diperlukan kepemimpinan yang efektif dan dikerjakan

secara ekstra serta adanya sistem yang melandasi posisi pendidikan nasional.

Melalui Undang – undang Nomor 14 Tahun 2005 memposisikan fungsi,

peran, dan kedudukan yang sangat strategis guru dalam pembangunan

nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai

profesi yang bermartabat. Agar berkembang, sebagai sebuah profesi, guru

wajib memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi dengan anggaran yang

merupakan kewajiban pemerintah maupun pemerintah daerah untuk

menyediakannya. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang –

undang Nomor 14 Tahun 2005, pemerintah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008. Dalam peraturan tersebut diantaranya

pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka

dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu

35

Page 36: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam

1 (satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai Guru Tetap,

standar kompetensi dan kualifikasi serta tunjangan. Selanjutnya sebagai

pengembangan keprofesian berkelanjutan dari profesi guru pemerintah

menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010

tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah meliputi syarat –

syarat umum dan khusus yang wajib dipenuhi. Sebelumnya melalui Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, dimana untuk menjadi

kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala

sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Salah satu kualifikasi wajib

dalam peraturan tesebut bahwa kepala sekolah/madrasah adalah Berstatus

sebagai guru SD/MI; Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan

Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah. Kemudian untuk menjamin mutu pendidikan,

pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah. Atas dasar pokok pikiran

tersebut maka kepala sekolah/madrasah harus mempunyai ketrampilan dalam

bidang kepemimpinan.

Disamping untuk menjamin mutu pendidikan, keberhasilannya banyak

ditentukan keberhasilan kepala sekolah/madrasah dalam menjalankan

peranan dan tugas kepemimpinan. Menurut Wahjosumidjo, studi keberhasilan

kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seorang yang

menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Bahkan lebih jauh studi

36

Page 37: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan sekolah adalah keberhasilan

kepala sekolah. 31

Betapa banyak variabel arti yang terkandung dalam standar kompetensi

dan kualifikasi kepala sekolah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

2007 memberikan indikasi betapa luas tugas dan peranan kepala sekolah,

sebagai seorang pemimpin suatu organisasi yang bersifat kompleks dan unik.

Diantara empat macam tugas penting seorang pemimpin yang disebutkan

Wahjosumidjo dalam bukunya Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan

Teoritik dan Permasalahannya, yaitu mendefinisikan misi dan peranan

organisasi ( involves the definition of the institutional organizational mission

and role ) 32. Adapun misi dan peranan organisasi sekolah adalah

melaksanakan fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada pasal 3

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Permasalahan yang muncul adalah sebagaimana disampaikan Miftah

Thoha dalam bukunya Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya,

31Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999), hal.82

32Ibid, hal.82

37

Page 38: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

yaitu : “Jika terjadi kesenjangan antara tujuan dan individu dengan tujuan

organisasi maka akan tercipta ketidakharmonisan kerja”.33

Untuk itu, kepala sekolah harus mampu mengintegrasikan kedua

komponen tersebut, yakni peranan, tuntutan dan harapan lembaga, dengan

kepribadian, dan kebutuhan yang menjadi motivasi guru, agar bisa mencapai

tujuan organisasi secara optimal. Parahnya, bagaimana jika kepala sekolah

sendiri tidak memenuhi ketentuan dan harapan yang menjadi atribut melekat

kepemimpinannya yaitu ketentuan standar kualifikasi dan kompetensi untuk

diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah. Meskipun demikian, seberapa jauh

kepala sekolah dapat mengoptimalkan segenap peran yang diembannya, secara

langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap

peningkatan motivasi guru, dan pada gilirannya dapat membawa efek

terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode, dan alasan menggunakan metode

33Miftah Thoha. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008 ). Hal. 208.

38

Page 39: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 34 Kemudian,

menurut Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, dengan penyajian metodologi

penelitian ini peneliti memberikan pertanggungjawaban tentang cara – cara

yang dipilih untuk memperoleh jawaban atas problematika yang diajukan. 35

Untuk mengetahui kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah

Negeri ( MIN ) Tuyau, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan

sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Menurut Prof.Dr.Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah,

(sebagai lawanya adalah eksperimen ) dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

( gabungan ), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi. 36 Dalam penelitian ini yang akan

diamati adalah orang, yaitu Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri

( MIN ) Tuyau Kecamatan Pematang Karau dengan berbagai latarbelakang

tugas maupun peranan dengan kegiatan-kegiatan (activity ) dan tempat

(place) akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.

Penggunaan metode kualitatif ini bukan karena metode ini baru, tetapi

memang permasalahan lebih tepat dicarikan datanya dengan metode kualitatif. 34Prof.Dr.Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ( Bandung : CV.

Alfabeta, 2008 ). Hal. 235Prof.Dr.Suharsimi Arikunto.Manajemen Penelitian. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005).

Hal. 47436Prof.Dr.Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif . ( Bandung : CV. Alfabeta, 2008 ).

hal. 1

39

Page 40: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variable saja, sehingga

seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan

metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif tidak dapat ditemukan data

yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas

dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja dan

budaya yang dianut seseorang maupun sekelompok orang dalam lingkungan

kerjanya. Dengan metode kuantitatif hanya dapat dugali fakta-fakta yang

bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan

sulit diungkapkan. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data

yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.

B. Tempat Penelitian

Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah

Negeri ( MIN ) Tuyau. Terletak di Desa Tuyau Jalan Kecamatan Pematang

Karau Propinsi Kalimantan Tengah. Keadaan tenaga Kependidikan termasuk

Kepala Sekolah berjumlah 23 orang. Terdiri atas 8 orang guru PNS termasuk

Kepala Sekolah, 12 guru Non PNS. 1 orang tenaga Tata Usaha PNS, 1 orang

Tenaga Tata Usaha Non PNS, dan 1 orang Penjaga Sekolah Non PNS. Dengan

Jumlah siswa 311 orang siswa. Ada 2 gedung baru sekolah bercorak beton

yang baru selesai di bangun pada tahun 2009 dan 2 buah gedung sekolah lama

yang dibangun sejak tahun 1984. Berikut peta lokasi Kecamatan Pematang

Karau yang dikutip dari http://www.google.com :

40

Page 41: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

C. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. 37 Lebih lanjut menurut Prof.Dr.Sugiyono, peneliti

kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan

atas temuannya. 38

Tabel. 1DATA KEADAAN GURU PADA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI ( MIN )

TUYAU TAHUN AJARAN 2010/2011

No Nama / NIP Gol Tempat Jabatan TMT di Pend. Terakhir/

37Prof.Dr.Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif . ( Bandung : CV. Alfabeta, 2008 ). hal. 59

38 Ibid, hal. 60

41

Page 42: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

/Ruang Tanggal LahirMadrasah

iniJurusan/Thn

1 Ahmad Muna Suriyadi,S.Ag196703182000031001

III/d –Penata Tk.1

Babirik,18-03-1967

Kepala Madrasah

25-01-2010 S1 STITTahun 1994

2 Nurkhalidah,A.Ma197604251999032005

III/b –Penata Muda

Tk.1

Tuyau,25-04-1976

Walikelas V

01-04-2004 DII PAI 1997

3 Amberani,A.Ma150303522

II/d – Pengatur Tk.1

Tuyau,16-12-1971

Walikelas IIIb

01-01-2006 DII PAI 1997

4 Juharman150309088

II/d – Pengatur Tk.1

Tuyau,30-12-1969

Walikelas VI

01-03-2005 PGAN 1989

5 Rahmah,A.Ma197908282000122001

II/d – Pengatur Tk.1

Bahaur,28-08-1979

Walikelas I

01-04-2010 DII PGMI 2000

6 Janiansyah,A.Ma197311142003121002

II/c – Pengatur

Tuyau,14-11-1973

Walikelas IIIa

01-01-2009 DII PGSD 2003

7 Janiah,A.Ma1983070520062001

II/c – Pengatur

Tuyau,05-07-1983

Walikelas IV

01-05-2006 DII PGMI 2002

8 Rusmayadi 196602122006041023

II/a – Pengatur

Muda

Muara Plantau,

2-02-1966

Walikelas II

01-04-2006 PGAN 1988

9 Nurhasani,S.PdI Tuyau,25-12-1979

Guru 06-01-2007 S1 PAI 2006

10 Ahmad Gazali Tuyau,07-07-1971

Guru 01-07-2005 PGAN 1992

11 Normini,S.PdI Narahan,05-08-1985

Guru 18-07-2009 S1 PAI 2009

12 Nani Rusiati,A.Ma Tuyau,27-03-1983

Guru 01-07-2006 DII PGMI 2005

13 Wendey Hidayat,A.Ma Sei Sandung,16-11-1988

Guru 01-10-2009 DII PGKMI 2007

14 Mursyidah,S.PdI Tuyau,24-01-1984

Guru 18-07-2009 S1 Theologi Islam 2007

15 Sinariah,S.PdI Nagaleah,21-07-1983

Guru 26-01-2010 S1 PAI 2010

16 Ahmad,A.Ma Bangkuang07-05-1988

Guru 26-01-2010 DII PGSD 2009

17 Juriansyah,A.Ma Tuyau,06-09-1986

Guru 26-01-2010 DII PGKMI 2007

18 Ali Mirhan Tuyau,25-03-1990

Guru 18-07-2009 MAN

19 Karmila Tuyau,24-01-1989

Guru 18-07-2009 MAN

20 Norhani Tuyau,23-06-1988

Guru 26-01-2010 SMAN

D. Sampel Sumber Data

Berangkat dari permasalahan kepemimpinan Kepala Sekolah, peneliti

memasuki situasi Kependidikan dan Kepemimpinan di Madrasah Ibtidaiyah

Negeri ( MIN ) Tuyau, melakukan observasi dan wawancara kepada Kepala

Sekolah dan Guru MIN Tuyau sebagai sampel sumber data dengan

42

Page 43: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

pertimbangan bahwa Kepala Sekolah dan Guru MIN Tuyau dianggap paling

tahu tentang kepemimpinan Kepala Sekolah.

Penentuan sampel sumber data yang digunakan diatas disebut purposive

sampling, dan snowball sampling. Menurut Prof.Dr.Sugiyono, purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi

obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit,

lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data

yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan,

maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. 39

E. Teknik Pengumpulan Data

Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan

dengan fokus penelitian dan tujuan penelitian. Sesuai dengan fokus penelitian,

maka yang dijadikan sampel sumber data dan teknik pengumpulan data

adalah Kepala Sekolah sebagai sumber primer dimana menurut

Prof.Dr.Sugiyono, sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan

39 Ibid, hal. 53 - 54

43

Page 44: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. 40

Teknik Pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta

( Observasi Partisipatif ), wawancara mendalam ( in depth interview ) dan

dokumentasi dan triangulasi.

Menurut Prof.Dr.Sugiyono dalam Observasi partisipatif, peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka

dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan

lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap

perilaku yang nampak.41 Lebih lanjut obyek penelitian yang diobservasi

menurut Spradley yang dikutip oleh Prof.Dr.Sugiyono, dinamakan situasi

sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place ( tempat ), actor ( pelaku ),

dan activities ( aktivitas ). 42 Dalam penelitian ini obyek penelitian yang

diobservasi adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Tuyau sebagai

tempat, Kepala Sekolah sebagai pelaku, dan pengelolaan kependidikan

sebagai ativitasnya. Kemudian menurut Prof.Dr.Sugiyono, tiga elemen utama

tersebut, dapat diperluas, sehingga apa yang kita amati adalah : 43

1. Space : the physical place : ruang dalam aspek fisiknya.

40 Ibid, hal. 6241 Ibid, hal. 6442 Ibid, hal. 6843 Ibid, hal. 68-69

44

Page 45: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

2. Actor : the people involve : yaitu semua orang yang terlibat dalam

situasi sosial.

3. Activity : a set of related acts people do : yaitu seperangkat kegiatan

yang dilakukan orang.

4. Object : the physical things that are present : yaitu benda-benda yang

terdapat di tempat itu.

5. Act : single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan-

tindakan tertentu.

6. Event : a set of related activities that people carry out, yaitu rangkaian

aktivitas yang dikerjakan orang-orang.

7. Time : the sequencing that takes place over time, yaitu urutan kegiatan.

8. Goal : the things people are trying to accomplish, yaitu tujuan yang

ingin dicapai orang-orang.

9. Feeling : that emotion felt and expressed, emosi yang dirasakan dan

diekspresikan orang-orang.

Dalam melakukan pengamatan dengan pola di atas, maka place nya adalah

Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Tuyau dan lingkungan fisiknya, actornya

nya adalah Kepala Sekolah beserta Tenaga Kependidikan dan penduduk desa

setempat dengan segala karakteristiknya, Kepala Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Barito Timur, Kepala UPT. DISDIKMUDORA, activity-nya

adalah kegiatan kepemimpinan maupun kegiatan pelaksanaan manajemen

administrasi pendidikan.

45

Page 46: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi

partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi,

peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang ada di dalamnya. 44

Berikut contoh jenis pertanyaan yang direncanakan peneliti untuk

wawancara :

1. Bagaimana pengalaman bapak selama menjabat Kepala Sekolah

disini ? ( pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman

yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti untuk

mengkontruksi profil kerja Kepala Sekolah ).

2. Bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan Kepala UPT.

DISDIKMUDORA yang menyatakan bahwa anda kurang aktif dalam

pertemuan-pertemuan yang diadakan UPT. DISDIKMUDORA

Kecamatan Pematang Karau dalam memajukan kualitas pendidikan

dasar di kecamatan Pematang Karau ? ( pertanyaan ini dimana peneliti

ingin minta pendapat kepada Kepala Sekolah terhadap data yang

diperoleh dari Kepala UPT. DISDIKMUDORA ).

3. Sepertinya ada masalah, apa yang sedang anda rasakan? Bagaimana

rasanya kegiatan pembelajaran yang sering ditinggalkan guru PNS

untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan Dual Mode System?

( pertanyaan ini untuk mendapatkan data tentang perasaan orang

yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang

sifatnya kognitif atau psikhomotorik).

44 Ibid, hal. 72

46

Page 47: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

4. Bagaimana proses pengawasan guru maupun tenaga Tata Usaha yang

melanjutkan pendidikan di luar dimana pada hari-hari tertentu dalam

satu bulan mereka meninggalkan tugas, apakah bapak benar-benar

mengetahui kalau mereka meninggalkan tugas karena sekolah ?

( pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan

informan suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui).

5. Pada saat anda melihat kegiatan pembelajaran banyak anak-anak yang

tidak menguasai pelajaran, bahkan di kelas yang lebih tinggi ada

beberapa murid yang masih belum bisa membaca Al-Qur’an dan

Tulisan Bahasa Indonesia, bagaimana peran Kepala Sekolah untuk

mengatasinya ? ( pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan

data atau informasi karena yang bersangkutan melihat,

mendengarkan, meraba, dan mencium suatu peristiwa ).

6. Sudah berapa lama ia bertempat tinggal di desa ini ? ( pertanyaan ini

digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang

dipelajari yang meliputi status sosial, ekonomi, latar belakang

pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain ).

7. Jika ada guru yang mendapatkan sertifikasi pendidikan dari

Pemerintah, bagaimana dinamika pembelajaran di Madrasah nanti?

( pertanyaan hipotesis ).

8. Adakah alternatif lain cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di

Madrasah supaya lebih efektif ? ( Pertanyaan yang menantang

informan untuk merespon dengan memberikan hipotesis alternatif ).

47

Page 48: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Selain dengan observasi dan wawancara, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan dokumen. Dokumen bisa berbentuk tulisan atau

gambar seperti dokumen data keadaan siswa, data keadaan guru,data

pelatihan yang telah dilaksanakan oleh Kepala Sekolah maupun guru, gambar

kegiatan supervisi kepala sekolah terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah

berlalu dan lain-lain. Selanjutnya untuk menguji kredibilitas data, peneliti

menggunakan teknik Triangulasi. Menurut Prof.Dr.Sugiyono, triangulasi

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. 45

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif, mengikuti konsep yang digunakan oleh Prof.Dr.Sugiyono

dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif.

Prof.Dr.Sugiyono mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan,

dan setelah selesai dilapangan. 46 Analisis data sebelum peneliti memasuki

lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder,

yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. 47 Kemudian,

analisis data selama dilapangan menggunakan model Miles and Huberman.

Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

45 Ibid, hal. 8346 Ibid, hal. 8947 Ibid, hal. 90

48

Page 49: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. 48 Model interaktif

dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 1 berikut :

Gambar 1. Komponen dalam analisis data49

Keterangan Gambar :

1. Data Reduction ( Reduksi Data )

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. 50

2. Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitaif penyajian data ini

48 Ibid, hal. 9049 Ibid, hal. 9250 Ibid, hal. 92

49

Data collection

Data reduction

Data

display

Conclusions : drawing/veriyfying

Page 50: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram dan

sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

51 Lebih lanjut, yang peling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang naratif. Kemudian,

Prof.Dr.Sugiyono menyarankan, dalam melakukan display data, selain

dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network

( jejaring kerja ) dan chart.

3. Conclusion Drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Mile and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. 52 Selanjutnya, analisis data selama

dilapangan model Spradley. Menurut Spradley terdapat tahapan analisis

data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu analisis domain,

taksonomi, dan komponensial, analisis tema kultural. 53 Tahapan analisis

data yang dimaksud oleh Spradley dapat dilihat pada gambar.2 berikut : 54

51 Ibid, hal. 9552 Ibid, hal. 9953 Ibid, hal. 9954 Ibid, hal. 102

50

Analisis domain ( Domain analysis ).Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. Ditemukan berbagai domain atau kategori. Diperoleh dengan pertanyaan grand dan minitour. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Makin anyak domain yang dipilih, maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.

Page 51: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour

question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap

menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada

tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial.

Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.

G. Rencana Pengujian Keabsahan Data

51

Analisis Taksonomi ( Taxonomic Analysis ).Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Dilakukan dengan observasi terfokus

Analisis Komponensial ( Componential analysis ).Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi dengan pertanyaan yang mengkontraskan ( contras question ).

Analisis Tema Kultural ( discovering cultural theme ).Mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan ke dalam tema/judul penelitian.

Analisis Data Kualitatif

Page 52: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara :

1. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data

yang pernah ditemui maupun yang baru. 55

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data

dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. 56

3. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu. 57

4. Analisis Kasus Negatif

Melakukan analisis negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda

atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak

ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data

yang ditemukan sudah dapat dipercaya. 58

5. Menggunakan bahan referensi

55 Ibid, hal. 12256 Ibid, hal. 12457 Ibid, hal. 12558 Ibid, hal. 128

52

Page 53: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya

pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya

rekaman wawancara. 59

6. Mengadakan Member check

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti

datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi

apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak

disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu diskusi dengan pemberi

data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah

temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data. 60

DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, Dinn Wahyudim., Abdulhak, Ishak. 2007 Pengantar Pendidikan.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Moedjiarto,MSc,Prof.Dr 2002. Sekolah Unggul Metodologi untuk

Meningkatkan Mutu Pendidikan. Anggota IKAPI: Duta Graha Pustaka.

Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

59 Ibid, hal. 12860 Ibid, hal. 129

53

Page 54: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Direktur Tenaga Kependidikan,2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar Jakarta : Direktorat

Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen

Pendidikan Nasional.

Direktur Tenaga Kependidikan,2007 Manajemen Sekolah Dasar. Jakarta:

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Veitzal Rivai,M.B.A, Prof.Dr.,2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.

Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

R.Terry, George., W.Rue,Leslie. Dasar – dasar Manajemen. Penerjemah

G.A.Ticoalu. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Thoha, Miftah, 2008. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada..

Suharsimi Arikunto.Prof.Dr, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Sugiyono, Prof.Dr, 2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung : CV. Alfabeta.

Khadim al Haramain asy Syarifain, 1990. Al Qur’an dan Terjemahnya.

Madinah: Lembaga Pencetakan Al-Qur’an Raja Fahd.

54

Page 55: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Rokhmaniyah.April 2009. Perilaku Kepemimpinan Entrepreneurship Kepala

Sekolah. Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 4, No. 1 : 75.

Globalisasi Tantangan Utama Pendidikan Islam di Indonesia,

( http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/09/29/137201,

diakses 06 Januari 2011 )

Syafii, Imam. “Lembaga Pendidikan sebagai Agen Perubahan”,

( http://kangsaviking.wordpress.com, diakses 06 Januari 2011 )

Asal Mula Kata Sekolah,

(http://simpatizone.telkomsel.com/web/funzone/Education/

Asal_Mula_Kata_Sekolah)

Sekolah : dari Athena ke Cuernavaca,

(http://arahbalik.blogspot.com/2008/01/sekolah-dari-athena-ke-

cuernavaca.html)

Sekolah Dasar ( http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar )

www.pendis.kemenag.go.id/madrasah/ebook/00001/Bab_I.pdf

Menag: Madrasah Bukan Lembaga Kelas Dua.

( http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/03/29/108605-

menag-madrasah-bukan-lembaga-kelas-dua). Online : Senin, 29 Maret 2010,

14:45 WIB.

55

Page 56: Kepemimpinan Kepala MIN Tuyau

Depdiknas, 2009. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan.Online ( http://www.depdiknas.go.id/ inlink,

diakses 06 Januari 2011).

56