okok ay

32
DAMPAK SOSIAL DARI IBU PENDERITA KANKER GINEKOLOGI STADIUM LANJUT 1. PENDAHULUAN Kanker ginekologi adalah kanker yang menyerang wanita, berada pada tingkat teratas yaitu kanker serviks, kanker ovarium, dan kanker endometrium. Pada tahun 2005, diperkirakan sebanyak 79.480 wanita didiagnosis keganasan ginekologi di USA, dan sebanyak 31.010 wanita akan meninggal akibat kanker ginekologi. Kanker serviks merupakan penyebab utama kedua dari morbiditas dan mortalitas pada wanita dengan usia produktif di seluruh dunia setelah kanker payudara. Jumlah prevalensi wanita pengidap kanker serviks di Indonesia cukup besar, sehingga setiap hari ditemukan 40- 45 kasus baru dengan jumlah kematian mencapai 20-25 orang, sementara jumlah wanita yang beresiko mengidap kanker serviks mencapai 48 juta orang. 1

description

f

Transcript of okok ay

DAMPAK SOSIAL DARI IBU PENDERITA KANKER GINEKOLOGI STADIUM LANJUT1. PENDAHULUANKanker ginekologi adalah kanker yang menyerang wanita, berada pada tingkat teratas yaitu kanker serviks, kanker ovarium, dan kanker endometrium. Pada tahun 2005, diperkirakan sebanyak 79.480 wanita didiagnosis keganasan ginekologi di USA, dan sebanyak 31.010 wanita akan meninggal akibat kanker ginekologi.Kanker serviks merupakan penyebab utama kedua dari morbiditas dan mortalitas pada wanita dengan usia produktif di seluruh dunia setelah kanker payudara. Jumlah prevalensi wanita pengidap kanker serviks di Indonesia cukup besar, sehingga setiap hari ditemukan 40-45 kasus baru dengan jumlah kematian mencapai 20-25 orang, sementara jumlah wanita yang beresiko mengidap kanker serviks mencapai 48 juta orang.Insidens kanker serviks masih tinggi di negara berkembang, sedangkan di negara maju insidennya terus menurun. Hal ini dikaitkan dengan skrining massal dengan pap smear untuk mendeteksi kanker serviks dan dilakukannya pengobatan secara dini. Berdasarkan data dari WHO tahun 1997, prevalensi keseluruhan wanita dengan kanker serviks adalah 3.955.000 kasus, dengan 425.000 kasus baru yang didiagnosa setiap tahun, 80% diantaranya berada di negara berkembang dan 195.000 kasus kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.Kanker endometrium merupakan salah satu jenis kanker ginekologi yang paling banyak terjadi. Pada tahun 2005, diestimasikan sebanyak 40.880 wanita didiagnosis kanker uterus, dan sebanyak 7.310 akan meninggal karena penyakit ini (Jemal et all, 2005). Wanita dalam suatu lingkungan bmemiliki resiko sebanyak 3% dapat mengalami kanker endometrium. Sebanyak 70% wanita dengan kanker endometrium didiagnosis pada derajat I. Gejala awal adalah perdarahan vaginal yang irregular atau post menopause dan gold standar diagnosis penyakit ini adalah dengan menggunakan biopsy endometrial.Insiden kanker ovarium cukup rendah, dengan satu kasus kanker ovarium epithelial tiap 2.250 wanita post menopause di USA. Untuk setiap individu, resiko terkena kanker ovarium adalah sebesar 1 dari 70, atau sekitar 1,4%. Walaupun demikian, kanker ovarium dapat berakibat fatal. Pada tahun 2005, diperkirakan sebanyak 22.270 wanita akan didagnosis kanker ovarium dan sebanyak 16.210 akan meninggal akibat penyakit ini (Jemal et all, 2005). Tingginya tingkat kematian pada pasien kanker ovarium diakibatkan oleh fakta bahwa hampir 70% wanita didiagnosis pada stage III atau stage IV dan tingkat keberhasilan pengobatan hanya sebesar 20%.Penyakit yang dialami oleh individu akan memberikan pengaruh besar dalam emosi,, penampilan, dan perilaku sosial individu. Di lain pihak, aspek psikologis dan sosial akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik pasien. Aspek biologis, psikologis, dan sosial memiliki keterkaitan sehingga pasien dengan penyakit terminal, termasuk ibu yang menderita kanker ginekologi stadium lanjut, tidak hanya mengalami masalah dengan fisiknya, namun juga mengalami masalah sosial dan psikologis. 2. MASALAH SOSIAL PADA PENDERITA KANKER GINEKOLOGI STADIUM LANJUTMasalah-masalah sosial dan psikologis yang biasanya timbul pada penderita kanker stadium akhir adalah: Perubahan dalam konsep diri pasienPasien dengan penyalit terminal, biasanya semakin tidak menunjukkan dirinya secara ekspresif. Mereka mungkin menjadi sulit untuk mempertahankan control biologis dan fungsi sosialnya, menjadi lebih sering mengeluarkan air liur, ekspresi bentuk mukanya berubah, lebih mudah gemetaran, dan lain sebagainya. Pasien juga lebih sering mengalami kesakitan, menjadi mudah marah, muntah-muntah, mengalami keterkejutan karena penampilan fisik, yang berubah, dan stress karena pengobatan sehingga dapat mengalami ketidakmampuan berkonsentrasi. Masalah interaksi sosialAncaman terhadap konsep diri yang terjadi karena menurunnya fungsi mental dan fisik pasien juga dapat mengancam interaksi sosial pasien. Meskipun penderita penyakit terminal sering menginginkan dan membutuhkan kunjungan dari sanak saudara dan kerabat, namun pasien mungkin juga mengalami ketakutan bahwa kemunduran mental dan fisiknya akan membuat orang yang mengunjungi menjadi kaget dan merasa tidak enak. Konsekuensi mengenai interaksi sosial yang tidak menyenangkan ini akan membuat pasien menarik diri dari kehidupan sosialnya, dengan cara membatasi orang-orang yang mengunjunginya.Ada beberapa alasan mengapa pasien menari diri selain karena khawatir terhadap pandangan orang lain mengenai kemunduran fisiknya, antara lain Penarikan diri dari dunia sosial merupakan hal yang normal dan menggambarkan suatu proses kehilangan. Situasi tersebut dapat menimbulkan kesulitan komunikasi menjadi lebih buruk karena sulit bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya kepada orang lain sementara pasien juga harus mempersiapkan diri untuik meninggalkan mereka. Penarikan diri dapat juga disebabkan ketakutan karena akan membuat orang lain depresi melihat dan memikirkan kondisi pasien. Pasien juga dapat merasa bersalah karena telah menyita waktu, tenaga, dan biaya yang dimilii keluarganya untuk proses pengobatannya. Penyebab lain penarikan diri dapat disebabkan karena pasien merasakan kepanikan mengenai kematian yang akan segera dating dan kemarahan terhadap kehidupan sehingga pasien ingin menyendiri.

Masalah-masalah komunikasiKetika keadaan penyakit pasien bertambah buruk, komunikasi dapat pula menjadi menurun. Penurunan komunikasi tersebut dapat disebabkan karena beberapa factor. Pertama, kematian masih merupakan tema yang tabu dalam masyarakat sehingga jarang dibicarakan. Kedua, pendapat yang salah mengenai apa yang orang lain ingindengar. Pasien takut akan membuat keluarga atau staf medis merasa tidak enak karena pasien menanyakan pertanyaan tentang kematian. anggota keluarga mungkin juga tidak mau membahas mengenai masalah kematian pasien karena takut pasien tidak mengetahui bahwa mereka tidak lagi memiliki harapan hidup yang panjang sehingga keluarga merasa bahwa pembicaraan mengenai harapan hidup pasien akan membuat pasien stress sehingga membuat kondisi medisnya makin memburuk.Alasan ketiga yang menyebabkan komunikasi menurun yaitu bahwa setiap prinsip dalam komunikasi , secara tidak langsung, memiliki alasan pribadi yang kuat untuk tidak mendiskusikan kematian. Kebanyakan pasien tidak ingin mendengar jawaban dari pertanyaan mengenai penyakitnya yang mereka tidak tanyakan walaupun sebenarnya mereka ingin mengetahui jawabannya. Hal ini dikarenakan pasien takut menghadapi jawaban bahwa mereka divonis tidak dapat disembuhkan serta tidak memiliki harapan hidup yang panjang.Berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosial yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal, dr. Elisabeth Kubler-Ross telah mengindentifikasi lima tahap yang mungkin dilewati oleh penderita kanker stadium akhir, yaitu:a. Penyangkalan (denial)Penyangkalan adalah sistem pertahanan yang membuat seseorang yang berusaha menghindari dampak yang ditimbulkan dari suatu penyakit dan biasanya berlangsung beberapa hari. Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak hanya pada penderita saja tetapi juga pada keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga diberi penjelasan sehingga timbul kesadaran dan tidak lari dari kenyataan. Dalam kondisi ini penderita tampak kebingungan dan tidak percaya bila diberitahu tentang kondisi yang dialami.kecelakaan mudah terjadi pada tahapini,. Ada kalanya orang-orang tertentu ingin menyendiri untuk mengumpulkan energi.b. Kemarahan (anger)Pada tahapan ini penderita berusaha menanyakan mengapa harus saya yang menderita penyakit kronis? Penderita marah dan tidak jarang menyalahkan keluarga, tim medis bahkan Tuhan maupun takdir yang diterimanya. Kondisi yang hipersensitif dan ledakan emosi tidak jarang menjemukan keluarga dan kerabat.

c. Tawar-menawar untuk sesuatu yang lebih (bargain for extra)Pada tahapan ini penderita kanker mengalihkan kemarahan dengan lebih baik dan strategi berbeda, misalnya berjanji untuk hidup lebih sehat dan juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.d. Tahap depresiIstilah depresi sebagai kurangnya kontrol yang merupakan realisasi dari memburuknya suatu simptom sebagai kondisi dari penyakit yang tidak membaik. Pada tahap ini penderita kanker akan merasa muak, sesak, letih, sulit makan, sulit mengontrol diri, sulit memfokuskan perhatian, menghindar dari sakit dan juga perasaan tidak nyaman. Di sini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran diri dan percobaan bunuh diri. Adakalanya dalam kondisi depresi, orang-orang ingin menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga dan pemikran untuk mengambil suatu keputusan yang tepat.e. Penerimaan diri (acceptance)Pada tahap ini penderita kanker sudah tidak marah lagi dan sudah membiasakan diri dengan ide kematian yang membuatnya tertekan dan juga menghadapi pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan.

Lebih lanjut lagi, Ross mencatat bahwa tidak setiap orang akan megalami kemajuan ketika melewati tahapan-tahapan tersebut, seringkali terjadi perubahan yang tidak diduga dan malah mengalami kemunduran ke tahap sebelumnya. Misalnya, seorang pasien akan dapat mengatasi tahap penolakan menjadi deprsei, menjadi kegusaran dan kemarahan, dan kembail ke tahap penolakan, kemudia menjadi tawar-menawar, dan selanjutnya.Sementara itu, Westberg juga mengutarakan tahapan individu dalam menghadapi kehilangan sebagai berikut:a. Terkejut dan mengingkariKebanyakan orang ketika diberi tahu tentang kondisi kehilangan yangtragis maka mereka akan menjadi kaku dan menghindari perasaan mereka sendiri. Orang yang berada pada situasi ini akan merasa bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi. Penyangkalan semacam ini merupakan cara untuk menghindari kematian yang dihadapinya.b. Emosi yang meledak-ledakSebagai realisasi dari rasa kehilangan, orang akan mengekspresikan kesedihannya dengan menangis, berteriak, atau memperlihatkan kemarahan. Dalam beberapa hal, seseorang biasanya mengalami kemarahan yang mungkin ditujkan kepada Tuhan. Kemarahan mungkin merupakan perasaan ketidakadilan terhadap kematian.c. PanikKarena orang yang kehilangan menyadari bahwa kehidupannya tidak akan sama seperti dulu lagi, orang tersebut mungkin akan panic dan khawatir. Mimpi buruk, emosi yang tidak stabil, reaksi fisik dan kesulitan dalam berkonsentrasi merupakan beberapa hal yang dialami selama masa panik.d. Perasaan bersalahOrang yang kehilangan mngkin menyalahkan dirinya sendiri karena melakukan sesuatu yang menyebabkan kematian atau merasa beralah karena tidak dapat melakukan sesuatu untuk mencegah kehilangan.e. Depresi dan kesendirianHal ini terjadi ketika orang yang kehilangan merasa sangat sedih dan memiliki keinginan untuk menyendiri. Orang yang merasa kehilangan mungkin akan menarik diri dari orang lain, yang menurutnya tidak dapat mendukung dan memahami perasaannya.f. Kesulitan-kesulitan muncul kembaliPada tahap ini orang yang merasa kehilangan akan berusaha untuk menata hidupnya kembali. Masalah-masalah baru mulai bermunculan, orang itu mungkin menolak melepaskan masa lalunya dan kesetiaan akan kenang-kenangan.g. Menerima kenyataanOrang yang merasa kehilangan mulai dapat menusun hidupnya kembali, dan perasaan-perasaan lama untuk menjalani kehidupan muncul kembali.Melalui tahapan tersebut dapat terlihat suatu gambaran mengenai proses perubahan psikologis dan sosial pada pasien terminal dalam menghadapi kematian atau rasa kehilangannya sehingga pasien perlu mendapat bantuan untuk melewati masa-masa tersebut. Masalah psikologis dan sosial tidak hanya dialami oleh pasien. Keluarga pasien sebagai orang terdekat secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kegelisahan yang dialami pasien. Penyakit berat yang dialami pasien akan memberikan masalah dalam keseimbangan keluarga. Komunikasi yang buruk seing menjadi pangkal masalah karena masing-masing anggota saling menyembunyikan perasaannya mengenai kondisi yang sebenarnya, sebab sebagian besar beranggapan bahwa dengan cara seperti itu merekatidak akan menambah buruk suasana.

C. Dampak Sosial terhadap Berbagai Aspek

Pada penderita Ca, khususnya Ca ginekologi, yang telah menjalani pengobatan dengan radioterapi akan menunjukkan efek samping yang cukup besar seperti semakin memburuknya kemampuan fungsi seksual, lebih mudah mengalami gangguan somatisasi, serta timbulnya gangguan psikososial. Kondisi psikologis yang terjadi pada penderita Ca yang menjalani pengobatan radioterapi yakni munculnya perasaan takut, tidak berdaya, rendah diri, sedih dan lebih mudah mengalami kecemasan dan depresi.Perubahan-perubahan sistem dan fungsi tubuh yang terjadi pada penderita kanker dapat menimbulkan konsep diri pada penderita, di mana penderita mengalami ketergantungan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan penurunan keberfungsian anggota tubuh.Kualitas hidup menurut WHO QOL (Quality of Life) didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Terdapat empat dimensi mengenai kualitas hidup meliputi: a. Dimensi Kesehatan Fisik, mencakup aktivitas sehari-hari; ketergantungan pada obat-obatan; energi dan kelelahan; mobilitas; sakit dan ketidak nyamanan; tidur dan istirahat; kapasitas kerja b. Dimensi Kesejahteraan Psikologis; mencakup bodily image dan apperance; perasaan negatif; perasaan positif; self-esteem; spiritual/agama/keyakinan pribadi, bpikir, belajar, memori dan konsentrasi.c. Dimensi Hubungan Sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial; aktivitas seksuald. Dimensi Hubungan dengan lIngkungan, mencakup sumber finansial; kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, peran kesehatan dan sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun ketrampilan; partisipasi dan mendapatkan kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu luang; lingkungan fisik termasuk polusi/ kebisingan/ lalu lintas/ iklim, serta transportasi.D. Dampak dalam Bidang SosialLumenta (1989) menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami keadaan sakit, orang tersebut akan melakukan suatu reaksi. Reaksi atau keadaan sakit (yang sifatnya ringansampai parah) itupun bisa bervariasi. Lebih lanjut Chusaiti (2004) juga menyebutkan bahwa ketika seseorang didiagnosis sakit akan mengalami goncangan psikologis. Goncangan psikologis ini dapat disebut sebagai dampak-dampak dari suatu penyakit. Dampak ini bisa bersifat biologik, psikologik, psikoseksual, maupun psikososial. Pengobatan kanker pun banyak menimbulkan dampak negatif pada fisik penderitanya yang nantinya akan mempengaruhi kondisi psikologis dan sosial penderitanya.Pada dimensi ini hubungan emosional antar individu dapat pula terganggu. Ada kewajiban moral untuk menjauhkan penderita dari situasi yang diperkirakan akan memperparah penyakitnya seperti pasangan yang merelakan diri untuk tidak lagi melakukan hubungan seksual karena dikuatirkan akan menyebabkan kelelahan ; penderita tidak dilibatkan dalam keputusan dalam hal pembiayaan pengobatan ; penderita dibebaskan untuk beristirahat dan tugas pencarian nafkah dialihkan pad aanggota keluarga lain ; dan sebagainya. Masalah psikososial yang biasanya muncul pada penderita kanker umumnya adalah: a. Kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder terhadap pasangannyaGangguan motivasi seksual pada klien dengan kanker termasuk ke dalam gangguan keinginan seksual (sexual aversion disorder). Jika dilihat dari gejala klinik kanker conothnya pada kanker serviks, pada stadium lanjut seperti keputihan yang gatal dan berbau busuk, pendarahan kontak, pendarahan spontan dan nyeri yang hebat, maka penyakit ini sudah sejak lama dikaitkan dengan gangguan fungsi seksual yang merupakan ciri khas dari penyakit kanker ginekologi ini yang menyebabkan rendahnya harga diri penderita. Harga diri yang tidak adekuat dan adanya kerusakan body image menjadi penyebab berkurangnya motivasi untuk melakukan hubungan seksual pada pasien kanker serviks. Oleh karena itu, penyakit ini sangat ditakuti oleh kaum wanita karena perubahan fungsi seksual merupakan perubahan yang sangat berarti bagi seorang wanita dikaitkan dengan fungsi dan perannya dalam keluarga yaitu sebagai seorang istri dan ibu.Adanya hasrat seksual tergantung pada beberapa faktor yaitu dorongan biologis, harga diri yang adekuat, pengalaman sebelumnya yang baik dengan seks, tersedianya pasangan yang layak dan hubungan yang baik dalam bidang non seksual dengan pasangannya. Kerusakan pada salah satu faktor tersebut dapat menyebabkan menurunnya hasrat seksual. Hasrat seksual seringkali menurun setelah penyakit parah atau pembedahan terutama jika citra tubuh terpengaruhi setelah prosedur tertentu seperti mastektomi, histerektomi dan prostatektomi. Penyakit-penyakit yang menurunkan energi seseorang, kondisi kronis yang memerlukan adaptasi fisik dan psikologis dan penyakit serius yang dapat menyebabkan orang menjadi terdepresi semuanya dapat menyebabkan penurunan yang bermakna terhadap hasrat seksual baik pada laki-laki ataupun perempuan.Sejalan dengan pendapat Drever (1988) bahwa rasa malu merupakan suatu keadaan emosi yang kompleks karena mencakup perasaan diri yang negatif atau perasaan yang tidak dapat disetujui dari mutu yang rendah atau kerusakan. Dapat dihubungkan bahwa perasaan malu pada perempuan kanker muncul karena ada perasaan dimana ia memiliki mutu kesehatan yang rendah dankerusakan dalam organ. Apalagi bila perempuan tersebut mengalami akibat fisik seperti badan yang kurus. Tentu saja ini akan mempengaruhi bagaimana keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial, karena muncul perasaan malu dimanabadannya tidak sebagus dulu. (Wijayanti)b. Aktifitas sehari-hari terganggu dan pergaulan jadi terbatasMenurut Berek (1994), cairan yang keluar dari vagina (keputihan) yang tidak gatal merupakan gejala yang sering ditemukan, lama-kelamaan akan berbau busuk akibat nekrosis jaringan dan infeksi jaringan tumor. Penderita yang mengalami pendarahan dan keputihan yang menimbulkan bau, menyebabkan seorang penderita kanker serviks malu jika bau yang ditimbulkan itu menyebar.c. Peran Sebagai Istri dan Ibu TergangguPada klien kanker serviks memerlukan terapi yang kompleks, untuk itu klien harus dirawat di rumah sakit. Hospitalisasi pada salah satu anggota keluarga akan menimbulkan ketidakseimbangan pada suatu keluarga karena keluarga merupakan suatu sistem yang saling mempengaruhi. Terlebih lagi yang harus mengalami masalah kesehatan adalah seorang istri atau ibu. Istri dan Ibu memiliki tugas perkembangan, diantaranya melayani suami, memenuhi semua kebutuahan anggota keluarga lain, seperti makanan, pakaian, dan lainnya serta mengatur segala urusan rumah tangga, kecuali untuk kebutuhan finansial meskipun itu bisa terjadi pada istri yang bekerja.d. Masalah ekonomi.Penyakit kanker juga menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi penderitanya, dikarenakan penyakit ini merupakan penyakit yang memiliki jangka waktu panjang dalam proses pengobatannya serta pengobatan yang digunakan membutuhkan banyak biaya sehingga dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi yang mengalaminya

E. Hubungan Dokter dan PasienHubungan antara dokter dan pasien merupakan bagian yang penting dalam proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai hubungan ini, penting untuk mengetahui pola kepribadian dari masing-masing pasien dan pendekatan mereka tentang kepedulian terhadap dirinya dan intervensi obat yang diberikan. Kolaborasi interaksi antara dokter-pasien biasa sangat bermanfaat untuk keduanya. Wawancara terhadap pasien merupakan langkah awal untuk memulai kolaborasi ini dan untuk menilai pola kepribadian pasien.Wawancara PasienTugas pertama dari seorang psikolog adalah menggali informasi dari pasien. Semakin nyaman yang pasien rasakan, semakin banyak dan mudah informasi didapatkan. Dokter harus menggunakan pertanyaan langsung maupun tidak langsung. Penting untuk menjadi pendengar yang baik, tidak hanya dari ucapan, tingkah laku pasien juga bisa menjadi petunjuk. Ekspresi wajah, gerak tubuh, isyarat, kualitas suara, dan menangis contohnya. Dokter juga harus mengetahui mengapa pasien mencari pertolongan terhadap masalahnya. Apakah pasien baru-baru ini mengalami penderitaan, apakah bertambah buruk, atau ia tidak mampu untuk menghadapi masalah yang sebelumnya.

F. Dukungan SosialDukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.Sumber dukungan sosialMenurut Gottlieb (1983) terdapat tiga sumber dukungan sosial di antaranya: a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional seperti: keluarga, teman dekat atau rekan kerja. Hubungan antara kalangan non profesional merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seseorang individu dan menjadi dukungan sosila yang sangat potensial karena lebih mudah diperoleh.b. Profesional, seperti psikolog, dokter dan perawatc. Kelompok-kelompok dukungan sosialKelompok pendukung merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan suatu interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada partisipasi individu yang hadir secara sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah dalam menolong anggota-anggota kelompok menghadapi masalah, serta menyediakan dukungan emosi kepada para anggotanya.Aspek-aspek dukungan sosialAspeke-aspek didalam dukungan sosial merupakan suatu cara yang diwujudkan bisa dalam bentuk ekspresi, ungkapan atau perwujudan bantuan dari indvidu yang satu ke individu yang membutuhkan. Dukungan sosial dibagi ke dalam 5 bentuk: a. Dukungan emosiDukungan emosi adalah suatu bentuk dukungan yang diekspresikan melalui perasaan positif yang berwujud empati: perhatian, dan kepedulian terhadap individu yang ain. Bentuk dukungan in idapat menimbulkan perasaan nyaman, perasaan dilibatkan, dan dicintai oleh individu yang bersangkutan.b. Dukungan penghargaanDukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan, penghargaan atau penilaian yang positif untuk individu, dorongan untuk maju dan pemberian semangat, dan juga perbandingan positif individu dengan orang lain. Dukungan ini menitik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya.

c. Dukungan instrumentalMerupakan suatu bentuk dukungan yang diwujudkan dalam bentuk bantuan langsung misalnya pemberian dana atau pemberian bantuan tindakan nyata atau bendad. Dukungan informasiDukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau saran, penghargaan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individue. Dukungan jaringan sosialHubungan jenis ini menggambarkan bentuk hubungan persahabatan yang memumngkinkan individu melakukan aktivitas sosial.Dukungan sosial pada penderita kanker GynekologiKetika seseorang individu divonis dokter menderita penyakit kronis, maka individu tersebut pasti merasakan sebuah ketakutan yang terjadi pada dirinya. Disaat itulah mereka membutuhkan dorongan yang dapat menjadikan penyemangat dalam hidupnya. Semangat itulah yang dapat menumbuhkan keyakinan pada dirinya untuk terus berusaha maju dalam melawan penyakitnya. Semangat atau dorongan terebut bukan berassal dari diri sendiri ataupun keluarga terdekat melainkan juga dari orang yang dipercaya dalam menangani penyakit tersebut baik dokter, perawat, maupun juga sebuah komunitas yang concern terhadap penyakitnya.Peran dukungan sosial amatlah penting bagi penderita, karena dengan adanya kebersamaan dengan orang-orang disekitar penderita, penderita akan merasa bahwa ia disayangi, dihargai dan mendapatkan suatu kepedulian terhadap penyakit yang dideritanya. Dukungan sosial merupakan andil yang besar dalam menentukan penderita untuk berobat, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannyadalam berbagai hal, maka penderita akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap menjalani pengobatan.Merujuk pada efek pelindung bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif stress. Perlindngan ini akan efektif hanya ketika individu menghadapi stressor yang berat.Selain dukungan sosial yang dirasakan sangatlah penting bagi penderita adalah mendekatkan diri kepada Maha Pencipta yaitu Tuhan. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan diharapkan penderita kanker lebih tentram, berpikiran positif dna ikhlas dalam menghadapi penyakitnya.

Daftar Pustaka1. Lu H. Chapter 2, Prevention and Early Detection of Endometrial and Ovarian Cancer. Buzdar Aman, Freedman Ralph, eds. In Gynecologic Cancer. Texas. Springer. 2009: P. 12-92. Shafi MI. Chapter 54, Premalignant and Malignant Disease of the Cervix. Edmonds DK. In Dewhursts Textbook of Obstetrics and Gynaecology. 7th ed. London. Blackwell Publishing. 20073. Pernoll ML. The Cervix. Benson and Pernolls Handbook of Obstetrics and Gynaecology. 10 ed. McGraw-Hill ; New York. 20014. Damayanti Atika, Fitriyah, Indriani. Penanganan Masalah Sosial dan Psikologis Pasien Kanker Stadium Lanjut dalam Perawatan Paliatif. Indonesian Journal of Cancer. 2008. Vol 1; P. 30-345. Desy Indra. Pengalaman Hidup Klien Kanker Serviks di Bandung. 2007 [online] [cited 15 September 2013] diakses dari URL: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CDQQFjAA&url=http%3A%2F%2Fresources.unpad.ac.id%2Funpadcontent%2Fuploads%2Fpublikasi_dosen%2FPENGALAMAN%2520HIDUP%2520KLIEN%2520KANKER%2520SERVIKS%2520DI%2520BANDUNG.PDF&ei=NYc5UprdKInprQei6YD4DA&usg=AFQjCNG07YsMw7lzBDFenwp9Lu_WoD_Xsg&bvm=bv.52288139,d.bmk6. Ayu, N. dkk. Kualitas Hidup Pada Penderita Kanker Serviks Yang Menjalani Pengobatan Radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1 No. 02. Surabaya:2012.7. Wijayanti,T. Dampak Psikologi pada Perempuan Penderita Kanker Payudara. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang;20078. Allifni Mala. Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas Terhadap Motivasi untu Berobat Pada Penderita Kanker Serviks. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta.2011 [online] [cited 15 September 2013] diakses dari URL: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CD0QFjAB&url=http%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace%2Fhandle%2F123456789%2F1761&ei=uYg5Uo-xEIKOrQfcvICwDg&usg=AFQjCNGDqBSiOormo9DOGb9UedIxiMskIA&bvm=bv.52288139,d.bmk9. DeCherney.A. et al. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &Gynecology, Tenth Edition. McGraw-Hill Companies .United States;200710. Steele,R. Supportive Care Needs of Women With Gynecologic Cancer2008. http://www.medscape.com/viewarticle/578917_4

21