ok tugas
-
Upload
apnbbgroup -
Category
Documents
-
view
222 -
download
3
description
Transcript of ok tugas
BAB I
PENDAHULUAN
Perlu diketahui sejak tahun 2004, Internasional Acounting Standart Board (IASB) yang
mengeluarkan IFRS sebagai pengganti Internasional Acounting Standatrt (IAS) telah melakukan
terobosan dengan perubahan-perubahan terhadap standart Akuntansi Keuangan Inetrnasional
yang ada. Beberapa perubahan standart akuntansi keuangan yang paling revolusioner dilakukan
terhadap standart akuntasi penggabungan usaha dan goodwil.
Saat ini, akuntasi penggabungan usaha (IFRS No3.) tidak dapat dilihat sebagai
akuntansi yang cukup dibahas secara terpisah, tetapi harus dilihat dengan perspektif standar-
standar akuntansi keuangan lain, seperti standar akuntansi aktiva berwujud (IAS No.16) dan
goodwil, penurunan nilai aktiva (IAS No.36) dan pajak penghasilan (IAS No.12). Sehingga,
dalam melakukan adopsi terhadap IFRS, perlu diperhatikan standar-standar Penggabungan usaha
dikenal juga dengan istilah merger dan akuisisi. Penggabungan usaha adalah hal yang lazim
dilakukan oleh pelaku bisnis saat ini, sepanjang hal tersebut tidak menyalahi perundang-
undangan yang ada seperti undang-undang perseroan terbatas undang-undang anti monopoli dan
lain lain.
Wacana yang terkait dengan merger dan akuisisi tidak akan habis habisnya dibicarakan,
baik oleh para praktisi atau akademisi pada masa lalu, maupun masa kini sampai pada masa yang
akan datang. Tidak terkecuali oleh para praktisi dan akademis akuntansi keuangan di Indonesia.
Apalagi dalam beberapa tahun kedepan, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berencana melakukan
adobsi penuh (full adobtion ) atas Internaional financial Reporting Standart.
Pelaporan transaksi penggabungan usaha pada laporan keuangan selalu mendapat porsi
perhatian yang besar, mengingat transaksi penggabungan usaha biasanya dilakukan dengan nilai
transaksi yang sangat besar dan luasnya cakupan akuntansi penggabungan usaha. Tidak menutup
kemungkinan pulah, transaksi penggabungan usaha sering dilakuka sebagai cara untuk
memanipulasi akuntansi ( creative accounting ) demi kepentingan managemen dan pemegang
saham mayoritas.
Perkembangan ilmu akuntansi penggabungan akuntansi di indonesia, tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan standart akuntansi internasional, yang menjadi sumber utama
penyusunan standart akuntasi keuangan sejak tahun 1994. Disamping itu, saat ini terdapat
1
kencenderungan pengadobsian IFRS di dunia menyusul terjadinya sekandal Enrorn dan
perushaan-perusahaan raksasa lainnya di Amirika Serikat. Standart akuntasi keuangan di
Amirika Serikat (US-GAAP) dianggap memiliki banyak kelemahan yang dapat di jadikan celah
memanipulasi laporan keuangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penggabungan Usaha, Laporan Keuangan Konsolidasian, investasi Perusahaan asosiasi
dan Special Purpose Entitas (SPE)
2.1. Penggabungan Usaha
2.1.1. Pengertian Penggabungan Usaha
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK )No.22 tentang”
Penggabungan Usaha” yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia pada
paragaf 8 mendefiniskan”Penggabungan Usaha (Business Combination) adalah
penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi
karena suatu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau
memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”.
Dalam PSAk No 22 tidak dikenal istilah peleburan, dan dapat
disimpulkan peleburan dapat digolongkan ke dalam penggabungan usaha.
Sementara istilah penggambil alihan, dalam PSAK No.22 paragraf 8 dikenal
denan akuisisi yang di definisikan “ suatu penggabungan usaha dimana salah
satu perusahaan yaitu pengakuisisi memperoleh kendalai atas aktiva neto dan
operasi perusahaan yang di akuisis dengan memberikan aktiva tertentu,
mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham”
IFRS No.3 menjelaskan bahwa penggabungan usaha adalah
penggabungan entitas-entitas dan bisnis bisnis terpisah kedalam suatu entitas
pelapor dan hampir semua penggabungan usaha bertujuan agar suatu entitas
(pengakuisisi) dapat mengendalikan entitas lain (perusahaan yang di
akuisisi) . Dengan demikian, penggabungan usaha dapat menyebabkan suatu
hubungan induk dan anak perusahaan atau pembelian aktiva bersih yang
menghasilkan goodwil.
3
2.1.2. Jenis – Jenis Penggabungan Usaha
PSAK No 22 paragraf 10-15 menjelaskas ada tiga jenis penggabungan
usaha. Tiga jenis penggabungan tersebut adalah akuisisi, riverse acquisition dan
penyatuan kepemilikan yang di jelaskan tersebut. 2
a. Akuisisi
Suatu penggabungan usaha di definisikan sebagai suatu akuisisi apa bila sala
satu erusahaan yang berkabung memperoleh lebih dari 50% hak suara pada
perusahaan lain atau walaupun perusahaan tersebut tidak memperoleh hak
suara lebih dari 50% , perisahaan pengakuisisi dapat diidentidikasi apabila
salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kekuasaan lebih dari 50% hak
suara , mengatur kebijakan keuangan dan operasi berdasarskan anggaran dasar
dan perjanjian, mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris serta
memperoleh haak suara mayoritas dalam rapat dirkesi pada perusahaan lain.
Indikasi perusahaan pengakuisisi lain yang perlu diperhatikan adalah nilai
wajar aktiva perusahaan pengakuisisi lenih besar dari pada perusahaan lainnya
jika penggabungan usaha yang dilakukan dengan cara pertukaraan
saham berhak suara dengan kas, maka perusahaan yang membayar tunai
adalah perusahaan pengakuisisi. Hal yang lain tidak kala pentingnya adalah
dominasi managment. Perusahaan yang managemennya mendominasi
mangement perusahaan baru dianggap sebagai perusahaan pengakuisisi.
b. Reverse Acquistion
Penggabungan usaha terkadang dilakukan dengan pertukaran saham yang
berhak suara perusahaan-perusahaan yang akan melakukan penggabungan
atau bisa juga disebut reverse acquisition. Dalam hal ini perusahaan yang
pemegang saham yang memperoleh kendali dapat diindikasikan sebagai
pengakuisisi dan perusahaan lain dianggap sebagai perusahaan yang diakuisisi
c. Penyatuan Kepemilikan
Ada kalahnya sangat sulit mengindentifikasi perusahaan pengakuisisi dan
perusahaan yang diakuisisi, karena tidak terdapat pihak yang dominan dalam
4
penggabungan usaha tersebut. Pemegang saham dan direksi juga sama sama
bergabung dan membagi resiko dan manfaat secara bersama-sama dengan
kondisi dimana mayoritas saham berhak suara perusahaan yang bergabung
dipertukarkan, besarnya nilai wajar perusahaan-perusahaan yang bergabung
tidak berbedah secara signifikan dan pemegang saham masing masing
perusahaan yang bergabung relatif sama degan sebelum bergabung.
2.1.3. Metode Pencatatan
Ada kalahnya sangat sulit mengindentifikasi perusahaan pengakuisisi dan
perusahaan yang diakuisisi, karena tidak terdapat pihak yang dominan dalam
penggabungan usaha tersebut. Pemegang saham dan direksi juga sama sama
bergabung dan membagi resiko dan manfaat secara bersama-sama dengan kondisi
dimana mayoritas saham berhak suara perusahaan yang bergabung dipertukarkan,
besarnya nilai wajar perusahaan-perusahaan yang bergabung tidak berbedah
secara signifikan dan pemegang saham masing masing perusahaan yang
bergabung relatif sama degan sebelum bergabung.
a. Metode Penyatuan kepemilikan
Asumsi yang mendasari metode penyatuan kepemilikan ini adalah
diamana kepemilkan oleh pemegang saham dua perseroan disatukan dan tidak
mengalami perubahan hingga terbentuknya entitas baru. Jika penyatuan
kepemilikan dilakukan, maka otomatis salah satu entitas yang bergabung
harus bubar secara hukum, atau kedua entitas bubar dan dibentuk entitas baru.
Pada metode penyatuan kepemilikan, aktiva, kewajiban dan laba
ditahan dari entitas yang bergabung dialihkan kepada salah satu entitas atau
entitas yang baru dibentuk. Dalam metode ini, aktiva dan kewajiban
perusahaan-perusahaan yang menggabungkan diri akan dicatat dengan
menggunakan nilai buku. Dalam kasus penggabungan dengan menggunakan
metode ini , sering dijumpai pembukuan entitas yang bergabung
menggunakan metode-metode akuntansi yang berbeda atas aktiva aau
kewajiban yang sama. Metodeyang digunakan harus harus direagamkan dulu.
Jika perubahan metode dilakukan dalam satu entitas, maka harus dilakukan
5
penyesuaian secar retrokatif terhadap laporan keuangan entitas yang
mengalami perubahaan akuntansi.
b. Metode Pembelian
Suatu penggabungan usaha dikatakan suatu akuisisi apabilah terdapat
perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi. Suatu akuisisi harus
dibukukan sebesar sebesar biaya perolehan yaitu jumlah kas atau setara kas
yang dibayar atau nilai wajar aktiva lain yang diberikan oleh perusahaan
pengakuisisi sebagai imbalan atas perolehan kendali atas aktiva neto
perusahaan lain ditambahkan biaya lain yang secara langsung dapat di
atribusikan pada akuisisi tersebut
Dalam melakukan akuisisi atas suatu akuisisi, terlebih dahulu
ditentukan nilai wajar aktiva dan kewajiban perusahaan yang akan diakuisisi
padatanggal akuisisi efektif dilakukan atau pada saat kendali atas aktiva dan
operasi suatu perusahaan yang diakuisisi secara efektif dialihkan kepada
perusahaan pengakuisisi. Pedoman umum dalam menentukan nilai wajar
aktifa dan kewajiban yang diakuisisi berdasarkan PSAK No 22 paragraf 36.
Namun setelah IFRS No 3 yang berlaku efektif semenjak 31 maret
2004 tidak lagi membolehkan menggabungan usaha menggunakan Penyatuan
kepemilikan (pooling of Interest). Jadi semua penggabungan usaha dengan
sendirinya harus dilakukan sebagai akuisisi dan harus dibukukan dengan
metode pembelian dimana semua asetdan kewajiban dicatat dengan nilai
wajar (fair value). Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat
digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara
pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar (arm's length transaction). (PSAK no 38).
6
2.2. Laporan Keuangan Konsolidasi
2.2.1. Pengertian Laporan keuangan Konsolidasi
Menurut IAS 27, laporan keuangan konsolidasi adalah suatu laporan
keuangan dari suatu kelompok (group) perusahaan yang disajikan sebagai satu
kesatuan ekonomi. Dipandang dari segi hukum, perusahaan induk dan perusahan
anak memang berdiri sendiri. Akan tetapi, dipandang dari segi ekonomi
perusahaan anak hanyalah perpanjangan tangan dari perusahaan induk, karena
kebijaksanaannya akan ditentukan oleh perusahaan induk. Oleh karena itu, dari
segi ekonomi, kedua perusahaan tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan
ekonomi. Agar perusahaan induk dan perusahaan anak dapat mencerminkan satu
kesatuan ekonomi, maka kedua perusahaan tersebut harus menyusun satu laporan
keuangan yang mencakup dan mencerminkan operasi perusahaan induk dan
perusahaan anak. Laporan keuangan seperti ini disebut laporan keuangan
konsolidasi (consolidated financial statement).
Anak perusahaan adalah suatu entitas yang dikendalikan oleh perusahaan
lain. Induk perusahaan adalah suatu entitas yang memiliki satu atau lebih anak
perusahaan. Kepentingan minoritas adalah porsi dari kepentingan terhadap modal
yang tidak dimiliki oleh induk perusahaan.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi
Penyajian laporan keuangan konsolidasi oleh perusahaan induk bertujuan
untuk memberikan informasi kepada para pemakai laporan keuangan mengenai
data keuangan dari suatu kelompok (group) perusahaan sebagai satu kesatuan
ekonomi meskipun masing-masing perusahaan dalam kelompok tersebut
merupakan suatu entitas hukum yang terpisah satu sama lain.
2.2.3. Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi
a. Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya perusahaan
hasil gabungan di bawah kendali induk perusahaan, kepada para pemegang
saham, kreditor dan peyedia dana lainnya.
7
b. Dapat memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan, baik
mengenai operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai
perusahaan individual yang membentuk entitas konsolidasi.
Selain memiliki kelebihan laporan keuangan konsolidasi juga memiliki
kekurangan. Diantaranya:
1. Dapat menyembunyikan kinerja perusahaan individu yang tidak bagus dengan
kinerja perusahaan yang bagus.
2. Tidak semua saldo laba ditahan konsolidasi tersedia untuk dividen induk
perusahaan, begitu pula dengan aktiva.
3. Rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang terbentuk
tidak mencerminkan kondisi entitas yang membentuk konsolidasi maupun
induk perusahaan
4. Bebarapa akun tidak dapat seluruhnya dibandingkan, misalnya akun piutang,
5. Banyaknya informasi tambahan yang dibutuhkan u/ memberikan penyajian
yang wajar.
Masalah-masalah umum yang dihadapi dalam penyusunan laporan konsolidasi:
1. Periode di mana laporan / neraca konsolidasi tersebut disusun.
Misalnya : penyusunan neraca konsolidsi sesaat setelah terjadi pemilikan
saham-saham, berbeda dengan neraca konsolidasi yang disusun satu tahun
(periode) kemudian berhubung telah terjadinya perubahan-perubahan di dalam
pos-pos neraca.
2. Jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan induk, dan harga perolehan
(pengorbanan) yang telah dikeluarkan untuk memperoleh saham tersebut.
Misalnya : penyusunan neraca knsolidasi di mana saham-saham dibeli dengan
harga di atas nilai bukunya berbeda dengan penyusunan neraca konsoidasi
apabila saham-saham diperoleh dengan harga yang sama dan kurang dari nilai
bukunya.
8
Pemilikan Saham dari suatu Perusahaan yang sudah Berjalan
1. Perusahaan induk memiliki 100% saham-saham perusahaan anak
sebesar/sesuai dengan nilai bukunya.
2. Perusahaan induk memiliki sebagian besar (kurang dari 100%) saham-
saham perusahaan anak sebesar nilai bukunya.
A. Penyusunan neraca konsolidasi adalah penggabungan aktiva dan hutang
dari perusahaan-perusahaan afiliasi tersebut, maka di dalam neraca
konsolidasi harus dilaporkan secara lengkap hak-hak pemegang saham
minoritas sebagai imbangan dari sebagian haknya atas kekayaan bersih
yang digabungkan tersebut.
B. Eliminasi yang dilakukan terbatas hanya sebesar pemilikannya saja.
C. Hak-hak pemegang saham minoritas dapat dilaporkan sebagai bagian dari
hutang dan dapat pula dilaporkan sebagai bagian dari hak-hak para
pemegang saham.
Pemilikan terhadap Saham-saham Perusahaan Anak dengan Harga sama
dengan Nilai Bukunya. Apabila perusahaan induk memiliki seluruh modal saham
perusahaan anak maka seluruh modal perusahaan anak adalah haknya perusahaan
induk. Oleh karena itu seluruh modal perusahaan anak akan dieliminasi. Apabila
saham perusahaan anak tersebut diperoleh dengan harga perolehan sebesar nilai
buku, maka semua modal perusahaan anak dan investasi akan habis dieliminasi.
Menurut PSAK No.4 mengenai Laporan Keuangan Konsolidasi versi
tahun 1994 dalam paragraf 16 mengatur bahwa apabila dipenuhi kriteria
konsolidasi, maka laporan keuangan konsolidasi wajib disusun. Untuk tujuan
pelaporan keuangan, induk perusahaan yang memenuhi kriteria konsolidasi tidak
boleh menyajikan tersendiri laporan keuangannya (tanpa konsolidasi) karena
hanya ada satu laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial
statement), yaitu laporan keuangan konsolidasi.
Akan tetapi, laporan keuangan tersendiri boleh disajikan apabila bertujuan
untuk memberikan informasi tambahan bagi pengguna laporan keuangan
konsolidasi. Dalam laporan keuangan induk perusahaan yang disajikan tersendiri
tersebut, penyertaan pada anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan dengan
9
menggunakan metode EKUITAS.neraca konsoidasi apabila saham-saham
diperoleh dengan harga yang sama dan kurang dari nilai bukunya.
Pemilikan Saham dari suatu Perusahaan yang sudah Berjalan
2.3. Investasi perusahaan asosiasi
2.3.1. Pengertian
perusahaan asosiasi sebagai suatu perusahaan yang investornya mempunyai
pengaruh yang signifikan (memiliki wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan
yang menyangkut kebijakan keuangan serta operasi investee, tetapi bukan merupakan
pengendalian terhadap kebijakan tersebut) dan bukan merupakan anak perusahaan
maupun joint venture dari investornya. Sedangkan anak perusahaan (subsidiary)
didefinisikan sebagai perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang
disebut induk perusahaan).
Jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak
perusahaan, 20 % atau lebih dari hak suara pada perusahaan investee, maka
dipandang mempunyai pengaruh signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki, baik
langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, kurang dari 20 % hak
suara, maka dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan. Kepemilikan substansial
atau mayoritas oleh investor lain tidak perlu menghalangi investor memiliki pengaruh
signifikan. Apabila investor mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi
pada investee dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Sebaliknya, apabila
investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi dicatat dengan
menggunakan metode biaya.”
Jadi, jika penyertaan saham perusahaan pada perusahaan asosiasi kurang dari 20 %,
maka penyertaan saham perusahaan dibukukan dengan metode biaya
2.3.2. Metode Akuntansi
Metode Ekuitas
Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya
perolehan dan nilai tercatat ditambahkan atau dikurangi untuk mengakui
bagian investor atas laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan.
10
Distribusi laba (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee
mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi. Penyesuaian terhadap nilai
tercatat tersebut juga diperlukan untuk mengubah hak kepemilikan proporsional
investor pada investee yang timbul dari perubahan dalam ekuitas investee yang
belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi. Perubahan semacam itu
meliputi perubahan yang timbul sebagai akibat dari revaluasi aktiva tetap,
perbedaan dalam penjabaran valuta asing, dan dari penyesuaian selisih yang
timbul dari penggabungan usaha.
Metode Biaya
Menurut metode biaya, investor mencatat investasinya pada
perusahaan investee sebesar biaya perolehan. Investor menyakui
penghasilan hanya sebatas distribusi laba (kecuali dividen saham) yang
diterima yang berasal dari laba bersih yang diakumulasikan oleh investee
setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba
tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai
pengurangan terhadap biaya investasi sesuai Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi.
2.3.3. Pilihan Metode Akuntansi dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
Pengakuan penghasilan berdasarkan dividen yang diterima tidak dapat
digunakan sebagai ukuran yang memadai untuk merefleksikan penghasilan
yang diperoleh investor dari investasi dalam suatu perusahaan asosiasi karena
distribusi yang diterima tersebut hampir tidak ada hubungannya dengan kinerja
perusahaan asosiasi. Mengingat pengaruhnya yang signifikan terhadap perusahaan
asosiasi, investor memiliki tolok ukur atas kinerja perusahaan asosiasi, yaitu
imbalan investasi (return on investment). Investor melaksanakan tanggungjawab
ini dengan memperluas lingkup laporan keuangan konsolidasi sehingga mencakup
bagiannya atas hasil usaha perusahaan asosiasi dan dengan demikian menyediakan
analisis terhadap penghasilan serta investasi sehingga rasio yang lebih relevan dapat
dihitung. Dengan demikian, penerapan metode ekuitas memungkinkan
pelaporan aktiva bersih dan penghasilan bersih oleh investor dengan lebih
informatif.
11
Investasi di perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan
menggunakan metode biaya jika perusahaan asosiasi beroperasi dengan
pembatasan yang ketat dalam jangka panjang sehingga secara signifikan
mempengaruhi kemampuannya untuk mengalihkan dana kepada investor. Investasi
di perusahaan asosiasi juga dipertanggung jawabkan dengan menggunakan metode
biaya jika investasi diperoleh dan dimiliki secara khusus dengan tujuan untuk dijual
dalam jangka pendek. Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak
tanggal dimana:
a) investor tidak lagi memiliki pengaruh signifikan dala perusahaan
asosiasi tetapi menahan, seluruh atau sebagian, investasinya; atau
b) penggunaan metode ekuitas tidak lagi sesuai karena beberapa alasan
2.3.4. Penerapan Metode Ekuitas
Terdapat beberapa prosedur dalam penerapan metode ekuitas yang tidak
berbeda dengan prosedur konsolidasi sebagaimana dijelaskan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi.
Selanjutnya, konsep yang mendasari prosedur konsolidasi yang digunakan dalam
perolehan anak perusahaan digunakan dalam perolehan investasi dalam perusahaan
asosiasi.
Investasi dalam perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan metode
ekuitas sejak tanggal pada saat investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan
asosiasi. Selisih (baik positif maupun negatif) antara biaya perolehan (acquisition
cost) dengan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi
(net identificable asset) pada tanggal akuisisi harus dipertanggungjawabkan sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 tentangAkuntansi
Penggabungan Usaha.Penyesuaian yang diperlukan terhadap bagian investor atas laba
rugi setelah akuisisi harus dilakukan untuk hal-hal berikut:
a) Penyusutan aktiva tetap berdasarkan nilai wajarnya.
b) Amortisasi atas selisih antara biaya perolehan dan bagian investor atas
nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (investor's share of the
fair value of net identifiable assets) .
12
Laporan keuangan perusahaan asosiasl yang paling akhir digunakan oleh
investor dalam penerapan metode ekuitas; laporan tersebut biasanya disajikan
pada tanggal yang sama dengan laporan keuangan investor. Jika tanggal
pelaporan tersebut berbeda, perusahaan asosiasi sering menyajikan, untuk
digunakan oleh investor, laporan pada tanggal yang sama dengan laporan keuangan
investor. Jika penyamaan tanggal tidak mungkin dilakukan, dapat digunakan
laporan keuangan yang disusun pada tanggal pelaporan yang berbeda, akan
tetapi prinsip konsistensi mempersyaratkan bahwa jangka waktu penggunaan
tanggal tersebut konsisten dari periode ke periode.
Jika digunakan laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang
berbeda, penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari setiap transaksi atau peristiwa
signifikan yang terjadi antara investor dan perusahaan asosiasi antara tanggal
laporan keuangan perusahaan asosiasi dan tanggal laporan keuangan investor.
Laporan keuangan investor lazimnya disusun dengan menggunakan
kebijakan akuntansi untuk transaksi dan peristiwa yang sama dalam keadaan yang
serupa. Apabila perusahaan asosiasi menggunakan kebijakan akuntansi yang
lain daripada yang digunakan investor untuk transaksi dan peristiwa yang
sama, maka penyesuaian tertentu dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan
asosiasi apabila laporan tersebut digunakan oleh investor dalam penerapan
metode ekuitas. Jika penyesuaian semacam itu tidak dapat dilakukan, fakta adanya
perbedaan tersebut harus diungkapkan.
Jika perusahaan asosiasi memiliki saham preferen kumulatif yang dimiliki
oleh pihak luar, investor menghitung bagiannya atas laba atau rugi setelah
penyesuaian untuk dividen saham prioritas dengan mengabaikan apakah dividen
tersebut telah atau belum dideklarasikan.Jika, berdasarkan metode ekuitas, bagian
investor atas kerugian perusahaan asosiasi sama atau melebihi nilai tercatat dari
investasi, maka investasi dilaporkan nihil. Kerugian selanjutnya diakru oleh
investor apabila telah timbul kewajiban atau investor melakukan pembayaran
kewajiban perusahaan asosiasi yang dijaminnya. Jika perusahaan asosiasi
selanjutnya laba, investor akan mengakui penghasilan apabila setelah bagiannya atas
laba menyamai bagiannya atas kerugian bersih yang belum diakui. Jika terjadi
13
penurunan permanen atas nilai investasi dalam perusahaan asosiasi, nilai tercatat
dikurangkan untuk mengakui pentrunan tersebut. Karena investasi pada perusahaan
asosiasi secara individual penting bagi investor, maka nilai tercatat ditentukan
untuk setiap perusahaan asosiasi secara individual.
2.4. Special Purpose Entitas (SPE)
2.4.1. Special Purpose Entitas/entitas bertujuan khusus
Suatu entitas bertujuan khusus dapat berbentuk perusahaan, perserikatan,
firma atau entitas yang tidak berbentuk badan hukum. EBK umumnya dibentuk
dengan ketentuan kontraktual yang mengatur secara ketat atau memberikan batasan
tetap atas wewenang pimpinan, wali amanat atau manajemen untuk membuat
keputusan mengenai pengoperasian EBK.
2.4.2. Tujuan Spesial Purpose Entitas:
1. Mendanai aset tertentu atau layanan tertentu dan tetap membuat hutang
perusahaan indul off balance sheet
2. Mengubah aset finanasial tertentu, seperti hutang dagang, pinjaman, atau
hipotek ke dalam bentuk liquid
3. Mengurangi besarnya pajak.
2.4.3. Karekteristik SPE:
1. Memiliki modal yang terbatas
2. Biasanya tidak memiliki manajemen yang independen
3. Fungsi administratifnya sering dijalankan oleh suatu trustee yang menerima dan
mendistribusikan kas sesuai dengan persyaratan kontrak, sekaligus bertindak
sebagai perantara SPV dengan pihak yang membentuk SPV
4. Jika SPV memegang aset, maka salah satu pihak akan memberikan jasa tertentu
sesuai perjanjian.
Contoh kasus :
Dimana perusahaan Enron oleh Andrew Fastow dan divisi konsultasi
keuangan Arthur Andersen (AA) menyiapkan sebuah “perseroan terbatas” yang
disebut “entitas tujuan khusus” (Special Purpose Entities) untuk menyelesaikan
masalah seputar hutang sekaligus membersihkan banyak kontrak yang dinilai
terlalu tinggi pada pembukuan Enron di saat yang sama tetap menghasilkan
14
“pendapatan” tambahan.. Aturan akuntansi membolehkan suatu perusahaan
mengeluarkan pencatatan entitas tujuan khusus dari laporan keuangannya bila
ada pihak independen yang memiliki kendali atas entitas tujuan khusus tersebut,
dan bila pihak independen ini memiliki paling tidak 3 persen dari seluruh saham
entitas tujuan khusus. Untuk memenuhi syarat tersebut, Fastow menunjuk
dirinya sendiri dan karyawan Enron lainnya untuk menjadi para pimpinan di
entitas ini. Individu-individu ini kemudian menginvestasikan dengan cukup uang
mereka sendiri di entitas ini untuk memenuhi peraturan 3 persen, dan Fastow
mentransfer cukup saham Enron ke dalam entitas untuk membuat 97% lainnya.
Entitas ini kemudian meminjam sangat banyak uang, memakai saham Enron
mereka sebagai jaminan. Uang yang dipinjam kemudian dibayarkan kepada
Enron untuk “membeli” kontrak yang dinilai terlalu tinggi pada pembukuan
Enron dan investasi gagal lainnya, dan Enron dapat mencatat uang itu sebagai
“pendapatan”, bukan hutang. Entitas ini juga setuju untuk mengambil alih hutang
berjalan Enron yang sangat besar dan sebaliknya, Enron mentransfer lebih
banyak sahamnya ke entitas yang dibentuk itu. Fastow memberi entitas tersebut
nama yang tak lazim seperti “Chewco”, “Jedi”, “Talon”, “Condor”, dan
“Raptor”, dan ia dan orang-orang Enron lainnya menggaji diri mereka sendiri
jutaan dolar AS sebagai gaji dan pendapatan dari kepemilikan saham 3% mereka
di entitas.
Hasil akhirnya adalah entitas khusus tersebut dibiarkan memiliki hutang,
dijamin oleh saham Enron, dan juga memegang kontrak yang dinilai terlalu
tinggi dan investasi gagal lainnya sebagai “aset”. Karena hutang dan aset yang
dibeli dari Enron oleh entitas tujuan khusus tidak harus dilaporkan pada laporan
keuangan Enron, pemegang saham percaya bahwa hutang yang dimiliki Enron
tidak meningkat, bahwa perusahaan mendapatkan laba yang tinggi dari penjualan
kontrak dan aset lain kepada entitas ini, dan bahkan pendapatan meningkat setiap
tahunnya. Sebagai auditor perusahaan dan akuntan “luar”, divisi audit Arthur
Andersen memberikan penilaian bahwa laporan keuangan perusahaan telah
menyajikan akuntansi yang akurat.
15
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan ilmu akuntansi penggabungan akuntansi di indonesia, tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan standart akuntansi internasional, yang menjadi sumber utama
penyusunan standart akuntasi keuangan sejak tahun 1994. Disamping itu, saat ini terdapat
kencenderungan pengadobsian IFRS di dunia menyusul terjadinya sekandal Enrorn dan
perusahaan-perusahaan raksasa lainnya di Amerika Serikat. Standart akuntasi keuangan di
Amerika Serikat (US-GAAP) dianggap memiliki banyak kelemahan yang dapat di jadikan celah
memanipulasi laporan keuangan.
Saat ini, akuntasi penggabungan usaha (IFRS No3.) tidak dapat dilihat sebagai
akuntansi yang cukup dibahas secara terpisah, tetapi harus dilihat dengan perspektif standar-
standar akuntansi keuangan lain, seperti standar akuntansi aktiva berwujud (IAS No.16) dan
goodwil, penurunan nilai aktiva (IAS No.36) dan pajak penghasilan (IAS No.12). Sehingga,
dalam melakukan adopsi terhadap IFRS, perlu diperhatikan standar-standar akuntansi keuangan
lain yang terkait dengannya.
Dipandang dari segi hukum perusahaan induk dan perusahaan anak memang berdiri
sendiri. Akan tetapi dipandang dari segi ekonomi perusahaan anak hanyalah perpanjangan tangan
dari perusahaan induk karena kebijakan akan ditentukan oleh perusahaan induk. Oleh karena itu
dari segi ekonomi kedua perusahaan tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan ekonomi.
Agar perusahaan induk dan perusahaan anak dapat mencerminkan suatu kesatuan ekonomi maka
kedua perusahaan tersebut harus menyususn satu laporan keuangan yang mencakup dan
mencerminkan perusahaan induk dan perusahaan anak.
16