Obstruksi Saluran Nafas Atas

11
Obstruksi Saluran Nafas Atas / upper respiratory track obstruction DEFENISI Obstruksi saluran nafas atas adalah sumbatan pada saluran nafas yang bisa berlokasi di trakea, laring atau faring. ANATOMI Secara anatomi saluran nafas atas terdiri atas faring dan rongga hidung, akan tetapi secara fungsional laring dan trachea bisa dimasukkan dan rongga mulut menjadi jalur alternatif pernafasan. Hidung adalah bangunan berbentuk piramida yang terdiri dari tulang dan kartilago yang berikatan ke tengkorak dan dibagi oleh septum ditengahnya menjadi dua rongga hidung. Hidung berfungsi sebagai pemanas dan pelembab gas yang dihirup, resonator suara dan tempat reseptor penciuman. Sinus paranasal bermuara ke rongga hidung. Bagian belakang mulut terbuka ke orofaring dan membentuk pintu masuk ke saluran cerna dan juga merupakan jalur alternatif lewatnya udara. Juga terlibat dalam proses bicara. Intubasi orotracheal dapat digunakan sebagai alternatif dari intubasi nasal ketika dibutuhkan. Akan tetapi variasi dari anatomi jalan nafas atas dapat menyulitkan teknik ini. Faring adalah tabung fibromuskular berbentuk U yang merupakan perluasan dari dasar tengkorak hingga ke kartilago cricoid di pintu masuk ke esophagus. Di anterior ia terbuka ke rongga hidung melalui koana ke rongga mulut melalui ismus orofaring dan laring serta osofagus di bagian bawah, yang membaginya menjadi naso-, oro-, dan laryngopharynx, berurutan. pharynx membentuk suatu saluran aerodigestive dan terlibat erat dengan proses menelan. Panjangnya pada orang dewasa kira-kira 14 cm dibagian posterior. Faring mendapat suplai darah dari berbagai sumber yang ekstensif. Yang utama beral dari arteri carotis eksterna serta cabang dari arteri maksila interna yakni cabang palatina superior. Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dan kripta didalamnya. Terdapat tiga tonsil yaitu tonsil faring (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiganya membentuk cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasa disebut tonsil saja (amandel) terletak di fossa tonsilaris. hiperplasia dari tonsil ini bisa menimbulkan sumbatan pada jalan nafas. Ruang retrofaring terdapat pada bagian posterior dari faring, yang dibatasi oleh : · anterior : fasia bukkofaringeal ( divisi viscera lapisan media fasia servikalis profunda) yang mengelilingi faring, trakea, esofagus dan tiroid · posterior : divisi alar lapisan profunda fasia servikalis profunda · lateral : selubung karotis ( carotid sheath ) dan daerah parafaring. Daerah ini meluas mulai dari dasar tengkorak sampai ke mediastinum setinggi bifurkasio trakea ( vertebra torakal I atau II ) dimana divisi viscera dan alar bersatu. Daerah retrofaring terbagi menjadi 2 daerah yang terpisah di bagian lateral oleh aliran limfe dari rongga hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring, tuba Eustakius dan telinga tengah. Daerah ini disebut juga dengan ruang

description

Obstruksi saluran nafas atas dan klasifikasinya

Transcript of Obstruksi Saluran Nafas Atas

Page 1: Obstruksi Saluran Nafas Atas

Obstruksi Saluran Nafas Atas / upper respiratory track obstruction

DEFENISI

Obstruksi saluran nafas atas adalah sumbatan pada saluran nafas yang bisa berlokasi di

trakea, laring atau faring.

ANATOMI

Secara anatomi saluran nafas atas terdiri atas faring dan rongga hidung, akan tetapi

secara fungsional laring dan trachea bisa dimasukkan dan rongga mulut menjadi jalur

alternatif pernafasan. Hidung adalah bangunan berbentuk piramida yang terdiri dari

tulang dan kartilago yang berikatan ke tengkorak dan dibagi oleh septum ditengahnya

menjadi dua rongga hidung. Hidung berfungsi sebagai pemanas dan pelembab gas yang

dihirup, resonator suara dan tempat reseptor penciuman. Sinus paranasal bermuara ke

rongga hidung. Bagian belakang mulut terbuka ke orofaring dan membentuk pintu

masuk ke saluran cerna dan juga merupakan jalur alternatif lewatnya udara. Juga terlibat

dalam proses bicara. Intubasi orotracheal dapat digunakan sebagai alternatif dari

intubasi nasal ketika dibutuhkan. Akan tetapi variasi dari anatomi jalan nafas atas dapat

menyulitkan teknik ini.

Faring adalah tabung fibromuskular berbentuk U yang merupakan perluasan dari dasar

tengkorak hingga ke kartilago cricoid di pintu masuk ke esophagus. Di anterior ia terbuka

ke rongga hidung melalui koana ke rongga mulut melalui ismus orofaring dan laring serta

osofagus di bagian bawah, yang membaginya menjadi naso-, oro-, dan laryngopharynx,

berurutan. pharynx membentuk suatu saluran aerodigestive dan terlibat erat dengan

proses menelan. Panjangnya pada orang dewasa kira-kira 14 cm dibagian posterior.

Faring mendapat suplai darah dari berbagai sumber yang ekstensif. Yang utama beral

dari arteri carotis eksterna serta cabang dari arteri maksila interna yakni cabang palatina

superior.

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat

dan kripta didalamnya. Terdapat tiga tonsil yaitu tonsil faring (adenoid), tonsil palatina

dan tonsil lingual yang ketiganya membentuk cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasa

disebut tonsil saja (amandel) terletak di fossa tonsilaris. hiperplasia dari tonsil ini bisa

menimbulkan sumbatan pada jalan nafas.

Ruang retrofaring terdapat pada bagian posterior dari faring, yang dibatasi

oleh :

· anterior : fasia bukkofaringeal ( divisi viscera lapisan media fasia servikalis profunda)

yang mengelilingi faring, trakea, esofagus dan tiroid

· posterior : divisi alar lapisan profunda fasia servikalis profunda

· lateral : selubung karotis ( carotid sheath ) dan daerah parafaring.

Daerah ini meluas mulai dari dasar tengkorak sampai ke mediastinum setinggi bifurkasio

trakea ( vertebra torakal I atau II ) dimana divisi viscera dan alar bersatu.

Daerah retrofaring terbagi menjadi 2 daerah yang terpisah di bagian lateral oleh aliran

limfe dari rongga hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring, tuba Eustakius dan telinga

tengah. Daerah ini disebut juga dengan ruang retroviscera, retroesofagus dan ruang

viscera posterior. Selain itu juga dijumpai daerah potensial lainnya di leher yaitu :

· danger space : dibatasi oleh divisi alar pada bagian anterior dan divisi prevertebra pada

bagian posterior ( tepat di belakang ruang retrofaring ).

· prevertebral space : dibatasi oleh divisi prevertebra pada bagian anterior dan korpus

vertebra pada bagian posterior ( tepat di belakang danger space ). Ruang ini berjalan

Page 2: Obstruksi Saluran Nafas Atas

sepanjang kollumna vertebralis dan merupakan jalur penyebaran infeksi leher dalam ke

daerah koksigeus midline raphe . Tiap – tiap bagian mengandung 2 – 5 buah kelenjar

limfe retrofaring yang biasanya menghilang setelah berumur 4 – 5 tahun.

Laring merupakan bagian terbawah saluran nafas atas dan memiliki bentuk yang

menyerupai limas segitiga yang terpancung. Batas atas laring berupa aditus laring dan

batas bawah berupa batas kaudal kartilago krikoid. Batas depannya adalah permukaan

belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua

belah lamina kartilago krikoid.

Laring laki-laki dewasa terletak setinggi vertebra servikalis 3-6. Pada anak dan wanita

sedikit lebih tinggi. Laring dibagi atas tiga bagian yaitu : supra glotis, glotis, dan

subglotis. Supra glotis meluas dari puncak epiglotis sampai ke ventrikel laring. Glotis

melibatkan pita sura sampai 5-7 mm dibawah ligamentum vokale, sedangkan subglotis

dari bagian inferior glotis ke pinggir inferior kartilago krikoid. Laring dibentuk oleh

sebuah tulang dibagian atas dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan dan

diikat satu sama lain oleh otot-otot intrinsik dan ekstrinsik.

Tulang dan tulang rawan

1. Tulang hioid

Tulang hioid terletak paling atas berbentuk huruf U dan dengan mudah dapat diraba

pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian

belakang dan prosesus brevis kearah atas bagian depan.

2. Tulang rawan tiroid

Merupakan tulang rawan laring yang terbesar. Terdiri dari dua lamina yang bersatu

dibagian depan mengembang kearah belakang. Pada bagian atas terdapat celah yang

memisahkan kedua lamina yang disebut dengan “Thyroid Notch”

3. Tulang rawan krikoid.

Terletak dibawah tulang rawan tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari

laring. Bagian depan meyempit dan bagian belakang melebar, dan membentuk sebagian

besar dinding belakang laring.

4. Tulang rawan epiglotis

Merupakan tulang rawan yang berbentuk pipih seperti daun dan terdiri dari jaringan

tulang rawan fibroelastik.

5. Tulang rawan aritenoid.

Berbentuk piramid bersisi tiga tidak teratur. Di bagian dasar tulang rawan ini membentuk

persendian dengan bagian atas belakang krikoid.

6. Tulang rawan kornikulata dan kuneiformis

Tulang rawan ini terdiri dari komponen elastik. Tulang rawan kornikulata bersendi

dengan permukaan datar apeks tulang rawan aritenoid. Tulang rawan kuneiformis

bersendi dengan tulang rawan kornikulata dan kedua tulang rawan ini akan membentuk

tonjolan pada tiap sisi posterior rima glotis.

PATOFISIOLOGI DAN ETIOLOGI

Obstruksi sering terjadi pada daerah yang secara anatomis menyempit, seperti

hipofaring pada dasar lidah dan pada pita suara di laring. Tempat obstruksi jalan nafas

dapat di supraglotis intraglotis dan infraglotis. Juga bisa dibagi menjadi bagian intra

thorak dan ekstrathorak yang berbeda selama inspirasi dan ekspirasi.

Saluran nafas intra thorak melebar selama inspirasi dan karena tekanan negatif dari

Page 3: Obstruksi Saluran Nafas Atas

intrapleural. Tekanan positif di intrapleural selama ekspirasi menyebabkan penekanan

dan penyempitan

Penyebab fungsional

· Depresi saraf pusat

· Abnormalitas system saraf perifer dan gangguan neuromuskular

v parese nervus laryngeus recurrent (pasca operasi, inflamasi, infiltrasi tumor,

v obstructive sleep apnoea

v Laryngospasm

v myasthenia gravis

v Guillain-Barre polyneuritis

v hipokalsemia (menyebabkan spasme pita suara).

v tetanus

Penyebab mekanis

v aspirasi benda asing

Infeksi

v epiglottitis

v supraglottitis

v sellulitis atau abses retrofaring

v Abses parafaring

v Angina Ludwig

v diphtheria

v bacterial tracheitis

v laryngotracheobronchitis

oedema laring

v alergi

v angioedema herediter

perdarahan dan haematoma

v paska operasi

v terapi anticoagulan

v koagulopati

Trauma

v Facial injury ( fraktur mandibula dan maxila)

v Acute laryngeal injury

v Laryngeal stenosis

v Luka bakar pada saluran nafas

Neoplasma

v karsinoma pharyng, laring dan tracheobronchial

v polyposis pita suara

kongenital

v vascular rings

v laryngeal webs, laryngocoele

v atresia coana bilateral

penyebab lainnya

v crico-arytenoid arthritis

v achalasia oesophagus

v myxoedema

GEJALA KLINIS

Page 4: Obstruksi Saluran Nafas Atas

Bahkan sebelum riwayat pasien didapat, pemeriksaan fisik sangat penting dilakukan

untuk menilai keparahan sumbatan jalan nafas. Pasien akan mengunakan otot nafas

tambahan seperti sternocleidomastoideus pada semua kasus sumbatan jalan nafas.

Gejala sangat bergantung dari penyebab sumbatan, tetapi beberapa gejala sama pada

semua kasus obstruksi.

Dyspnea 

Stridor

Inspiratory – biasanya obstruksi supraglottic akan terhisap ke glottis dengan inspirasi

Expiratory – biasanya obstruksi subglottic akan terdorong ke glottis selama ekspirasi

Biphasic – keduanya diatas atau suatu lesi yang terisolasi di glottis seperti edema

Perubahan suara

nyeri

batuk

penurunan atau hilang suara nafas

perdarahan

gelisah

tercekik

megap-megap ( haus akan udara)

Wheezing, atau suara pernafasan yang tidak biasa yang menunjukkan kesulitan bernafas

Agitasi

Panik

Sianosis

Penurunan kesadaran/tidak sadarkan diri

sumbatan jalan nafas dapat total atau parsial

sumbatan total:

Pasien tak bisa bernafas, berbicara atau batuk dan dan akan memegang tenggorokan

diantara jempol dan telunjuk, panik dan gelisah. Usaha yang keras untuk bernafas

dengan retraksi interkostal dan supraklavikula. Pemeriksaan fisik menunjukkan

penurunan suara pernafasan nadi dan tekanan darah meningkat, pasien akan segera

sianosis, kelilangan kesadaran, bradikardi dan hipotensi dan akhirnya henti jantung.

Kematian terjadi bila sumbatan tidak teratasi dalam 2-5 menit.

sumbatan jalan nafas tak lengkap:

pasien dalam keadaan stabil atau perburukan yang progressif, tanda dan gejala mungkin

ringan tetapi memburuk saat batuk, mengorok saat inspirasi, disfonia, afonia, tesedak,

sesak karena sumbatan, batuk yang lemah, respiratory distress dan tanda-tanda

hypoxaemia dan hypercarbia seperti kecemasan, bingung, letargi, sianosis bisa muncul

sebagai perburukan . Usaha inspirasi yang kuat untuk melawan sumbatan dapat

menimbulkan ekimosis. Sumbatan jalan nafas parsial yang memburuk harus ditangani

secara cepat dan segera dilakukan persiapan terapi sebagaimana sumbatan jalan nafas

total.

PEMERIKSAAN KHUSUS

Laringoskopi dan bronkoskopi

Laringoskopi indirect pada pasien yang stabil dan kooperatif berguna untuk mendiagnosa

benda asing, massa retrofaring atau laring dan patologi glottis lainnya.

Flexible fibreoptic bronchoscopy atau laringoskopi berguna sebagai diagnosis dan

penetalaksanaan dari obstruksi saluran nafas atas. Keuntungannya dapat secara

langsung melihat anatomi dan fungsi saluran nafas atas dan membuat diagnosis yang

Page 5: Obstruksi Saluran Nafas Atas

akurat, dapat dilakukan tdi unit gawat darurat tanpa memindahkan pasien dan sedikit

resiko obstruksi total, pasien dalam keadaan sadar dan nafas spontan, bila dilakukan

hati-hati tidak traumatic dan tidak memperburuk obstruksi. Kekurangannya yaitu

membutuhkan operator yang handal dan pasien yang kooperatif, sulit dilakukan bila

terdapat banyak darah dan sekret.

Laringoskopi direct dapat sebagai tindakan diagnosis dan terapetik. Benda asing, darah,

muntahan, dan sekresi dapat di sedot atau dikeluarkan dengan forsep. Intubasi

endotracheal dapat dilakukan dengan cepat dengan penglihatan langsung.

Kekurangannya adalah kebutuhan akan anastesi lokal yang baik dimana sering sulit

dilakukan pada keadaan emergensi. Prosedur yang traumatis dapat memperburuk

pembengkakan, perdarahan dan edema.

Pemeriksaan Radiografi

Foto polos leher AP dan lateral berguna untuk mendeteksi benda asing yang radiopaq,

massa retrofaring dan epiglottitis. Foto Lateral harus dilakukan saat inspirasi dengan

kepala hiperekstensi. CT scan dapat dilakukan pada pasien yang stabil dan untuk menilai

kartilago tiroid, krikoid dan aritenoid untuk menilai keadaan lumen saluran nafas.

PRINSIP DAN TEKNIK PENANGANAN SUMBATAN JALAN NAFAS

Manuver jalan nafas

Manuver sederhana dapat dilakukan untuk membuka jalan nafas seperti headtilt, chin

lift. Jaw thrust (triple airway manoeuver) digunakan bila metode lainnya gagal. Manuver

“Heimlich” efektif digunakan pada sumbatan jalan nafas total yang disebabkan oleh

benda asing. Oropharyngeal airway (guedel) atau nasopharyngeal airway akan berguna

pada pasien-pasien yang tidak sadar. Jika pasien tidak diintubasi segera, gunakan posisi

koma (semi-prone, kepala sedikit ditundukkan).

Intubasi Endotracheal

Direct laryngoscopy dan intubasi tracheal adalah metode yang digunakan pada pasien

yang apneu dan tidak sadar. Anastesi lokal yang baik sangatlah penting. Phenylephrine

(1-2%) atau kokain (2ml dalam larutan 5%) mengurangi perdarahan hidung. Suction

catheters (oro atau nasopharyngeal) akan memperbaiki angka keberhasilan dimana

“port suction” dapat digunakan untuk menyalurkan oksigen 100% dan juga menjaga

ujung bronkoskopi tetap bersih dari lendir.

Penanganan Operatif

Diindikasikan bila intubasi endotracheal tidak memungkinkan atau ada ketidakstabilan

tulang cervical

percutanous transtracheal jet ventilation

Menggunakan kateter intravena yang besar dimasukkan melalui membran cricothyroid.

Cepat sederhana, relative aman dan efektif pada situasi dimana pasien tidak bisa di

intubasi. Lebih cepat dari cricothyroidotomy atau trakeostomi

cricothyroidotomy

Diandalkan, aman dan mudah untuk membuat suatu jalan nafas emergensi. Merupakan

metode yang dipilih jika terjadi sumbatan total jalan nafas atas dan ekspirasi tidak bisa

dilakukan melelui glottis

Diameter internal minimum tube agar dapat terjadi pertukaran gas yang adequate

(menggunakan suplemen O2): pernafasan spontan 3mm; ventilasi dengan suatu bag

valve resuscitator 2.5mm

Diameter dari rongga cricothyroid adalah 9mm oleh karena itu tube berukuran lebih dari

8.5 tidak boleh digunakan untuk mencegah komplikasi seperti laryngeal fractur dan

Page 6: Obstruksi Saluran Nafas Atas

kerusakan pita suara. Tube trakeostomi shiley no 4 memiliki diameter dalam 5mm dan

diameter luar 8.5 mm oleh karena itu ideal. Suatu tube endotrakheal standar 6-6,5 juga

bisa digunakan

v Teknik operasi

Leher pasien diekstensikan dan distabilkan, palpasi kartilago krikoid kira-kira 2-3 cm

dibawah tiroid. Dibuat suatu insisi horizontal sepanjang 1 cm sedikit diatas batas

superior krikoid (ini untuk menghindari pembuluh yang berjalan dibawah batas inferior

sama seperti pembuluh yang berada di intercostal) untuk mendapatkan membran

cricothyroid yang kemudian ditembus ditengahnya. Pisau harus diarahkan ke inferior

untuk mencegah trauma pita suara.hati-hati agar tidak menembus dinding posterior

laring yang bisa menembus oesofagus. Masukkan instrumen tumpul seperti gagang

pisau pada insisi dan putar perlahan untuk memperbesar insisi agar dapat dimasuki

kanula kecil

Komplikasi (seperti stenosis subglottic, fraktur tiroid, perdarahan dan pneumothorax)

jarang terjadi.

Tracheostomy

Trakeostomi dan trakeostomi adalah dua hal yang sering dilakukan untuk membuka

dinding anterior leher guna mencapai trakea yang bersifat sementara. Trakeotomi

perdefenisi adalah suatu insisi yang dibuat pada trakea, sementara trakeostomi

merupakan tindakan membuat stoma agar udara dapat masuk keparu-paru dengan

memintas jalan nafas bagian atas. Stoma permanen setelah laringektomi yang dibuat

dengan menjahitkan kuit ke mukosa trakea disebut trekeostomi permanen.

Indikasi

Perkembangan antibiotik dibarengi kemajuan hebat dalam anastesi telah menjadikan

trakeostomi paling sering dilakukan sebagai prosedur elektif.

Untuk memintas obstruksi

Anomali Kongenital (seperti, laryngeal hypoplasia,)

Benda asing yang tidak bisa dikeluarkan dengan manuver Heimlich dan basic cardiac life

support (BCLS)

Kondisi patologis supraglottic atau glottis (seperti, infeksi, neoplasma, bilateral vocal

cord paralysis)

Trauma leher akibat cedera berat pada kartilago tiroid atau krikoid tulang hyoid atau

pembuluh darah besar.

emphysema subcutan

muncul di wajah leher

fraktur wajah yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas (misalnya fraktur

komminutif tulang wajah bagian tengah dan mandibula

Edema

Trauma

Luka bakar

Infeksi

Anafilaksis

Membuat rute jangka panjang untuk ventilasi mekanik jangka panjang pada kasus kasus

gagal nafas

Jalan untuk pulmonary toilet

Batuk Inadequat karena nyeri atau kelemahan

Aspirasi dan ketidakmampuan untuk menangani sekresi (tube dengan cuff membuat

Page 7: Obstruksi Saluran Nafas Atas

tracea terlindungi dari esophagus dan isi refluxnya. Olehkarena itu intervensi ini bisa

mencegah aspirasi dan semua substansi aspirasi bisa dipindahkan.)

Profilaksis (seperti persiapan pada pembedahan luas di kepala dan leher)

Severe sleep apnea (gangguan nafas saat tidur yang berat) yang tidak bisa ditangani

dengan cara lain yang lebih ringan.

Jenis trakeostomi

1. Trakeostomi biasa

Trakeostomi pada penderita yang tidak sesak dan trakea mudah dicari, indikasinya:

v Tumor laring yang belum lanjut (belum sesak), persiapan biopsi.

v Tumor pangkal lidah/tonsil, persiapan radiasi atau operasi (untuk anestesi).

2. Trakeostomi sulit

Di sini trakea sulit teraba, dapat terjadi karena :

v Trakea letaknya "dalam", sulit dicapai; hal ini karena ada tumor koli.

v Kepala sulit ekstensi karena adanya tumor koli.

v Ada jaringan kelenjar tiroid besar di atasnya.

v Ada pembuluh vena besar karena bendungan disebabkan oleh tumor koli.

v Lubang operasi tidak konsisten di garis tengah, karena asisten memegang haak

(pengait) tidak di garis tengah secara konsisten.

v Insisi terlalu pendek, lapangan operasi sempit sehingga sulit meraba trakea.

v Trakea terdorong ke lateral karena terdesak oleh tumor koli.

v Trakea tak teraba karena ada sikatrik bekas trakeostomi dahulu.

3. Trakeostomi darurat

Darurat karena penderita sesak bahkan mungkin sudah sianosis; sesak karena lumen

sudah menutup jalan napas lebih dari 90%.

4. Trakeostomi darurat dan sulit

Kombinasi ini bisa terjadi yang sangat membahayakan jiwa penderita

Kontraindikasi

Tak ada kontraindikasi absolut untuk trakeostomi. Suatu kontraindikasi yang relatif kuat

untuk melakukannya adalah sumbatan yang diduga suatu karcinoma laring karena

manipulasi pada tumor harus dihindari karena hal tersebut meningkatkan insiden

rekurens

KEADAAN KLINIS YANG SERING DITEMUI

Epiglotitis akut

Epiglottitis akut atau laringitis supraglottika akut cukup banyak ditemukan pada anak-

anak kecil. Juga terdapat pada orang dewasa, tetapi dengan frekwensi yang lebih jarang.

Merupakan penyakit yang membahayakan jiwa bila tidak lekas diambil tindakan yang

cepat dan tepat, terutama pada anak-anak kecil. BECKER BL0EMKOLK dalam satu tahun

mendapatkan tiga kasus anak kecil (berumur 2, 3 dan 3. tahun) yang meninggal dengan

diagnosis yang salah atau tanpa dapat dibuat diagnosis klinis. Pada obduksi, didapatkan

epiglottitis acuta pada ketiga-tiganya. Frekwensi Lebih banyak terdapat pada laki-laki,

seperti tercermin pada penyelidikan BAXTER terhadap 103 kasus epiglottitis acuta pada

anak kecil yang terdapat selama 15 tahun (1951 — 1965) di Montreal Children ' s

Hospital.

Etiologi

Kausanya belum diketahui dengan jelas. Seperti pada lain-lain infeksi di faring, diduga

Page 8: Obstruksi Saluran Nafas Atas

penyebab primernya adalah virus; kemudian ada infeksi sekunder, terutama oleh

Haemophilus influenzae type B. Juga bisa didapatkan streptococcus, staphylococcus,

pneumococcus dan kuman-kuman lain.

Laringitis akut

Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara (laring) karena terlalu banyak

digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan

yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membrane mukosa yang membentuk pintu

masuk dari batang tenggorok (trakea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara-dua

bbuah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan.

Laryngitis akut biasanya karena terjadinya iritasi dan peradangan akibat virus, suara

serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.

Laringitis akut pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (common cold),

atau merupakan manifestasi dari radang saluran napas bagian atas. Pada anak, laringitis

akut dapat menimbulkan sumbatan jalan napas atas, sedangkan pada orang dewasa

tidak secepat pada anak, karena rimaglotis anak relatif lebih sempit dari orang dewasa.

Penyakit ini paling sering disebabkan oleh virus. Biasanya merupakan perluasan radang

saluran napas bagian atas oleh karena bakteri Haemophilus influenzae, Staphylococcus,

Streptococcus atau Pneumococcus, Timbulnya penyakit ini sering dihubungkan denga

perubahan cuaca atau suhu, gizi yang kurang/malnutrisi, imunisasi yang tidak lengkap

dan pemakaian suara yang berlebihan. Pada laringitis akut terdapat gejala umum,

seperti demam, kelemahan (malaise), gejala rinofaringitis, batuk disertai farau sampai

tidak bersuara sama sekali (afoni). Gejala yang mula-mula timbul adalah, rasa kering

ditenggorokan, nyeri ketika menelan atau berbicara. Sering disertai batuk kering dan

lama kelamaan akan timbul batuk dengan dahak yang kental. Pada keadaan lanjut sering

menimbulkan gejala sumbatan jalan napas bagian atas sampai sianosis. Hal ini sering

terjadi pada anak.

Terapi bedah tergantung pada stadium sumbatan laring. Jackson membagi sumbatan

laring yang progressif dalam 4 stadium dengan tanda dan gejala :

Stadium I : retraksi tampak pada waktu inspirasi di supra sternal, stridor saat inspirasi

dan pasien masih tenang.

Stadium II : retraksi pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam, ditambah

lagi dengan timbulnya retraksi di daerah epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah. Stridor

terdengar pada saat inspirasi.

Stadium III : cukungan selain didaerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di

infraklavikula dan sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea. Stridor pada saat inspirasi

dan ekspirasi.

Stadium IV : retraksi bertambah jelas disemua tempat seperti diatas, pasien sangat

gelisah, tampak ketakutan dan sianosis. Jika terus berlanjut dapat terjadi asfiksia dan

kematian

Tindakan konservatif seperti pemberian anti inflamasi, antibiotika, serta pemberian

oksigen intermitten dilakukan pada stadium I. Intubasi endotrakea dan trakeostomi

dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stadium II dan III. Sedangkan pasien

dengan stadium empat dlakukan krikotirotomi.

Difteri

Organisme penyebab adalah srtain dari corynebacterium diphteriae, paling sering

menyerang faring. Keluhan awal ynag sering adalah nyeri tenggorokan, disamping itu

pasien mengeluh nausea , muntah dan disfagia. Pemeriksaan menunjukan membrane

Page 9: Obstruksi Saluran Nafas Atas

yang khas terjadi di atas daerah tonsila dan meluas kedaerah yang berdekatan.

Perdarahan terjadi pada pengangkatan membrane.

Penanganan terdiri dari dua hal yaitu : 1. Penggunaan antitoksin spesifik; 2. Eleminasi

organisme dari orofaring.

Abses Retrofaring

Abses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah

retrofaring. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam ( deep

neck infection ). Pada umumnya sumber infeksi pada ruang retrofaring berasal dari

proses infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus paranasal, yang menyebar ke

kelenjar limfe retrofaring. Oleh karena kelenjar ini biasanya atrofi pada umur 4 – 5 tahun,

maka sebagian besar abses retrofaring terjadi pada anak-anak dan relatif jarang pada

orang dewasa.

Akhir – akhir ini abses retrofaring sudah semakin jarang dijumpai . Hal ini disebabkan

penggunaan antibiotik yang luas terhadap infeksi saluran nafas atas. Pemeriksaan

mikrobiologi berupa isolasi bakteri dan uji kepekaan kuman sangat membantu dalam

pemilihan antibiotik yang tepat. Walaupun demikian, angka mortalitas dari komplikasi

yang timbul akibat abses retrofaring masih cukup tinggi sehingga diagnosis dan

penanganan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan. Penatalaksanaan abses

retrofaring dilakukan secara medikamentosa dan operatif

a. Aspirasi pus ( needle aspiration )

b. Insisi dan drainase :

· Pendekatan intra oral ( transoral ) : untuk abses yang kecil dan terlokalisir. Pasien

diletakkan pada “posisi Trendelenburg”, dimana leher dalam keadaan hiperekstensi dan

kepala lebih rendah dari bahu. Insisi vertikal dilakukan pada daerah yang paling

berfluktuasi dan selanjutnya pus yang keluar harus segera diisap dengan alat penghisap

untuk menghindari aspirasi pus. Lalu insisi diperlebar dengan forsep atau klem arteri

untuk memudahkan evakuasi pus.

Pendekatan eksterna ( external approach ) baik secara anterior atau posterior : untuk

abses yang besar dan meluas ke arah hipofaring. Pendekatan anterior dilakukan dengan

membuat

insisi secara horizontal mengikuti garis kulit setingkat krikoid atau pertengahan antara

tulang hioid dan klavikula. Kulit dan subkutis dielevasi untuk memperluas pandangan

sampai terlihat m. sternokleidomastoideus. Dilakukan insisi pada batas anterior m.

sternokleidomastoideus. Dengan menggunakan klem arteri bengkok, m.

sternokleidomastoideus dan selubung karotis disisihkan ke arah lateral. Setelah abses

terpapar dengan cunam tumpul abses dibuka dan pus dikeluarkan. Bila diperlukan insisi

dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain ( Penrose drain ). Pendekatan posterior

dibuat dengan melakukan insisi pada batas posterior m. sternokleidomastoideus. Kepala

diputar ke arah yang berlawanan dari abses. Selanjutnya fasia dibelakang m.

sternokleidomastoideus diatas abses dipisahkan. Dengan diseksi tumpul pus dikeluarkan

dari belakang selubung karotis.

angina Ludwig

Merupakan infeksi pada dasar mulut. Massa inflamasi berkembang di celah antara lidah

dan otot serta fascia leher anterior. Jalan nafas supraglotis terjepit dan menjadi sempit.

Paling sering berasal dari infeksi gigi geligi. direct laryngoscopy sulit dilakukan karena

lidah sulit digeser kedepan. fibreoptic bronchoscopy atau insisi merupakan cara

Page 10: Obstruksi Saluran Nafas Atas

penanganannya. Sebelum insisi dilakukan sebaiknya dilakukan persiapan untuk

trakeostomi karena dikhawatirkan terjadi kesulitan intrubasi

Cidera inhalasi

Sumbatan jalan nafas diakibatkan oleh edema supraglotic yang progressif yang biasanya

terjadi dalam 24 jam setelah inhalasi. Faktor resiko edema yang berat adalah luka bakar

yang luas (>30-45%), pasien-pasien dengan kondisi seperti ini harus segera diintubasi

Alergi

Manifestasi alergi dapat berupa lokal atau bagian dari reaksi anafilaksis. Pada edema

laring akut karena alergi, angioedema bibir dan supraglotis, glottis dan infraglotis dapat

menimbulkan sumbatan pada jalan nafas. Reaksi sistemik terdiri dari kombiasi antara

urtikaria, bronchospasme, syok, kolaps kardiovaskular dan nyeri perut. Penyebab alergi

yang sering adalah sengatan lebah, kerang-kerangan dan obat angiotensin converting

enzyme inhibitor

Pengobatan terdiri dari pembebasan jalan nafas segera dan pemberian oksigen, infus,

epinephrine, antihistamin dan steroid:

Oxygen

100%

Intravenous fluid replacement

Epinephrine (1:10 000) orEpinephrine (1:1000)

0.2-0.5 ml IV0.3 ml SC

Diphenhydramine

50 mg IV/IM

Methylprednislone orHydrocortisone

125 mg IV200 mg IV

Aminophylline

5.6 mg/kg over 30 min