Tutorial Obstruksi saluran napas atas

75
A. Anatomi Hidung Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, misalnya sumbatan hidung perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan pendarahan serta persarafannya, serta fisiologi hidung. Untuk mendiagnosis penyakit yang terdapat di dalam hidung perlu diketahui dan dipelajari pula cara pemeriksaan hidung. Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian- bagiannya dari atas ke bawah : 1) pangkal hidung (bridge) 2) dorsum nasi 3) puncak hidung 4) ala nasi 5) kolumela 6) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung (os nasalis) 2) prosesus frontalis os maksila 3) prosesus nasalis os frontal

description

Semoga bermanfaat

Transcript of Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Page 1: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

A. Anatomi

Hidung

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, misalnya sumbatan hidung perlu

diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau

piramid hidung dan rongga hidung dengan pendarahan serta persarafannya, serta

fisiologi hidung. Untuk mendiagnosis penyakit yang terdapat di dalam hidung perlu

diketahui dan dipelajari pula cara pemeriksaan hidung.

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :

1) pangkal hidung (bridge)

2) dorsum nasi

3) puncak hidung

4) ala nasi

5) kolumela

6) lubang hidung (nares anterior).

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,

jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau

menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :

1) tulang hidung (os nasalis)

2) prosesus frontalis os maksila

3) prosesus nasalis os frontal

Nares anterior

Page 2: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan

yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu :

1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior,

2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago

alar mayor,

3) beberapa pasang kartilago alar minor dan

4) tepi anterior kartilago septum.

Page 3: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke

belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi

kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares

anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan

kavum nasi dengan nasofaring.

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat dibelakang

nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai

banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior

dan superior.

Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan

tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina perpendikularis os etmoid, vomer, krista

nasalis os maksila dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan adalah kartilago

septum (lamina kuadrangularis) dan kolumela.

Page 4: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium

pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh mukosa hidung. Bagian

depan dinding lateral hidung licin, yang disebut ager nasi dan dibelakangnya terdapat

konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral hidung.

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling

bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, lebih

kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema.

Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan

labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari

labirin etmoid.

Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang

disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior,

medius dan superior. Meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar

hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara

(ostium) duktus nasolakrimalis.

Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga

hidung. Pada meatus medius terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus

semilunaris dan infundibulum etmoid. Hiatus semilunaris merupakan suatu celah

sempit melengkung dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus

etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior

dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila

dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh

lamina kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung dan

merupakan lempeng tulang yang berasal dari os etmoid, tulang ini berlubang-lubang

(kribrosa = saringan) tempat masuknya serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian

posterior, atap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.

Page 5: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Kompleks Ostiomeatal (KOM)

KOM merupakan celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka

media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah

prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi,

dan resesus frontal. KOM merupakan unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi

dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior yaitu sinus maksila, etmoid

anterior dan frontal.

Page 6: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Infundibulum ethmoid

Perkembangan infundibulum mendahului sinus. Dibentuk oleh struktur yang

kompleks. Dinding anterior dibentuk oleh processus uncinatus, dinding medial dibentuk

oleh processus frontalis os maxila dan lamina papyracea. Infundibulum etmoid adalah

terowongan tiga dimensi yang menghubungkan ostium natural sinus maksilaris dengan

meatus medius melalui hiatus semilunaris.

Batas-batas infundibulum etmoid

Batas medial : prosesus unsinatus dan hiatus semilunaris

Batas lateral : lamina papirasea

Batas anterior : pertemuan antara prosesus unsinatus dengan lamina papiracea

Batas posterior: permukaan anterior bulla etmoid

Batas superior : bervariasi tergantung dari perlekatan prosesus unsinatus

Prosesus uncinatus

Merupakan sebuah lamina yang melengkung pada os etmoid, yang menjorok

kebawah dan kebelakang dan dibentuk oleh bagian kecil dari dinding medial sinus

maxilaris, dan dihubungkan dengan processus etmoid dari konka nasal inferior.

Resesus frontalis

Page 7: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Merupakan ruang antara sinus frontalis dan hiatus semilunaris yang menuju ke

aliran sinus. Bagian anterior dibatasi oleh sel ager nasi, superior oleh sinus frontalis,

medial oleh konka medial dan bagian lateral oleh lamina papyracea.

Bula ethmoid

` Terletak diatas infundibulum dan permukaan lateral/ inferiornya, dan tepi

superior procesus uncinatus membentuk hiatus semilunaris. Ini merupakan sel etmoid

anterior terbesar. Arteri etmoid anterior menyilang terhadap atap sel ini. Bulla etmoid

merupakan salah satu sel etmoid anterior yang paling konstan dan paling besar. Di

superior, dinding anterior bulla etmoid dapat meluas sampai ke basis kranii dan

membentuk batas posterior dari resesus frontalis. Bila bulla etmoid tidak mencapai

basis kranii, maka akan terbentuk resesus suprabullar antara basis kranii dengan

permukaan superior dari bulla. Di posterior, bulla bertautan langsung dengan lamina

basalis atau terdapat ruang antara bulla dan lamina basalis yang disebut resesus

retrobullar.

Sel-sel ethmoid anterior

Sel dibagian anterior menuju lamella basal. Pengalirannya ke meatus medial

melalui infundibulum etmoid. Termasuk sel ager nasi, bulla etmoid dan sel-sel

anterior lainnya.

Hiatus semilunaris

Hiatus semilunaris adalah celah berbentuk bulan sabit terletak antara posterior

tepi bebas prosesus unsinatus dengan dinding anterior bulla etmoid.

Ostium sinus maksilaris

Ostium naturalis sinus maksilaris mengalirkan sekretnya ke dalam

infundibulum. Ostium ini terletak di dinding medial sinus maksilaris sedikit ditepi

bawah lantai orbita. Van Alyea melaporkan bahwa 10% ostium maksilaris berada di

1/3 superior, 25% berada di 1/3 tengah dan 65% berada di 1/3 bawah dari

infundibulum. Ostium aksesoris sinus maksilaris ditemukan pada 20% - 25% kasus.

Ostium naturalis sinus maksilaris berbentuk bulat sedangkan ostium aksesoris

biasanya berbentuk elips dan berada di posterior ostium naturalis.

Sel agger nasi

Page 8: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Sel ager nasi merupakan sel ekstramural paling anterior dari sel etmoid

anterior. Terletak agak ke anterior dari perlekatan anterosuperior konka media dan

anterior dari resesus frontal. Sel ager nasi yang membesar dapat meluas ke sinus

frontal dan menyebabkan penyempitan resesus frontal.

Batas-batas sel agger nasi

Batas anterior : prosesus frontal os maksila

Batas superior : resesus frontalis

Batas anteroleteral : os nasalis

Batas inferomedial : prosesus uncinatus

Batas inferolateral : os lakrimalis

Kompleks ostiomeatal merupakan istilah yang digunakan oleh ahli bedah

kepala leher untuk menunjukkan daerah yang dibatasi oleh turbinate tengah pada

bagian medial, lamina papyracea pada bagian lateral, dan lamella basalis pada bagian

superior dan posterior. Batas inferior dan anterior dari kompleks osteomeatal ini

terbuka.

Isi dari ruang ini adalah sel agger nasi, resesus nasofrontal (reses frontal),

infundibulum, bula ethmoidalis dan kelompok anterior sel udara ethmoidal.

Kompleks ini terdiri dari area anatomi yang sempit, yaitu:

1. Beberapa struktur tulang (turbinate tengah, prosessus uncinatus, bulla

ethmoidalis)

2. Ruang udara (resessus frontal, infundibulum ethmoidal, meatus media)

3. Ostium dari sinus ethmoidal, maksila dan frontal anterior.

Pada area ini, permukaan mukosanya sangat dekat, kadang-kadang bahkan dapat

terjadi kontak antar mukosa yang menyebabkan penumpukan sekresi. Silia dengan

gerakan menyapunya dapat mendorong sekret hidung. Jika mukosa yang melapisi

daerah ini menjadi meradang dan bengkak, pembersihan mukosiliar dapat terhambat,

yang akhirnya menghalangi sinus-sinus di kepala.

Beberapa penulis membagi kompleks osteomeatal menjadi bagian anterior dan

posterior. Kompleks osteomeatal klasik digambarkan sebagai kompleks osteomeatal

anterior, sedangkan ruang di belakang lamella basalis yang mengandung sel-sel

ethmoidal posterior disebut sebagai kompleks ethmoidal posterior, sehingga

mengakui pentingnya lamella basalis sebagai landasan anatomi pada sistem ethmoidal

posterior. Oleh karena itu kompleks osteomeatal anterior dan posterior memiliki

Page 9: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

sistem drainase yang terpisah. Jadi, ketika penyakit ini terbatas pada kompartemen

anterior dari kompleks osteomeatal, sel-sel ethmoid dapat dibuka dan jaringan yang

sakit dapat dibuang sejauh lamella basalis, meninggalkan lamella basalis tanpa

gangguan serta meminimalkan risiko selama operasi.

Selaput sinus menghasilkan cairan bening berupa lendir yang berguna

membersihkan KOM dari bahan yang tidak diinginkan. Cairan ini melewati saluran

drainase ke bagian belakang hidung dan tenggorokan. Ini terjadi terus-menerus,

meskipun kita biasanya tidak menyadarinya. Ketika kelebihan cairan yang dihasilkan

itu sering dikenal sebagai dahak yang dapat menghasilkan iritasi yang kronis di

tenggorokan dikenal dengan nama post-nasal drip.

Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara

saluran dari sinus maksilaris, sinus frontal, sinus sphenoid dan sinus etmoid. Daerah

ini rumit dan sempit, dinamakan kompleks osteomeatal (KOM), terdiri dari

infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis,

bula etmoid, sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksilaris.

Selaput sinus menghasilkan cairan bening berupa lendir yang berguna

membersihkan KOM dari bahan yang tidak diinginkan. Cairan ini melewati saluran

drainase ke bagian belakang hidung dan tenggorokan. Ini terjadi terus-menerus,

meskipun kita biasanya tidak menyadarinya. Ketika kelebihan cairan yang dihasilkan

itu sering dikenal sebagai dahak yang dapat menghasilkan iritasi yang kronis di

tenggorokan dikenal dengan nama post-nasal drip.

Pendarahan Hidung

Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan

posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmika, sedangkan a.oftalmika berasal dari

a.karotis interna.

Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.maksilaris

interna, di antaranya ialah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari

foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di

belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan

dari cabang-cabang a.fasialis.

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang

a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor, yang

Page 10: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

disebut pleksus Kiesselbach. Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah

cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis terutama pada anak.

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan

dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke

v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak

memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran

infeksi sampai ke intrakranial.

Persarafan Hidung

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari

n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari

n.oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris

dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum.

Ganglion sfenopalatinum, selain memberikan persarafan sensoris, juga

memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini

menerima serabut-serabut sensoris dari n.maksila, serabut parasimpatis dari n.petrosus

superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus. Ganglion

sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.

Page 11: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina

kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel

reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung

n.olfaktoirus.

• Hanya 5 % yang digunakan untuk menghidu

• Mebrana olfaktoria terletak pd celah sempit pada bagian superior rongga hidung

• Luas permukaan membran 10 cm² ~ panjang 170 cm²

• Celah olfaktorius perempuan > laki-laki, berhubungan dengan pigmentasi

• Membran olfaktoria terdiri dari 3 lapis : lapisan penunjang, lapisan sel-sel reseptor,

dan lapisan sel basal

Sinus Paranasal

• Sinus maksila kanan dan kiri

• Sinus frontal kanan dan kiri,

• Sinus ethmoid kanan dan kiri

• Sinus sfenoid kanan dan kiri

Frontal

sinussfenoi

d sinusEthmoid

sinusMaxil

a sinus

Frontal

sinus

sfenoid

sinus

Ethmoid

sinusMaxil

a sinus

Page 12: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Faring

Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang dari mulut, cavum

nasi, kranial atau superior sampai esofagus, laring dan trakea. Faring adalah suatu

kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan

sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung

ke esofagus setinggi vertebra servikalis ke-6. ke atas, faring berhubungan dengan

rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui

ismus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melaui aditus laring

dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada

orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang

terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia

faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas

nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).

Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior,

kemudian bagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain.

Nasofaring membuka ke arah depan ke hidung melalui koana posterior. Superior,

adenoid terletak pada mukosa atap nasofaring. Disamping, muara tuba eustakhius

kartilaginosa terdapat didepan lekukan yang disebut fosa Rosenmuller. Kedua struktur

ini berada diatas batas bebas otot konstriktor faringis superior. Otot tensor veli

palatini, merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka tuba eustakhius,

masuk ke faring melalui ruangan ini. Otot ini membentuk tendon yang melekat sekitar

hamulus tulang untuk memasuki palatum mole. Otot tensor veli palatini dipersarafi

oleh saraf mandibularis melalui ganglion otic.

Orofaring ke arah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal

dalam kapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan

tonsila, arkus faring anterior disusun oleh otot palatoglosus, dan dibelakang dari arkus

faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus otot-otot ini membantu menutupnya

orofaring bagian posterior. Semuanya dipersarafi oleh pleksus faringeus.

Page 13: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot:

a. Mukosa

Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada

nasofaring karena fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya

bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di

bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya

untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia.

Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang

terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem

retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah

pertahanan tubuh terdepan

b. Palut Lendir (Mucous Blanket)

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui

hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak

diatas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut

lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh

udara yang diisap. Palut lendir ini mengandung enzim Lyzozyme yang

penting untuk proteksi

Page 14: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

c. Otot

Faring merupakan daerah dimana udara melaluinya dari hidung ke

laring juga dilalui oleh makanan dari rongga mulut ke esofagus. Oleh

karena itu, kegagalan dari otot-otot faringeal, terutama yang menyusun

ketiga otot konstriktor faringis, akan menyebabkan kesulitan dalam

menelan dan biasanya juga terjadi aspirasi air liur dan makanan ke dalam

cabang trakeobronkial.

Gambar 3: Ukuran perbandingan posisi dan hubungan ketiga otot

konstriktor faringis

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan

memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari

m.konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak

disebelah luar. Disebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan

dibelakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut ”rafe faring” (raphe

pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-

otot ini dipersarafi oleh n.vagus (n.X)

Otot-otot yang longitudial adalah m.stilofaring dan m.palatofaring.

letak otot-otot ini sebelah dalam. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan

Page 15: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

faring dan menarik laring, sedangkan m.palatofaring mempertemukan

ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua

otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot itu penting pada waktu

menelan. M.stilofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring

dipersarafi dan m.azigos uvula.

M.levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan

kerjanya untuk menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba

eustacius.otot ini dipersarafi oleh n.X

M. tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya

untuk mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba

eustachius. Otot ini dipersarafi oleh n.X

M. palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya

menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X

M. palatofaring membentuk arkus posterior faring. Otot ini dipersarafi

oleh n.X.

M. azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek

dan menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n.X.

d. Pendarahan

Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak

beraturan. Yang utama berasal dari cabang a.karotis eksterna (cabang

faring asendens dan cabang fausial) serta dari cabang a.maksila interna

yakni cabang palatina superior.

e. Persarafan

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus

faring yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n.vagus,

cabang dari n.glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus

berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar

cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaring yang dipersarafi

lansung oleh cabang n.glosofaring (n.IX).

Page 16: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Berdasarkan letak, faring dibagi atas:

1. Nasofaring

Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid,

jaringan limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang

disebut fosa rosenmuller, kantong rathke, yang merupakan invaginasi

struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa

faring diatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen

jugulare, yang dilalui oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus

asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna bagian petrosus

os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tuba eustachius

2. Orofaring

Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole,

batas bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut

sedangkan kebelakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat

dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina fosa

tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan

foramen sekum

a. Dinding posterior faring

Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat

pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta

gangguan otot bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring

bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan

gangguan n.vagus.

b. Fosa tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas

lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang

disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang

dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan

biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses.

Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia

bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar-benarnya bukan

merupakan kapsul yang sebena-benarnya

Page 17: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

c. Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan

ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.

Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil

palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran

yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut

tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil

seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong

faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar

lidah.

Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan

mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil

ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus

biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas,

bakteri dan sisa makanan.

Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga

disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring,

sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.Tonsil mendapat

darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens, cabang tonsil

a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh

ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa

ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk

oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan

penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat

penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus

tiroglosus.

Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar

jaringan dan dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai

abses peritonsilar.

Page 18: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

3. Laringofaring (hipofaring)

Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah

valekula epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan

minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus

piriformis (muara glotis bagian medial dan lateral terdapat ruangan) dan ke

esofagus, nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis

pada tiap sisi laringofaring. Sinus piriformis terletak di antara lipatan

ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas anteriornya adalah laring, batas

inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah vertebra servikal.

Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari lamina krikoid dan di

bawahnya terdapat muara esofagus.

Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan

laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring

langsung, maka struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah

valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh

ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral

pada tiap sisi. Valekula disebut juga “ kantong pil” ( pill pockets), sebab

pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut

disitu.

Dibawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk

omega dan perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-

kadang bentuk infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam

perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya

sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi

pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis

ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut

menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.

Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada

tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian

anestesia lokal di faring danlaring pada tindakan laringoskopi langsung.

Page 19: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

RUANG FARINGAL

Ada dua ruang yang berhubungan denga faring yang secara klinik

mempunyai arti penting, yaitu retrofaring dan ruang parafaring.

a. Ruang retrofaring (retropharyngeal space)

Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri

dari mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot faring. Ruang ini

berisi jaringan ikat jarang dan fasia prevertebralis. Ruang ini mulai dari

dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia

servikalis. Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada

vertebra. Disebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa

faringomaksila. Abses retrofaring sering ditemukan pada bayi atau

anak. Kejadiaannya ialah karena diruang retrofaring terdapat kelenjar-

kelenjar limfa. Pada peradangan kelenjar limfa itu, dapat terjadi

supurasi, yang bilamana pecah, nanahnya akan tertumpah di dalam

ruang retrofaring. Kelenjar limfa diruang retrofaring ini akan banyak

menghilang pada pertumbuhan anak.

b. Ruang parafaring (fosa faringomaksila = pharyngo-maxillary fossa)

Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar

tengkorak dekat foramen yugularis dan puncaknya pada kornu mayus

os hioid. Ruang ini dibatasi di bagian dalam oleh m.konstriktor faring

superior, batas luarnya adalah ramus ascenden mandibula yang

melekat dengan m,pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar

parotis.

Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya

oleh os stiloid denga melekat padanya. Bagian anterior (presteloid)

adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami supuratif sebagai

akibat tonsil meradang, beberapa bentuk mastoid atau petrositis, atau

dari karies dentis.

Bagian yang lebih sempit di bagian posterior (posterior stiloid)

berisi a.karotis interna, v.jugularis interna, n.vagus yang dibungkus

dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis (carotid sheath).

Page 20: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia

yang tipis

Laring

Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas.

Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar

daripada bagian bawah.

Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas

kaudal kartilago krikoid.

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan

beberapa buah tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan

atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan otot-otot.

Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas,

sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan

membantu menggerakkan lidah.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago

krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago tiroid.

Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum

krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran.

Page 21: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan

belakang laring, dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, disebut artikulasi

krikoaritenoid.

Sepasang kartilago kornikulata (kiri dan kanan) melekat pada kartilago

aritenoid di daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago kuneiformis terdapat didalam

lipatan ariepiglotik, dan kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid

lateral.

Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi

krikoaritenoid.

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum

seratokrikoid (anterior, lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial,

ligamentum krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid

lateral, ligamentum hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum

ventrikularis, ligamentum vokale yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan

kartilago tiroid, dan ligamentum tiroepiglotika.

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

intrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,

sedangkan otot-otot intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring sendiri.

Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hioid (suprahioid),

dan ada yang terletak di bawah tulang hioid (infrahioid).

Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid ialah m.digastrikus, m.geniohioid,

m.stilohioid dan m.milohioid. Otot yang infrahioid ialah m.sternohioid, m.omohioid

dan m.tirohjoid.

Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring ke bawah,

sedangkan yang infrahioid menarik laring ke atas.

Otot-otot intrinsik laring ialah m.krikoaritenoid lateral, m.tiroepiglotika,

m.vokalis, m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika dan m.krikotiroid. Otot-otot ini terletak di

bagian lateral laring.

Page 22: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior, ialah m.aritenoid

transversum, m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenoid posterior.

RONGGA LARING

Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas bawahnya

ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah

permukaan belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut

antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas

lateralnya ialah membran kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus dan

arkus kartilago krikoid, sedangkan batas belakangnya ialah m.aritenoid transversus

dan lamina kartilago krikoid.

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum

ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis

(pita suara palsu).

Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis, sedangkan

antara kedua plika ventrikularis, disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika

ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring, glotik

dan subglotik.

Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat di atas plika ventrikularis.

Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap

sisinya disebut ventrikulus laring Morgagni.

Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian

interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis, dan

terletak di bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua

puncak kartilago aritenoid, dan terletak di bagian posterior.

Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah pita suara (plika

vokalis).

Page 23: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

a. Persarafan laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis

superior dan n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf

motorik dan sensorik.

Nervus laringis superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga

memberikan sensasi pada mukosa laring di bawah pita suara. Saraf ini

mula-mula terletak di atas m.konstriktor faring medial, di sebelah medial

a.karotis interna dan eksterna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang

hioid, dan setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior,

membagi diri dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus.

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring

inferior dan menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup

oleh m.tirohioid terletak di sebelah medial a.tiroid superior, menembus

membran hiotitiroid, dan bersama-sama dengan a.laringis superior menuju

ke mukosa laring.

Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah

saraf itu memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus

rekuren merupakan cabang dari n. vagus.

Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan di bawahnya,

sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis

inferior berjalan di antara cabang-cabang a.tiroid inferior, dan melalui

Page 24: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

permukaan mediodorsal kelenjar tiroid akan sampai pada permukaan

medial m.krikofaring. Di sebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf

ini bercabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus

anterior akan mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian lateral,

sedangkan ramus posterior mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian

superior dan mengadakan anastomosis dengan n.laringis superior ramus

internus.

b. Pendarahan

Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior

dan a.laringis inferior.

Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri

laringis superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang

membran tirohioid bersama-sama dengan cabang internus dari n.laringis

superior kemudian menembus membran ini untuk berjalan ke bawah di

submukosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk

mempendarahi mukosa dan otot-otot laring.

Arteri laringis inferior merupakan cabang. dari a.tiroid inferior dan

bersama-sama dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi

krikotiroid, masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari m.konstriktor

faring inferior. Di dalam laring arteri itu bercabang-cabang, mempendarahi

mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a.laringis superior.

Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga

memberikan cabang yang berjalan mendatari sepanjang membran itu

sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang arteri ini mengirimkan cabang

yang kecil melalui membran krikotiroid untuk mengadakan anastomosis

dengan a.laringis superior.

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar

dengan a.laringis superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan

vena tiroid superior dan inferior.

c. Pembuluh limfa

Page 25: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vokal.

Disini mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di

daerah lipatan vokal pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan

inferior.

Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus

piriformis dan a.laringis superior, kemudian ke atas, dan bergabung

dengan kelenjar dari bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh

eferen dari golongan inferior berjalan ke bawah dengan a.laringis inferior

dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa di antaranya

menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.

Gambar tulang rawan laring

Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi

krikoaritenoid.

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum

seratokrikoid (anterior, lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial,

ligamentum krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid

lateral, ligamentum hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum

ventrikularis, ligamentum vokale yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan

kartilago tiroid, dan ligamentum tiroepiglotika.

Page 26: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

intrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,

sedangkan otot-otot intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring tertentu yang

berhubungan dengan gerakan pita suara.2

Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hioid (suprahioid),

dan ada yang terletak di bawah tulang hioid (infrahioid). Otot-otot ekstrinsik yang

suprahioid ialah m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid. Otot yang

infrahioid ialah m.sternohioid, m.omohioid dan m.tirohioid.

Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring ke bawah,

sedangkan yang infrahioid menarik laring ke atas. Otot-otot intrinsik laring ialah

m.krikoaritenoid lateral, m.tiroepiglotika, m.vokalis, m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika

dan m.krikotiroid. Otot-otot ini terletak di bagian lateral laring.2

Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior, ialah m.aritenoid

transversum, m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenoid posterior. Sebagian besar otot-

otot intrinsik adalah otot aduktor (kontraksinya akan mendekatkan kedua pita suara ke

tengah) kecuali m.krikoaritenoid posterior yang merupakan otot abduktor

(kontraksinya akan menjauhkan kedua pita suara ke lateral).2

Page 27: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

B. Fisiologi

Hidung

1. Sebagai Jalan Nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi

konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran

udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui

koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan

tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang

membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

2. Pengatur Kondisi Udara (Air Conditioning)

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara

yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :

a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim

panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit,

sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di

bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi

dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui

hidung kurang lebih 37o C.

3. Sebagai Penyaring Dan Pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan

dilakukan oleh :

a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi

b. Silia

c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut

lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin.

Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.

d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.

4. Indra Penghirup

Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius

pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.

Page 28: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau

bila menarik nafas dengan kuat.

• Kecepatan aliran udara pada saat inspirasi 250 ml/sec

• Inspirasi dalam molekul udara lebih banyak menyentuh mukosa olfaktorius

sensasi bau tercium

• zat-zat yang ikut dalam udara inspirasi akan larut dalam lapisan mukus yang

berada pada permukaan membrane.

5. Resonansi Suara

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung

akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara

sengau.

6. Proses Bicara

Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana

rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk

aliran udara.

7. Refleks Nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran

cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung

menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu

menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pancreas.

Page 29: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Fungsi Sinus Paranasal

Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur

kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah ternyata tidak didapati

pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga hidung. Volume pertukaran

udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas,

sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagipula

mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa

hidung.

Sebagai penahan suhu (termal insulators)

Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer (penahan) panas, melindungi orbita

dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi

kenyataannya, sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ

yang dilindungi.

Membantu keseimbangan kepala

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.

Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya akan memberikan

pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak

bermakna.

Membantu resonansi suara

Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan

mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan

ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Tidak

ada korelasi antara resonansi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat

rendah.

Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,

misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.

Page 30: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Membantu produksi mucus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil

dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan

partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus

medius, tempat yang paling strategis.

Fungsi faring

Terutama untuk pernapasan, menelan, resonansi suara dan artikulasi. Tiga dari

fungsi-fungsi ini adalah jelas. Fungsi penelanan akan dijelaskan terperinci.

a. Penelanan

Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan

dari mulut ke faring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan

melalui faring dan tahap ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya

secara involunter. Langkah yang sebenarnya adalah: pengunyahan

makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum

mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod berkontraksi, elevasi

tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti

sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian

belakang akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan

dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus

dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior

berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh

gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofagus dan masuk ke

lambung

b. Proses berbicara

Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot

palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum

mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat

cepat dan melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring,

kemudian m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring

superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini

menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding

Page 31: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of)

Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam

mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan

m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif

m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak

pada waktu bersamaan.

Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada

periode fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini

timbul dan hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum.

Fungsi laring

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi

serta fonasi.

Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing

masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara

bersamaan. Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke

atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid

bergerak ke depan akibat kontraksi m.tiroaritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya

m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.

Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago aritenoid

kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.

Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea

dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal

dari paru dapat dikeluarkan.

Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glotis.

Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis

kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka.

Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeobronkial

akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi

sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur

sirkulasi darah.

Page 32: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme,

yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan mendorong

bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring. Laring

juga mempunyai fungsi untuk mengekpresikan emosi, seperti berteriak, mengeluh,

menangis dan lain-lain.

Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta

menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan

plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan

kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang

bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid

ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi.

Sebaliknya kontraksi m.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan,

sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis

akan menentukan tinggi rendahnya nada.

Suara parau bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala

penyakit. Keluhan suara parau tidak jarang kita temukan dalam klinik. Suara parau ini

digambarkan oleh pasien sebagai suara yang kasar, atau suara yang susah keluar atau

suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa/normal.

Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam

ketegangan serta gangguan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan

menimbulkan suara parau.

Walaupun suara parau hanya merupakan gejala, tetapi bila prosesnya

berlangsung lama (kronik) keadaan ini dapat merupakan tanda awal dari penyakit

yang serius di daerah tenggorok, khususnya taring.

Penyebab suara parau dapat bermacam-macam yang prinsipnya menimpa

laring dan sekitarnya. Penyebab (etiologi) ini dapat beriipa radang, tumor

(neoplasma), paralisis otot-otot laring, kelainan laring seperti sikatriks akibat operasi,

fiksasi pada sendi krikoaritenoid dan lain-lain. Ada satu keadaan yang disebut sebagai

disfonia ventrikular, yaitu keadaan plika ventrikular yang mengambil alih fungsi

fonasi dari pita suara, misalnya sebagai akibat pemakaian suara yang terus menerus

Page 33: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

pada pasien dengan laringitis akut. Inilah pentingnya istirahat berbicara (vocal rest)

pada pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan.

Radang laring dapat akut atau kronik. Radang akut biasanya disertai gejala

lain seperti demam, dedar (malaise), nyeri menelan atau berbicara, batuk, di samping

suara parau. Kadang-kadang dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta

cekungan di epigastrium, sela iga dan sekitar klavikula. Radang kronik tidak spesifik,

dapat disebabkan oleh sinusitis kronis atau bronkitis kronis atau karena penggunaan

suara seperti berteriak-teriak atau biasa berbicara keras (vocal abuse =

penyalahgunaan suara). Radang kronik spesifik misalnya tuberkulosa dan lues.

Gejalanya selain suara parau, terdapat juga gejala penyakit penyebab atau penyakit

yang menyertainya.

Tumor laring dapat jinak atau ganas. Gejala tergantung dari lokasi tumor,

misalnya tumor pita suara segera timbul suara parau dan bila tumor tumbuh menjadi

besar menimbulkan sumbatan jalan napas. Tumor ganas biasanya tumbuh lebih cepat.

Tumor ganas sering disertai gejala lain, misalnya batuk (kadang-kadang batuk darah),

berat badan menurun, keadaan umum memburuk.

Paralisis otot laring dapat disebabkan oleh gangguan persarafan, baik sentral

maupun perifer, dan biasanya paralisis motorik bersama dengan paralisis sensorik.

Kejadiannya dapat unilateral atau bilateral. Lesi intrakranial biasanya mempunyai

gejala lain dan muncul sebagai kelainan neurologik selain dari gangguan suaranya.

Penyebab sentral, misalnya paralisis bulbar, siringomielia, tabes dorsalis, multipel

sklerosis. Penyebab perifer, misalnya struma, pasca strumektomi, limfadenopati koli,

trauma leher, tumor esofagus dan mediastinum, aneurisma aorta dan arteria subsklavia

kanan.

Paralisis pita suara merupakan kelainan otot intrinsik laring yang sering

ditemukan dalam klinik. Dalam menilai tingkat pembukaan rimaglotis dibedakan

dalam 5 posisi pita suara, yaitu posisi median, posisi paramedian, posisi intermedian,

posisi abduksi ringan dan posisi abduksi penuh. Pada posisi median kedua pita suara

terdapat di garis tengah, pada posisi paramedian pembukaan pita suara berkisar 3-5

mm dan pada posisi intermedian 7 mm. Pada posisi abduksi ringan pembukaan pita

suara kira-kira 14 mm dan pada abduksi penuh 18-19 mm. Gambaran posisi pita suara

dapat ber-macam-macam (berlain-lainan) tergantung dari otot mana yang terkena.

Page 34: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Karena saraf laring superior dan inferior bersifat motorik dan sensorik, maka biasanya

paralisis motorik terdapat bersamaan dengan paralisis sensorik pada laring.

Paralisis motorik otot laring dapat digolongkan menurut lokasi, jenis otot yang

terkena atau jumlah otot yang terkena. Penggolongan menurut lokasi, misalnya

dikenal paralisis unilateral atau bilateral. Menurut jenis otot yang terkena dikenal

paralisis aduktor atau paralisis abduktor atau paralisis tensor. Sedangkan

penggolongan menurut jumlah otot yang terkena, paralisis sempurna atau tidak

sempurna.

Page 35: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

C. Obstruksi Saluran Napas Atas

Definisi

Obstruksi saluran napas atas adalah sumbatan pada saluran napas atas (laring) yang

disebabkan oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor dan kelumpuhan nervus rekuren

bilateral sehingga ventilasi pada saluran pernapasan terganggu.

Penyebab dan Gejala Klinis Obstruksi Saluran Napas Atas

Obstruksi saluran napas bagian atas disebabkan oleh trauma, tumor, infeksi akut,

kelainan kongenital hidung atau laring, difteri, paralysis satu atau kedua plika vokalis,

pangkal lidah jatuh ke belakang pada penderita yang tidak sadar karena penyakit, cedera, atau

narkose maupun karena benda asing.

Obstruksi saluran napas bagian atas ditandai dengan sesak napas, stridor inspiratore,

ortopne, pernapasan cuping hidung, dan cekung di daerah jugularis-supraklavikula-

interkostal. Selanjutnya penderita akan sianotik dan gelisah.

Obstruksi jalan napas atas

Kongenital atresia koane

stenosis supraglotis,glottis dan infraglotis

kista duktus tireoglosus

kista bronkiegen yang besar

laringokel yang besar

Radang laringotrakeitis

epiglotitis

hipertrofi adenotonsiler

angina ludwig

Page 36: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

abses parafaring atau retrofaring

Traumatik ingesti kaustik

patah tulang wajah atau mandibula

cedera laringotrakeal

intubasi lama: udem/stenosis

dislokasi krikoaritenoid

paralysis n. laringeus rekurens bilateral

Tumor hemangioma

higroma kistik

papiloma laring rekuren

limfoma

tumor ganas tiroid

karsinoma sel skuamosa laring, faring atau oesofagus

Lain-lain benda asing

udem angioneurotik

Kelainan Kongenital

Atresia koane

Koane dapat menyumbat total atau sebagian, di satu atau dua sisi, akibat kegagalan

absorpsi membran bukofaringeal. Obstruksi mungkin berupa membran atau tulang. Gejalanya

ialah kesulitan bernapas dan keluar sekret hidung terus menerus. Diagnosis mudah dibuat

dengan timbulnya sianosis pada waktu diam yang menghilang pada waktu menangis, dan

melihat sumbatan di belakang rongga hidung. Pengobatan dengan pembedahan.

Sindrom Piere Robin

Page 37: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Sindrom ini terdiri dari trias gejala yaitu mikrognasia, celah langit-langit, dan oleh

karena mikrognasia, lidah jatuh ke belakang mengakibatkan obstruksi jalan napas atas.

Kadang sindroma ini disertai defek pada mata.

Selaput (web) glotis dan stenosis glotis

Pita suara terbentuk dari membran horizontal primordial yang terbelah pada garis

tengah. Kegagalan pemisahan mengakibatkan berbagai derajat stenosis glotis, mulai dari

selaput pada komisura anterior sampai atresia total glotis. Biasanya ditandai suara parau

sedangkan pada bayi menifestasinya berupa suara serak dan menangis tidak keras. Derajat

sesak dan disfonia tergantung dari luasnya kelainan.

Pengobatan sementara pada bayi atau anak dengan businasi. Diperlukan tindakan

bedah untuk memisahkan pita suara melalui tirotomi.

Obstruksi di subglotis jarang ditemukan, yaitu berupa penyempitan jalan napas

setinggi rawan krikoid.

Radang

Angina Ludwig

Angina Ludwig ialah selulitis di dasar mulut dan leher akut yang invasif,

menyebabkan udem hebat di leher bagian atas yang dapat menyumbat jalan napas. Kuman

penyebab biasanya streptokokus atau stafilokokus. Infeksi biasanya berasal dari lesi di mulut

seperti abses alveolar gigi atau infeksi sekunder pada karsinoma dasar mulut. Kelainan ini

cepat meluas melalui ruang fasia tertutup dan dapat menyebabkan udem glotis yang dapat

mengancam jiwa karena obstruksi jalan napas. Karena radang dasar mulut ini lidah terdorong

ke palatum dan ke dorsal, ke arah dinding dorsal faring sehingga menutup jalan napas.

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dibantu dengan pemeriksaan biakan

dan uji kepekaan kuman dari nanah.

Bila dapat dibuat diagnosis dini maka pemberian antibiotik kadang-kadang

memberikan hasil yang memuaskan. Bila pembengkakan leher dan dasar mulut tidak segera

Page 38: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

berkurang maka dilakukan dekompresi terhadap ruang fasia yang tertutup di dasar mulut dan

leher, selanjutnya dipasang pipa penyalir.

Trauma

Menelan bahan kaustik

Larutan asam kuat seperti asam sulfat, nitrat dan hidroklorit, atau basa kuat seperti

soda kaustik, potasium kaustik dan ammonium bila tertelan dapat mengakibatkan terbakarnya

mukosa saluran cerna. Pada penderita yang tak sengaja minum bahan tersebut, kemungkinan

besar luka bakar hanya pada mulut dan faring karena bahan tersebut tidak ditelan dan hanya

sedikit saja masuk ke dalam lambung. Tetapi pada mereka yang coba bunuh diri akan terjadi

luka bakar yang luas pada esofagus bagian tengah dan distal karena larutan tersebut berdiam

di sini agak lama sebelum memasuki kardia lambung.

Diagnosis didasarkan riwayat menelan zat kaustik dan adanya luka bakar di sekitar

dan di dalam mulut. Kasus kecelakaan biasanya terjadi pada anak usia dibawah enam tahun,

sedangkan kasus bunuh diri pada dewasa.

Trauma trakea

Trauma tajam atau tumpul pada leher dapat mengenai trakea. Trauma tumpul tidak

menimbulkan gejala atau tanda tetapi dapat juga mengakibatkan kelainan hebat berupa sesak

napas, karena penekanan jalan napas atau aspirasi darah atau emfisema kutis bila trakea

robek.

Dari pemeriksaan photo roentgen dapat dilihat benda asing, trauma penyerta seperti

fraktur vertebra servikal atau emfisema di jaringan lunak di mediastinum, leher dan subkutis.

Trauma tumpul trakea jarang memerlukan tindakan bedah. Penderita diobservasi bila

terjadi obstreksi jalan napas dikerjakan trakeotomi. Pada trauma tajam yang menyebabkan

robekan trakea segera dilakukan trakeotomi di distal robekan. Kemudian robekan trakea

dijahit kembali.

Trauma intubasi

Page 39: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Pemasangan pipa endotrakea yang lama dapat menimbulkan udem laring dan trakea.

Keadaan ini baru diketahui bila pipa dicabut karena suara penderita terdengar parau dan ada

kesulitan menelan, gangguan aktivitas laring, dan beberapa derajat obstruksi pernapasan.

Pengobatan dilakukan dengan pemberian kortikosteroid. Bila obstruksi napas terlalu hebat

maka dilakukan trakeotomi.

Stenosis trakea adalah komplikasi pemasangan pipa endotrakea berbalon dalam waktu

lama. Tekanan balon menyebabkan nekrosis mukosa trakea disertai penyembuhan dengan

jaringan fibrosis yang mengakibatkan stenosis.

Pengobatan stenosis ini berupa peregangan bagian yang stenosis dalam waktu lama,

tetapi seringkali perlu dilakukan reseksi segmental trakea dan anstomosis ujung ke ujung.

Dislokasi krikoaritenoid

Trauma pada laring dapat menyebabkan dislokasi persendian krikoaritenoid yang

mengakibatkan suara parau disertai obstruksi jalan napas bagian atas. Pada pemeriksaan

roentgen leher tampak dislokasi struktur laring, penyempitan jalan napas, dan udem jaringan

lunak.

Penanganannya berupa trakeotomi, kemudian dislokasi direposisi secara terbuka dan

dipasang bidai dalam. Kelambatan penanganan dislokasi krikoaritenoid dapat mengakibatkan

stenosis laring.

Paralisis korda vokalis bilateral

Kedua pita suara tidak dapat bergerak sedangkan posisinya paramedian dan

cenderung bertaut satu sama lain waktu inspirasi. Penderita mengalami sesak napas hebat

yang mungkin memerlukan intubasi dan atau trakeotomi.

Tumor

Page 40: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Papiloma laring rekuren (papilomatosis laring infantil)

Tumor epithelial papiler yang multipel pada laring ini disebabkan oleh papova virus

yang banyak didapatkan di lembah sungai Missisipi (AS). Penderitanya sering mempunyai

veruka kulit yang mengandung virus. Biasanya kelainan sudah mulai pada usia dua tahun.

Jika si ibu mempunyai veruka vagina maka kelainan ini dapat terjadi pada bayi usia enam

bulan.

Gejala khas berupa disfonia dan sesak napas yang bertambah hebat sampai terjadi

sumbatan total jalan napas.

Terapi terdiri dari pembedahan dengan mikrolaringoskopi. Eksisi papiloma dilakukan

tanpa mengikutsertakan jaringan sehat. Kadang digunakan laser CO2, pembedahan dingin

atau radiasi ultrasonik. Angka kekambuhan tinggi sehingga perlu dilakukan pembedahan

berulang kali.

Papiloma pada orang dewasa merupakan lanjutan dari papilomatosis infantile atau

tumbuh pada usia pertengahan dan tetap sebagai satu lesi tunggal terbatas pada satu korda.

Kedua keadaan ini dapat berubah jadi karsinoma sel skuamosa. Perubahan ke

keganasan terjadi khusus pada penderita yang sebelumnya pernah mendapat radioterapi.

Penanganannya sama seperti pada anak-anak, hanya tidak memerlukan trakeotomi.

Neoplasma tiroid

Karsinoma tiroid dapat berinvasi ke laring dan mempengaruhi jalan napas. Adanya

invasi ini harus dicurigai bila tumor tiroid tidak dapat digerakkan dari dasarnya, disertai suara

parau dan gangguan napas. Pada pemeriksaan photo roentgen leher terlihat distorsi laring

atau bayangan suatu massa yang menonjol ke lumen laring dan trakea.

Kadang tumor tiroid berada pada saluran napas atas secara primer. Diduga tumor

primer di laring atau trakea bagian atas berasal dari sisa tiroid yang terletak dalam submukosa

yang melapisi krikoid dan cincin trakea atas yang ditemukan pada 1-2 % populasi. Tumor ini

harus dieksisi dengan laringektomi.

Udem angioneurotik

Page 41: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Udem angiopneurotik mukosa laring adalah salah satu penyebab obstruksi laring yang

disebabkan oleh alergi. Gejala berupa suara parau yang progresif setelah kontak dengan

menghirup atau menelan alergen tanpa tanda infeksi. Kadang diperlukan trakeotomi untuk

menyelamatkan jiwa.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan penunjang.

Gejala dan tanda sumbatan yang tampak adalah :

· Serak (disfoni) sampai afoni

· Sesak napas (dispnea)

· Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi.

· Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,

supraklavikula dan interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai upaya dari otot-otot

pernapasan untuk mendapatkan oksigen yang adekuat.

· Gelisah karena pasien haus udara (air hunger)

· Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui letak sumbatan,

diantaranya adalah :

· Laringoskop. Dilakukan bila terdapat sumbatan pada laring. Laringoskop dapat

dilakukan secara direk dan indirek.

· Nasoendoskopi

· X-ray. Dilakukan pada foto torak yang mencakup saluran nafas bagian atas. Apabila

sumbatan berupa benda logam maka akan tampak gambaran radiolusen. Pada

epiglotitis didapatkan gambaran thumb like.

· Foto polos sinus paranasal

· CT-Scan kepala dan leher

· Biopsi

·

Stadium Obstruksi Saluran Napas Atas

Page 42: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium:

Stadium I : Adanya retraksi di suprasternal dan stridor. Pasien tampak tenang

Stadium II : Retraksi pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,

ditambah lagi dengan timbulnya retraksi di daerah epigastrium.

Pasien sudah mulai gelisah.

Stadium III : Retraksi selain di daerah suprastrenal, epigastrium juga terdapat di

infraklavikula dan di sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea.

Stadium IV : Retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak sangat

ketakutan dan sianosis, jika keadaan ini berlangsung terus maka

penderita akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena

hiperkapnea. Pada keadaan ini penderita tampaknya tenang dan

tertidur, akhirnya penderita meninggal karena asfiksia.

Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penanggulangan pada obstruksi atau obstruksi saluran napas atas

diusahakan supaya jalan napas lancar kembali.

Tindakan konservatif : Pemberian antiinflamasi, antialergi, antibiotika serta

pemberian oksigen intermiten, yang dilakukan pada obstruksi

laring stadium I yang disebabkan oleh peradangan.

Tindakan operatif/resusitasi : Memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut (intubasi

orotrakea) atau melalui hidung (intubasi nasotrakea),

membuat trakeostoma yang dilakukan pada obstruksi laring

stadium II dan III, atau melakukan krikotirotomi yang

dilakukan pada obstruksi laring stadium IV.

Untuk mengatasi gangguan pernapasan bagian atas ada tiga cara, yaitu :

Page 43: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

1. Intubasi

Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut atau hidung.

Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat (lifesaving procedure) dan dapat

dilakukan tanpa atau dengan analgesia topikal dengan xylocain 10%.

Indikasi intubasi endotrakea adalah :

- Untuk mengatasi obstruksi saluran napas bagian atas.

- Membantu ventilasi.

- Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.

- Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari lambung.

Keuntungan intubasi, yaitu:

- Tidak cacat karena tidak ada jaringan parut.

- Mudah dikerjakan.

Kerugian intubasi, yaitu:

- Dapat terjadi kerusakan lapisan mukosa saluran napas atas.

- Tidak dapat digunakan dalam waktu lama.

Orang dewasa 1 minggu, anak-anak 7-10 hari.

- Tidak enak dirasakan penderita.

- Tidak bisa makan melalui mulut.

- Tidak bisa bicara.

Komplikasi yang dapat timbul yaitu stenosis laring atau trakea.

Teknik intubasi endotrakea:

- Posisi pasien tidur telentang, leher fleksi sedikit dan kepala ekstensi

- Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri, dimasukkan

melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong ke kiri. Spatel diarahkan

menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkat keatas, sehingga

pita suara dapat terlihat.

Page 44: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

- Dengan tangan kanan, pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus melalui celah

antara kedua pita suara kedalam trakea.

- Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik.

- Jika menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur telentang

itu pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir, sehingga kepala mudah

diekstensikan maksimal.

- Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan dimasukkan

mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat horizontal ketas bersama-

sama sehingga laring jelas terlihat.

- Pipa endotrakea dipegang dengan tangan kanan dan dimasukkan melalui celah pita

suara sampai di trakea. Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi

dengan plester.

Gambar Teknik pelaksanaan intubasi endotrakea

Page 45: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

2. Laringotomi (Krikotirotomi)

Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran tirokrikoid

(krikotirotomi).

Krikotiromi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas.

Bahayanya besar tetapi mudah dikerjakan, dan harus dikerjakan cepat walaupun

persiapannya darurat.

Krikotirotomi merupakan kontraindikasi pada anak di bawah usia 12 tahun, demikian

juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat laringitis.

Bila kanul dibiarkan terlalu lama maka akan timbul stenosis subglotik karena kanul

yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan di sekitar subglotis, sehingga

terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya diganti dengan trakeostomi dalam waktu 48

jam.

Teknik krikotirotomi:

- Pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi atlantooksipitalis.

- Puncak tulang rawan tiroid mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari tangan kiri.

- Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke bawah sampai

ditemukan kartilago krikoid. Membran krikotiroid terletak di antara kedua tulang

rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anestetikum kemudian dibuat sayatan

horizontal pada kulit.

- Jaringan di bawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah.

- Setelah tepi bawah kartilago terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah.

- Kemudian masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai pipa plastik untuk

sementara.

Page 46: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Gambar Krikotirotomi

3. Trakeostomi

Trakeostomi adalah suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat lubang

sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia luar untuk mengatasi

gangguan pernapasan bagian atas.

Indikasi trakeostomi adalah:

1. Mengatasi obstruksi laring.

2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran pernapasan atas.

3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus.

4. Untuk memasang alat bantu pernapasan (respirator).

5. Untuk mengambil benda asing di subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas

bronkoskopi.

a. Keuntungan trakeostomi yaitu:

- Dapat dipakai dalam waktu lama.

- Trauma saluran napas tidak ada.

- Penderita masih dapat berbicara sehingga kelumpuhan otot laring dapat dihindari.

- Penderita merasa enak dan perawatan lebih mudah

Page 47: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

- Penderita dapat makan seperti biasa.

- Menghindari aspirasi, menghisap sekret bronkus.

- Jalan napas lancar, meringankan kerja paru.

Kerugian trakeostomi, yaitu:

- Tindakan lama.

- Cacat dengan adanya jaringan sikatrik.

Jenis irisan trakeostomi ada dua macam:

- Irisan vertikal di garis median leher.

- Irisan horizontal.

Berdasarkan jenis trakeostomi:

- Trakeostomi letak tinggi, yaitu di cincin trakea 2-3.

- Trakeostomi letak tengah, yaitu setinggi trakea 3-4.

- Trakeostomi letak rendah, yaitu setinggi cincin trakea 4-5.

Untuk perawatan trakeostomi, yang harus diperhatikan adalah:

1. Kelembaban udara masuk.

- Dapat dilakukan dengan uap air basah hangat.

- Nebulizer.

- Kassa steril yang dibasahi diletakkan di permukaan stoma.

2. Kebersihan dalam kanul.

- Jangan tersumbat oleh sekret, dianjurkan disuksion ½-1 jam pada 24 jam

pertama dan tidak boleh terlalu lama setiap suksion, biasanya 10-15 detik. Bila

lama penderita bisa sesak atau hipoksia atau cardiac arrest.

- Lakukanlah berkali-kali sampai bersih.

3. Anak: kanul dibersihkan setiap hari kemudian pasang kembali.

Page 48: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Pengangkatan kanul dilakukan secepatnya, atau dengan indikasi berikut:

- Tutup lubang trakeostomi selama 3 menit, penderita tidak sesak.

- Dalam 25 jam tidak ada keluhan sesak bila lubang trakeostomi ditutup waktu tidur,

makan dan bekerja.

- Penderita sudah dapat bersuara.

Komplikasi trakeostomi:

- Waktu operasi:

Perdarahan, lesi organ sekitarnya, apnea dan shock.

- Pasca operasi:

Infeksi, sumbatan, kanul lepas, erosi ujung kanul atau desakan cuff pada pembuluh

darah, fistel trakeokutan, sumbatan subglotis dan trakea, disfagia, granulasi.

Teknik trakeostomi:

- Penderita tidur telentang dengan kaki lebih rendah 30˚ untuk menurunkan tekanan

vena di daerah leher. Punggung diberi ganjalan sehingga terjadi ekstensi. Leher

harus lurus, tidak boleh laterofleksi atau rotasi.

- Dilakukan desinfektan daerah operasi dengan betadin atau alkohol.

- Anestesi lokal subkutan, prokain 2% atau silokain dicampur dengan epinefrin atau

adrenalin 1/100.000. Anestesi lokal atau infiltrasi ini tetap diberikan meskipun

trakeostomi dilakukan secara anestesi umum.

- Dilakukan insisi.

- Insisi vertikal: dimulai dari batas bawah krikoid sampai fossa suprasternum, insisi

ini lebih mudah dan alir sekret lebih mudah

- Insisi horizontal: dilakukan setinggi pertengahan krikoid dan fossa sternum,

membentang antara kedua tepi depan dan medial m.sternokleidomastoid, panjang

irisan 4-5 cm.

Page 49: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Irisan mulai dari kulit, subkutis, platisma sampai fasia colli superfisial secara

tumpul. Bila tampak ismus, maka ismus disisikan ke atas atau ke bawah. Bila

mengalami kesukaran dan tidak memungkinkan, potong saja.

- Bila sudah tampak trakea maka difiksasi dengan kain tajam. Kemudian suntikkan

anestesi lokal kedalam trakea sehingga tidak timbul batuk pada waktu memasang

kanul.

- Stoma dibuat pada cincin trakea 2-3 bagian depan, setelah dipastikan trakea yaitu

dengan menusukkan jarum suntik dan letakkan benang kapas tersebut. Kemudian

kanul dimasukkan dengan bantuan dilator.

- Kanul difksasi dengan pita melingkar leher, jahitan kulit sebaiknya jahitan longgar

agar udara ekspirasi tidak masuk ke jaringan dibawah kulit.

Page 50: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Gambar Trakeostomi

4. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)

Perasat heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring

secara total atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring.

Prinsip mekanisme perasat heimlich adalah dengan memberi tekanan pada paru.

Diibaratkan paru sebagai sebuah botol plastik berisi udara yang tertutup oleh sumbatan.

Dengan memencet botol plastik itu sumbatan akan terlempar keluar.

Perasat heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak.

Page 51: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptur lambung, ruptur hati dan fraktur iga.

Teknik perasat heimlich:

- Penolong berdiri di belakang pasien sambil memeluk badannya.

- Tangan kanan dikepalkan dan dengqan bantuan tangan kiri, kedua tangan diletakkan

pada perut bagian atas.

- Kemudian dilakukan penekanan pada rongga perut kearah dalam dan kearah atas

dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing

akan terlempar keluar. Pada anak, penekanan cukup dengan memakai jari telunjuk

dan jari tengah kedua tangan.

- Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, dapat dilakukan dengan cara penolong

berlutut dengan kedua kaki pada kedua sisi pasien. Kepalan tangan diletakkan di

bawah tangan kiri di daerah epigastrium.

- Dengan hentakan tangan kiri ke bawah dan ke atas beberapa kali udara dalam paru

akan mendorong benda asing keluar.

Page 52: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

Gambar Perasat heimlich

Page 53: Tutorial Obstruksi saluran napas atas

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC, Jakarta, 1997

Guyton, AC, Hall, JE, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 1997, editor: irawati setiawan, ed. 9,

1997, Jakarta: EGC

Snell, Richard S., Anatomi klinik edisi 6, EGC, 2006

Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher edisi 7, FK UI, 2012.