Nyeri Kepala

8
NYERI KEPALA ( CEPHALGIA) Definisi Nyeri kepala atau Cephalgia adalah Nyeri kepala adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Nyeri kepala dapat dirasakan ringan atau berat sampai tidak tertahankan oleh pasien, dan dapat berwujudkan organik atau fungsional. Sakit kepala dapat psikogenik atau merupakan gejala atau penyakit yang serius. Pada sebagian pasien umumnya ringan. Tetapi, apapun penyebabnya, sakit kepala kronik memerlukan evaluasi yang menyeluruh, diagnosis tepat dan terapi yang segera. Klasifikasi cephalgia NK dibagi 3 kelompok besar : I. NK Fungsional A. Vaskuler : 1. Migrain 2. Cluster Headache 3. Toksik vaskular 4. Hipertensi. B. Muskuloskletal 1. Muscle contraction headache (THA) 2. Osteo Arthritis cervicalis (kepala & leher) 3. Miositis kronik. II. NK Organik A. Kelainan Intra kranial. 1. Meningitis / ensefaliti 2. Perdarahan subaraknoid 3. Hematoma subdural

description

NYERI KEPALA

Transcript of Nyeri Kepala

NYERI KEPALA ( CEPHALGIA)DefinisiNyeri kepala atau Cephalgia adalah Nyeri kepala adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.Nyeri kepala dapat dirasakan ringan atau berat sampai tidak tertahankan oleh pasien, dan dapat berwujudkan organik atau fungsional. Sakit kepala dapat psikogenik atau merupakan gejala atau penyakit yang serius. Pada sebagian pasien umumnya ringan. Tetapi, apapun penyebabnya, sakit kepala kronik memerlukan evaluasi yang menyeluruh, diagnosis tepat dan terapi yang segera.

Klasifikasi cephalgia NK dibagi 3 kelompok besar :I. NK Fungsional A. Vaskuler : 1. Migrain 2. Cluster Headache 3. Toksik vaskular 4. Hipertensi. B. Muskuloskletal 1. Muscle contraction headache (THA) 2. Osteo Arthritis cervicalis (kepala & leher) 3. Miositis kronik. II. NK Organik A. Kelainan Intra kranial.1. Meningitis / ensefaliti2. Perdarahan subaraknoid3. Hematoma subdural4. Tumor intrakranial B. Kelainan Extra kranial1. Sakit kepala post trauma2. Glaucoma3. Neuritis optika4. insufisiensi serebro-vaskulerIII. Lain-lain A. Hidrosefalus B. BIH (benign intracranial hydrocephalus) C. Arteritis temporalis D. NK aktifitas tempat tinggi & dekompresi E. NK waktu orgasme.

Pembagian klinis nyeri kepala (Anthony,1988)1. Sakit kepala akut Sistemik Hipertensi Feokromositoma Reaksi terhadap penghambat MAO2. Sakit kepala subakut Hematoma subdural Arteritis temporalis Abses otak Tumor Sinus trombosis Hipertensi intrakranial benigna3. Sakit kepala menahun Migren / sakit kepala tegang Tumor jinak.

Nyeri KepalaNyeri kepala merupakan rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke daerah belakang kepala/area oksipital dan sebagian daerah tengkuk (Sjahrir,2008).

EpidemiologiSebagian besar orang pernah mengalami nyeri kepala (sefalgi) pada sepanjang hidupnya, terbukti dari hasil penelitian population base di Singapore dari Ho dkk didapati prevalensi life time nyeri kepala penduduk Singapore adalah pria 80%, wanita 85% (p= 0.0002). Angka tersebut hampir mirip dengan hasil penelitian pendahuluan Sjahrir dkk di Medan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mendapati hasil pria 78% sedangkan wanitanya 88%. Sedangkan dalam penelitian lainnya (Waters, 1974), prevalensi nyeri kepala berbeda-beda sesuai dengan golongan umur tertentu. Hasilnya didapatkan bahwa kelompok umur terbanyak adalah kelompok dengan rentang umur 21-34 tahun sebanyak 74%, diikuti usia > 55 tahun (55%), serta usia > 75 tahun (22%). Dari hasil pengamatan jenis penyakit dari pasien yang berobat jalan di praktek sore penulis selama tahun 2003, ternyata nyeri kepala menduduki proporsi tempat yang teratas, sekitar 42% dari keseluruhan pasien neurologi. Maka dari itu perlu dilakukan perhatian yang serius dan secara kontinyu terhadap perkembangan kemajuan ilmu perihal nyeri kepala ini.

Etiologi dan PatofisiologiSecara garis besar, hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya nyeri kepala dibagi atas tiga kelompok. Yang pertama, adalah nyeri kepala yang berhubungan dengan vaskular atau pembuluh darah, misalnya pada nyeri kepala jenis migrain dan nyeri kepala tipe klaster. Yang kedua, adalah nyeri kepala yang berhubungan dengan kontraksi otot, seperti pada nyeri kepala tipe tegang (tension type headache). Yang terakhir, adalah nyeri kepala yang berhubungan dengan keadaan ekstrakranial/intrakranial, struktural, atau inflamasi, contohnya pada nyeri kepala tipe sekunder.Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneus allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron trigeminalsentral.lnervasi sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar berasal dari ganglion trigeminal dari didalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptid dimana jumlah dan peranannya adalah yang paling besar adalah CGRP(Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P), NKA(Neurokinin A), pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP) nitricoxide (NO), molekul (PGEJ ) bradikinin, serotonin(5-HT) dan adenosin triphosphat (ATP), prostaglandin E mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor2. Khusus untuk nyeri kepala klaster clan chronic parox-ysmal headache ada lagi pelepasan VIP(vasoactive intestine peptide) yang berperan dalam timbulnya gejala nasal congestion dan rhinorrhea.Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah purinergic opioid dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel(Nav), isolectin B (IB ) , neuropeptide Y , galanin dan artemin reseptor. Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling penting sebagai dalam pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris sebahagian besar berpusat di batang otak (misalnya periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nukleus raphe magnus dan reticular formation), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang melibatkan konvergensi kerja dari kortekssomatosensorik, hipotalamus, anterior cyngulate cortex, dan struktur sistem limbik lainnya. Dengan demikian batang otak disebut juga sebagai generator dan modulator sefalgi.Stimuli elektrode, atau deposisi zat besi Fe yang berlebihan pada periaquaduct grey(PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti migren (migraine like headache).Pada penelitian MRI(Magnetic Resonance Imaging) terhadap keterlibatan batang otak pada penderita migren, CDH(Chronic Daily Headache) dan sampel kontrol yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi Fe di PAG pada penderita migren dan CDH dibandingkan dengan kontrol.Patofisiologi CDH belumlah diketahui dengan jelas .Pada CDH justru yang paling berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA(N-metil-D-Aspartat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikkan produksi neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit Likuor serebrospinal ternyata bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP(cytoplasmic Guanosine Mono phosphat) di likuor. Kadar CGRP, SP maupun NKA juga tampak meninggi pada likuor pasien CDH.Reseptor opioid di down regulated oleh penggunaan konsumsi opioid analgetik yang cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi disregulasi dari sistem opoid endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic Overused maka terjadi desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi CDH. Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin lL1 (Interleukin .1), lL6 dan TNF (Tumor Necrotizing Factor ) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast cell melepas/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan arachidonic acid dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi, terjadi proses upregulasi beberapa reseptor (VR1, sensory specific sodium/SNS, dan SNS-2)dan peptides(CGRP, SP).

DiagnosaAnamnesaUsia timbulnya, syndrome yang benign seperti migraine, tension-type headache dan cluster headache biasanya mulai sebelum usia pertengahan.aneurisma, tumor otak lebih banyak pada usia sekitar 35 tahun.Lamanya & frekwensi nyeri kepala. Lamanya keluhan nyeri kepala pada pasien dapat mengarahkan kepada kelainan neurologi yang progressive atau suatu keganasan. Nyeri kepala hebat yang akut disertai dengan kehilangan kesadaran atau tanda-tanda gangguan neurological fokal mengarah kepada subaraknoid hemoragia atau meningitis. Nyeri kepala yang kronis misalnya pada migraine atau tension type headache.Sisi mana yang sakit. Tension type headache sering difuse dan bilateral. Migraine dapat bilateral tapi lebih sering unilateral. Cluster headache selalu unilateral.Kualitas nyeri kepala. Kwalitas nyeri kepal sangat subyektif tergantung pada keadaan psikologi pasien.Saat timbulnya nyeri kepala. Cluster headache sering nyeri timbul pada saat pasien tidur sehingga sering membangunkan pasien. Tumor otak dalam ventrikel juga dapat menyebabkan nyeri kepalapada saat tidur.Fenomena lain yang menyertainya seperti photofobia,phonofobia, gangguan penglihatan, dizziness, kelemahan otot, febris. Serta hal-hal lain yang memperburuk nyeri kepala misalnya batuk.

Pemeriksaan Fisik.Pada pemeriksaan fisik, kita nilai keadaan umum pasien & mentalnya. Selain itu, kita nilai juga tanda-tanda vitalnya serta pemeriksaan fisik umum yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada pemeriksaan fisik, dapat pula kita temukan kelainan-kelainan khusus yang berhubungan dengan nyeri kepala, seperti tanda-tanda rangsangan meningeal; adakah kelainan saraf cranial? Ataupun adakah kelainan pada kekuatan otot, refleks dan koordinasinya?

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium darah CT Scan atau MRI otak, hanya dilakukan pada nyeri kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit intrakranial (tumor, perdarahan subaraknoid, AVM, dll.). Elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, trauma kepala atau presinkop. Foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.