Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

22
Analisis Kualitas Terjemahan Tindak Tutur Commanding dalam Komik Crayon Shin Chan Inggris-Indonesia TUGAS AKHIR SEMESTER 1 PRAGMATIK DOSEN: Prof. Dr. Djatmika, M.A. Ditulis oleh: Nurlaila 1 | Nurlaila

Transcript of Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Page 1: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Analisis Kualitas Terjemahan

Tindak Tutur Commanding dalam Komik Crayon Shin Chan

Inggris-Indonesia

TUGAS AKHIR SEMESTER 1 PRAGMATIK

DOSEN: Prof. Dr. Djatmika, M.A.

Ditulis oleh:

Nurlaila

Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret

DESEMBER 2014

1 | N u r l a i l a

Page 2: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Analisis Kualitas Terjemahan Tindak Tutur Commanding dalam Komik Crayon Shin Chan Inggris-Indonesia

Nurlaila

Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret

1. Latar Belakang Masalah

Searle (1976) mengembangkan teori tindak tutur yang dikemukakan Austin dan

menggolongkannya ke dalam empat kelompok yakni utterance acts, propositional acts,

illocutionary acts, perlocutionary acts. Utterance acts digunakan untuk menuturkan kata atau

pun kalimat, disamping itu propositional acts digunakan untuk merujuk pada suatu benda .

Illocutionary acts digunakan untuk menuturkan pernyataan, permintaan, perintah, pertanyaan,

dsb, sedangkan Perlocutionary acts digunakan untuk mempengaruhi pendengar. Searle juga

mengelompokkan Illocutionary acts ke dalam lima kelompok sebagai berikut: Assertives,

directives, commissives, expressives, dan declarations. Penelitian ini menitikberatkan pada

tindak tutur directives khususnya yang berfungsi untuk commanding. Tindak tutur directives

adalah tindak tutur yang berfungsi untuk membuat pendengar melakukan sesuatu yang

diinginkan penutur, salah satunya adalah dengan commanding yang berfungsi untuk menyuruh

pendengar.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Singgih dkk (2013), ditemukan bahwa dari 152 data

dalam novel The God Father dan terjemahannya terdapat 8 tindak tutur illocutinary dirrectives.

Selain itu ditemukan juga 12 teknik penerjemahan yang digunakan dengan total frekuensi 244

kali. Dari hasil analisis ditemukan hasil terjemahan dengan menggunakan teknik tersebut

cenderung akurat, berterima, dan mudah dipahami.

Berbeda dengan penelitian yang diadakan oleh Singgih dkk yang mengidentifikasi tuturan

dibawah kelompok tindak tutur directives, dalam penelitian ini peneliti hanya akan meneliti satu

jenis tuturan tindak tutur directives yakni commanding. Dalam hal ini, peneliti menggunakan

Komik Crayon Shin Chan Vol 1 dan terjemahannya sebagai sumber data. 2 | N u r l a i l a

Page 3: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Crayon Shin Chan merupakan seri komik karya Yoshito Usui yang tokoh utamanya adalah

seorang anak TK berusia 5 tahun. Komik ini berisi cerita mengenai keluarga dan kehidupan

sekolah anak TK. Komik ini dipilih sebagai sumber data karena kepopulerannya di kalangan

anak-anak, remaja dan dewasa. Selain itu di dalam komik ini berisi banyak tindak tutur directives

commanding yang kemudian digunakan sebagai data dalam penelitian ini.

2. Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tindak tutur directives commanding dalam

komik Krayon Shin chan Bahasa Inggris dan Terjemahannya, serta mengidentifikasi teknik

penerjemahan yang digunakan, dalam hal ini peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Chesterman (2005) dalam bukunya Memes of Translation sebagai bahan acuan teknik

penerjemahan. Selain itu, peneliti juga mengukur kualitas terjemahan tindak tutur directives

commanding yang terkandung dalam komik ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Larson (1998) yang berisi bahwa ada tiga unsur yang digunakan untuk memeriksa kualitas

terjemahan yakni: Accuracy, Clarity, dan Naturalness.

3. Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan pragmatik

karena penelitian ini menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan teori yang telah ada

dan menitikberatkan pada wilayah kajian pragmatik yaitu tindak tutur.

3.1. Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa (i) dokumen yaitu komik Crayon Shin Chan versi

bahasa Inggris dan terjemahannya dalam versi bahasa Indonesia, dan (ii) informan, yang seorang

ahli bahasa, yang memberikan informasi mengenai data yang diperlukan peneliti. Data yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan (i) data primer yang dikumpukan dan diolah sendiri

oleh peneliti langsung dari sumber data yaitu komik Crayon Shin Chan, dan (ii) data sekunder

yang didapat dari informan untuk mendukung penelitian ini.

3 | N u r l a i l a

Page 4: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

3.2. Sampel Penelitian

Di dalam Komik Crayon Shin Chan Vol 1 terdapat 4 sub-judul yang masing-masing terdiri dari

beberapa bagian cerita pendek; yakni Sunflower Class terdiri dari 2 bagian cerita pendek, Mother

and I are Good Friends terdiri dari 32 bagian cerita pendek, Kindergarten is a Fun Paradise

yang terdiri dari 4 bagian cerita Pendek.

Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan, maka peneliti hanya akan mengambil 1 sub-

judul sebagai sampel yang akan diteliti. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan

purposive sampling yang berarti peneliti mengambil sampel menurut ciri-ciri tertentu secara

cermat sehingga relevan dengan penelitian yang dilakukan. Berikut adalah kriteria dalam

pengambilan sampel dalam penelitian ini:

a. Sub-judul mengandung tindak tutur commanding.

b. Sub-judul mengandung lebih dari 5 cerita pendek agar peneliti mendapat data yang cukup

untuk penelitian ini.

Tabel 1. Uji Purposive Sampling

No Sub-Judul a b Hasil

1 Sunflower Class + - -

2 Mother and I are Good

Friends

+ + +

3 Kindergarten is a Fun

Paradise

+ - -

Setelah dilakukan uji purposive sampling, maka sub-judul yg memenuhi kriteria adalah Komik

Crayon Shin Chan Vol 1 sub-judul Mother and I are Good Friends dan terjemahannya.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan (i) teknik catat yaitu

peneliti melakukan observasi dengan mengamati sumber data secara langsung dan kemudian

mencatat data yang ditemukan, dan (ii) teknik simak yaitu melakukan interview dan menyimak

4 | N u r l a i l a

Page 5: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

informasi guna mengumpulkan data dari informan, yaitu ahli bahasa, yg data tersebut digunakan

untuk mendukung penelitian ini.

Berikut langkah yang ditempuh peneliti dalam mengumpulan data: (i) memilih dokumen, (ii)

membaca dengan cermat, (iii) memilih data sesuai teori dan dengan saat yang bersamaan

memberi tanda , (iv) mengelompokkan data, (v) memilah data, dan (vi) mereduksi data dengan

cara memindahkannya ke kartu data.

3.4. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber

data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data dilakukan peneliti dengan menyediakan

beberapa jenis sumber data yakni data primer yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri dan data

sekunder yang didapat peneliti dari informan. Disamping itu, triangulasi metode dilakukan

peneliti dengan menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data penelitian yakni teknik

catat dan teknik simak.

3.5. Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif dan induktif. Artinya,

peneliti mengumpulkan data dan disaat yang bersamaan menganalisis data yang ditemukan.

Adapun tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis

kualitatif yang dikemukakan oleh Spradely (1980) sebagai berikut:

(i) Analisis Domain. Analisis ini digunakan untuk mensortir data dan bukan data.

(ii) Analisis Taksonomi. Analisis ini digunakan untuk mengorganisir dan

mengklasifikasikan data.

(iii) Analisis Komponensial. Analisis ini digunakan untuk menghubungkan domain dan

kategori.

(iv) Analisis Tema Budaya. Analisis ini digunakan untuk menarik teori yang di dapat dari

penelitian yang dikerjakan.

5 | N u r l a i l a

Page 6: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

4. Analisis

Dalam Komik Crayon Shin Chan Vol 1 sub-judul Mother and I are Good Friends dan

terjemahannya ditemukan sebanyak 36 gelembung percakapan yang 11 (30.5%) di

antaranya berupa tindak tutur commanding. Tuturan ini didominasi oleh Misae (Ibu

Crayon Shin Chan) karena konteks cerita ini adalah Misae yang membangunkan dan

menyuruh Shin Chan untuk segera bergegas sekolah. Berikut adalah analisis teknik

penerjemahan dan kualitas terjemahan.

Data 1:

Bsu Bsa

M: Hey! Wake up already! M: Ayo…Bangun

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 12, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan Unit Shift yakni menerjemahkan ‘Wake up already’ yang merupakan klausa ke bahasa Indonesia ke dalam satu kata ‘Bangun’.

Terjemahan ini akurat karena penerjemah tidak mengurangi dan menambah informasi. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini jelas karena tidak ada distorsi makna.

Data 2:

Bsu Bsa

M: it’s morning. How much longer are you going to sleep?

M: Bangun, mau tidur sampai kapan?

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 13, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan Illocutionary change yakni menerjemahkan ‘it’s morning’ yang merupakan pernyataan ke bahasa Indonesia ke dalam perintah ‘Bangun’.

Terjemahan pada tuturan ini kurang akurat. Karena klausa ‘it’s morning’ yang dalam bahasa Indonesia merupakan pernyataan bahwa hari sudah pagi diterjemahkan ke dalam tuturan perintah ‘bangun…’. Penerjemah juga menghilangkan ‘you’ dalam terjemahan bahasa Indonesia.

6 | N u r l a i l a

Page 7: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini kurang jelas karena terdapat pergeseran dari klausa ‘it’s morning’ menjadi ‘bangun’.

Data 3:

Bsu Bsa

M: What?! M: Ayo bangun!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 13, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan Illocutionary change yakni menerjemahkan ‘What?!’ yang merupakan ungkapan keterkejutan ke bahasa Indonesia ke dalam perintah ‘Ayo bangun’.

Terjemahan di atas tidak akurat karena ungkapan keterkejutan ‘What?!’, yang pada konteksnya Misae terkejut karena tidak menemukan Shin Chan di tempat tidur, diterjemahkan menjadi perintah ‘Ayo bangun!’. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini tidak jelas karena terjadi pergeseran keterkejutan menjadi perintah.

Data 4:

Bsu Bsa

M: Don’t sleep in such a place! M: Kok tidur di situ? Ayo cepat bangun!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 13, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan Illocutionary change yakni menerjemahkan ‘Don’t sleep in such a place!?!’ yang merupakan tuturan prohibiting ke bahasa Indonesia ke dalam questioning ‘Kok tidur di situ?’ dan commanding ‘Ayo cepat bangun!.

Terjemahan di atas tidak akurat karena penerjemah merubah dan menambah informasi Bsu. Kalimat perintah ‘Don’t sleep in such a place’ terjemahkan ke kalimat tanya dan perintah yang tidak terkandung dalam Bsu. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini tidak jelas karena penerjemah menambah informasi yg merusak makna.

7 | N u r l a i l a

Page 8: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Data 5:

Bsu Bsa

M: HEY! Don’t sleep there! M: Hei jangan tidur di situ!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 13, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan literal translation yakni menerjemahkan ‘HEY! Don’t sleep there!’ dengan struktur kata seru+Predikat negatif+ Adverbia tempat ke bahasa Indonesia ke dalam struktur yang sama ‘Hei jangan tidur di situ!.

Terjemahan di atas akurat karena penerjemah tidak menambah dan mengurangi informasi yang ada di dalam Bsu. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Data ini jelas karena tidak ada perubahan makna.

Data 6:

Bsu Bsa

M: Get yourself dressed up M: Ayo keluarkan baju kamu!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 13, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan paraphrase yakni menerjemahkan phrasal verb yang termasuk salah satu jenis idiomatic expression ke dalam bentuk plain words.

Terjemahan di atas tidak akurat karena informasi yang terkandung di dalam Bsu diterjemahkan berbeda di dalam Bsa. Pada Bsu Misae menyuruh Shin Chan untuk memakai baju. Sedangkan di dalam Bsa Misae menyuruh Shin Chan untuk mengeluarkan baju. Terjemahan di atas tidak natural karena ‘…keluarkan baju kamu’…terdengar aneh dan tidak biasa digunakan. Terjemahan ini tidak jelas karena terjadi perubahan makna dari perintah untuk memakai baju menjadi mengeluarkan baju.

Data 7:

Bsu Bsa

M: Hurry up M: Ganti baju, ayo!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

8 | N u r l a i l a

Page 9: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan explicitness change yakni menerjemahkan kata seru ‘Hurry up’ ke bahasa Indonesia ke dalam bentuk yang lebih eksplisit. Dalam konteks ini, Misae menyuruh Shin Chan untuk ganti baju. Penerjemah menerjemahkan kata seru tersebut ke dalam ‘Ganti baju, ayo!’.

Konteks tuturan di atas adalah Misae yang menyuruh Shin Chan untuk cepat ganti baju. Terjemahan di atas tidak akurat karena tuturan perintah ‘hurry up’ yang di dalam bahasa Indonesia berarti ‘cepat’ diterjemahkan oleh penerjemah dengan menghilangkan tuturan tersebut dan menggantinya dengan tuturan lain ‘ganti baju, ayo!’. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini tidak jelas karena terjadi perubahan makna dari kata seru menjadi perintah untuk mengganti baju.

Data 8:

Bsu Bsa

M: If you finished changing, let me check your bag. Also put in some tissues and a handkerchief.

M: Kalau sudah ganti baju periksa isi tasmu ya? Masukan saputangan, tissue…

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan Illocutionary change yakni menerjemahkan ‘…let me check…’ yang merupakan tuturan requesting ke bahasa Indonesia ke dalam tuturan commanding ‘…periksa isi tasmu ya…’.

Terjemahan di atas tidak akurat karena penerjemah menggeser informasi yang terkandung di dalam Bsu. Di dalam Bsu Misae menawarkan diri untuk memeriksa tas Shin Chan. Namun di dalam Bsa, Misae menyuruh Shin Chan untuk memeriksa tasnya. Selain itu penerjemah juga menghilangkan ‘you’ dan menambahkan informasi dalam Bsa. Di dalam Bsu Misae hanya menyuruh untuk memasukkan saputangan dan tissue saja, namun dalam Bsa penerjemah menghilangkan konjungsi ‘dan’ serta menambahkan ‘…’ yang berarti ada benda selain tissue dan saputangan yang harus dimasukan ke dalam tas. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini kurang jelas karena terjadi perubahan makna dari menawarkan diri untuk memeriksa menjadi menyuruh untuk memeriksa.

9 | N u r l a i l a

Page 10: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Data 9:

Bsu Bsa

M: okey, now eat your breakfast M: Ayo cepat makan!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan hyponymy. Penerjemah menerjemahkan ‘breakfast’ yang merupakan kata khusus ke bahasa Indonesia ke dalam kata yang lebih umum ‘makan’.

Terjemahan di atas kurang akurat karena penerjemah menggeneralisasikan ‘breakfast’ menjadi ‘makan’. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini kurang jelas karena terjadi generalisasi kata breakfast menjadi sarapan.

Data 10:

Bsu Bsa

M: hurry up! The school bus will be here any minute!

M: Ayo cepat bis sekolahnya mau datang

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan distribution change dari more items into fewer items, yakni menerjemahkan ‘…will be here any minute!’ ke bahasa Indonesia ke dalam ‘…mau datang’.

Terjemahan di atas kurang akurat karena penerjemah menghilangkan informasi ‘any minute’ yang di dalam bahasa Indonesia berarti ‘sebentar lagi’. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini jelas karena tidak ada perubahan makna.

Data 11:

Bsu Bsa

S: Oh, I forgot my hat…

M: Go get it!

S: Oh..iya topi saya!

M: Ambil cepat!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

10 | N u r l a i l a

Page 11: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Pada tuturan di atas penerjemahan menggunakan teknik penerjemahan information change dengan menghilangkan ‘it’ dalam terjemahan Indonesia.

Terjemahan ini kurang akurat karena penerjemah menghilangkan ‘it’ yang di dalam BSu digunakan untuk merujuk pada ‘topi’. Terjemahan ini natural karena bentuk tuturan tersebut biasa digunakan di Indonesia. Hasil terjemahannya juga tidak terdengar aneh atau asing. Terjemahan ini jelas karena tidak terjadi perubahan makna.

Temuan

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa dari 36 gelembung percakapan ada 11

(30.5%) yang berupa tindak tutur commanding. Teknik penerjemahan yang digunakan untuk

menerjemahkannya adalah sebagai berikut: Unit Shift 1 (9.1%), Illocutionary Change 4 (36.4%),

Literal Translation 1 (9.1%), Paraphrase 1 (9.1%), Explicitness Change 1 (9.1%), Hyponymy 1

(9.1%), Distribution Change 1 (9.1%), dan Information Change 1 (9.1%).

Hasil analisis kualitas terjemahan menunjukan bahwa sebanyak 2 (18.2%) terjemahan akurat, 4

(36.3%) terjemahan kurang akurat, 5 (45.4%) terjemahan tidak akurat, 10 (90.9%) terjemahan

natural, 1 (9.1%) terjemahan tidak natural, 4 (36.4%) terjemahan jelas, 3(27.3%) terjemahan

cukup jelas, dan 4 (36.4%) terjemahan tidak jelas.

Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 30 strategi penerjemahan yang diajukan oleh Chesterman

(2000) hanya 8 strategi yang digunakan oleh penerjemah yaitu unit shift, illocutionary change,

literal translation, paraphrase, explicitness change, hyponymy, distribution change, dan

information change. Penggunaan delapan strategi penerjemahan tersebut mengakibatkan hasil

terjemahan Komik Crayon Shin Chan cenderung tidak akurat, natural, dan jelas. Namun, jika

peneliti menganalisis lebih banyak bagian dalam Komik Crayon Shin Chan maka akan lebih

banyak data yang ditemukan dan mungkin akan menghasilkan hasil penelitian yang berbeda. Hal

ini lah yang kemudian menjadi kelemahan dalam penelitian ini.

Lain halnya dengan penelitian yang diadakan oleh Singgih dkk (2013), dalam penelitian mereka

ditemukan bahwa 12 teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan tindak tutur

11 | N u r l a i l a

Page 12: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

direktif dalam novel The Godfather adalah teknik harfiah, peminjaman murni, transposisi,

reduksi, penambahan, modulasi, partikularisasi, adaptasi, amplifikasi linguistik, penghilangan,

padanan lazim, deskripsi, dan generalisasi. Hasil terjemahan dengan menggunakan teknik

tersebut cenderung akurat, berterima, dan mudah dipahami.

Dalam penelitian ini, strategi penerjemahan yang secara mayoritas digunakan oleh penerjemah

adalah illocutionary change yakni 36.4%. Illocutionary change adalah strategi yang meliputi

perubahan mood seperti indikatif menjadi imperatif, deklaratif menjadi meminta, langsung

menjadi tidak langsung serta pergeseran jenis tindak tutur lain.

Contoh:

Bsu Bsa

M: If you finished changing, let me check your bag. Also put in some tissues and a handkerchief.

M: Kalau sudah ganti baju periksa isi tasmu ya? Masukan saputangan, tissue…

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

Dalam kalimat di atas yang dicetak tebal, tindak tutur meminta dalam bsu diterjemahkan menjadi

tindak tutur perintah.

Strategi lainnya yang digunakan adalah Unit Shift dengan tingkat keseringan 9.1%. Strategi ini

diadopsi oleh Chesterman dari teori yang dikemukakan oleh Catford. Unit shift merupakan

pergeseran suatu unit ke unit yang lain yang terjadi dalam penerjemahan. Unit yang dimaksud

adalah morpheme, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf.

Contoh:

Bsu Bsa

M: Hey! Wake up already! M: Ayo…Bangun

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 12, dan terjemahannya)

Dalam kalimat di atas yang dicetak tebal, klausa di dalam bahasa sumber diterjemahkan ke

dalam suatu kata dalam bahasa sasaran.

Selain itu, juga ditemukan penggunaan strategi paraphrase dengan tingkat keseringan 9.1%.

paraphrase adalah suatu strategi yang memungkinkan penerjemah untuk mendeskripsikan item

12 | N u r l a i l a

Page 13: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

dalam bahasa sumber secara bebas ketika tidak dijumpai padanan word to word pada bahasa

sasaran. Paraphrase biasanya digunakan dalam menerjemahkan idiomatic expression.

Contoh:

Bsu Bsa

M: Get yourself dressed up M: Ayo keluarkan baju kamu!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 13, dan terjemahannya)

Kalimat yang mengandung idiomatic expression dalam bahasa sumber di atas bermakna suatu

perintah kepada mitra tutur untuk menggunakan pakaian atau kostum. Penerjemahn

menerjemahkan kalimat ini dengan plain words bebas yang bukan idiomatic expression.

Strategi lain yang digunakan adalah literal translation dengan tingkat keseringan 9.1%. Literal

translation memungkinkan penerjemah untuk menerjemahkan lexis dalam bahasa sumber secara

langsung ke dalam bahasa sasaran karena memiliki padanan baik padanan kata maupun padanan

bentuk.

Contoh:

Bsu Bsa

M: HEY! Don’t sleep there! M: Hei jangan tidur di situ!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 13, dan terjemahannya)

Strategi Explicitness Change juga digunakan dengan tingkat keseringan 9.1%. Penggunaan

strategi ini memungkinkan penerjemah untuk menerjemahkan item implisit dalam teks sumber

menjadi lebih eksplisit dalam bahasa sasaran.

Contoh:

Bsu Bsa

M: Hurry up M: Ganti baju, ayo!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

Selain itu strategi hyponymy digunakan dengan tingkat keseringan 9.1%. Ketika penerjemah

menjumpai suatu item yang tidak memiliki padanan dalam bahasa sasaram, maka penerjemah

dapat menerjemahkan item tersebut menggunakan strategi hyponymy yakni dengan tiga cara

13 | N u r l a i l a

Page 14: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

superordinate-hyponym, hyponym-superordinate, hyponym X bahasa sumber-hyponym Y

bahasa sasaran.

Contoh:

Bsu Bsa

M: okey, now eat your breakfast M: Ayo cepat makan!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

Strategi berikutnya yang digunakan adalah Distribution Change dengan tingkat keseringan 9.1%.

strategi ini digunakan dengan mengubah komponen semantik menjadi lebih banyak item

(expansion) atau lebih sedikit item (compression).

Contoh:

Bsu Bsa

M: hurry up! The school bus will be here any minute!

M: Ayo cepat bis sekolahnya mau datang

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

Strategi Information Change juga digunakan dengan tingkat keseringan 9.1%. Strategi ini

meliputi penambahan informasi atau pun penghilangan informasi teks sumber ketika

menerjemahkan ke teks sasaran.

Contoh:

Bsu Bsa

S: Oh, I forgot my hat…

M: Go get it!

S: Oh..iya topi saya!

M: Ambil cepat!

(Dikutip dari: Kureyon- Shin Chan Himawari Class, 2002, p. 14, dan terjemahannya)

14 | N u r l a i l a

Page 15: Nurlaila_Tugas Prof Djatmika

Referensi

Chesterman, A. (2000). Memes of translation: The Spread of Ideas in Translation Theory. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.

Larson, Mildred L. (1998). Meaning-Based Translation. Maryland: University Press of America.

Searle, John R. (1976). A Classification of Illocutionary Acts. Cambridge University Press: Language in Society Vol 5. No.1 Retrieved from http://www.personal.uni-jena.de/~mu65qev/wikolin/images/2/27/Searle_(1975b_1-23).pdf

Singgih Daru Kuncara, dkk (2013). Analisis Terjemahan Tindak Tutur Direktif Pada Novel The Godfather Dan Terjemahannya Dalam Bahasa Indonesia. Translating Journal: Translation and Linguistics Vol.1 No.1 Retrieved from http://jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/trl/article/view/173

Spradely, J.P. (1980). Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston.

15 | N u r l a i l a