Prof. Budi Sampurna.ppt

43
Penyusunan & Pengembangan Peraturan Perundangundangan di bidang Kesehatan: Kendala dan Tantangan Budi Sampurna

description

prof budi samporna

Transcript of Prof. Budi Sampurna.ppt

  • Penyusunan & Pengembangan Peraturan Perundangundangan di bidang Kesehatan: Kendala dan TantanganBudi Sampurna

  • PengembanganHukum Kesehatan

  • Perkembangan HukumPerkembangan hukum kesehatan di Indonesia dipengaruhi oleh:Sistem dan Keputusan Politik di bidang KesehatanKebijakan Publik di bidang Kesehatan, khususnya dalam bentuk Peraturan Perundang-undanganKebijakan Publik di bidang lain yang berkaitan dengan kesehatanPutusan Pengadilan sbg Penemuan hukumPendapat ahli hukum yg berpengaruh kuat

  • Ilustrasi Kasus 1Seorang perawat kepala Puskesmas Pembantu di suatu daerah ditangkap polisi dengan tuduhan telah melakukan praktik kedokteran dan pekerjaan kefarmasian (menyediakan dan menjual obat-obat golongan G).Di wilayah tsb tidak terdapat dokter dan tenaga kefarmasian.

  • Pasal 78 UU No 29/2004Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

  • Pasal 73 ayat (2) (3) UU No 29/2004(2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.

  • Penjelasan Ps 73 ayat (3) UU No 29/2004Tenaga kesehatan dimaksud antara lain bidan dan perawat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan medis sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

  • Pasal 198 UU No 36/2009Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

  • Pasal 108 ayat (1) UU No 36/2009Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  • Penjelasan Ps 108 ayat (1) UU No 36/2009Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan dalam ketentuan ini adalah tenaga kefarmasian sesuai dengan keahlian dan kewenangannya. Dalam hal tidak ada tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat melakukan praktik kefarmasian secara terbatas, misalnya antara lain dokter dan/atau dokter gigi, bidan, dan perawat, yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  • Perkembangan Hukum ?Tenaga Kesehatan bekerja sesuai dengan kompetensi dan kewenangan masing-masingMeskipun demikian terdapat keleluasaan pada situasi dan keadaan daruratSaat ini peraturan sudah eksplisit mengatur keadaan tersebut (perluasan dari prinsip Good Samaritan Law atau Locality Rule)

  • Perkembangan lanjutan ?UU No 36/2009 memandatkan diundangkannya UU Tenaga Kesehatan dan Peraturan di bawahnya:Standar PendidikanStandar KompetensiStandar Perilaku ProfesiSertifikasi KompetensiRegistrasiPerijinanKewenangan klinis

  • Ilustrasi Kasus 2Sebuah Departemen di Rumah Sakit bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis mengadakan program sosial operasi, tanpa sepengetahuan Direktur RS.Salah satu pasien mengalami infeksi nosokomial dan komplikasi.Pasien menuntut ganti rugi RS.RS tidak bisa membela diri sehingga diputus untuk membayar ganti rugi.

  • Pasal 58 ayat (1) UU No 36/2009Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

  • Pasal 46 UU No 44/2009Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

  • Pasal 29 UU No 36/2009Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

  • Isu utamanya ?Program atau Praktik di dalam RS tetapi bukan pekerjaan RS, atau setidaknya tidak ada ijin dari RSSDM pelaksananya tidak semuanya SDM milik RS, ada SDM dari luarTidak melalui kredensial, tidak ada clinical privilege, tak ada ijin praktik di RS, Apakah RS tetap bertanggungjawab atas kesalahan atau kelalaiannya?

  • Perkembangan hukum ?RS sebagai institusi adalah penanggung-jawab dari seluruh kegiatan di dalam institusiRS harus dapat mengendalikan/ menguasai seluruh sumber daya di RSGood corporate & clinical governanceTidak ada lagi penyelundupan sumber daya / kegiatan / dll

  • Penyusunan Peraturan PerundangundanganUU No 10 / 2004Perpres 68/2005

  • Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yg baikKejelasan TujuanKelembagaan atau organ pembentuk yg tepatKesesuaian antara jenis dan materi muatanDapat dilaksanakanKedayagunaan dan kehasilgunaanKejelasan rumusanKeterbukaanPasal 5 UU No 10 / 2004

  • HirarkiUUDUU atau PerpuPeraturan PemerintahPeraturan PresidenPeraturan DaerahJenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggiPasal 7 UU No 10 / 2004

  • Materi Muatan UUMengatur lebih lanjut ketentuan UUD:HAMHak dan Kewajiban Warga NegaraPelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negaraWilayah negara dan pembagian daerahKewarganegaraan dan kependudukanKeuangan negaraDiperintahkan suatu UU utk diatur dg UUPasal 8 UU No 10 / 2004

  • PERENCANAAN PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG1

  • PERENCANAAN PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG2Di Luar PROLEGNAS Ijin Prakarsa PresidenMengajukanDisertai penjelasan konsepsi pengaturan, meliputi Urgensi & tujuan penyusunanSasaranPokok pikiran, lingkup atau obyek yang diaturJangkauan serta arah pengaturanSumber :Pasal 3 Perpres No. 68 Tahun 2005

  • Penyusunan NAPasal 5 Perpres No 68/2005Pemrakarsa dalam menyusun RUU dapat terlebih dahulu menyusun NA mengenai materi yg akan diaturNA sekurang-kurangnya memuat dasar filosofis, sosiologis, yuridis,pokok dan lingkup materi yang akan diaturPedoman penyusunan NA diatur dengan Per Menteri

  • Naskah AkademikAdalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yg ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, obyek, atau arah pengaturan RUUPs 1 Perpres no 68 tahun 2005

  • USUL PENYUSUNAN RUU

  • PENYUSUNAN RUU PROLEGNAS1BERLAKU JUGA BAGI PEMBUATAN PERATURAN PEMERINTAH

  • PENYUSUNAN RUU PROLEGNAS2Ketua Panitia AntardepartemenSurat permintaan anggota kepada Menteri/Lembaga terkaitPejabat yang berwenang mengambil keputusanMenunjukMemberi laporan kepada Pemrakarsa mengenai : Perkembangan penyusunan Masalah yang dihadapi Perumusan akhir RUUBERLAKU JUGA BAGI PEMBUATAN PERATURAN PEMERINTAH

  • PENYUSUNAN RUU PROLEGNAS3Pemrakarsa Menyebarluaskan ke masyarakatMenyampaikan pada Menteri lain untuk paraf persetujuan, bila ada perbedaan diselesaikan di tingkat Menteri namun bila masih belum dapat diselesaikan, maka diserahkan ke PresidenBERLAKU JUGA BAGI PEMBUATAN PERATURAN PEMERINTAH

  • PENYUSUNAN RUU DI LUAR PROLEGNAS1Pemrakarsa MenteriKonsultasi KonsepsiPejabat yang berwenangBerkonsultasiPresidenTidak ada kesepakatan, RUU diserahkanKeputusan & arahan sekaligus sebagai Ijin PrakarsaBERLAKU JUGA BAGI PEMBUATAN PERATURAN PEMERINTAH

  • Penyusunan MateriPrakarsa dilakukan oleh Unit Utama Kementerian yang membidangi, mengikutsertakan:Organisasi ProfesiAsosiasi atau Lembaga TerkaitHukormas dan Biro HukorPembahasan di tingkat KementerianPembahasan dengan Stake holdersPembahasan Antar KementerianHarmonisasi

  • Penyusunan Peraturan Pelaksanaan Peraturan Menteri Keputusan Menteri tentang Pedoman/Standar

  • Penyusunan MateriPrakarsa dilakukan oleh Unit Utama Kementerian yang membidangi, mengikutsertakan:Organisasi ProfesiAsosiasi atau Lembaga TerkaitHukormas dan Biro HukorPembahasan di tingkat KementerianPembahasan dengan Stake holdersHarmonisasi Internal

  • Pasal merupakan satuan aturan dalam Peraturan PerUUan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat yang disusun secara singkat, jelas dan lugas

    Lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yg singkat dan jelas daripada ke dalam beberapa pasal yg masing2 pasal memuat banyak ayat, kecuali jika materi tidak dapat dipisahkanUU No 10 / 2004

  • Pasal dapat dirinci ke dalam beberapa ayatSatu ayat hendaknya hanya memuat satu norma yang dirumuskan dalam satu kalimat utuhJika pasal/ayat memuat rincian unsur, maka dapat dituliskan dalam bentuk kalimat dg rincian, atau dalam bentuk tabulasiJika rincian tabulasi tsb kumulatif, beri dan, dan bila alternatif beri atauUU No 10 / 2004

  • Rumusan PenjelasanTidak bertentangan dengan materi pokok yg diatur dalam Batang TubuhTidak memperluas atau menambah norma yg ada di dalam batang tubuhTidak melakukan pengulangan atas materi pokok yg diatur di dalam batang tubuhTidak mengulangi uraian kata, istilah, atau pengertianyg telah dimuat di dalam ketentuan umumUU No 10 / 2004

  • PendelegasianJika sebagian ketentuan telah diatur dalam peraturan yg mendelegasikan, dan materi harus diatur dalam Peraturan tertentu:Ketentuan lebih lanjut mengenai diatur dengan ..

    Jika boleh di subdelegasikan:Ketentuan lebih lanjut mengenai . diatur dengan atau berdasarkan ..UU No 10 / 2004

  • Pendelegasian kewenangan kepada Menteri dibatasi untuk peraturan yang bersifat teknis administratif

    Hindari pendelegasian dari UU ke Dirjen

    Hindari delegasi blanko:Hal-hal yg belum cukup diatur akan .

    Dalam peraturan pelaksanaan, hindari pengulangan normaUU No 10 / 2004

  • BAHASATunduk kepada Tata Bahasa IndonesiaCiri: kejernihan atau kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan, keserasian, dan ketaatan asas sesuai dengan kebutuhan hukumRumusan kalimat harus tegas, jelas, singkat dan mudah dimengertiUU No 10 / 2004

  • KendalaBila sangat spesifik maka hanya Unit teknis terkait yg memahamiUnit Teknis tidak memahami penormaan, Orang hukum tidak memahami substansiKeterbatasan waktu membahasPersonalia perumus yang tidak menetapKetidak-konsistenan PendapatKetidakberanian membuat Keputusan

  • TantanganMasih banyak substansi yang belum diaturUU saja mendelegasikan lebih dari 30 PP dan 30an Peraturan MenteriTerjadinya perubahan paradigma kebijakan mendorong Reformasi Kesehatan Masyarakat / Pelayanan KesehatanKesadaran Hukum Kesehatan meningkat

  • Take Home NoteMasih kurangnya peraturan dan sedikitnya legal drafter di bidang hukum kesehatan yang merupakan kendala hendaknya sekaligus menjadi tantangan bagi kita untuk bergerak di bidang legislasi bidang kesehatanMasyarakat Hukum Kesehatan Indonesia hendaknya ke depan lebih aktif berkontribusi