NURHALIMAH-FITK.pdf

319
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh: NURHALIMAH NIM. 107015000643 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M./1432 H.

Transcript of NURHALIMAH-FITK.pdf

  • PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK

    NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

    HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA

    (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi

    Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

    Oleh:

    NURHALIMAH

    NIM. 107015000643

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011 M./1432 H.

  • LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

    PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK

    NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL

    BELAJAR AKUNTANSI SISWA

    (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan (S. Pd)

    Oleh:

    Nurhalimah

    NIM. 107015000643

    Menyetujui,

    Pembimbing

    Dr. Iwan Purwanto, M. Pd

    NIP. 197 304 24 200801 1 012

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011 M./1432 H.

  • LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

    Bahwasanya dengan ini menerangkan skripsi yang berjudul PENERAPAN

    MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK NUMBERED HEADS

    TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI

    SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Man 11 Jakarta). Yang disusun oleh:

    Nama : Nurhalimah

    NIM : 107015000643

    Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

    Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak

    untuk diajukan pada sidang munaqasyah sesuai dengan ketentuan yang telah

    ditetapkan.

    Jakarta, 09 Agustus 2011

    Yang menyatakan,

    Pembimbing Skripsi

    Dr. Iwan Purwanto, M. Pd

    NIP: 197 304 24 200801 1 012

  • LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

    Skripsi berjudul: Penerapan Model Cooperative Learning Teknik

    Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi

    Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta) disusun oleh Nurhalimah, NIM: 107015000643, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dinyatakan lulus dalam

    Ujian Munaqasah pada tanggal 09 September 2011 di hadapan dewan penguji.

    Karena itu, penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam

    bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

    Jakarta, 12 September 2011

    Panitia Ujian Munaqasah

    Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Tanggal Tanda Tangan

    Drs. H. Nurochim, MM

    NIP. 195907151984031003

    Sekretaris Sidang

    Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

    NIP. 197304242008011012

    Penguji I

    Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA

    NIP. 194701141965101001

    Penguji II

    Drs. H. Nurochim, MM

    NIP. 195907151984031003

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

    NIP. 195710051987031003

  • LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

    Yang bertandatangan di bawah ini

    Nama : Nurhalimah

    NIM : 107015000643

    Jurusan : Pendidikan IPS/ Ekonomi

    Angkatan Tahun : 2007

    Alamat : JL. Bungan Teratai No. 397 RT. 08 RW. 03 Desa

    Sangkanerang Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

    Cirebon Propinsi Jawa Barat

    MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

    Bahwa skripsi yang berjudul PENERAPAN MODEL COOPERATIVE

    LEARNING TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK

    MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA (Penelitian

    Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta) adalah benar hasil karya sendiri di bawah

    bimbingan dosen:

    Nama : Dr.Iwan Purwanto, M. Pd

    NIP : 197 304 24 200801 1 012

    Dosen Jurusan : Pendidikan IPS

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

    menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

    sendiri.

    Jakarta, 09 Agustus 2011

    Yang Menyatakan

    NURHALIMAH

  • i

    ABSTRAK

    NURHALIMAH, 106015000643: Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi

    Siswa. Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

    Bidang studi IPS Akuntansi merupakan satu dari 6 mata pelajaran yang

    ditetapkan pemerintah sebagai tolak ukur kelulusan siswa mulai tingkat menengah

    atas. Dalam pengamatan awal peneliti di sekolah MAN 11 Jakarta, menemukan

    bahwa permasalahan yang dihadapi guru diantaranya adalah rendahnya hasil

    belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Indikator pencapaian hasil yang

    ditetapkan sesuai standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang cukup (70)

    dengan berbagai pertimbangan. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti

    tertarik untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa terhadap akuntansi

    dengan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together. Teori yang digunakan peneliti adalah teori model pembelajaran Cooperative Learning,

    Numbered Heads Together, belajar dan hasil belajar.

    Metode yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK),

    bertujuan untuk memberikan solusi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa

    dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan di MAN 11 Jakarta

    pada kelas XI IPS 2 dengan jumlah siswa laki-laki 16, sedangkan jumlah siswa

    perempuan 13, sehingga jumlah keseluruhan 29 siswa.

    Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa penerapan model

    Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together dapat meningkatkan

    hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 2 MAN 11 Jakarta. Hal ini dibuktikan

    dengan adanya peningkatan rata-rata N-Gain siklus I yaitu 0,52 meningkat pada

    siklus II menjadi 0,73.

    Kata Kunci : Cooperative Learning, Numbered Heads Together, Hasil

    Belajar Akuntansi Siswa

  • ii

    ABSTRACT

    NURHALIMAH, 106015000643: The Application of Cooperative Learning Technique by Using Numbered Heads Together to Enhance Students Learning

    Accounting. Social Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, 2011.

    IPS Accountancy lesson is one of the 6 subjects set by the government as a

    measure of students' graduation in the senior high school. In the beginning

    observations of this research in MAN 11 Jakarta, found that the problem that

    teacher face is the low learning outcomes among students of accounting subjects.

    Meanwhile, an indicator of achievement of the result set according to standard

    minimal mastery level criterion (KKM) is sufficient (70) with a variety of

    considerations. Based on that problem, the researcher is interested to help

    improve student-learning outcomes of accounting with the Cooperative Learning

    Techniques by Using Numbered Heads Together". The researcher used the

    theory of Learning Cooperative learning models, Numbered Heads Together,

    learning and learning outcomes. The method used was a classroom action

    research class (CAR), aims to provide a solution faced by teacher and students in

    the learning process in class. The research was conducted in MAN 11 Jakarta on

    class XI IPS 2. This class contains 16 male students, 13 female students, bringing

    the total to 29 students.

    Conclusion of the classroom action research that the application of

    cooperative learning technique by using numbered heads together could enhance

    learning outcomes of accounting students' class XI IPS 2 MAN 11 Jakarta. This

    research can proved by the increase in the average N-Gain cycle I is 0 .52

    increase in cycle II to be 0.73.

    Key words : Cooperative Learning, Numbered Heads Together, Learning

    Outcomes of Accounting

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT berkat

    rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together

    Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa dengan baik dan lancar.

    Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam, Rasulullah dan

    junjungan Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

    Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan

    berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun

    materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Kedua orang tua dan keluarga besar. Terbaik dari yang terbaik. Perjuangan,

    pengorbanan, kesabaran, dan pengertian yang kalian berikan sampai saat ini

    takkan sanggup penulis balas dengan apapun. Semoga Allah meridhoi dan

    membalas dengan kebaikan dan pahala yang berlipat.

    2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak. Drs. H. Nurochim, MM. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Bersamamu selalu ada jalan dan kemudahan dalam

    setiap problema. Sungguh beruntung PIPS memiliki kajur seperti bapak.

    Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kemudahan bagi bapak Nurochim.

    4. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sebagai the best in lecture PIPS dan dosen

    pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi

    dalam keadaan sibuk maupun santai dan memberikan inspirasi bagi penulis

    untuk meraih mimpi dan cita-cita serta kesabaran yang sangat tinggi dalam

    memberikan pelajaran. Semoga Allah senantiasa memberi perlindungan dan

    kemudahan serta keberhasilan bagi bapak.

    5. Ibu Dra. Ulfah Fajarini, M.Si sebagai dosen penasehat akademik yang begitu

    baik dan selalu mengerti kesulitan mahasiswa yang mencari dosen namun

    begitu bertemu dengan ibu, ibu sangat mudah memberi kita ACC.

  • iv

    6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah mengajarkan dan

    memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. Semoga Allah membalas

    dengan segala kebaikan dan keberkahan.

    7. Bpk. Drs. Maryanto selaku guru Akuntansi dan Drs. Rojali, M.Pd selaku Kepala

    MAN 11 Jakarta. Terima kasih untuk bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.

    8. Sahabat-sahabat PIPS angkatan 2007, Pitria Ningtias, Dina Fadiah, Imas Permata, Ai,

    Lia, Mimi, selaku Waties Family. Nova, Jamilah, Irma, Neneng Nuraini, Euis Karyo,

    Azma, Fitri Ceremen dan Esti selaku Cekers Family (untuk keceriaan dan

    kebersamaan, bersama kalian tersenyum dan tertawa seperti sebuah keharusan,

    bumbu dalam setiap perkumpulan), Dinto (untuk pengalaman dan pengetahuannya

    serta kebersamaan dalam kosan), Nida Aulia (untuk masukkan dan support nya), Ka

    Jabenk dan A Jojo yang selalu memotivasi, kumpulan anak-anak kuningan IPPMK

    (teruslah berkreasi dan berekspresi), Anak-anak Racana Pramuka UIN, anak-anak

    KMSGD serta semua teman-teman yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tak bisa

    penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi

    ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga

    Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.

    Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

    pada kesempurnaan, baik dari segi isi, sususnan kalimat dan sistematika

    penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan

    yang terdahulu. Segala kesempurnaan, penulis kembalikan kepada Allah SWT,

    mudah-mudahan Allah senantiasa memberkahi segala amal usaha kita.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh dari

    sempurna ini dapat memberikan sepercik manfaat bagi penulis khususnya dan

    bagi pembaca umumnya. Semoga kita semua senantiasa dipelihara dalam jalan

    lurus ridho Allah Swt dan di akhirat kelak mendapatkan tempat yang layak di

    sisi-Nya. Amin.

    Jakarta, 09 Agustus 2011

    Nurhalimah

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ............................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

    DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Identifkasi Masalah ....................................................................... 10

    C. Pembatasan Masalah .................................................................... 11

    D. Rumusan Masalah ........................................................................ 11

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 11

    1. Tujuan Penelitian .................................................................... 11

    2. Manfaat Penelitian ................................................................... 11

    BAB II Kajian Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Perumusan Hipotesis .. 14

    A. Kajian Teoritis ............................................................................... 14

    1. Model Cooperative Learning .................................................. 14

    a. Pengertian Model Pembelajaran ......................................... 14

    b. Pengertian Model Cooperative Learning .......................... 16

    c. Unsur-unsur Dasar Model Cooperative Learning .............. 18

    d. Tujuan Model Cooperative Learning ................................. 19

    e. Langkah-langkah Model Cooperative Learning ............... 21

  • vi

    f. Peranan Guru dalam Model Cooperative Learning ......... 22

    2. Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads

    Together .................................................................................. 24

    3. Hasil Belajar ............................................................................ 28

    a. Konsep Belajar .................................................................. 28

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................ 31

    c. Konsep Hasil Belajar .......................................................... 32

    d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................ 34

    e. Pengukuran Hasil Belajar .................................................. 36

    4. Hubungan Model Cooperative Learning Teknik Numbered

    Heads Together dengan Hasil Belajar ..................................... 38

    5. Konsep IPS Akuntansi ............................................................. 38

    6. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................ 42

    B. Kerangka Berpikir ........................................................................ 43

    C. Perumusan Hipotesis .................................................................... 45

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 46

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 46

    B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus

    Penelitian ...................................................................................... 47

    C. Subjek atau Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ................ 50

    D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ................................... 50

    E. Tahapan Intervensi Tindakan ....................................................... 50

    F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ................................. 52

    G. Data dan Sumber Data .................................................................. 52

    H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan ............. 52

    I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 53

    J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi ..................................... 54

    K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ............................... 57

  • vii

    L. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan ................. 58

    BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI

    HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................... 59

    A. Gambaran Umum Sekolah ........................................................... 59

    B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi

    Tindakan ....................................................................................... 70

    C. Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 75

    D. Analisis Data ................................................................................ 76

    1. Hasil Belajar Siswa ................................................................. 76

    2. Hasil Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan ............... 81

    3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa, Aktivitas Guru dan Proses

    Pembelajaran ............................................................................ 85

    4. Hasil Angket Siswa .................................................................. 93

    E. Interpretasi Hasil analisis .............................................................. 106

    F. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ......................................... 119

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 124

    A. Kesimpulan ................................................................................... 124

    B. Saran .............................................................................................. 125

    DAFTAR PUSTAKA

    LEMBAR UJI REFERENSI

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Cooperative Learning ........................... 22

    Tabel 2.2 Langkah-langkah Teknik Numbered Heads Together .................. 26

    Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Kisi-kisi Soal .................................................... 46

    Tabel 3.2 Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ............................................ 51

    Tabel 4.1 Tenaga Pengajar .......................................................................... 63

    Tabel 4.2 Tata Usaha ..................................................................................... 63

    Tabel 4.3 Jenjang Kepangkatan Personil ...................................................... 64

    Tabel 4.4 Personil Dilihat Dari Jenjang Kepangkatan .................................. 64

    Tabel 4.5 Jumlah Siswa 8 Tahun Terakhir .................................................... 65

    Tabel 4.6 Jumlah Ruang Kelas dan Rombongan Belajar 8 Tahun

    Terakhir ......................................................................................... 65

    Tabel 4.7 Program Studi Kelas XI dalam 8 Tahun Terakhir........................ 65

    Tabel 4.8 Program Studi Kelas XII dalam 8 Tahun Terakhir ...................... 66

    Tabel 4.9 Jumlah Perolehan Rata-rata Nilai UN Jurusan IPA 7 Tahun

    Terakhir ......................................................................................... 66

    Tabel 4.10 Jumlah Perolehan Rata-rata Nilai UN Jurusan IPS 7 Tahun

    Terakhir ......................................................................................... 67

    Tabel 4.11 Keberadaan Lulusan MAN 11 7 Tahun Terakhir ......................... 67

    Tabel 4.12 Asal Siswa Kelas X MAN 11 Jakarta .......................................... 67

    Tabel 4.13 Sarana dan Prasarana Pendidikan MAN 11 Jakarta ...................... 68

    Tabel 4.14 Prestasi Siswa di Bidang Akademik dan Non Akademik ............ 69

    Tabel 4.15 Sarana Fasilitas Belajar ............................................................... 69

    Tabel 4.16 Hasil Belajar Siklus I ................................................................... 76

    Tabel 4.17 Hasil Belajar Siklus II ................................................................. 78

    Tabel 4.18 Rekapitulasi dan Perbandingan Hasil Belajar

    Siklus I dan Siklus II ................................................................... 80

    Tabel 4.19 Wawancara Responden Siswa ..................................................... 82

    Tabel 4.20 Aktivitas Siswa Siklus I ............................................................... 85

  • ix

    Tabel 4.21 Aktivitas Guru Siklus I ................................................................. 86

    Tabel 4.22 Aktivitas Pembelajaran Siklus I ................................................... 88

    Tabel 4.23 Aktivitas Siswa Siklus II ............................................................... 89

    Tabel 4.24 Aktivitas Guru Siklus II ............................................................... 90

    Tabel 4.25 Aktivitas Pembelajaran Siklus II ................................................... 92

    Tabel 4.26 Ketertarikan Siswa Pada Model ................................................... 93

    Tabel 4.27 Kesesuaian Model ........................................................................ 94

    Tabel 4.28 Kondisi Kesulitan Siswa ............................................................ 94

    Tabel 4.29 Antusiasme Siswa ........................................................................ 95

    Tabel 4.30 Keaktifan Siswa .......................................................................... 95

    Tabel 4.31 Kejenuhan Siswa ........................................................................ 96

    Tabel 4.32 Keefektifan Model ...................................................................... 96

    Tabel 4.33 Kefektifan Model ...................................................................... 97

    Tabel 4.34 Kefektifan Model Terhadap Hasil Belajar .................................. 97

    Tabel 4.35 Kefektifan Model Terhadap Minat dan Perhatian ...................... 98

    Tabel 4.36 Keefektifan Model terhadap Mata Pelajaran ................................ 98

    Tabel 4.37 Ketertarikan Siswa Terhadap Mata Pelajaran .............................. 99

    Tabel 4.38 Ketertarikan Siswa Terhadap Model ......................................... 99

    Tabel 4.39 Kefektifan Model Terhadap Pemahaman Siswa ......................... 100

    Tabel 4.40 Kefektifan Model Terhadap Semangat dan Antusiasme Siswa .... 100

    Tabel 4.41 Kefektifan Model dalam Proses Pembelajaran ........................... 101

    Tabel 4.42 Kefektifan Model Terhadap Materi Pelajaran .............................. 101

    Tabel 4.43 Kefektifan Model Terhadap Waktu Pembelajaran ........................ 102

    Tabel 4.44 Kefektifan Model Terhadap Penyelesaian Materi ...................... 102

    Tabel 4.45 Harapan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran ........................... 103

    Tabel 4.46 Ketertarikan Siswa Terhadap Mata Pelajaran .............................. 103

    Tabel 4.47 Kefektifan Mata Pelajaran .......................................................... 104

    Tabel 4.48 Harapan Siswa Terhadap Guru Mata Pelajaran ........................... 104

    Tabel 4.49 Respon Siswa Terhadap Model Konvensional ........................... 105

    Tabel 4.50 Harapan Siswa Terhadap Guru Mata Pelajaran ......................... 105

    Tabel 4.51 Aktivitas Guru Siklus I ................................................................. 107

  • x

    Tabel 4.52 Aktivitas Siswa Siklus I ............................................................... 108

    Tabel 4.53 Aktivitas Pembelajaran Siklus I ................................................... 110

    Tabel 4.54 Aktivitas Siswa Siklus II ............................................................... 114

    Tabel 4.55 Aktivitas Guru Siklus II ............................................................... 115

    Tabel 4.56 Aktivitas Pembelajaran Siklus II................................................... 116

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ...................... 35

    Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ...................................................................... 45

    Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ......................................... 49

  • xii

    DAFTAR GRAFIK

    Halaman

    Grafik 4.1 Hasil Belajar Siklus I ................................................................... 77

    Grafik 4.2 Hasil Belajar Siklus II ................................................................. 79

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 Lembar Observasi Pra-Penelitian (Hasil Wawancara dan Hasil

    Ulangan Harian)

    LAMPIRAN 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 3 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 4 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 5 Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 6 Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 7 Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 8 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 9 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 10 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 11 Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 12 Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 13 Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 14 RPP Pertemuan 1

    LAMPIRAN 15 RPP Pertemuan 2

    LAMPIRAN 16 RPP Pertemuan 3

    LAMPIRAN 17 RPP Pertemuan 4

    LAMPIRAN 18 RPP Pertemuan 5

    LAMPIRAN 19 Materi Pembelajaran Siklus I

    LAMPIRAN 20 Materi Pembelajaran Siklus II

    LAMPIRAN 21 Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 22 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 23 N-Gain Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I

    LAMPIRAN 24 Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 25 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 26 N-Gain Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II

    LAMPIRAN 27 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1

    LAMPIRAN 28 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 1

  • xiv

    LAMPIRAN 29 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan

    LAMPIRAN 30 Catatan Lapangan Pertemuan 1

    LAMPIRAN 31 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 2

    LAMPIRAN 32 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 2

    LAMPIRAN 33 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 2

    LAMPIRAN 34 Catatan Lapangan Pertemuan 2

    LAMPIRAN 35 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 3

    LAMPIRAN 36 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 3

    LAMPIRAN 37 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 3

    LAMPIRAN 38 Catatan Lapangan Pertemuan 3

    LAMPIRAN 39 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 4

    LAMPIRAN 40 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 4

    LAMPIRAN 41 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 4

    LAMPIRAN 42 Catatan Lapangan Pertemuan 4

    LAMPIRAN 43 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 5

    LAMPIRAN 44 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 5

    LAMPIRAN 45 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 5

    LAMPIRAN 46 Catatan Lapangan Pertemuan 5

    LAMPIRAN 47 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 6

    LAMPIRAN 48 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 6

    LAMPIRAN 49 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 6

    LAMPIRAN 50 Catatan Lapangan Pertemuan 6

    LAMPIRAN 51 Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Penelitian

    LAMPIRAN 52 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penelitian

    LAMPIRAN 53 Kisi-kisi Angket Siswa

    LAMPIRAN 54 Angket Siswa

    LAMPIRAN 55 Nama-nama Kelompok

    LAMPIRAN 56 Tabel Rank-Spearman

    LAMPIRAN 57 Foto-foto Proses PTK

    LAMPIRAN 58 Lembar Pengesahan Proposal Skripsi

    LAMPIRAN 59 Surat Bimbingan Skripsi

  • xv

    LAMPIRAN 60 Surat Permohonan Izin Observasi

    LAMPIRAN 61 Surat Permohonan Izin Penelitian

    LAMPIRAN 62 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

    LAMPIRAN 63 Riwayat Hidup Penulis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan salah satu bagian yang penting bagi kehidupan

    manusia dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuannya yang

    berlangsung seumur hidup. Melalui pendidikan, pengetahuan, keterampilan,

    pengalaman, dan wawasan manusia akan terus berkembang, guna memperoleh

    ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Kurikulum

    dan Pembelajaran mengungkapkan Pendidikan adalah suatu proses dalam

    rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

    mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan

    perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara

    adekwat dalam kehidupan masyarakat.1

    Hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah

    yang berlangsung seumur hidup yang mengarah kepada tujuan yang hendak

    dicapai. Dengan demikian pendidikan menjadi tanggung jawab semua yang

    meliputi orang tua, masyarakat dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa

    1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. V, h.

    3

  • 2

    pemerintah harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap

    penyelenggaraan pendidikan, karena melalui pendidikanlah akan terbentuk

    pengetahuan seseorang yang dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan

    hidup dan dapat membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    yang berguna untuk merubah keadaan suatu bangsa menjadi lebih baik dan

    menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

    Selanjutnya, menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam buku

    Psikologi Pendidikan karangan Muhibbin Syah mengungkapkan:

    Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan

    pengaruhnya dengan meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu

    diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala

    perbuatannya, orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang

    atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik

    misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan,

    kepala-kepala asrama dan sebagainya.2

    Berdasarkan penjelasan di atas bahwa peserta didik memerlukan

    bimbingan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran baik oleh orang tua

    maupun guru di sekolah. Dalam hal ini orang tua membimbing anak menuju

    ke kedewasaan dalam arti orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya

    mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau

    kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.

    Kegiatan dan pembelajaran di sekolah pun harus disesuaikan dengan keadaan

    peserta didik agar berjalan dengan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan

    pendidikan. Salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia yang

    berilmu, beriman dan bertaqwa. Sebagaimana kita ketahui bahwa orang-orang

    yang berilmu, beriman, dan bertaqwa akan mendapatkan derajat yang mulia di

    sisi Allah SWT, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT dalam

    surat Al-Mujaadilah ayat 11 yaitu:

    2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.

    XV, h. 11

  • 3

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu diminta bergeser dalam suatu majelis, bergeserlah. Tuhan akan memberi kelapangan

    kepadamu. Kalau kamu diminta meninggalkan tempat, tinggalkanlah,

    nanti Allah akan mengangkat kamu orang-orang yang beriman dan

    orang-orang yang berilmu beberapa tingkatan. Tuhan tahu apa yang

    kamu kerjakan itu.3

    Berkenaan dengan ayat tersebut di atas orang-orang yang berilmu,

    beriman, dan bertaqwa akan mendapatkan derajat yang mulia di sisi Allah

    SWT. Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu terdiri dari ilmu alam dan sosial

    yang berhubungan dengan dimensi manusia dengan segala peristiwa yang ada

    dalam kehidupannya. Maka dalam hal ini, manusia dihadapkan kepada

    beberapa disiplin ilmu sosial, maka lahirlah relasi, relevansi dan fungsi yang

    cukup signifikan. Dimensi ruang dengan segala bentuk fenomenanya sangat

    besar relevansinya untuk dijadikan objek kajian Geografi. Dimensi manusia

    sebagai makhluk individu atau sosial sangat besar relevansinya untuk

    dijadikan objek kajian Sosiologi. Dimensi waktu dan peristiwa lainya yang

    dialami manusia sangat besar relevansinya untuk dijadikan objek kajian Ilmu

    Sejarah dan dimensi kebutuhan manusia dengan segala karakteristiknya

    sangat tepat untuk dijadikan objek kajian Ilmu Ekonomi.

    Begitu pula dengan mata pelajaran-mata pelajaran dipastikan telah

    memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda walau tak dapat dipisahkan satu

    sama lain. Ilmu pengetahuan sosial yang merupakan salah satu mata pelajaran

    senantiasa berkenaan dengan berbagai fenomena: Sosial, Budaya dan

    Ekonomi yang menjadi salah satu bagian dalam hidup dan kehidupan manusia

    3 M. Said, Tarjamah Al-Quran Al-Karim, (Bandung: PT Al MaArif, 1987), Cet. II, h.

    490.

  • 4

    atau masyarakat dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat baik dalam

    kelompok kecil maupun dalam kelompok yang lebih besar, sebagaimana

    diterangkan dalam firman Allah SWT dalm surat Al-Alaq ayat 1-5 yaitu:

    1. Bacalah atas nama Tuhanmu yang menjadikan

    2. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah

    3. Bacalah, Tuhanmu itu Maha Pemurah,

    4. Yang telah mengajarkan dengan pena

    5. Mengajarkan pengetahuan yang belum manusia ketahui4

    Jelas berdasarkan ayat di atas bahwa Allah mengajar manusia dengan

    perantara tulis baca. Sehingga dalam hal ini manusia dituntut untuk belajar

    mengenai pengetahuan agar mereka lebih mengetahui apa yang belum mereka

    ketahui. Dalam arti bahwa, kita sebagai manusia harus menyadari betapa

    pentingnya ilmu pengetahuan yang akan mengangkat derajat kita, baik ilmu

    alam maupun sosial, ilmu dunia maupun ilmu akhirat dari jenjang awal sampai

    akhir.

    Pada jenjang SD/MI dan SMP/MTS mata pelajaran IPS diberikan

    secara terpadu, namun pelajaran IPS pada jenjang SMA/MAN telah

    mengalami spesifikasi seperti Ekonomi, Akuntansi, Geografi, Sosiologi dan

    Sejarah. Namun saat ini, Ekonomi dan Akuntansi dipadukan dalam satu

    kesatuan pelajaran Ekonomi dalam arti bahwa sebagaian semester siswa

    mempelajari Ekonomi dan sebagaian semester lagi siswa belajar Akuntansi.

    Sumarso dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Suatu Pengantar

    mengutip pendapat dari American Accounting Association mendifinisikan

    Akuntansi sebagai .....proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan

    informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan

    yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.5

    4 M. Said, Tarjamah Al-Quran Al-Karim..., h. 537.

    5 Sumarso, Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: Salemba Empat, 2004), h. 3

  • 5

    Sehingga akuntansi sangat berguna bagi para Ekonom yang menggeluti dunia

    bisnis karena sebagai alat mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan

    informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan

    yang jelas dan tegas sehingga perusahaan mereka menjadi go public dalam

    arti laporan keuangan bisa dibaca oleh semua pihak sehingga adanya

    kepercayaan bahwa perusahaan tersebut memiliki kapabilitas yang tinggi.

    Pendapat lain disampaikan oleh Al- Harjono Jusuf dalam bukunya

    yang berjudul Dasar-dasar Akuntansi merumuskan definisi Akuntansi sebagai

    berikut:

    Ditinjau dari sudut pemakainya akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu

    disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan

    kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi.

    Ditinjau dari sudut kegiatannya akuntansi dapat definisikan sebagai proses

    pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data

    keuangan suatu organisasi.6

    Sehingga dalam hal ini akuntansi sangat berguna baik bagi orang yang

    menggunakannya maupun sebagai kontrol dalam kegiatan keuangan dalam

    suatu organisasi karena sebagai alat pencatatan, penggolongan, peringkasan,

    pelaporan dan penganalisisan data keuangan baik dalam bidang ekonomi

    maupun sosial.

    Dalam era globalisasi ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan

    dalam melakukan pembukuan akuntansi karena pasar bebas sudah mulai

    berkembang. Kompetensi dasar yang harus dimiliki adalah melakukan

    pembukuan pada perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Dalam siklus

    akuntansi perusahaan secara umum, siswa mengalami kesulitan dan

    kebingungan dalam tahap pengikhtisaran karena dibutuhkan ketelitian dan

    kesabaran, sehingga hasil belajar akuntansi menjadi rendah, didukung dengan

    adanya kurang percaya diri dalam bertanya.

    Dalam hal ini dibutuhkan model pembelajaran yang dapat

    mengaktifkan siswa dalam bertanya mengenai kesulitan mempelajari materi

    dan membuat siswa menjadi percaya diri dalam memecahkan soal yang

    6 Al-Haryono Jusuf, Dasar-dasar Akuntansi, (Yogyakarta: STIE YKPN, 2003), Cet. II, h.

    4-5

  • 6

    dirasakan sulit karena melalui tahap diskusi dengan kelompok yang nantinya

    akan dipresentasikan oleh masing-masing anggota kelompok secara

    keseluruhan akan membuat kelas menjadi hidup dan menggembirakan karena

    setiap siswa berkewajiban mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

    Kegiatan pembelajaran di sekolah akan berjalan efektif dan

    menyenangkan dengan adanya kreatifitas dari guru dan peserta didik sehingga

    membuat siswa tertarik dengan topik pembelajaran yang akan disampaikan,

    misalnya dengan cara menanyakan kepada siswa apakah mereka merasa

    terhanyut dalam suatu kegiatan sehingga mereka lupa waktu.7 Dengan

    demikian kita sebagai guru mengetahui keadaan siswa dalam proses

    pembelajaran, apakah siswa merasa bosan atau menyenangkan mengikuti

    pembelajaran yang kita terapkan di dalam kelas. Sedangkan yang diungkapkan

    oleh Linda Champbel, dkk dalam bukunya yang berjudul Metode Praktis

    Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences yaitu dengan mendorong siswa

    bertanya, memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa untuk

    membangkitkan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.8 Hal ini bertujuan

    untuk mengetahui hambatan ataupun kesulitan belajar siswa dalam

    mempelajari materi pembelajaran.

    Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPS 2 MAN 11 Jakarta, siswa

    menganggap bahwa Akuntansi merupakan pelajaran yang sangat sulit dan

    membingungkan sehingga mereka merasa acuh dan menunjukkan sikap-sikap

    yang acuh pula seperti tidur di kelas saat pembelajaran berlangsung, siswa

    mengobrol, ribut bahkan memakai headset mendengarkan musik di

    handphone sehingga hanya beberapa orang yang aktif dalam pembelajaran di

    kelas dan dampak yang lebih pentingnya yaitu hasil belajar Akuntansi siswa

    yang rendah.

    Hal ini disebabkan, masih banyak guru yang mengajarkan mata

    pelajaran Akuntansi dengan menggunakan paradigma lama yaitu

    7 Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Pembelajaran Aktif, (Jakarta: PT Indeks, 2008), Cet.

    I, h. 4. 8 Linda Champbel, dkk, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences,

    (Depok: I. Intuisi Press, 2004), Cet. I, h.54

  • 7

    memindahkan informasi dan ilmu pengetahuan kepada siswa hanya melalui

    dimensi pendengaran, konsep-konsep yang diperoleh para siswa tidak melalui

    proses kerja maupun penerapan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

    Guru kurang membangkitkan motivasi belajar siswa dan kurang memusatkan

    perhatian belajar siswa. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kurangnya

    penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses

    pemindahan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang tidak dapat

    diajarkan hanya dengan metode ceramah saja. Maka dari itu dalam

    pembelajaran harus adanya variasi kegiatan seperti menggunakan model

    pembelajaran yang nyaman dan menggembirakan bagi peserta didik agar

    dapat mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang telah ditetapkan.

    Model dan strategi pembelajaran merupakan salah satu aspek dalam

    pembelajaran yang mengalami perubahan dan pengembangan yang sangat

    cepat dan produktif, sehingga guru harus mengontrol stimulus agar siswa bisa

    berubah sesuai dengan model dan desain yang telah dirancang. Oleh sebab itu,

    kini dikembangkan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

    Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak

    digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada

    siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang

    ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak bekerjasama dengan

    orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model

    pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata

    pelajaran dan berbagai usia. 9

    Sehingga cooperative learning dapat mempertebal rasa percaya pada

    diri sendiri dan kesetiakawanan sosial diantara peserta didik sehingga harus

    menggunakan model pembelajaran yang dapat menimbulkan adanya rasa

    percaya pada diri sendiri dan kerjasama antara peserta didik yang satu dengan

    yang lainnya serta mengaktifkan siswa sehingga dapat mengoptimalkan

    potensi pada masing-masing siswa. Model pembelajaran kooperatif

    (cooperative learning) merupakan pemanfaatan kelompok kecil untuk

    memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok

    9 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. IV, h. 16.

  • 8

    itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui

    inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang.

    Sehingga siswa dapat saling berbagi pengetahuan antara satu siswa dengan

    siswa lain mengenai cara atau solusi atas persoalan yang diberikan oleh guru.

    Dalam setiap kelompok biasanya saling menunjuk antara anggota

    kelompok yang satu dengan anggota kelompok lainnya dalam

    mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompoknya, ataupun ketika guru

    memberikan pertanyaan maka siswa rebutan untuk menjawab pertanyaan

    tersebut dengan mengacungkan tangan sehingga keadaan kelas menjadi ribut

    dan gaduh. Maka dalam hal ini guru harus menggunakan teknik pembelajaran

    agar semua anggota kelompok bisa aktif dan berkewajiban mempresentasikan

    hasil diskusi dalam kelompoknya dengan terarah dan terstruktur, sehingga

    dipilihlah model cooperative learning teknik numbered heads together.

    Number head together adalah suatu model pembelajaran yang lebih

    mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

    melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

    depan kelas.10 Maka dalam hal ini, model cooperative learning teknik

    numbered heads together merupakan suatu model pembelajaran yang lebih

    mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

    melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

    depan kelas. Dalam model cooperative learning teknik numbered heads

    together setiap siswa memiliki kewajiban dalam mempresentasikan hasil

    diskusi dengan kelompok, sehingga semua siswa akan memiliki pengalaman

    belajar yang sama dengan siswa lainnya. Dengan melaksanakan model

    cooperative learning teknik numbered heads together akan membuat siswa

    percaya diri, kerjasama yang baik dan saling membantu memecahkan

    persoalan dari yang mudah sampai yang sulit sehingga membantu

    meningkatkan keaktifan dan hasil belajar setiap siswa.

    10

    Iqbal Ali, Number Head Together, dari www.NumberHeadsTogether.com, 06 Maret 2009.

  • 9

    Hal ini terbukti dengan adanya beberapa hasil penelitian yang

    menunjukkan bahwa model cooperative learning teknik numbered heads

    together dapat memberikan pengaruh dan peningkatan yang signifikan

    terhadap hasil belajar siswa yaitu Ubaidilah, 2009 dalam skripsinya yang

    berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan

    teknik Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) terhadap Hasil Belajar

    Siswa dengan t hitung sebesar 4,33 dan t tabel 2,02 sehingga -2,022,02

    dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan atau terdapat peningkatan

    pemahaman pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol. Hal ini

    menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan

    teknik kepala bernomor (numbered heads together) memberikan pengaruh

    yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.11

    Hasil penelitian juga diungkapkan oleh Ika Nurhikmawati dalam

    skripsinya yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode

    Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Penguasaan Konsep Energi dan

    Daya Listrik berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MTs Nurul

    Hidayah Kronjo maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh

    pembelajaran kooperatif metode Numbered Heads Together (NHT) terhadap

    penguasaan konsep energi dan daya listrik dengan thit>ttab yaitu 14,7>2,00.12

    Hasil penelitian lain juga diungkapkan oleh Heri Damhudi dalam

    skripsinya yang berujudul Pengaruh Metode Numbered Head Together

    Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Ekosistem hasil penelitian yang

    dilakukan di MTs Islamiyah Ciputat menunjukkan bahwa, rata-rata hasil

    belajar biologi siswa yang diberikan metode numbered head together sebesar

    77,550 dibanding lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar Biologi yang

    11

    Ubaidilah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik Kepala Bernomor (Number Heads Together) terhadap Hasil Belajar Siswa, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

    12 Ika Nurhikmawati Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads

    Together (NHT) Terhadap Penguasaan Konsep Energi dan Daya Listrik, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

  • 10

    tidak diberikan metode numbered head together sebesar 67,486 dan thit>ttab

    yaitu 3,202>1,667.13

    Atas dasar latar belakang dan pemikiran di atas serta beberapa hasil

    penelitian yang menunjukkan bahwa model cooperative learning teknik

    numbered heads together dapat memberikan pengaruh dan peningkatan yang

    signifikan terhadap hasil belajar siswa, penulis tertarik untuk menyusun

    skripsi dengan judul: Penerapan Model Cooperative Learning Teknik

    Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi

    Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta).

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang

    masalah di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi antara lain:

    1. Guru yang mengajarkan mata pelajaran akuntansi dengan menggunakan

    paradigma lama yaitu hanya memindahkan informasi dan ilmu

    pengetahuan kepada siswa hanya melalui dimensi pendengaran, selain itu

    guru kurang memberikan motivasi dan kurang memusatkan perhatian

    siswa terhadap proses pembeajaran

    2. Respon siswa yang acuh menyebabkan kondisi kelas tidak kondusif dalam

    proses pembelajaran

    3. Model pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan siswa untuk aktif

    dalam proses pembelajaran

    4. Pengembangan pembelajaran kurang mengaitkan konsep pembelajaran

    dengan aplikasi pengalaman dalam kehidupan sehari-hari

    5. Kesulitan belajar siswa memahami pembelajaran akuntansi menyebabkan

    hasil belajar akuntansi siswa rendah

    13

    Heri Damhudi Pengaruh Metode Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Ekosistem, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

  • 11

    C. Pembatasan Masalah

    Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka

    masalah dalam penelitian ini harus dibatasi. Dalam penelitian ini model

    pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran cooperative

    learning teknik numbered heads together, sedangkan hasil belajar dalam

    penelitian ini merupakan penguasaan materi akuntansi pada konsep buku

    besar penutup dan neraca saldo penutup serta jurnal pembalik di kelas XI IPS

    2 MAN 11 Jakarta.

    D. Rumusan Masalah

    Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

    Apakah model cooperative learning teknik numbered heads together

    dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada konsep buku besar penutup

    dan neraca saldo penutup serta jurnal pembalik di kelas XI IPS 2 MAN 11

    Jakarta?

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui apakah

    model cooperative learning teknik numbered heads together dapat

    meningkatkan hasil belajar akuntansi pada konsep buku besar penutup dan

    neraca saldo penutup serta jurnal pembalik di kelas XI IPS 2 MAN 11

    Jakarta.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Teoritis

    1) Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

    kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan pada dunia

    pendidikan khususnya.

    2) Mendukung teori yang telah ada dan memberikan sumbangsih

    pengetahuan tentang model cooperative learning teknik numbered

  • 12

    heads together sebagai referensi dan sumber acuan untuk peneliti-

    peneliti yang akan datang

    3) Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang model

    cooperative learning teknik numbered heads together untuk

    diaplikasikan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan

    kualitas pembelajaran akuntansi bagi para siswa

    b. Manfaat Praktis

    1) Bagi Siswa

    a) Memberikan konstruktivisme model cooperative learning

    teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil

    belajar siswa

    b) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi

    permasalahan dalam proses pembelajaran akuntansi

    c) Melalui cooperative learning numbered heads together

    diharapkan terjadi transfer dan transmisi sistem nilai yang

    memungkinkan peserta didik mengalami perubahan sikap dan

    perilaku serta kerjasama secara lebih efektif.

    2) Bagi Guru

    a) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru IPS dalam

    melakukan aktivitas belajar mengajar yang lebih efektif dan

    efisien.

    b) Membantu guru IPS dalam melakukan perbaikan metode

    mengajar yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang

    bermutu dan bermakna.

    c) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi

    permasalahan dalam proses pembelajaran Akuntansi.

    3) Bagi Sekolah

    a) Memberikan masukan terkait dalam mengambil kebijakan,

    terutama kebijakan pembelajaran

  • 13

    b) Membantu sekolah dalam meningkatkan profesionalitas para

    guru

    c) Memberikan sumbangsih pada sekolah dalam menghasilkan

    guru-guru yang kreatif

    4) Bagi Universitas

    a) Memberikan masukan dalam penyusunan program penelitian

    di perguruan tinggi

    b) Memberikan motivasi pada mahasiswa lain agar melakukan

    penelitian dengan metode yang lebih baik

    c) Memberikan kontribusi hasil penelitian yang relevan terhadap

    mahasiswa-mahasiswa lain yang akan melakuan penelitian

  • 14

    BAB II

    Kajian Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Perumusan Hipotesis

    A. Kajian Teoritis

    1. Model Cooperative Learning

    a. Pengertian Model Pembelajaran

    Model pembelajaran merupakan bagian dalam proses

    pembelajaran sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses

    pembelajaran di kelas.

    Menurut Agus Suprijono dalam bukunya Cooperative Learning

    mengungkapkan pengertian model pembelajaran seperti di bawah ini:

    Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran

    hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang

    dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan

    implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran

    dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan

    kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di

    kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai

    pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

    tutorial.1

    Sehingga dalam hal ini guru memilki pedoman dalam

    melaksanakan pembelajaran dan dapat dikembangkan dalam kelas.

    Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik

    1 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. I, h.

    45-46

  • 15

    mendapatkan informasi, ide, keterampilan berpikir, cara berpikir, dan

    mengekspresikan ide.

    Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para

    perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas

    belajar mengajar. Menurut Soekamto, dkk dalam buku Paikem

    Gembrot karangan Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri,

    mengemukakan maksud dari Model pembelajaran adalah kerangka

    konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam

    mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

    tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

    merencananakan aktivitas belajar mengajar.2 Dengan demikian model

    pembelajaran sangat diperlukan oleh para pengajar agar kegiatan

    pembelajaran lebih terstruktur dan efektif dalam mencapai tujuan

    pembelajaran serta sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

    merencananakan aktivitas pembelajaran di kelas.

    Sedangkan menurut Trianto dalam bukunya yang berjudul

    model pembelajaran terpadu mengungkapkan bahwa:

    Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat

    kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka

    di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan

    material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,

    film-film, tipe-tipe, program media komputer, dan kurikulum

    (sebagai kursus untuk belajar).3

    Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran adalah

    kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam

    mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

    tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran

    dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

    Terdapat pendapat lain yaiu Anderson dalam buku Model-

    model Mengajar CBSA karangan Nana Sudjana dan Wari Suwariyah

    2 Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, Paikem Gembrot, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya,

    2011), Cet. I, h. 8. 3 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumu Aksara, 2010), Cet. I, h. 52

  • 16

    bahwa Anderson membagi dua pendekatan mengajar yakni (a) model

    yang berpusat pada guru atau teacher centered dan (b) model yang

    berorientasi pada siswa atau student centered.4

    Berdasarkan pengertian model pembelajaran menurut beberapa

    ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

    merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

    sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

    mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

    para pengajar dalam merencananakan aktivitas belajar mengajar.

    Sehingga setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan

    lingkungan belajar yang berbeda, karena setiap pendekatan

    memberikan peran yang berbeda kepada siswa, ruangan kelas, dan

    sistem sosial kelas serta tujuan yang akan dicapai meliputi aspek

    kognitif, apektif dan psikomotor

    b. Pengertian Model Cooperative Learning

    Cooperative learning atau biasa kita sebut dengan pembelajaran

    kooperatif, Isjoni dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning

    mengungkapkan cooperative learning berasal dari kata cooperative yang

    artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

    membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.5

    Dalam hal ini, seluruh anggota dalam kelompok diharapkan saling

    membantu satu sama lain sehingga permasalahan setiap anggota dalam

    kelompok dapat diatasi.

    Menurut Slavin dalam buku Cooperative Learning karangan Etin

    Solihatin dan Raharjo mengungkapkan, cooperative learning adalah

    suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam

    kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

    4 Nana Sudjana dan Wari Suwariyah, Model-model Mengajar CBSA, (Bandung: Sinar

    Baru, 1991), h. 51 5 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. IV, h. 15.

  • 17

    4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.6

    Sehingga dalam hal ini, anggota dalam kelompok mengerjakan tugas

    bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok

    untuk mencapai keberhasilan baik secara individual maupun kelompok.

    Sedangkan menurut Isjoni dalam bukunya Cooperative Learning

    mengungkapkan pengertian cooperative learning sebagai berikut:

    Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini

    banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar

    yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk

    mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan

    siswa, yang tidak bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif

    dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah

    terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan

    berbagai usia.7

    Dalam hal ini siswa belajar dalam kelompok dengan sistem saling

    membantu sehingga setiap siswa dapat menjadi tutor sebaya dan akhirnya

    semua anggota dalam kelompok dapat memahami konsep dalam pelajaran

    yang telah dipelajari, dengan demikian model cooperative learning

    merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

    oriented) namun tidak terlepas dari bimbingan dan arahan guru, karena

    walau bagaimanapun guru yang memberikan tugas dan penilaian di akhir

    pembelajaran.

    Dalam buku Cooperative Learning karangan Isjoni, Anita Lie

    mengungkapakan bahwa:

    Cooperative learning disebut dengan istilah pembelajaran gotong

    royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan

    kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

    tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative

    learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau

    suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk

    mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota

    kelompok pada umumya terdiri atas 4-6 orang saja.8

    6 Etin Solihatin, Cooperative Learning, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 4

    7 Isjoni, Cooperative Learning..., h. 16.

    8 Isjoni, Cooperative Learning..., h. 16.

  • 18

    Berdasarkan pengertian di atas bahwa dalam cooperative learning

    kegiatan mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok

    kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang

    mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

    Sedangkan Agus Suprijono dalam bukunya Cooperative Learning

    mengungkapkan bahwa :

    Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

    semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih

    dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru, secara umum

    pembelajaran dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru

    menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan

    bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta

    didik menyelesaikan masalah yang dimaksud, guru biasanya

    menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.9

    Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas maka dapat ditarik

    kesimpulan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran

    di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

    kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur

    kelompoknya yang bersifat heterogen, dalam hal ini guru memegang

    peranan penting yaitu sebagai pengarah dan pemberi tugas serta penilaian

    terhadap tugas yang diberikan di akhir pembelajaran, karena siswa dalam

    belajar kelompok memerlukan bimbingan dan arahan agar proses

    pembelajaran berjalan dengan efektif.

    c. Unsur-unsur Dasar Model Cooperative Learning

    Cooperative learning dikenal sebagai pembelajaran secara

    berkelompok, namun belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar

    kelompok atau kerja kelompok karena dalam cooperative learning ada

    struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

    memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dalam hubungan yang

    bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok.

    9 Agus Suprijono, Cooperative Learning..., h. 54

  • 19

    Roger dan David Johnson dalam buku Cooperative Learning

    karangan Agus Suprijono, mengatakan bahwa tidak semua belajar

    kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif (cooperative learning),

    untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran

    kooperatif harus diterapkan. Dalam hal ini terdapat beberapa unsur dasar

    cooperative learning yaitu sebagai berikut:

    1) Positive Interdependence (Saling Ketergantungan Positif) 2) Personal Responsibility (Tanggungjawab Perseorangan) 3) Face to Face Promotive Interaction (Interaksi Promotif) 4) Interpersonal Skill (Komunikasi Antar Anggota) 5) Group Processing (Pemrosesan Kelompok) 10

    Saling ketergantungan merupakan unsur yang pertama dalam hal ini

    ada dua pertanggungjawaban yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan

    dalam kelompok dan menjamin semua anggota kelompok mempelajari

    bahan tersebut. Tanggungjawab perseorangan yaitu tiap individu harus

    mengalami keberhasilan dalam kelompok sehingga di akhir pembelajaran

    membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Interaksi

    promotif yaitu saling percaya, memberi informasi, mengingatkan,

    membantu, dan memotivasi antar anggota kelompok. Komunikasi antar

    anggota merupakan keterampilan anggota kelompok dalam berkomunikasi

    secara akurat serta menyelesaikan konflik secara konstruktif. Yang

    terkahir pemrosesan kelompok merupakan penilaian terhadap kelompok

    dalam proses pembelajaran.

    d. Tujuan Model Cooperative Learning

    Tujuan utama dalam penerapan model cooperative learning adalah

    agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-

    temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

    kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat mereka

    secara berkelompok.

    10

    Agus Suprijono, Cooperative Learning, Cet.I, h. 58.

  • 20

    Menurut Stahl dalam buku Cooperative Learning karangan Isjoni

    mengungkapkan tujuan cooperative learning yaitu sebagai berikut:

    Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning,

    siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar,

    disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan,

    baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan

    sosial (social skill), seperti keterampilan mengemukakan pendapat,

    menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia

    kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang

    dalam kehidupan kelas. 11

    Sehingga dalam hal ini siswa mendapat keterampilan yang lebih

    dalam arti siswa memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir

    (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti

    keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari

    orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya

    perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

    Sedangkan menurut Isjoni dalam bukunya yang berjudul

    Cooperative Learning mengungkapkan bahwa:

    Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju

    belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku

    sosial, tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar

    cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara

    berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

    menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang

    lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan

    pendapat mereka secara berkelompok.12

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

    model cooperative learning adalah sebagai berikut:

    1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas

    2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

    3) Memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah

    4) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar

    5) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

    11

    Isjoni, Cooperative Learning..., h. 23. 12

    Isjoni, Cooperative Learning..., h. 21

  • 21

    6) Konflik antar pribadi menjadi berkurang

    7) Sikap apatis berkurang

    8) Saling mempercayai dan menghargai antar sesama anggota kelompok

    9) Meningkatkan keterampilan mengemukakan pendapat

    10) Menerima saran dan masukan dari orang lain

    11) Meningkatkan kerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya

    perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

    12) Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-

    temannya dengan cara saling menghargai pendapat

    13) Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan

    gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

    berkelompok

    e. Langkah-langkah Model Cooperative Learning

    Upaya yang dilakukan guru memudahkan siswa memahami

    pembelajaran adalah dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang

    optimal dengan kelas nyaman dan tanpa paksaan. Oleh karena itu dalam

    pembelajaran cooperative learning dibutuhkan kemampuan dan kreatifitas

    seorang guru dalam mengatur dan mengelola lingkungan kelas. Sehingga

    dengan menggunakan model pembelajaran ini guru menjadi lebih efektif

    dalam mempersiapkan dan menyediakan pembelajaran secara keseluruhan

    dengan suasan hati gembira tanpa tekanan. Penerapan model cooperative

    learning dalam proses pembelajaran memiliki prosedur yang membangun

    pengetahuan antara guru dan siswa menjadi lebih produktif dan interaksi

    siswa dengan siswa menjadi lebih dinamis dengan suasana diskusi.

    Suprijono dalam bukunya Cooperative Learning menyebutkan bahwa

    terdapat enam langkah utama atau tahapan atau fase dalam pembelajaran

    yang menggunakan model cooperative learning yaitu sebagai berikut:

  • 22

    Tabel 2.1

    Langkah-langkah Model Cooperative Learning13

    Fase Perilaku Guru

    Fase 1: Present Goal and Set

    Menyampaikan tujuan dan

    mempersiapkan peserta didik

    Menjelaskan tujuan

    pembelajaran dan

    mempersiapkan peserta didik

    siap belajar

    Fase2: Present Information

    Menyajikan informasi

    Mempresentasikan informasi

    kepada peserta didik secara

    verbal

    Fase 3: Organize Students Into

    Learning Teams

    Mengorganisir peserta didik ke dalam

    tim-tim belajar

    Memberikan penjelasan

    kepada peserta didik tentang

    tata cara pembentukan tim

    belajar dan membantu

    kelompok melakukan transisi

    yang efisien

    Fase 4: Assist Team Work and Study

    Membantu kerja tim dan belajar

    Membantu tim-tim belajar

    selama peserta didik

    mengerjakan tugasnya

    Fase 5: Test on the Materials

    Mengevaluasi

    Menguji pengetahuan peserta

    didik mengenai berbagai

    materi pembelajaran atau

    kelompokkelompok mempresentasikan hasil

    kerjanya

    Fase 6: Provide recognition

    Memberikan pengakuan atau

    penghargaan

    Mempersiapkan cara untuk

    mengakui usaha dan prestai

    individu maupun kelompok

    f. Peranan Guru dalam Model Cooperative Learning

    Dalam proses pembelajaran peranan guru sangatlah penting karena

    dalam hal ini guru sebagai penggerak dan pencipta lingkungan yang

    kondusif baik secara fisik maupun mental dengan cara menciptakan

    suasana kelas yang nyaman dan suasana hati yang gembira tanpa tekanan.

    Pengaturan kelas yang baik dan efektif untuk mengatur pengalaman

    belajar siswa secara keseluruhan serta kemauan, keaktifan dan kemampuan

    kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Menyusun RPP dan

    13

    Agus Suprijono..., h. 65.

  • 23

    tugas untuk siswa agar terjadi pengalaman belajar serta mentransfer ilmu

    pengetahuan dan merefleksikannya dengan membahas hasil kegiatan yang

    telah dilakukan oleh individu dan kelompok.

    Isjoni dalam bukunya Cooperative Learning mengungkapkan Peran

    guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai fasilitator,

    mediator, director-motivator, dan evaluator.14 Guru dalam hal ini sebagai

    fasilitator harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut:

    1) Menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan 2) Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan

    menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara

    individu maupun kelompok

    3) Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran mereka

    4) Membina siswa agar menyadari bahwa setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya

    5) Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat

    15

    Dapat disimpulkan guru sebagai fasilitator adalah memberikan

    seluruh kemampuan yang dimiliki kepada siswa agar dapat melaksanakan

    proses pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning.

    Selain itu guru sebagai mediator yaitu Guru berperan sebagai

    penghubung dalam menjembatani atau mengaitkan materi pelajaran yang

    sedang dibahas dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan.

    Disamping itu guru menyediakan sarana pembelajaran agar suasana kelas

    tidak monoton dan membosankan.16 Dalam hal ini guru dengan

    kreatifitasnya guru mengatasi keterbatasan sarana agar tidak menghambat

    suasana pembelajaran di kelas.

    Sedangkan guru sebagai director-motivator yaitu Guru berperan

    dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu

    14

    Isjoni, Cooperative Learning, Cet.I, h. 62. 15

    Isjoni, Cooperative Learning, Cet.I, h. 62. 16

    Isjoni, Cooperative Learning, Cet.I, h. 63.

  • 24

    kelancaran diskusi tapi tidak memberi jawaban.17 Dalam hal ini guru

    hanya memberikan semangat pada siswa untuk ikut berpartisipasi.

    Sebagai evaluator guru berperan dalam menilai kegiatan belajar

    mengajar yang sedang berlangsung. tidak hanya pada hasil tapi lebih

    ditekankan pada proses pembelajaran.18 Penilaian dilakukan baik secara

    perorangan maupun kelompok. Alat yang digunakan dalam evaluasi selain

    berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk catatan

    observasi guru serta angket dan wawancara untuk melihat kegiatan siswa

    di kelas.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dalam hal ini peran guru

    dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai fasilitator,

    mediator, director-motivator, dan evaluator, selain itu sebagai penggerak

    dan pencipta lingkungan yang kondusif baik secara fisik maupun mental

    dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman dan suasana hati

    yang gembira tanpa tekanan.

    2. Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together

    NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk padan tahun

    1993. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaaran kooperatif

    struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang

    untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.19 Pengertian NHT menurut

    pendapat lain. Number head together adalah suatu model pembelajaran yang

    lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

    melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

    depan kelas.20 Dalam hal ini numbered heads together merupakan teknik

    pembelajaran yang secara khusus membantu peninjauan konsep-konsep yang

    diajarkan dan bertujuan untuk memproses informasi, komunikasi,

    17

    Isjoni, Cooperative Learning, Cet.I, h. 63. 18

    Isjoni, Cooperative Learning, Cet.I, h. 63. 19

    http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm, diakses 5 Desember 2007 20

    Iqbal Ali, Number Head Together, dari www.Number Heads Together.com, 06 Maret 2009.

  • 25

    mengembangkan pemikiran, tinjauan ulang dari materi dan pengetahuan

    pemerikasaan.

    Numbered heads together melibatkan kelas yang utuh untuk

    memperhatikan dan mempertimbangkan suatu permasalahan untuk

    meningkatkan tanggungjawab individu dan kelompok belajar serta

    meningkatkan semangat dan kepuasan kelompok.

    Menurut Tryana dalam free articel Mengungkapkan :

    Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif

    struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang

    dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan

    menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-

    kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan

    sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti

    mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh

    guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti

    ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling

    berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan

    peneliti.21

    Dalam hal ini NHT sangat efektif dalam pembelajaran di kelas karena

    pertanyaan dari guru yang dijawab siswa sangat terstruktur dengan adanya

    penomoran sehingga tidak terjadi kegaduhan dan keributan karena rebutan

    menjawab, pembelajaran di kelaspun menjadi efektif, efisien dan kondusif

    serta menyenangkan. NHT melatih siswa untuk saling berbagi informasi,

    mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan,

    sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

    Menurut Kagan dalam free articel Model pembelajaran NHT ini

    secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi,

    mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan,

    sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.22 Sehingga salah satu

    metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-

    sekolah adalah numbered head together atau disingkat NHT, tidak hanya itu

    saja, NHT juga banyak sekali digunkan sebagai bahan penelitian tindakan

    21

    FREE Article - 1st of 5 Free Items, dari www.NumberHeadsTogether.com, 06 Maret

    2009. 22

    FREE Article - 1st of 5 Free Items..., 06 Maret 2009.

  • 26

    kelas (PTK) karena NHT lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam

    mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang

    akhirnya dipresentasikan di depan kelas sehingga dapat melatih siswa untuk

    saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan

    penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

    NHT memiliki langkah-langkah yang terstruktur, dalam hal ini Kagan

    berpendapat dalam Nurhadi yang dikutip oleh Ubaidilah dalam skripsinya

    yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

    dengan teknik Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) terhadap Hasil

    Belajar Fisika Siswa, terdapat empat langkah yang dapat dilakukan dalam

    proses pembelajaran dengan menerapkan cooperative learning teknik

    numbered heads together adalah berikut ini:

    Tabel 2.2

    Langkah-langkah Teknik Numbered Heads Together23

    No. Langkah-langkah Aktifitas Siswa

    1. Penomoran

    (Numbered)

    Guru membagi para siswa menjadi

    beberapa kelompok atau tim yang

    beranggotakan 3-5 orang dan memberi

    nomor sehingga tiap siswa dalam tim

    memiliki nomor yang berbeda

    2. Pengajuan Pertanyaan

    (Questioning)

    Guru mengajukan pertanyaan kepada

    siswa dan pertanyaan ini bervariasi

    mulai dari yang spesifik sampai ke hal-

    hal yang bersifat umum

    3. Berfikir Bersama

    (Heads Together)

    Menggambarkan dan meyakinkan

    bahwa setiap anggota kelompok

    mengetahui jawaban tersebut

    4. Pemberian Jawaban

    (Answering)

    Guru menyebut satu nomor dan para

    siswa dari tiap kelompok dengan nomor

    yang sama mengangkat tangan dan

    menyiapkan jawaban untuk seluruh

    kelas

    23

    Ubaidilah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik Kepala Bernomor (Number Heads Together) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. h.16

  • 27

    Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Teknik Numbered

    Heads Together

    Kelebihan-kelebihan cooperative learning teknik numbered heads together:

    1) Memberikan motivasi, yaitu mendorong siswa untuk berkreatifitas dalam kegiatatan belajarnya

    2) Menambah rasa percaya diri, karena dalam pembelajaran numbered heads together ada metode pemanggilan nomor dan siswa yang

    dipanggil nomornya akan menjawab pertanyaan hasil diskusi sehingga

    dalam diri siswa timbul rasa percaya diri

    3) Siswa menjadi lebih aktif, karena dengan teknik numbered heads together akan menambah keaktifan siswa dalam belajar, karena setiap

    siswa memiliki kesempatan untuk memberi dan menukar pendapat

    Adapun kelemahan-kelemahan cooperative learning teknik numbered

    heads together:

    1) Efisiensi waktu, belajar dengan teknik numbered heads together membutuhkan waktu yang cukup panjang agar siswa dapat memahami

    materi yang diajarkan

    2) Membuat panik siswa, pembelajaran dengan teknik numbered heads together tidak hanya membuat siswa percaya diri namun dapat

    membuat siswa grogi atau panik

    3) Membuat repot guru, teknik numbered heads together membutuhkan kartu bernomor sehingga guru harus menyediakan nomor.

    24

    Sehingga berdasarkan pengertian di atas bahwa NHT adalah bagian

    dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada

    struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

    siswa yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,

    mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya

    dipresentasikan di depan kelas sehingga dapat melatih siswa untuk saling

    berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh

    perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Model dan

    teknik pembelajaran apapun pasti terdapat kelemahan dan kelebihan di

    dalamnya sehingga pintar-pintarlah kita dalam menetralisir kelemahan dan

    meningkatkan kelebihan dari model dan teknik pembelajaran yang diterapkan

    dalam pembelajaran di kelas.

    24

    Ubaidilah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik Kepala Bernomor (Number Heads Together) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa..., h.17

  • 28

    3. Hasil Belajar

    a. Konsep Belajar

    Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

    mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

    informasi/mata pelajaran. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang

    memandang belajar sebagai pelatihan belaka seperti yang tampak pada

    pelatihan membaca dan menulis untuk menghindari ketidaklengkapan

    persepsi tersebut.

    Biggs dalam pendahuluan Teaching for learning yang dikutip oleh

    Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dengan Pendektan

    Baru mendefinisikan belajar sebagai berikut:

    Belajar menjadi tiga macam rumusan yaitu: secara kuantitatif (sudut

    jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan

    kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara

    institusional (sudut kelembagaan) belajar dipandang sebagai proses

    validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi yang telah ia pelajari. Secara kualitatif (sudut mutu), belajar dalam

    pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan

    yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan

    nanti dihadapi siswa. 25

    Dalam hal ini belajar tidak hanya kegiatan pengisian atau

    pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya

    namun juga pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi yang

    telah ia pelajari serta difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan

    yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti

    dihadapi siswa sehingga tujuannya sangat mulia.

    Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar mengungkapkan:

    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

    sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

    pendidikan, Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian

    tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang

    25

    Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendektan Baru, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2010), Cet. XV, h. 90.

  • 29

    dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan

    rumah atau keluarganya sendiri.26

    Hal ini menunjukkan bahwa belajar bisa terjadi di manapun baik di

    sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri serta di

    lingkungan masyarakat sekitar yang tidak dapat dipisahkan pengaruhnya

    dalam proses pembelajaran peserta didik.

    Menurut Gagne dalam buku Belajar dan Pembelajaran karangan

    Dimyati dan Mudjiono mengungkapkan:

    Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa

    kapabilitas, setelah belajar orang memiliki keterampilan,

    pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah

    dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang

    diperoleh dilakukan oleh pelajar. Dengan demikian, belajar adalah

    seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi

    lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas

    baru.27

    Sehingga dalam hal ini, siswa dalam belajar merupakan proses

    pengolahan informasi yang dapat memberikan keterampilan pada diri

    siswa tersebut karena hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar orang

    memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.

    Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya

    yang berujudul Strategi Belajar Mengajar, Belajar a