Nomor : DPD.220/SP/5/2013 DEWAN PERWAKILAN DAERAH ...
Transcript of Nomor : DPD.220/SP/5/2013 DEWAN PERWAKILAN DAERAH ...
Nomor : DPD.220/SP/5/2013
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
SIDANG PARIPURNA KE-5
MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2013 – 2014
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
I. KETERANGAN
1. Hari : Selasa
2. Tanggal : 1 Oktober 2013
3. Waktu : WIB – Selesai
4. Tempat : Gedung Nusantara V
5. Pimpinan Sidang : Pimpinan DPD
1. H. Irman Gusman, S.E., M.B.A. (Ketua)
2. Dr. Laode Ida (Wakil Ketua)
3. GKR. Hemas (Wakil Ketua)
6. Sekretaris Sidang : Sekretaris Jenderal DPD (Drs. Djamhur Hidayat)
7. Panitera : Kepala Biro Persidangan II (Ir. Sefti Ramsiaty, M.M.)
8. Acara : Pengesahan pimpinan Alat Kelengkapan DPD RI,
pimpinan Kelompok DPD di MPR, dan keanggotaan
Panmus DPD RI.
9. Hadir : Orang
10. Tidak hadir : Orang
II. JALANNYA SIDANG :
1 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Mohon maaf bisa kita mulai untuk Anggota DPD menempati tempat duduknya
masing-masing. Bapak-Ibu sekalian, untuk mengawali Sidang Paripurna ini tentu saya selalu
bersyukur kehadirat Allah SWT. Bapak dan Ibu serta Pimpinan BPK beserta jajaran dan para
hadirin, tamu undangan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swastiastu.
Sebelum memasuki Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia,
marilah kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dan, kepada Anggota Dewan
Perwakilan Daerah serta seluruh hadirin dimohon untuk berdiri.
PEMBICARA : PADUAN SUARA
Hiduplah Indonesia Raya…
Indonesia tanah airku.
Tanah tumpah darahku.
Di sanalah aku berdiri.
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku.
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru.
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku.
Hiduplah negeriku.
Bangsaku rakyatku semuanya.
Bangunlah jiwanya.
Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka merdeka.
Tanahku negeriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negeriku yang kucinta.
SIDANG DIBUKA PUKUL WIB
2 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Kami persilakan untuk duduk kembali.
Bapak dan Ibu sekalian.
Hadirin yang berbahagia.
Pada siang hari ini berdasarkan dari catatan daftar hadir yang disampaikan oleh
Sekretariat Jenderal sudah berjumlah 68 Anggota DPD dan telah menandatangani daftar.
Dengan demikian, sidang telah memenuhi syarat untuk dibuka. Dengan mengucapkan
Bismillahirrahmanirrahim, Sidang Paripurna ke-5 Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
Sidang Dewan yang mulia, sesuai dengan jadwal acara, Sidang Paripurna ini
mempunyai tiga agenda pokok, yaitu: 1) penyampaian iktisar hasil pemeriksaan semester 1
tahun 2013 dan penyerahan laporan hasil pemeriksaan BPK RI; 2) laporan perkembangan
pelaksanaan tugas masing-masing alat kelengkapan DPD RI; 3) pengesahan keputusan DPD
RI.
Yang terhormat Saudara Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa
Keuangan, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, serta hadirin yang saya hormati, sebelum
memasuki agenda sidang, kami ingin menyampaikan bahwa tadi pagi kita telah bersama-
sama menyelenggarakan Sidang Paripurna dalam rangka Hari Ulang Tahun Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia ke-9 yang juga dihadiri oleh para pimpinan lembaga
negara. Semoga di usia ke-9 ini DPD RI dapat semakin meningkatkan perhatiannya kepada
negara dan bangsa serta memberikan kontribusinya dalam membangun kehidupan bernegara
yang demokratis. Ke depan kita juga berharap agar segala tantangan, hambatan, pekerjaan
rumah dapat kita hadapi dan kita selesaikan sehingga kita bisa berbuat lebih baik lagi untuk
bangsa dan negara ini. Kami sampaikan pula bahwa dalam ruang Sidang Paripurna ini telah
hadir para pejabat Pemerintah Daerah dan DPRD dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kami
mohon berdiri. Kemudian, dari Provinsi Sumatera Utara. Mohon berdiri, ada di belakang kita
semua. Kemudian, ada dari Provinsi Bengkulu. Kemudian, ada dari Provinsi Kalimantan
Barat. Serta, panitia pemekaran untuk menyaksikan pengambilan keputusan pandangan dan
pendapat DPD RI terhadap aspirasi masyarakat tentang pembentukan daerah otonomi baru
kabupaten keempat provinsi tersebut.
Sidang Dewan yang mulia, marilah kita memasuki agenda penyampaian ikhtisar hasil
pemeriksaan semester 1 tahun 2013. Penyerahan laporan hasil pemeriksaan BPK RI
dilakukan untuk memenuhi ketentuan Pasal 23e ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta Pasal 224 Ayat (1) huruf G Undang-Undang
No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Untuk mengawalinya, kami
persilakan Saudara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia untuk
menyampaikan sambutan atau penjelasan atas hasil pemeriksaan semester 1 tahun 2013 yang
telah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Kami persilakan.
KETOK 1X
3 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
PEMBICARA : HADI POERNOMO (KETUA BPK RI)
Bismillahirrahmanirrahim.
Pertama-tama, kami dan Wakil Ketua BPK, beserta para anggota dan seluruh staf
BPK RI mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-9 bagi kawan-kawan kita DPD RI yang
tadi meriah sekali dan baru sekali ini kami melihat kebahagiaan yang lebih dari biasanya.
Jarang tumpeng lebih dari satu, tetapi ini tiga. Baik, ini luar biasa ya. Selamat ya, Bu.
Bismillahirrahmanirrahim
Yang terhormat Pimpinan Sidang Ibu Gusti Kanjeng Ratu Hemas selaku Wakil Ketua
DPD RI, yang kami hormati para Anggota DPD RI, yang kami hormati Bapak Wakil Ketua
BPK beserta para Anggota dan staf, yang kami hormati dan kami banggakan seluruh Anggota
DPRD dari Sabang sampai Merauke yang hadir pada siang hari ini, dari Bengkulu, Pontianak,
Kalsel, yang semuanya pasti sering berhubungan kontak dengan BPK perwakilan di daerah
masing-masing. Untuk itu, kami ucapkan selamat datang, serta hadirin sekalian yang saya
muliakan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.
Om swastiastu.
Pertama-tama, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri Sidang Paripurna DPD RI
yang mulia ini dalam rangka penyerahan ikhtisar hasil pemeriksaan semester pertama tahun
2013. Memenuhi mandat UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya, hari ini
BPK menyerahkan IHPS dan LHP semester pertama tahun 2013 kepada DPD. Penyerahan
IHPS dan LHP kepada rakyat melalui wakil-wakilnya di DPD bertujuan untuk memberikan
informasi menyeluruh mengenai hasil pemeriksaan BPK atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara dalam kurun waktu satu semester.
Pimpinan sidang dan hadirin yang kami muliakan, pada semester pertama tahun 2013
BPK memprioritaskan pemeriksaannya pada pemeriksaan LKPP (Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) karena bersifat
mandatory audit yang harus dilaksanakan oleh BPK. Namun, tetap melakukan tetap
melaksanakan pemeriksaan kinerja dan fungsi dengan tujuan tertentu atau PDTT yang telah
direncanakan. Selama semester pertama tahun 2013, BPK telah memeriksa 597 objek
pemeriksaan yang terdiri dari 519 objek pemeriksaan keuangan 9 objek pemeriksaan kinerja,
dan 69 objek pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau PDTT. Hasil pemeriksaan BPK
mengungkapkan sebanyak 13.969 kasus kelemahan sistem pengendalian intern dan
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan senilai 56,98 triliun dan jumlah tersebut
sebanyak 4.589 kasus senilai 10,74 triliun merupakan temuan ketidakpatuhan yang
mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan. Rekomendasi BPK
terhadap kasus-kasus tersebut, antara lain berupa penyerahan aset dan atau penyetoran uang
ke kas negara, daerah, atau perusahaan. Ada pun sebanyak 5.747 kasus merupakan
kelemahan SPI, sebanyak 2.854 penyimpangan administrasi, dan sebanyak 779 kasus senilai
46,24 triliun merupakan temuan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan.
Rekomendasi BPK atas kasus tersebut adalah perbaikan SPI dan atau administratif dan atau
korektif lainnya. Selama pemeriksaan entitas yang diperiksa telah menindaklanjuti temuan
ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan
dengan penyerahan aset dan atau penyetoran uang ke kas negara, daerah, atau perusahaan
senilai 372,4 miliar. Jelas sekali jumlah ini masih sangat kecil dibandingkan dengan temuan
BPK. Oleh karena itu, terhadap kasus ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi
4 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
kerugian, dan kekurangan penerimaan dengan nilai sebesar 10,74 triliun tersebut dan kasus
ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan dengan nilai 46,24 triliun perlu
mendapat perhatian Pimpinan dan Anggota DPR RI, DPD RI, untuk mengawasi dan
mendorong penyelesaian tindak lanjutnya. Pengawasan dari DPD sangat diperlukan agar
entitas segera menindaklanjuti rekomendasi BPK atas temuan yang bernilai besar sehingga
tidak terjadi kerugian negara yang lebih besar. Selain itu, melalui pengawasan dari DPD
diharapkan bisa dicari upaya-upaya preventif selain yang telah direkomendasikan BPK agar
temuan yang selalu terjadi secara berulang- ulang tidak terjadi lagi di waktu yang akan
datang.
Pimpinan Sidang dan hadirin sekalian yang saya muliakan, dalam semester 1 tahun
2013, BPK telah memeriksa LK tahun 2012 dan LKPP, yaitu LKPP 92 laporan keuangan
kementerian negara dan lembaga, 415 LKPD, serta 6 laporan keuangan badan lainnya
termasuk Bank Indonesia dan lembaga penjamin simpanan. Selain itu, BPK juga memeriksa
laporan keuangan badan pengusahaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
Batam atau BP Batam dan 4 LKPD tahun anggaran 2011. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK
memberikan opini WDP (Wajar dengan Pengecualian) atas tahun 2012 sama dengan opini
tahun 2011, 2010, dan 2009. Opini WDP diberikan terhadap LKPP tahun 2012 karena BPK
masih menemukan permasalahan-permasalahan yang merupakan bagian dari kelemahan
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Selain
LKPP, BPK juga memeriksa laporan keuangan tiap-tiap kementerian, lembagaan negara, dan
lembaga pemerintah nonkementerian. Pada semester pertama tahun 2013, BPK telah
memeriksa 92 LKKL tahun 2012. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK memberikan opini WTP
atas 68 LKKL. Opini WDP atas 22 LKKL, dan TMP pada 2 LKKL. Sementara itu, terhadap
LK BP Batam tahun 2011, BPK memberikan opini TMP (Tidak Memberikan Pendapat).
Secara umum, hasil pemeriksaan LKKL dari tahun 2008 s.d. 2012 menunjukkan kemajuan
yang cukup signifikan yang dapat dilihat dari perolehan opini WTP yang semakin meningkat.
Tahun 2008, 34 entitas menjadi 68 entitas di tahun 2012. Secara lengkap, BPK sudah
menyampaikan hasil pemeriksaan atas LKPP dan LKKL kepada DPD RI tanggal 28 Mei
2013. Pada pemeriksaan atas LKPD sampai dengan semester pertama tahun 2013, opini
LKPD baru diberikan kepada 415 LKPD tahun 2012. Hal itu disebabkan beberapa
pemerintah daerah terlambat menyerahkan kepada BPK untuk diperiksa. Terhadap 415
LKPD tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 113 entitas, WDP 267 entitas, TW 4
entitas, dan TMP atas 31 entitas. Selain itu, pada semester pertama tahun 2013, BPK juga
telah menyelesaikan LHP atas 4 LKPD tahun 2011 yang laporan keuangannya baru
diserahkan oleh entitas pada BPK pada akhir semester 2 tahun 2012. Terhadap 4 LKPP tahun
2011 tersebut, BPK memberikan opini TMP. Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukan
peningkatan jumlah entitas yang memperoleh opini WTP. Tahun 2008, LKPD yang
memperoleh opini WTP 13 entitas dari 485 entitas atau 3%. Pada tahun 2011, yang
memperoleh opini WTP sudah sebanyak 67 dari 524 entitas atau 13%. Pada tahun 2012,
semakin tertambah baik menjadi 113 entitas dari 415 entitas atau 27%.
LKPD tahun 2012 yang tidak memperoleh opini WTP pada umumnya karena masih
mempunyai permasalahan, antara lain aset tetap belum dilakukan iventarisasi dan penilaian
penatausahaan, penatausahaan kas tidak sesuai dengan ketentuan penatausahaan, persediaan
tidak memadai, dan pertanggungjawaban belanja hibah, belanja barang dan jasa, belanja
pegawai, dan belanja modal tidak sesuai dengan ketentuan. Hasil pemeriksaan keuangan atas
LKKL dan LKPD pada semester 1 pada tahun 2013 menunjukkan perbaikan kualitas
penyajian laporan keuangan dibanding semester 1 tahun 2012. Perbaikan opini tersebut,
antara lain disebabkan entitas telah menindaklanjuti rekomendasi BPK.
Pimpinan Sidang dan hadirin yang saya muliakan, dalam semester 1 tahun 2013, BPK
telah melakukan pemeriksaan kinerja atas sembilan objek pemeriksaan di lingkungan
5 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Hasil pemeriksaan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga tema, yaitu pengelolaan utang
negara, penyelenggaraan ibadah haji, dan kinerja bidang lainnya. Dalam pemeriksaan kinerja
atas pengelolaan utang negara, BPK mencatat sejak tahun 1970, saldo utang negara dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Sampai dengan tahun 1998, pemerintahan hanya
memiliki utang-utang pinjaman luar negeri. Baru sejak 1999, pemerintah memiliki utang
dalam negeri. Dalam periode 2000 sampai dengan 2011, porsi utang dalam negeri lebih besar
dibandingkan dengan pinjaman luar negeri. Dalam periode 2007 – 2011, jumlah utang negara
terus meningkat dari semula 1.385,55 triliun, tahun 2007 menjadi 1.804,37 triliun pada tahun
2011. Pemerintah secara bertahap mengurangi pinjaman luar negeri sehingga porsi surat
berharga negara (PSBN) dari keseluruhan utang semakin besar. Saldo SBN per 31 Desember
2007 senilai 799,19 triliun atau 57,68% menyingkat menjadi 1.183,08 triliun atau 65,57 dari
total utang negara per 31 Desember tahun 2011.
Untuk mengetahui kinerja pemerintah dalam mengelola utang negara, BPK
melakukan pemeriksaan kinerja dengan tujuan untuk menilai apakah kerangka kerja ekonomi
makro, pengelolaan utang negara telah didesain dan dilaksanakan secara efektif untuk
menjaga kesinambungan fiskal, apakah strategi pengelolaan utang negara telah didesain dan
dilaksanakan secara efektif untuk menjaga kesinambungan fiskal. Hasil pemeriksaan kinerja
menunjukan bahwa desain dalam pelaksanaan kerangka kerja ekonomi makro pengelolaan
utang negara periode 2010 – 2012 belum efektif untuk menjaga kesinambungan fiskal.
Terdapat tiga hal yang berpengaruh secara signifikan atas efektivitas kerangka
ekonomi makro pengelolaan utang negara. Ketiga hal tersebut: 1) belum adanya dasar hukum
pengelolaan kewajiban kontinjen; 2) belum seluruh unsur-unsur kesinambungan fiskal
dipertimbangkan dalam penyusunan APBN; 3) Belum adanya kerangka kerja penyelarasan
aset dan utang yang dikelola otoritas fiskal dan moneter.
Sementara itu, desain dan pelaksanaan strategi pengelolaan utang negara telah efektif
untuk menjaga kesinambungan fiskal. Namun demikian, BPK masih menemukan
permasalahan yang perlu diperbaiki dalam desain dan pelaksanaan strategi pengelolaan utang
negara, di antaranya: 1) strategi pengelolaan utang jangka menengah belum komprehensif
dan review strategi yang bersifat kualitatif belum dilakukan; 2) pemerintah belum
mendokumentasikan seluruh faktor yang mempengaruhi keputusan penetapan owners
estimate surat utang negara (OE SUN), tetapi memiliki pedoman teknis penerapan struktur
portofolio atau rata-rata biaya riil yang ditanggung pemerintah dalam pelaksanaan pinjaman
atau penerbitan obligasi dan kupon/imbalan SBN ritel; 3) pemerintah belum memiliki
kerangka kerja penyelarasan aset dan utang dan neraca pemerintah pusat; 4) pemerintah
belum memiliki strategi dan kebijakan yang memadai untuk mempertahankan kepemilikan
individu pada SBN ritel dan mengembangkan pasaran surat berharga syariah negara atau
sukuk negara.
Dalam pemeriksaan kinerja bidang lainnya, BPK antara lain memeriksa pengelolaan
kegiatan penyediaan jasa akses Pusat Layanan Internet Kecamatan atau PLIK oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika. BPK memberikan penghargaan atas upaya
pemerintah dalam pemerataan akses komunikasi melalui kegiatan PLIK. Namun demikian,
BPK masih menemukan permasalahan dalam pengelolaan kegiatan penyediaan jasa akses
PLIK. Permasalahan tersebut: 1) pembangunan jasa akses PLIK tidak dirancang dengan
perencanaan yang baik dan belum didukung dengan kebijakan yang jelas; 2) pelaksanaan
kegiatan PLIK belum efektif dalam mendukung pencapaian tujuan jasa akses PLIK; 3)
pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh balai penyedia dan pengelolaan pembiayaan
telekomunikasi dan informatika (BP3TI) atas kegiatan penyediaan jasa akses PLIK belum
memadai.
6 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
BPK juga menemukan perencanaan pembangunan jasa akses PLIK tidak dirancang
dan didukung dengan kebijakan yang jelas, dan komprehensif. Hal tersebut antara lain
mengakibatkan pelaksanaan kegiatan penyediaan layanan jasa PLIK kurang terarah, kurang
berjalan dengan baik, dan berpotensi gagal. Dalam arti, PLIK terlambat beroperasi, tidak
beroperasi walaupun terpaksa, beroperasi namun tidak bermanfaat bagi masyarakat. BPK
melihat pelaksanaan kegiatan PLIK lebih ditekankan untuk tujuan penyerapan anggaran
daripada hasil dan manfaat yang ingin dicapai.
Pimpinan Sidang dan hadirin sekalian yang saya muliakan, dalam semester pertama
2013, BPK telah melakukan PDTT atas 69 objek yang meliputi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, BUMN, BUMD, dan BLUD. Cakupan pemeriksaan atas 69 objek pemeriksaan
tersebut adalah senilai 365,18 triliun atau sekitar 47,80% dari realisasi anggaran senilai
763,88 triliun. Hasil PDTT dikelompokan dalam enam tema, yakni pengelolaan pendapatan
dan pelaksanaan belanja; 2) pengelolaan program perluasan akses dan peningkatan mutu
sekolah menengah pertama atau SMP; 3) penyelenggaraan ujian nasional tingkat pendidikan
dasar dan pendidikan menengah tahun 2012 dan 2013; 4) pengelolaan dana Pekan Olahraga
Nasional ke-18 tahun 2012; 5) pelaksanaan subsidi dan operasional BUMN; 6) pemeriksaan
dengan tujuan tertentu lainnya.
Hasil PDTT semester pertama tahun 2013 mengungkapkan 1.213 kasus yang terdiri:
375 kasus kelemahan SPI, 838 kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
senilai 49,11 triliun. Dari total kasus temuan PDTT tersebut, sebanyak 467 kasus senilai 4,08
triliun merupakan temuan yang berdampak finansial, yaitu temuan ketidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan
kekurangan penerimaan.
Dalam menunjang Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang bermutu
dan merata Kemdikbud antara lain melaksanakan kegiatan program perluasan akses dan
peningkatan mutu TA 2010 dan 2011. BPK telah memeriksa pengelolaan program perluasan
akses dan peningkatan mutu SMP TA 2011. Hasil pemeriksaan antara lain menunjukkan
adanya kerugian negara/daerah sebanyak 12 kasus senilai 21,23 miliar. Selain itu, BPK juga
menemukan keterlambatan penyaluran dana BOS SMP tahun anggaran 2010 senilai 73,03
miliar dari rekening tim manajemen BOS ke rekening sekolah pada 3o kabupaten dan kota
selama 1 hari s.d. 167 hari dan keterlambatan penyaluran dana BOS SMP tahun anggaran
2011 senilai 350,21 miliar dari rekening kas umum daerah ke rekening sekolah pada 53
kabupaten dan kota selama 1 s.d. 253 hari. Permasalahan tersebut mengakibatkan dana BOS
TA 2010 tahun 2011 tidak dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan operasional
dan berpotensi digunakan tidak sesuai ketentuan. BPK juga menemukan hasil pembangunan
yang bersumber dari dana block grant dan DAK pendidikan tahun 2010 dan 2011 senilai
10,67 miliar digunakan tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal tersebut, antara lain ruang
laboratorium IPA digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, bangunan ruang kelas baru
atau RKB digunakan untuk ruang kantor kepala sekolah, dan ruang guru, ruang perpustakaan
digunakan untuk tempat tinggal guru, serta ruang dan bimbingan konseling.
Pemeriksaan kinerja atas penyelenggaraan Ujian Nasional (UN), BPK menemukan
beberapa kelemahan signifikan yang harus diperbaiki. Hasil pemeriksaan menunjukkan
adanya kerugiaan negara sebanyak 14 kasus senilai 37,55 miliar. Dari jumlah tersebut telah
ditindaklanjuti dengan penyetoran uang ke kas negara senilai 17 miliar. Selain itu, dalam
tahap perencanaan terdapat beberapa kelemahan, antara lain: 1) anggaran disusun hanya
berdasarkan pengalaman tahun lalu tanpa mendasarkan dokumen pendukung yang lengkap
dan tanpa dasar perhitungan; 2) dua, perhitungan kebutuhan dana tidak di dukung dengan
dasar yang cukup dan jumlah siswa yang tidak jelas; 3) terdapat kegiatan-kegiatan yang
dianggarkan untuk penyelenggaraan UN tidak melalui analis, analisa, biaya, dan manfaat
yang akurat; 4) rencana anggaran biaya UN yang disusun tidak pernah disosialisasikan dan di
7 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
sampaikan kepada penyelenggara UN baik di tingkat provinsi kabupaten dan kota maupun
satuan pendidikan; 5) adanya usulan anggaran UN tahun 2012 – 2013 yang berubah-ubah
sehingga DIPA Balitbang terlambat disahkan. Permasalahan tersebut antara lain
mengakibatkan anggaran tidak dapat dicairkan karena masih diblokir; penyelenggara UN
tingkat provinsi dan kabupaten/kota menyusun RAB tanpa panduan penggunaan dana dan
tidak mengetahui kegiatan yang telah didanai oleh penyelenggara pusat; pelaksanaan
penyelenggaraan UN di tingkat provinsi, kabupaten/kota; dan satuan pendidikan tidak sesuai
dengan RAB yang disusun serta pekerjaan pencetakan dan pendistribusian naskah soal dan
lembar jawaban UN terlambat diselesaikan.
Dalam semester 1 Tahun 2013, BPK telah melakukan pemeriksaan atas subsidi dan
kewajiban pelayanan umum atau PSU terhadap sepuluh entitas di lingkungan BUMN, yaitu
subsidi energi pupuk, beras, dan PSU. BPK telah mengoreksi perhitungan subsidi dan PSU
senilai 9,03 triliun sehingga total subsidi PSU yang harus di bayar pemerintah turun semula
378,32 triliun menjadi 369,29 triliun. Pemerintah telah membayar subsidi PSU senilai 331,26
triliun sehingga pemerintah masih mempunyai kewajiban membayar subsidi senilai 38,03
triliun. Koreksi yang telah dilakukan BPK antara lain terhadap subsidi energi pupuk, beras,
dan PSU. Koreksi atas subsidi dilakukan antara lain terhadap unsur-unsur biaya yang tidak
dapat dibebankan menurut ketentuan perundang-undangan serta besaran volume dan nilai
subsidi. Nilai koreksi perhitungan subsidi atau PSU yang dilakukan BPK semakin meningkat
dari tahun ke tahun terutama dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2009, koreksi BPK atas
perhitungan subsidi senilai 2,41 triliun. Tahun 2010, BPK mengoreksi perhitungan subsidi
PSU yang dilakukan BUMN senilai 1,63 triliun. Kemudian, meningkat menjadi 2,57 triliun
tahun 2011. Tahun 2012 menjadi 9,03 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa BPK telah
membantu pemerintah menghemat pengeluaran subsidi PSU pada tahun 2009 – 2012 senilai
15,44 triliun.
Selain koreksi perhitungan subsidi, hasil pemeriksaan atas pelaksanaan subsidi, PT
PLN juga mengungkapkan adanya subsidi senilai 44,61 triliun yang diberikan kepada
golongan tarif pelanggan menengah, pelanggan besar, pelanggan khusus antara lain mal
maupun gedung-gedung bertingkat yang tidak sesuai dengan tujuan pemberian subsidi
sehingga pemberian subsidi listrik menjadi tidak tepat sasaran. Kasus ketidakefektifan
tersebut terjadi antara lain karena pemerintah juga menetapkan penggolongan tarif dasar
listrik tidak mengacu kepada tujuan pemberian subsidi dalam APBN dan pemerintah tidak
konsisten dalam menerapkan kebijakan subsidi dalam APBN tahun anggaran 2011 dan 2012.
Terhadap kasus tersebut, BPK telah merekomendasikan agar pemerintah melakukan
peninjauan kembali kebijakan pemberian subsidi listrik sehingga subsidi listrik hanya
diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan saja atau masyarakat yang layak
mendapatkan.
Pimpinan sidang dan hadirin yang saya muliakan, selama periode 2009 sampai
dengan semester pertama tahun 2013, BPK telah menyampaikan 193.600 rekomendasi senilai
73,27 triliun kepada entitas yang diperiksa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50,74% atau
98.277 rekomendasi senilai 24,16 triliun telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi dan
diantaranya 13.095 rekomendasi senilai 2,35 triliun ditindaklanjuti pada periode semester
pertama tahun 2013. Tindak lanjut atau atas rekomendasi BPK, antara lain penyerahan aset
dan atau penyetoran ke kas negara, daerah, dan perusahaan. Secara kumulatif dari tahun 2009
sampai dengan semester pertama 2013 jumlahnya sebesar 15,17 triliun dan selama semester
pertama tahun 2013 sebesar 1,2 triliun. Selama periode tahun 2003 sampai dengan semester
pertama tahun 2013, BPK telah memantau kerugian negara atau daerah sebanyak 21.528
kasus senilai 9,9 triliun. Dari jumlah tersebut, kasus kerugian negara atau daerah yang terjadi
semester pertama tahun 2013 adalah sebanyak 300 kasus senilai 39 miliar kasus. Perincian
kasus kerugian negara, daerah, periode tahun 2003 sampai dengan 2013 semester pertama
8 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
berupa angsuran sebanyak 6.109 kasus senilai 285 miliar. Pelunasan sebanyak 8.381 kasus
senilai kurang lebih 206 miliar dan sebanyak 104 kasus senilai kurang lebih 10 miliar telah
diselesaikan melalui proses penghapusan. Selain itu, selama periode tahun 2003 sampai
dengan semester satu 2013, BPK telah menyampaikan hasil pemeriksaan yang mengandung
unsur pidana instansi yang berwenang sebanyak 425 temuan senilai 40,52 triliun. Di
antaranya 42 temuan senilai 3,67 triliun disampaikan pada periode semester pertama tahun
2013. Dari 425 temuan tersebut, instansi yang berwenang telah menindaklanjuti 282 temuan
atau 66,36% dan di antaranya sebanyak 88 temuan telah diputus di pengadilan.
Pimpinan sidang dan hadirin yang saya muliakan, demikianlah hal-hal yang dapat
kami sampaikan pada Sidang Paripurna DPD yang terhormat ini. Kami berharap informasi
yang kami sampaikan dari HPS dan LHP BPK semester pertama tahun 2013 dapat
mendukung tugas dan wewenang DPD sesuai peraturan perundang-undangan. BPK selalu
membuka diri kepada Pimpinan dan Anggota DPD untuk mendalami temuan-temuan yang
telah kami sampaikan. Sesungguhnya efektivitas dari hasil pemeriksaan BPK adalah jika
LHP-nya atau laporan hasil pemeriksaannya ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa, salah
satu pihak yang dapat mendorong efektivitas tindaklanjut tersebut adalah pengawasan yang
intensif dari Pimpinan dan para Anggota DPD. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih atas kerja sama dan perhatian Pimpinan dan Anggota DPD yang terhormat.
Wabillahi taufik walhidayah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Om shanti shanti shanti om.
PEMBICARA : MC
Dilanjutkan dengan penandatanganan dan penyerahan hasil pemeriksaan BPK. Mohon
kepada yang terhormat Ketua DPD RI didampingi Seketaris Jenderal ... (tidak jelas, red.).
Dilanjutkan dengan penyerahan hasil pemeriksaan BPK. Dipersilakan kembali ke tempat.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih kepada Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia hasil
pemeriksaan semester satu tahun 2013 yang telah kami terima secara khusus kami akan
pelajari dan tindak lanjuti melalui Komite IV sebagai Alat Kelengkapan DPD RI yang
bertugas terkait dengan anggaran. Masukan tersebut akan menjadi bahan dalam penyusunan
pertimbangan DPD RI atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN.
Hadirin sidang yang mulia, dari penjelasan Ketua BPK tadi kita mengetahui laporan
pemeriksaan semester satu tahun 2013 ini memuat hasil pemantauan tindak lanjut
rekomendasi hasil pemeriksaan dan hasil pemantauan penyelesaian kerugian negara dan
daerah pada semester satu tahun 2013. BPK telah melaksanakan pemeriksaan atas 597 objek
pemeriksaan. Dari jumlah tersebut di antaranya 519 objek pemeriksaan laporan keuangan di
lingkungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan lainnya. Dan, juga BPK telah
melaksanakan pemeriksaan kinerja terhadap 9 objek pemeriksaan serta pemeriksaan dengan
tujuan tertentu sebanyak 69 objek pemeriksaan. BPK juga telah mencatat sejumlah
permasalahan signifikan yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah lembaga perwakilan
dan seluruh pemangku kepentingan. Hasil pemeriksaan BPK tersebut perlu mendapatkan
perhatian, antara lain karena temuan pemeriksaan terjadi secara berulang dari tahun ke tahun.
Temuan pemeriksaan tersebut terjadi di banyak entitas serta hasil pemeriksaan diperkirakan
memiliki implikasi luas bagi kepentingan masyarakat, baik untuk saat ini maupun masa
mendatang. Dari hasil pemeriksaan, yang perlu mendapatkan perhatian pemangku
kepentingan, antara lain sebagai berikut.
9 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Penyajian dan pengamanan aset tetap
Kekurangan volume pekerjaan dan atau barang pada pengadaan barang dan jasa.
Pengelolaan utang negara.
Pengelolaan program perluasan akses dan peningkatan mutu Sekolah Menengah
Pertama
Penyelenggaraan ujian nasional tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah
tahun 2012 dan 2013.
Pelaksanaan subsidi atau kewajiban dan atau kewajiban pelayanan umum.
Dari 6 poin hasil pemeriksaan tersebut, Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia memberikan perhatian secara khusus terhadap pengelolaan program perluasan
akses dan peningkatan mutu sekolah menengah pertama. Dalam hal ini, hasil pemeriksaan
atas pengelolaan program tersebut tahun 2010 dan 2011, antara lain menunjukkan adanya
kerugian negara atau daerah dan daerah sebanyak 12 kasus senilai 21,43 miliar. Di antaranya
terdapat indikasi kerugian negara atau daerah dan daerah sebanyak 11 kasus senilai 17,68
miliar. Dari kasus-kasus kerugian negara dan kekurangan penerimaan tersebut telah
ditindaklanjuti Kemendikbud dengan penyetoran senilai 761, 93 juta ke kas negara. Selain
itu, terhadap hasil pemeriksaan atas penyelenggaraan ujian nasional tingkat pendidikan dasar
dan pendidikan menengah tahun 2012 dan 2013 yang menunjukkan adanya kerugian negara
sebanyak 14 kasus senilai 37,55 miliar. Di antaranya terdapat indikasi kerugiaan negara
sebanyak 7 kasus senilai 13,21 miliar. Dari jumlah tersebut, telah ditindaklanjuti dengan
penyetoran uang ke kas negara senilai 17 miliar rupiah.
Kasus penyimpangan keuangan negara yang terjadi di dunia pendidikan tersebut
merupakan permasalahan serius dan perlu diminimalkan, bahkan dihilangkan. Perbaikan
pengelolaan keuangan di dunia pendidikan Indonesia perlu terus dikawal secara bersama
dalam meningkatkan mutu pendidikan ke depan. Harapan kita bersama peningkatan mutu
pendidikan dapat menjadi modal dasar menciptakan masyarakat yang cerdas dan berdaya
saing. Untuk mendukung upaya tersebut, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
tentu akan terus berupaya mengoptimalkan pengawasan tata kelola keuangan negara dan
daerah di bidang pendidikan dan bidang-bidang lain secara efisien dan efektif sehingga
pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan daerah. Kami mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas konsistensi, kerja sama selama ini.
Sekali lagi terima kasih dan semoga Tuhan meridhoi berbagai langkah kerja BPK dan
DPD RI. Semoga kerja sama ini dapat terjalin lebih baik lagi sehingga dapat terselenggara
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara yang lebih baik lagi. Kita percaya
bahwa setiap langkah kerja sama dan konsultasi seperti ini diatur dalam Undang-Undang
yang aktualisasinya tentu juga berdasarkan Undang-Undang, bukan atas persepsi, apalagi
interpretasi parsial masing-masing lembaga. Dengan cara bersama seperti inilah kita akan
mampu mengangkat dan membedah hal-hal yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan
negara yang kita cintai ini. Dalam upaya meningkatkan kerja sama antar DPR, DPD, DPRD,
BPK, dan eksekutif, maka DPD sedang melakukan sinkronisasi peran DPR, DPD, DPRD,
BPK, dan eksekutif dalam hal pengawasan pengelolaan keuangan negara. Untuk hal tersebut,
salah satu kegiatannya akan dilakukan lokakarya pada tanggal 3 Oktober 2013. Sebelum
melanjutkan agenda Sidang Paripurna ke-5 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ini
dilanjutkan, maka kami mohon waktu beberapa saat guna mengantarkan saudara Ketua,
Wakil Ketua, dan para Anggota Badan Pemeriksa Keuangan meninggalkan ruang sidang ini
dengan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.
Bapak dan Ibu sekalian yang terhormat, para Anggota Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia dan yang kami muliakan di sini hadir Gubernur NTT dan unsur
Pemerintah Provinsi, dan juga Anggota DPRD-nya, serta unsur Pemda, dan presidium. Dan,
yang saya hormati juga dari Provinsi Sumatera Utara, dari asisten provinsi, dan juga Ketua
10 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
DPRD, Bupati Asisten Pemerintahan Simalungun, dan unsur dari presidium. Juga hadir di
sini ada tiga Provinsi Bengkulu, termasuk juga dari Sekda dan Kepala Biro Pemerintahan dan
juga unsur dari Kabag Pemerintahan dan dari Kalimantan Barat ada dari unsur pemerintahan
penataan daerah kemudian unsur dari Pemda tiga orang dan dari presidium 41 orang Bapak
dan Ibu sekalian, tentu dalam kesempatan ini, sebagaimana tadi kita ikuti bersama bahwa kita
telah menerima laporan ikhtisar hasil pemeriksaan semester satu tahun 2013 BPK RI.
Berkenaan dengan itu, berdasarkan peraturan-peraturan tata tertib DPD RI perlu menugasi
Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik untuk membahas hasil pemeriksaan BPK
tersebut. Untuk itu, dalam sidang yang mulia itu, kita perlu menugaskan Komite IV dan
Panitia Akuntabilitas Publik guna membahas hasil pemeriksaan BPK dimaksud. Selanjutnya,
sebagai bahan pembahasan, kami akan menyerahkan ikhtisar hasil pemeriksaan Badan
Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia semester satu tahun 2013 kepada Pimpinan
Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik sesuai dengan tugas konstitusional DPD.
Dokumen BPK ini juga akan menjadi bahan bagi para Anggota DPD dalam menjalankan
tugas-tugasnya di daerah yang mencakup penyerapan aspirasi dan fungsi pengawasan.
PEMBICARA : Dra. Hj. ELVIANA, M.Si. (KETUA KOMITE III)
Interupsi, Pimpinan.
Elviana, B17.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan.
PEMBICARA : Dra. Hj. ELVIANA, M.Si. (KETUA KOMITE III)
Setelah kita ikuti laporan keuangan yang disampaikan BPK tadi, kami dari Komite III
melihat mayoritas temuan tersebut adalah di bidang pendidikan. Dalam Sidang Paripurna di
ruangan ini pernah kita sepakati bahwa akan ditinjau kembali untuk hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan, tidak hanya dibahas oleh Komite IV. Sebagai laporan kepada Pimpinan,
selama kami di Komite III setiap tahun Komite III berkesimpulan dan menyampaikan laporan
di Sidang Paripurna yang istimewa ini bahwa Komite III DPD atas nama DPD itu menolak
pelaksanaan Ujian Nasional. Dan, dalam temuan ini ternyata penyimpangan itu 14 miliar
lebih itu di bidang ujian nasional. Oleh sebab itu, dalam Sidang Paripurna ini kami minta
kebijakan Pimpinan melalui rapat Panmus setelah ini meninjau kembali memberi kesempatan
kepada Komite III DPD RI ikut melakukan pengawasan karena sekali lagi pengawasan fungsi
DPD itu seperti Pasal 223 dan wewenangnya pada Pasal 224 Undang-Undang MD3 itu
melekat kepada anggota. Demikian Pimpinan, terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PEMBICARA : ERMA SURYANI RANIK, SH. (KALBAR)
Interupsi, Pimpinan.
B-80, Erma Suryani Ranik.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya, kami persilakan.
11 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
PEMBICARA : ERMA SURYANI RANIK, SH. (KALBAR)
Baik, terima kasih, Pimpinan.
Menanggapi dari interupsi Bu Elviana dari Jambi, Pimpinan, saya Anggota Komite
IV, saya kira sudah tepat di tata tertib kita bahwa sudah diatur dengan jelas ketika mitra kerja
kita adalah BPK itu adalah kewenangan dari Komite IV. Ini terkait soal keuangan. Kalau soal
pengawasan itu dengan sendirinya adalah kewenangan Komite III. Saya kira hal-hal yang
sudah baik seperti ini kita lakukanlah supaya kita tidak menyalahi tata tertib dan tabrak sana,
tabrak sini. Demikian, Pimpinan, terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih atas usulan masukan dari Ibu Elviana dari Komite III dan juga dari Ibu
Erma Suryani Ranik dari Kalimantan Barat. Dan, saya kira apa yang tadi disampaikan akan
dibahas di Panmus. Saya kira demikian yang mungkin bisa saya sampaikan. Tentu tugas dan
wewenang itu nanti akan diselesaikan di Panmus.
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati, tentu di dalam kesempatan ini selanjutnya
marilah kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat kelengkapan.
Oh, penyerahan dulu.
PEMBICARA : MC
Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada Pimpinan Komite IV dan Pimpinan
Akuntabilitas Publik, kami persilakan untuk mengambil tempat.
Terima kasih.
Kami persilakan kembali ke tempat.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, bisa kita lanjutkan Bapak dan Ibu sekalian, mohon maaf tadi penyerahan dari
pada hasil pemeriksaan BPK yang akan diselesaikan oleh Komite IV dan PAP. Tentunya
selanjutnya, marilah kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat
kelengkapan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dan pengesahan keputusan DPD.
Untuk urutan penyampaian laporan akan dimulai dari alat kelengkapan yang materi
laporannya akan diambil keputusan. Kami persilakan kepada Komite I untuk menyampaikan
laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.
PEMBICARA : ALIRMAN SORI, SH., M.Hum., MM. (KETUA KOMITE 1)
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Yang saya hormati Pimpinan Rapat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia.
Yang saya hormati Anggota Senator Republik Indonesia.
Yang saya hormati perwakilan 4 provinsi: NTT, Sumatera Utara, Kalimantan Barat,
Bengkulu, dan juga para bupati yang juga hadir bersama Ketua DPRD Tim Pemekaran.
Yang saya hormati saudara pelaksana tugas Sekretaris Jenderal.
12 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Hadirin yang saya muliakan.
Izinkan kami menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite I.
Pertama, penyusunan Rancangan Undang-Undang usul inisiatif DPD RI Komite I.
Komite I di akhir tahun 2013 merencanakan untuk menyelesaikan dua Rancangan Undang-
Undang, di antaranya adalah Undang-Undang Perbatasan Daerah dan Rancangan Undang-
Undang Pengadilan Keagrariaan. Namun demikian, terkait dengan hasil kajian terhadap
otonomi khusus dan otonomi asimetris yang telah dilakukan oleh Komite I pada Masa Sidang
III dan IV tahun 2012 – 2013 yang merekomendasikan salah satunya dilakukan penyusunan
terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Bali atau dengan nama lain.
Komite I menyepakati untuk melakukan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang
Otonomi Khusus Bali sehingga dengan demikian beban tugas Komite I dalam penyusunan
Rancangan Undang-Undang usul inisiatif DPD RI pada tahun 2013 menjadi tiga RUU.
Berikut laporan perkembangan pelaksanaannya. Pertama, RUU tentang Daerah
Perbatasan telah dilaksanakan uji sahih di tiga provinsi, di antaranya di Provinsi NTT,
kemudian di Kalimantan Barat, dan Provinsi Sumatera Utara. Kemudian, Rancangan
Undang-Undang tentang Pengadilan Keagrariaan, saat ini Rancangan Undang-Undang
tentang Pengadilan Keagrariaan memasuki tahap penyusunan naskah akademik dan draf
Rancangan Undang-Undang diharapkan dilakukan seminar dan uji sahih pada masa sidang
yang akan datang. Rancangan Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Bali, setelah
melakukan kajian terhadap kedudukan otonomi khusus dan otonomi asimetris Indonesia
dengan mengambil sampel dari Bali, termasuk Kepulauan Riau, dalam rangka
menindaklanjuti kajian yang mesti, kami ulangi, dalam rangka menindaklanjuti kajian
merupakan akumulasi dari aspirasi masyarakat dan daerah tersebut. Komite I menyepakati
untuk dimulainya penyusunan terhadap rancangan tentang Undang-Undang Otonomi Khusus.
Diharapkan pada akhir Masa Sidang I tahun ini, Komite I dapat menyelesaikan naskah
akademik dan rancangan RUU untuk dapat dilakukan uji sahih pada Masa Sidang II yang
akan datang.
Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, kedua, pembahasan Rancangan
Undang-Undang bersama DPR dan pemerintah, penyusunan terhadap pandangan dan
pendapat. A) Pandangan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan. Sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa saat ini pemerintah bersama dengan DPR tengah mempersiapkan
revisi atas UU Administrasi Kependudukan sebagai langkah untuk memperbaiki beberapa
ketentuan dalam UU Administrasi Kependudukan yang tidak dapat dilaksanakan atau tidak
lagi berlaku secara efektif. Terkait dengan hal tersebut, DPD RI, dalam hal ini Komite I, telah
menyelesaikan dan melakukan penyusunan pandangan terhadap Rancangan Undang-Undang
Administrasi Kependudukan sebagai bahan dalam pembahasan bersama DPR dan
pemerintah. Adapun beberapa substansi yang tertuang dalam pandangan tersebut antara lain,
saya tidak akan membacakan, saya harap Bapak dan Ibu bisa melihat di meja yang sudah kita
serahkan. Pada masa sidang ini, setelah melakukan rangkaian pembahasan dan penyusunan
pandangan terhadap aspirasi kependudukan, maka Komite I pada Sidang Paripurna hari ini
minta disahkan sebagai pandangan DPD RI.
Yang ketiga, pandangan dan pendapat terhadap pembentukan daerah otonomi baru.
Menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah tentang pembentukan daerah otonomi baru,
Komite I pada Masa Sidang I Tahun Sidang 2013-2014 telah melakukan serangkaian
kunjungan kerja ke beberapa calon daerah otonomi baru. Kunjungan kerja kunjungan yang
dimaksud diarahkan untuk melakukan kajian fisik kewilayahan terhadap calon daerah
otonomi baru, khususnya pada calon ibu kota yang telah dan sebelumnya Komite 1
melakukan kajian terhadap persyaratan administrasi sebagaimana yang diatur di dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 78 Tahun 2007. Dari hasil kajian
13 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
administrasi dan kajian fisik kewilayahan dalam masa sidang yang terhormat ini Sidang
Paripurna ke-5, Komite 1 meminta DPD RI untuk dapat memisahkan calon daerah otonom
baru sebagai berikut.
1. Pandangan dan pendapat terhadap aspirasi dan daerah tentang pembentukan
Kabupaten Lembak sebagai pemekaran dari Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
Mana tepuk tangannya? Sukses untuk Provinsi Bengkulu, Bu Eny, Pak Bambang, wah ini
siapa namanya Pak Shobri. Kemudian, pandangan dan pendapat terhadap aspirasi masyarakat
dan daerah terhadap pembentukan Kabupaten Adonara pemekaran dari Kabupaten Flores
Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selamat buat empat orang Anggota Senator dari NTT
dan tentu kita semua. Kemudian, pandangan dan pendapat terhadap aspirasi masyarakat dan
daerah tentang pembentukan Kabupaten Tayan sebagai pemekaran dari Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat. Dan, yang terakhir pandangan dan pendapat terhadap aspirasi
masyarakat dan daerah tentang pembentukan Simalungun Hataran sebagai pemekaran dari
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.
Bapak-bapak dan Ibu hadirin sekalian, empat daerah yang direncanakan untuk
diberikan pandangan dan pendapat ini, 26 persyaratan yang diamanatkan dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 78 Tahun 2007 sudah memenuhi persyaratan dari 26
persyaratan yang sudah ditentukan. Untuk itu, sekali lagi kami menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada setiap daerah.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Terima kasih atas segala perhatian. Banyak
maaf atas segala kekurangan. Selamat untuk kita semuanya.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
Shalom.
Horas.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, pokoknya kalau Pak Alirman Sori itu sudah luar biasa. Bapak dan Ibu sekalian,
setelah kita bersama tadi mendengarkan laporan Pimpinan Komite 1, apakah kita dapat
menyetujui: 1) pandangan dan pendapat DPD RI terhadap aspirasi masyarakat tentang
pembentukan Kabupaten Lembak sebagai pemekaran daerah Kabupaten Rejang lebong; 2)
pandangan dan pendapat DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan
Kabupaten Simalungun Hantaran sebagai pemekaran dari Kabupaten Simalungun, Provinsi
Sumatera utara; 3) pandangan dan pendapat DPD RI terhadap aspirasi masyarakat tentang
pembentukan Kabupaten Tayan sebagai pemekaran dari Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimantan Barat; 4) pandangan dan pendapat DPD RI terhadap aspirasi masyarakat tentang
Pembentukan Kabupaten Adonara sebagai pemekaran dari Kabupaten Flores Timur Provinsi
Nusa Tenggara Timur; 5) pandangan DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan?
Setuju?
Terima kasih.
KETOK 2X
14 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Selanjutnya, kami persilakan kepada PPUU untuk menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugasnya. Kalau misalnya masih akan hadir di sini dan kalau
misalnya akan meninggalkan ruangan, kami ucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak
Gubernur beserta jajaran dan Bapak Bupati serta Bapak-Ibu sekalian dari berbagai provinsi
yang hadir. Terima kasih sekali lagi. Mohon dengan tertib karena sidang akan kami lanjutkan.
Kami persilakan PPUU.
PEMBICARA : Hj. HAIRIAH, SH., MH. (WAKIL KETUA PPUU)
Terima kasih.
Bismillahirrahmanirrahim.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Kami mohon berfoto di luar ruangan untuk bisa kami menyelesaikan Sidang
Paripurna ini. Mohon maaf, Bapak-Ibu sekalian, kami mohon dengan tertib meninggalkan
ruangan sidang ini dan kami akan melanjutkan sidang yang dilanjutkan oleh PPUU. Bagi
Anggota DPD untuk kembali ke tempat masing-masing, kami persilakan dimulai Bu Hairiah
untuk PPUU.
PEMBICARA : Hj. HAIRIAH, SH., MH. (WAKIL KETUA PPUU)
Bismillahirrahmanirrahim.
Yang terhormat Ibu Gusti Kanjeng Ratu Hemas Wakil Pimpinan Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia, Bapak dan Ibu Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia, Bapak dan Ibu yang kami hormati. Saya mau menyapa teman-teman dari
Kalimantan Barat ini. Adil ka’talino, bacuramin ka’saruga, basengat ka’jubata. Terima
kasih.
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua hingga pada siang hari ini kita dapat
melaksanakan Sidang Paripurna. Kami atas nama Anggota Panitia Perancang Undang-
Undang akan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dari Panitia Perancang Undang-
Undang selama Masa Sidang I Tahun Sidang 2013 – 2014. Ada dua materi laporan: pertama,
terkait dengan penyusunan Prolegnas DPD RI prioritas tahun 2014 dan kedua terkait dengan
harmonisasi, pembulatan, dan pemantapan konsepsi terhadap usul RUU dari Komite II, yaitu
RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air dan RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan.
Bapak dan Ibu yang kami hormati, pertama, terkait dengan penyusunan program
legislasi nasional DPD RI prioritas tahun 2014, perencanaan pembentukan Undang-Undang
dilakukan dengan instrumen program legislasi nasional yang dilakukan dengan prinsip-
prinsip. Pascaputusan MK Nomor 92/PPUU-10/2012, dipulihkannya kemenangannya DPD,
terutama dalam bidang legislasi harus disertai dengan tanggung jawab dan peningkatan
substansi. Oleh karena itu, Prolegnas sebagai instrumen perencana legislasi harus benar-benar
dipersiapkan dengan baik. Bapak-Ibu sekalian, berdasarkan sidang gabungan tanggal 18
September 2013 telah disepakati Program Legislasi Nasional DPD RI tahun 2014 dengan
membagi tiga prioritas, yaitu:
1. Prioritas A, yang sudah ada naskah akademis dan rancangan Undang-Undang telah
disusun oleh DPD RI, yaitu:
15 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
a. RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air;
b. RUU tentang Perkebunan, yaitu pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2004 tentang Perkebunan;
c. RUU tentang Kelautan; dan
d. RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.
2. Prioritas B, yang sudah ada naskah akademis dan RUU tersebut sedang disusun
oleh DPD RI, yaitu:
a. RUU tentang Otonomi Khusus Bali;
b. RUU tentang Pengelolaan Daerah Perbatasan;
c. RUU tentang Pengadilan Keagrariaan;
d. RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional;
e. RUU tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah;
f. RUU tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
g. RUU tentang Tata Cara Penyusunan dan Pelaporan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
h. Rancangan Undang-Undang tentang DPD; dan
i. Rancangan Undang-Undang tentang Hak Keuangan, Administrasi Pimpinan,
dan Anggota Lembaga Negara.
3. Prioritas C, Rancangan Undang-Undang usulan untuk dibahas tahun 2014. Usul
Rancangan Undang-Undang dari Komite dan Panitia Perancang Undang-Undang
adalah sebagai berikut.
a. Dari usulan Komite I, Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Terpadu
Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur dan RUU
tentang Etika Penyelenggaraan Negara di Daerah.
b. Komite II mengusulkan Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan
Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan.
c. Usulan dari Komite III Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan dan
Pemanfaatan Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi
Budaya Tradisional dan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan
Pasien.
d. Komite IV mengusulkan RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan Rancangan Undang-
Undang tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi di Daerah.
e. PPUU mengusulkan RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Kami telah susun Prolegnas DPD RI tahun 2014 dalam satu naskah yang berisi
argumen-argumen DPD, baik normatif maupun politis terkait dengan RUU yang menjadi
prioritas. Naskah Prolegnas DPD RI prioritas tahun 2014 tersebut telah kami sampaikan
kepada seluruh Anggota DPD melalui surat yang kami sampaikan pada tanggal 30 September
2013. Pada kesempatan kali ini, kami harapkan dapat diambil keputusan atas Prolegnas DPD
RI tahun 2014 tersebut.
16 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Kedua,mengenai harmonisasi pembulatan dan pemantapan konsepsi dua RUU dari
Komite II, yaitu RUU tentang Perkebunan dan RUU tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air telah kami selesaikan dan dapat diambil
putusan terhadap kedua RUU tersebut. Khusus RUU tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, sesuai dengan harmonisasi pembulatan dan
pemantapan konsepsi disepakati menjadi RUU tentang Perkebunan sebagai pengganti
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Hal ini mengacu pada temuan
kami bahwa terjadi perubahan substansi melebihi dari 50% sesuai dengan lampiran 2 Nomor
237 Undang-Undang P3 disebutkan bahwa jika suatu perubahan peraturan perundang-
undangan mengakibatkan:
a. Sistematika peraturan perundang-undangan berubah.
b. Materil peraturan perundang-undangan berubah dari 5 sampai 50% atau esensinya
berubah peraturan perundang-undangan yang dirubah tersebut lebih baik dicabut dan
disusun kembali dalam peraturan perundang-undangan yang baru mengenai masalah
tersebut.
Demikian laporan yang kami sampaikan. Atas perhatian Pimpinan dan Anggota DPD,
kami ucapkan terima kasih.
Wabillahi taufik walhidayah.
Wwassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
PEMBICARA : Drs. H. ZULBAHRI M, M.Pd. (KEPULAUAN RIAU)
Interupsi, Pimpinan.
B-38 sebelum Pimpinan PPUU.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya, kami persilakan.
PEMBICARA : Drs. H. ZULBAHRI M, M.Pd. (KETUA KOMITE IV)
Terima kasih.
Pimpinan dan Anggota yang kami hormati.
Sebagaimana rapat gabungan bersama PPUU dengan alat kelengkapan komite, kami
di Komite IV ada yang perlu diluruskan tentang RUU usul inisiatif untuk dibahas pada tahun
2014. Kita sepakati dua, yaitu yang pertama adalah revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang kedua adalah RUU tentang Pengelolaan
Kekayaan dan Utang Negara, bahkan sampai berapa kali, berapa lama kita ingat Bu Hairiah
kan, tapi ternyata di sini tadi disebutkan pajak daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah itu
sudah selesai tahun 2013 dan sudah finalisasi. Barangkali itu mungkin perlu diluruskan.
Demikian, Ibu Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Kami rasa silakan dijawab.
17 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
PEMBICARA : Hj. HAIRIAH, SH., MH. (WAKIL KETUA PPUU)
Terima kasih, Pak.
Mungkin ini kesalahan dari administrasi dalam hal penulisan begitu yang disepakati
memang yang disampaikan dari Komite IV dan kami mohon langsung dikoreksi pada hari ini
juga.
Terima kasih
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Ibu Hairiah sebagai Pimpinan PPUU.
Tentu setelah kita bersama mendengarkan laporan dari Pimpinan PPUU apakah kita
dapat menyetujui Program Legislasi Nasional DPD RI Tahun 2014?
Selanjutnya persilakan, kami persilakan kepada Komite II untuk menyampaikan
laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.
PEMBICARA : Ir. H. BAMBANG SUSILO, MM. (KETUA KOMITE 2)
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat siang.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Yang saya hormati Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
Yang saya hormati Pimpinan alat kelengkapan DPD RI.
Yang saya banggakan rekan-rekan Anggota DPD RI.
Jajaran sekretariat, teman-teman media dan hadirin sekalian yang saya muliakan.
Puji syukur kehadirat Allah SWT kita pada siang hari ini bisa sama-sama di Sidang
Paripurna ke-5 dalam keadaan sehat wal'afiat. Amin.
Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkan saya sebagai Ketua Komite II untuk
menyampaikan laporan kinerja Komite II pada masa sidang pertama 2013-2014. Yang
pertama, kami mohon kepada Pimpinan Sidang dan rekan-rekan Anggota DPD RI Sidang
Paripurna ke-5 ini untuk mengesahkan rencana Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air. Kedua, tentang Rencana Undang-Undang Perkebunan yang secara
jelas telah disampaikan oleh PPUU di depan tadi. Itu sebagai kado ulang tahun Dirgahayu
Dewan Perwakilan Derah Republik Indonesia. 2 RUU inisiatif yang selama ini perlu dirubah
sesuai dengan Prolegnas 2009-2014. Selain itu pimpinan dan rekan-rekan Anggota DPD RI
Sidang Paripurna ke-5 secara konkrit dan nyata sekali pada tahun 2013 ini masa sidang I ini
Komite II DPD RI telah membantu atau menyelesaikan permasalahan-permasalahan daerah
ini juga sebagai kado ulang tahun Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang ke-9
secara konkrit dan nyata diantaranya pertama adalah Komite II telah berjuang untuk
menggagalkan izin usaha pertambangan di Kalimantan Timur seluas 20 ribu hektar yang akan
dijadikan izin pertambangan batubara tetap menjadi lahan pertanian pangan yang
berkelanjutan. Jadi ini juga merupakan suatu kado yang sangat konkrit terhadap daerah. Yang
kedua, terima kasih kepada Pimpinan Wakil Ketua DPD RI Ibu Hemas atas rekomendasinya
besok pagi juga ada 4 kelompok yang akan menyelesaikan permasalahan masalah edaran
KETOK 2X
18 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
surat Kementerian Kehutanan pertama di Provinsi Kepulauan Riau tepatnya di Kota Batam.
Yang kedua, masalah kehutanan juga yang hubungan dan perkebunan yaitu di wilayah
Provinsi Riau. Yang ketiga adalah reklamasi Teluk Benoa yang di tolak oleh masyarakat Bali
juga ada berhubungannya dengan Kementerian Kehutanan dan yang keempat, teman-teman
besok pagi juga akan terbang ke Maluku akan menyelesaikan permasalahan-permasalah
masyarakat yang menyangkut tentang Kementerian Kehutanan. Saya pikir kalau itu semua
nanti berhasil Insya Allah dalam kado ulang tahun ke-9 Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia ini secara nyata Komite II telah melakukan suatu advokasi-advokasi pengawasan
Undang-Undang tertentu sesuai dengan kemitraannya.
Pimpinan dan seluruh hadirin yang saya banggakan.
Itulah yang perlu saya laporkan di Sidang Paripurna ke 5 Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia ini kami dari Komite II memohon untuk disahkan 2 RUU inisiatif
tersebut saya ulang pertama RUU Nomor 7 tentang Sumber Daya Air dan RUU tentang
perkebunan yang telah dijelaskan secara jelas oleh Pimpinan PPUU. Pada Sidang Paripurna
ke-5 ini saya juga atas nama pimpinan mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik,
atas kekompakan Komite II terhadap tugas-tugas legislasi dan pengawasan serta pandangan
pendapat dan PPUU terutama semakin solid kita, semakin ke belakang, semakin kita mau
berpisah Komite II dan PPUU berhasil tepat waktu untuk menyelesaikan 2 RUU yang telah
disebutkan diatas tadi. Itu saja atas nama pimpinan dan seluruh rekan-rekan Senator Anggota
Komite II mengucapkan Dirgahayu Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Semoga
bisa memperjuangkan kepentingan daerah khususnya di kancah nasional dan daerah demi
kesejahteraan masyarakat di daerah dibawah kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Khairul kalam.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Saya kira apa yang sudah disampaikan oleh Komite II tadi oleh Pak Bambang dan
setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan Komite II apakah kita menyetujui satu
usul inisiatif DPD RI tentang rancangan Undang-Undang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, 2 inisiatif DPD RI tentang Rancangan
Undang-Undang Perkebunan. Setuju?
Selanjutnya kami persilakan kepada Komite III untuk menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugasnya.
PEMBICARA : Dra. Hj. ELVIANA, M.Si. (KETUA KOMITE III)
Bismillahirohmanirohim.
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
KETOK 2X
19 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Om swastiastu.
Yang kami hormati Saudara Pimpinan DPD RI.
Yang saya hormati saudara-saudara Anggota DPD RI dan yang saya hormati
Sekretaris Jenderal beserta staf.
Pada Sidang Paripurna yang mulia ini perkenankan kami menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI selama masa sidang pertama tahun
2013-2014 periode 15 Agustus sampai dengan 30 September 2013 sebagai berikut pertama
Komite III DPD RI telah melaksanakan Sidang Pleno Komite sebanyak 3 kali dalam rangka
pembahasan program dan optimalisasi kegiatan berikutnya Komite III telah melaksanakan
Rapat Dengar Pendapat Umum sebanyak 2 kali pertama dengan Direktur Jenderal pembinaan
penempatan tenaga kerja dalam kesempatan ini Komite III mengundang utusan dari provinsi
yang menjadi daerah paling banyak mengirim tenaga kerja keluar negeri yaitu Kepala Dinas
tenaga kerja Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas tenaga kerja Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Kepala Danis tenaga kerja Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa barat Kepla Dinas tenaga
kerja Kabupaten Cianjur Jawa barat dan Kepala Dinas Kabupaten Belu Provinsi Nusa
Tenggara Timur terkait dengan hasil Kunjungan kerja Komite III DPD RI ke negara Malaysia
Uni Emirat Arab, Singgapura dan Arab Saudi. Kemudian Dengar Pendapat Umum dengan
Rabitha haji dan PT. Garuda Indonesia berkenaan dengan pengawasan atas pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji terkait
persiapan penyelenggaraan haji Tahun 2013.
Berikutnya Komite III sudah membahas RUU inisiatif DPD RI yaitu perubahan atas
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berkenaan
dengan ini Komite III telah melaksanakan telaah sejawat dengan pakar kemudian juga sudah
melaksanakan uji shahih.
Selanjutnya pengawasan terhadap Undang-Undang tertentu Komite III sedang dan
akan melaksanakan pertama pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun
2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji berkenaan dengan persiapan pelaksanaan ibadah
haji tahun 2013 di Arab Saudi dimana kelompok pengawas pra haji sudah berangkat pada
tanggal 12 sampai tanggal 19 September kemarin dimana tercatat temuan dari tim adalah
masalah transportasi darat di Arab Saudi yang masih menjadi otoritas pemerintah Arab Saudi
dimana kondisi kendaraan yang digunakan tidak semuanya dalam kondisi baik. Sedangkan
pengawasan terhadap pasal ibadah haji Tahun 2013 baru akan dilaksanakan, akan
diberangkatkan tanggal 7 sampai dengan tanggal 22 Oktober 2013.
Selanjutnya pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri telah dilakukan
finalisasi pada tanggal 1-2 September 2013.
Kemudian yang terakhir Komite III DPD RI telah melaksanakan pengawasan dan
pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional dan telah dilakukan finalisasi hasil pengawasan Undang-Undang
dimaksud pada tanggal 3 sampai dengan 4 September 2013.
Ibu Pimpinan, Bapak Ibu Anggota DPD RI yang terhormat.
Sidang Dewan yang kami muliakan.
Berdasarkan laporan yang telah kami sampaikan di atas melalui Sidang Paripurna
yang mulia ini Komte III DPD RI meminta kepada Pimpinan dan seluruh anggota Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang terhormat untuk mengesahkan 2 materi yaitu :
1. Hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
2. Hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
sistem jaminan sosial nasional.
20 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Akhirnya perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
pimpinan beserta seluruh Anggota DPD RI dan semua pihak yang telah banyak membantu
terutama Sekretariat Jendral DPD RI dan jajarannya serta media massa yang telah banyak
membantu meliput kegiatan-kegiatan Komite III baik di kantor maupun di lapangan.
Semoga segala upaya yang diberikan yang diberikan tersebut mendapat balasan kebaikan
yang berlipat dari Allah SWT. Amin.
Demikianlah perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI.
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thoriq.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Damai Sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Bu Elviana dari Komte III dan setelah kita bersama mendengarkan
laporan dari Pimpinan Komite III apakah kita dapat menyetujui dari hasil pengawasan DPD
RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Dua, hasil pengawasan DPD RI atas
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Setuju.
Marilah kita lanjutkan dan kami persilakan kepada Komite IV untuk menyampaikan
laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.
PEMBICARA : Drs. H. ZULBAHRI M, M.Pd. (KETUA KOMITE IV)
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam Sejahtera bagi kita semua.
Om swastiastu.
Yang kami hormati Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah.
Ibu Wakil Ketua dan yang kami hormati.
Rekan-rekan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
Mohon maaf rekan-rekan ya ini Pak Fatwa. Saya takut lupa Pak Fatwa jadi saya sebut
rekan-rekan hadirin yang berbahagia terlebih dahulu. Tentunya kita mengucapkan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya pada sore
hari ini kita masih bertahan dalam menghadiri Sidang Paripurna ke-5 dan Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia. Atas nama pimpinan dan segenap Anggota Komite IV Dewan
Perwakilan Daerah kami menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan.
Selanjutnya sesuai dengan jadwal rapat hari ini perkenankan kami menyampaikan
laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD mengenai pertimbangan terhadap Rancangan
Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2014.
Pimpinan, Anggota dan hadirin yang berbahagia.
Sesuai amanat Pasal 22 D Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta Pasal 154 dan
Pasal 224 Undang-Undang 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD sebagai alat
kelengkapan DPD RI yang mempunyai lingkup tugas antara lain APBN Komite IV
KETOK 2X
21 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
membahas dan merumuskan pertimbangan terhadap RUU APBN Tahun Anggaran 2014.
Pertimbangan terhadap RAPBN 2014 merupakan pertimbangan tahap kedua RAPBN 2014,
melanjutkan pertimbangan atas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal
2014 yang telah disampaikan kepada DPR pada Bulan Juli 2013.
Dalam pembahasan RAPBN 2014 Komite IV menyempurnakan hasil pertimbangan
terlebih dulu berdasarkan RAPBN Tahun 2014 dan nota keuangannya yang telah
disampaikan Presiden kepada DPR dan DPD pada tanggal 16 Agustus 2013. Pentahapan
pembahasan dilakukan melalui rapat internal, rapat kerja dan rapat dengar pendapat serta
rapat dengar pendapat umum. Di samping itu dalam pembahasan RAPBN tahun 2014 Komite
IV menggunakan referensi hasil kajian Budget office melalui serangkaian proses pembahasan
yang melibatkan para akademisi, praktisi dan Anggota DPD RI. Kemudian Komite IV
melakukan finalisasi draft pertimbangan atas RUU APBN tahun anggaran 2014 pada tanggal
16 sampai dengan 18 September 2013.
Pimpinan, Anggota dan hadirin Sidang Paripurna yang kami hormati.
Pertimbangan DPD RI terhadap RAPBN 2014 sebagai berikut :
Pertumbuhan ekonomi.
1. DPD RI berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2014
diperkirakan pada kisaran 6% sampai dengan 6,2%. Pertumbuhan ekonomi
tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi konsumsi rumah tangga yang tetap
kuat sejalan dengan pelaksanaan pemilu legislatif, perbaikan iklim investasi dan
peningkatan kegiatan eksport.
2. Dalam kurun waktu 2008-2012 DPD RI mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi di
17 provinsi masih di bawah rata-rata nasional 6% seperti Aceh 0,42%, Papua
2,81%, NTB 3,36%, NTT 5,06%, Kepulauan Bangka Belitung 5,25%, Kalimantan
Barat 5,27%, Lampung 5,83%, Kalimantan Selatan 5,83% dan Sumatera barat
5,93%. DPD RI berpendapat bahwa perlu langkah-langkah percepatan
pembangunan melalui peningkatan alokasi belanja kementrian lembaga terhadap
daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rendah sehingga dapat memacu
kemajuan ekonomi daerah.
Inflasi.
1. Inflasi pada tahun 2013 dan 2014 diperkirakan pada kisaran 5,5 sampai dengan
6,5%. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu terus menjaga stabilitas harga
dan mengurangi potensi kenaikan inflasi sebagai akibat kenaikan harga pangan,
lambatnya pasokan harga bahan bakar minyak di beberapa daerah, kenaikan biaya
transportasi antar daerah dan kenaikan tarif layanan publik lainnya.
2. Pemerintah juga perlu memusatkan perhatian pada inflasi tinggi yang terjadi di
beberapa daerah tersebut yang sebagian besar disebabkan oleh terbatasnya
pasokan bahan pokok, sulitnya akses transportasi dan terbatasnya infrastruktur
dasar seperti jalan dan jembatan serta pembangkit tenaga listrik.
Nilai tukar rupiah terhadap Dollar US.
1. Pada Mei 2013 nilai tukar rupiah melemah 2,23% ke level Rp. 9.400,- perdolar
US atau setara rata-rata melemah 0,95% menjadi Rp. 9.254,- perdollar US
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terus berlanjut karena tingginya permintaan
valuta asing untuk memenuhi kebutuhan impor terutama impor BBM, pembayaran
utang luar negeri, repatriasi pendapatan pihak asing serta tindakan para pelaku
usaha mengamankan portofolio dari gejolak pasar uang sebagai akibat
ketidakjelasan penyelesaian krisis di Eropa.
2. Dengan memperhitungkan perkembangan pasar uang nasional dan global DPD RI
mengusulkan rata-rata nilai tukar pada tahun 2014 berada pada kisaran Rp. 10.450
sampai dengan Rp. 10.650 per dolar Amerika. Dalam upaya menjaga
22 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
keseimbangan pasar valuta asing Bank Indonesia harus terus mengambil langkah-
langkah untuk menjaga kecukupan likuiditas pasar yang didukung dengan
penguatan operasi moneter melalui pengembangan instrumen moneter valuta
asing serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk melakukan mitigasi
dampak negatif dari resiko perburukan ekonomi global.
Tingkat suku bunga SPN 3 bulan.
1. Ketidakpastian yang terjadi di pasar uang dan pasar modal internasional
menyebabkan nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan selama Agustus sampai
September 2013 tekanan itu menyebabkan Bank Indonesia meningkatkan suku
bunga SPN menjadi 7,25% pada September 2013. Kenaikan suku bunga SPN
menyebabkan peralihan dana masyarakat dari simpanan perbankan ke SPN
sehingga mendorong perbankan menaikkan suku bunga.
2. Penyaluran kredit perbankan lebih rendah dibandingkan dengan mobilisasi dana
masyarakat terutama di wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Kalimantan dan
Sulawesi. Kondisi tersebut tidak kondusif bagi pengembangan usaha mikro kecil,
menengah dan koperasi serta bagi percepatan pembangunan daerah. DPD RI
berpendapat bahwa pemerintah perlu fokus pada peningkatan efisiensi perbankan
untuk mengurangi biaya intermediasi dan mendorong pemerataan penyaluran
kredit perbankan antar daerah terutama untuk mendukung pengembangan UMKM
dan percepatan pembangunan daerah.
Dalam kaitan dengan mobilisasi dana perbankan di daerah dan penyaluran kredit.
Pemerintah perlu mengoptimalkan pengelolaan perbankan wilayah regional banking yang
sudah ada dan membangun perbankan wilayah di daerah pemekaran baru serta
memberikan prioritas kepada perbankan untuk beroperasi di wilayah tertentu.
Harga minyak.
Pergerakan harga minyak di pasar internasional cenderung berfluktuasi dan secara
bertahap meningkat. DPD RI berpendapat bahwa penetapan tahun 2014 masih harus tetap
realistis. Pemerintah harus menyiapkan suatu pengamanan untuk memerangi dampak
fluktuasi harga minyak di pasar internasional termasuk menetapkan subsidi dan
membangun sumber energi alternatif non BBM.
Lifting minyak.
1. DPD RI memperkirakan lifting minyak tahun 2014 berada pada kisaran Rp.
900.000 sampai dengan Rp. 930.000 barel per hari. Dalam mencapai lifting
minyak pada tahun 2014 tersebut DPD RI meminta pemerintah agar melakukan
pengobtimalan perolehan dari sumber minyak yang sudah ada dan melakukan
percepatan produksi di sumur-sumur minyak yang baru. DPD RI mencatat bahwa
beberapa kilang minyak telah mulai beroperasi sehingga produksi minyak
diharapkan dapat meningkat lebih tinggi. Penetapan asumsi lifting minyak untuk
tahun 2014 perlu diimbangi dengan penghapusan berbagai hambatan investasi
disektor minyak dengan mempertimbangkan kepentingan nasional dan daerah.
2. Dalam upaya mengurangi jebakan ketergantungan pada migas dan menjamin
ketahanan energi dalam jangka panjang pemerintah perlu merumuskan strategi
dan kebijakan ketahanan energi dalam melaksanakannya secara konsisten sebagai
dasar pengembangan sumber energi alternatif dan terbarukan.
Tingkat kemiskinan.
Dengan memperhatikan pola pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan DPD
RI berpendapat bahwa tingkat kemiskinan harus diturunkan dari 11,96% pada tahun 2012
menjadi 11,56% pada tahun 2013 dan menjadi 11,16% pada tahun 2014 dengan prioritas
daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi pada sektor-sektor yang
mempunyai jumlah penduduk miskin yang tinggi seperti sektor pertanian.
23 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Tingkat pengangguran terbuka.
DPD RI berpendapat daerah tingkat pengangguran terbuka perlu diturunkan dari 6,4%
tahun 2012 menjadi 5,9% pada tahun 2013 dan 5,85% pada tahun 2014. Langkah yang
harus dilakukan pemerintah dalam memperluas lapangan kerja adalah mengembangkan
pusat-pusat pertumbuhan baru diluar wilayah Jawa, Bali untuk menciptakan kesempatan
kerja baru, mendorong perbaikan infrastruktur dan meningkatkan pelayanan perizinan.
Tingkat kesenjangan.
1. DPD RI menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak ada
manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat apabila tingkat kesenjangan pendapatan
juga meningkat. Perkembangan indeks ini sebagal salah satu tolak ukur tingkat
kesenjangan cenderung meningkat dari 0,35 pada tahun 2008 menjadi 0,38 pada
tahun 2010 dan 0,41 pada tahun 2012. Tanpa ada upaya yang terarah sistematis
dan terpadu DPD RI memperkuat indeks ini pada tahun 2013 meningkat menjadi
0,42.
2. Provinsi dengan kesenjangan tertinggi adalah Papua 0,44 Nusa Tenggara Barat
0,44, Papua Barat 0,43 Daerah Istimewa Yogyakarta 0,43, Bali 0,43, Sulawesi
Selatan 0,43, DKI Jakarta 0,42, Jawa Barat 0,41, Gorontalo 0,41, Riau 0,40,
Sumatera Selasa 0,40, Sulawesi Tenggara 0,40 dan Sulawesi Barat 0,40. DPD RI
berpandangan bahwa permasalahan kesenjangan yang tidak teratasi secara tuntas
akan berdampak pada peningkatan kecemburuan dan konflik sosial. Pemerintah
perlu melakukan kebijakan yang terukur nyata dan sistematis untuk mengurangi
kesenjangan pendapatan Oleh sebab itu DPD RI berpendapat bahwa tingkat
kesenjangan harus turunkan menjadi 0,41 dengan prioritas daerah-daerah yang
tingkat kesenjangan tinggi dan perhatian lebih besar pada peningkatan kinerja
daerah yang tertinggal.
Pertimbangan terhadap pendapatan negara tahun 2014.
1. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah harus bekerja keras untuk
mempertahankan dan meningkatan penerimaan perpajakan sehingga tax ratio
secara bertahap akan meningkat sekurang-kurangnya 15% dari PDB. DPD RI
berpendapat bahwa penerimaan perpajakan masih dapat di tingkat dengan
melakukan reformasi perpajakan secara total dan menghapuskan mafia pajak dan
memberantas korupsi di lingkungan aparat perpajakan secara tuntas.
2. DPD RI mencatat bahwa layanan di bidang kepabeanan dan cukai masih belum
optimal terutama di beberapa provinsi yang melayani transaksi ekspor dari impor.
Berbagai langkah pembenahan yang dilakukan pemerintah saat ini masih belum
menunjukkan hasil yang optimal. DPD RI berpendapat bahwa perlu pemerintah
perlu terus memperbaiki layanan bidang kepabeanan dan cukai dengan melakukan
perbaikan sistem layanan dibeberapa provisi dan pengembangan sistem informasi
kepabeanan secara terpadu.
3. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu mengoptimalkan PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak) melalui berbagai langkah seperti
pengoptimalan penerimaan dividen dan pajak, pengoptimalan penerimaan dari
minyak dan gas serta pengoptimalan langkah lain yang mendasar. Sektor
pertambangan dan kehutanan yang terkait dengan pertambangan mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk meningkatkan penerimaan negara secara
substansial baik dari pajak maupun PNBP.
4. DPD RI mencatat bahwa perizinan perjanjian produksi dan pengelolaan
pertambangan dibeberapa daerah masih menghadapi beragam hambatan.
Pemerintah daerah pada umumnya harus menanggung biaya pembangunan dan
pemeliharaan pra sarana pengangkutan hasil tambang. DPD RI berpendapat
24 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
bahwa pemerintah bersama dengan pemerintah daerah perlu mendorong kontrak
kerja yang lebih menguntungkan bagi penambahan PNBP terutama bagi daerah
penghasil dan mendorong perusahaan untuk ikut membangun dan memelihara
prasarana dan sarana angkutan.
5. DPD RI juga mencatat bahwa pengelolaan sumber daya ikan oleh perusahaan
perikanan masih belum memberikan hasil yang optimal bagi pemerintah daerah.
Proses melalui hasil perikanan masih sering dilakukan di tengah laut sehingga
tidak tercatat sebagai penerimaan negara bukan pajak. Hal itu disebabkan oleh
terbatasnya prasarana pendukung pelabuhan, tempat pelelangan ikan dan jaringan
pemasaran di daerah penghasil ikan.
6. DPD RI mencatat bahwa rencana kenaikan tarif dasar listrik akan mendorong
kenaikan harga barang dan jasa dan membawa dampak menurunnya daya beli
rakyat terutama rakyat miskin. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu
melakukan perbaikan layanan penyediaan listrik terutama dalam menjaga pasokan
listrik dan memperluas jaringan deriveseri di daerah-daerah yang selama ini belum
mendapat pelayanan listrik.
Pertimbangan terhadap belanja negara tahun 2014.
1. Belanja negara terus meningkat dari 1.042,1 triliun pada 2010 menjadi 1.726,2
triliun pada APBN 2013 dan 1.816,7 triliun pada tahun 2014. DPD RI mencatat
bahwa presentasi belanja pemerintah pusat cenderung lebih besar daripada dana
transfer daerah. DPD RI berpendapat bahwa distribusi belanja negara belum
sejalan dengan semangat otonomi daerah.
2. Berkaitan dengan alokasi belanja pusat. DPD RI berpendapat bahwa kenaikan
belanja pelayanan umum harus diimbangi dengan reformasi birokrasi secara jelas,
tuntas dan berdampak langsung bagi peningkatan pelayanan publik yang lebih
baik, bermutu, cepat, mudah, adil, efektif bagi kesejahteraan rakyat.
3. DPD RI mengganggap subsidi energi terutama di daerah Jawa tidak adil karena
sebagian besar subsidi baik subsidi BBMl maupun subsidi listrik dinikmati oleh
kelompok penduduk berpendapatan menengah DPD RI berpendapat bahwa
subsidi energi secara bertahap dialihkan menjadi dana transfer daerah untuk
penguatan ketahanan daerah dan percepatan pembangunan infrastruktur daerah
terutama di wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Kalimantan.
4. Pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan pertanian, kelautan dan
perikanan selama ini masih belum optimal karena cenderung sporadis, tidak
sistematis dan tidak efektif dalam memajukan pertanian, kelautan dan perikanan.
5. Pemerintah mengajukan usulan belanja anggaran kementrian, lembaga pada tahun
2014 dengan alokasi anggaran terbesar pada adalah sebagai berikut: Kementerian
Pertahanan 83,43%, Kementrian pendidikan kebudayaan 82,74 triliun Kementrian
pekerjaan umum 74,91 triliun, Kementerian Agama 49,58 triliun, Kepolisian
Republik Indonesia 41,53 triliun, Kementerian Kesehatan 44,86 triliun,
Kementrian Perhubungan 39,15 triliun, Kementerian Keuangan18,71 triliun,
Kementrian Pertanian 15,4 7 triliun, Kementerian ESDM 16, 26 triliun,
Kementrian Dalam Negeri 14,78 triliun. DPD RI berpendapat bahwa pola alokasi
kementrian kami ulangi DPD RI berpendapat bahwa pola alokasi anggaran
kementerian/lembaga tidak menggambarkan prioritas tidak seimbang dan tidak
mencerminkan kebutuhan rakyat dan daerah. Oleh sebab itu terjadi meminta
pemerintah agar melakukan realokasi anggaran kementerian/lembaga untuk
mendukung peningkatan produktivitas dan ketahanan pangan mendukung
ketahanan energi dan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di
wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Kalimantan.
25 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Pertimbangan terhadap kebijakan desentralisasi fiskal tahun 2014.
1. DPD RI mencatat bahwa rasio dana transfer ke daerah terhadap cenderung tidak
tetap bahkan menurun.
2. DPD RI berpendapat bahwa berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam
pengelolaan dana transfer ke daerah masih belum optimal dalam memacu
pertumbuhan ekonomi daerah dan mempercepat pembangunan daerah.
3. DPD RI meminta pemerintah untuk menata kembali pengelolaan dana transfer ke
daerah sehingga mempunyai dampak nyata dan terukur bagi pengurangan
kesenjangan fiskal, peningkatan kualitas pelayanan publik di daerah, peningkatan
produktivitas efisiensi nilai tambah dan daya saing daerah, perluasan penempatan
kerja, pengurangan kemiskinan, peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah
peningkatan efisiensi pemanfaatan sumber alam alam serta pecegahan degradasi
dan penurunan daya dukung lingkungan daerah.
4. DPD RI mencatat bahwa dana alokasi khusus terus berkembang menjadi 19
bidang. Peningkatan jumlah komponen bidang akan menyulitkan pemerintah
daerah dalam memahami kebijakan kriteria dan lingkup kegiatannya. Oleh sebab
itu DPD RI mengusulkan kepada pemerintah agar membuat pengelompokan
cluster 19 bidang DAK tersebut menjadi 5 kelompok bidang yaitu :
1. Pengembangan sumber daya manusia.
2. Pengembangan prasarana.
3. Percepatan pembangunan ekonomi.
4. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
5. Penataan birokrasi dan pelayanan publik.
5. DPD RI mencatat berbagai hambatan dalam pengelolaan dana transfer ke daerah
antara lain :
a. Adanya perubahan peraturan perundang-undangan yang sangat cepat tanpa
diikuti oleh sosialisasi.
b. Terbatasnya pemahaman aparatur terhadap tekhnis penyusunan anggaran
dengan pengalokasian dana.
c. Belum adanya standar pelayanan minimal sebagai acuan dalam dalam
mengalokasikan anggaran belanja daerah.
d. Belum adanya standar analisis belanja sebagai acuan yang digunakan
mengukur tingkat kewajaran belanja dan beban kerja.
e. Belum semua satuan kerja perangkat daerah SKPD menggunakan
anggaran berbasis kinerja sebagai dasar penyusunan anggaran.
f. DAK masih belum mencapai tujuan dan sasaran seperti yang diharapkan
disebabkan lemahnya pengendalian dan evaluasi yang dilakukan
pemerintah.
Pertimbangan terhadap defisit pembiayaan anggaran dan risiko fiskal 2014.
1. Kebijakan pengendalian defisit anggaran dimaksudkan untuk menjaga
kesinambungan fiskal dalam rangka apa dalam jangka menengah sesuai dengan
kerangka fiskal 2010-2014. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu
membangun kerangka pembiayaan jangka menengah memberikan kepastian bagi
pemerintah dalam perencanaan dan penganggaran.
2. Investasi swasta masih terpusat di Jawa terutama di DKI, Jawa Barat, Jawa Timur
Banten dan beberapa provinsi hal itu disebabkan oleh ketimpangan dalam
penyediaan infrastruktur publik sebagai pendukung utama investasi swasta. DPD
RI berpendapat bahwa pemerintah perlu mengembangkan prioritas wilayah
sebagai lokasi investasi swasta dengan membangun infrastruktur dan memberikan
26 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
berbagai insentif fiskal bagi investasi di wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera.
Pertimbangan terhadap kondisi investasi lingkungan.
Investasi swasta masih banyak terpusat di Jawa terutama di DKI, Jabar, Jawa Timur dan
Banten dan beberapa provinsi yang disebabkan oleh ketimpangan dalam penyediaan
infrastruktur publik sebagai pendukung utama investasi swasta. DPD RI berpendapat
bahwa pemerintah perlu mengembangkan prioritas wilayah sebagai lokasi investasi
swasta dengan membangun infrastruktur dan memberikan berbagai insentif fiskal bagi
investasi di wilayah luar Jawa.
Pimpinan dan Anggota hadirin Sidang Paripurna yang kami hormati.
Pada Sidang Paripurna terhormat ini kami menyampaikan materi dengan harapan
untuk dapat diambil keputusan sebagai keputusan DPD RI yaitu keputusan DPD RI tentang
pertimbangan DPD RI terhadap rancangan Undang-Undang tentang anggaran, pendapatan
dan belanja negara tahun anggaran 2014.
Pimpinan, Anggota, hadirin yang kami hormati.
Demikian laporan pelaksanaan tugas Komite IV yang dapat kami sampaikan atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih karena agak terlalu lama mohon maaf karena ini
harus saya bacakan semua bu. Demikian.
WabillahiTaufik-Walhidayah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat sore.
Om santi santi santi om.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih dari Pimpinan Komite IV.
Setelah kita bersama mendengarkan laporan dari Pimpinan Komite IV, apakah kita
dapat menyetujui pertimbangan DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014? Setuju.
Selanjutnya kita akan mendengarkan laporan perkembangan alat kelengkapan yang
tidak diambil putusannya yaitu Kelompok DPD di MPR RI.
PEMBICARA : Dipl.Ing. H. BAMBANG P. SOEROSO (KETUA KELOMPOK DPD
dI MPR RI)
Nanti kalau kita telah bernegara dalam keadaan tenteram kita tentu akan
mengumpulkan kembali MPR yang dapat membuat Undang-Undang Dasar yang lebih
sempurna dan lebih lengkap. Ini adalah penggalan pidato Presiden, Bung Karno ketika beliau
menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara dari hasil BPUPKI.
Kami atas nama pimpinan kelompok ingin juga menyampaikan Dirgahayu DPD RI
semoga DPD tetap jaya dan tetap bisa menjadi the golden brigde daerah dan kebijakan pusat.
Bismilahirrahmannirahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera.
Selamat sore dan;
KETOK 2X
27 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
Om swastiastu.
Yang kami muliakan para negarawan Indonesia.
Ibu pimpinan, teman-teman rekan-rekan sahabat seperjuangan Senator Indonesia, Pak
Sekjen DPD RI dan saudara-saudara kami yang berbahagia.
Ijinkan kami di hadapan bapak dan ibu sekalian Senator Indonesia sebagai pemegang
kedaulatan pada forum ini kami ingin menyampaikan berbagai progress, proses dan
perkembangan terhadap dinamika usul perubahan ke-5 Undang-Undang Dasar 1945 yang
telah bapak rampungkan semenjak 7 tahun yang lalu yang hasilnya sudah kita sepakati
bersama dan kita tahu bahwa apa yang kita perjuangkan ini adalah perjuangan seluruh rakyat
Indonesia dalam kontekstual untuk mengangkat harkat dan martabat sebagai sebuah lembaga
DPD RI, sebagai pejuang aspirasi masyarakat yang ada di daerah.
Bapak dan ibu, rekan-rekan sekalian.
Perjuangan yang telah kita lakukan 7 tahun silam ini hari ini dinamisasinya telah ada
di rumah MPR. Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 maka MPR
sebagai lembaga yang memang mempunyai kewenangan untuk mengubah Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam kerangka itu MPR menanggapi dinamika yang berkembang di seluruh
wilayah di Indonesia ini telah membentuk sebuah tim kajian sistem ketatanegaraan Indonesia
sebagai sebuah alat kelengkapan MPR RI dan adalah merupakan cikal bakalnya Panitia Ad
Hoc nanti yang akan dibentuk pada saatnya untuk menyusun, membentuk rantus atau rantap
terhadap usul-usul perubahan ini.
Bapak dan Ibu sekalian.
Tim kerja kajian yang dibentuk itu telah melaksanakan berbagai sederet kegiatan-
kegiatan yang strategis. Tiga etape yang kita desain untuk melaksanakan terealisasinya
perubahan ini yang pertama adalah pada etape pertama yang sudah kita lakukan tim kajian
telah melakukan penjaringan aspirasi keseluruh daerah ulangi ke seluruh daerah di wilayah
kita melalui seminar dan dialog publiknya untuk mendengar suara rakyat apakah konstitusi
kita Undang-Undang Dasar 1945 diperlukan penataan atau penyempurnaannya ini sudah
terjadi dan hampir semua kecuali ada beberapa yang memang dengan catatan menyatakan
bahwa paska perubahan ke-5 paska perubahan pertama 4 tahap Undang-Undang Dasar 45
masih di tengerai berbagai persoalan yang memang harus diluruskan dan ditata kembali
termasuk adalah tentang eksistensi harkat dan martabatnya DPD sebagai lembaga baru hasil
amandemen tadi. Etape kedua yang sedang kita lakukan sekarang ini teman-teman kita di
MPR sedang melakukan sebuah evaluasi yang komprehensif terhadap semua berbagai
masukkan yang sempat kita tangkap 3 bulan, 4 bulan yang terakhir ini terhadap isu-isu
perubahan termasuk adalah isu-isu perubahan yang sudah digelindingkan oleh bapak dan Ibu
didalam 10 isu strategis tadi untuk menjadi sebuah bahan evaluasi dan saat ini juga sedang
dilakukan dialog-dialog yang intensif dengan berbagai elemen bangsa melalui institusinya
seperti contoh Lemhanas, Pepabri ormas-ormas besar masyarakat kita dan tokoh-tokoh
masyarakat. Nah pada etape ketigalah kita akan memberikan atau menyusun sebuah
rekomendasi kepada pimpinan MPR untuk ditindak lanjuti hasil-hasil kerja yang sudah kita
sepakati bersama.
Bapak, ibu dan rekan-rekan Senator Indonesia yang kami muliakan.
Ada 2 skenario besar dalam kerangka dinamika proses, progress perjalanan ini di
MPR. Yang pertama adalah isu-isu strategis perubahan berdasarkan rekomendasi yang sudah
dibentuk oleh tim kajian tadi akan dinormakan ke dalam pasal-pasal perubahan plus
alasannya. Inilah yang akan menjadi dasar atau modal kita untuk kita bisa mendapatkan
dukungan dan tandatangan para anggota MPR sebagai pengusul. Saya ingin memberikan
informasi ibu, 132 kita sudah lengkap menandatangani usul perubahan ke-5 tadi tinggal kita
membutuhkan 99 tepatnya tandatangan pengusul yang akan kita gerilyakan nanti ketika
rekomendasi hasil tim kajian itu sudah selesai dan kalaulah itu bisa terjadi maka 231
28 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
sekurang-kurangnya anggota MPR telah memenuhi syarat Pasal 37 untuk kita bisa proses
lebih lanjut dalam waktu sekurang-kurangnya 90 hari maka Majelis Permusyaratan Rakyat
harus memanggil anggotanya untuk melaksanakan sidang di dalam pertama agendanya
adalah membentuk Panitia Ad Hoc dan ini menurut informasi yang kami dapatkan dari
pimpinan MPR seyogyanya ini tidak lebih dari pada 9 April 2014. Artinya bahwa kita masih
ada beberapa proses dan mekanisme yang harus kita lakukan sebelum April tadi.
Bapak dan ibu sekalian.
Tadi adalah skenario pertama yang kita harus cermati. Skenario kedua kalaulah kita
tidak dapat memenuhi Pasal 37 nanti maka MPR sebagai perwujudan daripada mandatori
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 akan membentuk sebuah TAP MPR tentang
kesepakatan yang dibuat untuk kita bersama-sama menata sistim ketatanegaraan Indonesia
yang modalnya atau muatannya adalah rekomendasi atau hasil dari pada tim kajian tadi dan
TAP itu akan ditindaklanjuti pada sidang pertama MPR periode 2014-2019 yang akan setelah
beliau melantik kita melantik presiden maka agenda berikutnya adalah membentuk Panitia
Ad Hoc untuk bisa menindaklanjuti hasil rekomendasi yang sudah berupa TAP pada periode
hari ini.
Bapak dan ibu. Bapak/Ibu sudah tercatat sebagai the third founding fathers khususnya
pada periodesasi itu karena the second founding fathers kita adalah pada masa 1999 sampai
2001 yang lalu, the third founding fathers untuk menghadirkan sebuah tatanan ketatanegaraan
untuk Indonesia masa depan adalah bapak dan ibu senator periode sekarang ini. Oleh
karenanya the masterpiece yang akan bapak/ibu hasilkan dan perjuangan terus itu masih
membutuhkan effort energi dan sebagainya. Oleh karenanya ijinkan saya yang dipercaya
menjadi managernya untuk sekali lagi menghimbau kepada kita. Yang pertama, kita akan
terus tetap semangat dan memberikan gagasan-gagasan dan pokok-pokok pikiran para senator
Indonesia yang terbaik pada injury time ini. Yang kedua, kami ingin menghimbau juga
selama tubuh masih berdarah kita pantang untuk menyerah terhadap perjuangan kita ini
karena kita tahu perjuangan ini penuh dan liku penuh dengan keterjalan karena perjuangan ini
menurut pendapat kami adalah kehendak daripada rakyatnya bapak dan Ibu sekalian
khususnya yang ada di daerah dan sekali lagi atas nama pimpinan kelompok DPD kami juga
berdoa keras bapak dan ibu agar semua kita yang akan melanjutkan perjuangan ini ke depan
dapat terpilih kembali dan sekaligus nanti kita pada periode yang akan datang bersama-sama
untuk mengimplementasikan hasil-hasil yang telah bapak/ibu laksanakan hingga hari ini.
Bapak/Ibu telah memulainya dengan baik mudah-mudahan Insya Allah dengan ridho yang
Maha Kuasa kita akan mengakhiri ini dengan kesuksesan dan oleh karenanya maka sekali
layar terkembang surut kita berpantang.
Terima kasih atas segala perhatian bapak dan ibu saya kira ini adalah merupakan
sebuah updating dari pada proses dan progres yang sudah kita laksanakan selama ini dan ini
harus terus ditindaklanjuti dengan penuh, dengan semangat terhadap kesuksesan yang akan
kita hadirkan. Sekali lagi terima kasih atas perhatiannya ibu, terima kasih dan saya sedikit
akan bukan complain bu, ketika isu strategis ini harus diperdengarkan atau disosialisasikan
kepada seluruh kita, saya melihat di sini hanya pejuang-pejuang inilah yang ada dan inilah
saya mengapresiasi sekali masih ada Pak Fatwa disini kami sungguh sangat mengapresiasi
sekali dan ingin menyampaikan penghargaan atas perhatian, kerja keras, dedikasi dan
semangat yang luar biasa untuk kejayaan Indonesia masa depan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua
Sekali lagi dirgahayu
Om santi santi santi om.
Merdeka.
29 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, terima kasih atas penghormatan Pak Bambang.
Saya kira pada sidang sore hari ini supaya kita juga menghemat waktu, tidak
berlebihan tentu sidang yang kami muliakan demikian kita telah melalui seluruh agenda
persidangan hari ini. Sebelum menutup sidang paripurna kali ini ada beberapa hal yang perlu
kami sampaikan terkait dengan hasil Sidang Pleno Panmus pada tanggal 30 September 2013
kemarin. Tentang keanggotaan Panitia Khusus Tata Tertib pembentukan pansus tatib telah
disahkan pada sidang paripurna DPD ke-15 tanggal 8 Juli 2013 dengan komposisi 8 orang
dari BK dan 7 orang dari PPUU. Keanggotaan Pansus Tatib adalah sebagai berikut perlu
kami sampaikan :
1. Bapak Dr. A.M. Fatwa dari DKI.
2. Bapak Jacob Jack Ospara dari BK.
3. Ibu Dra. Hj. Maimanah Umar dari BK.
4. Drs. Aidil Fitri Syah, MM dari BK.
5. Prof. Dr. Farouk Muhammad dari BK.
6. Drs.H. Muhammad Sofwat Hadi dari BK.
7. Ir.H. Abdul Aziz Qahar Muzakkar dari BK.
8. Bapak Mervin Sadikun Komber dari BK.
9. Bapak I Wayan Sudirta, SH dari PPUU.
10. Hj. Hairiah, SH., MH dari PPUU.
11. Ir. Anang Prihantoro dari PPUU.
12. Alirman Sori, SH., M.Hum,.MM dari PPUU.
13. Bapak Djasarmen Purba SH dari PPUU.
14. Ibu Anna Latuconsina dari PPUU.
15. Hj. Nurmawati Dewi Bantilan dari PPUU.
Selanjutnya akan segera dilaksanakan pemilihan pimpinan Pansus Tatib yang
dipimpin oleh salah satu pimpinan DPD. Perlu juga kami sampaikan tentang pergantian
salah seorang pimpinan PHAL yaitu Dr. H. Rahmat Shah yang mengundurkan diri dan
digantikan oleh Bapak Parlindungan Purba SH., MH.
Terkait dengan rencana pelaksanaan seminar dan partisipatoring budgeting dengan
tema perencanaan anggaran negara dan daerah yaitu pada tanggal 21 November 2013.
Pelaksanaan seminar tersebut merupakan salah satu tindaklanjut dari kerja sama DPD RI
dengan pemerintah Jepang yang telah terjalin sejak tahun 2004. Selama kurun waktu 2004-
2012 DPD RI telah mengikuti berbagai program yang didukung pembiayaannya dengan
pemerintah Jepang melalui Japan International Coorporation Agency atau JICA diharapkan
seluruh anggota dapat berperan aktif dalam seminar tersebut.
Juga perlu kami sampaikan pula bahwa Sidang Paripurna ke-6 akan dilaksanakan
pada tanggal 25 Oktober 2013 dengan agenda laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan
dan penutupan masa sidang I tahun 2013-2014 maka kami menghimbau agar setiap anggota
DPD dapat terus menjaga konsistensi dan semangat kerja dalam mengemban tugas dan
amanah konstitusi untuk menghasilkan kerja-kerja politik yang bermanfaat bagi rakyat di
daerah. Akhirnya dengan mengucapkan Alhamdulillah.
PEMBICARA :Ir. SARAH LERY MBOEIK (NTT)
Interupsi bu.
30 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya kami persilakan, B-76. Oke, silakan bu.
PEMBICARA :Ir. SARAH LERY MBOEIK (NTT)
Terima kasih pimpinan.
Saya langsung saja berhubung sudah sore. Pada 4 hari yang lalu saya menerima surat
keputusan dari pimpinan nol satu pimpinan 2013-2014 yang isinya salah satu tentang
penetapan anggota PURT dari Provinsi NTT, saya hanya ingin menanyakan apa dasar
alasannya sehingga penetapan itu terjadi yang saya tahu ketika paripurna menyerahkan ke
Panmus dan diselesaikan di Panmus. Sampai sekarang saya tidak pernah dipanggil dan
langsung mendengar putusan dari ketiga pimpinan memutuskan anggota PURT adalah
saudara A dan B. Untuk itu saya ingin dapat klarifikasi pada kesempatan ini.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, terima kasih Ibu Lery. Pada saat itu karena Ibu Lery sudah memberikan surat
kepada Panmus dan tentu dibahas di Panmus dan diputuskan di Panmus tapi dasarnya
sebelum diputuskan adalah sebetulnya kami mengharapkan Komite I yang membawahi
Komite I dan juga 3 Pak Laode bisa memanggil Ibu Lery jadi kebetulan rapat Panmus
kemarin saya tidak bisa hadir dan keputusan tentu sudah disepakati oleh anggota Panmus.
Jadi saya kira itu adalah kesepakatan bersama karena kita melihat bahwa kondisi kepengisian
anggota pada alat kelengkapan akan segera bekerja dalam periode yang akan kita lakukan ini.
PEMBICARA :Ir. SARAH LERY MBOEIK (NTT)
Saya ingin klarifikasi kalau mekanisme itu yang diambil saya anggap ini melanggar
Tatib. Yang pertama adalah kalau kita baca Tatib Pasal 33 itu setiap orang dalam setiap tahun
itu berhak untuk bisa berputar dari satu alat kelangkapan ke alat kelangkapan yang lain. Pasal
ini menjamin saya juga punya hak untuk bisa mendapatkan posisi yang sama di alat
kelengkapan yang berbeda yang saya inginkan. Ketika terjadi konflik atau sengketa di tingkat
propinsi diserahkan ke Panmus yang adil harusnya kita berdua dipanggil dan saya tidak
mendapatkan keadilan seperti itu. Untuk itu saya ingin sekali pada saat ini keputusan itu
dicabut.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : GKR. HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)
Ya jadi begini Ibu Lery tadi barusan kami dapat informasi bahwa kemarin pada
keputusan itu masih ditunda karena Pak Laode belum bisa menyelesaikan persoalan untuk
apa namanya mempertemukan. Jadi saya kira kemarin keputusan Panmus kalau tidak salah
yang hadir di Panmus kemarin masih ditunda ya Ibu Lery. Nanti kita akan pertemukan Ibu
Lery. Saya kira cukup Ibu Lery dan tentu bapak dan ibu sekalian saya berterima kasih kepada
seluruh anggota DPD RI, para senator yang sangat luar biasa hadir sampai selesainya sidang
dan sekali lagi saya juga mengimbau kepada anggota DPD yang tidak hadir atau yang
setengah hari, saya kira ini tanggung jawab kita sebagai anggota dewan yang sudah dipilih
oleh rakyat. Tentu sangat disayangkan sekali tetapi saya juga mau memohonkan izin karena
Pak Irman Gusman harus ke Departemen Keuangan sedangkan Pak Laode Ida tadi pamit
31 RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-5 DPD RI MS I TS 2013-2014, SELASA 1 OKTOBER 2013
karena ada keluarga yang meninggal. Jadi kami memimpin seorang diri tetapi tentu
menjadikan sesuatu yang harus kita pahami bersama, kita lihat bahwa tadi hadir cukup
banyak dari daerah dan tentu dari 132 masih banyak walaupun sudah kuorum 68 tapi dalam
perjalanan saya kira masih banyak provinsi-provinsi atau perwakilan dari provinsi tidak hadir
yang pada pembukaan sidang tadi. Saya kira tanggung jawab kita bersama untuk tetap
konsisten sampai akhir jabatan kita di 2014.
Saya kira sekali lagi akhirnya dengan mengucapkan Alhamdulillah, Sidang Paripurna
ke-5 kami tutup.
Wabillahi taufik walhidayah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Om santi santi om.
SIDANG DITUTUP PUKUL 14.05 WIB
KETOK 3X