Nj kapita selekta pb
-
Upload
lingkar-association-perkumpulan-lingkar -
Category
Documents
-
view
17 -
download
1
Transcript of Nj kapita selekta pb
Setiap orang berkewajiban
melakukan kegiatan penanggulangan
bencana
2013
Faktor Pendukung• Geografis• Geologi
• Hidrometeorologi• Demografi
• Lingkungan Hidup (termasuk Tata Lahan)
catatanTERMINOLOGI
Bencana
Suatu gangguan yang serius terhadap keberfungsian sebuah komunitas atau sebuah masyarakat yang berwujud kehilangan/kerusakan/kerugian nyawa manusia, materi, ekonomi, ataupun lingkungan yang luas dan besar, yang melebihi kemampuan komunitas atau masyarakat tersebut untuk menghadapinya dengan menggunakan sumberdaya-sumberdayanya sendiri.
Risiko Bencana• Kerugian-kerugian yang mungkin timbul,
dalam bentuk hilangnya nyawa, status kesehatan, penghidupan, aset, dan pelayanan, yang dapat timbul pada sebuah komunitas atau sebuah masyarakat tertentu pada suatu periode waktu masa depan yang khusus.
Bahaya (Ancaman)• Suatu fenomena, substansi, kegiatan
manusia, atau kondisi yang berbahaya yang mungkin mengakibatkan hilangnya nyawa, luka-luka, ataupun dampak-dampak kesehatan lainnya, kerusakan harta-benda, hilangnya penghidupan dan pelayanan, gangguan sosial dan ekonomis, ataupun kerusakan lingkungan.
Kerentanan• Ciri-ciri dan keadaan-keadaan sebuah
komunitas, sistem, atau aset yang membuatnya dapat diduga akan terkena efek-efek kerusakan akibat terkena sebuah bahaya.
• Kerentanan Fisik – Secara fisik, bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya.
• Kerentanan Ekonomi – Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana.
• Kerentanan Sosial – Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.
• Kerentanan Lingkungan – Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya. Dalam sub bab ini agar dijelaskan tentang potensi kerentanan wilayah yang di perkirakan dapat meningkatkan risiko terjadinya bencana.
KapasitasKombinasi dari seluruh kekuatan, atribut/perlengkapan, dan sumber daya yang tersedia di dalam sebuah komunitas, masyarakat, atau organisasi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati.
UU Nomor 24 Tahun 2007 Penanggulangan
Bencana
• Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancarn dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikoiogis. (Pasal 1 ayat [1])
• Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. (Pasal 1 ayat [17])
• Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. (Pasal 1 ayat [13])
Klasifikasi Bencana - UU 24/2007 Penanggulangan Bencana
Definisi Contoh
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam. (Pasal 1 ayat [2])
Gempa bumi Tsunami Gunung meletus Banjir Kekeringan Angin topan Tanah longsor
1. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam. (Pasal 1 ayat [3])
Gagal teknologi Gagal modernisasi Epidemi Wabah penyakit
1. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia. (Pasal 1 ayat [4])
Konflik sosial antarkelompok/antarkomunitas masyarakat
Teror
Klasifikasi Bahaya - UNISDR 2004
Kategori Sifat Contoh/Jenis Mendadak Lambat
BahayaNatural/Alamiah
Hidro-Meteorologis
Banjir Air, Banjir Lumpur, & Banjir Bandang
Siklon Tropis, Angin Topan, Badai Angin & Hujan, Badai Salju, Badai Pasir/Debu, Kilat/Petir/Halilintar
Kekeringan, Desertifikasi, Kebakaran Hutan, Suhu Udara Ekstrem
Permafros, Salju Longsor
Geologis Gempa Bumi (Tektonis & Vulkanis)
Tsunami
Aktivitas & Emisi Vulkanis/Gunung Api
Gerakan-Gerakan Massa, Tanah Longsor, Batu Longsor, Pencairan Es (Likuifaksi), Dasar Lautan Longsor
Permukaan Daratan Ambruk, Aktivitas Penyimpangan Geologis
Biologis Penjangkitan Wabah Penyakit Menular (Epidemi), Penularan Penyakit dari Hewan dan Tanaman
Serangan Virus Ganas
Kategori Sifat Contoh/Jenis Mendadak Lambat
BahayaAkibatUlahManusia
Teknologis/Antropogenis
Pencemaran Industrial
Kebocoran Reaktor Nuklir/Pelepasan Bahan Radioaktif ke Alam Bebas
Kerusakan Dam/Waduk
Kecelakaan Transportasi, Industri, atau Teknologi (Kebakaran, Ledakan, dll.)
Environmental/DegradasiLingkungan
Degradasi (Penurunan Mutu), Deforestasi (Penggundulan Hutan), & Desertifikasi Tanah (Penggurunan)
Kebakaran Hutan
Kepunahan Keanekaragaman Hayati
Pencemaran/Polusi Air, Tanah, & Udara
Pemanasan Global/Perubahan Iklim
Peningkatan Tinggi Permukaan Air Laut
Pengikisan Ozon
Sosial(Ekonomis,Kultural,Politis, dll.)
Konflik Komunal, Antar-Suku, dll.
Kerusuhan/Kekacauan Massal
Perang (Bersenjata)
Serangan Teroris
Rumus Risiko Bencana
Disaster Risk (R)
=
Hazard (H) X Vulnerability (V)
Capacity (C)
Risiko Bencana =
Ancaman X Kerentanan
Kapasitas
Kejadian Bencana
Akses yang terbatas terhadap:· Struktur-struktur
tenaga listrik· Sumber dayaIdeologiSistem EkonomiFaktor-faktor pra-kondisi umum
Kurangnya:· institusi lokal· pendidikan· pelatihan· ketrampilan yang
memadai· investasi lokal· pasar lokal· kebebasan persKekuatan makro:· ekspansi
penduduk· urbanisasi· degradasi
lingkungan
Penyebab yang mendasari
Tekanan Dinamis
Lingkungan fisik yang rentan:· lokasi yang
berbahaya· infrastruktur dan
bangunan yang berbahaya
Ekonomi lokal yang rentan· kehidupan yang
beresiko· tingkat
pendapatan yang rendah
Tindakan umum
Kondisi tidak aman
RANGKAIAN KERENTANAN
KERENTANAN
BAHAYA+
=
BENCANA
BAHAYA
Kejadian-kejadian pemicu· Gempa bumi· Angin kencang· Letusan gunung· Tanah longsor· Kekeringan· Banjir· Perang, konflik
sipil· Kecelakaan
teknologi
Bagaimana kondisi kebencanaan di tempat
anda?
Di manakah posisi kita?
Apakah sikap dantindakan kita?
Pengelolaan Risiko Bencana (UNISDR 2009)
• Penanggulangan Risiko Bencana – Proses sistematis dalam mendayagunakan arahan-arahan/instruksi/petunjuk administratif, organisasi-organisasi, dan keahlian-keahlian serta kapasitas-kapasitas operasional untuk mengimplementasikan strategi-strategi, kebijakan-kebijakan, dan kapasitas-kapasitas terus meningkat dalam rangka mengurangi/memperkecil dampak-dampak yang merugikan yang ditimbulkan oleh bahaya-bahaya maupun kemungkinan kejadian bencana.
Penanggulangan Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. [Bab I, Pasal 1, ayat (5)]
Tanggap Darurat (Emergency
Response)
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
Bantuan Darurat (Relief)Upaya memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat (pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi, & air bersih)
Rehabilitasi (Rehabilitation)Upaya yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.
Rekonstruksi (Reconstruction)Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Pemulihan (Recovery)Proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll).
Pencegahan (Prevention)Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mungkin dengan meniadakan bahaya.
Mitigasi (Mitigation)Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.
Kesiapsiagaan (Preparedness)Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Peringatan Dini (Early Warning)Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan (coherent), resmi (official).
Pengurangan Risiko Bencana
Disaster Risk Reduction
Lama Baru
Reaktif & adhoc Preventif & permanen
Parsial Holistik
Managemen Krisis Managemen Risiko
Tanggap Darurat Pengurangan Risiko Bencana
Development Cost /Kerugian Pembangunan
Development Investment/Investasi Pembangunan
Urusan pemerintah Urusan bersama (multi pihak)
Ancaman Tunggal Ancaman Majemuk
Perubahan paradigma
penanggulangan bencana di
Indonesia
Internasional18-22 Januari 2005 diadakan sebuah Konferensi sedunia di Kobe, Hyogo, Jepang yang kemudian menyepakati sebuah kerangka kerja aksi untuk pengurangan risiko bencana dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ yang merekomendasikan 5 prioritas tindakan.
Kerangka Hyogo Framework for Action (2005-2015)
Prioritas Aksi 1Memastikan bahwa peredaman risiko bencana merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk
pelaksanaannya
Prioritas Aksi 2Mengidentifikasi, menjajagi dan memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini
Prioritas Aksi 3Menggunakan pengetahuan, inovasi, dan
pendidikan untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan pada semua tingkatan.
Prioritas Aksi 4Meredam faktor-faktor risiko yang mendasari
Prioritas Aksi 5Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi
respon yang efektif di semua tingkat.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana
Pasal 5Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalamsituasi tidak terjadi bencana meliputi:a. perencanaan penanggulangan bencanab. pengurangan risiko bencanac. pencegahan
Komponen siklus penanggulangan
bencana
• Pra Bencana (pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan)
• Saat Bencana (tanggap darurat, pemulihan awal)• Pasca Bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi)
Fase-fase dalam Penanggulangan
Bencana
Bantuan
Rehabilitasi
Rekonstruksi
Mitigasi
Kesiapsiagaan
Peringatan Dini
Bencana
Komponen Pengurangan Risiko Bencana
1. Peredaman ancaman2. Pengurangan kerentanan3. Peningkatan kapasitas4. Pengalihan risiko
Pendidikan dan Pelatihan
1. Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan perlindungan bagi seluruh bangsa dan tanah air Indonesia.Pasal 31: Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2. UU RI Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 26 ayat b. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Di mana bidang pendidikan dapat mengambil peran?
Pengurangan Risiko Bencana
Konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan, dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kejadian yang merugikan.
Tujuan Pengurangan Risiko
Bencana• Mempromosikan pengetahuan dan perubahan
perilaku dalam risiko bencana• Menguatkan informasi dan diseminasi risiko
bencana dan aksi pengamanan• Meningkatkan kapasitas komunitas risiko tinggi
dan komunitas rentan• Memperkuat kemitraan dan kerjasama dalam
kebijakan dan strategi pengurangan risiko bencana
Apa manfaat Pengurangan Risiko
Bencana bagi sektor pendidikan?
• Mengurangi korban manusia dan kerugian • Perlindungan aset-aset sekolah• Pemenuhan hak-hak anak (pendidikan,
keamanan, keselamatan)• Menjamin keselamatan warga sekolah (siswa,
tenaga kependidikan guru dan tenaga kependidikan non guru)
KelembagaanPenanggulangan Bencana
Dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008
• Merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara efektif dan efisien
• Mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh di tingkat nasional.
Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah• Merumuskan dan menetapkan kebijakan
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara efektif dan efisien
• Mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh di tingkat daerah.
• Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)Memantau perkembangan kegempaan di Indonesia
• Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK)Memantau aktivitas dan melaporkan status kondisi kegunungapian di Indonesia
• Dinas Pemadam Kebakaran di wilayah kota Yogyakarta
• SAR daerah atau kabupaten• PMI daerah atau kabupaten
Forum PRB • Wadah yang menyatukan organisasi pemangku
kepentingan (multi stakeholders) • Mendukung upaya-upaya PRB di wilayah• Menyediakan mekanisme koordinasi untuk
meningkatkan kolaborasi & koordinasi berbagai pemangku kepentingan
Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana
• Ruang-lingkup isi RAD-PRB adalah fase-fase pra-bencana (menurut UU 24/2007), yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan peringatan dini, yang dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kerangka kerja pengurangan risiko bencana internasional (5 Prioritas Aksi dalam Kerangka Kerja Aksi Hyogo untuk Pengurangan Risiko Bencana 2005—2015 [HFA])
• pilihan tindakan/prioritas” yang dihasilkan oleh/terdapat di dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)
• dengan mengacu dan mendukung pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Building Back Better
1. Pemerintah, donor dan lembaga-lembaga bantuan harus mengakui bahwa keluarga dan masyarakatlah yang mengarahkan pemulihan diri mereka sendiri.
2. Pemulihan harus mendorong keadilan dan kesetaraan. 3. Pemerintah harus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana-bencana di
masa depan.4. Pemerintah daerah harus diberdayakan agar mampu mengelola upaya
pemulihan, dan donor harus memberikan sumber daya yang lebih besar untuk penguatan lembaga-lembaga pemerintah yang menangani pemulihan, terutama di tingkat lokal.
5. Perencanaan pemulihan yang baik dan koordinasi yang efektif tergantung pada informasi yang baik.
6. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bank Dunia dan badan-badan multilateral lainnya harus memperjelas peranan dan hubungan antar mereka, terutama dalam menangani proses pemulihan yang sangat awal.
7. Peran LSM dan Gerakan Palang Merah/Bulan Sabit Merah harus diperluas untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar demi meningkatkan kualitas upaya pemulihan.
8. Pemerintah dan lembaga-lembaga bantuan harus menciptakan kondisi yang mendorong pengembangan kewirausahaan mulai dari awal operasi pemulihan.
9. Para penerima manfaat berhak atas hubungan kerjasama antar lembaga bantuan yang tidak diwarnai dengan permusuhan dan persaingan yang tidak sehat.
10. Pemulihan yang baik harus membuat masyarakat menjadi lebih aman dengan mengurangi risiko dan membangun ketangguhan.
Prinsip-prinsip pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar
• Cepat dan Tepat.• Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dilaksanakan secara cepat dan
tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
• Prioritas.• pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar harus diutamakan kepada
kelompok rentan.
• Koordinasi dan Keterpaduan.• Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar didasarkan pada koordinasi
yang baik dan saling mendukung. Keterpaduan adalah bahwa pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dilaksanakan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerjasama yang baik dan saling mendukung.
• Berdaya Guna dan Berhasil Guna.• Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Berhasil guna adalah bahwa pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan korban bencana dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
• Transparansi dan Akuntabilitas.• Transparansi adalah bahwa pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas adalah bahwa pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etika dan hukum.
• Kemitraan.• pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar harus melibatkan berbagai
pihak secara seimbang.
• Pemberdayaan.• Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan dengan melibatkan
korban bencana secara aktif.
• Non Diskriminatif.• Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar tidak memberikan perlakuan
yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apapun.
• Non Proseliti.• pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dilarang menyebarkan agama
atau keyakinan.
Kelompok Rentanbayi
anak usia dibawah lima tahunanak-anak
ibu hamil atau menyusuipenyandang cacat
Orang sakitorang lanjut usia
Trimakasih