nilai waktu perjalanan

download nilai waktu perjalanan

of 24

description

time value

Transcript of nilai waktu perjalanan

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Pemilihan Waktu Pergerakan

    II.1.1 Umum

    Dewasa ini jaringan jalan di kota besar di Indonesia mengalami permasalahan

    transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh

    tingginya tingkat urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, kepemilikan kendaraan, serta

    berbaurnya peranan fungsi jalan arteri, kolektor, dan lokal sehingga jaringan jalan

    tidak dapat berfungsi secara efisien.

    Pada sistem transportasi tersebut dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan

    dapat terjadi pada beberapa tingkat. Yang paling sederhana keseimbangan pada

    sistem jaringan jalan; setiap pelaku perjalanan ketika sudah menemukan rute

    perjalanan terbaik akan berusaha mencari waktu pergerakan terbaik masing-masing

    yang dapat meminimumkan biaya perjalanannya (misalnya waktu), setiap pelaku

    perjalanan ingin mendapatkan waktu tempuh keandalan yang konsisten yang mereka

    ukur sendiri dari beberapa hari percobaan sehingga mereka bisa mendapatkan waktu

    tempuh yang sama hari ini, besok, dan seterusnya. Hasilnya, mereka akan mencoba

    mencari beberapa waktu pergerakan yang akhirnya berakhir pada suatu pola

    pergerakan yang stabil.

    Proses pengalokasian pergerakan tersebut menghasilkan suatu pola pergerakan

    yang arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam keadaan seimbang jika setiap

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 9

    pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute dan waktu pergerakan yang lebih

    baik untuk mencapai zona tujuannya karena mereka telah melakukan pergerakan

    terbaik yang telah tersedia. Kondisi ini disebut kondisi keseimbangan jaringan jalan.

    II.I.2 Waktu Pergerakan

    Ada beberapa konsep dasar yang melatarbelakangi keterkaitan dalam

    pembentukan sistem jaringan. Konsep tersebut dibagi dalam dua bagian, yakni :

    1. Konsep pergerakan tidak-spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota,

    misalnya yang menyangkut pertanyaan mengapa orang melakukan

    perjalanan, kapan orang melakukan perjalanan, dan jenis angkutan yang

    digunakan.

    2. Konsep pergerakan spasial (dengan batas ruang) di dalam kota, termasuk

    pola tata guna lahan, pola perjalanan orang, dan pola perjalanan angkutan

    barang.

    Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang

    melakukan aktivitasnya sehari-harinya. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat

    tergantung pada maksud perjalanan. Perjalanan dengan maksud sekolah ataupun

    pendidikan cukup banyak jumlahnya dibandingkan dengan tujuan lainnya sehingga

    pola perjalanan sekolah ini pun turut mewarnai pola waktu puncak perjalanan. Dalam

    perjalanan ini dijumpai 2 puncak perjalanan dengan maksud sekolah (menuju

    Universitas Sumatera Utara), yaitu pada pagi hari jam 07.00-09.00, di siang hari jam

    12.00-14.00.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 10

    Tabel 2.1 Klasifikasi pergerakan orang di perkotaan berdasarkan maksud pergerakan.

    Aktivitas Klasifikasi Perjalanan Keterangan

    I. Ekonomi

    Mencari Nafkah Mendapatkan

    barang dan pelayanan

    1. Ke dan dari tempat kerja

    2. Yang berkaitan dengan bekerja

    3. Ke dan dari toko dan keluar untuk keperluan pribadi

    Yang berkaitan dengan belanja atau bisnis pribadi

    Jumlah orang yang bekerja tidak tinggi, sekitar 40%-50% penduduk. Perjalanan yang berkaitan dengan pekerja termasuk:

    a. Pulang ke rumah b. Mengangkut barang c. Ke dan dari rapat

    Pelayanan hiburan dan rekreasi diklasifikasikan secara terpisah, tetapi pelayanan medis, hukum, dan kesejahteraan termasuk disini.

    II. Sosial

    Menciptakan, menjaga hubungan pribadi

    1. Ke dan dari rumah teman

    2. Ke dan dari tempat pertemuan bukan di rumah

    Kebanyakan fasilitas terdapat dalam lingkungan keluarga dan tidak menghasilkan banyak perjalanan. Butir 2 juga terkombinasi dengan perjalanan dengan maksud hiburan.

    III. Pendidikan 1. Ke dan dari sekolah, kampus dan lain-lain

    Hal ini terjadi pada sebagian besar penduduk yang berusia 5-22 tahun. Di negara sedang berkembang jumlahnya sekitar 85% penduduk.

    IV. Rekreasi dan Hiburan

    1. Ke dan dari tempat rekreasi

    2. Yang berkaitan dengan perjalanan dan berkendaraan untuk rekreasi

    Mengunjungi restoran, kunjungan sosial, termasuk perjalanan pada hari libur.

    V. Kebudayaan 1. ke dan dari tempat Ibadah

    2. Perjalanan bukan hiburan ke dan dari daerah budaya serta pertemuan politik

    Perjalanan kebudayaan dan hiburan sangat sulit dibedakan.

    ( sumber : Ofyar. Z. Tamin, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, 2000 )

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 11

    Di lain hal waktu tempuh dan jarak sesungguhnya dalam kejadian sehari-hari

    di lapangan sering dijumpai tidak selalu sebanding, ini disebabkan oleh adanya jarak

    yang panjang, waktu tempuhnya cepat, tetapi ada pula jarak yang pendek justru

    sebaliknya(waktu tempuhnya lama). Penyebabnya barangkali terletak pada kondisi

    ruas jalan atau rute yang dilewati seperti, ruas jalannya padat atau macet, atau ruas

    jalannya jelek (permukaannya berlubang-lubang, jalan tanah, kerikil, dan lain-lain).

    II.1.3 Faktor Penentu Pemilihan Rute

    Seperti pemilihan moda, pemilihan rute juga dipengaruhi oleh beberapa

    alternatif seperti terpendek, tercepat, termurah, dan juga di asumsikan bahwa

    pengguna jalan mempunyai informasi yang cukup (tentang kemacetan jalan)

    sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik.

    Untuk angkutan umum, rute telah di tentukan berdasarkan moda transportasi

    (misal, bus dan kereta api mempunyai rute yang tetap). Dalam kasus ini pemilihan

    moda dan rute dilakukan bersama - sama. Untuk kenderaan pribadi, di asumsikan

    bahwa orang memilih moda dulu baru rutenya.

    Ada beberapa faktor penentu utama pemilihan rute yaitu :

    1. Waktu tempuh

    Waktu tempuh adalah waktu total perjalanan yang perlukan,termasuk berhenti

    dan tundaan, dari satu tepat ke tempat lain melalui rute tertentu.Waktu tempuh

    dapat diamati cara metode pengamat bergerak, yaitu pengamat mengemudikan

    kenderaan survei di dalam arus lalulintas dan mencatat waktu tempuhnya.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 12

    2. Nilai waktu

    Nilai waktu adalah sejumlah uang yang disediakan seseorang untuk

    dikeluarkan (atau dihemat) untuk menghemat satu unit perjalanan. Nilai waktu

    biasanya sebanding dengan pendapatan perkapita, merupakan perbandingan

    yang tetap dengan tingkat pendapatan. Ini didasari bahwa waktu perjalanan

    tetap konstan sepanjang waktu, relatif terhadap pengeluaran konsumen. Ini

    merupakan asumsi yang agak berani karena sedikit atau tidak adanya data

    empirik yang menyokongnya.

    3. Biaya perjalanan

    Biaya perjalanan dapat dinyatakan dalam bentuk uang, waktu tempuh, jarak

    atau gabungan ketiganya yang biasa disebut biaya gabungan. Dalam hal ini

    diasumsilan bahwa total biaya perjalanan sepanjang rute tertentu adalah jumlah

    dari biaya setiap ruas jalan yang di lalui.

    4. Biaya operasi kenderaan

    Biaya operasi kenderaan merupakan biaya yang penting. Perbaikan atau

    peningkatan mutu perasarana dan sarana transportasi kebanyakan bertjuan

    mengurangi biaya ini. Biaya operasi kenderaan antara lain meliputi

    penggunaan bahan bakar, pelumas, biaya penggantian (misalnya ban), biaya

    perawatan dan upah atau gaji supir.

    II.2 Studi Waktu Perjalanan dan Tundaan

    II.2.1 Waktu Perjalanan

    Waktu perjalanan (Travel Time) didefinisikan sebagai total/keseluruhan waktu

    yang dibutuhkan oleh suatu moda/kendaraan untuk menempuh suatu rute perjalanan

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 13

    dari daerah asal menuju daerah tujuan. Untuk mengetahui waktu yang diperlukan

    untuk perjalanan ini maka dibutuhkan perhitungan nilai waktu perjalanan, dimana

    perhitungan ini menghasilkan data berupa waktu yang dibutuhkan untuk menjalani

    suatu ruas jalan dari daerah asal menuju tujuan, kecepatan kendaraan dan juga

    tundaan.

    II.2.2 Kecepatan

    Kecepatan (speed) adalah jarak yang dapat ditempuh suatu kenderaan pada

    suatu ruas jalan per satuan waktu. Satuan yang umum di gunakan di Indonesia adalah

    kilometer/jam.

    II.2.3 Tundaan

    Tundaan (delay) adalah waktu yang hilang akibat gangguan terhadap arus lalu-

    lintas atau pengaturan sistem arus lalu lintas.

    Jenis-jenis tundaan sebagai berikut :

    a. Operational Delay (akibat friction)

    Ada dua jenis, yaitu:

    Side Friction adalah tundaan yang diakibatkan oleh gangguan diantara

    komponen-komponen lalu-lintas di luar arus itu sendiri, misalnya : kendaraan

    yang parkir di badan jalan, adanya pejalan kaki yang mengganggu arus lalu

    lintas.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 14

    Internal Friction adalah tundaan yang diakibatkan oleh gangguan dalam arus

    itu sendiri, misalnya terdapatnya volume lau lintas yang tinggi, kapasitas ruas

    jalan yang terbatas dan lain-lainya.

    b. Fixed Delay

    Pada bagian ini terdapat tundaan yang disebabkan oleh adanya pengaturan alat

    lalulintas seperti : Traffic Light dan rambu stop pada perlintasan Kereta api.

    II.3 Karakteristik Arus Pada Ruas Jalan

    1. Volume (Q)

    Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang/potongan

    jalan dalam priode tertentu atau jumlah kendaraan persatuan waktu. Volume

    dapat dinyatakan dalam kendaraan /jam, kend/menit dan lain-lain.

    Perbedaan antara volume dan besar arus yaitu, volume adalah jumlah

    kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan

    tertentu per satuan waktu tertentu, sedangkan besar arus mewakili jumlah

    kendaraan yang melewati suatu titik selama interval waktu kurang dari satu

    jam tetapi dinyatakan dalam jam.

    2. Kecepatan (V)

    Kecepatan adalah laju perjalanan dalam jarak per satuan waktu. Satuan yang

    digunakan adalah kilometer/jam, mil/jam, meter/detik. Kecepatan terdiri dari

    kecepatan bergerak, kecepatan perjalanan dan kecepatan setempat.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 15

    3. Kerapatan/kepadatan (D)

    Kerapatan/kepadatan adalah perbandingan antara jumlah kendaraan yang ada

    pada suatu potongan jalan dengan panjang jalannya. Satuannya dalam

    kendaraan/kilometer. Penilaian kondisi suatu ruas jalan dengan menggunakan

    ketiga parameter di atas dapat memberikan hubungan antara masing-masing

    parameter, yaitu antara kecepatan dengan kepadatan, kecepatan dengan volume

    dan volume dengan kepadatan.

    II.4 Hubungan antara Volume, Kecepatan dan Kerapatan.

    Hubungan dasar antara ke tiga parameter arus lalu lintas dinyatakan dalam

    volume, kecepatan dan kepadatan dapat digambarkan secara grafis seperti yang

    terlihat pada gambar berikut ini.

    Gambar 2.1. Hubungan antara kecepatan dengan kepadatan

    Pada kondisi kurva di atas menggambarkan bahwa pada kondisijam sibuk nilai

    kecepatan mengalami penurunan sedangkan nilai kepadatan akan semakin

    bertambah.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 16

    Gambar 2.2. Hubungan antara Arus dengan Kepadatan

    Bertambahnya arus lalu lintas berakibat kecepatan rata-rata ruang akan

    berkurang sampai kerapatan/kepadatan Kritis (volume maksimum) tercapai. Setelah

    kerapatan kritis tercapai, maka kecepatan rata-rata ruang dan volume akan

    berkurang. Kurva di atas menunjukkan bahwa pada kondisi jam sibuk nilai arus

    maksimumnya akan bertambah, hingga nilai kepadatannya maksimum.

    Gambar 2.3. Hubungan antara Kecepatan dengan Arus kendaraan

    Kurva di atas menggambarkan bahwa kecepatan kendaraan akan meningkat

    naik hingga pada arus maksimum kendaraan, setelah itu kecepatan kendaraan akan

    kembali turun setelah melewati arus maksimum kendaraan.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 17

    II.5 Metode Survey Waktu Tempuh Kendaraan

    Di dalam buku panduan survai dan perhitungan waktu perjalanan lalulintas

    yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Bina Marga Bidang Pembinaan Jalan dan Kota

    1990, di jelaskan bahwa dalam survai waktu tempuh kenderaan, dikenal tiga macam

    kecepatan yaitu kecepatan seketika (spot speed), kecepatan kenderaan rata-rata

    selama bergerak (running speed) dan kecepatan rata-rata kenderaan yang dihitung

    dari jarak tempuh dibagi dengan waktu tempuh (journey speed), jadi termasuk waktu

    kenderaan berhenti.

    Di dalam studi ini, survai waktu tempuh kenderaan yang diperoleh adalah

    kecepatan seketika (spot speed). Pengukuran spot speed dapat dilakukan dengan

    beberapa metode antara lain :

    1. Manual Count

    Manual count adalah pencatatan waktu tempuh dari kenderan contoh yang

    melewati segmen/penggal jalan pengamatan. Pencatatan waktu tempuh ini

    dilakukan dengan menghidupkan stopwatch saat roda depan kenderaan contoh

    melewati garis injak pertama, seterusnya mengikuti lajur kenderaan, dan stop

    watch dimatikan tepat saat roda kendaraan tersebut melewati garis injak kedua.

    2. Enescope

    Enescope adalah kotak cermin yang berbentuk cermin yang berbentuk L. alat

    ini diletakkan di pinggir jalan untuk membelokkan garis pandangan kearah

    tegak lurus jalan. Pengamatan disatu ujung potong jalan dan enescope jika

    digunakan dua enescope. Pengukuran waktu tempuh digunakan alat stopwatch

    yang dimulai pada saat kenderaan melewati pengamat dan dihentikan pada saat

    kenderaan melewati enescope.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 18

    3. Radar meter

    Radar meter bekerja menurut prinsip Doppler, yang mana kecepatan dari

    pergerakan proporsional dengan perubahan frekuensi diantara dua radio

    transmisi target ddan radio pemantul. Peralatan mengukur perbedaan dan

    mengubah pembacaan langsung ke mph.

    4. Pemotretan

    Dalam metode ini kamera foto mengambil gambar pada interval waktu yang

    ditetapkan. Gambar-gambar yang diperoleh dari hasil survey diproyeksikan

    dengan menggunakan alat proyektor kesuatu layer yang sudah mempunyai

    pembagian skala, dengan demikian perpindahan skala dengan perpindahan

    masing-masing kenderaan dapat dihitung.

    II.6 Metode Kenderaan Contoh (Floating Car Method )

    II.6.1 Pengertian

    Cara ini dilakukan dengan kendaraan contoh yang dikendarai pada arus lalu-

    lintas dengan mengikuti salah satu dari kondisi operasi sebagai berikut :

    a. Pengemudi berusaha membuat kendaraan contoh mengambang pada arus

    kendaraan dalam artian mengusahakan agar jumlah kendaraan yang disiap

    kendaraan contoh sama dengan kendaraan yang menyiap kendaraan contoh.

    b. Pengemudi mengatur kecepatan sesuai dengan perkiraan kecepatan arus

    kendaraan.

    c. Kendaraan contoh melaju sesuai dengan kecepatan batas kecuali terhambat

    oleh kondisi lalu-lintas yang disurvey. Pada cara ini dapat diperoleh kecepatan

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 19

    perjalanan total dan kecepatan bergerak serta lokasi hambatan dan lamanya

    hambatan di sepanjang rute.

    II.6.2 Tata Cara Survey

    Titik awal dan titik akhir dari rute yang disurvai perlu diidentifikasi terlebih

    dahulu untuk memperkirakan kondisi lalu-lintas yang ada. Titik-titik antara di

    sepanjang rute perlu juga diidentifikasi yang dapat dipakai sebagai titik kontrol.

    Stop watch dimulai pada titik awal survey. Selanjutnya kendaraan contoh

    dikendarai di sepanjang rute sesuai dengan perkiraan kriteria operasi yang diambil.

    Ketika kendaraan berhenti atau terpaksa bergerak sangat lambat, karena kondisi yang

    ada, maka stop watch kedua digunakan untuk mencatat waktu hambatan yang

    dialami. Masing-masing lokasi, lamanya dan penyebab hambatan dicatat pada lembar

    kerja lapangan. Kode angka dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis hambatan

    yang ada. Pada akhir rute, stop watch dihentikan dan waktu total perjalanan dicatat.

    Jarak rute serta jarak pada masing-masing seksi dapat diperoleh dari odometer

    kendaraan contoh. Dianjurkan untuk melakukan survey sebanyak 6 kali perjalanan.

    Apabila jumlah tersebut tidak dapat dicapai, di dalam praktek dapat dilaksanakan

    selama 3 kali perjalanan.

    Contoh lembar survey dapat dilihat pada Lampiran 2.

    II.6.3 Perhitungan Hasil Survey

    Pada metode ini, rangkuman statistik dapat dihasilkan pada masing-masing

    seksi diantara rute yang disurvai yang mencakup kecepatan dan hambatan yang ada.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 20

    Kecepata total perjalanan dan kecepatan perjalanan bergerak dapat diperoleh dari

    persamaan berikut :

    K =

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)

    dimana : K = kecepatan perjalanan (kpj)

    J = panjang rute/seksi (km)

    W = waktu tempuh (menit)

    Selanjutnya kecepatan rata-rata ruang dapat diperoleh dari persamaan berikut :

    K =

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(6)

    dimana : K = kecepatan perjalanan (kpj)

    J = panjang rute/seksi (km)

    Ew= jumlah waktu tempuh untuk semua sampel kendaraan (menit)

    N = jumlah sampel kendaraan

    Persamaan untuk mendapatkan kecepatan kendaraan bergerak diperoleh dengan

    mengganti total perjalanan dengan perjalanan bergerak pada persamaan di atas.

    II.7 Populasi dan sampel

    II.7.1 Populasi

    Menurut sugiarto (2003), populasi merupakan keseluruhan unit atau individu

    dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah masyarakat

    Simpang Limun yang melakukan perjalanan ke Universitas Sumatera Utara.

    II.7.2 Sampel

    Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampel. purposive

    sampel adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Sugioni, 1998).

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 21

    Didasarkan atas pertimbangan roscoe (dalam sugiyono,2003) yang mengatakan

    ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai

    dengan 500.

    Adapun kriteria sampel didasarkan atas ketentuan sebagai berikut:

    1. Responden yang dipilih adalah penduduk atau masyarakat Simpang Limun

    yang menetap atau tinggal di daerah tersebut.

    2. Karakteristik responden adalah pelaku perjalanan dari Simpang Limun menuju

    Universitas Sumatera Utara.

    II.8 Pengenalan Metode Travel Time Reliability Dalam Penentuan Waktu

    Perjalanan

    II.8.1 Umum

    Hampir semua orang berusaha untuk mencapai tujuan mereka tepat pada

    waktunya, sayangnya pergerakan itu dilakukan hampir pada saat yang bersamaan,

    biasanya selama jam puncak, pelaku perjalanan umumnya sudah terbiasa dengan

    kemacetan tiap harinya dan sudah mempersiapkan untuk hal tersebut.

    Karena setiap orang menginginkan satu satuan waktu yang tetap, yang mereka

    gunakan dalam perancanaan perjalanan mereka yaitu waktu yang tetap dari hari ke

    hari atau dari waktu ke waktu dalam satu hari. Dengan kata lain, setiap orang

    menginginkan suatu perjalanan yang jika hari ini memakan waktu setengah jam,

    setengah jam besok, dan seterusnya, maka perlu sebuah ukuran yang dapat

    diandalkan. Sehingga masalah masalah seperti di atas tidak terjadi.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 22

    Variasi Waktu Tempuh dari Hari ke Hari

    Yang Dialami Pelaku Perjalanan

    Dec.

    Yang Pelaku Perjalanan Ingat

    Rata-Rata Tahunan

    Waktu Tempuh

    July

    Jan. Dec. July

    Waktu

    Tempuh

    Gambaran Kondisi Lalu Lintas

    Jan

    Pelaku perjalanan kurang mentolerir terhadap tundaan yang tidak terduga

    (unexpected delays) dikarenakan tundaan ini memiliki konsekuensi yang lebih besar

    dibandingkan dengan kemacetan tiap harinya. Pelaku perjalanan juga cenderung

    untuk mengingat beberapa hari terburuk yang mereka habiskan di lalu lintas,

    dibanding waktu rata-rata dalam setahun.

    Gambar 2.4. Perhitungan waktu tempuh rata-rata didapat data yang kurang lengkap.

    Reliability merupakan suatu ukuran yang dapat dipercaya atau ukuran yang

    dapat diandalkan untuk melakukan sesuatu. Namun untuk Travel Time Reliability

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 23

    Waktu Tempuh

    Sebelum

    Sesudah

    Hari terburuk

    dalam sebulan

    Perbedaan Besar dalam Waktu Tempuh Keandalan

    Waktu

    Tempuh

    Sebelum Sesudah

    Rata-Rata Harian

    tujuannya adalah untuk mencari waktu keandalan dalam melakukan suatu perjalanan

    untuk suatu alasan ataupun pekerjaan dari suatu zona menuju zona lain pada rute

    tertentu. Reliability Travel Time sangat erat kaitannya dengan masalah kemacetan,

    dimana terdapat berbagai macam gangguan atau tundaan yang dapat mengakibatkan

    keterlambatan atau kehilangan waktu perjalanan setiap hari, dimana bila ini terjadi

    dalam skala besar maka sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat perekonomian.

    Gambar 2.5. Pengukuran waktu tempuh keandalan

    Perbedaan Kecil dalam

    Waktu Tempuh Rata-rata

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 24

    II.8.2 Skema Umum Penggunaan Reliability

    Mengukur waktu keandalan perjalanan relatif baru, tetapi beberapa pengukuran

    telah terbukti efektif, beberapa cara pengukuran metode pengukuran keandalan

    waktu perjalanan yang paling efektif adalah :

    1. Persentile ke-95. Persentile ke-95 adalah waktu perjalanan yang di anggap

    paling sibuk pada arus lalulintas (TTI, 2006). Perhitungan nilai percentile

    ke-95 didapat dari data waktu perjalanan pada pengamatan/penelitian.

    Rumus Persentil:

    100)1(11 += NP ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)

    P1 = Persentil 1

    N= Jumlah perjalanan

    Travel Time Window = Waktu Rata-Rata Perjalanan Standard Deviasi

    Buffer Indek =

    Buffer Time = (Buffer Indek) x (Waktu Rata-Rata Perjalanan)

    Planning time indeks =

    Free flow time =

    Planning Time = Planning Time Indeks x Free Flow Time

    2. Rumus Lomax dan Van Lint

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 25

    Karena Reliability didefinisikan terhadap bagaimana perjalanan berubah-ubah

    setiap harinya, maka sangat penting untuk mempertimbangkan variabilitas yang ada.

    Dengan menghitung total waktu rata-rata perjalanan dan total waktu tambahan yang

    dibutuhkan bagi para pengguna jalan untuk memastikan berapa jumlah waktu yang

    agar para pengguna jalan bisa sampai ke tujuan tepat waktu.

    Yang termasuk dalam perhitungan Reliability Lomax dan Van Lint adalah:

    Statistical Range menunjukkan waktu tempuh tersering dialami, umumnya

    statistik dari deviasi standar untuk menunjukkan perkiraan dari kondisi

    transportasi yang mungkin dialami oleh pelaku perjalanan. Pengukuran ini

    umumnya menggambarkan pengukuran variabilitas.

    o Travel Time Window

    Deviasi standar dari waktu tempuh yang dikombinasikan dengan

    waktu tempuh rata-rata dari sejumlah pengukuran untuk

    menciptakan pengukuran keandalan dan variasi. Penjumlahan dan

    pengurangan dari waktu tempuh rata-rata akan memberikan sebesar

    mana nilai waktu tempuh akan bervariasi. Penggunaan standar

    deviasi akan meliputi 68% data yang dianalisa.

    o Percent Variation

    Ini merupakan bentuk dari pengukuran statistik untuk mendapatkan

    nilai koefisien variasi, menganalisa data waktu tempuh berdasarkan

    koefisien variasi memberi gambaran yang lebih jelas terhadap

    karakteristik performa dibandingkan dengan deviasi standar dengan

    cara menghilangkan jarak tempuh dari perhitungan. Umumnya

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 26

    semakin tinggi nilai percent variation maka semakin kurang

    keandalannya.

    o Variability Index

    Digunakan untuk melihat keandalan yang teraplikasi lebih dari satu

    pengukuran. indeksnya dihitung sebagai sebuah rasio dari

    perbedaan dari selang kepercayaan diatas dan dibawah 95% dari

    periode sibuk dan tidak sibuk. Perbedaan interval ( mewakili 2

    deviasi standar diatas dan dibawah rata-rata ) dalam periode sibuk

    umumnya lebih besar dari periode tidak sibuk sehingga variability

    index memiliki nilai rasio lebih besar dari 1.

    Buffer Time Measures menunjukkan efek dari kondisi perjalanan yang

    tidak beraturan dimana harus diberi waktu tambahan agar pelaku perjalanan

    bisa mencapai tempat tujuannya tepat waktu dalam tingkat persentase yang

    tinggi. Atau praktisnya saya harus memberikan waktu yang cukup supaya

    saya bisa mencapai tempat tujuan (dalam persen) tepat pada waktunya.

    Pengukuran ini umumnya menggambarkan pengukuran reliability.

    o Buffer Time

    Besarnya waktu ekstra dalam menit yang dibutuhkan oleh seorang

    pelaku perjalanan agar tiba sampai ke tempat tujuannya tepat pada

    waktunya.

    o Buffer Index

    Dimaksudkan adalah besarnya persentase waktu ekstra yang

    dibutuhkan terhadap berbagai hambatan yang terjadi dalam

    perjalanan.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 27

    o Planning Time Index

    Disebut sebagai perhitungan waktu tempuh rencana, agar perjalanan

    bisa sampai tujuan tepat pada waktunya.

    Tardy Trip Indicators menjawab pertanyaan seberapa sering pelaku

    perjalanan tidak menerima keterlambatan? pengukuran waktunya bisa dari

    persentase waktu perjalanan, peningkatan waktu dalam menit diatas rata-

    rata atau nilai mutlak dalam menit. Pengukuran ini umumnya

    menggambarakan pengukuran reliability.

    o Florida Reliability Index

    Merupakan pengukuran menggunakan persentase dari puncak

    waktu tempuh rata-rata untuk memperkirakan batas dari waktu

    tempuh tambahan yang masih diizinkan, jumlah dari waktu tempuh

    tambahan dan waktu rata-rata menunjukkan waktu perkiraan.

    Waktu perkiraan tambahan itu sendiri yaitu 5%, 10%, 15%, dan

    20% dari waktu tempuh rata-rata.

    o On Time Arrival

    Persentase dari ambang batas keterlambatan yang mengindikasikan

    bahwa waktu tempuh masih dapat disebut andal.

    o Misery Index

    Aspek negatif dari keandalan perjalanan bisa diperiksa dari menit

    rata-rata perjalanan terburuk melebihi rata-rata waktu tempuh. Hal

    ini bisa dikalkulasikan dengan cara mengambil data terburuk

    sebanyak 20%, dimana penggunaan angka 20% menunjukkan hari

    terburuk dalam satu minggu.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 28

    Probabilistic Measures menunujukkan probabilitas dari perjalanan asal-

    tujuan bisa berhasil dengan pemberian waktu interval dan berada pada level

    servis yang spesifik. Pada pengukuran ini diberi batas ambang untuk

    membedakan waktu tempuh andal dan tidak andal.

    Skew and Width Measures percobaan untuk mengukur skew dan width dari

    distribusi waktu tempuh perjalanan menggunakan persentil. Skew yang

    besar menunjukkan probabilitas dari waktu tempuh yang ekstrim (relatif ke

    nilai tengah) tinggi, sedangkan width yang besar mengindikasikan lebar

    data (atau width) atau distribusi waktu tempuh relatif besar ke nilai

    tengahnya.

    o var dan skew

    skew 1 dan var 0.1 maka didapatkan kondisi arus bebas

    terjadi, waktu tempuh termasuk andal. untuk skew > 0.1 (padat), waktu tempuh yang lebih lama akan didapat dan

    semakin besar nilai var waktu tempuh semakin tidak bisa

    diandalkan. untuk skew >> 1 dan var 0.1, kepadatan bisa terjadi

    dan bisa tidak, maksudnya waktu bebas dan waktu tempuh besar

    bisa saja terjadi. Semakin besar nilai skew, waktu bisa disebut

    semakin tidak andal.

    o UIr

    Menunjukkan besar indeks ketidakandalan

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 29

    Tabel 2.2 Perhitungan waktu tempuh keandalan (berdasar rumus Lomax dan Van Lint)

    Kategori Nama Rumus

    Statistical

    Range

    Travel Time

    Window average travel time standard deviation

    Percent

    Variation

    standard deviation

    average travel time3 100

    Variability

    Indeks

    :;;E: @E?GBH

    :;@=?F F>BG=H F;Q= average travel time)

    average travel time3 100

    Planning

    Time Indeks 95th percentile travel time indeks

    Tardy Trip Indicators

    Florida

    Realibility

    Indeks

    100% - (percent of trips with travel times greater than expected)

    On-time

    arrival

    100% - (percent of travel rates greater than 110% of the average

    travel rate)

    Misery

    Indeks

    (average ofthe travel rates for the longest 20% of the trips

    average travel rates for all trips)

    average travel rate

    Probabilistic Probabilistic Pr(travel time > [.travel time threshold)

    Skew and width

    measures

    var (90^_ percentile travel time 10^_ percentile travel time

    (50F A=>@=?F;H= F>BG=H F;Q=)

    skew (90^_ percentile travel time 50^_ percentile travel time

    (50^_ A=>@=?F;H= F>BG=H F;Q= 10^_ A=>@=?F;H= F>BG=H F;Q=)

    UIr bcd ln(efgh)

    F>BG=H F;Q= A=> i?;F H=?jF

    ( sumber : Seungkyu Ryu, Investigating Travel Time Reliability Measures in Toll Design

    Problem, EASTS, 2011 )

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 30

    Gambar 2.6. Distribusi Waktu Tempuh dan Pengukuran Keandalannya

    II.9 Penelitian Penelitian Terdahulu Tentang Keandalan Waktu Perjalanan

    dan Pemilihan Rute.

    Akito higatani, (2009). Melakukan analisa keandalan waktu perjalanan di area

    Hanshin Expressway Network, menunjukkan bahwa pada pagi hari waktu perjalanan

    relatif stabil sedangkan, pada waktu siang hari diperlukan tambahan 10 menit dari

    rata rata waktu Perjalanan kemudian secara berangsur-angsur turun, dan naik

    tajam pada sore hari. Penemuan ini hampir bisa dipastikan karena tidak stabilnya

    waktu perjalanan.

    Susilawati Susilawati (2010). Melakukan analisa keandalan waktu pada

    beberapa ruas jalan di kota metropolitan Adelaide. Semaphore Road adalah koridor

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 31

    terpendek sedangkan Port Road adalah koridor terpanjang. Berdasarkan waktu

    tempuh rata-rata didapat koridor South Road dan Port Road adalah jalan terpadat,

    Hasil analisa dari data waktu perjalanan di daerah tersebut selama 8 tahun

    ditunjukkan oleh tabel dibawah ini

    Tabel 2.3 Data waktu tempuh untuk beberapa jalan di Adelaide

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA