NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERAAl...

113
NILA DALAM JUR FAKUL I AI-NILAI PENDIDIKAN TAUHI M BUKU SAMUDERA Al-FATIH KARYA H BEY ARIFIN SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Diah Fajar Utami NIM 111-13-267 RUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM LTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017 ID HAH AN

Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERAAl...

  • NILAI

    DALAM

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID

    DALAM BUKU SAMUDERA Al-FATIHAH

    KARYA H BEY ARIFIN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Diah Fajar Utami

    NIM 111-13-267

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2017

    NILAI PENDIDIKAN TAUHID

    FATIHAH

    KEGURUAN

  • i

  • NILAI

    DALAM

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    ii

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID

    DALAM BUKU SAMUDERA Al-FATIHAH

    KARYA H BEY ARIFIN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Diah Fajar Utami

    NIM 111-13-267

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2017

    NILAI PENDIDIKAN TAUHID

    FATIHAH

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    �ğ`j?�

    hğĬ �jŷjķ�h]hûǬ iȹ�̀

    h=�iŋjŧûŤhȬ�hƅۦ �

    û]jûǬ iȹ�ŴhŲhb�ôi;

    mĵhŒhȹ�Ŵhųjɉ�

    hū jɉhə�h`biI�ĵhŲ�iŋjŧ

    ûŤhɆhb

    �jķ�jğĬ ĭ�Aeʼnžjšhķ�

    ühƆhʄhŗ �ğŮhŗ �ûʼn

    hŪhȯ͵

    Artinya:

    “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan

    (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik

    bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang

    mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia

    telah tersesat sejauh-jauhnya” (An-Nisa: 116)

  • vii

    PERSEMBAHANDengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi

    ini saya persembahkan kepada:

    Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa selalu medo’akan disetiap langkah

    yang ku tempuh dan senantiasa memberikan dukungan baik secara moral

    maupun material.

    Kakak dan adikku tercinta, Dwi Wulan Sari dan Dwi

    Yunita Sari, yang selalu memberi semangat dan cinta yang

    tulus.

    Sahabat-sahabatku Siti Qomariah, Inna Laila Rahmah, dan Tri Astutik

    yang selalu memberi motivasi satu sama lain, Semoga jalan yang kita lalui

    ini membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita idam-idamkan.

    Teman-teman PAI kelas H mb nida, isti, bastia, nurul, lisa,

    dkk terimakasih untuk pertemuan yang manis dan

    kekompakan kalian di IAIN Salatiga.

    Tak lupa untuk Dwi S yang selalu ada untuk mendorong, membantu dan memberikan

    semangat untuk melakukan hal-hal yang positif.

    Dan yang terakhir terimakasih buat teman-teman KKN

    Kiki, Aliya, Wasil, Kunni, Dewi, Arifin, Dhofir dan Aris

    kalian layaknya keluarga baru yang saling memberi

    dukungan satu sama lain, semoga apa yang kita cita dan

    cintakan dapat terwujud sesuai yang diharapkan, Amin.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    ِحْیمِ ْحمِن الرَّ بِْسِم هللاِ الّرْAlhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat,

    taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

    skripsi dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-

    Fatihah Karya H Bey Arifin.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

    persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pendidikan Agama Islam Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

    maka tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

    dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

    3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

    Islam (PAI) IAIN Salatiga.

    4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah

    membimbing, memberi nasehat, arahan serta masukan-masukan yang

    sangat membantu dan membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

    5. Ibu Rr. Dewi Wahyu Mustikasari, S.S., M.Pd selaku dosen

    pembimbing akademik yang sabar membimbing dan sabar mendengar

    keluh kesah perkuliahan.

  • ix

    6. Seluruh dosen dan petugas administrasi Jurusan Pendidikan Agama

    Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan

    penelitian berlangsung.

    7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

    langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    8. Terakhir untuk kampus tercinta IAIN Salatiga, terimakasih telah

    menjadi bagian terpenting dari perjalanan hidup.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh

    karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

    berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga

    skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada

    umumnya.

    Amin Ya Robbal ‘Alamin

    Salatiga, 31 Desember 2016

    Penulis

    DIAH FAJAR UTAMI

    NIM. 111-13-267

  • x

    ABSTRAK

    Utami, Diah Fajar. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah Karya H Bey Arifin. Jurusan Pendidikan Agama Islam. FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A.

    Kata Kunci : Nilai-nilai, Pendidikan, Tauhid, Samudera Al-Fatihah.

    Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui nilai-nilai pendidikantauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin. Pertanyaan yang ingindijawab dalam penelitian ini adalah 1) Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhiddalam buku samudera al-fatihah? 2) Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikantauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin dengan praktikpendidikan masa kini?.

    Penelitian ini bersifat literature (kepustakaan) yang berfokus pada referensibuku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian dilakukan dengan mencermatisumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau sumber lainyang berkaitan dengan nilai- nilai pendidikan tauhid. Adapun teknik pengumpulandata menggunakan library research, yaitu penelitian perpustakaan denganlangkah-langkah mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajianpermasalaan. Dalam hal ini penulis menguraikan teks-teks dalam buku SamuderaAl-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid. Kemudianmenjelaskan teks-teks tersebut dan menganalisis penjelasan sesuai denganrumusan masalah yang ingin dijawab oleh penulis. Dan terakhir menarik suatukesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang pokok permasalahan. Dari data-data yang telah diidentifikasi, maka penulis menarik kesimpulan mengenai nilai-nilai pendidikan tauhid.

    Berdasarkan hasil analisis dapat dirumuskan bahwa dalam buku SamuderaAl-Fatihah karya H Bey Arifin terdapat nilai-nilai pendidikan tauhid yaitu nilai-nilai ilahiyah, meliputi: iman, islam, ihsan, taqwa, tawakal, syukur, sabar, danikhlas. Nilai ilahiyah tersebut relevan dengan praktik pendidikan tauhid masa kini.Hal itu dikarenakan pendidikan tauhid masa kini yang dikaji pokok materinyaadalah rukun iman. Dan di dalam kandungan Al-Fatihah banyak sekali mengenaipendidikan tauhid tidak hanya iman saja yang terkandung didalamnya, melainkanjuga sikap islam, ihsan, taqwa, tawakal, syukur, sabar, dan ikhlas juga tertuang didalamnya. Sehingga akan membentuk pribadi seseorang menjadi islam sejati.Selain itu pembelajaran juga dilakukan secara kontinu dan dilakukan secaraberulang-ulang.

  • xi

    DAFTAR ISI

    LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... i

    JUDUL............................................................................................................. ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iii

    PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv

    DEKLARASI ................................................................................................... v

    MOTTO............................................................................................................ vi

    PERSEMBAHAN............................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

    ABSTRAK ....................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7

    D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 7

    E. Penegasan Istilah.................................................................................. 8

    F. Metode Penelitian................................................................................. 10

  • xii

    G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13

    BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 15

    A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid..................................................... 15

    B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid................................................... 17

    C. Materi Ilmu Pendidikan Tauhid............................................................ 21

    D. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid.......................................... 30

    BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN ..................................... 33

    A. Riwayat Hidup H Bey Arifin ............................................................... 33

    B. Karya-karya H Bey Arifin.................................................................... 39

    C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin ........................................... 43

    D. Buku Samudera Al-Fatihah .................................................................. 44

    BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM

    BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH............................................................... 57

    A. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah

    Karya H Bey Arifin .............................................................................. 57

    B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera

    Al-Fatihah dengan Praktik Pendidikan Tauhid Masa Kini................... 77

    BAB V PENUTUP........................................................................................... 80

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 80

    B. Saran dan Kritik ................................................................................... 81

  • xiii

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP PENULIS

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Daftar Pustaka

    2. Riwayat Hidup Penulis

    3. Nota Pembimbing Skripsi

    4. Lembar Konsultasi

    5. Surat Keterangan Kegiatan

    6. Cover Buku Samudera Al-Fatihah

    7. PPT Skripsi

  • xv

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Tauhid adalah pegangan yang utama dan yang menentukan bagi

    kehidupan manusia, karena tauhid sebagai landasan dari setiap amal yang

    dikerjakan oleh setiap orang. Seorang manusia akan mendapatkan

    kehidupan yang hakiki di akhirat apabila amal yang dilakukannya

    berlandaskan tauhidullah, karena itu adalah tuntutan dari ajaran agama

    islam (Harun, 2004:3).

    Allah Berfirman:

    ِلح َۡمن ن ذََكٍر أَو َٗعِمَل َصٰ ٗۖ َطیَِّبة َٗحَیٰوةۥِییَنَّھُ ۡفَلَنُح ِٞمن ۡأُنثَٰى َوُھَو ُمؤ ۡ ا ّمِ

    َ͢ملُونَ َۡسِن َما َكانُواْ یَع َۡرُھم بِأَح ۡأَج ِۡزیَنَُّھم َۡولَنَج

    Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-lakimaupun perempuan dalam keadaan beriman, makasesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yangbaik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada merekadengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah merekakerjakan” (An-Nahl: 97).

    Tauhid tidak hanya sekedar mengenal dan mengetahui bahwa Allah

    pencipta alam semesta, tidak hanya mengetahui keberadaan dan keesaan-

    Nya, dan tidak pula mengetahui Asma’ dan sifat-Nya. Hakikat tauhid

    disini adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya adalah

    menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuensi

  • 2

    dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan

    penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut kepada-Nya.

    Tujuan manusia diciptakan adalah untuk bertauhid kepada Allah.

    Allah Ta’ala berfirman:

    ̹بُدُوِن ۡإِنَس إِالَّ ِلَیع ِۡجنَّ َوٱل ۡ ُت ٱل َۡوَما َخلَق

    Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia mealainkan

    supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariat: 56)

    Dari ayat diatas jelas, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia

    hanya untuk beribadah kepada-Nya. Tidaklah mereka diciptakan untuk

    besenang-senang dan menghabiskan waktu untuk duniawinya saja. Mereka

    mengakui adanya Allah, tetapi mereka tidak menjalankan perintah dan

    bahkan melanggar apa yang dilarang Allah. Selain itu, mereka juga

    menunda-nunda sholat demi pekerjaannya. Padahal semua itu datangnya

    dari Allah.

    Lebih lagi pada masa globalisasi seperti saat ini nampaknya tidak

    dapat terlepas dari berbagai perkembangan kemajuan baik pengetahuan,

    teknologi, dan informasi serta filsafat dan ideologi. Dalam hal itu, muncul

    adanya dampak positif dan negatif. Dampak negatif yang dikhawatirkan

    adalah manusia akan cenderung menganggap satu-satunya yang dapat

    membahagiakan hidupnya adalah nilai materialnya saja. Sehingga mereka

    mengesampingkan nilai spritualnya yang sebenarnya berfungsi sebagai

    penata dan pengatur hidupnya ke jalan yang lurus dan benar.

  • 3

    Dengan adanya masalah tersebut, maka perlu adanya penanaman

    tauhid pada setiap individu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui

    pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid dapat diberikan di lingkungan

    sekolah maupun lingkungan keluarga. Di Sekolah kini menerapkan adanya

    kurikukulum 2013 yang membentuk adanya pendidikan karakter. Dalam

    pendidikan karakter yang pertama dan utama yang perlu dibentuk adalah

    pendidikan tauhid itu sendiri. Apabila seseorang sudah memahami

    pendidikan tauhid dan berkomitmen kepada akidah biasanya

    terimplementasi dalam bentuk perilaku, moralitas, visi dan pola pikirnya

    dalam kehidupan yang nyata.

    Dengan demikian semakin dangkal akidah tauhid seseorang

    semakin rendah pula kadar akhlak, watak dan kepribadian, serta

    kesiapannya menerima konsep Islam sebagai way of life. Sebaliknya

    bilamana akidah seseorang telah kokoh, maka itu akan terlihat dalam

    operasionalnya. Setiap konsep dari islam pasti akan diterima secara utuh

    dan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan terkesan mencari alasan-alasan

    untuk menolaknya, itulah sikap muslim sejati (Rasyid, 1988:15-16).

    Keutaman Pendidikan tauhid bagi manusia adalah untuk

    menjadikan manusia yang utuh dan menjadi manusia yang mengabdi

    kepada Sang Maha Pencipta, menjadi manusia demi manusia yang lain

    dan alam semesta. Karena pada dasarnya, dalam masa kandungan pada

    usia tiga bulan sepuluh hari dihembuskan ruh Allah dan sekaligus adanya

    pengakuan manusia untuk meyakini Allah sebagai Tuhannya. Dan ketika

  • 4

    manusia lahir ke dunia telah memiliki potensi-potensi ilahiyah, namun

    potensi tersebut masih tersimpan dalam diri manusia. Hal itu perlu

    direalisasikan secara nyata agar manusia mengerti hakekat dan tujuan

    hidup sebenarnya.

    Sedangkan tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah

    untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan untuk

    menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai lahirnya

    nilai etika insani (Thoha, 1997:72).

    Pokok-pokok pembahasan ilmu tauhid meliputi tiga hal, yaitu

    ma’rifat al-mabda’, ma’rifat al-wasitah, dan ma”rifat al-ma’ad. Ma’rifat

    al-mabda’ adalah mepercayai dengan penuh keyakinan bahwa penciptaan

    alam adalah Allah Yang Maha Esa. Ma’rifat al-wasitah adalah

    mempercayai tentang para utusan Allah. Ma”rifat al-ma’ad adalah

    mempercayai adanya kehidupan abadi di akhirat (Ensiklopedi Islam,

    2003:90).

    Dalam Skripsi ini penulis akan membahas tentang nilai-nilai

    pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin.

    Penulis menggunakan buku ini, karena didalam buku ini permasalahan

    diuraikan secara jelas dan terperinci. Dalam buku Samudera Al-Fatihah

    berisi tentang penafsiran surat Al-Fatihah. Dalam penulisannya H. Bey

    Arifin menggunakan pemikiran beberapa tokoh, tetapi beliau juga

    memberikan pandangannya mengenai ayat yang kemudian dihubungkan

  • 5

    dengan berbagai hal seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga

    mengenai peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.

    Dalam buku Samudera Al-Fatihah dijelaskan mengenai berbagai

    permasalahan, di setiap permasalahan itu membuat seseorang agar ingat

    dengan kekuasaan Allah. Seperti halnya dalam kutipan berikut:

    “Demikianlah besarnya rahmat Allah yang telah memutar bumidi kelilingi matahari dan memiringkannya ke Utara danSelatan. Satu rahmat besar yang harus diingat-ingat, janganhendaknya lupakan saja, agar kita selalu dalam keadaanbersyukur terhadap Allah. Sehingga selalu pula dalam keadaantaat dan patuh menjalankan ibadah yang diperintahkan-Nya.Hanya orang-orang yang tak memikirkan ini semualah yangberat baginya mengerjakan ibadah berupa shalat dan puasaAmat berat baginya untuk membungkukkan badan kepadaAllah, tetapi amat ringan membungkuk-bungkukkan badanmengambil bola tennis. Berat baginya sembahyang dan puasa,tetapi ringan saja baginya melakukan gerak jalan ratusankilometer jauhnya atau mendaki puncak gunung yang tinggi.”

    Dari kutipan itu jelas, bahwasannya Allah penguasa segala alam

    raya. Allah menciptakan sesuatu dengan sempurna tanpa ada cacat

    sedikitpun. Apabila Allah tidak memiringkan bumi ke Utara maupun ke

    Selatan maka tidak akan terjadi pergantian musim. Hal itu menyebabkan

    manusia tidak dapat bertahan hidup.

    Fenomena dan kejadian di alam ini dapat menyadarkan seseorang

    untuk selalu mengingat Allah. Begitulah H. Bey Arifin dalam menyajikan

    buku ini, dengan menyajikan sesuatu yang akan membuat pembacanya

    untuk selalu kagum kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Hal

    yang demikian akan meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada

    Allah dan terbentuklah kekuatan aqidah tauhid dalam diri setiap orang.

  • 6

    Pendidikan tauhid yang bisa diterapkan kepada peserta didik di

    sekolah yaitu menjelaskan dengan nyata kejadian nyata atas kebesaran

    Allah yang telah ditunjukan ini. Apabila pendidikan tauhid hanya

    dijelaskan melalui cerita saja peserta didik akan ragu dan akan bertanya

    mengapa yang demikian itu terjadi. Berbeda dengan menunjukkan

    kejadian yang nyata terjadi di alam ini, peserta didik tidak akan ragu dan

    yakin bahwa semua itu bersumber dari Allah dan yang patut disembah

    hanyalah Allah.

    Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menggali nilai-

    nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah ulasan-ulasan

    pemikiran H. Bey Arifin dan beberapa tokoh lainnya. Dimana agar selalu

    berada dalam jalan kebenaran. Untuk itu, maka dalam penelitian ini

    penulis memberi judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM

    BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH KARYA H BEY ARIFIN. Penulis

    akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan tauhid yang ada dalam

    buku Samudera Al-Fatihah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi

    dalam pembimbingan tauhid para pelajar dan juga masyarakat umum.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-

    Fatihah?

  • 7

    2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku

    Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik

    pendidikan tauhid masa kini?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

    1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam

    buku Samudera Al-Fatihah.

    2. Menemukan relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku

    Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik

    pendidikan tauhid masa kini.

    D. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua

    bagian, yaitu:

    1. Kegunaan Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis

    bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi

    pengembangan nilai-nilai pendidikan tauhid. Serta menambah

    wawasan tentang keberadaan karya sastra yang memuat tentang

    pendidikan tauhid.

    2. Kegunaan Praktis

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan, pedoman dan

    petunjuk bagi para peneliti pendidikan untuk mengembangkan sebuah

    konsep pendidikan tauhid yang dapat diimplementasikan dalam ranah

  • 8

    Pendidikan Agama Islam. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan

    kontribusi ilmiah sehingga dapat dijadikan referensi untuk

    pengembangan penelitian islam pada khususnya.

    E. Penegasan Istilah

    Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis

    kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

    1. Nilai Pendidikan Tauhid

    Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling

    benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

    preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya

    (Maslikhah, 2009:106).

    Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang

    dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung

    seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).

    Tauhid secara harfiah berarti mengesakan atau menyatukan.

    Kata tauhid, yang dikehendaki disini, tidak lain adalah tahidullah,

    yang berarti mengesakan Allah, atau dengan kata lain menyatakan

    bahwa Allah (Tuhan) itu esa, satu, atau tunggal (Ensiklopedi Islam

    Indonesia, 1992: 933).

    Tauhid menurut pendapat Muhammad Abduh adalah asal

    makna tauhid ialah meyakini bahwa Allah adalah satu, tidak ada

    syarikat baginya (Abduh, 1992:3). Keyakinan tentang satu atau

  • 9

    Esanya Zat Allah, tidak hanya percaya bahwa Allah ada, yang

    menciptakan seluruh alam semesta beserta pengaturannya, tetapi

    haruslah percaya kepada Allah dengan segala ketentuan tentang Allah

    meliputi sifat, asma dan af’al-Nya (Zainudin, 1992:1).

    Pendidikan tauhid adalah suatu upaya yang keras dan

    bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,

    membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan

    (ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).

    Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan,

    bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini

    benar oleh stiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan

    keyakinan atas keesaan Allah.

    2. Samudera Al-Fatihah

    Ini adalah buku yang ditulis oleh H. Bey Arifin pada tahun

    1966. Buku ini berisi tentang penafsiran tentang surah Al-Fatihah.

    Sistematika yang digunakan adalah pertama mengenai keistimewaan

    surah Al-Fatihah, yang kedua menerangkan nama-nama surah Al-

    Fatihah, yang ketiga menafsirkan surat sesuai urutan ayat yang ada

    dalam surah Al-Fatihah, kemudian penutup dan Bibliografi.

    Dalam menuliskan tafsir ini penulis menggunakan banyak

    rujukan kitab tafsir maupun kitab hadis dan kitab pendukung lainnya.

  • 10

    Seperti tafsir Ibnu Katsir, al-Maraghy, Fi Zhilaalil Quraan, al-Kabiir,

    Mukhtashar Shahih Muslim, Syarhu Shahih Muslim, dan lain-lain.

    Dari uraian dan tulisan yang ada dalam penafsiran H. Bey

    Arifin, dapat diketahui bahwa penafsirannya ini menggunakan metode

    tahlili. Dimana penulis memberikan uraian dan keterangan jelas

    secara terperinci dan urut sesuai ayat per ayat.

    Adapun dalam penafsiran yang dilakukan kerap kali mengutip

    ayat dan hadis. Akan tetapi berbagai pemikiran baru juga kerap

    dimasukkan dalam tulisan tafsirnya. Mulai dari pandangannya

    mengenai ayat yang kemudian dihubungkan dengan berbagai hal,

    seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga mengenai

    peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

    kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek penelitian

    adalah buku karya H. Bey Arifin yaitu Samudera Al-Fatihah.

    Riset Kepustakaan (library research) adalah penelitian yang

    dilakukan di perpustakaan di mana obyek penelitian biasanya digali

    lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal

    ilmiah, koran, majalah, dan dokumen (Zed, 2004:89).

  • 11

    2. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

    dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Sumber data yang digunakan

    dalam penyusunan proposal ini yaitu sumber data primer, sekunder,

    dan tersier dengan rincian sebagai berikut:

    a. Data Primer adalah pustaka yang merupakan penjelasan langsung

    dari seorang peneliti mengenai kegiatan penelitian yang telah

    dilakukannya (Anggoro, 2011:2.11). Adapun sumber primer

    dalam penelitian ini adalah buku Samudera Al Fatihah karya H

    Bey Arifin yang diterbitkan oleh PT Bina Ilmu.

    b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

    pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu buku Mengenal

    Tuhan dan Hidup Sesudah Mati karya H Bey Arifin.

    c. Data Tersier adalah sumber lain yang dapat dijadikan sumber

    tambahan yang mendukung penelitian ini. Adapun sumber tersier

    yaitu berbagai literatur yang berhubungan dengan objek

    penelitian, baik itu berupa transkip, buku, artikel di surat kabar,

    majalah, tabloid, dan website.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar

    untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan

    data dalam penelitian ini adalah:

  • 12

    a. Library research (penelitian kepustakaan). Dengan metode ini

    peneliti mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan objek

    penelitian.

    b. Literatur yaitu salah satu metode pengumpulan data yang

    digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri

    data historis. Selain itu, literatur juga dapat diartikan sebagai

    penelitan yang berupa catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu

    berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

    seseorang. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    karya monumental buku Samudera Al-Fatihah karya H. Bey Arifin.

    4. Teknik Analisis Data

    Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan

    menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas

    teks-teks yang dideskripsikan.

    Isi dalam metode analisis terdiri atas dua macam, isi laten dan

    isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen

    dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung

    sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).

    Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode isi

    adalah penafsiran, sehingga peneliti menekankan bagaimana

    memaknai isi komunikasi, memaknai isi interaksi simbolik yang

    terjadi dalam peristiwa komunikasi.

  • 13

    Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi buku Samudera Al-

    Fatihah yang mengandung nilai-nilai pendidikan tauhid.

    Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan

    data adalah:

    a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku

    Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai

    pendidikan tauhid.

    b. Langkah interpretasi, menjelaskan teks-teks dalam buku

    Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai

    pendidikan tauhid.

    c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku

    Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai

    pendidikan tauhid.

    d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan

    dari dalam Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan

    nilai-nilai pendidikan tauhid.

    G. Sistematika Penulisan

    Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang

    terdiri dari 5 bab, antara lain:

    BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

    metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika

    penulisan.

  • 14

    BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan membahas tentang

    pengertian nilai pendidikan tauhid, dasar dan tujuan

    pendidikan tauhid, materi pendidikan tauhid, dan

    internalisasi pendidikan tauhid.

    BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN. Bab ini

    menjelaskan tentang biografi penulis H. Bey Arifin yang

    meliputi riwayat hidup, karya-karyanya, sistematika

    penulisan buku dan isi pokok buku Samudera Al-Fatihah.

    BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID

    DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH. Bab ini

    akan membahas tentang nilai pendidikan tauhid dalam

    buku Samudera Al-Fatihah dan relevansi nilai-nilai

    pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah

    dengan praktik pendidikan tauhid masa kini.

    BAB V PENUTUP. Menguraikan kesimpulan, kritik dan saran.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 15

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan sebagai

    harga, yang dimaksudkan nilai disini adalah sifat-sifat (hal-hal) yang

    penting atau berguna bagi kemanusiaan. Dari segi etik nilai diartikan

    untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalkan: kejujuran, nilai

    yang berhubungan dengan akhlak, nilai yang berkaitan dengan benar

    dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat.

    Nilai juga bisa diartikan sesuatu yang dipandang baik, disukai,

    dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang

    yang sehingga preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan

    perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai mempengaruhi sikap dan

    perilaku setiap individu. Sehingga nilai bisa dijadikan pedoman hidup

    untuk membuat suatu kepribadian yang lebih baik, karena nilai itu

    sesuatu yang sangat dihargai dan dijunjung tinggi.

    Pendidikan adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan

    manusia. Secara bahasa pendidikan dari bahasa Yunani, pedagogy, yang

    mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah

    diantar oleh pelayannya. Dalam bahasa Romawi pendidikan

    diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang

    berada di dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to

  • 16

    educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual

    (Muhajir, 2000: 20).

    Menurut Langeveld, pendidikan diartikan sebagai setiap usaha,

    pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju

    pada pendewasaan anak itu, atau membantu anak agar cukup cakap

    melaksanakan tugas hidupnya sendiri. John Dewey memberi batasan

    pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan

    fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama

    manusia. Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.

    Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu

    keseragaman arti (Kadir, 2012: 61).

    Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pendidikan adalah

    suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan

    kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar

    sekolah, dan berlangsung seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).

    Secara bahasa kata tauhid merupakan bentuk mashdar dari asal

    kata kerja lampau yaitu: wahhada-yuwahhidu-tauhidan }یوّحد توحیداوّحد ـ{

    yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan. Kemudian

    ditegaskan oleh Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah bahwa kata

    tauhid mengandung makna keesaan Tuhan. Maka dari pengertian

    etimologi tersebut dapat diketahui bahwa tauhid mengandung makna

  • 17

    meyakinkan bahwa Allah adalah “satu” tidak ada syarikat bagi-Nya

    (Mulyono, 2010:13). Syekh Muhammad Abduh mengatakan bahwa:

    Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah dansifat-sifat yang wajib ada pada-Nya, dan sifat yang boleh pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-Nya (mustahil), ia jugamembahas tentang para Rasul untuk menegaskan tugasrisalahnya, sifat-sifat wajib yang ada padanya yang boleh adapadanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (mustahil).

    Sedangkan menurut Syekh Husain Affandial-Jisral-Tharablusy

    menta’rifkan ilmu tauhid yaitu ilmu yang membahas atau

    membicarakan bagaimana menetapkan aqidah (agama islam) dengan

    menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan.

    Dalam kajian pendidikan, tauhid adalah suatu upaya yang keras

    dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,

    membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan

    (ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).

    Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan,

    bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini benar

    oleh setiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan keyakinan

    atas keesaan Allah.

    B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid

    1. Dasar Pendidikan Tauhid

    a. Al-Qur’an

  • 18

    Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang

    berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid.

    Misalnya dalam surah Luqman ayat 13, menerangkan kisah

    Luqman yang mengajari anaknya tentang tauhid yaitu:

    ˶ڈΏ ۡقَاَل لُق َۡوإِذ �˵ϦԻ˴ϣ ۡ ِبَُنيَّ َال تُشۥَوُھَو َیِعُظھُ ۦنِھ إِنَّ ۖ Խ˶Α˶͉� ِۡرك َۡیٰ

    ر ̎ ٌٞم َعِظیم َۡك لَُظل ۡٱلّشِ

    Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepadaanaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadaanaknya: “Hai anakku, janganlah kamumemepersekutukan Allah, Sesungguhnyamempersekutukan (Allah) adalah benar-benar

    kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

    Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya,

    merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat

    syirik, karena pada hakekatnya pendidikan tauhid adalah

    pendidikan yang berhubungan dengan adanya Allah dengan

    keesaan-Nya, sehingga timbul dalam ketetapan dalam hati

    untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut

    karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang

    ditetapkan dalam hati sanubarinya.

    b. Hadis

  • 19

    Hadis merupakan dasar kedua setelah Al-Qur’an. Hadis

    berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk

    membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang

    bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dirancangkan dalam

    Al-Qur’an.

    Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad Saw

    telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di rumah-

    rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah sahabat yang

    dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama

    adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedang masjid yang

    digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi

    di Madinah.

    Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh

    Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan

    realisasi Nabi Muhammad sendiri. Adapun hadis yang berkaitan

    dengan pendidikan tauhid ialah:

    “Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw.bersabda “tidak ada orang anakpun kecuali dilahirkandalam keadaan fitrah (suci), maka orang tuanyalahyang menjadikan Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR.Muslim).

    2. Tujuan Pendidikan Tauhid

    Setiap kegiatan, apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak

    sadar selalu dihadapkan pada tujuan yang ingin dicapai.

  • 20

    Bagaimanapun, segala sesuatu yang tidak mempunyai tujuan tidak

    akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan

    faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk

    kegiatan pendidikan. Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus

    dinyatakan secara jelas sehingga semua pelaksana dan sasaran

    pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan

    seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk

    dicapai, maka prosesnya akan menjadi kabur (Kadir, 2012: 81).

    Tujuan pendidikan dalam arti khusus adalah membawa anak

    kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat

    menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Dalam

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan tentang fungsi

    dan tujuan pendidikan sebagai berikut:

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuandan membentuk watak serta peradaban bangsa yangbermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakapkreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab.

    Tujuan tersebut merupakan tujuan pendidikan secara makro

    yang sangat luas, menyangkut taraf hidup manusia yang ingin

    dicapai oleh suatu masyarakat, atau suatu bangsa, yaitu bangsa

    Indonesia.

  • 21

    Sedangkan ilmu tauhid bertujuan untuk mengesakan Tuhan,

    baik Zat-Nya, sifat-sifat maupun perbuatan-Nya, tanpa ada sekutu

    bagi-Nya. Selain itu, ilmu tauhid memberikan dasar dan landasan

    mental (basic mentality) yang kuat bagi keimanan seseorang

    muslim terhadap ke-esaan Tuhan sebagai satu-satunya Pencipta

    alam (Tauhid Rububiyah) dan satu-satunya sesembahan dalam

    ibadah (Tauhid Uluhiyah).

    Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya

    tujuan pendidikan tauhid adalah tertanamnya akidah tauhid dalam

    jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan

    dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama islam.

    C. Materi Pendidikan Ilmu Tauhid

    Agama Islam seperti pokok kayu, rukun iman sebagai urat atau

    akar, sedangkan rukun islam sebagai batang, dahan, dan ranting.

    Dengan demikian, rukun iman mempunyai kedudukan yang jauh lebih

    penting dari rukun islam. Bila akar kayu tidak hidup, tidak kuat, tidak

    terunjam jauh ke perut bumi, maka akibatnya pokok kayu itu akan

    merasa hidup atau mati. Begitulah keadaan orang islam yang tidak

    beriman, atas lemah imannya karena tidak dipupuk dipelihara,

    agamanya akan merana, tidak ada perhatian dan kegiatan padanya untuk

    melakukan ibadah yang dinamakan rukun islam yang lima. Orang yang

    beragama Islam yang tidak melakukan ibadah adalah agamanya ibarat

  • 22

    pokok kayu yang tidak berubah. Tidak ada usaha yang pantas

    dilakukan, selain usaha-usaha yang memperkokoh keimanan, yaitu

    usaha mempuk dan menyuburkan keimanan.

    Untuk memupuk keimanan diperlukan adanya pendidikan tauhid.

    Karena tauhid adalah inti ajaran umat islam. Materi yang terkait dengan

    pendidikan tauhid , yaitu:

    1. Adanya wujud Allah

    Berbicara tentang Tuhan, pertama kita perlu yakin terlebih

    dahulu tentang adanya Tuhan. Marilah kita mencoba menyetir atau

    membimbing jalan pikiran kita masing-masing, untuk dapat

    mempercayai tentang adanya Tuhan.

    Sebelum lahirnya Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw., sudah

    banyak ahli-ahli pikir (philosophers) yang dengan akal dan pikiran

    mereka sudah membenarkan adanya Tuhan dengan berbagai

    caranya. Ada 4 macam dalil (preuve) yang mereka gunakan untuk

    menetapkan adanya Tuhan:

    a. Preuve Metaphisique, yaitu dalil-dalil yang berupa akal semata.

    Menurut akal, alam yang maha luas yang terdiri dari bumi,

    matahari, bulan, dan berjuta-juta bintang, tentu tidak terjadi

    dengan sendirinya. Jangankan bumi atau matahari yang begitu

    besar, seekor nyamuk atau sehelai bulu hidung sekalipun tidak

  • 23

    akan terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menjadikan atau

    menciptakannya yaitu Tuhan.

    Alam ini adanya karena diciptakan: maka alam ini

    bersifat tidak sempurna. Sedangkan Tuhan menciptakan alam,

    maka Dia bersifat sempurna. Sebab itu, Tuhan adalah ghaib

    untuk kita. Maka tidaklah heran jika masih ada manusia yang

    belum percaya adanya Tuhan.

    b. Preuve Phisique, yaitu dalil-dalil yang terdiri dari alam (Phisica).

    Yaitu dalil-dalil yang pertama kali dipakai oleh Abul Huseil Al-

    Allaf, seorang ahli dalam mahzab Mu’tazilah, pengikut Wasil bi

    Atha.

    Dia mulai dalil ini dengan teori Atom. Bahwa alam ini

    baik yang berupa benda padat, benda cair atau benda gas dapat

    dibagi-bagi sampai bagian yang terkecil yang disebut molekul.

    Molekul-molekul itu saling tarik-menarik, maka terjadilah benda

    itu. Tiap molekul itu terdiri dari atom-atom dan tiap atom

    berputar di sekitar atom lainnya. Dari perputaran atom inilah

    timbul kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul. Jika

    atom tidak berputar, tidak ada kekuatan tarik-menarik maka tidak

    akan ada satu benda pun di alam ini. Di sini timbul pertanyaan:

    Siapakah yang memutarnya (primier moteur- atau

    penggerak pertamanya?

  • 24

    Yaitu Tuhan. Jadi Tuhan pasti ada.

    c. Preuveu Teleologique, yaitu dalil yang diambil dari susunan dan

    keindahan alam. Yang dimaksudkan dalil ini adalah: Di dalam

    alam ini ada susunan dan perputaran yang amat bagus, susunan

    yang amat indah. Dengan teratur sekali bumi mengitari matahari

    dalam waktu 365 hari 5 jam 49 menit dan 12 detik, bulan

    mengitari bumi waktu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Semua itu

    tentu ada yang menjalankan dan mengatur. Bulan, bintang, dan

    matahari tentu ada Dieu Organisateur (Yang Maha Pengatur).

    Yaitu Allah. Jadi Tuhan pasti ada.

    d. Preuveu Morale, yaitu dalil yang diambil dari moral atau akhlak.

    Penjelasannya: Alam besar atau kosmos begitu indah dan teratur

    jalannya, tetapi kenapa tampak ketidakberesan dalam kehidupan

    alam kecil (manusia di dunia ini), kenapa ada manusia yang

    hidupnya senang dan menindas dan ada pula manusia yang

    hidupnya sengsara dan ditindas.

    Tidak ada keadilan dalam kehidupan manusia di dunia

    ini. Dilihat kebijaksanaan Allah dalam mengatur alam besar,

    maka pasti tiap macam penganiayaan ada Pengadilan Tertinggi di

    kemudian hari yang akan membereskan segala yang tidak beres

    itu. Pasti ada pemberes, yaitu Tuhan.

  • 25

    Bagaimana caranya Tuhan sendiri berkata pada manusia,

    agar kita percaya dan ingat kepada Tuhan?

    Firman Allah, Surat Ad-Dahru ayat 1-4:

    ِن ِحین ۡأَتَٰى َعلَى ٱل َۡھل َن ٱلدَّه ٞإِنَسٰ ذ ٗ ٔ َۡیُكن َشي ِۡر لَم ّۡمِ إِنَّا ُ̂كوًرا ۡا مَّ

    َن ِمن نُّط ۡنَا ٱل َۡخلَق ھُ َسِمیعَ ۡتَِلیِھ فََجَعل ۡ نَّب َٖشاج ۡفٍَة أَم ِۡإنَسٰ ا بَِصیًراۢ نَٰ

    ا َشاِكر ۡإِنَّا َھدَي̃ ھُ ٱلسَّبِیَل إِمَّ ا َكفُوًرا ٗنَٰ نَا ۡتَد ۡأَع ٓإِنَّا̄ا َوإِمَّ

    ِسَالْ ِۡلل ِفِریَن َسلَٰ ل َۡوأَغَكٰ ̅ا َوَسِعیًرا ٗلَٰ

    Artinya: “(1) Bukankan sudah berlalu atas manusia suatu masadimana manusia itu tidak (belum) ada?. (2)Sesungguhnya kami ciptakan manusia itu dari setetes(mani) yang bercampur, yang kami cobai begitu rupa,sehingga menjadi manusia, yang akhirnya dapat melihatdan mendengar. (3) Sesungguhnya kepada manusia itudalam hidupnya di dunia ini kami beri petunjuk jalan(berupa agama yang benar, agar jangan tersesat). Adadiantara manusia itu yang bersyukur kepada Allah,tetapi ada pula yang lupa saja (tidak pandai membalasbudi, malah kufur tidak percaya kepada Allah). (4)Terhadap manusia yang lupa atau kufur itu, kamisediakan rantai, belenggu, dan api neraka yangmenyala.”

    Di dalam ayat-ayat ini, Allah mengajak manusia, untuk

    mengingat dan mengenang akan kejadian diri kita masing-

    masing. Kita diperingatkan oleh Allah untuk mengingat dan

  • 26

    mengenangkan sesuatu yaitu pertama, kita harus sadar, bahwa

    masing-masing kita manusia yang ada sekarang ini dulu tidak

    ada. Kedua, supaya kita coba mengingat bagaimana cara Tuhan

    menciptakan diri kita masing-masing. Ketiga, setelah mengenang

    itu semua, Allah mengajak kita untuk bersyukur dan

    berterimakasih, jang lupa terhadap Allah, seperti batu jatuh ke

    lubuk, tidak pernah muncul.

    2. Keesaan Allah

    Menyembah hanya kepada Allah adalah inti dari ajaran

    agama (islam). Sikap tauhid adalah meyakini dan mempercayai

    bahwa Allah Esa Zat-Nya, Sifat-Nya, Perbuatan-Nya, Wujud-Nya.

    Allah juga Esa memberi hukum, Esa menerima ibadah, dan Esa

    dalam memberikan perlindungan kepada makhluk-Nya.

    kepercayaan dan amalan-amalan ibadah akan menjadi rusak bila

    tauhid (aqidah) labil dan lemah (Nurdin, 2008: 1.32-1.34).

    Menurut M. Quraish Shihab, ulama tafsir, bahwa Keesaan

    Allah itu mencakup:

    a. Keesaan Zat-Nya

    Keesaan Zat-Nya mengandung pengertian bahwa

    seseorang harus percaya bahwa Allah tidak terdiri dari unsur-

    unsur atau bagian-bagian, karena jika zat Yang Maha Kuasa itu

    terdiri dari dua unsur atau lebih, maka berarti Allah

  • 27

    membutuhkan unsur atau bagian itu. Sedangkan unsur yang lain

    Allah tidak membutuhkannya. Ini yang dimaksudkan:

    َ̐حِمیدُ ۡ َغِنيُّ ٱل Լ�ϰϟ˴˶·�˯˵ ۖϝԼ�˴Ϯϫ˵�͉˵Լ˴ϭۡ˶͉� ٓفُقََرا ۡأَیَُّھا ٱلنَّاُس أَنتُُم ٱل ٓيَٰ ۞

    Artinya: “Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah,

    sedangkan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha

    Terpuji.” (Q.S. Faathir, 35: 15)

    b. Keesaan Sifat-Nya

    Adapun keesaan sifat-Nya antara lain bahwa Allah

    memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi (isi) dan

    kepastiannya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa,

    kata yang digunakan untuk menunjukkan sifat tersebut sama.

    Sebagai contoh kata rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi

    juga digunakan untuk menunjukkan rahmat atas kasih sayang.

    Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya.

    ϝԼ�͉˶˶ϭ˴ۡ ِٓحدُوَن فِي َۡوذَُرواْ ٱلَِّذیَن یُلۖ ُعوهُ ِبَھا َۡنٰى فَٱد ُۡحس ۡ ُء ٱل َٓما ۡأَس

    εَملُوَن ۡ َن َما َكانُواْ یَع َۡزو َۡسیُجۦۚ ئِھِ ٓمَٰ ۡأَس

    Artinya: “Dan bagi Allah nama-nama yang baik, makabermohonlah kepada-Nya dengan nama-nama yangbaik itu, dan tinggalkanlah orang-orang yangmenyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya,

  • 28

    kelak mereka akan mendapatkan balasan terhadapapa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-A’raf, 7: 180)

    c. Keesaan Perbuatan-Nya

    Keesaan ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang

    berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan

    wujudnya, kesemuanya adalah hasil perbuatan Allah semata.

    Apa yang dikehendaki-Nya terjadi, dan apa yang tidak

    dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, tidak ada daya (untuk

    memperoleh manfaat), tidak pula kekuatan (untuk menolak

    moderat) kecuali bersumber Allah Swt.

    QS.Ali-Imran (3): 59:

    �˴ϡ˴Ω˯˴�˶Ϟ˴Μ˴Ϥ˴ϛ�͉˶Լ�˴ΪϨ˶ϋ�Իϰδ˴ϴ˶ϋ�˴Ϟ˴Μ˴ϣ�͉ϥ·˶ ۖ ُُكن ۥثُمَّ قَاَل لَھُ ِٖمن تَُرابۥَخلَقَھ

    ̼فَیَُكونُ

    Artinya: “Sesungguhnya perbandingan (kejadian) Isa di sisi

    Allah adalah seperti (kejadian) Adam. Allah

    menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah

    berfirman kepadanya, “jadilah”, maka jadilah dia.”

    d. Keesaan dalam Beribadah Kepada-Nya

  • 29

    Ketiga keesaan diatas merupakan hal-hal yang harus

    diketahui dan diyakini, maka keesaan keempat ini merupakan

    perwujudan dari ketiga makna keesaan terdahulu.

    Ibadah itu beranekaragam dan bertingkat-tingkat, salah

    satu ragamnya yang makin jelas adalah amalan tertentu yang

    ditetapkan cara atau kadarnya lansung oleh Allah atau melalui

    Rasul-Nya, dikenal dengan istilah ibadah mahdah. Sedangkan

    ibadah dalam pengertiannya yang umum mencakup segala

    macam aktivitas yang dilakukan karena Allah.

    ϝԼ�˷˶Ώέ˴�͉˶˶�ϲ ۡإِنَّ َصَالِتي َونُُسِكي َوَمح ۡقُل Η˶Ύ˴Ϥ˴ϣ˴ϭ�˴ϱΎ˴ϳۡ َلَِمین Σَعٰ

    Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup

    dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta

    alam.” (Q.S. Al-An’am, 6:162)

    3. Hikmah Mengenal Allah

    Kata pepatah: tak kenal maka tak sayang. Banyak orang

    mengaku mengenal Allah, tetapi mereka tidak cinta kepada Allah.

    Buktinya, mereka banyak melanggar perintah dan larangan Allah.

    Sebab itu, ternyata mereka tidak mengenal Allah dengan

    sebenarnya.

    Mengenal Allah akan membuahkan rasa takut kepada-Nya,

    tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan kepada-

  • 30

    Nya. Sehingga kita bisa mewujudkkan segala ketaatan dan menjauhi

    segala apa yang dilarang-Nya. Yang menentramkan hati ketika

    orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa

    aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani

    menghadapi segala macam problema hidup.

    Seseorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan

    manfaat pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah

    terhadap sesuatu itu. Demikian juga apabila seseorang mengenal

    Tuhan melalui akal dan hatinya maka ia akan merasakan buah

    kenikmatan dan keindahan yang tercermin dalam dirinya.

    Seperti halnya ketika seseorang mempercayai Allah sebagai

    yang memiliki sifat ar-rahman dan ar-rahim tersebut akan memiliki

    implikasi psikologis yang mendalam. Orang tersebut akan kuat

    batin dan jiwanya, sehingga ia tidak pernah merasa takut

    menghadapi hidup dengan berbagai percobaan. Kekuatan orang

    beriman diperoleh karena harapan kasih sayang Allah yang

    senantiasa menyertai makhluk-Nya. Dia tidak akan putus asa.

    Karena dia yakin bahwa Allah selalu menyertainya. Dengan

    demikian kepercayaan kepada sifat ar-rahman dan ar-rahim ini

    akan menimbulkan sikap optimis (Nata, 2012: 64).

    D. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid

  • 31

    Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses.

    Dalam kaidah bahasa indonesia akhiran-isasi berarti proses. Selanjutnya

    Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan

    secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan, dan

    sebagainya. Lebih jelasnya internalisasi merupakan upaya penghayatan

    nilai ke dalam diri seseorang sehingga akan membentuk watak dan

    perilakunya.

    Internalisasi nilai-nilai tauhid adalah suatu penanaman nilai-

    nilai ilahiyah yang mecakup, iman, islam, ihsan, taqwa, tawakal, sabar

    syukur, dan ikhlas, keyakinan tersebut ditanamkan kepada peserta didik.

    Tahapan dalam internalisasi nilai adalah:

    a. Tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedar

    menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik

    kepada peserta didik, yang semata-mata merupakan komunikasi

    herbal.

    b. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan

    jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara

    peserta didik dan guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini

    tidak disajikan nilai yang baik dan yang buruk, tetapi terlibat

    untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang

    nyata, dan peserta didik diminta memberikan respon yang sama,

    yakni menerima dan mengamalkan nilai itu.

  • 32

    c. Tahap transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini lebih dalam dari

    pada sekedar transaksi. Dalam tahap ini tampilan guru

    dihadapan peserta didik bukan sekedar lagi sosok fisiknya,

    melainkan sifat mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu,

    dapat dikatakan bahwa dalam transinternalisasi ini adalah

    komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlibat secara

    aktif.

    Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima

    pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan

    sikap tersebut sesuai dengan yang ia percayai dan sesuai dengan

    sistem yang dianutnya. Sikap itulah yang biasanya merupakan sikap

    yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah

    berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang

    bersangkutan masih bertahan.

    Pada tahap-tahap internalisasi diupayakan dengan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    a. Menyimak, yakni guru memberi stimulus dan peserta didik

    menangkap stimulus yang diberikan.

    b. Responding, peserta didik mulai ditanamkan pengertian dan

    kecintaan terhadap nilai tertentu, sehingga memiliki latar

    belakang teoritik tentang sistem nilai, kemudian peserta didik

  • 33

    mampu memberikan argumentasi rasional dan selanjutnya peserta

    didik dapat memiliki komitmen tinggi terhadap nilai tersebut.

    c. Organization, peserta didik mulai dilatih mengatur sistem

    kepribadiannya disesuakain dengan nilai yang ada.

    d. Characterization, apabila kepribadian sudah diatur dan

    disesuaikan dengan sistem nilai tertentu dan dilaksanakan

    berturut-turut, maka akan terbentuk kepribadian yang bersifat satu

    hati, kata, dan perbuatan.

  • 33

    BAB III

    DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN

    A. Riwayat Hidup H Bey Arifin

    H. Bey Arifin lahir pada 9 Dzulhijjah 1335 H atau 26 September 1917

    di Parak Laweh, Sumatera Barat. H. Bey Arifin semasa kecilnya dikenal

    dengan nama Buyung Tanjung. Ayahnya bernama Muhammad Arif yang

    bergelar Datuk Lauik Basa dan ibunya Siti Zulaikha. Ayahnya seorang petani

    seperti kebanyakan penduduk Parak Laweh. Buyung hidup lima bersaudara di

    dataran yang diapit gunung Singgalang dan Merapi di Bukittinggi, Buyung

    Tanjung kecil sering sakit-sakitan. Ketika saudara-saudaranya yang lain sibuk

    bekerja di sawah, Buyung hanya bisa memperhatikannya. Ayahnya melarang

    Buyung bekerja keras karena telinga kanannya pernah mengeluarkan nanah

    dan tak seorang dukun tradisional pun waktu itu mampu menanganinya.

    Setiap rasa sakit datang, Si Buyung kecil hanya bisa menangis dipangkuan

    ibunya. Penyakitnya kemudian sembuh berkat ramuan coba-coba buatan

    ibunya sendiri, yaitu dari kuning telur, ditambah jeruk nipis dan sedikit madu.

    Buyung Tanjung menghadiri acara Nuzulul Qur’an di desanya. Pada

    saat Kiai Nurdin berceramah, Buyung sangat terpikat. Tidak saja pada isi

    ceramahnya, tetapi lebih pada pencermah itu sendiri. Betapa enak menjadi

    penceramah, semua orang terpekur memperhatikan yang disampaikannya.

    Bahkan penceramah mempunyai pengaruh yang tinggi pada penggemarnya.

    Begitulah kesan Buyung kecil pada malam itu.

  • 34

    Buyung Tanjung mengejar ke manapun Kiai Nurdin berceramah.

    Hingga Buyung berazam, jika kelak Buyung dewasa, Buyung ingin menjadi

    orang bertabligh seperti Kiai Nurdin Ahmad. Buyung di setiap malamnya

    sampai tidak bisa tidur, membayangkan enaknya menjadi penceramah.

    Buyung saat sedang tidur lelap, tiba-tiba Buyung bangkit dan berbicara

    panjang lebar layaknya berceramah di depan orang banyak. Buyung

    menceritakan apa saja yang pernah didengarnya dari Kiai Nudin. Tetapi

    ketika sadar, Buyung baru tahu kalau itu hanya terjadi dalam mimpi. Kejadian

    itu mendorong Buyung rajin pergi ke surau dan masjid untuk mengaji,

    mempelajari agama islam, bersembahyang, dan membaca Al-Qur’an. Tak ada

    waktu untuk merenung atau bermain sepak bola seperti hari-hari sebelumnya.

    Buyung Tanjung merengek pada orang tuanya agar bisa pergi ke

    sekolah. Jadilah Buyung masuk sekolah tingkat dasar Volkschool, yang

    biasanya hanya diperuntukkan untuk kalangan tertentu. Ketika lulus 3 tahun

    kemudian, Buyung ingin bersekolah lebih tinggi lagi. Masuklah Buyung ke

    Vervolgschool, tingkat sekolah dasar berikutnya. Tetapi Buyung pun tidak

    puas. Akhirnya, ketika duduk di kelas IV Vervolgschool, Buyung juga masuk

    ibtida’iyyah di Simpang Empat, tak jauh dari kampungnya. Buyung juga

    masih aktif mengaji di surau dan masjid-masjid. Hal itu menjadikan Buyung

    hampir tidak punya waktu luang untuk kegiatan yang lain.

    Buyung lulus dari Ibtida’iyyah, kemudian Buyung melanjutkan ke

    Tsanawiyah, lalu ke pesantren Thawalib School di Lembah Ngarai Sianok,

    atas bantuan Kiai Nurdin Ahmad. Kemudian Buyung belajar Ke Perguruan

  • 35

    Muslim di Binnen Weg Bukittinggi yang cukup modern dan menggunakan

    tiga bahasa: Inggris, Belanda, dan Arab. Guru-gurunya lulusan dari

    pendidikan di Mesir dan Mekkah. Seperti: Syech H. Abdurrahman, H. Darwis

    Taram, Muhammad Dawam, dan sebagainya.

    Buyung Lulus dari Perguruan Muslim, dan melanjutkan sekolah ke

    Islamic College di Padang. Islamic College terkenal memiliki 2

    keistimewaan: banyak muridnya pintar berpidato dan menulis. Empat tahun

    lamanya Buyung belajar di Islamic College.

    Perubahan nama Buyung Menjadi Bey Arifin. Buyung berusia 17

    tahun, Buyung tumbuh makin dewasa. Buyung mulai menempatkan dirinya

    pada tataran kaum pemuda yang tengah giat-giatnya berjuang menuntut

    kemerdekaan. Buyung bergabung dengan Himpunan Pemuda Islam, pemuda

    itu mendapat tempat untuk berpidato. Hampir setiap hari Buyung mendapat

    undangan berpidato untuk menggugah semangat masyarakat untuk turut

    berjuang.

    Buyung tidak lagi menggunakan nama Buyung, tetapi disingkat BY.

    Dan ditambahkannya nama ayahnya, Arifin, di belakangnnya. Jadilah

    namanya B.Y Arifin. Tetapi atas saran Tamar Jaya, temannya di HI, nama BY

    diubah menjadi Bey, nama terkenal jendral Turki yang terkenal: Anwar Bey.

    Bey semacam gelar kebangsawanan seperti Raden Mas di Jawa. Sejak itulah

    nama pemuda itu berubah menjadi Bey Arifin.

  • 36

    Bey Arifin Lulus dari Islamic College, dan ditempatkan di sekolah

    dasar Darul Muslicihin di desa Sangkir, Lubuk Basung, meninjau sebagai

    guru agama. Lepas dari sana, Bey mendapat kesempatan merantau ke Jawa

    bersama Maisir Thaib, temannya sewaktu di Islamic College. Maisir lalu

    pergi ke pondok Modern Gontor Ponorogo, sementara Bey tetap di Jakarta,

    tinggal di AM. Sangaji, dan sempat berkenalan dengan Muhammad Rum dan

    H. Agus Salim.

    Bey Afirin mendapat kesempatan belajar di Taman Siswa di

    Yogyakarta dibawah asuhan Ki Hajar Dewantoro atas budi baik Sutan

    Sulaiaman, orang yang dihormatinya di Bukittinggi. Tak lama Bey belajar di

    kota ini, ia mendapat kesempatan mengajar di MULO Muhamadiyah Kudus.

    Maisir Thaib akhirnya membuka sekolah sendiri, Normal Islam, di 110

    km utara Banjarmasin, Maisir menawari Bey Arifin menjadi guru dengan gaji

    25 Gulden. Tawaran itu bersamaan denagan tawaran mengajar di Kudus

    tersebut.

    Bey Arifin pun memilih merantau ke Borneo (Kalimantan), memenuhi

    undangan Maisir Thaib untuk mengajar di kota Rantau. Di sinilah H. Bey

    Arifin melangsungkan pernikahan dengan Zainab Husin, gadis Minangkabau,

    putri Muhammad Husin gelar Khatib Marejo. Mereka Menikah pada 6

    Februari 1944, di tengah kecamuk perang Asia Timur antara Jepang yang

    sedang menduduki indonesia dengan Amerika. Anak pertama mereka,

    Pratiwi, lahir pada 12 Desember 1944.

  • 37

    Selama pendudukan Jepang, Bey Arifin menjadi Sekretaris Jendral

    Borneo Kaikyo Kyokai, badan ulama bentukan Jepang untuk mempengaruhi

    penduduk agar membantu tentara Jepang. Bey sering menjadi penerjemah

    “ulama Jepang” yang berceramah kepada masyarakat, satu posisi yang

    membuatnya tidak nyaman, di satu sisi diperalat tentara Jepang untuk meraih

    simpati penduduk, di satu sisi tidak sesuai dengan hati nuraninya. Apalagi hal

    itu menimbulkan kesan tidak benar, bahwa Bey dinilai memihak tentara

    Jepang.

    Ketika Jepang bertekuk lutut pada Sekutu setelah Hirosima dan

    Nagasaki dibom, maka tentara Jepang di Borneo akan dilucuti tentara Sekutu.

    Hal ini membahayakan Bey Arifin, karena kedudukannya di Kaikyo Kyokai.

    Ia bisa ditangkap dan dieksekusi tanpa pengadilan.

    Ketua Kaikyo Kyokai menyarankan Bey Arifin menumpang kapal

    tradisional Madura, Bey Arifin dengan keluarganya cepat-cepat

    meninggalkan Banjarmasin menuju Banyubiru Madura, demi menjauhkan

    diri dari tentara Sekutu. Setelah itu, Bey Arifin menuju Surabaya dan tinggal

    di kota ini. Barulah Bey tahu bahwa Indonesia telah merdeka pada 17

    Agustus 1945.

    Bey Arifin turut berjuang bersama arek-arek Surabaya dan bergabung

    dalam Batalyon Hisbullah Bersama Bung Tomo Bey kerap berpidato di

    Kedung Anyar dan Kedung Sari. Ketika kemudian tentara pejuang mundur,

    bersama sahabatnya di Normal Islam yang tak sengaja bertemu selama

  • 38

    perang, Bey Arifin dan keluarga lalu tinggal di keluarga Haji Asyari di

    Madiun. Di kota inilah lahir anak kedua dan ketiganya.

    Pasca Kemerdekaan, Bey Arifin tinggal di Madiun hingga pecah

    Peristiwa PKI Muso pada 1948. Bey Arifin termasuk orang yang akan

    dimusnahkan para pengikut PKI. Tetapi berkat pertolongan Allah, Bey Arifin

    selamat dalam insident tersebut. Justru tetangganya, seorang Letkol CPM

    bernama Arifin juga, tewas ditangan PKI.

    Bey kembali memboyong keluarganya ke Surabaya pada bulan Juli

    1949. Bey mengajar di Yayasan Pendidikan Al-Irsyad Surabya. Bey juga

    mengajar di Modern English School (MES), mengajar di Perguruan

    Muhamadiyah, dan juga menulis di berbagai harian. Salah seorang murid di

    MES ternyata komandan dari resimen 17 Brawijaya, Kolonel Sudirman. Atas

    tawaran beliau, Bey Arifin masuk militer berpangkat Letnan Satu sebagai

    Imam Tentara Resimen 17 Brawijaya. Tugasnya berkeliling memberikan

    pembinaan agama pada para prajurit di seluruh Jawa Timur.

    Pada 1958, Bey Arifin diminta menjadi Rohanawan Islam dari

    perusahaan Esembling Mobil Holden, yaitu PT Udatin Cabang Surabaya

    hingga akhir hayatnya. Dari PT Udatin inilah Bey berkesempatan melancong

    keluar negeri, seperti World Managenment Congress di Venezuela, World of

    Islam Festival di London. Keinginan Bey Arifin ke India bertemu dengan

    Syaikh Abu Hasan Ali al-Hasan an-Nadwy, terlaksana berkat bantuan PT

  • 39

    Bina Ilmu, penerbit buku-buku karangannya. Tentu tak lupa Bey Arifin

    menunaiakan haji ke Baitullah pada 1964.

    Tahun 1970 Bey Arifin pensiun dari tentara dengan pangkat Mayor.

    Bey beserta keluarga akhirnya tinggal di rumah di Jalan Sumatera 111

    Surabaya beserta seorang istri, 12 anak, serta lebih dari 25 cucu.

    Wafat KH. Bey Arifin, KH. Bey Arifn pernah diberitakan 6 kali

    meninggal dunia, diantaranya pada saat serangan pesawat Amerika di

    Banjarmasin, saat menyebrang dengan perahu tradisional dengan keluarganya

    dari Banjarmasin ke Banyubiru Madura yang memakan waktu 7 hari untuk

    menghindari tangkapan tentara sekutu akibat kekalahan Jepang tahun 1944,

    ketika di serang gerombolan PKI Muso yang membrontak pada 1948 di

    Madiun, dan ketika naik haji dengan menumpang kapal selama 3 bulan.

    Bagaimanapun, setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati.

    Setiap manusia akan menemui ajal yang tak bisa ditolak jika saatnya tiba.

    KH. Bey Arifin, sang da’i, sang penulis itu, akhirnya wafat di masa tuanya

    pada 20 April 1995, pada usia 78 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman

    Ngagel Surabaya.

    B. Karya-karya H. Bey Arifin

    Beberapa buku yang ditulis Bey Arifin, antara lain:

    1. Rangkaian Cerita Dalam Al-Qur’an

    Al-Qur’an tetap menjadi inspirasi umat manusia. Dua pertiga

    kandungannya menyajikan cerita sejarah. Cerita dalam Al-Qur’an

  • 40

    bukanlah fiksi, melainkan kisah nyata yang tercatat dalam tinta

    sejarah. Metode berkisah memang memberikan keistimewaan

    tersendiri. Cerita dapat mempengaruhi akal, jiwa, dan perilaku

    manusia.

    Bey Arifin termasuk salah seorang penulis yang berhasil

    menyuguhkan serangkaian cerita nyata dalam Al-Qur’an. Beliau

    menuturkan kisah-kisah naratif mulai dari kisah yang terjadi pada

    masa Nabi Adam, Nabi Uzair, Keluarga Imran, Zulqarnain, Negeri

    Sabaa, Ashabul Kahfi hingga era Rasuluallah Saw. Itulah isi dari buku

    Rangkaian cerita Dalam Al-Qur’an yang diterbitkan pada juni 2015

    oleh Zahira Publising House.

    Dengan membaca lembaran demi lembaran kisah dalam buku

    ini akan semakin meneguhkan keimanan kita. Banyak ibrah yang bisa

    kita dapatkan dari tokoh-tokoh yang teguh menggenggam iman.

    2. Mengenal Tuhan

    Buku ini merupakan uraian yang pernah disampaikan Bey

    Arifin di Radio Republik Indonesia di Surabaya saat menjelaskan

    Rukun Iman dan Rukun Islam. Buku ini berisi tentang cara bagaimana

    mengenal Tuhan. Ilmu untuk mengenal Tuhan adalah satu jalan

    pertama, atau ilmu yang harus diutamakan untuk dipelajari bagi setiap

    umat manusia.

  • 41

    Saat kita memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengenal

    Allah sebagai Tuhan kita, maka kita akan jauh lebih baik dalam

    menjalani hidup ini. Karena Allah yang mengatur segala usaha dan

    segala yang terjadi dalam kehidupan kita, maka jika kita mengenal-

    Nya dengan pengetahuan yang seharusnya makan akan sangat jauh

    berbeda sikap dan pikiran kita.

    Buku ini sangat layak sebagai salah satu panduan kita untuk

    semakin menyegarkan keimanan dan kecintaan yang membuahkan

    ketaatan kepada Allah Swt.

    3. Hidup Sesudah Mati

    Dari judul buku ini jelas bahwa buku ini berisi tentang adanya

    kehidupan sesudah mati. Hidup Sesudah Mati pada awal babnya

    membicarakan adanya kehidupan sesudah mati. Setelah penulis

    meyakinkan akan adanya kehidupan sesudah mati, maka selanjutnya

    adalah membicarakan bagaimana menghadapi kematian diri kita dan

    orang lain. Kematian adalah pintu ke alam yang kekal, pintu untuk

    bertemu dengan Allah swt.

    Buku ini juga membicarakan bukti adanya hari kiamat kelak.

    Perbincangan hari kiamat didahului dengan tajuk alam barzakh

    (kubur), kiamat besar beserta tanda-tandanya seperti Dajjal, turunnya

    Isa Ibnu Maryam a.s, pendapat tentang Imam Mahdi, seterusnya

    bagaimana terjadinya kiamat, suasana hari kebangkitan, perhisaban

  • 42

    dan pembalasan. Selain itu juga dijelaskan akan keadaan surga dan

    neraka, serta keadaan akhirat.

    Buku ini mengingatkan tentang kehidupan yang kekal di

    akhirat. Alangkah ruginya manusia, bila dalam kehidupan yang kecil

    di dunia ini hidup senang dan bahagia, bergembira ria, tetapi dalam

    kehidupan di Akhirat yang kekal dan abadi, kita susah dan sengsara,

    terbakar hangus dalam Neraka. Naudzubillahimindzalik...

    “Kematian itu pasti dan kiamat itu pasti.”

    4. Samudera Al Fatihah

    Buku ini menjelaskan tentang kandungan surah Al-fatihah.

    Surat Al-Fatihah dinamai Umul Kitab (Induk Kitab). Beberapa ulama

    menganggapnya sebagai kesimpulan dari Al-Qur’an. Allah Swt.

    memerintahkan untuk membacanya minimal 17 kali dalam sehari,

    yaitu pada setiap rakaat shalat wajib yang dilakukan. Hal ini

    menunjukkan keagungan dan kehebatan kandungan (isi) dari surat Al-

    Fatihah. Menyedihkan dan mengherankan sekali bila surat yang kita

    baca beribu-ribu bahkan mungkin berjuta kali dalam hidup kita, tetapi

    kita tidak paham isinya.

    H. Bey Arifin, mencoba membedah isi kandungan Surah Al-

    Fatihah secara mendalam dengan gaya bahasa yang mudah dicerna

    dan dipahami. Walaupun hanya terdiri 7 ayat, namun isi

    kandungannya bagaikan samudera luas yang tiada batas. Semakin

  • 43

    diselami, semakin tampak mutiara-mutiara ilmu yang berada

    didalamnya.

    C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin

    Sistematika penulisan buku Samudera Al-Fatihah sama seperti buku

    pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman

    selanjutnya pengantar. Tetapi disini adalah pengantar dari cetakan, karena

    yang digunakan merupakan buku cetakan ke empat. Halaman selanjutnya

    adalah daftar isi, dan kemudian baru kata pengantar dari penulis yang

    mendorong dalam menulis buku tersebut.

    Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Samudera Al-Fatihah,

    yaitu:

    1. Halaman Judul

    2. Pengantar Cetakan

    3. Daftar Isi

    Pengantar Kata

    a. Keistimewaan Surah Al-Fatihah

    b. Nama-nama Surah Al-Fatihah

    c. Tafsir Ta’awwudz

    d. Tafsir Basmalah

    e. Tafsir Hamdalah

    f. Tafsir ar-Rahmaanir-Rahim

    g. Tafsir Maliki Yaumiddin

    h. Tafsir Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin

  • 44

    i. Tafsir Ihdinash-Shiraathal-Mustaqim

    j. Tafsir Shiraatha-Ladzina An’amta ‘Alaihim

    k. Tafsir Ghairil-Maqhdhuubi ‘Alaihim wa Ladh-Dhaallin

    l. ‘Amin

    4. Penutup

    5. Bibliografi

    D. Buku Samudera Al-Fatihah

    1. Profil Buku

    Judul : Samudera Al-Fatihah

    Penulis : H. Bey Arifin

    Penerbit : PT. Bina Ilmu

    JL. Tanjungan 53 E Surabaya 60275

    Telp. (031) 5340076. 5323214 – Fax (031) 5315421

    Tebal Buku : 324

    2. Sinopsis

    Isi buku Samudera Al-Fatihah ini cukup menarik karena

    menguraikan kandungan isi dari surah Al-Fatihah secara dalam disertai

    ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-hadist (cerita Nabi Muhammad) yang

    menguatkan. Dengan membaca buku ini pembaca diajak menjelajahi

    Samudera Al-Fatihah yang begitu dalam dan luas. Dengan harapan dapat

    menambah iman dan khusyu’ kita terhadap semua persoalan yang

    dikandungnya. Mengapa surah Al-Fatihah? Kita mengetahui bahwa

    belum sah sholat seseorang jika tidak membaca surat Al-Fatihah. Hal ini

  • 45

    pasti menunjukkan keagungan dan kehebatan kandungan (isi) dari surah

    Al-Fatihah. Diterangkan dalam buku ini bahwa surat Al-Fatihah

    merupakan kesimpulan dari seluruh isi Al-Qur’an atau kesimpulan dari

    seluruh kitab-kitab suci atau kesimpulan dari seluruh ajaran semua Nabi-

    Nabi dan Rasul, atau kesimpulan dari ajaran semua agama yang dibawa

    oleh para Nabi dan Rasul. Sebab itulah, surah ini dinamai surah Al-

    Fatihah (Pembuka) atau Ummul-Kitab (Induk Kitab).

    Ada beberapa keistimewaan surah Al-Fatihah yaitu yang pertama,

    paling besar (A’zham). Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

    bin Hanbal r.a, katanya: Menyampaikan kepada kami Yahya bin Said dari

    Syu’bah yang menerima kabar ini dari Hubaib bin Abdirrahman. Dari

    Hafizh bin ‘Ashim, daai Abu Said al-Ma’alli r.a berkata:

    “Seorang sahabat bertanya kepada Rasuluallah saw.: YaRasulullah, Engkau mengatakan akan mengajarkan kepadakusebesar-besarnya surah dalam Al-Qur’an?.” Berkata Rasulullahsaw.: ya, Alhamdulillahi Rabil Alamin (dan seterusnya), 7 ayatyang berulang-ulang, dan itulah Al-Qur;an al-‘Azhim yang telahdisampaikan kepadaku.”

    Yang kedua, yaitu Al-Fatihah tak ada samanya dalam Taurat, Injil,

    Zabur, dan Al-Qur’an. Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib r.a bahwa

    Rasulullah saw. berkata: “Siapa yang membaca Fatihatul-Kitab (Al-

    Fatihah), maka seakan-akan dia telah membaca Taurat, Injil, Zabur dan

    Al-Furan) Al-Qura’an.”

    Keistimewaan Al-Fatihah lainnya yaitu hanya kepada Nabi

    Muhammad saw. diturunkan, langsung mendapat jawaban dari Allah swt.,

  • 46

    aman dari segala bahaya, langsung dari arasy dan sebagai obat. Masih

    banyak lagi keistimewaan surah Al-Fatihah dan akan terlalu panjang jika

    dicantumkan semuanya. Dengan keterangan tentang keistimewaan surah

    Al-Fatihah, diharapkan dapat menambah keinginan kita untuk

    memperdalam surah Al-Fatihah.

    Sebelum menuju ayat pertama surah Al-Fatihah, kita mulai dengan

    tafsir Ta’awudz. Dalam ayat ini ada dua pokok masalah yang penting

    yaitu terdapat kata BERLINDUNG dan SETAN. Dalam perlindungan

    Allah dapat kita lihat mengenai perputaran bumi mengelilingi dirinya

    (rotasi), perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi), jarak antara

    bumi dan bintang-bintang atau planet-planet, hawa dan udara, serta air

    laut yang asin. Disini terdapat perlindungan yang besar yang diberikan

    Allah swt., bisa dibayangkan apabila bumi ini mendekat sedikit saja ke

    matahari melebihi atau kurang dari lintasan yang ada sekarang ini, akan

    terjadi badai dan topan, gempa-gempa bumi dan lain-lain bencana alam

    yang tak terkira hebatnya. Maka mengertilah kita bagaimana hebatnya

    kekuasaan Allah yang mengaturnya, sehingga masing-masing tidak saling

    bertabrakan.

    Selanjutya mengenai kata Setan, Setan adalah musuh terbesar dan

    paling berbahaya bagi manusia. Setan adalah makhluk ghaib yang tidak

    dapat dilihat oleh mata. Maka untuk melawan setan senjata yang

    digunakan bukanlah senapan atau mitraliyur, melainkan senjata berupa

    iman, izti’adzah dan zikir. Bukti setan sebagai musuh terbesar adalah

  • 47

    salah satu kisah Harut dan Marut. Dari kisah itu, Tuhan dan Malaikat tahu

    bagaimana hebatnya godaan setan dan nafsu-nafsu yang dihadapi manusia

    dalam kehidupan diatas bumi ini. Karena itulah Allah memberi manusia

    senjata-senjata yang luar biasa hebatnya, yaitu senjata yang bernama akal

    dan hidayat Allah.

    Dalam hidup manusia mempunyai tiga bahaya, yaitu bahaya

    terhadap kepercayaan (i’tiqad), bahaya yang timbul dari gerak-gerik

    manusia dalam hidupnya yang merusak agama, dan bahaya yang

    merupakan berbagai penyakit yang menimpa badan manusia. Maka,

    Isti’adzah ini diartikan minta perlindungan Tuhan dari semua bahaya-

    bahaya tersebut, sebab semua itu termasuk dalam daerah pengaruh setan

    yang terkutuk.

    Setelah mengetahui tentang tafsir Ta’awudz selanjutnya adalah

    Basmalah (Bismillahir Rohmaanir Rahim). Di dalam basmalah terdapat 3

    nama yang besar dari Nama-nama Allah yaitu: Allah, Ar-Rahman, Ar-

    Rahim, karena itu Rasulullah saw. menanamkan al asmul A’zham yaitu

    Nama teragung dari Allah swt.

    Basmalah mempunyai keutamaan-keutamaan, yaitu hadis yang

    diriwayatkan oleh Imam Ahmad berasal dari Abu Hurairah, bahwa

    Rasulullah saw. pernah mengatakan: “Tidak sah wudhu’ orang yang tidak

    menyebut Bismillah sebelumnya.” Selain itu juga ada hadis yang

    diriwayatkan Ibnu Hibban, sabda Rasulullah saw.: “Setiap (pekerjaan)

    urusan yang penting yang tidak dimulai dengan menyebut: Bismillahir

  • 48

    Rohmaanir Rahim, maka pekerjaan (urusan) itu akan pincang.” Dari

    hadis tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa menyebut “Bismillahir

    Rohmaanir Rahim” pada permulaan pekerjaan, dan urusan adalah penting

    sekali. Penting bagi kelancaran dan keselamatan pekerjaan, dan

    keselamatan orang yang mengerjakan pekerjaan dan urusan itu, dan

    penting juga bagi keberesan dan keselamatan hasil dari pekerjaan dan

    urusan itu.

    Ayat pertama dari surah Al-Fatihah adalah Alhamdulillahi Robbil

    ‘Alamin (Segala puji kepunyaan Allah, Pencipta/ Pengatur seluruh alam).

    Agar mudah memahaminya secara menyeluruh dari kalimah itu, kita

    dahulukan kata al-‘Amin, kemudian kata Rabbi lalu al-Hamdu dan

    akhirnya Lillahi.

    Al-‘Amin (alam semesta), sehebat apapun ilmu pengetahuan yang

    telah dicapai manusia saat ini, namun masih sedikit sekali dibandingkan

    dengan besar dan luasnya alam semesta raya. Firman Allah: “Dan

    tidaklah diberikan pengetahuan kepada kamu kecuali sedikit.” (Al-Isra:

    85). “Katakanlah (hai Muhammad), bahwa sesungguhnya pengetahuan

    (yang sempurna) hanya pada Allah, sedang aku ini hanya pemberi

    peringatan yang nyata.” (Al-Mulk: 26). Begitu sedikit pengetahuan

    manusia tentang alam semesta ini, lebih sedikit lagi pengetahuan manusia

    tentang akhirat. Nabi Muhammad saw. berkata kepada salah seorang

    sahabat: “Bilau engkau masukkan sebelah tanganmu kedalam laut, lalu

    engkau angkatlah tangan itu kembali, maka air yang melekat pada

  • 49

    tanganmu itulah pengetahuan dunia, dan air laut tertinggal di samudera

    itulah pengetahuan tentang akhirat.”

    Alam raya ini begitu indah dan luas, terlebih keindahan alam di

    malam yang terang dan cerah. Dijelaskan dalam surat Al-Qur’an

    mengenai hal ini, seperti Al-Mulk: 1-5, Al-Waqi’ah: 75-76, Al-Mu’min:

    57 dan masih banyak lagi. Kekaguman kita terhadap kehebatan dan

    kebesaran alam semesta, dan kemudian akan lebih kagum lagi terhadap

    kehebatan dan kebesaran Allah yang menciptakannya. Dalam surat Al-

    Kahfi: 109: “Sekiranya laut dijadikan tinta untuk menuliskan kalimah-

    kalimah Allah, sungguh akan keringlah lautan sebleum habis kalimah-

    kalimah Allah, sekalipun ditambah sebanyak itu lagi.”

    Rabbil ‘Alamin (Pencipta segala), Allah berfirman:

    “Sesungguhnya di dalam pergiliran malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di atas samudera membawa apa-apa yangberguna bagi manusia dan apa-apa yang diturunkan Allah darilangit berupa air, sehingga dengan air itu menjadi hiduplah bumiyang mulanya mati, lalu hidup berkeliaran di atasnya segalamacam binatang, berhembusnya antara angin dan awan antaralangit dan bumi, semua itu adalah menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda bagi orang yang berakal (berfikir).” (Al-Baqarah: 164).

    Jadi seluruh kejadian bumi ini, disamping diambil manfaatnya

    untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti tanda tentang wujud kekuasaan

    dan kemurahan Allah, untuk pendorong agar kita selamanya hidup di

    dalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah, dan mentaati segala

    perintah Allah.

    Alhamdulillah, ucapan atau kalimah yang menunjukkan rasa

    syukur terimakasih, kasih sayang, cinta, hormat, khidmat, lega, dan

  • 50

    bangga terhadap Allah. Dari segala macam bentuk susunan kalimah yang

    berisi pujaan dan pujian yang dihadapkan manusia kepada Allah, Allah

    memilih satu yang paling disenangi, yaitu Alhamudulillahi Rabil ‘Alamin.

    Rasulullah Saw. bersabda: “Zikir paling utama ialah laa illaha illallaah,

    dan do’a paling utama ialah kaliamah Alhamdulillah.” Kalimah

    hamdalah berarti berdo’a. Syaratnya ialah agar setiap orang menyebutnya

    harus ingat dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan dan

    mendengarkannya.

    Ayat kedua dalam surah Al-Fatihah adalah Ar-Rahmaanir Rahiim.

    Rahim atau Rahmat mempunyai arti yang sama yaitu: pemberi Rahmat

    atau Maha Pengasih, Maha Penyayang. Rahmat dunia yang besar itu ialah

    rahmat yang dinamakan kesehatan jasmani dan rohani, keselamatan

    jasmani dan rohani, berbagai ilmu pengetahuan, kekuasaan kedudukan

    dan lain-lain.

    Rahmat alam, diterangkan dalam banyak surah dalam Al-Qur’an,

    beberapanya antara lain: Firman Allah: “Dan kami jadikan dari tiap-tiap

    sesuatau yang hidup apakah kamu tidak tetap mau beriman?” (Al-

    Anbiya: 30). “Engaku lihat bumi itu kering tetapi apabila kami turunkan

    atasnya air, lalu ia menjadi mekar dan segar (lunak dan subur), dan

    dapat menambahkan bermacam-macam tumbuhan yang menarik hati.”

    (Al-Haj: 5). “Segala sesuatu tentang alam yang luas ini, kita akan kagum

    memikirkan kebesaran dan kebijaksanaan Allah yang menciptakan dan

    mengaturnya.” (Dalam surah Al-A’raf: 53 dan Al-Mu’minun: 14).

  • 51

    Selain nikmat alam semesta, rahmat Allah yang sangat bernilai

    adalah kesehatan jasmani dan rohani. Sabda Rasuluallah saw.:

    “Siapa yang sehat badannya, senang hatinya (sehat rohaninya),dirumahnya ada makanan buat sehari, maka seakan-akan seluruhdunia ini berada dalam genggammannya. “Mintalah kepada Allahakan keyakinan (agama yang benar) dan kesehatan, karenasesungguhnya tidak ada sesuatu sesudah keyakinan yang lebihberharga daripada kesehatan.”

    Rahmat islam dan iman adalah rahmat yang tidak dapat dinilai

    dengan apapun. Sungguh beruntung sekali orang yang telah menerima

    dan merasa memiliki islam dan iman itu didadanya. Sabda Rasulullah

    saw.: “Beruntung orang yang telah melihat Aku dan beriman dengan Aku,

    dan beruntung, beruntung, beruntung orang yang tidak melihat akan Aku

    tetapi beriman kepada Aku.”

    Rahmat Akhirat, seluruh rahmat dan nikmat yang dituangkan Allah

    dipermukaan bumi ini adalah sebagian kecil dari rahmat Allah yang amat

    besar. Firman Allah Swt: “Katakanlah (hai Muhammad): harta benda

    (kesenangan) dunia ini sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang yang

    taqwa, dimana mereka tidak akan dianiaya (dirugikan) sekalipun

    sedikit.” (An-Nisa: 77). Sabda Rasulullah saw.: “Sejelek-jelek kedudukan

    manusia pada sisi Allah di hari kiamat ialah seorang yang mengorbankan

    akhiratnya untuk dunia lainnya.”

    Ar-Rahmaan berarti Allah Pemegang Kunci Rahmat Dunia, Ar-

    Rahiim berarti Allah Pemegang Kunci Rahmat Akhirat. Menurut Hadis

    Rasulullah saw. apabila kita berdo’a paling seru menyeru dengan seruan:

    Ya Rahmaan Ya Rahiim.

  • 52

    Maaliki Yawmiddin (yang memiliki hari pembalasan) yaitu ayat

    ketiga dalam surah Al-Fatihah. Dalam banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist,

    Allah dan Rasul-Nya menegaskan bahwa kehidupan di dunia ini adalah

    kehidupan yang amat kecil artinya, amat terbatas waktunya. Penghidupan

    di dunia ini ibarat setetes air, sedang penghidupan akhirat adalah ibarat

    samudera luas.

    Bab ini menjelaskan bahwa hal yang paling menakjubkan pada

    manusia, bukanlah jasmani atau tubuhnya tetapi rohaninya. Namun segala

    sesuatu yang gaib yang diciptakan Allah hanya Allah sajalah yang

    mengetahuinya. “Mereka bertanya kepada engkau tentang Roh.

    Katakanlah: roh itu adalah rahasia Tuhanku. Dan tidaklah diberikan

    ilmu pengetahuan kepadamu kecuali sedikit saja.” (Al-Isra: 85) Tetapi

    kita sebagai orang yang beriman, harus percaya bahwa ada kehidupan

    sesudah mati, kehidupan kekal abadi roh manusia di alam barzakh dan

    alam akhirat.

    Pesan yang disampaikan adalah: hindarkan dirimu dari sesal

    kemudian yang tak berguna. Dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an dan

    Hadis Nabi Muhammad saw. Diantaranya: surah As-Sajdah: 11-12 dan

    surah Az-Zumar: 58-59. Untuk menghidarkan diri dari sesal yang

    berkepanjangan, dalam surah Az-Zumar: 54-55 dijelaskan:

    “Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang kepadamu azab itu, kemudian kamu tidakdapat ditolong lagi (54). Turutlah sebaik-baiknya (agama) yangditurunkan kepadamu dari Tuhan kamu, sebelum datang kepadamuazab dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak sadar (55).

  • 53

    Disini juga dijelaskan secara detail tentang tahapan-tahapan

    kehidupan setelah mati disertai kajian yang tertuang dalam Al-Qur’an

    dan Hadist. Dan dalam kesimpulan bab ini, diuraikan tentang surah Al-

    Waqi’ah tentang kejadian besar yaitu kejadian kiamat. Diterangkan pula

    dalam hadist, bahwa bagi siapa yang sering membaca surah ini akan

    mengakibatkan ketenangan hati dan jiwa menghadapi segala

    kemungkinan dalam hidup dan mati.

    Ayat ke empat surah Al-Fatihah yaitu iyyaka na’budu wa iyyaka

    nasta’iin. Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat, ayat ini terletak persis ditengah-

    tengah, tiga ayat sebelumnya untuk Allah, sedangkan tiga ayat

    sesudahnya untuk manusia (Hamba Allah). Iyyaka Na’budu artinya:

    Engkaulah yang kami sembah. Hanya untuk Engkau sajalah kami

    beribadah. Tidak ada selain Engkau yang kami sembah, yang kami puja.

    Iyyaka Nasta’iin artinya: Engkaulah yang kami mintai pertolongan.

    Hanya kepada Engkau sajalah kami minta bantuan, perlindungan, mohon

    rejeki, mohon keselamatan, dan lain-lain.

    Ayat ini mengandung dua persoalan pokok yaitu Ibadah dan Do’a.

    Ibadah terhimpun dalam dua hal yaitu Cinta (Hub) dan Tunduk (Khudhu).

    Dan cinta serta tunduk hanya kepada satu zat yaitu Allah semata. Ini yang

    dinamakan Tauhid. “Bila kamu tanyakan kepada mereka: siapakah yang

    menciptakan mereka? Mereka akan menjawab: Allah.” (Ad-Dukhan: 87)

    Berdo’a (Isti’anah) terhimpun dalam dua hal yaitu berserah diri

    (tsiqah) dan menggantungkan harapan (i’timad) sebulat-bulatnya kepada

  • 54

    Allah. Dan dua hal ini tercakup dalam satu kata yaitu tawakal. Tawakal

    inilah yang menjadi pengertian sedalam-dalamnya dari ayat “iyyaka

    na’budu wa iyyaka nata’iin.”

    Ihdinash-shiraathal-mustaqim adalah ayat kelima dari surah Al-

    Fatihah. Shiraathal-mustaqim artinya jalan yang lurus, jalan yang

    membawa kepada kebahagiaan dan keberuntungan, di dalam hidup di

    dunia dan lebih-lebih di dalam hidup di akhirat nanti. Rasulullah saw.

    menasehatkan kepada umat