NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERAAl...
Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERAAl...
-
NILAI
DALAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID
DALAM BUKU SAMUDERA Al-FATIHAH
KARYA H BEY ARIFIN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Diah Fajar Utami
NIM 111-13-267
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
NILAI PENDIDIKAN TAUHID
FATIHAH
KEGURUAN
-
i
-
NILAI
DALAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
ii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID
DALAM BUKU SAMUDERA Al-FATIHAH
KARYA H BEY ARIFIN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Diah Fajar Utami
NIM 111-13-267
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
NILAI PENDIDIKAN TAUHID
FATIHAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
MOTTO
�ğ`j?�
hğĬ �jŷjķ�h]hûǬ iȹ�̀
h=�iŋjŧûŤhȬ�hƅۦ �
û]jûǬ iȹ�ŴhŲhb�ôi;
mĵhŒhȹ�Ŵhųjɉ�
hū jɉhə�h`biI�ĵhŲ�iŋjŧ
ûŤhɆhb
�jķ�jğĬ ĭ�Aeʼnžjšhķ�
ühƆhʄhŗ �ğŮhŗ �ûʼn
hŪhȯ͵
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya” (An-Nisa: 116)
-
vii
PERSEMBAHANDengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi
ini saya persembahkan kepada:
Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa selalu medo’akan disetiap langkah
yang ku tempuh dan senantiasa memberikan dukungan baik secara moral
maupun material.
Kakak dan adikku tercinta, Dwi Wulan Sari dan Dwi
Yunita Sari, yang selalu memberi semangat dan cinta yang
tulus.
Sahabat-sahabatku Siti Qomariah, Inna Laila Rahmah, dan Tri Astutik
yang selalu memberi motivasi satu sama lain, Semoga jalan yang kita lalui
ini membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita idam-idamkan.
Teman-teman PAI kelas H mb nida, isti, bastia, nurul, lisa,
dkk terimakasih untuk pertemuan yang manis dan
kekompakan kalian di IAIN Salatiga.
Tak lupa untuk Dwi S yang selalu ada untuk mendorong, membantu dan memberikan
semangat untuk melakukan hal-hal yang positif.
Dan yang terakhir terimakasih buat teman-teman KKN
Kiki, Aliya, Wasil, Kunni, Dewi, Arifin, Dhofir dan Aris
kalian layaknya keluarga baru yang saling memberi
dukungan satu sama lain, semoga apa yang kita cita dan
cintakan dapat terwujud sesuai yang diharapkan, Amin.
-
viii
KATA PENGANTAR
ِحْیمِ ْحمِن الرَّ بِْسِم هللاِ الّرْAlhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
skripsi dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-
Fatihah Karya H Bey Arifin.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
maka tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberi nasehat, arahan serta masukan-masukan yang
sangat membantu dan membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Ibu Rr. Dewi Wahyu Mustikasari, S.S., M.Pd selaku dosen
pembimbing akademik yang sabar membimbing dan sabar mendengar
keluh kesah perkuliahan.
-
ix
6. Seluruh dosen dan petugas administrasi Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan
penelitian berlangsung.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Terakhir untuk kampus tercinta IAIN Salatiga, terimakasih telah
menjadi bagian terpenting dari perjalanan hidup.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada
umumnya.
Amin Ya Robbal ‘Alamin
Salatiga, 31 Desember 2016
Penulis
DIAH FAJAR UTAMI
NIM. 111-13-267
-
x
ABSTRAK
Utami, Diah Fajar. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah Karya H Bey Arifin. Jurusan Pendidikan Agama Islam. FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A.
Kata Kunci : Nilai-nilai, Pendidikan, Tauhid, Samudera Al-Fatihah.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui nilai-nilai pendidikantauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin. Pertanyaan yang ingindijawab dalam penelitian ini adalah 1) Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhiddalam buku samudera al-fatihah? 2) Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikantauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin dengan praktikpendidikan masa kini?.
Penelitian ini bersifat literature (kepustakaan) yang berfokus pada referensibuku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian dilakukan dengan mencermatisumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau sumber lainyang berkaitan dengan nilai- nilai pendidikan tauhid. Adapun teknik pengumpulandata menggunakan library research, yaitu penelitian perpustakaan denganlangkah-langkah mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajianpermasalaan. Dalam hal ini penulis menguraikan teks-teks dalam buku SamuderaAl-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid. Kemudianmenjelaskan teks-teks tersebut dan menganalisis penjelasan sesuai denganrumusan masalah yang ingin dijawab oleh penulis. Dan terakhir menarik suatukesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang pokok permasalahan. Dari data-data yang telah diidentifikasi, maka penulis menarik kesimpulan mengenai nilai-nilai pendidikan tauhid.
Berdasarkan hasil analisis dapat dirumuskan bahwa dalam buku SamuderaAl-Fatihah karya H Bey Arifin terdapat nilai-nilai pendidikan tauhid yaitu nilai-nilai ilahiyah, meliputi: iman, islam, ihsan, taqwa, tawakal, syukur, sabar, danikhlas. Nilai ilahiyah tersebut relevan dengan praktik pendidikan tauhid masa kini.Hal itu dikarenakan pendidikan tauhid masa kini yang dikaji pokok materinyaadalah rukun iman. Dan di dalam kandungan Al-Fatihah banyak sekali mengenaipendidikan tauhid tidak hanya iman saja yang terkandung didalamnya, melainkanjuga sikap islam, ihsan, taqwa, tawakal, syukur, sabar, dan ikhlas juga tertuang didalamnya. Sehingga akan membentuk pribadi seseorang menjadi islam sejati.Selain itu pembelajaran juga dilakukan secara kontinu dan dilakukan secaraberulang-ulang.
-
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... i
JUDUL............................................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
DEKLARASI ................................................................................................... v
MOTTO............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 7
E. Penegasan Istilah.................................................................................. 8
F. Metode Penelitian................................................................................. 10
-
xii
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 15
A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid..................................................... 15
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid................................................... 17
C. Materi Ilmu Pendidikan Tauhid............................................................ 21
D. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid.......................................... 30
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN ..................................... 33
A. Riwayat Hidup H Bey Arifin ............................................................... 33
B. Karya-karya H Bey Arifin.................................................................... 39
C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin ........................................... 43
D. Buku Samudera Al-Fatihah .................................................................. 44
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM
BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH............................................................... 57
A. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah
Karya H Bey Arifin .............................................................................. 57
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera
Al-Fatihah dengan Praktik Pendidikan Tauhid Masa Kini................... 77
BAB V PENUTUP........................................................................................... 80
A. Kesimpulan .......................................................................................... 80
B. Saran dan Kritik ................................................................................... 81
-
xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Nota Pembimbing Skripsi
4. Lembar Konsultasi
5. Surat Keterangan Kegiatan
6. Cover Buku Samudera Al-Fatihah
7. PPT Skripsi
-
xv
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tauhid adalah pegangan yang utama dan yang menentukan bagi
kehidupan manusia, karena tauhid sebagai landasan dari setiap amal yang
dikerjakan oleh setiap orang. Seorang manusia akan mendapatkan
kehidupan yang hakiki di akhirat apabila amal yang dilakukannya
berlandaskan tauhidullah, karena itu adalah tuntutan dari ajaran agama
islam (Harun, 2004:3).
Allah Berfirman:
ِلح َۡمن ن ذََكٍر أَو َٗعِمَل َصٰ ٗۖ َطیَِّبة َٗحَیٰوةۥِییَنَّھُ ۡفَلَنُح ِٞمن ۡأُنثَٰى َوُھَو ُمؤ ۡ ا ّمِ
َ͢ملُونَ َۡسِن َما َكانُواْ یَع َۡرُھم بِأَح ۡأَج ِۡزیَنَُّھم َۡولَنَج
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-lakimaupun perempuan dalam keadaan beriman, makasesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yangbaik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada merekadengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah merekakerjakan” (An-Nahl: 97).
Tauhid tidak hanya sekedar mengenal dan mengetahui bahwa Allah
pencipta alam semesta, tidak hanya mengetahui keberadaan dan keesaan-
Nya, dan tidak pula mengetahui Asma’ dan sifat-Nya. Hakikat tauhid
disini adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya adalah
menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuensi
-
2
dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan
penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut kepada-Nya.
Tujuan manusia diciptakan adalah untuk bertauhid kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
̹بُدُوِن ۡإِنَس إِالَّ ِلَیع ِۡجنَّ َوٱل ۡ ُت ٱل َۡوَما َخلَق
Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia mealainkan
supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariat: 56)
Dari ayat diatas jelas, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia
hanya untuk beribadah kepada-Nya. Tidaklah mereka diciptakan untuk
besenang-senang dan menghabiskan waktu untuk duniawinya saja. Mereka
mengakui adanya Allah, tetapi mereka tidak menjalankan perintah dan
bahkan melanggar apa yang dilarang Allah. Selain itu, mereka juga
menunda-nunda sholat demi pekerjaannya. Padahal semua itu datangnya
dari Allah.
Lebih lagi pada masa globalisasi seperti saat ini nampaknya tidak
dapat terlepas dari berbagai perkembangan kemajuan baik pengetahuan,
teknologi, dan informasi serta filsafat dan ideologi. Dalam hal itu, muncul
adanya dampak positif dan negatif. Dampak negatif yang dikhawatirkan
adalah manusia akan cenderung menganggap satu-satunya yang dapat
membahagiakan hidupnya adalah nilai materialnya saja. Sehingga mereka
mengesampingkan nilai spritualnya yang sebenarnya berfungsi sebagai
penata dan pengatur hidupnya ke jalan yang lurus dan benar.
-
3
Dengan adanya masalah tersebut, maka perlu adanya penanaman
tauhid pada setiap individu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid dapat diberikan di lingkungan
sekolah maupun lingkungan keluarga. Di Sekolah kini menerapkan adanya
kurikukulum 2013 yang membentuk adanya pendidikan karakter. Dalam
pendidikan karakter yang pertama dan utama yang perlu dibentuk adalah
pendidikan tauhid itu sendiri. Apabila seseorang sudah memahami
pendidikan tauhid dan berkomitmen kepada akidah biasanya
terimplementasi dalam bentuk perilaku, moralitas, visi dan pola pikirnya
dalam kehidupan yang nyata.
Dengan demikian semakin dangkal akidah tauhid seseorang
semakin rendah pula kadar akhlak, watak dan kepribadian, serta
kesiapannya menerima konsep Islam sebagai way of life. Sebaliknya
bilamana akidah seseorang telah kokoh, maka itu akan terlihat dalam
operasionalnya. Setiap konsep dari islam pasti akan diterima secara utuh
dan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan terkesan mencari alasan-alasan
untuk menolaknya, itulah sikap muslim sejati (Rasyid, 1988:15-16).
Keutaman Pendidikan tauhid bagi manusia adalah untuk
menjadikan manusia yang utuh dan menjadi manusia yang mengabdi
kepada Sang Maha Pencipta, menjadi manusia demi manusia yang lain
dan alam semesta. Karena pada dasarnya, dalam masa kandungan pada
usia tiga bulan sepuluh hari dihembuskan ruh Allah dan sekaligus adanya
pengakuan manusia untuk meyakini Allah sebagai Tuhannya. Dan ketika
-
4
manusia lahir ke dunia telah memiliki potensi-potensi ilahiyah, namun
potensi tersebut masih tersimpan dalam diri manusia. Hal itu perlu
direalisasikan secara nyata agar manusia mengerti hakekat dan tujuan
hidup sebenarnya.
Sedangkan tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah
untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan untuk
menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai lahirnya
nilai etika insani (Thoha, 1997:72).
Pokok-pokok pembahasan ilmu tauhid meliputi tiga hal, yaitu
ma’rifat al-mabda’, ma’rifat al-wasitah, dan ma”rifat al-ma’ad. Ma’rifat
al-mabda’ adalah mepercayai dengan penuh keyakinan bahwa penciptaan
alam adalah Allah Yang Maha Esa. Ma’rifat al-wasitah adalah
mempercayai tentang para utusan Allah. Ma”rifat al-ma’ad adalah
mempercayai adanya kehidupan abadi di akhirat (Ensiklopedi Islam,
2003:90).
Dalam Skripsi ini penulis akan membahas tentang nilai-nilai
pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin.
Penulis menggunakan buku ini, karena didalam buku ini permasalahan
diuraikan secara jelas dan terperinci. Dalam buku Samudera Al-Fatihah
berisi tentang penafsiran surat Al-Fatihah. Dalam penulisannya H. Bey
Arifin menggunakan pemikiran beberapa tokoh, tetapi beliau juga
memberikan pandangannya mengenai ayat yang kemudian dihubungkan
-
5
dengan berbagai hal seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga
mengenai peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.
Dalam buku Samudera Al-Fatihah dijelaskan mengenai berbagai
permasalahan, di setiap permasalahan itu membuat seseorang agar ingat
dengan kekuasaan Allah. Seperti halnya dalam kutipan berikut:
“Demikianlah besarnya rahmat Allah yang telah memutar bumidi kelilingi matahari dan memiringkannya ke Utara danSelatan. Satu rahmat besar yang harus diingat-ingat, janganhendaknya lupakan saja, agar kita selalu dalam keadaanbersyukur terhadap Allah. Sehingga selalu pula dalam keadaantaat dan patuh menjalankan ibadah yang diperintahkan-Nya.Hanya orang-orang yang tak memikirkan ini semualah yangberat baginya mengerjakan ibadah berupa shalat dan puasaAmat berat baginya untuk membungkukkan badan kepadaAllah, tetapi amat ringan membungkuk-bungkukkan badanmengambil bola tennis. Berat baginya sembahyang dan puasa,tetapi ringan saja baginya melakukan gerak jalan ratusankilometer jauhnya atau mendaki puncak gunung yang tinggi.”
Dari kutipan itu jelas, bahwasannya Allah penguasa segala alam
raya. Allah menciptakan sesuatu dengan sempurna tanpa ada cacat
sedikitpun. Apabila Allah tidak memiringkan bumi ke Utara maupun ke
Selatan maka tidak akan terjadi pergantian musim. Hal itu menyebabkan
manusia tidak dapat bertahan hidup.
Fenomena dan kejadian di alam ini dapat menyadarkan seseorang
untuk selalu mengingat Allah. Begitulah H. Bey Arifin dalam menyajikan
buku ini, dengan menyajikan sesuatu yang akan membuat pembacanya
untuk selalu kagum kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Hal
yang demikian akan meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah dan terbentuklah kekuatan aqidah tauhid dalam diri setiap orang.
-
6
Pendidikan tauhid yang bisa diterapkan kepada peserta didik di
sekolah yaitu menjelaskan dengan nyata kejadian nyata atas kebesaran
Allah yang telah ditunjukan ini. Apabila pendidikan tauhid hanya
dijelaskan melalui cerita saja peserta didik akan ragu dan akan bertanya
mengapa yang demikian itu terjadi. Berbeda dengan menunjukkan
kejadian yang nyata terjadi di alam ini, peserta didik tidak akan ragu dan
yakin bahwa semua itu bersumber dari Allah dan yang patut disembah
hanyalah Allah.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menggali nilai-
nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah ulasan-ulasan
pemikiran H. Bey Arifin dan beberapa tokoh lainnya. Dimana agar selalu
berada dalam jalan kebenaran. Untuk itu, maka dalam penelitian ini
penulis memberi judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM
BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH KARYA H BEY ARIFIN. Penulis
akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan tauhid yang ada dalam
buku Samudera Al-Fatihah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi
dalam pembimbingan tauhid para pelajar dan juga masyarakat umum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-
Fatihah?
-
7
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku
Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik
pendidikan tauhid masa kini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam
buku Samudera Al-Fatihah.
2. Menemukan relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku
Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik
pendidikan tauhid masa kini.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis
bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi
pengembangan nilai-nilai pendidikan tauhid. Serta menambah
wawasan tentang keberadaan karya sastra yang memuat tentang
pendidikan tauhid.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan, pedoman dan
petunjuk bagi para peneliti pendidikan untuk mengembangkan sebuah
konsep pendidikan tauhid yang dapat diimplementasikan dalam ranah
-
8
Pendidikan Agama Islam. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan
kontribusi ilmiah sehingga dapat dijadikan referensi untuk
pengembangan penelitian islam pada khususnya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis
kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Tauhid
Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga
preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya
(Maslikhah, 2009:106).
Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung
seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).
Tauhid secara harfiah berarti mengesakan atau menyatukan.
Kata tauhid, yang dikehendaki disini, tidak lain adalah tahidullah,
yang berarti mengesakan Allah, atau dengan kata lain menyatakan
bahwa Allah (Tuhan) itu esa, satu, atau tunggal (Ensiklopedi Islam
Indonesia, 1992: 933).
Tauhid menurut pendapat Muhammad Abduh adalah asal
makna tauhid ialah meyakini bahwa Allah adalah satu, tidak ada
syarikat baginya (Abduh, 1992:3). Keyakinan tentang satu atau
-
9
Esanya Zat Allah, tidak hanya percaya bahwa Allah ada, yang
menciptakan seluruh alam semesta beserta pengaturannya, tetapi
haruslah percaya kepada Allah dengan segala ketentuan tentang Allah
meliputi sifat, asma dan af’al-Nya (Zainudin, 1992:1).
Pendidikan tauhid adalah suatu upaya yang keras dan
bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,
membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan
(ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan,
bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini
benar oleh stiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan
keyakinan atas keesaan Allah.
2. Samudera Al-Fatihah
Ini adalah buku yang ditulis oleh H. Bey Arifin pada tahun
1966. Buku ini berisi tentang penafsiran tentang surah Al-Fatihah.
Sistematika yang digunakan adalah pertama mengenai keistimewaan
surah Al-Fatihah, yang kedua menerangkan nama-nama surah Al-
Fatihah, yang ketiga menafsirkan surat sesuai urutan ayat yang ada
dalam surah Al-Fatihah, kemudian penutup dan Bibliografi.
Dalam menuliskan tafsir ini penulis menggunakan banyak
rujukan kitab tafsir maupun kitab hadis dan kitab pendukung lainnya.
-
10
Seperti tafsir Ibnu Katsir, al-Maraghy, Fi Zhilaalil Quraan, al-Kabiir,
Mukhtashar Shahih Muslim, Syarhu Shahih Muslim, dan lain-lain.
Dari uraian dan tulisan yang ada dalam penafsiran H. Bey
Arifin, dapat diketahui bahwa penafsirannya ini menggunakan metode
tahlili. Dimana penulis memberikan uraian dan keterangan jelas
secara terperinci dan urut sesuai ayat per ayat.
Adapun dalam penafsiran yang dilakukan kerap kali mengutip
ayat dan hadis. Akan tetapi berbagai pemikiran baru juga kerap
dimasukkan dalam tulisan tafsirnya. Mulai dari pandangannya
mengenai ayat yang kemudian dihubungkan dengan berbagai hal,
seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga mengenai
peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek penelitian
adalah buku karya H. Bey Arifin yaitu Samudera Al-Fatihah.
Riset Kepustakaan (library research) adalah penelitian yang
dilakukan di perpustakaan di mana obyek penelitian biasanya digali
lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal
ilmiah, koran, majalah, dan dokumen (Zed, 2004:89).
-
11
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Sumber data yang digunakan
dalam penyusunan proposal ini yaitu sumber data primer, sekunder,
dan tersier dengan rincian sebagai berikut:
a. Data Primer adalah pustaka yang merupakan penjelasan langsung
dari seorang peneliti mengenai kegiatan penelitian yang telah
dilakukannya (Anggoro, 2011:2.11). Adapun sumber primer
dalam penelitian ini adalah buku Samudera Al Fatihah karya H
Bey Arifin yang diterbitkan oleh PT Bina Ilmu.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu buku Mengenal
Tuhan dan Hidup Sesudah Mati karya H Bey Arifin.
c. Data Tersier adalah sumber lain yang dapat dijadikan sumber
tambahan yang mendukung penelitian ini. Adapun sumber tersier
yaitu berbagai literatur yang berhubungan dengan objek
penelitian, baik itu berupa transkip, buku, artikel di surat kabar,
majalah, tabloid, dan website.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah:
-
12
a. Library research (penelitian kepustakaan). Dengan metode ini
peneliti mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan objek
penelitian.
b. Literatur yaitu salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri
data historis. Selain itu, literatur juga dapat diartikan sebagai
penelitan yang berupa catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu
berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
karya monumental buku Samudera Al-Fatihah karya H. Bey Arifin.
4. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan
menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas
teks-teks yang dideskripsikan.
Isi dalam metode analisis terdiri atas dua macam, isi laten dan
isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen
dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung
sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode isi
adalah penafsiran, sehingga peneliti menekankan bagaimana
memaknai isi komunikasi, memaknai isi interaksi simbolik yang
terjadi dalam peristiwa komunikasi.
-
13
Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi buku Samudera Al-
Fatihah yang mengandung nilai-nilai pendidikan tauhid.
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan
data adalah:
a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku
Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan tauhid.
b. Langkah interpretasi, menjelaskan teks-teks dalam buku
Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan tauhid.
c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku
Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan tauhid.
d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan
dari dalam Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan tauhid.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang
terdiri dari 5 bab, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika
penulisan.
-
14
BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan membahas tentang
pengertian nilai pendidikan tauhid, dasar dan tujuan
pendidikan tauhid, materi pendidikan tauhid, dan
internalisasi pendidikan tauhid.
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN. Bab ini
menjelaskan tentang biografi penulis H. Bey Arifin yang
meliputi riwayat hidup, karya-karyanya, sistematika
penulisan buku dan isi pokok buku Samudera Al-Fatihah.
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID
DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH. Bab ini
akan membahas tentang nilai pendidikan tauhid dalam
buku Samudera Al-Fatihah dan relevansi nilai-nilai
pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah
dengan praktik pendidikan tauhid masa kini.
BAB V PENUTUP. Menguraikan kesimpulan, kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan sebagai
harga, yang dimaksudkan nilai disini adalah sifat-sifat (hal-hal) yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan. Dari segi etik nilai diartikan
untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalkan: kejujuran, nilai
yang berhubungan dengan akhlak, nilai yang berkaitan dengan benar
dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat.
Nilai juga bisa diartikan sesuatu yang dipandang baik, disukai,
dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang
yang sehingga preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan
perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai mempengaruhi sikap dan
perilaku setiap individu. Sehingga nilai bisa dijadikan pedoman hidup
untuk membuat suatu kepribadian yang lebih baik, karena nilai itu
sesuatu yang sangat dihargai dan dijunjung tinggi.
Pendidikan adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan
manusia. Secara bahasa pendidikan dari bahasa Yunani, pedagogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah
diantar oleh pelayannya. Dalam bahasa Romawi pendidikan
diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang
berada di dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to
-
16
educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual
(Muhajir, 2000: 20).
Menurut Langeveld, pendidikan diartikan sebagai setiap usaha,
pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju
pada pendewasaan anak itu, atau membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. John Dewey memberi batasan
pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia. Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.
Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu
keseragaman arti (Kadir, 2012: 61).
Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pendidikan adalah
suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar
sekolah, dan berlangsung seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).
Secara bahasa kata tauhid merupakan bentuk mashdar dari asal
kata kerja lampau yaitu: wahhada-yuwahhidu-tauhidan }یوّحد توحیداوّحد ـ{
yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan. Kemudian
ditegaskan oleh Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah bahwa kata
tauhid mengandung makna keesaan Tuhan. Maka dari pengertian
etimologi tersebut dapat diketahui bahwa tauhid mengandung makna
-
17
meyakinkan bahwa Allah adalah “satu” tidak ada syarikat bagi-Nya
(Mulyono, 2010:13). Syekh Muhammad Abduh mengatakan bahwa:
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah dansifat-sifat yang wajib ada pada-Nya, dan sifat yang boleh pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-Nya (mustahil), ia jugamembahas tentang para Rasul untuk menegaskan tugasrisalahnya, sifat-sifat wajib yang ada padanya yang boleh adapadanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (mustahil).
Sedangkan menurut Syekh Husain Affandial-Jisral-Tharablusy
menta’rifkan ilmu tauhid yaitu ilmu yang membahas atau
membicarakan bagaimana menetapkan aqidah (agama islam) dengan
menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan.
Dalam kajian pendidikan, tauhid adalah suatu upaya yang keras
dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,
membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan
(ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan,
bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini benar
oleh setiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan keyakinan
atas keesaan Allah.
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid
1. Dasar Pendidikan Tauhid
a. Al-Qur’an
-
18
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid.
Misalnya dalam surah Luqman ayat 13, menerangkan kisah
Luqman yang mengajari anaknya tentang tauhid yaitu:
˶ڈΏ ۡقَاَل لُق َۡوإِذ �˵ϦԻ˴ϣ ۡ ِبَُنيَّ َال تُشۥَوُھَو َیِعُظھُ ۦنِھ إِنَّ ۖ Խ˶Α˶͉� ِۡرك َۡیٰ
ر ̎ ٌٞم َعِظیم َۡك لَُظل ۡٱلّشِ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepadaanaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadaanaknya: “Hai anakku, janganlah kamumemepersekutukan Allah, Sesungguhnyamempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya,
merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat
syirik, karena pada hakekatnya pendidikan tauhid adalah
pendidikan yang berhubungan dengan adanya Allah dengan
keesaan-Nya, sehingga timbul dalam ketetapan dalam hati
untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut
karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang
ditetapkan dalam hati sanubarinya.
b. Hadis
-
19
Hadis merupakan dasar kedua setelah Al-Qur’an. Hadis
berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dirancangkan dalam
Al-Qur’an.
Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad Saw
telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di rumah-
rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah sahabat yang
dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama
adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedang masjid yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi
di Madinah.
Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan
realisasi Nabi Muhammad sendiri. Adapun hadis yang berkaitan
dengan pendidikan tauhid ialah:
“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw.bersabda “tidak ada orang anakpun kecuali dilahirkandalam keadaan fitrah (suci), maka orang tuanyalahyang menjadikan Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR.Muslim).
2. Tujuan Pendidikan Tauhid
Setiap kegiatan, apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak
sadar selalu dihadapkan pada tujuan yang ingin dicapai.
-
20
Bagaimanapun, segala sesuatu yang tidak mempunyai tujuan tidak
akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan
faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk
kegiatan pendidikan. Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus
dinyatakan secara jelas sehingga semua pelaksana dan sasaran
pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan
seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk
dicapai, maka prosesnya akan menjadi kabur (Kadir, 2012: 81).
Tujuan pendidikan dalam arti khusus adalah membawa anak
kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat
menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan tentang fungsi
dan tujuan pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuandan membentuk watak serta peradaban bangsa yangbermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakapkreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab.
Tujuan tersebut merupakan tujuan pendidikan secara makro
yang sangat luas, menyangkut taraf hidup manusia yang ingin
dicapai oleh suatu masyarakat, atau suatu bangsa, yaitu bangsa
Indonesia.
-
21
Sedangkan ilmu tauhid bertujuan untuk mengesakan Tuhan,
baik Zat-Nya, sifat-sifat maupun perbuatan-Nya, tanpa ada sekutu
bagi-Nya. Selain itu, ilmu tauhid memberikan dasar dan landasan
mental (basic mentality) yang kuat bagi keimanan seseorang
muslim terhadap ke-esaan Tuhan sebagai satu-satunya Pencipta
alam (Tauhid Rububiyah) dan satu-satunya sesembahan dalam
ibadah (Tauhid Uluhiyah).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
tujuan pendidikan tauhid adalah tertanamnya akidah tauhid dalam
jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama islam.
C. Materi Pendidikan Ilmu Tauhid
Agama Islam seperti pokok kayu, rukun iman sebagai urat atau
akar, sedangkan rukun islam sebagai batang, dahan, dan ranting.
Dengan demikian, rukun iman mempunyai kedudukan yang jauh lebih
penting dari rukun islam. Bila akar kayu tidak hidup, tidak kuat, tidak
terunjam jauh ke perut bumi, maka akibatnya pokok kayu itu akan
merasa hidup atau mati. Begitulah keadaan orang islam yang tidak
beriman, atas lemah imannya karena tidak dipupuk dipelihara,
agamanya akan merana, tidak ada perhatian dan kegiatan padanya untuk
melakukan ibadah yang dinamakan rukun islam yang lima. Orang yang
beragama Islam yang tidak melakukan ibadah adalah agamanya ibarat
-
22
pokok kayu yang tidak berubah. Tidak ada usaha yang pantas
dilakukan, selain usaha-usaha yang memperkokoh keimanan, yaitu
usaha mempuk dan menyuburkan keimanan.
Untuk memupuk keimanan diperlukan adanya pendidikan tauhid.
Karena tauhid adalah inti ajaran umat islam. Materi yang terkait dengan
pendidikan tauhid , yaitu:
1. Adanya wujud Allah
Berbicara tentang Tuhan, pertama kita perlu yakin terlebih
dahulu tentang adanya Tuhan. Marilah kita mencoba menyetir atau
membimbing jalan pikiran kita masing-masing, untuk dapat
mempercayai tentang adanya Tuhan.
Sebelum lahirnya Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw., sudah
banyak ahli-ahli pikir (philosophers) yang dengan akal dan pikiran
mereka sudah membenarkan adanya Tuhan dengan berbagai
caranya. Ada 4 macam dalil (preuve) yang mereka gunakan untuk
menetapkan adanya Tuhan:
a. Preuve Metaphisique, yaitu dalil-dalil yang berupa akal semata.
Menurut akal, alam yang maha luas yang terdiri dari bumi,
matahari, bulan, dan berjuta-juta bintang, tentu tidak terjadi
dengan sendirinya. Jangankan bumi atau matahari yang begitu
besar, seekor nyamuk atau sehelai bulu hidung sekalipun tidak
-
23
akan terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menjadikan atau
menciptakannya yaitu Tuhan.
Alam ini adanya karena diciptakan: maka alam ini
bersifat tidak sempurna. Sedangkan Tuhan menciptakan alam,
maka Dia bersifat sempurna. Sebab itu, Tuhan adalah ghaib
untuk kita. Maka tidaklah heran jika masih ada manusia yang
belum percaya adanya Tuhan.
b. Preuve Phisique, yaitu dalil-dalil yang terdiri dari alam (Phisica).
Yaitu dalil-dalil yang pertama kali dipakai oleh Abul Huseil Al-
Allaf, seorang ahli dalam mahzab Mu’tazilah, pengikut Wasil bi
Atha.
Dia mulai dalil ini dengan teori Atom. Bahwa alam ini
baik yang berupa benda padat, benda cair atau benda gas dapat
dibagi-bagi sampai bagian yang terkecil yang disebut molekul.
Molekul-molekul itu saling tarik-menarik, maka terjadilah benda
itu. Tiap molekul itu terdiri dari atom-atom dan tiap atom
berputar di sekitar atom lainnya. Dari perputaran atom inilah
timbul kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul. Jika
atom tidak berputar, tidak ada kekuatan tarik-menarik maka tidak
akan ada satu benda pun di alam ini. Di sini timbul pertanyaan:
Siapakah yang memutarnya (primier moteur- atau
penggerak pertamanya?
-
24
Yaitu Tuhan. Jadi Tuhan pasti ada.
c. Preuveu Teleologique, yaitu dalil yang diambil dari susunan dan
keindahan alam. Yang dimaksudkan dalil ini adalah: Di dalam
alam ini ada susunan dan perputaran yang amat bagus, susunan
yang amat indah. Dengan teratur sekali bumi mengitari matahari
dalam waktu 365 hari 5 jam 49 menit dan 12 detik, bulan
mengitari bumi waktu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Semua itu
tentu ada yang menjalankan dan mengatur. Bulan, bintang, dan
matahari tentu ada Dieu Organisateur (Yang Maha Pengatur).
Yaitu Allah. Jadi Tuhan pasti ada.
d. Preuveu Morale, yaitu dalil yang diambil dari moral atau akhlak.
Penjelasannya: Alam besar atau kosmos begitu indah dan teratur
jalannya, tetapi kenapa tampak ketidakberesan dalam kehidupan
alam kecil (manusia di dunia ini), kenapa ada manusia yang
hidupnya senang dan menindas dan ada pula manusia yang
hidupnya sengsara dan ditindas.
Tidak ada keadilan dalam kehidupan manusia di dunia
ini. Dilihat kebijaksanaan Allah dalam mengatur alam besar,
maka pasti tiap macam penganiayaan ada Pengadilan Tertinggi di
kemudian hari yang akan membereskan segala yang tidak beres
itu. Pasti ada pemberes, yaitu Tuhan.
-
25
Bagaimana caranya Tuhan sendiri berkata pada manusia,
agar kita percaya dan ingat kepada Tuhan?
Firman Allah, Surat Ad-Dahru ayat 1-4:
ِن ِحین ۡأَتَٰى َعلَى ٱل َۡھل َن ٱلدَّه ٞإِنَسٰ ذ ٗ ٔ َۡیُكن َشي ِۡر لَم ّۡمِ إِنَّا ُ̂كوًرا ۡا مَّ
َن ِمن نُّط ۡنَا ٱل َۡخلَق ھُ َسِمیعَ ۡتَِلیِھ فََجَعل ۡ نَّب َٖشاج ۡفٍَة أَم ِۡإنَسٰ ا بَِصیًراۢ نَٰ
ا َشاِكر ۡإِنَّا َھدَي̃ ھُ ٱلسَّبِیَل إِمَّ ا َكفُوًرا ٗنَٰ نَا ۡتَد ۡأَع ٓإِنَّا̄ا َوإِمَّ
ِسَالْ ِۡلل ِفِریَن َسلَٰ ل َۡوأَغَكٰ ̅ا َوَسِعیًرا ٗلَٰ
Artinya: “(1) Bukankan sudah berlalu atas manusia suatu masadimana manusia itu tidak (belum) ada?. (2)Sesungguhnya kami ciptakan manusia itu dari setetes(mani) yang bercampur, yang kami cobai begitu rupa,sehingga menjadi manusia, yang akhirnya dapat melihatdan mendengar. (3) Sesungguhnya kepada manusia itudalam hidupnya di dunia ini kami beri petunjuk jalan(berupa agama yang benar, agar jangan tersesat). Adadiantara manusia itu yang bersyukur kepada Allah,tetapi ada pula yang lupa saja (tidak pandai membalasbudi, malah kufur tidak percaya kepada Allah). (4)Terhadap manusia yang lupa atau kufur itu, kamisediakan rantai, belenggu, dan api neraka yangmenyala.”
Di dalam ayat-ayat ini, Allah mengajak manusia, untuk
mengingat dan mengenang akan kejadian diri kita masing-
masing. Kita diperingatkan oleh Allah untuk mengingat dan
-
26
mengenangkan sesuatu yaitu pertama, kita harus sadar, bahwa
masing-masing kita manusia yang ada sekarang ini dulu tidak
ada. Kedua, supaya kita coba mengingat bagaimana cara Tuhan
menciptakan diri kita masing-masing. Ketiga, setelah mengenang
itu semua, Allah mengajak kita untuk bersyukur dan
berterimakasih, jang lupa terhadap Allah, seperti batu jatuh ke
lubuk, tidak pernah muncul.
2. Keesaan Allah
Menyembah hanya kepada Allah adalah inti dari ajaran
agama (islam). Sikap tauhid adalah meyakini dan mempercayai
bahwa Allah Esa Zat-Nya, Sifat-Nya, Perbuatan-Nya, Wujud-Nya.
Allah juga Esa memberi hukum, Esa menerima ibadah, dan Esa
dalam memberikan perlindungan kepada makhluk-Nya.
kepercayaan dan amalan-amalan ibadah akan menjadi rusak bila
tauhid (aqidah) labil dan lemah (Nurdin, 2008: 1.32-1.34).
Menurut M. Quraish Shihab, ulama tafsir, bahwa Keesaan
Allah itu mencakup:
a. Keesaan Zat-Nya
Keesaan Zat-Nya mengandung pengertian bahwa
seseorang harus percaya bahwa Allah tidak terdiri dari unsur-
unsur atau bagian-bagian, karena jika zat Yang Maha Kuasa itu
terdiri dari dua unsur atau lebih, maka berarti Allah
-
27
membutuhkan unsur atau bagian itu. Sedangkan unsur yang lain
Allah tidak membutuhkannya. Ini yang dimaksudkan:
َ̐حِمیدُ ۡ َغِنيُّ ٱل Լ�ϰϟ˴˶·�˯˵ ۖϝԼ�˴Ϯϫ˵�͉˵Լ˴ϭۡ˶͉� ٓفُقََرا ۡأَیَُّھا ٱلنَّاُس أَنتُُم ٱل ٓيَٰ ۞
Artinya: “Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah,
sedangkan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.” (Q.S. Faathir, 35: 15)
b. Keesaan Sifat-Nya
Adapun keesaan sifat-Nya antara lain bahwa Allah
memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi (isi) dan
kepastiannya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa,
kata yang digunakan untuk menunjukkan sifat tersebut sama.
Sebagai contoh kata rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi
juga digunakan untuk menunjukkan rahmat atas kasih sayang.
Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya.
ϝԼ�͉˶˶ϭ˴ۡ ِٓحدُوَن فِي َۡوذَُرواْ ٱلَِّذیَن یُلۖ ُعوهُ ِبَھا َۡنٰى فَٱد ُۡحس ۡ ُء ٱل َٓما ۡأَس
εَملُوَن ۡ َن َما َكانُواْ یَع َۡزو َۡسیُجۦۚ ئِھِ ٓمَٰ ۡأَس
Artinya: “Dan bagi Allah nama-nama yang baik, makabermohonlah kepada-Nya dengan nama-nama yangbaik itu, dan tinggalkanlah orang-orang yangmenyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya,
-
28
kelak mereka akan mendapatkan balasan terhadapapa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-A’raf, 7: 180)
c. Keesaan Perbuatan-Nya
Keesaan ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang
berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan
wujudnya, kesemuanya adalah hasil perbuatan Allah semata.
Apa yang dikehendaki-Nya terjadi, dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, tidak ada daya (untuk
memperoleh manfaat), tidak pula kekuatan (untuk menolak
moderat) kecuali bersumber Allah Swt.
QS.Ali-Imran (3): 59:
�˴ϡ˴Ω˯˴�˶Ϟ˴Μ˴Ϥ˴ϛ�͉˶Լ�˴ΪϨ˶ϋ�Իϰδ˴ϴ˶ϋ�˴Ϟ˴Μ˴ϣ�͉ϥ·˶ ۖ ُُكن ۥثُمَّ قَاَل لَھُ ِٖمن تَُرابۥَخلَقَھ
̼فَیَُكونُ
Artinya: “Sesungguhnya perbandingan (kejadian) Isa di sisi
Allah adalah seperti (kejadian) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya, “jadilah”, maka jadilah dia.”
d. Keesaan dalam Beribadah Kepada-Nya
-
29
Ketiga keesaan diatas merupakan hal-hal yang harus
diketahui dan diyakini, maka keesaan keempat ini merupakan
perwujudan dari ketiga makna keesaan terdahulu.
Ibadah itu beranekaragam dan bertingkat-tingkat, salah
satu ragamnya yang makin jelas adalah amalan tertentu yang
ditetapkan cara atau kadarnya lansung oleh Allah atau melalui
Rasul-Nya, dikenal dengan istilah ibadah mahdah. Sedangkan
ibadah dalam pengertiannya yang umum mencakup segala
macam aktivitas yang dilakukan karena Allah.
ϝԼ�˷˶Ώέ˴�͉˶˶�ϲ ۡإِنَّ َصَالِتي َونُُسِكي َوَمح ۡقُل Η˶Ύ˴Ϥ˴ϣ˴ϭ�˴ϱΎ˴ϳۡ َلَِمین Σَعٰ
Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup
dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta
alam.” (Q.S. Al-An’am, 6:162)
3. Hikmah Mengenal Allah
Kata pepatah: tak kenal maka tak sayang. Banyak orang
mengaku mengenal Allah, tetapi mereka tidak cinta kepada Allah.
Buktinya, mereka banyak melanggar perintah dan larangan Allah.
Sebab itu, ternyata mereka tidak mengenal Allah dengan
sebenarnya.
Mengenal Allah akan membuahkan rasa takut kepada-Nya,
tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan kepada-
-
30
Nya. Sehingga kita bisa mewujudkkan segala ketaatan dan menjauhi
segala apa yang dilarang-Nya. Yang menentramkan hati ketika
orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa
aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani
menghadapi segala macam problema hidup.
Seseorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan
manfaat pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah
terhadap sesuatu itu. Demikian juga apabila seseorang mengenal
Tuhan melalui akal dan hatinya maka ia akan merasakan buah
kenikmatan dan keindahan yang tercermin dalam dirinya.
Seperti halnya ketika seseorang mempercayai Allah sebagai
yang memiliki sifat ar-rahman dan ar-rahim tersebut akan memiliki
implikasi psikologis yang mendalam. Orang tersebut akan kuat
batin dan jiwanya, sehingga ia tidak pernah merasa takut
menghadapi hidup dengan berbagai percobaan. Kekuatan orang
beriman diperoleh karena harapan kasih sayang Allah yang
senantiasa menyertai makhluk-Nya. Dia tidak akan putus asa.
Karena dia yakin bahwa Allah selalu menyertainya. Dengan
demikian kepercayaan kepada sifat ar-rahman dan ar-rahim ini
akan menimbulkan sikap optimis (Nata, 2012: 64).
D. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid
-
31
Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses.
Dalam kaidah bahasa indonesia akhiran-isasi berarti proses. Selanjutnya
Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan
secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan, dan
sebagainya. Lebih jelasnya internalisasi merupakan upaya penghayatan
nilai ke dalam diri seseorang sehingga akan membentuk watak dan
perilakunya.
Internalisasi nilai-nilai tauhid adalah suatu penanaman nilai-
nilai ilahiyah yang mecakup, iman, islam, ihsan, taqwa, tawakal, sabar
syukur, dan ikhlas, keyakinan tersebut ditanamkan kepada peserta didik.
Tahapan dalam internalisasi nilai adalah:
a. Tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedar
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik
kepada peserta didik, yang semata-mata merupakan komunikasi
herbal.
b. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan
jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara
peserta didik dan guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini
tidak disajikan nilai yang baik dan yang buruk, tetapi terlibat
untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang
nyata, dan peserta didik diminta memberikan respon yang sama,
yakni menerima dan mengamalkan nilai itu.
-
32
c. Tahap transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini lebih dalam dari
pada sekedar transaksi. Dalam tahap ini tampilan guru
dihadapan peserta didik bukan sekedar lagi sosok fisiknya,
melainkan sifat mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa dalam transinternalisasi ini adalah
komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlibat secara
aktif.
Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima
pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan
sikap tersebut sesuai dengan yang ia percayai dan sesuai dengan
sistem yang dianutnya. Sikap itulah yang biasanya merupakan sikap
yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah
berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan masih bertahan.
Pada tahap-tahap internalisasi diupayakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menyimak, yakni guru memberi stimulus dan peserta didik
menangkap stimulus yang diberikan.
b. Responding, peserta didik mulai ditanamkan pengertian dan
kecintaan terhadap nilai tertentu, sehingga memiliki latar
belakang teoritik tentang sistem nilai, kemudian peserta didik
-
33
mampu memberikan argumentasi rasional dan selanjutnya peserta
didik dapat memiliki komitmen tinggi terhadap nilai tersebut.
c. Organization, peserta didik mulai dilatih mengatur sistem
kepribadiannya disesuakain dengan nilai yang ada.
d. Characterization, apabila kepribadian sudah diatur dan
disesuaikan dengan sistem nilai tertentu dan dilaksanakan
berturut-turut, maka akan terbentuk kepribadian yang bersifat satu
hati, kata, dan perbuatan.
-
33
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN
A. Riwayat Hidup H Bey Arifin
H. Bey Arifin lahir pada 9 Dzulhijjah 1335 H atau 26 September 1917
di Parak Laweh, Sumatera Barat. H. Bey Arifin semasa kecilnya dikenal
dengan nama Buyung Tanjung. Ayahnya bernama Muhammad Arif yang
bergelar Datuk Lauik Basa dan ibunya Siti Zulaikha. Ayahnya seorang petani
seperti kebanyakan penduduk Parak Laweh. Buyung hidup lima bersaudara di
dataran yang diapit gunung Singgalang dan Merapi di Bukittinggi, Buyung
Tanjung kecil sering sakit-sakitan. Ketika saudara-saudaranya yang lain sibuk
bekerja di sawah, Buyung hanya bisa memperhatikannya. Ayahnya melarang
Buyung bekerja keras karena telinga kanannya pernah mengeluarkan nanah
dan tak seorang dukun tradisional pun waktu itu mampu menanganinya.
Setiap rasa sakit datang, Si Buyung kecil hanya bisa menangis dipangkuan
ibunya. Penyakitnya kemudian sembuh berkat ramuan coba-coba buatan
ibunya sendiri, yaitu dari kuning telur, ditambah jeruk nipis dan sedikit madu.
Buyung Tanjung menghadiri acara Nuzulul Qur’an di desanya. Pada
saat Kiai Nurdin berceramah, Buyung sangat terpikat. Tidak saja pada isi
ceramahnya, tetapi lebih pada pencermah itu sendiri. Betapa enak menjadi
penceramah, semua orang terpekur memperhatikan yang disampaikannya.
Bahkan penceramah mempunyai pengaruh yang tinggi pada penggemarnya.
Begitulah kesan Buyung kecil pada malam itu.
-
34
Buyung Tanjung mengejar ke manapun Kiai Nurdin berceramah.
Hingga Buyung berazam, jika kelak Buyung dewasa, Buyung ingin menjadi
orang bertabligh seperti Kiai Nurdin Ahmad. Buyung di setiap malamnya
sampai tidak bisa tidur, membayangkan enaknya menjadi penceramah.
Buyung saat sedang tidur lelap, tiba-tiba Buyung bangkit dan berbicara
panjang lebar layaknya berceramah di depan orang banyak. Buyung
menceritakan apa saja yang pernah didengarnya dari Kiai Nudin. Tetapi
ketika sadar, Buyung baru tahu kalau itu hanya terjadi dalam mimpi. Kejadian
itu mendorong Buyung rajin pergi ke surau dan masjid untuk mengaji,
mempelajari agama islam, bersembahyang, dan membaca Al-Qur’an. Tak ada
waktu untuk merenung atau bermain sepak bola seperti hari-hari sebelumnya.
Buyung Tanjung merengek pada orang tuanya agar bisa pergi ke
sekolah. Jadilah Buyung masuk sekolah tingkat dasar Volkschool, yang
biasanya hanya diperuntukkan untuk kalangan tertentu. Ketika lulus 3 tahun
kemudian, Buyung ingin bersekolah lebih tinggi lagi. Masuklah Buyung ke
Vervolgschool, tingkat sekolah dasar berikutnya. Tetapi Buyung pun tidak
puas. Akhirnya, ketika duduk di kelas IV Vervolgschool, Buyung juga masuk
ibtida’iyyah di Simpang Empat, tak jauh dari kampungnya. Buyung juga
masih aktif mengaji di surau dan masjid-masjid. Hal itu menjadikan Buyung
hampir tidak punya waktu luang untuk kegiatan yang lain.
Buyung lulus dari Ibtida’iyyah, kemudian Buyung melanjutkan ke
Tsanawiyah, lalu ke pesantren Thawalib School di Lembah Ngarai Sianok,
atas bantuan Kiai Nurdin Ahmad. Kemudian Buyung belajar Ke Perguruan
-
35
Muslim di Binnen Weg Bukittinggi yang cukup modern dan menggunakan
tiga bahasa: Inggris, Belanda, dan Arab. Guru-gurunya lulusan dari
pendidikan di Mesir dan Mekkah. Seperti: Syech H. Abdurrahman, H. Darwis
Taram, Muhammad Dawam, dan sebagainya.
Buyung Lulus dari Perguruan Muslim, dan melanjutkan sekolah ke
Islamic College di Padang. Islamic College terkenal memiliki 2
keistimewaan: banyak muridnya pintar berpidato dan menulis. Empat tahun
lamanya Buyung belajar di Islamic College.
Perubahan nama Buyung Menjadi Bey Arifin. Buyung berusia 17
tahun, Buyung tumbuh makin dewasa. Buyung mulai menempatkan dirinya
pada tataran kaum pemuda yang tengah giat-giatnya berjuang menuntut
kemerdekaan. Buyung bergabung dengan Himpunan Pemuda Islam, pemuda
itu mendapat tempat untuk berpidato. Hampir setiap hari Buyung mendapat
undangan berpidato untuk menggugah semangat masyarakat untuk turut
berjuang.
Buyung tidak lagi menggunakan nama Buyung, tetapi disingkat BY.
Dan ditambahkannya nama ayahnya, Arifin, di belakangnnya. Jadilah
namanya B.Y Arifin. Tetapi atas saran Tamar Jaya, temannya di HI, nama BY
diubah menjadi Bey, nama terkenal jendral Turki yang terkenal: Anwar Bey.
Bey semacam gelar kebangsawanan seperti Raden Mas di Jawa. Sejak itulah
nama pemuda itu berubah menjadi Bey Arifin.
-
36
Bey Arifin Lulus dari Islamic College, dan ditempatkan di sekolah
dasar Darul Muslicihin di desa Sangkir, Lubuk Basung, meninjau sebagai
guru agama. Lepas dari sana, Bey mendapat kesempatan merantau ke Jawa
bersama Maisir Thaib, temannya sewaktu di Islamic College. Maisir lalu
pergi ke pondok Modern Gontor Ponorogo, sementara Bey tetap di Jakarta,
tinggal di AM. Sangaji, dan sempat berkenalan dengan Muhammad Rum dan
H. Agus Salim.
Bey Afirin mendapat kesempatan belajar di Taman Siswa di
Yogyakarta dibawah asuhan Ki Hajar Dewantoro atas budi baik Sutan
Sulaiaman, orang yang dihormatinya di Bukittinggi. Tak lama Bey belajar di
kota ini, ia mendapat kesempatan mengajar di MULO Muhamadiyah Kudus.
Maisir Thaib akhirnya membuka sekolah sendiri, Normal Islam, di 110
km utara Banjarmasin, Maisir menawari Bey Arifin menjadi guru dengan gaji
25 Gulden. Tawaran itu bersamaan denagan tawaran mengajar di Kudus
tersebut.
Bey Arifin pun memilih merantau ke Borneo (Kalimantan), memenuhi
undangan Maisir Thaib untuk mengajar di kota Rantau. Di sinilah H. Bey
Arifin melangsungkan pernikahan dengan Zainab Husin, gadis Minangkabau,
putri Muhammad Husin gelar Khatib Marejo. Mereka Menikah pada 6
Februari 1944, di tengah kecamuk perang Asia Timur antara Jepang yang
sedang menduduki indonesia dengan Amerika. Anak pertama mereka,
Pratiwi, lahir pada 12 Desember 1944.
-
37
Selama pendudukan Jepang, Bey Arifin menjadi Sekretaris Jendral
Borneo Kaikyo Kyokai, badan ulama bentukan Jepang untuk mempengaruhi
penduduk agar membantu tentara Jepang. Bey sering menjadi penerjemah
“ulama Jepang” yang berceramah kepada masyarakat, satu posisi yang
membuatnya tidak nyaman, di satu sisi diperalat tentara Jepang untuk meraih
simpati penduduk, di satu sisi tidak sesuai dengan hati nuraninya. Apalagi hal
itu menimbulkan kesan tidak benar, bahwa Bey dinilai memihak tentara
Jepang.
Ketika Jepang bertekuk lutut pada Sekutu setelah Hirosima dan
Nagasaki dibom, maka tentara Jepang di Borneo akan dilucuti tentara Sekutu.
Hal ini membahayakan Bey Arifin, karena kedudukannya di Kaikyo Kyokai.
Ia bisa ditangkap dan dieksekusi tanpa pengadilan.
Ketua Kaikyo Kyokai menyarankan Bey Arifin menumpang kapal
tradisional Madura, Bey Arifin dengan keluarganya cepat-cepat
meninggalkan Banjarmasin menuju Banyubiru Madura, demi menjauhkan
diri dari tentara Sekutu. Setelah itu, Bey Arifin menuju Surabaya dan tinggal
di kota ini. Barulah Bey tahu bahwa Indonesia telah merdeka pada 17
Agustus 1945.
Bey Arifin turut berjuang bersama arek-arek Surabaya dan bergabung
dalam Batalyon Hisbullah Bersama Bung Tomo Bey kerap berpidato di
Kedung Anyar dan Kedung Sari. Ketika kemudian tentara pejuang mundur,
bersama sahabatnya di Normal Islam yang tak sengaja bertemu selama
-
38
perang, Bey Arifin dan keluarga lalu tinggal di keluarga Haji Asyari di
Madiun. Di kota inilah lahir anak kedua dan ketiganya.
Pasca Kemerdekaan, Bey Arifin tinggal di Madiun hingga pecah
Peristiwa PKI Muso pada 1948. Bey Arifin termasuk orang yang akan
dimusnahkan para pengikut PKI. Tetapi berkat pertolongan Allah, Bey Arifin
selamat dalam insident tersebut. Justru tetangganya, seorang Letkol CPM
bernama Arifin juga, tewas ditangan PKI.
Bey kembali memboyong keluarganya ke Surabaya pada bulan Juli
1949. Bey mengajar di Yayasan Pendidikan Al-Irsyad Surabya. Bey juga
mengajar di Modern English School (MES), mengajar di Perguruan
Muhamadiyah, dan juga menulis di berbagai harian. Salah seorang murid di
MES ternyata komandan dari resimen 17 Brawijaya, Kolonel Sudirman. Atas
tawaran beliau, Bey Arifin masuk militer berpangkat Letnan Satu sebagai
Imam Tentara Resimen 17 Brawijaya. Tugasnya berkeliling memberikan
pembinaan agama pada para prajurit di seluruh Jawa Timur.
Pada 1958, Bey Arifin diminta menjadi Rohanawan Islam dari
perusahaan Esembling Mobil Holden, yaitu PT Udatin Cabang Surabaya
hingga akhir hayatnya. Dari PT Udatin inilah Bey berkesempatan melancong
keluar negeri, seperti World Managenment Congress di Venezuela, World of
Islam Festival di London. Keinginan Bey Arifin ke India bertemu dengan
Syaikh Abu Hasan Ali al-Hasan an-Nadwy, terlaksana berkat bantuan PT
-
39
Bina Ilmu, penerbit buku-buku karangannya. Tentu tak lupa Bey Arifin
menunaiakan haji ke Baitullah pada 1964.
Tahun 1970 Bey Arifin pensiun dari tentara dengan pangkat Mayor.
Bey beserta keluarga akhirnya tinggal di rumah di Jalan Sumatera 111
Surabaya beserta seorang istri, 12 anak, serta lebih dari 25 cucu.
Wafat KH. Bey Arifin, KH. Bey Arifn pernah diberitakan 6 kali
meninggal dunia, diantaranya pada saat serangan pesawat Amerika di
Banjarmasin, saat menyebrang dengan perahu tradisional dengan keluarganya
dari Banjarmasin ke Banyubiru Madura yang memakan waktu 7 hari untuk
menghindari tangkapan tentara sekutu akibat kekalahan Jepang tahun 1944,
ketika di serang gerombolan PKI Muso yang membrontak pada 1948 di
Madiun, dan ketika naik haji dengan menumpang kapal selama 3 bulan.
Bagaimanapun, setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati.
Setiap manusia akan menemui ajal yang tak bisa ditolak jika saatnya tiba.
KH. Bey Arifin, sang da’i, sang penulis itu, akhirnya wafat di masa tuanya
pada 20 April 1995, pada usia 78 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman
Ngagel Surabaya.
B. Karya-karya H. Bey Arifin
Beberapa buku yang ditulis Bey Arifin, antara lain:
1. Rangkaian Cerita Dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an tetap menjadi inspirasi umat manusia. Dua pertiga
kandungannya menyajikan cerita sejarah. Cerita dalam Al-Qur’an
-
40
bukanlah fiksi, melainkan kisah nyata yang tercatat dalam tinta
sejarah. Metode berkisah memang memberikan keistimewaan
tersendiri. Cerita dapat mempengaruhi akal, jiwa, dan perilaku
manusia.
Bey Arifin termasuk salah seorang penulis yang berhasil
menyuguhkan serangkaian cerita nyata dalam Al-Qur’an. Beliau
menuturkan kisah-kisah naratif mulai dari kisah yang terjadi pada
masa Nabi Adam, Nabi Uzair, Keluarga Imran, Zulqarnain, Negeri
Sabaa, Ashabul Kahfi hingga era Rasuluallah Saw. Itulah isi dari buku
Rangkaian cerita Dalam Al-Qur’an yang diterbitkan pada juni 2015
oleh Zahira Publising House.
Dengan membaca lembaran demi lembaran kisah dalam buku
ini akan semakin meneguhkan keimanan kita. Banyak ibrah yang bisa
kita dapatkan dari tokoh-tokoh yang teguh menggenggam iman.
2. Mengenal Tuhan
Buku ini merupakan uraian yang pernah disampaikan Bey
Arifin di Radio Republik Indonesia di Surabaya saat menjelaskan
Rukun Iman dan Rukun Islam. Buku ini berisi tentang cara bagaimana
mengenal Tuhan. Ilmu untuk mengenal Tuhan adalah satu jalan
pertama, atau ilmu yang harus diutamakan untuk dipelajari bagi setiap
umat manusia.
-
41
Saat kita memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengenal
Allah sebagai Tuhan kita, maka kita akan jauh lebih baik dalam
menjalani hidup ini. Karena Allah yang mengatur segala usaha dan
segala yang terjadi dalam kehidupan kita, maka jika kita mengenal-
Nya dengan pengetahuan yang seharusnya makan akan sangat jauh
berbeda sikap dan pikiran kita.
Buku ini sangat layak sebagai salah satu panduan kita untuk
semakin menyegarkan keimanan dan kecintaan yang membuahkan
ketaatan kepada Allah Swt.
3. Hidup Sesudah Mati
Dari judul buku ini jelas bahwa buku ini berisi tentang adanya
kehidupan sesudah mati. Hidup Sesudah Mati pada awal babnya
membicarakan adanya kehidupan sesudah mati. Setelah penulis
meyakinkan akan adanya kehidupan sesudah mati, maka selanjutnya
adalah membicarakan bagaimana menghadapi kematian diri kita dan
orang lain. Kematian adalah pintu ke alam yang kekal, pintu untuk
bertemu dengan Allah swt.
Buku ini juga membicarakan bukti adanya hari kiamat kelak.
Perbincangan hari kiamat didahului dengan tajuk alam barzakh
(kubur), kiamat besar beserta tanda-tandanya seperti Dajjal, turunnya
Isa Ibnu Maryam a.s, pendapat tentang Imam Mahdi, seterusnya
bagaimana terjadinya kiamat, suasana hari kebangkitan, perhisaban
-
42
dan pembalasan. Selain itu juga dijelaskan akan keadaan surga dan
neraka, serta keadaan akhirat.
Buku ini mengingatkan tentang kehidupan yang kekal di
akhirat. Alangkah ruginya manusia, bila dalam kehidupan yang kecil
di dunia ini hidup senang dan bahagia, bergembira ria, tetapi dalam
kehidupan di Akhirat yang kekal dan abadi, kita susah dan sengsara,
terbakar hangus dalam Neraka. Naudzubillahimindzalik...
“Kematian itu pasti dan kiamat itu pasti.”
4. Samudera Al Fatihah
Buku ini menjelaskan tentang kandungan surah Al-fatihah.
Surat Al-Fatihah dinamai Umul Kitab (Induk Kitab). Beberapa ulama
menganggapnya sebagai kesimpulan dari Al-Qur’an. Allah Swt.
memerintahkan untuk membacanya minimal 17 kali dalam sehari,
yaitu pada setiap rakaat shalat wajib yang dilakukan. Hal ini
menunjukkan keagungan dan kehebatan kandungan (isi) dari surat Al-
Fatihah. Menyedihkan dan mengherankan sekali bila surat yang kita
baca beribu-ribu bahkan mungkin berjuta kali dalam hidup kita, tetapi
kita tidak paham isinya.
H. Bey Arifin, mencoba membedah isi kandungan Surah Al-
Fatihah secara mendalam dengan gaya bahasa yang mudah dicerna
dan dipahami. Walaupun hanya terdiri 7 ayat, namun isi
kandungannya bagaikan samudera luas yang tiada batas. Semakin
-
43
diselami, semakin tampak mutiara-mutiara ilmu yang berada
didalamnya.
C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin
Sistematika penulisan buku Samudera Al-Fatihah sama seperti buku
pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman
selanjutnya pengantar. Tetapi disini adalah pengantar dari cetakan, karena
yang digunakan merupakan buku cetakan ke empat. Halaman selanjutnya
adalah daftar isi, dan kemudian baru kata pengantar dari penulis yang
mendorong dalam menulis buku tersebut.
Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Samudera Al-Fatihah,
yaitu:
1. Halaman Judul
2. Pengantar Cetakan
3. Daftar Isi
Pengantar Kata
a. Keistimewaan Surah Al-Fatihah
b. Nama-nama Surah Al-Fatihah
c. Tafsir Ta’awwudz
d. Tafsir Basmalah
e. Tafsir Hamdalah
f. Tafsir ar-Rahmaanir-Rahim
g. Tafsir Maliki Yaumiddin
h. Tafsir Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin
-
44
i. Tafsir Ihdinash-Shiraathal-Mustaqim
j. Tafsir Shiraatha-Ladzina An’amta ‘Alaihim
k. Tafsir Ghairil-Maqhdhuubi ‘Alaihim wa Ladh-Dhaallin
l. ‘Amin
4. Penutup
5. Bibliografi
D. Buku Samudera Al-Fatihah
1. Profil Buku
Judul : Samudera Al-Fatihah
Penulis : H. Bey Arifin
Penerbit : PT. Bina Ilmu
JL. Tanjungan 53 E Surabaya 60275
Telp. (031) 5340076. 5323214 – Fax (031) 5315421
Tebal Buku : 324
2. Sinopsis
Isi buku Samudera Al-Fatihah ini cukup menarik karena
menguraikan kandungan isi dari surah Al-Fatihah secara dalam disertai
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-hadist (cerita Nabi Muhammad) yang
menguatkan. Dengan membaca buku ini pembaca diajak menjelajahi
Samudera Al-Fatihah yang begitu dalam dan luas. Dengan harapan dapat
menambah iman dan khusyu’ kita terhadap semua persoalan yang
dikandungnya. Mengapa surah Al-Fatihah? Kita mengetahui bahwa
belum sah sholat seseorang jika tidak membaca surat Al-Fatihah. Hal ini
-
45
pasti menunjukkan keagungan dan kehebatan kandungan (isi) dari surah
Al-Fatihah. Diterangkan dalam buku ini bahwa surat Al-Fatihah
merupakan kesimpulan dari seluruh isi Al-Qur’an atau kesimpulan dari
seluruh kitab-kitab suci atau kesimpulan dari seluruh ajaran semua Nabi-
Nabi dan Rasul, atau kesimpulan dari ajaran semua agama yang dibawa
oleh para Nabi dan Rasul. Sebab itulah, surah ini dinamai surah Al-
Fatihah (Pembuka) atau Ummul-Kitab (Induk Kitab).
Ada beberapa keistimewaan surah Al-Fatihah yaitu yang pertama,
paling besar (A’zham). Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
bin Hanbal r.a, katanya: Menyampaikan kepada kami Yahya bin Said dari
Syu’bah yang menerima kabar ini dari Hubaib bin Abdirrahman. Dari
Hafizh bin ‘Ashim, daai Abu Said al-Ma’alli r.a berkata:
“Seorang sahabat bertanya kepada Rasuluallah saw.: YaRasulullah, Engkau mengatakan akan mengajarkan kepadakusebesar-besarnya surah dalam Al-Qur’an?.” Berkata Rasulullahsaw.: ya, Alhamdulillahi Rabil Alamin (dan seterusnya), 7 ayatyang berulang-ulang, dan itulah Al-Qur;an al-‘Azhim yang telahdisampaikan kepadaku.”
Yang kedua, yaitu Al-Fatihah tak ada samanya dalam Taurat, Injil,
Zabur, dan Al-Qur’an. Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib r.a bahwa
Rasulullah saw. berkata: “Siapa yang membaca Fatihatul-Kitab (Al-
Fatihah), maka seakan-akan dia telah membaca Taurat, Injil, Zabur dan
Al-Furan) Al-Qura’an.”
Keistimewaan Al-Fatihah lainnya yaitu hanya kepada Nabi
Muhammad saw. diturunkan, langsung mendapat jawaban dari Allah swt.,
-
46
aman dari segala bahaya, langsung dari arasy dan sebagai obat. Masih
banyak lagi keistimewaan surah Al-Fatihah dan akan terlalu panjang jika
dicantumkan semuanya. Dengan keterangan tentang keistimewaan surah
Al-Fatihah, diharapkan dapat menambah keinginan kita untuk
memperdalam surah Al-Fatihah.
Sebelum menuju ayat pertama surah Al-Fatihah, kita mulai dengan
tafsir Ta’awudz. Dalam ayat ini ada dua pokok masalah yang penting
yaitu terdapat kata BERLINDUNG dan SETAN. Dalam perlindungan
Allah dapat kita lihat mengenai perputaran bumi mengelilingi dirinya
(rotasi), perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi), jarak antara
bumi dan bintang-bintang atau planet-planet, hawa dan udara, serta air
laut yang asin. Disini terdapat perlindungan yang besar yang diberikan
Allah swt., bisa dibayangkan apabila bumi ini mendekat sedikit saja ke
matahari melebihi atau kurang dari lintasan yang ada sekarang ini, akan
terjadi badai dan topan, gempa-gempa bumi dan lain-lain bencana alam
yang tak terkira hebatnya. Maka mengertilah kita bagaimana hebatnya
kekuasaan Allah yang mengaturnya, sehingga masing-masing tidak saling
bertabrakan.
Selanjutya mengenai kata Setan, Setan adalah musuh terbesar dan
paling berbahaya bagi manusia. Setan adalah makhluk ghaib yang tidak
dapat dilihat oleh mata. Maka untuk melawan setan senjata yang
digunakan bukanlah senapan atau mitraliyur, melainkan senjata berupa
iman, izti’adzah dan zikir. Bukti setan sebagai musuh terbesar adalah
-
47
salah satu kisah Harut dan Marut. Dari kisah itu, Tuhan dan Malaikat tahu
bagaimana hebatnya godaan setan dan nafsu-nafsu yang dihadapi manusia
dalam kehidupan diatas bumi ini. Karena itulah Allah memberi manusia
senjata-senjata yang luar biasa hebatnya, yaitu senjata yang bernama akal
dan hidayat Allah.
Dalam hidup manusia mempunyai tiga bahaya, yaitu bahaya
terhadap kepercayaan (i’tiqad), bahaya yang timbul dari gerak-gerik
manusia dalam hidupnya yang merusak agama, dan bahaya yang
merupakan berbagai penyakit yang menimpa badan manusia. Maka,
Isti’adzah ini diartikan minta perlindungan Tuhan dari semua bahaya-
bahaya tersebut, sebab semua itu termasuk dalam daerah pengaruh setan
yang terkutuk.
Setelah mengetahui tentang tafsir Ta’awudz selanjutnya adalah
Basmalah (Bismillahir Rohmaanir Rahim). Di dalam basmalah terdapat 3
nama yang besar dari Nama-nama Allah yaitu: Allah, Ar-Rahman, Ar-
Rahim, karena itu Rasulullah saw. menanamkan al asmul A’zham yaitu
Nama teragung dari Allah swt.
Basmalah mempunyai keutamaan-keutamaan, yaitu hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad berasal dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah saw. pernah mengatakan: “Tidak sah wudhu’ orang yang tidak
menyebut Bismillah sebelumnya.” Selain itu juga ada hadis yang
diriwayatkan Ibnu Hibban, sabda Rasulullah saw.: “Setiap (pekerjaan)
urusan yang penting yang tidak dimulai dengan menyebut: Bismillahir
-
48
Rohmaanir Rahim, maka pekerjaan (urusan) itu akan pincang.” Dari
hadis tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa menyebut “Bismillahir
Rohmaanir Rahim” pada permulaan pekerjaan, dan urusan adalah penting
sekali. Penting bagi kelancaran dan keselamatan pekerjaan, dan
keselamatan orang yang mengerjakan pekerjaan dan urusan itu, dan
penting juga bagi keberesan dan keselamatan hasil dari pekerjaan dan
urusan itu.
Ayat pertama dari surah Al-Fatihah adalah Alhamdulillahi Robbil
‘Alamin (Segala puji kepunyaan Allah, Pencipta/ Pengatur seluruh alam).
Agar mudah memahaminya secara menyeluruh dari kalimah itu, kita
dahulukan kata al-‘Amin, kemudian kata Rabbi lalu al-Hamdu dan
akhirnya Lillahi.
Al-‘Amin (alam semesta), sehebat apapun ilmu pengetahuan yang
telah dicapai manusia saat ini, namun masih sedikit sekali dibandingkan
dengan besar dan luasnya alam semesta raya. Firman Allah: “Dan
tidaklah diberikan pengetahuan kepada kamu kecuali sedikit.” (Al-Isra:
85). “Katakanlah (hai Muhammad), bahwa sesungguhnya pengetahuan
(yang sempurna) hanya pada Allah, sedang aku ini hanya pemberi
peringatan yang nyata.” (Al-Mulk: 26). Begitu sedikit pengetahuan
manusia tentang alam semesta ini, lebih sedikit lagi pengetahuan manusia
tentang akhirat. Nabi Muhammad saw. berkata kepada salah seorang
sahabat: “Bilau engkau masukkan sebelah tanganmu kedalam laut, lalu
engkau angkatlah tangan itu kembali, maka air yang melekat pada
-
49
tanganmu itulah pengetahuan dunia, dan air laut tertinggal di samudera
itulah pengetahuan tentang akhirat.”
Alam raya ini begitu indah dan luas, terlebih keindahan alam di
malam yang terang dan cerah. Dijelaskan dalam surat Al-Qur’an
mengenai hal ini, seperti Al-Mulk: 1-5, Al-Waqi’ah: 75-76, Al-Mu’min:
57 dan masih banyak lagi. Kekaguman kita terhadap kehebatan dan
kebesaran alam semesta, dan kemudian akan lebih kagum lagi terhadap
kehebatan dan kebesaran Allah yang menciptakannya. Dalam surat Al-
Kahfi: 109: “Sekiranya laut dijadikan tinta untuk menuliskan kalimah-
kalimah Allah, sungguh akan keringlah lautan sebleum habis kalimah-
kalimah Allah, sekalipun ditambah sebanyak itu lagi.”
Rabbil ‘Alamin (Pencipta segala), Allah berfirman:
“Sesungguhnya di dalam pergiliran malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di atas samudera membawa apa-apa yangberguna bagi manusia dan apa-apa yang diturunkan Allah darilangit berupa air, sehingga dengan air itu menjadi hiduplah bumiyang mulanya mati, lalu hidup berkeliaran di atasnya segalamacam binatang, berhembusnya antara angin dan awan antaralangit dan bumi, semua itu adalah menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda bagi orang yang berakal (berfikir).” (Al-Baqarah: 164).
Jadi seluruh kejadian bumi ini, disamping diambil manfaatnya
untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti tanda tentang wujud kekuasaan
dan kemurahan Allah, untuk pendorong agar kita selamanya hidup di
dalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah, dan mentaati segala
perintah Allah.
Alhamdulillah, ucapan atau kalimah yang menunjukkan rasa
syukur terimakasih, kasih sayang, cinta, hormat, khidmat, lega, dan
-
50
bangga terhadap Allah. Dari segala macam bentuk susunan kalimah yang
berisi pujaan dan pujian yang dihadapkan manusia kepada Allah, Allah
memilih satu yang paling disenangi, yaitu Alhamudulillahi Rabil ‘Alamin.
Rasulullah Saw. bersabda: “Zikir paling utama ialah laa illaha illallaah,
dan do’a paling utama ialah kaliamah Alhamdulillah.” Kalimah
hamdalah berarti berdo’a. Syaratnya ialah agar setiap orang menyebutnya
harus ingat dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan dan
mendengarkannya.
Ayat kedua dalam surah Al-Fatihah adalah Ar-Rahmaanir Rahiim.
Rahim atau Rahmat mempunyai arti yang sama yaitu: pemberi Rahmat
atau Maha Pengasih, Maha Penyayang. Rahmat dunia yang besar itu ialah
rahmat yang dinamakan kesehatan jasmani dan rohani, keselamatan
jasmani dan rohani, berbagai ilmu pengetahuan, kekuasaan kedudukan
dan lain-lain.
Rahmat alam, diterangkan dalam banyak surah dalam Al-Qur’an,
beberapanya antara lain: Firman Allah: “Dan kami jadikan dari tiap-tiap
sesuatau yang hidup apakah kamu tidak tetap mau beriman?” (Al-
Anbiya: 30). “Engaku lihat bumi itu kering tetapi apabila kami turunkan
atasnya air, lalu ia menjadi mekar dan segar (lunak dan subur), dan
dapat menambahkan bermacam-macam tumbuhan yang menarik hati.”
(Al-Haj: 5). “Segala sesuatu tentang alam yang luas ini, kita akan kagum
memikirkan kebesaran dan kebijaksanaan Allah yang menciptakan dan
mengaturnya.” (Dalam surah Al-A’raf: 53 dan Al-Mu’minun: 14).
-
51
Selain nikmat alam semesta, rahmat Allah yang sangat bernilai
adalah kesehatan jasmani dan rohani. Sabda Rasuluallah saw.:
“Siapa yang sehat badannya, senang hatinya (sehat rohaninya),dirumahnya ada makanan buat sehari, maka seakan-akan seluruhdunia ini berada dalam genggammannya. “Mintalah kepada Allahakan keyakinan (agama yang benar) dan kesehatan, karenasesungguhnya tidak ada sesuatu sesudah keyakinan yang lebihberharga daripada kesehatan.”
Rahmat islam dan iman adalah rahmat yang tidak dapat dinilai
dengan apapun. Sungguh beruntung sekali orang yang telah menerima
dan merasa memiliki islam dan iman itu didadanya. Sabda Rasulullah
saw.: “Beruntung orang yang telah melihat Aku dan beriman dengan Aku,
dan beruntung, beruntung, beruntung orang yang tidak melihat akan Aku
tetapi beriman kepada Aku.”
Rahmat Akhirat, seluruh rahmat dan nikmat yang dituangkan Allah
dipermukaan bumi ini adalah sebagian kecil dari rahmat Allah yang amat
besar. Firman Allah Swt: “Katakanlah (hai Muhammad): harta benda
(kesenangan) dunia ini sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang yang
taqwa, dimana mereka tidak akan dianiaya (dirugikan) sekalipun
sedikit.” (An-Nisa: 77). Sabda Rasulullah saw.: “Sejelek-jelek kedudukan
manusia pada sisi Allah di hari kiamat ialah seorang yang mengorbankan
akhiratnya untuk dunia lainnya.”
Ar-Rahmaan berarti Allah Pemegang Kunci Rahmat Dunia, Ar-
Rahiim berarti Allah Pemegang Kunci Rahmat Akhirat. Menurut Hadis
Rasulullah saw. apabila kita berdo’a paling seru menyeru dengan seruan:
Ya Rahmaan Ya Rahiim.
-
52
Maaliki Yawmiddin (yang memiliki hari pembalasan) yaitu ayat
ketiga dalam surah Al-Fatihah. Dalam banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist,
Allah dan Rasul-Nya menegaskan bahwa kehidupan di dunia ini adalah
kehidupan yang amat kecil artinya, amat terbatas waktunya. Penghidupan
di dunia ini ibarat setetes air, sedang penghidupan akhirat adalah ibarat
samudera luas.
Bab ini menjelaskan bahwa hal yang paling menakjubkan pada
manusia, bukanlah jasmani atau tubuhnya tetapi rohaninya. Namun segala
sesuatu yang gaib yang diciptakan Allah hanya Allah sajalah yang
mengetahuinya. “Mereka bertanya kepada engkau tentang Roh.
Katakanlah: roh itu adalah rahasia Tuhanku. Dan tidaklah diberikan
ilmu pengetahuan kepadamu kecuali sedikit saja.” (Al-Isra: 85) Tetapi
kita sebagai orang yang beriman, harus percaya bahwa ada kehidupan
sesudah mati, kehidupan kekal abadi roh manusia di alam barzakh dan
alam akhirat.
Pesan yang disampaikan adalah: hindarkan dirimu dari sesal
kemudian yang tak berguna. Dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an dan
Hadis Nabi Muhammad saw. Diantaranya: surah As-Sajdah: 11-12 dan
surah Az-Zumar: 58-59. Untuk menghidarkan diri dari sesal yang
berkepanjangan, dalam surah Az-Zumar: 54-55 dijelaskan:
“Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang kepadamu azab itu, kemudian kamu tidakdapat ditolong lagi (54). Turutlah sebaik-baiknya (agama) yangditurunkan kepadamu dari Tuhan kamu, sebelum datang kepadamuazab dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak sadar (55).
-
53
Disini juga dijelaskan secara detail tentang tahapan-tahapan
kehidupan setelah mati disertai kajian yang tertuang dalam Al-Qur’an
dan Hadist. Dan dalam kesimpulan bab ini, diuraikan tentang surah Al-
Waqi’ah tentang kejadian besar yaitu kejadian kiamat. Diterangkan pula
dalam hadist, bahwa bagi siapa yang sering membaca surah ini akan
mengakibatkan ketenangan hati dan jiwa menghadapi segala
kemungkinan dalam hidup dan mati.
Ayat ke empat surah Al-Fatihah yaitu iyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’iin. Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat, ayat ini terletak persis ditengah-
tengah, tiga ayat sebelumnya untuk Allah, sedangkan tiga ayat
sesudahnya untuk manusia (Hamba Allah). Iyyaka Na’budu artinya:
Engkaulah yang kami sembah. Hanya untuk Engkau sajalah kami
beribadah. Tidak ada selain Engkau yang kami sembah, yang kami puja.
Iyyaka Nasta’iin artinya: Engkaulah yang kami mintai pertolongan.
Hanya kepada Engkau sajalah kami minta bantuan, perlindungan, mohon
rejeki, mohon keselamatan, dan lain-lain.
Ayat ini mengandung dua persoalan pokok yaitu Ibadah dan Do’a.
Ibadah terhimpun dalam dua hal yaitu Cinta (Hub) dan Tunduk (Khudhu).
Dan cinta serta tunduk hanya kepada satu zat yaitu Allah semata. Ini yang
dinamakan Tauhid. “Bila kamu tanyakan kepada mereka: siapakah yang
menciptakan mereka? Mereka akan menjawab: Allah.” (Ad-Dukhan: 87)
Berdo’a (Isti’anah) terhimpun dalam dua hal yaitu berserah diri
(tsiqah) dan menggantungkan harapan (i’timad) sebulat-bulatnya kepada
-
54
Allah. Dan dua hal ini tercakup dalam satu kata yaitu tawakal. Tawakal
inilah yang menjadi pengertian sedalam-dalamnya dari ayat “iyyaka
na’budu wa iyyaka nata’iin.”
Ihdinash-shiraathal-mustaqim adalah ayat kelima dari surah Al-
Fatihah. Shiraathal-mustaqim artinya jalan yang lurus, jalan yang
membawa kepada kebahagiaan dan keberuntungan, di dalam hidup di
dunia dan lebih-lebih di dalam hidup di akhirat nanti. Rasulullah saw.
menasehatkan kepada umat