NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT...

118
i NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT NURCHOLISH MADJID SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: RENI SEKAR OKTAVIANA NIM: 111-13-257 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT...

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

MENURUT NURCHOLISH MADJID

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

RENI SEKAR OKTAVIANA

NIM: 111-13-257

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

ii

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

iii

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

iv

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

v

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Anak memiliki kecenderungan untuk meniru (al-iqtida’); orang tualah yang

menjadi teladan pertama dalam hidupnya.”

-Imam Al-Ghazali-

“Memang susah menjadi orang baik, tapi ini bukan bicara soal BISA atau TIDAK

BISA. Karena Allah memberikan potensi, ini bicara mengenai MAU atau TIDAK

MAU” (Penulis)

PERSEMBAHAN

Untuk Kedua Orang Tuaku (Ibu Sunti Rinjani dan Bapak Sarijo)

Adikku dan Tante (Doni Kusuma Putra dan Sutrisni)

Orang yang setia menungguku (Nur Saefudin)

Keluarga Keduaku (Sian’s Hostel): Kunni, Heni, Hani, Mela, Rumi, Mba Datul,

Rani, Tesa, Anggun, Helmi, Momo, Desy

Keluarga Besar SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga

Keluarga besar PPL MA Al-Manar, Bener, Tengaran

Keluarga besar KKN Kaliwungu Posko 73-75

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad Saw. yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafa’atnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA

DALAM KELUARGA MENURUT NURCHOLISH MADJID”.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku pembimbing yang telah mengarahkan

dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

viii

ABSTRAK

Oktaviana, Reni Sekar. 2017 “Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga

Menurut Nurcholish Madjid” Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata Kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Agama, Keluarga

Penanaman nilai-nilai pendidikan agama dalam keluaga tidak cukup hanya

berupa pengajaran kepada anak tentang segi-segi ritual dan formal agama.

Pendidikan agama dalam keluarga tidak dapat sepenuhnya dilakukan oleh guru

ngaji atau guru agama di sekolah. Pendidikan tersebut melibatkan peran orang tua

dan seluruh anggota keluarga dalam usaha menciptakan suasana keagamaan yang

baik dan benar dalam keluarga, pengertian itu perlu disempurnakan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut

Nurcholish Madjid. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini

adalah: (1) Bagaimana nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut

Nurcholsih Madjid. (2) Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan agama

dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid.

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), sedangkan

metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis (descriptive of analyze

research). Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode studi

dokumentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

isi (content analysis).

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan

agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid dikelompokkan menjadi tiga

aspek, yaitu nilai pendidikan akhlak, ibadah, dan aqidah untuk pertumbuhan total

anak. Orang tua mempunyai hak, yaitu mendapat perlakuan baik dari anak

(melayani orang tuanya dengan baik, lemah lembut menyayanginya, selalu

menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun walau mereka kafir,

berterimakasih atas jasa-jasa mereka, taat mematuhi perintah orang tua yang

berhubungan dengan kebenaran dan kebaikan, tidak pada perkara yang bathil atau

munkar). Orang tua berperan sebagai pendidik dalam kelurga (membentuk dan

membina kepribadian anak yang utama sesuai petunjuk agama, menuntun,

membimbing, dan menumbuhkembangkan anaknya menjadi orang shalih yang

bermanfaat bagi sesamanya dan dirinya). (2) Implementasi nilai-nilai pendidikan

agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid adalah sebagai berikut:

mendidik dengan keteladanan, membiasakan sholat berjamaah, menanamkan nilai

dimensi hidup ketuhanan (taqwa, iman, islam, ikhlas, tawakal, syukur, sabar) dan

nilai dimensi kemanusiaan (silaturahmi, persaudaraan, persamaan, adil, baik

sangka, rendah hati, tepat janji, lapang dada, dapat dipercaya, perwira, hemat dan

dermawan) dalam diri anak, dan menerapkan pola asuh anak yang benar.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................i

LEMBAR BERLOGO ....................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................iii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................vi

KATA PENGANTAR .....................................................................................vii

ABSTRAK .......................................................................................................viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................6

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................6

D. Kegunaan Penelitian .........................................................................7

E. Metode Penelitian .............................................................................8

F. Penegasan Istilah ................................................................................11

G. Sistematika Penulisan ........................................................................12

BAB II BIOGRAFI

A. Riwayat Hidup Nurcholish Madjid ....................................................14

B. Pendidikan Nurcholish Madjid ..........................................................16

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

x

C. Aktivitas Intelektual Nurcholish Madjid ............................................22

D. Karya-karya Nurcholish Madjid ........................................................27

E. Kontribusi Pemikiran Nurcholish Madjid di Bidang Pendidikan

Agama ..............................................................................................32

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut Nurcholish

Madjid ..............................................................................................34

1. Aspek-Aspek Nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga ................34

2. Hak Orang Tua dari Anak .............................................................42

3. Orang Tua sebagai Pendidik Bukan Pengajar bagi Anak ................46

B. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga

Menurut Nurcholish Madjid ..............................................................49

1. Mendidik dengan Keteladanan ......................................................49

2. Membiasakan Shalat Berjamaah ....................................................51

3. Menanamkan Nilai Dimensi Hidup Ketuhanan dalam Diri Anak ...52

4. Menanamkan Nilai Dimensi Hidup Kemanusiaan dalam Diri Anak 62

5. Menerapkan Pola Asuh Anak yang Benar ......................................68

BAB IV PEMBAHASAN

A. Signifikansi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga ..............70

B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut

Nurcholish Madjid dengan Ayat Al-Qur’an .......................................74

C. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap

Perkembangan Agama Anak .............................................................86

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................90

B. Saran ................................................................................................92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Nurcholish Madjid ............................................................................ 96

2. Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... 97

3. Daftar SKK .................................................................................................... 98

4. Nota Pembimbing Skripsi ............................................................................ 101

5. Lembar Konsultasi ....................................................................................... 102

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan secara prinsip berlangsung dalam lingkungan keluarga.

Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang

merupakan figur sentral dalam pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena

pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tak berdaya, dan tidak

langsung dapat berdiri sendiri serta memelihara dirinya sendiri.

Manusia pada saat lahir memerlukan bantuan orang tuanya. Akhirnya

pada hakikatnya anak merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang tuanya untuk mendidiknya menjadi manusia dewasa

yang penuh tanggung jawab, terutama tanggung jawab moral, salah

satunya dengan menanamkan pendidikan agama dalam keluarga

(Sadulloh, 2014: 10).

Kegiatan pendidikan dapat berlangsung di dalam tiga lembaga, yaitu

keluarga, sekolah dan masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut yang

bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik atau seseorang

dalam perkembangan rohani dan jasmaninya, agar mencapai tingkat

kedewasan dan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk

Allah, makhluk dan sebagai individu (Djumransah, dkk., 2007: 83).

Ketiga lingkaran lingkungan tersebut yaitu keluarga, sekolah

dan masyarakat adalah lingkungan yang dapat membentuk karakter

manusia. Meski ketiganya saling memperngaruhi, tetapi pendidikan

keluargalah yang paling dominan pengaruhnya terhadap pendidikan

anak. Jika suatu rumah tangga berhasil membangun keluarga sakinah,

maka peran sekolah dan masyarakat menjadi pelengkap (Mubarok,

2005: 152).

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

2

Seperti yang kita ketahui seorang bayi yang baru lahir adalah

makhluk Allah SWT yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan

pertolongan untuk dapat melangsungkan hidupnya di dunia. Maha

bijaksana Allah SWT yang telah menganugerahkan rasa kasih sayang

kepada semua ibu bapak untuk memelihara anaknya dengan baik tanpa

mengaharap imbalan (Majid, 2004: 11).

Seorang anak senantiasa membutuhkan pendidikan karena pendidikan

berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari bersikap yang tidak diharapkan

menjadi bersikap seperti yang diharapkan. Kegiatan pendidikan ialah usaha

untuk membentuk manusia secara keseluruhan aspek kemanusiaannya secara

utuh, lengkap dan terpadu. Secara umum dan ringkas dapat dikatakan

pembentukan kepribadian.

Oleh karena itu, manusia tidak bisa dipisahkan dari pendidikan.

Pendidikan dapat membawa manusia ke arah yang lebih baik. Terutama

pendidikan pada masa anak-anak, pendidikan bagi anak harus dimulai dalam

lingkungan keluarga, sejak anak masih dalam kandungan (periode pra-natal)

hingga dilahirkan sampai mereka dewasa (periode post-natal) sampai memiliki

kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang matang.

Lingkungan keluarga sering pula disebut sebagai lembaga

pendidikan pertama dan utama yang dikenal anak. Kedua orang

tuanyalah orang yang pertama dikenal dan diterimanya pendidikan.

Bimbingan, perhatian dan kasih sayang yang terjalin antara kedua

orang tua dan anak-anaknya merupakan basis yang ampuh bagi

pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan

religius pada diri anak didik (Nizar, 2001: 125).

Munculnya pendidikan dalam suatu keluarga disebabkan karena

adanya pergaulan antara orang tua sebagai manusia dewasa dan anak yang

belum dewasa. Dari situlah lahirnya persitiwa pendidikan dalam sebuah

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

3

wadah yakni keluarga. Kehadiran anak dalam keluarga merupakan tanggung

jawab dan pengabdian orang tua terhadapnya, yang bersifat kodrati dan

berdasarkan cinta kasih (Yasin, 2008: 207).

Pendidikan dalam lingkungan keluarga bersifat pertama dan

utama atau tertua, artinya pembiasaan atau tradisi untuk

mengembangkan kepribadian anak adalah pertama kali terjadi dalam

lingkungan keluarga. Alam keluarga adalah alam pendidikan yang

pertama dan yang terpenting, karena sejak timbulnya adat kemanusiaan

hingga kini, hidup keluarga itu selalu mempengaruhi pertumbuhan

budi pekerti manusia (Yasin, 2008: 208).

Oleh karena itu keluarga merupakan lembaga sosial yang

paling dasar untuk mencetak kualitas manusia. Sampai saat ini masih

menjadi keyakinan dan harapan bersama bahwa keluarga senantiasa

dapat diandalkan sebagai lembaga ketahanan moral, akhlaq al-

karimah dalam konteks bermasyarakat, bahkan baik butuknya suatu

generasi suatu bangsa, ditentukan pula oleh pembentukan pribadi

dalam keluarga. Di sinilah keluarga memili peranan strategis untuk

memenuhi harapan tersebut (Mufidah, 2008: 39).

.

Kehidupan keluarga diibaratkan sebagai suatu bangunan, demi

terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka

ia harus didirikan di atas fondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang

kokoh serta jalinan perekat yang lengket. “Fondasi kehidupan kekeluargaan

adalah ajaran agama, disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon-calon

ibu dan ayah” (Shihab, 2007: 254).

Pembinaan moral atau mental agama harus dimulai sejak anak lahir,

oleh bapak ibunya. Karena setiap pengalaman yang dilalui oleh si anak, baik

melalui pendengaran, penglihatan, perlakuan, pembinaan dan sebagainya,

akan menjadi bagian pribadinya yang akan bertumbuh nanti. “Kepribadian

orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

4

yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi

anak yang sedang bertumbuh itu” (Darajat, 2015: 67).

Pada umumnya, agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,

pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya

dulu. Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan

pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan

merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan

orang yang mempunyai pengalaman agama di waktu kecilnya, maka

mereka akan cenderung pada aturan-aturan agama (Darajat, 2015: 43).

“Semakin banyak pengalaman yang bernilai agamis mampu ditransfer

dan diterimanya, maka akan banyak pula unsur agama dan pengalaman

keagamaan yang mampu mewarnai proses pembentukan kepribadiannya”

(Nizar, 2001: 126). Sedemikian sangat berpengaruhnya pendidikan agama

dalam keluarga bagi anak, tidak salah bila Rasulullah mengibaratkan seorang

anak yang baru dilahirkan itu fitrah atau suci, orang tualah yang menjadikan

anak itu Yahudi, Majusi atau Nasrani. Sebagaimana sabda Rasulullah:

لبخااواه )ركل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه

ري و مسلم(

“Semua anak dilahirkan fitrah atau suci, orang tuanyalah yang

menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (H.R. Bukhori dan

Muslim)

“Si anak mulai mengenal Tuhan melalui orang tua dan lingkungan

keluarga. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan orang tua, sangat

mempengaruhi perkembangan agama pada anak. Sebelum anak dapat bicara,

ia telah melihat dan mendengar, pertumbuhan agama telah mulai ketika itu”

(Darajat, 2015: 70). Dari kedua orang tua terutama ibu, pertama kali pengaruh

dari sesuatu yang dilakukan ibu secara tidak langsung akan membentuk watak

anaknya. Ibu merupakan orang tua yang pertama kali sebagai tempat

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

5

pendidikan anak. Karena ibu ibarat sekolah, jika ibu mempersiapkan anak

berarti ibu telah mempersiapkan generasi yang kokoh dan kuat. Dengan

generasi yang kuat berarti telah menginvestasikan sesuatu pada diri anak agar

bermanfaat kelak mengarungi kehidupan yang lebih global. Itulah sebabnya

pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan yang pertama dan utama serta

merupakan peletak fondasi dari watak dan pendidikan anak.

Begitu besarnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik

anak. Maka Jalaludin dan Usman Said menyebut tanggung jawab

orang tua adalah pertama mencegah anak dari kemungkaran dan selalu

mengajak kepada kebaikan. Kedua, memberikan arahan dan binaan

untuk selalu berbuat baik. Ketiga, beriman dan bertaqwa kepada Allah.

Oleh karena itu tugas dan tanggung jawab orang tua adalah

membimbing anak agar menjadi hamba yang taat menjalan ajaran

agama (Yasin, 2008: 206).

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-

anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima

pendidikan . dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat

dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah

tangga itu bukan berpangkal tolak dari pengetahuan mendidik,

melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan

kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan

itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan timbal balik antara

orang tua dan anak. Ibu dan ayah memegang peranan penting dan amat

berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya (Darajat, 2014: 35).

Nurcholish Madjid salah satu tokoh cendekiawan muslim Indonesia

yang cukup concern mmenyumbangkan pemikirannya tentang pendidikan

Islam salah satunya yang tak luput dari perhatiannya adalah masalah

pendidikan agama dalam keluarga. Mengingat ajaran agama adalah sebagai

fondasi bagi kehidupan keluarga, maka pendidikan agama seharusnya dapat

mewarnai kepribadian anak, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian

dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam kehidupannya di

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

6

kemudian hari. Sehubungan dengan itu, peran orang tua mendidik anak

melalui pendidikan agama yang benar amat amat penting. Namun, perlu

direnungkan kembali apa sebenarnya arti pendidikan agama, bagaimana

pendidikan agama dalam keluarga, dan nilai-nilai keagamaan apa saja yang

harus ditanamkan kepada anak dalam keluarga.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dari itu penulis tertarik

melakukan penelitian mengenai “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA

DALAM KELUARGA MENURUT NURCHOLISH MADJID”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas maka yang

menjadi masalah pokok dalam bahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut

Nurcholish Madjid?

2. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga

menurut Nurcholish Madjid?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat menentukan

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut

Nurcholish Madjid.

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

7

2. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan agama dalam

keluarga menurut Nurcholish Madjid.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi, yaitu

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dan

sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) dan keguruan pada

umumnya dan jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan pada keluarga dengan

mengimplementasikan peranan-peranan pendidikan agama di

dalamnya.

b. Sebagai alternatif guna meningkatkan kualitas pendidikan agama di

dalam keluarga.

c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi

pelaksanaan penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan

datang.

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

8

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sebagai suatu kajian terhadap gagasan dari seorang tokoh, dalam

hal ini metode penelitian penyusunan skripsi ini penulis menggunakan

penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Yaitu pemecahan

masalah-masalah yang ada dengan usaha menganalisis dan menjelaskan

dengan teliti kenyataan-kenyataan faktual dari subjek yang diteliti

sehingga dipeoleh gambaran yang utuh berdasarkan fakta (Surakhmad,

2004: 139). Ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan (library research) yakni dengan membaca, menelaah, dan

mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan

masalah yang dibahas.

Pendekatan yang penulis gunakan yaitu pendekatan content

analysis, yaitu metode analisis yang menitikberatkan pada pemahaman isi

dan maksud yang sebenarnya dari sebuah data.

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan metode penelitian studi dokumentasi, yaitu

mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan dengan

bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan

(Sugiono, 2008: 329), misalnya berupa buku-buku, naskah, catatan kisah

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

9

sejarah, internet dan sumber lain, yang berhubungan dengan Nurcholish

Madjid dan pemikirannya tentang pendidikan agama dalam keluarga.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari literatur

yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan

mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan dengan bersumber pada

buku-buku primer dan buku-buku sekunder atau sumber sekunder lainnya.

3. Sumber Data

Penelitian skripsi ini dilakukan melalui riset pustaka (library

research). Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber data penelitian

yang valid pula. Dalam penelitian ini ada dua sumber, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Yaitu data yang langsung dari sumber pertama mengenai

masalah yang diungkap secara sederhana disebut data asli. Data yang

dimaksud yaitu buku-buku karya Nurcholish Madjid yaitu Masyarakat

Religius, Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di

Indonsesia, Pintu-pintu Menuju Tuhan, dan Pesan-pesan Taqwa

Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina adalah landasan utama

untuk menjadi rujukan dalam mengkaji masalah pendidikan agama

dalam keluarga.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari sumber lain selain sumber

primer. Data sekunder ini dimaksudkan untuk mendukung dan

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

10

melengkapi data primer. Data yang dimaksud yaitu yang relevan

dengan skripsi ini. Yaitu buku-buku yang ditulis orang lain yang

membahas tentang pemikiran Nurcholish Madjid. Data sekunder ini

sifatnya sebagai pelengkap untuk memperkuat data primer.

Setelah data terkumpul lengkap berikutnya yang penulis

lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan

mengklarifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung pokok

bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu

pembahasan yang utuh.

4. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan

pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi

yang lain yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti

mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan peneliti

menyajikan apa yang sudah ditemukannya kepada orang lain (Sugiono,

2008: 85).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi

(content analysis) dalam bentuk deskriptif analisis yaitu berupa catatan

informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan

mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai

dimensi yang terkait dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini

penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil

materi-materi yang relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis,

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

11

dipadukan, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan (Bungin, 2008: 155-

159).

F. Penegasan Istilah

1. Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga

Kata “nilai” dikonotasikan sebagai sesuatu yang baik, bermanfaat,

positif (Sujarwa, 2010: 229). “Dalam KKBI, pendidikan berasal dari kata

‘didik’, yang mendapat awalan ‘pen’ dan akhiran ‘an’, yang berarti proses

pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”

(Zarkasi, 2005: 19). Agama adalah kebutuhan jiwa manusia, yang

mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan serta cara

menghadapi tiap-tiap masalah” (Darajat (2015: 47). Keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang terikat

oleh satu keturunan yang masing-masing anggotanya mempunyai peran

dan tanggung jawab. (Ahmadi, 2003: 96).

Setelah mengartikan nilai, pendidikan, agama, dan keluarga,

penulis ingin menambahkan bahwa yang dimaksud “Pendidikan Agama”

di sini menurut Nurcholish Madjid adalah “Pendidikan Islam”.

Pendidikan Islam adalah suatu bimbingan jasmani dan

rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju kepada

terbentuknya kepribadian yang utama. Kepribadian utama menurut

Islam tersebut adalah pribadi yang memiliki nilai-nilai agama

Islam, bertanggung jawab dan sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist

(Zuhairini, 2009: 290).

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

12

2. Nurcholish Madjid

Nurcholish Madjid populer dipanggil dengan sebutan Cak Nur. Ia

merupakan ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia,

serta cendekiawan muslim bangsa. Dalam banyak sumber yang mengulas

tentang dirinya, disebutkan bahwa Nurcholish Madjid lahir dan dibesarkan

di lingkungan keluarga kiai terpandang di Mojoanyar, Jombang, Jawa

Timur, pada 17 Maret 1939. Prestasi Nurcholish Madjid lebih terlihat

dalam pemikiran. Ia meninggal pada 29 Agustus 2005 akibat penyakit

sirosis yang dideritanya (Cahyo, 2014: 210-215).

Jadi, yang dimaksud “nilai-nilai pendidikan agama dalam

keluarga” menurut Nurcholish Madjid dalam skripsi ini adalah sifat-sifat

atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai

dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada

Allah Swt. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil

dengan metode peneladanan, karena pada waktu itu adalah masa yang

tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik kepada mereka dalam

rangka pembentukan pribadi muslim sejati.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode

penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian.

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

13

BAB II BIOGRAFI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai: riwayat hidup, pendidikan,

aktivitas dan karya-karya intelektual, dan kontribusi pemikiran

Nurcholish Madjid di bidang Pendidikan Agama.

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai: nilai-nilai pendidikan

agama dalam keluarga dan implementasi nilai-nilai pendidikan

agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai: signifikansi, relevansi, dan

implikasi pemikiran Nurcholish Madjid mengenai nilai-nilai

pendidikan agama dalam keluarga.

BAB V PENUTUP

Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

14

BAB II

BIOGRAFI

H. Riwayat Hidup Nurcholish Madjid

Nurcholish Madjid atau yang biasa dipanggil Cak Nur lahir di

Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 bertepatan dengan tanggal 26

Muharram 1358 H (Madjid, 1995: 224). Nurcholish adalah putra dari seorang

petani Jombang yang bernama H. Abdul Madjid. Abdul Madjid adalah

seorang ayah yang rajin dan ulet dalam mendidik putranya, dia adalah seorang

figur ayah yang alim. Dia merupakan Kyai alim ulama Nahdlatul Ulama (NU),

yang secara personal mempunyai hubungan khusus dengan K.H. Hasyim

Asy’ari, salah seorang founding father Nahdlatul Ulama. H. Abdul Madjid

inilah yang menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada Nurcholish Madjid

semenjak dirinya masih berusia 6 tahun (Barton, 1999: 74).

Orang tua Nurcholish Madjid datang dari lingkungan Nadlatul Ulama

dan Masyumi. Ibunda Nurcholish Madjid, Fathonah, dipilih menjadi istri

ayahnya, Abdul Madjid, atas perintah Kyai Asy’ari. Fathonah putri keluarga

pengusaha yang taat beragama. Abdul Madjid adalah petani dan guru, yang

bersama istrinya kemudian mendirikan Madrasah Al-Wathaniyah, di

Mojoanyar. Sang ayah politisi Masyumi, yang jarang di daerah itu, meski

tetap memegang tradisi NU secara kuat.

Tradisi yang kosmopolit dan menghargai keragaman seperti itulah

yang kelak akan mewarnai Paramadina, organisasi yang didirikannya. Hidup,

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

15

pribadi, dan pikiran Nurcholish Madjid terbentuk pada masa remaja ketika dia

sekolah di Pondok Modern Gontor. Pesantren ini sangat progresif dan modern,

baik dalam metode pengajaran maupun gaya hidup para santrinya. Santri

diperbolehkan main musik dan mengenakan celana, bukannya sarung.

Kurikulum di Gontor mengkombinasikan kajian Islam dan sekular dengan

metode pengajaran modern: pengantar bahasa Arab dan Inggris. Selepas

Gontor, Nurcholish Madjid pergi ke Jakarta untuk melanjutkan pelajaran di

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Sejak 19 Juli 2004, ketika Nurcholish Madjid meninggalkan tanah air,

untuk menjalani transplantasi hati di Taiping Hospital, di Guandong, China,

harap-harap cemas selalu menyelimuti sahabat-sahabatnya. Penyakit hepatitis

C yang dideritanya sejak 20 tahun lalu, telah menjadi keganasan.

Transplantasi merupakan satu-satunya harapan Nurcholish Madjid. Namun

Tuhan menentukan lain.

Tanggal 23 Juli 2004, Nurcholish Madjid menjalani operasi

transplantasi. Semua dikabarkan operasinya sukses, sebab tidak lebih dari

seminggu, Nurcholish Madjid telah dipindahkan ke Singapura. Sejak

Nurcholish Madjid operasi lever di China, dirawat di rumah sakit Singapura,

sampai perawatan intensif di rumah sakit Pondok Indah, Jakarta, teman-

temannya berdatangan memberikan doa dan dukungan moril.

Senin, 29 Agustus 2005, bertepatan dengan 24 Rajab 1426, pukul

14.05 WIB, Nurcholish Madjid yang biasa dipanggil Cak Nur meninggal

dunia dalam usia 66 tahun (17 Maret 1939-29 Agustus 2005). Nurcholish

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

16

Madjid meninggalkan seorang istri Omi Komariah dan dua orang anak, Nadia

Madjid dan Ahmad Mikail (Yani, 2009: 49-50).

I. Pendidikan Nurcholish Madjid

Dalam mempersepsikan tatanan pendidikan yang diberikan oleh

ayahnya, Nurcholish Madjid mencatat:

Meskipun pendidikan resmi Abdul Madjid hanya tamatan SR,

tetapi ia memiliki pengetahuan yang luas. Fasih dalam bahasa Arab

dan megakar dalam tradisi pesantren. Abdul Madjid sering dipanggil

“kyai haji”, sebagai penghormatan atas ketinggian ilmu keislaman

yang dimilikinya, walaupun ia sendiri secara pribadi tidak pernah

menyebut dirinya sebagai kyai dan tidak pernah secara resmi

bergabung dengan kalangan ulama. Dan meskipun ia tetap menyebut

diri sebagai orang biasa, namun hal itu tidaklah menmbendung

keinginannya untuk mendirikan sebuah madrasah. Bahkan ia menjadi

pengelola utama pada pembangunan madrasah yang ia kelola sendiri

dan juga yang paling berperan dalam membesarkan madrasah

wathoniyah di Mojoanyar Jombang (Barton, 1999: 72).

Penanaman nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan oleh H. Abdul

Madjid kepada Nurcholish Madjid, bukan saja melalui penanaman aqidah,

moral, etika, ataupun dengan pembelajaran membaca Al-Qur’an saja, akan

tetapi juga dengan arah pendidikan formal bagi Nurcholish Madjid (Barton,

1999: 72). Pendidikan dasar yang ditempuhnya pada dua sekolah tingkat

dasar, yaitu di Madrasah al-Wathoniyah dikelola oleh ayahnya sendiri dan di

Sekolah Rakyat (SR) di Mojoanyar, Jombang.

Pemikiran Nurcholish Madjid yang sedemikian rupa tentu tidak lepas

dari pengaruh lingkungan rumah dan eksistensi keluarga serta pengaruh

terbesarnya terletak pada asuhan yang diberikan oleh sang ayah. Jadi, sejak

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

17

tingkat dasar, Nurcholis Madjid telah mengenal dua model pendidikan.

Pertama, pendidikan dengan pola madrasah, yang sarat dengan penggunaan

kitab kuning sebagai bahan rujukannya. Kedua, Nurcholish Madjid juga

memperoleh pendidikan umum secara memadai, sekaligus berkenalan dengan

metode pengajaran modern. Pada masa pendidikan dasar ini, khususnya di

Madrasah Wathoniyah, Nurcholish Madjid sudah menampakkan

kecerdasannya dengan berkali-kali menerima penghargaan atas prestasinya

(Nadroh, 1999: 21-22).

Selepas menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tahun 1952, Nurcholish Madjid melanjutkan

pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi. Pesantren Darul ‘Ulum

Jombang menjadi pilihan ayahnya dan dipatuhi oleh Nurcholish Madjid. Di

pesantren ini Nurcholish Madjid hanya mampu menjalani proses belajarnya

selama dua tahun. Atas izin ayahnya, kemudian Nurcholish Madjid pindah ke

Pondok Pesantren Darussalam, KMI (Kulliyat Mu’alimien al-Islamiah)

Gontor Ponorogo pada tahun 1955. Hal ini disebabkan penderitaan yang

dialami Nurcholish Madjid karena ejekan yang datang dari teman-temannya,

terkait dengan pendidikan politik ayahnya yang terlibat di Masyumi (Barton,

1999: 75).

Di Gontor, Nurcholish Madjid selalu menunjukkan prestasi yang baik,

sehingga dari kelas 1 ia langsung loncat ke kelas 3. Di pesantren ini, ia banyak

mempelajari bahasa asing terutama Bahasa Arab. Sehubungan dengan

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

18

kemampuan berbahasa Arab ini, terdapat suatu cerita menarik dari Nurcholish

Madjid (untuk selanjutnya ditulis dengan nama akrabnya, Cak Nur):

Suatu hari ia pulang ke rumah, ayahnya, Abdul Madjid dikenal

memiliki koleksi kitab yang banyak dan tidak ada yang bisa membaca

selain ayahnya sendiri. Ketika pulang ke rumahnya, ditunjukkan

beberapa kitab berbahasa Arab dari Mesir dan ayahnya tidak bisa

membaca. Sementara Cak Nur mampu membaca kitab-kitab ayahnya

itu dengan baik (Ridwan, 2002: 51).

Kurikulum yang diberikan Gontor menghadirkan perpaduan yang

liberal, yakni tradisi belajar klasik dengan gaya modern Barat. Para santri

diwajibkan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris secara aktif dalam

berkomunikasi antar santri di lingkungan pesantren. Pelajaran agama yang

diajarkan dengan menggunakan bahasa Arab sebagai pengantarnya di semua

kelas kecuali kelas tahun pertama. Tujuan penekanan pada santri-santri dalam

menggunakan kedua bahasa tersebut sebagai bahasa pengantar sehari-hari,

yakni mengantarkan para santrinya ke dalam cakrawala pengetahuan yang

lebih luas.

Semboyan Gontor yang berbunyi “berbudi tinggi, berbadan sehat,

berpengetahuan luas dan berfikiran bebas” memberikan penekana

keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani, menciptkan iklim yang

kondusif bagi santrinya untuk pemikiran kritis dan maju secara intelektual. Di

pesantren inilah Nurcholish Madjid masuk ke KMI (Kulliyatul Mu’alimien al-

Islamiah) selama enam tahun. Pada tahun 1960 Nurcholish Madjid

menyelesaikan studi di Gontor dan untuk beberapa tahun ia mengajar di bekas

almamaternya. Pondok pesantren Gontor dan orang tuanyalah yang

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

19

merupakan unsur yang cukup berpengaruh pada perkembangan intelektual

Nurcholish Madjid (Barton, 1999: 36).

Perkembangan intelektual Nurcholish Madjid di Gontor berjalan

seiring dengan besarnya perhatian orang tuanya H. Abdul Madjid dalam

mendidik. Untuk itulah akselerasi belajar yang diperolehnya tersebut

menghantarkannya sebagai santri berprestasi. Prestasi belajar Cak Nur yang

fenomenal itu, diperhatikan oleh K.H. Zarkasyi, salah satu pengasuh pesantren

Gontor, dan ketika tamat pada tahun 1960, sang guru bermaksud

mengirimnkannya ke Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Karena waktu itu di

Mesir terjadi krisis politik akibat problem Terusan Suez, keberangkatan Cak

Nur ke Mesir tertunda, dan untuk sementara waktu Cak Nur mengajar di

almamaternya. Ketika terbetik kabar bahwa di Mesir sulit memperoleh visa,

sang guru tahu bahwa Cak Nur sangat kecewa dan untuk menghiburnya, K.H.

Zarkasyi mengirim surat ke IAIN Jakarta meminta agar murid kesayangannya

itu dapat diterima, dan dengan bantuan alumni Gontor di IAIN tersebut, Cak

Nur bisa diterima, meski tanpa ijazah negeri (Barton, 1999: 77).

Atas petunjuk gurunya KH. Zarkasyi inilah Nurcholish Madjid

meneguhkan pilihannya untuk melanjutkan studi di IAIN Syarif Hidyatullah

Jakarta. Pilihannya terhadap IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkaitan erat

dengan minatnya yang besar terhadap pemikiran keislaman. Pemikirannya

yang kritis dan keebranian pengembaraan intelektualitasnya ditunjukkan

ketika ia menulis skripsi yang berjudul Al-Qur’an ‘Arabiyun Lughatan Wa

‘Alamiyun Ma’nan (AL-Qur’an secra bahasa adalah bahasa Arab, Secara

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

20

Makna adalah Universal). Tema skripsi yang diangkat oleh Nurcholish

Madjid tersebut setidaknya telah menyiratkan kekritisan dan corak berfikir

keislaman yang inklusif. Kuliahnya di selesaikan pada tahun 1968 dengan

predikat cum laude.

Ketika di Jakarta, sembari kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah,

Nurcholish Madjid tinggal di Masjid Agung al-Azhar, Kabayoran Baru dan

sedemikian akrab dengan Buya Hamka dan ia sedemikian kagum terhadap

dakwah Buya yang mampu mempertemukan pandangan kesufian, wawasan

budaya dan semangat Al-Qur’an sehingga paham keislaman yang ditawarkan

Buya sangat menyentuh dan efektif untuk masyarakat Islam kota. Hal tersebut

dilansir dari Komaruddin Hidayat, “Kata Pengantar”, dalam Madjid, (1995:

vii).

Minat Nurcholish Madjid terhadap kajian keislaman semakin

mengkristal dengan keterlibatannya di HMI. Dia terpilih menjadi Ketua

Umum Pengurus Besar HMI selama dua periode berturut-turut dari tahun

1966-1969 hingga 1969-1971. Ia pun menjadi presiden Persatuan Mahasiswa

Islam Asia Tenggara (PEMIAT) periode 1967-1969. Dan untuk masa bakti

1969-1971, Cak Nur menjadi Wakil Sekertaris Umum International Islamic

Federation of Students Organisation (IIFSO) (Barton, 1999: 78).

Kepemimpinan Nurcholish Madjid pada organisasi mahasiswa tingkat

nasional tersebut merupakan hal yang amat penting dalam jalur

intelektualisme kehidupannya. Pada sisi lain keterlibatanya pada kegiatan

internasional yakni kunjungannya ke Tumur Tengah dan Amerika Serikat

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

21

telah semakin mematangkan petualangan intelektualitasnya. Pada saat-saat

itulah Nurcholish Madjid melontarkan gagasan kontroversial, yang sangat

menyengat kalangan Masyumi yang waktu itu sedemikian getol

memperjuangkan visi Islam Politik, yakni jargon Islam Yes, Partai Islam No

(Nadroh, 1999: 37). Banyak reaksi keras yang dialamatkan kepadanya, namun

dia tak bergeming, bahkan semakin aktif dengan gagasan-gagasannya, dengan

mendirikan Yayasan Samanhudi dan ia menjadi direkturnya selama tahun

1974-1976 (Barton, 1999: 83-84). Atas dasar itu, dalam perspektif Majalah

Tempo-hingga batas tertentu-pemikiran Nurcholish Madjid telah

menyebabkan ormas-ormas Islam yang telah menerima asas tunggal

(Pancasila) merasa lebih damai karena telah menemukan kebenaran (Barton,

1999: 36).

Pada tahun 1984, ia berhasil menyandang gelar Philoshopy Doctoral

(Ph.D) di Universitas Chicago dengan nilai cum laude. Adapun disertasinya ia

mengangkat pemikiran Ibnu Taimiyah dengan judul “Ibn Taimiyah dalam

Ilmu Kalam dan Filsafat: Masalah Akal dan Wahyu dalam Islam” (Ibn

Taymiyah in Kalam and Falsafah: a Problem of Reason and Revelation in

Islam). Disertasi doctoral yang dilakukan ini menunjukkan kekaguman dirinya

terhadap tokoh tersebut. Kekaguman ini pun menjadi pengakuan yang

disampaikannya.

Nurcholish Madjid bukan hanya memiliki prsetasi akademik yang

menakjubkan, tapi sebagai seorang aktivis pun ia dipercaya untuk menempati

posisi penting pada berbagai organisasi kepemudaan. Ini menyiratkan

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

22

dedikasinya dalam me-manage waktu antara aktivitas akademik dengan

aktivitas organisasinya, hal mana sulit dilakukan oleh rekan-rekan aktivis

lainnya. Pada saat yang bersamaan Nurcholish Madjid telah mampu

membuktikan intergritasnya sebagai intelektual yang produktif.

Dunia formal yang ia jalani selama kurun waktu 36 tahun sejak tahun

1984, penuh dengan segudang pengalaman dan prestasi akademik yang sangat

memuaskan. Hal tersebut dibuktikan oleh Nurcholish Madjid dengan predikat

cum laude yang setidaknya dapat dijadikan tolak ukur dari kapasitas

intelektualnya. Karir Nurcholish Madjid semakin sempurna tatkala ia

dinobatkan sebagai Guru Besar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai rasa

penghargaan pihak kampus baginya yang begitu lama menggeluti dunia

keilmuan pada tanggal 10 Agustus 1998. Adapun pidato pengukuhannya

sebagai guru besar berjudul “Kalam Kekhalifahan Manusia Reformasi: Suatu

Percobaan Pendekatan Sistematis Terhadap Konsep Antropologis Islam.”

J. Aktivitas Intelektual Nurcholish Madjid

Kelincahan Nurcholish Madjid di dunia organisasi selama menjadi

mahasiswa tidak terlepas dari pengaruh sosiologis dan ideologis KMI Gontor,

tempat ia mengenyam pendidikan keagamaan. KMI Gontor bukan saja

berbentuk pesantren yang semata-mata menyuguhi para santrinya materi

keagamaan klasik an sich, tidak hanya menyuguhi para santrinya untuk

menguasai mata pelajaran di kelas, tetapi lebih dari semua itu, Gontor

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

23

merupakan pesantren modern yang mengajarkan mereka bagaimana cara

berorganisasi dengan baik. Hal itulah yang dirasakan oleh Nurcholish Madjid.

Selama di KMI Gontor, Nurcholish Madjid sudah terbiasa dengan

dinamika keilmuan, aktivitas keorganisasian, yang karenanya, ia begitu

berwujud sebagai mediator kepemimpinan tatkala terjun di HMI (Himpunan

Mahasiswa Ialam) selama berkiprah di dunia kampus. Dalam menjalankan

roda organisasi Nurcholish Madjid bnyak menerapkan komitmen ke-KMI-

annya yang memang diajarkan oleh para pengasuhnya (Barton , 1999: 65).

Di organisasi HMI ini, Nurcholish Madjid akhirnya terpilih sebagai

Ketua Umum PBHMI untuk dua tahun berturut-turut yakni periode 1966

sampai 1969 dan periode 1969-1971. Berkat kepiawaiannya sebagai mantan

ketua umum PBHMI, selama menjadi mahasiswa di Amerika ia pun dipercaya

untuk menjadi presiden Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (PEMIAT)

pada tahun 1967-1969 dan berikutnya ia dipercaya pula untuk menjabar

sebagai wakil Sekjen IIFSO (International Islamic Federation of Student

Organization/Federasi Organisasi-Organisasi Mahasiswa Islam Internasional)

pada tahun 1967-1971 (Nadroh, 1999: 26).

Dalam perkembangan karirnya, Nurcholish Madjid menduduki

beberapa posisi sentral. Di antara berbagai karir sentral yang dicapainya

adalah: menjadi staf pengajar di IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta

tahun 1972-1974, menjadi pemimpin umum majalah Mimbar Jakarta tahun

1971-1974, dan juga menjadi pemimpin redaksi majalah Forum. Bersama

teman-temannya, ia mendirikan dan memimpin LSIK (Lembaga Studi Ilmu-

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

24

ilmu Kemasyrakatan), pada tahun 1972-1976 dan LKIS (Lembaga Kebijakan

Islam Samanhudi) tahun 1974-1977. Nurcholish Madjid bekerja di LEKNAS

LIPI (Lembaga Peneliti Ekonomi dan Sosial) di Jakarta tahun 1978-1984,

menjadi dosen di Fakultas Adab dan Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pada tahun 1968 Nurcholish Madjid mendirikan dan menjadi ketua

Yayasan Wakaf Paramadina Mulya, yang aktif dalam kajian keislaman dan

menjadi penulistetap harian Pelita, Jakarta pada tahun 1988. Nurcholish

Madjid menjadi anggota MPR RI, pada bulan Agustus 1991 dan menjadi

dosen tamu di Institut of Islamic Studies, Mc Gill University, Montreal,

Canada. Sejak tahun 1988 Nurcholish Madjid dikukuhkan sebagai Guru Besar

Luar Biasa dalam Ilmu Filsafat Islam sekaligus menjadi Rektor Paramadina

Mulya, Jakarta (Sufyanto, 2001: 63). Tahun 1991 Nurcholish Madjid juga

menjabat sebagai ketua Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Se-

Indonesia (ICMI). Menjadi anggota Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia

(KOMNAS HAM) dan pada tahun 1993 tercatat sebagai salah seorang

anggota MPR RI (Madjid, 2004: 211).

Pada tanggal 3 Januari 1970, dalam acara malam silaturahmi

organisasi pemuda, pelajar, mahasiswa dan sarjana muslim yang tergabung

dalam HMI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII (Pelajar Islam Indonesia) dan

Persami (Persatuan Sarjana Muslim Indonesia) Nurcholish Madjid

menggantikan pidatonya Dr. Alfian yang berhalangan datang. Pidato yang

disampaikannya dalam acara besar tersebut berjudul “Keharusan

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

25

Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat” (Rahardjo,

1987: 18-19).

Dari pidato yang disampaikannya ini Nurcholish Madjid mulai menui

pandangan yang sangat kontroversial termasuk dari para seniornya, semisal,

Rasjidi, dikarenakan anjurannya terhadap sekularisasi. Isi pembahasan dari

judul pidato, “Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah

Integrasi Umat” yakni mencakup: Islam Yes, Partai Islam No; kuantitas

versus kualitas; liberalisasi pandangan terhadap ajaran Islam sekarang

(sekularisasi, kebebasan berfikir, idea of progress, dan sikap terbuka), dan

perlunya kelompok pembaharuan “liberal”. Liberalisasi pemikiran Nurcholish

Madjid dimulai dari penyampaian pidatonya pada acara HUT ke-3 HMI di

Jakarta, 5 Pebruari 1970, dengan judul “pembaharuan pemikiran dalam

Islam”. Kegigihannya untuk mengembangkan pola-pola penyegaran paham

keagamaan Islam dilakukannya pada saat emberikan kuliah di pusat kesenian

Jakarta, 30 Oktober 1972, dengan judul “Menyegarkan Paham Keagamaan di

Kalangan Umat Islam Indonesia” (Sufyanto, 2001: 66).

Nurcholish Madjid adalah seorang dari sedikit intelektual muslim

Indonesia dan menjadi orang nomor satu di Paramadina. Ia dilahirkan dari

kalangan Islam tradisionalis yang kuat. Nurcholish Madjid sejak memperoleh

pendidikan di pesantren Gontor, yaitu pesantren yang menerapkan semboyan

“berfikir bebas setelah berbudi tinggi, berbadan sehat dan berpengetahuan

luas”, sangat mempengaruhi pemikirannya untuk tidak memihak pada salah

satu madzhab Islam.

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

26

Pada saat Nurcholish Madjid masih aktif dalam Himpunan Mahasiswa

Islam Indonesia (HMI), satu periode di mana Republik Indonesia sedang

bergejolak dan merupakan masa transisi dari rezim lama ke rezim baru yang

membawa paradigma baru termasuk paradigma dalam membangun Indonesia

ke depan saat itu yang kemudian menjadi “latar belakang” yang sedikit

banyak menjadi variabel signifikan bagi lahirnya gagasan dan pemikiran

keislaman Nurcholish Madjid yang relative “asing” bagi umat Islam saat itu

(Sofyan dan Madjid, 2003: 73).

Nurcholish Madjid sejak menjadi mahasiswa telah aktif menulis

tentang kajian keislaman maupun politik, sehingga dia sempat mendapatkan

gelar “Natsir Muda”. Gelar tersebut didapat Nurcholish Madjid dengan ciri

khas orang yang anti dan sangat membenci Barat, akan tetapi sikap itu pada

akhirnya runtuh ketika Nurcholish Madjid usai melakukan kunjungannya di

Amerika Serikat dan beberapa Negara Timur Tengah yang akhirnya gelar

tersebut dicopot (Sofyan dan Madjid, 2003: 65).

Pada saat Nurcholish Madjid melaksanakan pendidikan di Chicago,

Amerika Serikat, beliau menjadi murid seorang ilmuwan muslim ternama neo-

modernisme dari Pakistan yaitu Fazlur Rahman. Di perguruan inilah Fazlur

Rahman mengotak-atik pemikiran Nurcholish Madjid untuk dibawa ke bidang

kajian keislaman. Pengaruh Fazlur Rahman terhadap gerakan intelektual

Nurcholish Madjid bukan untuk mengubah pola pemikiran Nurcholish

Madjid. Hanya saja, bukan mengatakan sama sekali, Fazlur Rahman telah

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

27

begitu berpengaruh dalam mengantarkan pemikiran Nurcholish Madjid untuk

kembali kepada warisan klasik kesarjanaan Islam.

K. Karya-karya Nurcholish Madjid.

Nurcholish Madjid dapat dikelompokkan pada penulis yang produktif.

Sekembalinya dari studi, bersama kawan dan koleganya pada tahun 1986

mendirikan Yayasan Wakaf Paramadina. Di lembaga inilah sebagian besar

Nurcholish Madjid mencurahkan hidup dan energi intelektualnya (sehingga

pada akhirnya melahirkan Universitas Paramadina Mulya dengan obsesi

mampu menjadi pusat kajian Islam kesohor di dunia) di samping sebagai

peneliti LIPI sebagai profesi awalnya dan sekaligus sebagai Profesor

Pemikiran Islam di IAIN (kini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Dalam

perjalanan hidupnya, ia telah menghasilkan banyak artikel ataupun makalah

yang telah dibukukan. Beberapa karyanya antara lain adalah sebagai berikut:

1. Khazanah Intelektual Islam. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh PT. Bulan

Bintang pada tahun 1984 ini adalah langkah awal mengabdikan

pemikirannya lewat tulisan di saat Nurcholish Madjid melewati hari-

harinya di Chicago University, Amerika Serikat. Maksud buku suntingan

ini adalah untuk memperkenalkan bidang pemikiran yang merupakan segi

kejayaan Islam bagi para generasi Islam dan para pembaca lainnya. Selain

itu dalam buku ini Nurcholish Madjid juga memperkenalkan kepada para

pembaca tentang corak pemikiran para tokoh klasik. Tokoh yang disebut

Cak nur dalam buku ini adalah: al-Kindi (w. 258 H/870 M), al-Asy’ari (w.

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

28

300 H/913 M), al-Farabi (w. 337 H/950 M), Ibn Sina (370 H-428 H/980

M-1030 M), al-Ghozali (w. 505 H/111 M), Ibn Rusyd (w. 594 H/1198 M),

Ibn Taymiyyah (w. 782 H/1328 M), Ibn Kaldun (w. 808 H/1406 M),

Jamaluddin al-Afghani (1255 H-1315 H/1839 M-1897 M), dan

Muhammad Abduh (1262 H-1323 H/1845 M-1905 M). Penulis ingin

menegaskan tentang buku ini, seperti yang diungkapkan Nurcholish

Madjid sendiri bahwa buku ini hanya sekadar pengantar pemikiran kepada

kajian yang lebih luas dan mendalam tentang khazanah kekayaan

pemikiran Islam.

2. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Buku ini diterbitkan di Bandung

oleh Mizan pada tahun 1987. Dalam isi buku ini membincangkan tentang

permasalahan-permasalahan dan juga isu-isu yang aktual saat ini, dan di

sisi lain juga kontribusi penulis buku ini dalam mewujudkan beberapa

solusi keagamaan dan keindonesiaan, sekitar tahun 70-an permasalahan-

permasalahan menjadi wacana yang menggegerkan dan penuh dengan

pandangan-pandangan yang kontroversial.

3. Islam Doktrin dan Peradaban. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh

Yayasan Wakaf Paramadina pada tahun 1992. Buku ini berisi tentang

Islam di Indonesia adalah kemajemukan. Pluralitas (kemajemukan) adalah

kenyataan yang telah menjadi kehendak Tuhan. Jika dalam kitab suci

disebutkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

agar mereka saling mengenal dan menghargai. Maka pluralitas ini

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

29

meningkat menjadi pluralism, yaitu suatu sistem nilai yang memandang

secara positif-optimis terhadap kemajemukan itu sendiri.

4. Islam Agama Peradapan, Membangun Makna dan Relevansi Doktrin

Islam dalam Sejarah. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan Wakaf

Paramadina pada tahun 1992. Dalam buku ini, Nurcholish Madjid

memaparkan tentang bagaimana manusia mempunyai tujuan hidup yang

transcendental berdasarkan iman yang dinyatakan dalam bentuk amal,

kebijakan sosial, menciptakan masyarakat egaliter dan inklusif dalam

mencari kebenaran dan keadilan. Sebenarnya buku ini hanya kumpulan

sebagian makalah dari kelompok kajian agama yang diselenggarakan oleh

Yayasan Wakaf Paramadina yang diadakan sekali dalam sebulan dengan

beranggotakan 200 orang.

5. Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pengembangan di Indonesia.

Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan Wakaf Paramadina pada

tahun 1997. Dalam buku ini Cak Nur mengungkapkan peran strategis

ajaran-ajaran Islam sebagai sumber substansi bagi pembangunan yang

sedang dilaksanakan di Indonesia. Peran intelektual Indonesia dalam

membangun etos keilmuan dan tradisi intelektual, mengembangkan

demokrasi serta membangun sumber daya manusia yang siap memasuki

era industrialisasi dan era tinggal landas.

6. Bilik-bilik Peantren, Sebuah Potret Perjalanan. Buku ini diterbitkan di

Jakarta oleh Paramadina pada tahun 1997. Buku ini berisi tentang

kesenjangan antara dunia pesantren dengan dunia modern. Maka dalam

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

30

buku ini Cak Nur mengajak dunia pesantren “membuka diri” dan berbenah

diri untuk paling tidak memperkecil jarak kesenjangan tersebut.

Nurcholish Madjid tertuju pada kurikulum pesantren yang ada di

Indonesia. Menurutnya, bahwa materi keagamaan masih mendominasi di

lingkungan pesantren yang disajikan hanya dan selalu dalam bahasa Arab,

seperti Fiqh, Aqa’id, Nahwu-Sharaf. Padahal menurutnya, masih ada yang

lebih penting pada tataran praktis di saat seorang muslim berinteraksi

dengan sesame, yakni semangat religius juga tasawuf yang merupakan inti

dari kurikulum keagamaan. Sedangkan di sisi lain, pengetahuan umum

ternyata masih dilaksanakan secara setengah-setengah, akibatnya

kemampuan santri sangat terbatas dan kurang mendapat pengakuan dari

masyarakat ilmu-ilmu eksak. Itulah yang menyebabkan terjadinya

kesenjangan antara dunia pesantren dengan dunia modern.

7. Pintu-pintu Menuju Tuhan. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan

Wakaf Paramadina pada tahun 1995. Isi buku ini merupakan kumpulan

tulisan Nurcholish Madjid yang tercecer, yang telah dimuat pada Harian

Pelita dan Majalah Tempo. Di sini Nurcholish Madjid menjelaskan bahwa

umat Islam jangan hanya melihat satu pintu untuk menuju Tuhan, karena

Islam menyediakan banyak pintu untuk menuju Tuhan untuk meraih sisi

yang mulia di samping-Nya.

8. Masyarakat Religius. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan Wakaf

Paramadina pada tahun 1997. Buku ini menyodorkan tesis bahwa makna

hidup yang hakiki dan sejati itu ada, agama sebagi sistem keyakinan

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

31

menyediakan konsep tentang hakikat dan makna hidup itu. Buku ini juga

mengetengahkan tentang Islam dan konsep kemasyarakatan, komitmen

pribadi dan sosial dan konsep pendidikan agama Islam dalam keluarga.

9. Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, 1999. Dalam buku ini Nurcholish

Madjid mengetengahkan gagasan politiknya, demokrasi, kebangsaan dan

kenegaraan. Ia menyampaikan persoalan-persoalan tersebut dengan

argumentasi yang fresh dan jernih. Di mana dalam uraiannya mengaitkan

dengan persoalan-persoalan kontemporer yang tengah menghadang bangsa

Indonesia, seperti cita-cita politik bangsa dan persoalan keadilan.

10. Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP). Buku ini ditulis pada saat menjabat

sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, yang

berisi tentang Materi Pengkaderan tentang keislaman. Namun, buku ini

kemudian diubah menjadi Nilai Identitas Kader (NIK). Buku ini menjadi

bacaan wajib yang menjadi dasar dan motivasi perjuangan anggota

Himpunan Mahasiswa Islam.

Selain buku-buku di atas yang sudah dipaparkan, masih banyak pula

karya Nurcholish Madjid yang sudah beredar di pasaran dan tidak sempat

dimuat dalam bab ini. Buku-buku itu di antaranya: Pesan-Pesan Taqwa

Nurcholish Madjid, Fatsoen Nurcholish Madjid, Atas Nama Pengalaman

Beragama dan Berbangsa di Masa Tradisi, Dialog Keterbukaan Artikulasi

Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer, Perjalanan Religious

Umrah dan Haji, Kaki Langit Peradapan Islam, Dialog Ramadhan dan Fiqh

Lintas Agama, ia juga pernah menterjemahkan buku Sunnah dan Peranannya

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

32

dalam Penetapan Hukum Islam: Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, karya uatafa

Al-Sibai. Hal lain yang dilakukan Nurcholish Madjid adalah, bahwa ia banyak

mendorong kaum intelektual Islam serta memprakarsai penulisan buku-buku

bermutu dan standard (Nata, 2005: 324).

Tidak hanya dalam buku, Nurcholish Madjid juga menulis berbagai

artikel tentang keislaman, politik Islam, moral dan sebagaianya yang dimuat

dalam Harian Kompas, Pelita, Suara Pembaharuan, Republika, Jurnal Ulumul

Qur’an, Panji Masyarakat, Prisma, Amanah, dan lain sebagainya (Nata, 2005:

324).

Berdasarkan uraian tentang beberapa karya dan buah pikiran

Nurcholish Madjid di atas, dapatlah disimpulkan bahwa Cak Nur sosok

pemikir yang handal dan julukan pun melekat padanya, yakni seorang teolog,

filosof, sejarawan, konseptor, dan pembaharu yang selalu mengedepankan

toleransi pada setiap perbedaan dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang

berpijak pada ajaran Islam.

L. Kontribusi Pemikiran Nurcholish Madjid di Bidang Pendidikan Agama

Gagasan dan pemikiran Nurcholish Madjid tidak hanya mencakup satu

bidang saja, melainkan dalam berbagai bidang, termasuk di dalamnya masalah

doktrin, ilmu pengetahuan, dan peradaban. Dari berbagai pemikirannya ini

dapat ditelusuri dan dilacak gagasan dan konsep yang berkaitan dengan

pendidikan. Uraian berikut ini akan mencoba melihat dan menjajagi pemikiran

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

33

dan gagasan Nurcholish Madjid dalam bidang pendidikan Islam (pendidikan

agama) (Nata, 2005: 326).

Pendidikan agama dalam rumah tangga. Menurut Nurcholish Madjid,

bahwa pendidikan agama sesungguhnya adalah pendidikan untuk

pertumbuhan total seorang anak didik. Pendidikan agama tidak benar jika

dibatasi hanya kepada pengertian-pengertiannya yang konvensional dalam

masyarakat. Menurut Nurcholish Madjid bahwa pendidikan agama akhirnya

menuju kepada penyempurnaan berbagai keluhuran budi.

Pendidikan akhlak. Sejalan dengan pentingnya pendidikan agama

dalam lingkungan keluarga yang ditekankan pada pengalaman ajaran agama

terkait dengan etika, moral dan akhlak, Nurcholish Madjid memiliki

komitmen terhadap tegaknya etika, moral dan akhlak. Dalam berbagai

kesempatan dalam tulisannya, ia banyak menyinggung kehancuran suatu

bangsa dari sejak zaman klasik yang penyebab utamanya adalah kehancuran

akhlak.

Tidak ada gagasan yang yang berdiri sendiri di atas angin. Setiap

gagasan baru lahir, ia senantiasa mengundang respon bahkan polemik.

Demikian pula dalam dinamika pemikiran keagamaan, hal serupa senantiasa

terjadi. Bahkan kemudian tak terhindarkan lahir ketegangan-ketegangan dan

konflik, yang muncul mengiringi perkembangan pemikiran itu. Inilah yang

terjadi disekitar gagasan-gagasan keagamaan Nurcholish Madjid (Siswanto,

2013: 151).

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

34

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut Nurcholish

Madjid

1. Aspek-aspek Nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga

Manusia dikatakan sempurna apabila memiliki jasmani dan rohani

secara utuh, artinya secara fisik sehat, secara psikis dia normal. Jasmani

yang sehat adalah dambaan setiap insan, terutama orang tua (keluarga)

kepada anak. Usaha menyehatkan anak oleh orang tua adalah perbuatan

tanpa pamrih, semata-mata karena cinta kasih yang murni. Sehingga

hubungan emosional yang amat kental antara anak dan orang tua menjadi

taruhan survival anak dalam memasuki dunia kehidupan selanjutnya

(Madjid, 1997a: 85).

Seiring dengan pertumbuhan jasmani anak, biasanya akan diikuti

oleh proses pencarian jati diri. Dalam konteks ini kedudukan ayah bukan

hanya penghasil nasi (bread earner) dalam keluarga, tetapi posisi ayah

dalam keluarga menempati posisi sebagai teladan dan bahkan “pahlawan”

bagi anak, setelah itu baru orang lain, karena pada umumnya anak akan

mencari sosok atau figur yang diidolakan dalam keluarga. Untuk itulah

orang tua dituntut untuk menjadi uswah hasanah bagi anak dan anggota

keluarganya. Perilaku orang tua secara otomatis akan berdampak pada

berbagai aspek, termasuk pendidikan anak.

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

35

Dalam praktik kehidupan sehari-hari orang tua harus memberikan

kesempatan pada anak untuk bermain, bergaul, dan bercanda dengan

teman sebayanya. Karena hal ini dapat membantu perkembangan jasmani

anak untuk tumbuh menjadi kuat secara alami, selain itu anak akan mudah

bersosialisasi dalam bergaul di masyarakat. Atau orang tua hendaknya

meluangkan waktu untuk berolahraga bersama anaknya. Hal ini dilakukan

agar pertumbuhan jasmani anak menjadi tumbuh dan berkembang dengan

sempurna. Dengan berbekal jasmani yang kuat diharapkan anak dapat

hidup dengan keterampilan yang dimiliki. Oleh karena itu, tidak

dibenarkan jika orang tua tidak memberi kesempatan pada anak untuk

bermain dan bergaul dengan teman sebayanya. Hal tersebut lambat laun

akan berdampak buruk bagi pertumbuhan jasmani, dan bahkan

perkembangan rohani anak. Kesempatan bermain dan bergaul yang

diberikan orang tua kepada anak hendaknya secara wajar dan tetap dalam

kontrol. Dengan harapan anak kelak memiliki jasmani yang kuat dan

terlatih dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dengan dasar iman

dan takwa kepada Allah Swt.

Setiap jiwa manusia sudah memiliki kelengkapan dalam dirinya

untuk mengetahui apa yang baik dan buruk, benar dan salah.

“Kelengkapan itu adalah hati nurani. (Madjid, 2005: 93). Orang tua

berperan sebagai penyaring bagi anak dari segala pengaruh buruk yang

terdapat dari lingkungan. Oleh karena itu kedua orang tua (ibu dan bapak)

harus membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan terutama ilmu

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

36

agama, yang nantinya ditransfer dan diinternalisasikan kepada anak, serta

orang tua dituntut untuk menyiapkan waktu yang cukup guna

mendampingi dalam memberikan pendidikan bagi anaknya khususnya

pendidikan agama.

Pengembangan dan penumbuhan yang harus dilakukan orang tua

bukan hanya bersifat jasmani saja tetapi juga rohani, yakni peningkatan

potensi positif yang sudah ada sejak lahir menjadi tabiat anak. Hal ini

dilakukan agar anak kelak menjadi manusia dengan kualitas setinggi-

tingginya. Dan orang tua berkewajiban untuk menjauhkan anak dari sikap

yang menyimpang dari nature kebaikannya tersebut (Madjid, 1997a: 84).

Kualitas manusia yang tinggi adalah yang mampu

mengaktualisasikan ritus-ritus formal keagamaan dalam kehidupan nyata.

Ritus hanya sebagai bingkai, bukan tujuan. Oleh karena itu, ritus baru

mempunyai makna hakiki jika sudah dapat mengantarkan orang yang

bersangkutan kepada tujuan hakiki pula, yaitu kedekatan (taqarrub)

kepada Allah Swt. dan kebaikan kepada sesama manusia (akhlaq al

karimah).

Pendidikan rohani atau qalbu (hati) menjadi kunci pendidikan

agama bagi anak dalam rumah tangga. Karena pendidikan tersebut

memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Juga

pendidikan agama merupakan kunci utama, karena pendidikan agama

dalam rumah tangga adalah yang pertama dan utama. Pendidikan itu

mencakup aspek jasmani, akal, dan rohani. Jasmani yang baik harus

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

37

diikuti dengan rohani yang baik agar menghasilkan manusia dengan

kualitas tinggi. Oleh karenanya aspek rohani menjadi penentu baik atau

buruknya kepribadian seseorang. Dalam hal ini agama menjadi solusi

untuk mengantarkan kerohanian seseorang menuju puncak dari segala

kebaikan.

Aspek-aspek nilai pendidikan agama dapat dikelompokkan

menjadi tiga bagian sebagai berikut:

a. Nilai Pendidikan Akhlak

Dalam konteks ini (keluarga) yang ditekankan adalah

pendidikan akhlak, yang menyangkut etika dan moral. Dalam kitab

suci Al-Qur’an surat kedua kalimat terakhir memuat perintah kepada

Nabi Muhammad SAW agar beliau memohon kepada Tuhan dari

cuaca pagi (rab al falaq) supaya dilindungi dari kejahatan seorang

pendengki atau penghasud. Hal ini menunjukkan betapa bahayanya

kedengkian itu. Karena dengki adalah salah satu penyakit hati yang

paling berbahaya (Madjid, 2002: 118). Dalam sebuah hadits, Nabi

Muhammad SAW bersabda bahwa sifat dengki itu bagaikan api yang

memakan kayu bakar, artinya kedengkian itu jika diibaratkan tumbuh

dalam hati maka bisa menghabiskan nilai kebaikan pelakunya. Di sisi

lain kedengkian dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan yang dapat

mengancam keselamatan orang lain, karena seorang pendengki akan

senantiasa merasa tidak senang kalau orang yang didengki itu selamat

dan tidak menderita. Kehancuran moral seseorang, masyarakat, bahkan

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

38

suatu bangsa ditengarai dengan hancurnya akhlak (baca: iri, dengki,

dan penyakit hati lainnya). Kedengkian hati juga menjadi indikasi awal

datangnya kesengsaraan.

Sebenarnya kehancuran akhlak (baca: iri, dengki, dan penyakit

hati lainnya) itu bisa ditanggulangi sejak dini. Artinya sedini mungkin

orang tua mulai menanamkan sifat-sifat terpuji bagi anak, tidak

berperilaku sebagai pendengki. Tentu penanaman sikap terpuji tersebut

harus dimulai dari orang tua terlebih dahulu, karena secara alami anak

akan meniru tata cara dan perilaku orang tuanya dalam berbagai hal.

Ingat pepatah yang mengatakan bahwa kacang ora ninggal lanjaran

(Jawa), atau buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, artinya

perbuatan atau perilaku orang tua dengan sendirinya akan membawa

pengaruh bagi anak-anaknya. Jika perilaku orang tua baik maka anak

akan meniru kebaikan itu, tetapi jika perilaku orang tua tidak terpuji

maka jangan harap anak akan berperilaku terpuji.

b. Nilai Pendidikan Ibadah

Mengikuti tema-tema yang ada dalam Al-Qur’an bahwa

penanaman takwa kepada Allah Swt. sebagai dimensi manusia yang

pertama yang dimulai dari pelaksanaan kewajiban-kewajiban formal

agama yang berupa ibadat-ibadat (Madjid, 1997a: 96). Dalam konteks

ini, pendidikan agama dalam rumah tangga awalnya berupa pengajaran

kepada anak tentang aspek-aspek ritual dan formal agama, dengan cara

mengajarkan anak melakukan ritual-ritual agama seperti shalat,

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

39

membaca Al-Qur’an, dan ritual-ritual agama lain. Kemudian dalam

melaksanakan ritual agama tersebut orang tua secara pelan memberi

penghayatan dan pemaknaan ibadat-ibadat tersebut, sehingga ibadat

tersebut tidak dilakukan semata-mata sebagai ritus formal belaka,

melainkan dengan keinsafan mendalam tentang makna edukatifnya

bagi kehidupan.

Edukatif dalam arti, setiap ritual agama yang kita lakukan

dengan anak adalah ajakan kebaikan untuk taat menjalankan perintah

agama. Jika tahap ini telah tercapai, maka tugas kita selanjutnya adalah

bagaimana ritus agama yang bersifat “simbolik” tadi bisa menjadikan

anak tahu dan memahami makna di balik itu semua. Shalat misalnya,

dengan memahami arti bacaan pada setiap gerakan, baik yang wajib

maupun yang sunnah, maka anak akan tahu apa maksud dan tujuannya.

Saat membaca doa iftitah ketika sampai inna shalati wanusuki wa

mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin, sesungguhnya shalatku,

ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan alam

semesta. Jika orang bersangkutan (anak) paham makna yang

terkandung dalam bacaan itu, niscaya orang tersebut akan merasakan

betapa semua ibadah, amal perbuatan, hidup dan mati hanyalah milik

Allah semata. Sehingga ketika harus menerima kenyataan hidup pahit

tidak lantas menyalahkan Allah, tetapi orang tersebut akan mengambil

hikmah di balik kejadian itu, bukankah segala hal yang terjadi di muka

bumi ini pastinya ada hikmahnya. Dengan cara yang demikian

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

40

diharapkan kita akan dapat selamat dari ancaman Allah sebagaimana

tersebut dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’un. Yaitu ibadah yang sia-sia

tanpa atsar dan makna di sisi Allah, na’udzu billah min dzalika.

c. Nilai Pendidikan Aqidah

Aqidah merupakan dasar keimanan seseorang, sehingga harus

ditanamkan kepada anak sejak dini. Orang beriman adalah orang yang

kuat batin dan jiwanya, yang tidak pernah gentar menghadapi cobaan

hidup. Kekuatan orang beriman diperoleh karena hanya berharap

kepada Allah Swt. ia tidak mudah putus asa karena Allah selalu

menyertainya (Madjid, 2002: 14).

Oleh karena itu kunci pendidikan agama sebenarnya terletak

pada pendidikan aqidah. Karena hal tersebut yang akan mewarnai

perkembangan akal dan sikap seorang anak. Kekuatan aqidah berdasar

pada keimanan kepada Allah sehingga mampu mengantarkan

seseorang menjadi makhluk yang berakhlak mulia dan bertanggung

jawab. Iman yang kuat akan menghasilkan harapan dan kepercayaan

kepada Allah, atau sebaliknya, Allah tidak memberi harapan dan

kepercayaan kepada orang tersebut. Oleh karena itu salah satu ciri

orang beriman adalah adanya sikap berbaik sangka kepada Allah.

Orang beriman harus yakin bahwa setiap kejadian pasti ada makna

pelajaran yang bisa diambil, karena tak satupun kejadian di dunia ini

yang tidak ada gunanya.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

41

Baik sangka atau husnudhan adalah salah satu ciri orang

beriman, karena orang beriman akan senantiasa berharap hanya kepada

Allah, bukan kepada manusia. Berharap kepada manusia sifatnya

temporer dalam arti ketika orang yang diharapkan tersebut dalam

keadaan siap, maka harapan tersebut dapat terwujud, tetapi kalau tidak

siap maka harapan itu sirna. Sedangkan begantung dan berharap

kepada Allah merupakan sikap terpuji dan bijaksana, karena Allah

tidak pernah mengecewakan hambanya yang percaya, beriman,

sebagaimana disebutkan dalam Hadits Qudsi bahwa Allah itu

sebagaimana prasangka hamba-Nya, jika persangkaan tersebut baik

maka Allah akan memberikan kebaikan, dan apabila persangkaan

tersebut berupa kejelekan maka Allah akan memberikan kejelekan,

Ana ‘inda dhanni ‘abdi bi.

Sikap orang beriman selanjutnya adalah optimis, sikap dan

perasaan optimis dalam konteks ini adalah ketika seseorang tersebut

telah bekerja, berdo’a, dan sebagainya, kemudian memasrahkan hasil

akhir usaha atau pekerjaannya tersebut kepada Allah, tawakkal.

Sehingga tidak merasa putus asa dan patah semangat apabila hasil

usahanya tidak seseuai harapan. Karena dia selalu baik sangka dan

menyadari bahwa di balik itu semua pasti ada hikmahnya, dan itulah

mungkin yang terbaik menurut Allah. Orang beriman senantiasa ikhlas

pada ketentuan dan takdir-Nya.

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

42

2. Hak Orang Tua dari Anak

Orang tua mempunyai kewajiban memelihara anak dengan penuh

tanggung jawab sebagai amanah Allah. Namun sebaliknya, orang tua pun

mempunyai hak terhadap anak sebagai berikut. Anak-anak harus melayani

orang tuanya dengan baik, lemah-lembut menyayanginya, selalu

menghormati, dan berterima kasih atas jasa-jasa mereka terhadapnya.

Anak-anak juga harus mematuhi perintah orang tua kecuali kalau

menyuruh kepada yang bathil atau munkar.

Sebagaimana Allah telah berwasiat kepada kita semua umat

manusia tentang banyak hal. Wasiat-wasiat Allah tersebut membentuk

bagian amat penting dalam ajaran Islam. Salah satu ialah yang berkenaan

dengan ibu-bapak atau orang tua, Allah berwasiat kepada manusia bahwa

mereka mutlak harus berbuat baik kepada orang tua (Madjid, 2002: 136).

Menurut Nurcholish Madjid hubungan antar anak dan orang tua

dalam sistem ajaran Islam yang menyeluruh adalah perkara yang sangat

penting setelah tauhid, yaitu hubungan dalam bentuk perbuatan baik dari

pihak anak kepada ayah-ibunya (Madjid, 1997a: 111). Berbuat baik

kepada orang tua dalam ajaran Islam yang terdapat dalam kitab suci Al-

Qur’an adalah perintah.

Menurut Nurcholish Madjid, jika disimak lebih mendalam

petunjuk-petunjuk Ilahi, maka dapat ditarik kesimpulan betapa pentingnya

hubungan orang-tua dan anak dalam hidup ini, dan betapa ia terkait erat

secara langsung dengan inti makna hidup itu sendiri. Yaitu beribadat dan

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

43

pasrah kepada Allah, Pencipta semesta alam dan manusia sendiri.

Berkenaan dengan itu, menurut Nurcholish Madjid, di sini agaknya

diperlukan kejelasan dan penegasan tentang suatu masalah. Tekanan

“keputusan” dan “pesan” Allah kepada manusia berkenaan dengan kedua

orang tua ialah pada kewajibannya berbuat baik (husn, ihsan) kepada ibu-

bapaknya bukan pada kewajibannya taat atau menaati mereka. Berbuat

baik meliputi makna yang luas dan mencakup banyak sekali jenis tingkah

laku dan sikap anak kepada orang tua. Sedangkan taat hanyalah satu saja

dari sekian banyak bentuk perbuatan baik itu, itu pun bersyarat (Madjid,

1997a: 112).

Ketaatan anak kepada orang tua itu, seperti halnya dengan setiap

bentuk ketaatan orang kepada siapa pun dan apa pun selain Allah

dibenarkan untuk dilakukan hanya dengan syarat bahwa ketaatan itu

menyangkut kebenaran dan kebaikan, bukan kepalsuan dan kejahatan.

Maka demikian pula halnya dengan ketaatan anak kepada orang tua dapat

dan harus dilakukan hanya jika menyangkut suatu hal yang benar dan baik.

“Dalam keadaan syarat itu terpenuhi, ketaatan anak kepada orang tua

merupakan bagian dari kewajiban berbuat baiknya kepada mereka.

Sedangkan dalam keadaan syarat itu tidak terpenuhi, ketaatan itu justru

menjadi terlarang” (Madjid, 1997a: 112).

“Tetapi sebaliknya, menurut Nurcholish Madjid “keputusan” dan

“pesan” Tuhan agar orang berbuat baik kepada ibu-bapaknya adalah

mutlak, tanpa syarat, bahkan sekalipun ibu-bapaknya jahat, sampai-sampai

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

44

sekalipun ibu-bapaknya itu secara sadar melawan kebenaran (kafir)”

(Madjid, 1997a: 112-113).

Terhadap keseluruhan keluarga dan kaum kerabat yang

menyimpang pun seorang anak tetap diperintahkan Allah untuk

menunjukkan sikap hormat dan sopan santun, meskipun anak itu dengan

jelas tidak dapat menerima jalan hidup mereka (Madjid, 1997a: 113).

Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat

dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada

mereka Ucapan yang pantas (Q.S. al-Isra’ [17]: 28) (Departemen

Agama RI, 2005: 286).

Menurut Nurcholish Madjid, ketaatan anak terhadap orang tua

hanya dituntut kepada suatu kebenaran (alhaqq) dan kebaikan (ma’ruf)

dan jelas tidak dituntut dalam kepalsuan (Albathil) dan kejahatan

(almunkar). Tetapi orang tua tetap berhak mendapatkan perlakuan baik

dari anaknya. Seorang anak dilarang berkata kasar terhadap orang tuanya

sebaliknya seorang anak harus berlaku lemah lembut terhadap orang

tuanya sesuai apa yang menjadi “keputusan” dan “pesan” di dalam Al-

Qur’an.

Kewajiban anak berbuat baik kepada orang tua adalah pertama-

tama dan terutama dituntut dalam hubungan dengan ibunya. Sebab tidak

ada di dunia ini yang sedemikian besar pengorbanannya untuk anak, dan

tidak pula kecintaannya kepada anak demikian tulusnya seperti ibunya

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

45

sendiri. Dalam firman tadi dilukiskan oleh Allah, betapa ibu mengandung

si anak dalam kesusahan, dan tidak bisa melepaskan atau memisahkan

dirinya dari si anak selama dua tahun (Madjid, 1997a: 118).

Dihubungkan dengan masalah pendidikan anak, hal tersebut

mengandung arti timbal balik, bahwa sebagaimana pertama-tama anak

harus berbuat baik kepada ibunya, maka begitu pula sebaliknya ibulah

yang banyak mempengaruhi anaknya. Ini disebabkan bahwa hubungan

emosional ibu dengan anak, jika tidak ada faktor-faktor lain yang luar

biasa, umumnya terpateri rapat dan menjadi abadi, sampai anak menjadi

dewasa (Madjid, 1997a: 118).

Maka dari itu, begitu pentingnya peranan ibu dalam pendidikan

anaknya sampai ada sebuah syair yang mengatakan bahwasannya “ibu

adalah sekolah, bila dipersiapkan dapat membentuk bangsa yang baik dan

kuat”. Makna syair tersebut mengandung arti bahwa seorang ibu

mempunyai peran yang cukup signifikan dalam penumbuhan dan

pengembangan pendidikan anak ke depan. Ibu diibaratkan sekolah di

dalamnya berperan menampung anak-anaknya untuk proses pendidikan

(belajar-mengajar secara langsung) sehingga anak dapat tumbuh

berkembang, baik jasmani maupun rohani.

Tetapi tentu saja yang bertanggung jawab atas pendidikan anak

tidak hanya ibu. Meskipun tidak mempunyai hubungan emosional dengan

anak sehangat para ibu, kaum bapak pun ikut bertanggung jawab dalam

pendidikan anak. Faktor yang paling menentukan peranan bapak ialah

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

46

kedudukannya sebagai kepala keluarga. Ini tidak saja berarti sebagai

“penghasil nasi” dalam keluarga, tetapi juga, untuk anak, fungsinya

sebagai, “imago ideal”. Para ahli umumnya mengatakan bahwa dalam jiwa

anak yang ingin mencari suri tauladan dan bahkan “pahlawan”, sang ayah

selalu menempati urutan pertama, dan baru orang lain. Oleh karena itu

pendidikan anak pun akan ikut ditentukan, berhasil atau gagalnya oleh

“penampilan” sang ayah dalam penglihatan anak (Madjid, 1997a: 119).

Oleh karena itu peranan orang tua sangat besar pula menentukan

pertumbuhan anak secara psokologis dan kultural. “Maka sudah

selayaknya sebagai seorang anak dan diajarkan pula dalam agama untuk

berbuat baik dan berterimakasih kepada orang tua. Dan selalu memohon

doa kepada Allah agar memberikan rahmat kepada orang tua” (Madjid,

2002: 137).

3. Orang Tua sebagai Pendidik Bukan Pengajar bagi Anak

Jika menginsyafi lebih dalam lagi, bahwasannya harta benda dan

anak-anak adalah karunia Ilahi, yang merupakan ujian atau percobaan

(fitnah) bagi manusia, dan apakah manusia (orang tua) dapat

memanfaatkan harta itu dan mendidik anak dengan baik atau tidak. Sebab

tidak perlu diragukan lagi bahwa harta dan anak adalah unsur-unsur utama

kehidupan manusia, yang membuatnya memperoleh kebahagiaan lahir dan

duniawi (Madjid, 1997a: 121).

Karena “harta dan anak adalah kehidupan duniawi,” maka juga

“sesungguhnya hidup di dunia ini adalah permainan, kesenangan dan

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

47

kemegahan serta saling bangga dan saling berlomba dalam harta dan

anak”. Jadi, sebagai fitnah, sisi lain dari harta dan anak ialah kemungkinan

dengan mudah berubah dari sumber kebahagiaan menjadi sumber

kesengsaraan dan kenistaan yang tidak terkira. Yaitu kalau kita tidak

sanggup memanfaatkan harta dan mendidik anak tersebut dengan apa yang

dipesankan dan diamanatkan Allah (Madjid, 1997a: 121-122).

Disebut cobaan, karena anak (dan harta) adalah batu penguji

tentang siapa kita ini sebenarnya dari sudut kualitas hidup dan kepribadian

kita. Sebab kualitas itu akan dengan sendirinya tercermin dalam apa yang

kita lakukan kepada anak (dan harta) itu, menuju kebaikan ataukah

membawa keburukan. Maka sebagai orang tua berkewajiban menuntun,

membimbing, menumbuhkan anaknya menjadi orang shalih, yang

bermanfaat sesamanya dan dirinya sendiri. “Inilah bentuk kecintaan yang

sejati seseorang kepada anak, karena kecintaan serupa itu merupakan

konsistensi kecintaan kepada Allah. Dan itulah pula salah satu pelaksanaan

tanggung jawab keluarga adalah agar menjaga dan memelihara

keluarganya dari hidup yang abadi” (Madjid, 1997a: 117). Sebagaimana

firman Allah,

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

48

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S. at-

Tahrim [66]: 6) (Departemen Agama RI, 2005: 561).

Pembentukan atau pembinaan kepribadian anak berlangsung secara

berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali saja, melainkan suatu hal yang

berkembang, oleh karena itu pembentukan kepribadian anak merupakan

suatu proses. Apabila dalam pertumbuhannya anak mengalami proses

yang baik dan benar, maka akan menghasilkan suatu kepribadian yang

baik, matang, dan harmonis.

Pendidikan agama dalam keluarga adalah unsur pertama yang

harus ditanamkan kepada anak. Karena jika diibaratkan sebuah bangunan

maka agama adalah sebagai pondasi atau dasar dari bangunan tersebut.

Perkembangan agama pada anak sangat tergantung dengan apa pendidikan

dan pengalaman yang dilaluinya dalam keluarga, baik sejak masih dalam

kandungan maupun dalam masa kanak-kanak. Kata-kata, sikap, tindakan

orang tua serta perhatian orang tua sangat mempengaruhi perkembangan

keagamaan dan kepribadian anak. Dalam hal ini pembinaan kepribadian

itu tidak terlepas dari pendidikan agama karena agama adalah sebagai

landasan pembentukan kepribadian. Dengan demikian peranan agama

dalam keluarga sangat penting dalam menumbuhkembangkan kepribadian

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

49

anak agar anak memiliki kepribadian yang utama sesuai dengan petunjuk

agama.

Menurut Nurcholish Madjid pendidikan agama dalam keluarga

tidak cukup hanya berupa pengajaran kepada anak tentang segi-segi ritual

dan formal agama. Namun di dalam masyarakat sering terjadi kekeliruan,

orang tua sering melimpahkan tanggung jawab pendidikan agama kepada

lembaga dan orang lain atau guru mengaji yang lebih populer di kalangan

masyarakat. Tetapi yang sesungguhnya dapat dilimpahkan kepada

lembaga lain atau guru mengaji terutama hanyalah pengajaran agama,

berupa segi-segi ritual dan formal agama. Dan di sini yang ditekankan

adalah pendidikan agama yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya.

Sedangkan para pelaku pendidikan, seperti guru mengaji, dan guru agama

di sekolah adalah sebagai wakil-wakil orang tua dan pelanjut orang tua

dalam menumbuhkembangkan potensi keagamaan dalam diri anak.

Meskipun ada guru mengaji sekaligus juga bertindak sebagai pendidik

agama, namun peran mereka tidak akan dapat menggantikan peran orang

tua sepenuhnya. Jadi, guru mengaji pun sebenarnya terbatas perannya

hanya sebagai pengajar agama, yakni penuntun ke arah segi-segi kognitif

agama itu, bukan pendidikan agama.

B. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut

Nurcholish Madjid

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

50

Adapun upaya-upaya yang dilakukan keluarga dalam hal menanamkan nilai-

nilai pendidikan keagamaan bagi anak menurut Nurcholish Madjid, penulis

membatasi dalam hal sebagai berikut:

1. Mendidik dengan Keteladanan

Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan

memberikan contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan

sebagainya. Contoh atau teladan yang baik dari orang tua akan membentuk

kepribadian anak. Di masa perkembangan, anak banyak mengadopsi pola

perilaku apa saja yang ditampilkan oleh kehidupan dalam keluarganya

lebih-lebih pada ayah dan ibunya. Pendidikan agama dalam keluarga, jelas

melibatkan peran orang tua dan seluruh anggota keluarga dalam usaha

menciptakan suasana keagamaan yang baik dan benar dalam keluarga.

Dan peran orang tua tidak perlu berupa pengajaran yang

nota-bene nya dapat diwakilkan kepada orang lain atau guru. Peran

orang tua adalah peran tingkah laku tulada atau teladan. Seperti

sebuah pepatah yang berbunyi, “bahasa perbuatan adalah lebih

fasih daripada bahasa ucapan” (lisan-ul hal-i afshah-u min lisa-il-

maqal). Jadi jelas pendidikan agama menuntut tindakan

percontohan lebih-lebih daripada pengajaran verbal. Dengan

meminjam istilah yang populer di masyarakat, dapat dikatakan

bahwa “pendidikan dengan bahasa perbuatan” (tarbiyah bi lisan-

i’l-hal) untuk anak adalah lebih efektif dan lebih mantap daripada

“pendidikan dengan bahasa ucapan” (tarbiyah bi lisan-il-maqal)

(Madjid, 1997a: 126-127).

Para ahli umumnya mengatakan bahwasannya bila seorang anak

mencari sosok suri tauladan dan bahkan “pahlawan”, seorang ayah selalu

mendapat urutan pertama, dan baru orang lain. Peranan seorang ayah

terhadap pendidikan anak-anaknya sangat berpengaruh dalam

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

51

pembentukan sikap dan tingkah laku mereka. Oleh karena itu apa dan

bagaimana tingkah laku yang dilakukan seorang ayah akan berpengaruh

juga pada tingkah laku anak-anak. Jika si ayah memberikan keteladanan

sebagai penolong dalam keluarga, maka akan terkesan pula pada hati anak-

anak akan keberhasilan didikan ayah terhadap anak-anaknya.

2. Membiasakan Shalat Berjamaah

Sebagai “bingkai” atau “kerangka” keagamaan, shalat adalah titik

tolak yang sangat baik untuk pendidikan keagamaan seterusnya. Pertama-

tama, shalat itu mengandung arti penguatan ketaqwaan kepada Allah,

memperkokoh dimensi vertikal hidup manusia, yaitu “tali hubungan

dengan Allah” (habl-un min Allah). Segi ini dilambangkan dalam takbirat-

u-‘l-ihram, yaitu takbir atau ucapan Allahu Akbar pada pembukaan shalat.

Kedua, shalat itu menegaskan pentingnya memelihara hubungan dengan

sesama manusia secara baik, penuh kedamaian, dengan kasih atau rahmat

serta berkah Tuhan. Jadi memperkuat dimensi horizontal hidup manusia,

yaitu “tali hubungan dengan sesama manusia (habl-un min al-nas). Ini

dilambangkan dengan taslim atau ucapan salam pada akhir shalat dengan

anjuran kita menengok ke kanan dan ke kiri.

Shalat pun dirancang agar kita senantiasa selalu ingat kepada

Allah. Seperti firman Allah kepada Nabi Musa:

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

52

Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk

mengingat aku (Q.S. Taahaa [20]: 14) (Departemen Agama RI,

2005: 314).

Anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik

baginya adalah yang mengandung gerak, sedangkan pengertian tentang

ajaran agama belum dapat dipahaminya. Karena itu, ajaran yang abstrak

tidak menarik perhatiannya. Salah satu ibadah yang mengandung gerak

adalah shalat. Anak-anak suka melakukan shalat meniru orang tuanya

kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukan itu. Pengalaman

keagamaan yang menarik bagi anak di antaranya shalat berjama’ah.

Meskipun shalat bersama masih termasuk segi ritual dan

formal keagamaan, namun pelaksanaannya secara bersama dalam

keluarga dapat memberikan dampak yang sangat positif kepada

seluruh anggota keluarga. Ada ungkapan Inggris yang mengatakan

bahwa, “A family who pray together will never fall apart” (sebuah

keluarga yang selalu berdoa atau sembahyang bersama tidak akan

berantakan) (Madjid, 1997a: 127).

3. Menanamkan Nilai Dimensi Hidup Ketuhanan dalam Diri Anak

Pendidikan Islam, sering dikatakan memiliki sasaran dan dimensi

hidup, yaitu penanaman rasa takwa kepada Allah dan pengembangan rasa

kemanusiaan kepada sesamanya, dimensi hidup ketuhanan ini juga disebut

jiwa rabbaniyah (QS. Al-Imron: 79) atau biasa disebut tauhid rubuniyah,

suatu bentuk keyakinan bahwa semua yang ada di alam semesta

dikendalikan oleh Allah yang Maha Esa, tanpa campur tangan sekutu lain

(Madjid, 1997a: 130).

Adapun wujud nyata substansi jiwa ketuhanan itu adalah nilai-nilai

keagamaan yang harus ditanamkan dalam pendidikan. Dan jika dicoba

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

53

merinci apa saja wujud nyata atau substansi jiwa Ketuhanan ini, maka kita

dapatkan nilai-nilai keagamaan pribadi yang amat penting yang harus

ditanamkna kepada anak. Kegiatan menanamkan nilai-nilai itulah yang

sesungguhnya akan menjadi inti pendidikan keagamaan. Di antara nilai-

nilai yang sangat mendasar adalah:

a. Taqwa

Menurut Nurcholish Madjid kata taqwa itu sendiri merupakan

serapan dari bahasa Arab yang biasa diterjemahkan sebagai sikap takut

kepada Allah atau sikap menjaga diri dari perbuatan jahat, atau sikap

patuh memenuhi segala kewajiban dan menjauhi segala larangan

Allah. Meskipun penjelasan itu semua mengandung kebenaran, tetapi

belumlah merangkum seluruh tentang taqwa. “Takut kepada Allah”

tidak mencakup segi positif taqwa, sedangkan sikap “menjaga diri dari

perbuatan jahat” hanya menggambarkan satu segi saja dari keseluruhan

makna taqwa. Muhammad Asad, seorang penerjemah dan penafsir Al-

Qur’an yang terkenal masa kini, menerjemahkan kata taqwa dengan

menggunakan bahasa Inggris “God Consiousness”, yakni, “kesadaran

Ketuhanan”. Dan kesadaran Ketuhanan sebagai uraian tentang taqwa

sejiwa dengan perkataan “rabbaniyah” atau “ribbiyah” (semangat

ketuhanan) yang dalam kitab suci diisyaratkan sebagai tujuan

diutusnya para Nabi dan Rasul. Selanjutnya, yang dimaksud dengan

“kesadaran atau semangat Ketuhanan” itu ialah seperti dijabarkan

Muhammad Asad kesadaran bahwa Tuhan adalah Maha Hadir

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

54

(omnipresent) dan kesediaan untuk menyesuaikan keberadaan diri

seseorang di bawah sorotan kesadaran itu (Madjid, 1997b: 141).

Satu hal yang sangat penting kita ketahui adalah bahwa taqwa

merupakan asas hidup. Jadi, asas hidup adalah takwa kepada Allah dan

upaya mencapai keridlaan-Nya. Dan semua asas hidup, selain takwa

dan mencapai ridla Allah, diibaratkan sebagai pondasi dari sebuah

bangunan yang didirikan di tepi jurang yang retak. Sehingga ketika

bangunan itu berdiri, justru runtuh dan masuk ke dalam neraka

Jahannam (Madjid, 2005: 89-90).

Bisa ditarik kesimpulan takwa ialah kesadaran penuh bahwa

setiap apa yang kita kerjakan bahwasannya Allah selalu beserta kita,

Allah selalu menyertai kita, Allah mengawasi kita dan Allah

memperhitungkan perbuatan kita. Sehingga dalam diri kita timbul

suatu keinsyafan untuk melakukan segala sesuatu yang sekiranya akan

Allah perkenankan atau Allah ridlai (Madjid, 2005: 89-92).

Taqwa kepada Allah sebagai dimensi pertama hidup ini dimulai

dengan pelaksanaan kewajiban formal agama berupa ibadat-ibadat.

Dan pelaksanaan itu harus disertai dengan penghayatan yang sedalam-

dalamnya akan makna iadat-ibadat tersebut, sehingga ibadat itu tidak

dilaksanakan hanya semata-mata sebagai ritus formal belaka,

melainkan keinsyafan mendalam akan fungsi edukatifnya bagi kita

(Madjid, 1997a: 128).

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

55

Rasa taqwa kepada Allah itulah kemudian dapat dikembangkan

dengan menghayati keagungan dan kebesaran Tuhan lewat perhatian

kepada alam semesta beserta segala isinya, dan kepada lingkungan

sekitar. Sebab menurut Al-Qur’an hanyalah mereka yang memahami

alam sekitar dan menghayati hikmah dan kebesaran yang terkandung

di dalamnya sebagai ciptaan Ilahi yang dapat dengan benar-benar

merasakan kehadiran Tuhan sehingga bertaqwa kepada-Nya (Madjid,

1997a: 128).

Jadi jelas sekali, begitu pentingnya penanaman nilai taqwa

dalam diri anak, karena taqwa sebagai fondasi dalam kehidupan. Nilai-

nilai taqwa harus ditanamkan sedini mungkin karena taqwa berarti

penghayatan keagungan akan kebesaran Tuhan dan kesadaran penuh

bahwa setiap apa yang kita kerjakan bahwasannya Allah selalu beserta

kita, Allah selalu menyertai kita, Allah mengawasi kita dan Allah

memperhitungkan perbuatan kita. Sehingga dalam diri kita timbul

suatu keinsyafan untuk melakukan segala sesuatu yang sekiranya akan

Allah perkenankan atau Allah ridla. Dan nilai itulah yang harus

ditanamkan pada diri anak.

b. Iman

Iman yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah.

Jadi tidak cukup hanya percaya kepada adanya Allah, tetapi harus pula

“mempercayai” Alah itu dalam kualitas-Nya sebagai satu-satunya yang

bersifat keilahian atau ketuhanan, dan sama sekali tidak memandang

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

56

adanya kualitas serupa kepada sasuatu apa pun yang lain. Selanjutnya,

dan sebagai konsekuensinya, karena kita mempercayai Allah, kita

harus bersandar sepenuhnya kepada-Nya, berpandangan positif

kepada-Nya, “menaruh kepercayaan” kepada-Nya.

Sebagai manusia kita harus berkeyakinan bahwa iman itu pasti

akan membawa pengaruh kepada kehidupan. Dan pertama kali yang

harus kita imani adalah Allah, bahwa barang siapa yang beriman

kepada Allah, maka Allah berjanji akan menyediakan kehidupan yang

baik di dunia ini, dan juga kehidupan yang lebih baik di akherat.

Kemudian yang kedua ialah kita beriman kepada Malaikat. Kita

percaya bahwa hidup di dunia ini tidak hanya dalam lingkungan

makhluk-makhluk lahiri, tetapi juga ada makhluk-makhluk lain yang

disebut ghaib termasuk malaikat yang salah satunya diperintahkan

Allah untuk mencatat amal baik dan buruk kita dan kalau kita yakin

akan hal itu niscaya kita akan selalu ingin berbuat baik karena selalu

merasa diawasi oleh malaikat. Kemudian kita percaya kepada kitab-

kitab suci, namun perlu diingat bahwa kitab suci yang masih murni

dan asli masih memuat kehendak Allah hanyalah Al-Qur’an, karena

dengan Al-Qur’an kita mengetahui rincian lebih lanjut bagaimana

caranya hidup yang benar di muka bumi ini. Dan selanjutnya percaya

kepada Nabi, sebab para Nabi itulah yang membawa kitab-kitab suci,

terutama bagi mereka yang ditugasi untuk menyampaikan kepada

orang lain sehingga martabatnya naik menjadi Rasul.

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

57

Dengan beriman kepada Allah maka berarti kita menyadari

tentang adanya asal atau tujuan hidup. Bahwa hidup kita berasal dari

Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya (Madjid, 1997a: 170).

Kalau kita menyadari hal itu, maka kita menyadari hidup itu

harus ditempuh dengan penuh kesungguhan, penuh tanggung jawab,

sebab hidup ini tidak hanya ada asal dan tujuan saja. Beriman kepada

hari kemudian merupakan penegasan tentang tujuan hidup ini, di mana

ada pertanggungjawaban, dan bersifat pribadi, tidak ada

pertanggungjawaban kolektif. Jika kita beriman kepada Allah dan hari

kemudian, maka salah satu konsekuensinya kita akan menjalani hidup

ini dengan sungguh-sungguh karena kita akan

mempertanggungjawabkan semua tingkah laku kita di hari kemudian.

Dan jika kita yakin bahwa ada hari kemudian atau yakin adanya hidup

lain selain hidup sekarang, dan dimintai pertanggungjawaban kelak,

membawa konsekuensi pada keyakinan akan adanya qada dan qadar

yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia di dunia yang fana

ini yang membawa akibat kehidupan di alam baka kelak.

Dari uraian singkat tersebut di atas, tampak logis dan

sistematisnya pokok-pokok keyakinan Islam yang terangkum dalam

istilah Rukun Iman. Pokok-pokok keyakinan ini merupakan asas

seluruh ajaran Islam, seperti telah diuraikan di atas maka Rukun Iman

jumlahnya enam, yang dimulai dari (a) keyakinan kepada Allah, (b)

keyakinan kepada Malaikat-malaikat, (c) keyakinan kepada Kitab-

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

58

kitab Suci, (d) keyakinan kepada para Nabi dan Rasul Allah, (e)

keyakinan akan adanya Hari Akhir, (f) keyakinan pada Qada an Qadar

Allah. Pokok-pokok keyakinan atau Rukun Iman ini merupakan akidah

Islam.

Dalam menanamkan nilai-nilai keimanan pada diri anak

dilakukan orang tua sedini mungkin, sebagai orang tua harus terus

berupaya mengajarkan nilai-nilai keimanan kepada anak tentunya

dengan cara baik, lembut dan kasih sayang, selain itu juga harus

memahani tingkat usia mereka. Menanamkan nilai-nilai keimanan

kepada anak harus dengan kesabaran dan ketelatenan apabila anak

belum mengerti hendaklah mengulanginya pada waktu berikutnya

sampai anak mengerti dan mengaplikasikan nilai-nilai keimanan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Islam

Menurut Nurcholish Madjid Islam adalah sikap tunduk, patuh,

atau taat kepada Tuhan yang semula digunakan untuk menunjukkan

semangat yang kemudian digunakan sebagai nama yaitu khususnya

semangat dan nama agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw.

(Madjid, 1997b: 140).

Dalam pengertian lain Nurcholish Madjid mengartikan Islam

sebagai kelanjutan adanya iman, maka sikap pasrah kepadanya

(yang merupakan makna asal perkataan Arab Islam), dengan

meyakini bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu

mengandung hikmah kebaikan, kita yang dlaif ini tidak

mungkin mengetahui seluruh wujudnya (Madjid, 2002: 2).

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

59

Dari uraian di atas dapat disimpulkan Islam ialah sikap pasrah,

taat, petuh dan tunduk terhadap aturan-aturan dan ketentuan yang

ditetapkan Tuha serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya untuk

menempuh jalan keselamatan guna mendapatkan kedamaian,

kesejahteraan, kesentosaan dengan keamanan dan kedamaian serta

mulia kedudukannya di dunia sampai di akhirat.

d. Ikhlas

Ikhlas yaitu sikap murni tingkah laku dan perbuatan, semata-

mata demi memperoleh ridla dan perkenaan Allah, dan bebas dari

pamrih lahir dan batin, tertutup maupun tebuka. Dengan sikap yang

ikhlas orang akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batin

dan lahirnya, baik pribadi maupun sosial (Madjid, 1997a: 131).

Nurcholish Madjid mengartikan keikhlasan sama dengan

taubat, yakni kembali kepada Allah. Begitu juga Inabah. Wa anibu ila

rabikum wa aslim-u lah-u, yang artinya, “Kembalilah kepada Tuhan

dan pasrahlah kepada-Nya”. Terimalah apapun yang ada dari Tuhan itu

tanpa persolan. Ini juga yang disebut ihklas. Sedemikian halusnya

ikhlas itu sehingga hadist kudsi disebutkan sebagai rahasia antara

Tuhan dengan seorang hamba-Nya yang saleh, al-ikhlash-u sirr-un min

asrari, ikhlas itu adalah slah satu dari rahasiaku, awda ‘tuhu qalba

man ahbab-tuhu, yang aku titipkan dalam kalbu orang yang aku cintai,

la ya’lam-u syaithan fayufsida, syaitan tidak mengetahui keikhlasan

orang itu sehingga tidak bisa dirusak olehnya, wal la l-mala ikat-u

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

60

fayaktub-uhu, dan malaikatpun juga tidak mengetahui keikhlasan

seorang itu sehingga tidak bisa dicatat oleh malaikat. Karena ikhlas

adalah rahasia antara kita dan Allah, maka untuk menjadi ikhlas kita

memerlukan latihan terus menerus (Madjid, 2005: 107).

e. Tawakal

Tawakal (dalam ejaan yang lebih tepat ‘tawakkul’): yaitu sikap

senantiasa bersandar kepada Allah, dengan penuh harapan kepada-Nya

dan keyakinan bahwa ia akan menolong kita dalam mencari dan

menemukan jalan yang terbaik. Karena kita mempercayai atau

menaruh kepercayaan kepada Allah, maka tawakkal adalah suatu

kemestian (Madjid, 1997a: 131).

Kemudian tawakkal dapat diartikan kesadaran yang

mendalam bahwasannya Allah selalu beserta kita, mempunyai

efek atau pengaruh yang besar sekali bagi hidup kita.

Kesadaran itu memberikan kemantapan dalam hidup. Bahwa

kita ini tidak pernah sendirian. Oleh karena itu kita tidak akan

pernah takut menempuh hidup ini dan kita bersandar kepada-

Nya. Maka sikap bersandar kepada Allah itu disebut tawakkal.

Salah satu sifat Allah ialah al-Wakil artinya tempat bersandar

(Madjid, 2005: 234).

Sikap tawakkal ini harus ditanamkan kepada anak sedini

mungkin, dengan sikap tawakkal diharapkan seorang anak akan

menyandarkan hidupnya hanya kepada Allah. Seorang anak pasti akan

mengalami beberapa fase perkembangan dalam kehidupannya dan

fase-fase tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi

emosionalnya pula. Semakin beranjak dewasa anak juga akan

mengalami berbagai macam problem jika seorang anak sudah

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

61

menyandarkan dirinya kepada Allah maka anak tersebut bisa melewati

beberapa fase dan perubahan kehidupannya dengan baik.

f. Syukur

Menurut Nurcholish Madjid, syukur yaitu sikap penuh rasa

terima kasih dan pengharapan, dalam hal ini atas segala nikmat dan

karunia yang tidak terbilang banyaknya, yang dianugerahkan Allah

kepada kita. Sikap bersyukur sebenarnya sikap optimis kepada hidup

ini dan pandangan senantiasa berpengharapan kepada Allah. Karena itu

sikap bersyukur kepada Allah adalah sesungguhnya sikap bersyukur

kepada diri sendiri. Karena manfaat besar kejiwaannya yang akan

kembali kepada yang bersangkutan (Madjid, 1997a: 131).

Rasa syukur sudah seharusnya ditingkatkan, syukur adalah

pernyataan hati atas kecintaan pada Zat yang memberi nikmat, gerak

anggota tubuh dalam beribadah serta diungkapkan secara lisan dengan

selalu mengingat-Nya dan memuji-Nya.

g. Sabar

Sabar dalam bahasa Arabnya al-shabr, yang arti sesungguhnya

adalah ketabahan, kesanggupan menahan diri, dan kesediaan untuk

tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri yang merugikan

kepentingan orang banyak (Madjid, 1997b: 143).

Lebih lanjut lagi Nurcholish Madjid mengartikan sabar

yaitu sikap tabah mengahadapi segala kepahitan hidup, besar

dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena

keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari

Allah dan kembali kepada-Nya. Jadi sabar adalah sikap batin

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

62

yang tumbuh karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup,

yaitu Allah SWT (Madjid, 1997a: 132).

Tentu masih banyak lagi nilai-nilai keagamaan pribadi yang

diajarkan dalam Islam. Namun kiranya sedikit yang tersebutkan di atas

itu akan cukup mewakili nilai-nilai keagamaan mendasar yang perlu

ditanamkan kepada anak, sebagai bagian amat penting dari pendidikan

keagamaannya. “Biasanya, orang tua atau pendidik akan dapat

mengembangkan pandangan tersebut sehingga nilai-nilai keagamaan

lainnya sesuai dengan perkembangan anak” (Madjid, 1997a: 131-132).

4. Menanamkan Nilai Dimensi Hidup Kemanusiaan dalam Diri Anak

Berkenaan dengan nilai kemanusiaan, patut sekali kita renungkan

sabda-sabda nabi sebagai berikut: “Yang paling banyak memasukkan

orang ke dalam surga ialah taqwa kepada Allah dan keluhuran budi.”

“Tiada sesuatu apapun yang dalam timbangan (nilainya) lebih berat

daripada keluhuran budi” (Madjid, 1997a: 133). Budi pekerti adalah

perkataan majemuk budi dan pekerti, gabungan kata yang berasal dari

bahasa Sansekerta dan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Sansekerta budi

artinya alat kesadaran (batin), sedang dalam bahasa Indonesia pekerti

berarti kelakuan.

Secara terminologis, akhlak berarti kemauan yang kuat tentang

sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga menjadi adat

(membudaya) yang mengarah kepada kebaikan ataupun keburukan.

Akhlak dapat juga berarti tingkah laku yang telah melekat pada diri

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

63

seseorang karena hal itu telah sering dilakukan secara terus-menerus,

sehingga ia berbuat secara sopan.

Keterkaitan yang erat antara taqwa dan budi luhur itu

adalah juga makna keterkaitan antara iman dan amal shaleh, salat

dan zakat, hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia,

bacaan takbir pada pembukaan shalat dan bacaan pendeknya,

terdapat keterkaitan yang mutlak antara ketuhanan sebagai dimensi

hidup manusia yang vertikal dan kemanusiaan sebaagi dimensi

hidup manusia yang horizontal. Oleh karena sedemikian kuatnya

penegasan-penegasan mengenai keterkaitan antara dua dimensi itu,

maka pendidikan agama, baik di dalam keluarga maupun di

sekolah, tidak dapat disebut berhasil kecuali pada anak didik

tertanam dan tumbuh dengan baik kedua nilai itu: Ketuhanan dan

Kemanusiaan, Taqwa dan Budi Luhur (Madjid, 1997a: 133).

Bagitu pentingnya penanaman akhlak bagi anak, sehingga para

ulama pun memperingatkan bahwa kejayaan suatu bangsa tergantung

kepada keteguhan akhlak, budi pekerti, atau moral bangsa itu. Biasanya

peringatan itu dikaitkan dengan adagium yang berbentuk syair Arab, yang

artinya: “Sesungguhnya bangsa-bangsa itu tegak selama akhlaknya tegak,

dan jika akhlaknya runtuh, maka runtuh pulalah bangsa-bangsa itu”

(Madjid, 2002: 184). Oleh karena anak adalah penerus bangsa maka sudah

selayaknya orang tua menanamkan budi pekerti atau akhlakul karimah

bagi anaknya sedini mungkin agar nanti besarnya mempunyai keteguhan

akhlak yang kuat.

Di atas kita kemukakan beberapa nilai ketuhanan yang amat perlu

ditanamkan kepada anak. Tentang nilai-nilai budi luhur, sesungguhnya

kita dapat mengetahuinya secara akal sehat atau “common sense”

mengikuti hati nurani kita. Dan memang begitulah petunjuk Nabi, bahwa

kita akan mengetahui amal perbuatan yang berbudi luhur jika kita rajin

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

64

bertanya kepada hati nurani kita. Justru dalam agama Islam hati kita

disebut nurani (dalam bahasa Arab, nurani, artinya bersifat cahaya atau

karena terang), karena baik menurut Al-Qur’an maupun sunnah Nabi, hati

kita adalah modal primordial untuk menerangi jalan hidup kita sehingga

kita terbimbing ke arah yang benar dan baik, yakni ke arah budi luhur.

“Tetapi sekadar untuk pegangan operatif dalam menjalankan pendidikan

keagamaan kepada anak. Mungkin nilai-nilai akhlak berikut ini patut

sekali dipertimbangkan oleh orang tua untuk ditanamkan kepada anak dan

keturunannya adalah sebagai berikut” (Madjid, 1997a: 133).

a. Silaturahmi (dari bahasa Arab, shilat al-rahim): yaitu pertalian rasa

cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara sudara, kerabat,

tetangga dan sebagainya. Sifat utama Tuhan adalah kasih. Sebagai

satu-satunya sifat Ilahi yang diwajibkan sendiri atau dirinya. Maka

manusia pun harus cinta kepada sesamanya, agar Allah cinta

kepadanya. “Kasihlah kepada orang di bumi, maka Dia (Tuhan) yang

ada di langit akan kasih kepadamu.”

b. Persaudaraan (ukhuwah): yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih

sesama kaum beriman seperti disebutkan di Al-Qur’an, yang intinya

ialah hendaknya kita tidak merendahkan golongan yang lain, kalau-

kalau mereka itu lebih baik daripada kita sendiri, tidak saling

menghina, saling mengejek, banyak berprasangka, suka mencari-

mencari kesalahan orang lain, dan suka mengumpat (membicarakan

keburukan yang tidak ada di depan kita).

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

65

c. Persamaan (al-musawwah): yaitu pandangan bahwa semua manusia

tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun kesukuannya,

dan lain-lain, adalah sama dalam harkat dan martabat. Tinggi rendah

manusia hanya ada dalam pandangan Tuhan yang tahu kadar taqwa itu,

prinsip itu dipaparkan dalam kitab suci sebagai kelanjutan pemaparan

tentang prinsip persaudaraan di kalangan kaum beriman. Jadi

persaudaraan berdasarkan iman (ukhuwah islamiyah) diteruskan

dengan persaudaraan berdasarkan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah).

d. Adil (dari perkataan Arab “adl”): yaitu wawasan yang seimbang atau

balanced dalam memandang, menilai atau menyikapi sesuatu atau

seseorang, dan seterusnya. Jadi tidak secara apriori menunjukkan sikap

positif dan negatif. Sikap kepada sesuatu atau seseorang dilakukan

hanya setelah mempertimbangkan segala segi tentang sesuatu atau

seseorang tersebut secara jujur dan seimbang, dengan penuh i’tikad

baik dan bebas dari prasangka. Sikap ini juga disebut tengah dan Al-

Qur’an menyebutkan bahwa kaum beriman dirancang oleh Allah untuk

menjadi golongan tengah agar dapat menjadi saksi untuk sekalian umat

manusia, sebagai kekuatan penengah (wasith, Indonesia “wasit”).

e. Baik sangka (husn-u ‘zhann): yaitu sikap penuh baik sangka kepada

sesama manusia, berdasarkan ajaran agama bahwa manusia itu pada

asala dan hakekat aslinya adalah baik, karena diciptakan Allah dan

dilahirkan atas fithrah atau kejadian asal yang suci. Sehingga manusia

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

66

itu pun hakikatnya adalah makhluk yang kecenderungan kepada

kebenaran dan kebaikan (hanif).

f. Rendah hati (tawadlu): yaitu sikap yang tumbuh karena keinsyafan

bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah, maka tidak sepantasnya

manusia "mengklaim” kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang baik

dan perbuatan yang baik, yang itu pun hanya Allah akan menilainya.

Lagi pula kita harus rendah hati karena “di atas setiap orang yang tahu

(berilmu) adalah Dia yang Maha Tau (maha berilmu).” Apabila sesama

orang yang beriman, sikap rendah hati itu adalah suatu kemestian.

Hanya kepada mereka yang jelas-jelas menentang kebenaran kita

diperbolehkan untuk bersikap “tinggi hati”.

g. Tepat janji (al-Waffa): salah satu sifat orang yang benar-benar beriman

ialah sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian. Dalam

masyarakat dengan pola hubungan yang lebih kompleks dan luas,

sikap janji lebih-lebih lagi merupakan unsur budi luhur yang amat

diperlukan dan dipuji.

h. Lapang dada (insyirah): yaitu penuh sikap kesediaan menghargai

orang lain dengan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya,

seperti dituturkan dalam Al-Qur’an mengenai sikap Nabi sendiri

disertai pujian kepada beliau. Sikap terbuka dan toleran serta kesediaan

bermusyawarah secara demokratis terkait erat sekali dengan budi luhur

lapang dada ini.

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

67

i. Dapat dipercaya (al-amanah): yaitu salah satu konsekuensi iman ialah

amanah atau penampilan diri yang dapat dipercaya. Amanah sebagai

budi luhur adalah lawan dari khianat yang amat tercela. Keteguhan

masyarakat memerlukan orang-orang para anggotanya yang terdiri dari

pribadi-pribadi yang penuh amanah dan memiliki rasa tanggung jawab

yang besar.

j. Perwira (iffah atau ta’afuff): yaitu sikap penuh harga diri namun tidak

sombong, dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas atau iba

dengan maksud mengundang belas kasihan orang lain dan

mengharapkan pertolongannya.

k. Hemat (qawamiyah): yaitu sikap tidak boros (israf) dan tidak pula

kikir (qatr) dalam menggunakan harta, melainkan sedang (qawwam)

antara keduanya. Apalagi Al-Qur’an menggambarkan bahwa orang

yang boros adalah teman setan yang menentang Tuhan-Nya.

l. Dermawan (al-munfiqun, menjalankan infaq): yaitu sikap kaum

beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama

manusia, terutama mereka yang kurang beruntung (para fakir miskin

dan terbelenggu oleh perbudakan dan kesulitan hidup lainnya) dengan

mendermakan sebagian harta benda yang dikaruniakan dan

diamanatkan Tuhan kepada mereka. Sebab manusia tidak akan

memperoleh kebaikan sebelum mendermakan sebagian dari harta yang

dicintainya itu (Madjid, 1997a: 137).

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

68

Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh

dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang tua dalam

hubungan dan pergaulan ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap

anak-anaknya, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan

bagi anak-anak.

Sama halnya dengan nilai-nilai ketuhanan yang membentuk

ketaqwaan tersebut di muka, nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk

akhlak mulia di atas itu masih bisa ditambah dengan deretan nilai yang

banyak sekali. Namun kiranya yang tersebut di atas itu akan sedikit

membantu mengidentifikasi agenda peranan pendidikan agama dalam

keluarga yang lebih konkret dan operasional. Sekali lagi, pengalaman

nyata orang tua dan pendidik akan membawanya kepada kesadaran akan

nilai-nilai budi luhur lainnya yang lebih relevan untuk perkembangan

anak.

Tanggung jawab pendidikan anak ini sungguh amat berat,

khususnya bagi orang tua. Karena itu, kita hendaknya tidak putus asa

memohon pertolongan kepada Allah untuk memperoleh bimbingan dan

petunjuk-Nya. Seperti pengakuan yang lebih mendalam dalam ajaran

kesufian Islam, manusia tidak akan mampu melaksanakan apa-apa,

termasuk melaksanakan perbuatan baik seperti mendidik anak, jika tanpa

bantuan dan bimbingan Allah, karena tiada daya, tidak pula kemampuan,

kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

69

5. Menerapkan Pola Asuh Anak yang Benar

Pola asuh adalah tata sikap dan perilaku orang tua dalam membina

kelangsungan hidup anak, perlindungan anak secara menyeluruh, baik

fisik, sosial, maupun rohani. Pola asuh juga berarti cara atau model dan

sikap orang tua dalam merawat, mendidik anak dalam mengembangkan

seluruh aspek pada diri anak.

Menurut Nurcholish Madjid berkaitan dengan pendidikan agama

dalam keluarga, dalam mengasuh atau mendidik anak, orang tua sangat

berperan aktif dalam menumbuhkembangkan pendidikan moral dan agama

anak. Dan peran orang tua adalah tulada atau keteladanan yang dijiwai

dengan semangat menanamkan nilai-nilai religius dalam diri anak. Orang

tua tidak hanya mengajarkan anak tentang bagaimana ritual-ritual dalam

beribadah seperti shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Namun lebih

dari itu, orang tua dituntut untuk lebih menekankan tentang nilai-nilai apa

yang terkandung dalam ritual-ritual tersebut, yang kemudian nilai-nilai

tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan agama sejatinya baru mempunyai makna yang hakiki

jika menghantarkan orang yang bersangkutan kepada tujuannya yang

hakiki pula, yaitu kedekatan (taqarrub) kepada Allah dan kebaikan kepada

sesama manusia (akhlaqul karimah). Yang penting dan harus ditanamkan

pada diri anak adalah adanya penghayatan agama. Pendidikan agama yang

diberikan dalam keluarga harus dibarengi dengan makna dan nilai yang

mendalam (Madjid, 1997a: 94).

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

70

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Signifikansi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga

Banyak orang tua mempercayakan seratus persen pendidikan agama

bagi anaknya ke sekolah, karena di sekolah ada pendidikan agama dan ada

guru agama. Orang tua agaknya merasa bahwa upaya itu telah mencukupi.

Sebagian orang tua menambah pendidikan agama (Islam) bagi anaknya

dengan cara menitipkan anaknya ke ‘pesantren sungguhan’, pesantren kilat,

atau mendatangkan guru agama ke rumah. Dengan cara itu, mereka mereka

mengira bahwa anak-anak mereka akan menjadi orang yang beriman dan

bertaqwa. Tindakan orang tua seperti itu merupakan tindakan yang benar.

Tetapi itu ternyata belum mencukupi.

Inti agama adalah iman. Inti keberagamaan ialah keberimanan.

Keberimanan itu tidak dapat diajarkan di sekolah, di pesantren, ataupun

dengan cara mengundang guru agama ke rumah. Di sekolah dan pesantren

diajarkan pengetahuan tentang iman, keimanan, dan keberimanan. Pengajaran

itu bersifat kognitif saja, berupa penyampaian pengetahuan (pengetahuan

tentang iman, keimanan, dan keberimanan). Adapun, keberimanan itu adalah

sesuatu yang berada di dalam hati (al-qalb). Keimanan itu bukan di kepala,

bukan berupa pengetahuan. Keberimanan itu bukan persoalan kognitif. Karena

iman itu di dalam hati, bukan di kepala, maka iman tidak dapat diajarkan.

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

71

Lantas bagaimana menjadikan seseorang beriman? Nabi saw. mengajarkan

bahwa keberimanan itu perlu ditanamkan.

Penanaman iman itu harus dimulai sejak dini sekali. Tatkala anak itu

ada di dalam kandungan ibunya, penanaman keimanan perlu terus dilakukan.

Caranya, sama saja dengan mendidik anak yang sudah lahir. Akan tetapi,

pendidikan keimanan pada masa ini dilakukan oleh atau kepada ibunya. Hasil

penelitian psikologi menjelaskan bahwa apa-apa yang dialami ibu hamil akan

mempengaruhi bayi yang dikandungnya. Apabila ibunya mendapatkan

pendidikan keimanan, anak yang dikandungya juga akan memperoleh

pendidikan keimanan.

Tatkala bayi lahir, ada hal-hal yang harus dilakukan oleh ayah atau

ibunya, antara lain memberinya nama yang baik. Ini merupakan salah satu

bentuk penanaman iman pada bayi itu. Nama yang baik akan memberikan

pendidikan kepada anak itu kelak. Banyak hadis Nabi Saw. yang memberikan

petunjuk kepada kita tentang cara melaksanakan pendidikan keimanan pada

anak di bawah lima tahun.

Nabi mengajarkan bahwa pendidikan keimanan itu pada dasarnya

dilakukan oleh orang tuanya. Caranya melalui peneladanan dan pembiasaan.

Nah, peneladanan dan pembiasaan inilah yang tidak mungkin dilakukan di

sekolah, pesantren, atau oleh guru agama yang diundang ke rumah. Hanya

kedua orang tuanya itulah yang mungkin dapat melakukan hal itu. Penanaman

keimanan di rumah tangga saat ini memiliki dua kendala. Pertama, banyak

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

72

orang tua yang belum menyadari hal itu. Kedua, banyak orang tua yang belum

mengetahui caranya.

Untuk orang tua yang belum menyadari tugasnya, mereka perlu

mencamkan firman Allah dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an, Allah

memerintahkan manusia agar menjaga dirinya dan keluarganya dari siksa

neraka. Perintah ini ialah perintah agar menjaga keimanan. Perintah ini

ditujukan kepada orang tua di rumah, bukan pada guru di sekolah, kiai di

pesantren, atau guru agama yang diundang ke rumah. Tugas guru agama, kiai,

dan guru agama yang diundang ke rumah adalah mengajarkan iman,

keimanan, dan keberimanan.

Adapun, untuk orang tua yang belum mengetahui caranya, seperti telah

disebutkan sebelumnya, ialah dengan peneladanan dan pembiasaan. Yang

meneladankan dan membiasakan tentulah kedua orang tua anak tersebut.

Masuknya iman ke dalam hati anak-anak memang sangat sulit diidentifikasi.

Meskipun demikian, apa yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dalam

menanamkan iman kepada keluarganya dan para sahabatnya dapat kita jadikan

sebagai petunjuk tentang cara masuknya iman tersebut ke dalam hati.

Orang tua adalah orang yang menjadi anutan anaknya. Setiap anak,

mula-mula mengagumi kedua orang tuanya. Semua tingkah orang tuanya

ditiru oleh anak itu. Karena itu, peneladanan sangat perlu. Ketika akan makan,

misalnya, ayah membaca basmalah, anak-anak akan menirukan itu. Tatkala

orang tuanya salat, anak kecil itu diajak salat, sekalipun mereka belum

mengetahui cara dan bacaannya.

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

73

Tatkala puasa Ramadhan, orang tuanya mengajak anak kecil itu makan

sahur, meskipun pada pukul sembilan mereka sudah berbuka. Tatkala salat

Idul Fitri, anak-anak itu dibawa ke lapangan atau mesjid (meskipun mereka

hanya ribut-ribut saja di sana, tetapi suasana itu akan berpengaruh kepada

mereka). Tatkala ayah datang dari bepergian atau tatkala akan meninggalkan

rumah, ucapkanlah salam. Begitulah kita lakukan pada ajaran-ajaran yang lain.

Intinya, anak itu dilatih dengan cara meneladankan, dan itu dibiasakan.

Begitulah yang dilakukan Nabi Muhammad. Hasilnya, keluarga Nabi Saw.

dan para sahabatnya menjadi orang-orang yang beriman kuat.

Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman

keimanan bagi anaknya. Disebut pendidik utama, karena besar sekali

pengaruhnya. Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang pertama

mendidik anaknya. Sekolah, pesantren, dan guru agama yang diundang ke

rumah adalah institusi pendidikan dan orang yang sekadar membantu orang

tua (Tafsir, 1996: 4-8). Keimanan sangat diperlukan oleh anak-anak kita untuk

menjadi landasan bagi akhlak mulia. Keimanan diperlukan agar akhlak anak

kita tidak merosot, sedangkan keberimanan diperlukan agar anak-anak itu

mampu hidup tenteram serta konstruktif pada zaman global nanti.

Anak-anak perlu pendidikan agama semenjak kecil, hal tersebut

mengharuskan orang tua untuk memanfaatkan masa kanak-kanak sebaik-

baiknya dengan cara menanamkan nilai-nilai keagaaman, sebab anak

dilahirkan dalam keadaan fitrah. Di sinilah letak pentingnya pengalaman dan

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

74

pendidikan agama pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan

seseorang.

Jadi, pendidikan agama di dalam keluarga sangatlah perlu, karena

keluargalah satu-satunya institusi pendidikan yang mampu melakukan

pendidikan keberimanan bagi anak-anaknya. Melakukan pendidikan agama

dalam keluarga, berarti ikut berusaha menyelamatkan generasi muda. Dengan

demikian, berarti keluarga itu ikut berusaha menyelamatkan bangsa. Dengan

cara ini diharapkan generasi muda kita kelak menjadi warga negara yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Keimanan dan

ketakwaan itulah yang akan menjadi landasan hidup mereka, menunjukkan

tujuan hidup mereka, serta menjadi filter dalam menilai mana yang baik dan

mana yang buruk pada zaman global itu.

B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut

Nurcholish Madjid dengan Ayat Al-Qur’an

1. Menjadi Orang Tua Ideal bagi Anak

Jika ingin memiliki anak yang berbakti dan shalih, maka tidak ada

pilihan kecuali bersedia dan berusaha untuk menjadi orang tua yang ideal.

Dalam Islam, orang tua memiliki kedudukan yang sangat tinggi terhadap

anak-anaknya. Hal itu tentu saja merupakan sebuah kebanggaan bagi

orang tua. Kehormatan itu sebagai bentuk pemuliaan yang tidak diberikan

Allah selain kepada orang tua. Al-Qur’an telah banyak memberikan isyarat

dan tuntunannya kepada manusia tentang bagaimana mendudukkan orang

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

75

tua sebagai objek pengabdian dan bakti yang cukup penting (Az-

Zhecolany, 2011: 113-114). Allah Swt. berfirman:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-

bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga

yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil

dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (QS. An-

Nisaa’ [4]: 36) (Departemen Agama RI, 2005: 85).

Akan tetapi, perlu disadari oleh para orang tua bahwa kedudukan

dan kemuliaan yang begitu tinggi itu tidak diberikan oleh Allah Swt.

secara Cuma-Cuma. Namun, ada yang harus dibayar untuk mencapai

posisi tersebut. Keutamaan derajat yang diberikan oleh Allah Swt. itu

rupanya menuntut kewajiban dan tanggung jawab yang harus ditunaikan

orang tua kepada anak-anaknya. Berikut ini akan dipaparkan mengenai apa

dan bagaimana orang tua ideal itu.

a. Ideal dalam tanggung jawab

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

76

1) Orang tua harus mampu menjadi pemimpin

2) Memberi nafkah

3) Mendidik

b. Ideal dalam berhubungan dengan anak

1) Selalu berkomunikasi

2) Bersahabat dengan anak

c. Ideal dalam memposisikan diri

1) Dari sisi ayah: perlu menyediakan waktu khusus agar dapat

bersama-sama dengan anak, hindari tingkah laku menghina, jangan

bersifat pasif atau acuh tak acuh pada anak, jadilah figur idola bagi

anak, jika tidak ada seorang ayah dalam rumah sehingga terjadi

kekosongan figur ayah, maka sang ibu harus memastikan peran

pengganti yang bisa diperankan oleh kakek, paman, guru, atau

orang lain yang dianggap pantas sebagai teladan dan bisa menjalin

hubungan harmonis dengan anak.

2) Dari sisi ibu: memiliki akidah dan kepribadian Islam serta

memiliki jiwa seorang pendidik, memiliki kesadaran untuk

mendidik anak-anaknya sebagai aset bangsa, mengetahui dan

menguasai konsep pendidikan anak, memiliki manajemen diri dan

waktu yang baik dengan memakai prinsip skala prioritas.

Dahsyatnya pengaruh orang tua terhadap anak-anaknya tidak

hanya dalam konteks fisik atau material, tetapi juga menyangkut sistem

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

77

keyakinan atau keimanan (immaterial) anak. Dalam konteks keislaman,

kaitannya dengan peran dan pengaruh orang tua terhadap anak-anaknya,

ditegaskan oleh Rasulullah saw., bahwa anak-anak yang baru lahir

sesungguhnya dalam keadaan bersih (suci). Mereka menjadi Yahudi,

Nasrani, atau Majusi karena peran orang tuanya (Az-Zhecolany, 2011:

134).

Dengan demikian, karena tidak ada pengaruh lain yang lebih besar

daripada pengaruh orang tua kepada anaknya, maka orang tua harus

menyiapkan diri untuk menjadi “pohon” yang baik, agar kelak di setiap

sisi-sisinya tumbuh bibit yang baik juga. Sebab, mustahil sebuah pohon

akan menjadi baik jika bibitnya kurang memenuhi syarat sebagai bibit

yang baik. Demikian juga orang tua harus berpikir berulang kali untuk

melakukan hal-hal yang buruk. Sebab pada saat yang sama, itu berarti

orang tua telah memberikan contoh yang kurang baik bagi anak.

2. Keutamaan Memuliakan Orang Tua

Allah Swt. sangat besar perhatiannya terhadap hak orang tua. Hak

ibu dan bapak menjadi penting untuk didahulukan oleh setiap anaknya,

daripada kepentingan yang lain. Allah mengisyaratkan bahwa berbakti dan

menghormati orang tua merupakan hak orang tua yang wajib dilakukan

anak kapan saja dan dalam kondisi apapun (M. Sanusi, 2013: 14). Islam

menghadirkan perintah tegas bagi seorang mukmin untuk berbuat baik

kepada kedua orang tuanya, dalam firman Allah Swt. berikut ini:

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

78

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua

orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,

dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya

sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia

telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau

yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan

supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;

berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada

anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan

Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS.

Al-Ahqaaf [46]: 15) (Departemen Agama RI, 2005: 505).

Dalam ayat Al-Qur’an, Allah Swt. menempatkan kedua orang tua

di posisi terpenting:

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

79

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu

bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara

keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia (QS.

Al-Isra’ [17]: 23) (Departemen Agama RI, 2005: 285).

Berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan

mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh kepada apa yang

mereka perintahkan, melakukan hal-hal yang mereka sukai, dan

meninggalkan sesuatu yang tidak mereka sukai adalah kewajiban yang

harus dilaksanakan kita sebagai anak. Inilah yang disebut birrul walidain.

Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) adalah hak kedua orang

tua yang harus dilaksanakan oleh anak, sesuai dengan perintah Allah Swt.

dan Rasul-Nya, sepanjang keduanya tidak memerintahkan untuk berbuat

maksiat dan menjurus kekufuran kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan

firman Allah Swt. berikut ini:

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang

ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk

mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

80

keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan

kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. Al-Ankabut [29]: 8)

(Departemen Agama RI, 2005: 398).

Seorang anak tidak patut menuruti kemauan atau perintah ayah

atau ibu, bila perintah tersebut menyimpang dari ketentuan yang

disyariatkan (diatur) oleh Allah Swt. Sesuatu yang tidak diketahui oleh

anak terhadap apa yang diperintahkan orang tua, misalnya dalam hal

haram, maka anak boleh tidak mengikutinya.

3. Mendidik dengan Keteladanan

Mendidik dengan keteladanan merupakan cara yang cukup efektif,

karena sebelum anak melakukan sebuah instruksi, mereka sudah

mengetahui dan memahami apa yang dikehendaki orang tuanya. Orang tua

pun akan mudah memberikan instruksi ketika apa yang dikehendaki dari

anak-anaknya, sudah dilakukannya. Metode tersebut akan menjadi

alternatif dari sekian metode pendidikan lainnya dalam lingkungan

keluarga.

Di samping itu, mendidik anak dengan keteladanan merupakan

cara yang cukup efisien, karena orang tua tidak harus capek, menguras

tenaga, dan merasa terbebani secara fisik, waktu maupun materi. Bahkan,

orang tua yang demikian akan memiliki harga diri yang lebih tinggi di

hadapan anak-anak mereka, sesuai dengan peran yang harus dimainkan.

Dalam Al-Qur’an kata-kata keteladanan diistilahkan dengan kata

uswah. Hal ini bisa dilihat dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

81

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS.

Al-Ahzab [33]: 21) (Departemen Agama RI, 2005: 421).

Dalam ayat di atas disebutkan kata uswah yang dirangkaikan

dengan kata hasanah yang berarti teladan yang baik, yang patut diteladani

dari seorang guru dalam beribadah (hablumminallah), maupun dalam

berinteraksi dengan sesama manusia (hablummninannas). Yang kemudian

dijadikan salah satu metode pendidikan yang metode keteladanan yang

bisa diterapkan sampai sekarang dalam upaya mewujudkan tujuan

pendidikan agama (Islam).

Sementara berkaitan dengan teladan yang diberikan oleh

Rasulullah Saw. dalam menjalani hubungan antar sesama manusia

(berakhlak) yaitu bisa dilihat dalam ayat Al-Qur’an berikut:

...

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama

dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi

berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan

sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya... (QS. Al-Fath

[48]: 29) (Departemen Agama RI, 2005: 516).

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

82

...

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil

musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia... (QS. Al-

Mumtahanah [60]: 1) (Departemen Agama RI, 2005: 550).

Nabi Muhammad Saw. merupakan guru besar bagi umat manusia,

demikian pula dengan Nabi Ibrahim as., keduanya merupakan nabi yang

memiliki gelar “Uswatun Hasanah” yang dicatat Allah di dalam Al-

Qur’an.

Setiap orang tua yang menerapkan pola Uswatun Hasanah

(memberikan teladan baik) dalam pendidikan anak, maka proses dakwah

dan pendidikan keluarga akan berjalan secara normal dan efektif. Di masa

yang krisis keteladanan seperti sekarang ini, keluarga menjadi basis

penting bagi anak untuk menemukan keteladanan. Maka, orang tua sudah

selayaknya menjadi figur pertama bagi anak untuk memenuhi kebutuhan

ini. Untuk itu ada kiat-kiat yang bisa dilakukan orang tua dalam proses

pembentukan karakter dan akhlak Islami pada anak agar menjadi pribadi

teladan.

a. Orang tua harus menjadi pelaku utama dalam berbuat kebaikan.

b. Istiqomah dalam memberikan keteladanan.

c. Hindari unsur riya dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar orang lain).

d. Orang tua hendaklah mengenalkan tokoh-tokoh teladan dalam Islam.

e. Menghargai nasihat dan kebenaran meskipun dari seorang anak kecil.

f. Mengajak anak berziarah kepada orang-orang yang sholeh.

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

83

g. Gunakan metode pembiasaan terutama untuk anak usia balita.

h. Gunakan metode dialog pada anak usia remaja.

i. Pilihkan anak-anak sekolah yang memiliki visi dan misi yang sama

dengan orang tua.

j. Berikan mereka peluang dan kesempatan untuk mencerna dan

menerapkan pendidikan agama yang diberikan orang tua.

k. Hargai kemampuan anak dengan bahasa yang dapat dipahaminya dan

dengan cara yang bijaksana, misalnya dengan pujian. Pujian meskipun

sangat sederhana tetapi sangat berarti bagi anak, sayangnya banyak

orang tua yang lebih sering mencela daripada memuji.

Paparan di atas menunjukkan pentingnya keteladanan dalam

mendidik anak, sebab orang tua adalah orang yang paling dekat dengan

anak, terutama dalam hubungan emosionalnya.

4. Pembinaan Iman dan Tauhid Anak

Dalam ayat 13, Luqman menggunakan kata pencegahan dalam

menasihati anaknya agar ia tidak menyekutukan Allah.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kezaliman yang besar" (Q.S. Luqman [31]: 13)

(Departemen Agama RI, 2005: 413).

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

84

Bila kita pahami ayat ini secara sederhana dan pendidikan tauhid

itu dilakukan dengan kata-kata, maka anak Luqman ketika itu telah

berumur sedikitnya dua belas tahun. Sebab kemampuan kecerdasan untuk

dapat memahami hal-hal yang abstrak (maknawi) terjadi apabila

perkembangan kecerdasannya telah sampai ke tahap mampu memahami

hal-hal di luar jangkauan alat-alat inderanya, yaitu umur dua belas tahun.

Syirik adalah suatu hal yang abstrak, tidak mudah dipahami oleh

anak yang perkembangan kecerdasannya belum sampai pada kemampuan

tersebut. Bila kita perhatikan lanjutan ayat tersebut yang berbunyi “Syirik

itu adalah kezaliman yang besar”, maka untuk memahaminya diperlukan

kemampuan mengambil kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang

diketahui. Biasanya kemampuan demikian, tercapai pada umur kira-kira

empat belas tahun. Maka umur anak Luqman ketika itu sedikitnya empat

belas tahun.

Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam kandungan,

sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai hasil pengamatan

pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin yang dalam kandungan, telat

mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang

mengandungnya. Hal tersebut tampak dalam perawatan kejiwaan, di mana

keadaan keluarga, ketika anak dalam kandungan itu, mempunyai pengaruh

terhadap kesehatan mental si janin di kemudian hari.

Do’a dan harapan orang tua yang diucapkan dengan lisan dan

dibisikkan dalam hatinya, akan memantul kepada janin yang ada di dalam

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

85

kandungan. Setelah si anak lahir, pertumbuhan jasmani anak berjalan

cepat. Perkembangan akidah, kecerdasan, akhlak, kejiwaan, rasa

keindahan dan kemasyarakatan anak, berjalan serentak dan seimbang. Bila

orang tua beriman dan beramal shaleh, sering berdo’a dan mengucapkan

kalimat thaiyibah, maka kalimat itulah yang sering terdengar oleh anaknya

dan menjadi akrab ke hati anak, lalu menjadi bagian dari kepribadiannya,

senantiasa beriman dan bertauhid kepada Allah Swt.

5. Pembinaan Akhlak Anak

a. Akhlak anak terhadap kedua ibu-bapak

Dengan berbuat baik dan berterima kasih kepada keduanya.

Dan diingatkan Allah, bagaimana susah dan payahnya ibu

mengandung dan menyusukan anak sampai umur dua tahun:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam

Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya

dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua

orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (Q.S.

Luqman [31]: 14) (Departemen Agama RI, 2005: 413).

Bahkan anak harus tetap hormat dan memperlakukan kedua

orang tuanya dengan baik, kendatipun mereka mempersekutukan

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

86

Tuhan, hanya yang dilarang adalah mengikuti ajaran mereka untuk

meninggalkan iman-tauhid.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan

dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,

Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah

keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang

kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah

kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu

kerjakan. (Q.S. Luqman [31]: 15) (Departemen Agama RI,

2005: 413).

b. Akhlak terhadap orang lain

Menurut Zakiyah Darajat, orang tua harus menanamkan budi pekerti

(akhlak atau moral) dalam bergaul, kepada anaknya (Kurniawan, 2012:

3), antara lain sopan, tidak sombong dan tidak angkuh, serta berjalan

dengan sederhana dan bersuara lembut.

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

87

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi

dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. dan

sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (Q.S.

Luqman [31]: 18-19) (Departemen Agama RI, 2005: 413).

Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh

dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang tua dalam

hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua

terhadap anak-anak mereka, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain

di daalm lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat, akan menjadi

teladan bagi anak-anak.

C. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap

Perkembangan Agama Anak.

1. Anak mengenal Tuhan, melalui bahasa, dari kata-kata orang yang ada di

lingkungannya (Darajat, 2015: 43), terutama ucapan ibunya waktu ia kecil.

Apa pun yang dikatakan ibunya tentang Tuhan, akan diterimanya dan

dibawanya sampai dewasa. Oleh karena itu, ibu perlu berhati-hati

menjawab pertanyaan anak tentang Tuhan atau pokok-pokok keimanan

lainnya.

2. Anak mulai mengenal agama lewat pengalamannya melihat orang tua

melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata-kata agamis

yang mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan.

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

88

3. Kemajuan pikiran, keterampilan dan kepandaian dalam berbagai bidang

akan memantul kepada si anak. Mulai kecil si ibu menidurkan anaknya

dengan dendang dan senandung yang merdu, menumbuhkan pada anak

jiwa seni. Karya ibu dalam bidang yang dapat dilihat, didengar dan

dirasakan anak, akan menyebabkannya tertarik kepada hasil-hasil karya

tersebut. Maka pembinaan kebudayaan pada anak oleh ibunya,

berlangsung secara tidak sengaja, dibawa bersama dalam kehidupan dan

penampilan ibu dihadapan anaknya setiap harinya.

4. Pembentukan kepribadian anak. Berbahagialah anak yang lahir dan

dibesarkan oleh ibu yang saleh, penyayang dan bijaksana. Karena

pertumbuhan anak terjadi melalui seluruh pengalaman yang diterimanya

sejak dalam kandungan. Sikap positif ibu terhadap janin, dan ketentraman

batinnya dalam hidup, menyebabkan saraf-saraf bekerja lancar dan wajar,

karena tidak ada goncangan jiwa yang menegangkan, yang nanti menjadi

dasar pertama dalam pertumbuhan selanjutnya setelah lahir. Pembentukan

kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman dan akhlak.

Kepribadian terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang

diserapnya dalam pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada

tahun-tahun pertama dari umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak

masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku

orang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai

agama.

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

89

5. Kualitas hubungan anak dan orang tuanya akan mempengaruhi keyakinan

beragamanya di kemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan

diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama

dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika yang terjadi

sebaliknya, maka ia menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin

ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak shalat,

tidak puasa dan sebagainya.

6. Akhlak, sopan santun, dan gaya anak menghadapi orang tuanya, banyak

tergantung pada sikap orang tua terhadap anak. Apabila anak merasa

terpenuhi semua kebutuhan pokoknya (jasmani, kejiwaan, dan sosial),

maka anak akan menyayangi, menghargai, dan menghormati orang tuanya.

Akan tetapi, apabila anak merasa terhalang pemenuhan kebutuhannya oleh

orang tuanya, misalnya ia merasa tidak disayangi atau dibenci, suasana

dalam keluarga yang tidak tenteram, sering kali menyebabkannya takut

dan tertekan oleh perlakuan orang tuanya, atau orang tuanya tidak adil

dalam mendidik dan memperlakukan anak-anaknya, maka perilaku anak

tersebut boleh jadi bertentangan dengan yang diharapkan oleh orang

tuanya, karena ia tidak mau menerima keadaan yang tidak menyenangkan

itu.

7. Perkembangan sikap sosial pada anak terbentuk mulai di dalam keluarga.

Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan bijaksana, akan

menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak. Ia akan

terlihat ramah, gembira dan segera akrab dengan orang lain. Karena ia

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

90

merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, maka akan bertumbuh

padanya rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya, hal yang

menunjang terbentuk pribadinya yang menyenangkan dan suka bergaul.

Demikian pula jika sebaliknya orang tua keras, kurang perhatian kepada

anak dan kurang akrab, sering bertengkar antara satu sama lain (ibu-

bapak), maka si anak akan berkembang menjadi anak yang kurang pandai

bergaul, menjauh dari teman-temannya, mengisolasi diri dan mudah

terangsang untuk berkelahi, dan pribadi negatif, yang condong kepada

curiga dan antipati terhadap lingkungannya.

BAB V

PENUTUP

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

91

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan mengenai nilai-nilai pendidikan agama

dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid

dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu nilai pendidikan akhlak

(menyangkut etika dan moral), nilai pendidikan ibadah (pelaksanaan

kewajiban-kewajiban formal agama, berupa ibadat-ibadat), nilai

pendidikan aqidah (keimanan kepada Allah Swt.). Hak orang tua dari anak

yaitu berupa perbuatan baik dari pihak anak kepada ibu-ayahnya yang

hukumnya wajib (melayani orang tuanya dengan baik, lemah-lembut

menyayanginya, selalu menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

walau mereka kafir, berterimakasih atas jasa-jasa mereka, taat mematuhi

perintah orang tua yang berhubungan dengan kebenaran dan kebaikan,

tidak pada perkara yang bathil atau munkar). Orang tua berperan sebagai

pendidik agama dalam keluarga (membentuk dan membina kepribadian

anak yang utama sesuai petunjuk agama, menuntun, membimbing, dan

menumbuhkembangkan anaknya menjadi orang shalih yang bermanfaat

bagi sesamanya dan dirinya), sedangkan guru mengaji dan guru agama di

sekolah adalah sebagai wakil-wakil orang tua dan pelanjut orang tua dalam

menumbuhkembangkan potensi keagamaan dalam diri anak, jadi peran

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

92

mereka hanya sebagai pengajar agama, yakni penuntun ke arah segi-segi

kognitif agama (ritual dan formal agama).

2. Implementasi nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut

Nurcholish Madjid adalah sebagai berikut: mendidik dengan keteladanan,

membiasakan sholat berjamaah, menanamkan nilai dimensi hidup

ketuhanan (taqwa, iman, islam, ikhlas, tawakal, syukur, sabar),

menanamkan nilai dimensi hidup kemanusiaan dalam diri anak

(silaturahmi, persaudaraan, persamaan, adil, baik sangka, rendah hati, tepat

janji, lapang dada, dapat dipercaya, perwira, hemat dan dermawan),

menerapkan pola asuh anak yang benar (menumbuhkembangkan

pendidikan moral dan agama anak, menerapkan metode keteladanan yang

dijiwai dengan semangat menanamkan nilai-nilai religius dalam diri anak,

dan menekankan nilai-nilai apa yang terkandung dalam ritual formal

agama). Anak-anak memerlukan pendidikan agama sejak kecil, hal

tersebut mengharuskan orang tua untuk memanfaatkan masa kanak-kanak

dengan sebaik-baiknya dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan.

Hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an tentang pendidikan

agama dalam keluarga, orang tua harus menjadi sosok ideal bagi anak

(mendidik dengan keteladanan, membina iman dan tauhid, dan akhlak

anak). Hal tersebut akan membentuk akhlak, sikap, dan kepribadian anak,

karena anak mengenal Tuhan dan agama, lewat pengalamannya

mendengar dan melihat ibadah atau segala sesuatu yang orang tua mereka

lakukan.

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

93

B. Saran

Setelah penulis mengadakan kajian mengenai pendidikan agama dalam

keluarga menurut Nurcholish Madjid, ada beberapa saran yang penulis

sampaikan:

1. Bagi Orang Tua

Mendidik anak merupakan salah satu kewajiban orang tua sebagai

konsekwensi dan komitmennya untuk membina rumah tangga melalui

pernikahan. Hendaknya para orang tua dapat menjadi uswah hasanah bagi

anaknya dengan menjaga sikap dan tingkah lakunya di hadapan anak-

anaknya sejak dini. Senantiasa mendidik anak-anaknya dengan penuh

kasih sayang serta memperhatikan perkembangan dari berbagai aspek

keagamaannya.

2. Bagi Masyarakat

Sebelum memasuki gerbang pernikahan atau menjadi ayah dan ibu

hendaknya para calon orang tua menyiapkan mental dan mempelajari

pendidikan agama lebih dalam guna mempersiapkan pendidikan agama

yang lebih baik bagi anaknya, karena tidak dapat dipungkiri agama

berperan sebagai peletak dasar atau fondasi bagi kehidupan seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

94

Az-Zhecolany, Ali Hasan. 2011. Kesalahan-kesalahan Orang Tua Penyebab

Anak Tidak Shalih. Jogjakarta: DIVA Press.

Barton, Greg. 1999. Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pemikiran Neo-

Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahid, dan

Abdurrahman Wahid, terj. Nanang Tahqiq. Jakarta: Paramadina.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cahyo, Agus Nur. 2014. Kebiasaan Sehari-hari Para Guru Bangsa. Jogjakarta:

IRCiSoD.

Daradjat, Zakiah, dkk. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Daradjat, Zakiah. 2015. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV

Penerbit J-ART.

Djumransjah, dkk. 2007. Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan

Eksistensi. Malang: UIN Malang Press.

M. Sanusi. 2013. Tempatkan Orang Tuamu di Atas Kepala, Niscaya Mulia

Hidupmu!. Jogjakarta: DIVA Press.

Madjid, Nurcholish. 1995. Islam Agama Kemanusiaan Membangun Tradisi dan

Visi Baru Islam Indonesia. Jakarta: Paramadina.

________________. 1997a. Masyarakat Religius. Jakarta: Paramadina.

________________. 1997b. Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam

Pembangunan di Indonsesia. Jakarta: Paramadina.

________________. 2002. Pintu-pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina.

________________. 2004. Biografi dalam Surat-surat Politik Nurcholish Madjid-

Muhammad Roem. Jakarta: Djambatan.

________________. 2005. Pesan-pesan Taqwa Kumpulan Khutbah Jum’at di

Paramadina. Jakarta: Paramadina.

Majid, Abdul, dkk. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Page 107: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

95

Mubarok, Ahmad. 2005. Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah Hingga

Keluarga Bangsa. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.

Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga dalam Berwawasan Gender. Malang: UIN

Malang Press.

Nadroh, Siti. 1999. Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Nata, Abudin. 2005. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia.

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Nizar, Samsul. 2001. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam.

Jakarta: Gaya Media.

Rahardjo, Dawam. 1987. Islam dan Modernisasi: Catatan Atas Paham

Sekularisasi Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan.

Bandung: Mizan.

Ridwan , Nur Khalik. 2002. Pluralisme Borjuis: Kritik atas Nalar Pluralisme Cak

Nur. Yogyakarta: Galang Press.

Sadulloh, Uyoh. 2014. PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Shihab, Quraish. 2007. Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

Siswanto. 2013. Pendidikan Islam Kontekstual. Surabaya: Pena Salsabila.

Sofyan, Ahmad A., dan Roychan Madjid. 2003. Gagasan Cak Nur tentang

Negara dan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Sufyanto. 2001. Masyarakat Tamaddun: Kritik Hermeneutik Masyarakat Madani

Nurcholish Madjid. (Yogyakarta: LP2IF dan Pustaka Pelajar Offset.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: PT. Alfabeta.

Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Manusia dan Fenomena Sosial

Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surakhmad, Wiranto. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan

Tehnik. Bandung: Tarsito.

Tafsir, Ahmad. 2002. Pendidikan Agama dalam Keluarga. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 108: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

96

Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang

Press.

Zarkasi, Abdullah Syukri. 2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Zuhairini. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Skripsi

Kurniawan, Iwan Janu. 2012. Pemikiran Prof. Zakiyah Daradjat Tentang

Pendidikan Islam dalam Perspektif Psikologi Agama. Skripsi tidak

diterbitkan. Surakarta: Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Yani, Yulia Sandra. 2009. Moral dan Iman dalam Pandangan Nurcholish Madjid.

Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Aqidah Filsafat UIN Sunan

Kalijaga.

Page 109: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

97

GAMBAR NURCHOLISH MADJID

Page 110: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

98

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : RENI SEKAR OKTAVIANA

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 6 Oktober 1995

Alamat : Dusun Kuripan RT. 05/RW. 07, Desa

Pandansari, Kec. Sruweng, Kab. Kebumen

No. HP/Email : 087837630462/ [email protected]

Pendidikan : 1. SD Negeri Ciledug 2, Cimahi, Bandung

2. SMP Negeri 1 Karanganyar, Kebumen

3. SMA Negeri 1 Karanganyar, Kebumen

Moto Hidup : Mungkin kecepatan punya batasan, tapi harapan

tak pernah terbatas. Jalani, Nikmati, Syukuri.

Page 111: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

99

Page 112: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

100

Page 113: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

101

Page 114: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

102

Page 115: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

103

Page 116: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

104

Page 117: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

105

Page 118: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1989/1/RENI SEKAR... · 2017-11-28 · menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun

106