BAB II RENI

72
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Dasar ASI Eksklusif a. Pengertian ASI adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi (Rizki Natia Wiji, 2013). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, ASI eksklusif perlu diberikan sampai umur 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. ASI adalah makanan terbaik yang diberikan

description

kjhv

Transcript of BAB II RENI

Page 1: BAB II RENI

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Dasar ASI Eksklusif

a. Pengertian

ASI adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu berupa

makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang

mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan

sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap

disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi (Rizki Natia Wiji,

2013).

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena

mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang optimal, ASI eksklusif perlu diberikan sampai

umur 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. ASI

adalah makanan terbaik yang diberikan seorang ibu kepada anak yang baru

dilahirkan, dimana komposisinya sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi (Siti Nur Khamzah, 2012).

ASI eksklusif adalah menyusui bayi secara murni atau bayi hanya

diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa pemberian makanan

tambahan lain, seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur atau nasi tim (Rizki

Natia Wiji, 2013).

6

Page 2: BAB II RENI

7

Menurut Roesli Utami (2008) ASI eksklusif adalah menyusui secara

murni tanpa diberi tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,

air teh, air putih dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur

susu, biskuit, bubur nasi, dan lain-lain sampai usia 4 bulan tetapi akan lebih

baik lagi apabila sampai 6 bulan. Sedangkan Gloria (2008) mengatakan

bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI beserta kolostrum secara penuh

selama 4 bulan atau lebih.

b. Fisiologi ASI

Kelenjar susu tersusun atas dua macam jaringan, yaitu jaringan kelenjar

(glandular tissue, atau parenkim), dan penopang (supporting tissue atau

stroma). Jaringan kelenjar berisi banyak sekali kantong alveolus yang

dikelilingi oleh jaringan epitel otot yang bersifat kontraktil. Bagian dalam

alveolus dilapisi oleh selapis epitel. Susu dibentuk pada epitel kelenjar ini.

Persiapan untuk berproduksi berlangsung selama kehamilan sehingga

kelenjar susu membesar sampai 2-3 kali ukuran normal (Arisman, 2009).

Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran.

Pada bagian pertama, susu disekresikan oleh sel kelenjar ke dalam lumen

alveoli, diawasi oleh hormon prolaktin dan ACTH. Kedua hormon ini

mempengaruhi perkembangan kelenjar mammae. Pada fase kedua, air susu

yang dihasilkan oleh kelenjar dialirkan ke putting susu, setelah sebelumnya

terkumpul di dalam sinus. Selama kehamilan berlangsung, laktogenesis

kemungkinan besar terkunci oleh pengaruh progesteron pada sel kelenjar.

Page 3: BAB II RENI

8

Seusai partus, kadar hormon ini menyusut drastis, memberi kesempatan

prolaktin untuk beraksi sehingga mengimbas laktogenesis (Arisman, 2009).

Laktasi diawasi oleh dua macam refleks, yaitu the milk production

refleks dan the let down refleks. Manakala bayi menghisap putting susu,

serangkaian impuls akan menuju medula spinalis, lalu ke otak, dan

menyusup ke dalam kelenjar hipofisis sehingga memicu sekresi oksitosin

pada bagian posterior hipofisis. Keberadaan oksitosin menyebabkan

kontraksi sel-sel epitel otot polos yang membungkus alveolus sehingga air

susu yang terkandung di dalamnya tersembur ke duktus dan sinus (Arisman,

2009).

c. Komposisi Kandungan ASI

Makanan pertama dan utama bayi tentu saja air susu ibu. Pilihan ini tak

perlu diperdebatkan lagi. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi

kebutuhan bayi dalam segala hal: karbohidrat dalam ASI berupa laktosa;

lemaknya banyak mengandung polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak

jenuh ganda); protein utamanya lactalbumin yang mudah dicerna;

kandungan vitamin dan mineralnya banyak; rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1

yang merupakan kondisi yang ideal bagi penyerapan kalsium. Selain itu,

ASI juga mengandung zat anti infeksi (Arisman, 2009).

Kolostrum ialah ASI yang keluar pertama kali, berwarna jernih

kekuningan, dan kaya akan zat antibodi seperti: faktor bipidus, SIgA

(Secretory immunoglobulin A), IgM, IgG, faktor antistafilokokus,

laktoferin, laktoperoksidae, komplemen (C3 dan C4), interferon, lisozim,

Page 4: BAB II RENI

9

protein pengikat B12, limfosit, makrofag, faktor lipid, asam lemak, dan

monogliserida (Arisman, 2009).

Menurut Savage (2009), ASI mengandung semua gizi yang diperlukan

bayi dalam 4-6 bulan pertama kehidupan dianjurkan agar pada masa ini bayi

hanya diberikan ASI.

1) Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh, kwalitas protein sangat penting

selama satu tahun pertama kehidupan bayi.

a) ASI mengandung Akfa Laktalbumin.

b) Protein lainnya yaitu taurin, taurin adalah protein otak yang

diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan syaraf, pertumbuhan

retina.

c) Laktoferin adalah protein yang mengangkut zat besi dari ASI ke darah

sebagai pembunuh/penghancur bakteri yang jahat dan memberikan

bakteri usus yang baik menghasilkan vitamin.

d) Lysosyme adalah suatu kelompok antibiotik alami didalam ASI.

2) Lemak

Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya.

Kadarnya bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi

yang sedang tumbuh.

3) Karbohidrat

Karbohidrat utama ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih banyak

laktosa dibandingkan dengan susu mamalia lainnya.

Page 5: BAB II RENI

10

a) Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak.

b) Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa. Galaktosa

merupakanmakanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh.

c) Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk

pertumbuhan tulang.

d) Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu

laktobacillus lifidus.

e) Laktosa oleh fermentasi akan menjadi asam laktat dan asam laktat ini

akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.

4) Vitamin, mineral, dan zat besi.

5) Garam, kalsium, dan fosfat.

6) Dan adanya sel-sel darah putih sebagai zat pelindung dalam tubuh bayi

dari kuman-kuman jahat.

d. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Menurut Rizki Natia Wiji (2013), beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi produksi ASI, yaitu:

1) Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan

gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan

dengan lancar. Untuk membantu memproduksi ASI yang baik makanan

ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta

mineral yang cukup.

Page 6: BAB II RENI

11

2) Ketegangan jiwa dan

pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan

fikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan

tegang akan menurunkan volume ASI.

3) Penggunaan alat

kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan

agar tidak mengurangi produksi ASI.

4) Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan

oksitosin.

5) Anatomi payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.

Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papilla atau putting

susu ibu.

6) Faktor fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang

menentukan produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu.

7) Pola istirahat

Page 7: BAB II RENI

12

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga

berkurang.

8) Faktor isapan anak

atau frekuensi menyusui

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan

pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan

pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Produksi ASI bayi

prematur akan optimal dengan frekuensi menyusui >5 kali per hari

selama bulan pertama setelah kelahiran. Sedangkan pada bayi cukup

bulan, frekuensi penyusuan 10 kali per hari selama 2 minggu pertama

berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.

9) Berat lahir bayi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap

ASI yang lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir normal.

Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan

lama penyusuan yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir

normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan

oksitosin dalam memproduksi ASI.

10) Umur kehamilan saat

melahirkan

Page 8: BAB II RENI

13

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal

ini disebabkan bayi yang prematur (umur kehamilan kurang dari 37

minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif

sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup

bulan. lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat

disebabkan berat lahir yang rendah dan belum sempurnanya fungsi

organ.

11) Konsumsi rokok dan

alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu

hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat

pelepasan oksitosin. Etanol dalam alkohol juga dapat menghambat

produksi aksitosin.

e. Pengelompokkan ASI

Menurut Savage (2009), ASI dapat dikelompokkan menjadi:

1) ASI stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakn cairan yang

pertama disekresi oleh kelnjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4,

volume berkisar 150-300/24 jam. Kolostrum berwarna kuning keemasan

disebabkan oleh tingginya komposisi-komposisi lemak dan sel-sel hidup.

Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang

Page 9: BAB II RENI

14

membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir

segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang

mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan berwarna.

2) ASI stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari

ke-4 sampai hari ke-10. komposisi protein makin rendah, sedangkan

lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin

meningkat. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga

dengan kondisi fisik ibu.

3) ASI stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-

10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus

menerus berubah yang disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai

berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan

makanan selain ASI.

f. Manfaat Asi Eksklusif

Menurut Roesli Utami (2008) banyak manfaat pemberian ASI

khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat yang

diperoleh bayi adalah:

1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan

pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.

2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti

kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.

Page 10: BAB II RENI

15

3) Melindungi anak dari serangan alergi, mengandung asam lemak yang

diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI

eksklusif lebih pandai.

4) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.

5) Mambantu pembentukan rahang yang bagus.

6) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional.

7) Kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.

Selain memberi keuntungan pada bayi menyusui jelas memberikan

keuntungan pada saat setelah ibu melahirkan yaitu mengurangi perdarahan

setelah persalinan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar

oksitosin yang berguna juga untuk penutupan darah sehingga perdarahan

akan lebih cepat berhenti. Menjarangkan kehamilan karena menyusui

merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama

ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6

bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi

berusia 12 bulan, mengecilkan rahim karena kadar oksitiosin ibu menyusui

meningkat yang akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum

hamil, lebih cepat langsing kembali karena menyusui memerlukan energi

maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.

Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali

keberat badan sebelum hamil (Roesli Utami, 2008).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi

kemungkinan terjadinya kanker payudara dan kanker indung telur. Lebih

Page 11: BAB II RENI

16

ekonomis dan murah karena dengan memberi ASI berarti menghemat

pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, dan biaya berobat

bayi. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat segera diberikan

pada bayi tanpa harus menyiapkan / memasak air, mencuci botol dan hal-hal

yang merepotkan lainnya, mudah di bawa kemana-mana dan praktis

sehingga saat berpergian tidak perlu membawa alat untuk minum susu

formula, memberi kepuasan bagi ibu karena berhasil memberikan ASI

eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggan, dan kebahagian yang

mendalam (Roesli Utami, 2008).

Manuaba (2010), keuntungan pemberian ASI adalah memberikan ASI

sesuai dengan tugas seorang ibu, sehingga dapat meningkatkan martabat

wanita sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia, ASI telah

disiapkan sejak awal kehamilan sehingga sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan kembang bayi, ASI mempunyai kelebihan dalam susunan

kimia, komposisi biologis dan mempunyai substansia untuk bayi, ASI siap

setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilitas yang terjamin karena

bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan terhindar dari beberapa

penyakit tertentu.

Suharyono (2007), banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI

Eksklusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh

bayi:

1) ASI sebagai nutrisi

Page 12: BAB II RENI

17

ASI secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan bayi, misalnya

ASI dari Seorang ibu yang kebutuhan bayi prematur. Komposisinya akan

berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi

cukup bulan. ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui

disebut foremilk sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui

disebut hindmilk. ASI merupakan gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan

bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kwalitas

maupun kwantitas.

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh dari bayi

Bayi saat lahir akan membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga

mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada

saat kadar zatnya menurun dan yang dibentuk oleh badan bayi belum

mencukupi maka akan terjadi kesenjangan kekebalan pada bayi, maka

bayi perlu diberi ASI karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung

zat kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai penyakit.

3) ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan

Kecerdasan berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor yang

mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak dan

faktor penting dalam proses pertumbuhan otak adalah nutrisi. Nutrisi

yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi, banyak terdapat dalam

ASI, karena kandungan daripada ASI seperti yang disebutkan diatas

mencakup semua yang diperlukan dalam pertumbuhan otak terutama

Page 13: BAB II RENI

18

taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega-3,

Omega-6).

4) ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berasa dalam dekapan ibu karena menyusui akan

merasakan kasih sayang ibunya dan ia pun akan merasa aman dan

tentram. Perasaan inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi

bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual

yang baik.

g. Manfaat Menyusui

Rizki Natia Wiji (2013), manfaat menyusui bagi Ibu, keluarga dan

negara adalah sebagai berikut:

1) Bagi ibu

a) Aspek kontrasepsi; hisapan bayi pada putting susu ibu

merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofisis

mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan

produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

b) Aspek kesehatan ibu; dapat mencegah anemia

defisiensi besi, kanker payudara dan kanker ovarium.

c) Aspek penurunan berat badan; ibu yang menyusui

eksklusif lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula

seperti sebelum hamil.

d) Ungkapan kasih sayang; menyusui merupakan

ungkapan kasih sayang nyata dari ibu kepada bayinya. Hubungan

Page 14: BAB II RENI

19

batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat menyusui bayi

menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan antar kulit.

e) Ibu sehat, cantik dan ceria.

2) Bagi keluarga

a) Aspek ekonomi; dapat mengurangi pengeluaran keluarga.

b) Aspek psikologis; kebahagian keluarga bertambah karena kelahiran

lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat

mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c) Aspek kemudahan; menyusui sangat praktis karena dapat diberikan

dimana saja dan kapan saja.

3) Bagi negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

b) Menghemat devisa negara

c) Mengurangi subsidi rumah sakit

d) Peningkatan kualitas generasi penerus.

h. Teknik Menyusui

Sukarni (2013), langkah-langkah menyusui yang benar dan cara

menyusui adalah sebagai berikut:

1) Langkah-langkah

menyusui yang benar

Page 15: BAB II RENI

20

a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

putting dan sekitar kelang payudara. Cara ini bermanfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.

b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menopang di bawah, jangan menekan putting susu.

d) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks) dengan

cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut

bayi.

e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.

2) Cara Menyusui

dengan sikap duduk

a) Cuci tangan

b) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang

rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar

pada sandaran kursi.

c) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

putting dan sekitar kelang payudara. Cara ini bermanfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.

d) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di

atas pangkuan ibu dengan cara:

Page 16: BAB II RENI

21

(1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.

Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan

dengan telapak tangan ibu.

(2) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan satu di

depan.

(3) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara.

(4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

(5) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

e) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari

menekan payudara bagian atas aerola.

f) Sentuhlah mulut bayi dengan puting susu, tunggu sampai mulut bayi

membuka lebar.

g) Masukkan secepatnya seluruh puting payudara sampai aerola kedalam

mulut bayi hingga terletak diantara lidah dan langit-langit.

h) Dekaplah bayi ke tubuh ibu dengan lengan kiri hingga ujung hidung

bayi menyentuh payudara, letaklah sedikit payudara bagian atas

dengan tangan kanan sehingga hidung bayi tidak tertutup dan bayi

dapat bernafas dengan baik.

i) Pindahkan bayi ke payudara yang lain setelah menyusui 10-15 menit.

j) Bila bayi selesai menetek, untuk melepaskan jangan sekali-kali

menarik puting susu begitu saja, tetapi dengan cara tekanlah dagu bayi

Page 17: BAB II RENI

22

atau pijatlah hidungnya dan palingkan bayi dengan kelingking ibu

yang bersih masukkan ke dalam sudut mulut bayi.

k) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada putting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya.

i. Hambatan Pemberian ASI

Menurut Lucy (2006), ada beberapa hambatan dalam pemberian ASI

antara lain:

1) Putting Susu Nyeri

Salah satu penyebab susu nyeri adalah karena bayi menghisap susu

dengan posisi yang salah. Bayi tidak cukup banyak memasukkan areola

ke mulutnya. Dan hanya menghisap dari ujung putting susu saja.

2) Putting Susu Pecah

Bila bayi terus menyusu dengan posisi yang salah, bisa terjadi kerusakan

kerusakkan kulit putting susu, sehingga terjadi celah atau retak. Bakteri

dapat memasuki jaringan payudara dan menyebabkan mastitis atau abses

payudara.

3) ASI Tersumbat

Page 18: BAB II RENI

23

Saat menyusui ada satu atau lebih saluran ASI tersumbat dan ASI tidak

dapat mengalir keluar. Hal ini dapat menyebabkan payudara merah dan

sakit, bila tidak diobati dapat terjadi infeksi.

4) Mastitis

Putting buah dada terasa sakit dan bengkak, panas dan badan seluruhnya

merasa tidak enak. Infeksi payudara dapat terjadi 1-3 minggu sesudah

melahirkan dan dapat terjadi sebagai komplikasi tersumbatnya saluran

ASI yang tidak diobati.

5) Abses Payudara

suatu abses atau penahan payudara tidak karena infeksi umum dan

mengadakan komplikasi lokal dengan akumulasi penahanan disuatu

bagian payudara.

6) Ibu Sakit

Pada umumnya kebanyakan jenis penyakit ibu tidak menghalangi ibu

untuk melanjutkan pemberian ASInya namun bila sakit sebaiknya

konsultasikan dengan ahlinya.

7) Kelelahan Ibu

Semua wanita akan merasa lelah dalam minggu pertama setelah ia

melahirkan dan harus memberikan bayinya ASI. Kemungkinan adanya

ketegangan-ketegangan selama melahirkan mempengaruhi tenaganya

karena itu ibu perlu untuk memulihkan tenaganya.

Page 19: BAB II RENI

24

8) Ibu Bekerja

Ibu pekerja diluar rumah bukan alasan menghentikan menyusui. Ibu

harus mampu mengatur jadwal dalam pemberian ASI dan waktu bekerja.

2. Konsep Dasar Perkembangan Bayi

a. Pengertian

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan

emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Soetjiningsih, 2009).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan

diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-

organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian aspek

perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi

dari masing-masing bagian tubuh (Nursalam, 2010).

b. Prinsip Perkembangan

Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang

berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara

Page 20: BAB II RENI

25

simultan (bersamaan). Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan

pertambahan kemampuan (perkembangan) anak. Pada dasarnya tumbuh

kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara umum yaitu:

1) Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus dari konsepsi

sampai dewasa.

2) Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya

kecepatannya dapat berbeda.

3) Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan,

misalnya mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri,

dan seterusnya (Nursalam, 2010).

c. Tahap Perkembangan

Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai

tahapan perkembangan dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan

perkembangan yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-

anak. Setiap anak akan melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan

berkesinambungan. Misalnya, pencapaian kemampuan perkembangan pada

masa bayi tidak selalu dicapai persis pada usia 1 tahun, tetapi dapat dicapai

lebih awal atau terlambat dari 1 tahun. Masing-masing tahap memiliki ciri

khas dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya (Soetjiningsih,

2009).

Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk

mempersiapkan diri guna menghadapi duapertiga masa kehidupan

berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan perkembangan

Page 21: BAB II RENI

26

pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting

(Soetjiningsih, 2009).

Ada beberapa tahapan perkembangan pada masa anak-anak, yaitu:

1) Masa prenatal (konsepsi-lahir), terbagi atas:

a) Masa embrio (mudigah): masa konsepsi-8 minggu

b) Masa janin (fetus): 9 minggu-kelahiran

2) Masa pascanatal, terbagi atas:

a) Masa neonatal usia 0-28 hari

(1)Neonatal dini (perinatal): 0-7 hari

(2)Neonatal lanjut: 8-28 hari

b) Masa bayi

(1)Masa bayi dini: 1-12 bulan

(2)Masa bayi akhir: 1-2 tahun

3) Masa prasekolah (usia 2-6 tahun), terbagi atas:

a) Prasekolah awal (masa balita): mulai 2-3 tahun

b) Prasekolah akhir: mulai 4-6 tahun

4) Masa sekolah atau masa prapubertas, terbagi atas:

a) Wanita: 6-10 tahun

b) Laki-laki: 8-12 tahun

5) Masa adolesensi atau masa remaja, terbagi atas:

a) Wanita: 10-18 tahun

b) Laki-laki: 12-20 tahun.

Page 22: BAB II RENI

27

(Soetjiningsih, 2009).

d. Perkembangan Bayi 0-12 bulan

Sejak hari pertama kelahirannya, bayi sebenarnya sudah mulai

melaksanakan tugas perkembangannya. Pencapaian yang diperoleh

merupakan suatu naluri alamiah bayi yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada

umatnya. Berikut akan diuraikan secara rinci perkembangan bulan demi

bulan pada bayi 0-12 bulan (Sulistyawati, 2014).

1) Bayi baru lahir

a) Sikap melengkung

b) Gerakan refleks merayap

c) Kepala terletak ke samping

d) Refleks memegang dengan tangan (palmar grasping refleks)

e) Reaksi terhadap sinar terang dan bunyi keras

f) Persepsi terhadap lingkungan

g) Mengungkapkan perasaan dengan suara.

2) Akhir bulan pertama

a) Kepala terangkat sebentar

b) Kepala masih terkulai ke belakang

c) Reaksi yang menyertai refleks

d) Perkembangan kemampuan memegang

e) Menatap

f) Menyusu

g) Menjadi tenang dengan digendong

Page 23: BAB II RENI

28

h) Menangis.

3) Akhir bulan kedua

a) Mengangkat kepala sekurang-kurangnya 45o

b) Kemampuan mengangkat kepala

c) Kepalan tangan sering terbuka

d) Sikap tertegun pada suara

e) Senyuman yang pertama

f) Mengungkapkan perasaan dengan bersuara

4) Akhir bulan ketiga

a) Menahan kepala selama satu menit

b) Turut mengangkat kepala sebentar waktu ditarik untuk posisi duduk

c) Melengkungkan kaki pada waktu menjejak

d) Menggerakkan mainan yang diberikan padanya

e) Memandang gerakan mainan hingga bola matanya sampai ke sudut

mata

f) Senyum sosial

g) Rangkaian bunyi/er/-suara tenggorokan.

5) Akhir bulan keempat

a) Gerakan berenang saat ditelungkupkan

b) Turut mengangkat kepala sebentar ketika ditarik untuk didudukkan

c) Menahan kepala tetap tegak ketika badan miring

d) Menjejakkan kaki

e) Bermain dengan kedua belah tangan

Page 24: BAB II RENI

29

f) Memasukkan mainan ke dalam mulut

g) Tertawa nyaring

h) Berseru-bergumam.

6) Akhir bulan kelima

a) Menggulingkan badan dari telungkup hingga telentang

b) Menundukkan kepala dan menekuk tangan serta kaki ketika ditarik

untuk didudukkan.

c) Dengan cepat mengambil alih keseimbangan badan

d) Mengarahkan tangannya kepada mainan yang menyentuhnya

e) Membedakan nada suara yang galak dengan yang ramah

f) Mengungkapkan perasaan dengan bersuara

7) Akhir bulan keenam

a) Bertopang pada lengan yang ditegakkan

b) Perkembangan kemampuan untuk duduk

c) Perkembangan kemampuan untuk berjalan

d) Menjangkau mainan dengan tepat

e) Memegang dengan seluruh telapak tangan

f) Memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya

g) Menolehkan kepala waktu mendengar suara gemersik kertas

h) Membedakan orang-orang yang dikenalnya dengan orang-orang yang

belum dikenalnya

i) Rangkaian suku kata yang ritmis.

8) Akhir bulan ketujuh

Page 25: BAB II RENI

30

a) Membalikkan badan dari telentang hingga telungkup

b) Bermain-main dengan kaki

c) Melonjak-lonjak

d) Memegang dengan kedua tangan

e) Membalik-balikkan mainan dengan kedua tangannya

f) Perkembangan kemampuan persepsi

g) Bermain “ciluk-ba”

h) Mengoceh.

9) Akhir bulan kedelapan

a) Memutar badan

b) Mengangkat badan untuk duduk

c) Duduk sendiri selama beberapa detik

d) Bertopang ke samping

e) Perkembangan kemampuan berjalan

f) Perkembangan kemampuan memegang

g) Perkembangan kemampuan persepsi

h) Canggung terhadap orang tidak dikenal

i) Memperhatikan gerak-gerik orang dewasa

j) Tertarik pada bayangan sendiri di cermin

k) Berbisik.

10) Akhir bulan kesembilan

a) Merayap

b) Duduk bebas selama satu menit

Page 26: BAB II RENI

31

c) Bertopang ke belakang

d) Berdiri tegak bila kedua tangan dipegang

e) Menjatuhkan benda dengan sengaja

f) Tertarik pada suara yang perlahan

g) Menjangkau ke dalam suatu wadah

h) Bermain “ciluk-ba”

i) Suku kata ganda yang jelas

11) Akhir bulan kesepuluh

a) Berayun pada tangan dan lutut

b) Duduk sendiri

c) Duduk bebas dengan kaki terkembang dan punggung lurus

d) Berdiri sampai berpegang pada sesuatu

e) Menjepit dengan jari telunjuk dan jempol untuk mengambil sesuatu

f) Koordinasi kedua belah tangan

g) Mencoba-coba melempar

h) Perhatian terhadap benda-benda kecil

i) Menirukan sikap dan tingkah laku orang lain

j) Gembira bila dipedulikan

k) Dialog

l) Mencari benda atau orang yang ditanyakan padanya.

12) Akhir bulan kesebelas

a) Merangkak dengan empat kaki

b) Duduk bebas dengan keseimbangan mantap

Page 27: BAB II RENI

32

c) Berjalan ke samping sambil merambat pada perabot dalam rumah

d) Berjalan bila kedua tangan dipegang

e) Menjepit dengan jari telunjuk dan jempol untuk mengambil sesuatu

f) Menemukan mainan yang tersembunyi

g) Menarik mainan yang diikatkan pada seutas tali

h) Makan sendiri dengan tangan

i) Minum dari cangkir

j) Suku kata pertama yang mempunyai arti

k) Memahami larangan.

13) Akhir bulan keduabelas

a) Merangkak

b) Duduk

c) Berjalan jika sebelah tangan dipegang

d) Meletakkan benda ke dalam tangan orang lain

e) Menjatuhkan benda kecil melalui sebuah lubang

f) Bermain kejar-kejaran

g) Mengungkapkan perasaan dengan bersuara

h) Memahami tugas-tugas sederhana.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bayi

Menurut Soetjiningsih (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan bayi adalah:

Page 28: BAB II RENI

33

1) Faktor keturunan (genetik)/herediter

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung

di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan

kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan

pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur

pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan (herediter) adalah jenis

kelamin, ras, dan kebangsaan. Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam

kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak laki-laki cenderung

lebih tinggi dan berat daripada anak perempuan dan hal ini bertahan

sampai usia tertentu karena anak perempuan biasanya lebih awal

mengalami pubertas.

Seperti kita ketahui bahwa warna kulit, bentuk tubuh dan lain-lain

tersimpan dalam gen. Gen terdapat dalam kromosom, yang dimiliki oleh

setiap manusia dalam setiap selnya. Baik sperma maupun ovum masing-

masing mempunyai 23 pasang kromosom. Jika ovum dan sperma

bergabung akan terbentuk 46 pasang kromosom, yang kemudian akan

terus membelah untuk memperbanyak diri sampai akhirnya terbentuk

janin, bayi. Setiap kromosom mengandung gen yang mempunyai sifat

diturunkan pada anak.

2) Faktor lingkungan

Page 29: BAB II RENI

34

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau

tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik

akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-

fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari

konsepsi sampai akhir hayatnya.

a) Faktor lingkungan pranatal

Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh

kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain:

(1) Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada

waktu sedang hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau

lahir mati. Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan

hidup di lingkungan miskin maka akan mengalami kurang gizi

juga dan mudah terkena infeksi.

(2) Mekanis

Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan

kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.

(3) Toksin/zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-

zat teratogen, seperti perokok berat, peminum alkohol, obat-

obatan thalidomide, phenitoin, methadion, obat anti kanker, dan

lainnya dapat menyebabkan kelainan bawaan dan BBLR.

(4) Endokrin

Page 30: BAB II RENI

35

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin

adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin, dan

peptida-peptida lain dengan aktivitas mirip insulin.

(5) Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau

cacat bawaan lainnya.

(6) Infeksi

Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah

TORCH (Toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes

simpleks), coxsackie, echovirus, malaria, polio, campak, HIV,

dan lain-lain.

(7) Stress

Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi

tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan

kejiwaan, dan lain-lain.

(8) Imunitas

Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus,

hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.

(9) Anoksia embrio

Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan plasenta atau tali

pusat, menyebabkan BBLR.

b) Faktor lingkungan postnatal

Page 31: BAB II RENI

36

(1) Lingkungan biologis

(a) Ras/suku bangsa

Pertumbuhan somatic juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa.

Bangsa kulit putih/ras Eropa mempunyai pertumbuhan

somatic lebih tinggi daripada bangsa Asia.

(b) Jenis kelamin

Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak

perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa

demikian.

(c) Umur

Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena itu

pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang

gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar

pembentukan kepribadian anak, sehingga diperlukan

perhatian khusus.

(d) Gizi

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh

kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan

orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga

untuk pertumbuhan. Proses tumbuh kembang anak

berlangsung pada berbagai tingkatan sel, organ dan tumbuh

dengan penambahan jumlah sel, kematangan sel, dan

pembesaran ukuran sel. Selanjutnya setiap organ dan bagian

tubuh lainnya mengikuti pola tumbuh kembang masing-

Page 32: BAB II RENI

37

masing. Dengan adanya tingkatan tumbuh kembang tadi akan

terdapat rawan gizi. Dengan kata lain untuk mencapai

tumbuh kembang yang optimal dibutuhkan gizi yang baik.

(e) Perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit

tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara

rutin setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang

anak.

(f) Kepekaan terhadap penyakit

Dengan memberikan imunisasi maka diharapkan anak

terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan

cacat atau kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur satu

tahun sudah mendapat imunisasi BCG, Polio 3 kali, DAPAT

3 kali, hepatitis B 3 kali, dan campak.

(g) Penyakit kronis

Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu

tumbuh kembangnya dan pendidikannya, disamping itu anak

juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat dari

penyakitnya.

(h) Fungsi metabolisme

Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar

dalam proses metabolisme pada berbagai umur, maka

Page 33: BAB II RENI

38

kebutuhan akan berbagai nutrient harus didasarkan atas

perhitungan yang tepat atau setidak-tidaknya memadai.

(i) Hormon

Kelenjar pituitari anterior mengeluarkan hormon

pertumbuhan (Growth Hormone, GH) yang merangsang

pertumbuhan epifise dari pusat tulang panjang. Tanpa GH

anak akan tumbuh dengan lambat dan kematangan

seksualnya terhambat. Pada keadaan hipopituitarisme terjadi

gejala-gejala anak tumbuh pendek, alat genitalia kecil dan

hipoglikemi. Hal sebaliknya terjadi pada hiperfungsi pituitari,

kelainan yang ditimbulkan adalah akromegali yang

diakibatkan oleh hipersekresi GH dan pertumbuhan linear

serta gigantisme bila terjadi sebelum pubertas. Hormon lain

yang juga mempengaruhi pertumbuhan adalah hormon-

hormon dari kelenjar tiroid dan lainnya.

(2) Lingkungan fisik

(a) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah

(b) Sanitasi

(c) Keadaan rumah

(d) Radiasi.

(3) Lingkungan psikososial

(a) Stimulasi

Page 34: BAB II RENI

39

Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang

anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur

akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak

yang kurang/tidak mendapat stimulasi.

(b) Motivasi belajar

Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan

memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar,

misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku,

suasana yang tenang serta sarana lainnya.

(c) Ganjaran atau hukuman yang wajar

Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita member ganjaran

misalnya pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan, dan

sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi

yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya,

begitu pun sebaliknya dengan hukuman dengan cara-cara

yang wajar.

(d) Kelompok sebaya

Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya, anak

memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua

tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut

bergaul.

(e) Stress

Page 35: BAB II RENI

40

Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh

kembangnya.

(f) Sekolah

Dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan

dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak tersebut.

(g) Cinta dan kasih sayang

Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.

Anak memerlukan kasih saying dan perlakuan yang adil dari

orang tuanya.

(h) Kualitas interaksi anak-orang tua

Interaksi antara orang tua dan anak akan menciptakan

keakraban anak dengan orang tuanya.

(4) Faktor keluarga dan adat istiadat

(a) Pekerjaan/pendapatan keluarga

(b) Pendidikan ayah/ibu

(c) Jumlah saudara

(d) Stabilitas rumah tangga

(e) Kepribadian ayah/ibu

(f) Adat-istiadat, norma-norma

(g) Agama urbanisasi

f. Kebutuhan Dasar untuk Perkembangan

Perkembangan seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil

interaksi antara faktor genetik, herediter, dan konstitusi dengan faktor

Page 36: BAB II RENI

41

lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi

perkembangan anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar

tertentu. Kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh,

asih, dan asah (Nursalam, 2010).

1) Asuh (kebutuhan fisik-biomedis)

a) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang

b) Perawatan kesehatan dasar

c) Pakaian

d) Perumahan

e) Hygiene diri dan lingkungan

f) Kesegaran jasmani

2) Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)

a) Kasih sayang orang tua

b) Rasa aman

c) Harga diri

d) Dukungan/dorongan

e) Mandiri

f) Rasa memiliki

g) Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman.

3) Asah (kebutuhan stimulasi)

Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa

latihan atau bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak

Page 37: BAB II RENI

42

mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi.

g. Deteksi Dini Perkembangan Bayi

Terdapat banyak sekali tes perkembangan yang dapat dilakukan, namun

berdasarkan rekomendasi Depkes RI tahun2006, ada dua instrumen yang

dapat digunakan dalam pelaksanakan deteksi perkembangan ini, yaitu KPSP

(kuesioner pra skrining perkembangan) dan DDST/Denver II (Suliatyawati,

2014).

1) Kuesioner Pra Skrining perkembangan (KPSP)

a) Pengertian

KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan

pada orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan

skrining pendahuluan untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6

tahun. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus

dijawab oleh orang tua atau pengasuh yang mengetahui keadaan

perkembangan anak.

b) Jenis pertanyaan yang terdapat pada KPSP

Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat

dilakukan pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan, dan

seterusnya sampai kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan menurut

tahun dan bulan dengan kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ’ya’ atau ’tidak’ oleh

orang tua (Form. KPSP dapat dilihat pada lampiran).

Page 38: BAB II RENI

43

c) Alat/Instrumen yang digunakan dalam KPSP

Alat/instrumen yang digunakan dalam proses skrining KPSP adalah:

(1) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10

pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai

anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0-72 bulan.

(2) Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola

tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak enam

buah, kismis, kacang tanah, dan potongan biskuit kecil berukuran

0,5-1 cm.

d)Cara penggunaan KPSP

(1) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan

tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi

1 bulan.

(2) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan

umur anak.

(3) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:

(a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh,

”dapatkah bayi makan kue sendiri?”.

(b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: ”Pada

posisi bayi terlentang, tariklah bayi pada pergelangan

tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.

Page 39: BAB II RENI

44

(4) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut

menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti

apa yang ditanyakan kepadanya.

(5) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.

Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban,’ya’ atau ‘tidak’. Catat

jawaban tersebut pada formulir.

(6) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak

menjawab pertanyaan sebelumnya.

(7) Terakhir, teliti kembali apakah semua pertanyaan yang ada dalam

KPSP telah dijawab.

e) Interpretasi hasil KPSP

Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP

dinilai.

(1) Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 9-10, berarti anak tersebut

normal (perkembangan baik) (S).

(2) Apabila jawaban ’ya’ kurang dari 9,maka perlu diteliti lebih lanjut

mengenai:

(a) Apakah cara menghitung usia dan kelompok

pertanyaannya sudah sesuai.

Page 40: BAB II RENI

45

(b) Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud

pertanyaan. Apabila ada kesalahan, maka pemeriksaan harus

diulang.

(3) Apabila setelah diteliti, jawaban ’ya’ berjumlah 7-8, berarti

hasilnya meragukan (M) dan perlu diperiksa ulang 1 minggu

kemudian.

(4) Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya

kurang atau kemungkinan ada penyimpangan (P), dan positif

untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut.

2) Denver development screening test (DDST)/Denver II

Denver development screening test (DDST) adalah salah satu dari

metode screening terhadap kelainan perkembangan anak, test ini

bukanlah test diagnosa atau test IQ. DDST memenuhi semua persyaratan

yang diperlukan untuk metode screening yang baik. Test ini mudah dan

cepat (15-20menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang

baik. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST

secara efektif dapat mengidentifikasikan 85-100% bayi dan anak

prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada

follow up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal

mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun kemudian.

Tetapi dari penelitian Borrowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST

tidak dapat mengidentifikasikan lebih dari separuh anak dengan kelainan

bicara. Frankenburg melakukan revisi dan standarisasi kembali DDST

Page 41: BAB II RENI

46

dan juga tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang

kemudian hasil revisi DDST yang dinamakan Denver II.

Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver

Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver

Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode

skreening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes

diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.

a) Aspek perkembangan yang dinilai

DDST II terdiri atas 125 butir, yang terbagi atas 4 sektor (bagian)

perkembangan yang dinilai, yaitu:

(1) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

(2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-

bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat.

(3) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan

(4) Gross motor (gerakan motorik kasar)

Page 42: BAB II RENI

47

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

b) Alat yang digunakan

(1)Alat peraga: benang wol merah, kismis/manik-manik, Peralatan

makan, peralatan gosok gigi, kartu/permainan ular tangga, pakaian,

buku gambar/kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,

kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).

(2)Lembar formulir DDST II.

(3)Penggaris.

c) Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:(1)Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang

berusia:

(a) 3-6 bulan

(b) 9-12 bulan

(c) 18-24 bulan

(d) 3 tahun

(e) 4 tahun

(f) 5 tahun

(2)Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya

hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian

dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

d) Penilaian

(1)Jika Lulus (Passed= P)

(2)Gagal (Fail= F)

Page 43: BAB II RENI

48

(3)Ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No

Opportunity= NO).

e) Cara Pemeriksaan DDST II

(1)Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang

akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12

bulan untuk satu tahun.

(2)Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke

bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

(3)Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis

horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

(4)Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan

berapa yang F.

(5)Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal,

Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.

(a) Normal, jika semua yang tidak tercantum dalam kriteria di

bawah.

(b) Abnormal

(b).1 Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor

atau lebih.

(b).2 Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih

keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1

keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak

ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan

garis vertikal usia.

(c) Meragukan

Page 44: BAB II RENI

49

(c).1 Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

(c).2 Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan

dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada

kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

(d) Tidak dapat dites, apabila terjadi penolakan yang

menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

3. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan Bayi

Salah satu kebutuhan asuh bagi bayi yang berperan penting dalam

perkembangan bayi yang optimal adalah nutrisi yang mencukupi dan seimbang

pada bayi. Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai

sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai

pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemeberian ASI secara

eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 6 bulan (Nursalam,

2010).

Perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang

diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI

tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan tumbuh

kembang sampai usia sekitar 6 (enam) bulan, dengan menyusui secara

eksklusif. ASI dan menyusui secara eksklusif akan menciptakan faktor

lingkungan yang optimal untuk meningkatkan kecerdasan bayi melalui

pemenuhan semua kebutuhan awal dari faktor-faktor lingkungan (Roesli

Utami, 2008).

Mengingat begitu pentingnya ASI bagi bayi, maka WHO

merekomendasikan bahwa semua bayi harus mendapatkan ASI eksklusif

Page 45: BAB II RENI

50

sampai usia 6 bulan. ASI dan menyusui secara eksklusif akan menciptakan

faktor lingkungan yang optimal untuk meningkatkan kecerdasan bayi melalui

pemenuhan semua kebutuhan awal dari faktor-faktor lingkungan (Roesli

Utami, 2008).

Gangguan gizi pada masa bayi dapat menghambat perkembangan bayi

tersebut di kemudian hari. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi akan

tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan diberi ASI eksklusif selama empat

sampai enam bulan pertama. ASI merupakan sumber nutrisi dan imunitas yang

paling baik untuk bayi yang sedang tumbuh kembang (Savage, 2009).

Pada usia bayi 0-1 tahun, ASI merupakan makanan yang terpenting bagi

pertumbuhan otak. Semakin banyak bayi mendapat ASI eksklusif, maka dalam

perkembangannya nanti, bayi lebih sehat, lebih cerdas, lebih stabil emosinya,

lebih peka sikap sosial dan lebih kuat sifat spiritualnya. Omega 3 yang terdapat

dalam ASI berfungsi untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak

bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari

rangsangan kejang, sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari

kerusakan sel saraf. Menyusui juga membantu perkembangan otak. Bayi yang

diberi ASi rata-rata memiliki IQ 6 poin lebih tinggi dibandingkan dengan bayi

yang diberi susu formula (Rizki Natia Wiji, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Moedjiono (1999) telah membuktikan

kalau bayi umur 0–6 bulan diberikan ASI saja pertumbuhan dan

perkembangannya jauh lebih baik dibandingkan bayi tidak mendapat ASI

(Azrul Azwar, 2003).

Hasil penelitian UNICEF terhadap 1000 bayi prematur membuktikan

bahwa bayi-bayi prematur yang diberikan ASI eksklusif mempunyai intelegent

Page 46: BAB II RENI

51

Question yang secara bermakna lebih tinggi yaitu 8,3 point. hasil penelitian

oleh pakar menunjukkan bahwa penyebab gangguan pertumbuhan yang terjadi

pada awal kehidupan balita, salah satu penyebabnya yaitu pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini dan tidak kalah penting adalah ibu

tidak berhasil memberi ASI eksklusif kepada bayinya (Roesli Utami, 2008).

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka kerangka

konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 1Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka variabel-variabel yang akan

diukur, yaitu:

Tabel 1Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Perkembangan Bayi umur 7-12 bulan

Pemberian ASI Eksklusif

Page 47: BAB II RENI

52

1 Variabel IndependentPemberian ASI Eksklusif

Adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain

Wawancara Ceklist 0:Non eksklusif, jika ibu sudah memberikan minuman dan MP-ASI dini pada bayinya sebelum berumur 6 bulan

1:ASI eksklusif, jika ibu memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan

Nominal

2 Variabel DependentPerkembangan Bayi

Adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan

Wawancara Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

0:Penyimpangan, jika jawaban ’Ya’ pada pemeriksaan KPSP berjumlah ≤6

1:Meragukan, jika jawaban ’Ya’ pada pemeriksaan KPSP berjumlah 7-8

2:Normal, jika jawaban ’Ya’ pada pemeriksaan KPSP berjumlah 9-10

Ordinal

D. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan perkembangan

bayi umur 7-12 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Lingkar

Timur Kota Bengkulu.

Page 48: BAB II RENI

53

Ha : Ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan perkembangan bayi

umur 7-12 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur

Kota Bengkulu.