Reni Lestary

29
Askep HIPOTIROIDISME BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010). Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama- sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi Hipotiroidisme? 2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum

Transcript of Reni Lestary

Page 1: Reni Lestary

Askep HIPOTIROIDISME

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan

hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain

(Alvyanto, 2010).

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi

tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.

Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik

tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari

saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini

sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa definisi Hipotiroidisme?

2.      Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?

1.3  Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam

proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah

pada gangguan Hipotiroidisme.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.      Mendeskripsikan  pengertian Hipotiroidisme.

2.      Mendeskripsikan jenis-jenis Hipotiroidisme.

3.      Mendeskripsikan penyebab Hipotiroidisme.

4.      Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hipotiroidisme.

Page 2: Reni Lestary

1.4  Manfaat

1.4.1        Manfaat Teoritis

Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hipotiroidisme maka manfaat

pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan perawat

Hipotiroidisme.

1.4.2        Manfaat Praktis

a.       Bagi Pembaca

Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham akan perawatan

Hipotiroidisme.

b.      Bagi Penulis

Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami

secara spesifik tentang Hipotiroidisme.

BAB II

Page 3: Reni Lestary

TINJAUAN TEORI

2.1  Pengertian

Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon

tiroid oleh kelenjar tiroid.

Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi

atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau  akibat

destruksi oleh antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat

juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.

Goiter dapat terlihat pada pasien hipotiroidisme dengan dapat herediter dalam biosintesis

hormone tiroid;  pada penderita seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang

menyebabkan pembesaran tiroid goiter dapat juga terlihat pada penderita tiroiditis Hashimoto,

suatu penyakit autoimun yang infiltrasi limfosit dan destruksi kelenjar tiroidnya dikaitkan

dengan antitiroglobulin atau antibodi mikrosomal sel antiroid. Pasien dengan hipotoidisme

sekunder mungkin menderita tumor hipofisis dan defisiensi hormone-hormon trofik hipofisis

lainya. 

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan

terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.

Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-

kadang disebut miksedema.

Hipotiroidisme congenial atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak lahir, atau menjadi

nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Nanifestasi dini kritenisme antara lain ikterus

fisiologik yang menetap, tangisan parau, konstipasi, somnolen, dan kesulitan untuk mencapai

perkembangan normal. Anak yang menderita hipotiroidisme congenital memperlihatkan tubuh

yang pendek; profil kasar, lidah menjulur kkeluar; hidung yang lebar dan rata; mata yang

jaraknya jauh; rambut jarang; kulit kering; perut menonjol; dan hernia umbilikalis.

Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan dalam

pertumbuhan, disgenesis spifisis, dan keterlambatan perkembangan gigi. Komplikasi utama dari

hipotiroidisme congenial dan hipotiroidisme juvenilis yang tidak diketahui dan tidak diobati

adalah retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan memperbaiki hipotiroidisme secara

dini. Para ahli medis yang merawat bayi baru lahir dan bayi kecil harus menyadari kemungkinan

ini.

Page 4: Reni Lestary

2.2  Jenis

Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :

  Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus

  Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid

  Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi

perifer.

Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya

diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan T4 turun. Manifestasi klinis

hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.

2.3 Penyebab

Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya,

yaitu:

a.       Bawaan

  Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.

  Kelainan hormogonesis

         Kelainan bawaan enzim (inborn error)

         Defisiensi yodium (kretinisme endemik)

         Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)

b.      Didapat

Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang

sebelumnya normal. Panyebabnya adalah

  Idiopatik (autoimunisasi)

  Tiroidektomi

  Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)

  Pemakaian obat anti-tiroid

  Kelainan hipofisis.

Page 5: Reni Lestary

  Defisiensi spesifik TSH

2.4  Etiologi

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.

Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai

oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada

hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidism terjadi akibat malfungsi hipofisis,

maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus

tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidism yang

disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan

TRH.

Penyakit Hipotiroidisme.

  Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang

merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar

TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak

diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetikuntuk mengidap penyakit ini.

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto,

kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat

rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.

  Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif

maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.

  Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah

pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi

aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam.

darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya

umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran

kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa.

  Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara

terbelakang.

Page 6: Reni Lestary

  Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk

kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH,

atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat

menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab

kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapatmeningkatkan  risiko pembentukan kanker tiroid

karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

2.5  Patofisiologi

2.6  Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain;

1.      Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang

2.       Kulit dingin dan kering.

3.      Wajah membengkak dan gerakan lamban.

4.      Aktivitas motorik dan intelektual lambat.

5.       Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita hipotiroidisme sering

mengeluh hiperminore.

2.7  Penatalaksaan

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi

(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigi,hipotensi,

hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi

apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma

miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.

Tes-tes laboratium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme antara lain: kadar

tiroksin dan dan triyodoronin serum yang rendah, BMR yang rendah, dan peningkatan kolesterol

serum. Kadar TSH serum mungkin tinggi mungkin pula rendah, bergantung pada jenis

hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi, sedangkan kadar

tiroksin rendah. Sebaliknya, kedua pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan

hipotiroidisme sekunder.

Page 7: Reni Lestary

Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya dimulai

dalam dosis rendah (50 µg/hari), khususnya pada pasien yang lebih tua atau pada pasien dengan

miksedema berat, dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan

sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150 µg/hari. Pada dewasa muda, dosis

pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya. Pengukuran kadar TSH pada pasien

hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini

harus dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan

hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan mengikuti kadar tiroksin bebas.

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan

memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormone tiroid buatan

T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena

dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan

secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang

hidup penderita.

Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone

tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat

diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

Page 8: Reni Lestary

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN SYSTEM ENDOKRIN HIPOTIROIDISME

3.1  Pengkajian

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah

pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara

lain :

1.      Anamnesis

Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.

Riwayat Kesehatan

a.       Keluhan utama klien

 mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;

  Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea

  Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen

  Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali

  Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat

Page 9: Reni Lestary

  Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat, berbicara lambat dan terbata –

bata, gangguan memori

  Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido

  Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin

b.      Riwayat penyakit saat ini

Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar teroid yang

mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti

kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk.

c.       Riwayat penyakit  dahulu

Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau

menjadi predisposisi.

d.      Riwayat kesehatan klien dan keluarga.

Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama.

e.       Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :

  Pola makan

  Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).

  Pola aktivitas.

f.       Riwayat Psikososial

Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri. Keluarga

mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana

konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.

2.      Pemeriksaan Fisik

a.       Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan

dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik

Page 10: Reni Lestary

klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan

pucat.

b.      Nadi lambat dan suhu tubuh menurun

c.       Perbesaran jantung

d.      Disritmia dan hipotensi

e.       Parastesia dan reflek tendon menurun

3.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum

b.      Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH

serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).

3.2  Diagnosa Keperawatan

1.      Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder terhadap

hipotiroidisme

2.      Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.

3.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

3.3  Intervensi Keperawatan

N

o

Diagnosa Tujuan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasionalisasi

1 Intoleran aktifitas

berhubungan

dengan

penurunan

metabolism

sekunder

Tolerasi

aktivitas

membaik.

Melaporkan

sedikit lelah

pada AKS

1.Anjurkan

aktivitas sesuai

tolerasi.

2.Bantu aktivitas

Istirahat

membantu

menghemat

energy.

Memberikan

Page 11: Reni Lestary

terhadap

hipotiroidisme

perawatan

mandiri ketika

pasien berada

dalam keadaan

lelah.

kesempatan

pada pasien

berada dalam

keadaan lelah

2 Resiko tinggi

terhadap

konstipasi

berhubungan

dengan

penurunan

peristaltic

Hilang dari

konstipasi

Melaporkan

pasase

bentuk feses

lunak

1.Berikan makanan

yang kaya serat.

2.Ajarkan pada

pasien tentang

jenis – jenis

makanan yang

banyak

mengandung air.

3.Kolaborasi

pemberian obat

pencahar dan

enema bila

diperlukan.

Meningkatkan

massa feses

dan frekuensi

buang air

besar.

Untuk

peningkatan

asupan cairan

kepada pasien

agar feses tidak

keras.

Untuk

mengencerkan

feses.

3 Pola nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan depresi

ventilasi

Perbaikan

dan pola

nafas normal

Melaporkan

dapat

bernafas

dengan

efektif

1. Pantau frekuensi,

kedalaman, pola

pernafasan.

Mengidentifika

si hasil

pemeriksaan

dasar untuk

memantau 

perubahan

selanjutnya dan

mengevaluasi

efektivitas

Page 12: Reni Lestary

2. Dorong pasien

untuk nafas dalam

dan batuk.

intervensi.

Mencegah

aktifitas dan

meningkatkan

aktifitas yang

adekuat.

3.4  Implementasi

Diagnosa I : Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolism sekunder terhadap

Tindakan :

a.       Menganjurkan aktivitas sesuai tolerasi.

b.      Memberikan Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.

Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.

Tindakan :

a.       Berikan makanan yang kaya serat.

b.      Ajarkan pada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung air.

c.       Kolaborasi pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.

Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

Tindakan :

a.       Memantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.

b.      Mendorong pasien untuk nafas dalam dan batuk.

3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan perbandingan

yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan

Page 13: Reni Lestary

dilakukan dengan cara melibatkan pasien  dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995).

Evaluasi pada pasien dengan gangguan system endokrin hipotiroidsme adalah :

1.      Perbaikan dan pola nafas normal.

2.      Tolerasi aktivitas membaik.

3.      Klien dapat beraktivitas kembali

4.      Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Page 14: Reni Lestary

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi

tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.

Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi

atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau  akibat

destruksi oleh antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat

juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.

Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan

terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.

Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-

kadang disebut miksedema.

4.2  Saran

Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin

hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti

tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin

hipotiroidsme.

Page 15: Reni Lestary

ASKEP HIPOPARATIROIDISME

HIPOPARATIROIDISME

DEFINISI• Hipoparatiroidisme adalah kurangnya sekresi PTH ditandai oleh gejala-gejala klinis hiperaktivitas neuromuskular dan secara biokimiawi ditandai oleh hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan menurunnya sampai tidak adanta IPTH dalam sirkulasi (Endokrinologi Dasar dan Klinik).• Hipoparatiroidisme terjadi bila hormon paratiroid tidak mencukupi, atau bila hormon itu tidak dapat berfungsi di tingkat jaringan (Patofisiologi Untuk Keperawatan).

ETIOLOGI1. Sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat akibat suplay darah tergenggu atau setelah jaringan kelenjar paratiroid diangkat pada saat dilakukan tiroidektomi, paratiroidektomi atau diseksi radikal leher.2. Atrofi kelenjar paratiroid yang etiologinya tidak diketahui merupakan penyebab hipoparatiroidisme yang jarang dijumpai.3. Tidak ada kelenjar paratiroid (kongenital).4. Malabsorpsi gastrointestinal.5. Alkoholisme.6. Defek selektif absorpsi Mg dalam usus.

PATOFISIOLOGIGejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Hipoparatiroidisme fungsional terjadi pada pasien yang telah lama mengalami hipomagnesia lama. Pasin-pasien ini termasuk mereka-mereka yang dengan defek selektif pada absorpsi Mg dalam usus, malabsorpsi gastrointestinal atau alkoholisme. Karena Mg dibutuhkan untuk melepaskan PTH dari kelenjar, IPTH serum khas sangat rendah atau tak terdeteksi. Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorpsi intestinal kasium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium dari tulang dan di sepanjang tubulus renalis. Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hifosfaturia, dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria. Hipokalsemia dan alkalosis, jika cukup parah menyebabkan eksitabilitas neuromuscular yang menu\ingkat dengan akibat timbul tetani dan paresthesia.

PATHWAYSTerlampir

MANIFESTASI KLINISA. Manifestasi Neuromuskular1. ParesthesiaRasa kebas dan kesemutan dapat terjadi di sekeliling mulut, ujung-ujung jari, kadang-kadang di kaki.2. TetaniTangan, lengan bawah dan yang lebih jarang kaki berubah bentuk yang khas. Pertama-tama jempol teradduksi dengan kuat diikuti fleksi sendi metakarpafalangeal, ekstensi sendi

Page 16: Reni Lestary

interfalangeal (jari-jari bersamaan) dan fleksi sendi pergelangan dan siku.3. HiperventilasiKarena kepanikan akibat tetani, pasien dapat hiperventilasi dan mensekresi jumlah epinefrin yang meningkat.4. Gejala-gejala AdrenergikPeningkatan sekresi epinefrin lebih jauh menimbulkan anxietas, takikardi, berkeringat, dan kepucatan perifer dan sirkumoral.5. KejangPasien-pasien dengan hipoparatiroidisme dapat timbul kejang.

6. Tanda-tanda tetani lain• Tanda Chvostek, ditimbulkan dengan mengtuk nervus fasialis tepat di sebelah anterior daun telinga, tepat dibawah zigomatikus dan sudut mulut.• Tanda Trousseau harus dicari dengan manset sfigmomanometer. Tanda Trousseau adalah tanda tetani laten yang paling dapat dipercaya dan harus di uji dan dicatat segera pada masa pasca operatif.7. Tanda-tanda EkstrapiramidalSindroma neorologis ekstrapiramidal, termasuk parkinsonisme klasik terjadi pada hipoparatiroidisme kronis.

B. Manifestasi Klinis Lain1. Katarak Lensa PosteriorIni adlah sekuele hipoparatiroidisme paling umum. Katarak ada dan tumbuh untuk waktu 5-10 tahun sebelum terjadi gangguan penglihatan.2. Manifestasi JantungPemanjangan interval QT pada EKG (yang dikoreksi untuk kecepatannya) dikaitkan dengan hipokalsemia.3. Manifestasi GigiKelainan pembentukan enamel, tidak adanya atau terlambat erupsi dan terganggunya pembentukan akar gigi adalah tanda petunjuk adanya hipokalsemia yang ada pada masa kanak-kanak.4. Sindroma MalabsorpsiMalabsorpsi intestinal dengan steatorea tidak umum dijumpai pada hipoparatirodisme tapi bisa muncul pada pasien dengan penyakit lama yang tidak terobati.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Naikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl.2. Jika terjadi hipoglikemia dan tetani setelah tiroidektomi, berikan kalsium glukonat IV segera. Sedatif dapat juga diberikan. Parathormon parenteral juga mungkin diberikan; awasi terhadap reaksi alergi.3. Kurangi peka rangsang neuromuskular dengan memberikan lingkungan yang bebas bising, perubahan mendadak, lampu yang terang, atau gerakan mendadak.4. Lakukan penatalaksanaan kedaruratan dengan trakeostomi atau ventilasi mekanik untuk gawat napas.

KOMPLIKASI

Page 17: Reni Lestary

Disamping hiperkalsemia, hipokalsiuria timbul sebagai komplikasi pengobatan yang berhasil adalah disebabkan oleh PTH tidak lagi mempertahankan absorpsi kalsium tubulus ginjal yang normal. Oleh karena itu, pengukuran yang teliti dari kalsium urin 24 jam merupakan keharusan, sementara kadar normal kalsium serum didekati selama pengobatan kalsium dan vitamin D untuk menghindari kemungkinan pembentukan batu ginjal.Diuretik tiazid, yang menyebabkan peningkatan reabsorpsi kalsium oleh tubulus ginjal bila berguna pada kasus ini dan bisa menambah keuntungan dari pencapaian eukalsemia parsial. Nyatanya, pengobatan semacam ini telah digunakan dengan berhasil tanpa vitamin D dalam penanganan hipoparatiroidisme ringan.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIANObservasi atau temuan :1. Neurologis• Paresthesia : bibir, liah, jari-jari, kaki.• Kesemutan.• Tremor.• Hiperrefleksia.• Tanda Chvostek dan atau Trousseau positif.• Papiledema.• Labilitas emosional.• Peka rangsang.• Anxietas.• Depresi.• Delirium.• Delusi.• Perubahan dalam tingkat kesadaran.• Tetani.• Kejang.2. Muskuloskeletal• Kekakuan.• Keletihan.3. Kardiovaskuler• Sianosis.• Palpitasi.• Disritmia jantung.• Perubahan dalam gambaran EKG : perpanjangan interval QT, peninggian atau inversi gelombang T, blok jantung.

4. Pernapasan• Suara serak.• Edema atau stridor laring.5. Gastrointestinal• Mual, muntah.• Nyeri abdomen.

Page 18: Reni Lestary

6. Ginjal : pembentukan kalkuli.7. Integumen• Kulit dan kuku keras.• Pigmentasi kutan.• Alopesia.• Kuku rapuh.

DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko tinggi cedera b.d konvulsi menyeluruh.2. Pola napas tak efektif b.d spasme laring.3. Intoleransi aktivitas b.d paresthesia, formikasi dan kram otot.

INTERVENSI KEPERAWATAN1. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi cedera b.d konvulsi menyeluruh.Kriteria Hasil : Pasien akan mendemonstrasikan tak ada cedera dengan komplikasi minimal atau terkontrol.Intervensi RasionalMandiri :1. Pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardi (140-200 x/menit), disritmia, distress pernapasan, sianosis (berkembangnya edema paru atau GJK). Manipulasi kelenjar selama tiroidektomi subtotal dapat mengakibatkan peningkatan pengeluaran hormon yang menyebabkan krisis tiroid.2. Evaluasi reflek secara periodik. Observasi adanya peka rangsang, misalnya gerakan tersentak, kebas, paresthesia, Tanda Chvostek dan Trousseau positif, adanya kejang. Hipokalsemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat terjadi 1-7 hari pasca operasi dan merupakan indikasi hipoparatiroidisme yang dapat terjadi sebagai akibat dari trauma yang tidak di sengaja pada pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid selama pembedahan.3. Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang atau di beri bantalan, tempat tidur pada posisi yang rendah dan jalan napas buatan di dekat pasien. Hindari penggunaan restrein. Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang.

Kolaborasi :4. Pantau kadar kalsium darah. Pasien dengan kalsium kurang dari 7,5/100ml secara umum membutuhkan terapi pengganti.5. Berikan obat sesuai indikasi : • Kalsium (glukonat, laktat) Untuk memperbaiki kekurangan yang biasanya sementara tetapi mungkin juga menjadi permanen. Catatan: gunakan dengan berhati-hati pada pasien pengguna digitalis karena kalsium meningkatkan sensitivitas terhadap digitalis yang berpotensi menimbulkan toksik.• Agen-ikatan fosfat Membantu sepenuhnya dalam menurunkan kadar fosfor yang meningkat b.d hipokalsemia.

• Sedatif

• Antikonvulsan Meningkatkan istirahat, menurunkan stimulasi dari luar.Mengendalikan kejang sampai terapi yang dilakukan memberikan hasil yang memuaskan.

Page 19: Reni Lestary

2. Diagnosa Keperawatan : Pola napas tak efektif b.d spasme laring.Kriteria Hasil : Frekuensi, irama, dan kedalamam pernapasan normal bagi pasien.Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih.Intervensi RasionalMandiri : 1. Kaji upaya pernapasan dan kualitas suara setiap 2 jam.

2. Auskultasi untuk mendengarkan stridor laring tiap 4 jam.

3. Instruksikan pasien untuk mengiformasikan pada perawat atau dokter saat pertama kali terjadi tanda kekakuan pada renggorok atau sesak napas.4. Baringkan pasien untuk mengoptimalkan bersihan jalan napas ; pertahankan dalam posisi alamiah.

Pengkajian yang berulang kali sangat penting karena mungkin kondisi pasien berubah secara drastic.Suara stridor laring dan diam menggambarkan spasme laring parsial sampai total.Dilakukan agar dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah.Kolaborasi : 5. Laporkan gejala dini pada dokter dan kolaborasi untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka.6. Berikan atau pertahankan alat Bantu pernapasan (ventilator). Dilakukan untuk memaksimalkan oksigen.

Dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Selang endotrakheal mungkin tetap pada tempatnya dan penggunaan mesin Bantu pernapasan dipertahankan untuk jangka waktu tertentu.

3. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas b.d paresthesia, formikasi, dan kram otot.Kriteria hasil : Tingkat aktivitas pasien meningkat tanpa dispnea, takikardi, atau peningkatan TD.Pasien melakukan AKS tanpa susah payah.Intervensi Rasional1. Kaji pola aktifitas yang lalu. Dapat menentukan tingkat kemajuan aktivitas yang dapat dilakukan pasien.2. Kaji terhadap aktivitas • Catat perubahan TD, nadi, dan pernapasan.• Hentikan aktivitas bila terjadi perubahan.• Tingkatkan keikutsertaan dalam kegiatan kecil sesuai dengan peningkatan toleransi.

Page 20: Reni Lestary

Dilakukan untuk melatih mobilisasi pasien.• Ajarkan pasien untuk memantau respon terhadap aktiviyas dan untuk mengurangi, menghentikan, atau meminta bantuan ketika terjadi perubahan.• Rencakan perawatan bersama pasien untuk menentukan aktivitas yang ingin pasien selesaikan; jadwalakan bantuan dengan orang lain.• Seimbangkan antara aktivitas dengan waktu istirahat.• Simpan benda-benda dan barang lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi pasien untuk menghemat penggunaan energi. Meningkatkan pemahaman pasien mengenai penyakitnya dan meminimalkan resiko cedera.

Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

Agar tidak terjadi keletihan dan kelemahan otot.Tehnik penghematan energi menurunkan penggunaan energi sehingga membantu keseimbangan supply dan kebutuhan oksigen.