Nias

22
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas rahmat dan berkat Tuhan Yang Maha Esa karena kami diberikan kesempatan untuk mengerjakan makalah ini. Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang cultural anthropology Nias yang memabahas tentang salah satu dari unsur-unsur kebudayaan universal yakni kesenian. Tak ada gading yang tak retak, maka makalah ini pun tidak luput dari kesalahan kami. Harap makalah ini dapat berkenan bagi para pembaca. Bandung, 7 April 2011 Tim Penulis 1

Transcript of Nias

Page 1: Nias

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas rahmat dan berkat Tuhan Yang Maha Esa karena kami

diberikan kesempatan untuk mengerjakan makalah ini.

Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang cultural anthropology Nias yang

memabahas tentang salah satu dari unsur-unsur kebudayaan universal yakni kesenian.

Tak ada gading yang tak retak, maka makalah ini pun tidak luput dari kesalahan kami. Harap

makalah ini dapat berkenan bagi para pembaca.

 

Bandung, 7 April 2011

Tim Penulis

1

Page 2: Nias

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

Bab I Pendahuluan 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Batasan Masalah 4

1.3 Tujuan 4

1.4 Deskripsi singkat Masyarakat Nias 4

Bab II Penjelasan Daerah 5

Bab III Pendalaman Materi 7

3.1 Tarian dan Upacara Adat 7

3.2 Alat Musik 10

3.3 Perhiasan 11

3.4 Karya Seni 12

Bab IV Penutup 15

4.1 Kesimpulan 15

4.2 Penutup 15

Daftar Pustaka 16

2

Page 3: Nias

BAB I

PENDAHULUAN

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya

masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan

orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa

yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan

masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal  di daerah yang

sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada

masyarakat dan kehidupan sosialnya

Menurut Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan

mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Secara

umum Antropologi terdiri atas : Antropologi Fisik, dan Antropologi Budaya. Antropologi

fisik membahas mengenai manusia berdasarkan Jasmaninya, sedangkan Antropologi Budaya

membahas mengenai Kebudayaan pada umumnya dan berbagai kebudayaan, berbagai bangsa

diseluruh dunia, bagaimana manusia bisa memiliki kebudayaan, dan mengembangkan

kebudayaannya sepanjang jalan.

Antropologi Budaya juga membahas mengenai unsur – unsur budaya. 7 unsur budaya

Universal (unsur – unsur budaya yang dimiliki berbagai masyarakat di seluruh dunia )

yaitu :Peralatan dan Perlengkapan ; Mata pencaharian hidup ; Sistem Kemasyarakatan ;

Bahasa ; Kesenian ; Sistem Pengetahuan : Religi

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang majemuk, terdiri dari berbagai macam masyarakat yang

memiliki budaya khasnya masing – masing. Oleh karena itu meneliti salah satu unsur budaya

yaitu kesenian yang terdapat di Indonesia sangat menarik dan menyenangkan.

Tim penulis memilih kesenian yang berasal dari budaya Suku Nias. Hal ini disebabkan oleh

kesenian Suku Nias yang sangat banyak, namun masih banyak masyarakat Indonesia lainnya

yang belum mengenal kesenian – kesenian itu.

3

Page 4: Nias

Kesenian – kesenian tersebut diantaranya : Lompat batu, tari moyo, tari perang, alat musik

khas nias, dll.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas Kesenian yang berasal dari Nias diantaranya tradisi lompat batu, adat

pernikahan, kerajinan tangn, alat musik, dan pakaian adat. Makalah ini juga menjelaskan

deskripsi sederhana mengenai Nias dan masyarakatnya.

1.3 Tujuan

Tujuan diselesaikannya makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Budaya

2. Untuk memperluas pengetahuan mengenai kesenian dari Nias

3. Untuk melestarikan kesenian Nias yang nyaris punah

1.4 Deskripsi singkat masyarakat Nias

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya,

orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia)

dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih

tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi

kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya

megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang

masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.

Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang

tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan

pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi

selama berhari-hari.

4

Page 5: Nias

BAB II

Penjelasan Daerah

 

abupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang

berada dalam satu pulau dengan Kabupaten Nias Selatan (Kabupaten pemekaran dari

Kabupaten Nias) yang disebut Pulau Nias, mempunyai jarak ± 85 mil laut dari Sibolga

(daerah Provinsi Sumatera Utara.Daerah Kabupaten Nias merupakan daerah kepulauan yang

memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau-pulau kecil yang dihuni oleh

penduduk adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16 buah.Luas

wilayah Kabupaten Nias adalah sebesar 3.495,40 km2 (4,88 % dari luas wilayah Provinsi

Sumatera Utara), sejajar dan berada di sebelah barat Pulau Sumatera serta dikeliling oleh

Samudera Hindia.

K

Jumlah penduduk di Kabupaten Nias tahun 2007 adalah 444.524 jiwa.Penghasilan utama

penduduknya sebagian besar masih mengandalkan dari hasil pertanian. Luas lahan potensial

mencapai 81.389 hektare yang terdiri dari sawah 22.486 hektare dan lahan kering 58.903

hektare. Namum, potensi yang dimiliki itu belum memberikan hasil maksimal untuk mampu

mencapai swasembada pangan. Terbukti, kabupaten ini pada tahun 1999 masih

mendatangkan beras dari luar daerah sebanyak 22.323 ton. Keadaan alam Nias yang subur

sangat cocok untuk budi daya tanaman karet, kelapa, kopi, cengkeh dan nilam. Karet dan

kopra menjadi andalan utama hasil perkebunan. Produksi karet pada 1999 mencapai 13.624

ton, dan kopra 42.230 ton.

5

Page 6: Nias

Selain terkenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah Nias juga memiliki keindahan

alam yang tak kalah menariknya. Nias terkenal sebagai tempat Selancar (surfing) dan

penyelaman (diving) ditambah keindahan pantai di Kepulauan Hinako (Pulau Bawa dan

Pulau Asu), Sirombu. Gambar berikut adalah pantai sorake dan Langgurdi di Nias Selatan.

Bencana tsunami (2004) dan gempa bumi berskala besar (2005) menempatkan Nias jadi pusat

perhatian nasional dan dunia. Selama masa rehabilitasi berbagai program pembangunan

dilakukan. Banyaknya kunjungan lembaga dan wisatawan dari berbagai negara telah

mempromosikan Nias secara tidak langsung. Bagai kurva bergerak dinamis mengarah ke

atas, demikianlah aktivitas kehidupan Nias saat itu. Tetapi lima tahun pasca bencana terlalui,

kenyataannya perekonomian Nias belum bisa terdongkrak. Realitas ini mendorong perlunya

terobosan baru untuk menggeliatkan kehidupan Nias.

6

Page 7: Nias

BAB III

Pendalaman Materi

Nias merupakan daerah yang kaya kebudayaan.

Berikut adalah berbagai macam kesenian dari Nias

3.1 Tari – tarian Dan Upacara Adat :

3.1.1 Tradisi lompat Batu

Tradisi Lompat Batu atau Fahombo yaitu tradisi yang dilakukan oleh seorang pria yang

mengenakan pakaian adat setempat Nias dan meloncati susunan batu yang disusun setinggi

lebih dari 2 (dua) meter.

Konon ajang tersebut diciptakan sebagai ajang menguji fisik dan mental para remaja pria di

Nias menjelang usia dewasa. Setiap lelaki dewasa yang ikut perang wajib lulus ritual lompat

batu. Batu yang harus dilompati berupa bangunan mirip tugu piramida dengan permukaan

bagian atas datar. Tingginya tak kurang 2 (dua) meter dengan lebar 90 centimeter (cm) dan

panjang 60 cm. Para pelompat tidak hanya sekedar harus melintasi tumpukan batu tersebut,

tapi ia juga harus memiliki tekhnik seperti saat mendarat, karena jika dia mendarat dengan

posisi yang salah dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang.

3.1.2 Adat Perkawinan Nias

Pada masa dahulu, perkawinan di NIAS telah ditentukan dari sejak anak kecil

( ditunangkan ). Perkawinan di NIAS umumnya dilakukan dalam system mengambil isteri

diluar clan/fam ( marga-nya = System exogam ). Di Nias berlaku adat eksogami mado dalam

batas batas tertentu.Artinya; seseorang boleh kawin dengan orang se-madonya( semarganya )

asalkan ikatan kekerabatan leluhurnya sudah mencapai 10 angkatan keatas ( 10 generasi ).

Proses perkawinan di NIAS berjalan menurut peradatan daerah wilayah hukum adat

( fondrako ) masing masing negeri ( Banua ) yang dipimpin oleh seorang Salawa/Sanuhe

Böwö adalah sebutan mahar dalam sistem adat perkawinan di Nias. Etimologi böwö adalah

7

Page 8: Nias

hadiah, pemberian yang cuma-cuma. Dalam perkawinan adat Nias ada tiga pihak yang

memiliki peran penting tetapi dalam posisi yang berbeda. Ketiga pihak itu adalah: (1) “soroi

tou”, (2) “sowatö atau sonuza” (keluarga pihak penganten perempuan), dan (3) “uwu nono

alawe” (pihak saudara laki-laki dari ibu (calon) penganten peremuan – keluarga dari sibaya

penganten perempuan.

3.1.3 Fame Fegero (Membagi Makanan)

Arti sesungguhnya adalah membagi makanan sebagai bukti kepedulian dan menyatakan kasih

kepada tetangga atau saudara baik yang dekat maupun saudara yang jauh sekalipun. Fame

Fegero misalnya ketika ada acara sebuah keluarga dan memotong ayam atau ternak lainnya

dalam acara tersebut, maka tradisi membaginya ke tetangga (saudara) sebagai bukti pengikat

persaudaraan yang dalam. Sekalipun hanya sedikit sekali bagian yang bisa di bagi, namun

tetap harus ada. Suatu waktu kelak keluarga yang lain juga membalasnya sedemikian rupa.  

3.1.4 Lae-lae Balo Mbanua,

artinya ketika ada pesta di desa itu maka tentu ada jamuan makan dan memotong ternak

untuk merayakannya. Tradisi Nias, semua keluarga wajib membaginya sesuai porsi

kedudukan adat secara adil dan tidak boleh ada keluarga yang terlewatkan. Lae-lae Balo

Mbanua itu adalah tradisi yang menghargai semua sesama warga sebagai anggota dalam

komunitas di desa itu. Jika, Lae-lae balo Mbanua  untuk keluarga kami tidak ada, tentu saya

akan pertanyakan, jika tidak bisa dipertanggungjawabkan maka akan menjadi sumber

perpecahan (Aboto Mbanua haboro Lae-lae Balo Mbanua). Dalam membagi makanan juga

harus berurut dan tidak boleh salah panggil nama.

3.1.5 Huo-huo hada,

Tata krama berbicara adat yang sopan santun dan penuh dengan wibawa. Orang Nias sudah

meniru gaya pidato dalam menyampaikan sambutannya dalam setiap pesta apapin di Nias.

Seharusnya tata caranya dirubah dan tetap mempertahankan gaya HUO HUO HADA NIAS,

NIFAEMA-EMA LI. Pantun Nias sangat indah dan mengandung ilmu pengetahuan sosial,

budi pekerti yang tinggi,  namun tradisi itu telah sedikit memudar.

8

Page 9: Nias

3.1.6 Tari Maena

Maena sebuah tarian yang sangat simpel dan sederhana, tetapi mengandung makna

kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah menariknya dengan tarian-tarian

yang ada di Nusantara. Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir semua orang bisa

melakukannya. Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah terletak pada rangkaian pantun-

pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa sesuai dengan event dimana maena itu

dilakukan. Pantun maena (fanutunõ maena) biasanya dibawakan oleh satu orang atau dua

orang dan disebut sebagai sanutunõ maena, sedangkan syair maena (fanehe maena)

disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe

maena/ono maena. Syair maena bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh peserta

maena setelah selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah

tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias

(amaedola/duma-duma), Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial dan kolosal dari

Suku Nias, karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam tarian ini. Semakin banyak

peserta tari maena, semakin semangat pula tarian dan goyangan (fataelusa) maenanya. Maena

biasanya dilakukan dalam acara perkawinan (fangowalu), pesta (falõwa/owasa/folau õri),

bahkan ada maena Golkar pada pemilu tahun 1971 (niasonline.net),

3.1.7. Maluaya (tari perang)

Terdapat diseluruh daerah Nias. Di bagian utara namanya Baluse. Tarian tersebut ditarikan

minimal 12 orang pria, dan bila lebih maka lebih baik. Pada umumnya lebih 100 orang,

gerakannya sangat kuat. Maluaya in PP Batu berbeda dengan Nias lainnya, di PP Batu para

wanita juga turut menari. Tarian Maluaya ditarikan pada upacara pernikahan untuk

masyarakat kelas atas, penguburan dan pesta untuk menyambut pendatang baru.

9

Page 10: Nias

3.1.8 Forgaile

Adalah sebuah tarian khas Nias Selatan yang ditarikan oleh wanita untuk mengekspresikan

rasa hormat dan untuk menyambut tamu khusus dan memberikan mereka sirih tradisional.

Di bagian utara dinamakan Mogaele dan dapat ditarikan oleh wanita dan pria.

3.1.9 Foere

Adalah sebuah tarian yang yang menampilkan lebih dari 12 orang penari wanita, diiringi

dengan seorang penyanyi. Tarian ini merupakan bentuk dari penyembahan untuk

berakhirnya kematian dan bencana.

3.1.10 Fanarimoyo

Adalah sebuah tarian yang ditarikan Nias Selatan dan Utara oleh 20 penari wanita, kadang-

kadang ditarikan oleh penari pria. Di bagian Utara tari ini dinamakan Moyo. Tarian ini dimulai

dengan gerakan seperti elang terbang dan ditampilkan untuk acara hiburan. Tarian ini

menggambarkan seorang gadis yang jarus menikahi pria yang tidak dicintainya. Dia berdoa

supaya menjadi seekor elang yang dapat terbang.

3.1.11 Mandau Lumelume

Adalah sebuah tarian dengan tujuan untuk memanggil roh. Tarian ini hanya ada di PP Batu.

3.1.12 Famadaya Hasijimate (Siulu)

Adalah sebuah upacara pemakaman bagi keturunan raja di Nias Selatan. Di dalam upacara

ini, tarian Maluaya ditarikan dibawah pimpinan desa Shaman, peti mati diukir dari batang

kayu pohon dan ukiran kepalanya dihiasi dengan sebuah batang kayu untuk

memperlihatkan dasarnya setelah itu jenazah tersebut dikuburkan.

3.2 Alat musik Khas Nias

3.2.1 Dolidoli

Adalah sejenis gamelan yang terbuat dari kayu atau bambu.

10

Page 11: Nias

3.2.2 Garamba Adalah gong besar dan sangat penting dalam musik tradisional nias.

3.2.3 Fondrahi

Adalah sebuah drum kecil yang terbuka disatu sisinya, bentuk yang lebih besar

dinamakan Gondra.

3.3 : Perhiasan khas Nias

3.3.1 Zolo-zolo

Kalung leher keluarga bangsawan yang terbuat dari batu-batu kaca yang telah disusun

hingga membentuk lingkaran dengan diameter 25,5 cm.

3.3.2 Tola

Gelang ini terbuat dari gading gajah sehingga disebut Tölazaga atau Tölagaza (tulang atau

gading gajah). Sering juga dibuat dari kerang (kima), kayu, bambu dll. Tetapi tetap disebut

tölazaga meskipun terbuat dari bahan yang lain. Tinggi 6,7 cm, tebal 3,1 cm dengan

diameter 8,0 cm.

11

Page 12: Nias

3.4 Karya Seni

Berikut adalah karya seni yang berasal dari Nias :

3.4.1 Rumah Adat

Rumah tradisional di Nias Selatan (gambar a) berbentuk segi empat memanjang ke belakang.

Posisinya berimpit dan berjajar rapi memanjang. Di setiap perkampungan, deretan rumah

tradisional itu dipisahkan oleh jalan desa selebar 30 meter. Ini bisa dilihat di Desa Orahili

Fau, Kecamatan Fanayama; Desa Bawömataluo, Kecamatan Fanayama (pada teks asli tertulis

kecamatan Teluk Dalam, redaksi); Desa Hilinawalö Mazino, Kecamatan Mazinö; dan Desa

Botohilitanö, Nias Selatan.

A

a b c

Sementara itu, rumah tradisional Nias Utara (gambar b) berbentuk oval, seperti yang terlihat

di Desa Sihare’ö Siwahili di Gunungsitoli. Rumah Nias Tengah (gambar c) lebih bervariasi,

mulai dari yang segi empat, memanjang, sampai rustikal.

Rata-rata bagi an ruang tamu rumah tradisional dibiarkan kosong sehingga terkesan luas. Di

ruang inilah berlangsung interaksi antaranggota keluarga ataupun sesama warga desa. Ketika

menggelar upacara adat atau berkabung, warga berkumpul di sini.

Pada dasarnya, pendirian rumah tradisional Nias tanpa menggunakan paku, hanya pasak.

Atapnya dari anyaman daun rumbia. Namun, dewasa ini ada warga yang menggantinya

dengan atap seng. ”Khawatir mudah terbakar dan daun rumbia cepat rusak,” kata warga Desa

Orahili Fau, Kecamatan Fanayama, Nias Selatan.

3.4.2 Pakaian Adat (bara Oholu)

Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Õröba Si’öli

untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning yang

12

Page 13: Nias

dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih. Adapun filosofi dari warna itu

sendiri antara lain:

Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Ni’obakola) dan pola bunga

kapas (Ni’obowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk menggambarkan

kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran Warna merah yang dipadukan

dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo/ ni’ogöna) sering dikenakan oleh prajurit untuk

menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para prajurit. Warna hitam yang sering

dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi kesedihan, ketabahan dan

kewaspadaan.Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere)

menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian.

Contoh pakaian tradisional Nias

3.4.3 Bolanafo

Merupakan kerajinan tangan yang dihasilkan oleh perempuan – perempuan Nias. Bolanafo

berarti merangkai wadah. Bolanafo memiliki berbagai macam motif yang menarik sesuai

dengan suasana, misalnya dikenal motif Ni’ohulayo yang disebut bola Nina/bola dandrösa

secara khusus dipersembahkan kepada ibu pengantin perempuan dalam pesta pernikahan

sebagai penghargaan dan penghormatan tertinggi sekaligus untuk mengambil hati seorang ibu

karena dia yang merawat dan membesarkan anak perempuannya dari kecil hingga saat

menikah. Ada motif yang kemungkinan besar terinspirasi dari keindahan taburan bintang

kecil dan bintang yang besar maka disebut bolanafo ni’odöfi dan bolanafo ni’omadala. Ada

yang warnanya dominan ungu, mengingatkan warna ungu tanaman sayuran terung Nias. Ada

juga bermotif meliuk-liuk menggambarkan daun pakis yang tumbuh banyak di Nias atau

bercorak hola-hola galitö (lidah api yang sedang membara) seperti motif yang terdapat pada

13

Page 14: Nias

mahkota pengantin pria. Jadi, motifnya sangat kaya dan penamaannya unik sekali karena

berkaitan dengan alam dan cerita kehidupan masyarakat Nias itu sendiri.

Contoh motif bolanafo :

14

Page 15: Nias

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat di Indonesia memiliki

bermacam – macam kesenian sesuai dengan daerahnya masing – masing. Kesenian –

kesenian tersebut melukiskan bagaimana keadaan alam, keadaan masyarakat, dan adat

istiadat dalam daerahnya.

Perkembangan Zaman sedikit banyak mengancam kesenian dan budaya daerah Nias. Oleh

karena itu generasi muda di seluruh wajib melestarikan kesenian – kesenian dan budaya khas

Nias dan seluruh daerah lainnya di Indonesia.

4.2 Penutup

Demikianlah makalah sederhana ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan

menambah pengetahuan pembaca mengenai budaya nias.

15

Page 16: Nias

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat (2009).edisi revisi Ilmu Antropologi.Jakarta : Asdi Mahasatya

Wiranata, I Gede A.B(2002).Antropologi Budaya.Bandung:Citra Aditya Bakti

http://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian_Adat_Suku_Nias

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias

http://www.swaberita.com/2008/05/16/nusantara/lompat-batu-tradisi-nias.html

http://zairifblog.blogspot.com/2010/07/perkawinan-suku-nias.html

http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Tari_Maena_%28Nias%29"

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Nias

http://niasonline.net/2008/05/22/bowo-dalam-adat-nias-1/

http://www.museum.pusaka-nias.org/

http://niasonline.net/informasi/bahasa-indonesia/info-nias/marga-mado-suku-nias/

http://filiuspater.worpress.com/Sakramen Pernikahan dan Inkulturasi di Nias

16