Kebudayaan Nias Lenta 2003

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya akan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dimana masing-masing suku bangsa tersebut memiliki perbedaan dan keunikan baik dari segi bahasa daerah, adat istiadat, kebiasaan, dan berbagai hal lain yang memperkaya keanekaragaman dari budaya Indonesia itu sendiri. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan. Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris , kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan merupakan kompleks dari penggabungan agama, adat istiadat, norma, hukum, pola perilaku serta 1 | Page

description

kEPERAWATAN

Transcript of Kebudayaan Nias Lenta 2003

Page 1: Kebudayaan Nias Lenta 2003

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya akan keanekaragaman

budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dimana

masing-masing suku bangsa tersebut memiliki perbedaan dan keunikan baik dari segi

bahasa daerah, adat istiadat, kebiasaan, dan berbagai hal lain yang memperkaya

keanekaragaman dari budaya Indonesia itu sendiri. Masyarakat Indonesia merupakan

masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya,

lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat

beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk

mempertahankan.

Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang

kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin

Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah

tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam

bahasa Indonesia.

Kebudayaan merupakan kompleks dari penggabungan agama, adat istiadat,

norma, hukum, pola perilaku serta aturan-aturan yang ada dalam suatu bangsa.

Kebudayaan antar bangsa adalah berbeda dikarenakan oleh pola hidup, cara pandang,

serta gaya hidup yang berbeda beda antar bangsa. Kebudayaan bukan semata mata

terbentuk karena warisan generasi ke generasi melainkan kebudayaan lahir karena

pembelajaran seumur hidup masyarakat pada suatu wilayah. Kebudayaan tidak akan

lahir tanpa masyarakat jadi masyarakat adalah fac\ktor terpenting dalam terbentuknya

suatu kebudayaan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

1 | P a g e

Page 2: Kebudayaan Nias Lenta 2003

Mahasiswa dapat memahami tentang keanekaragaman budaya yang berkenaan

dengan peran dan fungsi perawat sebagai perawat profesional

2. Tujuan khusus

a) Mahasiswa mampu memaparkan pemahaman kebudayaan Indonesia

secara global

b) Mahasiswa mampu memaparkan kebudayaan Nias yang berkaitan

dengan kesehatan

c) Mahasiswa mampu memaparkan saran untuk profesi keperawatan

berkenanaan dengan keanekaragaman budaya

C. Metode penulisan

Metode penulisan dalam makalah ini adalah:

BAB I Pendahuluan yang didalamnya mengenai latar belakang, tujuan, dan metode

penulisan makalah

BAB II Landasan Teori yang didalamnya mengenai teori tentang Kebudayaan

Indonesia secara global

BAB III Pembahasan yang didalamnya mengenai Kebudayaan Nias dan Kaitannya

dengan kesehatan serta saran untuk profesi keperawatan dalam menyikapi macam

ragam kebudayaan tersebut

Bab IV Didalamnya terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi yang diambil

dari buku – buku dan dari teknologi komputer seperti internet membantu untuk

melengkapi isi makalah

2 | P a g e

Page 3: Kebudayaan Nias Lenta 2003

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Kebudayaan dan Masyarakat

Setiap bangsa pasti memiliki kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan

terbentuk dari percampuran antar unsur-unsur pembentuk kebudayaan yang

menghasilkan peradaban pada suatu waktu. Kata kebudayaan berasal dari kata

Sanskerta Buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata Buddhi yang berarti budi

atau akal. Kebudayaan istilah asingnya Culture yang berasal dari bahasa Latin Colere,

yang berarti mengolah atau mengerjakan dan yang dimaksud disini yaitu mengolah

tanah atau bertani. Fungsi kebudayaan pada suatu Negara adalah sebagai ciri khas dan

jati diri Negara tersebut. Kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses

pembangunan, pembentukan watak dan kepribadian suatu Negara. Terlebih jika

Negara tersebut adalah Negara berkembang seperti Indonesia dimana semua aspeknya

sedang melakukan proses pertumbuhan dan berusaha membentuk hidup yang lebih

baik. Bersamaan dengan laju perkembangan dunia dan globalisasi, terjadi perubahan

sikap terhadap nilai budaya yang sudah ada. Budaya lokal seolah tergantikan oleh

budaya global yang memang jauh lebih modern ketimbang budaya lokal kita namun

tidak mempunyai jati diri dan bersifat keseluruhan. Para ahli mendefinisikan

kebudayaan antara lain adalah sebagai berikut:

Kebudayaan menurut E.B. Taylor (Primitive Culture)

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan

yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri

dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola kelakuan normatif, yaitu mencakup

segala cara-cara atau pola berpikir merasakan dan bertindak.

Kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Yaitu semua hasil karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture)

3 | P a g e

Page 4: Kebudayaan Nias Lenta 2003

yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan

serta hasilnya dapat diabadikan pada keperluan masyarakat. Rasa adalah

kemampuan indra yang mendorong manusia  unuk mengembangkan rasa

keindahan yang melahirkan karya-karya seni yang agung. Cipta merupakan

kemampuan mental, kemampuan berpikir, dari orang-orang yang hidup

bermasyarakat antara lain Filsafat, serta Ilmu Pengetahuan. Dan karsa adalah

kehendak manusia terhadap adanya kesempurnaan hidup, kemuliaan dan

kebahagiaan.

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar.

Kebudayaan menurut A.L Kroeber dan Clyde Cluckhohn

Kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun

implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui symbol yang akhirnya mampu

membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok manusia termasuk

perwujudannya dalam benda-benda materi.

Dari pernyataan dan pendapat beberapa ahli diatas mengenai definisi kebudayaan, kita

dapat menarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah kompleks atau gabungan dari

semua unsur kehidupan, antara lain alam, zaman, pola hidup, pola perilaku, pola pikir,

interaksi sosial, agama, bahasa, adat istiadat, aturan-aturan, norma serta seluruh hasil

cipta manusia yang menghasilkan suatu peradaban yang mempunyai ciri khas, jati

diri, dan mencerminkan identitas bangsa tersebut. Kebudayaan tidak lepas dari adanya

masyarakat sebagai faktor terpenting pembentuk kebudayaan. Fungsi masyarakat

disini adalah sebagai subjek karena mustahil suatu kebudayaan dapat terbentuk tanpa

adanya manusia karena definisi kebudayaan itu sendiri adalah hampir keseluruhan

tindakan manusia. Begitu pula sebaliknya individu atau kelompok manusia tidak akan

mampu mempertahankan kehidupannya tanpa kebudayaan. Jadi kebudayaan dan

masyarakat adalah satu paket. Satu paket yang saling membutuhkan untuk merubah

hidup ke taraf yang lebih baik.

4 | P a g e

Page 5: Kebudayaan Nias Lenta 2003

Kata masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari bahasa Arab yang

artinya ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society

atau kumpulan orang. Jadi dapat kita katakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan

manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan social. Mereka mempunyai ikatan

karena mempunyai kesamaan budaya, wilayah dan identitas.

Harold J. Laski mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang

hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka

bersama, yang artinya mereka hidup dan bekerjasama berusaha untuk mencapai

keinginan atau tujuan mereka bersama. Serta pernyataan dari Robert Maciver yang

mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu system hubungan-hubungan yang

ditertibkan (society means a system of ordered relations). Disini maksud dari system

hubungan yang ditertibkan adalah masyarakat sebagai suatu system yang menertibkan

hubungan-hubungan atau interaksi social antar invidu agar tercipta ketertiban,

keteraturan, keamanan dan sebagainya.

B. Wujud Kebudayaan

Untuk mengerti lebih jauh mengenai kebudayaan, terlebih dahulu kita harus

mengerti tentang wujud-wujud kebudayaan. Bapak Antropologi kita, Koentjaraningrat

membagi kebudayaan menjadi 3 wujud yaitu:

1. System Budaya (Wujud Ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan gagasan,

teori, ide-ide, norma, aturan-aturan, pemikiran, nilai-nilai dan sebagainya yang

sifatnya abstrak yakni tidak dapat dilihat, ataupun disentuh karena wujud ideal ini

adalah hasil dari pemikiran masyarakat. Wujud ideal ini terdapat dalam pemikiran

masing-masing individu. Dan jika masyarakat tersebut menuangkan idenya atau

pemikirannya dalam bentuk tulisan seperti novel, artikel majalah atau buku, maka

lokasi kebudayaan ideal itu berada dalam novel, artikel maupun buku hasil karya para

warga si penulis buku tersebut.

2. System Sosial (Aktivitas)

5 | P a g e

Page 6: Kebudayaan Nias Lenta 2003

System social atau bisa disebut aktivitas merupakan wujud kebudayaan sebagai

suatu kesatuan aktivitas atau tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

System social ini terdiri dari kumpulan tindakan-tindakan manusia yang saling

berhubungan, berinteraksi, bergaul, bersosialisasi ataupun mengadakan kontak dengan

manusia lainnya sesuai dengan pola tertentu yang berdasarkan adat istiadat tata

kelakuan. Sifatnya konkret atau nyata, sebagai contoh bisa dilihat dari kehidupan

sehari-hari, wujud kebudayaan ini dapat diamati serta didokumentasikan untuk jadi

pengingat.

3. Karya (Artefak)

Wujud kebudayaan yang ketiga adalah artefak. Artefak merupakan wujud

kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perilaku, pola pikir, pemikiran

masyarakat yang membentuk suatu benda fisik. Ini bisa berupa bangunan, contohnya:

Candi (Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Prambadan dsb) serta perkakas atau

alat rumah tangga, contohnya: kendi, gerabah, pisau, dsb. Wujud kebudayaan ini

bersifat paling konkret bila dibandingkan dengan kedua wujud kebudayaan lainnya.

Karena artefak adalah bentuk nyata dari hasil karya manusia pada suatu waktu. Dalam

kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat, wujud kebudayaan satu dengan yang

lainnya tidak bisa dipisahkan. Contohnya: wujud kebudayaan ideal memberi instruksi

serta mengatur dan memberi arahan kepada system social (aktivitas) dan karya

(artefak) manusia. Oleh karna itu kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen

utama, yaitu:

a) Kebudayaan Material, disebut material karena wujudnya yang nyata dan konkret.

Ini mengacu pada semua karya masyarakat pada suatu waktu yang membuat

barang, perkakas ataupun suatu lokasi untuk kepentingan dan tujuan tertentu.

Contoh dari kebudayaan material antara lain: penemuan dari suatu penggalian

peninggalan zaman pra-sejarah seperti mangkuk tanah liat, kapak batu, perhiasan,

senjata, tungku dan sebagainya. Serta wujud kebudayaan material di masa

sekarang adalah televisi, telepon, radio, stadion olahraga, gedung pencakar langit,

pakaian, berbagai tipe rumah dll.

b) Kebudayaan Non Material, disebut non material karna sifatnya yang abstrak dan

tak kasat mata. Ini adalah perwujudan dari system budaya (wujud ideal) suatu

6 | P a g e

Page 7: Kebudayaan Nias Lenta 2003

kebudayaan yang mengacu pada ciptaan-ciptaan abstrak hasil waris dari generasi

ke generasi, misalnya berupa: cerita rakyat, dongeng, lagu adat ataupun tarian

tradisional.

C. Unsur-unsur Kebudayaan

Menurut konsep Malonski terdapat 7 unsur-unsur utama pembentuk kebudayaan,

antara lain:

1. Teknologi

Teknologi merupakan salah satu unsur pembentuk kebudayaan yang paling

berpengaruh karena sifat teknologi sebagai alat pembantu pekerjaan manusia.

Teknologi terbentuk dari hasil karya manusia dengan cara mengekspresikan rasa

keindahan sebagai hasil kesenian.

2. System Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau pekerjaan manusia sebagai cara untuk menafkahi

kehidupan maupun keluarga mereka. Para ilmuwan lebih terfokus pada masalah mata

pencaharian tradisonal. Contoh mata pencaharian tradisional, seperti: berburu dan

meramu jamu-jamuan (tabib), beternak, bercocok tanam (bertani), nelayan.

3. System Kekerabatan dan Organisasi Sosial

System kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur social.

Struktur social besar maupun kecil mempunyai kekerabatan antar anggota struktur

social tersebut. Sebagai contoh, system kekerabatan dalam struktur social kecil yaitu

keluarga besar yang para anggotanya mempunyai hubungan darah atau hubungan

perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak,

adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.

Sedangkan organisasi social adalah perkumpulan social yang dibentuk oleh

masyarakat. Baik yang berbandan hukum maupun yang tidak berbadan hukum yang

berfungsi sebagai sarana atau wadah atas partisipasi masyarakat dalam pembangunan

bangsa dan Negara. Kembali kepada kodrat manusia sebagai makhluk social, mereka

7 | P a g e

Page 8: Kebudayaan Nias Lenta 2003

selalu membentuk organisasi social atau perkumpulan social untuk mencapai tujuan-

tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

4. Bahasa

Bahasa adalah alat dari perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling

berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan (huruf dan simbol-simbol

tertentu), lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat) yang bertujuan untuk menyampaikan

maksud atau kemauan kepada lawan bicaranya. Bahasa memiliki beberapa fungsi

yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara

umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk

mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus

adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,

mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk

mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Agama (Religi)

Agama adalah suatu ajaran yang kita yakini, yang berasal dari keyakinan dan

kepercayaan kita masing-masing terhadap keesaan Tuhan dan agama merupakan

pedoman yang menuntun kita untuk senantiasa melakukan kebaikan. Agama

mengajarkan kita untuk dekat dengan Tuhan. Dan agama juga yang mengatur tentang

hubungan vertical kita (manusia) dengan Tuhan YME. Tidak ada satu ajaran agama

pun yang dalam ajarannya membolehkan kita melakukan tindak kejahatan. Kecuali,

agama yang melenceng dari ajaran aslinya (terkontaminasi) atau bisa disebut agama

“sesat” yang justru menyuruh kita untuk melanggar larangan atau melakukan hal-hal

yang menyimpang dari ajaran agama asli tersebut.

6. Kesenian

Kesenian adalah perwujudan dari perasaan manusia, dengan kita merasakan

sesuatu entah itu senang, bahagia, sedih, duka maupun lara tentu akan membuat

seseorang semakin tertekan jika ia tidak menuangkan perasaannya. Entah dengan

bercerita kepada sesama ataupun yang paling mudah adalah menyalurkannya melalui

karya. Bersamaan dengan itu lalu muncullah inisiatif untuk membuat suatu karya

entah itu film, lagu, drama/teater, narasi, lukisan dll untuk mengekspresikan perasaan

8 | P a g e

Page 9: Kebudayaan Nias Lenta 2003

mereka. Jadi kesenian merupakan ekspresi hasrat manusia akan suatu perasaan yang

setelah menjadi karya, karya itu mempunyai nilai estetika (nilai keindahan). Selain

sebagai alat menuangkan ekspresi manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain,

misalnya mitos yang berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta

meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.

7. System Ilmu Pengetahuan

Dalam bermasyarakat, tentu pengetahuan merupakan salah satu factor yang

berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup manusia. Secara sederhana,

pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat benda,

keadaan, perhitungan, dan sebagai barometer intelegensi manusia.

Semua suku bangsa di dunia, entah itu primitive atau modern mereka memiliki

pengetahuan. Dan pengetahuan yang mereka miliki tingkat intelegensinya berbeda-

beda, contoh: Suku Maya yang hebat dan ahli dalam perhitungan matematika. Mereka

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, pembelajaran dan pengajaran, intuisi,

ilham/wahyu, berfikir menurut logika serta dari percobaan-percobaan ilmiah.

D. Ragam Budaya Indonesia

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai banyak suku bangsa,

dimana tiap suku bangsa tersebut mempunyai ragam kebudayaannya masing-masing.

Ambil peta dan lihat betapa luasnya Indonesia disbanding dengan Negara-negara kecil

seperti Singapore, Brunei Darussalam dll. Indonesia yang terbentang dari Sabang

sampai Merauke merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

13.487 pulau dan memiliki 5 pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

dan Papua serta beribu pulau-pulau kecil yang berpenghuni maupun tidak

berpenghuni. Indonesia juga merupakan Negara maritim dimana sebagian wilayah

Indonesia merupakan perairan atau lautan. Indonesia pun mempunyai lebih dari 250jt

penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya sehingga Indonesia dijuluki Negara

padat penduduk ke-3 di dunia. Setelah RRC dan India.

Hal ini tentu sangat mempengaruhi ragam kebudayaan Indonesia. Jika kita

menelusur lebih jauh tentang keberagaman kebudayaan Indonesia ada baiknya kita

lebih dahulu membuka mata hati agar kita tahu seberapa kayanya Indonesia. Sehingga

9 | P a g e

Page 10: Kebudayaan Nias Lenta 2003

timbul rasa memiliki yang kuat, takut dicuri, serta rasa nasionalisme yang tinggi

terhadap keberadaan serta kelestarian kebudayaan asli.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke

memiliki keberagaman suku dan budaya tradisi sebagai ciri khas daerah masing-

masing. Tidak hanya itu, Indonesia juga mempunyai keragaman bahasa daerah, adat

istiadat, serta agama. Dari situlah Indonesia disebut Nusantara. Negara yang

mempunyai beragam budaya sebagai ciri khas daerah masing-masing namun tetap

menjadi bagian dari Indonesia. Inilah maksud dari semboyan Indonesia “Bhinneka

Tunggal Ika” yang artinya “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua” walaupun

Indonesia mempunyai beragam suku bangsa dan budaya, tetapi tetap satu tanah air

Indonesia.

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal maupun

kebudayaan asing yang telah ada di Indonesia. Pengertian kebudayaan nasional

sendiri adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional sedangkan menurut

TAP MPR No.II tahun 1988 Kebudayaan Nasional yang berlandaskan pancasila

adalah perwujudan karya, cipta dan karsa bangsa indonesia dan merupakan

keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan

martabat sebagai bangsa serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada

pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa.

E. Wujud kebudayaan daerah di Indonesia

Kebudayaan daerah kebudayaan tercermin dalam berbagai aspek kehidupan

masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas

kebudayaan yang berbeda. Berikut ini beberapa kebudayaan indonesia berdasarkan

jenisnya.

1. Rumah adat

Rumah adat merupakan bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan

suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat

setempat. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman dan kekayaan

budaya, beraneka ragam bahasa dan suku bangsa dari Sabang sampai Merauke

sehingga Indonesia memiliki banyak rumah adat. Hingga saat ini masih banyak suku

10 | P a g e

Page 11: Kebudayaan Nias Lenta 2003

atau daerah-daerah di Indonesia yang masih mempertahankan rumah adat sebagai

usaha untuk memelihara nilai-nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya

modernisasi global. Biasanya rumah adat tertentu dijadikan sebagai aula, museum

ataupun dijadikan objek wisata.

Rumah-rumah adat di masing-masing daerah memiliki bentuk dan arsitektur

berbeda sesuai dengan nuansa adat setempat. Rumah adat pada umumnya dihiasi

ukiran-ukiran indah pada jaman dahulu rumah adat yang paling indah biasa dimiliki

oleh para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat. Menggunakan kayu-kayu

pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional melibatkan tenaga ahli

dibidangnya. Banyak rumah-rumah adat yang saat ini masih berdiri kokoh dan

sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai simbol budaya indonesia. Jika ingin

melihat langsung rumah-rumah adat Indonesia tanpa harus merogoh kocek besar,

datangi TMII (Taman Mini Indonesia Indah) disana terdapat banyak anjungan rumah

adat yang masih kokoh hingga sekarang.

2. Tarian

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu

tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud dan pikiran.

Bunyi-bunyian music pengiring tarian menambah kesan yang lebih mendalam bagi si

penikmat tarian. Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku

bangsa dan budaya indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia, dapat

dilihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai

budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui

kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya

sendiri yang merupakan kesenian daerah. Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian

asli indonesia. Dalam penggolongannya sendiri, seni tari Indonesia dapat digolongkan

ke dalam berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi

kedalam tiga era, yaitu era Kesukuan Prasejarah, era Hindu-Buddha dan era Islam.

Berdasarkan pelindung dan pendukungnya dapat terbagi menjadi dua kelompok yaitu

tari keraton yang didukung kaum bangsawan dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat

kebanyakan.

3. Lagu

11 | P a g e

Page 12: Kebudayaan Nias Lenta 2003

Lagu daerah atau lagu kedaerahan adalah lagu yang berasal dari suatu daerah

tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun

rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak di ketahui lagi namanya.

Lagu kedaerahan mirip dengan lagu kebangsaan, namun statusnya hanya bersifat

kedaerahan saja. Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai dengan bahasa

daerahnya masing-masing.

4. Musik

Identitas musik Indonesia mulai terbentuk pada zaman kebudayaan perunggu

berimigrasi ke Nusantara pada abad ketiga dan kedua sebelum masehi. Musik-musik

suku tradisional Indonesia umumnya menggunakan instrumen perkusi, terutama

gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit dan berbeda-

beda, seperti alat musik petik sasando dari Pulau Rote, angklung dari Jawa dan

gamelan dari Jawa serta Bali.

Musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan oleh suku-suku di Indonesia yang

bermacam-macam, sehingga dapat dikatakan seluruh 17.508 pulaunya memiliki

budaya dan seninya sendiri. Indonesia memiliki ribuan jenis musik terkadang diikuti

dengan tarian, pentas dan lain-lain.

5. Seni Gambar

Seni gambar merupakan seni yang mencerminkan perasaan manusia yang

dituangkan ke dalam suatu gambar. Contoh: lukisan, sketsa, relief, dll.

6. Seni patung

Seni patung di Indonesia adalah seni patung yang diciptakan dengan fungsinya

sendiri-sendiri. Contohnya: di Bali, patung digunakan untuk bersembahyang/berdoa.

Begitupun dengan patung suku Asmat di Papua yang digunakan sebagai objek

pengormatan terhadap leluhur, namun seiring perkembangan zaman, kini patung-

patung di Indonesia yang memiliki unsur etnik telah menjadi komoditas ekonomi, hal

tersebut di tunjukkan dengan adanya pengrajin yang membuat patung sebagai sovenir

untuk dijual di dalam negeri maupun diekspor ke luar negeri.

7. Pakaian Adat

12 | P a g e

Page 13: Kebudayaan Nias Lenta 2003

Pakaian adat merupakan pakaian yang diciptakan sebagai identitas suatu daerah

tertentu, biasanya digunakan untuk acara-acara adat yang bersifat tradisional. Selain

itu pakaian adat dapat digunakan sebagai busana pengantin.

8. Seni suara

Seni suara menunjukkan ekspresi manusia terhadap sesuatu hal yang didengar

serta dirasakan. Hal ini kemudian disumbangkan menjadi sebuah lagu lalu

dinyanyikan dan menjadi seni suara.

9. Seni sastra

Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya

sastra di Asia Tenggara. Istilah Indonesia sendiri mempunyai arti yang saling

melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah politik wilayah tersebut.

Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah kepulauan

Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya

berdasarkan bahasa melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya).

Dengan pengertian kedua maka sastra juga dapat diartikan sebagai sastra di wilayah

Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa melayu seperti

Malaysia Dan Brunei) demikian pun bahasa melayu yang ada di Singapura.

10. Makanan

Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi dari

kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau dan memegang tempat

penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan

Indonesia kaya dengan bumbu yang berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, lada

dan lain-lain. Dengan diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan

tradisi adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti

dari India, Tiongkok, Timur Tengah dan Eropa.

Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal masakan Indonesia, tetapi lebih

kepada keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh

kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. Sebagai contoh, beras yang di olah

menjadi nasi putih, ketupat atau lontong sebagai makanan pokok bagi mayoritas

penduduk Indonesia, namun untuk bagian timur lebih umum dipergunakan juga

13 | P a g e

Page 14: Kebudayaan Nias Lenta 2003

jagung, sagu, singkong dan ubi jalar. Bentuk penyajian umumnya disajikan

disebagian besar makanan Indonesia berupa makanan pokok dengan lauk-pauk berupa

daging, ikan atau sayur disisi piring.

F. Ancaman Terhadap Kebudayaan Asli

Masalah budaya tradisional Indonesia sering di akui oleh negara lain akhir-akhir

ini. Pengakuan budaya tradisional asli Indonesia oleh negara lain tersebut

menimbulkan amarah rakyat Indonesia yang tidak rela budaya mereka diakui sebagai

milik negara lain. Namun permasalahan itu seharusnya menjadi renungan bagi setiap

individu, sejauh mana usaha menjaga dan melestarikan budaya tersebut agar tetap

kokoh berdiri di tanah air ini.

Perkembangan di era globalisasi merupakan barometer semakin kompleks kehidupan

manusia saat ini. Pengaruh globalisasi tersebut memang membawa banyak

keuntungan, terjalin komunikasi antarbangsa dan terbentuknya peluang kegiatan

antarnegara dalam cakupan luas. Akan tetapi dibalik itu semua ada ancaman yang

menjadi tantangan besar bagi setiap bangsa. Seharusnya kejadian tersebut diseimbangi

dengan sikap bijaksana agar dampak positif kebudayaan memiliki kesan lebih baik.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke

memiliki kemajemukan suku dan budaya tradisi sebagai ciri khas daerah masing-

masing. Keanekaragaman budaya tradisi tersebut menjadi kebanggaan masyarakat

dan menjadi nilai jual bagi pelancong yang berkunjung ke Indonesia. Seiring

kemajuan peradaban manusia saat ini, ancaman globalisasi terhadap eksistensi jati diri

bangsa dibidang budaya tersebut tercermin dari semakin terkikisnya budaya lokal.

Budaya lokal atau budaya tradisi seolah-olah tergantikan oleh budaya global,

khususnya budaya luar disegala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Generasi

muda saat ini lebih gandrung pada konser-konser lagu pop dibandingkan dengan

menikmati pertunjukkan tarian atau pementasan wayang.

Realita kehidupan generasi muda saat ini sebagai produk modernisme semakin kurang

tertarik terhadap hal-hal yang berbau tradisi. Segala sesuatu yang berkaitan dengan

budaya tradisi dianggap kuno, ketinggalan zaman dan hanya milik generasi

14 | P a g e

Page 15: Kebudayaan Nias Lenta 2003

sebelumnya saja. Pada hakikatnya budaya tradisi sebagai produk asli para leluhur

terkandung banyak nilai-nilai luhur pembentuk jati diri bangsa. Contonhya nilai luhur

yang terdapat dalam pementasan wayang; dalam pertunjukkan seni budaya

pewayangan baik wayang kulit ataupun wayang golek didalamnya terdapat makna

dan pesan spiritual yang dijelaskan melalui simbol-simbol pewayangan baik yang ada

dibentuk wayang tersebut secara khusus maupun yang ada pada panggung

pementasan umumnya. Jika nilai-nilai filosofis luhur yang terkandung dalam sebuah

hasil budaya tradisi hilang dan tidak lagi dimengerti oleh generasi muda, maka

mereka hanya akan memiliki nilai-nilai universal yang belum tentu bermanfaat dan

tentunya akan mengikis nilai luhur jati diri bangsa Indonesia secara perlahan-lahan.

Namun, masalah yang sedang dihadapi saat ini adalah usaha pemeliharaan dan

pelestarian budaya tradisional sampai sekarang belum mampu mencapai hasil

maksimal seiring gencarnya budaya modern dari luar. Pengakuan negara lain atas

budaya asli Indonesia sebelumnya merupakan renungan bagi masyarakat untuk

mencintai dan melestarikan kebudayaan dalam negeri sendiri. Sikap tersebut bukan

semata-mata menutup kemungkinan atau membatasi generasi muda saat ini untuk

mengetahui dan mempelajari budaya luar, tetapi lebih menekankan mencintai budaya

asli dan ikut serta melestarikannya.

Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan upaya-upaya pelestarian

budaya tradisi di era globalisasi saat ini memang menemukan banyak kendala.

Kendala tersebut dapat dianalisis dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal

yang menjadi penghambat adalah sikap nasionalisme individu untuk lebih mencintai

budaya asli Indonesia yang masih rendah, terkadang pola hidup individualisme

menjadi faktor penyebab minimnya kesadaran untuk memiliki sesuatu secara

bersama-sama dan komperhensif. Faktor eksternal yang menjadi penghambat dalam

upaya pelestarian budaya tradisi tersebut adalah kurangnya sosialisasi dan mediasi

baik itu dari pihak yang bertanggung jawab menangani masalah tersebut maupun

media sebagai sarana public relations yang menjembatani informasi kepada

masyarakat. Selain itu, peran masyaralat juga cukup penting untuk mengajarkan pada

generasi muda agar memiliki keahlian untuk melestarikan budaya yang dimilikinya.

Namun, realisasi di lapangan hal tersebut tidak terlaksana sehingga generasi muda

tidak peduli dengan eksistensi budayanya sendiri. Sebagai contoh Generasi muda

15 | P a g e

Page 16: Kebudayaan Nias Lenta 2003

mungkin tidak mengetahui lagu-lagu dan tarian dari daerah mereka sendiri tetapi

mereka bisa dengan mudahnya menarikan tarian modern atau balet dan menyanyikan

lagu-lagu anak sekarang.

Usaha untuk menjaga kelestarian budaya tradisi dapat dilakukan dengan berbagai cara

diantaranya adalah pementasan-pementasan seni budaya tradisional di berbagai pusat

kebudayaan atau tempat umum yang dilakukan secara berkesinambungan. Secara

sfesifik dapat dilakukan dengan cara:

1. Upaya untuk mempelajari kebudayaan tradisi oleh setiap individu.

2. Mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tradisi

3. Menambah wawasan dengan cara mempelajari budaya dari daerah lain.

4. Menanamkan nilai kepada generasi muda agar bangga dengan budaya tradisi

nusantara.

5. Membuat wadah atau lembaga untuk menyalurkan bakat dan kreatifitas generasi

muda dalam hal kebudayaan.

Upaya pelestarian itu akan berkesinambungan apabila didukung oleh berbagai pihak

termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi dari berbagai media massa baik regional

maupun nasional. Implikasinya baik secara cepat atau lambat budaya tradisional

kembali populer dan menjadi identitas bangsa Indonesia di dunia Internasional.

Wacana pentingnya menjaga dan melestarikan budaya tradisi akan terwujud jika telah

muncul kesadaran setiap individu untuk berkomitmen ikut serta sebagai aktor yang

memainkan peran sebagai pecinta dan pemerhati budaya lokal atau budaya tradisi itu

sendiri.

16 | P a g e

Page 17: Kebudayaan Nias Lenta 2003

BAB III

PEMBAHASAN

A. Wilayah dan Kebudayaan Masyarakat Nias

Pulau Nias merupakan salah satu pulau yang penduduknya memiliki proses

pembentukan budaya yang sangat panjang. Berbagai bentuk kebudayaan dengan

unsur-unsurnya merupakan hasil dari proses budaya masa prasejarah yang

memberikan pengaruh bagi kebudayaan Nias. Adapun budaya masa prasejarah

yang bukti-buktinya terekam dari hasil penelitian di antaranya adalah budaya

Paleolitik, Mesolitik, Neolitik (Megalitik) dan budaya Dongson (perunggu).

Masing masing budaya tersebut cenderung dibawa oleh kelompok manusia

dengan ras yang berbeda, tentu pembauran manusia dan budaya sangat mungkin

pernah berlangsung di wilayah ini. Sehingga bentuk budaya yang ada merupakan

hasil pembauran yang telah disepakati sebagai sebuah budaya yang dapat diterima

seluruh masyarakatnya.

Pulau Nias merupakan salah satu pulau yang terdapat di pantai barat Pulau

Sumatera. Pulau ini masuk ke dalam wilayah administratif Provinsi Sumatera

Utara. Suku bangsa Nias memiliki budaya khas yang berkaitan dengan tradisi

megalitik. Pola perkampungan yang cenderung berada pada areal perbukitan yang

didatarkan, secara umum terdiri dari dua baris rumah tempat tinggal yang saling

berhadapan. Berbagai tinggalan dari tradisi Megalitik yang berbahan batu

diletakkan di depan rumah adat, sebagai simbol status sosial penghuninya. Simbol

status sosial juga ditunjukkan dari besar kecilnya rumah adat, atau tinggi

rendahnya bangunan megalitik serta raya tidaknya pola hias baik yang ada rumah

adat ataupun bangunan megalitik. Di dalam rumah adat biasanya diletakkan

berbagai arca perwujudan leluhur, pahatan berbagai perhiasan ataupun alat-alat

musik yang dimiliki.

Wilayah budaya dari terminologi budaya yang didasarkan pada teknologi

mengindikasikan adanya sebaran-sebaran budaya pada wilayah dan waktu

tertentu. Sebaran budaya dalam satu wilayah menggambarkan aktivitas yang

berlangsung dengan ciri budaya yang sama atau hampir sama. Secara umum

17 | P a g e

Page 18: Kebudayaan Nias Lenta 2003

wilayah budaya di Pulau Nias dapat dibagi menjadi dua yaitu: wilayah budaya

Nias bagian utara dan wilayah budaya Nias bagian selatan. Sedangkan

pembabakan budaya dapat membantu menggambarkan proses budaya yang terjadi

dalam wilayah itu sendiri. Pertanggalan yang telah dilakukan dan tinggalan

budaya yang telah dihasilkan pada situs-situs terpilih di Pulau Nias

mengasumsikan proses kehidupan manusia masa lalu di Pulau Nias dari masa

Paleolitik yaitu sebelum 12.000 BP hingga ke masa sekarang.

Keletakan Kabupaten Nias di daerah Katulistiwa menyebabkan memiliki

curah hujan yang cukup tinggi. Akibat banyaknya curah hujan mengakibatkan

kondisi alamnya sangat lembab dan basah. Seringnya banjir bandang

mengakibatkan juga sering berpidahnya aliran sungai yang diakibatkan juga oleh

struktur batuan dan tanah yang labil.

Tanah di Pulau Nias kurang subur namun masih mampu menghidupi berbagai

anekaragam hayati, yang merupakan tumbuhan domestik hasil budidaya

masyarakat secara turun temurun, di antaranya padi (Oryza sativa) jagung (Zea

mays), ketela rambat (Convolvulus batatas) yang dibudidayakan di sawah atau

ladang. Selain itu berbagai tanaman lainnya juga diusahakan. Berbagai jenis

hewan hidup di pulau ini, di antaranya jenis-jenis ikan (Pisces), baik dari laut,

tambak maupun kolam air tawar, babi (Sus sp.), kerbau (Bovidae), dan kambing

(Capra sp.). Di samping itu di wilayah tertentu masih dapat dijumpai hewan-

hewan liar di antaranya rusa (Cervidae), berbagai jenis burung (Aves), termasuk

burung beo Nias dan babi hutan (Sus sacrofa).

Geografis Nias yang berbukit-bukit menyebabkan mata pencaharian penduduk

terbagi atas dua yaitu penduduk yang tinggal di pesisir pantai akan bergerak dalam

bidang perikanan yaitu sebagai nelayan dan penduduk yang berada di pedalaman

akan mengusahakan pertanian dan perladangan sebagai mata pencaharian.

Penduduk yang di pesisir di samping sebagai nelayan juga mereka mengusahakan

perkembangbiakan ikan melalui tambak. Penduduk yang bertani biasanya hanya

menanam padi untuk kebutuhan keluarganya saja (subsistensi) adapun selain

pertanian mereka juga bergerak dalam bidang perkebunan yaitu perkebunan karet,

18 | P a g e

Page 19: Kebudayaan Nias Lenta 2003

nilam, cengkeh dan tanaman muda lainnya. Mata pencaharian yang lainnya adalah

beternak yaitu beternak babi dan ayam. Berburu pada saat sekarang sudah sangat

jarang dilakukan mengingat hutan di Nias sudah semakin habis begitu juga

dengan binatang buruan, seperti babi hutan, kancil, dan rusa sudah dapat

dikatakan langka di daerah ini.

B. Asal Usul Suku Nias

Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari

sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah

tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas

mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja

Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena

memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-

orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.

C. Ciri Khas Suku Nias

Makanan : Gowi Nitutu (Ubi tumbuk), Harinake (daging babi cincang

dengan cacahan yang tipis dan kecil-kecil) Godo-godo (ubi / singkong yang

diparut, dibentuk bulat-bulat kemudian direbus setelah matang di taburi dengan

kelapa yang sudah di parut), Köfö-köfö(daging ikan yang dihancurkan, dibentuk

bulat dan dijemur/dikeringkan/diasap), Ni'owuru (daging babi yang sengaja

diasinkan agar bisa bertahan lama), Rakigae (pisang goreng), Tamböyö (ketupat),

Löma (beras ketan yang dimasak dengan menggunakan buku bambu), gae nibogö

(pisang bakar), Kazimone (terbuat dari sagu), Wawayasö (nasi pulut), Gulo-Gulo

Farö (manisan dari hasil sulingan santan kelapa), Bato (daging kepiting yang

dipadatkan dalam bentuk bulat agar dapat bertahan lama; terdapat di Kepulauan

Hinako), Nami (telur kepiting dapat berupa nami segar atau yang telah diasinkan

agar awet, dapat bertahan hingga berbulan-bulan tergantung kadar garam yang

ditambahkan

Minuman

19 | P a g e

Page 20: Kebudayaan Nias Lenta 2003

o Tuo nifarö (tuak) adalah minuman yang berasal dari air sadapan pohon

nira (dalam bahasa Nias "Pohon Nira" = "töla nakhe" dan pohon kelapa

(dalam bahasa Nias "Pohon Kelapa" = "töla nohi") yang telah diolah

dengan cara penyulingan. Umumnya Tuo nifarö mempunyai beberapa

tingkatan (bisa sampai 3 (tiga) tingkatan kadar alkohol). Dimana Tuo

nifarö No. 1 bisa mencapai kadar alkohol 43%.

o Tuo mbanua (minuman tuak mentah yang berasal dari air sadapan pohon

kelapa atau pohon nira yang telah diberi 'laru' berupa akar-akar tumbuhan

tertentu untuk memberikan kadar alcohol

Peralatan rumah tangga : Bowoa tanö - periuk dari tanah liat, Figa lae -

daun pisang yang dipakai untuk menjadi alas makanan, Halu (alat menumbuk

padi), Lösu – lesung, Gala - dari kayu seperti talam, Sole mbanio - tempat minum

dari tempurung, Katidi - anyaman dari bambu.

D. Budaya Nias

Fahombo (Lompat Batu)

Fatele/Foluaya (Tari Perang)

Maena

Tari Moyo

Sapaan Ya'ahowu

Fame Ono nihalõ (Pernikahan)

Omo Hada (Rumah Adat)

Fame'e Tõi Nono Nihalõ (Pemberian nama bagi perempuan yang sudah

menikah)

Dalam budaya Ono Niha (Nias) terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup

bersama yang termakna dalam salam “Ya’ahowu” (dalam terjemahan bebas

bahasa Indonesia “semoga diberkati”). Dari arti Ya’ahowu tersebut terkandung

makna: memperhatikan kebahagiaan orang lain dan diharapkan diberkati oleh

Yang Lebih Kuasa. Dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan sikap-sikap:

20 | P a g e

Page 21: Kebudayaan Nias Lenta 2003

perhatian, tanggungjawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Jika seseorang bersikap

demikian, berarti orang tersebut memperhatikan perkembangan dan kebahagiaan

orang lain : tidak hanya menonton, tanggap, dan bertanggungjawab akan

kebutuhan orang lain (yang diucapkan : Selamat – Ya’ahowu), termasuk yang

tidak terungkap, serta menghormatinya sebagai sesama manusia sebagaimana

adanya. Jadi makna yang terkandung dalam “Ya’ahowu” tidak lain adalah

persaudaraan (dalam damai) yang sungguh dibutuhkan sebagai wahana

kebersamaan dalam pembangunan untuk pengembangan hidup bersama.

E. Pengetahuan Kesehatan Terkait Budaya

a) Konsep Sehat dan Sakit

Konsep sehat menurut masyarakat nias atau pengertian mereka tentang

sehat beraneka ragam. Secara umum, sehat menurut mereka dapat dilihat

secara fisik dan juga secara psikis. Secara fisik dikatakan sehat jika terlihat

segar, badan tidak terasa sakit, gemuk, kulit bersih, wajah tampak cerah, dan

memiliki fisik atau tenaga yang kuat. Secara psikis, seseorang dikatakan sehat

jika mempunyai pikiran yang tenang dan tidak banyak masalah yang

mengganggu pikiran. Secara umum, menurut mereka seseorang dikatakan

sehat jika masih bisa beraktivitas atau melakukan pekerjaan sehari-hari.

Sementara, konsep sakit atau pengertian sakit menurut mereka adalah

suatu kondisi badan terasa lemah, ada penyakit yang dirasakan, dan yang pasti

tidak bisa melakukan aktivitas atau pekerjaan sehari-sehari.

Sebagian lainnya menyatakan bahwa penyebab sakit adalah hal-hal gaib

dan juga karena perbuatan manusia. Menurut pandangan masyarakat, hal-hal

gaib yang dimaksud adalah adanya setan yang berkeliaran pada waktu-waktu

tertentu, seperti pada malam Jumat atau pada saat gerimis. Masyarakat yang

menjumpai setan tersebut akan mengalami penyakit yang mereka sebut tesafo,

yang biasanya menyerang anak-anak. Untuk menghindari penyakit tersebut

biasanya anak-anak dilarang melewati kuburan pada malam hari dan juga

dilarang keluar rumah pada saat gerimis. Namun, warga masyarakat yang

percaya akan hal-hal gaib seperti itu hanya sebagian kecil.

Sakit yang disebabkan oleh perbuatan manusia sering disebut famökhö.

Famökhö merupakan cara seseorang untuk berbuat jahat kepada orang lain,

21 | P a g e

Page 22: Kebudayaan Nias Lenta 2003

contohnya melalui sihir dan pemberian racun. Menurut penuturan beberapa

orang warga masyarakat, perbuatan seperti itu sudah jarang dilakukan. Namun

harus tetap diwaspadai karena sihir tersebut biasanyamelalui angin ataupun

dengancara menanam suatu benda di suatu tempat. Jika melewati tempat

tersebut, kita akan sakit. Selain melalui sihir, masyarakat juga mengenal cara

famökhö lainnya, yakni melalui racun. Jenis-jenis racun yang dikenal

masyarakat antara lain biobio (racun berbentuk salep yang biasanya dioleskan

pada pakaian, tempattempattertentu, atau pada saat bersalaman) dan racun

berbentuk serbuk yang biasanya dicampur dengan makanan atau minuman.

Pada umumnya, sakit yang diderita oleh masyarakat dibedakan menjadi

sakit ringan, sakit sedang, dan sakit berat. Tingkatan derajat sakit ini dilihat

dari dampak yang diakibatkan oleh penyakit tersebut. Penyakit dikategorikan

ringan jika penderita bisa sembuh sendiri tanpa melakukan tindakan apa-apa,

contohnya sakit kepala. Penyakit sedang adalah penyakit yang lebih parah

daripada penyakit ringan dan masih bisa diobati dengan membeli obat-obatan

di warung atau dikusuk oleh tukang kusuk, contohnyaadalah sakit perut,

demam, batuk, dan malaria. Sementara penyakit berat adalah penyakit yang

sulit untuk disembuhkan dan membutuhkan pengobatan khusus oleh dukun

atau tenaga medis. Biasanya penyakit berat ini diderita dalam waktu yang

cukup lama. Contoh penyakit berat yang sering diderita adalah TBC, darah

tinggi, pembengkakan pada kaki (gambu gahe), tesafo, buru, dan penyakit

lainnya yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Jika sakit, biasanya warga

masyarakat membiarkan begitu saja tanpa melakukan tindakan apa-apa. Jika

penyakitnya tidak sembuh juga maka biasanya mereka membeli obat di

warung atau memanggil tukang kusuk. Jika tidak kunjung sembuh juga setelah

itu maka si penderita dibawa ke tukang kusuk/dukun lainnya ataupun tenaga

medis.

b) Penyembuh Tradisional

Berikut jenis-jenis penyembuh tradisional yang dikenal oleh masyarakat

Nias :

22 | P a g e

Page 23: Kebudayaan Nias Lenta 2003

1. Tukang urut/tukang kusuk (sondrusi), yaitu orang yang mempunyai

kemampuan untuk menyembuhkan seseorang dengan cara memijat atau

mengurut.

2. Tukang obat (same’e dalu-dalu), yaitu seseorang yang mampu membuat

ramuan tradisional.

3. Dukun beranak (sondrusi sabeto/sanema iraono/ samatumbu’ö iraono),

yaitu seseorang yang mampu menolong persalinan dan merawat kehamilan.

4. Peramal (samaele’ö), yaitu seseorang yang mampu mengetahui kejadian-

kejadian yang belum dan akan terjadi.

Secara umum keahlian para penyembuh tradisional tersebut diperoleh secara

turun-temurun, tetapi ada juga yang mendapatkan keahliannya karena belajar.

Keahlian yang diturunkan dari orang tua tersebut misalnya kemampuan

mengurut atau meng-kusuk dan kemampuan untuk membantu persalinan.

c) Masa Kehamilan

Selama hamil, ada beberapa pantangan yang harus dilakukan, antara lain tidak

boleh memotong ayam dan babi. Pantangan ini berlaku baik bagi istri maupun

suami. Bila pantangan ini dilanggar maka gerak-gerik si anak kelak akan sama

dengan binatang yang dipotong tersebut, yaitu kejang- kejang. Membunuh ular

juga tidak boleh. Pantangan-pantangan itu berasal dari nenek moyang dan

sampai sekarang masih diikuti. Beberapa pantangan lainnya: ibu tidak boleh

mandi siang atau terlalu sore/malam karena dapat menyebabkan “masuk

angin” dan sakit, tidak boleh duduk di depan pintu karena dapat

mengakibatkan proses melahirkan berlangsung lama, tidak boleh mengendarai

“kereta” (istilah untuk sepeda motor), tidak boleh mengangkat yang berat-

berat, tidak boleh mengambil kayu karena bisa menyebabkan keguguran, tidak

boleh berpanas-panas karena bisa menyebabkan pingsan, dilarang melewati

sungai karena bias menyebabkan buru air sehingga bayi tidak bisa keluar

(lahir). Aturan dalam hal makan selama hamil juga ada, seperti tidak boleh

mengonsumsi cabai karena makan cabai terlalu banyak dapat menyebabkan

sakit, serta mengonsumsi garam secukupnya saja.

23 | P a g e

Page 24: Kebudayaan Nias Lenta 2003

d) Kepercayaan Selama Hamil

Jimat kadang-kadang masih dikenal dan dipakai oleh suku tertentu dan

dipakai pada masa kehamilan. Meskipun begitu, ada juga yang menggunakan

jimat berupa kain yang diberi minyak dan diikatkan ke perut ibu, sebagai

pelindung terhadap “setan” atau makhluk gaib. Ada juga bentuk jimat yang

lain berupa batu kecil, rambut yang dibungkus kain, dan bacaan/doa-doa dari

dukun. Jimat tersebut diminta dari dukun dan penggunaannya diikatkan di

pinggang. Mereka percaya jimat tersebut mencegah gangguan roh-roh jahat

yang dapat mengganggu ibu hamil. Beberapa pantangan selama kehamilan

masih tetap ada sesuai dengan nilai-nilai kepercayaan yang masih diyakini

oleh masyarakat setempat. Begitu pula anjuran terhadap ibu hamil. Pada

dasarnya pantanganpantangan dan anjuran-anjuran tersebut bertujuan agar ibu

hamil dapat melewati masa kehamilannya secara baik dan dapat melahirkan

dengan lancar, walaupun beberapa pantangan tersebut ada yang tidak dapat

diterima secara logika atau akal.

e) Perawatan Selama Masa Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan informan yang pernah hamil dan

sedang hamil ternyata beraneka ragam. Ada pula yang sama sekali tidak

pernah memeriksakan kehamilan kepada petugas kesehatan. Pemeriksaan

kehamilan sesuai dengan anjuran bidan adalah minimal satu kali pada

trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester

ketiga. Banyak alasan mengapa mereka tidak mau memeriksakan

kehamilannya secara rutin kepada tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan.

Di antara alasan yang dikemukakan antara lain adalah merasa tidak perlu

karena kehamilan sehat tidak ada keluhan, tidak mempunyai uang untuk

periksa ke bidan praktik, tidak mempunyai uang untuk ongkos ke puskesmas,

dan tempat tinggal mereka jauh dari puskesmas.

Alasan lain dan merupakan perilaku umum ibu hamil adalah mereka lebih

suka memeriksakan kehamilan ke tukang kusuk/ dukun beranak. Ada yang

melakukan kusuk (urut) tersebut setiap bulan, ada yang

mendatangi/mengundang tukang kusuk ketika merasa sakit. Ada juga ibu

hamil yang tidak melakukan kusuk sama sekali.

24 | P a g e

Page 25: Kebudayaan Nias Lenta 2003

f) Lompat Batu

Masyarakat di Pulau Nias, Sumatera Utara telah melakukan tradisi ini

selama berabad-abad secara turun temurun dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Tradisi ini konon sudah ada sejak jaman megalitik di pulau yang

dikelilingi oleh Samudera Hindia ini.

Sejak berusia 7 tahun, anak-anak laki-laki di Nias sudah berlatih untuk

melompati tali. Ketinggian tali tersebut semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya usia mereka. Jika sudah dirasa tiba waktunya, maka anak laki-

laki tersebut akan melompati sebuah tumbakan batu yang berbentuk

menyerupai prisma terpotong dengan ketinggian sekitar 2 meter. Lompat batu

ini juga menjadi pengukur kedewasaan dan keberanian mereka sebagai

generasi keturunan pejuang Nias.

Tradisi lompat batu ini diwariskan dari generasi ke generasi di tiap-tiap

keluarga dari ayah pada anak laki-lakinya. Namun pada kenyataannya, tidak

semua pemuda di Nias mampu melompati batu setinggi 2 meter ini walaupun

sudah berlatih keras sejak masih kecil. Masyarakat setempat mempercayai

bahwa selain dengan latihan yang keras, kemampuan melompati batu yang

tinggi tersebut juga melibatkan unsur magis dari roh nenek moyang dimana

seorang pemuda mampu melompati batu yang tinggi tersebut dengan

sempurna.

Saat ini, tradisi lompat batu sudag tidak lagi digunakan sebagai persiapan

untuk perang antar desa maupun antar suku, tetapi lebih fokus sebagai ritual

khas masyarakat Nias. Pemuda yang dapat melakukan tradisi lompat batu ini

akan dianggap sudah matang dan dewasa secara fisik sehingga ia pun boleh

menikah. Selain itu, orang yang dapat melakukan tradisi lompat batu ini juga

dianggap akan menjadi pembela desa jika terjadi konflik di desanya.

Batu yang harus dilompati oleh pemuda nias pada saat melakukan fahombo

tingginya sekitar 2 meter dengan panjang 60 cm dan lebar 90 cm. Ancang-

ancang lari yang dilakukan oleh pemuda tersebut tidak begitu jauh. Dengan

lari ancang-ancang yang tidak jauh, pemuda Nias akan melaju kencang dan

menginjakkan kakinya pada sebongkah batu kemudian ia melompat ke udara

25 | P a g e

Page 26: Kebudayaan Nias Lenta 2003

melewati batu besar yang menyerupai bentek. Pemuda tersebut tidak boleh

menyentuh puncak batu sedikit pun dan harus mendarat dengan sempurna.

Jika pemuda tersebut tidak mendarat dengan sempurna, maka resikonya adalah

mengalami cidera otot atau patah tulang. Saat ini, tradisi lompat batu masih

sering dilakukan dan menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Nias.

Salah satu desa yang masih menjalankan tradisi lompat batu ini antara lain

adalah Desa Bawomataluo di Nias Selatan.

g) Tuo Nifaro

Secara medis mengkonsumsi Tuo Nifarõ secara berlebihan tentu

berbahaya bagi kesehatan, selain itu juga bisa memicu permasalahan sosial

yang diakibatkan oleh orang-orang yang mengkonsumsinya secara rutin

karena pengaruh minuman berakohol tinggi tersebut, dan tidak hanya sedikit

masalah perkelahian yang berujung pada pembunuhan, kecelakaan lalu lintas

dan masalah rumah tangga yang dipicu oleh minuman yang membahayakan

ini.

h) Mahar yang Mahal

Contoh budaya yang merugikan anak adalah ketika seorang laki-laki akan

menikahi perempuan, mereka harus membayar mahar yang sangat mahal

hingga mereka pun berutang. Utang mereka pun berlanjut hingga mereka

berusia lanjut. Akhirnya, banyak pasangan yang kesulitan memberikan

konsumsi yang layak untuk anak-anak mereka.

Selain itu, masalah yang tak kalah krusial adalah pengetahuan mereka tentang

keluarga berencana (KB) yang sangat minim. Dalam sebuah keluarga,

terutama di Nias Utara, banyak ditemukan sedikitnya 4 orang anak yang

usianya hanya terpaut 1-2 tahun untuk setiap anak. Akhirnya, masalah busung

lapar dan gejala stunting pun tak dapat dihindari. Belum lagi masalah sanitasi,

sirkulasi udara di dalam rumah yang sangat tidak layak untuk ditempati,

membuat kesempatan anak untuk tumbuh dan berkembang lebih baik di masa

depan semakin kecil.

F. Peran Profesi Keperawatan dalam Menyikapi Keanekaragaman Budaya

26 | P a g e

Page 27: Kebudayaan Nias Lenta 2003

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran

perawat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar

profesi keperawatan dan bersifat konstan.

Menjadi peduli dengan budaya sendiri. Proses pemikiran yang terjadi pada

perawat juga terjadi pada yang lain, tetapi dalam bentuk atau arti berbeda.

Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial

dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain terutama klien yang

diasuh oleh perawat sendiri. Budaya menggambarkan keyakinan bahwa

banyak ragam budaya yang ada sudah sesuai dengan budayanya masing

masing.

Penting untuk membangun sikap saling menghargai perbedaan budaya dan

apresiasi keamanan budaya. Mengembangkan kemampuan untuk bekerja

dengan yang lain dalam konteks budaya, diluar penilaian etnosentris.

27 | P a g e

Page 28: Kebudayaan Nias Lenta 2003

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat

dipaparkan pada makalah ini adalah sebagai berikut :

Rakyat adalah potensi nasional harus diberdayakan, ditingkatkan potensi dan

produktivitas fisikal, mental dan kulturalnya.

Tanah air Indonesia sebagai aset nasional yang terbentang dari Sabang sampai

Merauke dan dari Miangas sampai Rote, merupakan tempat bersemayamnya

semangat kebhinekaan.

Diperlukan penumbuhan pola pikir yang dilandasi oleh prinsip mutualisme,

kerjasama sinergis saling menghargai dan memiliki (shared interest) dan

menghindarkan pola pikir persaingan tidak sehat yang menumbuhkan eksklusivisme.

Yang kita hadapi saat ini adalah krisis budaya. Tanpa segera ditegakkannya

upaya “membentuk” secara tegas identitas nasional dan kesadaran nasional, maka

bangsa ini akan menghadapi kehancuran.

B. Saran

Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari

berbagai macam kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu

merongrong keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang

masih eksis dalam terpaan zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap

mempertahankannya budaya itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan

bermartabat.

28 | P a g e

Page 29: Kebudayaan Nias Lenta 2003

DAFTAR PUSTAKA

Budiono Kusumohamodjojo. 2000.  Kebhinekaan Masyarakat Indonesia.

Jakarta: Grasindo.

Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Selatan. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten

Nias Selatan Tahun 2011. Nias Selatan

Hammerle, P. Johannes, 2004. Asal Usul Masyarakat Nias: Suatu Interpretasi.

Gunung Sitoli: Yayasan Pusaka Nias

Harimanto, Winarno.2009. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Syukur, Abdul et al. 2005. Ensiklopedia Umum Untuk Pelajar. Jakarta: PT.

Ichtiar Baru Van Hoeve.

Tim Dosen ISBD. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta : Universitas

Negeri Jakarta

http://debyadjjah.wordpress.com/2010/03/01/perkembangan-budaya-di-

indonesia-saat-ini/ 28 september 2014

http://fadil-lah.blogspot.com/2012/03/bagaimana-perkembangan-budaya-

di.html/ 28 september 2014

29 | P a g e