Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

36
Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012 TIME Skenario Sukses Bandar Lampung Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012 ISI NOMOR INI 5 10 27 28 Pesta Bunga di Kota Bunga Peluncuran Penerbitan di Arabian Travel Market Lebaran, Ibarat Dinamo, dan Puncak Peristiwa China dan Dunia Muslim Nah, ini Festival di Jembrana Papua, Wonderful Indonesia www.newsletter-pariwisataindonesia.com Tiba Saatnya Wisata Sungai, Wisata Danau halaman 12–16 20 23 T IME (Tourism Indonesia Mart & Expo) di Bandar Lampung tanggal 9–12 Oktober 2012 ini diskenariokan akan lebih berhasil. Industri pariwisata Indonesia umumnya, dan kalangan setempat diharapkan memproduktifkan lebih efektif ajang ‘pemasaran internasional’ itu. Organizing Committee sedang mengupayakan lebih banyak ‘buyer’ mancanegara, dan lebih mencakup sebanyak mungkin ‘seller’ dari seluruh Indonesia, ikut serta. Panitia penyelenggara provinsi kali ini menyemarakkan TIME agar masyarakat merasakan kehadiran TIME dan manfaatnya. Yaitu sekaligus mendampingi TIME dengan beberapa ajang massal: Lampung Expo, Tapis Carnival, Festival Krakatau ke-22, Pagelaran Seni Budaya dari 20 provinsi di Indonesia, serta Tour Krakatau. Aktivitas ski air di Danau Tondano, Sulawesi Utara (atas). Wanita berpakaian adat Lampung (kiri).

description

Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

Transcript of Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

Page 1: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

PercepatanPariwisataNasional

TIMESkenario Sukses

Bandar Lampung

Vol. 3 lNo. 32 lAgustus 2012

ISI NOMOR INI

510

2728

Pesta Bunga di Kota Bunga

Peluncuran Penerbitan di Arabian Travel Market

Lebaran, Ibarat Dinamo, dan Puncak Peristiwa

China dan Dunia Muslim

Nah, ini Festivaldi Jembrana

Papua, Wonderful Indonesia

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Tiba Saatnya Wisata Sungai, Wisata Danauhalaman 12–16

2023

TIME (Tourism Indonesia Mart & Expo) di Bandar Lampung tanggal 9–12 Oktober 2012 ini di skenariokan akan lebih berhasil. Industri pariwisata Indonesia umumnya, dan kalangan setempat diharapkan memproduktifkan lebih efektif ajang ‘pemasaran internasional’ itu.

Organizing Committee sedang mengupayakan lebih banyak ‘buyer’ mancanegara, dan lebih mencakup se banyak mungkin ‘seller’ dari seluruh Indonesia, ikut serta. Panitia penyelenggara provinsi kali ini menyemarakkan TIME agar masyarakat merasakan kehadiran TIME dan manfaatnya. Yaitu sekaligus mendampingi TIME dengan beberapa ajang massal: Lampung Expo, Tapis Carnival, Festival Krakatau ke-22, Pagelaran Seni Bu daya dari 20 provinsi di Indonesia, serta Tour Krakatau.

Aktivitas ski air di Danau Tondano, Sulawesi Utara (atas). Wanita berpakaian adat Lampung (kiri).

Page 2: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

2 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Penanggung jawab :Sapta NirwandarPenerbit/Pemimpin Redaksi :Arifin HutabaratDewan Redaksi :Sadar Pakarti BudiFaried Moertolo T. BurhanuddinWisnu B. SulaemanReporter : Benito LopulalanAlamat :Direktorat Jenderal Pemasaran PariwisataKementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifJl. Medan Merdeka Barat No.17Lantai 3 Jakarta 10110Telp : 021 383 8220Fax : 021 380 8612,Email : [email protected]

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Jika Anda mempunyai informasi danpendapat untuk Newsletter ini, silakankirim ke alamat tersebut di atas.

Utama

TIME atau Pasar Wisata (interna-sional) Indonesia dan Ekspo di Bandar Lampung ini akan dibuka pada malam tanggal 9 Oktober

2012. Sebelum pembukaan pasar itu, di halam an gedung Graha Wangsa sudah akan berlangsung Lampung Expo, Tenun Nusantara Expo and Festival, di mana para peserta dari berbagai daerah akan menun-jukkan produk-produknya dan masyarakat luas akan datang menyaksikannya.

Sebelum dan selama TIME berlangsung, panitia setempat menggelar rangkaian kegiatan: Lampung Cultural & Tapis Carni-val pada 6 Oktober; melaksanakan Kraka-tau Tour pada 7 Oktober, ini terbuka bagi

umum; ajang Traditional Art Fes-tival of Sumatra, Java and East Java pada 8–9 Oktober 2012; Lampung Culinary Festival 9–11 Oktober; Music & Poetry Expression of Lam-pung Karam pada 10 Oktober, dan Photo graphy & Cinematography Festival pada 10–12 Oktober 2012.

Jadi, kota Bandar Lampung akan penuh gaung aktivitas pariwisata yang marak selama sepekan di bulan Ok-tober nanti.

“Kami berharap terutama para jurnalis dari dalam dan luar negeri, dapat datang sebelum TIME dibuka, agar dapat meng-ikuti kegiatan-kegiatan tersebut,” kata Gatot Hadi Utomo, Ketua Penyelenggaran dari Provinsi Lampung, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung.

Dengan skenario itu diharapkan para profesional, baik seller maupun buyer dari luar Lampung, dan ditekankannya lagi, ‘para jurnalis’ akan dapat berfokus meli-put jalannya TIME berlangsung jika sebe-lumnya sudah berkesempatan mengun-jungi obyek daya tarik wisata Lampung. Bisnis pariwisata sendiri bagi Provinsi

Lampung tampaknya akan dimotori oleh kemajuan-kemajuan yang sedang men-jalani ‘evolusi’ di pantai Tanjung Setia.

Di kawasan itu membentang pantai barat Sumatra sekitar 40 kilometer pan-jangnya, di mana ombak laut pada banyak spot telah ditemukan oleh para surfers dari berbagai penjuru dunia sebagai alternatif ‘surga’ mereka.

Dari Australia sampai Jepang, dari Eropa sampai Amerika. Masyarakat telah merasakan kedatangan para surfers itu yang menyewa puluhan sepeda motor dan mobil. Setiap hari, beberapa mobil disewa mengangkut rombongan surfers yang check-out dari penginapan menuju bandara untuk kembali pulang ke negeri mereka. Setiap hari pula mobil-mobil dari

Gedung Graha Wangsa, di dalamnya akan memfasilitasi sedikitnya 75 booth untuk kegiatan jual beli produk pariwisata Indonesia pada TIME 2012. Di pekarangan halaman depan, sedikitnya 20 stand dari stakeholders pariwisata akan memamerkan produk-produk berkaitan kegiatan pariwisa-ta dalam ajang Lampung Expo. Masyarakat akan ramai mengunjungi, maka sekaligus menjadi pemandangan selingan pula bagi para profesional pariwisata yang sibuk dua hari di dalam gedung. Gedung ini berlokasi beberapa ratus meter saja jaraknya dari Hotel Novotel ke salah satu arah, dan dari Hotel Sheraton ke arah lainnya. Kebanyakan peserta TIME menginap di kedua hotel tersebut.

Sepeda motor dimodifikasi di kawasan pantai Lampung (kiri), dan mobil yang disewa (kanan).

Page 3: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

3Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Utama

bandara tampak sibuk mengangkut grup surfers yang baru mendarat di bandara, lalu menuju langsung ke Tanjung Setia.

Nah, selain ongkos untuk sewa mobil, ada ‘biaya’ lain bukan berupa uang mereka tanggung tetapi toh mereka nikmati, yaitu perjalanan mobil dari bandara ke Tanjung Setia itu memakan waktu lima sampai enam jam perjalanan. Demikian pula sebaliknya.

Syukurnya, di bandara Raden Inten II, Bandar Lampung, para taksi dan penyewa mobil telah terorganisasi baik. Para pen-datang di bandara tinggal meminta pada konter taksi, dan tarif yang standar mudah dipilih oleh wisatawan.

Di pantai lokasi tempat surfing, di pan-tai, menurut para pengelola penginapan, “Boleh jadi mendekati jumlah 200 sepeda motor setiap hari yang disewa oleh turis, untuk bepergian dari penginapan ke tem-pat mereka memuaskan diri dengan ombak yang ideal bagi olahraga surfing itu.”

Selain taksi resmi di bandara milik koperasi pengelola bandara, masyarakat pemilik mobil di sekitar bandara, dan di kawasan-kawasan tempat surfing, boleh jadi sudah melebihi jumlah 100-an ba-nyaknya yang ketiban rezeki itu.

Satu sepeda motor disewa per hari Rp 50 ribu, dan satu mobil dengan supir termasuk biaya bensin, per hari sewanya antara Rp 400 sampai 500 ribu. Setiap sepeda motor itu dimodifikasi dengan pe-nambahan alat penggantung papan surfing di sisi kiri sepeda motor.

Untuk taksi dari bandara mengantar-kan penumpang ke satu tujuan, dapat di lihat tarif pengantaran one way antara lain seperti ini: ke kawasan pantai Tan-jung Setia—Krui—Biha, pusat penginap-an bagi para surfers, tarifnya Rp 895.000; ke kota Bandar Lampung Rp 100.000; ke Hotel Sahid atau Novotel Rp 115.000; ke Way Kambas, pusat pemeliharaan, pen-didikan dan pelatihan gajah, Rp 350.000; ke pantai Kalianda, kawasan rekreasi laut masyarakat, Rp 270.000.

Mereka Semakin BanyakJumlah kunjungan wisman dan wisnus

cenderung semakin meningkat. Itu dirasa-kan terutama oleh para pelaku bisnis untuk wisata bahari di kawasan pantai Kabupaten Lampung Barat.

Di kota Bandar Lampung sendiri, jum-lah wisman yang datang selama tahun 2011 tercatat 9.043 orang dan wisnus se-banyak 746.487 orang. Catatan itu diambil dari pendataan di hotel-hotel kota terse-but, dirilis oleh Hellina Evirina, Kabid Bina Sarana dan Jasa Usaha Pariwisata, Dispar Kota Bandar Lampung.

Kota Bandar Lampung kini menye-

diakan hotel mulai dari non-bintang, bin-tang 1 sampai bintang 4 seperti Novotel, Sheraton, Marcopolo, kendati di Tanjung Setia dan sekitarnya, semua fasilitas ako-modasi berkelas losmen, namun ya seperti dicatat tadi, para surfers menemukan apa yang mereka dapat nikmati dan hayati. Untuk surfing itu mereka tinggal sedikitya satu minggu, hingga dua minggu.

Memang, tipe penginapan di kawasan pantai melayani para tamu yang menginap dengan tarif bervariasi mulai dari Rp 150 ribu per orang, Rp 250–300 ribu per kamar

untuk satu atau dua orang, dan semua tarif itu full board alias diberikan tiga kali makan sehari. Ada juga yang memasang tarif Rp 250 ribu hanya untuk kamar dan sarapan pagi untuk berdua.

Kentaralah bahwa provinsi Lampung sebagai destinasi wisata pada masa kini, selain perlu ‘mengelola’ pengembangan wisata bahari berbasis surfing tadi, perlu berupaya meningkatkan kualitas produk paket mengunjungi obyek daya tarik wisa-ta lain yang sesungguhnya sudah sempat ‘dikenal dunia’, yaitu kawasan konservasi

Dan Menteri pun Diving

Menparekraf Mari Elka Pangestu mengajak para pejabat, pimpin-an organisasi dan war-

tawan mengunjungi Monumen Nasional. Terjadi usai jumpa pers di Kemenparekraf, 30 Juli 2012. Beberapa hari kemudian kunjungan serupa dilakukan ke Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dan Taman Mini Indo-nesia Indah (TMII).

Mengunjungi tourist spots di Jakarta itu berkaitan dengan pengecekan kesiapan menjelang lebaran. Musim lebaran adalah puncak jumlah kunjungan yang membludak, khususnya dari wisnus.

Namun suasana kunjungan seakan mengisyaratkan perlu diberi perhatian terhadap Monas, TMR, TMII, perlu enthusiasm, energy, untuk meng-angkat dan meluaskan lagi pemasaran destinasi Jakarta dengan Monas sebagai ‘land mark’-nya.

Di Teluk Jailolo, Maluku Utara.

Page 4: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

4 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Pro-aktif dari Danau Toba

Utama

gajah dan binatang lain di Way Kambas dan Way Kanan. Dan, produk intangible seni budaya berikut produk ‘tenun tapis’ yang bersejarah panjang itu.

Pokoknya, industri pariwisata di Lam-pung perlu berakselerasi menciptakan produk paket wisata yang ‘layak jual’. Untuk TIME 2012, menurut Kadis Pari-wisata Gatot Hadi Utomo, “Dua atau tiga operator tur berbasis di Bandar Lampung akan ikut aktif nanti menjual produk. Penga laman TIME tahun lalu di Bandar Lampung telah mendorong mereka untuk maju,” begitu menurut Gatot.

Tahun 2011 yang lalu, menurut Ketua

Panitia TIME 2012, Meity Robot, ajang terse-but dihadiri 77 buyer dari 27 negara dengan lima buyer terbesar dari Belanda, India, USA, Indonesia, Korea, dan Singapura.

Para buyers bertemu dengan 84 seller dari Jakarta, Bali, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Teng-gara Barat.

Para peserta TIME yang pertama kali diadakan di Lampung, tahun lalu itu, melaporkan akumulasi nilai kontrak jual beli produk-produk wisata mencapai seki-tar US$ 15,7 juta. TIME merupakan ajang pasar business to business, dilaksanakan di

Provinsi Lampung dua tahun ini berturut-turut demi mempromosikan Lampung ke pasar internasional. Dengan demikian akan mendorong perbaikan dan pening-katan infra struktur, fasilitas pariwisata, dan obyek wisata, agar menjadi salah satu tujuan wisatawan mancanegara.

“Saya berharap Lampung setelah men jadi tuan rumah TIME untuk kedua kali nya dapat menjadi destinasi wisata mancanegara serta menarik bagi para in-vestor untuk mengembangkan hotel dan produk pariwisata lainnya,” kata Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamen Parekraf). n

Menparekraf Mari Pangestu mene-kankan pentingnya menerapkan Sapta Pesona (aman–tertib–bersih–sejuk–indah–ramah tamah–kenangan) di setiap daya tarik wisata. Agar bisa bersaing dengan negara lain, pengelola TMR dan TMII per-lu meningkatkan manajemen pengelolaan pengunjung, kebersihan, dan daya tarik objek wisatanya.

Kedua tempat itu mestinya mampu me-narik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Selain sebagai daya tarik wisata, baik TMR maupun TMII juga kaya dengan muatan kreatif yang sangat bisa menjadi etalase untuk mengenalkan potensi kreatif Indonesia ke wisman.

Menurut Menteri, TMR bukan hanya menampilkan kekayaan Indonesia, tapi juga bahwa setiap aspek sebuah kebun binatang adalah karya kreatif mulai dari menampilkan cerita, peragaan, penataan,

pertamanan (landscape), dan zoning bina-tang adalah karya desain dan kreatif.

Di TMII wisatawan dapat melihat ke-kayaan ragam seni arsitektur tradisional. Penyampaian cerita, peragaan, penataan, pertamanan (landscape) merupakan cer-minan kemampuan industri kreatif Indo-nesia. Ruang-ruang ekspresi seperti Teater Imax, Panggung Tanah Air, dan panggung-panggung lainnya berpotensi sebagai tem-pat ekspresi yang positif bagi insan kreatif Indonesia,” jelas Mari Pangestu.

Sebelumnya, Menteri telah kunjung kerja ke nun di sudut Kalimantan Timur, ke pulau Derawan dan ke pulau Komodo. Pada Minggu (17/7) di Derawan, Menteri menandatangani prastasti ditetapkannya pulau itu sebagai desa wisata serta pen-andatanganan nota kesepahaman antara Pemkab Berau dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). UGM akan melakukan pen-

dampingan dalam pengelolaan desa wisa-ta tersebut.

Pada obyek daya tarik wisata, Menteri menekankan pihak pengelola harus me-nyediakan informasi tata tertib, informasi keamanan dan keselamatan (lisan dan tu-lisan), asuransi, dan prosedur pelayanan dan lingkup pelayanan yang diberikan antara lain; customer support (pemandu, pendamping, tehnisi, petugas P3K, dan petugas keamanan), waktu permainan, penanganan keluhan, serta penanganan tanggap darurat.

Dirjen Pengembangan Destinasi (DPD) Firmansyah Rahim mendampingi Menteri dalam kunjungan kerja. Menurut Firman-syah, Kemenparekraf sedang menyiapkan Standar Usaha dan Standar Kompetensi yang menjadi dasar operasional usaha pariwisata.

Dalam hal itu termasuk usaha hiburan dan rekreasi yang mencakup aspek pro-duk, pelayanan dan pengelolaan dengan memperhatikan unsur kenyamanan, sani-tasi hygiene, jaminan keamanan, keselamat-an serta keramahan lingkungan. n

1. Menteri (ke-2 kiri) menyelam di laut Taman Nasional Komodo. 2. Menteri di diving spot pulau Derawan.

1

2

Page 5: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

5Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Event

LampungBeberapa Fakta dan Angka

Ketika wisatawan berada di Provinsi Lampung, bisa ber-wisata dengan menyewa mobil Avanza atau Xenia seharga Rp

400 ribu per hari. Harga sewa sudah ter-masuk supir tapi tidak termasuk bensin.

Pusat penginapan surfers di kawasan Tanjung Setia saja dewasa ini sudah hampir berjumlah 20 losmen, keseluruh-an bisa menampung sekitar 400 orang. Kawasan pantai Tanjung Setia dan Krui, merupakan tempat surfing bagi pemula dan ‘kelas’ menengah.

Kawasan pantai lain bernama Way Jambu menyajikan ombak tingginya sampai 5 meter, ini untuk mereka yang sudah profesional. Untuk kesana me-reka harus menye-wa mobil dengan perjalanan satu jam dari Tanjung Setia.

Kelas menengah juga memilih pantai ka-wasan Nambur, Bengkunet, jaraknya se-tengah jam dengan mobil.

Di kawasan pusat penginapan Tanjung Setia itu kini sekitar 20 mobil milik ang-gota masyarakat disewakan dan hampir mendekati 200 sepeda motor juga disewa-kan, menurut pengakuan penduduk, ka-lau menyewa mobil sehari penuh dengan supir dan termasuk bahan bakar, para wisatawan membayar Rp 500 ribu.

Desa Tanjung Setia itu sudah memper-oleh PNPM (Program Nasional Pember-dayaan Masyarakat) di tahun 2011 sebesar Rp 70 juta, dan tahun 2012 ini mendapat-kan PNPM kedua, besarnya Rp 100 juta. “Kami sedang menunggu pencairannya,” ujar Yan Feri, dia adalah Fasilitator Desa (FD) yang mengurus pengelolaan dana itu bersama satu kelompok kerja desa.

Menurut Feri, PNPM tahun pertama 2011 digunakan membangun beberapa fasilitas umum (toilet). Tapi tahun 2012 direncanakan hendak membeli perangkat peralatan untuk ‘event’ semacam tenda-tenda dan kursi meja.

“Selain dipakai sendiri, juga bisa di-sewakan untuk peristiwa-peristiwa tertentu

yang dilaksanakan oleh masyarakat, atau event organizer setempat,” katanya. Maksud-nya, perangkat itu sendiri bisa menghasil-kan untuk biaya pemeliharaan seterusnya.

Koperasi Taksi di bandara dewasa ini memiliki dan mengoperasikan 50 mobil, dan sedikitnya 20 mobil ‘taksi gelap’ yang dikoordinasi dengan baik juga memberi pelayanan yang baik. Di Bandar Lampung pun beroperasi taksi meter, di bandara bia-sanya diberi jatah lima mobil pada setiap kesempatan tunggu giliran atau ‘ngetem’.

Tapi mereka pun mengenakan tarif bo-rongan dengan menentukannya berdasar-kan tujuan perjalanan, bukan mengguna-kan argo meternya.

Nah, para wisman dan para pengelola penginapan, sama menyadari dan ber tanya-

tanya, mengapa tidak ada ‘pengusaha skala lokal’ yang menciptakan dan memproduksi barang suvenir khas yang mencitrakan wisata bahari, wisata surfing, wisata Lam-pung, di kawasan itu? Belum ada yang ter-gerak memproduksi berupa kaus, pegang-an kunci, atau kreasi suvenir lainnya.

Wisman dari Australia, Jepang, Ru-sia, Perancis, Jerman, Portugal, Spanyol, Amerika Serikat, telah datang secara tera-tur sehingga dalam setahun lalu diper-kirakan berkisar 10 ribu orang.

Di kota Bandar Lampung, dewasa ini tercatat sejumlah 20 hotel bintang 1 sam-pai 4 dan non-bintang. Dinas Pariwisata Kota mencatat sejumlah 27 ‘Travel Biro’ yang aktif. Kebanyakan memang berfokus sebagai agen penjual tiket transportasi. n

Pesta Bunga di Kota Bunga

M ichelle Tumorang, 12 tahun, menari balet tak jauh dari menara Eiffel. Bukan di Pa ris, tapi di Tomohon, Sula wesi

Utara. Kota pegunungan ini adalah ta-nah leluhur keluarganya. Datang khusus dari Paris untuk Tomohon Inter national Flower Festival, pebalet cilik keturunan Perancis ini tampil di atas kendaraan berhiaskan replika menara Eiffel: meng-hadirkan Perancis, sekaligus pang-gung berjalan, bagi Michelle dan tujuh kawannya dari Panti asuhan Naza reth, Tomohon. “Kami berlatih selama tiga minggu,” kata Milda Tumohing, 13 ta-hun, salah seorang penari cilik.

Yang satu warga Perancis-Tomohon, yang lain warga panti asuhan lokal Tomohon. Mereka bertemu dan akrab karena Tomohon Internasional Flower Festival yang dimanfaatkan untuk men-dongkrak citra kota mereka. Parade dan Pesta Rakyat Kendaraan berhias dari Amerika, Belanda, Philipina, Korea Utara, turut meramaikan perhelatan ini bersama 36 kendaraan hias lainnya.

Dari segi peserta, ini penurunan dibandingkan penyelenggaraan lalu yang mampu mendatangkan 88 pe-serta. Namun Tomohon bisa berbangga karena kualitas partisipasi masyarakat yang sangat tinggi. Setiap kendaraan

Walikota Tomohon, Gubernur Sulut, Wamen Pertanian, Wamen Parekraf (kiri ke kanan), bersama-sama membunyikan alat musik bambu sebagai pertanda dimulainya rangkaian acara TIFF 2012.

Yan Feri

Page 6: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

6 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Event

hias, adalah hasil swadaya masyarakat. “Dulu ada dukungan dana APBD, ta-

hun ini tak ada, jadi tiap kelompok tani mengusahakan sendiri-sendiri,” ujar Rita Mandagi, salah seorang peserta.

Inilah pesta rakyat. Petani dan ken da-raan hiasnya. Masyarakat tumpah ruah ke jalan. Kota berpenduduk 30 ribu ini, penuh tawa, penuh bunga. Orang saling menya-pa, bergurau dengan me reka yang berpa-rade, berfoto bersama dengan akrab.

“Saya langsung menyukai kota Tomo-hon,” ujar Nick Heltzel, perwakilan peme-rintah Amerika Serikat yang datang ke fes-tival ini. Dia mengaku menyukai tam pilan kendaraan yang mewakili Amerika, yang dibuat oleh dekorator lokal. “Ini sebuah kunjungan balasan, karena Indonesia pun berpartisipasi, dalam festival bunga yang kami selenggarakan,” katanya.

Berbeda dengan festival di AS, per-helatan ini tidak mendatangkan bunga dari daerah lain, apalagi dari negara lain. Semangat utama festival adalah mempo-pulerkan bunga dari Tomohon dan me-makmurkan para petani bunganya.

Pariwisata Bunga“Inilah kebanggaan Tomohon,” ujar

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif, Sapta Nirwandar, sambil meng-acungkan bunga krisan kuning berdia-meter hampir 15 cm, yang baru dipanen dari lahan.

Wamen Pertanian, Rosman Heryawan, yang hadir pada kesempatan itu juga men-jelaskan hasil kerja keras para peneliti. 21 varietas bunga diluncurkan persis sebe-lum parade.

Asry Lantomboba, warga Tomohon, tak ragu mengatakan bahwa menanam bunga merupakan kegemaran orang Tomohon. “Setiap kali pergi ke daerah lain, dan melihat bunga menarik yang belum kami punya, biasanya kami akan coba bawa pulang. Makanya, bermacam-macam tanaman hias ada di Tomohon, di-

kumpulkan dari berbagai tempat.”Hutan di sekitar Tomohon menjadi

cadangan tanaman liar untuk tanaman hias. Sejenis anggrek dari hutan Tomohon pernah menggemparkan karena harganya yang mencapai puluhan juta.

Bahkan Alfred Russel Wallace, sang naturolog yang sempat mengunjungi Tomohon di tahun 1859, menyatakan takjub akan bunga-bunga di halaman pen-duduk kota Tomohon. “Wewangian melati terasa di udara,” katanya.

Kegemaran warga ini bermetamorfosa jadi penghidupan, ketika bunga menjadi komoditi penting di Tomohon. Indah di mata, lumayan secara ekonomi. Seperem-pat hektar lahan petani Robert Mandagi bisa menghasilkan 5.000 kuntum, dengan harga 2.000–2.500 per kuntum, setiap dua bulan.

Bandung mendapat julukan ‘kota kem-bang’, konon, karena para jelita mojang Priangan, Tomohon menjadi kota bunga karena visi masa depan. Bunga adalah ke-banggaan Tomohon, yang sejak tahun 2005 menyatakan diri sebagai ‘kota bunga’.

Festival ini sendiri merupakan rangkai-an acara yang berlangsung dari 7–10 Agus-tus 2012. Kemeriahan festival diperkaya kontes Ratu Bunga 2012, yang peserta-

nya berasal dari kota/kabupaten seluruh Indonesia. Selain itu ada pameran perda-gangan, pariwisata, investasi dan florikul-tura yang menampilkan potensi-potensi khas daerah, pameran daya tarik unggulan daerah dan ada pula Festival Seni Budaya Nusantara.

Promosi Kemeriahan festival ini sayangnya tak

diikuti promosi yang memadai. Di hotel-hotel di Manado, yang berjarak hanya 35 menit dari Tomohon, tak dijumpai poster penyelenggaraan festival.

“Sebenarnya kami senang jika boleh berpartisipasi. Misalnya meletakkan info festival di setiap kamar,” ujar Cross Greenaway, general manajer Novotel Manado.

“Memang, bisnis MICE berkembang di Manado. Namun event yang berbasis leisure masih jarang.” Menurutnya, bebe-rapa tamu yang mengunjungi festival sa-ngat terkesan.

Di sekitar festival juga tak dijumpai informasi pariwisata Tomohon. Maka tak heran bila Wamen Sapta Nirwanda me-nyatakan dengan lugas, ”Even ini perlu promosi yang lebih luas. Kalau perlu di-siarkan langsung di televisi nasional.” n

Sisca Vanesia Iskandar asal Padang, adalah Pemenang Ratu Bunga 2012 pada ajang kontes Ratu Bunga 2012 di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Pemilihan tersebut diikuti sebanyak 25 peserta dari berbagai kota di Indonesia, dan merupakan rangkaian dari acara TIFF 2012 (kiri). Beberapa peserta parade yang tampil (kanan).

Page 7: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

7Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Di Tengah Isyu-isyu GlobalKita dan Dunia

Indonesia tampil mengikuti pertemuan ketujuh APEC Tourism Ministerial Meeting (TMM) yang dilaksanakan pada 23–24 Juli 2012 di Khabarovsk,

Rusia. Pertemuan ini membahas tema Tourism Facilitation for a Robust Economy of the Asia-Pacific, untuk memperkuat pe-mahaman para pemangku kepentingan mengenai keuntungan ekonomi kegiatan fasilitasi dan pengamanan arus wisatawan lintas batas.

Wisatawan membuka jalur langsung dan tidak langsung pada sumber pertum-buhan ekonomi melalui perdagangan dan investasi lintas batas, dan rantai dukungan dalam pelayanan dan perkerjaan terkait.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar me-wakili Menparekraf Mari Elka Pangestu. Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan dari negara-negara anggota, Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, RRC, Hong Kong, China, Jepang, Korea, Malay-sia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, China Taipe, Thailand, AS, dan Vietnam. Alexander Radkov, Kepala Badan Federal Bidang Pariwisata, Departe-men Kebudayaan Federasi Rusia, memimpin sidang.

Negara-negara anggota mengusulkan kepada para pimpinan untuk memasuk-kan pernyataan ke dalam Deklarasi Vladi-vostok tentang pentingnya wisata dan wisatawan, sebagai sarana untuk men-ciptakan lapangan kerja, pertumbuhan dan perkem-bangan ekonomi, dan untuk memfasilitasi kegiatan wisata untuk men-ingkatkan arus wisatawan.

Langkah Indonesia Kita tiada henti ikut aktif dalam forum-

forum dunia tentang pariwisata. Malahan dalam be-berapa konteks, Indonesia sudah melangkah lebih maju dan luas. Antara lain aspek-aspek pariwisata global telah dicakup dalam UU No. 10 tentang Kepari-wisataan Indonesia.

Di Jakarta, Sekjen Kemenparekraf Wardiyatmo menguraikan posisi Indo-nesia yang selalu aktif di tengah isu-isu pariwisata dunia. Indonesia ikut pada pertemuan G20 Leaders Meeting di Los Cabos Meksiko pada 18–19 Juni 2012. Itu menghasilkan Leaders Declaration yang secara eksplisit memasukkan pariwisata sebagai salah satu sektor yang memiliki kontribusi pen ting terhadap penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan penghidupan yang layak.

“Selain pertemuan G20, digelar pula

T20 Tourism Minister’s Meeting yang meru-pakan forum Menteri-Menteri Pariwisata negara anggota G20 yang bertujuan se-bagai forum diskusi tentang pertumbuhan dan perkembangan pariwisata berkelan-jut an,” Wardiyatmo menerangkan.

Dalam pertemuan G20 dibahas kon-tribusi pariwisata dalam pembangun-an berkelanjutan melalui dialog, tukar pengetahuan, dan best practices dalam upaya menanggulangi krisis global dan perubahan iklim di antara negara-negara anggota G20 yang didukung oleh Badan Pariwisata Dunia (UNWTO).

Sementara pertemuan T20 yang ke em-pat digelar di Merida Meksiko pada 16 Mei 2012 menghasilkan Merida Declaration.

Deklarasi ini merupakan komitmen bagi setiap negara anggota untuk mempro-mosikan peningkatan jumlah kunjungan wisata melalui penyederhanaan rezim visa dan fasilitasi perjalanan bagi wisatawan.

UNWTO menyebutkan sektor pari-

wisata menyumbangkan 9% PDB dunia serta menyerap 8,7% tenaga kerja dunia. Tahun 2011, pertumbuhan pariwisata du nia sebesar 4,6% dengan menciptakan lapang-an kerja sebanyak 244 juta pekerjaan.

Kode Etik DuniaKemajuan Indonesia dalam penerapan

kode etik pariwisata dunia, digambarkan oleh Wardiyatmo dengan kenyataan telah menjadikannya sebagai salah satu prin-sip pembangunan kepariwisataan Indo-nesia dalam UU No. 10 tahun 2009. Hak dan kewajiban masyarakat, peme rintah, wisatawan, pengusaha pariwisata, telah di-cantumkan dalam pasal 19 sampai dengan 26 UU tersebut. GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) berdasarkan UU itu harus me-nyusun Kode Etik Profesi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan UNWTO, telah menyatakan harapan untuk dunia mengimplementasikan Kode Etik Pariwisata Dunia (GCET, Global Codes of Ethics for Tourism) untuk meningkatkan kualitas pariwisata dan daya saing; Indo-nesia ingin bersungguh-sungguh mene-rap kan GCET dan mengharapkan ASEAN bisa menjadi contoh.

Deklarasi berjudul Bali Spirit dari fo-rum di Bali pun berbunyi: urgen diimple-mentasikannya GCET oleh pemerintah, usaha pariwisata, pendidikan pariwisata dan masyarakat.

Berkaitan itu, menurut Sekjen Kemen-parekraf, penandatanganan ‘commitment’ oleh setiap stakeholder pariwisata di Indo-nesia akan dilaksanakan pada 27 Septem-ber 2012 bertepatan dengan perayaan Hari Pariwisata Dunia.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar mewakili Menparekraf Mari Elka Pangestu pada pertemuan ke-7 APEC Tourism Ministerial Meeting (TMM) di Khabarovsk, Rusia.

Sekjen Kemenparekraf Wardiyatmo (kiri) dan Kepala Puskompublik Ngurah Putera (kanan) memberi penjelasan pada pers Indonesia.

Page 8: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

8 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Kita dan Dunia

Forum demi ForumSekjen memperlihatkan perkembangan forum dan isu-isu pariwisata global :

G20 LEADERS MEETING Los Cabos, Meksiko

18–19 Juni 2012l Pertemuan dilakukan untuk mencari penyelesaian

terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja.

l Pertemuan menghasilkan Leaders Declaration yang secara eksplisit memasukkan sektor pari-wisata sebagai salah satu sektor yang memiliki kontribusi penting terhadap penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan penghidupan yang layak (pasal 25).

T20: Tourism Ministers’ Meetingl T20 adalah forum di antara Menteri-menteri Pari-

wisata negara anggota G20 yang bertujuan seba-gai forum diskusi mengenai pertumbuhan dan perkembangan pariwisata berkelanjutan serta kontribusi pariwisata dalam pembangungan berkelanjutan melalui dialog, bertukar pengeta-huan dan best practices, dalam upaya menanggu-langi krisis global dan perubahan iklim di antara negara-negara anggota G.20. Forum ini didukung penuh oleh UNWTO.

l Walaupun secara struktur kelembagaan, T.20 tidak secara resmi terkait dengan G.20 namun T.20 bersinergi kuat dengan agenda G.20 khusus-nya pada pemulihan ekonomi, ketenagakerjaan, perekonomian hijau, perdagangan, dan investasi dan pembangunan.

T20: Tourism Ministers’ MeetingTHE 4th T.20 TOURISM MINISTERS MEETING.Merida, Meksiko, 16 Mei 2012l Pertemu an membahas tentang pentingnya sek-

tor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

l Pertemuan menghasilkan Merida Declaration yang me rupakan komitmen tiap negara anggota untuk mempromosikan peningkatan jumlah kun-jungan wisata melalui penyederhanaan rezim visa dan fasilitasi perjalanan lainnya.

l Selanjutnya deklarasi mengamanatkan agar kontribusi pariwisata yang cukup signifikan ter-hadap penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan penghi dupan yang layak tersebut dapat kemudian disuarakan di dalam forum G20.

PERTEMUAN RIO+20Rio de Janeiro, Brazil, 20–22 Juni 2012l RIO+20 diselenggarakan untuk memperkuat

kembali komitmen politik negara terhadap implementasi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) setelah keberhasilan KTT Earth Summit di tempat yang sama pada ta-hun 1992 atau 20 tahun silam.

l Partisipasi aktif Indonesia (bersama negara-negara anggota UNWTO lainnya) dalam pemba-hasan Outcome Document berbuah sukses dengan dimasukkannya prinsip pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism develop-ment) ke dalam dua pasal yaitu pasal 130 dan pasal 131.

Global Code of Ethics for Tourisml GCET: bertujuan untuk membantu memaksimal-

kan manfaat yang dihasilkan oleh sektor pari-wisata serta meminimalkan dampak yang ber-potensi negatif bagi lingkungan, warisan budaya dan masyarakat di seluruh dunia.

l GCET: Diadopsi oleh United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun 1999 & diakui oleh PBB 2 tahun kemudian (2001).

“UNWTO is guided by the belief that tourism can make a meaningful contribution to people’s lives and our planet. This conviction is at the very heart of the Global Code of Ethics for Tourism, a roadmap for tour-ism development. I call on all to read, circulate and adopt the Code for the benefit of tourists, tour opera-tors, host communities and their environments world-wide.” –Taleb Rifai, UNWTO Secretary-General

Global Code of Ethics for Tourism (GCET)

l Kode Etik Pariwisata (GCET) adalah seperangkat prinsip yang disusun untuk membimbing para stakeholder kunci dalam mengembangkan pari-wisata, antara lain pemerintah, industri perjalan-an, masyarakat dan wisatawan itu sendiri.

The Code’s 10 principles :Article 1 : Tourism’s contribution to mutual understanding and respect between peoples and societiesArticle 2 : Tourism as a vehicle for individual and collective fulfilmentArticle 3 : Tourism, a factor of sustainable developmentArticle 4 : Tourism, a user of the cultural heritage of mankind and contributor to its enhancementArticle 5 : Tourism, a beneficial activity for host countries and communitiesArticle 6 : Obligations of stakeholders in tourism developmentArticle 7 : Right to tourismArticle 8 : Liberty of tourist movementsArticle 9 : Rights of the workers and entrepreneurs in the tourism industryArticle 10 : Implementation of the principles of the Global Code of Ethics for Tourism.

Global Code of Ethics for TourismPARTISIPASI INDONESIA DALAM IMPLEMENTASI GCET :Menyelenggarakan : The 10th WORLD COMMITTEE ON TOURISM ETHICS MEETING & The 1st SEMINAR ON TOURISM ETHICS FOR ASIA AND PACIFIC, BALI, 11 – 12 JUNI 2011.

Output: The Bali Spirit Declaration

“Mengingat pertumbuhan yang sangat baik dalam pengembangan pariwisata, kita harus lebih memberi-kan perhatian pada penerapan prinsip-prinsip kode etik pariwisata dunia–global code of ethics for tourism. Kode etik yang mengamanatkan pembangunan pari-wisata, yang berbasis pada keseimbangan antara per-olehan keuntungan ekonomi dengan dampak sosial dan budaya, serta perlindungan lingkungan hidup. Sebagai Ketua ASEAN, Indonesia berkeinginan agar kawasan Asia Tenggara dapat menjadi contoh bagi penerap an global code of ethics for tourism.”

Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI dalam pidato pembukaan The 10th WCTE Meeting & The 1st Seminar on Tourism Ethics for Asia & Pacific.

Global Code of Ethics for TourismPARTISIPASI INDONESIA DALAM IMPLEMENTASI GCET :Menyelenggarakan : 1. WORKSHOP AKTUALISASI KODE ETIK KEPARIWISA-

TAAN DUNIA DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING PARIWISATA INDONESIA

BANDUNG, 2 – 3 April 2012 Output:

a. Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) berkomitmen akan menyelesaikan penyusunan Kode Etik GIPI pada tahun 2012,

b. Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) akan segera menyusun Kode Etik Asosiasi;

2. WORKSHOP ON ASEAN CONNECTIVITY AND TOURISM ETHICS: TO ENHANCE ASEAN TOURISM COMPETITIVE-NESS

SOLO, 16 – 18 September 2012Target output: Komitmen industri pariwisata ASEAN dalam implementasi Kode Etik Pariwisata

8 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Page 9: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

9Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Event

TIME di Lampung:Siapa Pembeli dan Penjual?Ajang semacam TIME jelas me rupakan peluang emas

amat berharga bagi pengembangan pemasaran pariwisata. Di situ bertemu penjual dan pembeli

produk atau paket-paket wisata Indonesia. Terlalu sayang jika luput dari kehadiran pelaku bisnis di destinasi- destinasi wisata Indonesia.

Untuk TIME 2012 di Lampung, sampai awal Agustus 2012, telah tercatat sebagai mana diumumkan di web-site-nya, para peserta sebagai berikut :

Buyers, berdasarkan negara: Poland 6; India 6; Belanda 3; Argentina 1; Italia 2; Filipina 1; Afrika Selatan 1; Inggris 2; Latvia 1; Korea Selatan 1; Jerman 4; Hongria 3; Kanada 1; Slovenia 1; Spanyol 1; Brazilia 1; Usa 2; Autralia 2; China 12; Israel 1; Malaysia 1; Meksiko 1 .

Sellers, berdasarkan daerah: Bali 5; DKI 9; Lampung 2; Banten 2; Jateng 1; Yogya 1; Sumut 1; Borneo/Sumatra 1; Sumbar 5.

Jumlah peserta tersebut tentu akan bertambah hing-ga pendaftaran sampai bulan September 2012.

Ketua Panitia TIME 2012 Meity Robot menyatakan, penyelenggaraan TIME 2011 lalu dihadiri 77 buyer dari 27 negara dengan lima buyer terbesar dari Belanda, India, USA, Indonesia, Korea, dan Singapore.

Para buyers bertemu dengan 84 seller dari Jakarta, Bali, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Utara. Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

“Kita harapkan pelaku bisnis pariwisata dari kawasan tengah dan timur Indonesia akan lebih banyak datang ikut serta. Setidaknya perusahaan yang menjual produk destinasi-destinasi tersebut, sekalipun domisili usaha-nya di Indonesia barat,” kata Faried Moertolo, Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemenparekraf.

“Berdasarkan pengalaman tahun lalu, dari sudut Panitia Lokal, kami akan membuat tahun ini lebih ber-hasil,” janji Kadis Pariwisata Provinsi Lampung, Gatot Hadi Utomo. n

Meity Robot, Faried Moertolo, Gatot Hadi Utomo (kedua, ketiga dan keempat dari kanan), bersama para pelaksana event TIME 2012 dan I Ketut, pemimpin Pacto Convexindo, OC TIME.

Sungguh, Negeri Festival Sepanjang Tahun

Festival Kopi Indonesia pun kini memperkaya even, lebih khas lagi, memperkaya festival di negeri katulistiwa Indonesia ini. Itu akan diselenggara-

kan pada 15–16 September 2012 di Ubud, Bali. Seperti dikatakan Wamenparekraf Sapta Nirwandar, pada semester kedua 2012 ini, beruntun festival, ajang dan perhelatan yang diselenggarakan di dalam negeri, dan itu dikaitkan dengan pemasaran pariwisata. Malahan pada festival atau produk tertentu, Wamen Parekraf mulai menyemangati agar masing-masing meng-upayakan ‘branding’ untuk maju ke pasar dunia.

Menurut Wamen, kopi berbagai daerah Indonesia dari Aceh sampai Wamena akan ditampilkan. Kopi Wamena termasuk terbaik di dunia. Dia menganjurkan produk kopi menciptakan dan membangun branding. “Kita belum branding ‘kopi tubruk’ seperti halnya branding cappucinno,’’ kata Sapta Nirwandar.

Indonesia telah memiliki branding Kopi Luwak. Di Busan Indonesia Center di Korea Selatan telah di-operasikan kafe kopi luwak. “Awalnya kita ragu, karena orang Korea gemarnya minum teh. Ternyata teh bisa dikalahkan juga oleh kopi luwak. Sekitar 300 cangkir kopi luwak yang terjual tiap hari di sana,” jelas Sapta. Penjelasan ini disambut tepuk tangan oleh para wartawan.

Menurut Sapta, selain bisa mencicipi beragam kopi dari berbagai daerah di Indonesia, pengunjung festival juga bisa melakukan tur ke kebun kopi yang berada di kawasan Gianyar, Bali. Indonesia sendiri kini berada di peringkat ketiga sebagai negara pengekspor kopi terbanyak di dunia.

Ya, demikianlah, festival demi festival akan se-cara langsung bisa mengundang wisatawan berkun-jung. Industri berpeluang untuk menarik, ya wisnus,

ya wisman. Secara tidak langsung pun festival akan mendatangkan wisman yaitu ketika festival-festival akhirnya secara kumulatif berhasil membangun citra dan ‘branding pariwisata Indonesia’.

Di Papua telah bergulir bergantian dari Festival Bu-daya Danau Sentani, ke Festival Budaya di Fakfak, lalu di Lembah Baliem, setelah sebelumnya di kabupaten Alor, NTT. Itu baru sebagian saja, dari seluruh even sepanjang tahun, di seluruh Indonesia, bukan?

Di Jakarta, Wamenparekraf Sapta Nirwandar bersama Bupati Bireuen Ruslan Daud me-launching Festival Tari Seudati Aceh 2012 pada Sabtu (11/8). Peluncuran ditandai dengan penabuhan rebana, dan suasana yang bersemangat.

Festival Tari Seudati Aceh 2012 ini diprakarsasi oleh Kementerian Parekraf, akan berlangsung di Kota Bireuen bulan Oktober 2012. Selain dalam rangka peringatan hari jadi Kabupapten Bireuen sekaligus menyongsong ‘Visit Aceh 2013’. Sebanyak 18 kabupa-ten se-Provinsi Daerah Istimewa Aceh akan berlomba dalam festival tari tersebut.

“Kita harapkan seni tari Seudati yang menjadi aset budaya nasional khususnya masyarakat Aceh semakin berkembang. Tari Seudati kita harapkan diakui sebagai world intangible haritage oleh UNESCO menyusul tari Saman yang lebih dulu mendapat pengakuan sebagai warisan dunia,” ujar Sapta Nirwandar.

Kata Bupati Ruslan, Tari Seudati merupakan kebanggaan dan menjadi ikon Aceh. Tarian yang di-mainkan oleh 8 orang pria ini berkembang di Aceh Timur dan Bireuen kemudian menjadi tarian khas Aceh. n

Page 10: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

10 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Promosi Luar Negeri

Peluncuran Penerbitan di ArabianTravel Market

Arabian Travel Market merupakan kegiatan promosi pariwisata inter-nasional terbesar di Timur Tengah,

serta salah satu yang terbesar di dunia. Kegiatan bersifat trade show ini diseleng-garakan tanggal 30 April hingga 3 Mei 2012 di Dubai International Exhibition and Convention Center, Dubai, Persatuan Emirat Arab.

Pada kegiatan table top yang digelar tanggal 30 April – 1 Mei 2012, tercatat 26 industri berhasil melakukan pertemuan dengan potensial buyer baik yang dilaku-kan melalui PSA (pre Scheduled Arrange-ment) maupun pengaturan on the spot.

Pada pameran kali ini, Kemenparekraf RI bekerjasama dengan Unique Choice, sebuah tour operator di Riyadh, Arab Saudi, meluncurkan majalah tahunan berupa

Pertama di WTF, Shanghai, China

Ke Kuwait

World Travel Fair 2012 adalah even tahunan yang diada-kan untuk ke-8 kalinya tahun 2012 ini. Sebanyak 350 exhibitor dari 30 negara ikut serta termasuk dari per-

wakilan daerah setempat, juga dikunjungi oleh sekitar 1.000 pengunjung profesional dan 20.000 publik. Temanya, China Happy & Healthy Tour.

Kegiatan B2B ini berlangsung sukses pada tanggal 10–13 Mei 2012 di Shanghai Exhibition Center. Trade visitor yang datang ke Pavilion Indonesia mencapai 250 pengunjung. Hal ini menjadi indikasi keberhasilan atas partisipasi Indonesia meski baru per-tama kali menjadi peserta.

Indonesia berpartisipasi di Kuwait World Travel Expo 2012, pada 14–16 Mei

2012 bertempat di Kuwait International Fair. Paviliun Indonesia dikunjungi kurang lebih 500 orang baik dari masyarakat umum maupun travel agent. Pada umum-nya mereka sangat tertarik dengan informasi mengenai keanekaragaman destinasi wisata di Indonesia.

Untuk mengoptimalkan upaya promosi pariwisata Indonesia di Kuwait, Kedutaan Besar Republik Indonesia Kuwait bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga Garuda Indonesia menye-lenggarakan kegiatan Malam Promosi Pariwisata Indonesia di Hotel Mariott Kuwait, mengundang travel trade people dan para

panduan direktori beragam hotel dan akomodasi utama di berbagai daerah di Indonesia dengan judul Indonesia: Discover the Wonder.

Peluncuran majalah dwibahasa Inggris dan Arab setebal 46 halaman ini dilaku-kan langsung oleh Wamenparekraf Sapta Nirwandar dan Direktur Regional Unique

Choice Mohammed Nazeer, didampingi Konjen Mansyur Pangeran dan Direk-tur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Sadar Pakarti Budi (foto ke-5 dari kiri).

Hasilnya? Estimasi pendapatan sekitar Rp 307,7 miliar atau 1.610 pax calon wisman. n

Tanggapan mereka, sebagian tertarik pada bentuk promosi pariwisata Indonesia dan sebagian lagi mencari informasi pe-luang bisnis pariwisata di Indonesia. Komitmen penjualan yang dihasilkan dari partisipasi ini sebesar 1.785 pax atau senilai sekitar Rp 1,2 miliar. n

Wamen Sapta Nirwandar (ke-3 dari kanan) meresmikan peluncuran majalah.

Malam Promosi Pariwisata.

Page 11: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

11Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Promosi Luar Negeri

Tong Tong Fair

Tong Tong Fair (TTF) telah dilaksanakan rutin sejak ta-hun 1959. Tujuan penyelenggaraannya adalah untuk memperkenalkan potensi wisata, seni dan budaya

alam Indonesia, kuliner serta promosi paket wisata. Disi-ni berkumpul masyarakat Indonesia asli dan keturunan dan masyarakat Belanda untuk meningkatkan keakraban hubungan sejarah sambil bernostalgia.

Tahun ini penyelenggaraannya di Malieveld, Den Haag, Belanda tanggal 17–28 Mei 2012, melibatkan peran perwakilan promosi pariwisata Indonesia, VITO Belanda, Susan Van Egmond dan Mark Denslagen.

Selama Tong Tong Fair berlangsung, stan Kemenparekraf memberikan pelayanan informasi dan pendistribusian bahan promosi serta cenderamata disamping melakukan pemutaran film pariwisata mengenai berbagai destinasi Indonesia.

Kemenparekraf juga mengikutsertakan industri pari-wisata Belanda yang menjual Indonesia dan Garuda Orient Holidays Eropa yang menawarkan paket-paket wisata ke Indonesia de ngan harga yang menarik.

Ketertarikan pengunjung tertuju pada paket dari Raja Ampat, Papua, NTT, Lombok, NTB, Bali, Jakarta dan Yogya karta. De ngan adanya penerbangan langsung Garuda

Indonesia rute Amsterdam–Jakarta Amster-dam dan KLM rute Amsterdam–Denpasar–Amsterdam minat masyarakat Belanda melakukan perjalanan wisata (outbound) ke Indonesia menjadi lebih tinggi. n

Sales Mission ke Eropa Tengah

Sales Mission ke Eropa Tengah dilaksanakan di Beograd (21 Mei 2012), Budapest (23 Mei 2012) dan Praha (25 Mei 2012). Peserta (seller) dari Indonesia yang berpartisipasi

sebanyak 5 (lima) perusahaan, yaitu: Panorama Destination, Bali Partners (Jakarta, Bali) spesialis Business and Incentive tours, Adventure Indonesia (Jakarta, Bali) spesialis pada wisata kinat khusus (off the beaten trek, diving). Bidy Tour (Lombok) spesialis pada minat khusus, sightseeing, Marintur (Bali, Jakarta) juga spesialis wisata minat khusus dan sightseeings.

Pelaksanaan Sales Mission ini merupakan yang pertama kali di wilayah Eropa Tengah. Untuk mengoptimalkan hasil-nya, tidak hanya Table Top, namun dilaksanakan pula pro-gram lain seperti Demo Batik, Fashion Show dan pertunjukan kesenian.

Inilah hasilnya: Panorama Destination mendapat transaksi sejumlah 500 pax atau senilai USD 500.000. Adventure Indonesia mendapatkan 5 grup yang akan datang ke Indonesia dengan jumlah masing- masing grup 25–30 orang. Bali Partner mendapatkan permin taan harga dari operator tur di Bu-dapest yang saat ini masih ditindaklanjuti untuk 1 grup berjumlah10 pax. n

duta besar negara sahabat.Kegiatan malam itu terdiri dari pemutaran film pariwisata

Wonderful Indonesia, presentasi potensi destinasi pariwisata Indonesia, pertunjukan kesenian oleh Didi Ninik Thowok, dan door prize.

Pada kesempatan presentasi, Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri mengungkapkan harapannya mencapai target 160.000 kunjungan wisman asal Timur Tengah di tahun 2012, dan menarik lebih banyak wisman Kuwait melalui upaya- upaya lanjutan yang optimal. n

Untuk mencapai target 2012.

Pertama di Eropa Tengah.

Page 12: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

12 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Wisata Susur Sungai

Pemasaran Destinasi

“Sungai di Indonesia layak dijadikan sebagai salah satu daya tarik kegiatan wisata. Banyak negara yang sukses mempromosi kan wisata sungai, misalnya, Belanda, Italia, Thailand, dan China,” kata Wamenparekraf Sapta Nirwandar.

Pengembangan wisata sungai ini nan ti nya dapat menjadi stimulan untuk men dorong peningkatan kualitas mana jemen sungai. Sungai-sungai di Sumatera, Kalimantan, dan Papua menyimpan potensi istimewa. Sekali produk ‘wisata susur sungai’ atau river cruise disiapkan dan dikampanyekan, peminat nya niscaya akan datang tiada putus sepan jang tahun. Sejatinya, juga wisata danau. Dan akan selaras membangun tengah dan timur Indonesia. Kali ini kita telusuri perkembangan bisnis wisata sungai.

Sungai-sungai yang telah dijadikan tempat wisata susur sungai di sekitar Palangkaraya, Kalimantan Tengah, adalah Sungai Kahayan

dan Sungai Rungan. Sungai Kahayan mela-lui kota Palangkaraya, Sungai Rungan berada di kawasan bernama Tangkiling. Di luar itu wisata susur sungai di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat (Kobar) dengan memanfaatkan Sungai Kumai dan Sungai Sekonyer. Dengan kondisi alam yang berbeda Kalteng berusaha menjual ekowisata.

Di Tanjung Puting wisata sungai ini masih mengguna-kan perahu ‘kelotok’ milik masyarakat dan sudah men-jadi ‘kelotok pariwisata’. Menyusuri Sungai Sekonyer menuju pantai Sekonyer de-ngan tujuan melihat orang-utan selain bisa menikmati pohon mangrove, melihat be-kantan dan sebagainya.

Sekarang Kabupaten Kuala Kapuas juga sedang membangun sebuah kapal susur sungai. Jaraknya dari Palang karaya sekitar

dua jam. Wisata susur su ngai di Kapuas akan launching tahun 2013. Khusus di Ko-bar, sungainya meng arah ke Tanjung Put-ting, jadi memang harus menggunakan kapal kecil atau kelotok tadi. Tapi wisata susur sungai dengan kapal relatif lebih besar baru beroperasi di Sungai Kahayan dan Sungai Rungan. Sedangkan di Sungai Barito dan Sungai Lamandau wisata susur

sungai belum ber operasi.

Tahap Memulai Gamaliel Tumon, Direk-

tur Pengelola Wisata Susur Sungai salah satu Wisata Su-sur Sungai di Palang karaya mengaku kapal susur sungai yang dikelolanya merupakan ide gubernur Kalteng. Saat gubernur melihat kapal buat-an Gamal, untuk Kalimantan Tour Destination (KTD) yang dikelola oleh Lorna D Collins dan Gaye Thavisin, lalu

ber ini siatif membuat sebuah kapal lagi mengikuti model KTD. Itu dibiayai oleh Pemprov Kalteng. Kemudian kapal dise-rahkan kepada Gamal untuk mengelola.

Meskipun awalnya tidak menyangka, baginya yang mempunyai impian, de-ngan adanya kapal ini akan memberikan dampak yang luas kepada orang lain. Se-dangkan Gaye Thavisin mengatakan bah-wa pada awalnya gubernur sempat me-nyangsikan ide mereka untuk membuka usaha wisata susur sungai tersebut.

Baik Gaye Thavisin maupun Gamaliel Tumon melihat sungai-sungai di Kalteng luar biasa. Sungai, urat nadi yang men-ciptakan kehidupan sungai yang luar biasa pula. Tapi pembangunan infrastruk-tur seolah melupakan fungsi dan identitas su ngai sehingga pembangunannya ter-tinggal, malah membuat orang tidak lagi mempergunakannya.

Untuk menjawab kebingungan apa yang mau ditawarkan oleh Kalteng, karena sumber daya alam berupa barang tambang dan kayu bisa habis, salah satunya adalah dengan menjual pariwisata sungai.

KTD mengoperasikan kapalnya sejak tahun 2008. Ini agaknya merupakan awal dari pelayaran sungai. Tentu saja selama tahun-tahun awal mereka merasa sulit. Tidak ada tamu datang untuk tujuan pari-wisata. Pariwisata malahan belum aktif

Gamaliel TumonDirektur PengelolaWisata Susur Sungai

Page 13: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

13Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Pemasaran Destinasi

saat itu, sampai KTD membangun kapal pesiar dan datang ke sini dengan ide pe-siar menyusuri sungai.

Wisata Susur Sungai yang dikelola oleh Gamaliel Tumon berdiri dan beroperasi sejak Februari 2009. Kapal pertamanya bernama KM Lasang Teras Garu. Kemudian dia membuat sebuah kapal lagi dengan ukuran lebih kecil tahun 2010. Alasannya, “Saya buat yang lebih kecil karena ada pe-riode air sungai surut sehingga kapal yang besar susah berlayar. Kalau sedang surut ya kita gunakan kapal yang kecil. Itu juga dibuat untuk menyiasati biaya. Kalau ka-palnya besar biaya operasinya juga besar. Untuk kapal yang besar, diperlukan pen-umpang 25 orang baru ‘layak’ jalan. Kalau yang kecil, dengan 10 orang pun sudah layak dioperasikan.”

Kapalnya yang besar KM Lasang Teras Garu itu milik provinsi. Sedangkan kapal kecil miliknya sendiri diberi nama MG Tahasak Danum, artinya air yang tidak per-nah surut. Maksudnya meskipun air su-ngai sedang surut dia tetap bisa berlayar.

MG Tahasak Danum memang kapal yang berbeda jenis dengan KM Lasang Teras Garu. Yang satu adalah jenis kapal motor getek, ka rena itu disebut MG (Motor Getek), dan yang lain tergolong jenis kapal kapal motor biasa dikenal dengan sebutan KM (Kapal Motor).

Lasang Teras Garu bisa membawa sampai dengan 60 penumpang. Sedangkan MG Tahasak Danum bisa memba-wa 25 pe numpang. Bisa dika-takan Kalteng adalah pionir kapal wisata susur sungai di Indonesia.

Selain menyediakan kapal, dia juga te-lah menyiapkan speed boat. Ini bisa dipakai sampai ke bagian hulu karena semakin ke hulu, su ngai itu semakin menyempit. Speed boat ini berfungsi untuk menempuh tempat- tempat yang jauh dan lebih cepat. Memang harganya lebih mahal.

Di tahun pertama operasional Wisata Susur Sungai tamunya sedikit sekali. Di tahun kedua mulai kedatangan 20–30-an orang tamu per bulan. Di tahun ketiga ini

rata-rata sudah lebih dari 30-an orang, ke-banyakan wisnus. Sedangkan KTD lebih fokus kepada wisman. Tamunya juga dikatakan ‘banyak’.

KTD sebenarnya memiliki dua kapal. Tapi saat ini hanya mengoperasikan sebuah saja karena yang satunya sedang direnovasi. Rencananya usai renovasi akan dijadikan kapal mewah. Selain itu dipesan-nya sebuah kapal baru lagi, tahun depan mereka akan memiliki tiga kapal dan se-muanya sekaligus beroperasi tahun 2013.

River Cruise Sungguhan Sebutlah dengan menggunakan kata

real river cruise. Rahai’i Pangun, kapal besar milik KTD berkapasitas 11 tempat tidur dalam 5 kabin penumpang. Tiga kabin di antaranya berukuran besar yakni satu

kabin superior dan dua kabin double bed. Sisanya dua kabin twin bed. Yang sedang direno-vasi, dinamai The Spirit of Bor-neo, akan memiliki dua kabin dengan pen dingin udara yang dilengkapi ruang tamu dan kamar mandi di bagian bawah, dan di atasnya akan sama seperti Rahai’i Pangun, tersedia dek pribadi. Inilah yang diproyeksikan menjadi sebuah perahu mewah.

Kapal baru yang sedang dipesan, dibangun oleh pen-

grajin lokal di Tumbang Pasan. KTD me-nyebut kapal-kapalnya ‘datang untuk bersantai’ maka konsep kapal harus mem-berikan pengalaman yang nyaman kepada para tamu. Itu terpenuhi dalam tiga kabin standar gaya barat, dan di atasnya dek untuk melihat pemandang an yang sangat luas.

Rahai’i Pangun bisa mengakomodasi sampai dengan 11 penumpang. The Spirit of Borneo bisa mangakomodasi 4 penum-pang sebagai perahu charter pribadi yang

mewah. Kapal baru dibangun dengan konsep baru, yakni kapalakan dapat ber-layar di perairan dangkal mengingat pada musim kemarau, air sungai menyusut.

Sebenarnya kapal itu tadinya kapal kargo, pengangkut bahan bakar di Palang-karaya. Ukurannya panjang 16 m dan lebar 4 m. Tidak akan memiliki kabin, hanya dek untuk tempat berdiri melihat pemandangan di sekitar. Dia akan dapat menampung 30 penumpang di dek. Di situ ditempatkan sofa-sofa dan kursi-kursi yang nyaman, meubel yang mudah di-bongkar-pasang agar dapat mengakomo-dasi dua atau tiga kelompok yang terdiri dari empat orang. Dilindungi atap tapi di semua sisinya akan benar- benar terbuka.

Sehingga penum pang dapat melihat sisi sungai yang indah, serta aktifitas kehidup-an orang-orang di tepi sungai.

Selain itu, KTD juga menyiapkan pe-rahu tradisional, perahu kecil yang dapat disewa. Jadi tersedia empat kapal untuk menyusuri sungai-sungai di Palangkaraya dan sekitarnya. Tiga di antaranya sudah efektif beroperasi saat ini.

Paket WisatanyaGamal membuat paket-paket wisata

ber dasarkan latar belakangnya sebagai orang Dayak. Paketnya mulai dari wisata sehari dari durasi 3 jam sampai 10 jam, dan beberapa paket yang memungkin-kan wisatawan bermalam di atas kapal di sungai mulai dari durasi 3 hari 2 malam hingga satu minggu.

Untuk paket menginap, wisatawan akan diajak menyusuri sampai ke hulu sungai termasuk mengalami kehidupan perkampungan orang Dayak di pedalam-an. Yang dia tangkap, wisatawan manca-negara yang pernah tur bersama Wisata Susur Sungai merasa sangat tertarik dan puas karena mereka diajak melakukan kegiatan sehari-hari warga seperti menya-dap karet dan menangkap ikan bersama

Gaye Thavisin, Partner-Director Kalimantan Tour Destinations

Ruang kemudi MG Tahasak Danum

Rahai’i pangun superior cabin

KM Lasang Teras Garu

Page 14: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

14 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Kapal Rahai’i Pangun di Palangkaya.

warga di perkampungan. Oo, bagi mereka itu merupakan penga laman luar biasa.

Adapun wisnus, terutama me minati paket wisata sunrise dan sunset. Untuk sunrise akan berangkat pukul empat subuh untuk menyaksikan matahari terbit di horison sungai. Bia sanya tamu-tamu dari hotel. Harga paketnya ada yang su-dah termasuk sarapan dan snack tradisio-nal ala orang Dayak.

Wisata Susur Sungai juga menawarkan paket city tour Palangka raya yang meng-kombinasikan wisata di atas sungai dan di daratan. Dimulai dari menyusuri sungai di Palangkaraya selama tiga jam, kemu-dian berkeliling kota dengan mobil. City tour tetap melewati Sungai Kahayan dan bagian kota lama di Palangkaraya.

Selain itu tamu diajak ke obyek-obyek wisata situs-situs sandung di kota, yakni rumah tempat menaruh tulang setelah upacara tiwah. Sandung ini berbentuk ru-mah kecil, tapi tidak seperti semacamnya di Toraja atau Bali. Harga city tour lebih ma-hal karena mengkombinasikan pemakaian mobil dan kapal dan durasinya sampai 10 jam. Harganya sudah termasuk lunch dan snack khas Dayak.

Gaye mencatat paket tur yang paling populer terjual oleh usahanya adalah pesiar di akhir pekan berdurasi 2 hari 2 malam. Tamu berlayar mulai hari Sabtu pagi dan kembali Senin pagi. Program-nya tergantung pada jadwal penerbangan. Maksudnya, jika penerbangan tiba di pagi hari, tamu dijemput dari bandara langsung ke kapal dan akan berlayar mulai pukul 8.30 pagi. Para tamu akan punya waktu seharian pada hari Sabtu dan Minggu, dan Senin pagi check out pada pukul 6 atau 7 pagi untuk mengejar pe nerbangan pulang.

Program lain yang juga populer adalah tur di pertengahan pekan, berlangsung dari Selasa sampai Sabtu pagi. Pelayaran perte-ngahan pekan berdurasi 4 malam 4 hari. Po-lanya sama seperti tur di akhir pekan.

Biasanya, KTD memulai pesiar dari Pa-langkaraya. Pertama menyusuri hulu su-ngai, mulai dari Sungai Kahayan kemudi-

an ke Sungai Rungan. Di sana tamu akan menikmati pemandangan indah, melihat desa yang indah, lalu berhenti dalam ke-heningan selama setengah jam di Sungai Rungan. Kemudian pada sore hari tamu diajak menyusur sungai dengan kano.

Filosofi KTD adalah bekerja bersama masyarakat lokal sebanyak yang bisa di-laksanakan. Jadi ketika menyusuri sungai, diusahakan menggunakan kano sesering mungkin. Tamu-tamu akan turun dari ka-pal, dengan kano lokal membawa mereka ke beberapa danau yang begitu banyak di sepanjang sungai. Lalu mereka kembali dan tidur di atas kapal.

Gamal berkata, “Paket kami memang berbeda dengan paket yang ditawarkan oleh Lorna dan Gaye dari KTD. Sebe-narnya banyak hal bisa dilakukan di Kalteng ini.”

Kegiatan Setiap HariMencegah bosan jika tinggal sepanjang

hari di atas kapal maka dalam berwisata menyusuri sungai harus dibuat kegiatan setiap hari. KTD membuat program tamu akan turun dari kapal, biasanya dua kali sehari. Jadi mungkin satu waktu mereka pergi dengan kano, di waktu lainnya me-reka turun untuk melihat beberapa tempat seperti BOS, atau Tangkiling yang meru-pakan sebuah tempat menarik dengan berjalan kaki ke atas bukitnya.

Di Tangkiling, pergi ke atas bukit dan dari sana bisa melihat pemandangan yang

Pemasaran Destinasi

indah. Tidak melakukan trekking di sana tetapi jalan-jalan santai saja. Untuk men-capai atas bukit membutuhkan waktu paling lama 40 menit dan paling cepat 10 menit. Tergantung seberapa cepat anda berjalan.

Jika Anda benar-benar dalam kondisi prima, Anda dapat menempuhnya dalam waktu 10 menit untuk sampai di atas. Di situ bisa melihat matahari terbenam. Selain itu, berhenti di 2 atau 3 desa. Para tamu turun dari kapal dan berinteraksi dengan penduduk desa. Pemandu wisata di desa setempat memimpin perjalanan. Sudah terjalin kerja sama dengan 2–3 desa satu di antaranya Bukit Rawi. Itu merupakan desa tua. Di sana lumayan banyak acara tradisional selain memiliki kebudayaan tradisional Kaharingan. Tamu dapat me-lihat dan berbicara dengan penduduknya. Sejak dari kapal memang sudah disiapkan juga pemandu yang berbahasa Inggris dan berpengalaman.

Jadi mereka dapat menerjemahkan bahasa Dayak atau Indonesia kepada para tamu. Tamu dalam kelompok kecil benar-benar dapat berinteraksi dengan penduduk dan mereka benar-benar ingin mempelajarinya Tempat singgah itu sangat diperlukan, apakah berupa situs atau per-kampungan penduduk di sekitar sungai.

Contoh dua situs berupa Tajahan dan Keramat Pasah Patahu di persimpangan Sungai Kahayan dan Sungai Rungan, yang memiliki sejarah dan kebudayaan menge-nai Hindu Dayak Kaharingan. Wisatawan yang mengikuti susur sungai hanya bisa melihatnya dari jauh karena kapal tidak bisa merapat.

Kepada pemda sudah diajukan per-mintaan membuatkan dermaga di situs tersebut agar kapal bisa merapat dan wisatawan bisa melihat situs-situs seperti mereka mendatangi pura-pura di Bali. Wisman yang paling banyak datang ke sini tercatat dari Australia, Amerika, Be-landa, Italia, Perancis, Kanada dan Inggris. Orang Jepang pun mulai menyukai wisata ini. Jumlahnya meningkat setiap tahun.

Contoh river cruise di Vietnam.

Sunset di Sungai Rungan.

Page 15: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

15Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Pemasaran Destinasi

Menurut Gaye, ”Saya pikir orang yang datang ke sini mengharapkan hutan yang masih lebat. Untuk bisa melihat lebih ba-nyak hutan dan satwa liar. Tapi sayang ada kebiasaan orang menangkap burung, bagi saya, saya datang ke sini untuk men-dengar nyanyian burung, berharap meli-hat dan menikmati alam.”

Berbicara jumlah memang wisman ke Palangkaraya dengan tujuan wisata masih kurang. Tapi pelaku industri pariwisata menyadari, pariwisata di Kalteng baru berjalan selama tiga tahun terakhir.

Gamal memperkirakan bisnis susur su-ngainya akan mencapai BEP dalam kurun 5 tahun. Dia masih optimis karena Kalimantan mempunyai alam luar biasa dan menjual ekowisata yang bisa diandalkan.

KTD melihat untuk memasarkan ke-pada wisatawan yang lebih tinggi, bukan hanya tentang perahu yang bagus, tetapi harus benar-benar menjaga lingkungan dengan baik. Lingkungan sangat penting artinya bagi perkembangan wisata susur sungai. Pemerintah akan benar-benar membantu industri dengan menjaga dan melindungi lingkungan dari penebangan liar dan semacamnya. Jika ada 20 perahu menyusuri sungai itu akan begitu baik. Jadi pemerintah harus bisa mengatur industri dan membuat standardisasi dan regulasi.

Pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota menghadapi tantang-an sekaligus peluang besar jika serius ingin membangun industri pariwisata susur sungai karena sungai-sungai di sini memiliki banyak potensi. Gamal melihat yang perlu dilakukan mulai dari mendidik sumber daya manusia, menciptakan dan membuat obyek wisata, menyusun rute perjalanan di sungai dan seterusnya.

Sumber daya manusia di Kalteng tidak bisa disamakan dengan di Yogya atau Bali. Alasannya, “Saya merekrut, meng ajarkan dan melatih mereka sendiri. Kalau kita mer-ekrut orang dari luar yang tidak mengerti sungai-sungai kita, itu akan berbahaya.”

Namun, perlu diperhatikan, bisnis wisata susur sungai merupakan bisnis yang

mengandalkan kondisi alam. Jika alam ru-sak, maka tidak akan ada bisnis itu di sini. Gaye mengatakan, ”Saya tidak mengata-kan untuk tidak pernah menebang pohon. Yang saya katakan adalah pohon-pohon di tepi sungai tidak boleh ditebang. Di daer-ah tertentu, pertambang an tradisio nal harus dipantau. Dengan langkah tersebut, industri ini akan berkembang dan tum-buh. Atau, Anda tidak bisa membangun industri ini di sini. “

Menurut dia, sampai dengan saat ini tepian sungai masih cukup indah, tapi dia juga melihat semakin hari semakin banyak pohon ditebang, kian banyak bahan- bahan

berbahaya dibuang ke sungai, orang-orang sudah mulai membuang sampah di sungai. Cenderung semakin banyak keru-sakan lingkungan. Dan tentunya hal terse-but akan membawa lebih banyak masalah bagi para operator tur susur sungai yang setiap hari melintasi sungai-sungai itu.

Pengertian ekowisata adalah kondisi alam yang masih murni. Di sini, hutan di sepanjang sungai sudah merupakan hutan sekunder, jadi bisa dikatakan hampir tidak ada kondisi alam yang masih murni.

Gaye dan Lorna D Collins mengistilah-kan pariwisata susur sungai yang dikelo-lanya sebagai pariwisata yang bertang-gung jawab. Dasar dari pariwisata yang bertanggung jawab adalah bekerja sama dengan penduduk desa untuk mempro-mosikan pariwisata.

“Kami juga mempromosikan penghar-gaan dan perlindungan lingkungan. Kami mengeluarkan biaya dengan harga yang wa-jar bahkan, bersedia membayar harga lebih tinggi, karena itu adalah cara pariwisata akan memberikan manfaat bagi masyarakat pada tingkat lokal. Jika tidak, itu tidak me-nguntungkan sama sekali,” kata dia.

Cara Lain Memproduktifkan Hutan Tentu saja wisata menyusuri sungai

dak bisa jika dak melibatkan masyarakat setempat. Sekarang ini yang sudah di-jalankan oleh Wisata Susur Sungai bekerja sama dengan penduduk di sekitar Danau Rawet. Wilayah Danau Rawet dan seki-tarnya memiliki luas sekitar 25.000 hektar.

Mulai dari mulut danau yang berada di Sungai Rungan, area danau hingga kebun karet dan bukit di belakang danau.

Di wilayah ini hidup orangutan liar, babi dan rusa. Hutan di tepi Danau Rawet relatif masih alami. Orang asing sangat menyukai nya. Dengan demikian, itu akan membuka mata masyarakat jika hutan mereka itu sangat berharga.

Mereka melihat dan mendengarnya langsung dari tamu-tamu yang datang. Mereka menangkap ikan, memandu tamu yang datang ke sana, dan mereka menda-patkan ‘penghasilan’ untuk itu.

Ikan-ikan yang mereka tangkap bisa di-beli dengan harga yang lebih tinggi oleh tamu daripada oleh pengepul. Dan pada akhirnya mereka bisa berpikir hutan me-reka bisa dijual dengan cara yang lain.

Gamal membagi pengalamannya ke-pada penulis seperti berikut: Di Tundai, saat membawa tamu merapat ke tepi su-ngai dan tamu-tamu membeli ikan pen-duduk, yang menjual ikan itu bilang ke-pada temannya, ikannya laku 20 kg dan bisa terjual dengan harga Rp 25 ribu per kilogram.

Kalau menjual pada pengepul hanya laku 10 kg dan biasanya harganya Rp 10 ribu per kilogram. Itu adalah perban dingan kecil namun berarti sekali bagi mereka.

Ada yang ingin disajikan atraksi? Ya, mereka dilibatkan. Operator tur tidak mengambil untung dari atraksi. Mereka sudah merasakan dampaknya. Kemudian dia melanjutkan: “Kontribusi kami pada pemeliharaan lingkungan, bagi Wisata Susur Sungai lebih banyak dilakukan di Rawet. Di sana, tangkapan ikan yang ke-cil tidak dimakan tapi dilepaskan kembali. Kami hanya memasak yang besar. Ada alasan kenapa kapal tidak boleh masuk ke danau. Filosofi dari kakek-kakek kami, jika mendayung di danau tidak boleh dayung itu sampai mengeluarkan bunyi di air saat mendayung. Kalau mengenai air danau, ikan akan kaget dan tidak jadi bertelur. Jadi yang diperbolehkan masuk ke danau itu memang hanya sampan. Jaring-jaring yang ada di jalan-jalan masuk-keluar danau itu hanya untuk menangkap ikan. Kami akan

Desa Tumbang Rungandi tepi Sungai Kahayan.

Desa Petuk Katimpun di tepi Sungai Rungan.

Penambang emas di Sungai Rungan

Page 16: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

16 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Pemasaran Destinasi

pisahkan ikan-ikan yang tertangkap, yang kecil-kecil ya dilepaskan lagi.”

Di sisi lain KTD sudah bekerja bersama beberapa kampung, tiga di antaranya me-rupakan tempat persinggahan yang paling sering dalam wisata susur sungai mereka. Pertama adalah kampung di Bukit Rawit di Sungai Kahayan.

KTD selalu memberikan banyak infor-masi tentang tempat, tradisi dan gaya hidup tradisional Dayak yang akan ditemui oleh para tamunya.

Pemandu yang sudah disiapkan akan bersama me reka sepanjang waktu dan menjelaskan cara kehidupan penduduk desa, cara me reka memancing, beraneka ragam hewan yang ditemui di sepanjang sungai, pohon-pohon, pokoknya semua-nya, bahkan hal-hal aneh yang kadang- kadang terjadi dalam perjalanan. Diberi-kan kesempatan kepada para tamu untuk memancing dan mengambil ikan dari ka-ramba dan lain-lain.

Setelah Bukit Rawi, Kanarakan, adalah desa lain tempat persinggahan kapal KTD. Desa ini berada di Sungai Rungan. Di sini ada pramuwisata lokal me-mandu tamu memasuki desa. Tamu berkenalan dengan kehidupan warga desa malahan juga me-nerima upacara sambutan di Kanarakan. Tamu mengenali tradisi Dayak bahwa upacara selamat datang penting bagi pen-duduk desa.

Penduduk desa melantunkan nyanyian tradisional dan anak-anak memamerkan tarian tradisional. Ada sebuah sanggar tua di mana seorang pria tua memelihara musik tradisional di desa. Pemerintah telah membantu untuk mengembangkan daya tarik di desa tersebut. Karena penduduk desa memiliki instrumen yang tepat, kos-tum, atau pelatihan yang tepat. Pemer-intah sudah membantu untuk mengem-bangkannya dan menemukan bahwa hal itu sungguh baik untuk desa.

Karena anak-anak sekarang mulai be-lajar tarian tradisional lagi, dan mereka memiliki dana besar. Jadi, ketika pen-duduk desa menciptakan daya tarik untuk para tamu, itu sangat bagus untuk mereka juga. Inilah pertukaran besar, bagi warga desa dan para pengunjung.

Dan desa lainnya bernama Marang. KTD melakukan sesuatu yang berbeda di sana. Di situ diprogramkan menanam pohon kembali, pohon karet. Disediakan uang un-tuk petani lokal, membeli pohon karet me-reka lalu tamu-tamu yang menanamnya.

Penduduk desa setempat membantu para tamu untuk menanam pohon. Ini berkesan kuat bagi wisatawan untuk da-tang lagi. Pohon karet sendiri akan mem-berikan pendapatan begitu banyak bagi penduduk desa.

Dua ProyekKTD kini sedang menggarap 2 proyek.

Salah satu adalah memba ngun toilet di sebuah rumah panjang yang sangat tua di pedalaman. Pada toilet yang tersedia seka-rang, orang ha rus menuruni tangga dan menyeberang ke sungai. Yang direncana-kan adalah membangun sebuah jamban yang ‘memadai’ di belakang rumah pan-jang itu. Maka bermanfaat bagi orang yang tinggal di rumah panjang, selain itu akan berguna bagi lansia, kondisi nya pun akan lebih higienis.

Proyek kedua adalah be kerja sama dengan kota Palangkaraya melalui di-nas pariwisata untuk kampanye sampah. Akan sangat sulit jika KTD sendiri yang harus pergi ke desa dan mengambil se-mua sampah atau apa pun. KTD menye-diakan tempat sampah lebih banyak dan

mendidik masyarakat. Dengan keterlibatan pemerintah setem-

pat, selain akan lebih mudah untuk men-datangi desa-desa itu juga masyarakat toh lebih cende rung mendengarkan dan mengikuti anjuran pemerintah. Kedua proyek tersebut akan dilaksanakan di desa-desa lain di samping pada ketiga desa tadi.

Selain rencana membuat fasilitas sing-gah yang nyaman di sekitar Danau Rawet, Gamal juga sudah mempunyai rencana untuk membangun bungalow yang alami sehingga orang yang datang bisa me-rasakan hidup sebagai orang Dayak di Palangkaraya.

Jadi saat orang datang ke sini, bukan lagi merasakan sebagai orang Jakarta tapi sebagai orang Dayak. Untuk bungalownya ini juga sedang dipikirkan bagaimana menghasilkan listrik sendiri di dalam kompleks penginapan.

Ada rencana akan dibuat continued link cruise. Misalnya turis datang melalui Kapuas, bisa berkeliling ke seluruh daerah di Provinsi Kalteng. Atau masuk melalui Kabupaten Kapuas di Banjarmasin, masuk ke Pulau Pisang–Palangkaraya–Katingan–Sampit–Pangkalan Bun & Tanjung Puting lalu keluar Kalimantan.

Untuk rute perjalanan ini, sungai dan darat akan dimanfaatkan. Bisa juga turis masuk dari Pangkalan Bun–Barito lalu ke luar di Banjarmasin. Masing-masing dae rah itu mempunyai karakter berbeda-beda.

Wisata susur sungai baru berjalan di Palangkaraya dan Pangkalan Bun di Kotawaringin Barat (Kobar) saat ini. Di Kobar, sekarang ini bukan hanya Tan-jung Puting yang menjadi primadona tapi ba nyak obyek wisata yang sedang dikem-bangkan. Seperti pengembangan penyu hijau (chelonia midas) di Tanjung Kaluang, susur su ngai di Sungai Arus dan mengem-bangkan obyek wisata baru di Gusung Sagora.

Masyarakat di Kobar sa ngat aktif me-ngembangkan potensi pariwasatanya. Di Palangkaraya terdaftar sekitar 25 orang yang sudah tergabung dalam HPI DPD Kalteng, di Kotawaringin Barat tepatnya di Pangkalan Bun anggotanya hampir mencapai 50 orang.

Ketuanya, Berdodi, mengatakan ang-gota HPI Kalteng berkisar 150 orang dan 25 orang di antaranya sudah berlisensi. Dia sedang mengusahakan lisensi bagi anggota lainnya sehingga siap memandu wisatawan yang ingin bertualang menyu-suri sungai, hutan-hutan, dan merasakan kehidupan di pedalaman di Kalimantan Tengah. Itu akan berjalan lancar dengan pemandu yang piawai. n

Jembatan di Sungai Kahayan Palangkaraya.

Mulut Danau Rawet

Menangkap ikan di selambau yakni jaring ikan yang dipasang di mulut danau.

Page 17: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

17Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Pengembangan Pasar

Terkesannya Jurnalis Australiadi Jakarta, Belitung dan Bangka

Pasar di Australia untuk pariwisata Indonesia memang sudah meru-pakan lahan yang tiada kering-keringnya, namun justru karena

itu perlu digarap terus tiada henti. Berdasarkan fokus pasar, jumlah wis-

man dari negeri Kanguru itu, selalu me-nempati posisi kedua atau ketiga di antara lima tertinggi negara penghasil wisman ke Indonesia. Tapi kebanyakan tujuannya ke Bali, sementara destinasi Jakarta dan destinasi lain seperti ke Bangka Belitung di yakini akan menarik pula bagi selera wisatawan dari Australia itu.

Di Australia, masyarakatnya amatlah media minded, artinya pesan-pesan di media berpengaruh besar terhadap ma-sya rakat, termasuk dalam hal memilih destinasi-destinasi perjalanan dan liburan. Karena itulah upaya pengembangan pasar dilakukan oleh Kemenparekraf selain de-ngan aktifitas promosi dan misi penjualan ke tengah pasar tersebut, juga teratur men-datangkan media ke Indonesia.

Famtrip bagi jurnalis dari Australia un-tuk meliput destinasi di Jakarta, Belitung dan Bangka dilaksanakan tanggal 9–16 Juli 2012. Tiga orang jurnalis yakni Maria Vis-conti (Travel Writer & Photographer ASTW Member), Julieta (Travel Writer Fair Fax Me-dia), Cameron Cope (Adventure-Travel Pho-tographer), dan dari VITO Australia, Craig Gibbons. Mereka pun tampak terkesan sekaligus menikmati pengalaman itu. Selama dua hari di Jakarta, rombongan famtrip dari Australia mengunjungi Pulau Kotok di Kepulauan Seribu dan kota lama (old Batavia).

Di laut sekitar Pulau Kotok mereka berenang, snorkeling, menyusuri pulau, melihat keanekaragaman hayati di pulau tersebut, dan juga memancing.

Di kota tua Jakarta, rombongan me-ngunjungi Museum Fatahilah, Museum Wayang, menikmati suasana lokalitas di halaman Taman Fatahilah, serta makan siang di Restoran Cafe Batavia. Kemudian meliput kapal-kapal phinisi yang berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa, tatkala kapal-kapal tradisional itu sedang bongkar-muat barang. Setelah dari kota tua, rombongan langsung melanjutkan perjalanan menuju Pulau Bangka dan Belitung.

Di Pulau Bangka dan pulau ‘Lasykar Pelangi’ Belitung, para jurnalis ini me-ngunjungi Pulau Burung dan menyusuri pantai bertaburan hamparan baru gran-

it. Di sekitar situlah lokasi syuting film Laskar Pelangi.

Kemudian lanjut memasuki perkam-pungan transmigrasi, perkampungan Me layu dan perkampungan Cina, me-nyaksikan jalannya kehidupan keseharian masyarakat setempat, dan tak luput me-ngunjungi pasar tradisional di kota Pang-kal Pinang.

Ketika di ibukota Jakarta, mereka di-ajak melihat pusat perbelanjaan di Grand Indonesia dan Pasar Mangga Dua, sebelum akhirnya check out dari hotel menuju ban-dara Soekarno-Hatta untuk kembali ke Australia pada tanggal 16 Juli 2012. n

17Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Page 18: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

18 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Bisnis

HUT Kemerdekaan

Kita, Demi dan Kepada Merah Putih

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyeleng-garakan Upacara Bendera Hari Proklamasi Kemerdekaan ke-67

Republik Indonesia, di Pelataran Gedung Sapta Pesona, Jumat pagi tanggal 17 Agus-tus 2012.

Segenap pegawai Kementerian mem-berikan penghormatan pada sang saka Merah Putih, di pagi hari saat-saat ber-sama memperingati hari kemerdekaan negeri ini.

Kali ini Menteri Pariwisata dan Ekono-mi Kreatif Mari Elka Pangestu sebagai pembina ucapara juga turut menyemat-kan tanda penghargaan Satyalancana Karya Satya kepada pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telah mengabdi se-lama 30 tahun, 20 tahun, dan 10 tahun.

Padamu Negeri Kami Berbakti, Padamu Negeri Kami Berjanji, Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami...

Usaha river cruise ber nama Kaliman-tan Tour Destination (KTD) di Palang-

karaya, Kalteng, itu dikelola oleh Lorna D Collins, asal Amerika Serikat dan Gaye Thavisin, asal Australia.

Gaye Thavisin menga-takan bahwa pada awalnya gubernur pun sempat me-nyangsikan ide mereka untuk membuka usaha wisata susur sungai di Palangkaraya dan sekitarnya.

Mereka datang dengan ide pesiar me-nyusuri sungai. Lalu membangun kapal pesiar dan mengoperasikannya sejak ta-hun 2008, boleh dikatakan awal dari bisnis pelayaran sungai di Kalimantan Tengah.

Nama kapalnya dinamai Rahai’i Pangun, berkapasitas 11 tempat tidur dalam 5 kabin. Satu kapal lagi sedang direnovasi, dinamai

The Spirit of Borneo, memiliki 2 kabin dengan pendingin udara yang dilengkapi ru-ang tamu dan kamar mandi dan di atasnya, sama seperti Rahai’i Pa ngun, ada dek pri-badi. Ini diproyeksikan men-jadi sebuah perahu mewah.

Gaye mengatakan bisnis ini menggunakan uang mereka sendiri dan sangat berisiko. Menurutnya, dalam beberapa kasus, pemerintah

perlu mempertimbangkan pemberian asis-tensi bagi bisnis baru. Mungkin pinjam an lunak, misalnya. Dan memberikan konsesi agar industri seperti ini tumbuh.

Di Australia, jika Anda datang dengan rencana bisnis, dan jika pemerintah se-tempat dapat melihatnya sebagai rencana bisnis profesional, maka akan diberikan dana pinjaman lunak dan hal-hal seperti

itu. Mereka akan memberikan konsesi ter-tentu melalui pajak atau apa pun. Jadi ini jenis dukungan yang akan sangat mem-bantu untuk bisnis seperti ini. Dan itu akan mendorong pengusaha.

Wisatawan datang ke sini karena me-reka ingin melihat pemandangan bagus, perahu yang terawat baik, makanan yang baik, mereka ingin lebih sering melaku-kan perjalanan mengunjungi masyarakat di pedalaman.

Gaye: “Itulah sebabnya kami merasa sangat penting untuk bekerja bersama dengan penduduk desa. Tamu-tamu kami benar-benar mencintai pohon-pohon yang sangat luar biasa di sini, mereka bisa melakukan penanaman kembali, dan orang-orang di sini very genuine.”

Pernah baca beritanya? George Soros tokoh dunia suatu ketika menggunakan Rahai’i Pangun tur di pedalaman sungai Kalteng itu. n

Kami Memulai Dari Uang Sendiri, Kata Dia

Gaye Thavisin

Page 19: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

19Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Promosi Luar Negeri

World Islamic

Tourism Mart

World Islamic Tourism Mart 2012 ini berlangsung tanggal 30 Mei–3 Juni 2012 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Merupakan ajang consumer selling, dari Indonesia dihadiri 10 sellers: PT. Panca Wisata, Taruna Wisata Tour & Travel, PT Decarlin, PT. Pratama Tours & Travel dari Jakarta, Great Wall Tour (Aceh), Chacha Tour & Travel (Yogyakarta), PT Bangun Wisata Batubara (Medan), Grand Royal Panghegar (Bandung), Ritour Travel (Palembang), Raun Sumatra Tour & Travel (Bukittinggi). Muhammad Shafei Obet dari VITO (Visit Indonesia Tourism Officer) untuk Malaysia membantu delegasi Indonesia selama acara berlangsung.

Paviliun Indonesia mengadakan fashion show, coffee corner, pe-layanan informasi, transaksi bisnis dan welcome dinner yang dihadiri de legasi sellers, buyers, perwakilan kedutaan, airlines, serta beberapa tamu kehormatan lainnya.

Kali ini Indonesia diwakili 10 sellers dan dihadiri oleh buyers dari berbagai negara ASEAN, Asia, Timur Tengah, dan Eropa, serta pe-ngunjung dari Malaysia. Selama even berlangsung telah terjadi pen-jualan secara langsung sebanyak 988 pax dengan nilai transaksi total sekitar Rp 1,6 miliar.

Bandung dan Jakarta merupakan destinasi yang paling diminati kemudian disusul Bali, Yogyakarta, Padang/Bukittinggi, Medan, Palembang, dan Aceh. n

Destination Show di Abu Dhabi

Destinations Show 2012 yang diadakan di Khalidiyah Mall Abu Dhabi, UEA. Ber-langsung pada 29 hingga 31 Maret 2012.

Bali Untukmu (Bali for You) dan Garuda Indo-nesia di Abu Dhabi menjadi perwakilan industri dalam delegasi Indonesia di even ini. n

Page 20: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

20 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Lebaran, Ibarat Dinamo, dan Puncak Peristiwa

Wisata Nusantara

Saat lebaran adalah saat pulang ke kampung halaman. Entah sejak kapan tradisi ini lahir. Yang jelas, ada satu waktu dalam kalender,

ketika rombongan besar orang berangkat dari pusat-pusat pemukiman di kota-kota besar, menuju kota kecil dan desa.

“Anak saya dan istrinya, akan datang hari ini dari Jakarta,” kata Suherni, di Cilacap. ”Mereka akan tinggal semalam, lalu melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Tahun ini mereka akan merayakan Lebaran di rumah mertuanya.”

Tahun lalu anak dan menantunya me-rayakan lebaran di Cilacap, naik mobil pribadi dari Jakarta. Tahun ini adalah giliran orang tua istrinya.

Yang di kampung berdebar menanti ke luarga tiba, yang berangkat berebut tempat.

Kemacetan Arus memang biasaTiada moda transportasi yang terhindar

dari desakan arus mudik lebaran. Kereta api sudah kehabisan kursi lebih dari dua bulan menjelang lebaran, demikian pula dengan kursi pesawat ke berbagai jurusan.

Jalanan di kota seperti Cilacap jarang mengalami kemacetan. Tapi di musim mudik lebaran, jalanan mendadak macet, karena invasi mobil-mobil entah dari mana asalnya.

Sebaliknya, semakin Lebaran menje-lang, semakin kota besar ditinggalkan

penghuninya. Jakarta pusat kemacetan menjadi kota yang lengang. Jalanan yang biasanya macet menjadi lancar. Di ham-pir setiap rumah, kesibukan para majikan meningkat karena para pembantu rumah tangga meninggalkan kota.

Tahun ini diperkirakan proses mudik

akan melibatkan 22 juta penduduk Indo-nesia. Untuk mengantisipasi kelancaran arus mudik, pemerintah menyiagakan lebih dari 3.000 titik pelayanan operasi ketupat selama musim mudik.

“Kami sudah menyiapkan sejak se-minggu menjelang lebaran,” kata Joko

Di kota dan di desa, hari Idul Fitri ‘Lebaran’, hingga beberapa hari sesudahnya, ‘rakyat’ memenuhi tempat-tempat hiburan dan

rekreasi. Berjubel berdesakan di hari dan jam ter-tentu, namun tetap menikmati, samalah ketika mereka ‘mengeluh tapi menikmati’ jam-jam antri di kema cetan lalu lintas di perjalanan menuju kam-pung halaman dan kota kelahiran. Setidaknya ke tempat di mana orang tua masih berada.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memang wajib memerhatikannya. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu beberapa hari menjelang Hari-H Lebaran melakukan kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), setelah sebelumnya juga melihat-lihat di dalam dan sekeliling Monuman Nasional. Itu untuk mengantisipasi persiapan daya tarik wisata menjelang libur lebaran.

Tentu saja kunjungan Menparekraf ini juga untuk memantapkan keberadaan TMR dan TMII sebagai destinasi keluarga untuk rekreasi dan apresiasi me-ngenai kekayaan flora dan fauna, margasatwa, alam dan budaya Indonesia.

“Dua daya tarik wisata ini termasuk tujuan favorit wisatawan nusantara (wisnus) saat libur lebaran. Dengan berkunjung ke TMR dan TMII kita dapat melihat langsung keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya,” ujar Menteri.

Jalan pikiran itu sudah barang tentu dimak-sudkannya berlaku juga bagi semua obyek daya tark wisata yang tersebar di desa dan di kota, dari Sabang sampai Merauke.

Dan para pimpinan di daerah pun sejatinya memperhatikan kesiapan-kesiapan outlet pari-wisata tersebut di setiap menjelang momen puncak masyarakat berwisata. n

Mengantisipasi Wisata Libur Lebaran

Page 21: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

21Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Lebaran, Ibarat Dinamo, dan Puncak Peristiwa

Warno, petugas kecamatan yang turut mempersiapkan salah satu ‘rest area’ yg didukung pabrikan sepeda motor di batas Jogjakarta. Tempat istirahat pemudik ini menyediakan warung kopi dan bengkel darurat untuk para pemudik, tak jauh dari candi Prambanan.

Tiga hari menjelang Lebaran, gelombang

kendaraan membeludak, baik jalur pantai utara pulau Jawa maupun di jalur selatan. Sebagai contoh, jalan tol Jakarta–Cikampek dilewati lebih dari 110.000 unit kendaraan, kebanyakan lewat di malam hari.

Biasanya pemudik berangkat setelah buka puasa dan tarawih, itu sebabnya penumpukan kendaraan terjadi pada

malam hari.Desa-desa menjadi ramai. “Kalau musim

lebaran, jalanan di desa saya jadi penuh dengan orang dan sepeda motor,” kata Rahmani dari desa Tegalrego, Ngawi.

Pengguna sepeda motor dalam mudik lebaran tahun ini meningkat sebesar 20 persen hingga 25 persen atau sekitar 10–

Menteri bersama Wakil Menteri, serta pejabat-pejabat Kemenparekraf, dan pimpinan beberapa asosiasi pengusaha pariwisata, meninjau Monas di Jakarta beberapa hari menjelang hari-H Lebaran.

Tiada moda transportasi yang terhindar dari desakan arus mudik lebaran. Jalanan mendadak macet, karena invasi mobil-mobil dan sepeda motor (kiri). Segala ‘perjuangan’di perjalanan adalahuntuk satu tujuan: bersilaturahmi dengan sanak famili.

Page 22: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

22 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Wisata Nusantara

15 persen diatas prediksi pemerintah yang hanya sekitar 6,16 persen dari tahun lalu. Meningkatnya penggunaan sepeda motor pada waktu musim mudik lebaran akan mempengaruhi meningkatnya angka ke-celakaan di jalan raya.

Catatan kepolisian menyatakan 70 persen dari seluruh kecelakaan yang ter-jadi melibatkan sepeda motor. Namun hal ini tak menghalangi para pemudik untuk menggunakan sepeda motor. Tahun ini pihak kepolisian memperkirakan 3,3 juta sepeda motor digunakan pemudik.

“Ngirit ongkos mudik ya pakai sepeda motor,” ujar Sudianto yang berboncengan dengan adik lelakinya. “Kalau pakai sepe-da motor, paling hanya 100 ribu untuk dua orang sampai rumah. Kalau pakai bis, dua kali lipat.

Kenyataan pada sisi lain, Bandara Soekarno-Hatta itu sudah merupakan airport menempati peringkat ke 12 ban-dara tersibuk di dunia versi ACI (Airport Council International).

Namun dilakukan penambahan jum-lah penerbanagan oleh sejumlah maska-pai, baik untuk kebutuhan membuka rute penerbangan baru maupun menambah frekuensi penerbangan dengan menjadi-kan Bandara Soekarno-Hatta sebagai ban-dara tujuan asal penerbangan (origin desti-nation) terbesar.

Secara otomatis, slot time penerbangan dari Soekarno-Hatta yang waktu opera-sionalnya dibuka nonstop selama 24 jam pun harus ditambah.

Sebab, terhitung sejak hari Minggu (1/7/2012), pengelola bandara Angkasa Pura II memperpanjang jam operasional empat bandara hingga pukul 24.00 WIB. Keempat bandara tersebut adalah Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) Palem-bang, Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekan-baru, Supadio Pontianak dan Minangkabau Padang. Semuanya beroperasi sejak pukul 06.00-24.00 WIB, atau selama 18 jam.

Ekonomi Pariwisata MudikHarian Kompas melaporkan sebuah

headline: “Musim Mudik, Puluhan Triliun Mengalir ke Daerah”. Dalam tulisan itu disebutkan, Bank Indonesia memperkira-kan akan terjadi transaksi dana mencapai Rp 89,4 triliun oleh 22 juta pemudik. Dan sebagian besar dana itu akan bergerak di pedesaan.

Salah satu bentuk aliran dana itu ada-lah hasil tabungan selama setahun para pekerja informal. Lamsini (55) seorang pekerja domestik di Jakarta Selatan, ber-encana membangun dapur rumahnya di desa Rahyuda, Ngawi, pada lebaran kali ini. “Ini adalah tahun ke lima, saya mem-bangun rumah. Saya bangun pelan-pelan.

Dulu rumah saya bedek (anyaman bambu), sekarang sudah tembok. Tinggal dapur,” katanya.

Sementara itu, Abdul Kadir (48) berencana membeli kambing untuk ke-luarganya. Lelaki ini membuka warung bakso di Depok. “Ada keluarga yang mau ikut berjualan juga, dia mau ikut habis lebaran ini.”

Begitulah, aliran pemudik pulang kam-pung ini akan melahirkan pula pancingan urbanisasi, yang akan menghasilkan tam-bahan manusia ke kota besar, sesudah lebaran nanti.

Akan halnya obyek daya tarik wisata seperti TMR (Taman Margasatwa Ragu-nan) dan TMII (Taman Mini Indonesia Indah), Kemenparekraf telah merilis, dari tahun ke tahun, kenaik an kunjungan ke daya tarik wisata terjadi pada periode Ju-ni–Juli (libur anak sekolah) dan Agustus–September (libur lebaran).

Untuk TMII dari total pengunjung 3.020.581 tahun 2011, tercatat sebanyak 661.363 pengunjung datang pada periode Hari Raya hingga H+11. Sementara untuk TMII total jumlah pengunjung 2011 men-

capai 4.523.587 dan pada periode Hari Raya hingga H+12 mencapai 269.098.

Data kunjungan dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa libur lebaran adalah momen dimana jumlah pengunjung ke TMR bisa naik hingga 10 kali lipat (dari rata-rata 9.700 pengunjung perhari, pada saat libur lebaran (31 Agustus–11 Septem-ber 2011), jumlah pengunjung berjumlah 673.277 atau setara dengan 16% total pe-ngunjung tahun 2011. Luar biasa, buklan?

Seluruh objek wisata rakyat (TMR, Taman Mini, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan dan lain-lain di berbagai daer-ah) menunjukkan kenaikan yang signifi-kan saat libur anak sekolah (Juni–Juli) dan libur hari raya lebaran (Agustus–Septem-ber). Selanjutnya tingkat jumlah kunjun-gan tinggi tentulah terjadi di minggu akhir dan awal tahun, ketika Natal dan Tahun Baru dirayakan.

Tahun lalu 2011 kontribusi keseluruhan wisnus menyumbang sekitar dua kali lipat kontribusi wisman dalam hitungan nilai uang. Wisnus mencatat 236 juta perjalan-an dengan pengeluaran mencapai Rp156 triliun, sementara devisa yang dihasilkan dari wisman tercatat US$ 8,5 miliar atau ekivalen sekitar Rp 76,5 triliun dengan perhirtungan kurs Rp 9000 per US$.

Pada 2012, target wisnus adalah 245 juta perjalanan dengan pengeluaran mencapai Rp 171,5 triliun atau setara US$ 18 miliar.

Lebaran, dari sudut pariwisata nusan-tara, ibarat dinamo yang menggerakkan pergerakan manusia, travelling and touring, besar-besaran. Dari sudut sosial budaya, merupakan puncak peristiwa tradisi da-lam interaksi dan harmonisasi masyarakat Indonesia.

‘Ekonomi mudik’ telah membuktikan perannya yang dominan dalam menghi-tung dampak sosial ekonomi perjalanan wisatawan nusantara.

Substansi idul fitri terlihat ketika orang mensujudkan kening di shalat Ied, atau sesudah itu, ketika orang mengulurkan tangan bersalaman atau mengucapkan dan menuliskan “mohon maaf lahir bathin”, di hari Lebaran itu sendiri. n

Terminal di Minangkabau International Airport (Padang) yang indah ini pun akan penuh sesak di hari-hari Lebaran.

Ribuan warga memanfaatkan libur lebaran di pantai Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara.

Page 23: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

23Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Wisata Budaya dan Religi

China dan Dunia Muslim

Semogalah proyeksi hipotesis dari Samuel Hun-tington, bahwa dunia cenderung menuju ke Clash of Civilization memang akan jauh dari kenyataan. Manakala Presiden Barack Obama menjamu

masyarakat Muslim berbuka puasa bersama alias ‘buk-ber’ di Gedung Putih, beberapa waktu sebelumnya, di Beijing, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) melalui Pusat Riset Sejarah Untuk Islam, Seni dan Budaya (IRCICA) dan Akademi Ilmu Sosial China (CASS) bersama-sama menyelenggarakan kongres bertema China dan Dunia Muslim: Pertemuan Budaya. Itu diselenggarakan pada 28–30 Juni 2012.

‘Bukber’ Presiden Obama pun sudah menjadi tradisi Presiden AS beberapa tahun terakhir ini, tentulah mencer-minkan simbol interaksi positif dan komunikasi peradab-an Barat dan Muslim. Indonesia, dari perspektif pari-wisata, menempatkan China sebagai ‘nomor satu’ dalam sasaran untuk pe ningkatan jumlah kunjungan wisman.

Kongres di Beijing itu, mengadopsi konsep yang diusulkan oleh IRCICA, yakni berkisar mengenai per-timbangan sebagai berikut: China dan dunia Muslim, dua peradaban besar dengan identitas kolektif yang berbeda, memiliki masing-masing pada bagian mereka peran aktif yang dimainkan dalam sejarah progresif per-adaban dunia.

Menurut pengumuman IRCICA, “Tata kehidupan so-sial dan administrasi, ilmu, seni dan teknik dan kegiatan ekonomi diperoleh dari karakter ‘khas yang mendasar’ di bawah pengaruh agama masing-masing, arus utama dan filosofi. Sementara itu selama sejarah dua dunia itu dibudidayakan komunikasi dan interaksi satu sama lain melalui saluran berbagai pertukaran budaya dan perda-gangan komoditas dan pengetahuan. Selanjutnya, se-lama sekitar sepuluh abad semenjak penyebaran Islam sampai periode ekspansi Eropa, dunia Islam dan China memimpin kegiatan komersial dan ekonomi global.” “Studi tentang peradaban China dan peradaban Islam menunjukkan masing-masing memiliki cara yang sama di mana pada umumnya mendekati dunia ini dengan kategoris, kompartemen dan untuk bagian terbesar me-reka ‘orientalis’ dan berperspektif ke pusat Barat”.

“Namun studi tentang sejarah evolusi peradaban, sejarah kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam beberapa dekade terakhir, bersama dengan kem-ajuan signifikan yang dicapai dalam penelitian otentik dalam setiap negara-negara OKI dan China tentang se-jarah dan peradaban mereka sendiri, semua nya mem-bawa bukti meningkatnya kekayaan sumber daya dan pengetahuan yang menunggu untuk ditemukan dalam kerangka umum yang diusulkan dalam China dan Dunia Muslim: Pertemuan Budaya”.

Tema yang menjanjikan untuk membuka banyak sekali jalan guna penelitian tentang sejarah masing-masing dua peradaban itu, sementara itu hubungan te-lah terjadi di antara mereka, hubungan mereka dengan seluruh dunia, dan untuk menjelajahi vektor kerjasama di antara mereka dalam menghadapi tantangan global sekarang dan di masa depan. Spesialis ahli telah diun-dang dari Amerika, Anggota OKI, universitas di negara lain dan China sendiri dengan tujuan untuk memberi-kan cakupan komprehensif, mungkin menuju satu di bawah tema: Sejarah proses dalam hubungan antara China dan dunia Muslim.

Itu mencakup : Awal kontak (abad 7–10, Omayad dan periode Abbasiyah dan Dinasti Tang, kontak melalui jalur perdagangan); Lama hidup ber dam pingan (abad 10–17, masa pemerintahan Abbasiyah, Fati miyah, Ayyu-bi, Ottoman dan Song (960–1279), Yuan (1279–1368) dan (1368–1644) Dinasti Ming); Chi-na dan dunia Muslim pada pe-riode ekspansi Eropa (hubungan antara Kekaisaran Ottoman dan China pada masa Dinasti Qing (1644–1911), hubungan dengan Republik China (1911–1923); Hu-

Penumpang penerbangan globalakan mencapai sekitar 800 jutadalam tiga tahun ke depan,dengan 214 juta berasal dari China.

(People’s Daily, China)

Dua turis asal Chinaberpose di depan

Masjid KashgarProvinsi Xinjiang, China.

Page 24: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

24 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 201224

Wisata Budaya dan Religi

bungan antara China mo-dern dan dunia Muslim; Abad 20, perkembang an dan proses (Hubu ngan antara Negara-negara OKI di satu sisi dan Republik China di sisi lain); China dan dunia Muslim dalam konteks global (negara Hadir dan prospek masa depan kerja sama antara negara-negara OKI dan China, terutama dalam memenuhi tan-tangan glo bal abad ke-21); Historiografi, Studi Islam di China, studi China di negara dunia Muslim, kebutuhan dan prospek.

Merealisasikan PariwisataIndonesia tentu berpeluang bagus dilihat

dari sudut khas, setidak-tidaknya, jika me-mandang pariwisata religi, yang bisa terka-tegorikan juga dalam pariwisata budaya.

Di China lebih 100 juta penduduknya Muslim, sementara di Indonesia mayoritas penduduknya Muslim pula. Dan Muslim mempunyai amanah ‘rahmatan lil alamin’, artinya rahmat untuk sekalian alam. Juga amanah: Menjaga Hubungan dengan Tuhan dan Hubungan dengan Manusia, hablul mi-nallah hablul minannas.

Di luar itu, kita saksikan betapa destinasi lain di dunia demikian ‘agresif’ memasuki pasar wisatawan China melalui gerakan operasi penerbangan.

Surat kabar harian People’s Daily Overseas Edition menulis bulan Mei 2012 seperti ini: It is expected that over one-fourth of passengers around the world will come from China. The foreign airlines paid more and more attention to their development in China, which is inseparable from China’s huge marketplace. Some foreign airlines predicted that the number of passengers of global aviation industry will reach about 800 million in the next three years, with 214 million coming from China.

Selain kota-kota utama seperti Beijing, Shanghai dan Guangzhou, maskapai pener-bangan asing mulai beralih ke kota-kota ting-kat kedua. Ke kota lapis kedua seperti Wu-han, Xi’an, Shenyang, Xiamen dan Qingdao sudah mengalir penerbangan penumpang rute internasional, dan kini lebih banyak lagi dibutuhkan untuk memenuhi permintaan penumpang yang meningkat.

Lufthansa resmi membuka rute Shenyang ke Frankfurt di Bandara Taoxian pada bulan Maret, yang merupakan penerbangan non-stop pertama ke Eropa. Itu berarti penum-pang di kota provinsi lainnya, Heilongjiang, Jilin dan Liaoning bisa langsung terbang ke

Eropa dan waktu perjalanan akan berkurang secara signifikan.

SilkAir, anak perusahaan daerah Singa-pura, telah membuka stasiun di Chengdu, Chongqing, Xiamen, Shenzhen, Kunming, Changsha. SilkAir baru saja membuka rute langsung Singapura–Wuhan dengan tiga penerbangan setiap minggu. Ini akan me-nyediakan layanan perjalanan yang nyaman bagi penumpang dari tengah dan selatan China.

Sejak Mei 2012, Finnair membuka pener-bangan Chongqing–Helsinki, penerbangan langsung pertama dari Chongqing ke Eropa dan juga penerbangan langsung pertama di China barat. Dengan diawali empat pe-nerbangan per minggu maka sekitar 100.000 penumpang internasional dari China diang-kutnya setiap tahun .

Pada akhir 2011, Korean Air membuka 30 penerbangan di 23 kota China. Maskapai ini menandatangani perjanjian kerja sama stra-tegis dengan provinsi Hubei untuk mening-katkan frekuensi penerbangan, menetapkan Seoul–Wuhan dengan penerbangan lang-sung dan sebagai hub bagi penumpang Ko-rea berkunjung ke China.

Semua maskapai penerbang an asing

Selain kota-kota utama seperti Beijing, Shanghai dan Guangzhou,

maskapai penerbangan asing mulai beralih ke kota-kota

tingkat kedua.

memiliki orientasi yang ber-beda dan layanan khusus

ketika mereka memasuki pasar China. Dalam rang-ka memberikan layanan yang lebih baik bagi penumpang China, South Africa Airlines me-nyediakan setidaknya satu pramugari China pada penerbangan Bei -jing ke Johannesburg. Para pramugari China juga direkrut untuk setiap penerbangan langsung dari Beijing

ke Zurich oleh Swiss Air. All Nippon Airways di Jepang

terus meningkatkan halam-an web dalam bahasa China se-

hingga penumpang China dapat memesan penerbangan online. Di Jepang, All Nippon Airways

menugaskan staf berbahasa China di konter bandara dan semua tanda-tanda jalan dan fingerposts memiliki versi China.

Semua penerbangan Singapore Airlines dari China memiliki sistem hiburan pribadi yang disebut ‘KrisWorld’ di kursi masing-masing dan memberikan panduan operasi berbahasa China.

Penumpang dapat menonton televisi, bermain game dan mendengarkan musik. Pramugari China dialokasikan di semua penerbangan ke dan dari China. Pramugari lain dapat berbicara dengan penumpang berbahasa China.

Ditunggu, para maskapai penerbangan nasional Indonesia akan memperbanyak layanan ke China. Bukankah pariwisata bu-daya dan religi, di mana di China berdomi-sili lebih 100 juta umat Muslim, membuka peluang yang akan memperkuat pemasaran pariwisata dan menarik minat berkunjung ke Tanah Air ini?

Barulah dua maskapai penerbangan na-sional Indonesia yang terbang langsung ke China, ke kota-kota utama Beijing, Shanghai, Guangzhou dan Hongkong yakni Garuda Indonesia dan Batavia Air.

Saat ini Kemenparekraf memasang target jumlah kunjungan wisatawan dari China ta-hun 2012 antara 590.000–600.000 wisatawan, setelah tahun 2011 dicapai sebanyak 504.749 dan tahun sebelumnya 421.518 orang.

Para praktisi industri pariwisata Indone-sia rasanya baik menciptakan dan memasar-kan ke China paket-paket wisata budaya sekaligus religi. Termasuk misalnya wisata kunjungan ke situs bersejarah muslim, selain obyek-obyek wisata yang telah merupakan internationally wellknown places of interest of Indonesia. Dan tentu saja, pramuwisata yang piawai berbahasa China. n

Page 25: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

25Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Promosi Luar Negeri

Sales Mission ke Arab Saudi Sales mission Arab Saudi merupakan perpaduan kegiatan pa-

meran dan table top antara industri pariwisata Indonesia se-laku seller dengan operator tur di Arab Saudi selaku buyer.

Sales mission di Arab Saudi dilaksanakan pada 25–28 April 2012. Table top di Jeddah

diselenggarakan pada tanggal 25 April 2012 di Le Meridien Hotel Jeddah, dan dihadiri oleh sekitar 79 buyers. Sedangkan table top di Mekkah diselenggara-kan pada tanggal 28 April 2012 bertempat di Le Meridien Hotel

Mekkah, dan dihadiri oleh sekitar 40 buyers. Perwakilan dari industri pariwisata Indonesia dalam delegasi

ke Arab Saudi terdiri dari: ASITA Chapter Jakarta, Fokus Indonesia Tours, Marintur Indonesia, Garuda Indonesia Jeddah, Asia Collection Tur, Lisa Tour, Alia Indah Wisata, Le Grandeur Mangga Dua Hotel, Kaha Tour, Acacia Hotel, Wita Tour, Aston Denpasar Hotel and Con-vention Center, Citranetratama Tour and Travel.

Hasil yang dicapai dalam sales mission di dua kota utama di Arab Saudi adalah sebagai berikut:

Di Jeddah dari 11 perusahaan yang berpartisipasi total ada transaksi potensial 8.259 pax dengan pendapatan USD 13.282.500 atau Rp 122.066.175.000,00, dengan asumsi kurs ru-piah Rp 9.190,00.

Di Mekkah, jumlah partisipasi perusahaan sama, total wis-man potensial tercatat 3.850 pax dengan hasil devisa USD 6.198.500 atau Rp 56.964.215.000,00. n

Festival Indonesia di SwissFestival Indonesia di Bern, Swiss diselenggarakan di Globus

Bahnhoff dan Global Village Bern University di Bern, Swiss. Ini dilaksanakan pada 26–28 April 2012.

Asosiasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi (AISEC) Bern University menyelenggarakan pameran kebudayaan dari masing-masing negara mahasiswanya dan di sini disebarkan bahan promosi pariwisata Indonesia.

Globus Bahnhoff ada lah sebuah department store tingkat atas di Swiss yang tahun ini menyelenggarakan Bali Woche (Bali week) di seluruh gerainya di Swiss.

Dalam kegiatan ini menampilkan dan menjual produk-produk khas Bali dan Indonesia seperti pak-aian, kerajinan tangan dan kuliner khas Indo-nesia.

Departement store juga memberikan ke-sempatan untuk me-nampilkan kesenian

tradisional seperti tari legong, tari cendrawasih, tari taruna jaya dan tari sekar jagat.

Pentas kesenian tradisional Indonesia baik di Global Vilage maupun Globus Bahnhoff cukup mendapat apresiasi dari pen-

duduk Bern. Pada acara Global Village pentas kesenian dikun-jungi sekitar 150 orang dan di Globus Bahnhoff pentas kesenian disaksikan sekitar 200 orang per hari. n

Expo Diving di Singapura

Asia Resort Expo/Diving Resort Travel Singapura yang di-selenggarakan pada 1–3 Juni 2012 ini adalah kegiatan consumer show di kawasan Asia Pasifik pertama kali

diselenggarakan di Singapura dan khusus menjual paket-paket holiday & beach resorts, boutique hotels, villas & spas, dan diving. Kegiat-an ini diikuti oleh 81 peserta dari 13 negara yang berlangsung sela-ma tiga hari dan dikun-jungi oleh sekitar 3.000 pengunjung.

Industri yang ter-gabung dalam delegasi Indonesia terdiri dari: Kalicaa Villa Resort, Banten; Yos Dive Indonesia, Bali; The Santosa Villas & Resort, Lombok; Global Dive Centre, Jakarta; Holiday Resort, Lombok; Grand Komodo, Bali; Raja Ampat Dive Lodge, Papua; Turi Beach Resort, Batam; PT. Hotelindo Murni, Aceh; dan Nongsa Point, Batam. Satu pemda yang mengikuti even ini adalah Dinas Kebu-dayaan dan Pariwisata Provinsi Papua.

Pada keikutsertaan Asia Resort Expo 2012 diperkirakan ter-jadi transaksi sebanyak sekitar 201 pax dengan nilai transaksi sebesar Rp. 825.502.500,00. n

Misi ke Korea SelatanSales mission Korsel 2012 diselenggarakan pada 4 Juni 2012

di Busan Indonesia Center (BIC), Busan. Dan 5 Juni 2012 di Seoul, Korea Selatan.

Sales Mission ke Korea Selatan adalah kegiatan promosi pariwisata Indonesia tahun an terbesar di Korea Selatan yang ber-sifat B to B meeting. Se-lain itu juga dilakukan pe la yanan informasi pa riwisata Indonesia, per tunjukan kesenian, media on briefing, pem-bagian cenderamata dan pendistribusian bahan-bahan promosi.

Industri yang tergabung dalam delegasi Indonesia adalah PT Gemma Tirta Buana, Adventure Indonesia, Garuda Indonesia, Garuda Orient Holidays, Santosa Villas & Resort Lombok, Sheraton Mustika Resorts & Spa.

Selama sales mission di Busan, setiap perusahaan dari 4 pe-rusahaan yang ikut mendapatkan rata-rata 10 appointment pro-spective dengan jumlah perolehan rata-rata calon wisman 115 orang atau total 460 wisman. Dengan asumsi pengeluaran per kunjung an US$ 912,92 maka total devisa yang dihasilkan adalah US$ 419.943 atau Rp 3.863.477.440,00.

Sedangkan sales mission di Seoul dari 5 perusahaan yang tu-

Page 26: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

26 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 201226

Promosi Luar Negeri

rut serta, rata-rata mendapat 17 appointment prospective dengan rata-rata calon wisman sebanyak 132 atau total wisman poten-sial sebanyak 660 orang. Dengan asumsi pengeluaran per kun-jungan US$ 912,92 maka total devisa yang dihasilkan adalah US$ 602.527 atau Rp 5.543.250.240,00 (kurs US$ 1=Rp 9.200). Jadi total transaksi selama sales mission di kedua kota tersebut sekitar Rp. 9,41 miliar.

VITO Korea yang turut membantu penyelenggaraan sales mission memberikan rekomendasi agar lebih memperbanyak sellers dari Bali, Jakarta, dan Lombok ikut berpartisipasi karena profil pasar Korea Selatan kebanyakan dari segmen keluarga yang menyukai perjalanan dalam rombongan dan honeymooner.

Selain itu, diharapkan sellers juga membawa bahan promosi dalam bahasa Korea dan penterjemah mengingat buyers di Ko-rea Selatan jarang yang bisa berbahasa Inggris dengan lancar.Dan bentuk bahan promosi harus lebih spesifik terutama ten-tang special interest seperti shopping, spa, MICE, cruise, dan adven-ture serta proporsi destinasi seperti Bali, Jakarta, dan Lombok diperbanyak karena informasi destinasi tersebut, yang saat ini dicari oleh turis Korea. n

Korea World Travel Fair Korea World Travel Fair (KOTFA) 2012 diselenggarakan

pada 7–10 Juni 2012 di COEX Exhibition Center Seoul, Korsel. KOTFA merupakan bursa pameran pariwisata

tahunan terbesar di Korea Selatan bersifat B to C show. Ada enam industri dari Indonesia turut berpartisipasi dalam

What Do They Say?

delegasi Indonesia: The Santosa Villas & Resort Lombok, NTB; Sheraton Mustika Yogyakarta Re-sort & Spa DI Yogyakar-ta; The Patra Bali Resort & Villas, Bali; Adventure Indonesia, Bali; Garuda Orient Holidays Seoul, Korsel; PT. Garuda Indonesia Seoul, Korsel. Cherry Kim dari VITO di Seoul membantu de legasi Indonesia.

Transaksi yang dihasilkan oleh lima peserta industri seba-nyak 63 prospective appointment dan 80 pax, dengan jumlah nilai transaksi mencapai USD 81.500 atau sekitar Rp. 766.100.000,00 (dengan kurs 1 USD = Rp. 9.400). n

Dari Polandia ke Papua

Slawomir Brzoska ini dozen di Uni-versity of Arts kota Poznan, Polan-dia. Saat festival budaya Baliem berlangsung tanggal 8–11 Agustus

2012. Dia setiap hari datang ke lapangan di mana festival itu dilangsungkan. Tapi

seluruhnya dia tinggal dua minggu di Papua. Setelah usai festival, dia melanjut-kan masuk ke desa-desa lain ke sekitar ka-wasan Piramide Carstensz.

“Amazing. Hebat,” katanya menyak-sikan bagaimana suku Papua di lembah Baliem itu menyajikan tradisi perang-perangan mereka, lengkap dengan cara berpakaian yang asli dari warisan tradisi berabad-abad.

Dia akan menulis Papua. Akan meng-ambil pelajaran dan diajarkannya lagi nanti kepada mahasiswanya. Dia mem-perbandingkan dengan peninjauan dan pengalamannya yang sudah dilakukan-nya berkeliling dengan maksud tujuan sama, ke Mesir, Etiopia, Sudan. Untuk penelitian nya ke Papua kali ini dia nama-kan kegiatannya Papua Project.

Untuk persiapan sebelum dia datang ke Papua ini, dia menulis keterangan ringkas berjudul Liquid Identity. The Papua Project.

Di Lembah Baliem di Papua, dia akan mencapai apa yang dia rencanakan de-

ngan bantuan anak-anak setempat. Ini dimulai dari sejarah singkat dari tempat itu, yang telah terpisah selama berabad-abad, tapi untungnya budaya neolitikum masih disimpan di sana. Dia menjelaskan persiapan untuk perjalanan ke pulau Pa-pua, selain perjalanan dia di seluruh du-nia, dan dia akan berbagi pengalamannya dan mengungkapkan kekagumannya dan rasa hormat terhadap orang-orang Papua.

Dia ingat pertemuannya dengan orang-orang Papua dan pengalaman dari desa-desa. Idenya adalah untuk membantu anak-anak setempat, dengan harapan bu-daya mereka tidak punah oleh sistem pen-didikan, dan oleh pengaruh budaya barat.

Anak-anak Papua hidup antara dunia orang tua mereka dengan asal neolith, dan dunia kontemporer dengan semua atraksi dan ‘bahaya’-nya.

Dia juga rupanya aktif di seni fotografi. Itu baginya tampaknya dimaksudkan bisa membantu melestarikan setidaknya bagian dari budaya kuno. nDia di tengah Festival Budaya Lembah Baliem 2012.

Page 27: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

27Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012 27

Promosi Dalam Negeri

Nah,ini Festivaldi Jembrana

Penyelenggaraan even di destinasi Bali memang umumnya ‘matang’. Festival Seni Jembrana diikuti oleh 73 grup/sekha jegog, kesenian

khas dari Kabupaten Jembrana dengan jumlah seniman 5.190 seniman yang terdiri dari 2.190 seniman jegog dan 3.000 penari tarian ngibing, menjadi sebuah pencapai-an prestasi yang diancungi jempol.

Jegog, alat musik yang berasal dari bambu yang ditabuhkan oleh 30 orang. Keunikannya dari jenis musik bambu lain-nya terletak pada suara yang khas, tajam dan mampu menyesuaikan dengan nada pelog, selendro maupun nada diatonis.

Maka, ia mampu berkolaborasi dengan musik modern, dari yang beraliran Rock, Pop maupun jenis musik lainnya. Itu di-tam pilkan dalam malam apresiasi kese-nian Jegog pada 4 Agustus 2012, megah dengan perpaduan nuansa klasik dan modern, sajian seni yang indah.

Festival Seni Jembrana, pada 3–5 Agus-tus 2012, juga menampilkan aneka Ku-liner kreatif, dan Parade Busana Khas Jem-brana. Masyarakat pun tampak berpadu untuk membangun sebuah dimensi baru pariwisata Jembrana.

Festival itu meriah. Promosi pariwisata dalam negeri ini, dengan sendirinya juga berdampak pada memperkuat promosi pariwisata luar negeri, karena diadakan-nya di Bali, destinasi utama pariwisata in-ternasional bagi Indonesia. Tampil di situ jenis tarian dan garapan baru yang mun-cul antara lain, Tari Mekepung, Jenis jenis Tabuh Jejogedan, Tabuh Tiying Sangkep dan lain-lain.

Tampilan itu pernah muncul di ajang pembukaan Piala Dunia (World Cup) di Pa-ris, Perancis, selain itu jegog juga tampil se-cara rutin dalam ajang-ajang rutin di Jepang, Korea, Filipina, Thailand, dan Belanda.

Garapan yang ditampilkan dalam Fes-tival Seni Jembrana juga Tari Sekar Taman, Teruntungan Damar Hyang, Tari Gebyog, Garapan New Mebarung serta Kolaborasi dengan Triple X, Dek Ulik dan Cedil CS.

Ditampilkan pula satu ekplorasi yang dilakukan di bidang modeling dan busana adat khas Bali, yang membuat sanggarnya sangat dikenal di Kabupaten Jembrana. Selain itu, grup band Energizer, Snow Ball,

Onyx 2, West Grandma dan artis nasional seperti D’String.

Pelaksana even ini menyimpulkan: Fes-tival telah mengapresiasi potensi seni dan budaya lokal khususnya Jembrana menjadi sebuah even promosi pariwisata yang me-nampilkan sesuatu yang menga gumkan.

Kegiatan ini juga menjawab semangat Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam upaya merevitalisasi dan melakukan

restrukturisasi terhadap setiap potensi seni dan budaya yang bisa kemudian dikemas menjadi even promosi pariwisata.

Juga menunjukkan bahwa jegog tetap mampu menjawab tantangan zaman, un-tuk menjadi ikon dan daya tarik tersen-diri dari Kabupaten Jembrana, baik secara utuh maupun berpadu padan dengan ber-bagai seni budaya dan tradisi yang tum-buh subur di Jembrana. n

Page 28: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

28 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Indonesia Timur

PapuaWonderfulIndonesiaPara wisman menyaksikan festival

budaya di Lembah Baliem, Papua, lalu kata-kata amazing, incredible, terbanyak dan berulang diucap-

kan oleh mereka. Wisnus pun rasanya tak dapat berkata banyak. Rasa terpesona, kendati bercampur pikiran dan mung-kin juga perasaan haru. Simpati. Empati. Kebangsaan. Semua itu jadinya terasa ter-cakup dan terwakili dalam satu ungkapan: “Wonderful Indonesia”.

Para peserta festival lembah Baliem datang dari 40 kecamatan di kabupaten Jayawijaya itu. Mereka memperagakan ‘perang-perangan’, dengan latar belakang yang biasanya menjadi sebab-musabab yang dinarasikan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Para ‘wariors’ dalam busana original tradisional mungkin diwarisi sejak ratusan tahun yang lalu, para pria itu mengenakan tak sehelai benang pun pakaian, kecuali ‘koteka’. Dan masyarakat di luar Papua sudah mafhum tentang koteka, bukan?

Tanggal 8–11 Agustus 2012 Festival Bu-daya Lembah Baliem dilaksanakan untuk ke-23 kali, setiap tahun. Selama tiga hari itu tampak wisman sibuk menonton dan memotret. Dihitung-hitung jumlah me-reka pulang pergi setiap hari ke lapangan pertunjukan festival, akumulatif boleh jadi mencapai sekitar 300 orang. Mereka datang dari Amerika, Polandia, Austria, Australia, Belanda, Perancis, Jepang, Ing-geris. Kendati menurut Bupati Jayawijaya, Wempi Wetipo, tahun lalu tercatat sekitar 500 wisman yang berkunjung menyaksi-kan festival tersebut.

Seperti kata Slawomir Brzoska, dia

dozen di sebuah universitas di Polandia dan datang untuk festival ini: “Amazing, very amazing. Rasanya kita melihat diri kita sendiri, mungkn ribuan tahun yang lalu.” Maksudnya, pada cara berpakaian kaum pria dan wanita asli tradisional itu.

Di desa-desa dalam kehidupan sehari-hari, tradisi berpakaian tersebut tak lagi sepenuhnya kini dikenakan, kecuali be-berapa orang. Pakaian tekstil sudah di-gunakan. Dalam perjalanan menuju, dan sewaktu pulang kembali ke desa masing-masing, setelah usai berperan di pertun-jukan festival itu. Sembilan puluh persen lebih di antara mereka kembali berpakai-an yang oleh masyarakat lokal disebut ‘pakaian modern’.

Suku Dani/Lani juga memperagakan menghidupkan api dari batu, dan memba-kar batu itu pula. Dengan itu mereka me-masak makanan.

“Tapi memang saya tahu, di beberapa desa di gunung sekitar Piramide, masih kebanyakan sangat asli. Di sana mereka belum tersentuh oleh pendatang termasuk misi agama atau kebudayaan dari luar.” Itu kata dozen Slawomir tadi. Dia mau me-ngunjunginya, setelah festival usai. Dia do-sen kebudayaan. Maka akan menjadi bahan dalam mata kuliah yang diberikannya. “Dan akan saya tulis di website saya,” kata dia.

Mr and Mrs Eder Franz, yang datang dari Austria, mengucapkan ‘incredible’ ber ulang kali setelah kembali di hotel di kota Wamena, dari menghabiskan sehari-an menonton festival, lalu bilang dia akan kembali lagi ke sini.

Wisnus Satu grup 12 orang yang sempat ter-

jumpai saat festival, datang dari Jakarta. Ya, kami khusus ke festival ini, setelah banyak mendengar ceritanya, kata salah satu di antara mereka.

Per orang wisnus ini mengeluarkan biaya Rp 6,7 juta untuk paket wisata sela-ma lima hari di Papua. Dengan perjalanan pergi pulang dari Jakarta, maka durasi per-jalanannya menjadi tujuh hari. Mereka pun

tampak sibuk memotret ria, seperti hampir setiap wisman yang pria maupun wanita.

Lembah Baliem boleh dibilang meng-genapkan ketenaran Papua di zaman modern ini, bersamaan populernya fes-tival budaya Danau Sentani, destinasi wisata bahari Raja Ampat; suku Asmat, suku Dani, dan tentu saja suku-suku yang ratusan banyaknya, sampai nama Puncak Carstensz yang menyimpan salju abadi. Ratusan sampai ribuan halaman buku te-lah beredar di dunia, sebutlah dari Periplus Editions dalam judul The Ecology of Papua.

Belakangan ini telah diciptakan pula festival budaya di kabupaten lain, di Fak-fak di pantai Barat Papua, di Merauke di ujung paling timur sebelah selatan.

Jadi, di Danau Sentani dan Wamena me-nampilkan kehidupan suku pedalaman,

Kelompok demi kelompok memasuki arena festival, tiap kelompok dari satu kecamatan berjumlah sekitar 30 orang. Di antara peserta itu ada juga beberapa wanita.

Para wisman sibuk dengan kamera masing-masing.

Page 29: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

29Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012 29

Dan inspirasi...

Setelah menyaksikan atau mendengar pengalaman me reka yang sudah ke fes-tival Lembah Baliem, festi-

val Danau Sentani, Dambu-dambu di Merauke, kemudian trekking ke puncak Carstensz, apa inspirasi yang menggetarkan?

Terasa alangkah hebatnya jika misalnya, Big Corporation di Jakarta, memberikan incentive tours pada karyawan dengan tur ‘adventure’ ke Papua. Kalau festival demi festival hanya berlangsung sekali dalam se-tahun, maka wisata alam dan gunung ke puncak Carstensz terbuka selama sekitar tujuh bulan dalam setahun.

Adventure tours ke Piramide Cartstensz ternyata berhasil men-campur kan berbagai sensasi pe nga-laman: wisata alam atau eco-tourism, penga laman beraktifitas seraya ‘membaca’ the living history peradab-an manusia ratusan hingga ribuan tahun silam dalam kenyataan yang disaksikan sekarang, sentuhan- sentuhan kema nusiaan yang men-dorong orang ingin mendonasikan sesuatu untuk pemeliharaan alam, lingkungan, dan kesehatan serta pendidikan anak-anak gunung yang masih sangat tradisional. n

Hujan atau lapangan berlumpur tidak men-jadi halangan bagi wisman dan wisnus turun ke lapangan ketika hendak melihat dari dekat anggota suku-suku yang hendak ‘berperang-perangan’. Festival Lembah Baliem pun telah mem-iliki tribune permanen, bangku tempat duduknya agaknya bisa menerima seribu penonton.

Tiket masuk bagi wisman dikenakan Rp 150.000, tapi jika dibeli melalui travel agents dalam harga paket tur, per orang Rp 100.000. Untuk wisnus Rp 20.000 per orang sekali masuk arena.

Masyarakat yang tidak membeli tiket, menon-ton memenuhi sepanjang balik pagar yang me-ngelilingi lapangan yang luasnya tampak boleh jadi 20 kali luas lapangan sepak bola.

Kelompok demi kelompok memasuki arena festival, tiap kelompok dari satu kecamatan berjumlah sekitar 30 orang. Di antara peserta itu ada juga beberapa wanita.

pegunungan dan rimba belantara ke Pun-cak Carstensz, di pantai barat dan selatan merefleksikan riwayat suku pesisir yang mempunyai sejarah lebih dulu bersentuh an dengan budaya dari luar Papua. n

Begitulah kelompok bersiap memasuki ‘perang’ yang hendak dipertunjukkan.

Para wisman sibuk dengan kamera masing-masing.

Pegunungan Carstenszdengan salju abadi.

Page 30: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

30 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Indonesia Timur

Model Tur ke PapuaIni merupakan salah satu ‘pola tur’ di

Papua, berdasarkan bisnis yang telah dijalankan oleh satu operator tur berba-sis di Timika.

Hari I : Kedatangan di kota Timika, Sab-tu, rombongan wisatawan tiba di Bandara Moses Kilangin Timika pada pukul 06.30, dengan pesawat Garuda Indonesia, dari Ja-karta dan–dari Bali. Rombongan berjumlah tujuh orang berasal dari Austria dan Jerman yaitu: 1. Mr Walter Laserer, 2. Mr Henry Voigt, 3, Mr Michael Ladstaetter, 4. Mr Ma-thias Aumayr, 5. Mr. Markus Allesch, 6. Mrs Sophie Chung dan 7. Mr Pfaff Guen-ther. Mereka bertujuh langsung diantar oleh Maximus Tipagau dari tour operator yang me-nangani menuju ke Hotel Rimba Papua.

Acara siang itu berlanjut dengan ber-keliling Timika sambil berbelanja kebutu-han makanan dan kelengkapan pendakian. Malam hari, diakhiri dengan makan malam bersama di Hotel.

Hari II : Minggu, sesudah sarapan pagi melanjutkan kegiatan berbelanja di kota Timika. Malam hari, diadakan makan malam bersama di Rumah Makan.

Hari III : Senin, berangkat ke Bilogai, Sugapa dengan pesawat charter dan sam-pai di Sugapa pukul 09.20. Perjalanan hari ini diakhiri dengan bermalam di Kampung Bulapa, Kabupaten Intan Jaya.

Hari IV : Selasa. Perjalanan dari Sugapa dimulai pukul 09.30 menuju ke kampung Bulapa, mendapat sambutan dari anak-anak sekolah dan Kepala Desa. Anak-anak dan Guru menyanyikan beberapa lagu Moni se-bagai penghargaan atas kedatang an tamu dari negara lain.

Kolompok seni dan budaya memba-wakan tarian khusus dari kampung Bulapa dan nyanyian khas suku. Sambutan meriah berupa tarian adat suku Moni, mengesankan sesuatu yang istimewa. Tetapi masih ada ke-jutan lain, yaitu acara adat bakar batu yang digelar untuk tamu dan masyarakat. Rom-bongan wisatawan sangat terhibur dengan pesta wisata yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Kabupaten Intan Jaya ini. Kampung ini meru-pakan salah satu kam-pung yang dilalui wisatawan apabila mau melakukan pendakian ke Puncak Carstensz melalui Jalur Ugimba.

Pertama kali dalam sejarah kepariwi-sata an khususnya pendakian ke Puncak Carstensz melalui Kabupaten Intan Jaya,

wisatawan mendapat sambutan dari ma sya-rakat. Dan iritual ini akan dilanjutkan.

Hari V : Rabu, Perjalanan dari kampung Bulapa dimulai pukul 06.30. Berjalan dengan kondisi prima dan penuh semangat menyu-suri jalur jalan setapak yang memang sudah biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai prasarana transportasi dari satu kampung ke kampung yang lain, melewat kampung Gamagai dan sungai Waebu, dengan naik turun gunung sampai di kampung Ugimba pukul 14.30 di sebuah homestay, dan di teri-ma oleh masyarakat Ugimba.

Masyarakat mengadakan rapat untuk mendaftarkan siapa yang bisa ikut bersama Tamu dan menjadi potter selama perjalanan ekspedisi ke Carstensz.

Hari VI : Kamis, rombongan menuju kam-pung Putigapa, ditempuh tiga jam menuju lokasi. Kondisi jalan memang sempit.

Hari VII : Jumat, perjalanan dilanjutkan lagi pukul 06.00 menuju Bale-Balegelapa, pu-kul 11.00 sampai di Bale-Balegelapa. De ngan waktu yang tersisa rombongan melakukan aktivitas. Menikmati pemanda ngan dan sa-ling menceritakan kekaguman akan alam Indonesia khususnya di Papua.

Hari VIII : Sabtu, dilakukan lagi per-jalanan menuju Zebra Wall. Di Zebra Wall beristirahat sebanyak-banyaknya karena perjalanan yang dilakukan hari selan-jut nya membutuhkan waktu yang cukup lama. Jadi, rombong an dihimbau untuk beristirahat se-maksimal mungkin dan sebaik-baiknya un-tuk menjaga stamina dan menjaga kondisi tubuh agar tetap prima dan kuat, agar dapat melanjutkan expedisi ke Puncak Carstensz, yang membutuhkan waktu selama 10–11 jam.

Hari IX : Minggu dan Senin, perjalanan dari Zebra Wall menuju Carstensz di mulai pada pukul 03.00 dengan kondisi cuaca yang masih

sangat dingin. Rombong an berjalan selama le-bih kurang 10 jam melalui jalan de ngan kondisi lingkungan yang sangat bervariasi. Ada area padang rumput yang didominasi oleh rumput dan ilalang dengan variasi tumbuhan lumut di bebe rapa bebatuan dan pinggiran sungai, ada juga area yang cukup terjal dengan batu besar yang mendominasi area tersebut.

Perjalanan ini memang melelahkan ka-rena jarak tempuhnya yang cukup panjang, akan tetapi karena di sepanjang perjalanan potter yang memandu akan memberikan instruksi menyanyikan lagu khas suku Moni yang berupa teriakan dengan nada tinggi rendah bergantian, maka kelelahan yang dirasakan bisa sedikit terobati.

Nyanyian ini hanya dilakukan semata untuk menghilangkan rasa capek dan un-tuk menghibur dalam perjalanan. Sampai di Puncak Carstensz pukul 11.00-an siang dan selanjutnya kembali ke base camp, sampai di base camp pukul 17.00 sore.

Perjalanan berakhir di Puncak Carstensz yang merupakan tujuan utama para pendaki puncak Carstensz. Semua anggota tim ber-hasil naik sampai ke Puncak Carstensz, dan kebahagiaan jelas sekali terpancar dari set-iap wajah anggota tim.

Hari X : Selasa. Perjalanan kembali dari Carstensz membutuhkan waktu lebih pendek karena jalan yang ditempuh cen-derung menurun dan cuaca yang cerah.

Hari XI : Rabu, perjalanan dimulai pukul 08:00, pukul 11.00 tiba di Ugimba. Kegiatan pertama adalah penanaman pohon kayu Cina. Setiap pohon yang ditanam, diberi nama setiap penanamnya. Untuk pelesta rian lingkungan ini, sebagian dana ekspedisi ini disisihkan untuk biaya pengadaan bibit, pem-belian pupuk dan perawatan.

Dan kegiatan lain pada waktu itu unik, tamu wisata meminta kepada mama- mama

Page 31: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

31Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Indonesia Timur

Ugimba memasakkan makanan khas Ugim-ba dan sebaliknya mama-mama dari Ugimba meminta tamu memasak makanan khas ne-geri mereka, saling tukar makanan. Kegiatan hari ini diakhiri dengan bermalam di base camp di Ugimba.

Hari XII : Kamis jam 07.00, tim melanjut-kan perjalanan dari Ugimba menuju Sugapa. Terasa lebih cepat karena jalan yang menurun dan keinginan kuat untuk segera bisa beri-stirahat dengan baik di Timika. Sekitar jam 15.00 sore, sampai di penginapan di Sugapa sambil menikmati suasana sore yang cerah.

Hari XIII : Jumat, jam 07.00, seluruh tim sudah bersiap untuk berjalan menuju ban-dara kecil Bilogai di Sugapa. Sekitar jam 10.00 pesawat charter JAT membawa para wisatawan kembali ke Timika, ditempuh selama 45 menit. Perjalanan ini menye nang-kan karena pilot membawa pesawat mela-lui Puncak Carstensz, tempat yang selama beberapa hari lalu sudah mereka kunjungi. Semua orang menikmati perjalanan yang mengesankan.

Hari XIV : Pada hari Sabtu pukul 7.55, Maximus selaku pemandu dan penanggung

jawab tur berdiskusi dengan rombongan membahas daerah pariwisata tanah Papua tersebut. Puncak Grasberg merupakan salah satu dari tujuh puncak tertinggi di Dunia (The Seven Summits). Rute yang telah dibuat sebagai jalur pariwisata tersebut memerlu-kan kerja sama yang erat antara pemerintah daerah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua dan Kementerian Pariwisata dan segenap lapisan masyarakat Papua.

Kerja sama terutama diarahkan untuk partisipasi pengelolaan sebagai sumber penda patan bagi masyarakat Papua dan de-

visa negara. Diharapkan sumberdaya alam khususnya pariwisata ke Puncak Carstensz bisa mendapat perhatian dari masyarakat Papua dan dunia internasio nal dalam pe-ngembangannya. Pertemuan bisa memberi-kan masukan yang baik dan memberikan ke-untungan bagi kedua pihak khususnya bagi rakyat Papua dan parawisata di Indonesia.

Pemerintah daerah menyatakan sangat berkomitmen untuk mendukung kegiatan Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Mimika dan Puncak Carstensz.

Kegiatan wisata di Puncak Carstensz di-harapkan membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal. Kegiatan wisata Carstensz juga mejadi media Transaksi Pendidikan antara masyarakat setempat dan wisatawan.

Pagi itu juga dari bandara udara Moses Kilangin tiga orang wisatawan berangkat mengunjungi obyek wisata bahari di Raja Empat lewat Jayapura dan Sorong dengan pesawat Garuda, sementara empat orang berangkat ke Bali dan kembali ke Eropa melalui Frankfurt dengan penerbangan in-ternasional dari Bali, dengan ini selesailah perjalanan tur itu. n

Maximus Tipagau (28 tahun) memulai bisnis menyelengga-rakan tur ke Puncak Carstensz sejak 2008. “Tahun lalu wisman yang kami tangani 27 orang,” kata dia. Sudah pernah ikut

promosi di ITB Berlin. Sebelumnya bekerja di PT Freeport. Kelahiran di desa pegunungan Carstensz. Lebih 30 orang desa telah terlatih ditangannya un-tuk menjadi porter mendampingi para wisman tur adventure mengasyikkan ini.

Rumah asli tradisional Papua disebut Honai (atas). Pak Bowas, seorang asli di desa dekat Wamena, yang mengelola sebuah gua

‘ajaib’ bernama Lokale, lantaran belum diketahui berapa kilometer panjangnya ke dalam,—men-jadi obyek wisata yang mulai banyak dikunjungi wisatawan—mulai mengadaptasi rumah tradisio-nal menjadi penginapan modern (kanan).

Di dalam ruangan rumah Honai modern itu, diperta hankannya bentuk dan gaya hidup, sebuah ruangan bundar yang datar tak perlu dilengkapi tempat tidur mo dern.

Namun arsitektur asli, seluruhnya dari kayu, dengan lubang ‘pintu’ di tengah lantai, adalah untuk turun ke bagian bawah rumah. Rumah Honai berstruktur rumah panggung seperti di banyak daerah seluruh Indonesia di luar pulau Jawa.

Bagian bawah rumah Honai merupakan ruangan kosong, dilengkapi tangga tadi. Dalam tradisi hidup sehari-hari, biasanya rumah honai terbagi, yakni yang khusus ditempati pria dan yang khusus ditempati wanita. n

Pak Bowas

Rumah Honai Papua

Page 32: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

32 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Pemasaran Destinasi

Bagaimana ‘Mereka’ Melihat dan ‘Menjual’ Jakarta

Tidak mudah memasarkan dan menjual paket wisata dengan destinasi Jakarta. Ibukota ini kaya dengan aksesibilitas udara,

sekitar 32 airlines beroperasi dengan rute penerbangan langsung dari dan ke luar negeri. Namun wisatawan dengan urusan bisnis tentu saja merupakan wisman yang menghidupkan pariwisatanya.

Tantangan yang selalu harus dihadapi Jakarta kini ialah menarik holiday makers. Warga Australia yang memimpin kantor Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di Sydney menyatakan keyakinannya bahwa kini Jakarta pun tetap bisa dijadikan destinasi bagi holiday makers dari negeri Kanguru itu. Maka mereka upayakan kini mengintensifkan mengenalkan Jakarta, dan daerah lain di luar Bali, sampai pun ke pulau Belitung.

Dari sudut pariwisata, bagaimana dan apa yang dilihat dengan kaca mata orang asing dewasa ini? Itu bisa disimak dari salah satu penulisan travel writer, berna-ma Esther Cheng. Diedarkan antara lain di internet. Kaca mata asing tentu sesuai dengan ‘aspirasi dan selera’ mereka, dan candid. Antara lain diungkapkannya de-ngan foto-foto pilihan yang tentu saja juga mencerminkan sudut pandang mereka di luar negeri sana:

Jakarta, ibukota Indonesia dan kota terbesar, mungkin terkenal karena kema-cetan gila-nya lalu lintas, tapi berkembang dengan cepat, menarik wisatawan untuk atraksi kota serta mal dan (dalam ) adegan terkenal kehidupan malam.

Tip Perjalanan: untuk mendapatkan hasil maksimal dari kota ini, di sini ho-tel bisa memanggilkan taksi untuk Anda (biasanya taksi Blue Bird atau Silver Bird, taksi dengan layanan terbaik) dan Anda

dapat menggunakan driver Anda selama sehari. Ini memang bukan pilihan ter-murah, tetapi akan membuat perjalanan Anda jauh lebih menyenangkan—dan ia mungkin hanya memperkenalkan bebera-pa tempat yang bagus untuk dikunjungi.

Tempat makanBahkan sebelum melangkah masuk ke

dalam tempat makan bernama Cafe Bata-via, di kawasan kota tua Jakarta, Anda akan berkesan restoran ini bukanlah ‘biasa’. Itu karena pilihan tempatnya di sebuah bangunan abad ke-19 semasa ko-lonial Belanda, terletak tepat di seberang bekas gedung balai kota zaman Belanda.

Seluruh kawasan Kota Tua Jakarta ini merefleksikan semua tentang masa lalu dari peninggalan kolonial Belanda. Cafe Batavia adalah tempat yang tepat untuk makan siang atau makan malam, dan beberapa hidangan yang dianjurkan ter-masuk dim sum (benar-benar otentik), ke-piting nasi goreng (nasi goreng dengan daging kepiting), dan salmon asap.

Setelah makan, menyewa sepeda dari salah satu yang berdiri berbaris menunggu ‘pelanggan’ di luar kafe, untuk tur singkat mengelilingi daerah tersebut. Di mana untuk berbelanja

Grand Indonesia adalah mal, hotel (Hotel Indonesia), sebuah menara perkantoran dan apartemen, semua dikombinasikan

menjadi satu. Ukurannya membuat selu-ruh kompleks bangunan ini terbesar ke-10 dan terbesar ke-16 sebagai pusat perbelan-jaan besar di dunia.

Delapan tingkat Grand Indonesia mem-buatnya bagaikan kota belanja yang lebih besar dari apa yang mungkn sudah Anda kunjungi di beberapa kota dunia, lebih dari 130.000 meter persegi, pusat lokasi setiap butik high-end. Apa untuk dikunjungi

Kompleks dengan tema populernya ta-man Dunia Fantasi (Fantasy Island) diba-ngun pada areal tanah reklamasi di Te-luk Jakarta. Ini taman hiburan terbesar di kota, menawarkan lebih dari empat puluh wahana dan atraksi, dan dibagi menjadi delapan daerah: Indonesia, Jakarta, Asia, Eropa, Amerika, Yunani, Hikayat (Fantasy) dan Balada Kera (Parodi Monyet).

Hampir tidak mungkin semua bagian dari taman itu dapat dinikmati dalam waktu satu hari, tapi sementara Anda be-rada di sana, pastikan untuk menaiki roller coaster Halilntar dan melihat Air Terjun.

Mau Pesta?Blowfish Kitchen and Bar merupakan

salah satu klub paling populer di kalang-an elit Jakarta. Restoran ini menyajikan masakan Jepang modern, sementara space yang bersebelahan dengannya merupakan ‘ground zero’ untuk kehidupan malam.

Blowfish secara teratur menampilkan DJ dari luar negeri, seringnya memain-kan R & B pada akhir pekan. Tata cara kehidup an malam masyarakat elit kota ini menerapkan aturan pakaian yang cukup ketat (seperti juga sebagian besar high-end spot di Jakarta), jadi, tinggalkanlah T-shirt, sandal, dan sepatu kasual Anda di rumah.

Mau tahu lebih jauh lagi tentang Jakarta? Telitilah lagi di LifestyleAsia.com untuk rincian lengkap akan hal-hal yang dapat dilakukan di Jakarta.

Begitulah menurut ‘mereka’. Kita ter-ingat outlet seperti TMII, bahkan Kebun Raya Bogor, bisa dimasukkan dalam itine-rary Jakarta, dengan menyiapkannya un-tuk di ‘jual’ ke pasar wisman. n

Page 33: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

33Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Thomas Bronimann Hans dan Rietje van Sluijs

What Do They Say?

Kedengarannya ‘luar biasa’, bukan? Mereka bertiga ini terbang dari Spanyol ke Jakarta, lalu menyambung sampai ke Tanjung Setia, di pantai kabupaten Lampung Barat. Pertama kali datang, setelah

mendapat informasi ombak di sini akan memuaskan hobi mereka surfing. Maka tak tanggung-tanggung, mereka tinggal di sini hampir dua minggu. Per malam per kamar mereka membayar Rp 250 ribu, termasuk makan pagi. Untuk dua orang. Dan praktis setiap hari memilih lokasi surfing yang berbeda. Satu hari mereka tampak berlari-lari di pantai seperti lomba lari. Mengapa?

“Kami melihat ombak di sebelah sana lebih tinggi dan memecahnya pun rata sangat teratur,” kata salah satu. Dia menunjuk ke arah ujung sebelah kanan pantai. Sebelumnya mereka surfing di sisi ujung sebelah kiri. n

Memuaskan Hobi

Saat ditemui di dermaga Rambang, Tony Maher beser-ta keluarganya sedang check in di Rahai’i Pangun. Dia adalah Sekretaris Kedua ( Perhubungan) Kedutaan

Besar Australia di Jakarta. Dia mendapat informasi dari teman-temannya yang pernah mencoba river cruise di Pa-langkaraya. Katanya bagus dan me nyarankannya untuk mencoba program river cruise milik KTD.

Tony Maher dan keluarga memilih paket weekend tour, jadi mereka akan ber-river cruise mulai hari Sabtu pagi dan akan check out pada Senin pagi.

Katanya, ”Kami sudah pernah ke Sumatera, Sulawesi dan beberapa tempat di Jawa. Tapi baru kali ini ke Kalimantan dan pertama kali ke Palangkaraya. Pergi ke Papua? Kami juga sudah merencanakannya.” n

Tony Maher dan keluarga

Thomas Broni-mann, Hans dan Rietje van Sluijs

adalah pemilik dan pe-ngelola Bukit Raya Guest House di daerah Batu Suli, Palangkaraya. Me-reka sudah puluhan ta-hun tinggal di beberapa daerah di Indonesia de-ngan diselingi beberapa tahun pulang ke negara mereka.

Menurut Thomas yang berasal dari Swiss, Palangkaraya bukan kota pariwi sata. Orang asing yang datang kebanyakan untuk berbisnis, pe-nelitian atau staf LSM. Yang datang untuk tujuan wisata masih jarang. Kebanyakan wisman yang datang ke Kalteng langsung menuju Tanjung Puting, jarang yang tran-sit melalui Palangkaraya. Apalagi sekarang sudah ada rute langsung Jakarta–Pang-kalan Bun. Bagi FIT, mengikuti wisata su-sur sungai masih berat dan mahal, kecuali

Thomas Bronimann, Hans dan Rietje van Sluijs

jika mereka datang dalam grup.Jika ada tamu atau kolega usahanya

ingin menikmati menyusuri sungai, dia biasanya menghubungi Gamal. Kalau ta-munya tertarik melihat hutan tropis, ka-dang dia sendiri yang mengatur perjalan-an ke pegunungan Muller.

Mereka akan menyewa pesawat ca-pung dari Palangkaraya, lalu trekking sam-pai ke Muller dan tinggal di desa, barulah kembali ke Palangkaraya. Thomas sudah mengenal orang-orang di desa di Muller,

jadi tidak terlalu sulit. Mereka bisa menghabis-kan waktu seminggu un-tuk perjalanannya.

Hans van Sluijs yang berasal dari Belanda me-nambahkan, jika menyu-suri Sungai Mahakam di bagian utara Kalteng, kami akan melewati garis khatulistiwa. Itu kami tahu karena pe-mandu kami yang pen-duduk setempat selalu

memberitahu jika akan melewatinya. Me-mang tidak ada penanda atau petunjuk di sungai. Tapi teman-teman yang kami ajak selalu tertarik akan hal itu.

Istrinya, Rietje van Sluijs mengatakan meskipun belum pernah menerima turis di penginapan mereka yang terbilang masih baru, tapi dia sudah merasakan susur su-ngai di Palangkaraya. Menurutnya ini po-tensial apalagi jika dikelola dan dikemas lebih baik. n

Page 34: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

34 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Indikator

Sumber : BPS

Sumber : BPS

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Domestik - Juni 2012

Perkembangan TPK Hotel Berbintang di 20 Provinsi di Indonesia - Januari 2010–Juni 2012

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk n Bulanan 2012 vs 2011

JANUARI 2012 156.654 249.728 15.384 102.630 14.200 1.827 2.324 2.502 1.482 1.064 1.230 1.157 1.408 5.449 9.524 3.795 9.600 30.546 9.455 619.959 32.733 652.692 2011 138.987 208.337 12.172 77.925 13.580 1.050 1.647 2.183 1.374 906 1.164 1.355 1.412 5.903 6.194 2.990 9.383 22.663 7.193 516.418 32.403 548.821 Pertumbuhan (%) 12,71 19,87 26,39 31,70 4,57 74,00 41,11 14,61 7,86 17,44 5,67 -14,61 -0,28 -7,69 53,76 26,92 2,31 34,78 31,45 20,05 1,02 18,93 FEBRUARI 2012 154.698 209.160 14.843 83.089 14.290 1.171 1.787 2.561 1.622 1.048 871 1.836 1.720 4.409 6.869 3.447 10.667 23.440 8.123 545.651 46.851 592.502 2011 144.299 201.457 14.270 86.318 13.086 1.264 2.297 2.646 1.622 1.083 835 1.356 1.468 5.089 8.648 3.344 8.747 25.662 9.903 533.394 34.663 568.057 Pertumbuhan (%) 7,21 3,82 4,02 -3,74 9,20 -7,36 -22,20 -3,21 0,00 -3,23 4,31 35,40 17,17 -13,36 -20,57 3,08 21,95 -8,66 -17,97 2,30 35,16 4,30 MARET 2012 165.927 222.950 19.228 103.626 16.257 1.579 2.121 3.147 2.024 1.277 1.348 1.939 2.099 5.763 9.841 4.253 13.101 28.471 10.107 615.058 43.544 658.602 2011 160.650 202.539 15.600 87.776 15.317 1.778 2.044 3.215 2.501 939 1.315 1.744 1.852 5.593 8.388 5.187 9.057 28.523 8.933 562.951 35.117 598.068 Pertumbuhan (%) 3,28 10,08 23,26 18,06 6,14 -11,19 3,77 -2,12 -19,07 36,00 2,51 11,18 13,34 3,04 17,32 -18,01 44,65 -0,18 13,14 9,26 24,00 10,12 APRIL 2012 161.005 222.657 16.383 93.813 16.061 1.669 1.503 2.665 2.189 1.192 1.482 1.333 1.701 5.760 8.734 4.505 12.639 25.784 8.545 589.620 36.480 626.100 2011 151.989 224.423 1 4.998 92.055 14.179 1.764 1.831 2.107 1.993 1.146 1.639 1.283 1.982 5.278 9.026 4.651 9.732 26.206 9.284 575.566 32.527 608.093 Pertumbuhan (%) 5,93 -0,79 9,23 1,91 13,27 -5,39 -17,91 26,48 9,83 4,01 -9,58 3,90 -14,18 9,13 -3,24 -3,14 29,87 -1,61 -7,96 2,44 12,15 2,96 MEI 2012 185.932 220.508 18.074 94.117 17.017 1.442 1.973 2.615 3.325 1.039 942 1.272 1.289 4.995 8.780 4.925 12.597 24.498 9.399 614.739 36.144 650.883 2011 150.407 208.832 16.648 96.206 14.894 1.436 2.201 2.669 2.542 1.090 1.698 1.158 2.131 5.452 8.523 5.106 9.397 25.487 8.680 564.557 35.634 600.191 Pertumbuhan (%) 23,62 5,59 8,57 -2,17 14,25 0,42 -10,36 -2,02 30,80 -4,68 -44,52 9,84 -39,51 -8,38 3,02 -3,54 34,05 -3,88 8,28 8,89 1,43 8,45 JUNI 2012 169.682 241.108 16.634 117.049 17.503 1.636 2.514 2.760 2.428 1.041 1.384 1.276 1.680 5.351 11.174 4.444 15.417 32.780 10.521 656.382 39.149 695.531 2011 164.689 245.248 1 5.979 111.619 16.215 1.513 2.118 2.707 1.795 1.289 1.683 1.295 1.982 5.270 11.067 3.700 11.079 32.372 9.325 640.945 33.457 6 74.402 Pertumbuhan (%) 3,03 -1,69 4,10 4,86 7,94 8,13 18,70 1,96 35,26 -19,24 -17,77 -1,47 -15,24 1,54 0,97 20,11 39,16 1,26 12,83 2,41 17,01 3,13 JAN – JUN 2012 993.898 1.366.111 100.546 594.324 95.328 9.324 12.222 16.250 1 3.070 6.661 7.257 8.813 9.897 31.727 54.922 25.369 74.021 165.519 56.150 3.641.409 234.901 3.876.310 2011 911.021 1.290.836 89.667 551.899 87.271 8.805 1 2.138 15.527 1 1.827 6.453 8.334 8.191 10.827 3 2.585 5 1.846 24.978 57.395 160.913 53.318 3.393.831 203.801 3.597.632 Pertumbuhan (%) 9,10 5,83 12,13 7,69 9,23 5,89 0,69 4,66 10,51 3,22 -12,92 7,59 -8,59 -2,63 5,93 1,57 28,97 2,86 5,31 7,29 15,26 7,75

PINTU MASUK UTAMABULAN Soekarno-Hatta,

Banten (U) Ngurah Rai

Bali (U)Batam, Kep. Riau (L+U)

JuandaJatim (U)

Polonia,Sumut (U)

Sam RatulangiSulut (U)

EntikongKalbar (D)

Minangkabau,Sumbar (U)

Adi Sumarmo,Jateng (U)

Makassar,Sulsel (U+L)

BIL,NTB (U)

Keterangan jenis pintu masuk : U (Udara), L (Laut), D (Darat)

Page 35: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

35Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES TOTAL 2012 652,692 592,502 658,602 626,100 650,883 695,531 3,876,310 2011 548,821 568,057 598,068 608,093 600,191 674,402 745,451 621,084 650,071 656,006 654,948 724,539 7,649,731 2010 493,799 523,135 594,242 555,915 600,031 613,422 658,476 586,530 560,367 594,654 578,152 644,221 7,002,944

Jumlah Kunjungan Wisman Bulanan - 2010 - 2012

Indikator

201220112010800.000

700.000

600.000

500.000

400.000JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES Sumber : BPS

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk n Bulanan 2012 vs 2011

JANUARI 2012 156.654 249.728 15.384 102.630 14.200 1.827 2.324 2.502 1.482 1.064 1.230 1.157 1.408 5.449 9.524 3.795 9.600 30.546 9.455 619.959 32.733 652.692 2011 138.987 208.337 12.172 77.925 13.580 1.050 1.647 2.183 1.374 906 1.164 1.355 1.412 5.903 6.194 2.990 9.383 22.663 7.193 516.418 32.403 548.821 Pertumbuhan (%) 12,71 19,87 26,39 31,70 4,57 74,00 41,11 14,61 7,86 17,44 5,67 -14,61 -0,28 -7,69 53,76 26,92 2,31 34,78 31,45 20,05 1,02 18,93 FEBRUARI 2012 154.698 209.160 14.843 83.089 14.290 1.171 1.787 2.561 1.622 1.048 871 1.836 1.720 4.409 6.869 3.447 10.667 23.440 8.123 545.651 46.851 592.502 2011 144.299 201.457 14.270 86.318 13.086 1.264 2.297 2.646 1.622 1.083 835 1.356 1.468 5.089 8.648 3.344 8.747 25.662 9.903 533.394 34.663 568.057 Pertumbuhan (%) 7,21 3,82 4,02 -3,74 9,20 -7,36 -22,20 -3,21 0,00 -3,23 4,31 35,40 17,17 -13,36 -20,57 3,08 21,95 -8,66 -17,97 2,30 35,16 4,30 MARET 2012 165.927 222.950 19.228 103.626 16.257 1.579 2.121 3.147 2.024 1.277 1.348 1.939 2.099 5.763 9.841 4.253 13.101 28.471 10.107 615.058 43.544 658.602 2011 160.650 202.539 15.600 87.776 15.317 1.778 2.044 3.215 2.501 939 1.315 1.744 1.852 5.593 8.388 5.187 9.057 28.523 8.933 562.951 35.117 598.068 Pertumbuhan (%) 3,28 10,08 23,26 18,06 6,14 -11,19 3,77 -2,12 -19,07 36,00 2,51 11,18 13,34 3,04 17,32 -18,01 44,65 -0,18 13,14 9,26 24,00 10,12 APRIL 2012 161.005 222.657 16.383 93.813 16.061 1.669 1.503 2.665 2.189 1.192 1.482 1.333 1.701 5.760 8.734 4.505 12.639 25.784 8.545 589.620 36.480 626.100 2011 151.989 224.423 1 4.998 92.055 14.179 1.764 1.831 2.107 1.993 1.146 1.639 1.283 1.982 5.278 9.026 4.651 9.732 26.206 9.284 575.566 32.527 608.093 Pertumbuhan (%) 5,93 -0,79 9,23 1,91 13,27 -5,39 -17,91 26,48 9,83 4,01 -9,58 3,90 -14,18 9,13 -3,24 -3,14 29,87 -1,61 -7,96 2,44 12,15 2,96 MEI 2012 185.932 220.508 18.074 94.117 17.017 1.442 1.973 2.615 3.325 1.039 942 1.272 1.289 4.995 8.780 4.925 12.597 24.498 9.399 614.739 36.144 650.883 2011 150.407 208.832 16.648 96.206 14.894 1.436 2.201 2.669 2.542 1.090 1.698 1.158 2.131 5.452 8.523 5.106 9.397 25.487 8.680 564.557 35.634 600.191 Pertumbuhan (%) 23,62 5,59 8,57 -2,17 14,25 0,42 -10,36 -2,02 30,80 -4,68 -44,52 9,84 -39,51 -8,38 3,02 -3,54 34,05 -3,88 8,28 8,89 1,43 8,45 JUNI 2012 169.682 241.108 16.634 117.049 17.503 1.636 2.514 2.760 2.428 1.041 1.384 1.276 1.680 5.351 11.174 4.444 15.417 32.780 10.521 656.382 39.149 695.531 2011 164.689 245.248 1 5.979 111.619 16.215 1.513 2.118 2.707 1.795 1.289 1.683 1.295 1.982 5.270 11.067 3.700 11.079 32.372 9.325 640.945 33.457 6 74.402 Pertumbuhan (%) 3,03 -1,69 4,10 4,86 7,94 8,13 18,70 1,96 35,26 -19,24 -17,77 -1,47 -15,24 1,54 0,97 20,11 39,16 1,26 12,83 2,41 17,01 3,13 JAN – JUN 2012 993.898 1.366.111 100.546 594.324 95.328 9.324 12.222 16.250 1 3.070 6.661 7.257 8.813 9.897 31.727 54.922 25.369 74.021 165.519 56.150 3.641.409 234.901 3.876.310 2011 911.021 1.290.836 89.667 551.899 87.271 8.805 1 2.138 15.527 1 1.827 6.453 8.334 8.191 10.827 3 2.585 5 1.846 24.978 57.395 160.913 53.318 3.393.831 203.801 3.597.632 Pertumbuhan (%) 9,10 5,83 12,13 7,69 9,23 5,89 0,69 4,66 10,51 3,22 -12,92 7,59 -8,59 -2,63 5,93 1,57 28,97 2,86 5,31 7,29 15,26 7,75

PINTU MASUK UTAMASepinggan,Kaltim (U)

Sultan SyarifK-II, Riau (U)

Tj.Priok, DKIJakarta (L)

Tj.Pinang,Kep.Riau (L)

Adi Sucipto,DIY (U)

Husein SastranegaraJabar (U)

Tj.Uban,Kep.Riau (L)

Tj.Balai Karimun,Kep.Riau (L)

19 PINTUMASUKUTAMA

PINTU MASUK

LAINNYA

TOTALKUNJUNGAN

SELURUH PINTU MASUK

Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah kembali oleh Pusdatin Kemenparekraf)

Page 36: Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 32 - Agustus 2012

36 Vol. 3 l No. 32 l Agustus 2012

Memasarkan Informasi dan Inspirasi

Direktorat Jenderal Pemasaran PariwisataKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Selamat Idul Fitri1 Syawal 1433 H

Mohon Maaf Lahir dan BatinMinal Aidin Wal Faidzin

29 Juni-1 Juli 2012

Nopember 201219-21 Oktober 2012

4–10 Juni 2012

7–12 November 2012

9–12 Oktober 2012BANDAR LAMPUNG

22–23 Juni 201218–21 Oktober 2012