NEW Skizofrenia Heberefenik

37
KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan rahmatNya telah memberikan kelapangan waktu serta kesehatan bagi penulis sedemikian hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Skizofrenia Hebrefenik” Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak mahalah ini bias selesai. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi penyempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Medan, 5 Agustus 2013 Penulis,

description

skizofrenia

Transcript of NEW Skizofrenia Heberefenik

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan

rahmatNya telah memberikan kelapangan waktu serta kesehatan bagi penulis sedemikian

hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas tentang “Skizofrenia Hebrefenik”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan

akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak mahalah ini bias selesai. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan masukan yang

membangun demi penyempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini

dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

Indonesia.

Medan, 5 Agustus 2013

Penulis,

Bambang irwansyah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................. ii

Daftar Isi ................................................................................. 3

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 4

BAB II. Pembahasan

2.1 Pengertian ................................................................................. 6

2.2 Etiologi ................................................................................. 7

2.3 Tanda dan Gejala ................................................................................. 9

2.4 Psikofisiologi ................................................................................. 11

2.5 Diagnosis ................................................................................. 13

2.6 Penatalaksanaan ................................................................................. 13

2.7 Prognosis ................................................................................. 20

BAB III. Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan ................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di

seluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa

semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor

psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak

mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak

tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926)

menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang

menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah

skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk

menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada

pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar

dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan

Ambivalensi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1%

penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia

lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan

pada kelompok sosial ekonomi rendah.

Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia

seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidak mampuan

untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap.

Kedatangan diruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi

yamg menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa baik

dirinya maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi dan penelantaran

Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial ekonomi

rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan

4

salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia.5 75% penderita skizofrenia

mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda

memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi

penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap

sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Skizofrenia

hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang ditandai

dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang

terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan

gerakan-gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk

menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat

yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan

lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan

pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka

prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai

dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk

berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Atkinson dkk, 1992), perasaan dikendalikan

olehn kekuatan dari luar dirinya, waham/delusi, gangguan persepsu (PPDGJ, 1983)

Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan

mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh

dari tekanan modern sekalipun. Umunya gangguan ini muncul pada usia yang

sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul

dapat terjadi secara lambat atau dating secara tiba-tiba pada penderita yang

cenderung suka menyendiri yang mengalami stress (Atkinson dkk, 1992)

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa

pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain :

“Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan

perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-

tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim”. (Townsend, alih bahasa

Helena, 1998:143).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan

afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi

yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak

bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme

(Depkes RI, 1993:111-112).

6

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau”

yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-

kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri,

menunjukkan gerakan-gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan

untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-

65).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan

prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,ada kecenderungan

untuk selalu menyendiri, dan prilaku menunjukkan hampa prilaku dan hampa

perasaan, senang menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang – ulang, proses pikir

mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan

perawatan diri pada individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)

2.2 Etiologi

Etiologi Skizofreni Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi

skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan.

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon

neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :

a. Faktor Genetis

Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui

kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi

faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.

Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan kontribusi

genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memiliki

kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya

mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot peluangnya sebesar 15%.

7

Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia,

sementara bila kedua orang tuanya skizofreia maka peluangnya menjadi

35%.

b. Faktor Neurologis

Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien

skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien

skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.

Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya dopamine,

serotonine, dan glutamat.

c. Studi Neurotransmiter

Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan

neurotransmiter dopamine yang berlebihan.

d. Teori Virus

Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi factor

predispossisi skizofrenia.

e. Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia

antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi,

dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan

anaknya.

8

2. factor Prespitasi

Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan

memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan

perilaku.

2.3. Tanda dan Gejala

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,

fase aktif dan fase residual.

Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala  non spesifik yang

lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik

menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial,

fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.  Perubahan perubahan

ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka

akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase

prodromal semakin buruk prognosisnya.

Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua

individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala

gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus

bertahan.

Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama

dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang.

Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia

juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan,

9

mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi,

hubungan sosial).

Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas,

antara lain;

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa

maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-

tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas

diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu

kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai

satu kesatuan.

6. Gangguan proses berfikir

7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan

aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung

untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari,

2001 :640).

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama

sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya

latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.

Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga,

kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas

sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial,

kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan,

kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.

10

Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan

kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala

tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia

maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif,

perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan

penanganan gejala.

Beberapa tanda dang gejala yang paling sering ditemukan pada pasien-pasien

Skizofrenia Hebefrenik adalah,

Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar

belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh

pasien dan tidak dapat ditangguhkan.

Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat

melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya.

Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik

(pendengaran). Terkadang juga terdapat halusinasi penglihatan dan

halusinasi perabaan.

Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan

melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh

orang lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat

berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa

pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan

lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain.

2.4. Psikofisiologi

1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.

a. Tahap Comforting

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien

biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga

merasa senang dan terhindar dari ancaman.

b. Tahap Condeming

11

Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya

klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut

mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri

( with drawl ).

c. Tahap Controling

Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul

tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah

berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat

kesepian atau sedih.

d. Tahap Conquering

Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak

diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

2. Waham

Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg

umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat

berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk

secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak dijumpai Gangguan

lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia

pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh yang salah

dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan

dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok

minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan

wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah

normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.

12

2.5 Diagnosis

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ;

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa

muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary),

namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang

menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk

memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan : Perilaku yang tidak

bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu

menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan; 

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh

cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed

smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces),

mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata

yang diulang-ulang (reiterated phrases); 

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta

inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya

menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and

fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan

(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan

ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya

suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak

lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-IV

skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

2.6 Penatalaksanaan

a. Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan

pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa

jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik

yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun

13

yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk

mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat

ini, yaitu : antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril

(Clozapine).

b. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik

konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering

menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional

antara lain :

1. Haldol (haloperidol)

2. Stelazine ( trifluoperazine)

3. Mellaril (thioridazine)

4. Thorazine ( chlorpromazine)

5. Navane (thiothixene)

6. Trilafon (perphenazine)

7. Prolixin (fluphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,

banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, padapasien

yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik

konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan

untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami

kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka

waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot

formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam

tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat

digunakan pada newer atypic antipsycotic.

14

a) Newer Atypcal Antipsycotic

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya

berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan

antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

Risperdal (risperidone)

Seroquel (quetiapine)

Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan

Skizofrenia.

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia

episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena

tardive dyskinesia lebih rendah.

Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja.

Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para

ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada

Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting

untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita

berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila

hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya,

atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti

obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian

obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.

15

Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai

anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan

yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal

antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya.

Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan

diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah

sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat

setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-

pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan

sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita Skizofrenia lebih dari

satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan

yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab

tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat

penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah

terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional

gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra

Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar

tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak

dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan

kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya

benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek

samping ini.

16

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi

pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace.

Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis

efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik

konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,

sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut.

Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau

mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang

memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik

atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,

dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan

komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan

penanganan yang segera.

b. Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial

untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan

praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian

atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan

pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau

menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur

tubuh aneh dapat diturunkan.

17

b. Terapi berorintasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam

keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan

manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode

pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses

pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam

cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan

aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari

ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan

penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa

menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi

keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol,

penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga

sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,

dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,

terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif

dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes

realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif,

bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan

skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek

terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia

adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien. Pengalaman

tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli

terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

18

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam

pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien

skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan

kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati.

Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan

hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang

prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi

persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai

usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

e. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,

prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan

efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian

yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga

mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari

keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,

perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit

harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga

pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam

memperbaiki kualitas hidup.

19

2.7 Prognosis

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,

prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat

kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal

(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan

perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai

dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali

untuk waktu yang singkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia :

1. Keluarga

Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya.

jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan

orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah

tersinggung.

2. Inteligens.

Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang

tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya

rendah.

3. Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil

pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah

fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai

dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia

perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.

4. Reaksi Pengobatan

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap

obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi

terhadap pemberian obat.

20

5. Stressor Psikososial

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan

mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat

diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya

dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka

prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.

6. Kekambuhan

penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.

7. Gangguan Kepribadian

Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit

disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar

terhadap kesembuhan.

8. Onset

Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang

lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih

baik.

9. Proporsi

Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai

prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak

proporsional.

10. Perjalanan penyakit

Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya

lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.

11. Kesadaran

Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal

inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

21

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat

Faktor pencetus

yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial,

seksual dan

pekerjaan

premorbid yang

baik

Gejala gangguan

mood (terutama

gangguan depresif)

Menikah

Riwayat keluarga

gangguan mood

Sistem pendukung

yang baik

Gejala positif

Onset muda

Tidak ada factor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat social dan pekerjaan

premorbid yang buruk

Prilaku menarik diri atau autistic

Tidak menikah, bercerai atau

janda/ duda

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologist

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

22

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat

yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain : “Skizofrenia hebefrenik

adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif,

afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara

ekstrim”. (Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif

yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat

mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab

dan tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112).

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang

ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang

terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-

gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara

ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan prilaku

yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, ada kecenderungan untuk selalu

menyendiri, dan prilaku menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang

menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang – ulang, proses pikir mengalami

disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada

individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)

Dari ketiga pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Skizofrenia

hebefrenik atau Skizofrenia disorganized adalah suatu gangguan yang yang ditandai

dengan regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, serta menarik diri secara ekstrim dari

hubungan sosial. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan

gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan

lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada

23

segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya

sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri, ed 7,

vol 1, Binarupa aksara, 1997

2. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan

dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta,

2001.

3. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari

http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 16 November 2010

4. Skizofrenia. Naruto. blogspot. file:///C:/Documents%20and%20Settings/F

%20A%20D%20L%20I/My%20Documents/makalah-skizofrenia.html

5. www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia diunduh

tanggal 19 september 2011.

25