New Laporan Ekologi. Diagram Profil
-
Upload
binar-setiawan-jori -
Category
Documents
-
view
1.307 -
download
150
Transcript of New Laporan Ekologi. Diagram Profil
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DASAR
DIAGRAM PROFIL
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Ekologi Dasar
Dosen: Ibu Fahma Wijayanti. M. Si
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
Putri Sintya Dewi (1111095000036)
Binar Setiawan Jori (11110950000)
Junietta Putri. C (1111095000041)
Iqbal Al Mukhlisin (1111095000032)
Ai Winarsih (1111095000018)
M. Sholikin (11110950000)
Citra Kenanga (111109500000)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M / 1434 H
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hutan sering dianggap menjadi lapisan atau strata dan formasi hutan berbeda untuk
mendapatkan jumlah strata berbeda & strata (lapisan/tingkat) sering mudah dilihat dalam
hutan atau pada suatu diagram profil, tapi kadang juga tidak dapat dilihat istilah stratifikasi
untuk mengacu pada lapisan total tingginya pohon, yang kadang-kadang diambil seperti
lapisan tajuk pohon. Pandangan yang klasik lapisan pohon yang selalu hijau dataran rendah
adalah bahwa ada lima strata, A-E.
Lapisan A merupakan lapisan paling tinggi pohon yang paling besar yang biasanya
berdiri seperti terisolasi atau kelompok yang muncul kepala dan bahu , di atas berlanjut
lapisan B, kanopi yang utama. Di bawah B adalah suatu tingkat pohon lebih rendah. Lapisan
C ditunjukkan bergabung dalam B kecuali pada dua poin-poin dekat akhir. Lapisan D adalah
berhutan treelets dan lapisan E forest-floor tumbuh-tumbuhan herba dan semaian bibit kecil.
Lapisan bentuk tajuk berhubungan dengan pertumbuhan pohon, paling pada
umumnya tajuk akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya umur pohon. Lapisan
structural kadang-kadang kelihatan pada diagram profil atau di dalam hutan, jumlah dan
tingginya lapisan akan bergantung pada tahap atau mewakili tahap siklus pertumbuhan.
Pengambilan data dari suatu area harus mempertahankan langkah-langkah yang pada umunya
tidak mengaburkan keberadaan lapisan. Pohon yang mencapai puncak kanopi terlihat ke
atmosfir eksternal yang terisolasi, temperatur tinggi dan pergerakan angin harus
dipertimbangkan, dan yang harus diadaptasikan secara fisiologis. Di dalan kanopi
microclimate sungguh berbeda.
1.2 Tujuan
1. Memahami komposisi dan struktur vegetasi suatu kawasan sehingga dapat dianalisis
mengenai kawasan kondisi tersebut dalam stratifikasinya
2. Mengetahui jenis tumbuhan yang mendominasi atau menutupi dalam sebuah vegetasi
3. Menggambarkan suatu arsitektur pohon
4. Mengidentifikasi individu dan suatu kawasan hutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti diketahui, di dalam hutan pohon-pohon membentuk beberapa stratum yang tersusun
satu di atas yang lain dari beberapa tajuk pohonan. Namun di dalam hutan sedang tidak pernah
ditemui lebih dari dua stratum pohon, bahkan kadangkala hanya terdapat 1 stratum. Sementara
itu di dalam hutan hujan akan didapati 3 stratum bahkan lebih, yang dicirikan dengan adanya
susunan dari pohon-pohon yang diatur dalam tiga tingkatan yang agak jelas. Istilah stratifikasi
digunakan untuk tiga perbedaan yang saling terkait, yaitu:1. Stratifikasi vertikal biomassa (Ashton
dan Hall, 1992) 2. Stratifikasi vertikal kanopi (Grubb dkk., 1963), dan 3. Stratifikasi vertikal spesies
(Oliver, 1978).Tingkat pertama (dominan) membentuk satu kanopi sempurna.
Kanopi merupakan kumpulan tajuk (kesatuan tajuk) atas hutan yang rata-rata
mempunyai ketinggian 20-35 meter dan tumbuhnya rapat sehingga tajuknya saling bertautan
membentuk kesinambungan dan menjadi atap hutan. Hal ini menyebabkan kondisi sekitar
menjadi sejuk atau teduh tanpa sinar matahari. Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di kanopi
umumnya berdaun tetapi variasinya kurang. Permukaan daun rata dan mengkilap di kedua
sisinya. Di bawahnya terdapat suatu tingkatan lain dari pohon-pohon besar yang juga
membentuk kanopi yang sempurna. Lebih rendah lagi terdapat suatu tingkatan dari pohon-
pohon kecil yang terpencar.
Suatu stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang kontinu atau diskontinu. Hal
ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang saling bersentuhan secara lateral. Istilah
kanopi adakalanya sinonim dengan stratum. Kanopi berarti suatu lapisan yang sedikit banyak
kontinu dari tajuk-tajuk pohon yang tingginya mendekati sama, misalnya permukaan yang
tertutup. Atap dari hutan kadangkala juga disebut kanopi. Di dalam hutan hujan, permukaan ini
dapat dibentuk oleh tajuk-tajuk dari stratum yang paling tinggi saja.
Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropika dipisahkan oleh beberapa stratum antara
lain:
- Stratum A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang tingginya sekitar
>30 meter. Di antaranya terdapat juga pohon yang rendah, tetapi umumnya tinggi pepohonan
mencapai rata-rata 40-50 meter dan bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak
saling bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya
mempunyai 3 atau 4 lapisan tajuk, batang yang tumbuh lurus, tinggi, serta batang bebas
cabangnya cukup tinggi. Pada hutan stratum A ini banyak dijumpai liana-liana berbatang
tebal, berkayu, bersifat herba dan epifit.
- Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 18 sampai 30 meter dengan
tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan batang bebas
cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis pohon pada stratum ini kurang memerlukan cahaya
atau tahan naungan (toleran).
- Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter dan bertajuk
kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil dan banyak bercabang banyak.
Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.
- Stratum D: Terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter.
Termasuk di dalamnya adalah pohonpohon muda, palma-palma kecil, herba besar dan paku-
pakuan besar.
- Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau lapisan lapangan yang
mempunyai tinggi 0-1 meter
Di daerah ini banyak dijumpai tanaman anak-anakan dan tumbuhan yang bersifat
herba.Meskipun sudah dibedakan dalam stratum tetapi tidak menutup kemungkinan timbulnya
perbedaan antar stratum. Hal ini disebabkan keadaan tempat tumbuh dan komposisi hutan yang
berbeda. Antara stratum A dan terdapat B perbedaan yang jelas karena terdapat diskontinuitas tajuk
yang vertikal. Namun antara stratum B dan C perbedaan ini umumnya kurang jelas, sehingga hanya
dapat dibedakan berdasarkan tinggi dan bentuk pohon saja. Di samping itu, tidak semua hutan
memiliki stratum seperti di atas, yang berarti hutan hanya mempunyai stratum A-B atau A-C saja.
Tetapi yang penting menurut Richards (1952) ialah adanya peranan liana (tumbuh-tumbuhan
pemanjat) berkayu yang dapat menjadi bagian dari tajuk hutan.
Tajuk merupakan keseluruhan bagian tumbuhan, terutama pohon, perdu, atau liana, yang
berada di atas permukaan tanah yang menempel pada batang utama. Pengertian lainnya juga
mencakup batang/sumbu, terutama apabila tumbuhan itu berupa semak atau terna. Kanopi terbentuk
dari satu atau lebih tajuk tumbuhan yang melingkupi suatu area. Istilah tajuk dipakai biasanya untuk
menggambarkan morfologi atau ekologi suatu komunitas pepohonan. Bentuk tajuk bermacam-
macam dan sering kali khas untuk kelompok tumbuhan tertentu. Bentuk itu ditentukan oleh
proses adaptasidan bagaimana suatu individu bertahan hidup di tempatnya tumbuh. Pengukuran
terhadap tajuk dipakai untuk mendekati kesehatan suatu tumbuhan dan efisiensi fotosintesis yang
dilakukannya.
Struktur vegetasi tumbuhan, seperti tinggi, biomassa, serta heterogenitas vertikal dan
horizontal, merupakan faktor penting yang mempengaruhi perpindahan aliran materi dan energi,
serta keanekaragaman ekosistem. Kanopi/tajuk hutan merupakan faktor pembatas bagi kehidupan
tumbuhan, karena dapat menghalangi penetrasi cahaya ke lantai hutan. Keberhasilan sebuah pohon
untuk mencapai kanopi hutan tergantung karakter/penampakan anak pohon. Variasi ketersediaan
cahaya dan perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon dalam memanfaatkannya dapat
mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan. Perbedaan kemampuan antara spesies anakan
pohon dalam menoleransi naungan mempengaruhi dinamika hutan. Pada kondisi cahaya rendah,
perbedaan kecil dalam pertumbuhan pohon muda dapat menyebabkan perbedaan mortalitas yang
besar, sehingga mempengaruhi kemelimpahan relatifnya (Pacala dkk., 1996).
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut
dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2
komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis.
Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass,
penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Arief, 2001).
Dalam komunitas organisme hidup saling berhubungan atau berinteraksi secara fungsional.
Hal ini menunjukkan bahwa komunitas tidak statis. Komunitas mempunyai tendensi menuju
stabilitas yang dinamik, dengan perkataan lain komunitas itu memperlihatkan adanya pengaturan
diri atau homeostatis. Langkah awal studi komunitas adalah mengetahui jenis atau kelompok
organisme penyusun komunitas. Kajian awal itu hanya menghasilkan daftar organisme penyusun
komunitas. Susunan organisme penyusun komunitas saja belum cukup banyak memberikan
gambaran keadaan komunitas. Studi selanjutnya tentang komunitas adalah mengenai struktur
komunitas, yang mana dipelajari tentang konstribusi dari masing-masing jenis penyusun komunitas,
nilai penting dari masing-masing jenis di komunitas, bagaiman jenis-jenis organisme itu hidup
bersama dalam menyusun komunitas, dan lain-lainnya. Pengetahuan mengenai komposisi dan
struktur komunitas akan memberikan pandangan tentang bagaimana komunitas sebagai suatu sistem
kehidupan diorganisasikan. Studi lanjutannya adalah tentang fungsi komunitas, dan
suksesi (Kartawinata,1984).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : 10 November 2012
Tempat : Telaga Warna, Puncak
3.2 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Komunitas hutan sebagai objek
yang diteliti, Kompas sebagai penentu arah, Meteran sebagai ukuran pembatas jalur yang diamati,
Tali rafia sebagai pembatas jalur yang diamati, Kertas millimeter sebagai data gambar yang
terlampir, Alat tulis sebagai prasarana pelengkap data.
3.3 Cara kerja
Ditentukan secara pruposive sampling komunitas hutan berdasarkan keterwakilan ekosistem
hutan yang akan dipelajari sebagai petak contoh pengamatan profil, dibuat petak contoh berbentuk
jalur dengan arah tegak lurus kontur (gradien perubahan tempat tumbuh) dengan ukuran lebar 5 m
dan panjang 50 m, ukuran petak contoh dapat berubah tergantung pada kondisi hutan, dianggap
lebar jalur sebagai sumbu Y dan panjang jalur sebagai sumbu X, diberi nomor semua tiang/pohon
yang ada di petak contoh tersebut, dicatat nama jenis pohon dan ukur posisi masing-masing pohon
terhadap titik koordinat X dan Y, diukur diameter batang pohon setinggi dada, tinggi total, dan
tinggi bebas cabang, serta gambar bentuk percabangan dan bentuk tajuk, diukur proyeksi
(penutupan) tajuk terhadap permukaan tanah dari sisi kanan, kiri, depan, dan belakang terhadap
pohon, dan digambar bentuk profil vertikal dan horizontal (penutupan tajuk) pada kertas milimeter
dengan skala yang memadai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Adapun hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan mengenai kriteria lapisan
pohon dan kategori pohon berdasarkan arsitekturnya adalah:
No Spesies Tumb Keliling Jrk.Antar Pohon
Jrk.Pohon
sb.X
Jrk.Pohon
sb.Y Canopi Tajuk TCP
1Nangsi 29 cm Sp 1- Sp 3 = 11 m 1.35 m 3 m
X1= 1.6
m Y1= 2.2 m 2.5 m
2.1
m
X2= 0.6
m Y2= 1.3 m
2 Kopi Hutan 70 cm Sp1-Sp2 = 2.2 m 3.3 m 2.4 m X1=7.5 Y1=2.6 4 m
1.55
m
X2=2.4 Y2=1.3
3 Ki Bangkong 35 cm Sp3-Sp 4 = 5.5 m 0 15.4 m
X1= 4.3
m Y1= 0 6.5 m
3.8
m
X2= 5 m Y2= 5 m
4 Kileho 70 cm Sp4-Sp6 = 4.7 m 0.5 m 20.9 m X1= 5m Y1=0.5 m 5.5 m 2 m
X2= 3.3
m Y2= 5 m
5 Saninten 80 cm Sp 4-Sp5 = 2.2 m 2.6 m 23.1 m
X1= 0.89
m Y1= 2.6 m 17 m
6.5
m
X2z= 1.6
m
Y2 = 3.78
m
6 Nangsi 35 cm Sp5-Sp6 = 3.4 m 0.45 m 26.5 m
X1= 2.13
m
Y1= 0.45
m 15 m
2.3
m
X2= 2.85
m
Y2= 0.35
m
7 Nangsi 35 cm Sp6-Sp7= 12 m 0.5 m 38.5 m
X1 = 0.8
m Y1= 0.5 m 13 m
1.2
m
X2 =5.2
m
Y2 = 1.5
m
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan bahwa pohon yang terdapat di hutan yaitu daerah Telaga Warna,
Puncak, merupakan jenis pohon yang tergolong dalam kategori pohon masa depan. Hal ini terlihat
dari potensi tegakan yang masih bisa atau mampu berkembang ke arah yang lebih besar lagi baik
tangensial, radial dan longitudinal. Lapisan tajuk pohon di daerah ini tergolong dalam golongan C,
yang artinya lapisan tajuknya masih memiliki kemampuan berkembang ke arah yang lebih lebar.
Tinggi pohon pada dua daerah ini relatif hampir sama yaitu pada golongan pohon masa depan.
Perbedaan antara pohon di hutan pada areal kawasan hutan yang rusak dengan yang tidak
rusak terlihat dari variasi pohon berdasarkan posisi tajuknya. Kenyataannya berbeda dengan yang
ada pada kawasan yang baik. Dikawasan yang baik tampak antara pohon yang kodominan, dominan
dan tertekan. Hanya saja membedakan antara pohon tersebut sulit akibat kerapatan yang tinggi.
Terkadang pohon dapat digolongkan menjadi tiang. Pohon dominan umumnya mampu menyerap
cahaya yang banyak dibandingkan jenis pohon lain. Hal ini disebabkan karena ketinggian pohon
yang tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Arif (1994) yang menyatakan bahwa pohon dominan,
artinya pohon dengan tajuk yang lebar di atas lapisan ,kodominan, artinya pohon dengan tajuk besar
pada lapisan tajuk, tengahan, artinya pohon dengan bagian besar tajuk di bawah lapisan tajuk atau
terjepit dan menerima sinar matahari bagian atas dan bagian samping menerima sinar matahari yang
sedikit atau tidak sama sekali dan tertekan, artinya pohon dengan tajuk dinaungi pohon besar dan
tidak menerima sinar matahari sepenuhnya, baik dari atas maupun dari samping.
Keberhasilan sebuah pohon untuk mencapai kanopi tergantung karakter/ penampakan anak
pohon. Variasi ketersediaan cahaya dan perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon dalam
memanfaatkannya dapat mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan/kawasan. Model
arsitektur pohon adalah bangunan suatu pohon sebagai hasil pertumbuhan meristematik yang
dikontrol secara morfogenetik. Bangunan pohon ini berhubungan dengan pola pertumbuhan batang,
percabangan dan pembentukan pucuk terminal. Model arsitektur suatu pohon mempengaruhi
besarnya aliran batang (stemflow) dan curahan tajuk (through/all), selanjutnya aliran batang dan
curahan tajuk menentukan besarnya aliran permukaan dan erosi tanah. Profil hutan/kawasan
menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan didalamnya, sehingga dapat langsung dilihat ada
tidaknya strata secara visual dan kualitatif. Suatu stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi
yang kontinu atau diskontinu. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang saling
bersentuhan secara lateral.
Pada diagram profil tampak bahwa kerapatan yang tinggi pada hutan yang baik akan
menimbulkan sulitnya cahaya masuk. Namun, berdasarkan literatur Segoro (2009) dinyatakan
bahwa iklim tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi kecepatan tumbuh tegakan hutan mangrove.
Penyebaran tajuk pada hutan ini sangatlah bervariasi. Lebar tidaknya sebaran tajuk tidaklah
ditunjukkan dari besar atau kecilnya atau tinggi besarnya suatu cabang. Kecermatan data yang
didapat sebenarnya tergantung bagaimana pengguna alat menggunakan alat dan topografi yang
baik. Pada kenyataannya topografi pada hutan ini tidak datar. Semakin rapat suatu tegakan bukan
berarti semakin baik kondisi lingkunnya. Karena ada berbagai aspek yang sebenarnya perlu
dipertimbangkan lebih matang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada pengamatan stratifikasi jenis tumbuhan memiliki stratifikasi yang berbeda antara yang
satu dengan yang lain.
2. Pada tanaman di suatu kawasan, terdapat 3 (tiga) stratum berdasarkan tinggi pohon.
3. Tinggi rata-rata pohon/tanaman pada kawasan Telaga Warna adalah 5 meter.
4. Kawasan Telaga Warna memiliki luas tajuk yang berbeda-beda,dimana semakin lebar dan
semakin tinggi pohon/tanaman maka tanaman tersebut merupakan tanaman yang memiliki toleransi
paling tinggi terhadap radiasi sinar matahari serta kompetisi dalam penyusun ekosistem merupakan
tanaman dominasi. Selain kompetisi dan toleransi, umur tanaman juga berpengaruh terhadap
penguasaannya terhadap ruang dalam kawasan yang di gunakan sebagai habitatnya.
5.2 Saran
Penggambaran diagram profil hutan merupakan salah satu praktikum yang membutuhkan
ketelitian yang tinggi, hendaknya pada saat melakukan praktikum ini praktikan lebih tanggap dan
cermat dalam menghadapi medan dan menghitung penggambaran diagram profil.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Kartawinata, K.1984.Pengantar Ekologi.Remaja Rosdakarya.Bandung.
Kuswanda, W. dan A.S. Mukhtar. 2008. Kondisi Vegetasi dan Strategi Perlindungan Zona Inti di
Taman Nasional Batang Gadis.Sumatera Utara.
Michael, P. 1994 Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Pacala, S.W., C.D. Canham, J. Saponara, J.A. Silander, R.K. Kobe, and E.Ribbens, 1996. Forest
models defined by field measurements II. Estimation, error analysis, and dynamics. Ecology
Monograph.
Soeroyo. 1992. Sifat, Fungsi, dan Peranan Hutan. Penelitian Sumber Daya Hayati dan Lingkungan
Laut. Mataram.
Sutrian, Y. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Rineka Cipta. Jakarta.
Ashton dan Hall, 1992. Penelitian Diagram Profil Pohon pada Stratifikasi dan Tajuk. Jakarta
Grubb dkk., 1963. Praktikum Ekologi di Lapangan. Erlangga. Jakarta
Oliver, 1978. Analisis Vegetasi pada Jenis Tumbuhan. Erlangga. Jakarta
Richards 1952. Kawasan Hutan Diagram Profil pada Praktikum Ekologi. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta
Website
http://www.slideshare.net/ignoramus/stratifikasi-tegakan-pd-hutan-tanaman
http://www.irwantoshut.net/struktur_hutan.html
http://digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata-20235799.pdf
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=ht
ml&buku_id=17850&obyek_id=4
http://www.ebookpp.com/pe/pengaruh-suhu-udara-terhadap-tumbuhan-pdf-2.html