New KONFLIK DAYAK VS TAMBANG · 2017. 11. 29. · Dengan dukungan aparat negara dalam hal aparat...

50
117 LIMA KONFLIK DAYAK VS TAMBANG Pengantar Sepanjang pemerintahan Orde Baru, hasil sumber daya alam di Kalimantan Tengah tidak habis-habisnya dieksploitasi, sehingga ada banyak kelompok-kelompok masyarakat asli atau masyarakat adat Dayak Kalimantan Tengah “harus” bangkit melakukan perlawanan terhadap para pengusaha tambang karena hutan, tanah dan air yang menjadi identitasnya terus diambil alih. Karenanya benar apabila Usop (2008) menyatakan bahwa orang Dayak memiliki sejarah panjang tentang berbagai konflik dengan para investor yang datang untuk mengambil keuntungan. Pada awalnya konflik yang terjadi di Kalimantan merupakan konflik antar suku di mana orang Dayak harus menjalankan ritual adat habunu (bunuh-membunuh), dan hajipen (saling memperbudak). Dari konflik antar suku kemudian berkembang menjadi konflik antar etnis seiring dengan masuknya para transmigrasi dan puncaknya terjadi pada tahun 1991 yang kemudian dikenal dengan peristiwa “sampit berdarah” (Usop, Sidik, 2011). Konflik yang sekarang berkembang adalah konflik dengan para pengusaha yang datang untuk mengambil alih tanah-tanah yang diklaim orang Dayak sebagai tanah adatnya atau sebagai tempat mempertahankan hidupnya untuk berkebun dan berladang. Konflik ini terjadi karena orang Dayak tidak ingin hidupnya terus tersingkir dari ruang kehidupannya yang kemudian dalam bahasa Dayak disebut sebagai Ji Tempun Petak Manana Sare.

Transcript of New KONFLIK DAYAK VS TAMBANG · 2017. 11. 29. · Dengan dukungan aparat negara dalam hal aparat...

  • 117

    LIMA

    KONFLIK DAYAK VS TAMBANG

    Pengantar

    Sepanjang pemerintahan Orde Baru, hasil sumber daya alam di

    Kalimantan Tengah tidak habis-habisnya dieksploitasi, sehingga ada

    banyak kelompok-kelompok masyarakat asli atau masyarakat adat

    Dayak Kalimantan Tengah “harus” bangkit melakukan perlawanan

    terhadap para pengusaha tambang karena hutan, tanah dan air yang

    menjadi identitasnya terus diambil alih. Karenanya benar apabila Usop

    (2008) menyatakan bahwa orang Dayak memiliki sejarah panjang

    tentang berbagai konflik dengan para investor yang datang untuk

    mengambil keuntungan.

    Pada awalnya konflik yang terjadi di Kalimantan merupakan

    konflik antar suku di mana orang Dayak harus menjalankan ritual adat

    habunu (bunuh-membunuh), dan hajipen (saling memperbudak). Dari konflik antar suku kemudian berkembang menjadi konflik antar etnis

    seiring dengan masuknya para transmigrasi dan puncaknya terjadi pada

    tahun 1991 yang kemudian dikenal dengan peristiwa “sampit

    berdarah” (Usop, Sidik, 2011). Konflik yang sekarang berkembang

    adalah konflik dengan para pengusaha yang datang untuk mengambil

    alih tanah-tanah yang diklaim orang Dayak sebagai tanah adatnya atau

    sebagai tempat mempertahankan hidupnya untuk berkebun dan

    berladang. Konflik ini terjadi karena orang Dayak tidak ingin hidupnya

    terus tersingkir dari ruang kehidupannya yang kemudian dalam bahasa

    Dayak disebut sebagai Ji Tempun Petak Manana Sare.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    118

    Bagaimana situasi konflik berikut peran dan kepentingan dari para

    aktor di dalamnya serta isu-isu yang menjadi pemicu konflik menjadi

    pokok bahasan dalam bab ini. Dimulai dengan penggambaran sumber

    konflik antara orang Dayak vs PT IMK, kemudian diteruskan dengan

    menjelaskan peran aktor dengan berbagai kepentingan sebagai pemicu

    munculnya konflik antara orang Dayak dengan PT IMK.

    PT Indo Muro Kencana sebagai Sumber Konflik

    Perlawanan terhadap kegiatan usaha penambangan di Indonesia

    terus menguat, seperti perlawanan terhadap PT Newmont Minahasa

    Raya (NMR), anak perusahaan Newmont Mining Corp yang berbasis di Denver, AS, di Sulawesi Utara; dan PT Kelian Equatorial Mining

    dimana 90 persen sahamnya dimiliki Rio Tinto, adalah pemegang

    Kontrak Karya penambangan emas terbesar di Kalimantan Timur.

    Rio Tinto, merupakan perusahaan tambang raksasa yang

    berkantor pusat di London dan Melbourne, memiliki saham di Freeport McMoran, pemilik mayoritas saham PT Freeport Indonesia. Perlawanan ini terjadi karena ada kesadaran masyarakat bahwa

    hadirnya perusahaan pertambangan ternyata tidak membawa berkah

    tetapi membawa bencana. Hal ini ditunjukkan dari sejumlah seruan

    yang disampaikan oleh kelompok masyarakat termasuk LSM untuk

    menghentikan sementara seluruh kegiatan pertambangan mengingat

    banyak permasalahan yang muncul dan tidak terselesaikan. Tuare

    Natkime tetua adat Amungme menyesalkan adanya tambang di

    wilayah adatnya: “sungguh, saya benar-benar marah kepada Tuhan.

    Mengapa Dia harus menempatkan segala gunung-gunung yang indah

    dan barang tambang itu di sini" (Paharizal dan Yuwono, 2016).

    Catatan yang sama juga dialami masyarakat Oreng Kambang

    ketika mereka harus berhadapan dengan Perusahaan Tambang Asing

    dari Australia (PT IMK) yang telah memperoleh Kontrak Karya

    Penambangan Emas sejak tahun 1985. Ungkapan salah seorang warga

    Oreng Kambang; “Dua Puluh Enam Tahun, kami mengharap kehadiran

    perusahaan mineral pertambangan emas PT IMK di desa kami bisa

  • Konflik Dayak vs Tambang

    119

    memberikan kesejahteraan dan memakmurkan masyarakat kami

    khususnya desa-desa di Tanah Siang di mana tempat perusahaan yang

    memiliki izin Kontrak Karya Generasi III Bahan Galian Emas.

    Kenyataan yang terjadi justru bukan memberikan kedamaian malah

    melecehkan warga. 15

    Masyarakat Oreng Kambang kemudian bertekad untuk terus

    melakukan perlawanan terhadap PT IMK guna mencari keadilan

    terutama pengakuan terhadap hak-hak komunalnya yang selama ini

    telah dirampas tanah, sungai-sungai dipenuhi limbah beracun, tempat-

    tempat berusaha dirobahkan menjadi lobang-lobang mematikan, situs

    budaya juga dijarah, kepercayaan kepada leluhur dan keyakinan

    kepada Tuhan Yang Maha Esa dinodai oleh PT IMK yang hanya

    bermodalkan selembar kertas yang bernama izin kontrak karya.

    Awal konflik, ketika PT IMK datang ke Oreng Kambang dengan

    membawa Kontrak Karya yang diberikan pemerintah langsung

    menggeser dan mengambil alih seluruh tambang milik masyarakat

    Oreng Kambang dan masyarakat sekitarnya. Dengan dukungan aparat

    negara dalam hal aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Barito

    Utara (sekarang menjadi Kabupaten Murung Raya) dan pihak

    kepolisian (pasukan Brimob), datang ke tambang milik masyarakat

    Oreng Kambang menggusur dan mengusir mereka. Kekejian ini terus

    berlangsung dari tahun 1987, di mana dalam proses penggusuran semua

    sisa-sisa lobang mesin tumbuk batu, rumah-rumah penduduk diratakan

    dengan traktor dan alat chainsaw. Lebih menyakitkan lagi bahwa dalam proses penggusuran; “tidak ada ganti rugi dengan jalan apapun”

    tertanda Bupati seperti tertulis di papan setelah proses penggusuran. 16

    Selain melakukan penggusuran terhadap tambang rakyat milik

    masyarakat Oreng Kambang, dalam rangka perluasan wilayah

    tambangnya, PT IMK juga melakukan eksploitasi di Kaki Gunung

    Puruk Kambang yang bagi orang Dayak Siang Murung dan umat agama 15 Megapos. 31 Januari 2013, Permasalahan Puruk Kambang, Tokoh Desa Adukan PT IMK ke LMMDDKT. 16 Dokumen yang dipersiapkan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) untuk memberikan advokasi kepada masyarakat Adat Dayak dengan judul IMK Merampas, Dayak Terhempas (1999).

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    120

    Kaharingan merupakan kawasan yang sangat suci dan sakral. Kawasan

    Gunung Puruk Kambang sejak tahun 1990 diberi status oleh negara 17

    sebagai Situs Budaya yang keberadaaanya harus dilindungi. Walaupun

    kawasan ini sudah dilindungi, namun pihak PT IMK tetap

    menginginkan untuk mengeksploitasi kawasan ini.

    Selain kedua permasalahan di atas, dampak negatif akibat

    hadirnya PT IMK juga menjadi salah sumber konfik, seperti

    pencemaran lingkungan yang dilaporkan oleh Tim Ekpedisi

    Kathulistiwa (2012) di mana ada banyak sungai telah tercemar (sungai

    Pute, Manawing, dan Mangkahui); juga ada penghilangan sungai di pit

    Sarujan (sungai Sarujan, sungai Salampong, sungai Lahing, sungai

    Kalang Tantatarai, sungai Takukui, sungai Sangiran Lika, Sangiran

    Ma‟lu, sungai Tino, sungai Hanjung, sungai Mahaloe, dan sungai

    Nangor) yang juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah

    pembangkit listrik dari pabrik dan reklaming tambang, ada sekitar 33

    lobang tambang yang tidak ditutup. Disamping itu ada 3 (tiga) sungai

    yang sudah tercemari zat asam tambang (sianida) dan juga mercury,

    yaitu; sungai Mangkahui, sungai Manawing dan sungai Babuat.

    Jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.1. di bawah ini.

    Dampak yang lain adalah terjadinya perubahan bentang lahan

    yang diakibatkan pola penambangan ovenvit area, dan gejolak sosial. Sebelum masuknya PT IMK, di beberapa kawasan terutama yang

    menuju ke Situs Puruk Kambang masih hutan dan menjadi

    supermarket dan apotik hidup bagi masyarakat Oreng Kambang.

    Kawasan tersebut sudah hancur, ikan dan binatang buruan, burung-

    burung, sayur-sayuran serta obat-obatan (fauna dan flora) sampai

    untuk memenuhi kebutuhan peralatan rumah tangga serta

    perlengkapan ritual adat sudah punah. Hal ini menambah panjang

    17 Situs Budaya Puruk Kambang terdaftar di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah dengan nomor daftar Inventarisasi 301 tahun 1993 sebagai benda Cagar Budaya; Surat Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah kepada Bupati KDH Tk II Barito Utara bernomor 522.5/1916/Ek, tertanggal 7 November 1994 juga surat Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi kepada direksi PT Indo Muro Kencana bernomor 1809 A/20/DJP/1994 tertanggal 30 September 1994 perihal Pelestarian Puruk Kambang.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    121

    permasalah terkait dengan hilangnya memori sosial masyarakat atau

    perampasan nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang hidup dan

    berkembang sejak zaman dahulu sebelum masuknya kolonialisasi dan

    imperialisasi baru berbentuk penguasaan invetasi (PT IMK) untuk

    pengerukan sumber daya alam di bumi Kalimantan. 18

    Sumber : Hasil Penelitian, 2013

    Gambar 5.1. Pembuangan Tailing, Lobang Penampungan Tailing,

    Sungai yang Dialiri Mercuri, dan Penambangan di Kaki Puruk Kambang

    Gambaran Konflik Masyarakat Oreng Kambang vs PT IMK

    Di Indonesia, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam

    seperti dimandatkan dalam UUD 1945 versi amandemen, digunakan

    untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat terutama di pasal 33.19

    18 Memori social yang dirasakan sudah tidak ada lagi adalah aturan pemamfaatan terbatas yang penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan dalam memanfaatkan sumber daya alam. (Wawancara dengan warga masyarakat, Palangkaraya, 2012) 19 Pasal 33 UUH 1945 menegaskan bahwa: ”cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Kemudian dikatakan pula bahwa: ”bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara”.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    122

    Sesuai dengan isi dari pasal 33, maka dapat dimaknai bahwa konsep

    kemakmuran rakyat hanya bersifat populis di mana masyarakat

    ditempatkan sebagai kelompok utama dan diajak untuk terlibat baik

    pada saat pengambilan keputusan hingga dapat menikmati hasil

    pengolahan sumber-sumber tersebut itu.

    Keterlibatan masyarakat mutlak diperlukan dalam setiap

    pemanfaatan sumber daya alam, tidak saja bagi penentuan arah tujuan

    suatu kegiatan tetapi juga sebagai sarana pengawasan terhadap kegiatan

    pengolahan sumberdaya alam tersebut. Peran serta rakyat penting

    terutama menjaga keseimbangan hak negara yang dimandatkan pasal

    33 UUD 1945 untuk mengatur, menyelenggarakan, menggunakan,

    persediaan dan pemeliharaan sumberdaya alam serta pengaturan

    hukumnya dengan hak rakyat untuk mendapatkan keuntungan

    sebanyak-banyaknya dari pengolahan sumberdaya alam. Tidak hanya

    itu, masyarakat juga diberikan kesempatan untuk mengelola sendiri

    sumber daya alam yang dimilikinya.

    Di pihak lain, dikatakan bahwa pertambangan itu sendiri tidak

    diperkenankan beroperasi di tempat-tempat umum, seperti tempat-

    tempat suci, perkuburan, pekerjaan-pekerjaan umum (jalan, saluran

    air, listrik dan lain-lain), pemukiman, tanah-tanah pekarangan serta

    tempat-tempat pekerjaan usaha pertambangan yang lain (pasal 16 ayat

    2 UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

    Pertambangan). Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa

    kepentingan umum atau bersama adalah yang utama dan merupakan

    kewajiban dari setiap pengelola pertambangan. Makna yang bisa

    dijelaskan dari pasal ini adalah penghormatan terhadap tradisi dan

    kehidupan masyarakat lokal (adat) yang tinggal di wilayah dan sekitar

    pertambangan sudah diperkenankan.

    Dalam banyak hal interpretasi pasal 16 ayat 2 UU No. 11 Tahun

    1967 lebih menguntungkan perusahaan pertambang dalam skala besar

    karena dapat masuk ke areal pertambangan rakyat. Pertambangan

    rakyat yang sudah eksis sebelumnya digusur oleh pemegang kuasa

    pertambangan (pengusaha nasional) dan pemegang kontrak karya

    (pengusaha multinasional). Penggusuran tersebut terjadi karena para

  • Konflik Dayak vs Tambang

    123

    ahli profesional pemerintah dan pihak swasta selalu menilai bahwa

    proses usaha pertambangan rakyat tidak diciptakan melalui prosedur

    perijinan sebagaimana yang ditetapkan oleh pemerintah dan kemudian

    mereka dikategorikan sebagai Pertambangan Emas yang Tidak

    Memiliki Ijin atau disingkat PETI. 20 Dampaknya pertambangan rakyat

    mudah digusur seperti yang dilakukan PT IMK terhadap penambang

    rakyat di Oreng Kambang.

    Atas dasar interpretasi terhadap pasal 16 ayat 2 UU No. 11 Tahun

    1967 tersebut, setelah PT IMK resmi mengantongi ijin Kontrak Karya

    dari pemerintah pada tahun 1985, di mana lokasi penambangan emas

    berada di 3 (tiga) Kecamatan di Kabupaten Murung Raya, yaitu;

    Kecamatan Permata Intan, Kecamatan Murung dan Kecamatan Tanah

    Dayak, tentunya akan berdampak pada penggusuran aktifitas tambang

    rakyat yang selama ini sudah ada dan dikelola oleh masyarakat Oreng

    Kambang serta masyarakat sekitarnya. Sampai pertengahan tahun

    1987, PT IMK masih memberikan kesempatan kepada para penambang

    untuk tetap menambang.

    Walaupun diberi keseempatan namun para penambang tetap

    resah terutama para penambang di desa tetangga Oreng Kambang yaitu

    desa Marindu di mana wilayah desa ini menjadi salah satu areal paling

    awal yang dijadikan sebagai wilayah penambangan PT IMK (Haridison,

    2006). Meskipun menghadapi kekecewaan, mereka tidak putus asa

    tetapi terus melakukan upaya untuk memperoleh ijin sehingga dapat

    memperoleh kekuatan secara hukum untuk terus menambang.

    Didampingi LSM Yayasan Bina Sumber Daya atau disingkat YBSD,

    mereka kemudian mengajukan perijinan dengan cara melayangkan

    berbagai surat permohonan ijin 21 kepada pemerintah Desa, Kabupaten

    20 Hasil wawancara dengan Prof Usop, 23 Nopember 2013 di Palangkaraya 21 Surat pemohonan yang dimaksud antara lain; 1) Surat permohonan masyarakat Desa Konut kepada Gubernur KDH TK. I Propinsi Kalimantan Tengah nomor: 72/Urpem/DK/KTS/1987, tanggal 15 Oktober 1987; (2) Surat permohonan/lanjutan dari Camat Tanah Siang, nomor: 166/RM/Bang/KTS/1987, tanggal 30 Oktober 1987; (3) Surat permohonan masyarakat Desa Konut tanggal 1 November 1987 yang kemudian direkomendasi oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Daerah TK. II Kabupaten Barito Utara tanggal 5 Desember 1987; (4) Surat Rekomendasi Bupati KDH. Tingkat II Barito Utara nomor: 540/10/BK, tanggal 27 Januari 1988 kepada Gubernur KDH TK. I

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    124

    hingga Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan Kementerian

    terkait (Haridison, 2006). Upaya yang dilakukan para penambang

    untuk memperoleh ijin nampaknya gagal karena tidak mendapat

    tanggapan serius dari pihak pemerintah. Dengan kata lain, para

    penambang siap untuk digusur karena dikategorikan sebagai

    penambang ilegal atau PETI.

    Tepatnya bulan September 1987 ujar seorang warga masyarakat 22,

    PT IMK didukung aparat satuan tugas Pemerintah Daerah Tingkat II

    Barito Utara dan pihak keamanan (Brimob) melakukan pengusuran dan

    penutupan tambang emas milik rakyat dengan dalih bahwa aktivitas

    tambang rakyat tidak sah secara hukum karena tidak memiliki ijin

    (Peti). Wilayah penambangan yang sudah diserahkan pemerintah hak

    pengelolaannya kepada PT IMK adalah seluas 47.962 hektar, maka

    proses penggusuran dan penutupan tambang rakyat mulai dilakukan

    tepatnya di wilayah kirikil I, kirikil II, dan kirikil III wilayah

    Kecamatan Siang. Kegiatan pengusuran dan penutupan ini kemudian

    dilanjutkan pada bulan Oktober 1987 dengan melibatkan tidak saja

    personil kepolisian tetapi personil dari Angkatan Darat (YBSD, 1998).

    Puncak penggusuran dan penutupan tambang rakyat terjadi pada

    bulan Januari 1988 terutama di Luit Raya di pit tambang Serujan.

    Petugas dari Pemerintah Daerah Tingkat II didukung aparat keamanan

    menggusur semua sisa-sisa lobang mesin tumbuk batu, rumah-rumah

    penduduk dengan traktor dan alat chainsaw sehingga rata dengan tanah. 23 Selain itu mereka juga menyita dan merampas barang-barang

    milik masyarakat serta melakukan penangkapan terhadap 5 (lima)

    orang warga masyarakat Oreng Kambang. Meskipun terjadi

    Propinsi Kalimantan Tengah; dan (5) Surat permohonan masyarakat Desa Konut kepada nomor: 01/Urpem/DK/KTS/1991, kepada Gubernur KDH TK. I Propinsi Kalimantan Tengah, Menteri Pertambangan dan Energi, Menteri Dalam Negeri. 22 Wawancara dilakukan dengan seorang warga masyarakat Dayak Siang yang sedang melakukan pembicaraan dengan LMDDKT di Palangkaraya pada tanggal 14 Maret 2013. 23 Hasil wawancara dengan seorang warga yang juga penambang menceritakan bahwa pada saat terjadinya penggusuran dan penutupan tambang miliknya mesin tumbuk untuk pemurnian emas miliknya diporak-porandakan dan dipotong dengan chainsaw oleh aparat Brimob (Palangkaraya, Maret 2012).

  • Konflik Dayak vs Tambang

    125

    penggusuran, tetapi masih ada sekelompok penambang (rakyat) yang

    terus melakukan aktifitas penambangannya hingga akhir tahun 1990.

    Dampak dari penggusuran adalah terjadinya penghentian dan

    pengungsian seluruh aktifitas pertambangan yang dikelola oleh rakyat.

    Mengenai peta konflik dapat dilihat pada gambar 5.2. dan 5.3 di bawah

    ini.

    Sumber : GIS LMMDD-KT, 2017

    Gambar 5.2.

    Peta Desa Oreng Kambang Menjadi Daerah Konflik

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    126

    Sumber : ASX Release, 2012

    Gambar 5.3.

    Peta Konflik PT IMK dan Para Penambang

    Disamping melakukan penggusuran terhadap tambang rakyat di

    lokasi penambangan, kegiatan lain yang dilakukan PT IMK adalah

    melakukan eksplorasi areal dengan cara mengebor tanah hingga

    mencapai lapisan bebatuan untuk melihat dan meneliti seberapa besar

    kandungan emas di dalamnya. Hasilnya disimpulkan bahwa tidak

    semua wilayah Kontrak Karya Tambang yang diberikan pemerintah

    (secara administrasi berada di wilayah di Kecamatan Siang, Kecamatan

    Permata Intan, dan Kecamatan Murung) mempunyai kandungan

    deposit emas yang menurut ukuran PT IMK apabila ditambang akan

    habis dalam jangka pendek. Wilayah yang mempunyai kandungan

    deposit emas yang tidak memenuhi syarat untuk ditambang adalah

    tambang emas di Marindu yang berada di wilayah DAS Desa Konut,

    kecamatan Siang. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh

    beberapa penambang emas di Marindu meskipun secara diam-diam

    karena kuatir akan digusur lain. 24

    24 Hasil wawancara dengan dengan tokoh masyarakat Oreng Kambang di Palangkara, 20 Desember 2015.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    127

    Aktivitas penambangan dan pengolahan emas oleh PT IMK terus

    berjalan meskipun pada tahun 1993 terjadi pengambilalihan

    pengelolaan PT IMK dari Duval Cooperation of Indonesia (Amerika), Pelsart Muro Pty Limited (Australia) dan Jason Mining (Australia) ke perusahaan Aurora Gold Limeted dari Autralia. Pergantian pengelola PT IMK pada dasarnya bertujuan menata kembali sistem manajemen

    menuju ke arah yang lebih baik. 25 Bersamaan dengan pengambil-alihan

    pengelolaan oleh perusahaan Aurora Gold Limited, masyarakat Oreng Kambang bersama dengan para tokoh adat mendiskusikan kembali

    upaya-upaya untuk tetap mempertahankan Gunung Kambang atau

    Puruk Kambang yang berada di wilayah penambangan PT IMK

    sebagai situs budaya yang sudah mereka rintis sejak tahun 1990.

    Mereka kemudian membuat surat dan memohon kepada pemerintah

    dan pemerintah daerah agar Gunung Kambang atau Puruk Kambang

    tetap diakui sebagai situs budaya. Surat ini mendapatkan tanggapan

    positif baik dari pemerintah maupun dari pemerintah daerah. 26

    Pengakuan pertama datang dari Kantor Wilayah Departeman

    Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Tengah yang kemudian

    dikuatkan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan Kalimantan Tengah bahwa Puruk Kambang beserta

    lingkungan di sekitarnya harus dilindungi dan dipertahankan

    kelestariannya demi kepentingan masyarakat, ilmu pengetahuan,

    bangsa dan negara. 27 Menindak lanjuti pengakuan tersebut, Direktor

    Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi

    Republik Indonesia mengeluarkan surat kepada PT IMK yang

    menyatakan bahwa Puruk Kambang adalah bukit yang diyakini sebagai

    25 Hasil wawancara dengan dengan mantan pegawai PT IMK di Oreng Kambang, 13 Juli 2016. 26 Hasil wawancara dengan dengan Ketua Adat Oreng Kambang di Oreng Kambang, 12 Juli 2016. 27 Surat dari Kantor Wilayah Departeman Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Tengah tertanggal 09 Juni 1994 No. 146/0057/PKY/1994 tentang Kelestarian Puruk Kambang. Untuk surat Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Tengah tertanggal 27 Juni 1994 No. 2647/125.D2/J/1994 tentang Status Puruk Kambang di desa Orang, Kecamatan Tanah Siang, Kabupaten Barito Utara.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    128

    tempat suci oleh masyarakat setempat. 28 Selanjutnya Gubernur

    Kalimantan Tengah mengeluarkan surat kepada Bupati Kepala Daerah

    Tingkat II Barito Utara memerintahkan mengambil langkah-langkah

    yang diperlukan dalam rangka pengamanan, pembinaan, dan

    pelestarian Puruk Kambang di Kawasan Desa Oreng Kambang,

    Kecamatan Tanah Siang yang oleh masyarakat setempat diyakini

    sebagai tempat suci atau keramat dan sebagai Situs Cagar Budaya.

    Adanya surat tersebut menjadikan Puruk Kambang sebagai situs

    budaya yang harus dipelihara dan dilestarikan keberadaaanya. Lebih

    jelasnya lihat gambar 5.4. di bawah ini.

    Meskipun penambangan dan pengolahan emas terus dilakukan

    oleh PT IMK, masalah demi masalah kembali muncul terkait dengan

    munculnya dampak negatif yang dirasakan oleh 15 desa yang berada di

    sekitar tambang, 29 seperti yang ditunjukkan dari berbagai pelaporan

    hasil pendampingan oleh YBSD Murung Raya, Walhi, dan Jatam.

    Permasalahan yang dimaksud selain terjadinya penggusuran tambang

    rakyat, khususnya wilayah perkampungan, di desa-desa resmi yang

    diakui pemerintah; penggusuran tanah adat masyarakat berupa wilayah

    perkebunan, perumahan, pertanian, ladang, tanah keramat, tanah

    perkuburan tanpa ganti rugi, masalah lainnya terkait dengan

    terjadinya pencemaran lingkungan akibat tailing (limbah) perusahaan, yaitu di DAS Muro Menawing, DAS Mangkahui, DAS Konut.

    28 Surat dari Departeman Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum tertanggal 30 September 1994 kepada PT IMK No. 1809.A/20/DJP/1994 tentang Pelestarian Puruk Kambang dan Surat Guburner Propinsi Kalimantan Tengah tertanggal 07 Nopember 1994 kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Barito Utara No. 522.5/1916/Ek. Tentang Pelestarian Puruk Kambang. 29 Catatan Walhi (2000), ada 15 Desa di 3 Kecamatan yang terkena dampak langsung terkait dengan Kehadiran PT IMK, yaitu; Desa Malasan (270 KK); (2) Desa Dirung Lingkin (60 KK); (3) Desa Hanangan (100 KK); (4) Desa Oreng Kambang (100 KK); (5) Desa Balawan (75 KK); (6) Desa Mongkulisoi (50 KK); (7) Desa Kahujan Unto (92 KK); (8) Desa Kerali (100 KK); (9) Desa Konut (100 KK); (10) Desa Datah Kuto (94 KK); (11) Desa Dirung (122 KK); (12) Desa Tumbang Bantian (83 KK); (13) Desa Muro (83 KK); (14) Desa Kambelum (86 KK), dan (15) Desa Batu Mirau (94 KK).

  • Konflik Dayak vs Tambang

    129

    Sumber : LMMDDKT, 2014

    Gambar 5.4.

    Lokasi Puruk Kambang, Penjaga Puruk Kambang, Lobang Suci dan

    Sakral, Kubur Para Leluhur

    Menghadapi berbagai dampak yang muncul, akhirnya masyarakat

    Oreng Kambang memutuskan untuk melakukan perlawanan kepada

    PT IMK di wilayah mereka melalui berbagai aksi protes dan

    melaporkan berbagai permasalahan kepada instansi pemerintah, militer

    maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dimulai dengan

    menayangkan surat kepada Camat, Bupati, Gubernur, hingga Pangdam

    VI Tanjung Pura. Dalam perkembangannya, surat yang ditayangkan

    tidak mendapatkan respon. Aksi selanjutnya adalah mengutus delegasi

    ke Jakarta bertemu dengan Kementerian Dalam Negeri; Kementerian

    Lungkungan Hidup; Kedutaan Australia di Jakarta; DPR RI khususnya

    komisi VIII dan Komisi HAM. Kemudian pada tahun 1998 dengan

    difasilitasi oleh koalisi ornop yang ada di Jakarta (Jatam, Walhi, dan

    Elsam) mereka mendatangi secara khusus kantor pusat Aurora Gold Limited di Perth, Australia untuk menyampaikan aspirasi.

    Misi delegasi masyarakat Oreng Kambang didampingi para ornop

    untuk bertemu secara langsung dengan para pengambil keputusan di

    tingkat pusat hingga di Australia nampaknya belum membuahkan

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    130

    hasil. Untuk itu mereka bersepakat untuk mengajukan gugatan PT

    IMK secara hukum ke pengadikan negeri Jakarta. Menindak-lanjuti

    kesepakatan ini dibentuklah Tim Advokasi Tambang Rakyat (TATR)

    yang anggotanya terdiri dari perwakilan Walhi, Jatam, Alperudi,

    YLBHI, PBHI, Elsam, dan LBH Jakarta) dan dari kelompok penambang

    diwakili Anderas Udang. 30 Selain mempersiapkan gugutan hukum,

    TATR juga diberi tugas untuk; (1) mengirimkan surat protes keras

    kepada PT IMK dan Kapolri; (2) melakukan konferensi pers untuk

    pernyataan sikap; (3) investigasi langsung ke lokasi; (4) dialog/hearing

    dengan DPR RI Komisi VIII untuk mendesakkan agar memanggil

    pimpinan PT IMK; dan (5) melakukan audiensi dengan Menteri

    Pertambangan dan Energi untuk meminta penjelasan atas kasus ini.

    Di tingkat lokal, juga dilakukan aksi damai dengan cara menutup

    areal desa mereka yang digunakan sebagai jalan dari lokasi tambang

    menuju pabrik. Aksi lain melakukan pendudukan lobang-lobang

    tambang di lokasi penambangan PT IMK hingga melakukan pencurian

    batu emas hasil pengembonan yang dilakukan PT IMK yang belum

    sempat diambil untuk diolah. Dampak dari adanya gerakan perlawanan

    masyarakat Oreng Kambang “memaksa” pihak PT IMK kembali duduk

    bersama dengan masyarakat walaupun pada akhirnya juga tidak

    menemukan kesepakatan untuk menyelesaikan permasalahan di atas.

    Hal yang kemudian dilakukan masyarakat adalah tetap melakukan

    pendudukan kembali (reklaiming) wilayah pertambangan yang telah

    diambil alih oleh PT IMK tepatnya pada akhirnya pada tahun 1999.

    Perlawanan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Oreng

    Kambang kemudian mendapat tanggapan dari PT IMK dengan

    membentuk Pam Swakarsa di mana anggotanya direkrut dari warga

    masing-masing desa sebanyak 10 orang. Kemudian pada bulan Maret

    2000, PT IMK dengan didukung pasukan Brimob (30 orang) dan Pam

    Swakarsa kembali melakukan sweeping untuk memaksa penduduk yang menguasai tambang untuk meninggalkan lokasi tambang. Dengan

    todongan senjata laras panjang yang dilakukan pasukan Brimob serta

    melakukan penangkapan terhadap 9 (sembilan) orang termasuk

    30 Hasil wawancara dengan Anderas Udang di Murung Raya, 13 Juli 2016.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    131

    perempuan yang dianggap sebagai “provokator” yang berasal dari

    masyarakat Oreng Kambang. 31 Akibat penangkapan ini, muncul

    kegelisahan dan putusnya tali darah keluarga antara yang pro dan

    kontra terhadap kehadiran PT IMK. Beberapa kasus diangkat oleh

    Peneliti Jatam (2002), salah satunya kasus Pak Bia yang sangat anti

    dengan hadirnya PT IMK. Sikap permusuhan muncul karena adik

    kandungnya sendiri sangat berpihak dengan PT IMK. Akhirnya

    hubungan persaudaran menjadi terputus. Hal yang sama juga terjadi

    dengan Ibu Setiawati harus putus hubungan dengan anaknya walaupun

    dia bekerja sebagai potong rumput di PT IMK. Kasus Ibu Rustiyati

    (dikenal dengan Itar), merupakan salah seorang dari sembilan orang

    yang ditangkap Brimob di mana keluarganya merupakan barisan yang

    kuat melawan kehadiran PT IMK selalu berhadapan dengan keluarga

    dekatnya yang lain pendukung PT IMK. Pada akhirnya tindakan yang

    dilakukan PT IMK mendapat tanggapan keras dari TATR dan

    mendesak Kapolri untuk menarik pasukan Brimob dari lokasi serta

    membebaskan masyarakat yang ditangkap.

    Kutukan keras ini nampaknya tidak mendapatkan respon dari

    pihak kepolisian menyebabkan kelompok masyarakat Oreng Kambang

    bersama dengan Walhi kembali mempersiapkan demontrasi tepatnya

    tanggal 13 April 2000 bertemu Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda)

    untuk menyampaikan surat protes atas tindakan anggotanya di

    lapangan. Hasil yang sama juga terjadi karena demontrasi yang

    dirancang justru tidak berjalan karena tidak memperoleh ijin dari

    pihak kepolisian.

    Di sisi lain, upaya PT IMK untuk terus menggusur para

    penambang juga belum berakhir. Seiring dengan keluarnya Intruksi

    Presiden No. 3 Tahun 2000 tentang Penambangan Liar, PT IMK

    didukung aparat Pemerintah Daerah dan pihak keamanan serta Pam

    Swakarsa memperoleh legitimasi untuk kembali melakukan

    penggusuran terhadap para penambang tradisional yang sejak lama

    31 Hasil wawancara dengan Mira aktifitas gerakan perlawanan kelompok Oreng Kambang di Oreng Kambang, 13 Juli 2016.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    132

    melawan PT IMK. Walhi dan Jatam kembali mengeluarkan protes yang

    pada akhirnya juga tidak memperoleh tanggapan.

    Aksi teror, intimidasi, dan rekayasa terus terjadi dikarenakan PT

    IMK tidak mau bertanggungjawab atas tuntutan masyarakat, serta

    selalu melibatkan aparat keamanan dalam menyelesaikan sengketa

    perusahaan dengan masyarakat. Disamping itu juga bukan rahasia

    umum bahwa PT IMK dalam menjalankan praktek-praktek negatif

    untuk mengelola konflik dengan masyarakat juga menggunakan politik

    uang di mana warga lokal dijadikan sebagai petugas keamanan serta

    membentuk kelompok masyarakat lokal (Pam Swakarsa) yang

    mendapat imbalan untuk merendam perlawanan rakyat yang pada

    akhirnya melahirkan berbagai kekecewaan dan kemarahan serta

    konflik horisontalnya. Puncaknya pada akhir bulan Juni 2000,

    masyarakat kembali melakukan aksi turun kejalan dengan cara

    melakukan aksi pemblokiran kegiatan PT IMK terutama pada pabrik

    pengolahan dan jalan-jalan yang menuju lokasi tambang PT IMK.

    Dalam aksi tersebut, masyarakat mengeluarkan 5 (lima) tuntutan

    kepada PT IMK, yaitu: (1) Meminta pihak PT IMK untuk

    menyelesaikan serta bertanggungjawab atas segala permasalahan

    dengan masyarakat yang menjadi korban akibat terjadinya

    penembakan oleh aparat keamanan dalam hal ini oleh Brimob. Untuk

    itu PT IMK harus menghentikan aktifitasnya sampai permasalahan

    tuntas; (2) Meminta kepada petugas (Brimob) supaya tidak lagi berada

    di areal tambang PT IMK karena dianggap bertindak brutal; (3) Petugas

    polisi (Brimob) harus bertanggungjawab atas terjadinya penembakan

    tersebut dan diproses secara hukum; (4) Menuntut agar PT IMK tidak

    lagi melakukan operasi di wilayah Murung Raya; dan (5) Meminta

    aparat penegak hukum atau yang berwenang untuk membongkar

    kasus-kasus kekerasan dari awal beroperasinya PT IMK dan

    keterlibatan Brimob sebagai petugas keamanannya hingga terjadinya

    penembakan berulangkali menyebabkan jatuhnya korban bahkan

    meninggal dunia.

    Menanggapi aksi pemblokiran, maka pada tanggal 05 Juni 2001,

    sebanyak 17 orang dari Oreng Kambang yang bekerja di bekas areal

  • Konflik Dayak vs Tambang

    133

    tambang yang diakui punya IMK, dikejar pihak keamanan PT IMK dan

    Brimob. 6 (enam) orang diantara mereka dipaksa meninggalkan

    wilayah tambang dengan kekerasan. Mereka terpaksa lari ke lubang

    tambang (pit) yang cukup dalam, kemudian aparat melempari mereka dengan batu-batu dari atas lubang tambang. 32 Satu orang diantara

    mereka mati tertembak, dan satu lagi mati karena menderita luka-luka

    yang diduga karena kena lemparan atau terbentur benda keras saat lari

    menghindar serbuan aparat. Peristiwa pengejaran dan penembakan

    tersebut merupakan bukti nyata bahwa pelanggaran yang dilakukan

    oleh PT IMK dengan menggunakan aparat keamanan terjadi setiap

    saat. Alat negara (Brimob) yang seharusnya menjadi pelayan

    masyarakat malah menjadi alat yang efektif bagi perusahaan untuk

    melakukan pelanggaran HAM di wilayah kontrak karya mereka

    sendiri. Mengapa demikian karena aparat Brimob telah nyata-nyata

    telah melanggar Resolusi Majelis Umum 34/169 tanggal 1979 pasal 1

    dan pasal 3 serta amademen UUD Republik Indonesia Tahun 2000.

    Bagi Walhi dan Jatam, tindakan yang dilakukan aparat keamanan

    merupakan pelanggaran HAM karena instrumen-instrumen hukum

    nasional maupun internasional telah dilanggar, seperti pada pasal 1

    Resolusi Majelis Umum 34/169 tanggal 1979 menyebutkan "Aparatur

    penegak hukum setiap waktu memenuhi tugas yang ditetapkan kepada

    mereka oleh hukum, dengan melayani masyarakat dan melindungi

    semua orang terhadap tindakan-tindakan tidak sah, sesuai dengan

    tingkat tanggung jawab tinggi yang dituntut oleh profesi mereka".

    Selain itu, pasal 2 Resolusi PBB di atas menyebutkan "Dalam

    melaksanakan tugasnya, para pejabat penegak hukum akan

    menghormati dan melindungi martabat manusia dan mempertahankan

    serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dari semua orang." Pasal 3

    Deklarasi Universal HAM menyebutkan "Setiap orang berhak atas

    kehidupan, kebebasan dankeselamatan sebagai Individu" dan pasal 5

    menyatakan: "Tidak seorangpun boleh disiksa atau diperlakukan secara

    kejam, diperlakukan atau dihukum secara tidak manusiawi.” Bahkan

    dalam Amandemen kedua UUD Republik Indonesia Tahun 2000,

    32 Cerita ini diungkapkan Ipong pada tanggal 11 Juli 2016 di Murung Raya.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    134

    secara tegas menyebutkan (pasal 28G ayat 1) bahwa: "Setiap orang

    berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,

    dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa

    aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau

    tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

    Setelah mengalami dinamika yang berkepanjangan dan banyaknya

    tuntutan dan perlawanan dari masyarakat Oreng Kambang, memaksa

    Aurora Gold Limited sebagai pemilik saham PT IMK ingin menjual sahamnya kepada investor lain. Berdasarkan hasil analisis potensi

    tambang diketahui bahwa sisa cadangan yang dihitung hanya 1,482

    juta ton terdiri dari 3,74 gram per ton Au dan 99 gram per ton Ag dan

    diperkirkan akan habis sampai September 2002. 33 Rencana penjualan

    saham ini tentunya mendapatkan protes keras dari Walhi karena

    Aurora Gold Limited; (1) belum melakukan restorasi areal-areal bekas tambang; karena dengan sistem tambang “strip mining” (pengikisan

    muka bumi), maka harus dikembalikan sebagian lapisan pucuk (top soil) sehingga sebagian tanaman/tumbuhan dapat hidup kembali; dan (2) Membayar ganti rugi atau rekognisi secara rasional atas hancurnya

    lahan usaha, tempat keramat dan tanah adat suku-suku Dayak di mana

    mereka beroperasi. Pernyataan sikap ini dikeluarkan Walhi pada

    tangga 13 April 2000.

    Terkait dengan belum terselesaikan persoalan ganti rugi tanah

    termasuk kasus kelompok Ipong L. Pambuk dengan kelompok Herry S.

    Penyang dikarenakan tiga hal: (1) Besarnya jumlah nilai uang yang

    diminta oleh masyarakat tidak rasional. Sebaliknya nilai yang

    diberikan oleh PT IMK sangat kecil atau sangat murah; dan (2) Data

    penyelesaian ganti rugi tanah dalam dokumen PT IMK tidak sesuai

    dengan kenyataan lapangan, akibatnya ada beberapa nama warga

    “pemilik tanah” tidak masuk dalam daftar tersebut; dan (3) ketidak

    sepakatan terkait dengan luas tanah yang hendak diganti rugikan

    (Dokumen LMMDDKT, 2013). Bagi PT IMK persoalan ganti rugi tanah

    33 Sisa cadangan yang dihitung hanya 1,482 juta ton terdiri dari 3,74 gram per ton Au dan 99 gram per ton Ag dapat diartikan bahwa dalam 1,482 juta ton biji terdapat 3,74 gram per ton Au (emas) dan 99 gram per ton Ag (perak). Biji yang dimaksudkan adalah batuan yang mengandung logam dan bernilai ekonomis.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    135

    dilihat sebagai uang sewa sehingga harga sewanya sangat murah. Hal

    ini ditunjukan dari hasil perjanjian PT IMK dengan Purkan, pemilik

    tanah seluas 70.497 meter (7,497 Ha) yang tinggal di desa Juking Sopan.

    PT IMK hanya menawarkan uang sewa sebesar Rp. 3.947.854,- diluar

    pembebasan terhadap tanam tumbuh atau bangunan yang ada di atas

    tanah. Nilai ini sangat kecil (Mengacu pada Surat Kesepakatan dan

    Syarat-syarat dalam Perjanjian Sewa Tanah PT Indo Muro Kencana).

    Menjawab belum terselesaikannya persoalan ganti rugi tanah,

    memaksa pihak pemerintah daerah untuk turun tangan

    Dari berbagai aksi yang sudah dilakukan nampaknya belum juga

    membawa hasil sehingga masyarakat Oreng Kambang menjadi kecewa

    terhadap koalisi LSM (TATR) ternyata belum mampu memperjuangkan

    hak-hak mereka. Karenanya pada proses negosiasi selanjutnya dengan

    PT IMK mereka tidak lagi dilibatkan.

    Di kelompok masyarakat yang lain seperti kelompok masyarakat

    Marindu, desa Konut, Kecamatan Tanah Siang juga muncul aksi

    perlawanan dengan bentuk yang berbeda. Berdasarkan pemahaman

    bahwa para penambang khususnya tambang rakyat, hak wilayah dan

    hak tanah muncul di luar perhitungan karena posisi mereka lemah

    yaitu hanya sebagai pemakai atau pengguna lokasi penambangan.

    Munculnya hak-hak ini juga ketika lubang kena atau boom emas, akibatnya sejumlah aparat desa, tokoh-tokoh adat, unsur Musyawarah

    Pemerintah Kecamatan (Muspika), polisi berdatangan untuk meminta

    jatah kepada para penambang dan pemilik mesin. Hasil wawancara

    Haridison (2006) terhadap seorang penambang senior menyatakan

    bahwa: “Saya pernah memberikan jatah sebesar Rp. 15.000.000,- (lima

    belas juta rupiah) kepada aparat desa dan kecamatan. Memberi jatah ini

    sudah menjadi semacam tradisi bagi penambang rakyat. Untuk

    membantah dan menolak juga tidak mungkin karena suatu saat kami

    membutuhkan mereka sebagai jaminan melangsungkan usaha. Kami

    tidak mau dipersulit ketika nanti kami berurusan dengan pihak

    mereka.

    Selain memberi jatah kepada para penguasa wilayah, masyarakat

    di Marindu juga berusaha untuk mendirikan koperasi (Haridison,

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    136

    2006). Mendirikan lembaga koperasi tercetus pada saat para penam-

    bang di Marindu sudah memiliki Surat Izin Pertambangan Rakyat

    Daerah (SIPRD). Realisasi dari ide tersebut baru terbentuk pada tahun

    2004 dengan nama Koperasi “Harapan Bersama” dengan ijin No.

    412.32/BH/178/2004 tanggal 5 Januari 2004. Sebagaimana tujuan

    koperasi pada umumnya, tujuan didirikannya Koperasi Harapan

    Bersama adalah: (1) Melegalkan usaha; (2) Mempermudah masuknya

    investor. Hal ini dikarenakan para investor tidak mau berspekulasi

    mendukung Koperasi di Marindu bila tidak ada satu lembaga yang

    menangani atau memiliki sistem yang jelas dan dapat menjamin

    investasinya; (3) Mensejahterakan anggota; (4) Membina masyarakat

    penambang, khususnya dari segi peraturan, hukum dan aturan main;

    dan (5) Meminimalisir PETI yang cukup banyak di Kabupaten Murung

    Raya.

    Awalnya, untuk terlaksananya pendirian koperasi ini, masyarakat

    diminta mengumpulkan uang sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu

    rupiah). Uang hasil kumpulan tersebut dipergunakan untuk

    pengurusan dan biaya administrasi. Jumlah anggota masyarakat yang

    ikut serta dalam pengumpulan uang tersebut berjumlah 70 orang, yang

    otomatis menjadi anggota koperasi. Pengurus koperasi ini juga

    merupakan warga masyarakat setempat yang sekaligus sebagai

    pemegang izin dari SIPRD.

    Patut disayangkan bahwa Koperasi Harapan Bersama ini tidak

    berjalan sebagaimana yang diharapkan semula. Semangat masyarakat

    dalam mendukung pendirian koperasi ini tidak dibarengi dengan

    komitmen dan keseriusan para pengurus untuk mengelolanya. Alasan

    para pengurus Koperasi adalah belum ada investor yang berani

    menanamkan modalnya kepada koperasi. Di satu sisi, pengurus

    beranggapan bahwa masyarakat memiliki persepsi yang salah tentang

    modal. Masyarakat penambang menginginkan modal atau hibah dari

    pengusaha kepada pribadi saja untuk kemudian oknum ini juga yang

    mengelolanya. Di sisi yang lain, masyarakat masih mempertahankan

    sistem bagi hasil yang bersifat tradisional sehingga apabila ini

    diterapkan ke koperasi maka tidak akan terjadi peningkatan usaha.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    137

    Faktor-faktor inilah yang ditakuti oleh para investor untuk

    berspekulasi bekerjasama dengan koperasi. Pada dasarnya harapan

    semua investor dalam suatu usaha adalah memperoleh keuntungan

    maksimal dari investasi yang dilakukannya. 34

    Tidak berjalannya fungsi lembaga koperasi membuat pengelolaan

    tambang emas rakyat tidak mengalami peningkatan yang berarti

    terutama dalam konteks pengembangan inovasi teknologi yang

    digunakan dalam usaha penambangan dan profesionalitas dalam

    mengusahakan tambang. Padahal dengan koperasi, masyarakat akan

    dipermudah dalam memperoleh modal: alat, bahan dan perlengkapan

    dasar yang dibutuhkan dalam proses pengelolaan serta kemudahan

    dalam penjualan yang tidak perlu jauh-jauh ke Puruk Cahu atau

    Mangkahui karena sudah ada koperasi yang menampung emasnya.

    Bentuk perlawanan dengan mendirikan koperasi mengalami kegagalan

    dan masyarakat kembali kecewa.

    Meskipun ada banyak persoalan yang belum disesaikan, tetapi PT

    IMK terus memperluas wilayah penambangannya. Masalah kemudian

    muncul, wilayah-wilayah tambang baru PT IMK kebanyakan belum

    memenuhi Izin Pelepasan Kawasan Hutan (IPPKH) yang dikeluarkan

    oleh Menteri Kehutanan. Sejumlah LSM terutama Walhi melontarkan

    protes kepada pemerintah, karena PT IMK melakukan penambangan

    khususnya di lokasi Tasat, Desa Junking Sopan, Kabupaten Murung

    Raya. Hal yang sama juga diprotes oleh anggota DPR-RI (Andi Hasyim,

    SH) yang dimuat di Koran Pelita tertanggal 25 April 2007 dengan judul

    Komisi III Tanggapi Tambang Emas PT IMK Tanpa Izin. PT IMK

    seharusnya tidak dapat membuka hutan untuk penambangan sebelum

    dikeluarkannya IPPKH dari Menteri Kehutanan. Nampaknya

    persyaratan ini tidak dipatuhi karena mulai awal tahun 2004 PT IMK

    terus memperluas wilayah tambangnya dengan membabat hutan.

    Tanah-tanah masyarakat yang tidak mau dijual atau disewa juga turut

    dibabat habis oleh PT IMK, seperti tanah milik Ipong tanpa ijin dan

    34 Hasil wawancara dengan salah seorang pengusaha tambang pada tanggal 22 Nopember 2015 di Palangkaraya.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    138

    musyawarah. 35 Ipong kemudian melawan menggunakan pendekatan

    adat melalui ritual hinting pali. Tujuannya adalah agar tanah yang dimilikinya dapat dijaga dan dipertahankan. Mengenai gambaran

    upacara ritual hinting pali diperlihatkan oleh gambar 5.5. di bawah ini.

    Sumber : Hasil Penelitian, 2013

    Gambar 5.5.

    Masyarakat Adat Dayak Saat Melakukan Ritual Hinting Pali,

    Palang Adat Melarang Pihak Perusahaan Membuka Hutan Lahan Warga

    Terkait dengan pelaksanaan ritual hinting pali adalah memasang tanda larangan atau melarang masuk di areal tanahnya. PT IMK

    kemudian melaporkan Ipong ke pihak Polres Murung Raya dengan

    sangkaan terkait dengan pemasangan plang larangan memasuki tanah

    yang menjadi miliknya, dan diputuskan bersalah dengan hukuman

    penjara selama 4 bulan 15 hari. Ipong dan keluarga merasa tidak puas

    dengan perlakuan pihak Kepolisian dan mengadukan kasus ini kepada

    Kepala Adat Oreng Kambang yang kemudian mendukung Ipong untuk

    kembali melakukan ritual adat Dayak, hinting pali.

    Pemasangan tanda yang dimaksud adalah tali rotan dan daun

    sawang yang dipercaya bisa menolak roh jahat yang membawa petaka

    (bala) bagi warga dayak. Pemasangan ini dilakukan dengan; (1) upacara

    35 Wawancara dengan Ipong tertanggal 13 Januari 2013 di Palangkaraya.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    139

    pesta adat potong hewan besar (babi, sapi atau kerbau) dihadapan

    orang banyak; (2) melalui behas tawur, mengundang unsur taloh/roh gaib, dan liau tertentu, diundang atau dijemput pula unsur ilah-ilah

    penguasa lingkungan langit, bumi dan air, diminta ikut serta

    menghakimi atau menyaksikan sumpah/janji; (3) dalam pesta adat

    makan bersama ini dilaksanakan acara khusus yang disebut sapa sumpah pasak teguh malentup awang baluh, hatatek uei, malabuh batu, marapak ijang pahera, hatawur uyah kawu, hatindik sawang-bungai, mamapak baji/paku hai intu batang kayu bagita hai dengan hakekat bersama pihak yang pernah bermusuhan saling tidak akan dendam,

    saling berbasuh rasa bermusuhan; (4) dari pihak-pihak yang berani

    melanggar sumpah atau janji ini, pihaknya akan dimakan atau terjadi

    sasaran oleh sumpah sebanyak tersebut di atas.

    Aksi perlawanan dengan menggunakan simbol ritual adat hinting pali nampaknya dapat menjadi alternatif untuk menetralkan suatu wilayah atau kawasan yang sedang berkonflik antara dua belah pihak,

    dalam hal ini antara kelompok Ipong L. Pambuk dengan PT IMK.

    Melalui cara ini Ipong mengajak PT IMK yang sedang bersengketa

    untuk mencari jalan damai guna mencapai kesepatan. Apabila ada yang

    melanggar/melintasi dan atau melanggar hinting pali akan kena singer atau sanksi adat berupa denda, seperti yang diatur dalam perjanjian

    Tumbang Anoi, terutama Pasal 27 tentang Singer Tetes Hinting Bunu (Denda adat menghentikan permusuhan) dan pasal 58 tentang Singer Pali Karusak Hinting (denda adat kerusakan hinting pali).

    Masalah Ipong kemudiaan diselesaikan melalui pertemuan yang

    difasilitasi oleh pihak Kepolisian dan dihadiri para wakil adat

    tertanggal 03 Februari 2007 di Kantor Kepolisian Resort Kabupaten

    Murung Raya. Kesepakatan yang kemudian diambil adalah PT IMK

    bersedia membayar denda adat (“Muntam Hinting Tali Tana Danum”

    atau memasuki tanah larangan pada Tahun 2004) dan terikat pada

    keputusan Damang Kepada Adat tertanggal 15 Maret 2005. Denda adat

    yang dimaksud adalah membayar dendanya sebesar Rp. 13.000.000,-

    berikut dengan “Saki atau Palas” (membersihkan tanah/tempat

    suci/sakral) tambahan sebesar Rp. 50.000.000,- dan ditanda tangani

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    140

    oleh Ipong L. Pambuk kemudian pihak PT IMK, Allen Silvester serta

    para saksi; Kapores, Dinas Kehutanan, Sekretaris Daerah, Para Damang

    Kepala Adat, Camat dan Kepala Desa Junking Sopan.

    Kasus yang lain adalah konflik antara Herly dan keluarganya

    dengan PT IMK terkait dengan penggusuran juga belum terselesaikan.

    Atas dasar pengalaman penangani kasus Ipong dan keluarga,

    Pemerintah Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Murung

    Raya turun tangan untuk memfasilitasi penyelesaian kasus ini. Pada

    tanggal 14 April 2009 di Kantor Sekretaris Daerah diadakan pertemuan

    dengan pihak Herly dan keluarganya guna melakukan pembahasan

    terkait dengan sengketa tanah dengan PT IMK. Hasil pembahasan

    disimpulkan bahwa pihak perusahaan (PT IMK) merasa telah

    membayar biaya tali asih atas tanah kepada Herly dan keluarganya.

    Namun dari pihak Herly dan keluarga merasa tidak pernah menerima

    kompensasi. Karena tidak ada titik temu, maka pihak pemerintah

    daerah yang memfasilitasi pertemuan mencari jalan tengah di mana

    pihak Herly dan keluarganya dapat kembali mengajukan permintaan

    pembayaran tali asih yang rasional kepada PT IMK. Penyelesaian kasus

    ini selanjutnya tidak diketahui karena tidak diperoleh data.

    Perluasan wilayah penambangan yang belum memperoleh IPPHK

    dari Kementerian Kehutanan tentunya tidak dapat membuat Analisis

    Dampak Lingkungan (Amdal) seperti yang diisyaratkan untuk

    memperoleh Ijin Usaha Pertambangan (IUP). Khusus untuk Benda

    Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang yang teregistrasi dengan nomer

    urut 301 tentunya tidak bisa ditambang tetapi dijaga kelesariannya.

    Pada kenyataannya PT IMK justru melakukan penambangan di

    kawasan tersebut. Masyarakat Oreng Kambang bersama Kepala Adat

    kemudian mengenakan sangsi adat kepada PT IMK. Selanjutnya dari

    pihak pemerintah membentuk Tim Pengukuran Batas Buffer Zone Puruk Cahu atau Puruk Kambang dengan pihak PT IMK tertanggal 25

    Mei 2010. Sedangkan dari pihak PT IMK juga berusaha melakukan aksi

    melalui suratnya ke Kementrian Pendidikan Nasional tertanggal 26

    Mei 2010 tentang pencabutan status Puruk Kambang sebagai Situs

    Budaya.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    141

    Terkait dengan pelanggaran adat, Damang Tanah Adat Siang

    mengeluarkan keputusan adat tertanggal 16 Juli 2010 karena PT IMK

    bersalah memasuki kawasan Buffer Zone Puruk Kambang yang disakralkan. Oleh karenanya sidang adat memutuskan dan

    menjatuhkan hukuman “Kaouh Dusa Muntam Tana Pali” (tanah

    larangan) dan hukuman “Kouh Dusa Nyongkohaan” (menghina)

    kepada PT IMK. Hukuman adat yang diberikan adalah; (1)

    menyediakan 2 (dua) ekor kerbau jantan dan 2 ekor kerbau betina

    sebagai “Saki Palas” untuk “Nyarongin Tana Danum” (membersihkan

    tanah/tempat suci/sakral); (2) membayar denda adat berupa 10 ekor

    babi ukuran 50 kg/ekor sebagai “Saki Palas” untuk “Nyarongin Tana

    Danum”; (3) membuat pagar sekeliling Puruk Kambang dalam batas

    minimal 100 meter dari kaki bukit; (4) membuat 1 (satu) buah rumah

    Betang ukuran 8 x 15 meter di sekitar wilayah Puruk Kambang sebagai

    tanda peringatan bagi semua orang agar tidak lagi merusak wilayah

    tersebut; (5) membuat jalan menuju situs Cagar Budaya Puruk

    Kambang dengan lebar 3 meter sebagai jalan bagi kegiatan pariwisata

    dan budaya bagi masyarakat dan turis mancanegara; (6) membayar

    denda Kouh Dusa Nyongkohaan” (menghina) dengan nilai Rp.

    100.000.000,- sebagai denda inmaterial; (7) Tidak lagi menambah

    luasan kegiatan kearah kaki Puruk Kambang dan terkecuali melakukan

    kegiatan kearah perluasan wilayah yang sudah sudah dieksploitasi (Pit Serujan East) serta merehabilitasi atau mereklamasi kawasan yang sudah dieksploitasi setelah kegiatan dinyatakan selesai (lihat gambar

    5.5. dan gambar 5.6.); dan (8) menyampaikan permohonan maaf

    kepada masyarakat adat atas pelanggaran tersebut.

    Menindak-lanjuti sangsi adat tersebut, maka tanggal 19 Mei 2011,

    Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) yang juga Bupati Murung Raya

    membuat Nota Kesepahaman dengan PT IMK – Strait Resources

    tentang Pembangunan di Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya dan

    Pariwisata, Pendidikan, Lingkungan Hidup, Penegakan Hukum Positif

    dan Hukum Adat dalam peran serta semua pihak untuk ikut

    membangun Kabupaten Murung Raya. Dalam nota kesepahaman ini,

    PT IMK akan membantu Rp. 50.000.000,- per bulan sesuai dengan

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    142

    periode waktu nota kesepahaman ini guna mendukung DAD

    melaksanakan pembangunan dibidang yang dimaksudkan di atas.

    Sumber : Hasil Penelitian, 2014

    Gambar 5.6.

    Lokasi Penambangan PT IMK di Serujan Pit

    Sumber : Hasil Penelitian, 2014

    Gambar 5.7.

    Tailing Dam di lokasi Penambangan Serujan Pit PT IMK

    Meskipun sudah diberikan sangsi adat serta penentuan batas

    Kawasan Situs Cagar Budaya Puruk Kambang yang dilakukan Damang

    Kepala Adat Siang didukung dengan nota kesepahaman antara PT IMK

  • Konflik Dayak vs Tambang

    143

    dengan ketua Dewan Adat Dayak Murung Raya, namun bagi

    masyarakat Oreng Kambang apa yang dilakukan oleh Damang Kepala

    Adat Siang dengan DAD patut dipertanyakan. Didukung dengan

    seluruh warga masyarakat, kemudian Kepala Adat Oreng Kambang

    mengadukan kasus ini kepada Lembaga Musyawarah Masyarakat

    Dayak Daerah Kalimantan Tengah atau disingkat LMMDDKT, seperti

    yang diberitakan harian Megapos (Kamis, 31 Januari 2013) dan surat

    tanpa nomer yang dikirimkan oleh masyarakat wilayah Desa Oreng

    Kambang tertanggal 29 Januari 2013 kepada LMMDDKT. Dalam

    pernyataannya, Diter Dua, perwakilan tokoh dan adat bahwa; “kami

    masyarakat Desa Oreng Kambang memohon LMMDDKT untuk

    mendampingi kami dalam menghadapi PT IMK yang telah melakukan

    pelanggaran”, salah satunya adalah mengancam kelestarian situs

    budaya Puruk Kambang.

    Menurut Diter Dua; “selama ini perusahaan tersebut (maksudnya

    PT IMK) dalam kegiatan tambangnya tidak mampu menciptakan

    sistem pertambangan pengelolaan alam secara arif dan benar serta tidak

    dapat memberikan kesejahteraan”. “Bahkan perusahaan itu tidak

    mampu melindungi dan mempertahankan eksistensi budaya lokal,

    termasuk sistem hukum yang hidup dan berkembang dalam

    masyarakat adat”. Selanjutnya perusahaan tersebut juga telah

    melecehkan warga sekitar dengan menjadikan warga sebagai korban

    pidana sehingga tidak pernah memberikan kedamaian, malahan

    perusahaan melecehkan warga yang memasang “hinting pali” dituntut

    30 milyar. Perusahaan tidak menghargai makna “hinting pali” yang

    sebenarnya. Karena dengan menggandeng LMMDDKT untuk

    mendampingi mereka agar dapat menghentikan seluruh kegiatan

    penambangan PT IMK di wilayah Situs Puruk Kambang.

    Sebagai lembaga yang tumbuh dari masyarakat adat Dayak dan

    didirikan pada saat memperingati 10 tahun perjanjian Tumbang Anoi

    tepatnya pada tahun 1994, maka keberadaan LMDDKT tentunya harus

    membela dan mendukung upaya-upaya untuk mempertahankan dan

    memperjuangkan kembali hak-hak masyarakat adat Dayak. Dalam

    perjalanannya LMMDDK telah banyak mendampingi kelompok

    masyarakat adat Dayak. Puncaknya ketika konflik antar etnis tahun

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    144

    1991, LMMDDKT mampu memfasilitasi penyelesaiannya dengan baik

    meskipun dalam banyak hal keberadaannya mendapat kritik. 36 Sebagai

    wadah bagi orang Dayak, LMMDDKT memfasilitasi dengan

    menyelenggarakan Kongres Rakyat Kalimantan Tengah (KRKT).

    Hingga tahun 2014, LMMDDKT telah menyelenggarakan 5 (lima) kali

    KRKT yang secara khusus diselenggarakan untuk menjawab berbagai

    permasalahan yang dihadapi orang Dayak di Kalimantan Tengah.

    Hingga akhir tahun 2013, LMMDDKT telah banyak mendampingi

    kelompok masyarakat adat Dayak yang ruang kehidupan terancam

    karena hutan, tanah dan air diambil alih seiring dengan banyaknya

    serangan investor yang masuk di Kalimantan Tengah (Diambil dari

    berbagai dokumen pelaporan kegiatan pendampingan LMMDDKT dari

    tahun 2005 sampai 2013). Orang Dayak umumnya menjadi “terkejut”

    terutama bagi mereka yang tinggal di desa-desa di daerah pedalaman

    yang menjadi sasaran proyek investasi. LMMDDKT melakukan

    pendampingan agar orang Dayak dapat mempertahankan wilayah-

    wilayah adatnya yang diambil alih negara untuk kepentingan para

    investor. Beberapa model perlawanan yang didampingi LMMDDKT,

    seperti: melakukan demontrasi, melakukan pola ancaman, pelaporan

    terkait dengan konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan

    kepada Pemerintah Daerah, Polisi, Pengadilan dan NGO-NGO lokal,

    regional dan internasional, judicial review ke Mahkamah Konstitusi terhadap UU Perkebunan dan UU Pertambangan yang dirasa

    merugikan orang Dayak. Model perlawanan terakhir yang didampingi

    adalah dengan menggunakan cara adat, melalui pemasangan “hinting

    pali” (police line secara adat). 37

    Menanggapi permintaan pendampingan dari masyarakat Desa

    Oreng Kambang, maka pihak LMMDDKT bersepakat untuk

    mendukung gerakan perlawanan mereka. Dimulai dengan pertemuan-

    pertemuan yang dilakukan antara pihak LMMDDKT dengan warga

    36 Kritik terkait dengan keterlibatan LMMDDKT dalam konflik etnis (Dayak vs Madura) oleh Van Klinken (2007). Menurut Klinken, posisi LMMDDKT terutama para tokohnya lebih kepada kepentigan politik semata (pemilihan Gubernur). 37 Hasil wawancara dengan tokoh pemuda penggerak dan ketua LMMDDKT Tabela, Palangkaraya, 15 Juli 2016.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    145

    masyarakat adat Puruk Kambang baik di Kota Palangkarya maupun di

    Puruk Kambang. Dari hasil wawancara diketahui ada beberapa kali

    pertemuan tetapi yang utama pertemuan pada tanggal 03 Februari 2013

    di kantor LMMDDKT di Palangkaraya. Dalam pertemuan ini dilakukan

    pemetaan terkait dengan klaim tanah Situs Puruk Kambang dan data-

    data administrasi terkait dengan pengakuan pemerintah dan

    pemerintah daerah untuk menjadikan Puruk Kambang sebagai situs

    budaya. Kesesokan harinya tanggal 04 Februari 2013. Tim LMMDD-KT

    melakukan kunjungan lapangan ke Puruk Kambang. Pertemuan

    penting yang kedua terjadi pada tanggal 05 Februari 2013

    membicarakan rencana pemasangan patok batas tanah adat 1000 meter

    dari Puruk Kambang dengan memasang “hinting pali”.

    Menindak lanjuti pertemuan tersebut, LMMDD-KT mendampingi

    warga masyarakat Oreng Kambang untuk mengirim surat kepada PT

    IMK guna melakukan konfirmasi penyelesaian permasalahan mereka.

    Surat yang dikeluarkan kepada PT IMK mempunyai No.

    018/P/LMMDD-KT/II/2013 tertanggal 27 Februari 2013 perihal

    konfirmasi dan penyelesaian permasalahan Masyarakat Oreng

    Kambang. Dalam surat tersebut dinyatakan apabila PT IMK tidak

    menanggapi secara serius maka dengan ini LMMMDD-KT akan

    mengambil sikap dan hak sesuai dengan Undang-undang Nomor 9

    Tahun 1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka

    umum dengan sikap sebagai berikut: (1) akan melakukan

    pemberitahuan kepada media masa baik nasional dan intemasional

    berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia; (2) akan melakukan

    upaya petisi kepada PT. IMK melalui Kedutaan besar Australia atas

    fakta-fakta hukum yang ada untuk menyampaikan bukti-bukti atas

    persoalan yang tidak pernah diselesaikan. Juga meminta bantuan

    terhadap Kedutaan Republik lndonesia di Australia untuk dapat

    memberikan bantuan hukum sebagai upaya gugatan di wilayah Negara

    Australia; (3) Menyampaikan surat kepada Pemerintah Republik

    lndonesia Up. Presiden Rl, Kementerian Energi dan Sumber Daya

    Mineral (ESDM) Republik lndonesia, Kementrian Hukum dan HAM,

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

    Kebudayaan; (4) membuat pelaporan kepada pihak Kepolisian Republik

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    146

    lndonesia; (5) membuat pelaporan kepada Komisi Pemberantasan

    Korupsi (KPK) Republik lndonesia; (6) mengirimkan Surat Kepada

    NGO Nasional dan lnternasional mohon dukungan dalam

    memperjuangkan hak-hak asasi; (7) meminta kepada DPR-RI untuk

    dapat memanggil PT lMK untuk dapat mengklarifikasi persoalan yang

    menyangkut hak-hak masyarakat adat sesuai dengan ketentuan hukum

    yang berlaku di Republik lndonesia; (8) akan melakukan demonstrasi

    di setiap kantor Perwakilan PT. IMK di Balikpapan, Murung Raya,

    Jakarta dan juga gedung bursa efek Jakarta sebagai bentuk kampanye

    negatif (black compain) terhadap PT IMK yang diduga melakukan tindakan manipulasi sehingga merugikan negara Republik lndonesia;

    (9) membuat laporan bukti data-data dan data tentang kolong lubang

    bekas galian oleh PT. IMK tahun 2007-2013 tidak pernah di reklamasi;

    (10) memberitahukan kepada pihak Auditors Pricewaterhouse Coopers Chartered Accountants QVr, 250 St George's Terrace PERTH WA 6000. Berkaitan dengan kejadian yang telah terkumpul, dan dapat diduga PT. IMK telah melakukan kegiatan yang merugikan Negara

    Republik lndonesia dengan lampiran-lampiran bukti yang ada; dan (11)

    upaya terakhir adalah akan melakukan gugatan kepada Mahkamah

    Konstitusi (MK) untuk mengajukan gugatan pencabutan Kontrak Karya

    PT. IMK dengan Negara Republik lndonesia sama seperti kasus BPH

    Migas.

    Meskipun ada ancaman yang dinyatakan melalui surat tersebut,

    namun PT IMK tidak merespon karena mereka sudah mengantongi

    surat dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

    Jenderal Kebudayaan kepada PT IMK No.

    247/srt/Dir.PCBM/bud/I/2013 tentang informasi tentang Situs Gunung

    Kambang tertanggal 29 Januari 2013 yang menyatakan bahwa sesuai

    dengan kesepakatan masyarakat adat 38, maka untuk zone penyangga

    yaitu dalam radius 100 meter dari Kaki Gunung Kambang.

    38 Kesepakatan masyarakat adat yang dimaksud dibuat dalam bentuk surat pernyataan yang ditandatangani di atas materai oleh Damang Kepada Adat Kabupaten Murung Raya; Damang Kepala Adat Kecamatan Siang Selatan, Kerukunan Keluarga Pulo Basan Kabupaten Murung Raya dan Dewan Adat Dayak Kabupaten Murung Raya tertanggal 27 Agustus 2012.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    147

    Atas dasar surat tersebut, pihak PT IMK tidak memiliki persoalan

    lagi dengan masyarakat adat Dayak Oreng Kambang sehingga tidak

    perlu ditanggapi. Dengan kata lain, gerakan yang dilakukan pada aras

    lokal dianggap gagal mengingat zone batas Puruk Kambang sudah

    diputuskan sebelumnya. Tindak lanjutnya adalah LMMDD-KT kembali

    memfasilitasi pertemuan-pertemuan dengan masyarakat Oreng

    Kambang. Hasil pertemuan memutuskan akan melakukan aksi ke pusat

    kekuasaan di Jakarta untuk menemui DPR RI, Kemetrian Energi dan

    Sumber Daya Alam (ESDM), Kementrian Lingkungan Hidup, dan

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini didasarkan pada

    kesimpulan bahwa gerakan perlawanan di aras lokal dianggap gagal

    dan tidak membuahkan hasil sehingga harus dibawa ke aras yang lebih

    tinggi lagi yaitu ke pemerintah pusat di Jakarta.

    Di Jakarta, aksi dimulai dengan melakukan audiensi dengan PT

    IMK dan langsung diterima perwakilan PT IMK di gedung Menara

    Sampoerna Strategic Square Jakarta, tertanggal 25 Februari 2013. Hasil

    audiensi disepakati bahwa PT IMK bersedia melakukan pertemuan

    dengan masyarakat Oreng Kambang tetapi tempat pertemuannya di

    lokasi tambang (SITE) dalam hal ini di Puruk Kambang. Tawaran

    tempat pertemuan ditolak karena delegasi dari masyarakat Oreng

    Kambang justru berada di Jakarta.39 Melalui surat No.

    018/P/LMMDDKT/II/2013, yang ditanda tangani oleh Sekretaris

    Jenderal LMMDDKT, Kepala Adat dan perwakilan masyarakat Oreng

    Kambang perihal konfirmasi dan penolakan masyarakat Desa Oreng

    Kambang pertemuan di Puruk Kambang. Melalui surat tersebut juga

    diusulkan agar pertemuan dilakukan di Jakarta mengingat utusan

    sedang berada di Jakarta.

    Pertemuan kedua dengan PT IMK gagal karena PT IMK di Jakarta

    tetap menghendaki penyelesaian masalah di lokasi tambang Puruk

    Kambang. Dengan gagalnya pertemuan ini, tindakan selanjutnya yang

    dilakukan oleh utusan adalah bertemu dengan DPR RI, Badan

    Pemeriksaaan Keuangan (BPK) RI, Kedutaan Besar Australia di Jakarta,

    39 Delegasi dari masyarakat Oreng berjumlah 8 orang, terdiri dari; wakil dari LMMDDKT (Sekretaris Jenderal), Kepada Adat Oreng orang, dan 6 (enam) orang perwakilan masyarakat adat Oreng Kambang.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    148

    Media Elektronik (TV One, dan Metro TV) dan Cetak (Kompas dan

    Jakarta Pos di Jakarta), serta ke Komnas HAM.

    Audiensi dimulai dengan Kementrian Pendidikan dan

    Kebudayaan khususnya Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tanggal

    28 Februari 2013. Harapan hasil audiensi adalah Kementrian

    Pendidikan dan Kebudayaan dapat mencabut Surat dengan No.

    247/srt/Dir.PCBM/bud/I/2013 tentang Situs Gunung Kambang

    tertanggal 29 Januari 2013 kepada PT IMK. Pencabutan yang dimaksud

    adalah tentang kesepakatan penentuan zone penyangga dalam radius

    100 meter dari Kaki Gunung Kambang. Menurut utusan, seharusnya

    bukan pada radius 100 meter tetapi 1000 meter dari kaki bukit

    sekeliling Puruk Kambang mengacu pada batas kawasan cagar budaya

    Puruk Kambang seperti yang tertuang dalam dokumen surat pernyatan

    sikap Kerukunan Pulau Basan tanggal 27 Desember 1993. Dokumen

    lainnya yang mempertegas adalah surat pernyataan Yohanes Atak Lidi

    selaku Damang Kepala Adat Tanah Siang Selatan tertanggal 27 Agustus

    2010 yang mana dalam surat pernyataan itu juga di tanda tangani oleh

    Odong Klerek selaku Damang Kepala Adat Kordinator Kabupaten

    Murung Raya dan Drs Herianson D. Silam, MT yang juga wakil ketua

    Dewan Adat Dayak Kabupaten Murung Raya

    Permintaan ini kemudian diterima oleh Direktorat Jenderal

    Kebudayaan untuk ditindak-lanjuti. Pada tanggal yang sama, utusan

    kembali membuat surat kepada Kemetrian Pendidikan dan

    Kebudayaan up. Direktorat Jenderal Kebudayaan No. 03/II/2013

    perihal Mohon Pencabutan Surat No. 247/srt/Dir.PCBM/bud/I/2013.

    Sambil menunggu jawaban dari Kementrian Pendidikan dan

    Kebudayaan, utusan kembali melakukan audiensi ke DPR RI. Di DPR

    RI, tim bertemu dengan salah satu anggota DPR dari fraksi Demokrat.

    Dalam pertemuan ini utusan melaporkan bahwa PT IMK dalam

    menjalankan usaha tambangnya justru memunculkan berbagai

    permasalahan terkait dengan aspek lingkungan, sosial ekonomi dan

    sosial budaya secara khusus penodaan terhadap Situs Budaya Orang

    Dayak Siang. Dalam pertemuan, pihak anggota DPR RI hanya

    mendengarkan saja, dan akan menyampaikannya melalui fraksi. Bagi

  • Konflik Dayak vs Tambang

    149

    utusan pertemuan dengan anggota DPR RI dianggap gagal karena

    mereka tidak memberikan respon yang positif dan mengusahakan jalan

    ke luar atas penyelesaian permasalahan (seluruh proses pertemuan

    yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 5.8. di bawah ini).

    Sumber : Hasil Penelitian, 2014

    Gambar 5.8.

    Dari Pertemuan Kampung, Palangkara Raya hingga Pertemuan dengan

    Wakil Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta

    Selanjutnya, pada tanggal 01 Maret 2013, utusan melayangkan

    surat ke Kementrian ESDM khususnya Direktur Jenderal Mineral dan

    Batu Bara perihal pengaduan dan minta audiensi sehubungan dengan

    kegiatan operasi penambangan PT IMK di areal situs cagar budaya

    Puruk Kambang. Surat ini tidak mendapat tanggapan dari pihak

    kementrian seperti yang diharapkan. Kemudian pada tanggal 07 Maret

    2013, utusan melayangkan surat kepada Kementrian Lingkungan

    Hidup RI up. Seluruh Deputi Lingkungan Hidup dan Biro juga Staf

    Ahli. Dengan No. 05/II/MLH/2013 tertanggal 07 Maret 2013, utusan

    menyampaikan pelaporan dampak lingkungan hidup di Desa Oreng

    Kambang di areal Kontrak Karya PT IMK.

    Sulitnya untuk bertemu dengan berbagai lembaga negara baik

    dengan eksekutif maupun dengan legislatif termasuk dengan media

    massa menjadi kendala utama utusan dalam upaya memperjuangkan

    pengakuan dan batas zona adat 1000 meter dari situs Puruk Kambang.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    150

    Utusan membuat press release untuk disampaikan ke berbagai media. Isi dari press release terkait dengan kegiatan penambangan yang dilakukan PT IMK yang dinilai; (1) melakukan penambangan secara

    ilegal serta kejahatan terhadap lingkungan (enviroment crime). Mitra Lingkungan Hidup (LH) Kalimantan Tengah dalam siaran pressnya

    (Tambangnews.com, Selasa 5 Februari 2012) menyatakan : PT. Indo

    Muro Kencana telah melakukan exploitasi Tambang Emas 2 (dua)

    tahun belum memiliki dokumen Lingkungan, (pembahasan dokumen

    Amdal di lakukan pada bulan Desember 2012). Hal ini melanggar UU

    32 Tahun 2009 dan PP 27 Tahun 2012, dan diketahui oleh semua unsur

    pemerintah setempat akan tetapi tidak ada tindakan konkrit, dapat di

    katagorikan sebagai upaya pembiaran; (2) PT IMK mengingkari

    tanggungjawab sosial yang harus dijalankannya; (3) PT IMK

    melakukan penjarahan dan penodaan terhadap situs budaya suku

    Dayak dan Agama Umat Keharingan yang dlindungi oleh negara

    melalui UU No. 5 Tahun 1995 yang di perbaharui dengan UU No. 11

    Tahun 2011 tentang Cagar Budaya khususnya penjelasannya Bab X

    (pengawasan dan Penyidikan) – Bab XI (Ketentuan Pidana); dan (4)

    PT IMK Menambang Tanpa Izin Lingkungan.

    Keseluruhan kerja utusan dianggap tidak membuahkan hasil yang

    memuaskan. Hanya satu yang dikatakan berhasil adalah kesediaan

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan cq Direktur Jenderal

    Kebudayaan mencabut suratnya No. 247/srt/Dir.PCBM/bud/I/2012

    tentang Situs Gunung Kambang tertanggal 29 Januari 2013 kepada PT

    IMK. Selanjutnya Direktur Jenderal Kebudayaan mengeluarkan surat

    kepada PT IMK tembusan masyarakat Adat Desa Oreng Kambang

    bahwa; (1) Penentuan radius 100 meter adalah untuk zona penyangga

    yang dibutuhkan untuk melindungi Gunung Kambang sebagai kawasan

    yang didaftar sebagai cagar budaya; dan (2) Untuk penentuan batas

    Adat Gunung Puruk Kambang tetap mengacu pada kesepakatan

    masyarat adat sebagai pemilik kawasan.

    Bersamaan dengan gerakan yang dilakukan dari masyarakat Oreng

    Kambang di Jakarta, di Puruk Kambang terjadi serangan dari para

    “berunak” ke lokasi tambang PT IMK dan aksi brutal di lokasi

  • Konflik Dayak vs Tambang

    151

    pertambangan, tepatnya pada tanggal 24 Februari 2013. 40 Peristiwanya

    berawal ketika 17 orang berunak meminta menggunakan areal

    tambang blok Serujan agar mereka dapat menambang. Namun

    permintaan ini justru dihadapkan pada pihak keamanan dalam hal ini

    pasukan Brimob yang diperbantukan menjadi tenaga keamananan di

    PT IMK dengan cara mengamankan mereka. Kontan ketika terjadi

    penangkapan, datanglah ratusan berunak menyerbu dan menuntut 17

    orang teman mereka dilepaskan. Karena emosi yang tidak terkontrol,

    kantor PBU (Pramanindo Boga Utama, kontraktor penyedia makan dan

    minum karyawan) yang berlokasi di kawasan pemukiman karyawan

    PT IMK –biasanya digunakan sebagai tempat makan dan minum

    karyawan- porak-poranda, bahkan pos jaga Mura-3 tidak luput dari

    sasaran amuk massa yang kemudian diangkat dan dibakar. Karyawan

    PT IMK dibuat kocar-kacir, termasuk aparat keamanan yang

    jumlahnya lebih sedikit dari pada kelompok massa.

    Serangan berunak ke PT IMK kurang mendapatkan respon yang

    berarti dari pihak pemerintah daerah khusus pemerintah daerah

    Kabupaten Murung Raya, salah satunya dikarenakan Ketua Dewan

    Adat Dayak (DAD) yang juga Bupati Kabupaten Murung Raya telah

    menanda-tangani Nota Kesepahaman dengan PT IMK untuk saling

    membantu dalam hal pembangunan di bidang sosial, ekonomi, budaya,

    dan pariwisata, pendidikan, lingkungan hidup, penegakkan hukum

    positif dan hukum adat dalam peran serta semua pihak untuk ikut

    membangun Kabupaten Murung Raya.

    Belajar dari pengalaman Jakarta dan kasus yang terjadi di

    lapangan, masyarakat Oreng Kambang didampingi LMMDKT mulai

    menyusun formasi baru untuk melawan pihak PT IMK dengan cara

    membangun konflik dengan pihak masyarakat. Mereka kemudian

    mengundang masyarakat dari berbagai desa di sekitar wilayah tambang

    40 Lebih jelasnya dapat dibaca dari media Tambengan, Minggu 24 Februari 2013 dengan judul Aksi Brutal di PT IMK, Jadi Presiden Buruk Dunia Usaha, dan juga di media Kalteng Pos, 24 Februari 2013 dengan judul IMK Diserang Berunak. Media lain adalah Radar Sampit tertanggal 29 Juni 2013 dengan tema: Rusuh di Tambang Emas Puruk Cahu, Kalimantan Tengah 6 Anggota Brimob Tewas, 5 Warga Tertembak Ribuan Berunak Mengamuk Serang Markas PT Indomuro Kencana.

    http://www.jpnn.com/read/2013/06/29/179362/6-Anggota-Brimob-Tewas,-5-Warga-Tertembak-http://www.jpnn.com/read/2013/06/29/179362/6-Anggota-Brimob-Tewas,-5-Warga-Tertembak-http://www.jpnn.com/read/2013/06/29/179362/6-Anggota-Brimob-Tewas,-5-Warga-Tertembak-

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    152

    PT IMK untuk berkumpul di Desa Oreng Kambang pada tanggal 23

    Mei 2013. Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa masyarakat

    adat Oreng Kambang berhak mengambil buangan blasting (buangan hasil ledakan) yang dilakukan IMK di lahan dari Situs Puruk Kambang

    yang merupakan milik masyarakat Adat Oreng Kambang.

    Saran aksi ini mendapat dukungan dari hampir semua masyarakat

    untuk mengambil buangan blasting yang kemudian dikenal dengan aksi para “berunak”, yang pada saat itu kembali berlomba untuk

    mengambil hasil blasting. Aksi ini dirancang dan terus mengundang ribuan “berunak” untuk terus mengambil hasil blasting (lihat gambar 5.8. di bawah ini). Menanggapi aksi ini, akhir pihak PT IMK

    menyetujui pihak masyarakat mengambil buangan blasting tersebut pada jam yang telah ditentukan. Meskipun demikian, persetujuan yang

    diberikan PT IMK kepada para berunak bukan tanpa batas.

    Puncaknya terjadi pada tanggal 29 Juni 2013 ketika PT IMK

    didukung pasukan Brimob ingin mengambil-alih kembali wilayah

    tambang mereka terjadilah bentrokan secara fisik antara pasukan

    Brimob dengan para berunak di sekitar Desa Derung Linkin,

    Kecamatan Tanah Siang Selatan di kawasan Cagar Budaya Puruk

    Kambang yang menjadi tempat sakral bagi masyarakat Adat Dayak

    Siang. Dalam bentrokan ini terdapat 11 (enam) orang korban, yaitu

    dari pasukan Brimob 6 (enam) orang dan 5 (lima) orang dari “berunak”.

  • Konflik Dayak vs Tambang

    153

    Sumber : LMMDDKT, 2014

    Gambar 5.9.

    Aksi Ribuan Berunak Mengambil blasting di Lokasi Tambang PT IMK

    Ujung dari konflik antara para “berunak” dengan PT IMK adalah

    lokasi tambang kembali dikuasai para penambang khusus di lokasi pit

    Serujan. Skenario ini memang dirancang agar terjadi “bom ledakan”

    bagi PT IMK yang beritanya kemudian akan dibingkai dan disebarkan

    keseluruh media cetak dan maupun media elektronik. Hal ini bisa

    dilakukan karena LMMDDKT selaku pendamping masyarakat Oreng

    Kambang memiliki kemampuan dalam membangun jaringan

    komunikasi dan informasi dengan memanfaatkan teknologi internet

    dan media sosial. Selain itu, dengan adanya internet dan media

    sosialnya akan mempermudah memobilisasi massa serta menghindari

    pengawasan dari pihak keamanan yang rawan penangkapan serta tanpa

    harus melakukan perjuangan keras. Upaya kemudian yang dilakukan

    adalah membuat website atau World Wide Web (www). 41 Dengan kata lain dengan adanya webside tentunya akan mempermudah LMMDD-KT melakukan pembingkaian dan penyebaran informasi

    mengingat webside atau www. adalah suatu ruang informasi yang

    41 Hasil wawancara dengan pembuat webside LMMDDKT di Palangkaraya 23 Desember 2015.

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    154

    dipakai oleh pengenal global yang disebut sebagai pengidentifikasi

    sumber seragam untuk mengenal pasti sumber daya berguna.

    Upaya penyebaran informasi dengan mengemas berita di seluruh

    media massa dan media elektronik terkait dengan konflik antara para

    “berunak” dan PT IMK dengan dukungan aparat keamanan ternyata

    mendapatkan respon yang “luar biasa” dari berbagai kalangan. Salah

    satunya dari Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah (Agustin Teras

    Narang). Setelah melakukan kunjungan ke perusahaan tambang emas

    Indo Muro Kencana (IMK) meminta menghentikan sementara kegiatan

    operasional pertambangan hingga tercapai kesepakatan batas dengan

    masyarakat terkait dengan keberadaan Situs Budaya Puruk Kambang

    dengan PT IMK. Himbawan Teras: "Dari beberapa masukan, saya

    minta perhatian kepada perusahaan untuk menghentikan sementara

    kegiatan di sini yakni menyangkut lokasi di Puruk Kambang. Karena

    kami akan segera menentukan tata batas,". Selain Gubernur juga

    dihadiri Ketua Gerakan Pemuda Dayak Indonesia (GPDI), Barisan

    Pertahanan Masyarakat Adat Dayak (Batamad), Ketua Dewan Adat

    Dayak).

    Melihat perkembangan konflik dengan masyarakat, pada akhirnya

    PT IMK di mana 100% sahamnya dikuasai oleh Straits Resources Limited yang berbasis di Perth, Australia menyatakan dirinya “Pailit” karena tidak mampu lagi memenuhi biaya operasional apalagi

    merestrukturisasi utang-utangnya (media Kontan.co.id Rabu, 26

    Februari 2014). Menindak lanjuti kondisi ini, PT IMK mengisyaratkan

    akan angkat tangan dan menyerahkan kewajiban pembayaran sejumlah

    utang atas krediturnya kepada calon investor yang bersedia

    menyuntikkan modal (media Bisnis.com, Jakarta, 26 Agustus 2014).

    Kasus PT IMK agak unik, aset yang dimiliki perusahaan sangat kecil

    apabila dibandingkan dengan jumlah tagihan, tetapi masih memiliki

    cadangan emas. Investor yang berminat pada tambang IMK dapat

    melakukan eksploirasi dan mengolahnya untuk membayar kembali

    utang. Dari data diketahui bahwa cadangan emas yang masih dimiliki

    PT IMK di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah baru

    dieksplorasi sekitar 3 pit dan baru jalan 1 pit. Hasil produksi dari 1 pit

  • Konflik Dayak vs Tambang

    155

    bisa menghasilkan 2,5 juta ounce emas dan sudah cukup untuk

    melunasi utang kepada kreditur dengan biaya operasional awal

    investor untuk menambang emas sekitar US$20 juta-US$30 juta.

    Walaupun PT IMK “angkat kaki” dari Kabupaten Murung Raya

    tidak berarti bahwa kedepan perusahaan ini akan tutup total

    mengingat masih ada beban wajib kepada kreditur yang harus dilunasi.

    Dengan kata lain, kemungkinan PT IMK akan kembali beroperasi

    dengan wajah yang lain mengingat cadangan potensi emasnya masih

    tersedia sangat dimungkinkan dengan cara melakukan negosiasi ulang

    dengan pemerintah Indonesia. Pertanyaannya adalah bagaimanakah

    gerakan perlawanan orang Dayak selanjutnya?

    Aktor-aktor Terlibat dalam Konflik

    Munculnya gerakan perlawanan adalah sebuah kekuatan untuk

    tetap dan/atau melakukan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Di

    dalamnya tentu tidak lepas dari posisi strategis dari sekelompok

    kekuatan sosial yang menjadi pioner atau katalisator dari sebuah

    gerakan tersebut yang kemudian sering disebut sebagai aktor atau

    agent gerakan. Mengacu apa yang diungkapkan oleh Budiman dan

    Tornquist (2001) dan Wahyudi (2005) bahwa gerakan perlawanan yang

    muncul di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Desa Orang

    Kambang selalu dimotori oleh para aktor-aktor agen gerakan yang

    selanjutnya dapat menumbuhkan demokratisasi serta membuka ruang

    publik kepada masyarakat luas. Hal ini senada dengan pemikirang Van

    Klinken (2007) tentang pentingnya aktor dalam setiap aktifitas gerakan

    baik sebagai orang atau sekelompok orang maupun perangkat

    pendukung untuk memainkan peran penting (utama) dalam sebuah

    „panggung‟ ataupun insiden tersebut.

    Selanjutnya, mengacu teori jaringan aktor atau yang dikenal

    dengan Actor Networ Theory (ANT) dipelopori oleh Latour (2005) aktor tidak berdiri sendiri tetapi akan masuk ke dalam jaringan aktor

    itu sendiri untuk melakukan translasi, dan intermediasi. Karena aktor

    dalam konsep jaringan tidak hanya berfokus pada hubungan sosial

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    156

    aktor manusia, tetapi mencakup aktor-aktor non manusia-yaitu sebuah

    jaringan beragam (heterogen). Oleh karenanya ada banyak predikat

    tentang aktor, seperti; “aktor adat”, “aktor kerusuhan”, “aktor politik”,

    “aktor intelektual”, sampai “aktor teknologi” dan lain sebagainya.

    Dalam konteks aktor human dan di luar ranah non-elektoral,

    biasanya wadah yang digunakan para aktor adalah berbentuk LSM

    (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang didirikan atas dasar tujuan

    tertentu. Kehadiran LSM dalam sebuah masyarakat merupakan

    kenyataan yang tidak dapat dinafikan. Hal ini dimungkinkan

    dikarenakan keterbatasan negara dalam memenuhi semua kebutuhan

    warga masyarakat dan/atau keterbatasan masyarakat dalam memenuhi

    tuntutannya kepada negara. Keterbatasan inilah yang perannya

    kemudian diambil-alih oleh kelompok LSM untuk menjadi aktor. Di

    sisi lain fenomena pembentukan norma dan tatanan sosial yang

    dilakukan oleh negara selalu menciptakan ketegangan dengan

    masyarakat sehingga peran-peran dari aktor akan sering terlihat untuk

    memfasilitasi kepentingan antar negara dengan masyarakat yang

    kemudian disebut sebagai aktor perantara (intermediary).

    Penelitian tentang peran aktor di Indonesia akhir-akhir ini

    semakin berkembang. Hadir dan banyaknya aktor-aktor yang secara

    terbuka memposisikan dirinya sebagai aktor untuk menjembatani atau

    sebagai penghubung antara masyarakat dan negara. Dalam hal

    bagaimana peran dan strategi mereka dalam memperjuangkan hak-hak

    masyarakat semakin menambah daya tarik terkait dengan gerakan

    perlawanan masyarakat Oreng Kambang melawan PT IMK. Untuk itu,

    paling tidak ada tiga jenis peranan yang dapat dimainkan oleh berbagai

    aktor, yaitu: (1) mendukung dan memberdayakan masyarakat pada

    tingkat grassroots, yang sangat esensial dalam rangka menciptakan pembangunan yang berkelanjutan; (2) meningkatkan pengaruh politik

    secara meluas, melalui jaringan kerjasama, baik dalam suatu negara

    ataupun dengan lembaga-lembaga internasional lainnya; dan (3) ikut

    mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda pembangunan

    (Gaffar, 2006).

  • Konflik Dayak vs Tambang

    157

    Mengacu pada pembahasan konflik Masyarakat Dayak vs PT IMK

    serta pembahasan tentang aktor di atas, maka dapat dipetakan bahwa

    aktor-aktor yang terlibat tersebar di berbagai wilayah penambangan

    PT IMK dan yang menjadi pusatnya adalah aktor-aktor yang ada di

    dalam dan di luar wilayah tambang PT IMK . Adapun aktor-aktor yang

    dimaksud terlibat dalam konflik tersebut adalah :

    1. Aktor dari Masyarakat Di sekitar Tambang

    Paling tidak ada 5 (lima) aktor masyarakat di sekitar tambang

    PT IMK yang selalu aktif melakukan perlawanan terhadap

    keberadaan PTM IMK; (1) kelompok sdr.. Ipong I Pambuk

    yang berasal dari masyarakat desa Jukingsuan; (2) kelompok

    sdr.. Herly S. Penyang yang berasal dari masyarakat desa

    Persiapan Luit Raya; dan (3) kelompok penambang Merindu;

    dan (4) kelompok masyarakat desa Oreng Kambang yang

    berada di inti wilayah tambang PT IMK. Selain aktor yang

    berasal dari masyarakat di sekitar tambang, ada satu kelompok

    masyarakat di Serujan yang aktornya berasal dari Puruk Cahu,

    yaitu sdr.. Anderas Udang.

    Kelompok-kelompok ini mempunyai peran dalam mendukung

    gerakan perlawanan terkait dengan keberadaan PT IMK,

    dengan bentuk dan jenis perlawannya berbeda. Kelompok sdr.

    Anderas Udang adalah kelompok awal yang melakukan

    mobilisasi masyarakat untuk melakukan demontrasi terkait

    dengan keberadaan PT IMK. Demontrasi tidak hanya

    dilakukan pada tingkat lokal tetapi juga tingkat nasional

    bahkan internasional. Untuk mendukung gerakannya,

    kelompok sdr. Andreas membangun jaringan dengan para aktor

    dari berbagai ornop di tingkat nasional, seperti Jatam, Alperudi,

    YLBHI, PBHI, Elsam, dan LBH Jakarta. Isu yang dibawa

    kelompok ini adalah menghentikan seluruh operasi dari PT

    IMK.

    Kelompok Andreas melakukan aksi perlawanan sejak tahun

    1995 seiring dengan semakin masif kerusakan lingkungan yang

    disebabkan oleh pembuangan limbah atau tailing ke sungai dari

  • ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

    158

    PT IMK karena tanggulnya “jebol”. Pada tahun 1994 pe