Sistem Religi Suku Dayak
-
Upload
muhammad-irsan-kurniawan -
Category
Documents
-
view
498 -
download
15
description
Transcript of Sistem Religi Suku Dayak
SISTEM RELIGI SUKU DAYAK
(Sumber: Borneo Exhibition)
Oleh Puji Lestari, 1106059695
Borneo Exhibition adalah acara yang menampilkan karya ahli geologi asal Swiss,
Wolfgang Leupold, berupa karya visual seperti foto maupun film yang menggambarkan
kehidupan masyarakat Borneo di masa lampau, terutama masa kolonial.
Golongan islam merupakan golongan terbesar, sedangkan agama asli dari penduduk
pribumi adalah agama Kaharingan. Sebutan kaharingan diambil
dari Danum Kaharingan yang berarti air kehidupan. Umat Kaharingan percaya bahwa
lingkunan sekitarnya penuh dengan mahluk halus dan roh-roh (ngaju ganan) yang menempati
tiang rumah, batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, air, dan sebagainya. Selain
ganan terdapat pula golongan mahluk halus yang mempunyai suatu peranan peting dalam
kehidupan orang dayak yaitu roh nenek moyang (ngaju liau). Menurut mereka jiwa (ngaju
hambaruan) orang yang mati meninggalkan tubuh dan menempati alam sekeliling tempat
tinggal manusia sebagai liau sebelum kembali kepada dewa tertinggi yang disebut Ranying.
Kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan mahluk-mahluk halus tersebut terwujud
dalam bentuk keagamaan dan upacara-upacara yang dilakukan seperti upacara menyambut
kelahiran anak, upacara memandikan bayi untuk pertama kalinya, upacara memotong rambut
bayi, upacara mengubur, dan upacara pembakaran mayat. Upacara pembakaran mayat pada
orang ngaju menyebutnya tiwah (Ot Danum daro Ma’anyam Ijambe ). Pada upacara itu
tulang belulang (terutama tengkoraknya) semua kaum kerabat yang telah meninggal di gali
lagi dan dipindahkan ke suatu tempat pemakaman tetap, berupa bangunan berukiran indah
yang disebut sandung. Berikut beberapa kepercayaan yang dianutoleh Suku Dayak, yaitu:
Kepercayaan kepada dewa-dewa.
Kepercayaan kepada muakkad dan muwakkal, mereka juga di kategorikan sebagai
mahluk-mahluk halus yang terdapat dalam kepercayaan agama islam.
Kepercayaan kepada para Datu di Kalimantan Selatan.
Kepercayaan kepada mahluk-mahluk halus. Mahluk-mahluk halus dianggap mendiami
gundukan-gundukan tanah (belah mika), punggur kayu, jenis-jenis kayu tertentu, parit
sungat, dan sebagainya.
Kepercayaan kepada kekuatan-kekuatan gaib: umumnya berlaku di pedesaan dan kota.
Parung maya adalah kekuatan gaib yang sangat ditakuti karena jika orang yang terkena
kekuatan ini maka langsung meninggal.
Kepercayan kepada kekuatan-kekuatan sakti. Semua jenis benda dinggap memiliki
kekuatan sakti yang dapat memberikan kebaikan atau keburukan.
Kepercayaan kepada jimat-jimat, berupa benda yang dibuat dengan aturan – aturan
tertentu, baik kertasnya, tintanya, dan waktu mengerjakannya, teknik dan ayat-ayat yang
di tulis dalam bentuk lambang angka atau kalimat-kalimat tertentu.
Kepercayaan terhadap kekuatan batu-batu sakti.
Pada beberapa kesempatan yang saya ikuti dalam rangkaian Borneo Exhibition, saya
mendapatkan informasi mengenai sistem religi atau kepercayaan masyarakat Borneo,
terutama Suku Dayak Kenyah-Kayan-Bahau yang merupakan satu rumpun. Suku dayak
Kenyah, yang menjadi penduduk asli Apo Kayan, sebagian besar beragama Kristen dan
Katolik. Sebagian kecil, terutama orang tua, masih ada yang menganut animisme.
Belakangan, seiring dengan masuknya para pendatang ke daerah ini, pemeluk islam sudah
mulai bermunculan.
Orang Dayak Kanayatn menyebut Tuhan dengan istilah Jubata. Jubata inilah yang
dikatakan menurunkan adat kepada nenek moyang Dayak Kanayatn yang berlokasi di bukit
bawakng . Dalam mengungkapkan kepercayaan kepada Jubata, mereka memiliki tempat
ibadah yang disebut panyugu atau padagi. Selain itu diperlukan juga seorang
imam panyangahatn yang menjadi seorang penghubung, antara manusia dengan Tuhan
(Jubata).
Sekarang ini banyak orang Dayak Kanayatn yang menganut agama Kristen dan
segelintir memeluk Islam. Kendati sudah memeluk agama, tidak bisa dikatakan bahwa orang
Dayak Kanayatn meninggalkan adatnya. Hal menarik ialah jika seorang Dayak Kanayan
memeluk agama Islam, ia tidak lagi disebut Dayak, melainkan Melayu atau orang Laut.
Jadi yang saya dapat simpulkan mengenai sistem religi masyarakat Suku Dayak
secara umum adalah bahwa masuknya agama ke dalam lingkungan masyarakat Borneo ketika
masa kolonialisasi, dimana peran kolonial sangat besar dalam penyebaran agama, karena
pada awalnya masyarakat Suku Dayak tidak mengenal agama, namun lebih kepada
kepercayaan-kepercayaan yang telah disebutkan di atas.
Referensi:
http://www.kebudayaan-dayak.org/index.php?title=Religi/Kepercayaan(diakses pada Minggu, 10 Maret 2013 pukul 20.45)