NERACA NITROGEN YANG DIBERI PAKAN BASAL RUMPUT … · Latar Belakang Kambing merupakan hewan kedua...
Transcript of NERACA NITROGEN YANG DIBERI PAKAN BASAL RUMPUT … · Latar Belakang Kambing merupakan hewan kedua...
i
NERACA NITROGEN YANG DIBERI PAKAN BASAL RUMPUT
BENGGALA DENGAN SUPLEMENTASI DAUN
GAMAL ATAU LAMTORO
SKRIPSI
OLEH
AHMAD
I 111 11 351
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
NERACA NITROGEN YANG DIBERI PAKAN BASAL RUMPUT
BENGGALA DENGAN SUPLEMENTASI DAUN
GAMAL ATAU LAMTORO
SKRIPSI
OLEH
AHMAD
I 111 11 351
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb
Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT, shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Rasulullah MUHAMMAD SAW Beserta keluarganya,
sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis
juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi tingginya kepada :
1. Kedua orang tuaku ayahanda Rusdi dan ibunda Rusmiati, serta tante
Rusniati yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih
sayang, saran, dorongan dan materi kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Rusdy, M.Agr sebagai pembimbing utama dan
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku pembimbing anggota
yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing,
mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi sejak awal penelitian
sampai selesainya penulisan Skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
4. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M. Sc selaku Wakil Dekan I, Ibu
Ir. Hastang, M.Si selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A
vi
Syamsu, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin.
5. Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc selaku penasehat akademik yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan selama dalam bangku perkuliahan.
6. Ibu Marhama Nadir, SP., M.Si.Ph.D., Ibu Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si.,
dan Ibu Dr. Jamila, S.Pt. M.Si., selaku dosen pembahas yang telah banyak
memberikan saran-saran dan masukan untuk perbaikin skripsi ini.
7. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya
selama kuliah di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
8. Kepada Ibu dan Bapak Pegawai Fakultas Peternakan yang telah
memberikan sumbangsih ilmu, didikan dan pelayanan akademik selama
penulis berada di bangku kuliah.
9. Kepada teman penelitian Alif Surya Firman, Meixan Kusnawan, Ruslan,
dan Rahmat Hidayat yang telah banyak membantu selama berada
dilapangan.
10. Kepada teman-teman dikandang ,Muh. Adnan, Hendrianto, Muh, Kasim ,
Darwis, Muh Shoalihin. S.Pt., Dwi Aprianto, Farid Rusdi, DLL yang
mendukung dan memberikan doa, saran dan dorongan kepada penulis.
11. Kawan – kawan “SOLANDEVEN 11” yang telah menjadi keluarga kecil
di Kampus Universitas Hasanuddin terima kasih telah menemani penulis
di saat suka maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
vii
12. Teman-teman KKN PPM DIKTI GEL.II semoga apa yang menjadi
kebersamaan kita akan selalu ada untuk tetap menjadikan kita sebagai
saudara.
13. Buat Adinda Maharani Putri yang selalu menemani dan memberi semangat
serta doa dalam menyelesaikan Skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu
memberikan doa kepada penulis hingga selesai penyusunan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga
Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Amiin
Makassar, Agustus 2017
Ahmad
viii
ABSTRAK
Ahmad I111 11 351. Neraca Nitrogen Kambing Yang Diberi Pakan Basal
Rumput Benggala Dengan Suplementasi Daun Gamal Dan Lamtoro. Dibawah
bimbingan Muhammad Rusdy sebagai Pembimbing Utama dan Syamsuddin
Hasan sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui neraca nitrogen kambing yang diberi
pakan basal rumput benggala dan disuplementasi dengan daun lamtoro atau
gamal. Penelitian ini dirancang berdasarkan rancangan bujur sangkar Latin
dengan 4 ulangan 4 perlakuan. Dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan dimana
P1= Pemberian Rumput Benggala muda 100% (berumur 1 – 2 bulan), P2=
Rumput Benggala tua 100% (berumur 2 – 3 bulan) (10 – 50% telah berbunga),
P3= Pemberian Rumput Benggala tua 60% + daun lamtoro 40%, P4= Pemberian
Rumput Benggala tua 60% + daun gamal 40%. Hasil rancangan bujur sangkar
menunjukkan bahwa perlakuan Intake nitrogen pada P2 berbeda nyata dengan
perlakuan P3 dan P4 (P<0.05) tetapi tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan P1,
Pengeluaran nitrogen melalui feses antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05),
Pengeluaran nitrogen melalui urin terbesar dijumpai pada P1 yang berbeda nyata
dengan semua perlakuan (P<0,05), dan Retensi nitrogen pada P1 menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) dengan P2 namun tidak berbeda nyata
(P>0.05) dengan P3 dan P4. Disimpulkan bahwa bahwa ransum berupa rumput
benggala muda dan rumput benggala tua yang disuplementasi dengan daun gamal
atau lamtoro memberikan neraca nitrogen yang positif pada ternak kambing.
Kata Kunci : Intake Nitrogen, Nitrogen Feses, Nitrogen Urine, Retensi Nitrogen,
Daun Gamal, Daun Lamtoro, Rumput Benggala, Kambing Kacang
ix
ABSTRAK
Ahmad (I 111 11 351). The Nitrogen Balance of Goats Fed Guinea Grsas as
Basal Diet and Supplemented with Leucaena or Giliricidia Leaves. Under
guidance of Muhammad Rusdy as the main supervisor and Syamsuddin Hasan
as a supervisor member.
This research aims to determine the goats nitrogen balance of goats fed guinea
grass asa basal diet and suplementated with Leucaena or Gliricidia leaves . The
research was designed based on latin squares design with four treatment and four
replicates. The treatments were P1 : feeding young guinea grass 100 %, P2 :
feeding old guinea grass 100 %, P3 : feeding of old guinea grass 60% +
Leucaena leaves 40 %, and P4 : feeding of old guinea grass 60% + Gliricidia
leaves 40%. The results of the study indicate the intake of nitrogen in P2
treatment different significantly with P3 and P4 treatments (P < 0,05) but didn’t
different significantly (P < 0,05) with the P1 treatment, the output of fecal
nitrogen between the treatments didn’t different significantly (P > 0,05), the
largest of output of urine nitrogen found in P1 treatment that significantly
different with other treatments. Nitrogen retention at P1 treatment showed very
significant differences (P < 0,01) with P2 treatment but didn’t different
significantly (P < 0,05) with P3 and P4 treatments. It is included that feeding of
young guinea grass or old guinea grass supplementd with Leucaena or Gliricidia
leaves resulted in positive nitrogen balance of goats..
Key word: Nitrogen intake, feces nitrogen, urine nitrogen, nitrogen retention,
gamal leaf, lamtoro leaf, benggala grass, goat nuts
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kambing ......................................................................... 4
Rumput Benggala (Panicum maximun) ...................................................... 5
Lamtoro (Leucaeana leucocephala) ........................................................... 6
Gamal (Gliricidia sepium) ........................................................................... 7
Neraca Nitrogen ........................................................................................... 8
Intake Nitrogen............................................................................................. 11
Pengeluaran Nitrogen Melalui Feses ........................................................... 12
Pengeluaran Nitrogen Melalui Urin ............................................................. 13
Kambing ... ................................................................................................... 13
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 15
Materi Penelitian .......................................................................................... 15
Rancangan Penelitian .................................................................................. 15
Prosedur Penelitian....................................................................................... 16
xi
Parameter Yang Diamati .............................................................................. 17
Analisis Data ................................................................................................ 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Neraca Nitrogen Bahan Pakan ..................................................................... 18
Intake Nitrogen............................................................................................. 18
Pengeluaran Nitrogen Melalui Feses (Nitrogen Feses) ................................ 19
Pengeluaran Nitrogen Melalui Urin (Nitrogen Urine) ................................. 20
Retensi Nitrogen........................................................................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. 22
Saran ......... ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Rata-Rata Neraca Nitrogen Bahan Pakan ( g/ekor/hari ) ......................... 18
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Rataan Intake Nitrogen Untuk Masing-Masing Perlakuan .................. 28
2. Rataan Neraca Yang Disekresikan Lewat Feses ................................... 28
3. Rataan Neraca Yang Disekresikan Lewat Urine ................................... 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing merupakan hewan kedua setelah sapi yang termasuk dalam
hewan yang digemari masyarakat Indonesia dan merupakan jenis ternak
ruminansia penghasil daging yang cukup potensial. Salah satu faktor keberhasilan
yang sangat penting dalam usaha peternakan kambing adalah ketersediaan
pakan.
Rumput benggala (Panicum maximum) adalah jenis rumput yang banyak
dimanfaatkan sebagai pakan yang memiliki komposisi nutrisi yang baik. Rumput
ini dapat tumbuh baik di semua jenis tanah dengan curah hujan lebih dari 760
mm/tahun. Kemampuan produksinya dapat mencapai 60 ton/ha per tahun.
Mempunyai nilai gizi tinggi, tetapi rumput benggala cepat menurun kulitasnya
karena cepat berbunga. Rumput benggala yang sudah tua rendah kualitasnya
karena kekurangan protein kasar dan rendah daya cernanya. Salah satu alternatif
untuk mengatasi kekurangan gizi akibat pemberiaan rumput benggala tua adalah
dengan pemberian pakan leguminosa untuk meningkatkan kandungan protein
pakan dan daya cernanya.
Di Indonesia, jenis legum yang banyak tersedia dan sering dijadikan
sebagai pakan suplemen terhadap rumput benggala adalah gamal (Gliricidia
sepium) dan lamtoro (Leucaena leucocephala). Ini disebabkan karena gamal dan
lamtoro memiliki kandungan protein, daya cerna dan mineral yang lebih tinggi
dari pada rumput yang sudah tua sehingga cocok dijadikan suplemen pada ransum
berbasis rumput benggala.
2
Nutrien pada rumput benggala yang disuplementasi dengan daun gamal
atau lamtoro mungkin akan dicerna lebih banyak oleh ternak. Protein yang tidak
dicerna akan dikeluarkan lewat feses sedangkan protein yang dicerna sebagian
disimpan dan digunakan di dalam tubuh ternak, sebagian lagi diekskesikan lewat
urine.
Ternak ruminansia memperoleh sumber protein untuk kebutuhan
hidupnya, yaitu dari pakan dan dari mikroba rumen. Menurut Hristovetal.,(2005),
secara normal protein pakan didalam rumen dipecah menjadi amonia sebelum
digunakan oleh mikroba rumen untuk sintesis tubuhnya. Sintesis protein mikroba
memerlukan kecukupan nitrogen (N) untuk mencapai efisiensi yang maksimal.
Jika kebutuhan N tidak tercukupi maka ATP yang dihasilkan tidak dapat
digunakan. Sebaliknya, jika N melebihi kebutuhan untuk sintesis protein
mikroba, maka energi akan menjadi faktor pembatas untuk efisiensi penggunaan
N. Degradasi protein pakan mempengaruhi fermentasi di dalam rumen dan pada
akhirnya mempengaruhi efisiensi penyerapan nutrient (Gabler dan Heinrichs,
2003). Optimalisasi sintesis protein mikroba akan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan N dan menurunkan N yang diekskresikan lewat urin yang
merupakan sumber polusi N terbesar dari sektor peternakan (Reynal dan
Broderick, 2003; Ramos et al 2009).
Rumusan Masalah
Bagaimana neraca nitrogen kambing yang diberi pakan basal rumput
benggala muda atau rumput benggala tua dan disuplementasi daun gamal atau
daun lamtoro ?
3
Hipotesis Penelitian
Diduga bahwa kambing yang diberi rumput benggala muda atau rumput
benggala tua yang disuplementasi dengan daun lamtoro atau daun gamal lebih
tinggi retensi N-nya dibanding dengan yang diberikan rumput benggala tua.
Tujuan dan Kegunaan penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui neraca nitrogen
kambing yang diberi pakan basal rumput benggala dan disuplementasi dengan
daun lamtoro atau gamal.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi praktis oleh petani di
lapangan dalam pemanfaatan daun gamal dan lamtoro sebagai suplemen berbasis
rumput benggala untuk menilai potensinya sebagai sumber protein untuk
pertumbuhan ternak kambing.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kambing
Kambing kacang merupakan bangsa kambing lokal asli Indonesia, tubuh
kambingnya kecil dan relatif lebih pendek, jantan maupun betina bertanduk, leher
pendek dan punggung meninggi, warna bulu hitam, cokelat, merah atau belang
yang merupakan kombinasi dari warna yang ada pada kambing tersebut, tinggi
kambing jantan rata-rata 60 cm – 70 cm, betina dewasa 50 – 60 cm, berat badan
kambing kacang jantan dewasa antara 25 – 30 kg dan betina dewasa 15 – 25 kg,
kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan.
Kehidupannya sangat sederhana, memilki daya adaptasi tinggi terhadap kondisi
alam setempat dan reproduksinya dapat digolongkan sangat tinggi (Suparman,
2007). Ensminger (2002) mengklasifikasikan kambing ke dalam Kingdom
Animalia (hewan); filum Chordata (bertulang belakang); kelas Mammalia
(menyusui); ordo Artiodactyla (berkuku genap); famili Bovidae (memamah biak);
genus Capra dan spesies Capra hircus (kambing yang didomestikasi).
Pada umumnya kambing memiliki jenggot, dahi cembung, ekor agak ke
atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Kambing sudah dibudidayakan
manusia sekitar 8.000 hingga 9.000 tahun yang lalu. Kambing suka hidup
berkelompok 5 sampai 20 ekor. Dalam pengembaraannya mencari makanan,
kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing betina yang paling tua. Kambing
jantan berfungsi sebagai penjaga keamanan rombongan. Waktu aktif mencari
makannya siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah rumput-
rumputan dan dedaunan (Chen et al.,2005).
5
Kambing dapat mengkonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak
untuk ukuran tubuhnya, kambing lebih efisien dalam mencerna pakan yang
mengandung serat kasar dibandingkan sapi dan domba. Kambing mampu
mengkonsumsi daun-daunan, semak belukar, tanaman ramban dan rumput yang
sudah tua dan berkualitas rendah. Jenis pakan tersebut dapat dimanfaatkan dengan
efisien sehingga kambing dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang pakan
(Tarigan, 2009).
Rumput Benggala
Rumput benggala tahan terhadap naungan dan api tetapi tidak tahan
genangan dan musim kemarau yang terlalu lama (Sajimin dkk,2010). Rumput ini
sangat disukai ternak terutama waktu muda. Seperti kebanyaan rumput unggul
lainnya, rumput benggala memerlukan kesuburan tanah yang cukup untuk
berproduksi optimal.
Produksi bahan kering rumput benggala dan rumput gajah pada kondisi
kering (1/3 kapasitas lapang) adalah 17,8 g/pot dan 13,8 g/pot bila diasumsikan
populasi tanaman per hektar 20.000 an 9 kali defoliasi maka rumput benggala dan
rumput gajah hasil penelitian masing ‐ masing mempunyai produksi bahan kering
2,61 Dan 3,38 ton/ha/tahun (Purbajanti et al, 2007)
Rumput benggala termasuk tanaman berumur panjang (perennial),
tumbuh tegak membentuk rumpun seperti padi. Tinggi bisa mencapai 0.5-2
meter. Sistem perakarannya dalam dan menyebar luas. Tahan terhadap musim
kering. Tekstur daun halus dan berwarna hijau tua. Umumnya tahan terhadap
naungan sehingga memungkinkan untuk ditanam di antara tanaman perkebunan.
6
Dapat tumbuh pada tempat dengan ketinggian sampai 1.950 mdpl dan curah hujan
1000-2000 mm/tahun.
Pembiakan jenis rumput ini bisa dengan biji atau sobekan rumpun.
Kebutuhan biji untuk penanaman berkisar 4-11 kg/ha tergantung jarak tanam yang
digunakan. Beberapa varietas dan kultivar yang dikenal adalah
varietas Trichoglume, cv Sabi, cv Gatton, cv Hamil, dan lain-lainnya. Rumput
benggala dengan kandungan protein kasar 9,2 – 18,7 %, bahan kering 58,6 – 66,3
% (Reksohadiprodjo, 1994 ).
Kekurangan rumput benggala adalah tidak tahan terhadap interval panen
yang pendek sehingga akan mati apabila terus menerus digembalai berat sampai
dekat permukaan tanah dan membutuhkan waktu istirahat yang cukup untuk
dapat berproduksi tinggi kembali dalam waktu yang lama (Sutedi, 2002).
Kekurangan lainnya adalah cepat berbunga sehingga nilai gizinya sebagai pakan
ternak dapat menurun, tetapi pemupukan N dapat memperpanjang fase vegetatif
tanaman dan memperlambat pembungaan.
Lamtoro
Lamtoro (Leucaeana leucocephala) adalah salah satu jenis semak atau
pohon dari famili Mimosaceae yang paling cepat pertumbuhannya. Lamtoro
terkenal karena tinggi protein, vitamin dan mineralnya (Odeyinka et al, 2013).
Hasil penelitian oleh Yousuf et al (2007) di Nigeria menunjukkan bahwa retensi
N dan pertambahan berat badan lebih tinggi pada kambing yang di suplementasi
lamtoro dari pada gamal pada ramsum berbasis rumput benggala. Lamtoro paling
baik di berikan dalam bentuk segar, disusul dalam bentuk layu dan paling jelek
7
adalah dalam bentuk kering. Sumplementasi lamtoro segar pada ramsum kambing
berbasis rumput benggala dapat diberikan sampai level 40% yang dapat
meningkatkan komsumsi bahan kering, laju perumbuhan dan penggunaan nutrien
(Areghoere,2002).
Garcia et al. (1996) yang mengulas 65 publikasi tentang nilai gizi daun
lamtoro melaporkan bahwa rata-rata kandungan proteinnya 22,3%, 2,14%
mimosin, 19,2% serat kasar, 39,5% NDF, 35,1% ADF, 4,71% hemiselulosa,
18,3% abu, 1,05% tannin, 0,22% sulfur dan 1,80% kalsium dari bahan kering.
Dari berbagai bagian tanaman, biji dan daun yang masih muda mengandung
protein yang paling tinggi sedangkan batang dan kulit buah polongnya terendah,
daunnya kaya akan beta-karoten dan mineral.
Gamal
Gamal (Gliricidia sepium) adalah legum pohon dari Famili Fabaceae dan
sub Famili Papilionideae, berukuran sedang yang berasal dari daerah Amerika
Tengah dan Meksiko. Selain itu gamal merupakan salah satu dari beberapa
tumbuhan semak/pohon yang menjanjikan karena tingginya produksi bahan
kering dan proteinnya (Atta-Krach and Sonberg, 1988). Pada kondisi tertentu
gamal dapat menghasilkan biomassa yang sama atau lebih banyak dari lamtoro
(Stewart et al, 1998) dan lebih tahan terhadap hama tanaman dan kondisi
pertumbuhan yang jelek.
Apabila di manajemen dengan baik, dau gamal cocok dijadikan sumber
hijauan ternak ruminansia pada musim kemarau. Suplementasi daun gamal 30%
miningkatkan daya cerna semua bahan kering, daya cerna bahan organik dan daya
8
cerna protein kasar di bandingkan dengan rumput saja atau daun gamal yang
suplementasi sebesar 50% (Ondiek, et al. 2000).
Neraca Nitrogen
Neraca N dapat dirumskan dengan persamaan : B = K – (U + T), dimana
B = neraca nitrogen, K = konsumsi nitrogen, U = nitrogen urin dan T = nitrogen
feses. Banerjee (1982) menyatakan bahwa neraca nitrogen merupakan salah satu
metode yang umum digunakan untuk mengevaluasi kualitas protein ransum.
Neraca nitrogen merupakan selisih dari konsumsi nitrogen dengan ekskresi
nitrogen melalui urin dan feses dan dapat bernilai positif, nol atau negatif
(Maynard dan Loosli 1969). Neraca nitrogen dalam tubuh bisa bernilai positif, nol
atau negatif , Bila neraca nitrogen bernilai positif menunjukkan bahwa terjadi
pertambahan protein jaringan tubuh atau pembentukan jaringan baru, Bila
nilainya sama dengan nol hal tersebut berarti terjadi keseimbangan antara proses
anabolisme dan proses katabolisme dalam tubuh, tetapi apabila neraca nitrogen
bernilai negatif, ini berarti terjadi kehilangan nitrogen dalam tubuh melalui proses
katabolisme akibat konsumsi nitrogen atau protein dari pakan tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan ternak (Baldwin and Allison 1983).
Peningkatan protein dalam ransum akan meningkatkan retensi protein
(nitrogen) dalam tubuh, protein yang tertinggal dalam tubuh sangat erat
hubungannya dengan konsumsi energi dan protein, dimana semakin meningkat
konsumsi protein dan energinya maka semakin meningkat pula protein yang
tertinggal (teretensi) dalam tubuh (Sitorus, 1982; Van Soest, 1982). Zaherunaja
9
(1989) menyatakan bahwa retensi nitrogen akan meningkat dengan adanya
penurunan jumlah nitrogen yang keluar melalui urin.
Ranjhan (1980) menyatakan bahwa neraca nitrogen dapat pula digunakan
untuk menilai mutu protein makanan, karena dengan hanya mengetahui kecernaan
protein saja belum dapat mengetahui secara tepat mutu protein ransum yang
digunakan. Efisiensi penggunaan protein pakan sangat ditentukan oleh intensitas
proses anabolisme dan katabolisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
anabolisme dan katabolisme protein adalah : 1). kecukupan asam-asam amino, 2)
kecukupan konsumsi energi, 3) status nutrisi dan fisiologis ternak, 4)
pembentukan jaringan, 5) kontrol oleh hormon. Aktivitas proses anabolisme dan
katabolisme protein dalam tubuh, bisa dipantau dengan mengukur neraca nitrogen
atau retensi nitrogen. Retensi nitrogen adalah selisih antara konsumsi nitrogen
dengan nitrogen yang dikeluarkan melalui feses dan urine. (Baldwin and Allison .
1983)
Pada hewan yang diberi pakan bebas nitrogen, kehilangan nitrogen tetap
terjadi akibat degradasi dinding usus, enzim dan mikroba yang mati. Eksresi
nitrogen diurin dapat berasal dari perubahan kreatin menjadi kreatinin dan juga
urea yang merupakan hasil katabolisme asam amino. Protein tubuh pada dasarnya
selalu harus diganti dengan protein yang baru. Pergantian protein di usus dan hati
ini memakan waktu dalam satuan jam atau hari, sedangkan pergantian di tulang
dan syaraf memakan waktu dalam satuan bulan bahkan tahunan. Jika pertama kali
hewan diberi pakan bebas nitrogen, maka jumlah nitrogen di urin akan menurun
beberapa hari, kemudian stabil kembali setelah terjadi perombakan protein tubuh.
10
Pada keadaan cadangan protein telah habis, eksresi N-urin dapat mencapai
minimal. Eksresi-N pada kondisi minimal seperti ini disebut dengan N-
endogenous urin (Baldwin and Allison . 1983).
N-endogenous urin ini dapat untuk memperkirakan protein untuk hidup
pokok hewan. Nilai ini sebesar 2 mg N-endogenous urin per kkal basal
metabolisme (500 mg/MJ). Untuk hewan dewasa angkanya berkisar 300-400 mg
N-endogenous/MJ metabolisme puasa. Pada ruminansia, nitrogen dapat dipenuhi
dari sirkulasi ulang urea dari dan ke rumen. Oleh karena itu perhitungan N-
endogenous untuk hewan ruminansia menjadi 350 mg N/kg W0,75/hari dan setara
dengan 1000-1500 mg/MJ metabolisme puasa. N-urin sisa kelebihan dari N-
endogenous disebut dengan N-eksogenous urin. Jumlah kebutuhan nitrogen untuk
hidup pokok akan seimbang bila besar konsumsi N dapat diimbangi dengan
besarnya jumlah N-metabolik di feses dan N-endogenous di urin. Cara
pengukurannya yaitu dengan menentukan nitrogen yang hilang/keluar dari hewan
yang diberi pakan bebas nitrogen (Baldwin and Allison. 1983)
Jika konsumsi nitrogen meningkat maka akan terjadi peningkatan neraca
nitrogen dari negative menjadi positif sampai pada titik keseimbangan.
Penimbunan nitrogen ini juga bergantung pada umur dan asupan nutrient yang
lain. Jika penambahan protein tak menambah penimbunan retensi nitrogen maka
kurva menjadi horizontal. Standar kebutuhan nitrogen tergantung pada degradasi
protein makanan dalam rumen, metabolisme mikroba dan protein yang tak
tercerna dirumen, serta jumlah konsentrasi ME dalam pakan (ARC, 1984).
11
Pemberian pakan hijauan dalam keadaan segar umumnya lebih disukai
dalam keadaan layu atau kering. Namun, terdapat beberapa jenis hijauan yang
masih mengandung racun dan sangat berbahaya jika diberikan dalam keadaan
segar, misalnya daun singkong (racun sianida), lamtoro (mimosin),
dan gliricidae (tanin). Karena itu, pakan hijauan tersebut harus dilayukan terlebih
dahulu selama 2-3 jam di bawah terik matahari. Hijauan tersebut juga bisa
didiamkan selama semalaman sebelum diberikan kepada domba/kambing(ARC,
1984).
Intake Nitrogen
Konsumsi adalah faktor essensial yang mendasar untuk hidup dan
menentukan produksi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi
diantaranya adalah bobot badan, jenis kelamin, umur, faktor genetik, makanan
yang diberikan, dan lingkungan (Parakkasi, 1999).Cole dan Ronning (1974)
menyatakan bahwa tingkat konsumsi protein (nitrogen) sangat dipengaruhi oleh
koefisien cerna, kualitas atau komposisi kimia pakan, fermentasi dalam rumen,
pergerakan makanan melalui saluran pencernaan dan status fisiologi ternak.
Sumber protein ternak ruminansia berasal dari protein makanan yang selamat dari
degradasi dalam rumen dan protein mikroba yang terbentuk dalam rumen.
Penyediaan protein ransum sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok dan produksi. Protein pakan yang dikonsumsi ruminansia tidak
seluruhnya didegradasi oleh mikroba rumen, sebagian protein pakan lolos ke
dalam usus halus bersama protein mikroba dan protein endogen (Kempton et al.,
1977). Tomaszewska et al. (1993) menyatakan domba dan kambing lokal di
12
Indonesia sering kali kekurangan protein, oleh karena itu kebutuhan protein dalam
pakan harus diperhitungkan dengan baik. Akhirany (1998) menyatakan
peningkatan kadar protein ransum akan meningkatkan konsumsi ransum.
Wiradarya (1991) menyatakan bahwa peningkatan kadar protein ransum
mengakibatkan kenaikan tingkat konsumsi protein pada domba dan kambing lokal
tetapi tidak mempengaruhi tingkat konsumsi bahan kering dan energi ransum.
Menurut NRC (1981) kambing dengan bobot hidup 10-20 kg memerlukan protein
sebesar 22-38 g/e/h, sedangkan menurut NRC (1985) domba dengan bobot hidup
10-20 kg haruslah mengkonsumsi protein kasar sekitar 127-167 g/e/h. Sitorus
(1982) menyatakan kebutuhan protein kambing lokal Indonesia lebih rendah
dibanding dengan kebutuhan kambing di daerah subtropis.
Pengeluaran Nitrogen Melalui Feses (Nitrogen Feses)
Nitrogen yang keluar melalui feses berasal dari protein pakan yang tidak
tercerna, Nitrogen endogenous yang terdiri dari enzim-enzim pencernaan dan
cairan lainnya yang diekskresikan ke dalam saluran pencernaan, sel-sel mukosa
yang terkikis mengandung protein dan mikroba saluran pencernaan (Church,
1979; Parakkasi, 1983; Pond et al., 1995). Beberapa faktor yang mempengaruhi
pengeluaran nitrogen melalui feses adalah bobot badan ternak, konsumsi bahan
kering, kandungan serat kasar, energi dan protein ransum serta proses pencernaan
(Koenig et al, 1980), tipe makanan yang dikonsumsi dan tipe saluran pencernaan
(Pond et al.,1995).
Menurut Van Soest (1982) pengeluaran nitrogen melalui feses tergantung
dari hasil pencernaan oleh mikroba dan efisiensi pemeliharaan bakteri. Van Soest
13
(1982) menyatakan pula bahwa nitrogen yang hilang dalam feses ruminansia kira-
kira 0.6 % dari konsumsi bahan kering atau ± 4 % dari protein ransum.
Pengeluaran Nitrogen Melalui Urin (Nitrogen Urin)
Nitrogen yang keluar melalui urin antara lain berupa keratin, ammonia,
asam amino, urea (Banerjee, 1982) dan allantoin (Church, 1979). Kehilangan
nitrogen melalui urin merupakan hasil proses metabolisme jaringan tubuh yang
disebut endogenous urinary nitrogen (Roy, 1970; Banerjee, 1982). Kadar nitrogen
dalam urin jumlahnya bervariasi, tergantung pada tingkat konsumsi dan sumber
nitrogen, tingkat protein ransum, koefisien cerna protein, tingkat energi ransum
dan fase pertumbuhan ternak (Roy, 1970). Bunting et al. (1987) menyatakan
bahwa domba yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan protein yang tinggi
akan mengekskresikan nitrogen urin lebih tinggi dibanding domba yang
mengkonsumsi ransum dengan kadar protein rendah, tetapi nitrogen yang
diekskresikan melalui feses tidak dipengaruhi oleh kandungan protein ransum.
Nitrogen urin akan meningkat dengan meningkatnya kandungan protein dapat
larut pada ransum (Wanapat et al., 1982). Pengeluaran nitrogen melalui urin
memiliki kolerasi liniear dengan tingkat konsumsi ransum dan pengeluaran
nitrogen feses (Smith et al., 1992).
Kambing
Devendra dan Burns (1994) melaporkan bahwa kambing merupakan
ternak bertanduk yang termasuk dalam kelas mamalia, ordo Artiodactyla, sub
ordo Ruminansia, famili Bovidae, genus Capra dan spesies Capra Hircus.
Kambing merupakan hewan yang didomestikasi oleh manusia yang berasal dari
14
hewan liar (Capra Hircus Aegragus), dapat hidup di daerah yang sulit dan berbatu,
mudah dipelihara, tidak memerlukan lahan yang luas (Blakely dan Bode 1985).
Kambing memiliki sifat yang khusus yaitu tidak suka bergerombol dan cenderung
memakan hijauan yang menggantung serta mampu memakan jenis tanaman yang
lebih banyak dibandingkan domba, kambing merupakan ternak pemakan semak,
sangat aktif, selektif, dan dapat menempuh jarak yang lebih jauh untuk mencari
makan (Tomaszewska et al., 1993). Kambing khas Indonesia adalah kambing
kacang, akan tetapi pada saat ini jenis kambing yang ada telah lebih bervariasi
karena adanya persilangan antara kambing lokal dengan impor. Karakteristik
kambing lokal antara lain : 1) lebih tanggap terhadap perubahan energi dari pada
protein dalam ransum, 2) kebutuhan energi dan protein untuk hidup pokok dengan
bobot ± 15 kg adalah 143 kkal energi tercerna dan 3,4 g protein kasar untuk setiap
kg bobot hidup metabolik dalam sehari, 3)untuk mencapai penampilan produksi
yang maksimal, kambing lokal membutuhkan energi dan protein sebesar 209 kkal
energi tercerna dan 9,72 g protein kasar untuk setiap kg bobot hidup metabolik
dalam sehari (Setiadi et al., 2001).
15
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016 – Maret 2017,
bertempat di Kebun Penelititian Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, dan uji neraca nitrogen dilakukan di Laboratorium Kimia
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Bahan utama penelitian ini adalah kambing betina (kambing kacang)
sebanyak 4 (empat) ekor, umur kambing yang digunakan yaitu 6 – 12 bulan
dengan berat badan rata-rata 12 kg. Pakan yang digunakan yaitu, rumput
benggala (Pannicum maximum), daun lamtoro (Leucaena leucocephala), dan daun
gamal (Gliricidia sepium).
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu parang, meteran, tali
rapiah, pisau pemotong (cutter), kantong plastik, ember, ayakan tanah, meteran,
timbangan pakan dan peralatan laboratorium untuk uji neraca nitrogen.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan bujur sangkar Latin 4x4. Dengan 4
perlakuan dan 4 kali ulangan, dengan perlakuan sebahgai berikut :
- Perlakuan 1 (P1) = Pemberian Rumput Benggala muda 100% (berumur 1 – 2
bulan)
- Perlakuan 2 (P2) = Pemberian Rumput Benggala tua 100% (berumur 2 – 3
bulan (10 – 50% telah berbunga)
- Perlakuan 3 (P3) = Pemberian Rumput Benggala tua 60% + daun lamtoro 40%
- Perlakuan 4 (P4) = Pemberian Rumput Benggala tua 60% + daun gamal 40%
16
Prosedur Penelitian
Manajemen pemeliharaan dilakukan dengan sistem pemeliharaan intensif
dimana kambing dikandangkan dan diberikan pakan sesuai dengan perlakuan
masing-masing pada pagi dan sore hari. Masing – masing kambing dimasukkan
ke dalam kandang metabolisme yang berukuran 1,0 x 1,5m yang dilengkapi
dengan tempat pakan dan air minum. Pada masing – masing kandang, untuk
memisahkan feses dan urine, di bawah kandang disimpan rank kawat dengan
saringan berjarak 1 mm sebagai tempat feses dan dibawahnya ditempatkan talang
karet dalam posisi miring sebagai tempat lewat urine dimana di ujung bawahnya
ditaruh kontainer sebagai tempat urine. Penelitian ini menggunakan rancangan
bujur sangkar latin yang dimana tiap periode berlangsung selama 12 hari yang
terdiri dari 7 hari untuk masa adaptasi dan 5 hari untuk pengumpulan data.
Rumput benggala muda yakni berumur 1 – 2 bulan, sedangkan rumput benggala
tua yakni telah berbunga sekitar 10 – 50%. Setelah masa pembiasaan berakhir,
penelitian dimulai dengan memberikan ransum sesuai perlakuan. Ransum
perlakuan adalah (P1) rumput benggala (RB) muda 100%, (P2) rumput bengala
tua 100%, (P3) rumput benggala tua 60% + lamtoro 40%, dan (P4) rumput
benggala tua 60% + gamal 40%. Ransum diberikan pada ternak secara adlibitum
dua kali sehari yaitu pada jam 8 pagi dan jam 4 sore dengan proporsi yang sama,
sedangkan pengambilan data dilakukan pada jam 7 pagi. Pemotongan rumput
benggala yang akan diberikan yaitu 15cm dari tanah, kemudian dicacah 3 – 5cm
sebelum diberikan pada kambing. Air minum disediakan secara bebas untuk
17
semua ternak.Urine diberikan 20 cc H2SO4 konsentrasi 10% pada tempat
penampungan urine untuk mencegah penguapan amoniak.
Parameter Yang Diamati
Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adala Intake N
(Konsumsi Ransum), N feses, N urin, dan Retensi N (Anggorodi, 1985)
Intake N : Konsumsi pakan diperoleh dengan cara menghitung pakan
yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan.
N urine : Volume urine × Kadar nitrogen urine
N feses : Berat kering feses × Kadar nitrogen feses
Retensi N : Nitrogen yang dikonsumsi - Nitrogen urine – Nitrogen feses
Analisa Data
Data parameter penelitian yang diperolah dianalisis ragam berdasarkan
rancangan bujur sangkar latin 4×4 (4 perlakuan dan 4 ulangan) (Sudjana, 1985)
Perbedaan antara hasil perlakuan diuji lebih lanjut dengan uji beda nyata (BNT).
Model matematika sebagai berikut :
Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + Ɛ ijk
Ket µ = rataan umum
ßi = pengaruh periode ke- i ( i =1,2,3,4 )
Κj = pengaruh ternak ke -j (j= 1,2,3,4)
Ƭk = pengaruh perlakuan ke- k (k =1,2,3,4)
Ɛ ijk = galat percobaan
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Neraca Nitrogen Bahan Pakan
Berdasarkan Hasil penelitian rata-rata neraca nitrogen bahan pakan dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata- rata neraca nitrogen bahan pakan (g/ekor/hari)
Bahan
Pakan
Intake
N(g/ekor/hari)
N
feses(g/ekor/hari)
N
urine(g/ekor/hari)
Retensi
N(g/ekor/hari)
P1 6,57 1,04 2,09 3,44
P2 4,16 2,52 1,63 0,01
P3 7,32 2,24 1,23 3,85
P4 7,19 2,35 1,10 3,74
Ket : P1 (Rumput Benggala Muda), P2 (Rumput Benggala Tua), P3(Rumput
Benggala Tua + Lamtoro), P4(Rumput Benggala Tua + Gamal)
Intake N
Konsumsi adalah faktor utama yang merupakan dasar untuk hidup dan
menentukan produksi ( Parakkasi, 1999 ). Berdasarkan hasil analisis ragam, hasil
penelitian menunjukkan bahwa rataan intake nitrogen ransum berturut turut adalah
P1 6,57 g, P2 4,16 g, P3 7,32 g dan P4 7,19 g/ekor/hari. Intake nitrogen pada P2
berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P4 (P<0.05) tetapi tidak berbeda nyata
(P<0.05) dengan P1. Rendahnya intake N pada perlakuan P2 disamping karena
rendahnya kadar N rumput benggala tua, juga mungkin disebabkan karena
rendahnya daya cerna rumput benggala tua sehingga mengurangi jumlah N yang
dikonsumsi. Dengan suplementasi gamal atau lamtoro, kadar protein ransum pada
perlakuan P3 dan P4 meningkat, demikian pula daya cernanya, sehingga intake N
meningkat pada perlakuan tersebut.
19
Cole dan Ronning (1970) menyatakan bahwa tingkat konsumsi protein
(nitrogen) sangat dipengaruhi oleh proses fermentasi dalam rumen dan pergerakan
makanan melalui saluran pencernaan. Intake N sangat erat kaitannya dengan
konsumsi pakan dan kadar protein sebagai sumber nutrisi dalam proses
metabolisme. Wilson dan Kennedy, (1996) menyatakan konsumsi nutrien yang
maksimum sangat tergantung pada keseimbangan nutrien dalam pencernaan.
Pengeluaran Nitrogen Melalui Feses (Nitrogen Feses)
Parakkasi (1983) menyatakan bahwa nitrogen yang keluar melalui feses
berasal dari protein pakan yang tidak tercerna, N-endogenous yang terdiri dari
enzim-enzim pencernaan dan cairan lainnya yang diekskresikan kedalam saluran
pencernaan, sel-sel mukosa yang terkikis mengandung protein dan mikroba pada
saluran pencernaan. Pengeluaran nitrogen melalui feses antar perlakuan tidak
berbeda nyata (P>0,05), antara perlakuan, walaupun terlihat bahwa rumput
benggala tua sendiri dan rumput benggala tua yang disuplementasi dengan daun
lamtoro atau gamal lebih tinggi N-nya yang dikeluarkan lewat feses (Tabel 1).
Koenig et al. (1980) menyatakan pengeluaran nitrogen melalui feses dipengaruhi
oleh level protein bahan makanan, koefisien cerna dan level energi. Tingginya
pengeluaran lewat feses pada perlakuan P2, P3 dan P4 disebabkan karena
tingginya kadar serat kasar dan rendahnya daya cerna pada perlakuan tersebut
dibandingkan dengan perlakuan P1. Rendahnya daya cerna menyebabkan banyak
N yang tidak sempat dimetabolisme. Rataan nitrogen yang keluar melalui feses
pada kambing dalam penelitian ini adalah 1,04 - 2,35 g/e/h. Menurut Van Soest (
1982 ) nitrogen yang hilang dalam feses ruminansia kira-kira 0.6 % dari konsumsi
20
bahan kering atau ± 4 % dari protein ransum. Pada penelitian ini menunjukkan
protein yang dikonsumsi sebagian dapat dimanfaatkan oleh ternak.
Pengeluaran Nitrogen Melalui Urin (Nitrogen Urin)
Pengeluaran nitrogen melalui urin antara lain berupa keratin, asam amino,
serta urea. Sebagian besar urea yang keluar melalui urin berasal dari urea yang
dibentuk dihati yang kemudian difiltrasi oleh ginjal dan keluar melalui urin.
Pengeluaran nitrogen melalui urin terbesar dijumpai pada P1 yang berbeda nyata
(P<0,05) dengan semua perlakuan lainnya dimana pengeluaran nitrogen urin pada
P1 (2,09 g), lebih besar dari pada P2 (1,63 g), P3 (1,23 g) dan P4 (1,10
g/ekor/hari).
Tingginya pengeluaran N urin lewat urine pada perlakuan P1 disamping
disebabkan karena tingginya kadar protein pada perlakuan P1, tetapi juga karena
protein pada rumput benggala muda berada dalam bentuk yang mudah didegradasi
di dalam rumen dan kurang yang lolos ke saluran pencernaan belakang untuk
dicerna di dalam usus halus. Amoniak yang terbentuk dari degradasi protein di
rumen dengan cepat dimanfaatkan oleh mikroba untuk membentuk protein
mikroba dan selebihnya lolos masuk ke dalam pembuluh darah, masuk ke dalam
hati dan selanjutnya dikeluarkan lewat urine. Menurut Roy (1970) pengeluaran
nitrogen melalui urin dipengaruhi oleh konsumsi nitrogen, penyerapan nitrogen
dalam tubuh ternak, tingkat protein ransum, kecernaan protein dan bentuk fisik
dan macam bahan makanan.
21
Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen merupakan nitrogen yang tinggal didalam tubuh setelah
konsumsi nitrogen dikurangi dengan nitrogen yang keluar melalui urin dan feses.
Berdasarkan hasil analisis ragam, hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan
retensi nitrogen ransum berturut turut adalah P1 (3,44g/ekor/hari), P2
(0,01g/ekor/hari), P3 (3,85g/ekor/hari) dan P4 (3,74g/ekor/hari). Retensi nitrogen
pada P1 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) dengan P2 namun
tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan P3 dan P4.
Rendahnya retensi nitrogen pada P2 (rumput benggala tua) disebabkan
rendahnya intake N dan tingginya ekskresi N baik lewat feses dan urine,
sedangkan tingginya retensi N pada rumput benggala muda dan rumput benggala
tua yang disuplementasi dengan daun lamtoro disebabkan karena tingginya intake
protein dan rendahnya ekskresi N. Menurut Mc Donald et al (1977), bahwa
retensi nitrogen tergantung pada kandungan protein dalam ransum. Nitrogen yang
diretensi sejalan dengan kandungan protein ransum. Tinggi rendahnya nitrogen
dalam feses berpengaruh terhadap retensi nitrogen. Semakin banyak nitrogen yang
tertinggal dalam tubuh, nitrogen yang terbuang bersama feses semakin menurun
(Maynard dan Loosli, 1980). Hasil penelitian menunjukkan manfaat suplementasi
rumput benggala tua dengan daun lamtoro atau gamal. Suplementasi dengan
kedua jenis legum tersebut terbukti dapat meningkatkan jumlah N yang dapat
diretensi oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan N ternak. N yang diretensi dapat
dipergunakan untuk mempertahankan berat badan, mempercepat pertumbuhan
dan meningkatkan produksi ternak.
22
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ransum berupa
rumput benggala muda dan rumput benggala tua yang disuplementasi dengan
daun gamal atau lamtoro memberikan neraca nitrogen yang positif pada ternak
kambing.
Saran
Daun gamal dan lamtoro baik dijadikan suplementasi pakan ternak
ruminansia baik pada musim penghujan dan kemarau, juga melihat
ketersediaannya yang cukup banyak.
23
DAFTAR PUSTAKA
Akhirany, N. 1998. Nilai nutrisi ransum pellet berbasis jerami padi dengan
berbagai level energi dan protein untuk pertumbuhan kambing kacang.
Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Anggorodi.1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
ARC, 1984.The Nutrient Requirement of Ruminant Livestock, Commonwealth
Agricultural Bureaux, Slough, England.
Aregheore, E.M. 2002. Chemical Evaluation and Digestibility of Cocoa
(Theobroma cacao) By-Product Fed to Goats. Trop. Anim. Health and
Production. 34-339-348.
Atta-Krach, A.N. and J.E. Sonberg, 1988. Studies with Gliciridia sepium for crop-
livestock production systems in West Africa, Agroforestry System, 6 :
97 – 118.
Baldwin ,R.L. and M.J. Allison. 1983. Rumen metabolism. J. Anim. Sci. 57: 2209
– 2215.
Baneerjee, G.C. 1982. Animal Husbandry.Oxford dan IBH Publishing Co. New
Delhi, Bombay, Calcuta. p: 366-424.
Blakely, J. and H. Bade. 1985. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4.Gajah Mada
University Press.Yogyakarta. Indonesia.
Bunting, L D., J. A. Boling dan C. T. MacKown. 1987. Effect of dietary protein
level on nitrogen metabolism lambs : studies using N-Nitrogen. J.
Anim. Sci. 64 : 855-867.
Chen, S. Y., Y. H. Su, S. F. Wu, T. Sha and Y. P. Zhang. 2005. Mitochondrial
diversity and phylogeographic structure of Chinese domestic goats.
Molecular phylogenetics and Evolution.37: 804–814.
Church, D. C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant.Second
Edition.Metropolitan Printing Co. Oregon.P : 115-122.
Chuzaemi S, dan Bruchem JV. 1991. Fisiologi Nutrisi Ruminansia. Animal
Husbandry Project.Universitas Brawijaya.
Cole, H. H. and M. Ronning. 1970. Animal Agriculture. W. H. Freeman and Co.,
San Fransisco. p: 515-531.
24
Devendra, C. and M. Burns.1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.
Terjemahan: IDK. H. Putra; R. B. Matram (Editor). Penerbit ITB,
Bandung. Edition. Interstate Publishers, INC. Danville, Illinois. : 1-11.
Ensminger, M.E. 2002. Sheep and goat science (Animal Agriculture Series). 6th.
Farrell, D.J. 1974. Effects of dietary energy concentration on utilization of energy
by broiler chickens and body composition determined by carcass
analysis and predicted using tritium. Brit. Poult. Sci. 15: 25.
Garcia, G.W.. T.U. Fergusson, F.A. Neckles dan K.A.E Archibald. 1996. The
Nutritive Value and Forage Productivity of Leucaena Leucocephala.
Anim Feed Sci Technol.
Humphreys, L.R and I.J. Patridge , 1995. A guide to better pastures for the tropics
and subtropics. Published by NSW Agriculture, 5th edition.
Kempton, T. I., J. V. Nolan and R. A. Leng. 1977. Principles for The Use of Non
Protein Nitrogen and by pass protein in diets of ruminant. Word
Animal Riview. 22 : 2.
Koenig, J., M. Boling and L. S. Bull. 1980.Energy and protein metabolism in
ewes as influenced by age and dietary protein-calory ratio. J. Anim
Sci. 50 ( 2 ) : 128.
Mateos, G.G., J.L. sell and J.A. Eastwood. 1982. Rate of food passage (transit
time) asinfluence by level supplemental fat. Poult. Sci. 61: 94 – 100.
Mathius, I. W., D. Yuliastiani, W. Puastuti dan M. Martawidjaja. 2001. Pengaruh
pemberian campuran batang pisang dan bungkil kedelai terhadap
penampilan domba muda. J. Ilmu. Ternak dan Vet. 6 (3) : 141-147.
Mathius, I. W., I. B. Gaga dan I. K. Sutama. 2002. Kebutuhan kambing PE jantan
muda akan energi dan protein : konsumsi, kecernaan, ketersediaan dan
pemanfaatan nutrien. J.Ilmu.Ternak dan Vet. 7 (2) : 99-109.
Maynard, L. A. and J. K. Loosli. 1969. Animal nutrition. 6th Ed. McGraw-Hill
Inc, New York. p: 140-415.
Maynard, L.A. and J.K. loosli. 1980. Animal Nutrition. Fourth Ed. McGraw-Hill
Book Company. New York.
McDonald, P., R. A. Edward., J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002.
Animal Nutrition. 6th Ed. Longman Scientific & Technical. John
Willey & Sons. Inc, New York. p:167.
25
National Research Council. 1981. Nutrient Requirement of Goats : Angora, Dairy
and Meat Goats in Temperate and Tropical Countries. Nutrient
Requirements of Domestic Animals.6th Ed. National Academy Press.
Washington D. C.
National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. National
Academy Press.Washington D. C.
Odeyinka SM, Hector BL, Ørskov ER, Newbold CJ. 2013.
Assessment of the nutritive value of the seeds of
some tropical legumes as feeds for ruminants. Livest
Res Rural Dev. 16(9).http://www.lrrd.org/lrrd16/9/odey16069.htm
Ondiek, J.O., J.K. Tuitoek, S.A. Abdulrazak, F.B. Barbeca and T. Fujihara, 2000.
Use of Leucaena leucocephala and Gliricidia sepium as nitrogen
sources in supplementary concentrates for dairy goats offered Rhodes
grass hay. Asian-Aust. J. Anim. 13 (9) : 1249 – 1254.
Parakkasi, A. 1983.Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik.Angkasa.
Bandung. Hal : 32-37.
Parakkasi, A. 1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas
Indonesia Press, Jakarta. Hal : 23-37.
Pond, W. G., D. E. Church, and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and
Feeding. 4th Ed. John Willey & Sons, New York.p: 128-145.
Purbajanti ED,S Anwar dan F Kusmiyati. 2007. Peranan Kapur dan kalium
terhadap produksi bahan kering, kadar air relative dan efisiensi
pemanfaatan air tanaman rumput pakan. J. Pastura 11 (1) : 9 ‐ 19
Purbajanti, E.D., D. Soetrisno., E.Hanudin dan S.P.S. Budi. 2007. Karakteristik
lima jenis rumput pakan pada berbagai tingkat salinitas. J.
Pengembangan Peternakan Tropis. 32(3) : 186-197.
Ranjhan, S. 1980. Animal Nutrition and Feeding Practices in India.2nd Ed. Vikas
Publishing House. New Delhi. p : 93-104.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi
RevisiSiregar, S.B. 2005. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Roy, J. H. B. 1970. The Calf : Nutrition and Health. Vol.2. 3 rd Ed. Iliffe Books
Ltd, London.
26
Sajimin, dan N. D. Purwantari. 2005. Produksi hijauan beberapa jenis leguminosa
pohon untuk pakan ternak. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Sajimin, E. Sutendi, N.D. Purwantari dan B.R. Prawiraputra, 2010. Agronomi
rumput benggala (Pannicum maximum) dan pemamfaatannya sebagai
rumput potong.Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.
Setiadi, B, Subandriyo, M. Martawidjaja, D. Priyanto, D. Yulistiani, T. Sartika, B.
Triesnamurti, K. Dwiyanto dan L. Praharani. 2001. Karakteristik
kambing lokal dan upaya mempertahankan keanekaragaman sumber
daya genetik. Dalam: Penelitian Ternak Ruminan Kecil. Balai
Penelitian Ternak, Bogor.
Sitorus, M. 1982. Kebutuhan kambing lokal akan energi dan protein. Tesis.
Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Smith, S. B., B. L. Prior, L. J. Koong and H. J. Mersmann. 1992. Nitrogen and
lipid metabolism in heifers fed at increasing levels of intake. J. Anim.
Sci. 70 :152-160.
Stewart, J.L., A.L. Dansdon, M. Kass, S.L. Ortiz, A. Larbi, S. Premaratne, B.
Tangenjaya, E. Wina, and J.E. Vargas, 1998. Acceptabilty, intake,
digestibility and live weight gain small ruminants. Anim. Feed Sci.
Tecnol.75 : 111 -114.
Sudjana, M.A. 1985. Disain dan Analisis Eksperimen. Penerbit Tarsito, Bandung.
Suparman. 2007. Beternak Kambing. Penerbit Azka Press. Jakarta.
Sutedi E, Sumarto. 2004. Studi produksi leguminosa pohon Desmodium rensonii
sebagai tanaman pakan ternak. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.846-852.
Sutedi, E., S. Yuhaeni dan B.R. Prawiradiputra. 2002. Karakterisasi rumput
benggala (Panicum maximum) sebagai pakan ternak. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan veteriner. Puslitbangnak.
Bogor.
Tarigan, A. 2009.Produktivitas dan Pemanfaatan Indigofera sp Sebagai Pakan
Ternak Kambing pada Interval dan Intensitas Pemotongan yang
Berbeda. IPB, Bogor.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, dan Lebdosoekojo
S. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.
27
Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R.
Wiradarya.1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia.
Terjemahan :I. M. Mastika, K. G. Suaryana, I. G. L. Oka dan I. B.
Sutrisna. Sebelas Maret University Press dengan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Australian International Development Assistance
Bureau dan Small Ruminant Collaborative Research Support Program
(AUS-AID). Hlm 21-23.
Van Soest, P. J. 1982. Nutrition ecology of the ruminant. Ruminant metabolism,
nutritional strategis, the cellulolytic fermentation and the chemistry of
forages and plant fibers. Cornell University, Oregon. p : 230-248.
Wahju, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Bulak
Sumur, Yogyakarta.
Wanapat, M., D. O. Erickson and W. D. Slanger. 1982. Nitrogen metabolism in
sheep fed protein sources of various solubilities with low quality
roughages. J. anim. Sci. Vol. 54.3 : 625-631. Wiradarya, T. R. 1991.
Usaha meningkatkan produksi daging tertnak domba dankambing
melalui peningkatan kadar protein ransumnya. J. Ilmu. Pet. Ind. 1
(1) : 37-45.
Wilson JR and Kennedy PM. 1996. Plant and animal constraints to voluntary feed
intake associated with fibre characteristics and particle break -
down and passage in ruminants. Aust. J. Agric. Res. 47: 199-225.
Yusuf, E. dan Williams, L. 2007. Manajemen Pemasaran: Studi Kasus
Indonesia.PPMT, Jakarta.
Zaherunaja. 1989. Neraca nitrogen pedet Fries Holland pada berbagai tingkat
pemberian mineral seng dalam ransum yang mengandung dedak padi
tinggi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
28
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Rataan intake nitrogen untuk masing-masing perlakuan
Intake Nitrogen
RBM RBT RBT+L RBT+G
1 6,49 4,53 7,40 7,23
2 6,72 4,10 7,23 7,14
3 6,61 3,80 7,18 7,21
4 6,48 4,20 7,41 7,20
Rata – rata 6,58 4,16 7,31 7,20
Lampiran 2. Rataan neraca yang disekresikan lewat feses untuk masing-masing
perlakuan
Neraca yang disekresikan lewat feses
RBM RBT RBT+L RBT+G
1 1,05 2,56 2,23 2,45
2 1,20 2,43 2,34 2,40
3 1,01 2,50 2,10 2,30
4 1,02 2,60 2,20 2,16
Rata – rata 1,07 2,52 2,22 2,33
Lampiran 3 . Rataan neraca yang disekresikan lewat urine untuk masing-masing
perlakuan
Neraca yang disekresikan lewat urine
RBM RBT RBT+L RBT+G
1 2,10 1,78 1,12 1,10
2 2,05 1,85 1,20 1,14
3 2,07 1,42 1,50 1,12
4 2,15 1,50 1,09 1,04
Rata – rata 2,09 1,64 1,23 1,10
29
DOKUMENTASI PENELITIAN
Proses persiapan penelitian Kandang penelitian
Rumput benggala Daun gamal dan daun lamtoro
30
Urine kambing
Renovasi kandang penelitian
Proses pencacahan rumput benggala Penimbangan kambing
31
RIWAYAT HIDUP
AHMAD (I111 11 351) lahir di Balusu, pada tanggal 12 Juli
1993 dari pasangan Rusdi dan Rusmiati. Jengjang pendidikan
formal yang pernah ditempuh adalah menyelesaikan
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Balusu pada tahun 2005,
kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Balusu,
tamat pada tahun 2008 dan melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Atas di
SPP Negeri 1 Kulo, tamat pada tahun 2011. Pada tahun yang sama pula, penulis
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri dan lulus melalui Jalur
SNMPTN di Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program
studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada
Tahun 2017.
32