Nematoda Usus

14
 Nematoda Usus Posting Oleh: Adnan Agnesa Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang dan bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus hidup,dan hubungan hospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis  jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan A.caninum dan A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang- kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita.

Transcript of Nematoda Usus

Page 1: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 1/14

 

Nematoda Usus

Posting Oleh: Adnan Agnesa

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagaiparasit. Nematoda terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan

tersebar diseluruh dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang dan

bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus hidup,dan hubunganhospes-habitat (host-parasite relationship). Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis

 jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan

A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik 

adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus

manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan A.caninum danA.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping

eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan

adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus.Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan

bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan

tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki.Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia,

namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit

dibedakan dengan telur cacing tambang.

Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara

pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada

usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis denganmenemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada

beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah

A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksimanusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara

penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam

golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai

stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumitkarena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis

penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi

sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan padaenterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat

cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis

dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasisdapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja

penderita.

Page 2: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 2/14

 

Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-

anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dankurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah

dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik,

mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci

bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole,tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.

B. TujuanTujuan makalah ini disusun adalah antara lain :

• Untuk mengetahui klasifikasi Nematoda Usus 

• Untuk mengetahui morfologi Nematoda Usus 

• Untuk mengetahui siklus hidup Nematoda Usus 

• Untuk mengetahui apa saja patologi dan gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh Nematoda

Usus

• Untuk mengetahui epidiomologi penyakit yang disebabkan oleh Nematoda Usus 

BAB II

PEMBAHASAN

1. Ascaris lumbricoides

GAMBAR 1

Klasifikasi Ascaris lumbricoides

Phylum : NemathelminthesClass : Nematoda

Subclass : Secernemtea

Ordo : AscorididaSuper famili : Ascoridciidea

Genus : Ascaris

Species : Ascaris lumbricoides

Hospes dan distribusi

Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Di manusia, larva Ascaris akanberkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta akhirnya bertelur. Penyakit yangdisebabkannnya disebut Askariasis. Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh

cacing gelang Ascaris lumbricoides, yang merupakan penyakit kedua terbesar yang disebabkan

oleh makhluk parasit.Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar

70-80%.

Page 3: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 3/14

 

Morfologi

Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada

cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.

Stadium dewasa cacing ini hidup di rongga usus muda.

Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur

yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah

yang dapat menginfeksi manusia.Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam

waktu 3 minggu.

Siklus hidup

GAMBAR 2

Usus manusia -> Cacing -> Telur Cacing -> Keluar bersama feses -> Tersebar ->

Menempel pada makanan -> Termakan -> Menetas -> Larva -> Menembus Usus -> Aliran

Darah -> Jantung -> Paru-Paru -> Kerongkongan -> Tertelan -> Usus Manusia -> Cacing

Dewasa 

Telur Ascaris yang berisi embrio diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur padatinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.

Patologi Dan Gejala Klinis

Gejala yangh timbul pada penderita dapat disebabkan cacing dewasa dan larva, biasanya terjadipada saat berada diparu-paru. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan.

Kadang-kadang penderita mengalami gejala gtangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan

berkurang, diare atau konstipasi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing menggumpal dalamusus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara

ke saluran empedu, apendiks atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga

kadang-kadang perlu tindakan operatif.

Epidemiologi

Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Frekuensinya antara 60-90%. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik.Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini.

Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang memiliki kelembapan

tinggi dan pada suhu 25° - 30° C. Pada kondisi ini, telur tumbuh menjadi bentuk infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu.

2. Enterobius vermicucularis

Page 4: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 4/14

 

 

GAMBAR 3

Klasifikasi Enterobius vermicucularisPhylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : SecernemteaOrdo : Oxyurida

Super famili : Oxyuroidea

Genus : EnterobiusSpecies : Enterobius vermicularis

Hospes dan Nama Penyakit

Hospesnya manusia. Nama penyakitnya adalah oksiuriasis atau entrobiasis.

Morfologi

Cacing dewasa berkuran kecil, berwarna putih. Ynag betina jauh lebih besar dari cacing jantan.Ukuran cacing betina sampai 13 mm, sedangkan yang jantan sampai sepanjang 5 mm. Di daerah

anterior di sekitar leher, kutikulum cacing melebar yang disebut sayap leher. Esofagus cacing ini

 juga khas bentuknya oleh karena memiliki bentuk bulbus esofagus ganda, terdapat 3 buah bibirdan ekor yang melengkung pada jantan, sedangan betinanya meruncing.

Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11000 butir setiap harinyaselama 2 sampai 3

minggu; sesudah itu cacing betina mati. Telur bentuk asimetrik ini tidak berwarna, mempunyai

dinding yang tembus sinar, dan berisi larva yang hidup.

Siklus HidupTelur -> tertelan -> melalui jalan napas -> menetas di duodenum -> larva rabditiform ->

Cacing dewasa di jejunum bagian atas ileum.

Patologi

Cacing dewasa jarang menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti. Akibatnya migrasinya kedaerah perianal dan perianeal menimbulkan gatal-gatal yang bila digaruk dapat menimbulkan

infeksi sekunder. Gatal-gatal ini juga dapat menyebabkan gangguan tidur penderita. Kadang-

kadang cacingbetina mengadakan migrasi ke daerah vagina dan tuba falopii sehinggamenyebabkan radang ringan di daerah tersebut. Meskipuncacing seringkalai dijumpai dalam

apendiks, akan tetapi jarang menimbulkan apendissitis. Bila tidak ada reinfeksi, enterobiasis

dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena 2-3 minggu sesudah bertelur, cacing betina akanmati.

Epidemiologi

Cacing kremi tersebar luas di seluruh dunia baik di daerah tropik maupun subtropik. Di daerahyang bersuhu rendah enterobiasis lebih banyak dijumpai oleh karena di daerah dingin orang

 jarang mandi dan tidak sering mengganti pakaian dalam (Soedarto, 1991).

Page 5: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 5/14

 

3. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

GAMBAR 4

Klasifikasi Necator americanusPhylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : AdenophoreaOrdo : Enoplida

Super famili : Rhabditoidea

Genus : Necator

Species : Necator americanus

Klasifikasi Ancylostoma duodenalePhylum : Nemathelminthes

Class : NematodaSubclass : Secernemtea

Ordo : Rhabditida

Super famili : RhabditoideaGenus : Ancylostoma

Species : Ancylostoma duodenale

Hospes dan Nama Penyakit

Hospes definitif kedua cacing ini, adalah manusia. Cacing ini tidak mempunyai Hospesperantara.Tempat hidupnya ada di dalam usus halus terutama jejunum dan duodenum.Penyakit

yang disebabkan oleh parasit ini disebut Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.

MorfologiCacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur kira-kira sekitar 9000 butir, sedangkan

A.deudenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing

 jantan 0,8 cm. Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkanA.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. N.americanus

mempunyai benda kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan

mempunyai bursa kopulatrik.Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari, kelurlah larva

rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filoariform,

yang dapat menembus kulit dan dapat hidup dalam 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambangyang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Didalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya kira-kira 250 mikron, sedangkan

larva filariform panjangnya kira-kira 600 mikron.

Siklus Hidup

Telur -> Larva rabditiform -> Larva filariform -> menembus kulit -> kapiler darah ->

 jantung kanan -> paru -> bronkus -> trakea -> laring -> usus halus 

Page 6: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 6/14

 

 

PatologiGejala nekatoriasis dan ankilostomiasis

1 Stadium Larva

Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang

disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan2 Stadium dewasa

Gejala tergantung pada :

a). Spesies dan jumlah cacingb). keadaan gizi menderita (Fe dan protein)

Tiap cacing N.americanus menyebabkan banyak kehilangan darah 0,005-0,1 cc sehari,

sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc. Biasanya terjadi Adenmia hipokrom mikrosita. Di sampingitu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada.

Biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.

Epidemiologi

Insiden tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia terutama di pedesaan khususnya diperkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung behubungan dengan tanah

mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defeksi dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebunpenting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah

gembur (pasir, humus) dengan suhu optimal untuk N.americanus 28°-32° C, sedangkan untuk 

A.duodenale 23°-25° C. Untuk menghindari infeksi salah satu antara lain, dengan memakai alaskaki (sepatu, sandal).

4. Trichuris trichiura (Trichocephalus dispar, cacing cambuk)

Klasifikasi Trichuris trichiuraPhylum : Nemathelminthes

Class : NematodaSubclass : Adenophorea

Ordo : EnoplidaSuper famili : Ttichinelloidea

Genus : Trichuris

Species : Trichuris trichiura

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes cacing ini. Penyakit yang disebabkannya disebut Trikuriasis. Cacingini lebih sering ditemukan bersama-sama Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup di dalam

usus besar manusia, terutama di daerah sekum dan kolon. Cacing ini juga kadang-kadang

ditemukan di apendiks dan ileum (bagian usus palaing bawah). Bagian distal penyakit yangdisebabkan cacing ini disebut Trikuriasis.

Morfologi

Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagiananterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian

posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknys membulat tumpul dan pada

cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum.

Page 7: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 7/14

 

Telur berukuran 50 – 54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam

penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kuning-kekuningandan bagian dalamnya jernih. Telur berisi sel telur (dalam tinja segar).

Siklus Hidup

Cacing dewasa hidup di usus besar manusia -> telur keluar bersama tinja penderita -> ditanah telur menjadi infektif -> infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya telur

infektif bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor. 

Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina

melatakkan telur kira-kira 30-90 hari.

Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi

matang, yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3

samapai 6 minggu dalam lingkungan yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif 

secara langsung bila kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding

telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah dewasa cacing turun ke usus bagian distal

dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus

paru. Patologi dan Gejala Klinis

Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan dikolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan

rrektum. Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang mengalami prolapsus akibat

mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukan kepalanya ke dalam mukosausus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada

tempat perlekatannya terjadi pendarahan. Di samping ini ternyata cacing ini menghisap darah

hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.

Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disehuris yang berat dan

menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindromdisentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat

Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringanbiasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan

pada tinja secara rutin.

Epidemiologi

Yang penting untuk penyebaran, penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja. Telur tumbuh

di tanah liat, tempat lembab dan tduh dengan suhu optimum kira-kira 30°C. Di berbagai negeripemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frkuensi di Indonesia tinggi.

Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar antara 30 – 90 %.

Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah pengobatan penderita trikuriasis,pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan perorangan,terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, mencicu dengan baik sayuran yang dimakan

mentah adalah penting apalagi di negeri-negeri yang memakai tinja sebagai pupuk.

5. Strongyloides stercoralis

Page 8: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 8/14

 

GAMBAR 5

Klasifikasi Strongyloides stercoralisPhylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : AdenophoreaOrdo : Enoplida

Super famili : Rhabiditoidea

Genus : Strongyloides

Species : Strongyloides stercoralis

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes utama cacing ini, walaupun ada yang ditemukan pada hewan.Cacing ini tidak mempunyai hospes perantara.Cacing ini dapat mengakibatkan penyakit

strongilodiasis.

Morfologi

Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum. Cacing betina

berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2mm. Cara berkembang

biaknya adalah secara parthenogenesis. Telur bentuk parasitic diletakkan di mukosa usus,kemudian menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan

bersama tinja.

Siklus Hidup:Parasit ini mempunyai tiga siklus hidup:

1. Autoinfeksi

Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam mukosa usus -> di dalam usus larvarabditiform tumbuh menjadi larva filariform -> larva filariform menembus mukosa usus, tumbuh

menjadi cacing dewasa.

2. Siklus LangsungSesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform, berubah menjadi larva filaform dengan bentuk 

langsing.Bila larva ini menembus kulit manusia, larva tumbuh,masuk ke dalam peredaran darah

veha kemudian melalui jantung sampai ke paru-paru. Dari paru, parasit yang mulaidewasa,menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring.Sesudah sampai di laring,tarjadi refleksbatuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus dan menjadi dewasa.

3. Siklus Tidak Langsung

Pada siklus ini, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan betina.Cacingbetina berukuran 1mm x 0,06mm, dan yang jantan berukuran 0,75 mm x 0.04 mm. Cacing betina

mengalami pembuahan dan menghasilkan larva rabditiform yang kemudian menjadi larva

filaform. Larva ini masuk ke dalam hospes baru. Siklus tidak langsung ini terjadi apabila

Page 9: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 9/14

 

lingkungan sekitarnya optimum yaitu sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan

bebas parasit ini, misalnya di negeri-negeri tropik beriklim rendah.

Patologi dan gejala Klinis

Bila larva filaform ini menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan creeping eruptionyang disertai denagn rasa gatal yang hebat.

Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.Infeksi ringan pada umumnya

tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada infeksi sedang, dapat menyebabkan rasa sakit, didaerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah,diare dan

konstipasi yang saling bergantian.Pada cacing dewasa yang hidup sebagai parasit, dapat

ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di bebagai alat dalam.

Epidemiologi

Daerah yang panas, kelembapan tinggi dan sanitasi yang kurang, sanagt menguntungkan cacing

Strongyloides.Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva yaitu, tanah gembur, berpasir dan

humus.Frekuensi di Jakarta pada tahun 1956, sekitar 10-15%, sekarang jarangditemukan.Pencegahan yang disebabkan cacing ini, tergantung pada sanitasi pembuangan tinja

dan melindungi kulit dari tanah yang terkontanimasi, misalnya dengan memakai alas kaki.

6. Trichinella spiralis (Trichina worm, cacing trichina)

GAMBAR 6

Klasifikasi Trichinella spiralis

Phylum : NemathelminthesClass : Nematoda

Subclass : Adenophorea

Ordo : EnoplidaSuper famili : Ttichinelloidea

Genus : Trichinella

Species : Trichinella spiralisHospes dan Nama Penyakit

Cacing ini hidup dalam mukosa duodenum, sampai sekum manusia. Selain menginfeksi manusia,

cacing ini juga menginfeksi mamalia lain, seperti tikus, kucing, anjing, babi, beruang, dll.Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut trikinosis, trikinelosis, dan trikiniasis.Morfologi

Cacing dewasa sangat halus menyerupai rambut, ujung anterior langsing, mulut kecil, dan bulat

tanpa papel. Cacing jantan panjangnya 1,4-1,6 mm, ujung posteriornya melengkung ke ventraldan mempunyai umbai berbentuk lobus, tidak mempunyai spikulum tepi. Dan tidak terdapat vas

deferens yang bisa dikeluarkan sehingga da[at membantu kopulasi. Cacing betina panjangnya 3-

4 mm, posteriornya membulat dan tumpul.

Page 10: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 10/14

 

Cacing betina tidak mengeluarkan telur, tetapi mengeluarkan larva (larvipar). Seekor cacing

betina mengeluarkan larva sampai 1500 buah. Panjang larva yang baru dikeluarkan kurang lebih80-120 mikron, bagian anterior runcing dan ujungnya menyerupai tombak.

Siklus Hidup

Siklus hidup alami yang terjadi antara babi dan tikus -> babi mengandung kista yanginfektif -> manusia terinfeksi olh karena makan daging babi atau mamamlia lain yang

mengandung kista -> cacing dewasa hidup di dalam dinding usus -> larva membentuk

kista di dalam otot bergaris Patologi dan Gejala Klinis

Gejala Trikinosis tergantung pada beratnya infeksi disebabkan oleh cacing stadium dewasa dan

stadium larva. Pada saat cacing dewasa mengadakan invasi ke mukosa usus, timbul gejal usussepertiskit perut diare, mual dan muntah. Masa tunas gejala usus ini kira-kira 1-2 hari sesudah

infeksi.

Larva tersebar di otot kira-kira 7-28 hari sesudah infeksi. Pada saat ini timbul gejal nyeri otot

(mialgia) dan randang otot (miositis) yang disertai demem, eusinofilia dan hipereosinofilia.

Gejala yang disebakan oleh stadium larva tergantung juga pada alat yang dihinggapi misalnya,dapat menyebabkan sembab sekitar mata, sakit persendian, gejala pernafasan dan kelemahan

umum. Dapat juga menyebabkan gejala akibat kelainan jantung dan susunan saraf pusat bilalarva T.spiralis tersebar di alat-alat tersebut. Bila masa akut telah lalu, biasanya penderita

sembuh secara perlahan-lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot.

Pada infeksi berat (kira-kira 5.000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin meninggaldalam waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai

akibat kelainan paru, kelainan otak, atau kelainan jantung.

EpideologiCacing ini tersebar di seluruh dunia (kosmopolit), kecuali di kepulauan Pasifik dan Australia.

Frekuensi trikinosis pada manusia ditentukan oleh temuan larva dalam kista di mayat ataumelalui tes intrakutan. Frekuensi ini banyak ditemukan di negara yang penduduknya gemar

makan daging babi. Di daerah tropis dan subtropis frekuensi trikinosis sedikit.Infeksi pada manusia tergantung pada hilang atau tidak hilangnya penyakit ini dari babi. Larva

dapat dimatikan pada suhu 60-70 derajat celcius, larva tidak mati pada daging yang diasap dan

diasin.

7. Toxocara canis (dog worm) dan Toxocara cati (cat worm)

GAMBAR 7

Klasifikasi Toxocara canis dan Toxocara cati

Phylum : Nemathelminthes

Page 11: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 11/14

 

Class : Nematoda

Subclass : SecernemteaOrdo : Ascoridida

Super famili : Ascoridciidea

Genus : Toxocara

Species : Toxocara canis /catiHospes dan Nama Penyakit

Toxocara canis ditemukan pada anjing, sedangkan Toxocara cati ditemukan pada kucing. Belum

pernah ditemukan infeksi campuran pada satu macam hospes. Kadang-kadang cacing ini dapathidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara dan menyebabkan penyakit yang disebut

Visceral larva migrans.

Morfologi

Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang bervariasi antara 3.6 – 8.5 cm. Sedangkan

yang betina antara 5.7 – 10 cm. Toxocara cati jantan antara 2.5 – 7.8 cm, yang betina antara 2.5 –  

14 cm. bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat sayap

servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar,sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk kedua ekor spesies hamper sama,

yang jantan ekornya lurus dan meruncing (digitiform), yang betina bulat meruncing.

Siklus Hidup

Telur -> ditelan manusia -> menetas -> larva mengembara. 

Patologi dan Gejala Klinis

Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat dalam ususnya di

hati.penyakit yang disebabkan larva yang mengembara disebut visceral larva migrans dengangejala eosinofilia, demam dan hepatomegali. Penyakit tersebut dapat juga disebabkan oleh larva

Nematoda lain.

EpidemiologiPrevalensi Toxokariasis pada anjing dan kucing pernah dilaporkan di Jakarta masing-masing

mencapai 38.3 % dan 26.0 %. Pencegahan dapat dihindarkan dengan cara melarang anak untuk 

tidak bermain dengan anjing maupun kucing dan tidak dibiasakan bermain di tanah.

8. Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum

GAMBAR 8

Page 12: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 12/14

 

Klasifikasi Strongyloides stercoralis

Phylum : NemathelminthesClass : Nematoda

Subclass : Adenophorea

Ordo : Enoplida

Super famili : RhabiditoideaGenus : Strongyloides

Species : Strongyloides stercoralis

Hospes dan Nama PenyakitCacing ini hidup di dalam usus halus kucing dan anjing. Pada manusia, A.braziliense dan A.

Caninum menimbulkan kelainan kulit.

Morfologi dan Siklus Hidup

Cacing dewasa tidak ditemukan pada manusia. A. braziliense dewasa yang jantan panjangnya

4,7-6,3 mm, sedangkan yang betina panjangnya 6,1-8,4 mm. Mulutnya mempunyai sepasang

gigi besar dan sepasans gigi kecil. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik kecil dengan rays

pendek. A. caninum jantan panjangnya 10 mm dan betinanya 14 mm. Mulutnya mempunyai 3pasang gigi besar. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik besar dengan rays panjang dan

langsing. Secara tidak langsung dapat terinfeksi larva filariform melalui penetrasi kulit danselanjutnya larva mengembara di kulit.

Patologi dan Gejala KlinisPada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang disebut

creeping eruption, creeping disease atau cutaneous larva migrans. Creeping eruption adalah suatu

dermatitis dengan gambaran khas berupa kelaianan intrakutan serpiginosa, yang antara lain

disebabkan Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Pada tempat larva filariformmenembus kulit terjadi papel keras, merah dan gatal. Dalam beberapa hari terbentuk terowongan

intrakutan sempit yang tampak sebagai garis merah, sedikit menimbul, gatal sekali danbertambah panjang menurut gerakan larva didalam kulit. Sepanjang garis yang berkelok-kelok 

terdapat vesikel-vesikel kecil dan dapat terjadi infeksi sekunder karena kulit di garuk.

Epidemiologi

Kucing dan anjing merupakan hospes definitif A.braziliense dan A.Caninum. Penularan bisadicegah dengan menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja anjing dan kucing.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda

Page 13: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 13/14

 

ini merupakan masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penularan cacing Nematoda

parasitusus dapat melalui tanah yang disebut Soil transmitted helminth (Ascaris lumbricoides,Trichuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis)

dan yang yang tidak ditularkan melalui tanah (Enterobius vermicularis dan Trichinella spiralis)

(Retno Widyastuti, 2002). Faktor tingginya infeksi cacing usus di Indonesia disebabkan oleh

iklim tropik yang panas dan lembap, pendidikan rendah, sanitasi lingkungan dan perseoranganburuk, sarana jamban keluarga kurang, pencemaran lingkungan oleh tinja manusia dan kapadatan

penduduk yang tinggi.

Penularan cacing Nematoda parasit usus yaitu:-> Telur infektif masuk melalui mulut : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura

-> Larva infektif menembus kulit sehat : Cacing tambang, S.stercoralis

-> Telur infektif masuk melalui mulut, melalui udara atau secara langsung melalui tanganpenderita : E. vermicularis

-> Larva infektif masuk mulut bersama daging yang dimakan : T.spiralis.

Kelainan patologik yang ditimbulkan oleh infeksi cacing parasit usus yaitu:

-> Cacing dewasa dapat menimbulkan : gangguan pecernaan, perdarahan dan anemia, alergi,

obstruksi usus, iritasi usus dan perforasi usus.-> Larva cacing dapat menimbulkan : reaksi alergik, kelainan jaringan.

Diagnosis pasti infeksi nematode parasit usus dilakukan melalui:-> Pemeriksaan tinja : A.lumbricoides, cacing tambang, S.stercoralis dan T.trichiura.

-> Pemeriksaan mukosa rektum : T.trichiura

-> Anal swab : E.vermicularis-> Biopsi otot : T.spiralis

Saran

Untuk mencegah infeksi nematoda parasit usus berikut adalah langkah-langkah yang perlu

dilakukan :1. Mengobati penderita dan massa.

2. Pendidikan kesehatan pribadi dan lingkungan.3. Menjaga kebersihan makanan atau memasak makanan dengan baik.

4. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah (untuk mencegah infeksi cacing tambang danstrongiloidiasis).

5. Pembuatan MCK yang sehat dan teratur.

Referensi

Anonim. 2004. Nematodes (Roundworm): Intestinal. (On-Line)

http://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/lecture4%20intest%20nematodes.htmDiakses 29

Mei 2008.

Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Onggowaluyo, J.S. 2002. Parasitologi Medik I. Penertbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Padmasutra, Leshmana, dr. 2007. Catatan Kuliah:Ascaris lumbricoides. Jakarta:Fakultas

Page 14: Nematoda Usus

5/14/2018 Nematoda Usus - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nematoda-usus-55a9321905f40 14/14

 

Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.

Soedarto. 1991. Helmintologi Kedokteran.. Penerbit Buku Kedokteran. ECG, Jakarta

Soedarto. 1996. Atlas Helmintologi Kedokteran. Universitas. Penerbit Buku Kedokteran. ECG,

Jakarta.

Widyastuti, Retno. 2002. Paraitologi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.