NEGOSIASI - Jurnal Srigunting – serba benar … · Web viewHal yang utama dari pelaksanaan suatu...

44
N E G O S I A S I I. PENDAHULUAN 1. U M U M a. Demontrasi atau unjuk rasa adalah hak setiap warga Negara RI yang dilindungi Undang-undang, menyampaikan pendapatnya tentang sesuai hal baik kepada pemerintah maupun pihak lain guna mendapatkan penyelesaian. b. Sejalan dengan realitas dinamika reformasi yang begitu cepat adalah meningkatnya berbagai bentuk penyampaian pendapat berupa protes dan atau tuntutan yang melibatkan massa dan cenderung adanya pemanfaatan oleh pihak ketiga untuk menimbulkan konflik antar kelompok, gejolak sosial, kerusuhan massa, aksi sabotase dan aksi terror serta aksi penyanderaan. c. Dalam upaya penanggulangan terhadap hal-hal tersebut diperlukan kemampuan dan keterampilan negosiasi oleh anggota Polri agar dapat segera terselesaikannya situasi tersebut secara damai tanpa jatuhnya korban dan kerugian harga benda serta menyerahnya pelaku atau pimpinan massa. d. Oleh sebab itu perlunya diberikan materi negosiasi kepada Siswa Secapa Polri untuk dipahami dan sebagai bahan pengetahuan apabila kelak ditunjuk -1-

Transcript of NEGOSIASI - Jurnal Srigunting – serba benar … · Web viewHal yang utama dari pelaksanaan suatu...

N E G O S I A S I

I. PENDAHULUAN

1. U M U M

a. Demontrasi atau unjuk rasa adalah hak setiap warga Negara RI yang

dilindungi Undang-undang, menyampaikan pendapatnya tentang

sesuai hal baik kepada pemerintah maupun pihak lain guna

mendapatkan penyelesaian.

b. Sejalan dengan realitas dinamika reformasi yang begitu cepat adalah

meningkatnya berbagai bentuk penyampaian pendapat berupa protes

dan atau tuntutan yang melibatkan massa dan cenderung adanya

pemanfaatan oleh pihak ketiga untuk menimbulkan konflik antar

kelompok, gejolak sosial, kerusuhan massa, aksi sabotase dan aksi

terror serta aksi penyanderaan.

c. Dalam upaya penanggulangan terhadap hal-hal tersebut diperlukan

kemampuan dan keterampilan negosiasi oleh anggota Polri agar dapat

segera terselesaikannya situasi tersebut secara damai tanpa jatuhnya

korban dan kerugian harga benda serta menyerahnya pelaku atau

pimpinan massa.

d. Oleh sebab itu perlunya diberikan materi negosiasi kepada Siswa

Secapa Polri untuk dipahami dan sebagai bahan pengetahuan

apabila kelak ditunjuk sebagai negosiator oleh Kasatwilnya.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud, bahan ajaran ini dibuat sebagai pedoman bagi Gadik yang

akan menyampaikan materi Negosiasi kepada para Siswa Secapa Polri.

b. Tujuan, agar para Siswa Secapa Polri dapat mengerti dan

memahami tentang negosiasi serta bekal sebagai negosiator.

-1-

-2-

3. Pengertian

a. Negosiasi : Proses tawar menawar tentang sesuatu hal yang terjadi

antara dua belah pihak.

b. Negosiator : Seseorang yang menjadi perantara kedua pihak

untuk melakukan tawar menawar.

c. Unjuk rasa/demonstrasi: Salah satu bentuk penyampaian pendapat

dimuka umum dengan disertai tuntutan atau protes kepada pihak lain,

yang pada umumnya melibatkan massa yang dapat dirinci

menjadi tiga yaitu; Pimpinan Massa, Massa Peserta Unjuk Rasa dan

Massa Penonton.

d. Mogok kerja : Tindakan yang dilakukan pekerja secara bersama-

sama menghentikan atau memperlambat pekerjaan dengan

maksud untuk menekan pengusaha agar menerima syarat-syarat

kerja yang diinginkan para pekerja.

e. P4D : Panitya Penyelesaian Perburuan Daerah/Panitya Daerah

yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor. 22 tahun

1957 yang terdiri dari unsur tripartite yaitu pekerja, pengusaha

dan pemerintah. Tugasnya menyelesaikan perkara pemutusan

hubungan kerja perorangan di perusahaan swasta dan

hubungan industrial pada tingkat pertama.

f. Massa : Sejumlah besar orang yang berkumpul untuk sementara

baik terorganisir maupun tanpa diorganisir serta masing-masing

dapat berfikir bertindak sebagai pribadi dengan atau tanpa tujuan

tertentu.

g. Agitator : Orang yang memiliki kemampuan menggerakkan orang

lain untuk tujuan destruktif/ merusak.

h. Dimuka umum : Dihadapan orang banyak atau orang lain

termasuk juga ditempat yang dapat didatangi dan atau dapat

dilihat setiap orang.

i. Anarkhis : Perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang

2

-3-

melakukan pengrusakan terhadap fasilitas sosial dan fasilitas

umum serta bangunan lain maupun menganiaya warga

masyarakat lainnya.

j. Teroris : Seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai

latar belakang politis, menginginkan perubahan social secara

drastic dengan menggunakan ancaman kekerasan, pengrusakan

bahkan sampai dengan pembunuhan keji (diluar batas rasa

kemanusiaan).

k. Crowd : Sekelompok orang yag berkumpul untuk sementara

tanpa diorganisir serta masing-masing dapat bertindak sebagai

pribadi.

l. Crowd yang bersifat physik : Orang-orang yang berkumpul di

Supermarket untuk belanja.

m. Crowd yang bersifat psikis : Orang-orang yang berkumpul karena

ada hal yang menarik perhatian mereka untuk berkumpul,

misalnya berkumpul karena ada kebakaran, kecelakaan,

pertandingan olah raga, pawai politik, melayat orang

meninggal/penguburan dsb.

n. MOB : Crowd yang anggota-anggotanya terpengaruh oleh

rangsangan-rangsangan yang sangat kuat atau agitasi,

tindakannya tidak cukup beralasan dan tidak menghargai hukum

serta mengikuti pimpinannya untuk melakukan tindakan-tindakan

melawan hukum berupa tindakan kekerasan dan pengrusakan.

o. Penyanderaan : Yang dimaksud dengan situasi penyanderaan

(hostage situstion) adalah : Seseorang atau sekelompok orang

yang dikuasai dan diancam oleh orang lain demi tuntutan

tertentu melalui pihak ketiga. Dalam hal ini yang dimaksud pihak

ketiga adalah pihak berwenang atau Polisi sebagai perantara

terpenuhinya tuntutan tersebut, sehingga pada setiap situasi

penyanderaan selalu melibatkan tiga pihak yaitu; Sandera,

Penyandera dan Polisi/pihak yang berwenang.

3

-4-

II. PENGGOLONGAN

6. Prosedur

a. Upaya pertama.

b. Urutan Tindakan.

7. Situasi krisis

a. Situasi penyanderaan.

b. Situasi non penyanderaan.

8. Aspek-aspek negosiasi

a. Pelaku/Pimpinan Massa.

b. Motivasi dan tuntutan.

c. Active listening skill.

d. Sindroma stockholm.

9. Proses negosiasi

a. Prinsip-prinsip negosiasi.

b. Hal yang dapat dinegosiasikan.

c. Pertukaran sandera.

d. Peliputan Media.

e. Pedoman Bernegosiasi.

f. Cara Melakukan kontrak.

g. Kontrak dengan pelaku/pimpinan massa.

10. Seleksi negosiator

a. Umum.

b. Karakteristik negosiator.

11. Kerjasama team

a. Siruktur organisasi.

b. Team negosiator.

c. Peran psycholog.

III. PELAKSANAAN

12. Prosedur

4

-5-

a. Upaya pertama.

1) Upaya pertama ini merupakan dasar bagi keberhasilan

upaya pembebasan sandera atau pembubaran massa.

2) Upaya pertama ini meliputi :

a) Pengepungan.

b) Isolasi, dan.

c)Upaya negosiasi.

3) Jika upaya pertama gagal, maka upaya berikutnya dapat

berjalan. Hal inilah yang menjadi dasar pentingnya

penanganan sandera maupun massa melalui metode

negosiasi. Bila metode negosiasi dijalankan, hasil minimal

yang dapat diperoleh adalah penguluran waktu yang dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan

informasi tentang situasi penyanderaan ataupun kondisi

massa sebaik mungkin. Sedangkan keuntungan maksimal

yang dapat diperoleh dari negosiasi yang berhasil adalah

terselamatkannya sandera maupun pembubaran massa

serta pelaku tanpa jatuh korban dan kerugian harta benda.

b. Urutan tindakan.

Prosedur pembebasan sandera maupun pembubaran

massa yang berlaku secara konvensional mempertimbangkan

urutan sebagai berikut :

1) Pengepungan, isolasi dan upaya negosiasi.

2) Perintah untuk menyerah atau bubar.

3) Penggunaan zat kimia untuk memaksa menyerah atau

bubar.

4) Penggunaan sniper untuk melumpuhkan pelaku/ pimpinan

massa.

5) Penyerangan oleh pasukan taktis atau penindakan oleh

satuan Dalmas dan atau PHH.

Prosedur tersebut berjalan secara hierarkhis dari upaya

pertama sampai dengan terakhir. Jika upaya ketiga,

5

-6-

keempat dan kelima telah dilaksanakan dan gagal, maka

sulit untuk mengulangi upaya pertama (negosiasi) dan

kedua. Oleh karena itu upaya negosiasi menjadi upaya

yang sangat penting dalam urutan tindakan tersebut

sehingga kemampuan dan ketrampilan negosiasi

merupakan kebutuhan kemampuan yang harus dimiliki oleh

petugas lapangan khususnya para Perwira yang ditunjuk

memimpin pembebasan sandera atau pengendalian

massa.

13. Situasi Krisis

Bentuk krisis yang berkaitan dengan masalah penyanderaan

yaitu penyanderaan dan situasi non penyanderaan. Hal ini perlu

dikemukakan mengingat bahwa terdapat kesamaan situasi yang

melatar belakangi kedua peristiwa tersebut, namun memerlukan

pendekatan penanganan yang berbeda. Kesamaan situasl yang

muncul adalah bahwa peristiwa ini dapat diatasi dengan

menggunakan pendekatan negosiasi.

a. Situasi penyanderaan:

1) Ada tuntutan yang harus dipenuhi misalnya uang tebusan.

2) Ancaman penggunaan kekerasan oleh pelaku jika tuntutan

tidak dipenuhi.

3) Setiap aksinya memiliki tujuan yang jelas misal

membebaskan anggota kelompoknya yang ditahan pihak

bervvajib.

4) Memerlukan perantara (Polisi) untuk memperoleh tuntutan.

5) Dimungkinkan dilakukan penekanan oleh pasukan taktis

untuk “Show of Force"

b. Situasi non penyanderaan :

6

-7-

1) Ada tuntutan yang diminta oleh pelaku atau massa namun

bersifat umum dan protes.

2) Tindakannya didorong oleh emosi dan amarah atau

dendam.

3) Tindakannya tidak bertujuan dan lebih irrasional.

4) Situasi pengepungan atau penekanan oleh pasukan taktis

justru semakin membuat pelaku atau massa menjadi panik

dan memperburuk situasi.

5) Upaya negosiasi memerlukan penciptaan hubungan yang

baik, dan penuh kepercayaan antara kedua pihak.

14. Aspek-aspek negosiasi

a. Aspek pelaku pimpinan massa.

Beberapa macam situasi penyanderaan/unjuk rasa ditinjau

dari tipe pelakunya adalah sebagai berikut :

1) Pelaku yang mengalami gangguan jiwa.

a) Golongan kepribadian paranoid.

(1) Karakteristik:

Ciri utama dari pelaku dari golongan

paranoid adalah : adanya Halusinasi. yaitu

subyek merasa mendengar atau melihat sesuatu

yang sebenarnya tidak ada, dan adanya Delusi

atau Waham, yaitu suatu kepercayaan yang

salah terhadap suatu hal, misalnya seseorang

yang mempercayai bahwa dirinya adalah utusan

Tuhan, Nabi dan sebagainya.

(2) Tehnik penanganan.

Kebanyakan diantara pelaku yang

paranoid justru memiliki tingkat kecerdasan di

atas rata-rata. Oleh karena itu jangan coba-

coba untuk melakukan trik atau penipuan dalam

melakukan hubungan pendekatan dengan

menciptakan hubungan yang baik, mencoba

7

-8-

untuk membenarkan apa yang diyakini oleh

pelaku (misalnya tentang waham kebesaran)

dan jangan sekali-kali menentang pendapatnya

atau keyakinannya. Kadang-kadang ditemukan

pelaku yang menunjukkan ciri-ciri paranoid,

namun tidak terdapat ciri adanya waham. Dalam

hal ini upaya yang tepat adalah melakukan

pembicaraan yang logis dan beralasan

(reasonable) jangan sekali-kali membantah

argumennya. Selama tidak terdapat tanda-tanda

psikosa (ciri utama : putuskan kontak dengan

realita). maka negosiasi dapat diarahkan pada

upaya “Problem Solving". Non kontrol dan non

kritik.

b) Kondisi depresi.

(1) Karakteristik.

Tingkat gangguan depresi sangat bervariasi

dari kondisi depresi biasa sampai pada kondisi

depresi psikosa dimana pelaku sudah tidak

memiliki kontak dengan realita. Hampir dapat

dipastikan bahwa kebanyakan pelaku

penyanderaan memilliki permasalahan

emosional yang menyebabkan munculnya

kondisi depresif. Pelaku yang menderita depresi

berat memiliki ciri utama : ketidak berdayaan dan

tidak berarti, merasa bersalah atau berdosa

terhadap sesuatu. Besar kemungkinan pelaku

seperti ini akan mengalami rasa bersalah yang

berlebihan, seolah-olah adalah penyebab segala

Kekacauan yang terjadi. Sandera kebanyakan

adalah keluarga dekat atau kenalan dengan

motivasi ingin menyelamatkan dari kehancuran

8

-9-

dunia. Kemungkinan sandera untuk terbunuh

sangat tinggi. Cara bicara pelaku yang depresip

biasanya pelan dan lambat.

(2) Tehnik penanganannya.

Dalam melakukan negosiasi dengan pelaku

yang depresif, negosiator sebaiknya

menunjukkan pengertian dan penerimaan dalam

komunikasi dengan pelaku. Ciptakan hubungan

(rapport) yang baik dan emphaty untuk

menurunkan dan membawa mereka dalam

pembicaraan yang rasional dengan problem

solving oriented.

c) Golongan kepribadian inadekwat (inadequate

personality).

(1) Karakteristik.

Orang dengan kepribadian inadekwat

memiliki ciri ketidak matangan kepribadian,

kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan

dan mengalami kegagalan dalam kehidupannya.

Kebanyakan dari mereka adalah orang yang

gagal dalam kehidupannya, drop out atau

dipecat dari pekerjaan karena kesalahannya.

Mereka memiliki pandangan diri yang salah,

merasa kalah dan tidak berarti dalam lingkungan

mereka. Melakukan penyanderaan adalah upaya

mereka dapat melakukan sesuatu yang

diperhatikan oleh lingkungan. Untuk itu mereka

membutuhkan perhatian dari media (koran, radio

atau televisi) maupun perhatian dari tokoh

masyarakat. Pelaku yang memiliki kepribadian

inadekwat dapat diketahui dari pernyataan yang

mereka buat seperti "Akan saya buktikan pada

9

-10-

mereka bahwa saya ..." dan sebagainya

(2) Tehnik penanganannya :

Dalam melakukan negosiasi dengan pelaku

yang berkepribadian inadekwat, sebaiknya

negosiator mampu membangun rapport dan

menunjukkan pengertian tanpa mengkritik.

Negosiator membantu pemecahan masalah atau

kesulitan yang sedang dihadapi dan menjadi

sebab dari segala perbuatannya. Tidak

diperkenankan melibatkan keluarga atau kenalan

dalam proses negosiasi karena akan semakin

memperkuat keinginan untuk membuktikan

sesuatu.

d) Golongan kepribadian anti sosial.

(1) Karakteristik :

Istilah kepribadian antisional juga dikenal

dengan sosiopat atau psikopat. Ciri utama dari

kepribadian ini adalah tidak adanya rasa

bersalah dan suara hati (conscience). Tidak

memiliki pertimbangan moral dan sosial dalam

berperilaku, serta selalu menjadi trouble maka

dalam lingkungannya Mereka adalah orang yang

licik, sadistis/tega dan kurang memiliki rasa

kemanusiaan. Kepribadiannya impulsif dan

agresif selalu mencari keuntungan dari orang

lain dengan cara memanipulasi, memeras dan

mengancam.

(2) Tehnik penanganannya.

Dalam melakukan negosiasi dengan pelaku

yang memiliki kepribadian antisosial, perlu

dipertimbangkan bahwa mereka adalah orang

yang sangat egois dan mencari keuntungan

10

-11-

semaksimal mungkin bagi dirinya. Waspada

terhadap trik-trik atau tipuan yang mereka

pergunakan untuk mengelabui petugas. Mereka

akan banyak mencari sensasi, sehingga

seringkali memancing kemarahan dan

kesabaran petugas. Jangan pernah menjanjikan

sesuatu yang sulit dipenuhi. usahakan untuk

tetap berkomunikasi supaya perhatian mereka

tidak tertuju pada sandera. Sebab jika terjadi

putus komunikasi. maka kemungkinan besar

pelaku akan mencari sensasi dengan

memperlakukan sandera secara kejam.

2). Penjahat yang terjebak dalam ucaha melarikan diri.

Pelaku kejahatan yang tertangkap basah dalam

menjalankan aksinya kemungkinan besar akan melakukan

penyanderaan sebagai bagian dari upayanya untuk

meloloskan diri. Langkah pertama yang penting adalah

melakukan analisa apakah mereka termasuk golongan

pelaku berkepribadian tidak sehat atau bukan. Jika analisa

membuktikan bahwa mereka tidak mengalami gongguan

jiwa maka dapat dipastikan bahwa pelaku adalah kriminal

yang sering berhadapan dengan hukum. Dia mempunyai

satu tujuan, yaitu lolos dengan selamat dari situasi

pengepungan dan penangkapan. Negosiasi diupayakan

berupa diskusi yang berdasarkan realitas (reality oriented

discusion), menunjukan kenyataan bahwa perilakunya

melakukan penyanderaan justru membawa konsekuensi

hukum yang semakin fatal. Tekankan untuk melepaskan

sandera demi keselamatan dirinya.

3). Kerusuhan dalam penjara (LP)

Kerusuhan dalam penjara seringkali disertai dengan

penyanderaan (kemungkinan terhadap sopir atau

11

-12-

pengunjung). Penyanderaan kebanyakan dilatarbelakangi

motivas, tujuan terhadap perbaikan Kondisi LP dan

kesejahteraan mereka. Dengan melakukan penyanderaan

mereka memilik, posisi untuk melakukan penawaran

terhadap lembaga (LP). Karena mereka pelaku kejahatan

maka kemungkinan untuk terjadi pembunuhan semakin

besar.

Cara penanganan terhadap situasi ini adalah dengan

mengadakan tindakan Kepolisian sesegera mungkin

berupa isolasi dan mempersempit ruang gerak mereka

sebelum pimpinan kerusuhan muncul dan memegang

kendali. Sementara itu upaya negosiasi dapat dilakukan

dengan pembentukan hubungan/rapport, melakukan tawar

merawar terhadap tuntutan, misal air, minuman dan

melaksanakan kebebasan yang lebih luas, dengan cara

tawar menawar yang rasional dan realistis.

4). Teroris : Dengan berlatar belakang politis menginginkan

perubahan sosial melalui ancaman dan penggunaan

kekerasan.

Teroris yang melakukan penyanderaan menginginkan

liputan dan publisitas media massa semaksimal mungkin.

Tindakan mereka telah terencana dengan baik dan terdapat

saling mendukung diantara pelaku (kemungkinan besar

pelaku lebih dari satu orang) baik secara fisik maupun

psikologis. Keterikatan mereka dalam kelompok sangat

kuat. Kebanyakan tuntutan mereka bersifat politis dan

diluar rangkaian wewenang kepolisian. Kemungkinan

sandera untuk terbunuh sangat tinggi dan mereka telah

mempersiapkan diri untuk mati bila diperlukan (mati

sebagai martir) Satu-satunya kunci bagi negosiasi

sandera dengan teroris adalah memberikan jaminan bahwa

tuntutan mereka diperhatikan, disamping itu perlu juga

12

-13-

disampaikan bahwa membunuh sandera justru akan

merendahkan kredibiltas mereka dimata masyarakat.

Upaya negosiasi terutama ditujukan untuk mengulur

waktu guna mencari informasi intelijen maupun

penyusunan strategi penggunaan tim taktis yang lebih baik.

b. Motivasi dan tuntutan

1). Motivasi dari kasus penyanderaan atau unjuk rasa sangat

bervariasi tergantung dari golongan pelakunya, apakah dia

kelompok teroris, kriminal biasa atau orang yang

mengalami gangguan kejiwaan (depresi, tekanan

permasalahan dsb). Dalam beberapa kasus, kelompok

teroris yang melakukan penyanderaan atau merekayasa

unjuk rasa memiliki motivasi untuk menunjukan pada

masyarakat bahwa pemerintah/negara/Polisi tidak mampu

memberikan jaminan keselamatan dan perlindungan

terhadap anggota masyarakatnya. Dalam kasus seperti ini

kelompok teroris tersebut berharap bahwa pemerintah akan

bersikap over-reaksi terhadap mereka. Secara ringkas

tujuan kelompok seperti ini adalah untuk mendiskreditkan

posisi pemerintah dihadapan rakyatnya.

Kebanyakan kasus penyanderaan atau unjuk rasa

yang dihadapi oleh petugas penegak hukum adalah

dilakukan oleh “orang yang bermasalah", dengan motivasi

yang berkaitan dengan penyaluran emosional sebagai jalan

keluar dari Jika pelaku adalah kriminal. tanpa latar

belakang "massalah emosional”. maka motivasinya hanya

untuk meloloskan diri dengan selamat. Motivasi lain adalah

untuk mendapatkan tebusan uang (motiv ekonomi). Apapun

alasan dalam melakukan penyanderaan atau unjuk rasa.

motivasi mereka dapat berubah atau diubah melalui upaya

negosiasi yang ulet dan gigih.

13

-14-

2). Motivasi dalam kasus penyanderaan atau unjuk rasa erat

berkaitan dengan tuntutan yang mereka minta, namun

apapun bentuk tuntutannya, belum tentu sama dengan

motivasi dari pelaku.

Tuntutan (demand) hanya merupakan sebagian dari

motivasi, namun memiliki arti yang sangat vital baik bagi

pelaku sendiri maupun bagi. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menghadapi tuntutan pelaku adalah

sebagai berikut :

a). Sebaiknya petugas (negosiator) bersikap terbuka dan

luwes terhadap setiap bentuk tuntutan yang diajukan

oleh pelaku. Artinya jangan cepat-cepat memberikan

respon ataupun penolakan atau rasa keberatan yang

disampaikan secara verbal.

b). Biarkan pelaku yang menyebutkan tuntutannya

terlebih dahulu, dan jangan mengusulkan sesuatu

sebagai tuntutan. Misalnya : "Apa alasan anda

menyandera, apakah anda perlu uang” ?.

c). Ulangi tuntutan mereka namun dengan cara yang

halus. Misalnya : penyandera menyatakan : "Kami

memerlukan uang tebusan lima juta rupiah untuk

keselamatan si-A," Maka negosiator mengulangi,

misalnya sebagai berikut : "Jadi anda memerlukan

sejumlah uang untuk membebaskan si-A".

d). Usahakan mendapatkan sesuatu timbal balik dari

tuntutan yang mereka ajukan, apakah itu pelepasan

sandera, jaminan untuk tidak melukai sandera, atau

perubahan sikap pelaku atau pembubaran massa.

e). Jika nagosiator/Polisi terpaksa memenuhi tuntutan pelaku

usahakan supaya mereka mememuhi janjinya untuk

mengusahakan sesuatu untuk petugas.

14

-15-

f). Jangan memberikan sesuatu yang berkaitan dengan

tuntutan terlalu cepat (terburu-buru) dan terlalu banyak.

g). Jangan menawarkan segala bentuk alternatif tuntutan.

h). Setiap keputusan tentang tuntutan harus dirundingkan

tertebih dahulu dengan komandan satuan tugas.

c. Active Listening Skill.

1). Hal yang utama dari pelaksanaan suatu negosiasi adalah

komunikasi verbal yang tercipta antara pelaku dengan

perantara atau selanjutnya disebut dengan negosiator,

yang tidak lain adalah petugas Polisi/Pejabat lain yang

ditunjuk.

2). Komunikasi yang tercipta antara pelaku dan negosiator

bukan merupakan komunikasi biasa, melainkan komunikasi

"luar biasa".

Dikatakan luar biasa, dikarenakan komunikasi

tersebut terjadi dalam situasi yang penuh ketegaran. Satu

pihak dengan pihak yang bertawanan saling mencoba

untuk mempengaruhi guna mencapai apa yang

diinginkannya. Sebagai negosiator,petugas menginginkan

terselesaikannya situasi penyanderaan atau unjuk rasa

dengan damai tanpa jatuhnya korban dan menyerahnya

pelaku. Sedang dipihak lain (penyandera) selalu

menginginkan tuntutannya terpenuhi tanpa syarat. Disinilah

yang dimaksud dengan "komunikasi luar biasa".

Komunikasi ini terjadi dalam dua arah, tidak boleh satu

arah, dan membutuhkan ketrampilan tertentu, yaitu

keterampilan berkomunikasi dan persuasi, tidak hanya

saling bicara namun juga berusaha mempengaruhi pihak

lain, sehingga dapat memenuhi harapan komunikator.

3). Keterampilan berkomunikasi yang dibutuhkan dalam situasi

penyanderaan disebut dengan active listening skill yang

secara harfiah berarti ketrampilan mendengarkan secara

15

-16-

aktif. Dasar dari ketrampilan ini adalah kesediaan dan

kesiapan seseorang untuk mendengarkan apa yang

disampaikan orang lain dengan dilandasi terciptanya

hubungan yang baik dan adanya emphaty sebelum

memberikan respon pada orang lain. Yang dimaksud

dengan emphaty disini adalah kemampuan untuk tua.".

Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, Hampir

mirip dengan istilah simpati, namun dengan makna dan

perasaan yang lebih mendalam.

Inti dari keterampilan ini adalah konsep teori konseling

yang ditemukakan oleh Carl Rogers, seorang psikolog

ternama di Amerika “ Jika anda ingin menjalin hubungan

Komunikasi dengan orang lain dan berharap lebih dari

sekedar komunikasi, maka belajarlah dulu untuk dapat

mengerti dan menghayati apa yang disampaikan atau

dikeluhkan oleh lawan bicara anda sebelum anda dapat

memberikan jawaban respon atau nasehat”.

Jika diperhatikan secara singkat seolah-olah

ketrampilan ini justru berpihak pada pelaku

penyanderaan/pimpinan massa. Namun jika dikaji secara

strategis tidaklah demikian. Sebab hubungan yang dapat

terjalin dengan baik dalam proses negosiasi merupakan

awal dari kesuksesan upaya negosiasi jika sipelaku sudah

dapat “diambil hatinya”. Maka upaya untuk

mempengaruhinyapun menjadi semakin mudah.

d. Sindroma Stockholm

1). Dalam situasi penyanderaan, sandera sendiri memiliki

peran yang penting dalam kesuksesan pembebasan

sandera, khususnya dalam proses negosiasi. Situasi

penyanderaan yang memakan waktu yang relatif lama akan

membawa pengaruh terhadap sandera berupa sindroma

yang dikenal dengan sindroma Stockholm.

16

-17-

Sindroma ini muncul bilamana :

a). Sandera mengembangkan perasaan positif (positif

feeling) terhadap penyandera.

b). Sandera mengembangkan perasaan positif

terhadap pihak yang akan membebaskan mereka

(authorilies).

c). Penyandera mengembalikan perasaan positif

terhadap sandra.

2). Ketiga ciri Stockholm tersebut belum tentu muncul pada saat

yang bersamaan. Bisa saja terjadi hanya salah satu dari

ketiga ciri tersebut. Meskipun ketiga ciri tersebut tidak

muncul bersamaan namun paling tidak, dalam setiap situasi

penyanderaan selalu dijumpai munculnya salah satu dari

ciri tersebut kecuali jika terjadi penganiayaan terhadap

sandera oleh penyandera. Sindroma Stockholm muncul

karena terjadinya komunikasi antara sandera dan

penyandera, bertemunya mereka dalam satu ruangan dan

terjadi pertemuan yang intans dalam waktu yang relatif

lama. Selain itu secara psikologis dapat dijelaskan bahwa

baik sandera maupun penyandera berada dalam situasi

yang sulit dan mendebarkan dalam situasi yang tegang

demikian, akan mudah terjadi proses transiorensi bagi

orang yang berada dalam situasi yang sama (in the

smebeat) dimana orang mulai saling bertukar perasaan dan

menghayati situasi yang sama.

3). Ditinjau dari sisi proses negosiasi mereka sindroma

Stockholm memiliki keuntungan dan kelemahan.

Keuntungan utama adalah semakin erat terjadi sindroma

Stockholm, semakin kecil kemungkinan terjadi

penganiayaan dan pembunuhan terhadap sandera. Jika si

penyandera sudah mengembangkan perasaan positif

17

-18-

terhadap sandera, sangatlah sulit baginya untuk

menganiaya atau membunuh sandera.

Sedangkan sisi negatif/kerugiannya adalah :

a). Informasi yang didapat dari sandera tidak dapat

dipercaya. sebab bisa terjadi sandera sengaja

memberikan informasi salah, karena munculnya

simpati terhadap penyandera.

b). Sandera akan dengan sukarela bekerjasama dengan

penyandera dan berperan sebagai penasehat bagi

penyandera.

c). Sandera Kemungkinan akan tidak mematuhi perintah

dari petugas saat terjadi operasi pembahasan dan

justru menghambat jalannya operasi. Misal : pada

saat Polisi mulai menembak, dan sandera diperintah

untuk tiarap, maka sandera tidak tiarap melainkan

malah berdiri.

15. Proses Negosiasi

a. Prinsip-prinsip negosiasi.

1). Selamatkan jiwa.

Hal yang terpenting dalam negosiasi adalah upaya

menyelamatkan nyawa/kehidupan baik nyawa sandera

maupun petugas penyelamat (negosiator/team taktis). Hal

yang sering diabaikan bahwa dalam situasi penyanderaan

atau unjuk rasa, resiko paling tinggi justru dihadapi oleh

petugas penyelamat. Oleh karena itu pelaksanaan

negosiasi maupun upaya pembebasan sandera atau

pembubaran massa secara keseluruhan harus

dilaksanakan dengan seksama dan penuh dengan kehati-

hatian.

2). Penangkapan pelaku.

Unsur kedua yang penting dalam proses negosiasi

18

-19-

adalah terselesaikannya situasi penyanderaan dengan

terbebaskannya sandera dan tertangkapnya pelaku atau

pembubaran massa dengan teridentifikasikannya pimpinan

massa yang dapat diminta memberikan keterangan

selanjutnya.

Proses negosiasi yang berhasil seharusnya ditandai

dengan menyerahnya penyandera tanpa melakukan

perlawanan dan penganiayaan terhadap sandera serta

tanpa harus digunakan upaya represif.

3). Selamatkan harta benda

Selain kedua hal di atas, yang menjadi kriteria

kesuksesan proses negosiasi adalah keberhasilan dalam

nenyelamatkan harta benda yang berkaitan dangan situasi

sandera/untuk rasa, misalnya pesawat terbang, kendaraan,

rumah. uang tebusan. gedung. pertokoan dan sebagainya.

b. Hal yang dapat di Negosiasikan

Proses negosiasi melibatkan upaya tawar menawar

terhadap tuntutan pelaku. Untuk itu harus dipertimbangkan hal

apa sajakah yang dapat dipakai dalam posisi tawar menawar.

Proses tawar menawar yang terjadi dalam negosiasi sangat

tergantung dari tuntutan yang dikehendaki oleh pelaku. apakah

itu uang tebusan, makanan/minuman, kendaraan dan

sebagainya.

Hal-hal yang dapat dinegosiasikan adalah sebagai berikut :

1). Makanan atau minuman

Mungkin saja dalam penyanderaan yang memakan

waktu lama, pelaku membutuhkan suplai makanan atau

minuman. Oleh karena itu makanan dan minuman dapat

dipergunakan sebagai alat negosiasi jangan memberikan

lebih dari apa yang diminta menghendaki kiriman nasi dan

kool, maka kirimkan saja nasi putih dan kopi jangan

19

-20-

membarikan lauk pauk, sebab itu dapat menjadi alat

negosiasi berikutnya. Prinsip utama yang berlaku dalam

tawar menawar adalah jangan berikan sesuatu jika anda

tidak mendapatkan sesuatu". Jlka kita terpaksa memenuhi

permintaan pelaku, maka kita harus meminta sesuatu pada

pelaku melepaskan beberapa sandera atau pembubaran

massa.

2). Minuman yang beralkhohol dan obat penenang merupakan

barang berbahaya dalam proses negosiasi. Kemungkinan

yang terjadi akan pelaku memakai barang ini adalah

hilangnya kendali perilaku driava sehingga dapat berbuat

sesuatu yang membahayakan samdera.

3). Transportasi merupakan hal yang kurang menguntungkan

untuk dipakai dalam negosiasi. Jika transportasi (misal

mobil. helikopter dan sebagainya) diberikan maka

kerugiannya adalah hilangnya kendali dalam operasi

pembebasan sebab pelaku dan sandera merdapatkan

tempat. Masalah lain yang muncul adalah hilangnya

komunikasi komando. Oleh karena itu memberikan sarana

transportasi akan menimbulkan permasalahan dan pada

penyelesaiannya.

4). Bebasnya pelaku juga dapat dipakai sebagai alat

negosiasi. Namun hal ini masih bersifat kontroversial.

Sebab membebaskan pelaku kriminal. Beberapa kasus

penyandaraan di Amerika berakhir dengan bebasnya

sandera dan dilepasnya sebagai timbal balik.

5). Uang merupakan hal yang paling sering menjadi tuntutan

Pembebasan sandera. Jika pelaku masih dalam situasi

pengepungan (contoinment), maka uang masih dapat

dipergunakan sebagai tukar menukar.

c. Pertukaran Sandera

20

-21-

Pertukaran sandera merupakan taktik yang kurang baik

dalam penyelesaian kasus penyanderaan. Penukaran seorang

sandra dengan sandera yang lain atau polisi, justru akan

meningalkan ketegangan dan suasana emosional yang semakin

tidak menentu dan meningkatkan ancaman terhadap

keselamatan enggota polisi itu sendiri. Polisi bagi pelaku

penyanderaan merupakan stresor/ancaman yang paling tinggi,

oleh karena itu kemungkinan terbunuhnya Polisi tersebut

semakin besar. Jika pelaku penyanderaan adalah orang yang

anti-sosial, maka dia akan melihat figur polisi sebagai simbol

kekuasaan yang mereka benci. Demikian juga dengan

pertukaran sandera dengan keluarga dan tersebut juga

merupakan taktik yang lemah. Satu hal yang pasti adalah bahwa

pertukaran sandera akan mengurangi kemungkinan

terbentuknya Sandra Stockholm yang dapat menguntungkan

situasi penyanderaan karena terjalinnya hubungan psikologis

antara sandera dan penyandera. Sandera yang baru akan

membuat penyanderaan secara psikologis harus menyesuaikan

diri lagi.

d. Peliputan Modya

Dengan semakin majunya teknologi komunikasi khususnya

komunikasi informasi melalui media elektronik dan dengan

hadirnya televisi swasta, akan membuat peliputan berita semakin

aktual.

Dalam beberapa hal situasi penyanderaan membutuhkan

kehadiran media elektronik (televisi/ radio) yang dapat menjadi

media secara tidak langsung dengan pihak penyandera melalui

siaran langsung setidak-tidaknya akan memberikan gambaran

kepada sandera bahwa diluar mereka terdapat pihak yang

mencoba untuk menyelesaikan permasalahan.

e. Pedoman bernegosiasi

21

-22-

1). Inti dari proses negosiasi adalah memperpanjang atau

mengulur waktu melalui komunikasi dari proses tawar

menawar. Dengan semakin panjangnya waktu, akan

semakin memperbesar kemungkinan terselesaikannya

situasi penyanderaan dengan damai dengan pertimbangan

sebagai berikut :

a). Terpenuhinya makanan, minuman dan istirahat.

b). Ketegangan makin berkurang.

c). Pikiran penyandera akan semakin rasional dan

realistis dan tidak menjadi emosional.

d). Terdapatnya Sindroma Stockholm.

e). Sandera mempunyai kemungkinan lebih besar untuk

meloloskan diri.

f). Informasi intelejen yang diperoleh akan semakin

langka?

g). Berkembangnya hubungan baik antara

negosiator dengan sandera.

h). Harapan dan tuntutan pelaku penyanderaan mungkin

berkurang.

i). Penyandera menjadi bosan dengan situasi yang

tercipta dan melepaskan begitu saja sanderanya.

2). Meskipun dengan berjalannya waktu banyak membawa

keuntungan dalam penyelesaian situasi namun terdapat

kerugian, yaitu :

a). Anggota tim taktis atau satuan tugas menjadi bosan

dan kehilangan kesabaran.

b). Gerakan taktis menjadi terburu-buru dan dipaksa.

Oleh karena itu penanganan setiap perkembangan

situasi memerlukan ketenangan dan kehati-hatian.

f. Kontak dengan Pelaku/Pimpinan Massa.

1). Dalam setiap kasus penyanderaan atau unjuk rasa agar

diusahakan mencapaikan informasi secepat mungkin

22

-23-

tentang identitas pelaku/pimpinan massa, jenis kelamin,

usia, latar belakang pendidikan, keluarga dan lain-lain.

2). Kemudian mulai berkomunikasi dengan pertanyaan yang

harus dijawab dengan cerita, bukan jawaban ya/tidak

usahakan berbicara dengan bahasa dan dialek yang

dipakai pelaku tanpa memaksakan logat yang dibuat-buat

(usahakan wajar). Usahakan untuk dapat mengetahui

kondisi mental kepribadian pelaku, bagaimana cara

berpikirnya, logis, rasional, atau kacau. Bagaimana sikap

perilakunya, apakah tenang atau pencemas dan panik.

Dalam tahap ini sangat dibutuhkan bantuan dari psikolog

yang terlatih dalam negosiasi. Usahakan untuk mengetahui

kekuatan motivasinya, apakah mendapatkan dukungan dari

kelompok atau sendiri.

3). Ciptakan hubungan yang pribadi perkenalkan diri sebagai

negosiator/perantara. Usahakan hubungan yang dilandasi

pemahaman, misalnya : "Kita (saya dan anda) dapat

menyelesaikan masalah ini bersama".

4). Hindari jawaban dengan nada datar dan berkesan negatif

dan hindari kata-kata yang bersifat melemahkan pelaku.

seperti “menyerah". Biarkan pelaku mengambil keputusan

dan berpikir sendiri tentang apa yang akan dilakukan kapan

melakukan dan bagaimana melakukannya.

5). Jika pelaku minta makanan, tanyakan makanan apa.

Usahakan tawar menawar dengan pelaku, jika pelaku minta

sesuatu maka dia harus mau memberikan sesuatu pada

kita. Jangan pernah menanyakan secara terbuka apa

tuntutan anda, melainkan sampaikan saja bahwa kehadiran

negosiator adalah untuk membantu memecahkan

persoalan yang dihadapi semampunya. Jika pelaku

menyampaikan tuntutan, misalnya : "Kami minta uang

tebusan 50 juta yang diletakkan dalam suatu mobil dalam

23

-24-

satu jam, maka anda dapat menjawab dengan mengulangi :

"Baik. anda minta sejumlah uang dan transportasi secepat

mungkin". Jangan menanyakan : "Kapan saya harus

menyediakan semua itu, melainkan sampaikan "kami

sedang mengusahakannya”.

Jangan pernah memberikan tawaran sesuatu kepada

pelaku. Jika anda tidak dapat menyediakan uang sejumlah

yang diminta, jangan memberikan alternatif lain dan biarkan

pelaku memutuskan sendiri apa yang akan diperbuatnya.

6). Usahakan pelaku tidak membuat kontak dengan kecuali

dengan negosiator. Untuk itu perlu diupayakan komunikasi

dari pelaku sebisa mungkin, misal dengan bekerja sama

dengan telkom untuk merubah nomor dan memblokir

telepon pada rumah tempat terjadinya penyanderaan,

supaya tidak ada komunikasi dengan pihak luar, misal

keluarga teman wartawan di Sandra yang dibebaskan

karena sakit atau alasan tertentu dapat menjadi sumber

informasi tentang situasi dan kondisi.

7). Indikator perkembangan dan keberhasilan.

a). Tidak adanya korban terluka/terbunuh.

b). Menurunnya tingkat ancaman dan suasana

emosional.

c). Pembicaraan belangsung semakin panjang, dan

nadanya mulai kooperatif.

d). Dilepaskannya sandera.

e). Dilampauinya batas waktu yang ditetapkan pelaku

terhadap terpenuhirya tuntutan tertentu.

16. Seleksi Negosiator

a. Umum

24

-25-

Demi mencapai kesuksesan dalam bernegosiasi, maka

perlu diupayakan melakukan seleksi terhadap calon negosiator.

Seorang negosiator harus memiliki kualifikasi karakteristik

psikologis tertentu yang mendukung untuk tugas tersebut Secara

umum kriteria negosiator yang dibutuhkan harus memiliki

kesehatan fisik dan mental. Kepribadian yang seimbang,

pengalaman dalam penegakan hukum dan mampu berpikir

dengan baik dalam situasi stress.

b. Beberapa karakteristik yang diperlukan seorang negosiator

adalah sebagai berikut :

1). Memiliki kematangan emosional, mampu meredam emosi,

meskipun mendapatkan tekanan verbal berupa: umpatan,

cacian atau tekanan. Meskipun situasi disekitarnya kacau,

seorang negosiator harus tetap "berkepala dingin"

2). Seorang pendengar yang baik dan memiliki

keterampilan interview.

3). Memiliki sosialisasi yang baik dan luwes dalam komunikasi.

4). Mampu meyakinkan orang lain dengan argumennya.

5). Memiliki kecerdasan yang praktis.

6). Mampu mengambii keputusan secara mandiri.

17. Kerjasama Team

a. Struktur Organisasi

1). Dalam upaya mengatasi kasus penyanderaan banyak pihak

yang terlibat, baik team taktis,Satuan Tugas Dalmas

Kepolisian Wilayah, team negosiator, team kesehatan dsb.

Karena banyak pihak yang terlibat, maka jelas diperlukan

jalur komunikasi yang dapat menjembatani kerjasama team

sehingga dapat dicapai keberhasilan operasi.

2). Komandan tim negosiator bertugas menyajikan informasi

tentang jalannya negosiasi dan perkembangannya kepada

Pimpinan Satuan lapangan/kasatwil. Sedangkan Satuan

Dalmas/PHH bertugas mempersiapkan pasukannya pada

25

-26-

tempat dan saat yang tepat dan menyampaikan

kesiapannya pada Kasatwil.

3). Jika setelah berjalan sekian lama, proses negosiasi kurang

membawa hasil dan strategi yang disiapkan berikutnya

adalah penyerangan atau penindakan, maka segala

informasi tentang penyaderaan yang diperoleh melalui

negosiasi harus harus kepada Kasatwil dan selanjutnya

disampaikan pada team taktis sebagai pedoman

penyusunan strategi penyerangan/penindakan.

b. Team Negosiator

1). Team negosiator terdiri dari empat anggota, yaitu ;

Negosiator utama, Negosiator pendamping, Psikolog dan

pimpinan negosiator.

2). Tugas pokok dari negosiator utama adalah melakukan

interaksi atau menciptakan hubungan secara verbal

dengan pelaku penyanderaan atau pimpinan massa.

3). Sedangkan tugas pokok dari negosiator pendamping

adalah sebagai berikut :

a). Mencatat semua kejadian penting yang

berlangsung selama proses negosiator.

b). Setiap komunikasi verbal yang terjadi antara

negosiator utama dengan pelaku, strategi yang

dipakai dan keputusan yang diambil.

c). Menyampaikan setiap informasi terbaru kepada

negosiator utama.

d). Bersiap menggantikan posisi negosiator utama

mengalami kelelahan.

4). Tugas pokok ketua team negosiator adalah :

a). Mengatur dan mengendalikan kegiatan negosiasi.

26

-27-

b). Berperan sebagai penghubung antara team

negosiator dengan komandan lapangan/ kasatwil

termasuk memberikan laporan kemajuan dari

perkembangan jalannya negosiator.

c. Peran Psykholog.

1). Pemanfaatan psikolog sebagai konsultan dalam proses

negosiasi sangat disarankan mengingat berbagai manfaat

yang dapat diperoleh darinya, utamanya dalam hal sebagai

berikut :

a). Melakukan assesment/pengukuran dan analisa

termasuk situasi penyanderaan, khususnya dalam

menentukan mental kepribadian pelaku.

b). Memberikan masukan kepada team negosiator

mengenai pendekatan yang dapat dengan

Karakteristik tertentu.

c). Meskipun posisinya hanya sebagai konsultan namun

seorang psikolog diharapkan dapat terlibat secara

total dalam situasi operasional.

Artinya dalam setiap kasus

penyanderaan/unjuk rasa psikolog harus terus

mendampingi team negosiator dalam memantau

situasi dan perkembangannya. Gambaran ideal yang

diharapkan adalah terjalinnya hubungan yang baik

antara psikolog dengan negosiator dan menjadi satu

kesatuan aksi. Hal ini perlu untuk mencegah

munculnya hal-hal kecil yang ada hubungannya

persepsi terhadap peran satu dengan yang lain yang

dapat menghalangi kelancaran operasi pembebasan

sandera dan pembubaran massa.

2). Adapun tugas pokok dari konsultan psikologi adalah :

a). Memberikan gambaran karakter kepribadian pelaku

pimpinan massa.

27

-28-

b). Memberikan penilaian yang obyektif terhadap situasi

penyanderaan/unjuk rasa/kerusuhan massa.

c). Menyarankan teknik dan taktik pendekatan dengan

memperhitungkan karakteristik gambaran psikologi.

IV. ADMINISTRASI

18. Administrasi Umum

a. Dalam rangka pelaksanaan tugas negosiator diperlukan

dukungan administrasi umum seperti :

1). Surat Perintah Tugas.

2). Alat tulis untuk membuat catatan-catatan.

3). Laporan.

b. Hal-hal mempedomani Jukminu Hankam/ABRI yang masih

berlaku dan disesuaikan dengan ketubuhan.

19. Dukungan Logistik/anggaran

a. Pelaksanaan tugas negosiator didukung peralatan yang

diperlukan guna keberhasilan tugas dengan memanfaatkan

peralatan dan fasilitas yang ada, seperti:

1). Bull Hom (Pengeras Suara)

2). Telephon

3). Video Camera, dsb

b. Menggunakan dukungan anggaran yang tersedia.

V. PENUTUP

20. Pengetahutan yang cukup

a. Seorang negosiator dituntut memiliki pengetahuan yang cukup

untuk mendukung pelaksanaan tugasnya, seperti:

1). Anatomi Massa

2). Komunikasi

3). Psykologi Massa

4). Teknik dan taktik negosiasi

b. Seorang negosiator juga dituntut memiliki mental yang ulet gigih

28

-29-

dan tanggung terhadap perkembangan dan perubahan situasi

yang dihadapi.

21. Penutup

Demikianlah bahan ajaran ini disusun, semoga kiranya berguna

dan bermanfaat sebagaimana maksud yang terkandung didalamnya.

Sukabumi, Mei 2005

PENYUSUN

29

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRISEKOLAH CALON PERWIRA

NASKAH SEMENTARA PELAJARAN

NEGOSIASI

SISWA DIKTUKPA POLRI REG XXXII/TA 2005