Nadya - Retensio Plasenta
Click here to load reader
Transcript of Nadya - Retensio Plasenta
RETENSIO PLASENTA
I. PLASENTA
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran
antara ibu dan anak dan sebaliknya. Setelah nidasi sel sel trofoblast menyerbu ke dalam
desidua sekitarnya sambil menghancurkan jaringan sedangkan diantara masa trofoblast
timbul lubang-lubang hingga menyerupai susunan spons. Lubang ini kemudian berisi darah
ibu karena juga dinding pembuluh pembuluh darah termakan oleh kegiatan trofoblast. Sel sel
trofoblast yang menyerbu kemudian merupakan batang-batang yang masing masing
bercabang pula dan akhirnya menjadi villi chorialis. Sementara itu trofoblast yang
membentuk dinding villus sudah terdiri dari dua lapisan : sisnsitiotrofoblast (lapisan luar) dan
sitotrofoblast (lapisan dalam , sel-sel Langhans).
Pada minggu ke-16 sel sel Langhans mulai menghilang. Darah anak dan ibu tak dapat
bercampur karena terpisah oleh lapisan jaringan yang dinamakan membrana plasenta. Pada
akhir bulan ke-4 daya menyerbu trofoblast berhenti dan pada batas antara jaringan janin dan
ibu terdapat lapisan jaringan yang nekrotik yang disebut ‘lapisan fibrin Nitabuch’.
Plasenta biasanya menempel pada dinding belakang atau depan rahim dekat fundus.
villi khorialis menyerbu dinding rahim hanya sampai lapisan atas dari stratum spongiosum.
Kadang terjadi penempelan plasenta pada tempat implantasi dimana keadaan lapisan desidua
dan lapisan fibrinoidnya tidak rata bahkan tidak ada (lapisan Nitabuch), sehingga pelepasan
pada lapisan spongiosum terganggu. Akibatnya kotiledon terikat kuat pada desidua basalis
yang memiliki defek, bahakan hingga lapisan miometrium.
Faktor resiko terjadinya retensi plasenta diantaranya adalah implantasi pada segmen
bawah uterus atau implantasi pada bekas insisi uterus sebelumnya.
II. KALA III PERSALINAN/KALA URI.
Kala III persalinan dimulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta. Kala uri
dibagi dalam 2 tingkat yaitu pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta.
A. Pelepasan plasenta.
Sebab sebab terlepasnya plasenta adalah :
1. Saat bayi dilahirkan rahim tiba-tiba mengecil dan setelah bayi lahir uterus
merupakan alat dengan dinding tebal sedangkan rongga rahim hampir tidak ada.
Fundus uteri terdapat sedikit di bawah pusat. Karena pengecilan rahim ini tempat
perlekatan plasenta juga mengecil. Karena pngecilan ini maka plasenta menjadi
berlipat lipat, bahkan ada bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tidak
dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya. Pelepasan plasenta ini terjadi dalam
stratum spongiosum. Jadi secara singkat faktor yang paling penting dalam
pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.
2. Di tempat tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua
basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah olah plasenta terangkat
dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas. Plasenta
biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir. Oleh kontraksi dan retraksi
rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu plasenta lahir.
B. Pengeluaran plasenta
Setelah plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim, plasenta
terdorong ke segmen bawah rahim atau ke bagian atas dari vagina
Jika plasenta telah lepas, fundus uteri sedikit naik hingga setinggi pusat atau lebih dan
bagian tali pusat di luar vulva menjadi lebih panjang. Lama kala uri ± 8,5 menit. Dan
pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit. Tanda tanda pelepasan plasenta adalah :
1. Uterus menjadi bundar
2. perdarahan yang tiba-tiba dan banyak
3. memanjangnya bagian tali pusat yang lahir
4. naiknya fundus uteri
Seiring pelepasan plasenta, darah dari tempat implantasi akan mengalir ke vagina
(pelepasan duncan) atau akan menggumpal di belakang plasenta dan membran (pelepasan
Schultze) hingga plasenta dilahirkan.
DEFINISI
Retensio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah
bayi lahir.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya retensio plasenta diantaranya yaitu :
Plasenta belum lepas dari dinding uterus
Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika lepas sebagian
terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
FaPektor yang mempengaruhi pelepasan plasenta :
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu : Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta
Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya dan
ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab
tersebut disebut plasenta adhessiva.
Kelainan dari plasenta, misalnya : Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab villi khorialis menembus desidua sampai miometrium – sampai dibawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta)
- Plasenta accreta : villi khorialis menembus desidua sampai berhubungan
dengan miometrium
- Plasenta increta : villi khorialis hingga mencapai miometrium
- Plasenta percreta : villi khorialis menembus miometrium hingga mencapai
perimetrium, kadang menembus perimetrium dan menimbulkan ruptur uteri.
Kesalahan manajemen kala III persalinan, seperti : manipulasi dari uterus yang tidak
perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta dapat menyebabkan kontraksi yang
tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya juga dapat
menyebabkan serviks kontraksi (pembentukan constriction ring) dan menghalangi
keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
DIAGNOSIS dan MANAGEMEN
Perdarahan Sebelum lahirnya plasenta
Perdarahan dalam kala III persalinan biasanya disebabkan karena retensio plasenta.
Meskipun demikian pasien juga dapat berdarah karena adanya robekan jalan lahir. Ketika
terjadi perdarahan dan plasenta masih didalam uterus hal pertama yang dilakukan adalah
berusaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tarikan ringan dengan penekanan pada uterus
dengan menekan abdomen. Bila berhasil, uterus harus tetap ditekan dan diberikan oksitosin
intravena. Kompresi bimanual harus tetap dilakukan hingga uterus berkontraksi dengan baik.
Gambar 1. Kompresi Bimanual
Retensio Plasenta karena kontraksi serviks
Retensio plasenta karena kontraksi serviks hampir selalu terjadi pada persalinan
preterm. Serviks akan menutup hingga hanya terbuka 2 jari. Pada situasi ini tidak dianjurkan
untuk melakukan pengeluaran plasenta dengan tarikan pada tali plasenta, tekanan pada
abdomen maupun pemberian oksitosin. Hal yang lebih baik dilakukan adalah dengan
memberikan nitrogliserin untuk merelaksasi serviks sehingga dapat dilakukan manual
plasenta.
Nitrogliserin merupakan vasodilator kuat, hipotensor dan relaksan otot miometrium.
Pemberian dosis rendah intra vena membuat relaksasi uterus tanpa mempengaruhi tekanan
darah dan tangan operator dapat masuk kedalam kavum uteri.
Retensio Plasenta karena Perlekatan plasenta yang abnormal
Terdapat beberapa derajat kuatnya perlekatan plasenta ke dinding uterus. Pada
kebanyakan kasus plasenta dapat lepas dari dinding uterus tanpa kesulitan. Pada beberapa
kasus plasenta melekat erat pada dinding uterus sehingga plasenta sulit lepas dari dinding
uterus sehingga memerlukan tindakan berupa manual plasenta dan perdarahan menjadi sangat
banyak. Kondisi ini disebut plasenta akreta dan kebanyakan berakhir dengan histerektomi.
Plasenta akreta menunjukkan angka kematian 4 kali lebih tinggi dari plasenta yang dapat
lahir normal yang merupakan indikasi histerektomi.
Pada plasenta akreta, perlekatan villi plasenta langsung pada miometrium, yang
mengakibatkan pelepasan yang tidak sempurna pada saat persalinan. Komplikasi yang
signifikan dari plasenta akreta adalah perdarahan post partum. Berdasarkan penelitian oleh
Resnik, angka kejadian plasenta akreta meningkat dan dokter diharapkan waspada akan
kondisi ini, terutama pada wanita yang memiliki riwayat seksio sesaria sebelumnya atau
berbagai penyebab parut pada uterus.
Perdarahan setelah Plasenta lahir
Perdarahan setelah plasenta lahir biasanya disebabkan atonia uteri. Tidak jarang juga
disebabkan karena adanya sisa plasenta, robekan jalan lahir, inversi uteri, ruptur uteri dan
juga gangguan sitem koagulasi.
Hal pertama yang dilakukan pada perdarahan setelah plasenta lahir adalah penekanan
bimanual vaginal dan abdominal, hal ini dapat mengurangi perdarahan. Kemudian dipasang
satu atau dua infus dan diberikan infu oksitosin (30 IU dalam 1000 cc RL)
Bila penekanan uterus dan infus oksitosin tidak berhasil, pasien diperiksa dengan
USG untuk memeriksa sisa jaringan yang masih tertinggal atau dengan tangan memeriksa
adanya robekan uterus.
PENATALAKSANAAN
Inspeksi plasenta segera setelah bayi lahir. jika ada plasenta yang hilang, uterus harus
dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan khususnya jika kita menghadapi perdarahan
post partum lanjut.
Jika plasenta belum lahir, harus diusahakan mengeluarkannya. Dapat dicoba dengan
cara Brandt, yaitu salah satu tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang
lain diletakkan pada dinding perut diatas simfisis sehingga permukaan palmar jari-jari tangan
terletak dipermukaan depan rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah dan badan
rahim. Dengan melakukan penekanan kearah atas belakang, maka badan rahim terangkat.
Apabila plasenta telah lepas maka tali pusat tidak tertarik keatas. Kemudian tekanan diatas
simfisis diarahkan kebawah belakang, ke arah vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan
pada tali pusat untuk membantu megeluarkan plasenta. Tetapi kita tidak dapat mencegah
plasenta tidak dapat dilahirkan seluruhnya melainkan sebagian masih harus dikeluarkan
dengan tangan. Pengeluaran plasenta dengan tangan kini dianggap cara yang paling baik.
Tehnik ini kita kenal sebagai plasenta manual.
Indikasi Plasenta manual
Perdarahan pada kala III persalinan kurang lebih 500 cc
Retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir
Setelah persalinan yang sulit seperti forceps, vakum, perforasi dilakukan eksplorasi
jalan lahir.
Tali pusat putus
Tekhnik Plasenta Manual
Sebelum dikerjakan penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum
penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus Ringer Laktat. Operator berdiri atau
duduk dihadapan vulva, lakukan desinfeksi pada genitalia eksterna begitu pula tangan dan
lengan bawah si penolong (setelah menggunakan sarung tangan). Kemudian labia dibeberkan
dan tangan kanan masuk secara obstetris ke dalam vagina. Tangan luar menahan fundus uteri.
Tangan dalam sekarang menyusun tali pusat yang sedapat-dapatnya diregangkan oleh asisten.
Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan pergi ke pinggir plasenta dan
sedapat-dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan sebelah
kelingking, plasenta dilepaskan ialah antara bagian plasenta yang sudah terlepas dengan
dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim.
Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan
ditarik keluar.