Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

40
1 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI BIDANG KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Disusun Oleh : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR 2011

description

naskah akademik fh unsur

Transcript of Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

Page 1: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

1

NASKAH AKADEMIKRANCANGAN PERATURAN DAERAH

TENTANGRETRIBUSI BIDANG KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

Disusun Oleh :

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SURYAKANCANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANACIANJUR

2011

Page 2: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

2

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang.Kualitas lingkungan yang baik merupakan hak asasi

manusia, dalam arti kualitas hidup dapat diukur dari

derajat dipenuhinya kebutuhan dasar manusia, dan

makin baik kebutuhan dasar itu dapat dipenuhi oleh

lingkungan hidup, makin tinggi pula kualitas lingkungan

itu.1

Kondisi tersebut merupakan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan

Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Semua persoalan yang terkait dengan kualitas lingkungan

dan peluang untuk dapat hidup sehat bagi masyarakat,

khususnya bidang kebersihan dan pertamanan harus merupakan

pemikiran dan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun

masyarakat, karena bagaimanapun kondisi kehidupan yang jauh

lebih baik harus senantiasa menjadi cita-cita bersama.

Setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat

kualitas masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan

berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan,

dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan

sumber daya manusia Indonesia.

Sebagai daerah otonom, Kabupaten Cianjur harus mampu

melaksanakan pembangunan dengan memanfa’atkan setiap

potensi dan sumber daya yang dimilikinya melalui konsep

1A. Tresna Sastrawijaya.Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.2000. Hal.7

Page 3: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

3

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dengan

tetap mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan bagi

kehidupan.

Diantara sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD)

adalah menggali kemampuan daerah dalam bidang pendapatan

daerah, melalui retribusi.

Pendapatan daerah erat kaitannnya dengan nilai ekonomi

dalam pembangunan. Dan pada umumnya ekonomi merupakan

bentuk tingkah laku manusia sebagai masyarakat berusaha

memenuhi kebutuahan dari berbagai alat pemuas kebutuhan atau

sumber daya yang terbatas adanya.2

Pendapatan pemerintah daerah dalam menopang laju

pembangunan di daerah salah satunya adalah dengan pungutan

retribusi atas layanan yang diberikannya kepada masyarakat

pengguna jasa layanan yang diberikannya. Retribusi sebagai salah

satu bentuk buah dari layanan yang diberikan oleh jasa aparatur

pemerintah apabila dikelola dengan baik akan menjadi salah satu

penopang laju pembangunan di daerah.

Salah satu bentuk retribusi yang perlu mendapat

pengaturan dengan baik adalah retribusi bidang kebersihan dan

pertamanan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan persampahan/kebersihan, pelayanan penyediaan

dan/atau penyedotan kakus, dan pelayanan pemakaman dan

penguburan mayat.

Latar belakang penyusunan naskah akademis ini terdiri dari

tiga landasan yaitu :

1. Landasan Filosofis.Undang-undang Dasar 1945 sebagai “grundnorm” pada

Pasal 18 ayat (5) Perubahan ke-2 mengamanatkan bahwa,

2 M. Suparmoko. Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan. BPFE Yogyakarta. 2006 Hal. 1

Page 4: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

4

“Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan Pemerintah Pusat”

Makna dari Pasal tersebut di atas, bahwa Pemerintah

Daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya untuk

merekayasa dan mengembangkan daerahnya.

Selain itu, sehubungan dengan peraturan daerah tentang

retribusi bidang kebersihan dan pertamanan ini berhubungan

dengan lingkungan dalam arti yang luas, maka lingkungan hidup

mempunyai sifat dan karakter yang sangat kompleks (Holistik) dan

memenuhi semua unsur yang terdapat dalam isi alam ini dan

merupakan aset untuk mensejahterakan masyarakat.

Pengaturan terhadap berbagai pungutan atas pelayanan

yang diberikan oleh pemerintah sebagai public service mempunyai

banyak tujuan. Dari sisi ekonomis, pengaturan mengenai

pungutan oleh pemerintah, baik yang menimbulkan

kontraprestasi langsung maupun tidak langsung akan

meningkatkan peningkatan bagi pendapatan kas pemerintah yang

dalam hal ini kas daerah dan tujuan lain dari pengaturan

pungutan kepada masyarakat atas pelayanan jasa yang diberikan

akan mengubah perilaku pemerintah daerah untuk bertindak

lebih efisien dan profesional.

Untuk meningkatkan pendapatan dari hasil pelayanan atas

jasa yang diberikan, pemerintah perlu meningkatkan kualitas

layanan agar pelayanan yang diberikan dapat memberikan

kepuasan pada masyarakat selaku pengguna jasa. Dengan

pelayanan yang berkualitas, masyarakat tidak ragu untuk

membayar / memberikan upah atas layanan yang diberikan

karena pelayanan yang diberikan memang memuaskan.

2. Landasan Yuridis.

Page 5: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

5

Beberapa peraturan perundang-undangan dan peraturan

organik lainnya yang menjadi alasan yuridis untuk dibuatnya

peraturan daerah ini antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan

Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tahun 1950)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

4 Tahun 1968 tentang pembentukan Kabupaten Purwakarta

dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-undang

Nomor 14 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah-daerah

Kabupaten dalam lingungan Propinsi Jawa Barat ( lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,

Tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor

2851)

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3209).

3) Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari

kolusi, korupsi dan nepotisme (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, tambahan

Lembaran Negara Nomor 3851)

4) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

pembentukan peraturan perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578)

5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 6: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

6

Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59 Lembaran negara Republik Indonesia

Negara Republik Indonesia Nomor 4844)

6) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, tambahan lembaran Negara Nomor

4438)

7) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang pengelolaan

sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 69, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia

Nomor 4851)

8) Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan

Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 5043)

9) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembara

Negara Republik Indonesia Nomor 5049)

10) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,

Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 5059)

Page 7: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

7

11) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3258).

12)Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4578).

13) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan

pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor

165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4593).

14) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

15) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata

Cara pemberian dan pemanfa’atan Insentif pemungutan

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara

Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5161).

16) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Tugas da Wewenang serta kedudukan

keuangan Gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah

Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5107).

17) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Daerah,

Page 8: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

8

sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Dalam

Negeri nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.

18) Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Tata Cara

penyusunan peraturan Daerah dan Penerbitan Lembaran

Daerah (lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 43 Seri B)

sebagaimana telah diubah dengan peraturan daerah

Kabupaten Cianjur Nomor 02 Tahun 2006 tentang

Perubahan Pertama atas peraturan daerah Kabupaten

Cianjur Nomor 02 Tahun 2001 tentang Tata cara

Penyusunan Peraturan Daerah dan penerbitan Lembaran

Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 02 Seri C)

19) Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 03 Tahun 2001

tentang penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah

Tahun 2001 Nomor 44 Seri C)

20) Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 03 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintah Daerah ( Lembaran daerah

Tahun 2008 Nomor 03 Seri D)

21) Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2008 tentang organisasi

Pemerintah Daerah dan Pembentukan Organisasi Perangkat

Daerah Kabupaten Cianjur ( lembaran Daerah Tahun 2008

Nomor 07 Seri D ) sebagaimana telah diubah dengan

peraturan daerah Kabupaten Cianjur Nomor 02 Tahun 2010

tentang Perubahan Pertama atas peraturan daerah

Kabupaten Cianjur Nomor 07 Tahun 2008 tentang

Organisasi Pemerintah Daerah dan pembentukan

Organisasi perangkat Daerah Kabupaten Cianjur (Lembaran

Daerah Tahun 2010 Nomor 10 Seri D)

Page 9: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

9

3. Landasan Sosiologis.Dalam mewujudkan kebersamaan, mutlak harus adanya

peran aktif dari para pengambil kebijakan untuk merumuskan

kebijakan-kebijakannya yang sesuai dengan Prinsip keadilan

sosial harus mampu dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat

melalui pemberdayaan potensi masyarakat dalam mendukung

terciptanya kualitas lingkungan di Kabupaten Cianjur melalui

pembayaran retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah

daerah.

Penetapan retribusi bidang kebersihan dan pertamanan

dapat memberikan kesadaran masyarakat bahwa setiap warga

negara juga turut bertanggung jawab untuk terwujudnya

lingkungan yang prima bagi masyarakat.

Untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pelayanan,

maka pelayanan publik yang prima merupakan sesuatu yang tidak

bisa ditawar-tawar lagi. Pengembangan dan pemantapan

pelayanan publik menuju pelayanan prima menekankan pada

fokus perhatian yang dapat dilakukan melalui persiapan sumber

daya aparatur yang sadar akan fungsinya sebagai pelayan

masyarakat serta memberikan arah yang dapat memberikan

peluang dan motivasi agar setiap individu dan kelembagaan

berkepentingan untuk memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat.

Dengan tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat

atas hasil pelayanan yang diberikan aparatur pemerintah, maka

masyarakat akan membayar jasa yang diberikan dengan nilai

kepuasan atas layanan dan bukan sebagai formalitas semata.

Masyarakat pengguna jasa layanan tidak akan mencari

layanan kepada pihak lain karena berdasarkan peraturan yang

ada dan dengan kewenangan yang dimilikinya telah menempatkan

Page 10: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

10

birokrat pada bagian layanan tersebut sebagai otoritas tunggal

yang diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk

memberikan pelayanan jenis itu.

B. Identifikasi MasalahAdapun identifikasi dari penyusunan naskah akademis ini

adalah :

1. Apakah yang menjadi landasan hukum dan kerangka

pemikiran bagi Rancangan Peraturan Daerah tentang

Retribusi bidang kebersihan dan pertamanan ?

2. Apakah yang menjadi bahan dan data untuk pembanding

antara peraturan perundang-undangan yang ada dalam

merancang Raperda Retribusi bidang kebersihan dan

pertamanan di Kabupaten Cianjur?

C. Tujuan dan Kegunaan

Naskah akademik ini bertujuan untuk memberikan kajian

dan kerangka filosofis, sosiologis dan yuridis tentang perlunya

Peraturan Daerah yang mengatur tentang retribusi bidang

kebersihan dan pertamanan, diharapkan dapat menjadi gambaran

yang tertulis dan menjadi panduan bagi Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Kabupaten Cianjur untuk dijadikan bahan kajian

dalam merumuskan peraturan daerah tentang Retribusi bidang

kebersihan dan pertamanan

Tujuan dibuatnya naskah akademik ini adalah:

1. Memberikan landasan hukum dan kerangka pemikiran bagi

Rancangan Peraturan Daerah tentang Retribusi bidang

kebersihan dan pertamanan

Page 11: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

11

2. Memberikan bahan dan data untuk menjadi bahan

pembanding antara peraturan perundang-undangan yang

ada dalam merancang Raperda Retribusi bidang kebersihan

dan pertamanan di Kabupaten Cianjur.

Kegunaan naskah akademik tentang Retribusi bidang

kebersihan dan pertamanan, dapat diperoleh dari dua macam

kegunaan, yakni secara teoritis dan praktis.

1. Kegunaan teoritis adalah untuk :

a. Memberikan gambaran yang tertulis sehingga dapat menjadi

panduan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Cianjur untuk mengkaji rancangan peraturan daerah tentang

Retribusi bidang kebersihan dan pertamanan

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan

terhadap masyarakat

c. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam mewujudkan ketertiban hukum terutama mengenai

sanksi hukum atas tindakan subjek /sasaran peraturan

daerah tentang Retribusi bidang kebersihan dan pertamanan

2. Kegunaan Praktis :

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat berguna dan

menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak terkait dalam

peaturan daerah tentang Retribusi bidang kebersihan dan

pertamanan

b. Diharapkan dapat memberikan paradigma baru tentang

peraturan daerah tentang Retribusi bidang kebersihan dan

pertamanan

D. Metode Penelitian.

Page 12: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

12

Untuk lebih mengoptimalkan tata cara prosedur dan

pelaksanaan pajak daerah disetiap cakupan yang berkaitan

dengan Retribusi ijin gangguan , selanjutnya didukung oleh

metode penelitian sebagai berikut :

1. Metode pendekatan,

Yaitu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu mempelajari dan

mengkaji asas-asas hukum khususnya kaidah-kaidah hukum

positif yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan yang ada, dari

peraturan perundang-undangan, serta ketentuan-ketentuan

terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan Retribusi ijin

gangguan Daerah Kabupaten Cianjur.

2. Spesifikasi Penelitian.Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif

analitis, yaitu memberikan gambaran umum yang menyeluruh

dan sistematis mengenai pajak daerah di Cianjur. Gambaran

umum tersebut dianalisis dengan bertitik tolak pada peraturan

perundang-undangan, pendapat para ahli, serta pemungutan

retribusi di Cianjur dalam praktik pelaksanaannya, yang

bertujuan untuk mendapatkan jawaban permasalahan yang akan

dibahas lebih lanjut.

3. Sumber Data :Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu dengan

mengumpulkan dan mempelajari data sekunder yang berkaitan

dengan retribusi. Data sekunder yang dijadikan sebagai sumber

data utama dalam penelitian ini terdiri dari :

a) Bahan Hukum Primer yang terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen)

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan

Page 13: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

13

Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tahun 1950)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

4 Tahun 1968 tentang pembentukan Kabupaten

Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingungan

Propinsi Jawa Barat ( lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan lembaran negara

Republik Indonesia Nomor 2851)

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3209).

4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari

kolusi, korupsi dan nepotisme ( Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, tambahan

Lembaran Negara Nomor 3851

5. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

pembentukan peraturan perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4578)

6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Page 14: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

14

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 Lembaran negara

Republik Indonesia Negara Republik Indonesia Nomor

4844)

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, tambahan lembaran Negara

Nomor 4438)

8. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang

pengelolaan sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 69, Tambahan Lembara Negara

Republik Indonesia Nomor 4851)

9. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan

Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 5043)

10. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembara

Negara Republik Indonesia Nomor 5049)

11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia

Nomor 5059)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Page 15: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

15

(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3258).

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4578).

14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan

pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor

165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4593).

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

16. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata

Cara pemberian dan pemanfa’atan Insentif pemungutan

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara

Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5161).

17. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Tugas da Wewenang serta kedudukan

keuangan Gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah

Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5107).

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Daerah,

sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri

Dalam Negeri nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan

Page 16: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

16

atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.

19. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Tata

Cara penyusunan peraturan Daerah dan Penerbitan

Lembaran Daerah (lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor

43 Seri B) sebagaimana telah diubah dengan peraturan

daerah Kabupaten Cianjur Nomor 02 Tahun 2006 tentang

Perubahan Pertama atas peraturan daerah Kabupaten

Cianjur Nomor 02 Tahun 2001 tentang Tata cara

Penyusunan Peraturan Daerah dan penerbitan Lembaran

Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 02 Seri C)

20. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 03 Tahun

2001 tentang penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

Daerah Tahun 2001 Nomor 44 Seri C)

21. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 03 Tahun

2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah ( Lembaran

daerah Tahun 2008 Nomor 03 Seri D)

22. Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2008 tentang

organisasi Pemerintah Daerah dan Pembentukan

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Cianjur

(lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 07 Seri D )

sebagaimana telah diubah dengan peraturan daerah

Kabupaten Cianjur Nomor 02 Tahun 2010 tentang

Perubahan Pertama atas peraturan daerah Kabupaten

Cianjur Nomor 07 Tahun 2008 tentang Organisasi

Pemerintah Daerah dan pembentukan Organisasi

perangkat Daerah Kabupaten Cianjur (Lembaran Daerah

Tahun 2010 Nomor 10 Seri D)

b) Bahan Hukum Sekunder, antara lain berupa tulisan-

tulisan ilmiah dari para pakar yang berhubungan dengan

Page 17: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

17

permasalahan yang diteliti ataupun yang berkaitan dengan

bahan hukum primer, meliputi literatur-literatur, makalah-

makalah, jurnal ilmiah, dan hasil-hasil penelitian.

c) Bahan Hukum Tersier, antara lain berupa bahan-bahan

yang bersifat menunjang bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa,

artikel-artikel pada koran/surat kabar dan majalah-

majalah.

BAB IIASAS-ASAS YANG DIGUNAKAN DALAM PENYUSUNANRAPERDA BIDANG KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

Kesejahteraan umum diartikan sebagai keseluruhan

prasyarat sosial yang memungkinkan atau mempermudah

manusia mengembangkan semua nilainya merupakan suatu

kondisi kehidupan sosial yang diperlukan agar setiap individu,

Page 18: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

18

keluarga, dan kelompok masyarakat dapat mencapai keutuhan

atau perkembangan yang lebih utuh dan cepat yang terdiri atas

syarat-syarat yang harus dipenuhi agar masyarakat merasa

sejahtera.3

Atas dasar paham kesejahteraan umum sebagai

keseluruhan syarat kehidupan sosial yang diperlukan masyarakat

agar bisa sejahtera sehingga dapat diterima pembagian tugas-

tugas negara yang disampaikan oleh para ahli ilmu negara,

misalnya pembagian dalam tiga kelompok. Ketiga kelompok tugas

negara tersebut adalah, pertama negara harus memberikan

perlindungan kepada penduduk dalam wilayah tertentu. Kedua

negara mendukung atau langsung menyediakan pelbagai

pelayanan kehidupan masyarakat di bidang sosial ekonomi, dan

kebudayaan. Ketiga negara menjadi wasit yang tidak memihak

antara pihak-pihak yang berkonflik dalam masyarakat serta

menyediakan suatu sistem yudisial yang menjamin keadilan dasar

dalam hubungan kemasyarakatan.4

Pemerintah daerah, Kabupaten/Kota dalam rangka

melaksanakan peran dan fungsinya, berwenang untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada

daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan

peran serta masyarakat.5

Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

baik diperlukan dua pendekatan, yakni pendekatan struktural

3 Franz Magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan,PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 316.4 Y.Sri Pudyatmoko, Perizinan Problem Dan Upaya Pembenahan, Gramedia,Jakarta, 2009, hlm 1.5 Penjelasan umum UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, Cet 1,

Penerbit Fokusmedia, Bandung, 2004, hlm 146.

Page 19: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

19

yang mengarah pada perbaikan sistem penyelenggaraan

pemerintahan dan pendekatan kultural yang mengarah pada

perilaku para penyelenggara pemerintah sebagaimana yang

dirikan oleh tata kelola pemerintah yang baik itu sendiri.

Pendekatan struktural ditandai dengan perubahan

berbagai aturan baik berupa undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan presiden sampai peraturan daerah.6

Para pengambil kebijakan diharapkan mampu untuk

berfikir pada arah meningkatkan laju pertumbuhan pembangunan

sehingga mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat

dengan optimal, karena suatu kebijakan pemerintah sangat

mempengaruhi kehidupan masyarakat secara umum, karena

pemerintah merupakan pemegang dan penanggung jawab utama

dalam menentukan arah kebijakannya guna mewujudkan

keberpihakan terhadap masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan kondisi tersebut di atas, perlu

dikembangkan 3 (tiga) fungsi yakni fungsi distribusi, stabilitasi

dan alokasi. Dalam hal fungsi tersebut, pemerintah daerah

mempunyai otoritas, karena daerah yang lebih mengetahui

kebutuhan, kondisi dan situasi masyarakat setempat.

Dalam perspektif hukum penyelenggaran perizinan

berbasis pada teori negara hukum modern yang merupakan

perpaduan antara konsep negara hukum (rechtsstaat) dan konsep

negara kesejahteraan (welfare state). Negara hukum secara

sederhana adalah negara yang menempatkan hukum sebagai

acuan tertinggi dalam penyelengaraan negara atau pemerintahan

(supremasi hukum ).

6 Chabib Soleh. Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah. Sebuah pendekatanstruktural menuju tata kelola pemerintahan yang baik. Fokusmedia.Bandung.2010; Hal.iii

Page 20: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

20

Menurut Vesteden hukum yang supreme mengandung

makna :7

1. Bahwa suatu tindakan hanya sah apabila dilakukan

menurut atau berdasarkan aturan hukum tertentu (asas

legalitas). Ketentuan-ketentuan hukum hanya dapat

dikesampingkan dalam hal kepentingan umum benar-benar

menghendaki atau penerapan suatu aturan hukum akan

melanggar dasar-dasar keadilan yang berlaku dalam

masyarakat (principles of natural justice).

2. Ada jaminan hak-hak setiap orang baik yang bersifat asasi

maupun yang tidak asasi dari tindakan pemerintah atau

pihak lainnya.

Dengan demikian, dalam suatu negara hukum setiap

kegiatan kenegaraan atau pemerintahan wajib tunduk pada

aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak

warganya, baik di bidang sipil dan politik maupun di bidang sosial,

ekonomi, dan budaya. Dengan perkataan lain, hukum

ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan

kenegaraan dan pemerintahan untuk menata masyarakat yang

damai, adil dan bermakna.

Konsep negara kesejahteraan adalah menempatkan peran

negara tidak hanya terbatas sebagai penjaga ketertiban semata,

tetapi negara juga dimungkinkan untuk ikut serta dalam segala

aspek kehidupan bermasyarakat.

Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

Pajak dan Retribusi Daerah yang telah diganti dengan UU nomor

28 Tahun 2009, yang selanjutnya disebut Retribusi Daerah, yang

dimaksud dengan Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah

7 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika jakarta, 2010, hlm1.

Page 21: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

21

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

A. Asas-Asas Penyusunan Peraturan Daerah.Hamid S. Attamimi, menyampaikan dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan, setidaknya ada beberapa

pegangan yang harus dikembangkan guna memahami asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik

(algemene beginselen van behorlijke regelgeving) secara benar,

meliputi :

Pertama, asas yang terkandung dalam Pancasila selaku

asas-asas hukum umum bagi peraturan perundang-undangan;

Kedua, asas-asas negara berdasar atas hukum selaku asas-asas

hukum umum bagi perundang-undangan; Ketiga, asas-asas

pemerintahan berdasar sistem konstitusi selaku asas-asas umum

bagi perundang-undangan, dan Keempat, asas-asas bagi

perundang-undangan yang dikembangkan oleh ahli.8

Berkenaan dengan hal tersebut pembentukan peraturan

daerah yang baik selain berpedoman pada asas-asas pembentukan

peraturan perundang-undangan yang baik (beginselen van

behoorlijke wetgeving), juga perlu dilandasi oleh asas-asas hukum

umum (algemene rechtsbeginselen), yang didalamnya terdiri dari

asas negara berdasarkan atas hukum (rechtstaat), pemerintahan

berdasarkan sistem konstitusi, dan negara berdasarkan

kedaulatan rakyat.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dalam

8 Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang Baik; GagasanPembentukan Undang-undang Berkelanjutan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm. 115

Page 22: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

22

membentuk peraturan perundang-undangan termasuk Peraturan

Daerah (Perda), harus berdasarkan pada asas-asas pembentukan

yang baik yang sejalan dengan pendapat Purnadi Purbacarakadan Soerjono Soekanto meliputi :

a. Asas Kejelasan Tujuan adalah bahwa setiap pembentukan

Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan

yang jelas yang hendak dicapai;

b. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah

bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus

dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan

perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-

undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum,

apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang;

c. Asas Kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah

bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat

dengan jenis Peraturan Perundang-undangannya;

d. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan

peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan

efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut, baik

secara filosofii, yuridis maupun sosiologis.

1) Aspek Filosofis adalah terkait dengan nilai-nilai etika dan

moral yang berlaku di masyarakat. Peraturan Daerah

yang mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi dibentuk

berdasarkan semua nilai-nilai yang baik yang ada dalam

masyarakat;

2) Aspek Yuridis adalah terkait landasan hukum yang

menjadi dasar kewenangan pembuatan Peraturan Daerah.

3) Aspek Sosiologis adalah terkait dengan bagaimana

Peraturan Daerah yang disusun tersebut dapat dipahami

Page 23: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

23

oleh masyarakat, sesuai dengan kenyataan hidup

masyarakat yang bersangkutan.

e. Asas hasil guna dan daya guna adalah bahwa setiap

peraturan perundang-undangan dibuat karena memang

benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

f. Asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap peraturan

perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis

penyusunan peraturan perundang-undangan. Sistematika

dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya

jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan

berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaanya.

g. Asas keterbukaan adalah bahwa dalam proses pembentukan

peraturan perundang-undangan mulai perencanaan,

persiapan, penyusunan dan pembahasan bersifat transparan.

Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai

kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan

masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-

undangan;

h. Asas materi muatan adalah materi muatan peraturan

perundang-undangan menurut Undang-Undang No. 10

Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan harus mengandung asas-asas sebagai berikut :

1) Asas kekeluargaan adalah mencerminkan musyawarah

untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan;

2) Asas Kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan

Peraturan Daerah senantiasa memperhatikan

kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi

muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di

Page 24: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

24

daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional

yang berdasarkan Pancasila;

3) Asas Bhinneka Tunggal Ika adalah bahwa materi muatan

Peraturan Daerah harus memperhatikan keragaman

penduduk, agama, suku, dan golongan, kondisi khusus

daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut

masalah-masalah sensitif dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

4) Asas Keadilan adalah mencerminkan keadilan secara

proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali;

5) Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan

pemerintahan adalah bahwa setiap materi muatan

peraturan daerah tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat

membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain,

agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial;

6) Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa

setiap materi muatan peraturan daerah harus dapat

menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui

jaminan adanya kepastian hukum;

7) Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah

bahwa setiap materi muatan peraturan daerah harus

mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan

keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat

dengan kepentingan bangsa dan Negara;

8) Asas pengayoman adalah memberikan perlindungan

dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat;

9) Asas kemanusiaan adalah mencerminkan perlindungan

dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat

dan martabat setiap warga negara secara proporsional;

Page 25: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

25

10) Asas Kebangsaan adalah mencerminkan sifat dan watak

Bangsa Indonesia yang pluralistik dengan tetap menjaga

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.9

Sudikno Mertokusumo, asas-asas hukum peraturan

perundang-undangan tersebut sesuai Undang-undang No. 10

Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan, dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yakni Pertama,

asas yang berkaitan dengan pembentukan atau proses Peraturan

Perundang-undangan dan; Kedua, asas yang berkaitan dengan

materi muatan atau substansi Peraturan Perundang-undangan.10

B. Asas-Asas dalam Retribusi Bidang Kebersihan dan Pertamanan

Asas-asas hukum tentang retribusi ijin gangguan, harus

juga mentaati asas-asas umum penyelenggaraan Negara, yang

meliputi :

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam Negara hukum

yang mengutamakan landasan peraturan perundang-

9 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Ikhtiar Antinomi Aliran Filsafat SebagaiLandasan Filsafat Hukum, Rajawali, Jakarta, 1985, Hlm. 47; memperkenalkan enam asasundang-undang yaitu :a. Undang-undang tidak berlaku surut;b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan

yang lebih tinggi pula;c. Undang-undang yang bersifat khuhus mengenyampingkan Undang-undang yang bersifat

umum;d. Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-undang yang berlaku

terdahulu;e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat;f. Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai

kesejahteraan spiritual dan materiil bagi masyarakat maupun individu, melaluipembaharuan dan pelestarian (Asas Welvaarstaat)

10 Sudikno Mertokusumo dalam Y. Sari Murti Widiyastuti, Ringkasan Disertasi untuk UjianPromosi Doktor Dari Dewan Penguji Sekolah Pascasarjana UGM, 12 Desember 2007, Hlm. 17;asas hukum bukan merupakan hukum konkrit melainkan merupakan pikiran dasar yangumum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat dalamdan di belakang setiap sistem hukum sebagaimana terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim.

Page 26: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

26

undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan

Penyelenggara Negara.

2. Asas tertib penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang

menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan

keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara Negara.

3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan

kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,

akomodatif, dan selektif.

4. Asas keterbukaan , yaitu asas yang membuka diri terhadap

hak masyarakat untuk memeperoleh informasi yang benar,

jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan

Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak

asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara.

5. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan

keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara

Negara.

6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan

keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Asas akuntabilitas , yaitu asas yang menentukan bahwa

setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara

Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana telah

dirubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah merupakan salah satu landasan yuridis bagi

pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-

undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi pada

Page 27: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

27

daerah Kabupaten dan Kota diselenggarakan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan dan berkeadilan serta memperhatikan

potensi dan keaneka ragaman daerah.

Otonomi yang luas bagi daerah Kabupaten/Kota pada

akhirnya seperti pisau bermata dua, di satu sisi dapat menjadi

berkah, di sisi lain dapat menjadi bencana. Kuncinya terletak pada

sumber daya manusia yang dapat mengubah berbagai kelemahan

menjadi kekuatan serta mengubah tantangan menjadi peluang.11

BAB III

MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DANKETERKAITANNYA DENGAH HUKUM POSITIF

A. Kajian Analisis Keterkaitan Dengan Hukum Positif

11 Sadu Wasistono, Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah,Fokusmedia, Jakarta, 2003, hlm. 34.

Page 28: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

28

Kajian analisis keterkaitan dengan hukum positif

dimaksudkan dalam rangka mengharmoniskan dengan hukum

positif yang telah ada, dalam Raperda ini memuat hal-hal yang

sesuai antara Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak daerah dan Retribusi Daerah, melalui bentuk matrik sebagai

berikut :

No Materi RaperdaRetribusiKebersihandanPertamanan

UU No 28/2009 TentangPajakDaerah danRetribusi Daerah

1. Ketentuan

Umum

Pasal 1 :

(2). Pemerintah daerah

adalahBupatibesertaperangkato

tonomsebagaiunsurpenyelengga

raPemerintahdaerah

(7) Pejabat adalah pegawai yang

diberi tugas tertentu di

bidangretribusi daerah sesuai

dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(8) Badan adalah sekumpulan

orang dan/atau modal yang

merupakankesatuan, baik yang

melakukanusahamaupun yang

tidakmelakukanusaha yang

meliputiperseroanterbatas,

perseroan komanditer,

perseroanlainnya, BUMN atau

BUMD dengan nama dan dalam

bentuk apapun, firma, kongsi,

dana pension, persekutuan,

perkumpulan, yayasan

organisasi massa, organisasi

social politik, atau

Pasal 1 :

(4) Pemerintah Daerah

adalahGubernur, bupati, atau

walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara

Pemerintah Daerah.

(7) pejabat adalah pegawai yang

diberi tugas tertentu di bidang

perpajakan daerah dan/atau

retribusi daerah sesuai dengan

peraturanperundang-undangan.

(11) Badan adalah sekumpulan

orang dan/atau modal yang

merupakankesatuanbaik yang

melakukanusahamaupun yang

tidak melakukan usaha yang

meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer,

perseroanlainnya, badan usaha

milik Negara (BUMN) dengan

nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi, koperasi, dana

pension, persekutuan,

perkumpulan, yayasan,

Page 29: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

29

organisasilainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya yang

termasuk kontrakinvestasi

kolektif dan bentuk usaha

tetap.

(39) Wajib retribusi adalah

orang pribadi atau badan yang

menurut peraturan perundang-

undangan retribusi diwajibkan

untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut

atau pemotong retribusi

tertentu.

(40) Masa retribusi adalah

suatu jangka waktu tertentu

yang merupakan batas waktu

bagi wajib retribusi untuk

memanfaatkan jasa dan

perizinan tertentu dari

Pemerintah Daerah.

(41) Surat Ketetapan Retribusi

daerah yang selanjutnya disebut

SKRD adalah ketetapan

retribusi yang menentukan

besarnya jumlah retribusi yang

terutang.

(42) Surat tagihan retribusi

daerah yang selanjutnya disebut

STRD adalah surat untuk

melakukan tagihan retribusi

dan/atau sanksi admnistratif

berupa bunga dan/atau denda.

organisasi politik, atau

organisasilainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya termasuk

kontrakinvestasi kolektif dan

bentuk usah atetap.

(69) Wajib retribusi adalah orang

pribadiataubadan yang menurut

peraturan perundang-undangan

retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran retribusi,

termasuk pemungutatau

pemotong retribusi tertentu.

(70) Masa Retribusi adalahsuatu

jangka waktu tertentu yang

merupakan batas waktu bagi

wajib retribusi untuk

memanfaatkan jasa dan

perizinan tertentu dari

Pemerintah daerah yang

bersangkutan.

(72) Surat Ketetapan Retribusi

Daerah, yang selanjutnya

disingkat SKRD, adalah surat

ketetapan retribusi yang

menentukan besarnya jumlah

pokok retribusi terutang.

(74) Surat Taguhan Retribusi

Daerah, yang selanjutnya

disingkat STRD, adalah surat

untuk melakukan tagihan

retribusi dan/atau sanksi

administrasi berupa bunga

dan/atau denda.

2 Objek

Retribusi

Pasal 3

(1) Objek retribusi pelayanan

persampahan/kebersihan

Pasal 112

(1) Objek retribusi pelayanan

persampahan/kebersihan,

Page 30: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

30

adalah pelayanan

persampahan/kebersihan

yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah.

(2) Objek Retribusi penyediaan

dan/atau penyedotan kakus

adalah pelayanan

penyediaan dan/atau

penyedotan kakus yang

dilakukan oleh Pemerintah

Daerah.

(3)Objek Retribusi pelayanan

pemakaman dan pengabuan

mayat meliputi:

a. Pelayanan

penguburan/pemakaman

termasuk penggalian dan

pengukuran

pembakaran/pengabuan

mayat.

b. Sewa tempat pemakanan

atau

pembakaran/pengabuan

mayat yang dimiliki atau

dikelola oleh Pemerintah

Daerah

meliputi :

a. Pengambilan/pengumpulan

sampah dari sumbernya ke lokasi

pembuangan sementara;

b. Pengangkutan sampah dari

sumbernya dan/atau lokasi

pembuangan sementara ke lokasi

pembuangan/pembuangan akhir

sampah; dan

c. Penyediaan lokasi

pembuangan/pemusnahan akhir

sampah.

3 Cara

Mengukur

Tingkat

Penggunaan

Jasa

Pasal 6,

Tingkat penggunaan jasa

retribusi pelayanan

persampahan/kebersihan

diukur berdasarkan jumlah,

klasifikasi tempar, volume dan

waktu pengangkatan.

Pasal 151 Ayat (1)

Besarnya retribusi yanng

terutang dihitung berdasarkan

perkalian antara tingkat

penggunaan jasa dengan tarif

retribusi.

4 Prinsip

penetapan

struktur dan

Pasal 7 (1)

Tingkat penggunaan jasa

retribusi pelayanan

Pasal 152 (1)

Prinsip sasaran dalam penetapan

tarif retribusi jasa umum

Page 31: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

31

besarnya

tarif

persampahan/kebersihan

adalah untuk mengganti biaya

admnistrasi, pengangkutan

sampah, penampungan

sampah, pemisahan/

pengolahan sampah dan biaya

pembinaan.

(2)

(2) Tingkat penggunaan jasa

retribusi pelayanan penyediaan

dan/atau penyedotan kakus

diukur berdasarkan volume

penyedotan.

(3) (3)

(4) Tingkat penggunaan jasa

retribusi pelayanan pemakaman

dan pengabuan mayat adalah

untuk mengganti biaya

admnstrasi, perawatan tempat

pemakaman, penguburan dan

biaya pembinaan.

ditetapkan dengan

memperhatikan biaya penyediaan

jasa yang bersangkutan,

kemampuan masyarakat, aspek

keadilan, dan efektivitas

pengendalian atas pelayanan

tersebut.

(2)

Biaya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi biaya

operasi dan pemeliharaan, biaya

bunga dan biaya modal.

(3)

Dalam hal penetapan tarif

sepenuhnya memperhatikan

biaya penyediaan jasa, penetapan

tarif hanya untuk menutup

sebagian biaya.

5 Tata cara

Pemungutan

Pasal 13 Ayat (1)

Pemungutan retribusi tidak

dapat diborongkan

Ayat (2) Retribusi dipungut

dengan menggunakan SKRD

atau dokumen lain yang

dipersamakan.

Ayat (3), dokumen lain yang

dipersamakan dapat berupa

karcis, kupon dan kartu

langganan.

Ayat (4) Hasil Pungutan

retribusi sebagaimana

dimaksud disetor secara bruto

ke kas daerah

Pasal 160 Ayat (1)

Retribusi dipungut dengan

menggunakan SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan

Ayat (2)

dokumen lain yang dipersamakan

dapat berupa karcis, kupon dan

kartu langganan.

Page 32: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

32

6 Kadaluwarsa Pasal 18 Ayat (1)

Hak untuk melakukan

penagihan retribusi menjadi

kadaluwarsa setelah melampaui

waku 3 tahun terhitung sejak

saantnya terutang retribusi,

kecuali jika wajib retribusi

melakukan tindak pidana di

bidang retribusi

Ayat (2) Kadaluwarsa penagihan

retribusi sebagaimana

dimaksud ayat (1) tertangguh

jika diterbitkan surat teguran

ada pengakuan utang retribusi

dari wajib retribusi baik

langsung maupun tidak

langsung.

Pasal 167 Ayat (1)

Hak untuk melakukan penagihan

retribusi menjadi kadaluwarsa

setelah melampaui waku 3 tahun

terhitung sejak saantnya terutang

retribusi, kecuali jika wajib

retribusi melakukan tindak

pidana di bidang retribusi

Ayat (2) Kadaluwarsa penagihan

retribusi sebagaimana dimaksud

ayat (1) tertangguh jika

diterbitkan surat teguran

ada pengakuan utang retribusi

dari wajib retribusi baik langsung

maupun tidak langsung.

7 Insentif

Pemungutan

Pasal 20 Ayat (1)

Dinas selaku pelaksana

pemungutan retribusi diberi

insentif atas dasar pencapaian

kinerja tertentu.

Ayat (2) besaran insentif

sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan melalui

anggaran pendapatan dan

belanja daerah

Ayat (3) tata cara pemberian

dan pemanfaatan insentif

sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur kemudian oleh

Bupati dengan mengacu kepada

peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 171 Ayat (1)

Instansi yang melakukan

pemungutan pajak dan retribusi

dapat diberi insentif atas dasar

pencapaian kinerja tertentu.

Ayat (2) pemberian insentif

sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan melalui anggaran

pendapatan dan belanja daerah

Ayat (3) tata cara pemberian dan

pemanfaatan insentif

sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Page 33: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

33

8 Penyidikan Pasal 22 Ayat (1)

Pejabat pegawai negeri sipil

tertentu di lingkungan

pemerintah daerah diberi

wewenang khusus sebagai

penyidik untuk melakukan

penyidikan tindak pidana di

bidang retribusi daerah.

Ayat (2) penyidik pegawai negeri

sipil sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diangkat oleh

pejabat yang berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang

berlaku.adalah pejabat pegawai

negeri sipil tertentu di

lingkungan pemerintah daerah

yang diangkat oleh pejabat yang

berwenang sesuai dengan

ketentuan perundang-

undangan.

Pasal 173 Ayat (1)

Penyidik pegawai negeri sipil

tertentu di lingkungan

pemerintah daerah diberi

wewenang khusus sebagai

penyidik untuk melakukan

penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan dan retribusi,

sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Hukum acara

Pidana.

Ayat (2) penyidik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah

pejabat pegawai negeri sipil

tertentu di lingkungan

pemerintah daerah yang diangkat

oleh pejabat yang berwenang

sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

9 Ketentuan

Pidana

Pasal 23 Ayat (1)

Wajib retribusi yang tidak

melaksanakan kewajibannya

sehingga merugikan keuangan

daerah diancam dengan pidana

kurungan paling lama 3 bulan

atau pidana denda paling

banyak tiga kali jumlah

retribusi terutang yang tidak

atau kuranng bayar.

Ayat (2) tindak pidana

sebagaimana dimaksud ayat (1)

adalah pelanggaran.

Ayat (3) denda sebagaimana

dimaksud ayat (1) merupakan

Pasal 177

Wajib retribusi yang tidak

melaksanakan kewajibannya

sehingga merugikan keuangan

daerah diancam pidana kurungan

palinng lama 3 (tiga) bulan atau

denda paling banyak 3 (tiga) kali

jumlah retribusi terutang yang

tidak atau kurang bayar.

Page 34: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

34

penerimaan negara.

B. Materi Muatan Perda

1. Ketentuan Umum

Bagian ini membahas mengenai ketentuan dan

pengertian umum dari substansi peraturan daerah ini

yang terdiri dari satu pasal dan 12 ayat.

2. Materi Pengaturan :

Materi pengaturan dengan sistematika Bab I Ketentuan

Umum yang membahas mengenai ketentuan-ketentuan

dan pengertian – pengertian yang bersifat umum dari

substansi pengaturan daerah ini.

Pada Bab II Jenis Retribusi, yang dimaksud adalah

retribusi kebersihan dan pertamanan meliputi pelayanan

persampahan/kebersihan, pelayanan penyediaan

dan/atau penyedotan kakus dan pelayanan pemakaman

dan pengabuan mayat.

Bab III Objek dan Subjek Retribusi, objek retribusi

berupa pelayanan persampahan /kebersihan,

penyediaan dan/atau penyedotan kakus, pemakaman

dan pengabuan mayat. Sedangkan subjek retribusi

adalah individu atau badan yang mendapatkan jasa

Page 35: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

35

pelayanan dari Pemerintah Daerah seperti di maksud

dalam objek retribusi.

Bab IV Golongan, yang termasuk golongan retribusi jasa

umum.

Bab V Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, diukur

berdasarkan jumlah, klasifikasitempat, volume dan

waktu pengangkatan.

Bab VI Prinsip Penetapan, Struktur dan Besarnya Tarif.

Tingkat penggunaan jasa retribusi pelayanan

persampahan/kebersihan adalah untuk mengganti biaya

administrasi, pengangkutan sampah, penampungan

sampah, pemisahan/pengolahan sampah dan biaya

pembinaan, kemudian tingkat

penggunaanjasaretribusipelayananpenyediaandan/atau

penyedotan kakus diukur berdasarkan volume

penyedotan. Untuk pelayanan pemakaman dan

pengabuan mayat adalah untuk mengganti biaya

administrasi, perawatan pemakaman, penguburan dan

biaya pembinaan.

Bab VII Wilayah Pemungutan

Bab VIII Saat Retribusi Terutang, terjadi saat ditetapkan

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

Page 36: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

36

Bab VIII Tata Cara Pemungutan, pemungutan retribusi

tidak dapat diborongkan, dipungut berdasarkan SKRD

atau dokumen lain berupa karcis, kupon dan

kartulangganan selanjutnya hasil pemungutan retribusidi

setor secara bruto ke kas daerah.

Bab IX Tata Cara Pembayaran, retribusi terutangharus

dibayarsecaratunai/lunas yang dilaksanakan di kas

daerah atau tempat lain yang ditunjuk

denganmenggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan. Pembayaran retribusi terutang selambat-

lambatnya 15 (limabekas) hari sejak diterbitkannya SKRD

atau dokumen lain yang dipersamakan.

Bab X Tata Penagihan, penagihan retribusi terutang di

dahului dengan surat teguran yang dikeluarkan

selambat-lambatnya 7 hari sejak jatuh tempo.

Bab XI Keringanan dan Pengurangan, tatacara

pengurangan dan keringanan diatur oleh Bupati.

Bab XII Kadaluwarsa, hak untuk melakukan penagihan

retribusi menjadi kadaluwarsa terhitung 3 tahun sejak

saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi

melakukan tindak pidana.

Page 37: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

37

Bab XIII Tata Cara Penghapusan Piutang Kadaluawarsa,

tatacara penghapusan piutang retribusi yang sudah

kadaluwarsa akan diatur oleh Bupati.

Bab XIV Insentif Pemungutan, dinas selaku pelaksana

pemungutan di beri insentif, besaran insentif ditetapkan

melalui Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah.

Bab XV Sanksi Administrasi, dalam hal wajib retribusi

tidak membayar atau kurang membayar dikenakan

sanksi administrative berupa denda sebesar 2 % setiap

bulan dari retribusi yang terutang.

Bab XVI Penyidikan, berisi kewenangan penyidikan bagi

PPNS tertentu.

Bab XVII Ketentuan Pidana, Wajib retribusi yang

diancam dengan pidana kuruangan atau pidana denda,

dan tindak pidana termasuk dalampelanggaran.

Bab XIX Ketentuan Penutup, berisi mengenai berlakunya

Retribusi bidang kebersihan dan pertamanan, dan

mencabut ketentuan perda retribusi terdahulu.

BAB IVPENUTUP

Peraturan daerah tentang retribusi bidang kebersihan dan

pertamanan memberikan faradigma baru dalam penataan

Page 38: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

38

kehidupan masyarakat kabupaten Cianjur menuju ketertiban

masyarakat, dengan terkumpulnya aset daerah dalam

meningkatkan pendapatan asli daerah.

Pada dasarnya penetapan retribusi bidang kebersihan dan

pertamanan merupakan bagian kebijakan pemerintah daerah

dalam rangka meningkatkan sumber pendapatan daerah yang

lebih berorientasi pada nilai keadilan dan meningkatkan

kesejateraan masyarakat Cianjur melalui peningkatan efisiensi

dan produktifitas kerja, hal tersebut dapat dilakukan dengan

pembangunan kualitas sumber daya manusia dan pembagunan

teknologi yang tepat guna. Berdasarkan hal tersebut dapat

dirumuskan kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan :1. Landasan hukum dan kerangka pemikiran bagi Rancangan

Peraturan Daerah tentang Retribusi bidang kebersihan dan

pertamanan adalah dasar hukum yang menjadi dasar hukum

dalam raperda bidang kebersihan dan pertamanan, dengan

kerangka pemikiran, bahwa raperda retribusi bidang

kebersihan dan pertamanan untuk meningkatkan pelayanan

persampahan/kebersihan, pelayanan penyediaan dan/atau

penyedotan kakus, dan pelayanan pemakaman dan penguburan

mayat.

2. Bahan dan data untuk pembanding antara peraturan

perundang-undangan yang ada dalam merancang Raperda

Retribusi bidang kebersihan dan pertamanan di Kabupaten

Cianjur menggunakan Undang- Undang No 28/2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

B. Saran

Page 39: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

39

Setelah mempelajari dan mengkaji berbagai fakta dan data

yang ada, kami memberikan saran-saran :

1. Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur tentang

Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan, mengakibatkan perlunya

pembentukan peraturan Bupati sebagai pengaturan lebih

lanjut pelaksanaan Peraturan Daerah ini

2. Perlu adanya peraturan daerah tentang Pengawasan

Pelaksanaan Retribusi bidang kebersihan dan pertamanan

untuk memperjelas Pendapatan Daerah melalui Retribusi

bidang kebersihan dan pertamanan dapat terselenggara

dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik,Sinar Grafika jakarta, 2010

Page 40: Na Bid Kebersihan & Pertamanan 2

40

A. Tresna Sastrawijaya.Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta.Jakarta.2000.

Chabib Soleh. Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah. Sebuahpendekatan struktural menuju tata kelola pemerintahanyang baik. Fokusmedia.Bandung. 2010

Franz Magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral DasarKenegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

M. Suparmoko. Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan. BPFEYogyakarta. 2006

Sadu Wasistono, Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah,Fokusmedia, Jakarta, 2003,

Sudikno Mertokusumo dalam Y. Sari Murti Widiyastuti, RingkasanDisertasi untuk Ujian Promosi Doktor Dari Dewan PengujiSekolah Pascasarjana UGM, 12 Desember 2007

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Ikhtiar AntinomiAliran Filsafat Sebagai Landasan Filsafat Hukum, Rajawali,Jakarta, 1985

Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undanganyang Baik; Gagasan Pembentukan Undang-undangBerkelanjutan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009

Y.Sri Pudyatmoko, Perizinan Problem Dan Upaya Pembenahan,Gramedia, Jakarta, 2009