Myasthenia gravis

4
Myasthenia Gravis Myasthenia gravis memiliki beberapa gejala klinis antara lain (Belladona, 2010): a. Kelemahan otot okuler Ptosis, diplopia, otot mimik b. Kelemahan otot bulbar 1) Otot-otot lidah Regurgitasi nasal Kesulitan dalam mengunyah Kelemahan rahang berat dapat menyebabkan rahang terbuka Kesulitan menelan dan aspirasi dapat terjadi dengan cairan batuk dan tercekik saat minum 2) Otot-otot leher Otot-otot fleksor leher lebih terpengaruh daripada otot-otot ekstensor c. Kelemahan otot anggota gerak Anggota gerak atas lebih sering dibandingkan dengan anggota gerak bawah. d. Kelemahan otot pernapasan Kelemahan m. intercostales dan diaphragma menyebabkan retensi CO2 hipoventilasi. Termasuk ke dalam kedaruratan neuromuskular. Klasifikasi myasthenia gravis menurut Osserman (Belladona, 2010):

description

Myasthenia gravis dan bell's palsy

Transcript of Myasthenia gravis

Myasthenia GravisMyasthenia gravis memiliki beberapa gejala klinis antara lain (Belladona, 2010):

a. Kelemahan otot okuler

Ptosis, diplopia, otot mimik

b. Kelemahan otot bulbar

1) Otot-otot lidah

Regurgitasi nasal

Kesulitan dalam mengunyah

Kelemahan rahang berat dapat menyebabkan rahang terbuka

Kesulitan menelan dan aspirasi dapat terjadi dengan cairan (batuk dan tercekik saat minum

2) Otot-otot leher

Otot-otot fleksor leher lebih terpengaruh daripada otot-otot ekstensor

c. Kelemahan otot anggota gerak

Anggota gerak atas lebih sering dibandingkan dengan anggota gerak bawah.

d. Kelemahan otot pernapasan

Kelemahan m. intercostales dan diaphragma menyebabkan retensi CO2 ( hipoventilasi. Termasuk ke dalam kedaruratan neuromuskular.Klasifikasi myasthenia gravis menurut Osserman (Belladona, 2010):

1. Miastenia okuler

2. A. Miastenia umum derajat ringan

B. Miastenia umum derajat sedang

3. Miastenia fulminasi akut

4. Miastenia berat yang berkembang lamban

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan (Belladona, 2010):

a. Anti-acetylcholine receptor antibody

b. Anti-striated muscle

c. Interleukin-2 Receptors

d. Imaging dengan X-Ray thoraks untuk melihat adanya timoma, dan CT Scan thoraks untuk identifikasi timoma.Bells Palsy

Manifestasi klinik pada bells palsy dapat berbeda-beda, tergantung tempat lesi (Lowis&Gaharu, 2012):1. Foramen stylomastoid

Paralisis semua otot ekspresi wajah. Saat menutup mata, kedua mata akan melakukan rotasi ke atas (Bells phenomenon). Mata dapat terasa berair karena aliran air mata ke sakus lakrimalis yang dibantu m. orbikularis okuli terganggu. Saat mengunyah makanan, makanan akan tersimpan antara gigi dan pipi akibat gangguan gerakan wajah dan air liur keluar dari sudut mulut.

2. Lesi di kanalis fasialis (di atas persimpangan dengan korda timpani, di bawah ganglion genikulatum)

Seperti lesi pada foramen stylomastoid ditambah dengan hilangnya pengecapan pada dua pertiga anterior lidah pada sisi yang sama.

3. Lesi di saraf yang menuju M. Stapedius

Hiperakusis atau sensitivitas nyeri pada suara keras.

4. Lesi di ganglion genikulatum

Akan muncul lakrimasi dan berkurangnya salivasi, serta dapat menimbulkan N. Vestibulocochlearis

Pemeriksaan klinis pada Bells palsy akan ditemukan kelemahan pada seluruh wajah sisi yang terkena. Dapat juga ditemukan Bells phenomenon dan hiperakusis (Lowis & Gaharu, 2012).

House-Brackmann Facial Grading

Dafpus

Belladona, M. 2010. Myastenia Gravis. Semarang: UNDIP.

Lowis N, Gaharu MN. 2012. Bells Palsy: Diagnosis dan Tatalaksana di Layanan Primer. J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 1, Januari 2012