Myasthenia gravis
-
Upload
yolanda-shinta -
Category
Documents
-
view
10 -
download
1
description
Transcript of Myasthenia gravis
Myasthenia GravisMyasthenia gravis memiliki beberapa gejala klinis antara lain (Belladona, 2010):
a. Kelemahan otot okuler
Ptosis, diplopia, otot mimik
b. Kelemahan otot bulbar
1) Otot-otot lidah
Regurgitasi nasal
Kesulitan dalam mengunyah
Kelemahan rahang berat dapat menyebabkan rahang terbuka
Kesulitan menelan dan aspirasi dapat terjadi dengan cairan (batuk dan tercekik saat minum
2) Otot-otot leher
Otot-otot fleksor leher lebih terpengaruh daripada otot-otot ekstensor
c. Kelemahan otot anggota gerak
Anggota gerak atas lebih sering dibandingkan dengan anggota gerak bawah.
d. Kelemahan otot pernapasan
Kelemahan m. intercostales dan diaphragma menyebabkan retensi CO2 ( hipoventilasi. Termasuk ke dalam kedaruratan neuromuskular.Klasifikasi myasthenia gravis menurut Osserman (Belladona, 2010):
1. Miastenia okuler
2. A. Miastenia umum derajat ringan
B. Miastenia umum derajat sedang
3. Miastenia fulminasi akut
4. Miastenia berat yang berkembang lamban
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan (Belladona, 2010):
a. Anti-acetylcholine receptor antibody
b. Anti-striated muscle
c. Interleukin-2 Receptors
d. Imaging dengan X-Ray thoraks untuk melihat adanya timoma, dan CT Scan thoraks untuk identifikasi timoma.Bells Palsy
Manifestasi klinik pada bells palsy dapat berbeda-beda, tergantung tempat lesi (Lowis&Gaharu, 2012):1. Foramen stylomastoid
Paralisis semua otot ekspresi wajah. Saat menutup mata, kedua mata akan melakukan rotasi ke atas (Bells phenomenon). Mata dapat terasa berair karena aliran air mata ke sakus lakrimalis yang dibantu m. orbikularis okuli terganggu. Saat mengunyah makanan, makanan akan tersimpan antara gigi dan pipi akibat gangguan gerakan wajah dan air liur keluar dari sudut mulut.
2. Lesi di kanalis fasialis (di atas persimpangan dengan korda timpani, di bawah ganglion genikulatum)
Seperti lesi pada foramen stylomastoid ditambah dengan hilangnya pengecapan pada dua pertiga anterior lidah pada sisi yang sama.
3. Lesi di saraf yang menuju M. Stapedius
Hiperakusis atau sensitivitas nyeri pada suara keras.
4. Lesi di ganglion genikulatum
Akan muncul lakrimasi dan berkurangnya salivasi, serta dapat menimbulkan N. Vestibulocochlearis
Pemeriksaan klinis pada Bells palsy akan ditemukan kelemahan pada seluruh wajah sisi yang terkena. Dapat juga ditemukan Bells phenomenon dan hiperakusis (Lowis & Gaharu, 2012).
House-Brackmann Facial Grading
Dafpus
Belladona, M. 2010. Myastenia Gravis. Semarang: UNDIP.
Lowis N, Gaharu MN. 2012. Bells Palsy: Diagnosis dan Tatalaksana di Layanan Primer. J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 1, Januari 2012