87514782 Refrat Myasthenia Okular
-
Upload
raphaelchristie -
Category
Documents
-
view
46 -
download
1
description
Transcript of 87514782 Refrat Myasthenia Okular
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Miastenia gravis merupakan bagian dari penyakit neuromuskular.
Miastenia gravis adalah gangguan yang memengaruhi transmisi
neuromuskular pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang
(volunter). Miastenia gravis merupakan kelemahan otot yang parah dan satu-
satunya penyakit neuromuskular dengan gabungan antara cepatnya terjadi
kelelahan otot-otot volunter dan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu
10-20 kali lebih lama dari normal). (Price dan Wilson, 1995).
Perkiraan jumlah orang yang terkena myasthenia gravis (MG) bervariasi,
mulai dari 5 sampai 14 orang per 100.000. Hal ini terjadi pada semua
kelompok etnis dan kedua jenis kelamin. Paling umumnya terjadi pada wanita
dewasa muda (dibawah 40) dan laki-laki yang lebih tua (lebih dari60).
Myasthenia gravis (MG) dapat terjadi pada semua usia. Anak-anak kadang-
kadang juga bisa terkena penyakit ini. Myasthenia gravis (MG) tidak
diturunkan melalui keluarga. Penyakit ini jarang terjadi di lebih dari satu
anggota keluarga yang sama. Jika seorang wanita dengan myasthenia gravis
(MG) memiliki keturunan, terkadang keturunannya mendapat antibodi dari ibu
dan memiliki gejala myasthenia gravis (MG) selama beberapa minggu atau
beberapa bulans etelah dilahirkan. Hal ini disebut juga neonatal myasthenia
gravis (MG). Gejala-gejala tersebutdapat diobati dan keturunannya tersebut
tidak memiliki myasthenia gravis (MG) yang permanen.6
Tingkat kematian masa lampau dapat sampai 90 %. Kematian biasanya
disebabkan oleh insufisiensi pernafasan. Jumlah kematian telah berhasil
dikurangi secara drastic sejak tersedia obat-obatan serta unit-unit perawatan
pernapasan. Remisi spontan dapat terjadi pada 10 % hingga 20 % pasien dan
dapat dicapai dengan melakukan timektomi elektif pada pasien-pasien
tertentu. Yang paling cocok untuk menjalani cara ini adalah wanita muda yang
masih dini keadaannya dan tidak berespon baik dengan pengobatan.6
1
B. TUJUAN
Tujuan refrat ini adalah untuk memenuhi persyaratan menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata Universitas
Tarumanagara Jakarta di Rumah Sakit Daerah Kudus.
C. MANFAAT
1. Menambah informasi dan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca
refrat mengenai Myasthenia Okular
2. Dapat bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran untuk belajar secara
mendalam, mampu menegakkan diagnosa, dan memahami
penatalaksanaan Myasthenia Okular.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Bila penderita
beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.
Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari synaptic transmission atau pada
neuromuscular junction.11
Miastenia gravis adalah gangguan fungsi neuromuskular yang diduga
disebabkan oleh adanya antibodi terhadap reseptor asetilkolin pada persambungan
neuromuskular; ciri-cirinya meliputi kelelahan dan kehabisan tenaga pada system
muskular dengan kecenderungan berfluktuasi dalam keparahan, tanpa gangguan
sensorik atau atrofi (Dorland, 2006).
OCULAR MYASTHENIA GRAVIS
B. Etiologi
Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan
transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf dan
unsur otot. Pada ujung akson motor neuron terdapat partikel -partikel globuler
yang merupakan penimbunan asetilkolin (ACh). Jika rangsangan motorik tiba
pada ujung akson, partikel globuler pecah dan ACh dibebaskan yang dapat
memindahkan gaya saraf yang kemudian bereaksi dengan ACh Reseptor (AChR)
3
pada membran postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran ion pada membran serat
otot dan menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan demikian
terjadilah kontraksi otot.1
Penyebab pasti gangguan transmisi neuromuskuler pada Miastenia gravis
tidak diketahui. Dulu dikatakan, pada Miastenia gravis terdapat kekurangan ACh
atau kelebihan kolinesterase, tetapi menurut teori terakhir, faktor imunologik yang
paling banyak berperanan.5
Etiologi :
1) Autoimun : direct mediated antibody
2) Virus
3) Pembedahan
4) Stres
5) Alkohol
6) Tumor mediastinum
7) Obat-obatan :
- Antibiotik (Aminoglycosides, ciprofloxacin, ampicillin, erythromycin)
- B-blocker (propranolol)
- Lithium
- Magnesium
- Procainamide
4
- Verapamil
- Chloroquine
- Prednisone
C. Patofisiologi
Ketika sebuah potensial aksi bergerak ke motor neuron dan mencapai
motor end plate, molekulasetilkolin (Ach) dilepaskan dari vesikel presinaptik,
melalui neuromuscular junction dan kemudian akan berinteraksi dengan reseptor
Ach (AchRs) di membrane postsinaptik. Kanal-kanal di AchRs terbuka,
memungkinkan Na + dan kation lain untuk masuk ke dalam serat ototdan
menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi yang terus menerus terjadi akan
berkumpul menjadi satu, dan jika depolarisasi yang terkumpul cukup besar, maka
akan memicu timbulnya potensial aksi, yang bergerak sepanjang serat otot untuk
menghasilkan kontraksi. Pada myasthenia gravis (MG), ada pengurangan jumlah
AchRs yang tersedia di motor endplate atau mendatarnya lipatan pada membran
postsinaptik yang menyebabkan pengurangan jumlah reseptor pada motor
endplates, sehingga depolarisasi yang terjadi pada motor endplate lebih sedikit
dan tidak terkumpul menjadi potensial aksi. Akhir. Hasilnya adalah sebuah
transmisi neuromuskuler tidak efisien. Tiga mekanisme yang didapatkan dari
penelitian antara lain:auto antibodies terhadap reseptor AChR dan menginduksi
endositosis, sehingga terjadi deplesi AChR pada membran postsinaptik,
autoantibodies sendiri menyebabkan gangguan fungsi AChR dengan memblokir
situs-situs tempat terikatnya asetilkolin dan auto antibodies menyebabkan
kerusakan pada motor endplates sehingga menyebabkan hilangnya sejumlah
AChR.2
5
Penyakit ini tidak mempengaruhi otot polos dan jantung karena mereka
memiliki antigenisitas reseptor kolinergik yang berbeda. Peran timus dalam
pathogenesis myasthenia gravis (MG) tidak sepenuhnya jelas, tetapi 75% dari
pasien myasthenia gravis (MG) memiliki beberapa derajat kelainan timus
(misalnya, hiperplasia pada 85% kasus, thymoma dalam 15% kasus). Mengingat
fungsi kekebalan timus dan adanya perbaikan klinis setelah dilakukan tindakan
thymectomy,timus diduga menjadi tempat pembentukan autoantibodi. Namun,
stimulus yang memulai proses autoimun belum teridentifikasi.2
6
D. Tanda dan Gejala Klinis
Keluhan awal yang biasanya terjadi adalah kelemahan otot spesifik bukan
kelemahan otot yang umum dan kondisinya memburuk biasanya berfluktuasi
selama beberapa jam. Tidak terlalu terlihat pada pagi hari dan biasanya memburuk
seiring berjalannya hari.8
Sering terjadi
Jarang terjadi
Otot-otot gejala
Ocular Ptosis dan penglihatan
ganda
Wajah Kesulitan mengunyah,
menelan, dan berbicara
Leher Kesulitan mengangkat
kepala saat posisi telentang
Ekstremitas proksimal Kesulitan mengangkat
lengan setinggi bahu dan
kesulitan berdiri dari posisi
duduk dengan bantuan
tangan
pernapasan Gangguan pernapasan dan
kesulitan untuk bangundari
posisi tertidur
Ekstremitas distal Kelemahan saat
mengenggam dan
kelemahan
pada pergelangan dan kaki
Gejala pada Mata
Di antara pasien, 75% awalnya mengeluh gangguan mata, terutama ptosis
dan diplopia. Akhirnya, 90% dari pasien dengan MG mengembangkan gejala-
gejala okular. Mungkin ptosis unilateral atau bilateral, dan akan beralih dari mata
ke mata . Ptosis biasanya yang paling menonjol dan terjadi setelah berkedip
beberapa kali. Dalam kasus ptosis unilateral, mata yang tidak ptosis akan
7
mengalami ptosis jika mata yang ptosis di buka dengan menggunakan jari (Hering
fenomena). Keterlibatan otot luar mata tidak mengikuti pola tertentu. Setiap
gangguan motilitas okular yang didapatkan dengan ptosis dan reflek pupil
didapatkan normal, harus mengarahkan kecurigaan pada myasthenia gravis MG.2
Ocular MG dikategorikan sebagai kelemahan dan kelelahan yang
tersembunyi dan membahayakan yang dapat terjadi pada satu atau kedua kelopak
mata atau otot bola mata . Jika meliputi kelopak mata yang jatuh biasanya dikenal
sebagai ptosis ; yang mengenai otot extraocular maka pasien akan melihat dobel
pada arah otot yang lemah.4
Dalam hal ini mungkin akan melihat baik kesemua arah kecuali keatas ,
dimana salah satu otot elevatornya lemah . Untuk mengkompensasi kelemahan
tersebut penderita dapat memiringkan kepalanya atau memutar wajahnya kearah
otot yang lebih kuat . Sebagai contoh penderita akan memiringkan kepalanya
kebelakang ,meskipun matanya relative melihat kearah bawah yang diakibatkan
dari kelemahan otot elevator .3
Kekuatan otot mata pada MG setara dengan menelan , berbicara serta
kekuatan kaki yang mungkin normal atau sedikit berpengaruh ketika penderita
beristirahat , tetapi biasanya kelemahan tersebut dapat dihilangkan dengan
latihan.14
Dalam hal ini tanyakan ke penderita untuk melihat keatas selama 60 detik ,
dengan demikian tes ketahanan otot vertical mata dan kelopak atas dilakukan
secara bergantian , penderita mungkin akan mengalani perubahan kelemahan dari
normal ke extreme dengan diplopia yang mencolok atau ptosis .12
Meskipun gerakan mata keatas dilakukan diawal , otot extraocular tidak
akan mengikuti . Kelemahan dari gerakan mata pada horizontal pun biasanya
8
sama . Pada dasarnya banyak contoh dari tidak berfungsinya otot gerak mata yang
mungkin berkembang tetapi dihambat oleh kelumpuhan otot atau
ketidakmampuan mata untuk berkembang , kadang pada kondisi medis lain seperi
stroke , tumors , thyroid , infeksi dan multiple sclerosis . 15
Gejala dan tanda umum
Kelemahan otot penderita semakin lama akan semakin memburuk.
Kelemahan terjadi pada otot wajah, ekstremitas, orofaringeal dan pernapasan,
tanpa tanda-tanda defisit neurologis lainnya,seperti gangguan sensorik, perubahan
refleks fisiologis tendon, atau atropi otot. Sewaktu-waktu dapat pula timbul
kelemahan dari otot masseter sehingga mulut penderita sukar untuk ditutup.
Paresis dari pallatum molle dan laring akan menimbulkan kesukaran menelan,
berbicara, suara sengau. Kelemahan yang terjadi pada otot-otot ekstremitas lebih
menyerupai kelemahan pada miopati proksimal dari pada kelemahan otot distal.
Kelemahan otot-otot ekstremitas pada khususnya yang timbul sebagai sebuah
gejala jarang terjadi dan prevalensinya hanya 10% saja. Selain itu dapat pula
timbul kelemahan dari otot faring, lidah, pallatum molle, Selain itu bila penderita
minum air, mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya9
Beberapa faktor berikut dapat membuat Myasthenia Gravis memburuk:
Kelelahan, kurang tidur
Stres, kecemasan, Depresi
Kelelahan, gerakan berulang
9
Rasa takut yang muncul secara tiba-tiba, kemarahan ekstrim
Sinar matahari atau lampu terang (mempengaruhi mata)
Beberapa obat, termasuk beta blocker, calcium channel blockers, dan
beberapaantibiotik
Minuman beralkohol
Rendah kadar natrium atau tingkat tiroid yang rendah
Infeksi dan penyakit pernafasan dapat memperburuk kelemahan dan
mungkin tetaptimbul sebentar setalah penyakit / infeksi tersebut sembuh.
Stres karena operasi juga dapat membuat MG memburuk.
Penyakit ini dapat meningkat selama waktu-waktu tertentu dari siklus
menstruasi wanita.
E. KLASIFIKASI MIASTENIA GRAVIS
Klasifikasi miastenia gravis secara umum dapat dibagi menjadi 5:
1. Kelompok I: Miastenia ocular
Hanya menyerang otot-otot okular, disertai ptosis dan diplopia. Sangat ringan,
tidak ada kasus kematian.
2. Kelompok IIA: Miastenia umum ringan
Awitan lambat, biasanya pada mata, lambat laun menyebar ke otot-otot rangka
dan bulbar. System pernapasan tidak terkena. Respon terhadap terapi obat baik.
Angka kematian rendah.
3. Kelompok IIB: Miastenia umum sedang
Awitan bertahap dan sering disertai gejala-gejala okular, lalu berlanjut semakin
berat dengan terserangnya seluruh otot-otot rangka dan bulbar. Disartria, disfagia
dan sukar mengunyah lebih nyata dibanding miastenia gravis umum ringan. Otot-
otot pernapasan tidak terkena. Respon terhadap terapi obat kurang memuaskan,
aktivitas pasien terbatas, angka kematian rendah.
4. Kelompok III: Miastenia berat akut
Awitan yang cepat dengan kelemahan otot-otot rangka dan bulbar yang berat
disertai mulai terserangnya otot-otot pernapasan. Biasanya penyakit berkembang
maksimal dalam waktu 6 bulan. Respon terhadap obat buruk. Insiden krisis
miastenik, kolinergik maupun krisis ganbungan keduanya tinggi. Tingkat
10
kematian tinggi.
5. Kelompok IV: Miastenia berat lanjut
Timbul paling sedikit dua tahun sesudah awitan gejala-gejala kelompok I atau II.
Miastenia gravis berkembang secara perlahan-lahan atau secara tiba-tiba. Respon
terhadap obat dan prognosis buruk.10
Menurut Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA), miastenia gravis
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas I Adanya kelemahan otot-otot ocullar, kelemahan pada saat menutup mata dan kekuatan otot-otot lain normal
Kelas II Terdapat kelemahan otot okular yang semakin parah, serta adanya kelemahan ringan pada otot-otot lain selain otot okular.
Kelas IIa Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, atau keduanya. Juga terdapat kelemahan otot-otot orofaringeal yang ringan
Kelas IIb Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan atau keduanya. Kelemahan pada otot-otot anggota tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan
dibandingkan klas IIa.
Kelas III Terdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular. Sedangkan otot-otot lain selain otot-otot ocular mengalami kelemahan tingkat sedang
Kelas III a Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya secara predominan. Terdapat kelemahan otot orofaringeal yang ringan
Kelas III b Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya secara predominan. Terdapat kelemahan otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial,
atau keduanya dalam derajat ringan.
Kelas IV Otot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan dalam derajat yang berat, sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan dalam berbagai
derajat
Kelas IV a Secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau otot-otot aksial. Otot orofaringeal mengalami kelemahan dalam derajat ringan
Kelas IV b Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan atau keduanya secara predominan. Selain itu juga terdapat kelemahan pada otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya dengan derajat ringan. Penderita menggunakan
feeding tube tanpa dilakukan intubasi.
Kelas V Penderita ter-intubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.
Klasifikasi menurut osserman ada 4 tipe :
1. Ocular miastenia
11
terkenanya otot-otot mata saja, dengan ptosis dan diplopia sangat ringan dan tidak ada kematian
2. Generalized myiastheniaa) Mild generalized myiasthenia
Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet dan bulber. System pernafasan tidak terkena. Respon terhadap otot baik.
b) Moderate generalized myasthenia
Kelemahan hebat dari otot-otot skelet dan bulbar dan respon terhadap obat tidak memuaskan.
3. Severe generalized myasthenia
A. Acute fulmating myasthenia
Permulaan cepat, kelemahan hebat dari otot-otot pernafasan, progresi penyakit biasanya komplit dalam 6 bulan. Respon terhadap obat kurang memuaskan, aktivitas penderita terbatas dan mortilitas tinggi, insidens tinggi thymoma
B. Late severe myasthenia
Timbul paling sedikit 2 tahun setelah kelompok I dan II progresif dari myasthenia gravis dapat pelan-pelan atau mendadak, prosentase thymoma kedua paling tinggi. Respon terhadap obat dan prognosis jelek
4. Myasthenia crisis
Menjadi cepat buruknya keadaan penderita myasthenia gravis dapat disebabkan :
pekerjaan fisik yang berlebihan emosi infeksi melahirkan anak progresif dari penyakit obat-obatan yang dapat menyebabkan neuro muskuler, misalnya
streptomisin, neomisisn, kurare, kloroform, eter, morfin sedative dan muscle relaxan.
Penggunaan urus-urus enema disebabkan oleh karena hilangnya kalium
Secara sederhana, Miastenia gravis juga dapat dikelompokkan seperti dibawah ini:
12
Miastenia gravis dengan ptosis atau diplopia ringan. Miastenia gravis dengan ptosis, diplopi, dan kelemahan otot-otot untuk
untuk mengunyah, menelan, dan berbicara. Otot-otot anggota tubuh pun dapat ikut menjadi lemah. Pernapasan tidak terganggu.
Miastenia Gravis yang berlangsung secara cepat dengan kelemahan otot-otot oculobulbar. Pernapasan tidak terganggu. Penderita dapat meninggal dunia.
Biasanya gejala-gejala miastenia gravis sepeti ptosis dan strabismus tidak akan
tampak pada waktu pagi hari. Di waktu sore hari atau dalam cuaca panas, gejala-
gejala itu akan tampak lebih jelas. Pada pemeriksaan, tonus otot tampaknya agak
menurun.13
F. DIAGNOSIS MIASTENIA GRAVIS
1.Pemeriksaan Fisik
Untuk penegakan diagnosis miastenia gravis, dapat dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut:
Penderita ditugaskan untuk menghitung dengan suara yang keras. Lama
kelamaan akan terdengar bahwa suaranya bertambah lemah dan menjadi
kurang terang. Penderita menjadi anartris dan afonis.
Penderita ditugaskan untuk mengedipkan matanya secara terus-menerus.
Lama kelamaan akan timbul ptosis. Setelah suara penderita menjadi parau
atau tampak ada ptosis, maka penderita disuruh beristirahat.. Kemudian
tampak bahwa suaranya akan kembali baik dan ptosis juga tidak tampak lagi.
Uji kelelahan otot
Pada MG okuler, tes kelelahan dapat dilakukan dengan meminta pasien
untuk berkedip berulang kali atau menatap ke atas selama beberapa saat (uji
Simpson). Meningkatnya penurunan kerja otot adalah tanda kelelahan.
Fenomena ptosis ditingkatkan´ dapat ditunjukkan pada pasien dengan ptosis
bilateral dengan meninggikan dan menjaga kelopak mata yang lebih ptotic
dalam posisi yang tetap. Kelopak mata berlawanan perlahan jatuh dan
mungkin akan menutup sepenuhnya.Tanda kedutan kelopak mata merupakan
cara lain untuk menguji kelelahan otot. Pasiendiarahkan untuk melihat ke
bawah selama 10-15 detik dan kemudian kembali dengan cepat dalam posisi
semula. Pengamatan pada gerak kelopak mata yang lebih keatas ditambah
13
dengan kedutan dan diikuti oleh reposisi kembali ke kondisi
ptosis,mengidentifikasi kelelahan yang mudah terjadi dan pemulihan yang
cepat dari otot.Tanda mengintip terjadi ketika fisura palpebral melebar setelah
periode penutupan kelopak mata secara volunteer.11
Muscle Grading Chart
Musle Gradation Description
5-normal ROM lengkap melawan gravitasi dengan tahanan penuh
4-baik ROM lengkap melawan gravitasi dengan tahanan sedang
3-sedang ROM penuh melawan gravitasi
2-lemah ROM penuh, dieliminir oleh gravitasi
1-batas Kontraksi ringan, tanpa gerak sendi
0-nol Tanpa kontraksi (Rachmah, 2008).
Tes Lainnya :
Tensilon atau Prostigmin tes
Untuk uji tensilon, disuntikkan 2 mg tensilon secara intravena, bila tidak
terdapat reaksi maka disuntikkan lagi sebanyak 8 mg tensilon secara
intravena. Segera sesudah tensilon disuntikkan hendaknya diperhatikan otot-
otot yang lemah seperti misalnya kelopak mata yang memperlihatkan ptosis.
Bila kelemahan itu benar disebabkan oleh miastenia gravis,maka ptosis itu
akan segera lenyap. Pada uiji ini kelopak mata yang lemah harus diperhatikan
dengan sangat seksama, karena efektivitas tensilon sangat singkat.Pada tes
Prostigmin suntikkan 3 cc atau 1,5 mg prostigmin merhylsulfat secara
intramuskular (bila perlu, diberikan pula atropin ¼ atau ½ mg). Bila
kelemahan itu benar disebabkan oleh miastenia gravis maka gejala-gejala
seperti misalnya ptosis, strabismusatau kelemahan lain tidak lama kemudian
akan lenyap.
Uji Kinin
Diberikan 3 tablet kinina masing-masing 200 mg. 3 jam kemudian
diberikan 3 tablet lagi(masing-masing 200 mg per tablet). Bila kelemahan itu
benar disebabkan oleh miastenia gravis, maka gejala seperti ptosis, strabismus,
dan lain-lain akan bertambah berat. Untuk uji ini, sebaiknya disiapkan juga
injeksi prostigmin, agar gejala-gejala miastenik tidak bertambah berat.
14
2 Pemeriksaan Laboratorium
Anti-asetilkolin reseptor antibody
Hasil dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu
miastenia gravis, dimana terdapat hasil yang postitif pada 74% pasien. 80%
dari penderita miastenia gravis generalisata dan 50% dari penderita dengan
miastenia okular murni menunjukkan hasil tes anti-asetilkolinreseptor antibodi
yang positif. Pada pasien thymoma tanpa miastenia gravis sering kali terjadi
false positive anti-AChR antibodi. Rata-rata titer antibody pada pemeriksaan
anti-asetilkolin reseptor antibody, yang dilakukan olehTidall, di sampaikan
pada tabel berikut:
Tabel 1. Prevalensi dan Titer Anti-AChR Ab pada Pasien Miastenia Gravis
Osserman Class Mean antibody Titer Percent Positive
R 0.79 24
I 2.17 55
IIA 49.8 80
IIB 57.9 100
III 78.5 100
IV 205.3 89
Klasifikasi : R = remission, I = ocular only, IIA = mild generalized, IIB =
moderate generalized,III = acute severe, IV = chronic sever
Pada tabel ini menunjukkan bahwa titer antibodi lebih tinggi pada penderita
miastenia gravis dalam kondisi yang parah, walaupun titer tersebut tidak dapat
digunakan untuk memprediksikanderajat penyakit miastenia gravis.
Antistriated muscle (anti-SM) antibody
Merupakan salah satu tes yang penting pada penderita miastenia gravis. Tes
ini menunjukkanhasil positif pada sekitar 84% pasien yang menderita
thymoma dalam usia kurang dari 40 tahun.Pada pasien tanpa thymoma dengan
usia lebih dari 40 tahun, anti-SM Ab dapat menunjukkanhasil positif.
15
Anti-muscle-specific kinase (MuSK) antibodies
Hampir 50% penderita miastenia gravis yang menunjukkan hasil anti-AChR
Ab negatif (miastenia gravis seronegarif), menunjukkan hasil yang positif
untuk anti-MuSK Ab.
Antistriational antibodies
Dalam serum beberapa pasien dengan miastenia gravis menunjukkan adanya
antibody yang berikatan dalam pola cross-striational pada otot rangka dan otot
jantung penderita. Antibodi ini bereaksi dengan epitop pada reseptor protein
titin dan ryanodine (RyR). Antibody ini selaludikaitkan dengan pasien
thymoma dengan miastenia gravis pada usia muda. Terdeteksinya titin/RyR
antibody merupakan suatu kecurigaaan yang kuat akan adanya thymoma pada
pasienmuda dengan miastenia gravis.
3. Imaging
Chest x-ray
(foto roentgen thorak) dapat dilakukan dalam posisi anteroposterior dan lateral.
Pada roentgen thorak, thymoma dapat diidentifikasi sebagai suatu massa pada
bagian anterior mediastinum.
Hasil roentgen yang deficit belum tentu dapat menyingkirkan adanya thymoma
ukurankecil, sehingga terkadang perlu dilakukan chest Ct-scan untuk
mengidentifikasi thymoma pada semua kasus miastenia gravis, terutama pada
penderita dengan usia tua.
MRI
Pada otak dan orbita sebaiknya tidak digunakan sebagai pemeriksaan rutin. MRI
dapat digunakan apabila diagnosis miastenia gravis tidak dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan penunjang lainnya dan untuk mencari penyebab deficit pada
saraf otak.
16
G. Diagnosis Banding
Gangguan dari neuromuskuler junction (NMJ) secara klinis heterogen. Ekspresi
klinis darigangguan ini adalah fitur miasthenik dalam bentuk kelemahan otot
variabel dan kelelahan.Miasthenik sindrom (MS) diberikan kepada sekelompok
gangguan dari NMT dengan patofisiologi yang berbeda dari yang ada pada
myasthenia gravis autoimun
1. Lambert-Eaton miasthenik sindrom (LEMS)
Sindrom Lambert-Eaton miasthenik (LEMS) adalah suatu kondisi yang
jarang terjadi dandisebabkan oleh kelainan pelepasan asetilkolin (AcH) pada
sambungan neuromuskuler terjadi peningkatan tenaga pada detik-detik awal suatu
kontraksi volunter, terjadi hiporefleksia, mulutkering, dan sering kali
dihubungkan dengan suatu karsinoma terutama cell carcinoma pada paru.EMG
pada LEMS sangat berbeda dengan EMG pada miastenia gravis. Defek pada
transmisi neuromuscular terjadi pada frekuensi renah (2Hz) tetapi akan terjadi
ahmbatan stimulasi padafrekuensi yang tinggi (40 Hz). Kelainan pada miastenia
gravis terjadi pada membran postsinaptik sedangkan kelainan pada LEMS terjadi
pada membran pre sinaptik, dimana pelepasan asetilkolintidak berjalan dengan
normal, sehingga jumlah asetilkolin yang akhirnya sampai ke
membran postdinaptik tidak mencukupi untuk menimbulkan depolarisasi.11
2. Botulisme
Efek dari racun ini terbatas untuk blokade terminal perifer saraf
kolinergik, termasuk neuromuskuler junction, postganglionik ujung saraf
parasimpatik, dan ganglia perifer. Blokade ini menghasilkan karakteristik
penurunan kelumpuhan bilateral dari otot yang diinervasi oleh saraf otonom
cranial, tulang spinal, dan kolinergik tetapi tidak terdapat penurunan
saraf adrenergik atau sensoris. Botulisme memiliki pola berat, progresif, dan
simetris .
1. Histeria
2. Multiple sclerosis
17
3. Symptomatic myasthenia
4. Moebius Syndrome
5. Cholinergic crisis
Pada generalized MG:
6. Lambert-Eaton myasthenic syndrome
7. Botulism
8. Myopathy
Pada ocular myasthenia:
9. Progressive external ophthalmoplegia
10. Thyroid disease
11. Oculopharyngeal muscular dystrophy
Pada penderita dengan bulbar predominant MG:
12. Motor neuron disease
13. Brainstem stroke
14. Diphtheria
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan myasthenia gravis (MG) adalah untuk mencapai tiga tujuan
penting:
(1) transmisi neuromuskuler yang optimal
(2) Mengurangi atau menetralisir konsekuensi dari reaksi autoimun, dan
(3) memodifikasi riwayat alami myasthenia gravis (MG) dengan menginduksi
remisi, didefinisikan sebagai kondisi permanen hilangnya gejala tanpa
pengobatan.11
AChE inhibitor dan terapi imunomodulasi adalah pengobatan yang paling
diandalkan. Pada manifestasi klinis yang ringan, inhibitor AChE pada awalnya
digunakan. Kebanyakan pasien dengan MG umum membutuhkan terapi
imunomodulasi tambahan.
1.Antikolinesterase
Dapat diberikan piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam atau neostigmin
bromida 15-45 mg per oral tiap 3 jam. Piridostigmin biasanya bereaksi secara lambat. Terapi
kombinasi tidak menunjukkan hasil yang menyolok. Apabila diperlukan, neostigmin
18
metilsulfat dapatdiberikan secara subkutan atau intramuskularis (15 mg per oral
setara dengan 1 mg subkutan/intramuskularis), didahului dengan pemberian
atropin 0,5-1,0 mg. Neostigmin dapat menginaktifkan atau menghancurkan kolinesterase
sehingga asetilkolintidak segera dihancurkan. Akibatnya aktifitas otot dapat
dipulihkan mendekati normal,sedikitnya 80-90% dari kekuatan dan daya tahan
semula. Pemberian antikolinesterase akansangat bermanfaat pada miastenia gravis
golongan IIA dan IIB.Efek samping pemberian antikolinesterase disebabkan oleh stimulasi
parasimpatis,termasuk konstriksi pupil, kolik, diare, salivasi berkebihan, berkeringat,
lakrimasi, dan sekresi bronkial berlebihan. Efek samping gastro intestinal (efek
samping muskarinik) berupa ham atau diare dapat diatasi dengan pemberian propantelin
bromida atau atropin. Penting sekali bagi pasien- pasien untuk menyadari bahwa gejala-gejala
ini merupakan tanda terlalu banyak obat yangdiminum, sehingga dosis berikutnya hams
dikurangi untuk menghindari krisis kolinergik. Karena neostigmin cenderung paling
mudah menimbulkan efek muskarinik, maka obat ini dapatdiberikan lebih dulu agar
pasien mengerti bagaimana sesungguhnya efek smping tersebut.11
2.Steroid
Di antara preparat steroid, prednisolon paling sesuai untuk miastenia
gravis, dan diberikan sekali sehari secara selang-seling (alternate days) untuk
menghindari efek samping. Dosis awalnya hams kecil (10 mg) dan dinaikkan
secara bertahap (5-10 mg/minggu) untuk menghindari eksaserbasi sebagaimana
halnya apabila obat dimulai dengan dosis tinggi. Peningkatan dosis sampai gejala-
gejala terkontrol atau dosis mencapai 120 mg secara selang-seling. Pada kasus
yang berat, prednisolon dapat diberikan dengan dosis awal yang tinggi, setiap
hari,dengan memperhatikan efek samping yang mungkin ada. Hal ini untuk dapat
segera memperoleh perbaikan klinis. Disarankan agar diberi tambahan preparat
kalium. Apabila sudah ada perbaikan klinis maka dosis diturunkan secara
perlahan-lahan (5 mg/bulan) dengan tujuan memperoleh dosis minimal yang
efektif. Perubahan pemberian prednisolon secara mendadak hams dihindari.11
19
3.Azatioprin
Azatioprin merupakan suatu obat imunosupresif, juga memberikan hasil yang baik,
efek sampingnya sedikit jika dibandingkan dengan steroid dan terutama berupa
gangguan saluran cerna, peningkatan enzim hati, dan leukopenia. Obat ini
diberikan dengan dosis 2,5 mg/kg BB selama 8 minggu pertama. Setiap minggu
harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati. Sesudah itu
pemeriksaan laboratorium dikerjakan setiap bulan sekali. Pemberian prednisolon
bersama-sama dengan azatioprin sangat dianjurkan.11
Karena efek samping kortikosteroid, klinisi dan dokter seringkali
menggunakan steroid-sparing medications, misalnya: azathioprine, dengan dosis
yang ditingkatkan secara bertahap sampai 2-3 mg/KgBB/hari PO. Perbaikan
maksimal dicapai dalam waktu 1-2 tahun, karena kerja azathioprine yang lebih
lambat daripada kortikosteroid. Azathioprine digunakan bersama-sama dengan
kortikosteroid, bukan sebagai monoterapi.11
Mycophenolate mofetil, sebagai suatu monoterapi yang bersifat adjunctive
atau corticosteroid-sparing therapy, dengan dosis 1-1,5 g PO dua kali sehari.
Selama mimum obat ini, disarankan untuk menghindari paparan sinar ultraviolet.
Manfaat (perbaikan) klinis dapat dirasakan setelah 1-2 bulan, sedangkan efek
maksimal obat ini biasanya dirasakan sekitar 6 bulan. Penggunaan mycophenolate
mofetil bersama-sama dengan azathioprine tidak dianjurkan.11
Penggunaan cyclosporine (dosis: 2,5 mg/KgBB/hari PO dibagi 2 x sehari;
setelah 4 minggu, dosis dapat dinaikkan o,5 mg/KgBB/hari dengan interval 2
minggu, sampai dosis maksimum 4 mg/KgBB/hari) dan cyclophosphamide dapat
digunakan oleh dokter yang benar-benar paham efek samping dan dapat
memonitor (tekanan darah, CBC, asam urat, potassium, lipid, magnesium, serum
creatinine dan BUN) pasien secara ketat (setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama
terapi, lalu setiap bulan jika pasien sudah stabil).11
4. Timektomi
Thymectomy merupakan pilihan pengobatan yang penting dalam myasthenia
gravis (MG),terutama jika ditemukan adanya thymoma. Telah diusulkan sebagai
20
terapi lini pertama pada kebanyakan pasien dengan myasthenia gravis (MG)
umum. Thymectomy dapat menyebabkan remisi. American Association of
Neurology merekomendasikan thymectomy untuk nonthymomatous pasien
myasthenia gravis (MG) autoimun. Thymectomy direkomendasikan sebagai
pilihan untuk meningkatkan kemungkinan remisi atau perbaikan .
I. Prognosis
Tanpa pengobatan angka kematian MG 25-31%
MG yang mendapat pengobatan, angka kematian 4%
40% hanya gejala okuler.8
Dalam myasthenia gravis (MG) okuler, > 50% kasus berkembang ke
myasthenia gravis (MG) umum dalam waktu satu tahun, remisi spontan <10%.
Sekitar 15-17% pasien akan tetap mengalami gejala okular selama masa tindak
lanjut rata-rata hingga 17 tahun. Pasien-pasien ini disebut sebagai myasthenia
gravis (MG) okular. Sisanya mengembangkan kelemahan umum dan disebut
sebagai generalized myasthenia gravis (MG). Sebuah studi dari 37 pasien
myasthenia gravis (MG) menunjukkan bahwa kehadiran thymoma terkait dengan
gejala yang lebih buruk.11
21
BAB III
KESIMPULAN
1. Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Bila penderita
beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.
Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari synaptic transmission atau
pada neuromuscular junction.
2. Penyebab pasti gangguan transmisi neuromuskuler pada Miastenia gravis
tidak diketahui. Dulu dikatakan, pada Miastenia gravis terdapat kekurangan
ACh atau kelebihan kolinesterase, tetapi menurut teori terakhir, faktor
imunologik yang paling banyak berperanan.
3. Gejala awal biasanya mengeluh gangguan mata, terutama ptosis dan diplopia.
Akhirnya, 90% dari pasien dengan MG mengembangkan gejala-gejala okular.
Mungkin ptosis unilateral atau bilateral, dan akan beralih dari mata ke mata .
Ptosis biasanya yang paling menonjol dan terjadi setelah berkedip beberapa
kali.
4. Klasifikasi Miastenia gravis dapat dibagi 5 kelompok secara umum ataupun
dapat berdasarkan Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA) yang
terbagi dalam 5 kelas dan menurut osserman terbagi dalam 4 tipe.
5. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan Lab penunjang.
6. Diagnosis banding pada mistenia ocular adalah Lambert-Eaton miasthenik
sindrom (LEMS), botulisme, Progressive external ophthalmoplegia, Thyroid
disease, Oculopharyngeal muscular dystrophy.
7. Tujuan pengobatan myasthenia gravis (MG) adalah untuk mencapai tiga
tujuan penting: transmisi neuromuskuler yang optimal, mengurangi atau
menetralisir konsekuensi dari reaksi autoimun, dan memodifikasi riwayat
alami myasthenia gravis (MG) dengan menginduksi remisi, didefinisikan
sebagai kondisi permanen hilangnya gejala tanpa pengobatan
22
8. Prognosis : tanpa pengobatan angka kematian MG 25-31%, MG yang
mendapat pengobatan, angka kematian 4, 40% hanya gejala okuler
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Angela Vincent, Professor of Neuroimmunology Institue of Molecular
Medicine,Department of Clinical Neurology Oxford, Myasthenia Gravis,
www.muscular-distrophy.org
2. Audrey S. Penn, M.D. and Henry J. Kaminski, M.D. ³Myasthenia Gravis
´,www.womenshealth.gov
3. Awwad S. ³Myasthenia Gravis´, eMedicine Journal, September 2001
4. Bianca M. Conti-Fine, Monica Milani, and Henry J. Kaminski,
³Myasthenia gravis: past, present, and future´, The Journal of Clinical
Investigation, http://www.jci.org
5. http://copyaskep.wordpress.com/tag/miastenia-krisis/ dikutip tanggal 19
februari 2012
6. http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20080503023219 dikutip
tanggal 19 februari 2012
7. http://muel-muel.blogspot.com/2008/12/miastenia-gravis.html dikutip tanggal
18 februari 2012
8. http://multiline-jatimbali.blogspot.com/2010/01/ocular-myasthenia-gravis.html
dikutip tanggal 19 februari 2012
9. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35345.html dikutip tanggal
17 februari 2012
10. http://www.rightdiagnosis.com/o/ocular_myasthenia_gravis/intro.htm dikutip
tanggal 20 februari 2012
11. http://www.scribd.com/doc/80585106/Miastenia-gravis dikutip tanggal 18
februari 2012
12. Newton E. ³Myasthenia Gravis´, eMedicine Journal, December 2001
13. Raymond D. Adams and Maurice Victor, ³Principles of Neurology 4th Ed´,
Mc GrawHill International Edition.
14. Shah AK. ³Myasthenia Gravis´, eMedicine Journal, August 2002
15. Wilkinson, Essential Neurology 4th Ed (ebook)
24