Mubariq Ahmad Diskusi Sore LPEM-FEUI, 18 Maret...
Transcript of Mubariq Ahmad Diskusi Sore LPEM-FEUI, 18 Maret...
Mubariq Ahmad
Diskusi Sore LPEM-FEUI, 18 Maret 2010
Outline
Copenhagen Accord
Kesempatan Indonesia menuju
Ekonomi Rendah Karbon
Komitmen penurunan emisi 26% di
bawah BAU 2020
Tantangan implementasi
Hasil COP XV UNFCCC di Copenhagen
Copenhagen Accord bukan kesepakatan yang
mengikat secara hukum
Diharapkan menjadi legally binding agreement
dalam COP ke-16 UNFCCC di Mexico 2010
Peserta COP 15 Copengahen hanya setuju untuk
‘take note of the Accord’
Elemen-elemen Copenhagen Accord
Memberikan rekognisi tentang perlunya, tetapi tidak memberikan komitmen untuk membatasi kenaikan suhu 2o C
Komitmen mendaftarkan target penurunan emisi negara-negara maju UNFCCC by 31 Januari 2010, tetapi tidak memuat komitmen target penurunan emisi global yang spesifik
Mempertahankan Kyoto Protocol
Membentuk Copenhagen Green Climate Fund dengan ‘balanced allocation’ untuk mitigasi (yang jelas kriterianya) dan adaptasi (yang belum jelas kriterianya)
Membangun mekanisme untuk mendukung dan mobilisasi dana untuk transfer teknologi dan REDD+
Pembentukan registry dan MRV (Measurement, Reporting & Verification) yang terkait dengan aksi dengan dukungan international
Implikasi umum
Kesepakatan stabilisasi emisi pada 450 ppm
CO2e belum tercapai
Tidak jelasnya komitmen negara-negara maju untuk
secara bersama-sama menanggulang masalah CC
pada tingkat global
Inisiatif berisiko bergeser kearah bilateral
partnership
Negara berkembang yang dianggap progressive, atau
yang mau bersekongkol akan mendapat preferensi
bantuan
Nasib sumber daya kelautan makin tidak jelas
Food security issue beyond 450 ppm CO2e
But, Indonesia is in good shape internationally
and from macro policy point of view
President SBY’s G-20 speech (diulangi di Copenhagen) on:
Orientasi kebijakan menunju ERK
Komitmen sukarela menurunkan emisi GRK 26% dari skenario BAU 2020
Adaptasi disebut secara tidak spesifik
Banyak yang sudah dilakukan pemerintah sepanjang 2008-09
Pendirian DNPI
UU Perlindungan dan Pengelolaan LH no. 32/2009
Indonesian Climate Change Trust Fund
Indonesian Sectoral Road Map to Climate Change
Second National Communication on Climate Change
Membuka diri untuk berbagai studi ERK
Akses ke mekanisme pendanaan FCPF, CTF, FIP
Meminta Climate Change Policy Loan (AFD, JICA, WB) untuk menutup
defisit umum APBN
26 % (Dana Dalam Negeri)
BAU
tahun
15% (Dana Bantuan Luar)
41 % (Pengurangan Emisi Total)
Target Reduksi Emisi: Indonesia
Gton CO2-eq
7
Rencana Penurunan Emisi Indonesia (28/01/10)
Sektor Emisi Netto 2020
(Giga ton CO2e)
Rencana Penurunan Emisi (Giga ton CO2e)
Rencana Aksi
26% 15% (Total 41%)
Lahan Gambut 1.09 0.28 0.057 Pengendalian Kebakaran hutan dan Lahan
Limbah 0.25 0.048 0.030 Pengelolaan sampah dengan 3R dan Pengelolaan limbah terpadu di perkotaan
Kehutanan 0.49 0.392 0.310 RHL, HTI, HR, Penged. Kebakaran Hutan, Pemberantasan Illega Logging, Pencgh deforestasi, dan pemberdayaan masyarakat
Pertanian 0.06 0.008 0.003 Intro varitas padi rendah emisi, efisiensi air irigasi, peggunaan pupuk organik
Industri 0.06 0.001 0.004 Efisiensi ennergi, penggunaan renewable energi, dll
Tranportasi 0.008 0.008 Penggunaan biofuel, mesin dg standar efisiensi BBM lbh tinggi, memperbaiki TDM, kualitas transpotasi umum
Energi 1.00 0.030 0.010 Demand Side Management, efisiensi Energi, Pengembangan renewable energi
Total 2.95 0.767 0.422
Profil emisi 2005 dan 2020 (giga ton)
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Emisi 2005 BAU 2020 Skenario 26% Skenario 41%
Energi
Transportasi
Industri
Pertanian
Kehutanan
Sampah
Lahan gambut
Distribusi beban dan perbandingan proporsi emisi
39%
8%31%
2%
2%
0%
18%
Lahan gambutSampah
Kehutanan
Pertanian
Industri
Transportasi
Energi
37%
8%17%
2%
2%
0%
34%
Lahan gambut
Sampah
Kehutanan
Pertanian
Industri
Transportasi
Energi
37%
6%
51%
1%
0%1%
4%Lahan gambut
Sampah
Kehutanan
Pertanian
Industri
Transportasi
Energi
37%
9%5%
2%3%0%
44%
Lahan gambut
Sampah
Kehutanan
Pertanian
Industri
Transportasi
Energi
Skenario penurunan emisi 26% Emisi 2020 dengan Skenario penurunan 26%
Emisi 2005Emisi 2020 dengan scenario BAU
Pemerintah berusaha serius ……
Mengarus-utamakan isu perubahan iklim dankomitmen penurunan emisi ke dalam RPJM 2010-2014
Mengakses dana-dana ‘climate finance’ yang ditawarkan berbagai lembaga keuangan untukmendorong transisi menuju ERK Sektor energi sebagai prioritas utama (perlu USD 12
Milyar hanya untuk geothermal)
Sektor kehutanan mendapatkan jatah investasi terbesar
Menggunakan proses penyusunan program pelaksanaan komitmen 26% penurunan emisi danClimate Change Policy Loan untukkonsolidasi/rasionalisasi kebijakan sektoral
Is GOI on the right track to LCE ?
Macro view:
YES, definitely
Micro view:
See if devils in the details will derail or slow us down
Namun perlu mengatasi tantangan …
Policy distortion With or without vested interest
Vested interest gains from status quo
Rent seeking attitude in programming
Penggunaan konsep net emission dapat mengaburkan prioritas dan tujuan Menurunkan emisi vs. sekuestrasi karbon
Sektor kehutanan: konversi hutan alam vs. tanam
Sektor energi: 2 x 10000 MW coal-based vs. panas bumi dan upaya energi effisiensi di sektor industri
Institutional challenges Tenure over land and carbon assets
Resolving fighting within and inter institutions
Distributing the climate cake: revenues from carbon trading
Overall governance issue
Key intervention areas
Forestry and land use (including peat land) Forest land management system
Forest law enforcement
Realigning incentive schemes
Controlling forest/land fire
Energy and transportation Energy pricing
Investment climate
Technology and fuel standard
Mass rapid transportation system (rail vs. highway)
Adaptation: dealing with productivity loss and resilience to climate related disaster Agriculture
Marine and coastal management
Financing Mobilizing private sector participation
Debottlenecking risky investment
Penutup: two caveats
Climate policy is economic policy
Uncertainty is the basis to do more, not to wait
without action !