Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis...

33
Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Pondok Gede, 5 Desember 2016

Transcript of Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis...

Page 1: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasIndonesia

Pondok Gede, 5 Desember 2016

Page 2: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Apa tiga tantangan ekonomi Indonesia terpenting saat ini? Mengembalikan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia minimal 6+%?

Membuat pertumbuhan ekonomi lebih sensitif terhadap penurunan kemiskinan?

Mengatasi kesenjangan ekonomi

Memahami pola pertumbuhan ekonomi Indonesia: Perbandingan Pre Crisis 1997/98 danPost Crisis 1998 Apakah perubahan sistem perencanaan Indonesia dari sistem tersentralisasi (Taman Surapati led the

economy) menuju sistem terdesentralisasi telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan ini?

Political factor (democracy) yang menghambat proses pertumbuhan ekonomi

Atau kualitas leadership yang diperlukan tidak eksis? Kualitas implementasi?

Apa peran perencana dan perencanaan ekonomi dalam ekonomi yang lebih didominasisektor swasta baik di tingkat pusat maupun daerah

Page 3: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mengembalikan Laju Pertumbuhan Ekonomi menjadi 6+ %

Mengembalikan Laju Pertumbuhan EkonomiYang Sensitif terhadap Penurunan Kemiskinan

Mengatasi Masalah Kesenjangan Ekonomi

12/5/2016Mohamad Ikhsan 3

Page 4: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Penciptaan Lapangan Kerja 5-5% % untuk menyerap new entrants 1 % menyerap penganggur eksisting dan transformasi dari informal jobs ke formal jobs

Penurunan Kemiskinan Tergantung pada sektor ekonomi dan transformasi ketenagakerjaan Untuk menurunkan kemiskinan di bawah 10% dibutuhkan laju pertumbuhan yang lebih

tinggi Structural poverty – 80 % kemiskinan tersisa adalah structural

Standar kemiskinan perlu dinaikkan

Kebutuhan jangka menengah-panjang Mencegah terjebak dalam perangkap negara pendapatan menengah Memanfaatkan demographic dividend

12/5/2016Mohamad Ikhsan 4

Page 5: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Page 6: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Page 7: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

12/5/2016Mohamad Ikhsan 7

-15

-10

-5

0

5

10

15

196

1

196

2

196

3

196

4

196

5

196

6

196

7

196

8

196

9

1970

1971

1972

1973

1974

1975

1976

1977

1978

1979

198

0

198

1

198

2

198

3

198

4

198

5

198

6

198

7

198

8

198

9

199

0

199

1

199

2

199

3

199

4

199

5

199

6

199

7

199

8

199

9

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

Indonesia: Laju Pertumbuhan Ekonomi (harga konstan 2005)

Pre 1998 Crisis7,2 %

Post 2001:

Service Sector driven andDiminishing role of mfg

Bad labor policyFragmented Policy makingProcess

Mfg Sector Driven:Poverty cut by half from 36%To 18%

Labor Transformation was the key

Macroeconomic mgt and structuralreform

Agriculture Sector and Oil and Gas Driven:Poverty cut half from 77% to 36 %

Productivity of paddy and rural sector Revolution using oil wind fall were the key

Page 8: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Ada anggapan perubahan politik menuju sistem demokrasi menyebabkanperlambatan pertumbuhan ekonomi pasca krisis 1997/98 Counter-argument : mengapa India bisa tumbuh bahkan lebih tinggi 8+ % dalam era

liberalisasi ekonomi? Lihat juga perkembangan Philipines terakhir ini?

Apakah perubahan sistem perencanaan Indonesia dari sistem tersentralisasi(Taman Suropati led the economy) menuju sistem terdesentralisasi telahmenyebabkan perlambatan pertumbuhan ini? Tidak ada evidence yang kuat yang menunjukkan sistem pelayanan dasar di daerah

lebih buruk dibandingkan sebelum desentralisasi

Tetapi memang kelihatannya desentralisasi over sold atau over promised?

Perda yang dikeluhkan mayoritas tidak pernah bisa diimplementasikan.

Page 9: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Atau kualitas leadership yang diperlukan tidak eksis? Kualitas implementasi? Somehow punya peran:.belum punya konduktor sekualitas Prof Widjojo Nitisastro.

Qua academic, kualitas perencana dan implementor harusnya lebih baik dibandingkan periodesebelumnya.

Dengan good leadership beberapa program besar seperti rehabilitasi Aceh, BLT bisa berjalan.

Good leadership vs bad leadership:

BLT versus PKH

Program LPG vs Listrik 10 MW + 35 Mw

Alokasi anggaran yang tidak tepat sehingga tidak mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagian dihabiskan untuk belanja energi dan menyebabkan defisit infrastruktur makin membesar : tidak

mampu mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi

Koreksi anggaran pun seringkali masih tidak tepat: kasus alokasi sektor pertanian yang dihabiskan untuksubsidi dan bantuan sosial.

Kebijakan yang tepat : aturan perburuhan yang mempengaruhi sektor industri manufaktur

Page 10: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Persamaan Pertumbuhan Ekonomi Sedehana:

LKTY 51.049.0

Atau :

Pertumbuhan Ekonomi Merupakan Fungsi dari

Pertumbuhan Produktivitas, Akumulasi Modal dan

Angkatan Kerja plus human capital

Page 11: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

TFP Growth

0.5 0.75 1 1.5 25 3.8 4.0 4.2 4.7 5.2

Investment 6 4.2 4.5 4.7 5.2 5.7

Growth 7 4.7 4.9 5.2 5.7 6.2

8 5.2 5.4 5.7 6.2 6.7

9 5.7 5.9 6.2 6.7 7.2

10 6.2 6.4 6.7 7.2 7.7

11 6.7 6.9 7.2 7.7 8.2

12 7.1 7.4 7.6 8.1 8.6

Post Crisis 0.9 % Pre Crisis 1.3% Target TFP Growth: 1.5-1.8%

Post Crisis (3.2%)

Target Real InvestmentGrowth: 10%

Page 12: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Private Sector Driven Peran Investasi pemerintah hanya 8% dari total investasi/PDB

Pertahankan keterbukaan : Sejarah ekonomi dunia menunjukkan hanya denganketerbukaan ekonomi domestik dapat tumbuh secara berkelanjutan. Contoh : Germany, China (Deng Xio Ping era hingga kini), India (post reform 1990), Indonesia (1985-1995)

Proteksi ekonomi terbaik adalah dengan menjaga daya saing domestik.

Benchmark: Global Market – Keberhasilan Korea menggunakan global market as benchmark

FDI perlu didorong masuk : sumber teknologi baru dan capital

Atasi defisit infrastructures Deficit infrastructures menyebabkan daya saing menurun dan minat berinvestasi berkurang

Pemerintah tidak akan mampu mengatasi defisit infrastruktur

Partisipasi swasta but swasta mengalami kesulitan dalam mgt resiko projects PPP dan Creative expansion [BUMN sell their asset to private sector and use the proceeds for expansion]

12/5/2016Mohamad Ikhsan 12

Page 13: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Jaga pertumbuhan konsumsi masyarakatPertahankan tingkat inflasi yang rendah 3-5% per tahun

Dorong transformasi dalam sektor pertanian ke arah high value added crops

Revitalisasi sektor manufaktur

Dorong reformasi dalam sektor jasa

12/5/2016Mohamad Ikhsan 13

Page 14: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

3,7

2,8

1,21,4 1,5

2,9

3,5

1,61,2

1,81,5

0,8

1,7

0,1

0,60,2

-0,6

-1,0-0,8

-1,2-0,9

3,94,3 4,2

3,9

5,1

7,3

5,5

3,3

4,3

5,3

4,3

3,7

6,2

1,8

2,6

3,5

2,9

2,22,4

-0,2 -0,1

1,8

0,1

-2,2-2,4

-2,1-2,4

-1,3-1,7

-1,5

-0,5-0,9

-1,3

-0,1

-1,6

-0,7-1,0

-1,8

-2,2 -2,1

-2,6-2,4

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Keseimbangan Primer, 1996-2016 (% dari PDB)

Keseimbangan Primer Keseimbangan Primer + Subsidi Energi Defisit Anggaran

Page 15: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Komposisi Belanja Pemerintah, 1996-2016

Belanja Belanja Pemerintah Pusat Subsidi Subsidi Energi belanja Modal

Page 16: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

0

10

20

30

40

50

60

70

1970 1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tren Indeks Head Count Kemiskinan, 1970-2016

Seri baru Kota+Desa seri lama kota+desa seri lama desa seri baru desa

1983: Turning point penurunan kemiskinan: perubahan sumber pertumbuhan ekonomidan transformasi ketenagakerjaan

Page 17: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Komposisi Rumah Tangga Miskin : Total : 11%; Structural Poor 6,6% dan Sisanya adalah Vulnerable Group

Growth is necessary but not sufficient.

Growth plus is required to push up the structural poor Quality of Growth – should learn from the 1970s growth episode [productivity driven]

Transformation within agriculture sector [high value added crops, poultry, fishery..dont forget people respond to incentives]

Human investment at the young ages

Mobilitas dalam pasar kerja terutama antar sektor

Akses to finance including insurance not just banking

Prepare the safety net: Protect the vulnerable group Openness has benefits and risks

Use direct subsidy not price intervention.

12/5/2016Mohamad Ikhsan 17

Page 18: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Handling inequality is necessary to ensure a sustainable growth path

Perubahan Kemiskinan disebabkan Karena : (i) pertumbuhan ekonomi dan (2) kesenjanganpendapatan. Kemiskinan akan bisa diturunkan lebih tinggi jika kesenjangan pendapatan bisa dipertahankan

dengan laju pertumbuhan ekonomi yang sama.

Sumber inequality dan Jenis Ketimpangan (Boediono, 2104) Pertama, ada segmen tidak tunduk pada rule of law (the wild west) – penegakan hukum

Kedua, hukum formal exist, ttp tidak berjalan baik – muncul rent seeking activities [The Robben Barrons) –reformasi hukum

Ketiga, penerapan baik ttp aturan hukumnya tidak baik – rent seeking akan timbul – reformasipolitik

Keempat, ketimpangan dalam opportunity dan akses – mengefektifkan peran negara

Kelima, ketimpangan akibat innate ability atau aset individual – some good but some could be intervened by the state (land reform)

12/5/2016Mohamad Ikhsan 18

Page 19: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Table 3.5: Growth and redistribution decomposition of poverty changes

Change in incidence of povertySusenas

2007 MaretSusenas

2012 MaretActual change

Growth Redistribution Interaction

Poverty line = pl2012

Total 16.35 11.96 -4.39 -9.29 7.99 -3.09

Urban 12.40 8.78 -3.62 -7.63 7.80 -3.79

Rural 20.09 15.12 -4.97 -9.00 5.83 -1.80

Note: Changes shown between years Susenas 2007 Maret and Susenas 2012 Maret

Page 20: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Page 21: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Resource Endowments:Path Dependency: Initial Institutional & Cultural

ConditionsExternal Environment

State/Government

MarketPrivate enterprises

Civil societyCommunity

Development Outcomes

Subjet to State FailuresActs via coercion, incentives, and partnership

ComplementaritiesCoordination

Acts via competitionSubject to Market Failures

Acts via CooperationSubject to Community failures

Peran Perencanaan:• Mengatasi market

failures but we have government failures

• Coordination failures• Mendorong

complementarities

Sumber: diadopsi dari DeJanfry and Sadoulet, Development Economics; Theory and Practices

Page 22: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumber: Growth Commission (2008)

Page 23: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

ADDRESSING THE CHALLENGES IS MORE DIFFICULT BECAUSE INSTITUTIONAL CONSTRAINTS

Pre-1998: under the New Order

Post-1998: in a democratic and decentralized

Indonesia

Coordination in decision-making regarding policy formulation and implementation

Centralized decision-making

Difficult because of multiple stakeholders and multiple axes along

which coordination needed

Accountability structures within government

Vertical and hierarchical structure, strong incentives

Dispersed and multiple vertical and horizontal lines of accountability, weak

incentives

Capacity in terms of policy formulation, implementation, and service delivery

Good given centralized state and tasks at hand

Weak in context of decentralized state and “second-generation”

challenges

05/12/2016@ Mohamad Ikhsan23

Page 24: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sebelum Desentralisasi dan UU No 17/2013

Alokasi Anggaran Kemenkeu : Non Anggaran Pembangunan

Bappenas : Anggaran Pembangunan termasukanggaran dibiayai oleh Dana Luar Negeri (PenyiapanBlue Book)

Policy dan Perencanaan GBHN

Bersama Menko Ekuin menyiapkan Kebijakan Baru

Hubungan dengan Pemerintah Daerah Anggaran tersentralisasi

Bappeda walaupun organ Pemda tetapi harusberkoordinasi dengan Bappenas

Instrumen tambahan : Dana Inpres yang dikoordinasioleh Bappenas

Setelah Desentralisasi dan UU No. 17/2003

Alokasi Anggaran Desentralisasi mengubah pola alokasi anggaran.

Bipolar : (1) K/L – Dekon dan (2) Dana Transfer: Dana Bagi Hasil, DAU dan DAK

Peran alokasi K/L dalam APBN berkurang dan peran Bappenasmenjadi implisit melalui peran tripatri

Peran Dana Luar Negeri Turun: Kendali Bappenas melalui Blue Book berkurang

Policy dan Perencanaan Bappenas: RPJMN Policy Formulation : makin menyebar karena munculnya UU

Sektoral baru yang memperkuat peran Menteri.

Hubungan dan Pemerintah Daerah Hubungan dengan Bappeda praktis hilang kecuali dalam ritual

tahunan Musrebangnas Koordinasi Kebijakan Pusat – Derah : peran Bappenas hilang

dan kendali Pemerintah Pusat pun fragmented di Kemendagridan Kemenkeu.

Page 25: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Non Diskresi

Dana Transfer Daerah (34%)

Belanja Pegawai (15%)

Bunga Utang (8%)

Belanja Barang (10%)

Belanja Sosial (3%)

Lain (2%)

Total 72 %

Diskresi (Diurutkan dari paling tinggidiskresinya)

Belanja Modal (13%)

Belanja Sosial (2%)

Belanja Barang (2%)

Subsidi (11%)

Total (28%)

Page 26: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Menyiapkan RPJMN yang kredible

Reform Factory: Outcome ditentukan oleh Kebijakan plus AlokasiAnggaran

Bersama Kemenkeu : Memaksimalkan Fungsi Anggaran dalam DiskresiPemerintah Pusat dengan: Optimalisasi Alokasi Anggaran K/L – Belanja Non Diskresi khususnya Belanja Modal Meyiapkan Reformasi Belanja Bukan Modal

Membantu Biro Perencanaan K/L: Perencanaan dan Penyiapan Proyek: Disain hingga pembiayaan Penyiapan Anggaran termasuk Sinkronisasi anggaran sesuai dengan RPKMN

Sikronisasi Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah

Page 27: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Alokasi K/L

Penguatan Fungsi Tripatri Pembagian Tugas dengan

Kemenkeu Kemenkeu : Resource Envelope

Bappenas : Substansi

Sharing informasi Proyek danProgram

Skeduling anggaran yang baik

Project Preparation

Membantu Biro Perencanaan K/L dalam menyiapkan proyek

Mengordinasikan BPPT danUniversitas membantumenyiapkan rancang bangunproyek.

Membangun PPP Nodes di K/L

Page 28: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Transfer Anggaran

Total ----- 34 %

100 % Pemda: Total : 24 % (DAU+ DBH+ Dana

Alokasi Khusus)

Pemerintah Pusat masihpunya peran : 10% DAK : 3 %

Dana Penyesuaian : 5%

Dana Desa : 2%

Peran Bappenas

Konsultan untuk Bappeda untukmenyiapkan APBD termasukmemperbaiki kualitas proyek daerah

Sikronisasi DAK dan Dana Transfer Khusus Kerjasama dengan dengan Kemendagri,

Kemenkeu dan K/L

Approval Bappenas dalam DAK

Memastikan Dana Desa Kerjasama dengan TNP2K Kementrian Desa,

Kemenkeu, dan Kemendagri

Page 29: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Perbaiki proses perencanaan dan implementasi Identify the problems : Getting It Right

Implementation – Policy formulation and implementation: Doing it Right

Review : Doing it better

Implementation: Alokasi anggaran berdasarkan problem identification yang tepat dan benar

Poliicy Reform

Reform Factory di level daerah – Propinsi maupun Kabupaten/Kota Gunakan Paket Reformasi Ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintah

Bappeda sebagai kawah chadradimuka birokrat yang andal di daerah/

Page 30: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Menyelesaikan tiga agenda utama Ekonomi Indonesia memerlukanreformasi ekonomi yang sistematis, konsisten dan terus menerus.

Tidak ada jalan pintas dalam menyelesaikan persoalan ini. Jalan pintashanya akan menciptakan masalah baru bukan menyelesaikan masalahlama dengan tuntas.

Trade-off dalam menyelesaikan tiga agenda di atas kerap terjadi. Analisisbiaya manfaat perlu dilakukan untuk memilih ramuan kebijakan yang tepat.

Karena private sector driven – confidence dan trust pelaku ekonomi perludipupuk terus dengan tidak mendistorsikan pasar dan peran pemerintahyang tepat.

12/5/2016Mohamad Ikhsan 30

Page 31: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

• Peran pemerintah pada perekonomian yang didominasi oleh sektor swasta harusberubah.

• Perubahan ini tidak berarti pengurangan peran pemerintah, tetapi lebih pada menekankan pada fokus pembangunan kelembagaan tersebut terutama pada penyediaan barang publik yang esensial yaitu : (i) market supporting public goods dan (ii) market augmented public goods

• Market supporting public goods adalah esensial antara lain adalah iklim berusaha dan penegakan hukum (law and order). Ketiadaan barang publik ini menyebabkan terjadinya (i) lack of confidence dari pelaku ekonomi dan (ii) social exclusion terhadap kelompok rumah tangga miskin.

• Sementara kelompok market augmented public goods adalah jenis barang publik yang walau mekanisme pasar berjalan dengan baik, sektor privat tidak akan mampu menyediakan tingkat yang tepat dari jenis barang publik ini. Umumnya adalah sejumlah merit goods seperti pendidikan dan kesehatan serta infrastruktur dasar

Page 32: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

• Komplementaritas dari barang publik tersebut sangat tinggi dan menghasilkan economic rate of return yang lebih tinggi pula.

• Kemampuan penyediaan barang publik tergantung peningkatan kapasitas mulai dari perencana (pemerintah pusat) hingga pengelola (pemerintah pusat dan pemerintah daerah) serta pelaksana di sekolah maupun puskesmas. Peningkatan kapasitas ini juga dibutuhkan karena sebagian besar dari kebijakan anti kemiskinan merupakan pendekatan bukan pasar.

• Pemerintah tetap merupakan primary driver termasuk dalam pengembangan microfinance misalnya.

• Penguatan fungsi Bappenas dan Bappeda menjadi elemen penting dalam proses reformasi untuk memperkuat fungsi pemerintah yang efektif untuk menjawab tigatantangan : mengembalikan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mendorongpercepatan penurunan kemiskinan dan mengatasi masalah ketimpangan ekonomi.

Page 33: Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...ap2i-nasional.or.id/wp-content/uploads/2016/12/Perencana-Peren... · Mohamad Ikhsan/LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Penguatan fungsi Bappenas dan Bappeda menjadi elemenpenting dalam proses reformasi untuk memperkuat fungsipemerintah yang efektif untuk menjawab tiga tantangan : mengembalikan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mendorong percepatan penurunan kemiskinan dan mengatasimasalah ketimpangan ekonomi. Kapasitas Perencana perlu diperkuat

Model penguatan ala OTO perlu direvitalisasikan dan disentralisasikandi Bappenas