ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki...

85
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT ABC LAPORAN MAGANG GHIKI LESTARI 0906558836 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013 Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Transcript of ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki...

Page 1: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT ABC

LAPORAN MAGANG

GHIKI LESTARI

0906558836

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK

JULI 2013

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 2: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT ABC

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

GHIKI LESTARI

0906558836

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK

JULI 2013

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 3: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

ii

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 4: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

iii

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 5: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

iv

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-

Nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Laporan magang ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya

menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini, sangatlah sulit bagi

saya untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Eko Wisnu Warsitosunu, M.M., selaku dosen pembimbing saya, yang

memberikan saya masukan, bantuan, dan pengarahan dengan sabar mulai dari

awal penulisan hingga selesainya laporan magang ini.

2. Bapak Widhi Astono, S.E., M.M. dan Ibu Debby Fitriasari, S.E., M.S.M.,

selaku dosen penguji, yang telah memberikan masukan dan saran untuk

laporan magang ini.

3. Pihak MUC Consulting Group, yang telah banyak membantu saya selama

saya magang tiga bulan dan mengumpulkan data untuk laporan magang ini.

Team Tax Dispute, Mas Nurdiansyah, Mba Farini Pricilia, Mas Maidoni Putra,

Mba Yurizka Hanum, dan khususnya Mba Shinta Marvianti yang sangat sabar

setiap kali saya berkonsultasi mengenai laporan magang dan meminta data di

sela-sela kesibukan yang padat.

4. Orang tua saya, Mama (Dede Atin) dan Bapak (Dana), Teteh (Rikda

Rindiantika, S.K.M.), kakak ipar (Lylyk Wahyu Sadikin, S.K.M.), dan

keluarga besar yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral.

5. Sahabat-sahabat tercinta, Putri Athirah, Rusydina Aulianasyah, Ridha Yusra

Oktaviola, dan Febrina Eka Putri yang telah mewarnai hari-hari saya selama

kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

laporan magang ini.

6. Teman-teman magang yang sangat menyenangkan, Cindy Claudya Cynthia,

Evy Suryany, Asnur Nova Suyuti, Prabowo Candra Dwi, Aufar Anshari, Siska

Yuliani, dan khususnya Gede Kharisma Irawan yang selalu memberikan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 6: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

v

dukungan dan bantuan dalam proses pengerjaan laporan magang ini. Manajer

dan senior, baik dari Divisi Tax Dispute maupun Divisi Tax Compliance, Mas

Sigit, Mas Lucky, Mba Eka, Mba Melly, Mas Firdaus, Mba Nurma, Mas

Opik, Pak Warjo, Mba Rahma, Mas Benny, Mas Ilham, Mba Dewi, Mas

Ikhwan, Mas Boy, Mba Cresti, Mba Une, Mba Wila, Mba Ucha, Mba Cahya,

dan Mas Bacil.

7. Om Irsyad Effendi, Tante Wahyurini Dwi, Aulia Rizky Pratama, Devita Putri

Anggraini, yang selalu memberikan bantuan dan dukungan selama empat

tahun saya kuliah.

8. Semua teman-teman di FEUI, khususnya angkatan 2009, yang tidak bisa saya

sebutkan satu per satu.

9. Para dosen Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan asisten

dosen atas ilmu yang diberikan selama perkuliahan.

Saya menyadari bahwa laporan magang ini tidak terlepas dari berbagai

kekurangan. Saya terbuka atas segala bentuk kritik dan saran membangun guna

menyempurnakan laporan magang ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang

Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah

membantu. Semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan

ilmu.

Jakarta, 15 Juli 2013

Penulis,

Ghiki Lestari

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 7: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

vi

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 8: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Ghiki Lestari

Program Studi : Akuntansi

Judul : Analisis Proses Restitusi Pajak Pertambahan Nilai PT

ABC

Laporan magang ini membahas tentang proses restitusi Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) PT ABC pada tahun 2010 dan 2011 beserta masalah yang terjadi pada saat

proses restitusi PPN tersebut. Analisis dilakukan atas perbedaan yang terjadi pada

jumlah restitusi yang diajukan oleh PT ABC dengan jumlah restitusi yang

akhirnya diterima oleh pemeriksa. Penyebab adanya perbedaan tersebut

dikarenakan buruknya penyimpanan dan pengarsipan dokumen yang terkait

dengan perpajakan, perbedaan yang ditemukan pemeriksa saat konfirmasi faktur

pajak pada saat konfirmasi melalui Sistem Informasi Perpajakan dan melalui

Kantor Pelayanan Perpajakan (KPP) Pengusaha Kena Pajak (PKP) rekanan, re-

ekspor spareparts dan barang jadi karena adanya retur penjualan, penyesuaian

harga karena adanya ketidaksesuaian spesifikasi produk, kesalahan dari PKP

rekanan terkait dengan data di faktur pajak, sanksi atas kompensasi masa pajak

sebelumnya, dan sanksi atas PPN Jasa Luar Negeri.

Kata kunci: restitusi, pajak pertambahan nilai, pemeriksaan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 9: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Ghiki Lestari

Study Program : Accounting

Title : Analysis of Process of Value Added Tax Refund in PT

ABC

This internship report discusses about the process of Value Added Tax (VAT)

refund of PT ABC in 2010 and 2011 along with the problem that occurs in the

process of VAT refund. Analyses were performed on the differences that occur in

the amount of refund submitted by PT ABC with the amount of refund that was

accepted by the tax auditor. The reason of the difference is due to the bad

storaging and archiving of documents related to taxation, the differences found by

the tax auditor when doing the confirmation of tax invoice through Taxation

Information System and through Taxation Office of supplier, the re-export of

spare parts and finished goods due to sales returns, the price adjustment because

of the incompatibility product specifications, the mistake from the supplier related

to the data in the tax invoice, the penalties of compensation in the earlier tax

period, and the penalties of Overseas Service VAT.

Key words: refund, value added tax, tax audit

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 10: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ................................. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah Laporan Magang .................................................. 3 1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang....................................................... 4 1.4 Manfaat Laporan Magang..................................................................... 4 1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang .............................................. 4 1.6 Pelaksanaan Kegiatan Magang ............................................................. 4 1.7 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang ......................................... 5 1.8 Metode Penulisan Laporan Magang ...................................................... 5 1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 6

2. LANDASAN TEORI .................................................................................... 7

2.1 Pajak Pertambahan Nilai ...................................................................... 7 2.1.1 Definisi PPN ................................................................................ 7 2.1.2 Sifat, Tipe, dan Prinsip Pemungutan ............................................ 7 2.1.2.1 Sifat Pemungutan ............................................................. 7 2.1.2.2 Metode Penghitungan PPN ............................................... 8 2.1.2.3 Prinsip Pemungutan ......................................................... 9 2.1.3 Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak .................................... 10 2.1.3.1 Barang Kena Pajak ......................................................... 10 2.1.3.2 Jasa Kena Pajak.............................................................. 11 2.1.4 Objek Pajak ............................................................................... 12 2.1.5 Subjek Pajak dan Pemungut Pajak ............................................. 13 2.1.5.1 Subjek Pajak .................................................................. 13 2.1.5.2 Pemungut PPN ............................................................... 14 2.1.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Tarif Pajak ........................... 14 2.1.6.1 DPP ............................................................................... 14 2.1.6.2 Tarif PPN ....................................................................... 16 2.1.7 Saat Pajak Terutang ................................................................... 17 2.1.8 Mekanisme PM dan PK ............................................................. 17 2.1.8.1 Faktur Pajak ................................................................... 17 2.1.8.2 Pengkreditan PM ............................................................ 19 2.1.8.3 Kriteria PM yang Dapat Dikreditkan .............................. 20 2.1.8.4 Kriteria PM yang Tidak Dapat Dikreditkan .................... 21 2.2 Pelaporan dan Restitusi PPN ............................................................. 21 2.2.1 Pelaporan PPN .......................................................................... 21

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 11: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

x Universitas Indonesia

2.2.1.1 Saat Pembayaran / Penyetoran PPN dan PPnBM ............ 21 2.2.1.2 Pelaporan SPT Masa PPN .............................................. 22 2.2.1.3 Saat Pelaporan PPN dan PPnBM .................................... 23 2.2.2 Restitusi PPN............................................................................. 24 2.2.3 PM dan Permohonan Restitusi ................................................... 25 2.2.4 Jangka Waktu Penyelesaian Restitusi ......................................... 26 2.2.5 Penelitian atau Pemeriksaan Dalam Restitusi PPN ..................... 26 2.2.6 WP Kriteria Tertentu ................................................................. 27 2.2.7 Konfirmasi Faktur Pajak ............................................................ 27

2.2.8 Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi PKP Berisiko Rendah ...................................................................................... 28

2.3 Pemeriksaan ....................................................................................... 29

3. PROFIL PERUSAHAAN ........................................................................... 33 3.1 Profil Perusahaan Magang ................................................................. 33

3.1.1 Gambaran Umum MUC Consulting Group ................................ 33 3.1.2 Jasa Profesional yang Disediakan oleh MUC Consulting Group . 33 3.1.3 Struktur Organisasi MUC Consulting Group .............................. 35

3.2 Gambaran Umum PT ABC ................................................................. 35 3.3 Praktik Perpajakan PT ABC ............................................................... 36

3.3.1 Administrasi Perpajakan PT ABC .............................................. 36 3.3.2 Divisi-Divisi yang Berhubungan dengan Perpajakan PT ABC ... 38 3.3.3 Aplikasi untuk Praktik Perpajakan PT ABC ............................... 39

3.4 PM dan PK PT ABC .......................................................................... 39 3.5 Hasil Restitusi PPN PT ABC Tahun 2010 dan 2011 ........................... 42

4. PEMBAHASAN DAN ANALISIS ............................................................. 44 4.1 Mekanisme Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT ABC .. 44 4.2 Permasalahan Terkait Perpajakan dan Proses Restitusi PPN PT ABC . 50

4.2.1 Permasalahan Terkait Administrasi Perpajakan PT ABC............ 50 4.2.2 Analisis Permasalahan Terkait Hasil Restitusi PPN pada Tahun

2010 dan 2011 ........................................................................... 53 4.2.2.1 Penyimpanan dan Pengarsipan Dokumen yang Terkait

dengan Perpajakan ......................................................... 54 4.2.2.2 Perbedaan yang Ditemukan Pemeriksa saat Konfirmasi

Faktur Pajak / PEB ......................................................... 55 4.2.2.3 Re-ekspor Spareparts dan Barang Jadi ............................ 56

4.2.2.4 Penyesuaian Harga ......................................................... 58 4.2.2.5 Kesalahan dari PKP Rekanan ......................................... 59 4.2.2.6 Sanksi Kompensasi Masa Pajak Sebelumnya.................. 59 4.2.2.7 PPN Jasa Luar Negeri .................................................... 60

5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 68 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 68 5.2 Saran ................................................................................................... 69

DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 71

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 12: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. PK dan PM PT ABC Tahun 2010.......................................................... 40 Tabel 3.2. PK dan PM PT ABC Tahun 2011.......................................................... 41 Tabel 4.1. Ringkasan Permasalahan yang Terjadi pada PT ABC Terkait Bidang

Perpajakan dan Proses atas Permohonan Restitusi PPN ......................... 62

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 13: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

xii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Contoh Metode Penghitungan PPN .................................................... 9 Gambar 2.2. Penghitungan Harga Jual dan Penggantian ......................................... 15 Gambar 2.3. Penghitungan Nilai Impor .................................................................. 15 Gambar 2.4. Alur Pemeriksaan atas Permohonan Restitusi PPN ............................. 31 Gambar 3.1. Struktur Organisasi MUC Consulting Group ...................................... 35

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 14: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pembelian Barang Kena Pajak (BKP) dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP)

baik di dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah pabean. Pada dasarnya

semua barang merupakan BKP, sehingga dikenakan PPN, kecuali jenis barang

yang diatur dalam Undang Undang PPN. Misalnya barang hasil pertambangan

atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, barang-barang

kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, makanan dan

minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya

dan uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

PPN sebagai pajak objektif dapat diartikan sebagai kewajiban membayar

pajak oleh konsumen yang terdiri atas orang pribadi atau badan, dan tidak

berkorelasi dengan tingkat penghasilan tertentu. Siapapun yang mengonsumsi

barang atau jasa yang termasuk objek PPN, akan diperlakukan sama dan wajib

membayar PPN atas konsumsi barang atau jasa tersebut. Di samping sebagai

pajak objektif, PPN di Indonesia termasuk dalam kategori pajak atas konsumsi.

Ditinjau dari hukum perpajakan, pajak atas konsumsi adalah pajak yang timbul

akibat suatu peristiwa hukum yang menjadi beban konsumen baik secara yuridis

maupun ekonomis. Maksudnya, yang dikenai pajak adalah barang-barang atau

jasa yang dikonsumsi, bukan barang-barang dalam proses produksi, dan ditujukan

pada konsumen akhir. PPN juga termasuk pajak tidak langsung. Sebagai pajak

tidak langsung, beban pembayaran pajaknya dipikul oleh konsumen, namun

penanggung jawab atas penyetoran PPN ke kas negara dibebankan kepada penjual

(pajak.go.id, 2012).

Dalam PPN terdapat Pajak Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK). PM

dapat diartikan sebagai PPN yang dibayarkan saat melakukan pembelian barang

atau penggunaan jasa. PK juga dapat diartikan pajak yang harus dipungut saat

melakukan penjualan barang atau penyediaan jasa. PM dan PK tersebut

dibandingkan setiap bulannya. Jika PM lebih besar daripada PK, disebut lebih

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 15: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

2

Universitas Indonesia

bayar. Namun, jika PM lebih kecil dibandingkan dengan PK, disebut kurang

bayar.

Dalam UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM pasal 9 ayat

4, diatur apabila dalam suatu masa pajak, PM yang dapat dikreditkan lebih besar

daripada PK, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke

masa pajak berikutnya. Atas kelebihan PM tersebut dapat juga diajukan

permohonan pengembalian pada akhir tahun buku. Pengembalian itulah yang

disebut dengan restitusi.

Dalam mengajukan restitusi PPN, ada beberapa hal yang harus dilakukan

oleh wajib pajak mengingat hal tersebut terkait dengan kas negara. Ada tata cara

pengajuan restitusi yang harus dipatuhi oleh WP. Dimulai dari pengajuan

permohonan restitusi, kelengkapan dokumen untuk permohonan restitusi, dan

proses penelitian atau pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak dalam

permohonan restitusi. Permohonan pengembalian kelebihan pajak dapat diproses

melalui penelitian atau pemeriksaan. Penelitian dilakukan terhadap permohonan

pengembalian kelebihan pajak yang diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

kriteria tertentu, PKP yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17D Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan (KUP); atau PKP berisiko rendah. Selain PKP tersebut, atas

permohonan pengembalian kelebihan pajaknya dilakukan pemeriksaan.

Menurut Sukardji (2012), penyebab terjadi kelebihan pembayaran PM

karena PKP melakukan ekspor BKP Berwujud atau BKP Tidak Berwujud, ekspor

JKP, penyerahan BKP / JKP kepada pemungut PPN, penyerahan BKP / JKP yang

memperoleh fasilitas PPN tidak dipungut, pembelian barang modal dalam tahap

belum berproduksi, dan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

Kelebihan pembayaran PM karena ekspor BKP Berwujud misalnya, terjadi pada

PT ABC.

PT ABC merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. PT

ABC merupakan anak perusahaan dari X Corp. yang berada di Jepang. PT ABC

memproduksi peralatan untuk bidang kesehatan dan kedokteran. PT ABC adalah

PKP yang selalu melakukan restitusi di setiap tahunnya. Restitusi tersebut

disebabkan oleh transaksi penjualan ekspor di mana produk dari PT ABC

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 16: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

3

Universitas Indonesia

seluruhnya diekspor ke perusahaan induknya yang berada di Jepang. Melalui

perusahaan induk tersebut, produk PT ABC dijual ke berbagai negara, di

antaranya Jepang, Rusia, Amerika Serikat, Kanada, dan Indonesia. Pada tahun

2010, PT ABC mengajukan restitusi dan Surat Keputusan Pajak (SKP) yang

keluar adalah lebih bayar. Pada tahun 2011, PT ABC kembali mengajukan

restitusi namun hingga saat ini proses tersebut masih berlanjut dan belum ada SKP

terkait hal tersebut.

Walaupun PT ABC melakukan permohonan restitusi setiap tahunnya, hal

itu tidak menjamin proses restitusi yang dilakukan berjalan dengan mudah. Ada

beberapa masalah yang mungkin timbul dari proses restitusi tersebut. Dimulai dari

jangka waktu yang digunakan dalam proses restitusi biasanya cukup panjang,

opportunity cost yang timbul akibat proses restitusi yang panjang tersebut, hingga

ke masalah penyiapan dokumen pendukung dalam proses restitusi. Masalah yang

lain pun bisa muncul, misalnya adanya retur penjualan dan adanya kesalahan dari

pihak pemasok.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis PPN,

proses restitusi PPN, dan masalah yang terjadi pada restitusi PPN PT ABC dengan

mengambil judul “Analisis Proses Restitusi Pajak Pertambahan Nilai PT

ABC”.

1.2 Perumusan Masalah Laporan Magang

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pokok masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah mekanisme restitusi PPN di PT ABC sudah sesuai dengan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan?

2. Apa saja masalah PT ABC dalam melakukan restitusi PPN dan apa solusi

praktis untuk PT ABC?

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 17: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

4

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang

Tujuan penulisan laporan magang adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis mekanisme restitusi PPN di PT ABC apakah sudah sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata

Cara Pemeriksaan.

2. Mengidentifikasi masalah di PT ABC dalam melakukan restitusi PPN dan

merekomendasikan solusi praktisnya.

1.4 Manfaat Laporan Magang

Laporan magang ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan yang diteliti (PT ABC), dengan memberikan saran dan

rekomendasi perbaikan atas proses restitusi PPN.

2. Bagi para pelaku dunia usaha, khususnya yang mengalami kelebihan

pembayaran PPN dan mengajukan restitusi PPN tersebut sehingga dapat

membantu dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

3. Bagi para akademisi, khususnya yang mendalami bidang perpajakan, dengan

menambah pengetahuan mengenai mekanisme pengajuan restitusi sesuai

dengan peraturan perpajakan dan masalah yang dihadapi dalam proses restitusi

tersebut.

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Penulis melaksanakan program magang di Kantor Konsultan Pajak MUC

Consulting Group yang beralamat di TB Simatupang 15, Jakarta Selatan. Program

magang ini berlangsung selama 3 bulan terhitung dari tanggal 9 Januari 2013

sampai 9 April 2013. Jam kerja dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00.

Selama proses magang, penulis ditempatkan di Divisi Tax Dispute.

1.6 Pelaksanaan Kegiatan Magang

Selama kegiatan magang ini, penulis ditempatkan di bagian Tax tepatnya Divisi

Tax Dispute. Divisi Tax Dispute merupakan divisi yang menyediakan jasa untuk

membantu klien dalam penyelesaian sengketa pajak seperti keberatan atas surat

ketetapan pajak, banding keputusan keberatan pajak, dan peninjauan kembali

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 18: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

5

Universitas Indonesia

kepada Mahkamah Agung. Penulis ditempatkan di salah satu tim Tax Dispute dan

membantu konsultan senior di tim tersebut. Selain PT ABC, penulis juga

membantu dalam penanganan beberapa klien lain. Tugas penulis selama magang

di antaranya adalah melakukan rekapitulasi dokumen yang dibutuhkan dalam

proses pemeriksaan, seperti Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh)

21, 22, 23, 26, 4 (2) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bukti Potong PPh, Nota

Retur, Pemberitahuaan Ekspor Barang (PEB), Pemberitahuan Impor Barang

(PIB), dll. Penulis juga melakukan identifikasi objek PPh 23 salah satu klien.

Penulis bertanggung jawab untuk mengorganisir dokumen-dokumen yang akan

diberikan ke pemeriksa pajak. Penulis juga membuat Surat Banding yang

dibutuhkan untuk mengajukan proses banding salah satu klien. Penulis juga

melakukan vouching ke kantor klien dan mendampingi manajer untuk berdiskusi

dengan klien. Penulis juga mendatangi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk

menyerahkan dokumen yang diminta pemeriksa pajak.

1.7 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang

Laporan magang ini akan membahas mengenai proses restitusi PPN PT ABC.

Bagaimana mekanisme restitusi PPN pada PT ABC pada tahun 2010 dan 2011.

Laporan ini juga akan menganalisis masalah PT ABC dalam proses restitusi PPN

tersebut serta alternatif penyelesaian masalah tersebut.

1.8 Metode Penulisan Laporan Magang

Dalam penulisan laporan magang ini, penulis menggunakan data dan informasi

yang didapat selama program magang berlangsung. Penulis juga melakukan

wawancara mendalam kepada konsultan yang menangani restitusi PPN PT ABC

tersebut. Selain itu, penulis juga mengumpulkan data melalui studi literatur

dengan cara membaca dan mempelajari sumber-sumber referensi yang berkaitan

dengan topik laporan magang ini.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 19: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

6

Universitas Indonesia

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan magang ini terdiri atas lima bab, yang masing-

masing bab terdiri atas beberapa subbab. Secara garis besar, sistematika penulisan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. BAB 1 PENDAHULUAN

Bab pertama ini menjabarkan tentang latar belakang yang berisi tentang

restitusi PPN dan pemilihan PT ABC sebagai objek penelitian. Selain itu, pada

bab pertama ini, juga dijabarkan mengenai perumusan masalah laporan magang,

tujuan penulisan laporan magang, manfaat laporan magang, ruang lingkup

penulisan laporan magang, dan sistematika penulisan.

2. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab kedua ini, membahas mengenai teori pajak secara umum, PPN,

proses restitusi PPN, dan peraturan perpajakan yang terkait dengan restitusi

tersebut.

3. BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN

Bab ketiga ini berisikan tentang profil MUC Consulting Group, tempat

dan waktu pelaksanaan magang, pelaksanaan kegiatan magang, metode penulisan

laporan magang, profil PT ABC, dan praktik perpajakan PT ABC.

4. BAB 4 PEMBAHASAN

Bab keempat ini merupakan bab utama yang berisikan data yang didapat

dan analisis atas data yang didapat dengan teori yang terkait. Bab ini membahas

proses pengajuan restitusi PPN PT ABC, permasalahan yang terjadi, dan alternatif

penyelesaiannya.

5. BAB 5 PENUTUP

Bab terakhir ini berisikan kesimpulan dan saran dari permasalahan yang

diangkat di laporan magang ini.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 20: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak Pertambahan Nilai

2.1.1 Definisi PPN

Menurut Waluyo (2010), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang

dikenakan atas konsumsi di dalam negeri atau di dalam daerah pabean, baik

konsumsi barang maupun konsumsi jasa. PPN dikenakan hanya terhadap

pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai

jalur perusahaan. Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena digunakannya

faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan,

menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau memberikan jasa

kepada konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba

merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaan PPN.

2.1.2 Sifat, Tipe, dan Prinsip Pemungutan

2.1.2.1 Sifat Pemungutan

Menurut Waluyo (2010), beberapa sifat pemungutan PPN di antaranya:

1. PPN sebagai pajak objektif. Pungutan PPN ini didasarkan pada objeknya tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak (WP).

2. PPN sebagai pajak tidak langsung. Sifat ini menjelaskan bahwa secara

ekonomis beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain. Namun dari segi

yuridis tanggung jawab penyetoran pajak tidak berada pada penanggung pajak.

3. Pemungutan PPN bersifat multistage tax. Pemungutan PPN dilakukan pada

setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi dari pabrikan,

pedagang besar, sampai dengan pengecer.

4. PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti faktur pajak. Credit method

adalah metode yang digunakan dengan konsekuensi Pengusaha Kena Pajak

(PKP) harus menerbitkan faktur pajak sebagai bukti pemungutan PPN.

5. PPN bersifat netral. Netralitas ini dapat dibentuk karena adanya dua faktor,

yaitu PPN dikenakan atas konsumsi barang atau jasa dan PPN dipungut

menggunakan prinsip tempat tujuan.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 21: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

8

Universitas Indonesia

6. PPN tidak menimbulkan pajak ganda.

7. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri.

2.1.2.2 Metode Penghitungan PPN

Untuk menghasilkan produknya, sebuah perusahaan membeli bahan baku, bahan

baku, suku cadang, dll dengan total 1000. Biaya yang dikeluarkan ada biaya

penyusutan, bunga, upah, dll dengan total 800. Harga jual produk perusahaan

tersebut adalah 1800. Jumlah 800 tersebut merupakan nilai tambah. Nilai tambah

(value added) adalah penjumlahan unsur-unsur biaya dan laba dalam rangka

proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Menurut Sukardji (2012), bukan

harga jual yang menjadi sasaran pengenaan PPN, tetapi nilai tambahnya. Untuk

mengenakan PPN atas nilai tambah dapat dilakukan melalui tiga metode, yaitu:

1. Substraction method (metode pengurangan secara langsung), yaitu dengan cara

mengalikan tarif PPN dengan selisih antara harga jual dengan harga beli.

2. Indirect subtraction method (metode pengurangan secara tidak langsung), yaitu

dengan cara mengurangkan PPN yang dipungut oleh pengusaha atas penyerahan

barang atau jasa, dengan PPN yang dibayar kepada pengusaha lain atas perolehan

barang atau jasa.

3. Addition method (metode penghitungan nilai tambah), yaitu mengalikan tarif

PPN dengan hasil penjumlahan unsur-unsur nilai tambah.

UU PPN Indonesia menganut indirect subtraction method. Metode ini juga

dinamakan invoice method karena pada saat pengujian kebenaran jumlah pajak

yang terutang atas perolehan dan penyerahan diperlukan suatu dokumen

pendukung, yaitu faktur pajak (tax invoice). Metode ini juga dinamakan credit

method, yaitu mengkreditkan Pajak Masukan (PM) dengan Pajak Keluaran (PK).

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 22: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

9

Universitas Indonesia

Gambar 2.1. Contoh Metode Penghitungan PPN

Sumber: Untung Sukardji. Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia,

Rajawali Pers, 2012.

2.1.2.3 Prinsip Pemungutan

Terdapat dua prinsip pemungutan dalam kaitan dengan arus barang dan jasa yang

melintasi batas wilayah negara, yaitu

1. Prinsip Tempat Tujuan (Destination Principle)

Pada prinsip ini PPN dipungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi;

2. Prinsip Tempat Asal (Origin Principle)

Pada prinsip tempat asal ini diartikan bahwa PPN dipungut di tempat asal barang

atau jasa yang akan dikonsumsi.

PPN adalah pajak atas konsumsi dalam negeri, maka PPN hanya

dikenakan atas barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam daerah pabean

Metode Penghitungan

Subtraction Method Indirect Subtraction / Invoice / Credit Method

Harga jual = 1800 Harga beli = 1000 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = 800 PPN = 80

Harga jual = 1800 PPN = 180 Harga beli = 1000 PPN = 100 PPN terutang untuk disetor ke kas Negara = 80

Addition Method

Penyusutan = 200 Sewa = 400 Upah = 200 Jumlah = 800 PPN = 80

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 23: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

10

Universitas Indonesia

Republik Indonesia. PPN tidak akan dikenakan di Indonesia jika barang atau jasa

akan dikonsumsi di luar negeri. Hal ini sesuai dengan prinsip tempat tujuan

(destination principle) yang digunakan dalam pengenaan PPN. Dengan

mengenakan prinsip tempat tujuan, PPN tidak bersifat diskriminatif atau bersifat

netral karena baik produk domestik maupun komoditi impor sama-sama

dikenakan PPN.

2.1.3 Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak

2.1.3.1 Barang Kena Pajak

Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau

hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang

tidak berwujud yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan Pajak

Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

Dalam UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM pasal 4A ayat

2, dijelaskan mengenai jenis barang yang tidak dikenai PPN adalah barang

tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut:

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya. Barang tersebut meliputi:

a. minyak mentah (crude oil);

b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi

langsung oleh masyarakat;

c. panas bumi;

d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata,

bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit / andesit,

gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir

dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth),

tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;

e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan

f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta

bijih bauksit.

2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak. Barang

tersebut meliputi:

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 24: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

11

Universitas Indonesia

a. beras;

b. gabah;

c. jagung;

d. sagu;

e. kedelai;

f. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;

g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses

disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak

dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan / atau

direbus;

h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan,

atau dikemas;

i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun

dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau

dikemas atau tidak dikemas;

j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui

proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan / atau dikemas

atau tidak dikemas; dan

k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan / atau

disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.

3. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,

warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di

tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh

usaha jasa boga atau katering; dan

4. uang, emas batangan, dan surat berharga.

2.1.3.2 Jasa Kena Pajak

Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu

perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas

atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan

untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 25: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

12

Universitas Indonesia

atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang

PPN dan PPnBM.

Dalam pasal 4A ayat 3 UU PPN dan PPnBM, dijelaskan jenis jasa yang

tidak dikenai PPN adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut:

a. jasa pelayanan kesehatan medis;

b. jasa pelayanan sosial;

c. jasa pengiriman surat dengan perangko;

d. jasa keuangan;

e. jasa asuransi;

f. jasa keagamaan;

g. jasa pendidikan;

h. jasa kesenian dan hiburan;

i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri

yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;

k. jasa tenaga kerja;

l. jasa perhotelan;

m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan

secara umum;

n. jasa penyediaan tempat parkir;

o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;

p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

q. jasa boga atau katering.

2.1.4 Objek Pajak

Dalam pasal 4 ayat 1 UU PPN dan PPnBM, dijelaskan bahwa PPN dikenakan

atas:

a. penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

b. impor BKP;

c. penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean;

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 26: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

13

Universitas Indonesia

e. pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean;

f. ekspor BKP Berwujud oleh PKP;

g. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP; dan

h. ekspor JKP oleh PKP.

2.1.5 Subjek Pajak dan Pemungut Pajak

2.1.5.1 Subjek Pajak

Menurut Sukardji (2012), berdasarkan pasal 4, pasal 16C, dan pasal 16D UU PPN

dan PPnBM, subjek PPN dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Pengusaha Kena Pajak

Yang termasuk dalam kelompok PKP adalah pengusaha yang melakukan

kegiatan sebagaimana diatur dalam UU PPN dan PPnBM pasal 4 ayat 1 huruf a

yaitu menyerahkan BKP, pasal 4 ayat 1 huruf c yaitu menyerahkan JKP, dan pasal

4 ayat 1 huruf f yaitu mengekspor BKP. Serta bentuk kerja sama operasi

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM pasal 3 ayat 2.

Menurut pasal 1 ayat 15 UU PPN dan PPnBM, PKP adalah pengusaha yang

melakukan penyerahan BKP dan / atau penyerahan JKP. Berdasarkan penjelasan

pasal 4 ayat 1 huruf a dan huruf c UU PPN dan PPnBM, ”pengusaha” yang

melakukan penyerahan BKP dan / atau JKP dalam ketentuan ini, baik pengusaha

yang telah dikukuhkan sebagai PKP, maupun pengusaha yang seharusnya

dikukuhkan sebagai PKP, tetapi belum dikukuhkan. Oleh karena itu, ketika PKP

menyerahkan BKP / JKP yang dilakukan dalam kegiatan usaha, pengusaha atau

perusahaan tersebut sudah dapat dikenai PPN tanpa harus menunggu pengukuhan

sebagai PKP. Dalam penjelasan pasal 4 ayat 1 UU PPN dan PPnBM, pengusaha

yang melakukan ekspor BKP hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi

PKP.

2. Bukan Pengusaha Kena Pajak (non PKP)

Pengusaha bukan PKP yang menjadi subjek PPN meliputi pengusaha yang

melakukan kegiatan dimaksud pasal 4 ayat 1 huruf b UU PPN dan PPnBM yaitu

orang pribadi / badan yang mengimpor BKP, pasal 4 ayat 1 huruf d dan e yaitu

orang pribadi / badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud / JKP dari luar

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 27: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

14

Universitas Indonesia

daerah pabean di dalam daerah pabean, dan pasal 16C yaitu orang pribadi / badan

yang membangun sendiri di luar kegiatan usaha / pekerjaannya.

2.1.5.2 Pemungut PPN

Menurut pasal 1 ayat 27 UU PPN dan PPnBM, pemungut PPN adalah

bendaharawan pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh

Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang

terutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan / atau penyerahan JKP kepada

bendaharawan pemerintah, badan, atau instansi pemerintah tersebut.

2.1.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Tarif Pajak

2.1.6.1 DPP

Menurut pasal 1 ayat 17 UU PPN dan PPnBM, DPP adalah jumlah harga jual atau

penggantian atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk

menghitung pajak yang terutang. Beberapa pengertian DPP:

1. Harga Jual dan Penggantian

Dalam pasal 1 ayat 18 UU PPN dan PPnBM, disebutkan bahwa harga jual ialah

nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta

oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut

undang-undang PPN dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam

faktur pajak. Kemudian dalam pasal 1 ayat 19 disebutkan bahwa penggantian

ialah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya

diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP

tidak berwujud, tetapi tidak termasuk pajak yang dipungut menurut UU PPN dan

PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak, atau nilai

berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena

pemanfaatan JKP dan / atau penerima manfaat BKP Tidak Berwujud karena

pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 28: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

15

Universitas Indonesia

Yang dimaksud dengan semua biaya antara lain biaya pengangkutan, biaya

asuransi, biaya bantuan teknik, biaya pemeliharaan, biaya pengiriman, biaya

garansi, dan biaya pendidikan.

Gambar 2.2. Penghitungan Harga Jual dan Penggantian

Sumber: Untung Sukardji. Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia,

Rajawali Pers, 2012.

2. Nilai Ekspor

Dalam pasal 1 ayat 26 UU PPN dan PPnBM, disebutkan bahwa nilai ekspor ialah

nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau yang seharusnya

diminta oleh eksportir. Nilai ekspor dapat diketahui dari dokumen ekspor,

misalnya harga yang tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

3. Nilai Impor

Dalam pasal 1 ayat 20 UU PPN dan PPnBM, disebutkan bahwa nilai impor ialah

nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah

pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang

dipungut menurut UU PPN dan PPnBM. Nilai impor yang menjadi DPP adalah

harga patokan impor atau Cost, Insurance, and Freight (CIF) sebagai dasar

penghitungan bea masuk ditambah dengan semua biaya dan pungutan lain

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pabean.

Gambar 2.3. Penghitungan Nilai Impor

Sumber: Untung Sukardji. Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia,

Rajawali Pers, 2012.

Nilai berupa uang + Semua biaya - Potongan harga dalam FP =

Harga Jual

Penggantian

CIF + Bea Masuk = Nilai Impor

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 29: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

16

Universitas Indonesia

4. Nilai Lain Sebagai DPP

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.011/2013 tentang Nilai

Lain sebagai DPP, ditetapkan jenis dan macam nilai lain sebagai DPP, yaitu:

a. Untuk pemakaian sendiri BKP dan / atau JKP adalah harga jual atau

penggantian setelah dikurangi laba kotor.

b. Untuk pemberian cuma-cuma BKP dan / atau JKP adalah harga jual atau

penggantian setelah dikurangi laba kotor.

c. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga

jual rata-rata.

d. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.

e. Untuk penyerahan produk tembakau adalah sebesar harga jual eceran.

f. Untuk BKP berupa persediaan dan / atau aktiva yang menurut tujuan semula

tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan

adalah harga pasar wajar.

g. Untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan / atau

penyerahan BKP antarcabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan.

h. Untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang

disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli.

i. Untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang.

j. Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih

atau jumlah yang seharusnya ditagih.

k. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau biro pariwisata adalah 10% dari

jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

2.1.6.2 Tarif PPN

Dalam pasal 7 ayat 1, 2, dan 3 UU PPN dan PPnBM, dijelaskan mengenai tarif

PPN, yaitu:

1. Tarif PPN sebesar 10%.

2. Tarif PPN sebesar 0% ditetapkan atas:

a. Ekspor BKP Berwujud

b. Ekspor BKP Tidak Berwujud

c. Ekspor JKP

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 30: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

17

Universitas Indonesia

3. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif PPN sebesar 10% dapat diubah menjadi

serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tinginya 15%.

Cara menghitung PPN yang terutang:

PPN yang terutang = Tarif PPN x DPP

2.1.7 Saat Pajak Terutang

Dalam pasal 11 ayat 1 UU PPN dan PPnBM, disebutkan bahwa terutangnya PPN

terjadi pada saat:

a. penyerahan BKP;

b. impor BKP;

c. penyerahan JKP;

d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean;

e. pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean;

f. ekspor BKP Berwujud;

g. ekspor BKP Tidak Berwujud; atau

h. ekspor JKP.

2.1.8 Mekanisme PM dan PK

2.1.8.1 Faktur Pajak

Menurut pasal 1 ayat 23 UU PPN dan PPnBM, faktur pajak adalah bukti pungutan

pajak yang dibuat oleh PKP karena penyerahan BKP atau penyerahan JKP. Dalam

pasal 13 UU PPN dan PPnBM, PKP wajib membuat faktur pajak untuk setiap

penyerahan BKP yang dilakukan di dalam daerah pabean atau ekspor BKP dan

untuk setiap penyerahan JKP yang dilakukan di dalam daerah pabean. Pembuatan

faktur pajak bersifat wajib bagi setiap PKP, karena faktur pajak adalah bukti yang

menjadi sarana pelaksanaan cara kerja (mekanisme) pengkreditan PPN. PKP

wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan BKP, penyerahan JKP,

ekspor BKP Tidak Berwujud, dan / atau ekspor JKP. Faktur pajak harus dibuat

pada:

a. saat penyerahan BKP dan / atau penyerahan JKP;

b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi

sebelum penyerahan BKP dan / atau sebelum penyerahan JKP;

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 31: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

18

Universitas Indonesia

c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap

pekerjaan; atau

d. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan

BKP dan / atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat:

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang menyerahkan BKP

atau JKP;

b. nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;

c. jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga;

d. PPN yang dipungut;

e. PPnBM yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak; dan

g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.

Dalam pasal 13 ayat 6 UU PPN dan PPnBM ditentukan bahwa Direktorat

Jenderal (Dirjen) Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya

dipersamakan dengan faktur pajak. Penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut

diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-27/PJ/2011 tentang Dokumen

Tertentu yang Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur Pajak. Dokumen

tersebut adalah:

1. PEB yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari

Dirjen Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan

satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;

2. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat / dikeluarkan oleh

Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk penyaluran tepung terigu;

3. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan / dikeluarkan oleh

Pertamina untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan / atau bukan BBM;

4. bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan

telekomunikasi;

5. tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat

/ dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;

6. Nota Penjualan Jasa yang dibuat / dikeluarkan untuk penyerahan jasa

kepelabuhanan;

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 32: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

19

Universitas Indonesia

7. bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;

8. Pemberitahuan Ekspor BKP / JKP Tidak Berwujud yang dilampiri

dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan

Pemberitahuan Ekspor BKP / JKP Tidak Berwujud, untuk ekspor BKP /

JKP Tidak Terwujud;

9. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik

barang berupa nama, alamat dan NPWP dan dilampiri dengan Surat Setoran Pajak

(SSP), Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan / atau bukti pungutan

pajak oleh Dirjen Bea dan Cukai, yang mencantumkan identitas pemilik barang

berupa nama, alamat dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP;

10. SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak terwujud atau JKP

dari luar daerah pabean;

11. bukti tagihan atas penyerahan BKP dan / atau JKP oleh perusahaan air minum:

12. bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara

efek; dan

13. bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan.

2.1.8.2 Pengkreditan PM

PM adalah PPN yang dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan / atau

penerimaan JKP atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean

atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dan / atau impor BKP. PM yang

telah dibayar oleh PKP pada waktu perolehan atau impor BKP atau penerimaan

JKP dapat dikreditkan dengan PK yang dipungut PKP pada waktu menyerahkan

BKP atau JKP. Pengkreditan PM terhadap PK tersebut harus dilakukan dalam

masa pajak yang sama. Apabila dalam suatu masa pajak, PK lebih besar daripada

PM, maka selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar dan disetor oleh PKP ke

kas negara. PM yang dapat dikreditkan, tetapi ternyata belum dikreditkan dengan

PK pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya

selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan

sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.

Apabila dalam suatu masa pajak, PM yang dapat dikreditkan lebih besar daripada

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 33: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

20

Universitas Indonesia

PK, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan

pada masa pajak berikutnya.

2.1.8.3 Kriteria PM yang Dapat Dikreditkan

PM yang dapat dikreditkan adalah PM untuk perolehan BKP atau JKP yang

berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Menurut Sukardji (2012),

”berhubungan langsung” dengan kegiatan usaha mengandung pengertian bahwa

BKP / JKP yang terkait dimaksudkan untuk melakukan kegiatan penyerahan kena

pajak atau dengan kalimat lain ”untuk tujuan yang bersifat produktif.” Kriteria ini

dinamakan syarat materiil. Dengan terbitnya Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-

24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur

Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau

Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak yang menggantikan PER-

13/PJ/2010, istilah Faktur Pajak Cacat tidak digunakan lagi. Istilah Faktur Pajak

Cacat ini diganti dengan Faktur Pajak Tidak Lengkap. Terdapat beberapa

ketentuan dalam PER-24/PJ/2012 yang menentukan bahwa faktur pajak menjadi

tidak lengkap. Pertama, dalam pasal 6 ayat 2 dinyatakan bahwa faktur pajak yang

tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan / atau tidak ditandatangani oleh PKP

atau pejabat / pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya sesuai

dengan tata cara dan prosedur merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap.

Kedua, dalam pasal 10 ayat 1 dinyatakan bahwa bahwa PKP yang

membuat faktur pajak dengan menggunakan nomor seri faktur pajak ganda atau

nomor seri faktur pajak yang sama lebih dari satu dalam tahun pajak yang sama,

maka seluruh faktur pajak dengan nomor seri faktur pajak tersebut termasuk

Faktur Pajak Tidak Lengkap. Ketiga, dalam pasal 12 dinyatakan bahwa jika PKP

melakukan pengisian kode dan nomor seri faktur pajak yang tidak sesuai dengan

ketentuan sebagaimana diatur dalam PER-24/PJ/2012, maka faktur pajak yang

diterbitkan merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap. Keempat, dalam pasal 13

ayat 6, dinyatakan bahwa jika PKP tidak atau terlambat menyampaikan

pemberitahuan kepada Kepala KPP tempat PKP dikukuhkan atau tempat

pemusatan PPN terutang dilakukan, maka faktur pajak yang diterbitkan oleh PKP

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 34: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

21

Universitas Indonesia

sampai dengan diterimanya pemberitahuan merupakan Faktur Pajak Tidak

Lengkap.

2.1.8.4 Kriteria PM yang Tidak Dapat Dikreditkan

Kriteria PM yang tidak dapat dikreditkan diatur dalam pasal 9 ayat 8 UU PPN dan

PPnBM, yaitu:

1. perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;

2. perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan

kegiatan usaha;

3. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station

wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;

4. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah

pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;

5. perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan atau

tidak mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;

6. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah

pabean yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan;

7. perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih dengan penerbitan

ketetapan pajak;

8. perolehan BKP atau JKP yang PM-nya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN,

yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan

9. perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi.

2.2 Pelaporan dan Restitusi PPN

2.2.1 Pelaporan PPN

2.2.1.1 Saat Pembayaran / Penyetoran PPN dan PPnBM

Saat pembayaran / penyetoran PPN dan PPnBM diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo

Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan

Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 35: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

22

Universitas Indonesia

Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak pasal 2. Saat pembayaran /

penyetoran PPN dan PPnBM yang diatur dalam peraturan tersebut adalah:

• PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu masa pajak harus disetor paling

lama akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan sebelum SPT

Masa PPN disampaikan.

• PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat

pembayaran bea masuk dan jika bea masuk ditunda atau dibebaskan, PPN dan

PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen

pemberitahuan pabean impor.

• PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh Dirjen Bea dan Cukai, harus

disetor dalam jangka waktu 1 hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak.

• PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor oleh orang

pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri paling lama

tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

• PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan / atau JKP dari

luar daerah pabean harus disetor oleh orang pribadi atau badan yang

memanfaatkannya, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat

terutangnya pajak.

• PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh bendahara pengeluaran

sebagai pemungut PPN, harus disetor paling lama tanggal 7 bulan berikutnya

setelah masa pajak berakhir.

• PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat Penandatangan

Surat Perintah Membayar sebagai pemungut PPN, harus disetor pada hari

yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada PKP Rekanan Pemerintah

melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

• PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh pemungut PPN selain

bendahara pemerintah yang ditunjuk, harus disetor paling lama tanggal 15

bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

2.2.1.2 Pelaporan SPT Masa PPN

Fungsi dan tujuan dari pelaporan SPT Masa PPN adalah sebagai sarana bagi PKP

untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah PPN dan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 36: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

23

Universitas Indonesia

PPnBM yang sebenarnya terutang. Selain itu, bagi pemotong atau pemungut,

untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau

dipungut dan disetorkannya.

2.2.1.3 Saat Pelaporan PPN dan PPnBM

Saat pelaporan PPN dan PPnBM diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran

dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara

Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan

Penundaan Pembayaran Pajak pasal 7. Saat pelaporan PPN dan PPnBM yang

diatur dalam peraturan tersebut adalah:

• PKP wajib melaporkan PPN dan PPnBM yang telah disetor dengan

menggunakan SPT Masa PPN ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat PKP

dikukuhkan, paling lama akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

• Orang pribadi atau badan yang bukan PKP wajib melaporkan PPN yang telah

disetor atas kegiatan membangun sendiri dengan menggunakan lembar ketiga

SSP ke KPP yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut, paling lama

akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

• Orang pribadi atau badan yang bukan PKP wajib melaporkan PPN yang telah

disetor atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan / atau JKP dari luar daerah

pabean dengan menggunakan lembar ketiga SSP ke KPP yang wilayahnya

meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut,

paling lama akhir bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.

• Dirjen Bea dan Cukai yang memungut PPN dan PPnBM atas impor wajib

melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari

kerja terakhir minggu berikutnya.

• Bendahara pengeluaran dan bendahara pemerintah selain yang telah ditunjuk

wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor ke KPP

tempat pemungut PPN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah

masa pajak berakhir.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 37: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

24

Universitas Indonesia

2.2.2 Restitusi PPN

Salah satu kemungkinan hasil pengkreditan PM adalah PK lebih kecil daripada

PM yang menimbulkan kelebihan bayar. Jika hal tersebut terjadi, PKP yang

bersangkutan berhak memperoleh pengembalian dengan cara dikompensasi ke

utang pajak pada masa berikutnya atau diajukan permintaan pengembalian

(restitusi) dari negara.

Dasar hukum restitusi adalah pasal 9 ayat 4, ayat 4a, ayat 4b, ayat 4c, ayat

4d, ayat 4e dan ayat 4f UU PPN dan PPnBM, UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) pasal 11, dan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian

Kelebihan PPN dan PPnBM. Menurut Waluyo (2010), kelebihan pembayaran

PPN dapat terjadi sebagai berikut:

Jumlah PM lebih besar daripada jumlah PK dalam suatu masa pajak karena:

a. Pembelian BKP atau perolehan JKP yang dilakukan sebelum usaha dimulai

atau pada awal usaha dimulai.

Kemungkinan pengusaha orang pribadi melakukan pembelian BKP modal seperti

mesin, gedung, dan pembelian bahan baku atau bahan pembantu atau perolehan

JKP sebelum usaha dimulai, tetapi bagi WP badan kegiatan dimaksud dilakukan

pada awal usaha dimulai. Bila pada saat tersebut ternyata pengusaha telah

dikukuhkan sebagai PKP, maka PPN yang dibayarkan merupakan PM yang dapat

dikreditkan tetapi PK belum dipungut (belum melakukan penyerahan BKP dan /

atau JKP).

b. PKP mengekspor BKP.

Besarnya PPN atas ekspor BKP yaitu 0%, sehingga dapat dipastikan jumlah PK

lebih kecil dibanding jumlah PM.

c. PKP menyerahkan BKP dan / atau JKP kepada pemungut PPN.

Penyerahan BKP dan / atau JKP kepada pemungut PPN sering mengakibatkan

lebih bayar. Hal tersebut terjadi karena PKP yang bersangkutan belum

mengkreditkan PM yang telah dibayar dalam masa pajak yang sama sedangkan

PPN terutang telah dipungut dan disetor oleh pemungut.

d. PKP menyerahkan BKP dan / atau JKP sehubungan proyek pemerintah yang

dananya berasal dari bantuan luar negeri baik berupa hibah maupun pinjaman.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 38: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

25

Universitas Indonesia

Penyerahan BKP dan / atau JKP dan / atau impor BKP dalam rangka proyek

pemerintah tidak dipungut PPN karena adanya pemberian fasilitas PPN dan

PPnBM yang terutang atas penyerahan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan

adanya kelebihan PM.

e. PKP melakukan penyerahan BKP untuk diolah lebih lanjut kepada Entrepot

Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE).

Hal ini sebagai pemberian fasilitas PPN. PPN yang terutang tidak dipungut

terhadap PKP yang telah mendapat Persetujuan Menteri Keuangan sebagai EPTE

yang menyerahkan BKP untuk diolah lebih lanjut.

2.2.3 PM dan Permohonan Restitusi

Dalam mekanisme pengkreditan, tidaklah semua PM terpenuhi syarat dapat

dimohonkan restitusi oleh PKP. Dalam pasal 9 ayat 4 UU PPN dan PPnBM diatur

bila terjadi PM yang dapat dikreditkan lebih besar dibanding PK, kelebihan PM

tersebut tidak dapat diminta kembali pada masa pajak yang bersangkutan tetapi

dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Tetapi terdapat unsur pengecualian,

sehingga berpeluang bagi WP untuk mengajukan permohonan restitusi atas

kelebihan PM pada akhir tahun pajak yang bersangkutan. Tata cara pengajuannya

yaitu:

1. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi)

disampaikan oleh PKP dengan cara mengisi kolom yang tersedia dalam SPT

Masa PPN atau dengan surat tersendiri, disampaikan kepada Kepala KPP di

tempat PKP dikukuhkan.

2. Permohonan tersebut dilampiri dengan dokumen yang menyatakan adanya

kelebihan pembayaran pajak, yaitu:

a. Faktur PM dan Faktur PK yang berkaitan dengan kelebihan pembayaran

PPN yang dimintakan pengembalian.

b. Dalam hal impor BKP, dilampirkan PIB, SSP atau bukti pungutan pajak

yang dibuat oleh Dirjen Bea dan Cukai, dan Laporan Pemeriksaan Surveyor

(LPS), sepanjang termasuk dalam kategori wajib LPS.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 39: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

26

Universitas Indonesia

c. Dalam hal ekspor BKP, dilampirkan PEB yang telah difiat muat oleh Dirjen

Bea dan Cukai, Bill of Lading (B/L) atau Air Waybill, dan wesel ekspor atau

bukti transfer.

d. Dalam hal penyerahan BKP dan / atau JKP kepada pemungut PPN,

dilampirkan Kontrak atau Surat Perintah Kerja dan SSP.

e. Dalam hal permohonan pengembalian yang diajukan meliputi kelebihan

pembayaran akibat kompensasi masa pajak sebelumnya, maka yang

dilampirkan meliputi seluruh dokumen yang berkenaan dengan kelebihan

pembayaran PPN masa pajak yang bersangkutan.

f. Dalam hal permohonan PKP kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17C UU KUP, lampiran-lampiran tersebut di atas tidak wajib

disampaikan, kecuali apabila permohonan restitusi meliputi kelebihan

pembayaran akibat kompensasi masa pajak sebelum PKP ditetapkan sebagai

PKP kriteria tertentu.

g. Permohonan restitusi ditentukan satu permohonan untuk satu masa pajak.

2.2.4 Jangka Waktu Penyelesaian Restitusi

Pasal 17B UU KUP menyatakan bahwa setelah melakukan pemeriksaan atas

permohonan restitusi, Dirjen Pajak harus menerbitkan surat ketetapan paling

lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima lengkap.

2.2.5 Penelitian atau Pemeriksaan Dalam Restitusi PPN

Permohonan pengembalian kelebihan pajak dapat diproses melalui penelitian atau

pemeriksaan. Penelitian dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan

pajak yang diajukan oleh:

a. PKP kriteria tertentu;

b. PKP yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal

17D UU KUP; atau

c. PKP berisiko rendah.

Selain PKP di atas, atas permohonan pengembalian kelebihan pajaknya dilakukan

pemeriksaan.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 40: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

27

Universitas Indonesia

2.2.6 WP Kriteria Tertentu

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara

Penetapan dan Pencabutan Penetapan WP dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak dijelaskan untuk dapat

ditetapkan sebagai WP dengan kriteria tertentu, WP harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. tepat waktu dalam menyampaikan SPT;

b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan

pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama tiga

tahun berturut-turut; dan

d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam jangka waktu lima tahun terakhir.

Dirjen Pajak melakukan penelitian terhadap permohonan pengembalian

kelebihan pembayaran pajak dari WP dengan kriteria tertentu yang diproses

berdasarkan ketentuan Pasal 17C UU KUP. Penelitian dilakukan atas:

a. kelengkapan SPT dan lampiran-lampirannya;

b. kebenaran penulisan dan penghitungan pajak;

c. kebenaran kredit pajak atau PM berdasarkan hasil konfirmasi dalam sistem

aplikasi Dirjen Pajak atau konfirmasi dengan menggunakan surat; dan

d. kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh WP.

Dirjen Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian

kelebihan pembayaran pajak dari WP dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat

Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 bulan sejak

permohonan diterima secara lengkap untuk PPh, dan paling lama 1 bulan sejak

permohonan diterima secara lengkap untuk PPN.

2.2.7 Konfirmasi Faktur Pajak

Tujuan konfirmasi faktur pajak adalah untuk mendapatkan keyakinan atas

kebenaran faktur pajak dengan menguji:

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 41: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

28

Universitas Indonesia

1. apakah faktur pajak diterbitkan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai

PKP;

2. apakah faktur pajak diterbitkan oleh PKP sehubungan dengan penyerahan BKP

dan / atau JKP yang terutang PPN;

3. apakah faktur pajak telah dilaporkan PKP penerbit sebagai PK pada SPT Masa

PPN.

Hasil konfirmasi faktur pajak berupa:

1. Faktur pajak (PM) yang dilaporkan oleh PKP pembeli sesuai dengan PK yang

dilaporkan oleh PKP penjual.

2. Faktur pajak (PM) yang dilaporkan oleh PKP pembeli tidak sesuai dengan PK

yang dilaporkan oleh PKP penjual. Ketidaksesuaian disebabkan antara lain kode

seri dan nomor faktur pajak dan / atau jumlah yang dipungut pada rekaman data

faktur pajak PKP pembeli berbeda dengan yang dilaporkan PKP penjual.

3. Tidak terdapat data pembanding yang mungkin disebabkan PKP penjual belum

/ tidak melaporkan PK-nya, atau KPP tempat PKP penjual diadministrasikan,

belum melakukan pekerjaan.

4. PKP pembeli belum melaporkan sebagai PM tetapi PKP penjual telah

melaporkan PK-nya.

2.2.8 Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi PKP Berisiko

Rendah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010 tentang PKP Berisiko

Rendah yang Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak mengatur

bahwa PKP yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

adalah PKP yang memenuhi ketentuan:

a. melakukan kegiatan :

1. ekspor BKP Berwujud;

2. penyerahan BKP dan / atau penyerahan JKP kepada pemungut PPN;

3. penyerahan BKP dan / atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut;

4. ekspor BKP Tidak Berwujud; dan / atau

5. ekspor JKP; dan

b. telah ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 42: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

29

Universitas Indonesia

Untuk ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah, PKP harus menyampaikan

permohonan yang dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang diperlukan kepada

Dirjen Pajak. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010

disebutkan kriteria yang harus dipenuhi agar PKP dapat ditetapkan sebagai PKP

berisiko rendah adalah PKP merupakan Perusahaan Terbuka (PT) yang paling

sedikit 40% dari keseluruhan saham disetornya diperdagangkan di bursa efek di

Indonesia, PKP merupakan perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara

langsung oleh pemerintah pusat dan / atau pemerintah daerah, atau produsen yang

memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tertentu tersebut yaitu, PKP tepat

waktu dalam penyampaian SPT Masa PPN selama 12 bulan terakhir, nilai BKP

yang dijual pada tahun sebelumnya paling sedikit 75% adalah produksi sendiri,

dan Laporan Keuangan untuk 2 tahun pajak sebelumnya diaudit oleh akuntan

publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Dengan

Pengecualian.

2.3 Pemeriksaan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara

Pemeriksaan pasal 1 ayat 2, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan

menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan / atau bukti yang dilaksanakan

secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan / atau untuk

tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang undangan

perpajakan. Pada Gambar 4 telah digambarkan mengenai alur pemeriksaan. Jika

PM WP lebih besar daripada PK, WP dapat mengajukan permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) kepada Dirjen Pajak.

Kemudian Dirjen Pajak melakukan perencanaan pemeriksaan dan program audit.

Dirjen Pajak menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) dan

pemberitahuan kepada WP. Paling lambat lima hari setelah penerbitan SP3, Dirjen

Pajak menerbitkan Surat Peminjaman Dokumen kepada WP. Surat Peminjaman

Dokumen tersebut harus dipenuhi paling lama dua minggu. Jika dua minggu

setelah penerbitan Surat Peminjaman Dokumen WP tidak memenuhi Surat

Peminjaman dokumen, WP mendapatkan Surat Peringatan I. Jika tiga minggu

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 43: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

30

Universitas Indonesia

setelah penerbitan Surat Peminjaman Dokumen WP tidak memenuhi Surat

Peminjaman dokumen, WP mendapatkan Surat Peringatan II. Setelah WP

memenuhi Surat Peminjaman Dokumen, Dirjen Pajak melakukan pelaksanaan

pengujian. Pelaksanaan pengujian tersebut dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan

kantor dan pemeriksaan lapangan. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor

17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan pasal 1 ayat 3 dan 4,

pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau

tempat kedudukan WP, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas WP, dan /

atau tempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak, sedangkan

pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Dirjen Pajak.

Kemudian Dirjen Pajak menerbitkan Surat Pemberitahuan Hasil

Pemeriksaan (SPHP), yaitu surat yang berisi tentang temuan pemeriksaan yang

meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungan

sementara dari jumlah pokok pajak terutang dan perhitungan sementara dari

sanksi administrasi. WP wajib menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP paling

lama 7 hari kerja sejak SPHP diterima oleh WP. Jangka waktu tersebut bisa

diperpanjang selama 3 hari. Kemudian Dirjen Pajak melakukan Pembahasan

Akhir (Closing Conference) dengan WP. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

adalah pembahasan antara WP dan pemeriksa pajak atas temuan pemeriksaan

yang hasilnya dituangkan dalam berita acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan

yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi pokok pajak

terutang baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui dan perhitungan sanksi

administrasi. Undangan pembahasan akhir hasil pemeriksaan paling lama 3 hari

kerja setelah WP menanggapi SPHP. Jika tidak terjadi perbedaan pendapat antara

pemeriksa dan WP, pemeriksa dan WP dapat menandatangi berita acara hasil

pembahasan akhir. Jika terjadi perbedaan pendapat antara pemeriksa dan WP,

harus dilakukan pembahasan dengan tim Quality Assurance (QA). Permintaan

pembahasan ditujukan ke kantor wilayah.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 44: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

31

Universitas Indonesia

Gambar 2.4. Alur Pemeriksaan atas Permohonan Restitusi PPN

Sumber: Diolah oleh Penulis

WP mengajukan permohonan

pengembalian kelebihan

pembayaran pajak

PM lebih besar PK

Penerbitan SP3 dan

Pemberitahuan / Panggilan ke

WP

Peminjaman Dokumen

Maksimal 5 hari setelah

penerbitan SP3 Surat Peringatan I: 2 minggu Surat Peringatan II: 3 minggu setelah penerbitan surat permintaan peminjaman dokumen

Dipenuhi maksimal 1 BULAN

Pemeriksaan Kantor: 3 Bulan sejak WP memenuhi panggilan sampai dengan LHP Bisa diperpanjang 3 bulan. Pemeriksaan Lapangan: 4 Bulan sejak WP memenuhi panggilan sampai dengan LHP (Pasal 15- 17 PMK 17). Bisa diperpanjang 4 bulan.

Surat Pemberitahuan

Hasil Pemeriksaan

(SPHP)

WP wajib menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak SPHP diterima. Bisa diperpanjang maks 3 hari kerja. (Pasal 42 (2) dan (3) PMK 17)

Pembahasan Akhir dengan WP (Closing Conference)

Undangan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Paling lama 3 Hari Kerja (Pasal 43 (3) PMK 17)

Pembahasan dengan Tim Quality Assurance

(Pasal 45 PMK 17) Permintaan

Beda Pendapat

Berita Acara Hasil Pembahasan Akhir

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

Nota Hitung Surat Ketetapan Pajak (SKP) / Surat

Tagihan Pajak (STP) (SKPKB, SKPKBT, SKPN, SKPLB)

Sesuai dengan Pembahasan akhir hasil pemeriksaan

Pelaksanaan Pengujian

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 45: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

32

Universitas Indonesia

Setelah pembahasan dengan QA, WP dan pemeriksa menandatangai berita

acara hasil pembahasan akhir. Kemudian diterbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan

(LHP). LHP adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil

pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas

serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan. Kemudian diterbitkan

nota hitung yang digunakan sebagai dasar penerbitan SKP atau STP. Kemudian

Dirjen Pajak menerbitkan SKP atau STP (SKPKB, SKPKBT, SKPN, SKPLB)

yang sesuai dengan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 46: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

33

Universitas Indonesia

BAB 3

PROFIL PERUSAHAAN

3.1 Perusahaan Magang

3.1.1 Gambaran Umum MUC Consulting Group

Multi Utama Consultindo (MUC) Consulting Group didirikan pada tanggal 28 Juli

1999 berdasarkan Akta Notaris No. 38 yang dibuat oleh Chufran Hamal, S.H. dan

pendiriannya disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

berdasarkan Surat Keputusan No. C-20952 HT.01.01 pada tanggal 30 Desember

1999. MUC Consulting Group terletak di Jalan TB Simatupang Kav 15 Tanjung

Barat, Jakarta Selatan. MUC Consulting Group merupakan perusahaan di bidang

konsultasi. Konsultasi tersebut terdiri dari beberapa bidang, di antaranya

perpajakan, transfer pricing, pemasaran, dan lain-lain. Selama bertahun-tahun

MUC telah bekerja sama dengan MSI Global Alliance, sebuah asosiasi

professional global independen yang kantor pusatnya berlokasi di London,

Inggris, dan diwakili lebih dari 250 tempat di lebih dari 100 negara di Eropa,

Amerika, Timur Tengah, Asia-Pasifik dan Afrika.

3.1.2 Jasa Profesional yang Disediakan oleh MUC Consulting Group

MUC Consulting Group menyediakan beberapa layanan bagi perusahaan yang

ingin menggunakan jasanya, yaitu:

1. Registered Tax Consultants

Dalam memberikan jasanya sebagai konsultan pajak, MUC Consulting Group

memberikan beberapa jasa terkait perpajakan, yaitu tax planning, tax review, tax

audit assistance, tax advisory, tax return preparation, tax dispute resolution, tax

administration, standard operational procedure designing, customized tax

training, dan international taxation.

2. Registered Public Accountants (Kantor Akuntan Publik (KAP) Razikun

Tarkosunaryo)

Jasa yang dilakukan oleh KAP ini adalah melakukan audit laporan keuangan

secara umum, audit internal, special audit, review and compilation, jasa

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 47: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

34

Universitas Indonesia

menyangkut International Financial Reporting Standards (IFRS), dan jasa

assurance lainnya.

3. Transfer Pricing Consultant

Divisi ini baru dimiliki oleh MUC Consulting Group pada tahun 2010 atas

permintaan pasar akan jasa konsultasi pajak yang berhubungan dengan pihak

afiliasi bagi perusahaan multinasional. Dengan dukungan dari tenaga akuntan,

pajak, dan hukum divisi ini menjadi salah satu yang mengangkat reputasi MUC

Consulting Group dengan memperoleh penghargaan sebagai Transfer Pricing of

The Year 2012 M & A Awards lewat jasa yang diberikan, yaitu transfer pricing

review, transfer pricing documentation, dan transfer pricing audit assistance.

4. Customs Consultants

Konsultan ini dapat memberikan jasa konsultasi sesuai dengan kebutuhan

perusahaan klien, yaitu strategic custom planning, customs system solution,

classifications of goods, customs valuation analysis, customs audit assistance,

customs compliance review, customs dispute resolution, license instruments

arrangements, dan customs advisory.

5. Business Establishment Services

Jasa ini menyangkut perencanaan dan persiapan pendirian bisnis di Indonesia.

MUC Consulting Group akan membantu perusahaan domestik maupun asing

dalam hal persiapan pendirian baik di bidang administrasi, hukum, budaya,

ataupun sistem dan prosedur yang ada.

6. Governance, Risk, and CSR Consultants

Jasa konsultasi ini terdiri dari Good Corporate Governance, risk management

services, internal control, corporate culture, formulation of management policies

and standard operating procedures, dan business performance optimization.

7. Marketing Research and Intellegence Consulting

Jasa konsultasi ini berfokus pada bidang pemasaran, pelatihan, dan riset. Riset

yang diberikan mencakup riset pasar, kepuasan konsumen, bisnis, analisis

statistika dan data, dan sebagainya.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 48: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

35

Universitas Indonesia

8. Attorneys at Laws

Layanan ini menyangkut hukum dan perizinan dalam bidang keuangan, investasi,

perdagangan, litigasi, perpajakan, ekspor, impor, Hak Kekayaan Intelektual,

sengketa, dan lain sebagainya.

3.1.3 Struktur Organisasi MUC Consulting Group

Berikut adalah bagan struktur organisasi pada MUC Consulting Group:

Gambar 3.1. Struktur Organisasi MUC Consulting Group

Sumber: HRD MUC Consulting Group

3.2 Gambaran Umum PT ABC

PT ABC merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. PT ABC

merupakan anak perusahaan dari X Corp. yang berada di Jepang. PT ABC

didirikan di Kawasan Berikat Besland Pertiwi, Purwakarta pada bulan Februari

1997. PT ABC telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Penanaman Modal Asing (PMA) Kalibata. PT ABC tidak

mempunyai kantor cabang di kota lain. PT ABC memproduksi peralatan medis

yang dibuat dalam beberapa tipe. Produk dari PT ABC seluruhnya diekspor ke X

Managing Director Board of Commissioner

Consultants Team

Finance Division

Marketing Division

Administration Division

HRD IT GA Information Officer

BOD & Partner Secretary

BOD & Partner Support

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 49: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

36

Universitas Indonesia

Corp., perusahaan induknya yang berada di Jepang. Melalui perusahaan induk

tersebut, produk PT ABC dijual ke berbagai negara, di antaranya Jepang, Rusia,

Amerika Serikat, Kanada, dan Indonesia. Dalam melakukan produksinya, PT

ABC mendapatkan bahan baku baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk bahan

baku utama mayoritas diimpor untuk selanjutnya di-assembly. Untuk pembelian

bahan baku dalam negeri, sebagian besar dilakukan dengan pemasok yang

berstatus PKP.

3.3 Praktik Perpajakan PT ABC

3.3.1 Administrasi Perpajakan PT ABC

Setelah dikukuhkan sebagai PKP, PT ABC wajib memenuhi kewajiban

perpajakan, salah satunya kewajiban sehubungan dengan PPN. Kewajiban

tersebut di antaranya adalah memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang

terutang, menyetor PPN yang terutang atau kurang bayar, dan menyampaikan

Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. PT ABC merupakan perusahaan yang taat

dalam membayar pajak. PT ABC akan membayar pajak yang memang terhutang.

Dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, ada beberapa dokumen yang

diperlukan PT ABC, yaitu:

1. Faktur Pajak

Faktur pajak merupakan tanda bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang

melakukan penyerahan atas Barang Kena Pajak (BKP). Faktur Pajak ini

digunakan perusahaan untuk mengetahui besarnya Pajak Keluaran (PK) dan Pajak

Masukan (PM), identitas penjual atau pembeli, jenis BKP yang dibeli atau dijual,

dan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan PM.

2. Surat Setoran Pajak (SSP)

SSP digunakan dalam melakukan pembayaran atau penyetoran PPN yang terutang

ke kas negara melalui kantor pos atau ke KPP PMA Kalibata.

3. SPT Masa PPN

Dengan adanya Peraturan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Nomor PER-

44/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian SPT

PPN Nilai dan juga perubahannya yaitu, Peraturan Dirjen Pajak Nomor : PER-

11/PJ/2013, Formulir yang digunakan untuk melaporkan SPT PPN menggunakan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 50: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

37

Universitas Indonesia

Formulir 1111. Untuk pelaporan SPT PPN pada tahun 2010 dan 2011, PT ABC

menggunakan Formulir 1111. Formulir 1111 terdiri dari Induk SPT Masa PPN

1111- Formulir 1111 (F.1.2.32.04) dan Lampiran SPT Masa PPN 1111. Lampiran

tersebut terdiri dari Formulir 1111 AB - Rekapitulasi Penyerahan dan Perolehan

(D.1.2.32.07), Formulir 1111 A1 - Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP Tidak

Berwujud dan / atau JKP (D.1.2.32.08), Formulir 1111 A2 - Daftar PK atas

Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak (D.1.2.32.09), Formulir 1111 B1 -

Daftar PM yang Dapat Dikreditkan atas Impor BKP dan Pemanfaatan BKP Tidak

Berwujud / JKP dari Luar Daerah Pabean (D.1.2.32.10), Formulir 1111 B2 -

Daftar PM yang Dapat Dikreditkan atas Perolehan BKP / JKP Dalam Negeri

(D.1.2.32.11), dan Formulir 1111 B3 - Daftar PM yang Tidak Dapat Dikreditkan

atau yang Mendapat Fasilitas (D.1.2.32.12). Dari semua lampiran tersebut, PT

ABC tidak menggunakan Formulir 1111 A2.

4. Bukti Penerimaan Surat

Bukti Penerimaan Surat merupakan dokumen yang diterima dari KPP, sebagai

bukti bahwa PT ABC telah menyampaikan SPT Masa PPN ke KPP PMA

Kalibata.

5. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

PEB adalah dokumen pabean yang digunakan untuk memberitahukan pelaksanaan

ekspor barang. PEB dibuat oleh eksportir atau kuasanya dengan menggunakan

software PEB secara online. Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan ke

Kantor Bea dan Cukai dengan menggunakan PEB ini. PEB diajukan untuk

memperoleh respon Persetujuan Ekspor (PE). Barulah kemudian PE digunakan

sebagai surat jalan untuk memasukkan barang ekspor ke kawasan pabean /

kawasan dalam pengawasan bea cukai yang dipersiapkan untuk ekspor.

PIB adalah Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran barang yang diimpor

untuk dipakai. Setelah importir menyelesaikan PIB dan membayar bea masuk

serta pungutan impor lainnya di bank, maka bank akan memberitahukan kepada

Dirjen Bea dan Cukai secara online mengenai pengurusan PIB dan pelunasan bea

masuk dan pajak impor. Dalam tahap ini Dirjen Bea dan Cukai hanya tinggal

menunggu importir menyerahkan PIB untuk diproses, penyerahan PIB ini pun

telah berkembang sedemikian rupa hingga untuk importir yang telah memiliki

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 51: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

38

Universitas Indonesia

modul impor atau telah terhubung dengan sistem komputer Dirjen Bea dan Cukai

dapat menyerahkan PIB secara elekronik (Electronic Data Interchange System),

sehingga dalam prosesnya tak terdapat interaksi secara fisik antara importir

dengan petugas Dirjen Bea dan Cukai.

3.3.2 Divisi-Divisi yang Berhubungan dengan Perpajakan PT ABC

Divisi-divisi dalam PT ABC yang berhubungan dengan praktik PPN PT ABC di

antaranya adalah:

1. Divisi Pembelian

Divisi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai

harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang, dan

membuat pesanan kepada pemasok yang dipilih. Divisi ini berperan menerima

barang yang dipesan beserta faktur pajak dan PIB yang berasal dari pemasok.

Divisi ini harus memastikan barang yang sudah dipesan telah diterima oleh

perusahaan. Divisi ini juga bertanggung jawab untuk memeriksa kelengkapan dan

kebenaran data-data yang terdapat dalam faktur pajak dan PIB apakah sudah

sesuai dengan pesanan atau belum. Sebagian besar bahan baku PT ABC

merupakan bahan baku yang diimpor dari luar negeri. Sehingga pemeriksaan

kembali terhadap PIB merupakan hal penting, karena PIB tersebut akan

dikreditkan dalam SPT Masa PPN.

2. Divisi Keuangan dan Akuntansi

PT ABC tidak mempunyai divisi perpajakan tersendiri. Bagian perpajakan sudah

tergabung ke dalam Divisi Keuangan dan Akuntansi. Secara umum Divisi

Keuangan dan Akuntansi ini bertugas untuk mengatur dan mengalokasikan

keuangan PT ABC baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.

Divisi ini juga melakukan pencatatan, penggolongan, dan peringkasan peristiwa-

peristiwa dan kejadian-kejadian yang bersifat keuangan. Pencatatan yang terkait

dengan PPN berasal dari faktur pajak, PIB, PEB, atau dokumen perpajakan

lainnya. Karena MUC Consulting hanya memberikan jasa tax due dilligence

review pada PT ABC, pengisian dokumen yang berkaitan dengan kewajiban

perpajakan, pembayaran, dan pelaporan SPT PPN maupun SPT Pajak Penghasilan

(PPh), dilakukan oleh Divisi Keuangan dan Akuntansi PT ABC.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 52: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

39

Universitas Indonesia

3. Divisi Penjualan

Seluruh produk PT ABC dijual atau diekspor ke X Corp. yang merupakan induk

PT ABC. Sehingga PT ABC bertanggung jawab atas proses penjualan tersebut

mulai dari mengurus pesanan X Corp. hingga memastikan kelengkapan dokumen

ekspor. Salah satu dokumen ekspor yang penting adalah PEB karena PEB tersebut

akan dilaporkan di SPT Masa PPN.

3.3.3 Aplikasi untuk Praktik Perpajakan PT ABC

PT ABC tidak menggunakan aplikasi khusus dalam praktik perpajakannya. PT

ABC hanya menggunakan aplikasi sederhana seperti Microsoft Excel dalam

pencatatan keuangannya. Microsoft Excel tersebut juga digunakan PT ABC dalam

pencatatan PPN-nya. Untuk pelaporan PPN, PT ABC menggunakan electronic-

SPT (e-SPT). E-SPT atau penyampaian SPT dalam bentuk digital adalah

pelaporan SPT Masa PPh, SPT Tahunan PPh, dan SPT Masa PPN ke KPP secara

elektronik atau dengan menggunakan media komputer. PT ABC menggunakan

aplikasi e-SPT untuk merekam data-data perpajakan yang akan dilaporkan, antara

lain data identitas Wajib Pajak (WP) pemotong / pemungut dan identitas WP yang

dipotong / dipungut seperti Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), nama, alamat,

kode pos, nama KPP, pejabat penandatangan, kota, format nomor bukti potong /

pungut, nomor awal bukti potong / pungut, kode kurs mata uang yang digunakan;

bukti pemotongan / pemungutan PPh; faktur pajak; data perpajakan yang

terkandung dalam SPT; dan data SSP, seperti masa pajak, tahun pajak, tanggal

setor, Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), kode jenis setoran, dan

jumlah pembayaran pajak. PT ABC membentuk file data SPT dengan

menggunakan aplikasi e-SPT dan disimpan dalam media komputer (harddisk,

compact disk, dsb).

3.4 PM dan PK PT ABC

PM merupakan PPN yang seharusnya dibayar PKP karena perolehan BKP atau

penerimaan Jasa Kena Pajak (JKP) atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari

luar pabean atau pemanfaatan JKP dari luar pabean atau impor BKP. PM PT ABC

berasal dari pembelian bahan baku untuk produksi, peralatan lainnya, dan juga

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 53: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

40

Universitas Indonesia

pemanfaatan jasa. PT ABC membeli bahan baku baik dari dalam negeri maupun

luar negeri. Komponen utama untuk perakitan produknya diimpor dari Y Corp.

yang berada di Jepang. Sedangkan untuk bahan baku lainnya, PT ABC

membelinya dari pemasok dalam negeri.

PK merupakan PPN yang wajib dipungut PKP yang melakukan

penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak

berwujud, atau ekspor JKP. PT ABC menjual seluruh produknya pada X Corp.,

perusahaan induk yang berada di Jepang. Penyerahan BKP PT ABC ke luar negeri

tersebut terutang PPN, namun tarif PPN atas ekspor adalah 0%. Sehingga atas

penjualan seluruh produknya, tidak ada PK-nya. Scrap atau sisa hasil produksi

pun tidak dijual oleh PT ABC. Sisa hasil produksi tersebut dihancurkan dan PT

ABC akan membuat berita acara atas penghancuran tersebut. Isi dari berita acara

tersebut menyatakan bahwa sisa hasil produksi PT ABC sudah dihancurkan dan

sudah tidak layak dijual lagi.

Tabel 3.1.

PK dan PM PT ABC Tahun 2010

Bulan PPN yang Dipungut Sendiri PM (Rp)

Dasar Pengenaan

Pajak (DPP) (Rp)

PPN (Rp)

Januari 8.803.929.000 0 614.197.000

Februari 12.228.791.000 0 304.297.000

Maret 13.319.971.000 0 439.592.000

April 8.042.574.000 0 495.191.000

Mei 19.221.344.000 0 616.478.000

Juni 16.249.817.000 0 597.043.000

Juli 14.969.758.000 0 696.379.000

Agustus 22.277.755.000 0 563.881.000

September 29.902.427.000 0 456.426.000

Oktober 19.495.359.000 0 626.491.000

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 54: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

41

Universitas Indonesia

November 18.542.367.000 0 587.973.000

Desember 20.508.570.000 0 481.655.000

Total 203.562.662.000 0 6.479.603.000

Sumber: Data PT ABC, Diolah Kembali oleh Penulis

Tabel 3.2

PK dan PM PT ABC Tahun 2011

Bulan PPN yang Dipungut Sendiri PM (Rp)

DPP (Rp) PPN (Rp)

Januari 9.643.621.000 0 62.685.000

Februari 7.757.485.000 0 52.438.000

Maret 19.969.461.000 0 94.961.000

April 11.884.660.000 0 49.029.000

Mei 11.882.906.000 0 47.736.000

Juni 11.278.777.000 0 84.051.000

Juli 13.475.592.000 0 47.688.000

Agustus 14.192.169.000 0 58.062.000

September 26.127.388.000 0 88.216.000

Oktober 21.416.046.000 0 72.272.000

November 21.156.415.000 0 93.531.000

Desember 16.529.276.000 0 99.921.000

Total 185.313.794.000 0 864.604.000

Sumber: Data PT ABC, Diolah Kembali oleh Penulis

Dari tabel 3.1. dan tabel 3.2. di atas, dapat dilihat besarnya PM yang

dimiliki oleh PT ABC atas pembelian bahan baku, jasa perbaikan, jasa technical

guidance, dan pembelian peralatan lainnya selama tahun 2010 dan 2011. PT ABC

tidak mempunyai PK atau PK nya berjumlah nol karena seluruh penjualannya

adalah ekspor. Di akhir tahun pajak atau bulan Desember, PT ABC akan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 55: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

42

Universitas Indonesia

mengajukan permohonan restitusi atas kelebihan pembayaran pajaknya atau

sejumlah PM yang dimilikinya di akhir tahun pajak.

3.5 Hasil Restitusi PPN PT ABC Tahun 2010 dan 2011

Atas permohonan restitusi PPN tahun 2010, Dirjen Pajak sudah menerbitkan

SKPLB. Total lamanya pemeriksaan untuk tahun 2010 hingga diterbitkannya

SKPLB kurang lebih selama satu tahun. Berikut ini merupakan hasil dari

permohonan restitusi PPN PT ABC tahun 2010:

Total Lebih Bayar 2010 6.479.603.000

Dikurangi:

Pajak yang dapat

diperhitungkan

35.003.000

STP akibat koreksi PEB 47.595.000

Sanksi faktur pajak 30.709.000

Sanksi kompensasi masa

pajak sebelumnya

1.945.000

Sanksi PPN Jasa Luar

Negeri

1.069.000

Jumlah 116.321.000

Restitusi yang Diterima 6.363.282.000

Atas permohonan restitusi PPN tahun 2011, Dirjen Pajak belum

menerbitkan SKPLB-nya. SKPLB tersebut akan diterbitkan pada bulan Agustus

2013. Namun, Risalah Pembahasan telah dibuat. Risalah Pembahasan pada tahun

2011 dibagi menjadi dua, yaitu untuk Januari sampai dengan November dan untuk

bulan Desember. Terdapat dua pokok masalah koreksi dalam Risalah Pembahasan

tahun 2011, yaitu mengenai penyerahan ekspor dan pajak yang dapat

diperhitungkan.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 56: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

43

Universitas Indonesia

Pokok masalah koreksi bulan Januari – November 2011:

1. Penyerahan Ekspor

Menurut SPT Masa PPN / WP : Rp168.784.518.000

Menurut pemeriksa : Rp172.860.767.000

Koreksi : Rp4.076.249.000

2. Pajak yang Dapat Diperhitungkan

Menurut SPT Masa PPN / WP : Rp830.775.000

Menurut pemeriksa : Rp795.432.000

Koreksi : Rp35.343.000

Pokok masalah koreksi bulan Desember 2011:

1. Penyerahan Ekspor

Menurut SPT Masa PPN / WP : Rp16.529.276.000

Menurut pemeriksa : Rp17.272.847.000

Koreksi : Rp743.571.000

2. Pajak yang Dapat Diperhitungkan

Menurut SPT Masa PPN / WP : Rp925.804.000

Menurut pemeriksa : Rp925.804.000

Koreksi : 0

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 57: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

44 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Mekanisme Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT ABC

Selain Wajib Pajak (WP) Tertentu dan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Berisiko

Rendah, atas permohonan restitusinya akan dilakukan pemeriksaan. Setelah PT

ABC mengajukan permohonan restitusi PPN ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Penanaman Modal Asing (PMA) Dua Kalibata, KPP PMA Dua Kalibata akan

menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) ke PT ABC. Maksimal 5

hari setelah penerbitan SP3, KPP PMA Dua Kalibata harus menerbitkan Surat

Peminjaman Dokumen kepada PT ABC. Surat tersebut berisikan daftar dokumen

yang dibutuhkan pemeriksa pajak dalam pemeriksaan restitusi PPN. Surat

Peminjaman Dokumen tersebut harus dipenuhi oleh PT ABC maksimal 1 bulan.

Jika 2 minggu setelah penerbitan Surat Peminjaman Dokumen PT ABC tidak

memenuhi Surat Peminjaman dokumen, PT ABC mendapatkan Surat Peringatan

I. Jika 3 minggu setelah penerbitan Surat Peminjaman Dokumen WP tidak

memenuhi Surat Peminjaman dokumen, WP mendapatkan Surat Peringatan II.

Untuk pemeriksaan tahun 2010, PT ABC mendapatkan Surat Peringatan I. PT

ABC harus menyiapkan dokumen pendukung sesuai dengan yang diminta

pemeriksa dalam Surat Peminjaman Dokumen, yaitu:

1. Data Perpajakan

1. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Badan

beserta lampiran dan Surat Setoran Pajak (SSP).

2. SPT Masa PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) beserta

lampiran, faktur Pajak Masukan (PM), dan faktur Pajak Keluaran (PK).

2. Data Akuntansi dan Dokumen Perusahaan

1. Copy akte pendirian, akte perubahan modal (sampai dengan perubahan

terakhir).

2. Struktur organisasi usaha dan susunan pengurus.

3. Laporan keuangan (jika telah diaudit oleh akuntan publik maka laporan

keuangan sesuai hasil audit).

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 58: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

45

Universitas Indonesia

4. Daftar akun (chart of account), neraca percobaan (trial balance), buku

besar (general ledger dan sub ledger).

5. Buku penjualan, buku pembelian, buku kas masuk dan keluar, buku biaya,

dan buku bank.

6. Buku utang dan buku piutang.

7. Buku persediaan dan kartu persediaan (bahan baku, pembantu / penolong,

barang dalam proses, dan barang jadi).

8. Pesanan pembelian (purchase order), penerimaan barang, supplier invoice,

dan retur pembelian.

9. Pesanan penjualan (sales order), surat jalan (delivery order), customer

invoice, dan retur penjualan.

10. Laporan PPIC (Production Planning Inventory Control) dan laporan

produksi (production report).

11. Daftar aktiva tetap dan bukti perolehan / pembeliannya, serta perhitungan

penyusutan.

12. Surat-surat perjanjian kredit / perikatan utang dengan bank atau pihak lain.

13. Surat-surat perjanjian / perikatan yang lain misalnya subkontrak, sewa-

menyewa, outsourcing, dan lain-lain.

14. Rekening koran semua bank (yang terkait dengan pemasukan dan

pengeluaran baik atas nama sendiri / perusahaan maupun lainnya).

15. Seluruh bukti-bukti / nota / invoice terkait penghasilan (penghasilan usaha

dan dari luar usaha).

16. Seluruh bukti-bukti / nota / invoice terkait beban atau harga pokok

penjualan dan biaya.

17. File data komputer (softcopy) untuk transaksi dan perpajakan.

Setelah PT ABC menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk

pemeriksaan ke pemeriksa, pemeriksa akan mulai melaksanakan pengujian.

Pelaksanaan pengujian tersebut terdiri dari dua yaitu pemeriksaan kantor yang

dilakukan pemeriksa di KPP PMA Dua Kalibata, dan pemeriksaan lapangan, di

mana pemeriksa akan memeriksa langsung ke kantor PT ABC. Pemeriksaan

lapangan yang dilakukan pemeriksa pada tahun 2010 adalah Pemeriksaan

Lengkap, yaitu pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap WP, termasuk

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 59: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

46

Universitas Indonesia

kerjasama operasi dan konsorsium atas seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan

dan / atau tahun-tahun sebelumnya.

Dalam pasal 4 Peraturan Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak Nomor PER-

04/PJ/2012 tentang Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan untuk

Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan disebutkan mengenai

teknik-teknik pemeriksaan yang dapat digunakan pemeriksa pajak dalam proses

pemeriksaan. Teknik-teknik pemeriksaan yang dapat digunakan pemeriksa pajak,

meliputi pemanfaatan informasi internal dan / atau eksternal Dirjen Pajak,

pengujian keabsahan dokumen evaluasi, analisis angka-angka, penelusuran angka-

angka (tracing), penelusuran bukti, pengujian keterkaitan, ekualisasi atau

rekonsiliasi, permintaan keterangan atau bukti, konfirmasi, inspeksi, pengujian

kebenaran fisik, pengujian kebenaran penghitungan matematis, wawancara, uji

petik (sampling), Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK), dan / atau Teknik-

teknik pemeriksaan lainnya. Pemeriksa PT ABC menggunakan hampir semua

metode dan teknik berdasarkan peraturan tersebut.

Salah satu metode yang digunakan adalah konfirmasi. Hal yang harus

dikonfirmasi adalah mengenai keabsahan faktur pajak untuk PM yang akan

dimintai restitusinya oleh PT ABC. Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-

10/PJ.52/2006 tentang Perekaman SPT Masa PPN, Konfirmasi Faktur Pajak, dan

Langkah-Langkah Penanganan Restitusi dalam Rangka Pengamanan Penerimaan

PPN disebutkan bahwa pelaksanaan konfirmasi faktur pajak merupakan salah satu

prosedur administrasi perpajakan yang dilakukan untuk melakukan pengawasan

terhadap kewajiban PPN. Dalam setiap pelaksanaan pemeriksaan pajak,

konfirmasi faktur pajak merupakan prosedur yang wajib dilakukan khususnya

yang menyangkut pembelian dan penjualan, yang wajib dilaksanakan bersamaan

dengan prosedur-prosedur dan / atau pengujian pemeriksaan lainnya. Salah satu

aplikasi yang terdapat dalam program Sistem Informasi Perpajakan adalah

konfirmasi PK-PM PPN, yaitu sistem aplikasi konfirmasi faktur pajak pada

intranet Dirjen Pajak. Dengan sistem aplikasi tersebut dapat dihasilkan informasi

konfirmasi PK-PM antara PKP Penjual dan PKP Pembeli, baik PKP yang

terdaftar pada satu KPP, pada satu kantor wilayah, ataupun pada KPP yang

berbeda kantor wilayah. Jawaban konfirmasi faktur pajak dapat berupa “ada” yang

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 60: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

47

Universitas Indonesia

berarti PM tersebut dapat dikreditkan, maupun “tidak ada” yang kemungkinan

dikarenakan faktur pajak tersebut tidak sah atau faktur pajak tersebut belum

dilaporkan oleh PKP rekanan.

Konfirmasi faktur pajak dapat menjadi hal yang dapat memperlama proses

restitusi. Hasil konfirmasi faktur pajak ”tidak ada” bisa saja bukan kesalahan WP,

namun kesalahan pihak lain, baik KPP WP, PKP rekanan, maupun KPP PKP

rekanan. Misalnya yang terjadi pada PT ABC adalah terhambatnya proses restitusi

PPN karena ada kesalahan dari KPP PKP rekanan atau KPP pemasok PT ABC.

PT ABC membeli bahan baku dari PT S yang merupakan PKP. Kemudian PT

ABC mengkreditkan PM dari pembelian tersebut. PT S melaporkan PK-nya di

SPT Masa PPN. KPP PT ABC adalah KPP PMA 2 Kalibata, sedangkan KPP PT S

misalnya adalah KPP Madya Jakarta Timur. Ketika PT ABC mengajukan

permohonan restitusi PPN, maka KPP PMA Dua Kalibata akan melakukan

pemeriksaan. Salah satu proses dalam pemeriksaan tersebut adalah

mengkonfirmasi semua faktur pajak atas PM yang dimiliki oleh PT ABC, yang

tentunya bersumber dari berbagai KPP. Pemeriksa PT ABC akan mengkonfirmasi

juga PM dari pembelian dari PT S ke KPP PT S, yaitu KPP Madya Jakarta Timur.

Hasil konfirmasi faktur pajak tersebut bisa berupa “ada dan sesuai”, bisa juga

“tidak ada”. Permasalahan yang terjadi pada PT ABC, konfirmasi yang didapat

oleh pemeriksa PT ABC dari KPP PT S atas faktur pajaknya adalah “tidak ada”.

Ternyata hal itu terjadi karena ada kesalahan konfirmasi dari pihak administrasi

KPP Madya Jakarta Timur. Seharusnya KPP Madya Jakarta Timur memberikan

konfrimasi ”ada dan sesuai”, tetapi terjadi kekeliruan sehingga hasil

konfirmasinya adalah ”tidak ada”. Pemeriksa akan menanyakan hal tersebut pada

PT ABC. PT ABC tentu sudah merasa membayar PPN. PT ABC akan

menanyakan hal tersebut pada PT S. PT S akan memberikan SPT Masa PPN yang

sudah dilaporkan pada pemeriksa. Ada pemeriksa yang menerima hal tersebut dan

menganggap faktur pajaknya ada, namun ada juga pemeriksa yang tidak bisa

menerima hal tersebut karena pemeriksa tersebut hanya menginginkan konfirmasi

langsung dari KPP PT S. Jadi, PT S akan membuat surat pengajuan ke KPP

Madya Jakarta Timur, kemudian KPP Madya Jakarta Timur yang akan

memberikan surat konfirmasi ke KPP PT ABC, yaitu KPP PMA Dua Kalibata.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 61: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

48

Universitas Indonesia

Untuk masalah ini, KPP PKP rekanan seharusnya memberikan konfirmasi dengan

jelas dan benar, serta tidak memperlama pemberitahuan konfirmasi faktur pajak.

PT ABC seharusnya berkomunikasi dengan PKP rekanan dan meminta SPT Masa

PPN PKP rekanan yang sudah dilaporkan sebagai bukti ke pemeriksa bahwa PT

ABC sudah membayar PPN dan faktur PM sudah dilaporkan oleh PKP rekanan.

Metode lainnya yang digunakan adalah pengujian keterkaitan yang terdiri

dari pengujian arus barang, uang, utang, piutang, dan dokumen. Pemeriksa

melakukan pengujian arus uang dan arus piutang untuk menguji jumlah peredaran

usaha PT ABC. Pemeriksa juga melakukan pengujian arus uang, barang, dan

dokumen untuk memastikan keabsahan faktur PM yang dikreditkan oleh PT ABC.

Pengujian arus uang meliputi transaksi kas, bank, dan setara kas lainnya.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji aliran uang suatu transaksi dan / atau

mendapatkan jumlah penerimaan uang dalam suatu kurun waktu dalam rangka

mendukung pengujian kebenaran penghasilan bruto yang dilaporkan PT ABC

berdasarkan kas (cash basis). Pengujian arus piutang dilakukan utnuk

mendapatkan jumlah pelunasan piutang usaha dalam suatu kurun waktu dalam

rangka mendukung pengujian kebenaran penghasilan bruto yang dilaporkan PT

ABC secara akrual (accrual basis). Pengujian arus barang dilakukan untuk

meyakini kebenaran unit barang yang keluar dari gudang / digunakan / dijual

ataupun yang masuk ke gudang, baik berupa bahan baku, bahan pembantu, barang

dalam proses, maupun barang jadi.

Sumber data yang digunakan untuk kedua pengujian tersebut adalah SPT

Tahunan PPh Badan tahun 2010 dan 2011, Laporan Keuangan tahun 2010 dan

2011, SPT Masa PPN Januari – Desember 2010 dan SPT Masa PPN Januari –

Desember 2011, buku besar tahun 2010 dan 2011, dan faktur pajak selama tahun

2010 dan 2011.

Untuk memastikan keabsahan faktur PM yang dikreditkan oleh PT ABC

dilakukan pengujian arus uang, barang, dan dokumen dengan format yang

diberikan dari pemeriksa sebagai berikut.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 62: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

49

Universitas Indonesia

No Faktur Pajak

PKP Penjual

Nilai PPN

No Invoice

Nilai Invoice

Pembayaran Pengiriman Barang

Ket

No Tgl Bank Penjual Bank PT ABC No Tgl No Tgl No

Acc No Tgl No

Acc

Untuk menguji jumlah peredaran usaha PT ABC, pemeriksa melakukan

pengujian arus uang dan arus piutang.

Formula untuk pengujian arus uang:

Saldo akhir kas / bank Pengeluaran kas / bank +

Saldo awal kas / bank -

Penyesuaian non penghasilan + / - Penerimaan kas / bank

Melalui pengujian arus uang ini pemeriksa akan mengambil kesimpulan

apakah hasil pengujian arus uang menunjukkan angka yang sama dengan omzet

yang dilaporkan oleh PT ABC.

Formula untuk pengujian arus piutang:

Pelunasan / penerimaan melalui kas / bank Pelunasan non kas / bank +

Saldo akhir piutang usaha +

Saldo awal piutang usaha -

Penyesuaian: Penghapusan piutang (+) Retur penjualan (-) PPN dipungut sendiri yang ada dalam kas / bank (-) Saldo uang muka penjualan Saldo pendapatan yang ditangguhkan Penyesuaian kurs (rugi kurs +, laba kurs -) Penyesuaian lain yang tidak ada hubungan dengan penerimaan / penghasilan

+ Peredaran usaha

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 63: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

50

Universitas Indonesia

Melalui pengujian arus piutang ini pemeriksa akan mengambil kesimpulan

apakah hasil pengujian arus piutang menunjukkan angka yang sama dengan omzet

yang dilaporkan oleh PT ABC.

Kemudian pemeriksa menerbitkan Surat Pemberitahuan Hasil

Pemeriksaan (SPHP) dan PT ABC wajib menyampaikan tanggapan tertulis atas

SPHP paling lama 7 hari kerja sejak SPHP diterima. Kemudian pemeriksa dan PT

ABC akan melakukan Pembahasan Akhir (Closing Conference). Setelah

pemeriksa dan PT ABC sepakat mengenai perbedaan yang ada, pemeriksa dan PT

ABC menandatangi berita acara hasil pembahasan akhir. Kemudian diterbitkan

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan diterbitkan nota hitung yang digunakan

sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak

(STP). Kemudian sesuai dengan pembahasan akhir hasil pemeriksaan, Dirjen

Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dan STP.

4.2 Permasalahan Terkait Perpajakan dan Proses Restitusi PPN PT ABC

4.2.1 Permasalahan Terkait Administrasi Perpajakan PT ABC

PT ABC termasuk WP yang taat membayar semua jenis pajak yang memang

terutang. Pembayaran dan pelaporan pajaknya pun dilakukan dengan tepat waktu.

Namun, masih banyak kekurangan dari segi praktik perpajakan, khususnya

dibidang administrasi terkait PPN, yang harus dibenahi oleh manajemen PT ABC.

Sumber Daya Manusia (SDM) di PT ABC masih banyak yang

keterampilannya kurang memadai. Khususnya di bagian administrasi. Sebagai

contoh, adanya kesalahan input pada saat rekapitulasi Pemberitahuan Ekspor

Barang (PEB). Karyawan seharusnya memasukan nomor PEB, tetapi yang

dimasukkannya adalah nomor pengajuan. Hal sederhana ini dapat berdampak

signifikan mengingat PEB tersebut dipersamakan dengan faktur pajak dan

menjadi bukti yang diperlukan untuk pelaporan PPN maupun pemeriksaan

perpajakan. Seharusnya karyawan mampu menginput dengan baik dan benar

semua data-data terkait PPN karena hasil rekapitulasinya akan digunakan untuk

berbagai hal penting, contohnya pada saat proses pengajuan restitusi PPN. PT

ABC seharusnya memberikan pelatihan khusus bagi karyawan baru terkait dengan

penggunaan Microsoft Excel, mengingat aplikasi tersebut adalah salah satu

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 64: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

51

Universitas Indonesia

aplikasi dasar yang banyak digunakan. Dalam pelatihan tersebut juga dijelaskan

cara-cara untuk menghindari kesalahan dalam proses input. Selain itu, adanya

review ulang atau evaluasi dari karyawan akan hasil rekapitulasinya untuk

memastikan data yang sudah diinput adalah benar, tentu akan mengurangi

kesalahan seperti ini.

PT ABC tidak menggunakan aplikasi khusus dalam pencatatan keuangan

dan akuntansi maupun untuk praktik perpajakannya. PT ABC hanya

menggunakan aplikasi sederhana seperti Microsoft Excel dalam pencatatan terkait

akuntansi dan perpajakan. Microsoft Excel tersebut juga digunakan PT ABC

dalam pencatatan yang terkait dengan PPN. Untuk pelaporan PPN, PT ABC

menggunakan electronic-SPT (e-SPT). Aplikasi-aplikasi sederhana tersebut masih

dapat PT ABC gunakan dan PT ABC tidak perlu menambah maupun mengganti

aplikasi tersebut dengan yang lebih canggih dikarenakan beberapa alasan. PT

ABC tidak mempunyai kantor cabang di kota lain. Pabrik dan kantornya berada di

satu tempat, yaitu Kawasan Berikat Purwakarta. Sehingga PT ABC belum

membutuhkan aplikasi yang lebih baik dan lebih terintegrasi karena ukuran PT

ABC yang belum terlalu besar. Kemudian, SDM PT ABC banyak yang belum

terbiasa dengan teknologi, khususnya SDM di bagian administrasi. Jika PT ABC

memaksakan untuk menggunakan aplikasi yang lebih baik, dikhawatirkan biaya

yang harus dikeluarkan PT ABC nantinya akan lebih besar dibandingkan dengan

manfaatnya. Pendapat dari konsultan senior dari MUC Consulting Group, bagian

dari PT ABC yang harus ditingkatkan dan dibenahi penggunaan IT-nya adalah

Divisi Produksi yang bertanggung jawab atas data costing PT ABC. Data costing

tersebut dibutuhkan pemeriksa pajak dalam proses pemeriksaan. Data costing PT

ABC masih belum bisa dibenahi dengan baik. Seharusnya PT ABC menyiapkan

dan mengatur data costing tersebut karena data tersebut digunakan untuk berbagai

kebutuhan.

PT ABC termasuk perusahaan yang tidak rapi dalam hal penyimpanan

dokumen-dokumen yang terkait dengan perpajakan. Pada tahun 2010,

pemeriksaan yang dilakukan terhadap PT ABC adalah pemeriksaan all taxes

yaitu, pemeriksaan terhadap PPh Badan, PPh pasal 4 (2), PPh pasal 15, PPh pasal

21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 26, dan PPN. Dari proses pemeriksaan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 65: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

52

Universitas Indonesia

tersebut terlihat bahwa banyak dokumen-dokumen PT ABC yang

penyimpanannya tidak teratur dan tercecer, yang pada akhirnya menghambat

proses pemeriksaan tahun 2010 tersebut. Salah satu akibatnya adalah PT ABC

mengalami kesulitan saat mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan

dalam proses restitusi PPN. Belajar dari kesalahan tersebut, pada tahun 2011, saat

ada pemeriksaan terhadap PPN, PT ABC memperbaiki penyimpanan dokumen-

dokumennya. Walaupun masih belum sempurna, tapi sudah ada peningkatan dari

pengarsipan di PT ABC. Seharusnya semua dokumen yang terkait dengan bisnis

PT ABC disimpan dengan baik dan diatur sesuai dengan jenisnya. PT ABC juga

harus mempunyai sebuah sistem yang mengatur masalah pengarsipan ini.

Penyebab tidak teraturnya penyimpanan dokumen-dokumen di PT ABC adalah

karena tidak adanya peraturan dari perusahaan yang mewajibkan penyimpanan

dokumen dengan baik dan teratur. Selain itu, pengendalian internal di PT ABC

juga masih terbilang rendah. Kemudian, masih kurangnya kesadaran dan perhatian

dari karyawan untuk masalah dokumen tersebut. Oleh karena itu, PT ABC perlu

membuat kebijakan mengenai pengarsipan yang baik dan mensosialisasikan hal

tersebut kepada seluruh divisi agar semua divisi menerapkan hal tersebut.

Mengenai sistem pengarsipannya, PT ABC dapat membuat sebuah sistem

pengarsipan yang sesuai untuk setiap divisi yang ada, khususnya divisi yang

terkait dengan perpajakan. Misalnya, dokumen disimpan menurut transaksinya

dan dipisahkan per bulan. Satu transaksi, baik transaksi penjualan maupun

pembelian, biasanya terdiri dari beberapa dokumen. Dokumen-dokumen tersebut

digabungkan per transaksi, sehingga tidak akan tercecer dan mudah ditemukan

saat dibutuhkan untuk kepentingan pemeriksaan pajak.

Hal penting yang perlu diperhatikan oleh PT ABC adalah mengenai

kerjasama antar divisi, khususnya yang terkait dengan praktik perpajakan PT

ABC. Divisi yang terkait dengan perpajakan di PT ABC adalah Divisi Keuangan

dan Akuntansi, Divisi Pembelian, dan Divisi Keuangan. Kerjasama dan

koordinasi antar divisi tersebut masih buruk karena masing-masing divisi hanya

mementingkan kepentingan divisinya masing-masing saja. Seharusnya, antar

divisi dapat bekerjasama dan saling melengkapi, dalam hal ini kerjasama dalam

urusan administrasinya. Contohnya adalah setiap divisi yang terkait dengan proses

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 66: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

53

Universitas Indonesia

permohonan restitusi PPN. Seharusnya setiap divisi tersebut berusaha untuk

bekerja sama dan memenuhi semua dokumen yang dibutuhkan. Divisi SDM PT

ABC seharusnya mengadakan pelatihan maupun kegiatan lain yang dapat

mengubah pandangan karyawan PT ABC dan dapat mempererat hubungan

seluruh karyawan di PT ABC.

Setiono (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Restitusi Pajak

Pertambahan Nilai (Studi kasus PT XYZ)”, menyebutkan keuntungan penggunaan

aplikasi bernama SAP dalam praktik PPN. Data-data untuk mengisi Formulir

1195 menggunakan menu pajak pada modul akuntansi yang terdapat pada sistem

SAP. Data transaksi pembelian maupun penjualan sudah tersimpan dalam

database sistem, sehingga pengisian Formulir 1195 pun menjadi lebih mudah.

Dalam pencarian untuk dokumen yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pun

menjadi lebih mudah jika setiap keterangan referensi dokumen yang diarsip

dimasukkan ke sistem SAP. Namun, memang diperlukan kesiapan yang matang

dari perusahaan dalam penerapan sistem baru yang berhubungan dengan

perpajakan ini. Dalam penelitian tersebut disebutkan, PT XYZ awalnya

menggunakan aplikasi bernama Oracle, kemudian menggantinya dengan SAP.

Staf perpajakan PT XYZ membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan aplikasi

SAP tersebut. Akibatnya, PT XYZ mengalami kesulitan untuk memenuhi

permintaan data yang diminta pemeriksa dalam proses pemeriksaan. Proses

pemeriksaan terhadap permohonan restitusi PPN PT XYZ masa pajak Mei-

Desember 2005 pun berlangsung hingga tahun 2007. Jika perusahaan ingin

menerapkan sistem baru yang terkait dengan perpajakan ini, sebaiknya perusahaan

memastikan terlebih dahulu kesiapan SDM dan juga memilih waktu yang tepat

untuk melakukan perubahan sistem tersebut.

4.2.2 Analisis Permasalahan Terkait Hasil Restitusi PPN pada Tahun 2010

dan 2011

Adanya koreksi atau selisih jumlah restitusi yang diajukan oleh PT ABC dengan

jumlah restitusi yang diterima oleh pemeriksa pada tahun 2010 dan 2011

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu penyimpanan dan pengarsipan dokumen

yang terkait dengan perpajakan, adanya perbedaan yang ditemukan pemeriksa saat

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 67: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

54

Universitas Indonesia

konfirmasi faktur pajak, re-ekspor spareparts dan barang jadi, penyesuaian harga,

kesalahan dari PKP rekanan, sanksi kompensasi masa pajak sebelumnya, dan PPN

Jasa Luar Negeri.

4.2.2.1 Penyimpanan dan Pengarsipan Dokumen yang Terkait dengan

Perpajakan

Tidak rapinya penyimpanan dokumen-dokumen yang terkait dengan perpajakan

pada PT ABC juga merupakan salah satu faktor yang dapat memperpanjang

proses restitusi PPN. Pada saat proses pemeriksaan, banyak dokumen-dokumen

yang dibutuhkan ternyata tidak dapat dipenuhi oleh PT ABC. Padahal dokumen-

dokumen tersebut dapat menjadi bukti terkait dengan PM PT ABC yang dapat

dikreditkan dan dimintakan kelebihannya. Masalah ini terjadi baik untuk proses

pemeriksaan tahun 2010 maupun pemeriksaan tahun 2011.

Penyebab masalah ini adalah tidak adanya peraturan yang jelas dari PT

ABC mengenai kewajiban untuk menyimpan dokumen-dokumen yang terkait

dengan perpajakan dengan rapi dan benar. Sehingga karyawan pun banyak yang

tidak memperdulikan dokumen-dokumen tersebut. Pada saat pemeriksaan untuk

permohonan restitusi dilakukan, barulah karyawan akan mulai mencari lagi

dokumen-dokumen yang diperlukan oleh pemeriksa. Pada tahun 2010, dokumen-

dokumen yang terkait dengan perpajakan tidak diarsip dan disimpan dengan baik

oleh PT ABC. Sehingga banyak dokumen untuk pendukung proses restitusi

menjadi tidak lengkap. Pada tahun 2011, PT ABC sudah mulai memperbaiki

kesalahannya dan berusaha untuk melakukan pengarsipan dengan baik. Namun,

hasilnya belum maksimal.

Mengenai masalah pengarsipan ini, seharusnya PT ABC membuat

peraturan yang jelas pada semua divisi untuk melakukan dokumentasi atau

pengarsipan dengan baik dan rapi. Sistem pengarsipan dibuat agar ketika

dokumen dibutuhkan, perusahaan bisa dengan mudah menemukannya. Misalnya

adanya pemisahan penyimpanan untuk transaksi ekspor, impor, maupun

pembelian dalam negeri. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan seluruh

transaksi WP harus tetap disimpan dengan tertib sampai batas waktu 10 tahun.

Dokumen-dokumen tersebut termasuk dokumen-dokumen yang tidak berlaku

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 68: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

55

Universitas Indonesia

karena adanya pembatalan, penggantian, atau juga adanya retur penjualan maupun

pembelian. Jangka waktu yang diberikan untuk memenuhi Surat Permintaan

Dokumen untuk pemeriksaan adalah 1 bulan. Sementara itu, PT ABC setiap akhir

tahun pajak selalu mengajukan permohonan restitusi PPN. Sehingga mengenai

pengarsipan dokumen yang terkait dengan perpajakan ini memang harus

dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh PT ABC.

4.2.2.2 Perbedaan yang Ditemukan Pemeriksa saat Konfirmasi Faktur Pajak

/ PEB

Dirjen Bea dan Cukai dan Dirjen Pajak mempunyai sebuah Sistem Informasi

Perpajakan yang dapat menghubungkan database mereka. Database tersebut

bernama Portal. Jadi, Dirjen Pajak akan mengkonfirmasi data PEB dan

Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ke sistem Dirjen Bea dan Cukai. Dirjen Pajak

bisa mendapatkan data PT ABC. PEB sendiri digunakan sebagai salah satu bukti

yang mendukung proses restitusi PT ABC dan akan diperiksa saat pemeriksaan

pajak. Dalam proses pemeriksaan tersebut, PEB akan diperiksa untuk memastikan

kebenaran jumlahnya yang sudah dilaporkan di SPT Masa PPN. Misalnya data

yang dibutuhkan pemeriksa adalah terkait PEB PT ABC, maka pemeriksa akan

mendapatkan nama WP, nomor PEB, beserta nilai ekspornya. Kemudian,

pemeriksa akan membandingkan data PEB yang didapatnya dari database Portal

tersebut dengan data PEB berdasarkan SPT Masa PPN yang sudah dilaporkan

oleh PT ABC. Seharusnya nomor PEB yang dilaporkan oleh PT ABC pada SPT

Masa PPN sama dengan nomor PEB yang diambil pemeriksa dari database Portal.

Pemeriksa melakukan perbandingan data PEB tersebut bertujuan untuk

memeriksa apakah terdapat PEB yang mungkin belum dilaporkan di SPT Masa

PPN oleh PT ABC. Pada saat pemeriksa membandingkan satu per satu nomor

PEB dari Dirjen Bea Cukai dan SPT Masa PPN ternyata banyak nomor PEB yang

berbeda. Perbedaan-perbedaan nomor PEB tersebut dikoreksi oleh konsultan dari

MUC Consulting Group dan dicari penyebab perbedaannya. Ternyata setelah

dikoreksi, perbedaan nomor PEB tersebut mayoritas disebabkan oleh adanya

kesalahan input nomor PEB oleh karyawan PT ABC. Masalah ini ditemukan baik

untuk pemeriksaan tahun 2010 maupun pemeriksaan tahun 2011.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 69: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

56

Universitas Indonesia

Kesalahan yang dilakukan oleh karyawan yang melakukan rekapitulasi,

walaupun terkesan merupakan kesalahan sederhana namun dapat berdampak

banyak bagi proses restitusi PPN PT ABC. Contohnya dalam kasus ini adalah

kesalahan input di mana karyawan PT ABC seharusnya memasukkan nomor PEB,

namun yang dimasukkannya adalah nomor pengajuan. Nomor pengajuan biasanya

terdiri dari 26 digit, misalnya 060100-000011-20090608-000001. Sedangkan

nomor PEB biasanya terdiri dari 3 digit, misalnya 324. Misalnya seharusnya

karyawan PT ABC menginput nomor PEB dengan 324, namun ia menginput

dengan 001. Dengan adanya perbedaan tersebut, pemeriksa akan berpikir bahwa

terdapat ekspor yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN oleh PT ABC. PT

ABC bisa terkena sanksi sebesar 2% berdasarkan pasal 14 ayat 4 Undang-Undang

(UU) Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Pemeriksa akan

menggunakan pasal 14 ayat 4 UU KUP tersebut sebagai argumennya karena

disebutkan bahwa pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak

membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu dan

PKP yang melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur

pajak, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi

berupa denda sebesar 2% dari DPP. Solusi untuk masalah ini adalah PT ABC

harus memastikan bahwa hasil rekapitulasi data perpajakan sudah diperiksa ulang.

PT ABC harus memilih karyawan yang terampil dalam menginput data dan

karyawan yang bertugas untuk menginput data perpajakan pun harus dilatih

terlebih dahulu. Sebelum mengajukan permohonan restitusi PPN, PT ABC harus

memastikan bahwa data-data yang diinputnya sudah dievaluasi dan dapat

diandalkan kebenarannya.

4.2.2.3 Re-ekspor Spareparts dan Barang Jadi

Re-ekspor terjadi pada saat ada retur / pengembalian barang yang sudah dibeli

oleh pembeli yang dalam hal ini adalah induk PT ABC, yaitu X Corp.

Pengembalian barang jadi maupun spareparts terjadi karena adanya kerusakan,

sehingga X Corp. akan mengembalikan barang tersebut pada PT ABC dan PT

ABC akan menggantinya dengan barang dan spareparts yang sama atau PT ABC

akan memperbaiki barang dan spareparts tersebut kemudian mengirimnya

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 70: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

57

Universitas Indonesia

kembali ke X Corp. Pada saat ekspor yang pertama, PT ABC telah membuat PEB.

Kemudian, pada saat terdapat retur penjualan maupun adanya perbaikan barang,

PT ABC harus membuat PEB lagi. Sehingga akan terkesan terdapat dua transaksi

yang terjadi dengan dua jenis barang yang berbeda. Sehingga untuk transaksi

barang yang sama akan terdapat dua PEB, tetapi revenue yang tercatat hanya satu.

Selain itu, pada saat terjadi re-ekspor tersebut, PT ABC tidak melaporkan masalah

re-ekspor dalam SPT Masa PPN dan PT ABC tidak menyerahkan perincian impor

BKP yang dikembalikan oleh X Corp. Pemeriksa akan menganggap bahwa ada

PEB yang belum dilaporkan oleh PT ABC, sehingga PT ABC akan dikenai sanksi

administrasi berupa denda sesuai dengan pasal 14 ayat 4 UU KUP, yaitu sebesar

2% dari DPP. Sanksi administrasi berupa denda tersebut akhirnya akan

mengurangi jumlah PM yang dapat dikreditkan oleh PT ABC. Sehingga, jumlah

restitusi yang dapat diminta oleh PT ABC pun menjadi berkurang. Karena itu PT

ABC harus menjelaskan mengenai masalah re-ekspor ini kepada pemeriksa pajak.

Masalah terkait re-ekspor spareparts ini terjadi baik pada tahun 2010 maupun

pada tahun 2011. Dalam pembahasan akhir untuk pemeriksaan tahun 2011,

pemeriksa tidak dapat menerima tanggapan PT ABC mengenai masalah re-ekspor

ini dan tetap mempertahankan koreksinya dengan alasan atas re-ekspor barang

maupun spareparts, seharusnya PT ABC melaporkannya di dalam SPT Masa PPN

walaupun bukan sebagai penyerahan BKP. Selain itu, PT ABC juga tidak

menyerahkan perincian ekspor BKP yang dikembalikan oleh X Corp.

Dalam buku besar PT ABC, penggolongan / pembagian jenis revenue-nya

kurang didetail. Sehingga jika terdapat masalah re-ekspor akan sulit untuk

diperiksa atau ditelusuri. Oleh karena itu, solusi untuk masalah ini adalah PT ABC

sebaiknya membuat penggolongan revenue-nya dengan detail, sehingga jika

terdapat masalah yang menyangkut dengan revenue akan mudah untuk ditelusuri.

PT ABC juga harus membuat sistem untuk memeriksa kembali kualitas barang

yang akan diekspor, sehingga re-ekspor bisa diminimalisir atau bahkan

dihilangkan. Selain itu, jika terdapat masalah re-ekspor lagi di tahun-tahun

mendatang, PT ABC harus melaporkannya di SPT Masa PPN dan menyerahkan

perincian ekspor BKP yang dikembalikan, sehingga masalah re-ekspor ini tidak

lagi menjadi penyebab koreksi oleh pemeriksa.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 71: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

58

Universitas Indonesia

4.2.2.4 Penyesuaian Harga

Penyesuaian / perubahan harga ini terjadi ketika barang yang sudah dijual oleh PT

ABC ke X Corp. ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh X

Corp. Sehingga, X Corp. meminta pengurangan harga jual atas barang tersebut.

Padahal, PEB atas ekspor barang tersebut sudah dibuat. Pada saat pembuatan

PEB, harga jual yang dicantumkan dalam PEB adalah harga jual pada saat

pengiriman barang tersebut ke X Corp. Namun, setelah barang tersebut sampai di

X Corp. dan ternyata X Corp. merasa tidak puas, X Corp. pun meminta

pengurangan harga dan PT ABC menyetujuinya, sehingga dalam invoice untuk X

Corp., PT ABC akan menggunakan harga setelah adanya penyesuaian / perubahan

harga tersebut. Untuk pencatatan dalam buku besarnya, PT ABC pun

menggunakan harga jual yang tertera dalam invoice. Ketidakcocokan harga jual

dalam PEB dan invoice maupun buku besar ini akan menjadi masalah yang

diangkat oleh pemeriksa. Harga yang tertera dalam PEB dan invoice atau buku

besar seharusnya sama. Pada saat melaporkan SPT Masa PPN-nya, PT ABC pun

melaporkan ekspor tersebut dengan harga jual yang sudah disesuaikan / diubah.

Sehingga jumlah ekspor yang dilaporkan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah

ekspor yang tertera pada PEB. Pemeriksa akan menganggap bahwa ada peredaran

usaha PT ABC yang tidak dilaporkan oleh PT ABC, sehingga faktur pajak atau

dalam hal ini PEB, belum dibuat atau dianggap terlambat dibuat. PT ABC tidak

dapat membuktikan bahwa benar telah terjadi perubahan harga karena ada

ketidaksesuaian spesifikasi barang yang diekspor. Sehingga PT ABC akan dikenai

sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% berdasarkan pasal 14 ayat 4 UU

KUP. Denda tersebut pada akhirnya akan mengurangi jumlah PM yang akan

dimintai restitusinya oleh PT ABC. Masalah penyesuaian harga ini hanya terjadi

pada tahun 2010.

Untuk masalah ini PT ABC seharusnya mempunyai quality control

terhadap semua produk yang diekspornya. PT ABC harus membuat kebijakan

mengenai quality control khususnya untuk Divisi Produksi. Namun, jika memang

masalah penyesuaian / perubahan harga ini terjadi lagi di masa yang akan datang,

PT ABC seharusnya menyiapkan dokumentasi bahwa telah ada penyesuaian /

perubahan harga yang terjadi pada barang yang telah diekspornya. Salah satu

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 72: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

59

Universitas Indonesia

caranya adalah dengan meminta laporan dari X Corp. bahwa memang benar telah

terjadi perubahan harga yang diakibatkan adanya ketidaksesuaian spesifikasi pada

barang yang dijual oleh PT ABC.

4.2.2.5 Kesalahan dari PKP Rekanan

Koreksi atas PM yang dapat dikreditkan dari pemeriksa juga disebabkan oleh

adanya faktur pajak yang tidak memenuhi persyaratan formal sesuai dengan pasal

13 ayat 5 UU PPN dan PPnBM. Faktur pajak yang tidak diisi sesuai dengan

ketentuan tersebut mengakibatkan PM-nya tidak dapat dikreditkan. Contohnya,

ada PM PT ABC yang tidak dapat dikreditkan karena kesalahan dalam penulisan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PT ABC. Kesalahan tersebut merupakan

kesalahan pemasok dari PT ABC atau PKP rekanan. Karena kelalaian PKP

rekanan, jumlah yang dapat direstitusi oleh PT ABC menjadi berkurang.

Seharusnya seluruh faktur PM yang dikreditkan oleh PT ABC sudah memenuhi

persyaratan formal menurut peraturan perpajakan dan faktur PM tersebut juga

sudah dilaporkan oleh PKP rekanan dalam SPT Masa PPN-nya. Masalah yang

disebabkan kesalahan dari PKP rekanan ini terjadi pada tahun 2010 dan 2011.

Solusi untuk masalah ini adalah pada saat karyawan Divisi Keuangan dan

Akuntansi menerima faktur pajak dari PKP rekanan, karyawan tersebut harus

memastikan bahwa faktur pajak tersebut sudah sesuai dengan persyaratan formal

faktur pajak sesuai dengan pasal 13 ayat 5 UU PPN dan PPnBM. Selain

persyaratan formal, PT ABC juga harus memastikan bahwa faktur pajak tersebut

merupakan faktur pajak atas pembelian untuk keperluan operasional perusahaan,

atau disebut sebagai persyaratan material. Ketika karyawan menemukan adanya

kesalahan terkait persyaratan formal faktur pajak, PT ABC harus segera

menghubungi PKP rekanan agar faktur pajak tersebut dapat dikoreksi.

4.2.2.6 Sanksi Kompensasi Masa Pajak Sebelumnya

Sanksi kompensasi masa pajak sebelumnya terjadi karena adanya kelebihan PM

yang sudah dikompensasikan namun ternyata tidak seharusnya dikompensasikan.

Peraturan yang mengatur hal ini adalah pasal 13 ayat 1 dan 3 UU KUP,

disebutkan bahwa apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 73: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

60

Universitas Indonesia

mengenai PPN dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih

lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% akan dikenai sanksi

administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau

kurang dibayar. Masalah kompensasi masa pajak sebelumnya ini terjadi pada

tahun 2010. Hal yang terjadi pada PT ABC adalah kelebihan pengkreditan PM

dan PK yang sudah dikompensasikan, ternyata tidak semua faktur PM tersebut sah

dan dapat dikreditkan. Kejadian tersebut terjadi dalam beberapa bulan sehingga,

di akhir tahun pajak, sanksi kenaikan tersebut mengurangi jumlah kelebihan lebih

bayar pajaknya. Sanksi kompensasi ini seharusnya dapat diminimalisir atau

dihilangkan dengan memastikan bahwa semua PM yang dikreditkan oleh PT ABC

memang merupakan PM yang dapat dikreditkan. Untuk menghindari hal ini

seharusnya PT ABC lebih teliti pada saat mengkreditkan PM-nya. Salah satu

caranya adalah memastikan bahwa PM tersebut adalah pembelian untuk

operasional perusahaan, memastikan ke pihak PKP rekanan bahwa faktur pajak

atas pembelian PT ABC sudah dilaporkan, dan faktur pajak tersebut sudah

memenuhi ketentuan formal menurut peraturan perpajakan.

4.2.2.7 PPN Jasa Luar Negeri

Pemanfaatan JKP dan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean merupakan

objek PPN sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4 ayat 1 huruf d dan huruf e UU

PPN dan PPnBM. Selanjutnya pasal 3A ayat 3 UU PPN dan PPnBM menegaskan

lagi bahwa orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP Tidak Berwujud

dari luar daerah pabean dan / atau yang memanfaatkan JKP dari luar daerah

pabean wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang yang

penghitungan dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. PT

ABC memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. Jasa

tersebut contohnya berupa service and repairing dan technical guidance. Salah

satu penyebab adanya koreksi dari pemeriksa dan mengurangi jumlah restitusi

PPN yang diterima adalah adanya objek PPN Jasa Luar Negeri yang belum

dilaporkan PT ABC. Masalah ini terjadi pada tahun 2010. Pada bulan Februari

dan September 2010, pemeriksa menganggap bahwa ada service and repairing fee

dan technical guidance fee yang belum dilaporkan PT ABC dalam SPT Masa

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 74: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

61

Universitas Indonesia

PPN. Hal tersebut terjadi karena ada perbedaan nilai yang dilaporkan PT ABC

dengan yang ada pada buku besar PT ABC. Pemeriksa menganggap PT ABC

kurang dalam menyetor PPN Jasa Luar Negeri tersebut. Atas koreksi dari

pemeriksa tersebut, PT ABC tidak dapat membantahnya karena PT ABC tidak

dapat membuktikan penyebab perbedaan tersebut dengan memberikan barang

bukti. Seharusnya jumlah fee Jasa Luar Negeri yang dilaporkan oleh PT ABC

sama dengan jumlah fee yang tertera pada invoice maupun buku besarnya. Untuk

masalah ini, PT ABC harus memastikan kesamaan jumlah fee yang akan

dilaporkan dalam SPT Masa PPN dengan jumlah fee yang ada dalam buku besar.

Jika memang ada perbedaan, PT ABC harus menelusuri penyebab perbedaan

tersebut. PT ABC juga harus menyimpan semua bukti-bukti terkait transaksi atas

Jasa Luar Negeri tersebut.

Tabel 4.1. berisi ringkasan permasalahan yang terjadi pada PT ABC terkait

dengan bidang perpajakan dan proses atas permohonan restitusi PPN. Tabel ini

memuat pokok permasalahan, kondisi yang ada atas permasalahan tersebut,

kondisi yang seharusnya, dan rekomendasi yang diberikan untuk PT ABC.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 75: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

62

Universitas Indonesia

Tabel 4.1.

Ringkasan Permasalahan yang Terjadi pada PT ABC Terkait Bidang

Perpajakan dan Proses atas Permohonan Restitusi PPN

Pokok

Permasalahan

Kondisi yang Ada Kondisi yang Seharusnya Rekomendasi

Administrasi

terkait

perpajakan

• Keterampilan

SDM yang kurang

memadai, sehingga

sering terjadi

kesalahan dalam

input data

perpajakan.

• Penyimpanan

dokumen yang

tidak rapi,

sehingga PT ABC

mengalami

kesulitan saat

mengumpulkan

dokumen yang

dibutuhkan dalam

proses restitusi.

• Kurangnya

koordinasi antar

divisi terkait

administrasi,

sehingga tidak

semua dokumen

yang diminta

pemeriksa untuk

proses restitusi

• SDM yang ada mampu

menginput semua data

dengan baik dan benar,

khususnya data

perpajakan yang terkait

dengan restitusi.

• Semua dokumen yang

terkait dengan bisnis PT

ABC disimpan dengan

baik dan diatur sesuai

dengan jenisnya. Harus

ada sebuah sistem yang

baik untuk pengarsipan

dokumen ini.

• Antar divisi seharusnya

dapat berkoordinasi

dengan baik dan

bekerja sama dalam

memenuhi semua

dokumen yang

diperlukan dalam

proses pemeriksaan

restitusi PPN.

Bukannya hanya saling

memikirkan

kepentingan masing-

• Memberikan pelatihan

mengenai penggunaan

Microsoft Excel dan

cara-cara agar

menghindari kesalahan

dalam proses input

data. Selain itu

dilakukannya evaluasi

setelah proses input

untuk memastikan data

yang diinput sudah

benar.

• PT ABC membuat

peraturan yang

mewajibkan seluruh

divisi melakukan

dokumentasi dengan

baik. PT ABC juga

membuat sebuah sistem

pengarsipan yang

sesuai untuk seluruh

divisi, khususnya yang

terkait dengan

perpajakan. Misalnya,

dokumen disimpan

menurut transaksinya

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 76: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

63

Universitas Indonesia

dapat dipenuhi

dengan baik.

masing divisi saja. dan dipisahkan per

bulan. Satu transaksi

biasanya terdiri dari

beberapa dokumen.

Dokumen-dokumen

tersebut digabungkan

per transaksi sehingga

tidak akan tercecer.

• Memberikan pelatihan

kepada karyawan yang

dapat membuat

karyawan menjadi

dekat satu sama lain

dan juga dapat

memahami filosofi

perusahaan.

Konfirmasi

faktur pajak

• KPP PKP rekanan

keliru dalam

memberikan hasil

konfirmasi faktur

pajak, sehingga

hasil konfirmasi

faktur pajak yang

seharusnya “ada

dan sesuai”

menjadi “tidak

ada”.

• Kesalahan input

nomor PEB

sehingga atas

konfirmasi faktur

pajak, PEB

• KPP PKP rekanan

harus memberikan

konfirmasi dengan jelas

dan benar, serta tidak

memperlama

pemberitahuan

konfirmasi faktur pajak.

• Nomor PEB yang

dilaporkan oleh PT

ABC pada SPT Masa

PPN harusnya sama

dengan nomor PEB

yang diambil pemeriksa

dari database Portal.

• Berkomunikasi dengan

PKP rekanan dan

meminta SPT Masa

PPN PKP rekanan yang

sudah dilaporkan

sebagai bukti ke

pemeriksa bahwa PT

ABC sudah membayar

PPN dan faktur PM

sudah dilaporkan oleh

PKP rekanan.

• Semua hasil

rekapitulasi oleh

karyawan PT ABC,

khususnya nomor PEB,

dievaluasi

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 77: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

64

Universitas Indonesia

tersebut dianggap

belum dilaporkan.

kebenarannya.

Re-ekspor

Spareparts

dan Barang

Jadi

Karena adanya re-

ekspor terdapat dua

PEB untuk transaksi

barang yang sama,

sehingga pemeriksa

menganggap ada

PEB yang belum

dilaporkan. Pada saat

terjadi re-ekspor

tersebut, PT ABC

tidak melaporkan

masalah re-ekspor

dalam SPT Masa

PPN dan PT ABC

tidak menyerahkan

perincian ekspor

BKP yang

dikembalikan oleh X

Corp.

• PT ABC seharusnya

melaporkan adanya re-

ekspor dalam SPT

Masa PPN.

• PT ABC seharusnya

memberikan perincian

re-ekspor.

• PT ABC harus

membuat sistem untuk

memeriksa kembali

kualitas barang yang

akan diekspor,

sehingga re-ekspor

bisa diminimalisir atau

dihilangkan.

• Namun, jika memang

re-ekspor tidak dapat

dihindari, PT ABC

harus menyiapkan

semua data terkait re-

ekspor dan ekspor

pertama barang

tersebut, khususnya

untuk proses

pemeriksaan. PT ABC

harus membuar

perinciaan re-ekspor

dan menyerahkannya

pada KPP.

• PT ABC harus

membuat

penggolongan revenue-

nya dengan detail,

sehingga jika terdapat

masalah yang

menyangkut dengan

revenue akan mudah

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 78: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

65

Universitas Indonesia

untuk ditelusuri.

Penyesuaian

harga

Adanya penyesuaian

harga karena adanya

barang ekspor yang

tidak sesuai

spesifikasi. Sehingga

harga yang tertera

dalam PEB dan

invoice atau buku

besar PT ABC

menjadi berbeda.

Harga yang tertera dalam

PEB dan invoice atau

buku besar seharusnya

sama.

• PT ABC harus

mengusahakan untuk

mengurangi terjadinya

penyesuaian /

perubahan harga.

Caranya adalah dengan

meningkatkan quality

control terhadap semua

barang yang

diproduksi. PT ABC

harus membuat

kebijakan mengenai

quality control tersebut

untuk Divisi Produksi.

• Jika penyesuaian harga

tidak dapat dihindari,

PT ABC harus

meminta laporan dari

X Corp. bahwa telah

terjadi perubahan

harga, sebagai bahan

bukti ke pemeriksa.

Kesalahan

dari PKP

rekanan

Faktur PM dari PKP

rekanan tidak

memenuhi

persyaratan formal

untuk melakukan

pengkreditan pajak.

Seluruh faktur PM yang

dikreditkan oleh PT ABC

sudah memenuhi

persyaratan formal dan

materialnya.

• Karyawan Divisi

Keuangan dan

Akuntansi harus

memastikan bahwa

faktur pajak yang

diterima dari PKP

rekanan sudah sesuai

dengan persyaratan

formal faktur pajak

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 79: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

66

Universitas Indonesia

dan materialnya.

• Ketika karyawan

menemukan adanya

kesalahan terkait

persyaratan formal

faktur pajak, PT ABC

harus segera

menghubungi PKP

rekanan agar faktur

pajak tersebut dapat

dikoreksi.

Sanksi

kompensasi

masa pajak

sebelumnya

Adanya kelebihan

PM yang sudah

dikompensasikan

namun ternyata tidak

seharusnya

dikompensasikan.

Sehingga ada koreksi

dari pemeriksa dan

PT ABC dikenakan

sanksi berupa

kenaikan sebesar

100% dari PPN yang

tidak atau kurang

dibayar.

Sanksi kompensasi ini

seharusnya dapat

diminimalisir atau

dihilangkan dengan

memastikan bahwa semua

PM yang dikreditkan oleh

PT ABC memang PM

yang dapat dikreditkan.

Memeriksa bahwa PM

yang dikreditkan PT ABC

adalah PM yang dapat

dikreditkan dengan cara

memastikan bahwa PM

tersebut adalah pembelian

untuk operasional

perusahaan, faktur PM

sesuai dengan persyaratan

formal, dan faktur PM

tersebut sudah dilaporkan

oleh PKP rekanan dalam

SPT Masa PPN.

PPN Jasa

Luar Negeri

Adanya perbedaan

jumlah fee atas Jasa

Luar Negeri yang

dilaporkan PT ABC

dalam SPT Masa

PPN dengan invoice

dan buku besarnya.

Seharusnya jumlah fee

atas Jasa Luar Negeri

yang dilaporkan PT ABC

dalam SPT Masa PPN

sama dengan buku

besarnya atau invoice-nya.

Atas fee yang dibayarkan

• PT ABC harus

memastikan kesamaan

jumlah fee akan

dilaporkan dalam SPT

Masa PPN dengan

jumlah fee yang ada

dalam invoice dan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 80: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

67

Universitas Indonesia

Sehingga pemeriksa

menganggap ada

PPN Jasa Luar

Negeri yang belum

disetor dan

dilaporkan.

PT ABC tersebut, PT

ABC harus memungut,

menyetor, dan melaporkan

PPN-nya ke KPP.

buku besar.

• Jika memang ada

perbedaan, PT ABC

harus menelusuri

penyebab perbedaan

tersebut.

• PT ABC harus

menyimpan semua

bukti-bukti terkait

transaksi atas Jasa

Luar Negeri tersebut.

Sumber: Diolah oleh Penulis

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 81: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

68

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan magang ini adalah:

1. Proses restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT ABC sudah sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara

Pemeriksaan.

2. Ada beberapa masalah yang terjadi dalam proses restitusi PPN dan

menyebabkan berkurangnya jumlah restitusi PPN yang diterima oleh PT ABC.

• Tidak teraturnya dokumentasi dan pengarsipan terkait dokumen

perpajakan PT ABC yang terkait dengan proses restitusi PPN. Seharusnya

PT ABC membuat peraturan yang jelas pada semua divisi untuk

melakukan dokumentasi atau pengarsipan dengan baik dan rapi.

• Ditemukannya perbedaan nomor Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

antara data di SPT Masa PPN dan data milik Dirjen Bea dan Cukai pada

saat pemeriksa melakukan pertukaran data informasi melalui Portal.

Pemeriksa menganggap perbedaan tersebut dikarenakan ada PEB yang

belum dilaporkan oleh PT ABC, sehingga PT ABC dikenai sanksi. PT

ABC seharusnya memastikan bahwa hasil rekapitulasi data perpajakan

sudah diperiksa ulang. Selain itu, PT ABC juga harus memilih karyawan

di bidang administrasi yang terampil dalam pekerjaannya.

• Adanya re-ekspor spareparts dan barang jadi. Karena adanya re-ekspor,

PEB atas transaksi barang yang sama jadi mempunyai dua PEB dan

pemeriksa menganggap ada PEB yang belum dilaporkan oleh PT ABC,

sehingga PT ABC dikenai sanksi. PT ABC seharusnya melaporkan re-

ekspor tersebut di SPT Masa PPN dan menyerahkan perincian impor

Barang Kena Pajak (BKP) yang dikembalikan.

• Adanya penyesuaian atau perubahan harga setelah PEB dibuat karena

adanya ketidaksesuaian spesifikasi produk sesuai yang diinginkan X Corp.

Pemeriksa akan menganggap bahwa ada peredaran usaha PT ABC yang

tidak dilaporkan oleh PT ABC, sehingga PEB belum dibuat atau dianggap

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 82: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

69

Universitas Indonesia

terlambat dibuat. PT ABC seharusnya menyiapkan dokumentasi misalnya

dengan meminta laporan dari X Corp. bahwa memang benar telah terjadi

perubahan harga.

• Adanya kesalahan dari PKP rekanan yang membuat faktur PM PT ABC

tidak dapat dikreditkan. PT ABC seharusnya memeriksa persyaratan

formal dan material faktur pajak ketika faktur pajak tersebut diterima oleh

PT ABC dari PKP rekanan.

• Adanya kesalahan jumlah kompensasi dalam masa pajak sebelumnya yang

diakibatkan tidak semua faktur PM PT ABC sah dan dapat dikreditkan. PT

ABC seharusnya lebih teliti pada saat mengkreditkan PM-nya dan

memastikan kepada PKP rekanan bahwa faktur pajaknya sudah dilaporkan

di SPT Masa PPN.

• Adanya sanksi atas PPN atas Jasa Luar Negeri yang dimanfaatkan oleh PT

ABC. Sanksi tersebut dikenakan karena pemeriksa menganggap bahwa

ada service and repairing fee dan technical guidance fee yang belum

dilaporkan PT ABC dalam SPT Masa PPN. PT ABC seharusnya

memastikan kesamaan jumlah fee yang akan dilaporkan dalam SPT Masa

PPN dengan jumlah fee yang ada dalam buku besar dan PT ABC juga

harus menyimpan semua bukti-bukti terkait transaksi atas Jasa Luar Negeri

tersebut.

5.2 Saran

Saran untuk PT ABC adalah:

Dalam ruang lingkup internal PT ABC:

• Membuat kebijakan perusahaan mengenai kewajiban melakukan

pengarsipan dengan baik.

• Dalam hal SDM di bidang administrasi, PT ABC harus memberikan

pelatihan mengenai penggunaan komputer dan input data yang baik dan

benar dan juga memberikan pelatihan dan sosialisasi agar koordinasi antar

divisi bisa berjalan dengan lancar.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 83: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

70

Universitas Indonesia

Dalam ruang lingkup eksternal PT ABC:

• Selektif dalam memilih PKP rekanan dan melakukan komunikasi yang

baik dengan PKP rekanan khusunya terkait masalah faktur PM PT ABC.

• Membina hubungan yang baik dengan pemeriksa dan siap sedia dalam

memberikan barang bukti pendukung dalam proses pemeriksaan,

khususnya terkait masalah re-ekspor dan penyesuaian harga.

• Melakukan komunikasi yang intensif dengan induk PT ABC, yaitu X

Corp., khususnya jika terjadi permasalahan mengenai re-ekspor dan

penyesuaian harga.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 84: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

71

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Direktorat Jenderal Pajak. (2012, September 19). Mengenal Lebih Dekat Pajak

Pertambahan Nilai. http://www.pajak.go.id/content/mengenal-lebih-dekat-

pajak-pertambahan-nilai

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2012 tentang Pedoman

Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan

Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk,

Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam

Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata

Cara Pembatalan Faktur Pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2011 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2010

tentang Dokumen Tertentu yang Kedudukannya Dipersamakan dengan

Faktur Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara

Pemeriksaan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.011/2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 Tentang Nilai Lain

sebagai Dasar Pengenaan Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010 tentang PKP Berisiko

Rendah yang Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara

Pengembalian Kelebihan PPN dan PPnBM.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan

Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013

Page 85: ANALISIS PROSES RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351009-TA-Ghiki Lestari.pdf · kuliah di FEUI dan juga banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan

72

Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan

Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan

Pembayaran Pajak.

Setiono, Ari. (2008). Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (Studi kasus PT XYZ).

Laporan Magang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sukardji, Untung. (2012). Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia.

Jakarta: Rajawali Pers.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-10/PJ.52/2006 tentang Perekaman SPT

Masa PPN, Konfirmasi Faktur Pajak, dan Langkah-Langkah Penanganan

Restitusi dalam Rangka Pengamanan Penerimaan PPN.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (KUP).

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Waluyo. (2010). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Analisis proses..., Ghiki Lestari, FE UI, 2013