MTE AMBLIOPIA.doc
-
Upload
heka-widya-putri -
Category
Documents
-
view
69 -
download
5
Transcript of MTE AMBLIOPIA.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ambliopia adalah penurunan ketajaman penglihatan pada satu
mata (tidak dapat dikoreksi dengan lensa) tanpa penyakit mata organik.
Penyakit mata organic mungkin ada, tetapi tidak cukup untuk menjelaskan
tingkat penglihatannya. Penyebab tersering ambliopia adalah strabismus,
yakni citra pada mata yang berdeviasi ditekan untuk mencegah diplopia;
dan anisometropia, yakni ketidakmampuan memfokuskan mata secara
simultan menyebabkan supresi cairan pada satu mata; dan hipermetropia
tinggi, yakni kedua mata dapat mengalami ambliopia karena tidak
terbentuk citra terfokus di kedua mata.3
Klasifikasi ambliopia dibagi kedalam beberapa kategori dengan
nama yang sesuai dengan penyebabnya yaitu ambliopia strabismik, fiksasi
eksentrik, ambliopia anisometropik, ambliopia isometropia dan ambliopia
deprivasi.2
Prevalensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan
berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1-3.5% pada anak yang sehat,
sampai 4-5.3% pada anak dengan problem mata. Hampir seluruh data
mengatakan sekitar 2% dari keseluruhan populasi menderita ambliopia.6,7,8
Resiko meningkat pada anak yang perkembangannya terlambat, premature
dan atau dijumpai adanya riwayat keluarga ambliopia.8 Hampir seluruh
ambliopia dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dini dan
intervensi yang tepat. Anak yang menderita ambliopia atau yang beresiko
menderita ambliopia hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini,
sehingga keberhasilan terapi akan lebih baik.2
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang definisi ambliopia, klasifikasi
diagnosis dan penatalaksanaan pada ambliopia.
1
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang definisi ambliopia, klasifikasi, diagnosis
dan penatalaksanaan pada ambliopia.
1.4 Manfaat Penulisan
Menambah wawasan mengenai ambliopia, diagnosis dan
penatalaksanaan ambliopia.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang
merujuk dari berbagai literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ambliopia berasal dari bahasa Yunani amblyos yaitu kabur atau pudar,
dan ops adalah penglihatan. Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana
tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan
intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Anak-anak
rentan menderita ambliopia hingga usia 7 tahun dan biasanya terjadi pada satu
mata, namun dapat juga terjadi pada kedua bola mata. Keadaan ini tidak
berhubungan langsung dengan kelainan struktur mata atau kelainan pada jalur
visual posterior. Kurangnya tajam penglihatan pada ambliopia tidak dapat
dikoreksi dengan kaca mata dan tidak ditemukan kausa organik pada
pemeriksaan fisik mata. 1,3
2. 2 Epidemiologi
Angka prevalensi ambliopia di Amerika berkisar antara 1%- 3%.
Diperkirakan sekitar 5,9 juta orang dengan ambliopia hidup di Amerika. Angka
kejadian ambliopia lebih tinggi di negara berkembang. The National Eye
Instiute telah melaporkan bahwa ambliopia merupakan penyebab terbanyak
terjadinya kehilangan penglihatan unilateral pada pasien usia di bawah 70
tahun. Prevalensi ambliopia tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.
Berdasarkan penelitian terhadap 3.654 orang usia 49 tahun ke atas di Sydney,
Australia, didapatkan diagnosis ambliopia sebanyak 3,2%, dengan ketajaman
penglihatan 20/40 atau kurang, dan 2,9 % dengan ketajaman penglihatan
20/30.4
Usia rata-rata kejadian ambliopia bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Pada 961 anak-anak dengan ambliopia, usia rata-rata munculnya anisometropik
5,6 tahun, strabismus 3,3 tahun, dan campuran 4,4 tahun. Batas usia teratas
berkembangnya ambliopia pada anak yang mengalami ambliopia dengan
3
kondisi tertentu ( seperti katarak traumatik) telah dilaporkan berada pada usia
antara 6 sampai 10 tahun. Individu dengan ambliopia memiliki risiko tinggi
untuk penurunan penglihatan dan kebutaan. Penelitian terhadap 370 orang yang
mengalami ambliopia unilateral menderita kebutaan 1,2%.4
2.3 Patofisiologi
Proses penglihatan mengalami perkembangan dimulai sejak bayi. Terdapat
beberapa periode penting untuk mencapai tingkat kematangan. Periode pertama
yang paling menentukan ialah 6 bulan pertama kehidupan, kemudian sampai 2
tahun, berikutnya sampai 5 tahun. Sesudah 5 tahun masih ada perkembangan,
tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia 9 tahun. Selama masa ini sistem
penglihatan peka terhadap faktor ambliopiagenik yaitu deprivasi cahaya,
kurang fokusnya alat optik dan strabismus.1
Sistem penglihatan saat lahir belum sempurna dengan tajam penglihatan 1
per tak terhingga. Perkembangan tajam penglihatan berlangsung selama bulan
pertama kehidupan. Retina, nervus optikus dan korteks visual mulai
berkembang pada umur 1 minggu. Mielinisasi saraf optik, perkembangan
korteks visual dan pertumbuhan badan genikulatum lateral berlangsung selama
dua tahun pertama kehidupan. Fovea yang merupakan bagian dari retina yang
paling sensitif, berkembang sempurna pada umur 4 tahun. Rangsangan
penglihatan penting untuk perkembangan penglihatan yang normal.
Perkembangan jaras penglihatan di sistem saraf pusat membutuhkan otak
yang menerima bayangan dengan jelas dan seimbang. Berbagai proses yang
mempengaruhi atau menghambat perkembangan jaras penglihatan pada otak
dapat menimbulkan ambliopia.4
4
Tabel 1. Perkembangan Penglihatan Milestones.4
Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan
daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Secara umum,
ambliopia dipercayai akibat dari stimulus foveal atau retina perifer yang
inadekuat (disuse), atau interaksi binocular abnormal yang menyebabkan input
visual yang berbeda dari foveae.2
Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat
belum jelas, studi eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada
binatang dan percobaan laboratorium pada manusia dengan ambliopia telah
memberi beberapa masukan, pada binatang percobaan menunjukkan gangguan
sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/ besar yang diakibatkan
pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat
kehilangan kemampuan dalam menganggapi ransangan pada satu atau kedua
mata. Dan sel yang masih responsif fungsinya pada tahap akhir akan menurun.
Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan
retina masih belum dapat disimpulkan.3
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama
interaksi kompetitif antar jalur penglihatan dikedua mata pada visual korteks
untuk berkembang hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir
5
tapi mereka harus belajar bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus
belajar bagaimana untuk harus fokus dan bagaimana cara menggunakan kedua
mata secara bersamaan.2
Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada kedua
mata. Bila bayangan kabur pada satu mata atau bayangan tersebut tidak sama
pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan baik,
bahkan dapat memburuk. Bila hal ini terjadi otak akan mematikan mata yang
tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk melihat.
2.4 Klasifikasi
Ambliopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan/kelainan
yang menjadi penyebabnya:2
2.4.1 Ambliopia Strabismik
Ambliopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang
berdeviasi konstan. Konstan, tropia yang tidak bergantian (non alternating,
khususnya esodeviasi) sering menyebabkan ambliopia yang signifikan.2
Ambliopia umumnya tidak terjadi bila terdapat fiksasi yang bergantian,
sehingga masing – masing mata mendapat jalan/ akses yang sama ke pusat
penglihatan yang lebih tinggi, atau bila deviasi strabismus berlangsung
intermiten maka akan ada suatu periode interaksi binokular yang normal
sehingga kesatuan sistem penglihatan tetap terjaga baik.
Ambliopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau
terhambatnya interaksi antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu
(fusi) dari kedua mata, yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan
kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi penurunan respon
terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.2
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada
anak sebelum penglihatan tetap). Ambliopia strabismik ini merupakan salah
satu bentuk ambliopia yang paling sering ditemukan dengan onset dini (usia <6
– 8 tahun). Pada ambliopia strabismik terjadi supresi pada mata untuk
mencegah gangguan penglihatan (diplopia), dimana kedudukan bola mata tidak
6
sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.1,2
Strabismus yang dapat menyebabkan ambliopia adalah : strabismus manifes,
strabismus monokular, strabismus dengan sudut deviasi kecil, strabismus yang
selalu mempunyai sudut deviasi diseluruh arah pandangannya.1
Ambliopia strabismik terjadi pada sekitar 50% pasien dengan esotropia
kongenital (konstan tropia), tetapi sangat jarang pada pasien dengan strabismus
intermiten (misal, eksotropia intermiten) atau pada pasien strabismus yang
disertai penyakit lain (misal, Duane’s sindrom) karena mereka dapat
mengkompensasi dengan cara memalingkan wajah saat melihat. Ambliopia
strabismik dapat menjadi berat dan pada beberapa kasus visusnya 20/200
bahkan bisa lebih buruk.2
Gambar 1. Strabismus Esotropia 3
Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan
binokular ini tampaknya merupakan faktor utama terjadinya ambliopia
strabismik, namun pengaburan bayangan foveal oleh karena akomodasi yang
tidak sesuai, dapat juga menjadi factor tambahan. Hal tersebut di atas terjadi
sebagai usaha inhibisi atau supresi untuk menghilangkan diplopia dan konfusi.
(konfusi adalah melihat 2 objek visual yang berlainan tapi berhimpitan, satu di
atas yang lain).
Ketika kita menyebut ambliopia strabismik, kita langsung mengacu pada
esotropia, bukan eksotropia. Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain, esotropia primer-
lah, bukan eksotropia, yang sering diasosiasikan dengan ambliopia . Hal ini
disebabkan karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan / atau deviasi alternat
dibanding deviasi unilateral konstan, yang merupakan ”prasyarat” untuk terjadinya
ambliopia.
7
2.4.2 Ambliopia Anisometropia
Ambliopia anisometropia merupakan jenis ambliopia terbanyak kedua
setelah ambliopia strabismus. Ambliopia anisometropia berkembang ketika
terjadi kelainan refraksi yang tidak sama pada dua mata yang menyebabkan
bayangan pada satu retina tidak fokus secara berkesinambungan.2 Kondisi ini
diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari bayangan kabur pada
perkembangan tajam penglihatan pada mata yang terlibat dan sebagian lagi
akibat dari kompetisi interocular atau hambatan yang sama (tapi tidak perlu
identik) dengan yang terjadi pada ambliopia strabismik.2
Secara relatif hiperopia derajat ringan atau anisometropia astigmat (1-2 D)
dapat memicu ambliopia ringan. Anisometropia miopia ringan (kurang dari -3
D) biasanya tidak menyebabkan ambliopia, tapi miopia tinggi unilateral (-6 D
atau lebih) sering menghasilkan kehilangan penglihatan ambliopia berat. Kalau
strabismus ada, mata anak dengan ambliopia isometrik terlihat normal pada
dokter layanan primer, secara khas menyebabkan terlambat dideteksi dan
diobati.2
2.4.3 Ambliopia deprivasi
Ambliopia deprivasi dulu disebut dengan ambliopia ex anopsia dan
ambliopia nirpakai kadang masih digunakan, yang disebabkan oleh obstruksi
visual aksis. Penyebab terbanyak adalah katarak kongenital atau katarak
didapat dini, tapi kekeruhan kornea, perdarahan vitreus mungkin terlibat.
Ambliopia deprivasi paling sedikit terjadi tetapi paling merusak dan paling
sulit diobati. Kehilangan penglihatan ambliopia merupakan hasil dari oklusi
unilateral aksis visual cenderung lebih buruk daripada yang dihasilkan dari
deprivasi bilateral dengan derajat yang sama karena efek interokular
menambahkan pengaruh perkembangan langsung degradasi bayangan berat.
Bahkan pada kasus bilateral, bagaimanapun, ketajaman penglihatan dapat
20/200 atau lebih buruk.2
Pada anak yang lebih kecil dari 6 tahun, densitas katarak kongenital yang
menempati daerah sentral, 3 mm atau lebih dianggap dapat menyebabkan
ambliopia berat. Kepadatan lensa yang sama didapat pada usia lebih dari 6
tahun secara umum sedikit lebih berbahaya. Small polar katarak, dapat dilihat
8
dengan retinoskopi, dan katarak lamelar dapat dilihat gambaran fundusnya
dengan baik, dapat menyebabkan ambliopia ringan sampai sedang atau dapat
juga tidak berefek pada perkembangan penglihatan. Ambliopia oklusi adalah
bentuk dari ambliopia deprivasi yang bisa dilihat dari terapi oklusi.2
2.4.4 Ambliopia Eks Anopsia
Ambliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan
penglihatan bayi. Dahulu ambliopia ini diduga karena juling, pada saat ini
ambliopia eks anopsia diduga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari
otak untuk menekan kesadaran melihat. Ambliopia eks anopsia dapat terjadi
akibat adanya katarak kongenital. Ambliopia ini bila mulai terjadi sesudah
berumur 4 tahun maka tajam penglihatan tidak akan kurang dari
20/200,sedangkan bila terjadi pada usia kurang dari 4 tahun maka tajam
penglihatan dapat lebih buruk.1
Ambliopia akibat mata tidak dipergunakan dengan baik. Biasanya
mengenai satu mata yang disertai dengan juling ke dalam atau penglihatan
yang sangat buruk. Menurunnya penglihatan pada satu mata akibat hilangnya
kemampuan melihat bentuk setelah fiksasi sentral tidak dipergunakan (akibat
katarak, kekeruhan kornea dan ptosis).1
Ambliopia eksanopsia diduga disebabkan supresi atau suatu proses aktif
dari otak untuk menekan kesadaran melihat. Menurunnya penglihatan pada
suatu mata akibat hilangnya kemampuan bentuk setelah fiksasi sentral.
Kelainan ini dapat terjadi pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun
kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat diatasi.1
Pengobatan dengan menutup mata yang sehat dilakukan setelah mata yang
sakit dibersihkan kekeruhan media penglihatannya. Katarak kongenital dapat
menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.1
2.4.5 Ambliopia Isometropia
Ambliopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak
dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri.2
Dimana walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil
penglihatan normal. Tajam penglihatan membaik sesudah koreksi lensa dipakai
pada suatu periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk ambliopia tipe ini
9
yaitu, hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan,
karena interaksi abnormal binokular bukan merupakan factor penyebab.
Mekanismenya hanya karena akibat bayangan retina yang kabur saja. Pada
ambliopia isometropia, bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama
dalam hal kejelasan/ kejernihan dan ukuran. Hyperopia lebih dari 5 D dan
myopia lebih dari 10 D beresiko menyebabkan bilateral ambliopia dan harus dikoreksi
sedini mungkin agar tidak terjadi ambliopia.2
2.5 Manifestasi Klinis
Pada pasien yang dicurigai menderita ambliopia harus ditanyakan tentang
riwayat penggunaan patch pada mata atau penggunaan obat tetes mata
sebelumnya. Juga harus dicari tentang riwayat penyakit mata dan operasi mata.
Dari keluarga pasien harus dicari tentang riwayat strabismus dan penyakit mata
lainnya.
Ambliopia sering tidak terdeteksi karena tidak bergejala, kecuali terdapat
abnormalitas pada mata anak tersebut. Anak-anak sering mengeluh penglihatan
satu mata baik sedangkan mata lainnya buruk. Oleh karena itu peran orang tua
sangat dibutuhkan. Beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, seperti :
Berkurangnya penglihatan satu mata.
Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding.
Hilangnya sensitivitas kontras.
Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik.
Adanya anisokoria.
Tidak mempengaruhi penglihatan warna.
Biasanya daya akomodasi menurun.
Sering menutup satu mata bila membaca atau melihat papan tulis
Pada ERG dan EEG penderita ambliopia dapat normal yang berarti tidak
terdapat kelainan organik pada retina maupun korteks serebri.
2.6 Diagnosis
10
Ambliopia didiagnosis ketika penurunan ketajaman penglihatan tidak
dapat dijelaskan berdasarkan abnormalitas pemeriksaan fisik dan ditemukan
berkaitan dengan penemuan kondisi yang bisa menyebabkan ambliopia.
Karakteristik penglihatan tidak dapat dibedakan secara nyata antara ambliopia
dengan kehilangan penglihatan lainnya. Sebagai contoh crowding phenomenon
bukan suatu patognomonik pada ambliopia.2
Beberapa pemeriksaan digunakan untuk menegakkan diagnosis dan derajat
ambliopia. Pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan tajam penglihatan
sejak bayi sampai usia 9 tahun perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk
melakukan perawatan. Pemeriksaan kedudukan mata dan adanya reaksi pupil
selain pemeriksaan fundus. Pemeriksaan itu antara lain: 1,2
1. Penilaian ketajaman penglihatan
a. Ketajaman penglihatan jauh
b. Ketajaman penglihatan dekat
2. Tes crowding phenomenon
Penderita diminta membaca huruf kartu snellen sampai huruf terkecil yang
dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka satu
persatu dan pasien diminta membaca sebaris huruf yang sama. Bila terjadi
penurunan ketajaman penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka
ini disebut adanya fenomena crowding pada mata tersebut. Mata ini menderita
ambliopia.1
Gambar 2. Balok interaktif yang mengelilingi huruf snellen
3. Uji densiti filter netral
11
Dasar uji adalah diketahuinya bahwa pada mata yang ambliopia secara
fisiologik berada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata
ambliopia dilakukan uji penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan
(memakai filter densiti netral) tidak akan terjadi penurunan ketajaman
penglihatan.
Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan
sehingga tajam penglihatan pada mata normal turun 50% pada mata ambliopia
fungsional tidak akan atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada
pemeriksaan sebelumnya.
Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan
berkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut
ambliopia organik maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan
pemakaian filter tersebut.1
4. Uji Worth’s Four Dot
Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina
abnormal, supresi pada satu mata dan juling. Penderita memakai kacamata
dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru pada mata kiri lalu melihat
pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, 1 putih. Lampu atau titik
putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau oleh mata kiri. Lampu
merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat dilihat
oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih
terlihat sebagai lampu campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh
mata juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal.
Bila terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan
dominan atau 3 hijau bila mata kiri dominan. Bila terlihat 5 titik (3 merah dan 2
hijau yang saling bersilangan) berarti mata dalam keadaan eksotropia dan bila
tidak bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.1
Cara Deteksi Masal Ambliopia Pada Anak Usia < 7 Tahun :
12
1. TNO stereoscopic test
Alat ini terdiri dari buku yang tiap lembarnya mempunyai gambar dengan tajam
penglihatan stereoskopik berbeda.
Gambar 3. Buku untuk pemeriksaan TNO strereoscopic test
2.Photo screening
Dengan cara ini dapat mendeteksi kelainan yang menyebabkan ambliopia (strabismus,
kelainan refraksi, dan kekeruhan media)
Gambar 4. Photo screening
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ambliopia termasuk sebagai berikut yaitu:4
1. Menghilangkan yang menghalangi penglihatan seperti katarak
2. Koreksi kelainan refraksi yang signifikan
13
3. Memaksa menggunakan mata yang lemah dengan membatasi
penggunaan mata yang sehat
Langkah awal dalam terapi ambliopia strabismus adalah mengoreksi
penuh dari saja jarang memberikan hasil perbaikan dari ketajaman penglihatan.
Oleh karena itu, terapi oklusi dan terapi aktif dari penglihatan ataupun
konsultasi dengan ahli mata juga merupakan bagian dari rencana terapi pada
ambliopia strabismik.5
Banyak ahli mata merekomendasikan terapi oklusi pada mata yang sehat,
karena oklusi nantinya dapat memperbaiki ketajaman penglihatan dari mata
ambliopia tersebut. Kesulitan dari terapi oklusi ini adalah pada anak-anak yang
suka membuka penutup (oklusi) pada matanya. Lama dari terapi oklusi ini lebih
kurang 6-11,5 bulan, dengan efek maksimal oklusi tercapai pada 3-4 bulan
pertama.5
Gambar 5. Oklusi mata yang sehat akan melatih mata
yang ambliopia menjadi lebih kuat
Penatalaksanaan ambliopia anisometropia pada dasarnya adalah mengobati
penyebabnya termasuk memperbaiki kekeruhan media, koreksi refraksi dan
dikuti dengan saran untuk menggunakan mata yang ambliopia. Follow-up
jangka panjang diperlukan untuk mendeteksi kekambuhan. Terapi oklusi dan
atropine penalization merupakan terapi yang paling umum. Optical
penalization dapat digunakan pada kasus tertentu dan biasanya digunakan
bersamaan dengan farmakologi penalization. Terapi pemeliharaan penting
untuk mengurangi rekurensi tapi bukti ilmiah tidak mendokumentasikan
penggunaan maintenance therapy. Jika anak gagal merespon terapi, investigasi
terhadap kelainan retina ataupun kelainan saraf optic harus dilakukan.4
14
Penanganan ambliopia deprivasi, ketika obstruksi fisik signifikan jalur
visual (sebagai contoh : katarak kongenital) terdiagnosis dini, maka
penanganan utama harus melibatkan ahli ophtalmologi untuk menghilangkan
obstruksi dalam waktu 2 bulan pertama kehidupan. Pada kasus obstruksi fisik
bilateral, pembedahan pada mata yang kedua dilakukan 1-2 minggu setelah
pembedahan pertama untuk meminimalisasikan periode dari hambatan
binocular. Kelainan refraksi lainnya harus segera dikoreksi, lebih disenangi
dengan memakai kontak lens, dalam waktu 1 minggu setelah pembedahan.
Mungkin juga dianjurkan untuk oklusi part-time (2 jam perhari)
dikombinasikan dengan teknik stimulasi visual. Direkomendasikan untuk
follow up pasien dengan interval 1 x dalam 2-4 minggu selama 1 tahun untuk
memonitor ketajaman visual dan perkembangan penglihatan binocular. Apabila
dalam waktu 1 tahun koreksi optik memuaskan, fisiologi kornea normal dan
ketajaman visual meningkat dan stabil, maka pasien kemudian dapat dimonitor
dalam interval 1x 6 bulan.5
Pada pasien dengan usia lebih dari 12 bulan yang memiliki obstruksi fisik ,
timbul pertanyaan kondisi ini terjadi secara congenital atau didapat saat usia 4-
6 bulan pertama kehidupan. Pada kasus ini, prognosis untuk peningkatan
signifikan tajam penglihatan adalah buruk. Direkomendasikan test
elektrodiagnostik untuk menetapkan prognosis sebelum memulai terapi atau
konsultasi bedah.5
2.8 Prognosis
Prognosis ambliopia tergantung pada usia pasien, derajat, dan tipe
ambliopia. Semakin awal ambliopia terjadi dan semakin lambat terapinya
mempunyai prognosis lebih buruk. Pada umumnya, ambliopia bilateral
berespon baik daripada ambliopia unilateral, dan ambliopia anisometropik
miopik responnya lebih baik daripada ambliopia anisometropik hipermetropik.
Perbaikan ketajaman penglihatan telah dilaporkan dapat juga terjadi pada
15
pasien dengan usia lebih tua atau yang menderita katarak kongenital setelah
menjalani operasi.5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ambliopia adalah penurunan ketajaman penglihatan pada satu
mata (tidak dapat dikoreksi dengan lensa) tanpa penyakit mata organik
walaupun penyakit mata organic mungkin ada, tetapi tidak cukup untuk
menjelaskan tingkat penglihatannya
16
Angka kejadian ambliopia lebih tinggi di negara berkembang.
ambliopia merupakan penyebab terbanyak terjadinya kehilangan
penglihatan unilateral pada pasien usia di bawah 70 tahun.
Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral,
sedangkan daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal.
Ambliopia disebabkan karena 3 penyebab dan ini menjadi klasifikasi dari
ambliopia :
1. Ambliopia Strabismik
2. Ambliopia Anisometropia
3. Ambliopia Deprivasi
4. Ambliopia Eks Anopsia
5. Ambliopia Isometropia
Ambliopia sering tidak terdeteksi karena tidak bergejala, keculai
terdapat abnormalitas pada mata anak tersebut. Anak-anak sering mengeluh
penglihatan satu mata baik sedangkan mata ynag lainnya buruk. Ambliopia
didiagnosis ketika penurunan ketajaman penglihatan tidak dapat dijelaskan
berdasarkan pemeriksaan fisik dan ditemukan berkaitan dengan kondisi yang
menyebabkan ambliopia.
Pemerikasaan yang dilakukan untuk mendiagnosis ambliopia adalah
dengan penilaian ketajaman penglihatan jauh dan dekat, tes crowding
phenomenon, uji density filter netral, uji worth’s four dot. Untuk pendeteksian
dini ambliopia pada anak dilakukan pemeriksaan TNO stereoscopic test, photo
screening
Untuk penanganan ambliopia berdasarkan factor penyebabnya dan diharapkan
dengan cepat pendeteksian ambliopia bisa memberikan prognosis yang baik
3.2 Saran
Karena ambliopia sering tidak terdeteksi karena tidak bergejala, kecuali
terdapat abnormalitas pada mata diharapkan orang tua memiliki peran
17
yang besar terhadap ini dengan mengtahui beberapa tanda mata dengan
ambliopia. Dan pengoptimalan pendeteksian dini secara masssal
diharapkan bisa menidiagnosis ambliopia secara cepat dan juga bisa
ditatalaksana dengan cepat untuk prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2006
2. American Academy Ophtalmology. Pediatric Ophtalmology. San
Fransisco. 2006.
3. Vaughan, Riordan Eva,Witcher JP. Oftalmologi Umum. Edisi tujuh belas.
EGC: Jakarta. 2009.
4. Press L, Coats D. Amblyopia. Harley Pediatric Ophtalmology fifth. Edition.
Philadelphia, Pennsylvania. 2004
5. Wright, Kenneth W, et.al. Handbook of Pediatric Ophtalmology and
Strabismus. Springer: New York. 2006.
6. Leske, M.C; Hawkin, B.S; Screening: Relationship to diagnosis and therapy in Duane’s Clinical Opthalmology; Chapter 54; Volume 5; Revise Edition; Lippincott Williams & Wilkins; 2004; p.11
7. Amblyopia in Common Eye Condition Disorder and Disease. Available at :http://www.middleseweye.com/eye_condition.htm
8. Yen, K.G; Amblyopia. Available at:
http://www.emedicine.com/OPH/topic316.htm
19