MTE Defisiensi Vitamin a Pada Anak
Transcript of MTE Defisiensi Vitamin a Pada Anak
Defisiensi Vitamin A pada anak
Oleh : YosrizalM. iqbal
Aini ZhannRezi Yana Rizky
Resti Winda Yulia Rahmi
Pembimbing : Dr. Yaskur Syarief, Sp.M
Meet The Expert
BAB IPENDAHULUAN
Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang berfungsi dalam menyintesis pigmen sel-sel retina yang fotosensitif, dan diferensiasi normal struktur epitel penghasil lendir.
Kekurangan yang parah menyebabkan rabun senja, serosis dan keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada akhirnya menimbulkan ulkus serta nekrosis kornea.
Latar Belakang
140 juta anak di seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin A .
4,4 juta diantaranya menderita Xerophthalmia.
Sekitar 250.000 – 500.000 anak Xerophtalmia mengalami kebutaan.
Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang serius
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
membrane mukosa transluen yang membentang dari permukaan posterior palpebra sampai permukaan anterior mata.
Bagian –bagian konjungtiva :1. Konjungtiva palpebra2. Konjungtiva bulbar 3. Konjungtiva fornix
Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva
Kornea jaringan transparan tembus cahaya, menutupi bola mata bagian depan.
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui oleh berkas cahaya menuju retina.
Kornea mempunyai 5 lapisan yang berbeda-beda.
Lapisan epitelMembran BowmanJaringan StromaMembran DescementEndotel
Anatomi dan Fisiologi Kornea
Selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata, membentang dari papil saraf optic ke depan sampai Oraserata.
Retina berbatasan dengan koroid
Retina sel-sel reseptor berfungsi dalam penglihatan
Anatomi dan Fisiologi Retina
Sel-sel reseptor :
1. Sel kerucut (cones) Paling banyak terdapat di macula lutea Fungsi : untuk photoptic vision (melihat warna,
cahaya intensitas tinggi dan penglihatan sentral/ketajaman penglihatan).
terdapat pigmen peka terhadap sinar merah, hijau, biru.
2. Sel batang (rods) lebih banyak di bagian perifer (di sekitar macula) Fungsi : untuk scotoptic vision (melihat cahaya
dengan intensitas rendah, tidak dapat melihat warna, untuk penglihatan perifer )
Siklus Penglihatan Rodopsin-Retina
Peran Retinaldehida dalam siklus penglihatan
vitamin larut lemak yang berfungsi dalam menyintesis pigmen sel-sel retina yang fotosensitif, dan diferensiasi normal struktur epitel penghasil lendir.
Vitamin A
Metabolisme Vitamin A
Beberapa pangan yang mengandung vitamin A: 1. Pangan hewani : hati (sapi, babi, ayam, kalkun,
ikan), kuning telur, susu (di dalam lemaknya), keju, dan mentega yang banyak mengandung vitamin A.
2. Pangan nabati : sayuran hijau tua , buah-buahan yang berwarna kuning-jingga (daun singkong, kangkung, bayam, wortel, tomat, pepaya, mangga, dan jeruk ) yang banyak mengandung pro vitamin A.
Sumber vitamin A
1. Penglihatan2. Diferensiasi sel3. Fungsi kekebalan4. Pertumbuhan dan perkembangan5. Reproduksi6. dll
Manfaat vitamin A
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang berkibat kebutaan.
Kata Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti “mata kering” kekeringan pada konjungtiva dan kornea mata.
Xeroftalmia pada Anak
1. Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A untuk jangka waktu yang lama.
2. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif3. Menu tidak seimbang.4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin
A.5. Adanya kerusakan hati.
Etiologi
Faktor Risiko
Anak yang berasal dari sosial ekonomi rendah Pendidikan orang tua yang rendah Kurang mengonsumsi makanan mengandung vitamin
A Anak yang tidak mendapat imunisasi dan vitamin A
dosis tinggi. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak
diberi ASI sampai usia 2 tahun
XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia) XIA : xerosis konjungtiva XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot X2 : xerosis kornea X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang
dari 1/3 permukaan kornea. X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau
lebih dari 1/3 permukaan kornea XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar) XF : fundus xeroftalmia (gambaran berupa bercak
putih kekuningan pada retina perifer)
Klasifikasi (WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, 1996)
1. Rabun Senja (XN) kekurangan vit.A (retinol) gangguan produksi
dan fungsi rodopsin rabun senja
2. Xerosis konjungtiva (X1A) terjadinya metaplasia epitel konjungtiva (kolumnar menjadi squamous berlapis), hilang sel goblet pembentukan permukaan yang metaplastik dan terkeratinisasi.
Patogenesis
3. Xerosis Konjungtiva dan Bercak Bitot (X1B) Penumpukan keratin dan sel epitel bercak
putih seperti busa sabun (Bercak bitot).Terutama di daerah celah mata sisi luar
4. Xerosis Kornea (X2)Kekeringan pada konjungtiva berlanjut hingga kornea kornea tampak kering, suram, dan kasar xerosis kornea
5. Ulkus kornea / keratomalasia (X3A / X3B)nekrosis dan pengelupasan dari stroma kornea (keratomalasia) kornea melunak ulkus kornea dan perlunakan perforasi(pecahnya kornea)
6. XS (sikatrik kornea)Luka pada kornea menyembuh dan meninggalkan bekas jaringan parut sikatrik kornea
7. XFC (xerophthalmic fundus)
bercak-bercak kecil putih kekuningan pada retina yang tampak tersebar pada fundus (umumnya terdapat di tepi/ temporal)
1. RABUN SENJA Penglihatan menurun pada senja hari. Sering membentur/menabrak benda di
depan (pada anak yg sudah dapat berjalan) Anak diam memojok bila didudukan di
tempat kurang cahaya (pada anak yg belum dapat berjalan)
MANIFESTASI KLINIS
2. Xerosis konjungtiva = XIA
Konjungtiva tampak kurang mengkilat, kering, berkeriput, permukaan kasar dan kusam, berubah warna kecoklatan.
3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot = X1BTanda-tanda xerosis konjungtiva (X1A) + bercak bitotDalam keadaan berat :
Kekeringan seluruh permukaan konjungtiva. Konjungtiva menebal, berlipat-lipat dan berkerut. Mata tampak bersisik.
4. Xerosis kornea = X2
Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.
Kornea suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.
KU anak biasanya buruk (menderita gizi buruk, peny. infeksi)
5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B
Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
Tahap X3A : kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.
Tahap X3B : kelainan mengenai sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea.
Keadaan umum penderita sangat buruk. Dapat terjadi perforasi kornea
Keratomalasia X3A Keratomalasia X3B
6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks kornea
Kornea mata menjadi putih / bola mata tampak mengecil.
Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.
7. Xeroftalmia Fundus (XF)
bercak-bercak kecil putih kekuningan pada retina yang tampak tersebar pada fundus
1. Anamnesis -Identitas -Keluhan penderita Pada umumnya :tidak bisa melihat pada sore hari (buta
senja) atau ada kelainan pada matanya. -Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya campak, diare, ISPA, cacingan TB?-Riwayat kontak dengan pelayanan kesehatan Ditimbang teratur/tidak, mendapat imunisasi, kapsul
vitamin A dosis tinggi ?-Riwayat pola makan anak ASI ekslusif (6bln)/ tidak ? MP-ASI (> 6bln)? Jenis dan frekuensi pemberiannya? Cara memberi makan : sendiri atau disuapi?
DIAGNOSA
2. Pemeriksaan fisika.Pemeriksaan umum - Antropometri : pengukuran berat badan
dan tinggi badan. - Penilaian Status gizi. - Periksa mata apakah ada tanda-tanda
xeroftalmia. -Kelainan pada kulit : kering, bersisik.
b.Pemeriksaan khususPemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter yang terang.
3.Pemeriksaan Penunjang
a.Tes adaptasi gelap b.Sitologi impresi konjungtiva sel goblet dan sel-
sel epitel abnormal yang mengalami keratinisasi. c. Uji Schirmer d.Pemeriksaan Tear Film Break Up Time e.Pemeriksaan kornea
4. Pemeriksaaan laboratorium
Pemeriksaan serum retinol dengan kromatografi : < 20 ug/dl.
Total retinol binding protein (RBP). Pemeriksaan dilakukan dengan imunologik assay. RBP merupakan komponen yang lebih stabil dari retinol namun nilainya kurang akurat karena dipengaruhi oleh serum protein.
Kadar albumin < 2,5 mg/dl pada penderita xeroftalmia
Pemeriksaan darah rutin untuk menilai kemungkinan anemia dan infeksi
I.PENATALAKSANAAN
a.Memberi makanan TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
b.Mengobati penyakit infeksi ataupun gangguan yang mendasarinya.
c.Memberi vitamin A (dosis terapeutik).
Penatalaksanaan dan Pencegahan
Pemberian vitamin A berdasarkan WHO dijadwalkan sebagai berikut:
Usia > 1 tahun: 200.000 IU secara oral atau 100.000 IU secara injeksi muskular perlu diberikan segera dan diulang esoknya atau 4 minggu kemudian.
Usia < 1 tahun atau berat badan < 8 kg: Diberikan dosis setengah dari pasien diatas 1 tahun.
Gejala Hari 1 Hari 2 Hari ke-15 (minggu ke 2)
XN (buta senja), atau-XIA (Xerosis konjungtiva) tanpa pernah sakit campak 3 bulan terakhir
Beri kapsul vitamin A dengan dosis sesuai umur
- -
Ada salah satu gejala - XIB (bercak Bitot)- nanah/radang- kornea keruh- ulkus kornea - pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Beri kapsul vitamin A dengan dosis sesuai umur
Beri kapsul vitamin A dengan dosis sesuai umur
Beri kapsul vitamin A dengan dosis sesuai umur
Umur Dosis
<6 bulan 3 x 50.000 SI (1/2 kapsul biru)6 – 11 bulan 100.000 SI (1kapsul biru)1 – 5 tahun 200.000 SI (1 kapsul merah)
Jadwal dan Dosis Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak penderita Xeroftalmia (Depkes RI)
XN Reaksi pengobatan terlihat dalam 1 – 2 hari setelah diberikan kapsul
vitamin A
X1A & X1B Tampak perbaikan dalam 2 – 3 hari, dan gejala-gejala menghilang
dalam waktu 2 minggu.
X2 Tampak perbaikan dalam 2 – 5 hari, dan gejala-gejala menghilang
dalam waktu 2 – 3 minggu.
X3A & X3B Penyembuhan lama dan menigggalkan cacat mata. pada tahap ini
penderita harus berkonsultasi ke dokter spesialis mata RS agar tidak
terjadi kebutaan.
Pemantauan dan Respon Pengobatan dengan kapsul vitamin A
4.Terapi gizi medis Memberikan makanan yang adekuat sesuai
kebutuhan untuk mencapai status gizi normal. Memberikan makanan tinggi sumber vit. A. untuk
mengoreksi kurang vitamin A a.Energi
Pada kasus gizi buruk, diberikan bertahap mengikuti fase stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi, yaitu 80-100 kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB, dan 200 kalori/ kg BB
b. Protein Pada gizi buruk diberikan bertahap yaitu : 1 - 1,5
gram/kg BB/hari ; 2- 3 gram/kg BB/hari dan 3 - 4 gram/ kg BB / hari.
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A
optimal. Vitamin A Diberikan tinggi untuk mengoreksi defisiensi. Bentuk makanan Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel
saluran cerna juga telah mengalami gangguan, maka bentuk makanan diupayakan mudah cerna.
Rujukan
II.PENCEGAHAN
Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor sosial budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor individu)
Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini. Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan
anak secara periodik Mengobati penyakit penyebab atau penyerta. Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk. Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi
vitamin A / provitamin A secara terus menerus. Memberikan ASI Eksklusif. Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal tersebut diatas :
A. KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) ATAU PROMOSI
B. SUPLEMENTASI C. FORTIFIKASI
Pada awal perjalanan xeroftalmia, penglihatan sedikit terganggu.
Pada kasus lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea dan perforasi.
Sesekali dapat terjadi infeksi bakteri sekunder dan berakibat jaringan parut serta vaskularisasi pada kornea yang memperberat penurunan penglihatan.
Komplikasi
Prognosis baik jika pasien diobati pada keadaan defisiensi subklinis.
Morbiditas meningkat dengan berkembangnya kebutaan atau akibat adanya infeksi yang mengenai penderita.
• Prognosis
Terima Kasih