Mri
-
Upload
nizar-dzulqarnain-rahmatullah -
Category
Documents
-
view
13 -
download
4
description
Transcript of Mri
BAB I
PENDAHULUAN
Cerebral Whiter Matter atau substansia alba serebri merupakan bagian dari
subkorteks yang menghubungkan antara substansia gricea dengan korteks serebri.
Substansia alba terdiri dari serabut saraf akson dan selubung myelin. Warna putih
pada substansia alba disebabkan oleh substansi pada myelin. Kira-kira separuh dari
berat otak dan volume otak dibentuk oleh substansia alba. Rata-rata aliran darah ke
bagian substansia alba hanya 20ml/100 gram/menit. Fungsi utama substansia alba
serebri adalah untuk menghubungkan beberapa area di otak dan menghantarkan
sinyal diantara beberapa area otak tersebut.
White matter disease adalah suatu kelainan yang bersifat progresif yang
disebabkan oleh penuaan dimana terjadi penurunan bagian dari saraf (substansia alba
atau white matter) yang menghubungkan beberapa area di otak dengan area lainnya
dan medulla spinalis. Kelainan ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan dan
masalah pada mobilitas pada usia lanjut. Kelainan ini biasanya di diagnosis ketika
tidak ada lagi penyebab yang ditemukan pada kelainan keseimbangan dan ketika MRI
pada otak menunjukkan perubahana spesifik pada white matter.
Gejala penyakit ini dapat berupa gangguan keseimbangan sehingga mudah
terjatuh, adanya kesulitan untuk melakukan dua aktivitas atau lebih dalam waktu
bersamaan seperti berjalan sambil berkomunikasi, dan dapat juga terjadi perubahan
mood seperti mudah terjadi depresi. Kelainan ini dapat ditemukan pada orang dewasa
seperti pada penyakit Binswangers, multipel sklerosis, akut demyelinisasi
ensefalomyelitis, posterior reversibel leukoensefalopati, dan mitokondria
ensefalopati, sehingga untuk dapat membedakan tipe lesi pada white matter
diperlukan pencitraan resonansi magnetik atau MRI.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI merupakan suatu metode untuk mendapatkan gambar dari gelombang
resonansi yang ditimbulkan dari pancaran gelombang elektromagnetik pada suatu
benda didalam medan magnet. Prinsip-prinsip MRI yaitu :
a. Setiap atom terdiri dari inti yang dikelilingi oleh elektron ,didalam inti
terdapat proton yang bermuatan positif dan netron yang tak bermuatan
(netral).
b. Proton selalu bergerak melingkari sumbu yang akan menimbulkan aliran
muatan dalam tubuh manusia, proton didapatkan pada atom positif ganjil,
seperti Hidrogen, Pospor,Natrium,Carbon.
c. Dalam tubuh manusia posisi momentum inti atom tersebut berserakan
arahnya, bila atom tersebut diletakkan dalam medan magnet, maka inti akan
terarah sesuai medan magnet yaitu ke utara (paralel) atau ke selatan (anti
paralel). proton yang paralel (ke arah Utara) lebih banyak dari yang anti
paralel (ke selatan).
d. Dalam medan magnet ini inti tidak diam tetapi berputar mengelilingi sumbu
magnet pada posisi miring melingkar membentuk kerucut terbalik, gerakan ini
menyerupai gasing yang hendak berhenti berputar. Gerakan ini disebut
Prosesi.
kecepatan perputaran gerakan proton ini dapat dinilai dengan jumlah putaran
perdetik (disebut Frequensi Larmor). Yang tergatung dari kuatnya medan
magnet, semakin besar kekuatan medan magnet, maka semakin tinggi
frequensi larmor tersebut.
2
e. Bila gerakan proton diproyeksikan pada bidang 3 dimensi ( sumbu x,y,z ),
maka akan terbentuk proyeksi pada ketiga sumbu tersebut. Vektor sumbu
terbesar disebut Magnetisasi Longitudinal yang searah dengan arah medan
magnet.
f. Bila diberikan gelombang elektromagnetik berupa radio frekuensi ( RF )
secara hamburan pendek ( Short Burst ) dengan frequensi yang sama dengan
frequensi larmor, maka gerakan proton ini akan berubah arahnya. Keadaan ini
disebut Resonansi . Gerakan proton yang bergerak mendekati asal RF hingga
proyeksi vektor pada sumbu Longitudinal berkurang sampai hilang dan timbul
vector baru X dan Y disebut Magnetisasi Transversal.
Persiapan – persiapan pada pemeriksaan dengan menggunakan MRI yaitu :
a. Pemeriksaan MRI dapat menyebabkan beberapa macam kerusakan.
Kerusakan oleh karena medan magnet ini dapat berupa: gangguan terhadap
benda-benda yang diproses dengan gelombang elektromagnetik, misalnya
kartu kredit, pita magnetik, data disket, jam analog. Data-data pada benda-
benda ini bila dekat dengan medan magnet akan terhapus.
b. Benda-benda yg bersifat feromagnetik disekitarnya akan tertarik ke dalam
medan magnet dengan kecepatan yangg cukup besar, sehingga orang yang
mendekati medan magnet ini harus bebas dari benda-benda feromagnetik.
Kejadian ini tergantung kuatnya medan magnet, bila kekuatan medan
magnet <0,1 Tesla biasanya dapat diabaikan.
c. Implant feromagnetik yang ditanam pada penderita seperti alat pacu jantung
dapat terpengaruh, karena itu tidak boleh mendekati medan magnet. Klip
aneurisma pembuluh darah intrakranial yang bersifat feromagnetik dapat
lepas. Benda-benda implant lain seperti gigi palsu, perhiasan, uang logam
selain dapat mempengaruhi kualitas gambar disekitar benda tersebut, juga
dapat lepas dan menjadi proyektil yang berbahaya bagi penderita maupun
3
alatnya. Karena itu sebaiknya penderita/orang yang masuk kedalam ruangan
pemeriksaan MRI bebas dari benda2 feromagnetik.
d. Persuasi sebaik-baiknya agar penderita tidak mengalami klaustrofobia, yang
dilakukan selama pemeriksaan. Bila tidak menolong dapat diberikan sedasi
ringan. Pemeriksa harus mengawasi keadaan penderita selama pemeriksaan,
terutama bila keadaan penderita tidak stabil, misalnya epilepsi, kelainan
irama jantung, tidak sadar.
e. Pada penderita dengan inkontinensia urinae sebaiknya disuruh kencing
dahulu atau dipasang kateter. Namun sebaiknya bila menggunakan media
kontras, penderita sebaiknya tidak mengosongkan kandung kencing sebelum
pemeriksaan, karena dapat dipakai sebagai orientasi organ didalam pelvis.
Anestesi umum kadang-kadang diperlukan terutama pada anak2 dan
penderita yang gelisah. Namun harus diperhatikan bahwa benda-benda
anestesi yang terbuat dari logam dapat membahayakan disamping
mempengaruhi kualitas gambar.
Beberapa keuntungan atau kelebihan penggunaan MRI yaitu :
a. Mempunyai daya kontras yg besar pada jaringan, karena jaringan tersebut
berhubungan erat dengan amplitudo.
b. Informasi yang diberikan sangat khas, karena merupakan fungsi dari densitas
atom.
c. Dapat dibuat gambar dengan irisan yang multipel , dimana bisa diputar secara
elektronik pada beberapa orientasi tanpa merubah posisi penderita.
d. Non ionik dan Non invasif
4
Efek biologis yang ditimbulkan akibat penggunaan MRI yang dapat merugikan
penderita yaitu :
a. Gangguan pendengaran dapat terjadi secara temporer oleh karena suara
bising alat ini selama pemeriksaan. Penelitian Brummet, Menunjukkan
hilangnya pendengaran <15dB bila tidak memakai penutup telinga pada 43%
penderita, sedangkan hanya 10% bila digunakan penutup telinga dengan lama
rata – rata terpapar dengan suara tersebut selama 42,1 menit.
b. Dapat terjadi efek meningkatnya suhu jaringan oleh karena sinyal RF yang
diabsorbsi < 1 watt / kg biasanya efek pemanasan ini tidak terjadi.
c. Fibrilasi vertrikel dapat terjadi karena pengaruh medan magnet dilaporkan
pada percobaan binatang. Keadaan ini dipengaruhi oleh panjang pulse ( RF
signal ) dan pengulangannya.dikatakan bahwa >60Hz menurunkan nilai
ambang fibrilasi ventrikel.
Oleh karena adanya dampak negatif pada penderita yang menggunakan MRI,
maka di Inggris, National Radiological Protection Boned (NRPB) mengeluarkan
panduan untuk pelaksanaan MRI yaitu :
a. Kekuatan medan magnit statik < 2,5 Tesla.
b. Frekuensi sinyal RF < 15 MHz : batas ditentukan atas dasar suhu tubuh tidak
boleh meningkat >1°C.
c. Kekuatan medan magnit dianamik : perubahan medan magnit tak boleh > 20
Tesla per detik untuk pulse > 10 milidetik (msec).
Dengan menggunakan Pencitraan Resonansi Magnetik atau MRI dapat
dibedakan bagian otak yang abu-abu dengan bagian otak yang putih. Bagian otak
yang putih mengandung 12% lebih sedikit air dibandingkan dengan otak yang abu-
abu. Akan tetapi bagian yang putih mempunyai lebih banyak lemak daripada bagian
otak yang abu-abu. Karena banyak mengandung lemak, bagian otak yang putih
5
mempunyai waktu T1 (Longitudinal relaxation time) yang pendek dan T2
(Transversal relaxation time) yang panjang.
Adapun indikasi penggunaan MRI kepala yaitu pada tumor, stroke / CVD
infark hemoragik atau non hemoragik, penyakit demyelinisasi (multiple sclerosis)
atau white matter disease, kelainan vascular seperti aneurisma, AVM, maupun
stenosis, infeksi dan metastase.
Cerebral White Matter
Cerebral Whiter Matter atau substansia alba serebri merupakan bagian dari
subkorteks yang menghubungkan antara substansia gricea dengan korteks serebri.
Substansia alba terdiri dari serabut saraf akson dan selubung myelin. Warna putih
pada substansia alba disebabkan oleh substansi pada myelin. Kira-kira separuh dari
berat otak dan volume otak dibentuk oleh substansia alba. Substansia alba terbentuk
dari zona marginal eksternal dari tubulus neural, zona marginal terdiri dari prosesus
sel saraf yang berkembang menjadi substansia alba ketika mengalami myelinisasi.
Myelinisasi dimulai pada pertengahan kehidupan fetus yang secara lengkap terjadi
pada 18 bulan kehidupan.
Substansia alba berisikan sedikit air dan lebih banyak lipid dibandingkan
dengan substansia grisea. Rata-rata aliran darah ke bagian substansia alba hanya
20ml/100 gram/menit, sedangkan aliran darah ke bagian substansia grisea sekitar 80
ml/100gram/menit. Serabut-serabut saraf yang terdapat di substansia alba
menghubungkan beberapa area di otak dengan area lainnya. Serabut proyeksional
menghubungkan korteks serebri dengan struktur subkortikal seperti serebelum,
serabut komissural menghubungkan area homolog antara kedua hemisfer serebri, dan
serabut asosiasi menghubungkan beberapa area dalam hemisfer serebri yang sama.
Fungsi utama substansia alba serebri adalah untuk menghubungkan beberapa area di
otak dan menghantarkan sinyal diantara beberapa area otak tersebut.
6
Gambar 1. White matter tract in brain
White Matter Disease
White matter disease adalah suatu kelainan yang bersifat progresif yang
disebabkan oleh penuaan dimana terjadi penurunan bagian dari saraf (substansia alba
atau white matter) yang menghubungkan beberapa area di otak dengan area lainnya
dan medulla spinalis. Kelainan ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan dan
masalah pada mobilitas pada usia lanjut. Kelainan ini biasanya di diagnosis ketika
tidak ada lagi penyebab yang ditemukan pada kelainan keseimbangan dan ketika MRI
pada otak menunjukkan perubahana spesifik pada white matter.
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki faktor risiko
penyakit jantung berupa hipertensi, hiperkolestrolemia, dan merokok memiliki risiko
lebih besar untuk terkena kelainan pada white matter. Dengan mengontrol faktor
risiko dengan pengobatan medikamentosa dan berhenti merokok dapat
memperlambat progresifitas dari penyakit ini.
Gejala penyakit ini dapat berupa gangguan keseimbangan sehingga mudah
terjatuh, adanya kesulitan untuk melakukan dua aktivitas atau lebih dalam waktu
bersamaan seperti berjalan sambil berkomunikasi, dan dapat juga terjadi perubahan
7
mood seperti mudah terjadi depresi. Kelainan ini dapat ditemukan pada orang dewasa
seperti pada penyakit Binswangers, multipel sklerosis, akut demyelinisasi
ensefalomyelitis, posterior reversibel leukoensefalopati, dan mitokondria
ensefalopati.
Lesi atau penyakit pada substansia alba dapat dibagi menjadi tiga kategori
yaitu penyakit demyelinisasi, Important non demyelinisasi disease of adults, dan
gangguan dismyelinisasi pada anak-anak.
1. Penyakit demyelinisasi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh hilangnya myelin-
myelin pada area substansia alba.
a. Multipel sklerosis
Multipel sklerosis merupakan penyebab tersering pada gangguan
demyelinisasi. Onset penyakit ini pada dekade ketiga dan keempat, dan
biasanya lebih sering mengenai wanita dibandingkan pria. Penyakit ini
memberikan gambaran klinis neurologi berupa defisit motorik fokal, parestesia
atau defisit sensorik lain, neuritis optikus dan paraparesis.
Penyebab dari multipel sklerosis ini tidak diketahui secara pasti namun
diduga kuat berhubungan dengan proses autoimun. Proses patologi terjadi pada
fokus demyelinisasi (plak multipel sklerosis) yang berisi infiltrat sel
mononuklear yang sering ditemukan pada lokasi perivaskuler.
Lokasi dari lesi dapat terjadi di berbagai area dalam otak dan substansia
alba medula spinalis, namun lokasi lesi tersering terjadi di area periventrikuler
(dari vena ependymal menuju ventrikel) sehingga melibatkan corpus callosum,
batang otak, dan pedunkulus serebri media. Ukuran lesi biasanya antara 3 mm -
8 mm dan lesi berbentuk bulat atau oval. Gambaran lesi khas berupa lesi oval
pada perpendikular menuju permukaan ventrikel yang menyerupai gambaran
Dawson’s fingers.
Gambaran pada MRI berupa lesi yang hipo atau isointensitas pada T1W1
dan hiperintensitas pada T2W1. Adanya plak yang hipointensitas pada T1
weight image merupakan indicator keparahan penyakit ini. Bentuk lesi dan
lokasi lesi sangat penting unutk membedakan multipel sklerosis dari penyakit
8
lain substansia alba. TR yang memanjang atau TE yang memendek (densitas
proton) dan adanya gambaran Fluid Attenuated Inversion Recovery (FLAIR)
merupakan hal penting untuk mendapatkan lesi di periventrikular.
Kriteria MRI untuk penyebaran lokasi (Simon et al, Filippi et al), jika
memenuhi tiga kriteria berikut yang menjadi rekomendasi untuk diagnosis
yaitu :
1. Satu gadolinium, lesi memanjang atau lesi hiperintensitas pada T2
2. Paling sedikit lesi pada satu infratentorial
3. Paling sedikit lesi pada satu juxtakortikal
4. Paling sedikit lesi pada tiga periventrikular.
Urutan rekomendasi (Simon et al, Filippi et al)
1. 3 plane localizer sequence
2. Sagital Fast FLAIR
3. Aksial FSE densitas proton dan T2-weighted images
4. Aksial kontras-enhanced T1 weighted images
Urutan opsional
4A. Aksial unenhanced T1-weight images
5. 3D T1-weighted images
Rekomendasi untuk laporan gambaran MRI (Simon et al, Filippi et al)
1. Jumlah dari lesi
Enhancing lesi T1W1, seluruh lesi hiperintensitas T2W1, lesi baru
hiperintensitas T2W1, dan lesi hipointensitas T1W1
2. Adanya atrofi
3. Lesi volume T2 berupa ringan, sedang, dan berat
4. Deskripsi mengenai terminology lesi berupa periventrikular,
jukstakortikal, infratentorial.
b. Acute desseminated encephalomyelitis (ADEM)
Penyakit ini dapat terjadi baik setelah terjadi infeksi ataupun setelah
vaksinasi dasar. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang dewasa dan anak-
9
anak. Onset pada orang dewasa lebih sering terlihat sebagai gejala luas dari
sindroma sistem saraf pusat dengan gangguan kesadaran. Pada anak-anak
biasanya terjadi pada usia tujuh tahun. Kira-kira 80%, gejala berikut ini dapat
dijumpai pada penyakit ini, berupa infeksi saluran pernapasan atas, infeksi
virus atau bakteri spesifik, dan post imunisasi. Infeksi yang biasanya
mendahului penyakit ini berupa campak, rubela, dan chicken pox.
Gambaran MRI pada penyakit ini berupa :
1. Biasanya lesi mengenai bilateral, asimetris di white matter
bagian sentral dengan ukuran yang bervariasi dari mm
sampai beberapa cm.
2. Lesi di thalamus atau ganglia basalis sekitar 25 %
3. Kontras enhancement terlihat sekitar 25 % kasus
4. Lesi medula spinalis yang terlihat di MRI hanya 1/3 kasus
myelopati
2. Non demyelinisasi White Matter Disease of Adults
a. Posterior reversible Encephalopathy Syndrome (PRES)
Sindroma ini dikenal sebagai hipertensi ensefalopati, yang merupakan
kondisi gawat darurat yang dapat menyebabkan terjadinya infark serebri
dan kematian otak apabila tidak ditangani segera. Pengobatan meliputi
pengobatan hipertensi dan menghilangkan agen penyebab. Sindrom ini
terjadi pada peningkatan secara akut tekanan darah sistemik, preeklampsia
atau eklampsia, pengobatan dengan agen imunosupresif yang meliputi
siklosporin A, cisplatin, FK-501, dan takrolimus.
Patofisiologi penyakit ini berupa edema vasogenik yang terjadi akibat
hilangnya autoregulasi pembuluh darah serebral.
Gambaran pada MRI berupa lesi yang hipointensitas pada T1-
weighted images dan hiperintensitas pada T2-weighted MR images. Lesi
biasanya melibatkan area kortikal dan white matter bagian posterior yang
disebabkan oleh sedikitnya persarafan otonom dan arteri pada area ini.
10
Pada diffusion weighted MRI biasanya akan terlihat abnormalitas sinyal di
T2 weighted images yang disebabkan oleh vasogenik, dan lesi akan terlihat
isointensitas pada signal vasogenik edema. Hal ini disebabkan oleh efek
peningkatan intensitas sinyal akibat efek pemanjangan di T2 (T2 shine-
through effect).
b. Infeksi virus
Infeksi virus yang dapat menyebabkan white matter disease yaitu :
1. Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
Merupakan salah satu penyakit akibat virus yang menyerang
white mater. PML disebabkan oleh infeksi papova virus yang biasanya
terdapat pada penderita imunokompromise seperti pada penerima
transplantasi organ, dan AIDS. Lesi biasanya tunggal atau multiple
pada focus white matter dengan predileksi di separuh posterior
centrum semioval.
2. HIV ensefalitis
Perubahan pada white matter akibat efek langsung dari HIV,
biasanya ditemukan proses difus white matter yang hipodensitas pada
CT dan hiperintensitas pada T2W1 dan berhubungan dengan
progresifitas dan atrofi general.
c. Vaskuler
1. CADASIL
Merupakan kelainan vaskuler yang biasanya multipel dan
menyerang white matter ditandai adanya infark dan demensia dini.
2. Demensia Vaskuler dan onset lambat depresi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa
area yang hiperintensitas pada lesi white matter karena angiopati
mikrovaskuler, dan pada lanjut usia yang berhubungan dengan
demensia dan depresi. Hipotesis ini melaporkan bahwa terdapat area
11
yang mengalami disrupsi di sirkuit neural pada area berpikir, memori,
dan afek.
3. Vaskulitis
Biasanya disebabkan oleh spektrum luas yang melibatkan
penyalahgunaan obat, penyakit kolagen vaskuler seperti SLE, proses
granulomatous seperti sarkoidosis, dan infeksi sifilis.
3. Kelainan demyelinisasi, merupakan kegagalan dalam pembentukan normal
myelin di white matter. Kelaian ini biasanya menyerang bayi dan anak-
anak. Berikut ini merupakan kelainan demyelinisasi yang sering dijumpai :
a. Adrenoleukodystrofi
Merupakan kelainan pada peroksisom yang mengakibatkan akumulasi
dari asam lemak rantai panjang. Kelainan ini biasanya diturunkan dalam
bentuk terkait kromosom X dan bentuk neonatus. Bentuk terkait kromosom X
biasanya terjadi pada laki-laki berusia 4-8 tahun yang biasanya menimbulkan
gangguan penglihatan dan disfungsi adrenal, dan lesi terdapat pada posterior
centum semioval. Sedangkan bentuk neonatus diturunkan secara autosomal
resesif yang timbul saat lahir dan mengenai seluruh white matter serebri.
Gambaran MRI berupa gambaran tipikal dengan hiperintensitas pada white
matter di T2 weighted images di area otak posterior dan mengarah ke otak
anterior dengan progresifitas penyakit.
b. Metakromatik leukodistrofi
Merupakan leukodistrofi yang diturunkan secara autosomal resesif
yang disebabkan oleh defisiensi arylsulfatase A. Terdapat dalam bentuk
infantil, juvenil, dan dewasa. Gambaran pada MRI berupa gambaran tipikal
yang konfluen dan difus, simetris hiperintensitas pada white matter pada
12
sinyal T2W1 dengan gambaran folded inkblot folded. Biasanya juga
melibatkan area di serebelum.
c. Penyakit Alexander
Merupakan penyakit akibat petanda biokimiawi yang tidak diketahui
secara pasti, dan biasanya menyerang makrosefali dan bagian frontal dari
white matter.
d. Penyakit Kanavan
Merupakan kelainan autosomal pada bayi dan anak-anak. Gambaran
MRI berupa gambaran hipenintensitas general sinyal white matter dan
makrosefali. Peningkatan puncak NAA merupakan ciri khas yang tampak
pada pemeriksaan dengan spektroskopi MR.
e. Penyakit Krabbe
Merupakan kelainan autosomal resesif akibat akumulasi dari
galaktocereboside. Progresifitas penyakit terjadi sangat cepat pada permulaan
setelah lahir tetapi manifestasi klinis baru terlihat pada usia 3-6 bulan.
Gambaran pada MRI berupa focus kecil yang hiperintensitas pada sinyal di
nucleus dentatum dari serebelum dan area periventrikuler di T2W1. Pada
pasien yang tidak diobati, lesi menjadi semakin luas dan menjadi multifokal
dan pada area periventrikuler berupa pola yang konfluen.
13
14