MP Juni 2010

62
Peng anta r Redaksi Riset & Teknologi Isolasi Senyawa Lakton dari Fraksi Metanol Jamur Tanduk ( Termitomyces eurhizus Berk) (B ambang Murs ito, L. B roto Kardono, dan Partomuan Simanjunta k) ISSN 1412-3819 Daftar Isi ME I PERSPEKTIF VOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 DAFTAR ISI 1 - 3 4 - 7 urnal Teknologi  Pemanfaatan Abu Kelopak Batang Pisang Sebagai Sumber Alkali Dalam Ekstraksi Karaginan Dari Rumput Laut (HR. Fajar dan Abdul Azis) Evaluasi Laju Sedime ntasi Pada Kolom Sedimentasi Sistem Batch  Dengan Penambahan Flokulan (Mustafa ) 8 - 12  Alternati f Lokasi  Re-settlement  Kawasan Permukiman Tanjung Dan Bantaran Sungai Tenggarong Jl. DI. Panjaitan Kota Tenggarong - Kutai Kertanegara (  fif Bizrie Mardhanie) 13 - 18 Kajian Analisis Kekuatan Tekan Karakteristik Beton Berdasarkan Data Hasil Pelaksanaan Lapangan (Tumingan)  Aplikas i Filtras i Ana erobik Aliran Upflow Dalam Menurunkan Kadar BOD Dan COD Limbah Cair Tapioka (Hery Setyobudiarso) 19 - 22 23 - 27 Karakteristik Proses Penyekrapan Datar Dengan Pemotongan Ortogonal Terhadap Bentuk Geram Menggunakan Pahat HSS Pada Bahan Baja ST 42 (  nang Subardi  ) 28 - 34 Efisiensi Anggaran Biaya Perkerasan Lentur Dengan Mengganti Pondasi Agregat Dengan Sirtu (Ibayasid ) Pendekatan Konsep  Lean Thinking  Dan  FMEA  Untuk Menganalisis Order Fulfillment Process (  Mer pati h) 35 - 39 43 - 48 49 - 55 56 - 59 Regenerasi Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil) Dengan Penambahan Sari Mengkudu) (Muh. Irwan, Ramli Tahir, Binti Syafiatu Kubro) Proses Perengkahan Katalitik Asam Oleat Basis Minyak Sawit Untuk Menghasilkan Bahan Bakar Kerosine (Irmawati Syahrir  )

description

daftar judul KA

Transcript of MP Juni 2010

Page 1: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 1/61

Pengantar Redaksi

Riset & Teknologi

Isolasi Senyawa Lakton dari Fraksi Metanol Jamur Tanduk (Termitomyces eurhizusBerk)

( B ambang Mur s i t o, L. B r ot o K ar do no, dan P ar t omu an S i manj unt ak )  

ISSN 1412-3819Daftar Isi

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 DAFTAR ISI

1 - 3

4 - 7

J u r n a l Te k n o l o g i  

Pemanfaatan Abu Kelopak Batang Pisang Sebagai Sumber Alkali Dalam EkstraksiKaraginan Dari Rumput Laut

( H R. F aj ar dan A bdu l A z i s )  

Evaluasi Laju Sedimentasi Pada Kolom Sedimentasi Sistem Batch DenganPenambahan Flokulan

( M u s t a f a  )

8 - 1 2

 Alternatif Lokasi Re-settlement  Kawasan Permukiman Tanjung Dan BantaranSungai Tenggarong Jl. DI. Panjaitan Kota Tenggarong - Kutai Kertanegara

(A f i f B i z r i e Mar dhani e )

13 - 18

Kajian Analisis Kekuatan Tekan Karakteristik Beton Berdasarkan Data HasilPelaksanaan Lapangan(T u m i n g a n )  

 Aplikasi Filtrasi Anaerobik Aliran Upflow Dalam Menurunkan Kadar BOD Dan CODLimbah Cair Tapioka

(H e ry S e t y o b u d i a r s o  )

19 - 22

23 - 27

Karakteristik Proses Penyekrapan Datar Dengan Pemotongan Ortogonal TerhadapBentuk Geram Menggunakan Pahat HSS Pada Bahan Baja ST 42

(A nang S ubar di  )

28 - 34

Efisiensi Anggaran Biaya Perkerasan Lentur Dengan Mengganti Pondasi AgregatDengan Sirtu

(I bay as i d )

Pendekatan Konsep Lean Thinking  Dan FMEA Untuk Menganalisis Order Fulfillment Process

(M e r p a t i h  )

35 - 39

43 - 48

49 - 55

56 - 59Regenerasi Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil) Dengan Penambahan Sari

Mengkudu)( Muh. Ir w an, R aml i T ahi r , B i nt i S y af i at u K ub r o)  

Proses Perengkahan Katalitik Asam Oleat Basis Minyak Sawit Untuk MenghasilkanBahan Bakar Kerosine

(I rm a w a t i S y a h r i r  )

Page 2: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 2/61

PENGANTAR REDAKSI

 Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadiratAllah SWT atas rahmat dan karunia-Nya Jurnal Media Perspektif Politeknik Negeri Samarinda Volume 10 nomor 1, Juni 2010 dapat diterbitkan. MediaPerspektif Polnes memuat hasil-hasil penelitian bidang Teknologi dan karya ilmiah nonpenelitian yang bermutu. Media Perspektif diterbitkan dua kali dalam satu tahun, yaitu setiapbulan Juni dan bulan Desember.

Penerbitan Jurnal Media Perspektif edisi kali ini, menampilkan beragam artikelpenelitian dibidang teknologi. Redaksi Media Perspektif mengharapkan peran serta parailmuwan dan peneliti untuk memberikan kontribusi yang lebih banyak demi keberlangsunganmedia ini secara khusus dan sumbangsih terhadap perkembangan sains dan teknologi pada

umumnya.Terima kasih dan selamat kepada para penulis yang tulisannya diterbitkan pada edisi

ini. Redaksi berharap agar Media ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembacaterutama civitas akademika, kalangan industri dan pemerintah. Sekali lagi kami mohonsumbang saran para pembaca, sebab partisipasi pembaca tentu akan lebih menyempurnakanterbitan berikutnya.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.

REDAKSI

PENGANTAR REDAKSI MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Jurna l Tekno lo g iJ u r n a l Te k n o l o g i  

Page 3: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 3/61

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

ISOLASI SENYAWA LAKTON DARI FRAKSI METANOLJAMUR TANDUK (Te rm i t o m y c e s e u r r h i zu s   Berk)

Bambang Mursito1, L.Broto Kardono2 dan Partomuan Simanjuntak1,3

1Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila ; 2 Pusat Penelitian Kimia-Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI); 3Pusat Penelitian Bioteknologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI)

[email protected]

Abstrak 

Isolasi dan identifikasi senyawa lakton dari fraksi Metanol Jamur Tanduk, Termitomyceseurirrhizus Berk, yang diambil dari kawasan Sumedang telah dilaksanakan. Teknik Isolasi Jamur Tanduk di ekstrak menggunakan pelarut petroleun eter, dilanjutkan dengan evaporasi,

 partisi menggunakan n-heksana dan methanol. Fase methanol mengalami proses kristalisasi menghasilkan serbuk berwarna putih. Senyawa hasil isolasi di identifikasi menggunakan infrared (IR), nuclear magnetic resonance one dimension ( 1H-NMR, 13C-NMR and DEPT) duadimensi (COSY, HMQC and HMBC).

K a t a k u n c i  : jamur tanduk, senyawa lakton, Termitomyces eurrhizus Berk 

PENDAHULUAN

J am u r m e ru pa ka n t um b uh an y an gmempunyai sel berspora tetapi tidak berklorofil yangtumbuh di antara jasad hidup dan atau mati, denganmempunyai sifat kehidupan sebagai heterotrop,saprofit, mutualistik maupun parasit.Beberapa jamur aman untuk dimanfaatkan sebagaibahan pangan dan bernilai ekonomi tinggi dan jenisamur ini dikenal sebagai jamur edibel.

Jamur edibel yang sudah luas dibudidayakan meliputi Auricularia sp., Flammulina velutipes, Ganodermalucidum, Grifola frondosa, Hericium erinaceus,Hypsizygus marmoreus, Lentinula edodes, Morchellaesculenta, Pleurotus sp., Pholiota nameko, Tremella

fuciformis dan Volvariella sp. Beberapa jamur tersebuttelah digunakan sebagai bahan untuk peningkatankesehatan, semenjak itujamur tersebut telah diketahuikandungan kimia yang mempunyai efek farmakologi(Wasser, 2002).

Salah satu keunggulan jamur bila dibandingdengan tanaman lain adalah kemampuannya dalammengubah selulosa ataupun l ignin menjadipolisakarida dan protein yang bebas kolesterol.Dengan kemampuan tersebut maka kandunganproteinnabatidalam jamurhampir sebandingatau lebihbesar dibanding protein tanaman berklorofil danmemiliki kandungan lemak maupun kalori yang lebih

rendah bila dibandingkan dengan daging, sehinggacocok dikonsumsibagimerekayang menjalankan diet.Disamping itu, mengkonsumsi jamur tertentu secararutin dapat menghindari peningkatan kadar kolesteroldalam darah sehingga dapat mengurangi serangandarah tinggi. Mengingat hal tersebut, sebagianmasyarakat telah terbiasa mengkonsumsi berbagai

 jenis jamur edibel sebagai variasi menu makanansehari-hari (Tahir, 2002).

Jumlah jamur di daratan diperkirakanmencapai 140.000 dansekitar 10% dari jamur tersebutsudah teridentifikasi. Namun dari jumlah jamur tersebut, belum banyak yang dapat diungkapkankandungan senyawa yang mempunyai aktivitasfarmakologinya (Lindequist, et.al ., 2005).

Komponen senyawa kimia dalam jamur yangmempunyai aktivitas farmakologi dapat berupapolisakarida dan kelompok senyawa lain yang meliputiserat, lektin, triterpenoid, glikolipid serta senyawa-senyawa yang tersusun melalui jalur shikimat.Senyawa-senyawa tersebut dikenal sebagai“biological response modifiers (BRM)” yaitu bahan-bahan yang dapat menstimulasi respon tubuhterhadap infeksi maupun terhadap ketidaknormalanproses metabolisme (Wasser dan Weis, 1999;Mizuno, 1999).Pemanfaatan kekayaan flora di Indonesia terutamakelompok jamur masih terbatas pada budidaya untuk

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 1

Page 4: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 4/61

mencukupi kebutuhan jamur sebagai bahan pangan,sedangkan pemanfaatan di bidang medis danpengobatan masih jarang. Padahal pada beberapaspesies jamur telah ditemukan beberapa senyawa

kimia yang berpotensi, mulai dari senyawa antibiotikhingga senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol.

Sehingga untuk menggali kandungansenyawa kimia dalam jamur tanduk (Termitomyceseurirrhizus Berk) asal Sumedang (Jawa Barat) telahberhasil diisolasi suatu senyawa tipe lakton dari fraksimetanol.

Gambar 1. Jamur tanduk (Termitomyces eurrhizus

Berk) yang digunakan dalam penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan. Bahan penelitian yang digunakan adalahamur tanduk (Termitomyces eurirrhizus Berk) asal

Sumedang yang telah diidentifikasidi Pusat PenelitianBiologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)Cibinong. Bahan kimia adalahpetroleum eter, metanoldan n-heksanAlat. Alat-alat gelas, timbangan analitik, vakumrotavapor, perkolator, lempeng silika gel GF

254,

mikrokapiler, bejana kromatografi, lemari pendingin,

lampu UV, spektrofotometer infra merah Fourier Ttransform (Shimadzu FT-IR), spektrometer resonansimagnetik inti (JNM ECA-500 MHz).Cara Kerja. Rajangan jamur ditimbang sebanyak300 g, diperkolasi pada suhu kamar denganmenggunakan pelarut petroleum-eter sebanyak 11,5L, kemudian disaring.Bagianfiltrat dipekatkandenganvakum evaporator pada suhu di bawah 50oC, sehinggadiperoleh ekstrak petroleum eter sebanyak 1,7 g.Selanjutnya ekstrak dipartisi dengan pelarut n-heksan-metanol (1 :1) dan masing-masing fase dipekatkan,sehingga diperoleh ekstrak n-heksan sebanyak 1,1g, dan ekstrak metanol sebanyak 100,3 mg. Fraksi

metanol ditambahkan air dengan cara triturasi,disaring sehingga diperoleh serbuk berwarna putihsebanyak 5,3 mg. Prosedur kerja untuk isolasi dapatdilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema kerja isolasi senyawa laktondari Jamur tanduk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis spektra infra merah (IR)Spektra infra merah (IR) untuk senyawa isolat

murni menunjukkan adanya serapan pada bilangangelombang 1703 cm-1 yang karateristik untuk guguskromofor karbonil (C=O).

Analisis Spektra RMI 1 Dimensi (proton, karbondan DEPT)

Penyidikan spektra Resonansi Magnetik Inti

(RMI) proton untuk isolat lakton menunjukkan bahwapenyidikan kimia proton pada δH 1,45 (pt) dan 2,20(pt) menunjukkan adanya proton-proton dari CH danCH

2.Hasil inididukung spektra RMI karbon danDEPT

(Distortionless Enhancement Polarization of Transfer)yang hanya memberikan 3 atom karbon yaitu padaδC 24,06 (t, CH

2); 33,42 (d, CH) dan 174,40 (s, C=O).

AnalisisSpektra RMI 2 Dimensi (COSY dan HMBC)Struktur kimia yang diduga sebagai senyawa

lakton (1, 2) juga didukung dari spektra RMI 2 DimensiCOSY (COrrelation Spectroscop Y). Hasil analisisCOSY menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara

RISET & TEKNOLOGI /2 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 5: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 5/61

proton dengan proton yaitu pada δH 1,45 dengan äH2,20. Korelasi proton dengan proton dan spektra RMI2D COSY dapat dilihat pada Gambar 3A.

Hasil analisis HMBC (Hetero Multiple BondConnectivity) menunjukkan bahwa terdapat korelasiäH 1,45 dengan äC 33,42 dan 174,40; korelasi äH2,20 dengan äC 24,06. Korelasiantara proton dengankarbon (2-3 ikatan) dapat dilihat pada Gambar 3B.

Gambar 3. Korelasi antara proton dengan proton(COSY) (A); korelasi antara protondengan karbon (HMBC) (B)

Jadi, berdasarkan interpretasi data IR danRMI 1 D (RMI proton, karbon dan DEPT), RMI 2 D(COSY dan HMBC) struktur kimia isolat didugasebagai suatu senyawa lakton (1) atau merupakan

senyawa polimer dari lakton (2) (Gambar 4).

Gambar 4. Perkiraan struktur kimia untuk senyawaisolat

Tabel 1. Pergeseran kimia (Hdan C) untuk senyawaisolat

KESIMPULAN

Penelitian Jamur tanduk (Termitomyceseurirrhizus Berk) asal Sumedang (Jawa Barat)

memberikan senyawa kimia tipe lakton.

SaranPerlu penelitian lanjutan untuk pengambilan

data spektra massa untuk menentukan kepastianstruktur kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Lindequist, U. Niedermeyer, T.H.J. and Julich, W-D.2005. The pharmacological potential of 

mushrooms-Review. E CAM, 2 (3): 285 – 299.Mizuno, T., 1999. The extraction and development of antitumor active polysaccharides frommedicinal mushrooms in Japan (Review).International Journal of Medicinal mushrooms.1, 9 – 30.

TahirP. 2002.Aneka JamurUnggulan yang MenembusPasar. P.T. Grasindo, Jakarta, Indonesia

Wasser, S.P., Weis, A.L. 1999. Therapeutic effectso f s ub st an ce s o cc ur ri ng i n h ig he r  Basidiomycete mushrooms: a modernperspective.CriticalReviews in Immunology ,19: 65-96

Wasser. S.P., 2002. Medicinal mushrooms as a

source of antitumor and immunostimulatingpolysaccharides. Applied Microbiology and Biotechnology . 60,258–74

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 3

Page 6: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 6/61

PEMANFAATAN ABU KELOPAK BATANG PISANGSEBAGAI SUMBER ALKALI DALAM EKSTRAKSIKARAGINAN DARI RUMPUT LAUT

HR. Fajar dan Abdul Azis

(Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang )[email protected]

Abstrak 

Industri pengolahan rumput laut menjadi karaginan membutuhkan KOHdalam prosesnya. Selamaini kebutuhan KOH masih disuplai dari luar negeri. Penelitian untuk mendapatkan bahan alternatif 

 pengganti KOH perlu dilakukan. Abu kelopak batang pisang mengandung oksida kalium cukuptinggi sehingga diharapkan dapat mensubstitusi KOH sebagai bahan pengekstrak karaginan.Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: (1) pembuatan abu kelopak batang pisang sebagai sumber alkali, (2) ekstraksi karaginan dari rumput laut. Uji mutu karaginan dilakukanmenggunakan parameter daya larut, titik gel, titik leleh, dan viskositas. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perbandingan abu terhadap air untuk memperoleh pH 8,5-9 diperoleh padaberat abu 0,1 gram yang dilarutkan dalam 1 Liter air. Yield karaginan yang diperoleh denganmenggunakan larutan alkali dari abu kelopak batang pisang sebesar 54,7% dan mengunakanKOH sebesar 52%. Karaginan yang diperoleh adalah jenis kappa dengan titik gel 22 oC, titik leleh yang tidak dapat dideteksi, dan viskositas 4 cP.

K a t a k u n c i   : abu, ekstraksi, kalium hidroksida, karaginan

PENDAHULUAN

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagimasyarakat pesisir. Selain dapat digunakan sebagaibahan makanan, minuman danobat-obatan,beberapahasil olahan rumput laut seperti agar-agar, alginat dankaraginan merupakan senyawa yang cukup pentingdalam industri (Istini dan Suliani, 1998; Bawa, dkk.,2007). Rhodophyceae (alga merah) merupakanrumput laut penghasil agar-agar dan karaginan,sedangkan Phaeophyceae merupakan penghasilalginat yang belum dioptimalkan pemanfaatannya

(Andriani, 2006).Sebagian besar rumput laut di Indonesia

diekspor dalam bentuk kering (Suwandi, 1992). Biladitinjau dari segi ekonomi, harga hasil olahan rumputlaut seperti karaginan jauh lebih tinggi dari padarumput laut kering. Jenis rumput laut penghasilkaraginan adalah Eucheuma Sp dan Eucheumacottonii  (Andriani, 2006). Oleh karena itu, untukmeningkatkan nilai tambah dari rumput laut danmengurangi impor akan hasil-hasil olahannya, makapengolahan rumput laut menjadi karaginan di dalamnegeri perlu dikembangkan (Istini dan Suliani, 1998)

Karaginan merupakan polisakarida yangdiekstraksi dari rumput laut merah dari jenis Chondrus,Eucheuma, Gigart ina, Hypnea, Iradea danPhyllophora. Polisakarida ini merupakan galaktanyang mengandung ester asam sulfat antara 20-30%dan saling berikatan dengan ikatan (1,3): B (1,4) Dglikosidik secara berselang seling. Karaginandibedakan dengan agar berdasarkan kandungansulfatnya, karaginan mengandung minimal 18% sulfatsedang agar-agar hanya mengandung sulfat 3-4%(FCC, 1974). Dalam dunia perdagangan karginandibagi menjadi 3 jenis, yaitu kappa, iota dan lamdakaraginan. Kappa karaginan dihasilkan dari rumput

laut jenis Eucheuma cottonii , sedang iota-karaginandihasilkan dari Eucheuma spinosum. Karaginandigunakan sebagai stabilisator, pengental,pembentukgel, pengemulsi, pengikat dan pencegah kristalisasidalam industri makanan dan minuman, farmasi,kosmetik dan lain-lain.

Stabilitas karaginan sangat ditentukan olehpH larutan dimana pengaturan pH larutan pada saatekstraksi dilakukan dengan menggunakan larutanbasa kuat, khususnya NaOH atau KOH. MenurutBawa, dkk. (2007), pH larutan untuk ekstraksikaraginan dari rumput laut berkisar 8,5-9.

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

RISET & TEKNOLOGI /4 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 7: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 7/61

Permasalahan yang dihadapi oleh salah satuindustri pengolahan rumput laut yang di KabupatenMaros, Sulawesi Selatan, adalah melonjaknya biayaproduksi akibat meningkatnya harga KOH yang masih

diimport dari negara lain. Masalah tersebut dapatberdampak buruk bagi usaha budidaya dan petanirumput laut, sehingga perlu dipecahkan denganusahasubtitusi bahan tersebut dengan bahan lain ataudengan memproduksi bahan tersebut dalam negeri.

S alah satu bahan alam yang dapatmensubstitusi KOH tersebut adalah batang pisang.Kelopak batang pisang kering yang dibakar menghasilkan abu yang mengandung K

2O 40,24 %

(Agra, 1991). K2O bila dilarutkan dalam air akan

membentuk larutan KOH. Sumber bahan baku batangpisang cukup melimpah karena selama ini batangpisangmerupakanlimbah pertanian yang tidak bernilai.

Pemanfaatan ekstrak abu batang pisang sebagaisubstitusi KOH yang selama ini digunakan diharapkandapat mengurangi impor KOH dan menaikkan nilaiekonomis batang pisang.

Penelitian ini bertujuan menentukan rasiofraksi berat abu kelopak batang pisang terhadap air yang menghasilkan pH 8,5-9 yang sesuai denganlarutan pengekstrak karaginan dan membandingkankuantitas dan kualitas tepung karaginan yangdiekstrak dengan menggunakan larutan ekstrak abukelopak batang pisang dengan karaginan yangdiekstrak dengan menggunakan kalium hidroksida.

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan. Rumput laut jenis Eucheuma cottonii , air, abukelopak batang pisang, KOH, kaporit, dan iso propilalkohol.

Alat. labu leher tiga, termometer, blender, beker glass,oven, furnace, kain saring 150 mesh, pengaduk,viscometer Brookfield , kertas lakmus dan textureanalyzer .

Prosedur Penelitian. Penelitian ini dibagi ke dalamdua tahap yaitu tahap pertama pembuatan larutanalkali dari abukelopak batangpisang yang direaksikan

dengan air. Abu direndam dalam air selama 10 menitdengan perbandingan berat abu terhadap air divariasikan 2,5:1; 1,25:1; 0,625:1; 0,1:1, dan 0,01:1(g/L) untuk memperoleh pH larutan 8.5-9 dan larutantersebut diambil untuk proses pada tahap kedua.Tahap kedua ialah isolasi karaginan yang dimulaiproses pemasakan dengan perbandingan berat rumputlaut terhadap berat rumput laut kering 1:40 pada pH8,5-9, suhu 90oC, dan waktu 1 jam. Rumput laut yangtelah dimasak, dihancurkan dengan blender kemudiandiekstraksi pada kondisi pH 8,5-9, suhu 90oC selama18 jam. Selanjutnya disaring dengan kain saring 150mesh danekstraknya direndam dalam isopropil alkohol

dengan perbandingan 1:2 (v/v) selama30 menithinggaterbentuk serat-serat karaginan, lalu dikeringkandalam oven pada suhu 60oC selama dua jam. Seratkaraginan dihancurkan dengan blender sampai

terbentuk tepung karaginan. Ulangi percobaan di atasdengan menggunakan larutanKOH. Tepung karaginanyang dihasilkan dari kedua perlakuan ini akan dihitungyield dan diuji kualitasnya dengan pembandingkualitas tepung karaginan yang diperdagangkanmeliputi kadar air, kadar abu, titik gel, titik leleh,viskositas, kekuatan gel.

Uji Mutu Karagian. Uji mutu karaginan meliputi dayalarut. kadar air, kadar abu, titik gel, titik leleh,viskositas, dan kekuatan gel.

1. Daya Larut (Bawa, dkk., 2007)

Daya larut karaginan hasi l percobaan akandibandingkan dengankaraginan yang dibeli dipasarandalam media pelarut air suling, NaCl 25%, dansakarosa 65% pada 20 dan 80oC.

2. Titik Leleh (Sinurat, dkk., 2006)Larutan karaginan dengan konsentrasi 2% sebanyak25 mL dimasukkan kedalam gelas ukur dandidinginkan dalam refrigerator pada suhu 10oC selama± 2 jam. Larutan yang telah membentuk gel dikeluarkandari dalam refrigerator  dan letakkan gotri seberat5,5454gram pada permukaan gelkaraginan,kemudiandipanaskan. Ketika gotri jatuh ke dasar gelkaraginan,maka suhu tersebut dinyatakan sebagai titik leleh.

3. Titik Gel (Sinurat, dkk., 2006)Larutan karaginan dengan konsentrasi 2% sebanyak25 mL dimasukkan kedalam gelas ukur dandidinginkan dengan menggunakan es. Suhu awallarutan karaginan membentuk gel disebut titik gel.

4. Viskositas (AOAC, 1984)Larutan karaginan 1,5% dipanaskan dalam bak air mendidih sambil diaduk secara teratur sampai suhu75 oC. Viskositas diukur dengan viscometer Brookfield .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan larutan alkali dari abu kelopakbatang pisang

 Abu kelopak batang pisang mengandung40,24% K

2O (Agra, 1991) cukup potensial untuk

substitusi larutan alkali yang digunakan dalammengekstraksi karaginan dalam rumput laut. Oksidakalium dengan air akan membentuk larutan KOH.Pada penelitian ini, abu kelopak batang pisangdiperolehdari hasil pembakaran kelopak batangpisangkering dalam drum di lingkungan terbuka sehinggakadar oksida kalium dalam abu juga lebih rendah

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 5

Page 8: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 8/61

dibandingkan bila dibakar dalam tanur pada suhutinggi. Pembakaran di udara terbuka dimaksudkanagar lebih efisien danmurah dalam memperoleh abu.

 Abu hasil pembakaran dicampur air dengan

rasio abu terhadap air divariasikan untuk memperolehpH 8,5-9 yaitu pH larutan yang sesuai untuk ekstraksikaraginan. Ratio abuterhadapairpada berbagai variasi(b/v) menghasilkan larutan KOH dengan pH larutanyang diukur dengan kertas lakmus dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1. Rasio abu dan air terhadap pH larutan

Menurut Bawa, dkk.(2007), pH larutan KOHyang digunakan sebagai larutan pengekstrakkaraginan yang menghasilkan yield paling tinggi padapH 8,5-9. Pada kondisi ini dengan menggunakan abukelopak batang pisang dan air diperoleh pada rasio1:10 (g/L) atau 0,1 gram abu yang dilarutkan dalam1 L air. Penambahan abu yang sangat sedikit dapat

menaikkan alkalinitas larutan yang cukup signifikan,sehingga pemakaian abu kelopak batang pisang inipatut diperhitungkan sebagai substitusi KOH yangdigunakan selama ini.

Perolehan Hasil (% Yield)Rumput laut kering dimasak dalam larutan

alkalipada pH8,5 – 9, suhu90oC danwaktu ekstraksi1 jam. Hasil pemasakan, dihancurkan dan dilanjutkandengan ekstraksi ekstraksi selama 18 jam pada suhu90oC. Hasil ekstraksi disaring dengan kain penyaring150 mesh dan filtratnya direndam dalam isopropilalkohol dengan perbandingan 1:2 (v/v) selama 30menit sampai terbentuk endapan karaginan. Setelah

dipisahkan dari isopropil alkohol, endapan karaginandikeringkan dalam oven selama 2 jam dan digilingsehingga diperoleh tepung karaginan.

Perolehan hasil (% yield) adalah beratkaraginan yang dihasilkan dibagi berat rumput keringmula-mula sebelum pengolahan dikali seratus persen.Perbandingan jumlah karaginan yang dihasilkandengan menggunakan abu kelopak pisang dan air sebagai larutan pengekstrak dengan larutan KOHdapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perolehan Karaginan (% yield)

pisang dan KOH tidak berbeda jauh, justru lebih tinggiyield yang dihasilkan dengan menggunakan larutanalkali dari abu kelopak batang pisang. Hal inimenunjukkan bahwa abu kelopak batang pisang yangdilarutkan dalam air dapat menjadi larutan pengekstrakkaraginan dalam rumput laut.

Keterangan: A= karaginan yang diekstrak dengan larutan ekstrak

abuB = karaginan yang diekstrak dengan larutan KOHC = karaginan yang dibeli di pasaranL = larutTL = tidak larut

Berdasarkan uji daya larut karaginan dalambeberapa media pelarut diperoleh data bahwa dayalarut karaginan hasil percobaan sama dengankaraginan yang dibeli di pasaran.Hasil inimenunjukkankaraginan yang diperoleh adalah jenis kappa (Bawa,dkk., 2007).

Data-data hasil uji titik gel, titik leleh, viskositas,dan kekuatan gel dapat dilihat pada Tabel 4.

Perolehan hasil karaginan dengan denganmenggunakan larutan alkali dari abu kelopak batang

Tabel 3. Data-data uji daya larut karaginan

Mutu KaraginanMutu karaginan yang dihasilkan dengan

menggunakan larutan pengekstrak abu batang pisangdan larutan KOH akan ditentukan mutunya melalui ujimutu yang meliputi daya larut, titik gel, titik leleh, danviskositas. Sebagai pembanding akan digunakankaraginan yang dijual di pasaran.

Daya LarutUji daya larut karaginan dengan media pelarut

NaCl 25%, air suling, dan sakarosa 65% pada suhu

20 dan 80oC disajikan pada Tabel 3.

RISET & TEKNOLOGI /6 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 9: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 9/61

Tabel 4. Data-data hasil uji titik gel, titik leleh, danviskositas

Hasil uji titik gel karaginan yang diekstrakdengan menggunakan larutanabu lebih kecil dibandingt it ik gel karaginan yang diekstrak denganmenggunakan larutan KOH maupun karaginan yangdibeli dipasaran yang dibeli di pasaran, apalagidibanding titik gel karaginan komersil standar FAO34,1oC (A/S Kobenhvs P., 1978). Titik gel adalah suhuawal karaginan dalam membentuk gel, sehinggainformasi titik gel diperlukan dalam aplikasi produkpada penyimpanan suhu rendah, seperti pada aplikasies krim dan puding (Sinurat, dkk., 2006).

Titik LelehHasil uji titik leleh karaginan yang diekstrak dengan

menggunakan larutan ekstrak abu tidak daptdideteksi. Meskipun gel telah terbentuk, namunkekuatan gelnya masih lemah untuk menahan gotriyang diletakkkan di permukaan gel sekalipun gel belumdipanaskan. Titik leleh karaginan yang diekstrakdengan larutan KOH 38oC dan karaginan yang dibelidi pasaran 35oC, sedangkan karaginan komersilstandar FAO sebesar 50,21oC (A/S Kobenhvs P.,1978). Titik gel adalah suhu awal gel mulai meleleh.Konsentrasi tepung karaginan yang digunakan dalammenentukan titik gel dan titik leleh adalah 2% (AOAC,1984). Rendahnya titik gel dan titik leleh karaginanyang diperoleh dari hasil percobaan, kemungkinandisebabkankonsentrasi tepung karaginan yang terlalurendah.

ViskositasViskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk

mengalir. Makin tinggi viskositas mengindikasikanmakin besarnya tahanan cairan tersebut untukmengalir. Hasil uji viskositas untuk karaginan yangdiekstrak dengan larutan ektrak abu sebesar 4 cP,

karaginanyang diekstrak dengan larutan KOHsebesar 5 cP, dan karginan yang dibeli dipasaran 4,8 cP.Viskositas karaginan standar FAO minimum 5 cP (A/S Kobenhvs P., 1978). Hasil percobaan menunjukkanbahwa viskositas karaginan yang memenuhi standar minimum FAO adalahkaraginan yang diekstrak denganlarutan KOH

KESIMPULAN

1. Abu kelopak batang pisang yang dilarutkan dalamair dapat digunakan untuk mengekstrak karaginandari rumput laut Eucheuma cootoni 

2. Perbandingan abu terhadap air untuk menghasilkan pH 8,5 - 9 adalah 0,1 : 1 (g/L)

3. Yield yang dihasilkan dengan menggunakanlarutanpengekstrak dari abu danair lebih tinggi dibanding

larutan KOH yaitu 54 dan 52%4. Mutu karaginan yang diekstrak dengan

menggunakan larutan ekstrak abumasih dibawahmutu karginan komersial maupun standar FAO

DAFTAR PUSTAKA

 Agra, 1991. Pembuatan Natrium Bikarbonat danKalium Klorid dari Ekstrak AbuNabati.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

 An dr ia ni , D. 20 06 . Pengolahan Rumput Laut (Eucheuma cattonii) Menjadi Tepung ATC 

(Alkali TreatedCarrageenophyte) denganJenisdan Konsentarsi Alkal i yang Berbeda .Universitas Hasanuddin. Makassar.

 AOAC. 1984. Official Method of Analysis of The Associted of OfficialAnalytical Chemist. 14 ed h

 A.O.A.C. Inc.Airlington. Virginia. A/ S Ko ben hvs Pe kti fab ric . 19 78.

Carrageenan.Lilleskensved.Denmark.Bawa, I.G.A.G, Bawa, A.A., dan Laila, I.R. 2007.

Penentuan pH Optimum Isolasi Karaginan dari Rumput Laut Jenis Eucheuma Cootonii. JurnalKimia 1 (1): 15-20. Univ. Udayana. Denpasar.

FCC. 1977. Food Chemical Codex . Institute of Medicine Sciense. Washington DC.

Istini, S. dan Suliani. 1998. Manfaat dan PengolahanRumput Laut . Jakarta: Lembaga OseonologiNasional.

Sinurat E., Murdinah, dan Utomo, S.B. 2006. Sifat Fungsional Formula Kappa dan Iota Karaginandengan Gum. Jurnal Pascapanen danBioteknologi dan Perikanan. Vol 1 No. 1.

Suwandi. 1992. Isolasi dan Identifikasi Karaginan dari Rumput Laut Euchema cottonii . LembagaPenelitian Universitas Sumatera Utara. Medan.

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 7

Page 10: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 10/61

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

EVALUASI LAJU SEDIMENTASI PADA KOLOMSEDIMENTASI SISTEM BATCH  DENGAN PENAMBAHANFLOKULAN

Mustafa(Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda)

[email protected]

Abstrak 

Proses sedimentasi dilakukan untuk memisahkan partikel zat padat dari fluida yang terkandung di dalamnya. Proses pemisahannya dapat dilakukan dengan menggunakangaya gavitasidimana

flok-flok yangterbentuk akan mengendap dengan sendirinya. Untuk mempercepat pengendapandapat dilakukan dengan penambahan flokulan. Pengaruh penambahan flokulan terhadapkecepatan sedimentasi dipelajari pada penelitian ini. Kolom sedimentasi dirancang dari bahanmika dengan diameter 8 cm dan tinggi 80 cm. Slurry kapur dibuat dengan variasi konsentrasi 50, 100, 150, 200 dan 250 g/3,5 L air. Slurry dimasukkan ke kolom sedimentasi dan ditambahkanflokulan sebanyak 1 g dan 2 g. Sampel diambil setiap 5 menit untuk mengetahui kecepatansedimentasinya. Analisis kecepatan sedimentasi dilakukan dengan metode gafis. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pada konsentrasi slurry 50 g/3,2 L terlihat kecepatan sedimentasinya

 paling kecil, sebaliknya pada konsentrasi slurry 250 g/3,2 L, kecepatan sedimentasinya paling besar. Semakin banyak flokulan yang ditambahkan semakin cepat waktu sedimentasi.

K a t a k u n c i  : flokulan, kapur, kecepatan sedimentasi, sedimentasi 

PENDAHULUAN

Pemisahan komponen-komponen suatucampuran sehingga terpisah menjadi fraksinyamasing-masing masih banyak dikembangkan dalamindustri. Suatu komponen memiliki fraksi-fraksi yangberbeda antara satu dengan lainnya dalam hal ukuranpartikel, fasa ataupun komposisi kimianya. Prosedur pemisahan komponen campuran dalam industri kimiadapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:operasi difusi (difusional operation) yang meliputiperubahan fasa atau perpindahan massa dari fasa

yang satu ke fasa yang lain dan pemisahan mekanik(mechanical separation) yang digunakan untukmemisahkan partikel-partikel zat padat (Foust, dkk.,1980).

Sedimentasi merupakan salah satu bagiandari proses pemisahan yang didasarkan atas gerakanpartikel zat padat melalui fluida akibat adanya gayagavitasi. Kecepatan sedimentasi dapat bertambahdengan adanya flokulan. Efek flokulasi yangmenyeluruh adalah menciptakan penggabunganpartikel-partikel halus menjadi partikel yang lebihbesar sehingga dengan mudah dapat diendapkan.Penggabungan antara partikel-partikel yang dapat

terjadi apabila ada kontak antara partikel tersebut.Kontak partikel dapat terjadi dengan cara-cara berikut(McCabe, dkk., 1990):

1. Kontak yang disebabkan oleh gerak Brown(gerak acak partikel koloid dalam mediumpendispersi)

2. Kontak yang disebabkan atau dihasilkanolehgerakan cairan itu sendiri akibat adanyapengadukan.

Kontak yang dihasilkan dari partikel yang

mengendap yaitu dengan adanya tumbukan antarapartikel yang mempunyai kecepatan pengendapanlebih besar dengan partikel yang mempunyaikecepatan pengendapan lebih kecil.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahuikecepatan sedimentasi sebagai fungsi konsentrasikoagulan (Aluminium Sulfat) dan konsentrasi suspensi(kapur). Hasil penelitian digunakan sebagai dasar perancangan kolom sedimentasi sistem batch.Metode perhitungan desain asumsi utamanya adalahbahwa kecepatan penurunan permukaanbatas cairan-padatan sebagai fungsi konsentrasi. Hasil-hasilpercobaan sistem batch menunjukkan dengan jelas

RISET & TEKNOLOGI /8 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 11: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 11/61

bahwa kecepatan pengendapan menurun denganmeningkatnya konsentrasi . Kesetimbanganpenurunan kecepatan linear dan kenaikan kecepatanmassa akibat berat jenis padatan di dalam lapisan

yang lebih besar tidak dapat diduga, namun hal inisangatlah penting dalam proses desain.

Gambar 1. Kurva hasil tes untuk proses sedimentasisecara batch

Gadien (slope) dari kurva pada sembarang titik waktumenunjukkan kecepatan pengendapan suspensinyadan merupakan karakteristik suatu konsentrasi

padatan spesifik. Sebagian permulaan kurva tersebutcenderung l inear sesuai dengan kecepatanpengendapan konstan larutan padakonsentrasi awal.Dalam thickening , daerah permulaan tersebutmenunjukkan bagian kecil yang sangat kecil dibandingwaktu thickening total. Ketika waktunya meningkat,kecepatan pengendapannya menurun. Suatu carauntuk menjelaskannya yaitu dengan asumsi bahwakecepatan pengendapan sebanding dengankonsentrasi padatan yang terkumpul.

K et ik a d ae ra h d en ga n k ec ep at anpengendapan konstan terlampaui (Gambar 1), setiaptitik pada kurva menunjukkan konsentrasi padatanyang berbeda-beda. Perlu ditekankan bahwa kurva

pengendapan yang ditunjukkan dalam percobaanlaboratorium hanya berlaku bagi slurry yang dipakaidan oleh sebab itu hasilnya mungkin mempunyaibeberapa penyimpangan kecil.

Persamaan empiris yang sering digunakandalam menghitung kecepatan sedimentasi adalah(Brown, 1950):

(1)

Dimana : Z adalah ketinggian zona kompresi padasaat tZ ~ adalah ketinggian zona kompresi akhir sediment

k adalah konstanta sedimentasi

Bila Persamaan (1) diintegalkan, menjadi :

(2)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium SatuanOperasi Teknik Kimia Polnes.Alat Penelitian. Seperangkat alat sedimentasisistem batch (Gambar 2) dengan spesifikasi sebagaiberikut: Kerangka alat terbuat dari besi baja profil “L”dengan ketebalan 3 mm dan plat baja 5-2, yangdilengkapi dengan empat buah tiang dari besi baja“siku 4” dan tuas dari alumunium untuk memutar alatsecara manual. Tabung pengendap berbentuk silinder terdiri dari lima buah, yang terbuat dari mika denganketebalan 1 mm dan tinggi 80 cm yang diletakkanpada alat yang dirancang khusus dengan memilikipapan sandard.Bahan. Kapur (CaCO

3),Air (H

2O),Alumunium Sulfat

(Al2(SO

4)

3).

Prosedur Kerja.1. Kalibrasi volume tabung pengendap

1. Mengukur diameter tabung dengan jangkasorong.

2. Menghitungvolume tabung3. Kalibrasi dapat pula dilakukan dengan cara

berikut:

· Mengisi air ke dalam gelas ukur 1 li ter kemudian memindahkannya kedalam tabungpengendap.

· Mengulangi langkah tersebut sampai air dalam tabung mencapai ketinggian 70 cm,dengan demikian volume tabung dapatditentukan.

2. Analisa sedimentasi dengan penambahanflokulan

 Analisa dengan pengadukan manual dan otomatis:

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 9

Page 12: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 12/61

1. Mengayak kapur yang akan digunakan untukmendapatkan diameter partikel kapur yanglebih seragam.

2. Menimbang kapur sebanyak 50, 100, 150, 200dan 250 g, kemudian memindahkannya kedalam tiap-tiap tabung pengendap.

3. Menambahkan air h ingga mencapaiketinggian 70 cm kemudian menutup tabungdengan penutupnya masing-masing.

4. Menimbang flokulan masing-masing 1 g,kemudian memindahkan kedalam tabungpengendap yang telah berisi campuran air-kapur dan tabung harus dalam keadaantertutup.

5. Mengaduk campuran dengancara membolak-balikkan tabung sehingga konsentrasisuspensi merata (cara manual) dan

dibandingkan dengan pengadukan otomatis(menggunakan kompresor).6. K emudian mendiamkan tabung dan

melepaskan penutup tabung lalu menjalankanstopwatch.

7. Mengamati dan mencatat ket inggiansuspensi setiap 5 menit.

8. Mengulangi langkah tersebut diatas denganpenambahan flokulan sebanyak 2 g.

Gambar 2. Alat sedimentasi batch

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Kecepatan SedimentasiUntuk menghitung kecepatan sedimentasi

ada dua cara yang dapat digunakan. Pertama denganmenentukan nilai slope (gadien) dari gafik tinggiendapan versus waktu nilai slope menyatakanbesarnya kecepatan pengendapan. Cara lain yaitudengan menggunakan Persamaan 2, dimana dapatdiketahui berapa besar kecepatan pengendapan darisetiap rentang waktu.

Nilai konstanta sedimentasi untuk tiap-tiapvariasi dapat ditentukan dari gafik. Sebagai contohdiambil dari data pengamatan pada percobaan(pengadukan manual) pada konsentrasi kapur 50 g/3,2 liter dan penambahan 1 g flokulan seperti terlihatTabel 1 berikut:

Tabel 1. Nila i konstanta sedimentasi padakonsentrasi kapur 50 g/3,2 Liter 

Pada penelitian proses sedimentasi sistembatch ini dilakukan dengan menggunakan tabungsilinder yang terbuat dari mika. Dalam menentukankecepatan pengendapan dapat ditentukan denganmenentukan besarnya slope (dZ/dt) gafik hubunganantara ketinggian zona kompresi versus waktu.Besarnya nilai konstanta sedimentasi (k) dapatdiketahui dari nilai slope dari gafik hubungan ( Z – Z~) versus –dZ/dt. Tanda negatif menunjukkan bahwakecepatan pengendapannya semakin lama semakinmenurun. Konstanta sedimentasi menunjukkantetapan sedimentasi dimana nilainya konstan. Darihasil perhitungan terlihat jelas bahwa semakin banyak

 jumlah flokulan nilai konstanta sedimentasi semakinkecil.

Penambahan tawas dimaksudkan untukmenciptakan penggabungan partikel-partikel halusmenjadi partikel yang lebih besar. Data pengamatanmenunjukkan bahwa semakin banyak tawas yangdipakai semakin cepat waktu pengendapan begitupuladengan kecepatan pengendapannya. Variasipenambahan tawas dilakukan untuk mengetahuipengaruhnya pada kecepatan pengendapan. Terlihat

 jel as pad a da ta pen gamat an bah wa de nga n

RISET & TEKNOLOGI /10 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 13: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 13/61

pengadukan menggunakan k ompresor waktupengendapannya lebih cepat jikadibandingkan denganpengadukan manual, dimana proses kontak yangterjadi antar partikel flok yang terbentuk lebih luas

pada saat pengadukan.

Tabel 2. Perbandingan nilai konstanta sedimentasiuntuk variasi flokulan dan pengadukan

Gambar 3. Hubungan tinggi zona kompresi denganwaktu untuk konsentrasi suspensi 50 g

Gambar 4. Hubungan antara tinggi zona kompresidengan waktu untuk 100 g CaCO

3pengadukan manual

Berdasarkan gafik hubungan antara tinggiendapan dengan waktu terlihat jelas bahwa semakinbanyak tawas yang digunakan semakin cepat waktuyang dibutuhkan untuk mengendapkan flok-flok yang

terbentuk. Begitupula dengan konsentrasi suspensi,dimana semakin besar konsentrasi kecepatanpengendapan semakin kecil. Hal ini dikarenakan flokyang terbentuk lebih banyak sehingga pada prosespengendapan membutuhkan waktu yang lama untukmencapai ketinggian yang stabil.

Gambar 5. Hubungan antara tinggi zona kompresidengan waktu untuk 50 g CaCO

3pengadukan otomatis

Gambar 6. Hubungan antara tinggi zona kompresidengan waktu untuk 100 g CaCO3

pengadukan otomatis

Jika dibandingkan dengan pengadukan manualpengadukandengan kompresor membutuhkan waktuyang relatif cepat dibandingkan dengan pengadukanmanual hal ini disebabkan oleh kontak yang terjadiantar partikel-partikel flokulan pada pengadukandengan kompresor lebih banyak.

Pada percobaan tanpa penambahan flokulanterlihat bahwa waktu yang dibutuhkan flok-flok untukmengendap lebih lama jika dibandingkan dengan

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 11

Page 14: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 14/61

penambahan flokulan. Hal ini dikarenakan flok-flokyang terbentuk lebih sedikit dan juga dipengaruhiolehgaya gavitasisehinggauntuk mencapai tinggi endapan

yang stabil membutuhkan waktu yang lama.

Gambar 7. Hubungan Tinggi Zona Kompresi vsWaktu Tanpa penambahan flokulanpengadukan manual

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, perhitungan danpengolahan data yang telah kami lakukan dapatdisimpulkan beberapa hal antara lain:

1. Kecepatan pengendapan menurun denganmeningkatnya konsentrasi suspensi.

2. Kecepatan sedimentasi sangat dipengaruhioleh penambahan flokulan, semakin tinggikonsentrasi f lokulan maka kecepatanpengendapannya semakin besar.

3. Kecepatan sedimentasi pada penambahan

tawas 2 g lebih cepat daripada penambahantawas 1 g.4. Jika dibandingkan dengan pengadukan

manual pengadukan dengan kompresor membutuhkan waktu yang relatif cepatdibandingkan dengan pengadukan manualhal ini disebabkan oleh kontak yang terjadiantar partikel-partikel f lokulan padapengadukan dengan kompresor lebih banyak

5. Dari gafik antara tinggi endapan denganwaktu menunjukkan bahwa ecepatanpengendapanmenurundengan meningkatnyakonsentrasi berat dari kapur.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, G.G. 1950. Unit Operation. Modern Asia

Edition. New York.Foust, A.S., Wenzel, L.A., Clump, C.W., Maus, L., An de rsen , L.B. 19 80. Principle of Unit Operation. Second Edition. New York.

McCabe, W.L, Smith, J.C, Harriott, P. 1990. Operasi Teknik Kimia. Ji lid 2. E dis i keempat.Diterjemahkan oleh E. Jasjfi. Erlangga.Jakarta.

RISET & TEKNOLOGI /12 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 15: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 15/61

ALTERNATIF LOKASI RE-SETTLEMENT KAWASAN PERMUKIMAN TANJUNG DAN BANTARANSUNGAI TENGGARONG

JL. DI. PANJAITAN KOTA TENGGARONG - KUTAIKARTANEGARA

Afif Bizrie Mardhanie

(Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda)

[email protected]

Abstrak 

Permasalahan permukiman kumuh hampir terjadi di seluruh kota di Indonesia, akibat adanyaarus urbanisasi yang kemudian menyebabkan terjadinya penguasaan lahan oleh masyarakat  pada daerah-daerah perkotaan dan kemudian menyebabkan terjadinya kawasan kumuh perkotaan. Kawasan permukiman Tanjung dan permukiman Bantaran Sungai Tenggarong Jl.Panjaitan adalah merupakan salah satu contoh kawasan kumuh Kota Tenggarong yang seyogyanya harus dipindahkan. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan lokasi alternatif untuk re-settlement dari kedua lokasi kawasan kumuh perkotaan. Metode penelitianmenggunakan metode kualitatif dan dengan penelaahan deskriptif, sementara penilaian akanmenggunakan angka kuantitatif untuk mendukung penyelesaian secara kualitatif. Penelitianalternatif lokasi ini menguji3 (tiga) lokasi yangdiamatiyakni: Kelurahan Mangkurawang KecamatanTenggarong, DesaLoaLepudan Perjiwa Kecamatan Tenggarong Seberangserta Dusun Jongkang Kecamatan Loa Kulu. Pengujian alternatif lokasi menggunakan kaidah-kaidah yang tertuang dalam Undang-undang maupun peraturan-peraturan yang diacu pada penelitian ini. Kesimpulanhasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lokasi Desa Loa Lepu dianggap paling tepat sebagai 

 pilihan alokasi untuk re-settlement kawasan Permukiman Tanjung dan Permukiman BantaranSungai Tenggarong Jl. Panjaitan.

K a t a k u n c i  : kawasan kumuh, permukiman, penetapan lokasi re-settlement 

PENDAHULUAN

Kota menurut Christaller (dalam Daldjoeni,1997)adalah tempat yang melayani atau sebagai tempatpusat (central place) dari suatu wilayah atau teritorialdisekelilingnya (kawasan pedalaman/hinterland ).Kawasan pedalaman/(hinterland ) bisa berarti sebagai

wilayah darisuatuimpor didistribusikan (permukiman).Secara geografis homogen dan penduduk tersebar merata. Tempat pusat (central place) dalam hal inidiasumsi sebagai kawasan permukiman, mempunyaibeberapa konsep, yaitu: jangkauan (range) danambang (threshold ). Christaller mengemukakan limaukuran/tingkat komunitas yang ada dalam sistemtempat pusat. Kelima ukuran/tingkat tersebut masing-masing Hamlet (semacam dusun kecil atau kawasanpermukiman), kemudian Village (desa), Town (kotakecil), City  (kota yang lebih besar) dan Regional Capital (ibukota Propinsi ).

Kondisi banyak kota di Indonesia yangumumnya berkembang dan berfungsi sebagai pusatkegiatan serta menyediakan layanan primer dansekunder yang kemudian mengundang pendudukmelakukan urbanisasi dari perdesaan dengan harapanmendapatkan kehidupan yang lebih layak, termasukuntuk mendapatkan lapangan kerja (Alan dan Josef,1996). Kondisi tersebut di atas mengakibatkan halsebagai berikut:1. Terjadinya pertambahan penduduk yang lebih pesat

dibanding kemampuan pemerintah didalammenyediakan hunian serta layanan primer.

2. Tumbuhnya kawasan hunian yang kurang layakhuni serta cenderung kumuh, dan tidak sesuaistandar pemukiman yang sehat.

3. Terjadinya peningkatan dominasi fungsi ( primacy )dan penguasaan lahan oleh sekelompok orangsecara illegal.

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 13

Page 16: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 16/61

Kota Tenggarong merupakan ibukotaKabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan data BPS(2008), luas Kecamatan Tenggarong adalah 398 km2

dengan jumlah penduduk 71.270 jiwa, sedangkankecamatan yang berkembang adalah KecamatanTenggarong Seberang yang mempunyai luas wilayah437 km2 dengan jumlah penduduk 49.393jiwa. Secarau mu m k ed ua k ec am a ta n i ni m e mp un ya iperkembanganyang lebih pesat dibandingkan dengankecamatan-kecamatan lainnya yang berdekatan.Kedua kecamatan ini mempunyai wilayah yang cukupluas, namun ditinjau dari sisi pembangunannya,Kecamatan Tenggarong dan KecamatanTenggarongSeberang hanya terkosentrasi pada perkotaannyasaja.

Menurut Christaller dalam Daldjoeni (1997)bahwa pada dasarnya kotamempunyai hierarki tempat

pusat, suatu hexagon permukiman dan ikatan garis-garis komunikasi sebagai model untuk meningkatkankemudahan bagi masyarakat menjangkau daerahpelayanan perkotaan. Jaringan hexagon ini adalahmerupakankonsepsistem tempat pusat yangdiadopsiuntuk penelitian penempatan lokasi re-settlement permukiman kumuh kota Tenggarong, dimanadiharapkan dengan konsep ini masyarakat dapatmengikuti pola kehidupan yang wajar pada kawasanhunian baru mereka. Dari sistem hierarki tempatpusat, maka saat ini Kota Tenggarong membutuhkantempat-tempat pusat yang lebih kecil dalam rangkaianaringan model Christaller sebagai kawasan

permukiman yang dapat tertata dengan baik sertamempunyai sarana permukiman untuk pelayanankebutuhan standar harian penghuninya. Dengandemikian maka kebutuhan akan lokasi kawasanpermukiman dapat digambarkan dalam konsepChristaller sebagai berikut:

Gambar 1. Hierarki perkotaan Christaller 

Gambar 2. Elemen pasar dendritic (Johnson, 1975)

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif lokasi re-settlement bagiwarga di Permukinan Tanjungdan Kawasan Bantaran Sungai Tenggarong Jl. DI.Panjaitan yang diperuntukan untuk pembangunanperumahan guna tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) 2020 , yakni pemenuhan kebutuhanakan rumah yang layak bagi masyarakat squatter.

Gambar 3. Konsep sistem implementasi hexagonChristaller pada Kota Tenggarong

RISET & TEKNOLOGI /14 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 17: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 17/61

METODOLOGI PENELITIANPeneltian ini dimulai dengan melakukan survei

di Kawasan Permukiman Tanjung dan BantaranSungai Tenggarong Jl . DI. Panjai tan untukmendapatkan data kondisi lokasi dan karakteristikmasyarakat setempat. Survei juga dilakukan padalokasi yang direncanakan sebagai re-settlement yaituKel. Mangkurawang Kec. Tenggarong, Desa Loa Lepudan Perjiwa Kecamatan Tenggarong Seberang sertaDesaJongkang Kecamatan LoaKulu. Pemilihan lokasididasarkan pada UU No. 4/1992 Tentang Perumahandan Permukiman dan Permenpera No. 32/PERMEN/M/2006 Tentang Petunjuk Teknik Kawasan SiapBangun (Kasiba) danLingkungan Siap Bangun (Lisiba)yang Berdiri Sendiri (BS). Untuk mendapatkanalternatif lokasi yang baik dan layak dalam penentuanlokasi re-settlement , maka dibuat suatu konsep

penilaian yang didasari atas pustaka dan ketentuanyang diberlakukan oleh pemerintah sebagai berikut:1. Kondisi Luas Kelurahan/Desa (lebih luas 3, sedang

2, lebih sempit 1)2. Kondisi kepadatan penduduk (jarang 3, sedang 2,

padat 1)3. Kedekatan dengan sarana sekolah (dekat 3,

sedang 2, jauh 1)4. Kedekatan dengan pusat pelayanan kesehatan

(dekat 3, sedang 2 jauh 1)5. Jarak dengan sarana ibadah (dekat 3, sedang 2

 jauh 1)6. Jarak lokasi dengan akses jalan (dekat 3, sedang

2, jauh 1)7. Kondisi lahan (tinggi datar 5, sedang datar 4, rendah

datar 3, rawa 2, curam 1)8. Jarak dengan sarana sekolah (dekat 3, sedang 2,

 jauh 1)9. Jarak dengan pasar setempat (dekat 3, sedang 2,

 jauh 1)10.Jarak Pencapaian terhadap Kota Tenggarong

(dekat 3, sedang 2, jauh 1)11.Keberadaan prasarana air bersih (PDAM) (dekat

3, sedang 2, jauh 1)12.Keberadaan prasarana Listrik (PLN) (dekat 3,

sedang 2, jauh 1)13.Keberadaan lapangan bermain eksisting (dekat 3,

sendang 2, jauh 1)14.Kecenderungan arah perkembangan kota (kuat 3,sedang 2, lemah 1)

Lokasi yang mempunyai nilai paling tinggi, makaditetapkan sebagai lokasi alternatif re-settlement .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Permukiman Tanjung dan BantaranSungai Tenggarong

KawasanTanjung merupakan kawasan Squatter settlements (permukiman liar), yakni kawasan

lingkungan hunian yang berkembang menjadi kumuhpada wilayah yang peruntukannya bukan untukpermukiman. Karakteristik bangunan umumnyakonstruksi kayu termasuk kategori tidak layak huni

dan tidak sehat.

Gambar 4. Kawasan Permukiman Tanjung

Kawasan permukiman Tanjung mempunyai penduduk± 200 KK atau sekitar 750 jiwa. Secara administrasitermasuk Kelurahan Panji RT. 09 s.d. RT. 14.Kawasanpermukiman ini merupakan contoh kawasan

permukiman tradisional dan berada pada badansungai yang ada di Kota Tenggarong. Luas kawasankurang lebih 2 Ha, sebagian besar berada di badanSungai Mahakam dengan prasarana lingkunganberupa titian (keretak) ulin sebagai prasarana aksesmasuk permukiman atas air. Sebagian rumah lagiberada di bantaran Sungai Mahakam.

Gambar 5. Kondisi Permukiman Tanjung

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 15

Page 18: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 18/61

Sementara itu permukiman di pinggiran Jl. DI.Panjaitan merupakan kawasan kumuh bantaranSungai Tenggarong. Rumah yang terdapat padapemukiman kawasan bantaran Sungai Tenggarong diJl. DI. Panjaitan berjumlah ± 68 buah yang dihuni oleh77 K K dengan penduduk seki tar 308 j iwa.Permukiman ini menempati lahan seluas ± 0,65 Hayang memanjang sepanjang Jl. DI. Panjaitan.

Gambar 6. Kawasan permukiman bantaran SungaiTenggarong Jl. DI. Panjaitan

Rencana Lokasi Re-Sett lement 

Beberapa lokasi telah disurvei, untuk menentukanlokasi tempat re-settlement permukiman Tanjung danJl. Panjaitan, lokasi yang telah di survei antara lain;

Survei lapangan kebeberapa lokasi antara lain;a. Kel. Mangkurawang Kec. Tenggarongb. DesaLoa Lepu danPerjiwa KecamatanTenggarong

Seberangc. Desa Jongkang Kecamatan Loa Kulu.

 Alasan diambilnya alternatif lokasitersebut didasarkanPermenpera No. 32/PERMEN/M/2006 Tentang

Petunjuk Teknik Kawasan Siap Bangun (Kasiba) danLingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang Berdiri Sendiri(BS), yakni:

a. Luasnya lahan; untuk dapat menampung pemukimbaru yang akan dipindahkan

b. Jarak dengan ibukota Kabupaten;hal ini untuk dapatmemberikan ruang usaha bagi masyarakat yangsudah mapan dalam kegiatan ekonominya

c. Kesesuaian lahan: dimaksudkan untuk mendapatkan lahan yang layak dan sesuai denganperuntukan permukiman seperti, lahan tidakcuram, bukan lahan yang sangat produktif dll

d. Lahan yang diarahkan: dimaksudkan dandiharapkan bahwa pemerintah telah mempunyaibank tanah untuk kebutuhan pengembanganpermukiman dan sudah direncanakan. Saat inipemerintah Kota Tenggarong belum mempunyaiBank Tanah yang jelas untuk pengembangan KotaTenggarong.

Gambar 7. Lokasi di Mangkurawang

Gambar 8. Lokasi di Loa Lepu

RISET & TEKNOLOGI /16 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 19: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 19/61

Gambar 9. Lokasi di Jongkang Gambar 10. Lokasi di Perjiwa

Penilaian Kesesuaian Lahan Alternatif Lokasi Re - 

Sett lement  Yang Dipilih

Penilaian/scoring  dari lokasi dilakukan untukmendapatkan gambaran tentang cocok atau tidak,kuat atau lemah, dekat atau jauhnya lokasi yang

dinilai dengan beberapa kondisi dan keberadaanprasarana dan fasilitas pendukung yang dapatmemberikan efisiensi pada saat implementasinya,maupun komponen daya tarik suatu lokasi untukdihuni oleh pemukim baru. Penelitian memperlihatkandata seperti terlihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil penilaian alternatif lokasi re-settlement 

Indonesia (LIPI)

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 17

Page 20: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 20/61

KESIMPULAN

Rekomendasi alternatif yang ditawarkan adalahberdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukansecara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Desa Loa Lepu nilai 32 poin2. Kel. Mangkurawang nilai 29 poin3. Desa Perjiwa nilai 23 poin4. Desa Jongkang nilai 21 poin

Dengan hasil penilaian diatas, maka Desa Loa Lepudianggap paling cocok untuk menjadi rencana lokasire-settlement , terlepas dari keberadaan kepemilikanlahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

 Alan, G. dan Josef, G. 1996 Urbanisasi danKemiskinan di Dunia Ketiga, PT. Tiara WacanaYogya.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Kabupaten Kutai Kartanegara:Kecamatan Tenggarong Dalam

 Angka Tahun 2008 .Permenpera No. 32/PERMEN/M/2006 Tentang

Petunjuk Teknik Kawasan Siap Bangun(Kasiba)dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yangBerdiri Sendiri.

UU No. 4/1992TentangPerumahan danPermukiman.

RISET & TEKNOLOGI /18 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 21: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 21/61

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

KAJIAN ANALISIS KEKUATAN TEKAN KARAKTERISTIKBETON BERDASARKAN DATA HASIL PELAKSANAANLAPANGAN

Tumingan(Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda)

[email protected]

Abstrak 

Nilai kuat tekan karakteristik beton diperoleh dari berbagai variasi nilai kuat tekan beton.Laporan hasi l penguj ian kuat tekan karakterist ik beton dibuat sebagai bentuk 

 pertanggungjawaban dari hasil pelaksanaan pekerjaan beton di lapangan. Kajian ini bertujuanuntuk memberikan suatu formula yang seharusnya dilakukan dalam membuat laporan hasil  pengujian kuat tekan karakteristik beton. Sampel data diambil dari jurnal dan laporan pengujiansebuah laboratorium serta berdasarkan pengalaman dalam menyelesaikan kasus komplaindari pengguna jasa Laboratorium Bahan Konstruksi Politeknik Negeri Samarinda atasketidaktepatan dalam menyimpulkan kuat tekan karakteristik beton. Data yang digunakansebagai sampel hanya sebagian dari banyak data yang ada dan hanya bertujuan memberikan

 perbandingan hasil analisis yang menggunakan formula yang ada dan yang diusulkan dalamkajian ini. Berdasarkan uraian kajian ini menunjukkan bahwa formula yang diusulkanmemberikan hasil kuat tekan karakteristik beton yang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil akhir sebagai kuat tekan karakteristik beton diperoleh dari penyebaran data hasil pengujianmasing-masing sampel yang nilainya tidak di bawah dari nilai yang terendah dan tidak di atasdari nilai rata-rata hasil pengujian.

K a t a K u n c i :   beton, karakteristik beton, kuat tekan

PENDAHULUAN

Se ca ra u mu m p er tu mb uh an a ta uperkembangan industrikonstruksi di Indonesia cukuppesat. Hampir 60% material yang digunakan dalampekerjaan konstruksi menggunakan beton yang padaumumnya dipadukan dengan baja (composite) ataudengan jenis lainnya, seperti padapembuatangedung-gedung, jalan (rigid pavement ), bendung, dermaga,

saluran dan lain-lain (Mulyono, 2003).Beton merupakan batuan yang terbuat daricampuran agregat kasar, agregat halus, semen danair dengan/tanpabahan tambah dengan perbandingantertentu. Pada awalnya agregat yang digunakan untukpembuatancampuran beton sebagaibahan konstruksiadalah kerikil dan pasir alami yang bersumber darisungai karena sangat mudah diperoleh dan sangatmudah dikerjakan disamping harganya relatif murah,proses pengambilan juga mudah tidak memerlukanperalatan yang khusus.

Perbandingan tertentu dalam pembuatancampuran diperlukan untuk menentukan kekuatan

tekan dari beton yang direncanakan agar  menghasilkan kuat tekan yang disyaratkan, denganperbandingan yang berbeda akan diperoleh kekuatantekan yang berbeda pula. Kekuatan tekan pada betonbiasanya dinyatakan sebagai kuat tekan karakteristikbeton yakni kekuatan tekan beton dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji (kubus dan silinder),dengan kemungkinan adanya kekuatan tekan yangkurang dari batas 5% yang diperoleh dari sebuah

persamaan yang dipengaruhi oleh kurva distribusifrekuensi dari sejumlah besar hasil pengujian. Nilaikekuatan tekan karakteristik yang diambil dari suatuharga yang tidak akan lebih dari 5% (Idris dan Rifai,2002).

Karakteristik berasal dari kata karakter yaituperwakilan dari sejumlah komunitas/variasi nilai/golongan yang diambil diantara yang diwakili bukandiluar dari yang diwakili. Kuat tekan karakteristik betonadalah suatu besaran/nilai yang diperoleh dariberbagai variasi nilai kuat tekan beton dan tidak bolehkeluar dari nilai yang diperoleh yakni berada diantaranilai terendah dan tertinggi yang ada.

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 19

Page 22: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 22/61

Beton harus dirancang proporsi campurannyaagar menghasilkan suatu kuat tekan rata-rata yangdisyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi,beton yang telah dirancang campurannya harusdiproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecilfrekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan yanglebih rendah dari f’c yang telah disyaratkan. Kriteriapenerimaanbeton harus sesuai dengan standar yangberlaku. Menurut Standar Nasional Indonesia (1990),kuat tekan harus memenuhi 0,85 f’c untuk kuat tekanrata-rata dua silinder dan memenuhi f’c + 0,82 s untukrata-rata empat buah benda uji yang berpasangan.Jika tidak memenuhi maka diuji mengikuti ketentuanselanjutnya (Mulyono, 2003).

Frekuensi dalam beton akan mempengaruhinilai kekuatan tekan dalam perancangan. Pengertianfrekuensi dalam kekuatan beton pada dasarnya

tercermin melalui nilai standar deviasi. Asumsi yangdigunakandalam perencanaan bahwa kekuatan betonakan terdistribusi normal selama masa pelaksanaanyang diambil melalui hasil pengujian di laboratorium.Secara umum rumusan kekuatan tekan denganmempertimbangkan frekuensi yang ditulis sebagai :

f’cr 

= f’c + k. s (1)

Hasil kuat tekan karakteristik beton, secara umumdiperhitungkan dengan menggunakan persamaan:

f’cr 

= – k. s (2)

dimana f’cr 

merupakan kekuatan tekan karakteristik,

f’c adalah kuat tekan yang direncanakan,merupakan kekuatan tekan rata-rata, s adalah nilaistandar deviasi dan k adalah suatu konstanta yangditurunkan dari distribusi normal kekuatan tekan yangdiijinkan,biasanya diambilsebesar 1,64 untuk standar di Indonesia, tentunya berbeda dengan Negara lainmisalnya peneliti di komite ACI memberikan nilai k sebesar 1,64 atas variasi pengujian dari beton normal

dengan kekuatan tekan 25 – 55 MPa, tetapi tidakberlaku untuk kekuatan yang lebih tinggi dan nilai k yang digunakan merupakan nilai variasi sebenarnyadari hasil uji statistik (Mulyono, 2003).

Pada referensi lain konstanta k adalah ukurankemiringan/kemencengan atau skewness yaknimerupakan ukuran yang menyatakan derajatketidaksimetrisan dari lengkungan suatu distribusi,apabila diketahui ukuran ini, maka dapat diketahuipula bagaimana keadaan lengkungan yangmempunyai ukuran tersebut, apakah lengkungan itu

simetrik, positif atau negatif.

Gambar 1. Kurva Distribusi Normal

Gambar 2. Ketidaksimetrisan Kurva Distribusi

Kelengkungan Positif 

Gambar 3. Ketidaksimetrisan Kurva DistribusiKelengkungan Negatif 

 Ada beberapa cara untuk menentukan kemiringanlengkungan, diantaranya yang terkenal adalah yangsering dinamakan cara Pearson. Dengan tidakmengurangi bagaimana diperolehnya bahwa untukmengetahui ada atau tidaknya kemiringan bagi suatulengkungan adalah tergantung pada harga yang biasadisebut koefisien kemiringan/kelengkungan, yangrumusannya berbentuk:

RISET & TEKNOLOGI /20 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 23: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 23/61

Koefisien kemiringan k  =

atau dengan sebuah alternatif, secara umum dapat

pula dituliskan sebagai (Davis, et.al., 1982):

k = (4)

 Adapun sebagai pegangan yang digunakan untukmenentukan suatu lengkungan itu miring atau tidakadalah apabila nilai :

Koef. kemiringan < 0 lengkungan negatif 

Koef. kemiringan > 0 lengkungan positif 

Koef. kemiringan = 0 lengkungan simetrik

METODOLOGI PENELITIAN

Sampel data hasil pengujian kuat tekan karakteristikbeton diperoleh dari Jurnal Intek Makassar Tahun ke-8 No. 1 tahun 2002 (contoh kasus I) dan hasilLaboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarindauntuk proyek Plaza Mulia Samarinda tahun 2008(contoh kasus II). Pada kondisi tertentu, dalam laporanhasil pengujian tidak menyampaikan hasil akhir sebagai sebuah kesimpulan, tetapi hasil untuk setiapsampel sendiri-sendiri, bukan mengambil hasil rata-rata pengujian, juga tidak memberikan hasilkuat tekan

karakteristik beton. Hasil analisis kedua kasustersebut kemudian dibandingkan dengan hasil analisisyang melibatkan koefisien kemiringan seperti padaformula/Persamaan 4.

Tabel 1. Hasil uji kuat tekan contoh kasus I

Tabel 2. Hasil uji kuat tekan contoh kasus II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sering ditemukan beberapa kasus pelaporan

hasil analisis kuat tekan karakteristik beton daripengujian dengan hasil yang tidak mencerminkansebuah karakter atau perwakilan dari nilai yang ada,terbuktihasil yang diperoleh bahkan jauh dari karakter yang sebenarnya sampai berada di posisi kurang darinilai yang paling rendah terhadap pengujian yangdilakukan. Apabila diperhatikan secara seksamaanalisis tersebut tidak salah karena berpedoman padapersamaan diatas yakni : kuat tekan beton

karakteristik diambil sebesar  f’cr 

= –  k. s,Persamaan (2) dengan k = 1,64 yakni harga mutlakberdasarkan perkiraan.

Penulis berpendapat, apabila menganalisiskuat tekan beton karakteristik berdasarkan hasilpengujian yang sebenarnya, dan bukan perencanaan,semestinya besaran nilai k  bukan lagi 1.64, tetapiharus dihitung sesuai Persamaan (4) diatas sesuaipenyebaran datadan distribusi hasil uji sesungguhnya.

Contoh kasus I dianalisis dengan Persamaan (2),diperoleh hasil kuat tekan karakteristik beton sebesar:

Nilai standar deviasi s = 7.198

Dianalisis menggunakan nilai k = 1.64 akan diperoleh

kuat tekan karakteristik f’cr 

= 232.47 kg/cm2.

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 21

Page 24: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 24/61

Gambar 1. Histogram frekuensi peluang contoh kasus I

 Apabila contoh kasus I menggunakan nilai k 

yang dihitung berdasarkan Persamaan (4) yaitu

k = = = 0.187 , akan diperoleh

kuat tekan karakteristik f’cr 

= 244.27 – 0.187 * 7.198= 242.92 kg/cm2. Bisa diterima, karena masih diatasdari nilai terendah hasil pengujian kuat tekan yaknisebeasar f’c = 234.85 kg/cm2.

Untuk contoh kasus II, direncanakan kuattekan karakteristik beton f’

cr = 25 MPa, dalam laporan

tersebut telah dihitung dan ditetapkan bahwa nilai s =2.612, sedangkan untuk nilai k  berdasarkan

Persamaan (4), diperoleh k = – 0.382 (angka negatif menunjukkan arah kemiringan data) seperti terlihat

pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Histogram frekuensi peluang contoh

kasus II

Karena dalam laporan hasil uji kuat tekandihitung berdasarkan nilai k = 1.64, maka kuat tekankarakteristik dari beton tersebut dicapai f’

cr = 27.42 –

1.64 * 2.612 = 23.13 MPa, berarti tidak memenuhipersyaratan dalam spesifikasi teknis yang harus

memenuhi f’cr 

= 25 MPa, hal ini menuai komplain dariPihak Pelaksana Pembangunan Plaza Mulia, karenahasil analisis berada dibawah dari nilai yang paling

terendah sekali yakni f’c = 23.40 MPa.Seandainya laporan hasil pengujian kuat

tekan karakteristik contoh kasus kedua tersebutdianalisis dengan nilai k berdasarkan persamaan (3)sebesar 0.382, maka kuat tekan karakteristik yangdiperoleh adalah f’

cr = 27.42 – 0.382 * 2.612 = 26.42

MPa, dimana nilai tersebut berada diantara nilaiterendah dan nilai rata-rata hasil kuat tekan ( 23.40 <26.42 < 27.4), sehingga memenuhi syarat f’

cr = 25

MPa.

KESIMPULAN

Memperhatikan dari beberapa contoh kasus analisishasil pengujian kuat tekan beton karakteristik, dapatdisimpulkan bahwa apabila pengambilan nilai k berdasarkan perencanaan sebesar 1,64 akanmemberikan hasil yang jauh lebih kecil dari nilai kuattekan karakteristik yang diinginkan, bahkan masihlebih kecil dari data yang terkecil setiap pengujianyang bersangkutan. Agar diperoleh hasil yang benar,nilai karakteristik yang berada pada nilai antara yangterendah dan rata-rata, disyarankan untukmenggunakan nilai k  yang dihitung berdasarkanPersamaan (4) pada setiap analisis hasil pengujian.

DAFTAR PUSTAKA

 ______ 2008. Hasil Uji Kuat Tekan Beton Proyek Plaza Mulia Samarinda. Laboratorium TeknikSipil POLNES.

Davis, H.E., Troxell, G., Hauck, G. 1982. The Testing of Engineering Material . Fourth Edition,McGraw-Hill, Inc.

Idris,M. danRifai,A., 2002. Kuat Tekan Beton DenganPerbaikan Karakteristik KerikilAlam (Sungai).Jurnal INTEK Makassar . Tahun ke-8 Nomor 1.

Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Penerbit Andi.Yogyakarta.

SNI. 1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. SKSNI 03–1974-1990. Bandung.

RISET & TEKNOLOGI /22 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 25: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 25/61

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

APLIKASI FILTRASI ANAEROBIK ALIRAN UPFLOW DALAM MENURUNKAN KADAR BOD DAN COD LIMBAH CAIRTAPIOKA

Hery Setyobudiarso

(Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITN Malang)[email protected]

Abstrak 

Kondisi industri tapioka yang ada saat ini sering menimbulkan masalah lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri tersebut, sehingga sudah selayaknya diperhatikan dan

dikendalikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beban hidrolik dan waktudetensioptimaldalam menurunkankandungan BOD dan COD padaair limbah tapioka. Penelitianini dilakukan untuk mengolah limbah cair tapioka sebelum dibuang ke perairan. Metode yang digunakan adalah filtrasi anaerobik aliran upflow (penyaringantanpa membutuhkan udara denganaliran dari bawah ke atas). Pengoperasian reaktor dilakukan secara batch dengan variasi bebanhidrolik 1 m3 m2 .hari, 2 m3 /m2 .hari dan 3 m3 /m2 .hari serta waktu detensi 4 jam, 8 jam dan 12 jam.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunanBOD tertinggisebesar 77.80% dan COD tertinggi sebesar 83.15% pada variasi beban hidrolik 1 m3 m2 .hari dengan waktu detensi 12 jam.

Kata Kunci : aliran upflow, BOD, COD, filtrasi anaerobik, limbah cair tapioka

PENDAHULUAN

Industri tapioka merupakan salah satu jenisindustri hasil pertanian yang cukup banyak tersebar di Indonesia. Kondisi industri tapioka yang ada saatini sering menimbulkan masalah lingkungan yangdiakibatkan oleh kegiatan industri tersebut, sehinggasudah selayaknya diperhatikan dan dikendalikan.

 Apalagi sebagian besar industri tapioka berlokasidekat pemukiman yang padat penduduk dan ditepisungaisehingga seringterdengar keluhan dankritikandari masyarakat sekitar areal pabrik yang apabila tidakditanggapi secara serius dapat menimbulkankerusakan yang tidak diinginkan.

Mengingat dampak negatif yang diakibatkan

limbah cair tapioka tersebut maka perlu dilakukanpengolahan limbah cair tapioka sebelum dibuang keperairan bebas, khusus pada penelitian ini digunakanmetode filtrasi anaerobik. Jenis pengolahan ini cocokditerapkan apabila l imbah yang akan diolahmempunyai konsentrasi zat organik yang tinggi,aliranupflow  yaitu aliran yang dapat meminimalkanterjadinya clogging atau penyumbatan pada aliran air limbah daripada sistem aliran kebawah (down flow ).Dalam sistem upflow ini, konsentrasi air limbah dapatditurunkandengan baik. Media yang digunakan dalampenelitian ini ada dua jenis yakni batu dan kerikil.Batu dan kerikil ini dipilih sebagai media filter karena

kedua jenis media ini mudah didapatkan di pasarandan relatif murah.Faktor yang mempengaruhi proses f i l trasi,diantaranya adalah:1. Debit Filtrasi

Dengan adanya aliran yang terlalu cepat melewatiruang pori d iantara buti ran media akanmenyebabkan berkurangnya waktu kontak antarapermukaan butir media penyaring dengan air yangakan disaring sehingga proses filtrasi tidak dapatterjadi secara sempurna.

2. Kedalaman, ukuran, dan material media.Partikel tersuspensi yang terjadi melalui influent 

akan tertahan pada permukaan media filter karenaadanya mekanisme filtrasi (straining ). Oleh karenaitu efisiensi filter merupakan fungsi karakteristikfisik dari filter bed , yang meliputi porositas danrasiodari kedalamanmedia terhadap ukuran media.

3. Kualitas (kekeruhan) air bakuK ua li ta s ( ke ke ru ha n) a ir b ak u s an ga tmempengaruhi efisiensi filtrasi. Jika kekeruhan air baku terlalu tinggi maka diperlukan pengolahanawal terlebih dahulu.

4. Tinggi muka air dan kehilangan tekananTinggi muka airdiatas media berpengaruhterhadapbesarnyadebit filtrasi yang mengalir. Muka air yang

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 23

Page 26: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 26/61

tinggi akan meningkatkan laju filtrasi (jika filter masih dalam keadaan bersih). Muka air diatasmedia akan naik jika terjadi clogging (terjadi saatfilter dalam keadaan kotor).

5. Temperatur air Perubahan temperatur air yang difiltrasi akanmenyebabkan perubahan densitas, viskositasabsolut dan viskositas kinematis pada air.Perubahantemperatur secara tidak langsung akanmenyebabkan perbedaan kehilangan tekananselama prose filtrasi.

Faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi prosesanaerobik antara lain:1. pH

Pengaruh dari perubahan pH terhadap sistemsangat besar. J ika pH dibawah 6,0 maka

pembentukan metana terhenti dan lebih banyakasam berakumulasi, akibatnya akan menghentikanproses anaerobik.

2. Kapasitas digester Kapasitas digester secara umum didasarkan padaperiode waktu tinggal rata- rata sel atau waktup en yi mp an an p ad at an . H al – h al y an gmempengaruhi periode digestion yaitu debit rata-rata influent , dan volume tangki (reaktor).

3. SuhuSuhu optimum untuk pembentukan metana sekitar 300C hingga 400C pada suhu diatas 400C makaproduksi metana akan menurun.

4. NutrisiPada proses anaerobik media yang mempunyaikandungan nutrisi tertentu yang optimum akansangat mempengaruhi proses. Perbandinganunsur nitrogen, karbon, dan fosfor layak untukdiperhitungkan yaitubesarnyadalam perbandingankarbon, nitrogen, dan fosfor, 150 : 55 : 1 bagian.

Tabel 1. Karakteristik limbah cair pada berbagaiindustri tapioka (rata – rata )

S u m b e r :   Sarastuti (2005)

Karakteristik Biologis Air limbah1. BOD (Biochemical Oxygen Demand )

Jumlah oksigen terlarutdalam air yangdibutuhkanoleh jasad renik dalam pengurangan bahanorganik dibawah kondisi aerob

2. COD (Chemical Oxygen Demand )Jumlah oksigen yang dibutuhkan untukmenguraikan atau mengoksidasi bahan organiksecara kimiawi.

3. DO(Dissolved Oxygen)Merupakan parameter yang penting untukmengukur tingkat pencemaran air 

4. TOC (Total Oganic Compound )Merupakan pengujian yang dilakukan untukmenentukan jumlah organik

5. TSS (Total Suspended Solid ) Adalah jumlah berat dalam mg/L kering lumpur 

yang ada dalam air limbah setelah mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45mikron.

6. NH3

(Amonia)Merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH

4pada pH rendah dan disebut amonium. Amoniadalam air permukaan berasal dari air seni maupunair tinja, juga berasal dari oksidasi zat organissecara mikrobiologis yang berasaldariairbuanganmaupun air alam.

Penelitian ini bertujuan menentukan besaran bebanhidrolik dan waktu tinggal dengan metode filtrasianaerobik dalam menurunkan kadar BOD dan CODlimbah cair tapioka.

METODOLOGI PENELITIAN

Tahap pembenihan (s e e d i n g  )Pembenihan dilakukan untuk memperoleh

sejumlah mikroorganisme yang akan berperan dalampenguraian bahan organik dalam reaktor anaerobik.Pembenihan dilakukan langsung pada reaktor filtrasianaerobik aliran upflow dengan tahapan: Sebelummelakukan seeding , terlebih dahulu media (batu dankerikil) dimasukkan dalam reaktor. Selanjutnya prosesseeding dilakukan dengan cara memasukkan sampellimbah yang akan diolah ke dalam reaktor kemudiandilakukan pengoperasian reaktor disesuaikan denganvariabel penelitian (beban hidrolik = 1m3/m2.hari (27,8ml/mnt) dengan waktu detensi 4 jam, 8 jam dan 12,

 jam padareaktor 1. 2 m3/m2.hari (55,5 mL/mnt) denganwaktu detensi 4 jam, 8 jam dan 12 jam pada reaktor II, 3 m3/m2.hari (88,8 mL/mnt) dengan waktu detensi4 jam, 8 jam dan 12 jam pada reaktor III.)

Aklimatisasi Aklimatisasi dilakukan bersama – sama denganproses seeding  setelah itu dilakukan pengukuran

RISET & TEKNOLOGI /24 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 27: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 27/61

parameter dari effluent secara berkala. Kegiatan inidilakukan melalui pengukuran permanganate value(PV) selama aklimatisasi sampai kondisi steady ready dicapai.

A nalisa K andungan Permanganat (bahanorganik limbah)Selama proses aklimatisasi metode ini yang dipakaiuntuk mengukur besarnya konsentrasi zat otganikdalam limbah.

Biochemical Oxygen Demand (BOD)Sampel yang digunakan untuk menganalisis BODterlarut terlebih dahulu disaring agar sampel terbebasdari padatan tersuspensi maupun koloid. Metodeanalisis yang digunakan adalahAPHA. Ed. 20. 5210B, 1998.

Chemical Oxygen Demand (COD)Pengukuran COD padapenelitian inidilakukandenganmenggunakanmetode closed reflux titrimetric (metodedikromat) dari Standard Method  5520 C. Denganmenggunakan metode ini zat organik akan dioksidasioleh K

2Cr 

0O

7(kalium dikromat) dalam suasana asam

pada suhu 150oC selama 2 jam. Metode analisa yangdigunakan adalah QI/LKA/19 (Spektrofotometri).

Gambar 1. Diagram alir penelitian

Gambar 2. Reaktor filtrasi anaerobik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Awal Limbah Cair TapiokaDalam penelit ian ini di lakukan analisa

pendahuluan untuk memperoleh data karakteristik air limbah yang akan digunakan sebagai sampelpenelitian. Berdasarkananalisa Laboratorium Kualitas

 Air Jasa Tirta I yang dilakukan, diperoleh datakarakteristik limbah cair tapioka sebagai berikut :

Tabel 2. Karakteristik awal limbah cair tapiokaKepanjen TalangAgung

Sumber :Hasil Analisis Kualitas Air Limbah

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 25

Page 28: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 28/61

Data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkanbahwa filtrasi anaerobik dengan menggunakan mediabatu dan kerikil mempunyai kemampuan menurunkankonsentrasi BOD. Hasil perhitungan % penyisihanBOD dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 1.

Tabel 3. Konsentrasi akhir BOD

Sumber : Hasil Penelitian

Tabel 4. Persentase penyisihan akhir BOD

Sumber : Hasil Penelitian

Pada Gambar 2 dapat dilihatbahwa persenpenyisihanBOD terendah terjadi pada beban hidrolik 3 denganwaktu detensi (td) 4 jam sebesar 55,10% dan tertinggipada beban hidrolik 1 dengan waktu detensi (td) 12am sebesar 77,80%.

Gambar 2. Hubungan waktu detensi terhadap persenpenyisihan BOD

Analisis Deskriptif CODData hasi l penel i t ian yang diperoleh

menunjukkan bahwa, filtrasi anaerobik dengan

menggunakan media batu dan kerikil mempunyaikemampuan menurunkan konsentrasi BOD. Hasilperhitungan % penyisihan COD dapat dilihat padaTabel 6 dan Gambar 3.

Tabel 5. Konsentrasi akhir COD

Sumber : Hasil Penelitian

Tabel 6. Persentase penyisihan akhir COD

Sumber : Hasil PenelitianPada Gambar 3 dapat dilihatbahwa persenpenyisihanCOD terendah terjadi pada beban hidrolik 3 denganwaktu detensi (td) 4 jam sebesar 62,96% dan tertinggipada beban hidrolik 1 dengan waktu detensi (td) 12

 jam sebesar 85,13%.

Gambar 3. Hubungan waktu detensi terhadap persenpenyisihan COD

RISET & TEKNOLOGI /26 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 29: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 29/61

Padatan tersuspensi dapat dibagi menjadipadatan yang dapat mengendap dan yang tidak dapatmengendap (Alaerts dan Sumestri, 1987). Padaumumnya 60% dari padatan tersuspensi dalam air limbah adalah padatan yang dapat mengendap(Metcalf and Edy, 2003).

Seperti halnya limbah cair tapioka merupakanpadatan yang dapat mengendap, dimana limbah cair tapioka yang mengandung senyawa organik dansenyawa kimia, pada reaktor filtrasi anaerobik tidaksemua tertahan oleh media filter ada sebagiansenyawa organik dansenyawa kimia yang ikut terbawakeluar oleh effluent , sehingga penurunan COD tidak

terlalu besar karena masih adanya senyawa-senyawaorganik pada effluent reaktor filtrasi anaerobik sepertisianida (CN), lemak karbohidrat dan protein.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

maka dapat diambil kesimpulan-kesimpulan sebagaiberikut:

1. Beban hidrolik 1 m3/m2.hari memberikan persenpenyisihan BOD dan COD lebih baik dari padabeban hidrolik 2 m3/m2.hari dan 3 m3/m2.hari.Waktu detensi 12 jam memberikan persenpenyisihan BOD dan COD yang lebih baik daripada waktu detensi 4 jam dan 8 jam.

2. Filtrasi anaerobik dapat menurunkan konsentrasiBOD pada l imbah cair tapioka, dimana

persentase penyisihan BOD tertinggi sebesar 77,80% dengan variasi beban hidrolik 1 m3/m2.hari dan waktu detensi 12 jam, persentasepenyisihan terendah 62,96% dengan variasibeban hidrolik 3 m3/m2.hari dan waktu detensi4 jam.

3. Persentase penyisihan COD tertinggi sebesar 85,13% dengan variasi beban hidrolik 1 m3/m2.hari dan waktu detensi 12 jam, persentasepenyisihan terendah 55,10% dengan variasibeban hidrolik 3 m3/m2.hari dan waktu detensi4 jam.

DAFTAR PUSTAKA

 Alaerts, G dan Sumestri S. 1987. Metoda Penelitian Air . Penerbit Usaha Nasional Surabaya.

Metcalf and Eddy. 2003. Wastewater Engineering . Ped. McGraw-MII, Inc. New York.

Rosaliana (2006). Unjuk Kerja Biofilter Aerobic Aliran“Upflow” Dengan Media Batu Apung (Studi Kasus: Penurunan BOD

5 Terlarut Pada Air 

Limbah Domestik.Sarastuti, T.N. 2005. Uji Efektifitas Bioflokulan Bacillus

Substilus Guna Menurunkan KonsentrasiKekeruhan, BOD5, dan COD Pada Limbah Cair 

Industri Tapioka. Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP – ITN . Malang.

Sugiharto. 1987. Dasar–Dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia – Press.Jakarta.

Widianto, I.P. 2006. Penurunan COD, TSS dan WarnaPada Limbah Cair RumahPotong Hewan (RPH)Menggunakan Anaerobik Baffled Reactor .Skripsi ITN. Malang.

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 27

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakinlama waktu detensi maka semakin banyakmikroorganisme yang tumbuh dan berkembangdalam

air limbah tersebutmampu menguraikan bahan-bahanorganik yang terdapat dalam air limbah tapiokasehingga dapat meningkatkan persentase penyisihanBOD dan COD (Sarastuti, 2005). Pada penelitian inisemakin kecilnya beban hidrolik maka semakin besar persentase penyisihan BOD, hal ini diakibatkankarena debit aliran sebesar 27,8 mL/menit sudahmampu menguraikan bahan organik o lehmikroorganisme. Karena beban hidrolik semakinbesar maka debit air limbah yang dialirkan jugasemakin besar sehingga akan terjadi sloughing yangmenyebabkanmikroorganisme yang menempelpadamedia terkelupas sehingga persentase penyisihanBOD semakin kecil (Widianto, 2006).

Semakin besar beban hidrolik maka semakinmenurun persen penyisihan BOD dan semakin kecilbeban hidrolik maka persentase penyisihan BOD akansemakin meningkat. Debit pada influen reaktor besarnya tidak stabil karena terjadinya clogging padareaktor sehingga valve pengatur debit pada reaktor sering diatur kembali agar debit inffluent  tetap(Rosaliana, 2006).

Pada proses filtrasi anaerobik penurunankonsentrasi BOD disebabkan oleh proses biologis.

 Air limbah yang dialirkan melewati lapisan media filter (batu dan kerikil) akan terjadi kontak dengan bakterianaerobik. Bahan organik dalam air buangan

dikonversi secara biologis olehmikroorganisme dalamkondisi anaerobik (Metcalf & Eddy, 2003). Padaproses anaerob akan menghasilkan gas metan.Terjadinyagas metan dalam reaktor inisecara biokimiaadalah sebagai berikut :

Page 30: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 30/61

Abstrak 

Proses penyekrapan datar denganpemotongan ortogonal pada bahan baja ST 42 dipotong 

menggunakan pahat HSS bertujuan mempelajari karakteristik bentuk geram bahantersebut. Bahan baja ST 42 dipasangkan pada pemegangnya yang berada pada mejasekrap, bergerak kearah melintang terhadappahat. Pemotongan hanya terjadi padagerak langkah maju dan pada saat langkah mundur benda kerja bergeser. Kondisi pemotonganmenggunakan geometri pahat bersudut geram (  ) 5 , 10, dan 15. Tiga tingkat kecepatan

 potong (V) 15, 32, dan 43 m/min serta kedalaman potong (a) 1, 1,5, dan 2 mm ditetapkansebagai proses pemotongan. Hasil kajian pada metode statistik ANAVA menunjukkanbahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kondisi pemotongan, yaitu pada kedalaman

 pemotongan terhadap bentuk geram. Namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada kondisi pemotongan pada sudut geram dan kecepatan potong terhadap bentuk geram yang dihasilkan pada proses penyekrapan datar dengan pemotongan ortogonal.Dengan sudut geram (15), kecepatan potong (43 m/min) dan kedalaman potong (1 mm)bentuk geram yang dihasilkan adalah paling baik yang diasumsikan dalam skala likert mempunyai nilai 5 (bentuk C) yang merupakan geram kontinyu yang berbentuk spiral <

50 mm.

K a t a k u n c i  : baja ST 42, pahat HSS, penyekrapan datar 

KARAKTERISTIK PROSES PENYEKRAPAN DATARDENGAN PEMOTONGAN ORTOGONAL TERHADAPBENTUK GERAM MENGGUNAKAN PAHAT HSS

PADA BAHAN BAJA ST 42

Anang Subardi(Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional Malang )

[email protected]

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

PENDAHULUAN

Pada perkembangan zaman sekarangteknologi semakin berkembang dan manusia banyakmenciptakan suatu inovasi untuk kebutuhan dalamdunia industri mereka. Dengan kemampuan berfikir 

manusia serta berkembangnya ilmu pengetahuan danteknologi dengan pesat maka akan selalu membuatmanusia merasa tertantang untuk terus menggalidanmenganalisa ilmu pengetahuan dan teknologitersebut. Ilmu pengetahuan teknik dan mesinkhususnya, merupakan ilmu-ilmu yang berkembang,bukanberdasarkan teorisaja tetapi berdasarkan ataspengamatan.

Dalampengamatan ini hal yang akan dianalisadisini adalah penggunaan pahat HSS (high speed steel ) pada proses penyekrapan, yang termasukdalam proses pemesinan. Selama proses pemesinanberlangsung terjadi interaksi antara pahat dan benda

kerja, dimana benda kerja akan tersayat dan pahat

akan mengalami gesekan. Akibat sayatan pada bendakerja ini dihasilkan suatu parameter pembentukan

geram.Dalam hal penganalisaan ini peneliti berusaha

untuk dapat mengetahui hasil bentuk geram. Olehkarena itu disusunlah sebuah penelitian Karakteristik Proses Penyekrapan Datar Dengan PemotonganOrtogonal Terhadap Bentuk Geram MenggunakanPahat HSS Pada Bahan Baja ST 42 .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibentuk geram dari hasil proses penyekrapan datar dengan pemotongan ortogonal pada bahan baja ST42 menggunakan pahat HSS dengan variasi sudutgeram, kecepatan pemotongan dan kedalamanpemotongan.

Manfaat dari penelitian iniadalah memberikaninformasi tentang hasil bentuk geram yang dapat

RISET & TEKNOLOGI /28 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 31: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 31/61

dicapai pada proses penyekrapan datar denganpemotongan ortogonal pada bahan baja ST 42menggunakan pahat HSSdengan variasisudut geram,kecepatan pemotongan dan kedalaman pemotongan.

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adadua macam yaitu : variabel bebas dan variabel respon(tidak bebas).

Variabel bebas. Pada penelitian ini variabelbebasnya adalah :

1. Sudut geram ( )2. Kecepatan potong ( V )3. Kedalaman potong ( a )

Penentuan dari ketiga variabel proses pemotongantersebut adalah :

Sudut geram ( ) : 5; 10; 15Kecepatan potong ( V ) :15 m/min; 32 m/min; 43 m/

minKedalaman potong ( a ) : 1mm ; 1,5 mm; 2 mm

Variabel respon. Penelitian ini menggunakanvariabel respon jenis geram yang dihasilkanberdasarkan bentuk danpanjang geram untuk memilih

 jenis tipe geram yang sesuai. Jadi geram diukur 

panjang dan bentuknya sesuai dengan klasifikasibentuk geram.

Material. Material yang digunakan dalam penelitianiniadalah Baja ST 42.Untuk mengetahuimaterial yangdigunakan baja ST 42 dilakukan pengujian kekerasandengan mesin EMCOTEST seri M2N 230. Komposisikimia ST 42 yaitu : C = <21 %, Si = < 0,40 %, Mn =1,35 %, P =< 0,04 %, S =< 0,05 %. Spesimen ujiyang digunakan panjang 50 mm, lebar 50 mm, dantebal 15 mm.

Peralatan. Peralatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah mesin sekrap horisantal, pahatHSS, mistar ingsut, gergaji besi, mesin gerindauniversal dan busur.

Pelaksanaan penelitian disajikan dalamdiagram alir sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram alir penelitian

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 29

Page 32: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 32/61

Berdasarkan efek yang mengakibatkan, bentuk geramdapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis (Tungaloy, 2004)

yaitu tipe A, B, C, D, dan E sebagai berikut :

Gambar 2. Klasifikasi geram berdasarkan bentuk

Keterangan Gambar 2.· Tipe A, Merupakan bentuk geram yang kontinyu

yang berbentuk menggulung menjadikusut serta tidak patah.

· Tipe B, Merupakan bentuk geram kontinyu yangberbentuk spiral yang memanjang, akantetapi pada panjang tertentu akan putus.Pada tipe ini panjang geram lebih dari 50mm.

Tabel 1. Data Hasil Pengujian Bentuk Geram

HASIL DAN PEMBAHASAN · Tipe C, Merupakan bentuk geram kontinyu yangberbentuk spiral hanya saja panjangnyakurang dari 50 mm.

· Tipe D, Merupakan bentuk geram tidak kontinyuyang melingkar satu putaran untukbagian depan dan belakang.

· Tipe E, Merupakan bentuk geram tidak kontinyuyang melengkung akan tetapi tidakmencapai satu putaran.

 Ap ab il a di as um sik an men jad i sk al a Lik er tberdasarkan tingkatan jenis geram mulai dari yangpaling baik sampai yang tidak baik berdasarkanklasifikasi bentuk geram.

Dimana dalam Skala Likert :Untuk nilai : C = 5 ( Sangat baik )

D = 4 ( Baik )E = 3 ( Sedang )B = 2 ( Tidak baik )

 A = 1 ( Sangat tidak baik )

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitianuntuk pengujian penyekrapan datar terhadap hasilbentuk geram yang terjadi pada beberapa bentukkombinasi level variasi bebas sesuaidenganrancanganeksperimen. Untuk mempermudah analisa yangdilakukan, maka data-data yang dihasilkan tersebutdiolah untuk menggunakan bantuan paket programSPSS (Statistical Product and Servis Solution)

(Singgih, 2000).

Hubungan Antara Sudut Geram Pahat dengan

Bentuk Geram

Gambar 2. Hubungan sudut geram dengan bentuk

geram

RISET & TEKNOLOGI /30 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 33: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 33/61

Test of Homog eneity of Variances 

Uji LeveneHipotesis :

H0 : ketiga varian populasi identik. Artinya tidak adapengaruh yang signifikan antara sudut geramdengan bentuk geram.

H1

: ketiga varian populasi tidak identik.Artinya adapengaruh yang signifikan antara sudut geramdengan bentuk geram.

 Analisa ini bertujuan untuk menguji berlaku tidaknyasalah satu asumsi untuk ANAVA, yaitu apakah ketigasampel mempunyai varian yang sama.

Tabel 2. Test of homogeneity of variances sudut

geram

Pengambilan keputusanKriteria :- Jika probabilitas > 0,05 maka H

0diterima

- Jika probabilitas < 0,05 maka H0

ditolak,dengan kata lain H

1diterima

Terlihat pada outputtest of homogeneity of variancesnilai probabilitasnya (Signifikan) adalah 0,366. Oleh

karena probabilitas-Value > α (0,05) maka H0

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga

sampel identik.

ANAVA Anava ( Analysis Of Variances) dilakukan untuk

menguji apakah ketiga sampel memiliki rata-rata(mean) yang sama.Hipotesis :H

0: ketiga varian populasi identik. Artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan antara sudut geramdengan bentuk geram.

H1

: ketiga varian populasi tidak identik. Artinya adapengaruh yang signifikan antara sudut geramdengan bentuk geram.

Pengambilan keputusanKriteria :

- Jika Fhitung

> Fabel

, maka H0

ditolak atau H1

diterima

- Jika Fhitung < F abel, maka H0 diterimaDari hasil output Anava terlihat F

hitung= 0,432. F

abeldiperoleh dari batas uji F dengan (df 1) pembilang 2dan (df 2) penyebut 24 = F

(0,05. 2. 24)= 3,40 didapat dari

garis lurus pada tabel statistik. Karena Fhitung

< Fabel

maka H0

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwamasing-masing perlakuan (sudut geram 5 , 10 dan15)tidak adapengaruh yang signifikan terhadap bentuk

geram yang dihasilkan.

Tabel 3. Anava sudut geram

Gambar 3. Hubungan sudut geram dengan rata-rata

bentuk geram

Pada Gambar 3 terlihat pada sudut geram 5ºdan10º sama-sama mempunyai nilai sebagian besar rata-rata bentuk geram dengan nilai 3,666 pada skalalikert (cenderung menghasilkan bentuk geram D).

Hubungan Antara Kecepatan Potong dengan

Bentuk Geram

Test of Homog eneity of Variances 

Uji LeveneHipotesis :

H0

: ketiga varian populasi identik. Artinya tidak adapengaruh yang signifikan antara kecepatanpotong dengan bentuk geram.

H1

: ketiga varian populasi tidak identik. Artinya adapengaruh yang signifikan antara kecepatanpotong dengan bentuk geram.

 Analisa ini bertujuan untuk menguji berlakutidaknya salah satu asumsi untuk ANAVA, yaitu

apakah ketiga sampel mempunyai varian yang sama.

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 31

Page 34: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 34/61

Tabel 4. Test of homogeneity of variances kecepatanpotong

Pengambilan keputusanKriteria :- Jika probabilitas > 0,05 maka H

0diterima

- Jika probabilitas < 0,05 maka H0

ditolak, dengankata lain H

1diterima

Terlihat pada output test of homogeneity of variancesnilai probabilitasnya (Signifikan) adalah 0,741. Olehkarena probabilitas-Value > á (0,05) makaH

0diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga sampelidentik.

ANAVA Anava ( Analysis Of Variances) dilakukan

untuk menguji apakah ketiga sampel memiliki rata-rata (mean) yang sama.

Hipotesis :H

0: ketiga varian populasi identik. Artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan antara kecepatanpotong dengan bentuk geram.

H1

: ketiga varian populasi tidak identik. Artinya adapengaruh yang signifikan antara kecepatan

potong dengan bentuk geram.

Tabel 5. Anava kecepatan potong

Gambar 5. Hubungan kecepatan potong denganrata-rata bentuk geram

Pada Gambar 5 terlihat pada kecepatan potong 43m/min mempunyai nilai sebagian besar rata-ratabentuk geram dengan nilai 3,888 pada skala likert(cenderung menghasilkan bentuk geram D).

Pengambilan keputusanKriteria :

- Jika Fhitung

> Fabel

, maka H0

ditolak atau H1

diterima

- Jika Fhitung

< Fabel

, maka H0

diterima

Dari hasil output Anava terlihat Fhitung

= 2,375. Fabel

diperoleh dari batas uji F dengan (df 1) pembilang 2dan (df 2) penyebut 24 = F

(0,05.2. 24)= 3,40 didapat dari

garis lurus pada tabel statistik. Karena Fhitung

< Fabel

maka H0diterimasehingga dapat disimpulkan bahwa

masing-masing perlakuan (kecepatan potong 15 m/min, 32 m/min dan 43 m/min) tidak ada pengaruh yangsignifikan terhadap bentuk geram yang dihasilkan.

Hubungan Antara Kedalaman Potong dengan

Bentuk Geram

Gambar 6. Hubungan kedalaman potong denganbentuk geram

RISET & TEKNOLOGI /32 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 35: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 35/61

Test of Homog eneity of Variances 

Uji LeveneHipotesis :

H0 : ketiga varian populasi identik. Artinya tidakada pengaruh yang signif ikan antarakedalaman potong dengan bentuk geram.

H1

: ketiga varian populasi tidak identik. Artinyaada pengaruh yang signif ikan antarakedalaman potong dengan bentuk geram.

 Analisa ini bertujuan untuk menguji berlaku tidaknyasalah satu asumsi untuk ANAVA, yaitu apakah ketigasampel mempunyai varian yang sama.

Tabel 6. Test of homogeneity of variances kedalamanpotong

Pengambilan keputusanKriteria :

- Jika probabilitas > 0,05 maka H0

diterima- Jika probabilitas < 0,05 maka H

0ditolak,

dengan kata lain H1

diterimaTerlihat pada output test of homogeneity of variancesnilai probabilitasnya (Signifikan) adalah 0,103. Olehkarena probabilitas-Value > á (0,05) maka H

0diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga sampelidentik.

ANAVA Anava ( Analysis Of Variances) dilakukan untuk

menguji apakah ketiga sampel memiliki rata-rata(mean) yang sama.

Hipotesis :H

0: ketiga varian populasi identik. Artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan antara kedalamanpotong dengan bentuk geram.

H1

: ketiga varian populasi tidak identik. Artinya adapengaruh yang signifikan antara kedalamanpotong dengan bentuk geram.

Tabel 7. Anava kedalaman potong

Pengambilan keputusanKriteria :- Jika F

hitung> F

abel, maka H

0ditolak atau H

1diterima

- Jika Fhitung < F abel, maka H0 diterima

Dari hasil output Anava terlihat Fhitung

= 4,429. Fabel

diperoleh dari batas uji F dengan (df 1) pembilang 2dan (df 2) penyebut 24 = F

(0,05.2. 24)= 3,40 didapat dari

garis lurus pada tabel statistik. Karena Fhitung

> Fabel

maka H0

= ditolak dan H1

= diterima sehingga dapatdisimpulkan bahwa masing-masing perlakuan (1 mm,1,5 mm dan 2 mm) berpengaruh signifikan terhadaphasil bentuk geram.

Gambar 7. Hubungan kedalaman potong dengan

rata-rata bentuk geram

Pada Gambar 7 terlihat pada kedalamanpotong 1 mm mempunyai nilai sebagian besar rata-rata bentuk geram dengan nilai 4 pada skala likert

(cenderung menghasilkan bentuk geram D).

Perhitungan Data Menurut Rumus ElemenDasar Proses Sekrap

Kecepatan potong yang digunakan dalampenelitian bervariasi yaitu 15 m/menit, 32 m/menit,dan 43 m/menit. Sehingga diperoleh jumlah langkahpermenit 285 langkah/menit pada kecepatan potong

15 m/menit, 609 langkah/menit pada kecepatanpotong 32 m/menit, dan 819 langkah/menit padakecepatan potong 43 m/menit (seperti yang telahdihitung menurut rumus dasar pemesinan).

Gerak makan (f) pada benda kerja ditetapkansebesar 0,18 mm/langkah. Sehingga diperolehkecepatan makan yang berbeda beda pada tiappengerjaan karena jumlah langkah permenit yangberbeda-beda (seperti yang telah dihitung menurutrumus dasar pemesinan).

Waktu pemotonganjuga akan berbeda-beda sesuaidengan kecepatan makan yang berbeda-beda (sepertiyang telah dihitung menurut rumus dasar pemesinan).

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 33

Page 36: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 36/61

Pada kecepatan penghasil geram juga berbebeda-beda sesuai dengan kedalaman pemotongan yangbervariasi (1 mm, 1,5 mm dan 2mm) dan kecepatanpemotongan yang berbeda-beda (seperti yang telah

dihitung menurut rumus dasar pemesinan).

Analisis Data Menurut Analisis Varians (ANAVA)Pengolahan data dengan metode ANAVA ini

dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknyahubungan bentuk geram dengan variasi 3 variabelbebas yang ditentukan yaitu sudut geram, kecepatanpotong dan kedalaman potong.

Dari data pengujian hubungan antara bentukgeram dengan 3 variasi sudut geram, diperoleh daftar distribusi F dengan (df 1) pembilang 2 dan (df 2)penyebut 24 dan peluang 0,95 (jadi á = 0,05) didapat

F = 3,40. Ternyata bahwa Fhitung = 0,432 < F abel = 3,40; jadi hipotesis H0

= diterima dan H1

= ditolak dalamtaraf nyata 0,05. Sehingga dengan 3 variasi sudutgeram (5º, 10º dan 15º) tidak berpengaruh signifikanterhadap hasil bentuk geram.

Dari data pengujian hubungan antara bentukgeram dengan 3 variasi kecepatan potong, diperolehdaftar distribusi F dengan (df 1) pembilang 2 dan (df 2) penyebut 24 dan peluang 0,95 (jadi á = 0,05)didapat F = 3,40. Ternyata bahwa F

hitung= 2,376 <

Fabel

= 3,40 ; jadi hipotesis H0

= diterima dan H1

=ditolak dalam taraf nyata 0,05. Sehingga dengan 3variasi kecepatan potong (15 m/min, 32 m/min dan43 m/min) tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil

bentuk geram.

KESIMPULAN

Dari hasil analisa dan pembahasan data-data hasilpenelitian penyekrapan datar dengan pemotonganortogonal terhadap bentuk geram, maka didapatbeberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada variabel-variabel kondisi pemotongan yangterdiri dari sudut geram (5 , 10, 15), kecepatanpotong (15 m/min, 32 m/min, 43 m/min) dankedalaman pemotongan (1 mm, 1,5 mm, 2 mm)menunjukkan pengaruh terhadap bentuk geramyang dihasilkan berbentuk (spiral < 50 mm,melingkar satu putaran, dan melengkung).

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, S. 2000. Buku latihan SPSS Statistik Parametrik . Media komputindo. Jakarta.

Tungaloy, T. 2004. Turning & Boring Tools. Toshiba

Tungaloy Co. Ltd.

Dari data pengujian hubungan antara bentukgeram dengan 3 variasi kedalaman potong, diperolehdaftar distribusi F dengan (df 1) pembilang 2 dan (df 2) penyebut 24 dan peluang 0,95 (jadi á = 0,05)didapat F = 3,40. Ternyata bahwa F

hitung= 4,432 >

Fabel

= 3,40 ; jadi hipotesis H0

= ditolak dan H1

=diterima dalam taraf nyata 0,05. Sehingga dengan 3variasi kedalaman potong (1 mm, 1,5 mm dan 2 mm)berpengaruh signifikan terhadap hasil bentuk geram.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kondisipemotongan, yaitu padakedalaman pemotonganterhadap bentuk geram. Namun tidak terdapatpengaruh yang signif ikan pada kondisipemotongan pada sudut geram dan kecepatanpotong terhadap bentuk geram yang dihasilkanpada proses penyekrapan datar denganpemotongan ortogonal.

3. Terdapat hubungan antara kondisi pemotonganterhadap jenis geram yaitu: dengan sudut geram(15), kecepatan potong (43 m/min) dankedalaman potong (1 mm) bentuk geram yangdihasilkan adalah paling baik yang diasumsikandalam skala likert mempunyai nilai 5 (bentuk C)yang merupakan geram kontinyuyang berbentukspiral < 50 mm.

RISET & TEKNOLOGI /34 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 37: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 37/61

EFISIENSI ANGGARAN BIAYA PERKERASAN LENTURDENGAN MENGGANTI PONDASI AGREGAT BDENGAN SIRTU

Ibayasid(Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda)

[email protected]

Abstrak 

Dalam rangka mempercepat proses pembangunan di Kalimantan Timur, perhatian pemerintahterhadap infrastruktur sangat tinggi, salah satunya adalah infrastruktur jalan. Hal ini dapat dilihat 

 pada tiga program pokok pembangunan pemerintah provinsiKalimanatan Timur, yaitu peningkatansumber daya manusia, infrastruktur dan pertanian dalam arti luas. Salah satu langkah yang harus diperhatikan dalam perencanaan perkerasan jalan adalah pemilihan bahan yang sesuai dengan kriteria : bahan mudah didapat, dana yang tersedia cukup, ketersediaan peralatan danSDM yang ada, serta sesuai dengan fungsi jalannya sendiri. Selama ini penggunaan bahanhanya berdasarkan kebiasaan saja, misalnya untuk Lapisan PondasiAtas (LPA) selalu digunakan

 Agregat A, untuk Lapisan Pondasi Bawah (LPB) selalu menggunakan agregat B. Sebenarnyauntuk bahan ini bisa disesuaikan dengan bahan yang ada di lokasi, misalnya LPB denganmenggunakan Sirtu. Penelitian ini akan mencoba menghitung ketebalan masing-masing lapisan

 perkerasan dengan menggunakan Metode Binamarga, untuk mengetahui berapa perbedaanketebalan antar LPB menggunakan agregat B dengan LPBmenggunakan Sirtu. Selain itu jugaakan dihitung berapa perbedaan biayanya. Setelah dilakukan perhitungan tebal perkerasan

lentur dengan menggunakan metode Analisa Komponen Binamarga perkerasan alternatif I ketemu ketebalan lapisan permukaan Laston 7,5 cm, pondasi atas Agregat A 20 cm dan pondasi bawah agregat B 21 cm. Untuk altenatif II dengan mengganti Agregat B dengan Sirtuyang mempunyai CBR 50% didapatkan tebal lapisan Sirtu 23 cm. Dari perhitungan terlihat bahwa ketebalan lapisan pondasi bawah dengan bahan Agregat B dan Sirtu perbedaaannyatidak terlalau jauh. Dan setelah dihitung anggaran biayanya, alternatif I diperlukan biaya sebesar Rp 16.171.767.000,- dan alternatif II diperlukan biaya Rp 15.308.953.000,- dari sini dapat diartikan bahwa dengan menggunakan Sirtu sebagai lapisan pondasi bawah, bisa menghemat biaya sebesar Rp 862.814.000,- atau 5,33 %. Hal ini akan lebih menguntungkan apabiladilaksanakan pada daerah-daerah yang disekitarnya mempunyai lokasi penambangan Sirtu.

Kata Kunci : Perkerasan Lentur, Agregat B, Sirtu

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 35

PENDAHULUANJalan sebagaisalah satuprasarana transportasi

merupakan unsur yang sangat penting dalampengembangan kehidupan masyarakat, serta danwilayah negara. Selain itu jalan sebagai prasaranatransportasi mempunyai peran penting dalam bidangekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik,pertahanan dan keamanan, seta untuk peningkatankesejahteraan masyarakat. Dalam rangkamempercepat proses pembangunan di KalimantanTimur, perhatian pemerintah terhadap infrastruktur sangat tinggi, salah satunya adalah infrastruktur jalan.

Karena hal ini akan menjadi penunjang dalammenggerakkan roda perekonomian daerah sertamengembangkan potensi daerah setempat. Hal inidapat dilihat pada tiga program pokok pembangunanpemerintah provinsi Kalimanatan Timur, yaitupeningkatan sumber daya manusia, infrastruktur danpertanian dalam arti luas.

Pembangunan jalan di Kabupaten KutaiKertanegara semakin pesat seir ing denganberkembangnya perekonomian dan taraf hidupmasyarakat di daerah tersebut.

Page 38: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 38/61

RISET & TEKNOLOGI /36 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Dengan pesatnyapembangunan jalan tersebut,masih sering pula d itemui permasalahanpermasalahan di lapangan,salah satunya adalah tidaktercapainya kwalitas pekerjaan sesuai dengan

spesifikasi yang ada, untuk itu maka perencanaandan pelaksanaan juga diharapkan lebih baik dan teliti,sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ada.

Salah satu langkah yang harus diperhatikandalam perencanaan adalah pemilihan bahanperkerasan sesuai dengan kriteria : bahan mudahdidapat, dana yang tersedia cukup, ketersediaanperalatan dan SDM yang ada, serta sesuai denganfungsi jalannya sendiri.

Selama ini penggunaan bahan hanyaberdasarkan kebiasaan saja, misalnya untuk LapisanPondasi Atas (LPA) selalu digunakan Agregat A,untuk Lapisan Pondasi Bawah selalu menggunakanagregat B. Sebenarnya untuk bahan ini bisa

disesuaikan dengan bahan yang ada di lokasi,misalnya LPB dengan menggunakan Sirtu. Penelitianini akan mencoba menghitung ketebalan masing-masing lapisan perkerasan dengan menggunakanMetode Binamarga, untuk mengetahui berapaperbedaan ketebalan antar LPB menggunakanagregat B dengan LPB menggunakan Sirtu. Selainitu juga akan dihitung berapa perbedaan biayanya.

Tujuan dari penelit ian ini adalah untukmenghitung berapa rupiah perbedaan antara biayayang diperlukanuntuk mengerjakanperkerasan lentur alan dengan menggunakan Lapisan Permukaan

Laston, LPA agregat A dan LPB Agregat B dengan

alan yang menggunakan LPB Sirtu.Dalam penelitian ini masalah-masalah yangmenjadi konsentrasi adalah sebagai berikut :1. Perhitungan tebal perkerasan lentur jalan dengan

LPB Agregat B dan LPB Sirtu, sedangkan bahanlapisan permukaan tetap sama Laston, dan LPA

 Agregat A.2. Metode yang digunakan menghitung adalah

Metode Analisa Komponen Binamarga.3. Lokasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan

adalah Ruas jalan L1-L2 dari STA 0 + 050 – STA 7+ 200 Kabupaten Kutai Kertanegara.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapatmemberi masukan kepada Konsultan Perencana

sebagai alternatif bahan perkerasan lentur terutamapada lokasi pekerjaan yang disekitarnya banyakterdapat Sirtu, sehingga dapat digunakan sebagaipengganti agregat B untuk pada Lapisan PondasiBawah.

Pengertian Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari

lapisan-lapisan yang dihampar diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebutberfungsi untuk menerima beban lalu-lintas danmenyebarkannya ke lapisan di bawahnya.

Pada Gambar berikut, terlihat bahwa bebanlalu-lintasditerimaoleh permukaan perkerasanmelaluibidang kontak roda yang berupa beban terbagi rataPo. Beban tersebut kemudian disebarkan ke tanah

dasar menjadi P1 yang lebih kecil dari pada dayadukung tanah. Jadi pada prinsipnya perkerasanberfungsi untuk memperkecil tegangan yang terjadidengan cara memperbesar luasan bidang kontak.Sesuai dengan persamaan sebagai berikut :

σ = P / A

dimana : σ = Tegangan yang terjadiP = Beban roda kendaraan

 A = Luas bidang kontak

Jadi semakin besar A maka tegangan yang terjadiakan semakin kecil, sehingga mampu diterima olehtanah dasar.

Gambar 1.Penyebaran Beban Roda MelaluiLapisan Perkerasan Jalan

Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari :Lapisan Permukaan ( Surface Course)

Bagian dari lapisan perkerasan yang terletakpaling atas disebut lapisan permukaan, danmempunyai fungsi sebagai berikut :a. menahan beban roda, harus mempunyai stabilitas

yang tinggi untuk menahan roda selama masapelayanan.

b. sebagai laipsan kedap air, sehinggga air hujantidak meresap kebawah dan merusak lapisantersebut.

c. lapisan aus (wearing course),lapisan yanglangsung mengalami gesekan roda kendaraan

d. lapisan yang menerima dan menyebarkan bebanroda kendaraan, sehingga dapat dipikul olehlapisan yang mempunyai daya dukung lebih jelek.

Guna dapat memenuhi fungsi seperti tersebutdiatas, maka lapisan permukaan pada umumnyaterbuat dari agregat dengan perekat aspal sehinggamenghasilkan lapisan yang tahan aus, kedap air 

Page 39: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 39/61

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 37

dengan stabilitas yang tinggi serta daya tahan yanglama.

Lapisan Pondasi Atas ( Base Course )

Bagian dari lapisan perkerasan yang terletakdiantara lapisan permukaan dengan lapisan pondasibawah. Lapisan pondasi atas mempunyai fungsisebagai berikut :1. bagian dari perkerasanyang menahan beban roda

dan menyebarkan ke lapisan perkerasan dibawahnya.

2. lapisan peresap untuk lapisan pondasi bawah.3. sebagai bantalan dari lapisan permukaan.

Untuk pondasi atas tanpa bahan pengikatumumnya menggunakan material dengan CBR > 50% dan Indeks plastisitas < 4 %.

Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Bagian dari lapisan perkerasan yang terletakdiantara lapisan permukaan dengan lapisan pondasibawah. Lapisan pondasi atas mempunyai fungsisebagai berikut :1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang

menyebarkan beban roda kendaraan ke tanahdasar. Bahan dari lapisan ini harus cukup kuat,mempunyai CBR > 20 % dan Indeks Plastisitas< 10 %.

2. Effisiensi penggunaan material, material pondasibawah relative murah dibandingkan lapisandiatasnya.

3. Sebagai lapisan peresap agar air tanah tidak naik

ke pondasi atas.4. Sebagai lapisan pertama untuk mempermudahpelaksanaan lapisan diatasnya.

5. Sebagai filter agar partikel-partikel halus dari tanahdasar tidak naik ke lapisan pondasi atas.

Tanah Dasar (Subgrade)Lapisan Tanah Dasar adalah lapisan tanah

setebal 50 – 100 cm dimana di atasnya akandihampar lapisan pondasi bawah. Lapisan tanah dasar dapat berupatanah asli yang dipadatkan apabila tanahdasarnya baik, tanah yang didatangkan dari tempatlain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasidengansemen atau bahan lain.Dilihat dari permukaan

tanah asli, tanah dasar dapat dibedakan menjadi :- Tanah asli- Tanah galian- Tanah timbunan.

Penentuan Nilai CBR (California Bearing Ratio)Salah satu faktor yang menentukan tebalnya

perkerasan jalan adalah kulitas tanah dasarnya, dankualitas tanah dasar suatu perkerasan jalan ditentukandengannilaiCBR.CBR adalahperbandinganantarabebanyang diperlukan untuk penetrasi contoh tanah sebesar 0.1"/0.2" dengan beban yang ditahan bahan standardpada penetrasi 0.1"/0.2" . CBRdinyatakan dalam persen.

Jadi nilai CBR adalah nilai yang menyatakan kualitastanah atau batu dibandingkan dengan batu pecahstandar yang mempunyai nilai CBR 100%.

 Ada beberapa cara dan alat yang digunakan

untuk menentukan besarnya nilai CBR untukpekerjaan jalan alat yang sering digunakan adalahDCP (Dynamic Cone Penetrometer). Alat DCP mulaidigunakan di Indonesia sejak tahun 1985/1986.Pengujian dengan alat ini akan menghasilkankekuatan tanah sampai kedalaman ± 90 cm.

METODOLOGI PENELITIAN

Data Perencanaan Perkerasan Lentur (MetodeBinamarga) :

Jumlah Lajur dan Koefisien Distribusi Lajur rencana ditentukan dari salah satu lajur dari suatu ruas jalan yang menampung lalu-lintasterbesar. Apabila jalan tidak mempunyai tanda bataslajur maka jumah lajur dapat ditentukan berdasarkanlebar perkerasan,

Koefiseien Distribusi kendaraan (C), adalahangka yang menunjukkan tingkat penyebarankendaraan pada waktu melewati lajur rencana,semakin lebar jalan semakin keci l , karenakemungkinan kendaraan melewati lajur yang samasemakin kecil. Besarnya koefisien distribusi untukkendaraan ringan (berat total < 5 ton) maupunkendaraan berat (berat total e” 5 ton) ditentukanmenurut tabel.

 Angka Ekivalen (E) Beban sumbu Kendaraan. Angka Ekivalen dari suatu beban sumbu

kendaraan adalah angka yang menyatakanperbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkanoleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraanterhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satulintasan beban standard sumbu tunggal seberat 8.16ton (18.000 lb). Angka Ekivalen masing-masinggolongan beban sumbu (setiap kendaraan) ditentukanmenurut rumus di bawah ini :

 Angka Ekivalen Sumbu tunggal =[ Beban satu sumbu tunggal dalam Kg ] 4

8160

 Angka Ekivalen Sumbu Ganda =[ Beban satu sumbu ganda dalam Kg ] 4

8160

Lalu Lintas Harian Rata-Rata dan Lintas Ekivalen1). Lalu-lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jumlah

rata-ratalalu-lintaskendaraanbermotor roda4 ataulebih yang dicatat selama 24 jam untuk keduaurusan. LHR setiap jenis kendaraan ditentukan

pada awal umur rencana, yang dihitung untuk dua

Page 40: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 40/61

RISET & TEKNOLOGI /38 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

arah pada jalan tanpa median dan masing-masingarah untuk jalan dengan median.

2). Lintas Ekivalen Permulaan (LEP), dihitung denganrumus sebagai berikut :

nLEP = Σ LHRj X Cj X Ej=1

3). LintasEkivalenAkhir (LEA), dihitung denganrumussebagai berikut :

nLEA = Σ LHRj ( 1 + i ) UR X Cj X Ej

 j=1 j = jenis kendaraani = pertumbuhan lalulintasUR = Umur Rencana

4). Lintas Ekivalen Tengah (LET), dihitung denganrumus sebagai berikut :LET = ( LEP + LEA ) / 2

5) Lintas Ekivalen Rencana (LER), dihitung denganrumus sebagai berikut :

LER = LET X FPFP = Faktor Penyesuaian, ditentukan dengan

persamaan sebagai berikut :FP = UR / 10

Daya Dukung Tanah (DDT)Tanah Dasar adalah permukaan tanah asli atau

permukaan galian atau permukaan urugan yang

dipadatkan yang merupakan dasar untuk meletakkanbagian-bagianperkerasan lainnya. Daya DukungTanahditentukan berdasarkan nilai CBRtanah dasar. Setelahdiketahui CBR yang mewakili dalam satu segmen(CBR segmen), maka ditentukan nilai Daya DukungTanah dengan menggunakan grafik.

Faktor Regional (FR)Faktor Regional adalah factor sesuai dengan

kondisi setempat, menyangkut keadaan lapangan danik lim, yang dapat mempengaruhi keadaanpembebanan, daya dukung tanah dasar danperkerasan. Faktor Regional dipengaruhi oleh :

kelandaian jalan, persen kendaraan berat dan curahhujan yang terjadi pada lokasi pembangunan jalan.

Indeks Permukaan (IP)Indeks Permukaan adalah suatu angka yang

dipergunakan untuk menyatakan kerataan/kehalusanserta kekokohan permukaan jalan yang berhubungandengan tingkat pelayanan jalan bagi lalu-lintas yangmenggunakannya. Indeks Permukaan Awal Umur Rencana (IPo) tergantung pada jenis lapisanpermukaan yang digunakan. Indeks Permukaan Akhir U mu r R en ca na ( IP t) m en en tu ka n p er lumempertimbangkan klasifikasi jalan dan Lalu-lintasekivalen rencananya..

Besarnya nilai Indeks Permukaan beserta artinyadapat dijelaskan sebagai berikut :IPt = 1.0adalahmenyatakan permukaan jalan dalam

keadaan rusak berat sehingga sangat

mengganggu lalu-lintas.IPt = 1.5 adalah tingkat pelayanan jalan yangterendah yang masid mungkin (jalan tidakterputus)

IPt = 2.0 adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalanyang masih mantap.

IPt = 2.5 adalah menunjukkan permukaan jalanmasih cukup stabil dan baik.Dalam menentukan Indeks Permukaan

padaawal umur rencana (IPo) perlu diperhatikan jenislapisan permukaan jalan, keretaan/kehalusan sertakekokohan pada awal umur rencana.

Koefisien Kekuatan Relatif (a)

Koefisien Kekuatanrelative (a) masing-masingbahan dan kegunaan sebagai lapis permukaan, lapispondasi atas atau lapis pondasi bawah, ditentukansecara korelasi sesuai nilai Marshall Test ( untukbahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yangdistabilkan dengan semen atau kapur), atau CBR(untuk bahan pondasi)

Langkah-langkah perencanaan tebal lapis perkerasandengan metode Analisa Komponen - Binamarga.1. Tentukan nilai daya dukung tanah dengan

menggunakan pengujian CBR.2. Dengan memperhatikan nilai CBR dari hasil

pengujian di lapangan sepanjang jalan rencana,

tentukan nilai CBR segmen.3. Tentukan Nilai Daya Dukung Tanah dari nilai CBR

segmen.4. Tentukan Umur rencana dari jalan yang akan

direncanakan.Pada umumnya umur rencana jalandi Indonesia diambil 5 tahun, 10 tahun atau 20tahun.

5. Tentukan besarnya pertumbuhan lalu-lintasselama masa pelaksanaan dan selama umur rencana.

6. Tentukan Faktor Regiona (FR)Faktor Regional ditentukan berdasar kan :- kelandaian jalan maksimum

- curah hujan rata dalam satu tahun, dan- Persen kendaraan berat (>5ton)7. Tentukan Lintas Ekivalen Rencana (LER)8. Tentukan Indeks Permukaan Awal (IPo)

berdasarkan jenis perkerasan yang digunakan danhasil Roughness test nya.

9. Tentukan Indeks Permukaan akhir ( IP0)

berdasarkan Lintas Ekivalen Rencana (LER) danKlasifikasi jalan menurut fungsinya.

10.Tentukan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) denganmenggunakan nomogram. ITP dapat diperolehdari nomogram dengan menggunakan Dayadukung Tanah (DDT), Lintas Ekivalen Rencana(LER), serta Faktor Regional (FR).

Page 41: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 41/61

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 39

11. Tentukan Jenis bahan PerkerasanB ah an P er k er as an d it en tu ka n d en ga nmempertimbangkan : :- Material yang ada/mudah didapat di sekitar lokasi

 jalan- Dana awal yang tersedia- Tenaga Kerja dan peralatan yang tersedia- Fungsi jalan.

12.Tentukan Koefisien Kekuatan Relatif (a) sesuaidengan bahan yang digunakan.

13.Dengan menggunakan persamaan :

ITP = a1

D1

+ a2

D2

+ a3

D3

dimana :a

1adalah koefisien kekuatan relatif untuk lapisanpermukaan

a2

adalah koefisien kekuatan relatif untuk lapisanpondasi atas

a3 adalah koefisien kekuatan relatif untuk lapisanpondasi bawah

D1

adalah tebal lapisan permukaanD

2adalah tebal lapisan pondasi atas

D3adalah tebal lapisan pondasi bawah

Perkiraan besarnya ketebalan masing-masing jenis lapis perkerasan ini tergantung dari nilaiminimum yang telah ditentukan oleh Binamarga.

14.Kontrol apakah tebal dari masing-masing jenislapisan telah memenuhi ITP yang bersangkutan.

Perkiraan Perhitungan Produksi Alat Rumus umum produksi alat :

Q = q x 6 0 x EWsDimana :Q = produksi alat dalam satuan jam (m³/jam)q = kapasitas alat per siklus (m³/siklus)Ws = waktu siklus (menit)E = effisiensi totalMaka dapat kita lihat bahwa produksi alat sangattergantung pada :(1) Jenis alat/kapasitas alat dimana kapasitas alat

ditentukan dari jenis dan tipe alat.(2) Waktu siklus : daya alat, kecepatan alat, kondisi

lapangan dalam hal transaksi.(3) Effisiensi : kondisi alat, material yang diangkut,

kondisi lapangan dalam hal cuaca, kondisi tata-laksana dan sebagainya.

Kondisi kerja tersebut, biasanya adalah sebagaiberikut :a. Effisiensi waktu 100 % (60 menit/jam)b. Waktu tetap untuk pemindahan daya (pindah

persneling) = 0,05 menit.c. Berat jenis (density) tanah :

Untuk tanah lepas = 1370 kg/m³Untuk tanah asli = 1790 kg/m³

d. Prosentase kembang 30 % atau factor beban =0,769

e. Koeffisien traksi :

Untuk roda kembang (track) = 0,5Untuk roda ban = 0,4

f. Blade digerakkan dengan system hidrolis

Estimasi Biaya1. Volume/ kubikasi pekerjaan perkerasanMenghitung jumlah banyaknya volume pekerjaandalam satu satuan. Masing- masing volumetersebut mempunyai pengertian sebagai berikut:a. Biaya umum dihitung berdasarkan harga

lapangan dengan Lump Sump;b. AgregatA danB serta Sirtu dihitung berdasarkan

volume dengan satuan meter kubik (m3)c. Prime coat (lapis pengikat), tack coat (lapis

perekat) dihitung berdasarkan luas dengansatuan meter persegi (m²).

d. Laston dihitung berdasarkan volume dengandengan satuan meter kubik (m3)

2. Harga Satuan PekerjaanJumlah harga dan upah tenaga kerja berdasarkanperhitungan analisisdikalikan dengan volume padamasing- masing pekerjaan.

3. RencanaAnggaran BiayaRencana anggaran biaya dihitung berdasarkanbesarnya volume/kuantitas masing- masingpekerjaan dikalikan dengan harga satuanpekerjaan. Perhitungan RencanaAnggaran Biayadikelompokkan sesuai item pekerjaan misalnyapekerjaanpersiapan, pekerjaan tanah dsb.

Selanjutnya dari Rencana Anggaran Biayadibuat rekapitulasi biaya, ini merupakan hasil akhir 

dari perhitungan estimasi biaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan CBR Segmen

Untuk merencanakan tebal perkerasan lentur,data hasil pengujian CBR di lapangan dilapanganharus dijadikan dulu CBR segmen. Perhitungan CBRsegmen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitusecara Analitis dan secara grafis.

Perhitungan CBR segmen dengan cara Analitis:Tabel 1. Data CBRhasil pengujian adalahsebagai

berikut:No STA CBR %

1 0 + 050 6,40

2 1 + 150 10,00

3 2 + 280 13,50

4 3 + 125 7,70

5 3 + 340 9,00

6 3 + 500 9,10

7 4 + 250 11,00

8 5 + 200 15,80

9 5 + 950 13,20

10 6 + 650 11,50

11 6 + 800 14,50

12 7 + 200 12,00

Page 42: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 42/61

CBRsegmen

=CBRrata-rata

 –(CBRmaks

 –CBRmin

)/R

CBR rata-rata :(6,4+10+13,5+7,7+9+9,1+11+15,8+13,2

+11,5+14,5+12) : 12 = 11,14 %CBR maks = 15,8 %CBR min = 6,4 %Karena jumlah titik pengujian >10, maka R =3,18CBR segmen = 11,14-(15,8-6,4)/3,18 = 8,18 %

Perhitungan Tebal PerkerasanData lalu-lintas Tahun 2007

Mobil Penumpang = 60 kendaraanPick up 2 ton = 150 kendaraanTruk 2 As 13 ton = 100 kendar aanTruk 3 as 20 to = 10 kendaraan

Umur Rencana = 10 tahunPerkembangan lalu lintas (i) = 15 % / tahun

LHR awal umur rencana (Tahun 2009)Mobil Penumpang= 60 ( 1 + 0.15 ) 2 = 79.35 kend/hariPick up 2 ton= 150 ( 1 + 0.15 ) 2 = 198.375 kend/hariTruk 2 As 13 ton= 100 ( 1 + 0.15 ) 2 = 132.25 kend/hariTruk 3 as 20 ton= 10 ( 1 + 0.15 ) 2 = 13.225 kend/hari

LHR akhir umur rencana (Tahun ke-10)Mobil Penumpang

= 79.35 ( 1 + 0.15 )10

= 321.01 kend/hariPick up 2 ton= 198.375 ( 1 + 0.15) 10 = 802.53 kend/hariTruk 2 As 13 ton= 132.25 ( 1 + 0.15 ) 10 = 535.02 kend/hariTruk 3 as 20 ton= 13.225 ( 1 + 0.15 ) 10 = 53.5 kend/hari

Menghitung angka Ekivalen (E)Mobil Pnumpang = 0.0002 + 0.0002 = 0,0004Pickup 2 t (1+1) = 0.0002 + 0.0002 = 0,00040.0002 + 0.0002 = 0.0004Truk 2 as 13 ton (5+8) = 0.1410 + 0.9238= 1.0648

Truk 3 as 13 ton (6+7.7) = 0.2923 + 0.7452= 1.0375

Menghitung LEP Mobil Penumpang= 79.35 x 1 x 0.0004 = 0.031Pick up 2 ton= 198.375 x 1 x 0.0004 = 0.079Truk 2 As 13 ton= 132.25 x 1 x 1.0648 = 140.819Truk 3 as 20 ton= 13.225 x 1 x 1.0375 = 13.720

LEP = 154.649

Menghitung LEAMobil Penumpang= 321.01 x 1 x 0.0004 = 0.128Pick up 2 ton

= 802.53 x 1 x 0.0004 = 0.321Truk 2 As 13 ton= 535.02 x 1 x 1.0648 = 569.689Truk 3 as 20 ton= 53.50 x 1 x 1.0375 = 55.506

LEA = 625.644

Menghitung LET :LET = ½ (LEP + LEA)= ½ (154.649 + 625.644) = 390

Menghitung LER LER = LET x Umur Rencana / 10= 390 x (10/10) = 390

Mencari Daya Dukung Tanah (DDT)Dari Grafik Korelasi CBR dengan DDT untuk CBR =8,186 % didapat nilai DDT = 5,6

Menentukan Faktor Regional (FR)Faktor Regional (FR) didapat :Kelandaian maksimum < 6 %% kendaraan berat= “kendaraan berat e” 5 ton x 100 %

“kendaraan keseluruhan= 100 + 10 x 100 % = 34,37 %

60+150+100+10

Curah hujan < 900 mm/thnMaka didapat nilai FR = 1,5

Menentukan IPo dan IPt Dengan LER = 390Klasifikasi jalan = Kolektor Maka IPt = 2.0Bahan lapisan permukaanan Laston,makadidapat IPo= 4

Menentukan ITP Dengan data LER = 390DDT = 5,6Faktor Regional = 1,5

Denganmenggunakan Nomogram, maka didapat ITP=8.5

Menetapkan tebal perkerasan dengan LPB Agregat B (Alternatif 1)Koefisien kekuatan relative:Lapisan Permukaan = Laston; a1 = 0.4; d1 = 7,5 cmLapisan Pondasi Atas = Agregat klas A; a2 = 0.14d2 = 20 cmLapisan Pondas Bawah = Agregat B a3 = 0.13 d3=?ITP = a

1D

1+ a

2D

2+ a

3D

38.5 = (0.40 x 7,5) + (0.14 x 20) + (0.13 x d3)d3 = 20,77 cm ~ 21 cm

RISET & TEKNOLOGI /40 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 43: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 43/61

Menetapkan tebal perkerasan dengan LPB Sirtu(Alternatif 2)

Koefisien kekuatan relative:

Lapisan Permukaan = Laston; a1 = 0.40; d1 = 7,5 cmLapisan Pondasi Atas = Agregat A a2 = 0.14d2 = 20 cm

Lapisan Pondas Bawah = Sirtu a3 = 0.12 d3 = ?ITP = a

1D

1+ a

2D

2+ a

3D

38.5 = (0.40 x 7,5) + (0.14 x 20) + (0.12 x d3)d3 = 22,60 cm ~ 23 cm

Alternatif 1 Alternatif 2

Permukaan

Permukaan

Laston 7,5 cm Laston 7,5 cm

Lap.Pondasi

Atas

Agregat A 20 cm Agregat A 20

cmLap.Pondasi

Bawah

Agregat B 21 cm Sirtu 23 cm

 No Jenis Pekerjaan Volume SatuanHargaSatuan (Rp)

Jumlah Harga(Rp)

I PEKERJAAN PONDASI

1 Lapisan Pondasi Atas (Agregat A) 5,760.00 m3 533.251,48 3.071.528.546,78

2 Lapisan Pondasi Bawah (Agregat B) 6,048.00 m3 504.599,12 3.051.815.477,76

Sub Jumlah 6.123.344.002,56

II PEKERJAAN PENGASPALAN

1 Lapisan Resap Pengikat 28,800.00 Liter 93.244,90 2.685.453.120,00

2 Lapisan Aspal Beton (LASTON) 28.800,00 m2 194.519,46 5.602.160.448,00

Sub Jumlah 8.287.613.568,00

Perhitungan VolumeVolume dihitung berdasarkan lebar jalan = 4,00 meter dan panjang jalan = 7.200 meter, serta tebal darimasing-masing lapisan. Dan setelah di hitung semua

didapatkan volume seperti berikut :Lapisan Permukaan (Laston) - tebal 7,5 cm= 7200 X 4.00 X = 28.800 m2Lapisan Pondasi atas (Agregat A)= 7200 X 4.00 X 0,20 = 5.760 m3Lapisan Pondasi bawah (Agregat B)= 7200X 4.00 X 0,21 = 6.048 m3Lapisan Pondasi bawah (Sirtu)= 7200X 4.00 X 0,23 = 6.624 m3Lapisan Perekat = 7200 X 4.00 = 28.800 m2

 Analisa Alat dan Harga Satuan PekerjaanPerhitungan Analisa Alat, dihitung berdasarkankoefisien alat yang digunakan untuk mendapatkan

berapa biaya penggunaan alat perjamnya. Setelah Analisa masing-m asing alat dihitung diteruskandengan perhitungan analisa harga satuan perjenispekerjaan untuk mengetahui berapa rupiah biayapekerjaan per satuan volumenya.

 No JENIS PEKERJAAN JUMLAH HARGA (Rp)

I PEKERJAAN PONDASI 6.123.344.002,56

II PEKERJAAN PENGASPALAN 8.287.613.568,00

A JUMLAH HARGA 14.410.957.570,56

B PPn 10 % x A 1.441095757,06

C JUMLAH KESELURUHAN (A+B) 15.852.053.327,62

D DIBULATKAN 15.852.053.000,00

Tabel 2. RencanaAnggaran Biaya Alternatif I:

Tabel 3. Rekapitulasi Biaya Alternatif I:

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 41

Page 44: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 44/61

 No JENIS PEKERJAAN JUMLAH HARGA (Rp)

I PEKERJAAN PONDASI 5.629.616.875,10

II PEKERJAAN PENGASPALAN 8.287.613.568,00

A JUMLAH HARGA 13.917.230.433,10

B PPn 10 % x A 1.391.723.044,31

C JUMLAH KESELURUHAN (A+B) 15.308.953.487,41

D DIBULATKAN 15.308.953.000,00

KESIMPULAN

Setelah diadakan perhitungan, dan analisamaka seluruh isi dari penelitian ini dapat diambilbeberapa kesimpulan sebagai berikut :1.Tebal lapisan hasil perhitungan untuk bahan

perkerasan alternative I, adalah sebagai berikut :- Lapis permukaan (Laston) 7,5 cm- Lapis pondasi atas (Agregat A) 20 cm- Lapis pondasi bawah (Agregat B) 21 cmTebal lapisan hasil perhitungan untuk bahanperkerasan alternative II, adalah sebagaiberikut :- Lapis permukaan (Laston) 7,5 cm- Lapis pondasi atas (Agregat A) 20 cm

- Lapis pondasi bawah (Sirtu) 23 cm2. Hasil perhitungan Rencana Anggaran Biayapelaksanaan lapis perkerasan alternatif Imemerlukan biaya Rp 15.852.053.000,-sedangkan alterative II memerlukan biaya Rp15.308.953.000,-

3. Lapisan Pondasi Bawah yang terbuat dari bahan Agregat B bila diganti dengan Sirtu akan bisamenghemat biaya sebesar Rp 543.100.000,- atau3.55 %.

4. Biaya Pekerjaan Perkerasan alternatif I per kilometernya sebesar Rp. 2.201.674.028,-sedangkanalternatif II sebesar Rp. 2.126.243.472,-

o Jenis Pekerjaan Volume Satuan

Harga

Satuan (Rp)

Jumlah Harga

(Rp)

I PEKERJAAN PONDASI

1 Lapisan Pondasi Atas (Agregat A) 5,760.00 m3 533.251,48 3.071.528.546,78

2 Lapisan Pondasi Bawah (Sirtu) 6,624.00 m3 422.964.,34 2.558.088.328,32

Sub Jumlah 5.629.616.875,10

II PEKERJAAN PENGASPALAN

1 Lapisan Resap Pengikat 28,800.00 Liter 93.244,90 2.685.453.120,00

2 Lapisan Aspal Beton (LASTON) 28.800,00 m2 194.519,46 5.602.160.448,00

Sub Jumlah 8.287.613.568,00

Tabel 4. RencanaAnggaran BiayaAlternatif II:

Tabel 5. RekapitulasiBiaya Alternatif II:

adi sel is ih perki lometernya sebesar Rp.75.430.555,-

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum RI, 1987, Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur JalanRaya Dengan Metode Analisa Komponen,SKBI.2.3.26.1987, UDC : 625.73 (02), PenerbitPU, Jakarta

DitjenBinamarga Departemen Pekerjan Umum,1995,Panduan Analiisa Harga Satuan, Penerbit PU,Jakarta

Hendarsin Shirley L, 1987, Penuntun PraktisPerencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik

NegeriBandung- JurusanTeknik Sipil, BandungPemerintah Republik Indonesia, 2004, U n d a n g -  

Undang Jalan ( UU RI No : 38 Tahun 2004 ),Sinar Grafika, Jakarta

Rochmanhadi Ir, 1990, Pemindahan Tanah Mekanik,Badan Penerbit Departemen PekerjaanUmum,Jakarta

Sastraatmadja.S, 1994, A ng ga ra n B ia yaPelaksanaan, Nova, Bandung

Sukirman Silvia, 1994,Perkerasan Lentur Jalan Raya,Nova, Bandung

RISET & TEKNOLOGI /42 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 45: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 45/61

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

PROSES PERENGKAHAN KATALITIK ASAM OLEAT BASISMINYAK SAWIT UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR 

KEROSENE

Irmawati Syahrir 

(Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda)Email : [email protected]

Abstrak 

 Asam oleat merupakan salah satu komponen terbesar dari minyak sawit yang memiliki rantai 

atom karbon yang panjang C 18  sehingga memungkinkan untuk direngkah menjadi molekul hidrokarbon dengan rantai karbon yang lebih pendek yang diharapkan mempunyai kesamaandengan rantai hidrokarbon setaraf fraksi kerosín. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitusintesa katalis dan proses perengkahan yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh temperaturedan laju alir umpan pada perengkahan katalitik asam oleat menjadi kerosin. Katalis HZSM-5 hasil sintesa menggunakan metode Plank berhasil dilakukan dengan memperlihatkan polagaris difraksi mirip dengan pola garis difraksi dari zeolit HZSM-5 standar yaitu puncak HZSM-5 diamati pada nilai 2q antara 7-90 dan antara 22-25 0 yang merupakan puncak yang spesifik dari zeolit HZSM-5 standar, sehingga dapat digunakan pada proses perengkahan katalitik asamoleat menjadi kerosin, Proses perengkahan katalitik asam oleat basis minyak sawit untuk memproduksi kerosín dilakukan dalam suatu reaktor fixed bed dengan tekanan atmosfir, dantemperatur reaksi 370, 400, 450 dan 500 oC selama waktu 75 menit. Asam oleat dipanaskansampai suhu 360°C dalam tangki umpan dan dialiri gas N 

2 sebagai gas pembawa dengan laju

alir 90, 120, 150 dan 180 ml/menit. Uap asam oleat dan gas N 2 akan mengalir kedalam reaktor unggun tetap yang dilapisi dengan elemen pemanas dan berisi katalis ± 1 gram.. Hasil  perengkahan dianalisa dengan metode gas kromatografi . Hasil perengkahan diperoleh fraksi kerosín dengan yield sebesar 21.1873 % pada suhu reaktor 400 0 C,lajugasN 

2 185.33 ml/menit 

. Proses perengkahan asam oleat basis minyak sawit dengan katalis HZSM-5 mengarah pada pembentukan hidrokarbon C 

14H 

30 .

K a t a k u n c i :   Asam oleat, kerosene , proses perengkahan, zeolit HZSM-5 

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan teknologi danpesatnya pertumbuhan jumlah penduduk menuntutsemakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar minyak, salah satunya adalah minyak tanah(kerosene)

Minyak tanah (kerosene) sampai saat ini masihmerupakansumber energi utama yang dipakaisebagaibahan bakar rumah tangga di Indonesia. Terutamadigunakan sebagaienergi untuk penerangan dan untukmemasak. Minyak tanah adalah sumber energikonvensional bahan bakar fosil (minyak/gas bumi danbatu bara) yang merupakan sumber energi tidak

terbarukan (unrenewable) d en ga n s eg alapermasalahan yang ditimbulkan.

Konsumsi minyak tanah di Indonesia saat inicukup besar dan diperkirakan akan terus meningkat,sementara minyak tanah sebagai produk minyak bumimerupakan sumber daya yang t idak dapatdiperbaharui, sehingga harus dicari alternatif untukmemproduksi bahan bakar dari sumber lain, yangdapat diperbaharui. Salah satu upaya yang dilakukanpemerintah adalah dengan mengeluarkan beberapakebijakan melalui Instruksi Presiden No. I/2006,Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006. Dalam Inpresdan Pepres tersebut mengamanatkan pengembangandan penggunaan bahan bakar alternatif lain yang dapatdiperbaharui.

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 43

Page 46: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 46/61

Berbagai sumber energi baru yang dapatdiperbaharui (renewable resources) dan dapatdiandalkan adalah berasal dari berbagai jenis minyaknabati (minyak sawit, minyak jarak pagar, minyak

kedelai, dll), sehingga dapat mensubtitusi minyaktanah yang selama ini digunakan oleh masyarakat.Keuntungannya dapat diperbaharui serta ramahlingkungan karena bebas dari Nitrogen dan Sulfur.

Pemilihanminyak kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif sangat tepat dilakukan di Indonesiakarena Indonesia merupakannegara penghasilminyakkelapa sawit terbesar kedua di dunia. Pembuatanbahan bakar yang dihasilkan dari minyak sawit telahditeliti lebih ramah lingkungan karena mengurangipotensi pencemaran yang terjadi pada saatpembakaran. yaitu bebas dari nitrogen dan sulfur.

Minyak sawit memiliki rantai hidrokarbonpanjang yang memungkinkan dapat dimanfaatkan

sebagai bahan bakar nabati. Komposisi asam lemakminyak sawit ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1.Komposisi Asam Lemak dalam MinyakKelapa Sawit

Asam lemak ( > 1% ) Komposisi ( % )

Asam Miristat

Asam PalmitatAsam stearat

Asam OleatAsam Linoleat

3

303

558

Asam Lemak ( < 1 % ) Komposisi

(ppm)KarotenoidTokoferol / tokotrienol

Sterol / sitosterol

KampesterolStigmasterol

KolesterolLainnya

500-700600-1000

218 – 370

90 – 15144 – 66

7 – 132- 18

Sumber : Hui, 1996

Komposisi asam lemak dalam minyak sawityang paling tinggi adalah asam oleat, 55 %. Asamoleat merupakan asam lemak rantai panjang takenuh yang tersusun dari 18 atom C dengan satu

ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Asamoleat memiliki rumus kimia :

CH3(CH

2)

7CH=CH(CH

2)

7COOH (C

18H

34O

2).

 Asam lemak tak jenuh ini mempunyai bentuk cis . Asam oleat membentuk cis karena mempunyai titiklebur yang rendah dan mempunyai panas pembakaranyang tinggi. Secara komersial minyaknya berwarnakuning sampai merah dan dalam kondisi murniberwarna putih seperti air. Sifat-sifat fisik asam oleatdapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat fisik asam oleat

Rumus molekul C18H34O2

 Nama lainCis-9-octadecenoic acid

18:1 cis-9

Berat molekul 282.4614 g/mol

Kelarutan

Tidak larut dalam air, larut dalam

alcohol, eter dan beberapa pelarut

organic.

Titik lebur 13 - 14 °C

Titik did ih 360°C(633K) (760 mmHg)

Densitas 0.895 g/ml

Viscositas mPa·s (°C) 27.64 (25), 4.85 (90)

Specific Heat J/g (°C) 2.046 (50)

Sumber : Departemen Perindustrian, 2007

Berbagai proses telah dilakukan untukmenghasilkan bahan bakar nabati diantaranya prosesesterifikasi namun kelemahan proses ini adalah padapemisahan bahan bakar nabati dan gliserol, prosestransesterifikasi, minyak nabati yang digunakankandungan asam lemak bebasnya harus rendah, jikakandungan asam lemak bebasnya tinggi kebutuhankatalis besar yang menyebabkan terbentuknya sabunsehingga menyulitkan dalam proses pemisahan.Proses perengkahan non katalis (thermal cracking)

berlangsung pada suhu dan tekanan yang tinggisehingga membutuhkan energi yang besar.Saat ini mulai dikembangkan penelitian tentang

pembuatan bahan bakar nabati dari minyak nabatidengan proses perengkahan katalitik, proses inimerupakan suatu cara untuk memecahkan rantaikarbon yang cukup panjang, menjadi suatu molekuldengan rantai karbon yang lebih sederhana, denganbantuan katalis yang merupakan substansimempercepat reaksi kimia, meningkatkan kualitasdankuantitasproduk, berlangsung pada suhu dantekananyang rendah. Pada beberapa penelitian prosesperengkahan minyak nabati dengan berbagai macamkatalis menghasilkan berbagai jenis biofuel yangkomposisinya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya waktu reaksi,suhu reaksi, laju alir umpan,dan katalis.

Katalis sudah banyak dikenal oleh para penelitidalam proses kimia. Padaumumnya katalis diartikansebagai substansi yang dapat mempercepat prosesreaksi kimia menuju kesetimbangan, katalis tidakterbentuk pada produk akhir (Fogler, 1999). Katalisbanyak dimanfaatkan dalam berbagai industry. Katalis

 juga digunakan dalam proses perengkahan maupunproses reforming. Pada umumnya katalis yangbanyak digunakan dalam proses perengkahan dalambentuk katalis heterogen.

RISET & TEKNOLOGI /44 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 47: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 47/61

Berbagai jenis katalis telah digunakan dalamproses perengkahan untuk menghasilkan biofueldiantaranya adalah katalis X, Y dan faujasite, katalis-katalis ini merupakan katalis perengkahan yang

awalnya digunakan pada proses perengkahan minyakbumi, kemudian dikembangkan lebih lanjut padaproses perengkahan minyak nabati. Beberapa katalisyang digunakan pada proses perengkahan yaitukatalis HZSM-5. sebagaimana yang telah diteliti olehSang OoiY dkk (2004), konversi katalitik minyak sawitberdasar pada residu campuran asam lemak dengankatalis HZSM-5 menggunakan reaktor fixed-bed padatekanan atmosfir, hasil yang diperoleh fraksi gasoline44,4% berat pada laju umpan 3,66 h-1 dan suhu reaksi440oC. Pada pembuatan bahan bakar biodieseldengan proses perengkahan berkatalis zeolit danbahan baku minyak gorengberbahan dasar crude palmoil menghasilkan produk antara C

9– C

17(Widayat ,

2005) .Perengkahan molekul trigliserida minyak sawit

menjadi hidrokarbon fraksi gasoline menggunakankatalis B

2O

3/Al

2O

3, menggunakan reaktor fixed bed

pada tekanan atmosfir, memberikan hasil yield fraksibensin terbaik sebesar 58% pada temperatur 450 0C( Setiabudi dan Bayu Arifianto, 2006 ). Prosesperengkahan minyak sawit dengan katalis jenis DHC-8, bahan baku minyak sawit menghasilkan fraksikerosene 66,168 % pada suhu reaktor 4000C dan lajualir uap umpan 0,796 gram/menit (Heny, 2007).Perengkahan minyak kelapa sawit dengan katalis daripertamina Plaju dan Riau, menghasilkan fraksi solar 

pada suhu (400-600)0

C ( Rina dan stekasari, 2007).Perengkahan katali t ik minyak sawit untukmemproduksi b iofuel dengan katalis REYmenghasilkan fraksi gasoline 33,5 % dan gas yield14,2 % ( Pramila dan Bhatia, 2007).

Pada katalis ZSM-5 tetrahedral SiO4

bergabungmembentuk cincin dengan 5 atom O atau yangdisebut pentasil. Pentasil-pentasil akan bergabungmembentuk sebuah lapisan dengan kerangka masing-masing pori beranggotakan 8 pentasil dan 2 heksasil,sehingga membentuk pori pada kisaran 5,1 x 5,6 A0

dan 5,4 x 5,6 A0. Kedua pori yang dihasilkan daribentukan kerangka ini, satu sel paralel pori dan satusel yang lain akan tegak lurus terhadap pori tersebut

serta kerangka kelak-kelok (zig-zag).Zeolit ZSM-5 ditemukan oleh Aegauer dan

Landolt (Mobil Oil, US Patent 3,762,886) pada tahun1972. ZSM-5 adalah zeolit berkadar silika tinggidengan komposisi ideal unit selnya adalah Hn[Al

nSi

96-

nO

192].16H

2O. Katalis ZSM-5 mempunyai kestabilan

yang tinggi, stabil dalam basa, konsentrasi gugusasam rendah dengan kekuatan asam tinggi. Tingginyasifat keasaman yang dimiliki oleh zeolit tersebut telahdiketahui berkaitan dengan kandungan Si/Al. Zeolitdigunakan sebagai support logam karena selektivitas,bentuk, luas permukaan, sifat keasaman dan struktur yang baik.

Kebutuhan katalis perengkahan di Indonesiasangat besar dan selama ini dipenuhi denganmengimpor dari negara lain. Indonesia memiliki bahanbaku pembuatan katalis dalam jumlah yang besar 

s eh in gg a I nd on es ia s eb ai kn ya m em u la ipengembangan katalis perengkahan.Perkembangan teknologi katalis sangat

diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangansumber hidrokarbon di masa depan terutama krisisenergi. Mengingat Indonesia merupakan negarapenghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia,pengembangan teknologi katalis diharapkan agar Indonesia menjadi pionir dalam upaya substitusihidrokarbon minyak bumi dengan hidrokarbonterbarukan bersumber minyak sawit.

Dari Tabel I. Komposisi asam lemak dalamminyak sawit yang paling tinggi adalah asam oleat,55 % (Hui,1996). Kandungan asam oleat yang tinggi

ini dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk prosesperengkahan asam oleat untuk menghasilkanhidrokarbon fraksi kerosen dengan katalis zeolitHZSM-5.

Penelitian denganbahan baku asam oleat basisminyak sawit ini dapat digunakan sebagai modeluntuk proses perengkahan asam-asam lemak lainnyayang ada dalam minyak nabati khususnya minyaksawit.

P ada penel it ian in i d i lakukan prosesperengkahan berkatalis asam oleat berbasis minyaksawit. Bahan baku asam oleat dipilih karena tersediadalam jumlah yang besar dalam minyak sawit

dimana mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang.T u ju an p r os e s p e re n gk a ha n d ih ar a pk a nmenghasilkan senyawa dengan rantai hidrokarbony an g l eb ih p en de k C

8-C

12, dalam h al ini

menghasilkan kerosene .Variabel-variabel yang berpengaruh pada

proses perengkahan berkatalisis asam oleat berbasisminyak sawit: tekanan operasi , temperatur reaksi,laju alir umpan dan katalis. Pada penelitian ini akandipelajari bagaimanapengaruh temperature reaksi danlaju alir umpan terhadap produk yang dihasilkan jikamenggunakan mikroreaktor pada tekanan atmosfir,sehingga dapat dibuat model kinetika untukperancangan reactor lebih lanjut.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mempelajari pengaruh laju alir gas N

2pada

perengkahan katalitik asam oleat berbasis minyaksawit menjadi fraksi kerosene

2. Mempelajari pengaruh suhu pada perengkahankatalitik asam oleat berbasis minyak sawit menjadifraksi kerosene.

Manfaat penelitian adalah :1. Menghasilkan bahan bakar minyak (kerosene)

yang ramah lingkungan.2. Memberikan nilai tambah dalam pemanfaatan asam

oleat berbasis minyak sawit.

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 45

Page 48: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 48/61

METODOLOGI PENELITIAN

Tahapan penelitian ini meliputi :

 A. Tahap pembuatan katalisPada tahap inidilakukan proses pembuatan kataliszeolit sintetis dengan tahapan preparasi katalis,karakterisasi katalis dan uji reaksi katalitik. Padatahan preparasi katalis dilakukan sintesa katalisdan karakterisasi katalis yang terbentuk untukmendapatkan perbandingan Si/Al, luas permukaan(surface area) dan volume pori (porosity). Katalisyang terbentuk kemudian diuji dalam prosesperengkahan berkatalis.

B. Tahap Proses perengkahanProses perengkahan asam oleat berbasis minyaksawit dilakukan dalam mikro reaktor unggun tetappada berbagai suhu dan laju alir umpan pada

tekanan 1 atm.C. Tahap Analisa hasil

Hasil yang diperoleh dari proses perengkahandianalisa dengan gas kromatografi (GC) FID jenis

kolom poraplot Q untuk produk fase cair . Analisasifat fisis katalis dilakukan dengan X-RayDifraction(XRD), metode Brunauer Emmett Teller (BET) dan

 Atom ic Adsorp tion Spect rofo tometri (A AS).

Rumus yang digunakan untuk menghitung yieldadalah sebagai berikut :

Penelitian dilakukan dengan memanaskan asamoleatdalam tangki umpan sampai suhu 3600Cdanreaktor pada suhu (370-500)0C dan kedalam tangkidialiri gas N

2sebagai gas pembawa dengan laju

alir (90-180) ml/menit. Uap asam oleat dan gasN

2mengalir masuk kedalam reaktor unggun tetap

yang dilapisi dengan elemen pemanas dan berisikatalis 0,6 gram. Reaksi perengkahan dilakukan

selama 75 menit. Hasil perengkahan dianalisadengan metode gas kromatografi (GC). Rangkaianalat yang digunakan dalam proses perengkahanberkatalis asam oleat disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Rangkaian Alat Proses Perengkahan Asam Oleat

Keterangan Gambar :1. GasN

22. Tangki Umpan3. Panel Kontrol Tanki Umpan4. Panel Kontrol Furnace5. Furnace6. Mikroreaktor 7. Katalis8. Flow meter 9. Kondensor 10.Air pendingin masuk/keluar 11. Sampel liquid12. Sampel gas

Sintesa katalisProsedur Sintesa ZSM-5 dengan Metoda Plank,Charles J .

Sintesa ZSM-5 dibuat dengan mengadopsimetodeyang digunakan oleh (Plank, Charles J, 1982US Patent 4341748) Formulasi komposisi awal gelyang digunakan dalam perbandingan mol adalahsebagai berikut :

SiO2/Al

2O

3: 94

Na2O/Al

2O

3: 8.6

H2O/Al

2O

3: 3870

C4H

9OH/Al

2O

3: 146

pH total : 10-11

RISET & TEKNOLOGI /46 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 49: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 49/61

Dibuat larutan A dalam beaker gelas dengankomposisi [ 360 gr water glass+ 450 gr H

2O].

Kemudian dibuat larutan B dalam beaker gelas dengankomposisi [ 12.3 gr Al

2(SO

4)

3.18H

2O + 30 gr H

2SO

4

98% + 600 gr H2O ].Larutan B kemudian ditambahkan ke dalamlarutan A sedikit demi sedikit sambil diaduk denganmagnetik s t ir rer dan d ijaga pencampuranmenghasilkan campuran yang homogen. Campuranakhir adalah gel yang berwarna putih, yang kemudiandidiamkan sambil diaduk selama 1 jam untukmemperoleh gel yang halus dan homogen.

Selanjutnya kepada gel yang homogen iniditambahkan 146gr butanol sedikit demisedikit sambildiaduk. Kemudian gel terus diaduk selama 1 jam.pH gel di cek dengan kertas lakmus universal danberkisar antara 10-11, jikatidak dilakukan penambahanlarutan H

2SO

4atau NaOH hingga didapat pH 10-11.

Gel dengan perbandingan SiO2/Al2O3 94 inikemudian dimasukkandalam autoklaf dan dipanaskanpada suhu 176 0C dan diaduk pada kecepatan 100rpm selama 48 jam. Kristal yang terbentuk kemudiandisaring dan dicuci dengan air suling sampai pH filtratpencucian sekitar 8. Kristal yang diperoleh kemudiandikeringkan dalam oven pada suhu 110 0C selama 24am. Kristal yang terbentuk merupakan NaZSM-5 siapuntuk karakterisasi XRD atau diubah kedalam bentukHZSM-5.

Pengubahan ke H-ZeolitKatalis Na-Zeolit diubah menjadi bentuk H-

Zeolit. H-Zeolit diperoleh dengan cara pertukaran ionNa-Zeolit dengan larutan amonium klorida 1M . 10 gr Na-ZSM-5 ditambahkan ke dalam 120 ml larutanammonium klorida kemudian diaduk selama 12 jam.HZSM-5 yang terbentuk disaring, dicuci untukmeyakinkan pertukaran ionyang terjadi maka halyangsama dilakukan sebanyak 2 kali selanjutnyadikeringkan pada suhu 110 °C selama 8 jam yangdiikuti dengan kalsinasi dengan mengalirkan udarapada suhu 800 °C selama 5 jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan KatalisKarakterisasi untuk mengetahui struktur kristal katalisdigunakan X-Ray Diffraction (XRD). Produk hasilsintesis menunjukkan pola garis difraksi yang miripdengan pola garis difraksi dari zeolit ZSM-5 standar seperti terlihat pada gambar 2. Puncak ZSM-5 diamatipada nilai 2q antara 7-90 dan antara 22-250 yangmerupakan puncak yang spesifik dari ZSM-5.Berdasarkan hasil perbandingan antara pola difraksiproduk hasil sintesis dan pola difraksi standar makadapat disimpulkan bahwa keduanya memberikan poladifraksiyang sama, sehingga dapat disimpulkanbahwaproduk hasil sintesa yang terbentuk adalah ZSM-5.

Gambar 2. Spektrum Difraksi Sinar X –Ray H-Zeolit

Kromatogram Kerosin Komersial.Kadar kerosene dalam produk cair hasilproses

perengkahan dihitung berdasarkan % luas area darianalisa gas khromatographi. Penentuan fraksikerosene didasarkan pada waktu tambat (retentiontime, RT) dari kerosene komersial.. Batas waktutambat untuk fraksi kerosene sesuai dengankromatogrampadagambar 14 adalah12,6– 17,5menit. Selanjutnya untuk analisa produk hasil prosesperengkahan yaitu hasil kerosin diklasifikasiberdasarkan pengelompokan waktu tambat (retentiontime) seperti hasil analisa untuk kerosin komersial.Pada gambar 4. untuk suhu 4500C dan laju alir gasN

2155.28 ml/menit dari kromatogram % area fraksi,

fraksi kerosin 27.2645 % .

Gambar 3.Kromatogram kerosin komersial berdasar retention time 12,6 – 17,5 menit.

Gambar 4. Kromatogram produk cair pada T = 450oC dan LajuAlir N

2155.28 ml/menit

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 47

Page 50: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 50/61

Pengaruh Suhu Reaktor Terhadap Yield KerosineGrafik yang ditunjukkan pada Gambar 5, yield

kerosene tertinggi pada suhu 4000C sebesar 21.1873% kemudian terjadi penurunan dengan naiknya suhu,

hal ini disebabkan karena aktivitas katalis pada suhuini mampu merengkah rantai karbon asam oleat(C

18H

34O

2)menjadiC

14H

30pada fraksi kerosene dengan

melepaskan gas CO2

dan CO.

Gambar 5.Grafik hubungan Suhu vs % Yield padaLaju Alir N

2185.33 ml/menit

Pengaruh Laju alir gas N 2 

Terhadap Yield KerosineDengan kenaikan laju alir maka waktu kontak

antara umpan dengan katalis berkurang sehinggayield akan menurun. Untuk mempertahankan yieldketika laju alir umpan meningkat dilakukan denganmenaikkan temperatur hingga temperatur tertentu..Grafik yang ditunjukkan pada Gambar 6, yieldkerosene tertinggi pada Laju Alir N

2185.33 ml/menit,

21.1873 %.

Gambar 6. Grafik hubungan Laju alir umpan vs% Yield

KESIMPULAN

1. Katalis HZSM-5 hasil sintesa menggunakanmetode Plank berhasi l di lakukan denganmemperlihatkan pola garis difraksi mirip denganpola garis difraksi dari zeolit HZSM-5 standar yaitupuncak HZSM-5 diamati pada nilai 2q antara 7-90

dan antara 22-250 yang merupakan puncak yangspesifik dari zeolitHZSM-5 standar, sehinggadapatdigunakan pada proses perengkahankatalitik asamoleat menjadi kerosin,

2. Yield kerosene tertinggi adalah sebesar 21.1873% pada suhu 4000C dan Laju Alir N

2185.33 ml/

menit,

DAFTAR PUSTAKA

Bekkum,H.V., Jansen, J.C., Flasingen, E.M., Elsevier.(1991), Studies in Surface, Science and Catalysis Introduction to Zeolite Science and Practice, Elsevier, New York.

Departemen Energi dan Sumber Daya MineralRepublik Indonesia,Siaran Pers No.24/HUMASDESDM/2008.

Gates, Bruce. (1992), Catalytic Chemistry, 2nd edition,Universityof Daleware.

Hayun, A. “ Prioritas Penembangan Energi Alternatif Biofuel di Indonesoa, PPKPDS BPPT.

Harjono (1987), Teknologi Minyak Bumi 1, JurusanTeknik Kimia Universitas Gadjah MadaYogayakarta.

Hart, Suminar. (1990), Kimia Organik : Suatu kuliahSingkat , Erlangga, Jakarta.

Heni Dewajani, “Proses Perengkahan Minyak Sawitdengan Katalis Berbasis Zeolite, ( 2007).

Hui,Y. H. (1996), “Bailey’s Industrial Oil and FatProducts” : Industrial and Consumer Non edible

 products from Oils and Fats,vol5,5 h ed,JohnWiley & Sons , New York

Latourette, (1990), “Preparation of zeolit of typeHZSM-5”, United States Patent, 4.4891.199.

Levenspiel,Octave. (1999), Chemical Reaction

Engineering , 3rd edit ion,John Wiley &Sons,Inc,new York

Nurhuda P (2004), “ Minyak buah kelapa sawit”Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuanAlam USU.

Pioch, D, Lozao, P, Rasoanatoandro, M. C. , Graille,J, Geneste, P, Guida,A, (1993), “Biofuels fromCatalytic Cracking of Tropical Vegetable Oils” ,Oleagineux 48, p. 289-291

Sadeghbeigi, Reza. (2000), “Fluid Catalytic Cracking Handbook ”2nd ed,Gulf Publishing Company,Houston, Texas

Sang Ooi Y, S Bhatia, R.M.Abdul, Zakaria.(2004), “

Catalytic Conversion of Palm Oil Based Fatty Acid Mixture to liquid Fuel”, Biomass andBioenergy, vol.2, pp.477-484.

Setiadi dan R. Mailisa Fitria (2006), “Proses KatalitikSintesis Hidrokarbon Fraksi Bensin dariMinyakSa wi t M en gg un ak an K at al is B

2O

3/

Zeolit”,Seminar Nasional MKICS, UniversitasIndonesia, 26-27 Juni 2006.

Tamunaidu,P danBhatia,ST(2007),“Catalyticcrackingof Palm Oil for the Production of Biofuels:Optimization Studies”, BioresourceTechnology,vol 98, pp.3593-3601.

RISET & TEKNOLOGI /48 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 51: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 51/61

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

PENDEKATAN KONSEP LEAN THINKING  DAN FMEA UNTUKMENGANALISIS O RDE R F ULF I LLM E NT P RO CE S S  STUDI KASUS : PT. X SURABAYA

Merpatih

(Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Samarinda)

merpatih [email protected]

Abstrak 

Tujuan setiap perusahaan. adalah memperoleh profit yang tinggi. Untuk memperoleh profit yang 

tinggi maka perusahaan harus bisa menekan sekecil mungkin pengeluaran dan melakukanefisiensi termasuk menekan pemborosan (waste) yang ada. PT. X merupakan salah satu perusahaan manufaktur job shop yang bergerak dalampembuatan tankiaquarium dengan ukuran produk yang bervariasi. Agar bisa tetap bertahan dalam bidang bisnis ini dan dapat dipercayaoleh konsumen maka perusahaan perlu memperbaiki pelayanan yang terbaik bagi konsumen.Faktor yang menjadi perhatian perusahaan yang harus diperbaiki saat ini adalah ketidak tepatanwaktu pengiriman produk ke konsumen, hal ini disebabkan karena banyaknya pemborosan(waste). Penelitian ini menggunakan konsep lean thinking untuk mengeliminasi segala bentuk aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value added). Pembuatan Big PictureMapping sebagai langkah awal dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap value streamdari proses pemenuhan order perusahaan. Kemudian dilakukan waste workshop untuk mengidentifikasikan jenis waste yang sering terjadi dengan pemberian skor pada tiap jeniswaste. Tools yang digunakan untuk menganalisa waste tersebut adalah Failure Mode and Effect 

 Analysis (FMEA), diagram Pareto dan root cause analysis. Improvement yang direkomendasikandengan menggunakan pendekatan streamlining adalah Value-Added Assessment (VAA).

K a t a k u n c i :   business process management, failure modes and effect analysis, lean thinking,root cause analysis, supply chain management 

PENDAHULUAN

Tujuan akhir suatu perusahaan adalah untukmemperoleh profit setinggi mungkin. Profit yang tinggiyang akan diperoleh jika perusahaan bisa menekansekecil mungkin pengeluaran perusahaan dan

melakukan efisiensi termasuk menekan pemborosanyang ada. Upaya untuk efisiensi dapat dilakukandengan menerapkan konsep lean manufacturing .Konsep ini menekankan pentingnya efisiensi yaknipengurangan pemakaian sumber daya untuk mencapaihasil yang setidaknya sama atau mengurangi waste(Pujawan, 2005). Lead time yang panjang merupakansalah satu bentuk waste yaitu waiting , sehingga lead time yang panjang merupakan masalah yang sangatcrucial  karena akan berpengaruh pada kuncikompetensi yang akan berpengaruh pada fleksibilitasdan kecepatan respon terhadap konsumen. Olehkarena itu perlu adanya upaya untuk memperpendek

lead time tersebut. Dengan memperpendek lead timedan memusatkan perhatian untuk memfleksibelkan

 jalur produksi, maka akan diperolehkualitas yang lebihtinggi, respon terhadap konsumen lebih cepat,produktivitas lebih tinggi, dan pemanfaatan peralatandan ruangan yang lebih baik (Liker, 2006).

PT. X merupakan salah satu perusahaanmanufaktur  job shop yang bergerak dalam pembuatantanki aquarium denganukuranproduk yang bervariasi.Produk tanki aquarium yang dihasilkan merupakankomoditas eksport ke negara Jepang. Sehinggadiperlukan untuk memberikan pelayanan yang terbaikbagi konsumen dari segi harga, kualitas dan delivery time. Faktor yang menjadi perhatian perusahaan yangharus diperbaiki saat ini adalah ketidak tepatan waktupengiriman produk ke konsumen, ini dikarenakanbanyaknya waste yaitu kerja yang tidak memberikannilai tambah tetapi menambah biaya bagi perusahaan.Dengan adanya hal tersebut akan menyebabkan

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 49

Page 52: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 52/61

panjangnya lead time produksiyang akanberpengaruhterhadap lead time pengiriman produk, fleksibilitasdalam memenuhi permintaan konsumen serta

menyebabkan tingginya biaya pada supplychain yangdigunakan untuk biaya tenaga kerja, persediaan danlain-lain. Untuk itu diperlukan usaha untuk meminimasiadanya waste yang ada dalam order fulfillment 

 process pada perusahaan PT. X. Untuk mengelolaproses pemenuhan order agar lebih efektif dan efisienserta mengidentifikasi ragam kegagalan dalam prosespemenuhan order maka digunakan pendekatan leanthinking dan FMEA ( failure mode and effectsanalysis).

Setiap organisasi mengelola sekumpulanproses. Proses diperlukan untuk memenuhi apa yangdiinginkan oleh pelanggan melalui tahapan-tahapantertentu. Dalam konteks supply chain lingkungan

manufaktur, dikenal sebuah proses yaitu prosespemenuhan order (order fulfillment process). Tahap-tahap dalam order fulfillment process meliputipermintaan order, penerimaan pesanan melaluiadministrasi, perencanaan produksi, rencana produksimenjadi jadwal produksi, dilakukan pemesanan bahanbaku, penerimaan material atau komponen oleh bagiangudang, melakukan proses produksi, distribusimelakukan pengiriman barang, pelanggan menerimaproduk yang dipesan (Pujawan, 2005). Kepuasanpelanggan dalam proses pemenuhan order (order fulfillment process) tergantung pada harapanpelanggandimana pelanggantersebut ada pada suatu

perusahaan (Thirumalai danSinha,2005). Oleh karenaitu proses pemenuhan order harus dapat memenuhikepuasan pelanggan, bila salah satu tahap pada order ful fi l lment proses t er ga ng gu m a ka a ka nmengakibatkan gangguan terhadap yang lain.

Waste merupakan segala sesuatu yangmenambah waktu dan biaya pembuatan sebuahproduk namun tidak menambah nilaipada produk yangdilihat dari sudut pandang konsumen (Liker, 2006),oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam leanmanufaktur waste harus dieliminasi pada tiap areaproduksi yang mencakup hubungan denganpelanggan, disain produk, jaringan supplier danmanajemen pabrik. Eliminasi waste dilakukan untuk

mencapai tujuan yaitu lebih sedikit usaha manusia,lebih sedikit inventori, lebih sedikit waktu untukmengembangkan produk danlebih sedikit waktuuntukmemenuhi permintaan pelanggan untuk mencapaiproduk berkualitas dengan cara yang paling hematdan seefisien mungkin. (http://www.mistyriver.net)

FMEA adalah metode yang secara kualitatif untuk mengidentifikasi ragam kegagalan dandampaknya secara kuantitatif dapat dihitung ragamkegagalandengan prioritas tertinggiyang memerlukantindakan perbaikan dengan segera. Penyelidikandilakukan pada FordMotor Company’s British denganmenggunakan prosedur FMEA dengan alasan

utamanya adalah karena kebutuhan dari pelanggandan keadaan yang sama juga ada pada industriautomotive AS (Teng Dale, e t a l  . , (2006).Menggunakan FMEA dengan baik maka dapatmemberikan manfaat bagiperusahaan yaitu reliabilitasproduk yang lebih tinggi, modifikasi disain yang lebihsedikit, perencanaan kualitas yang lebih baik,continous improvement terhadap produk dan disainproses, biaya manufaktur yang lebih rendah sertadapat memenuhi kebutuhan pelanggan (Teng et al .,2006). Melalui pendekatan lean thinking dan FMEAdiharapkan perusahaan dapat memperbaiki kondisipada order fulfillment process sehingga dapatmeminimalkan waste serta kegagalan potensial yangpada akhirnya dapat menekan biaya serta mampumemenuhi permintaan konsumen tepat waktu, hargamurah, mutu yang baik dan dapat meningkatkan

produktivitas dan pendapatan perusahaan.Tujuan dari peneli tian in i adalah untukmengeliminasi waste yang terjadi pada prosespemenuhan order . Adapun perinciannya sebagaiberikut :1. Mengidenti f ikasi akt ivi tas-akt iv i tas yang

menyebabkan terjadinya waste (non value added activity ) dalam proses pemenuhan order.

2. Menganalisa order fulfillment process dalamrangka meningkatkan kinerja perusahaan denganmenggunakan root cause analysis dan FMEA.

3. Merumuskan usulanperbaikan untuk mengurangiwaste yang terjadi pada proses pemenuhan order.

METODOLOGI PENELITIAN

Dari informasi, kuisioner, pengamatan dilapangan,data histories perusahaan yang diperoleh dilakukanpengolahan data sebagai berikut:Membuat B i g P i c t u r e m a p p i n g . Pembuatan Big Picture untuk menggambarkan dan memberikanpemahaman mengenai proses pemenuhan order secara keseluruhan beserta aliran nilai (value stream)yang terdapat dalam perusahaan. Dimana akandiperoleh gambaran mengenai aliran informasi danaliran fisik darisistem yang ada serta mengidentifikasi

dimana terjadinya waste.

Melakukan identifikasi w a s t e  .Pada tahap inidilakukan pembobotan waste yang sering terjadi padaproses pemenuhan order, dimana pembobotandidasarkan pada seven waste. Aktivitas pembobotanwaste dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner serta melakukan diskusi dengan pihak-pihak yangterkait pada proses pemenuhan order. Penyebarankuisioner dilakukan orang per orang yang terkaitlangsung dalam proses pemenuhan order dan prosespengisian didampingi oleh peneliti untuk memastikanbahwa pihak-pihak tersebut memahami kuisioneryang

RISET & TEKNOLOGI /50 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 53: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 53/61

diedarkansehingga skor yang dihasilkan adalah benar terhadap setiap jenis waste yang terjadi pada prosespemenuhan order .

Waste. Waste yang dominan dicari akar penyebabnyadengan menggunakan cause and effect diagramd. Menggunakan tool FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), untuk mengidentifikasi hal-hal apasaja yang menjadi prioritas utama untuk segeradiperbaiki berdasarkan nilai RPN (Risk Priority Number ) terbesar dari masing-masing waste yangdiamati.

P r o c e s s i m p r o v e m e n t . Menggunakan pendekatanstreamlining  untuk memberikan tingkat kepuasanyang lebih tinggi pada konsumen maka perusahaanharus memperbaiki proses bisnis yang ada pada

perusahaan sehingga tujuan untuk memberikankepuasan pada konsumen akan menjadi lebih baik.Dengan menggunakan pendekatan streamlining makaakan memperlancar aliran, mencapai tujuan denganusaha yang minimum. Prinsip streamlining  adalahmengeliminasi waste, yang mendorong kearahimprovement.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa penyebab terjadinya w a s t e  dengan c a u s e  

and effect  diagramBerdasarkan hasil pengamatan langsung, informasi

dari perusahaan dan hasil kuisioner diperoleh:

Defect 

Defect  adalah kerusakan atau cacat yang terjadidalam proses pemenuhan order yang disebabkankarena kerusakan mesin, kesalahan yang dilakukanmanusia akibat prosedur kerja yang salah maupunkualitas material yang jelek. Waste defect merupakan waste dengan penilaian pembobotandengan nilai terbesar dibandingkan dengan wastelainnya. Secara umum penyebab defect dapat dilihatpada Gambar 1.

Gambar 1. Cause and deffect diagram untuk wasteWaiting 

Waiting 

Waiting disebabkan aktivitas pada proses pemenuhanorder dalam kondisi menunggu (delay ), kondisi inidapt

berupa penundaan produk dalam proses, mesin yangmenunggu perbaikan. Secara umum penyebabterjadinya waste waiting dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Cause and effect diagram untuk wasteWaiting 

Unnecessary Motion 

Unnecessary motion merupakan kondisi pengaturantempat kerja, peralatan serta aktivitas yang kurangergonomis sehingga operator harus melakukangerakan dan usaha yang berlebihan yang dapat

mempengaruhi keamanan dan keselamatan diri.Secara umum penyebab waste unnecessary motiondapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Cause and effect diagram untuk wasteUnnecessary 

Analisa FMEA (Failure Mode Effect and Analys is )Berdasarkan tabel penilaian FMEA (Failure modeEffect and Analysis) maka diperoleh nilai risk priority number  untuk tiap waste potensial dari perkalianantara nilai severity , occurrence dan detection. Nilai-

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 51

Page 54: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 54/61

nilai yang didapatkan berdasarkan hasil brainstorming dengan pihak yang terkait langsung dalam prosespemenuhan order kemudiandisesuaikan denganratinguntuk severity , occurrence dan detection sesuai

Tabel 1. FMEAberdasarkan nilai risk priority number tertinggi dari waste yangteridentifikasi

dengan standar  Automotive Industry Action Group(AIAG).Tabel 1 menunjukkan FMEA berdasarkan nilai risk

priority number tertinggi dari waste yang teridentifikasi

Tabel 2. FMEAberdasarkan nilai risk priority number tertinggi dari waste yang teridentifikasi (lanjutan)

RISET & TEKNOLOGI /52 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 55: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 55/61

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 nilai risk priority number tertinggi dari waste yang teridentifikasi diperoleh :

Defect  Waste defect  dalam proses pemenuhanorder produk tanki aquarium tipe NS 106 adalahkerusakan mesin dengan nilai risk priority number tertinggi yaitu sebesar 336 atau 15.8 %. Waste defect yang kedua diikuti oleh kaca dalam proses bendingyang rusak atau pecah dengan nilai riskprioritynumber sebesar 315 atau 14.8%. Waste defect yang ketigadiikuti oleh kaca dalam proses edging yang rusakdengan nilai risk priority number  sebesar 280 atau13.2% dan selanjutnya diikuti oleh waste defect yanglainnya sampai nilai risk priority number  yangterendah’. waste defect  dalam proses pemenuhanorder seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram pareto nilai risk priority number untuk waste defect 

Waiting 

Berdasarkan hasil perhitungan risk priority number untuk waste waiting maka diperoleh nilai risk priority number tertinggi adalah pada perbaikan mesin yangtertunda dengan nilai risk priority number sebesar 378atau 52.7%. Waste waiting yang kedua diikuti olehbanyak produk yang menunggu proses lebih lanjutdengan nilai risk priority number  sebesar 315 atau43.9%. Kemudian diikuti dengan waste waiting yangketiga adalah keterlambatan pengiriman informasikepada supplier dengan nilai risk priority number sebesar 24 atau 3.3% seperti pada Gambar 5.

Unnecessary Motion 

Dari hasil perhitungan nilai risk priority number untukwasteunnecessarymotion makadiketahuibahwa nilairisk priority number  tertinggi ada pada waste

unnecessary motion pengerjaan material tanpamenggunakan alat pelindung dengan nilai risk priority number sebesar 378 atau 32.9%. diikuti oleh waste

unnecessary motionyang keduayaitu lingkungan kerjayang tidak nyaman dengan nilai risk priority number sebesar 315 atau 27.4%. Waste unnecessary motionterbesar ketiga adalah penataan material, produksetengah jadi dan produk jadi yang tidak ergonomisdengan nilai risk priority number sebesar 280 atau24.4% seperti pada Gambar 6.

Gambar 5. Diagram pareto nilai risk priority number untuk waste waiting 

Gambar 6. Diagram pareto nilai risk priority number untuk waste unnecessary motion

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 53

Page 56: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 56/61

Analisa Penyebab Dengan R o o t C a u s e A n a l y s i s  

(RCA)Root cause analysis untuk waste defect 

waste defect  dengan potential failure model  yangdiakibatkan oleh kerusakan mesin Gambar 7 hasilhasil bending yang rusak Gambar 8.

Gambar 7. Root cause analysis untuk potential fail-uremode kacahasil proses bendingyangrusak.

Gambar 8. Root cause analysis untuk potential failuremodel  kaca hasil proses edging retak/cacat

Root cause analysis untuk waste wait ing 

Waste waiting  dengan potential failure model 

diakibatkan oleh pengiriman produk ke konsumenyang tertunda, penundaan perbaikan mesin,pengiriman informasi kepada supplier yang tertunda.Diperlihatkan padagambar 9 rootcause analysisuntukwaste waiting dengan potential failure model 

R o o t c a u s e a n al y s i s u n t u k w a s t e u n n e c e s s ar y  

m o t i o n  

Waste unnecessary motion dengan potential failuremodel diakibatkan oleh tanpa menggunakanlingkungan kerja yang tidak nyaman pada gambar 10dan penataan mesin, produk setengah jadi yang tidakergonomis, diperlihatkan pada Gambar 11.

Gambar 9. Root cause analysis untuk potential fail-

ure model   perbaikan mesin yangtertunda.

Gambar 10. Root cause analysis untuk potential fail-ure model lingkungan yang tidak nyaman

Gambar 11. Root cause analysis untuk potential failure model  penataan material, produksetengah jadi dan produk jadi yang tidakergonomis

RISET & TEKNOLOGI /54 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 57: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 57/61

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambi l dari

pengolahan dan analisa yang telah dilakukan adalahsebagai berikut :1. Berdasarkan waste workshop yang telah dilakukan

maka dapat diidentifikasikan waste yang palingdominan yang terjadi pada proses pemenuhaanorder perusahaan adalah sebagai berikut :

· Defect disebabkan karena cacat atau kerusakanyang terjadi pada produk dalam proses,kerusakan mesin, kesalahan yang disebabkanoleh manusia dan kualitas material yang jelek.

· Waiting  disebabkan karena perbaikan mesinyang tertunda, banyak produk setengah jadiyang menunggu proses lebih lanjut danketerlambatan pengiriman informasi kepada

supplier.· Unnecessary motion disebabkan karena

l ingkungan kerja yang t idak nyaman,pemindahan dan pengerjaan material danpenataan material.

2. Berdasarkan risk priority number maka diperolehbentuk-bentuk waste sebagai berikut :

· Kerusakan mesin dengan risk priority number 336 atau 15.8%. Bentuk waste ini memilikitingkat keseriusan yang sangat tinggi (pada level8; mesin harus dibongkar 100%), tingkatkejadiannya tinggi karena keterbatasan

kemampuan tenaga ahli.· Perbaikan mesin yang tertunda dengan risk  priority number 378 atau 52.7%. Bentuk wasteinimemiliki tingkat keseriusan yang sangat tinggi(pada level 9; terganggunya proses produksi),tingkat kejadian tinggi karena keadaan ini seringdialami.

· Pengerjaan material tanpa menggunakan alatpelindung dengan risk priority number 378 atau35.7%. Bentuk waste ini memiliki tingkatkeseriusan yang sangat tinggi (pada level 8;dapat membahayakan operator), tingkat kejadiantinggi.

3. Berdasarkan risk priority number yang tertinggipada tabel FMEA maka dapat dilakukan root cause analsys sebagai berikut :

· Kerusakan mesin karena perawatan mesin yangtidak rutin, operator tidak disiplin.

· Perbaikan mesin yang tertunda karenakurangnya tenaga ahli yang tersedia padaperusahaan.

· Pengerjaan material tanpa menggunakan alatpelindung karena keterbatasan persediaan alatpelindung dan kurangnya sosialisasi tentangpenggunaan alat pelindung.

4. Untuk meminimalkan waktu proses pemenuhanorder tanki aquarium tipe NS 106 maka dilakukanperbaikan dengan pendekatan streamlining 

dengan Value-added Assessment dan eliminasiproses yang non value added .

DAFTAR PUSTAKA

Liker, J. K. 2006. The Toyota Way . Erlangga,Jakarta.

Pujawan, I Nyoman., 2005. Supply ChainManagement . Guna Widya, Surabaya.

Sinclair, D. dan Zairi, M. 1995. Effective processm an ag em e nt t hr ou gh p er fo rm a nc eMeasurement Part III – an integrated model.Business Process Re-engineering and 

Management Journal,Vol. 1 No. 3, pp. 50-65.Teng, S., Ho, S., Shumar, D. dan Liu, P. 2006.

Implementing FMEA in a collaborative supplychain environment. International Journal of Quality & Reliability Management Vol. 23 No.2, pp. 179-196.

Thirumalai. S. dan Sinha, K. 2005. Customer satisfaction with order fulfillment in retail supplychains: implications of product type in electronicB2C transactions. Journal of OperationsManagement Vol. 23, pp. 291–303.

http://mistyriver.net/downloadable_articles/lean

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 55

Page 58: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 58/61

Riset & Teknologi ISSN : 1412-3819

REGENERASI MINYAK JELANTAH (WASTE COOKING OIL) DENGAN PENAMBAHAN SARI MENGKUDU

Muh. Irwan, Ramli Thahir dan Binti Syafiatu Kubro(Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda)

Korespondensi : [email protected]

Abstrak 

Minyak goreng berfungsi sebagai media penggoreng sangat pentingdan kebutuhannya semakinmeningkat. Minyak goreng yang digunakan secara berulang–ulang akan mengalami prosesdestruksi atau kerusakan minyak yang disebabkan oleh proses oksidasi dan panas. Minyak 

 jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, sehingga tidak layak 

digunakan lagi. Penelitian ini mempelajari kemampuan sari mengkudu dalam memperbaiki kualitas minyak jelantah agar dapat digunakan kembali sebagai media penggoreng. Minyak  jelantah sebanyak 100 mL dipanaskan pada suhu 70ÚC di atas penangas air selama 10 menit dan ditambah sari mengkudu secara perlahan-lahan sebanyak 25, 50 dan 75 mL. Kemudianminyak disaring dan dilakukan analisis asam lemak bebas, bilangan peroksida dan warna.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa asam lemak bebas turun 24,68% sedangkanbilangan peroksida turun 46,06%. Warna dari minyak setelah ditambah sari mengkudu lebihcerah dari minyak jelantah sebelum ditambah sari mengkudu. Kondisi sari mengkudu yang optimum ditambahkan ke dalam minyak jelantah adalah pada penambahan 50 mL.

K a t a K u n c i :   asam lemak bebas, bilangan peroksida, minyak jelantah,sari mengkudu, warna

PENDAHULUANMinyak goreng merupakan salah satukebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahbahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsisebagai penghantar panas, penambah rasa gurih,danpenambah nilai kalori bahan pangan (Winarno, 2002).Minyak goreng nabati biasa diproduksi dari kelapasawit, kelapa atau jagung. Penggunaan minyak nabatiberulang kali sangat membahayakan kesehatan.Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dannilaigizi bahan pangan yang digoreng. Minyak yang rusakakibat proses oksidasi dan polimerisasi akanmenghasilkan bahan dengan rupa yang kurangmenarik dan cita rasa yang tidak enak, serta

kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensialyang terdapat dalam minyak (Ketaren, 1986).

Kerusakan minyak atau lemak akibatpemanasan pada suhu tinggi (200-250°C) disebabkanoleh oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkansenyawa aldehida, keton, hidrokarbon, alkohol, sertasenyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dangetir. Senyawa – senyawa tersebut mengakibatkankeracunan dalam tubuh dan berbagai macampenyakit, misalnya diare, pengendapan lemak dalampembuluh darah, kanker dan menurunkan nilai cernalemak (Ketaren, 1986).

Penelitian pengolahan minyak jelantah telahbanyak dilakukan.Alternatif mengolah minyak jelantahmenggunakan zeolit alam yang telah diaktifkan (zeolitaktif), telah dilakukan oleh Widayat, dkk., (2006).Pengolahan dengan zeolit, kualitas minyak gorengakan meningkat karena asam lemak bebasnya akanterserap oleh zeolit alam. Proses pengolahan minyak

 jelantah telah dilakukan Sholeh dan Syah (2005)dengan menggunakan adsorben arang aktif danmenyabunkan minyak dengan NaOH. Penelitian inimenunjukkan bahwa arang aktif dapat menurunkanasam lemak bebas hingga 0.88% dari 0.33% danbilangan peroksida hingga 1.23 mg/100 g sampel dari26.56 mg/100 g sampel, sedangkan NaOH dapat

menurunkan asam lemak bebas hingga 0.11% danbilanga peroksida hingga 0.10 mg/100 g sampel.Yustinah (2009) menggunakan adsorben chitinsejumlah 15 gram dan dapat menurunkan kadar FFAdari 1,03% menjadi 0,55%, dan bilangan peroksidaberkurang dari 16,4 meq H

2O

2/kg minyak menjadi 6,4

meq H2O

2/kg minyak. Absorbansi warna terjadi

penurunan dari 1,81 Abs menjadi 0,65 Abs setelahdiadsorbsi dengan 12,5 g adsorben chitin. Semuaproses diatas disebut proses adsorpsi dimanaketerbatasan kapasitas adsorpsi dan keefektifannyamenjadi masalah tersendiri.

RISET & TEKNOLOGI /56 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 59: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 59/61

Penggunaan antioksidan alami untukmengolah minyak jelantah menjadi alternatif prosesyang dapat dilakukan. Antioksidan adalah zat yang

dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksiantioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid(Kochhar dan Rossell, 1990). Antioksidan berupavitamin E, vitamin C, dan karotenoid banyak ditemukanpada bahan pangan. Antioksidan juga banyakditemukan pada sayuran, buah-buahan,dantumbuhanberkayu (Gordon, 1994). B uah mengkudumengandung selenium dan asam askorbat (vitaminC) (Anonim, 2009). Fungsi asam askorbat dalamsistem pangan adalah untuk menangkap oksigensehingga mencegah oksidasi komponen pangan yangsensitif terhadap oksigen, mengubah potensial redoksdalam sistem, meregenerasi antioksidan fenolik atauyang larut lemak, mempertahankan gugus sulfihidril(-SH), sinergis dengan senyawa pengkelat danmereduksi produk oksidasi yang tidak dikehendaki.

 Antioksidan dalam buah mengkudu diperkirakan dapatmenurunkan kadar asam lemak bebas dan peroksidadalam minyak jelantah. Mulyati, dkk., (2006)memanfaatkan sari mengkudu untuk memurnikanelantah. Minyak jelantah dan sari mengkudu

dipanaskan selama 10 menit pada suhu yangdivariasikan dari 30ÚC sampai dengan 70ÚC. Hasilyang diperoleh adalah sari mengkudu memperbaikikualitas minyak jelantah dengan menurunkanbilanganasam 35,65% dan bilangan peroksida 38,88% secaraoptimum pada 70ÚC.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajarikemampuan sari mengkudu dalam menurunkan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida padaminyak jelantah. Penentuan jumlah sari mengkuduoptimum yang ditambahkan dalam minyak jelantahmenjadi target penelitian. Perubahan warna minyakelantah setelah penambahan sari mengkudu juga

dipelajari.

METODOLOGI PENELITIAN

Alat. Alat yangdigunakan untuk memanaskanminyakelantah dan sari mengkudu berupa gelas kimia yang

dilengkapi dengan thermometer dan pengaduk listrik. Alat bant u un tu k anal is is ha sil se pe rt i bu re t,erlenmeyer, pipet volum dan lain-lain tersedia diLaboratorium Kimia Dasar, Jurusan Teknik Kimia,Politeknik Negeri Samarinda.

Bahan. Minyak jelantah yang digunakan padapenelitian ini diambil dari pedagang donat di GangKarya Baruna Mangkupalas pada tanggal 7 Juni 2009.Buah mengkudu diambil disekitar Kampus PoliteknikNegeri Samarinda. Alkohol 95%, KOH 0,1 N,kloroform, asam asetat glasial dan bahan kimia

lainnya diperoleh di Laboratorium Kimia Dasar,Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda.

Gambar 1. Diagram blok penelitian

Gambar 2. Rangkaian alat penelitian

Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Sari Mengkudu Sari mengkududiperoleh dengan memarut mengkudu kemudianmemerasnya. Hasil perasan disaring untukmemisahkan sari mengkudu dan ampas.

2. Pencampuran Minyak Jelantah dengan SariMengkudu. Minyak jelantah sebanyak 100 mLdisaring dan dimasukkan ke dalam gelas kimiayang dilengkapi dengan termometer dan pengaduklistrik kemudian ditempatkan di penangas air,selanjutnya dipanaskan pada 70ÚC danditambahkan 50 mL sari mengkudu sedikit demisedikit sambil diaduk. Setelah 10 menit sampeldiambil, didinginkan dan dilakukan penyaringan.

MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 57

Page 60: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 60/61

Hasil penyaringan yang diperoleh disimpan diwadah yang tertutup untuk dilakukan analisis.Kemudian dilakukan pengulangan untuk waktu dan

rasio reaktan yang lain. Kemudian dilakukananalisis pada hasil proses tersebut, dengan ujikualitas minyak yang terdiri dari analisis asamlemak bebas, bilangan peroksida dan warna.

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Analisis bahan baku minyak goreng baru danminyak jelantah dilakukan untuk parameter asamlemak bebas dan bilangan peroksida. Berdasarkanpenelitian diperoleh hasil bahwa asam lemak bebas

minyak goreng baru sebesar 0,79% dan bilanganperoksida 1,42 mg/100 g sampel. Sedangkan asamlemak bebas minyak jelantah sebelum penambahansari mengkudu sebesar 1,54% dan bilangan peroksidasebesar 2,37 mg/100 g sampel.

Asam Lemak Bebas Minyak Jelantah

Tabel 1. Hasil analisis asam lemak bebas

Penambahan sari mengkudu pada 100 mL minyakelantah divariasikan dari 25, 50 dan 75 mL untuk

mengetahui komposisi optimum dalam memperbaikiminyak jelantah. Setiap variasi jumlah penambahansari mengkudu dipanaskan pada suhu 70°C danwaktu10 menit.

Penambahan sari mengkudu sebanyak 25 mLmenunjukkan bahwa asam lemak bebas turun dari1,54 menjadi 1,24% atau turun sebanyak 19,48%.Penurunan asam lemak bebas terbesar terjadi padapenambahan sari mengkudu sebanyak 50 mL.Asamlemak bebas turun sebanyak 24,68%. Padapenambahan 75 mL, asam lemak bebas naik lagi

menjadi 1,24%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa padapenambahan 75 mL dan seterusnya, dimungkinkanbahwa antioksidan yang ada dalam sari mengkudu

 justru menjadi prooksidan. Berdasarkan SNI 3741-1995, asam lemak bebas yang diperbolehkan dalamminyak goreng maksimum 0,3%. Sehinggapenambahansari mengkudubelum dapat menurunkanasam lemak bebas sesuai yang dipersyaratkan.

Gambar 3. Pengaruh penambahan sari mengkuduterhadap asam lemak bebas

Bilangan Peroksida Minyak Jelantah

Tabel 2. Hasil analisis bilangan peroksida

Penambahan 25 mL sari mengkudu dapatmenurunkan bilangan peroksida 1.28 mg/100 gsampel. Pada penambahan 50 dan 75 mL sarimengkudu, bilangan peroksida semakin naiksebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4. Hal inimenunjukkan bahwa kemampuan sari mengkudumenyerap kotoran pada minyak jelantah memiliki titikkejenuhan,sehingga pada penambahan yang berlebih

RISET & TEKNOLOGI /58 MEDIA PERSPEKTIFVOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Page 61: MP Juni 2010

7/16/2019 MP Juni 2010

http://slidepdf.com/reader/full/mp-juni-2010 61/61

tidak akan memberikan pengaruh terhadap perbaikankualitas minyak jelantah, justru akan merusak.

.

Gambar 4. Pengaruh penambahan sari mengkuduterhadap bilangan peroksida

KESIMPULAN

1. Penambahan sari mengkudu sebanyak 50 mLpada 100mL minyak jelantah dan pemanasan10 menit adalah kondisi terbaik untuk

memperbaiki kualitas minyak jelantah.2. Prosentasi penurunan asam lemak bebassebesar 24,68% dan penurunan bilanganperoksida sebesar 46,06%.

3. Dari hasil penelitian ini t idakmerekomendasikan untuk menggunakanminyak jelantah hasil daur ulang untukkebutuhan menggoreng karena memenuhistandar asam lemak bebas dan bilanganperoksida sedangkan dari warna belummemenuhi standar minyak goreng.

DAFTAR PUSTAKA

 Anonim . 2009. Mengkudu. Wikipedia Indonesia(Diakses 12 Januari 2009).

Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 1995. SNI 3741-1995 Standar Mutu Minyak Goreng.

Gordon I. 1994. Functional Food, Food Design,Pharmafood . New York: Champman and Hall.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak danLemak Pangan Gramedia Pustaka: Jakarta

Mulyati, S., Meilina, Hesti. 2006. Pemurnian Minyak Jelantah dengan menggunakan Sar i  Mengkudu. UNSYIAH Digital Library (diakses12 Januari 2009).

Syah, M. dan Sholeh, M., (2005), LaporanTugasAkhir Pemurnian Minyak Goreng Bekas, Teknik KimiaPolnes, Samarinda.

Widayat, Suherman dan K Haryani. 2006. Optimasi Proses Adsorbsi Minyak Goreng Bekasdengan Adsorbent Zeol it A lam:Studi  Pengurangan Bilangan Asam, UniversitasDiponegoro:Semarang.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PenerbitPT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Yustinah. 2009. Pengaruh Massa Adsorben ChitinPada Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas(FFA), Bilangan Peroksida, dan Warna Gelap

Minyak Goreng Bekas, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia (SNTKI 2009.Hal. TPM14-1-8. ITB Bandung.