Movie Review- Anatomy of a Murderer

2
ANATOMI OF A MURDERER : FILM HITAM PUTIH YANG BUKAN SEKEDAR HITAM DAN PUTIH. Salah satu hal yang saya suka dari film-film klasik adalah bagaimana sebuah ia menceritakan sebuah drama yang begitu realistis dan bercerita sangat banyak tanpa adegan-adegan yang sengaja dibuat mendramatisir, sekaligus bisa menyentuh banyak sisi moralitas kehidupan manusia dalam hal yang sederhana. Anatomy of A Murderer adalah film buatan Amerika tahun 1959. Berbeda dengan film 12 Angry Men, yang sama memukaunya, sama tuanya dan sesama film tentang persidangan, film ini bercerita tentang drama yang terjadi di ruang sidang. Film ini disutradarai oleh Otto Preminger, sutradara Austria-Amerika yang dikenal suka mengangkat tema yang dianggap tidak lazim dan terlalu vulgar dalam dunia perfilm Hollywood saat itu, seperti tentang narkoba, homoseksualitas, dan pemerkosaan. Film ini diangkat dari buku novel best-seller dengan judul yang sama yang ditulis oleh seorang pengacara John D. Voeker berdasarkan kasus pembunuhan yang pernah dia tangani. Adalah seorang pengacara kota kecil, Paul Biegler (diperankan oleh James Stewart), yang sedang “berlibur” yang mengisi hari-harinya dengan memancing, membaca buku, dan bermain piano sebagai musisi Jazz, yang suatu hari menerima kasus untuk membela tentara, Letnan Manion (Ben Gazzara), yang secara terang-terangan mengakui membunuh seorang pria karena telah memperkosa istrinya, Laura (Lee Remick). Bersama dengan kolega sekaligus teman alkoholiknya, Parnell McCarthy (Arthur O’Connel), Paul Biegler berusaha memenangkan kasus ini dan membebaskan terdakwa dengan alasan “kegilaan sementara”, atau “impuls yang tidak terkendali” melawan pengacara terkenal yang berasal dari kota besar. Film ini bercerita tentang proses persidangan terdakwa Letnan Manion yang mengakui membunuh Barney Quill yang telah memperkosa istrinya. Adegan di ruang sidang antara pembela Paul Biegler dan penuntut Claude Dancer (George C. Scott) dikemas secara apik dan tidak membosankan, sering diselingi dengan dialog yang lucu dan tidak terduga. Walaupun demikian, interaksi antar tokohnya terjalin begitu alami dan James Stewart menunjukkan dirinya sebagai aktor yang pawai pada masanya. Film ini merupakan punjak kejayaaan dari karirnya di dunia perfilman,

description

review on revius.

Transcript of Movie Review- Anatomy of a Murderer

Page 1: Movie Review- Anatomy of a Murderer

ANATOMI OF A MURDERER : FILM HITAM PUTIH YANG BUKAN SEKEDAR HITAM DAN PUTIH.

Salah satu hal yang saya suka dari film-film klasik adalah bagaimana sebuah ia menceritakan sebuah drama yang begitu realistis dan bercerita sangat banyak tanpa adegan-adegan yang sengaja dibuat mendramatisir, sekaligus bisa menyentuh banyak sisi moralitas kehidupan manusia dalam hal yang sederhana.

Anatomy of A Murderer adalah film buatan Amerika tahun 1959. Berbeda dengan film 12 Angry Men, yang sama memukaunya, sama tuanya dan sesama film tentang persidangan, film ini bercerita tentang drama yang terjadi di ruang sidang. Film ini disutradarai oleh Otto Preminger, sutradara Austria-Amerika yang dikenal suka mengangkat tema yang dianggap tidak lazim dan terlalu vulgar dalam dunia perfilm Hollywood saat itu, seperti tentang narkoba, homoseksualitas, dan pemerkosaan. Film ini diangkat dari buku novel best-seller dengan judul yang sama yang ditulis oleh seorang pengacara John D. Voeker berdasarkan kasus pembunuhan yang pernah dia tangani.

Adalah seorang pengacara kota kecil, Paul Biegler (diperankan oleh James Stewart), yang sedang “berlibur” yang mengisi hari-harinya dengan memancing, membaca buku, dan bermain piano sebagai musisi Jazz, yang suatu hari menerima kasus untuk membela tentara, Letnan Manion (Ben Gazzara), yang secara terang-terangan mengakui membunuh seorang pria karena telah memperkosa istrinya, Laura (Lee Remick). Bersama dengan kolega sekaligus teman alkoholiknya, Parnell McCarthy (Arthur O’Connel), Paul Biegler berusaha memenangkan kasus ini dan membebaskan terdakwa dengan alasan “kegilaan sementara”, atau “impuls yang tidak terkendali” melawan pengacara terkenal yang berasal dari kota besar.

Film ini bercerita tentang proses persidangan terdakwa Letnan Manion yang mengakui membunuh Barney Quill yang telah memperkosa istrinya. Adegan di ruang sidang antara pembela Paul Biegler dan penuntut Claude Dancer (George C. Scott) dikemas secara apik dan tidak membosankan, sering diselingi dengan dialog yang lucu dan tidak terduga. Walaupun demikian, interaksi antar tokohnya terjalin begitu alami dan James Stewart menunjukkan dirinya sebagai aktor yang pawai pada masanya. Film ini merupakan punjak kejayaaan dari karirnya di dunia perfilman, dan itu semua karena aktingnya yang brilian sebagai pengacara eksentrik dan humoris Paul Biegler.

Konflik yang diangkat film ini juga begitu kompleks. Istri terdakwa, Laura, merupakan wanita yang bebas dan seksi dan cenderung menggoda pria yang dianggapnya menarik. Itu menjadikan pertanyaan apakah dia benar-benar diperkosa atau tidak. Di lain pihak, terdakwa Letnan Manion digambarkan secara ambigu, apakah ia sebagai suami penyayang yang protektif , atau tentara yang membunuh dengan dingin. Juga bagaimana korban pembunuhan bisa menjadi seorang “women chaser”, “ladies man”, atau pemerkosa sekaligus digambarkan sebagai seorang ayah dan seorang teman yang baik. Film ini mengajak penontonnya untuk tetap berada dalam keraguan, ketidakpastian, dan itu menjaga kita tetap menonton film ini dari awal sampai habis untuk mengetahui tentang kebenaran—walaupun pada akhirnya kebenaran itu sendiri tetap berada di sisi yang gelap. Tapi apakah Paul Biegler berhasil memenangkan kasus yang sulit ini?

Page 2: Movie Review- Anatomy of a Murderer

“As a lawyer, I've had to learn that people aren't just good or just bad. People are many things.” , salah satu dialog yang diucapkan Paul Biegler. Anatomy of A Murderer dengan cerdasnya mengajari kita tentang kerumitan moralitas manusia, dan walaupun ia dikemas dalam film hitam-putih, kita bisa belajar bahwa tidak ada yang cuma hitam dan putih dari manusia itu sendiri. Untuk film drama berdurasi 160 menit, terdapat beberapa adegan yang membosankan dengan alur yang lambat dan dianggap tidak perlu. Tapi itu tidak mengurangi fakta bahwa Anatomy of A Murderer merupakan salah satu film yang penting pada masanya dan merupakan film klasik terbaik sepanjang masa.