MOST II 2014 2015
-
Upload
hari-satiman -
Category
Documents
-
view
250 -
download
10
description
Transcript of MOST II 2014 2015
Magazine of
Saint Agnes EDISI II 2014-2015
Non scholae, sed vitae discimus
Kita belajar bukan untuk sekolah melainkan
untuk hidup.
Adagium ini berasal dari surat-surat Seneca Muda,
Epistulae morales ad Lucilium CVI, 12. Seneca adalah filsuf
dan pujangga Romawi (4 SM - 65 M).
1
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Dari : Someone
Untuk : Semua
Pesan : Lagi pengin jual motor
buat beli bensin
Dari : XI IPA 2
Untuk : Pak Edo tersayang
Pesan : Terima kasih untuk dedi-
kasinya setahun terakhir ini. Kami
janji akan nempel nempel rumus-
rumus itu di manapun kami
berada.
Dari : Steven Ming (XI IPS 1)
Untuk : Felicia Katherine
Pesan : Kapan kamu mau kasih
jawaban?
Dari : Rufina P (XI IPS 2)
Untuk : Raymond CM (XI IPS 2)
Pesan : Aku selalu menatap wa-
jahmu. Kok, kenapa kamu tidak
menatap balik?
Dari : Seseorang (J)
Untuk : Seseorang (M)
Pesan : Pokok e JM Forever ya
Dari : MS XI IPS 2
Untuk : Ivone XI IPS 2
Pesan : Maaf, aku selalu meng-
ganggumu. Sebenarnya, aku ada
tiga kata untukmu. Tau kan?
Dari : CL (XI IPS 3)
Untuk : TT (XI MIA 2)
Pesan : Masih merjuangin kok
ndut…..
Dari : Nicholas Hendri
Untuk : Jessica Fanny
Pesan : Jangan suka tidur di kelas
ya….
Dari : Someone Special
Untuk : Maria Yulia tercinta
Pesan : I love you...babe
Dari : Ruben M XI IPS 2
Untuk : Yohana R XI IPS 2
Pesan : I love u….
Dari : Wanda E
Untuk : Koko Tito XI IPA 3
Pesan : Halo, ko!!!!
Dari : Seseorang (M)
Untuk : Seseorang (J)
Pesan : MJ Forever….
Dari : Semua Siswa Stag
Untuk : Para orangtua yang ter-
ima rapot
Pesan : Jangan marah ya, kalau
rapot jelek
Dari : Chyntia Bella
Untuk : Reynold Ongko
Pesan : Ehem…..
Dari : Florencia Irena
Untuk : Joones Aditya
Pesan : Hai impian terbesarku...
Dari : Natalia Dwi
Untuk : Tomothy Raka
Pesan : Aku cayank bingit ma
kamu.
Dari : Felecia Kidding
Untuk : Adi X MIA 2
Pesan : Cepat putih dong….
Dari : Cewek Kelas X IPA
Untuk : Cowok Kelas XII IPA
Pesan : Kakak, jangan suka PHP
ya, karma menanti lho….Salam
manis dari dedek kelas
Dari : Bella XI MIA 4
Untuk : Someone X MIA 2
Pesan : Jangan cuexs2 dong...
Dari : Helen Intan Kusuma
Untuk : Tommy X IPA 2
Pesan : Kamu tau nggak,
senyummu mengalihkan duniaku?
Dari : Someone
Untuk : Yohanes XI IPA 1
Pesan : Hai, ko….sering bales BM
dong...hehehhee
Dari : Someone
Untuk : X IPA 3
Pesan : Semangat ya…...sampai
bertemu di kelas berikutnya...
DUDU
2
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Tim Redaksi
Pelindung
Sr Ludovica SSpS Med
Pembina
Hariyanto
Tim Redaksi
Siswa peserta
Ekstra
Jurnalistik
Kelas X dan XI
Alamat Redaksi
Jl Mendut 7
Surabaya 60131
Telp
031-5026540
Fax
031-5013567
Website
www.smak-stagnes.com
E-mail [email protected].
Redaksi menerima
kiriman tulisan, sharing,
renungan, pengalaman,
komik, cerpen.
Panjang tulisan
minimal 300 kata.
Sebagian foto dan
Ilustrasi di halaman
majalah ini
diambil dari Google.
Untuk Kalangan Sendiri
SPESIAL
T inggalnya di Jl Pucang
Kerep, Zuleika Masyita
Pradinata tidak mau jauh
-jauh bersekolah. Cewek
kelahiran 12 Agustus 1997 ini
bersekolah di Santa Agnes karena
alumnus SMPK Santa Agnes.
"Kalau dari rumah, transportasi ke
sekolah lebih mudah," tutur cewek
yang sekarang memilih jurusan IPS
ini. (*)
Stephen H, Joseph, Yacub P
F elicia Katherine Wijaya
yang tinggal di Jl Dharma-
husada ini bersekolah di
SMAK Santa Agnes karena
keinginan orangtuanya. Salah satu
alasannya, karena sang mama
adalah alumnus sekolah itu.
Kini cewek kelahiran 25
Mei 1998 dan punya kembaran
bernama Felita J, memilih jurusan
IPS. "Saya lebih suka menghapal
daripada menghitung," ujar Felicia.
(*)
Feliani
N ama lengkapnya Felia Christanti. Siswi ini dikenal pendiam. Di
balik itu juga, dia punya bakat terpendam dan tentu, baik
banget hatinya. “Saya nyaman berada di
lingkungan SMAK Santa Agnes. Jiwa
kekeluargaannya sangat terasa dan hangat. Hubun-
gan antara guru dan siswa juga harmonis,” kata Felia
yang selalu ramah kepada setiap orang ini.
Cewek yang punya senyum manis ini
berterus terang jika SMAK Santa Agnes adalah salah
satu sekolah yang sangat diidamkannya. Namun,
Felia mengaku orangtuanyalah yang paling berperan
besar dalam mengenalkan dan memilihkan sekolah.
“Jadi, orangtua sangat mendukung saya untuk
bersekolah di Stag,” papar Felia. “Tentu saja, saya tidak keberatan, apalagi
jarak rumah dengan sekolah tidak terlalu jauh, dan yang penting jarang
terjadi kemacetan.” (Agnes Monica, Felicia Tanudjaja)
F eliani Gunawan Hanoek, siswi
SMAK Santa Agnes yang lahir
16 Juni 1998 ini mengenal se-
kolah Santa Agnes dari sauda-
ranya Feliani.
Cewek asal Kepulauan Alor
dan phobia naik kapal ini sekarang
duduk di Kelas XI IPS. "Menurut saya,
Santa Agnes adalah sekolah yang ba-
gus," kata Feliani. (*)
Felia
Christanti
3
FOKUS
Laporan :
Aprilia Lukas, Veronica Va-
lencia, Margaretha Yunita,
Anastasia Julia, Felicia
Yuwono, Rebeca Ruth.
S etiap pribadi atau orang
punya karakter yang unik.
Begitu pula dengan para
guru di SMAK Santa Agnes.
Ada banyak contoh keunikan
mereka, termasuk dalam mengajar
di kelas. Tapi, di sini, digaris-
bawahi, tidak ada guru yang ideal.
Semua punya kelebihan dan ke-
kurangan. Guru kan juga manusia.
Sedikit ilmiah dulu ya. Gaya
mengajar atau teaching style dalah
cara atau metode yang dipakai
guru ketika sedang melakukan
pengajaran. Gaya mengajar adalah
bentuk penampilan guru saat
mengajar, baik yang bersifat kuri-
kuler maupun psikologis.
Nah, gaya mengajar yang
bersifat kurikuler adalah guru
mengajar yang disesuaikan dengan
tujuan dan sifat mata pelajaran
tertentu. Gaya mengajar yang ber-
sifat psikologis adalah guru menga-
jar yang disesuaikan dengan moti-
vasi siswa, pengelolaan kelas dan
evaluasi hasil belajar.
“Dia itu guru yang menye-
nangkan dan humoris,” kata seo-
rang siswa Kelas X kepada Most.
Ucapan itu kepada Pak
Lucky, guru TIK yang dikenal san-
gat menyukai hal ihwal mengenai
teknologi computer. “Bukan hanya
saya, tapi banyak alumni yang suka
kepadanya,” tambah siswa ini.
Sejak 1992, Pak Lucky
bekerja di SMAK Santa Agnes.
Tanpa disadari, bapak tiga putra ini
yang lucu ini mengerti dan mema-
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
hami anak-anak yang diajarnya,
termasuk siswa ternakal sekalipun.
Dia selalu memiliki cara tersendiri
dalam menangani anak-anak
seperti disebut terakhir itu.
Berbeda dengan Pak Lucky,
guru dengan julukan Mr Black-
sweet ini terkenal dengan cara
mengajar yang santai. Benarkah?
“Ah, itu tidak benar. Saya
ini kan guru seni musik, jadi saya
harus membuat suasana menjadi
happy,” kata Pak Aren yang berga-
bung dengan SMAK Santa Agnes
mulai 2008.
Menurut pria kelahiran 10
Agustus 1971 itu, dengan suasana
yang gembira, diharapkan jiwa seni
para siswa dapat keluar dan kemu-
dian dapat mengikuti pelajaran seni
musik dengan lebih nikmat.
“Perasaan itu menentukan seni,”
tandas Pak Aren saat diwawan-
carai.
Bakat musik guru satu ini
tumbuh karena hobinya. Lantas,
dirinya mengembangkan dengan
cara belajar sendiri dan mengikuti
seminar-seminar musik.
Gaya mengajar yang ber-
beda diperlihatkan oleh Yohanes
Kristian Wibowo atau akrab di-
panggil Pak Bowo. Dia mengajar
Bahasa Indonesia, bahasa yang
acapkali kurang mendapat per-
hatian serius siswa.
“Saya ingin memberi nuansa
baru di sekolah ini,” kata Pak
Bowo, yang sudah tiga tahun ini
mengajar di SMAK Santa Agnes.
Nuansa baru itu adalah
kehadiran Pak Bowo sebagai guru
Bahasa Indonesia yang laki-laki,
karena selama ini, mata pelajaran
itu diampu oleh perempuan. “Biar
suasanan jadi beda,” terang Pem-
bina PMR, Pramuka dan OSIS ini
4
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
FOKUS
Laporan : King Kelvin,
Vanesa Angela
Tim redaksi Most menilai,
Pak Bowo boleh jadi, guru paling
muda juga. Karena umurnya tidak
terlalu jauh dengan siswa, dia da-
pat dengan mudah berbaur dan
dapat menjadi teman. Meski be-
gitu, Pak Bowo masih bisa menga-
jar dengan berwibawa di depan
kelas.
Meski punya seabrek tugas
di sekolah seperti membina futsal,
guru yang akrab dedngan murid
dan dikenal tidak sombong. Justru
dia sering berkorban waktu, men-
gabaikan kegemarannya.
Selain menonton dan ber-
main bola, Pak Bowo suka men-
genakan jam tangan untuk fashion,
G aya mengajar yang
sangat berbeda dilaku-
kan oleh Eduart Fran-
ciscus atau Pak Edo.
Guru yang satu ini sangat dikenal
para siswa dan seringkali dianggap
sebagai guru killer.
Pemahaman tentang guru
killer sendiri sebetulnya amat ban-
yak. Ada yang menilai, guru killer
itu adalah guru yang punya sistem
pembelajaran dalam kelas sangat
ketat, seperti harus datang tepat
waktu, minta izin keluar kelas
kurang dari 2 menit, harus
mengerjakan PR, dengan hasil ha-
rus benar semua.
Atau, tidak boleh sekalipun
absen, bolos 3 kali dapat dikeluar-
kan pada pelajarannya, mengerja-
kan semua tugas dengan benar
semua, dan ulangan harus nilai 100
dan lain lain.
Yang lain menerjemahkan,
guru killer itu adalah guru yang
mempunyai aura yang cukup
menakutkan sehingga siswa
merasa agak jengah dan takut
kepadanya selama pelajaran dan
pelit kalau memberi nilai.
Pak Edo yang juga wali ke-
las XI IPA 2 itu kadang dicap killer
oleh siswa SMAK Santa Agnes,
apalagi ditambah mata pelajaran
yang diajarkan itu matematika,
pelajaran yang jadi momok bagi
sebagian besar siswa. Benarkah?
"Saya hanya memberikan
yang saya punya untuk anak-anak.
Saya akan menaikkan standar men-
gajar dari tahun ke tahun. Semakin
maju. Saya ingin mereka berhasil
dalam pelajaran saya," tandas guru
yang suka membaca ini.
Beliau tipikal guru yang
serius saat formal dan sosok santai
serta ramah di waktu yang tepat.
Sayang, sebagian orang menya-
maratakan dalam keadaan apapun.
Pak Edo sudah 30 tahun
mengajar dan lebih memilih tidak
ambil pusing dengan penilaian para
siswa untuk dirinya. Beliau hanya
ingin menjadi dirinya sendiri dan
menjadi yang terbaik untuk ling-
kungan sekitarnya.
Bahkan, dia terus memoti-
vasi para siswa agar giat belajar
dan jangan mau disamakan dengan
sekolah yang remeh. “Membaca
adalah hobi saya, dan pesan saya,
siswa mau membudayakan kebi-
asaan membaca, bukan sekadar
membaca berita gosip atau buku
cerita tapi buku pelajaran dan pen-
getahuan,” ucap Pak Edo. (*)
5
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
FOKUS
M engajar di SMAK Santa Agnes
memiliki kesan tersendiri bagi
Prihadi Triwibowo yang sudah 24
tahun menjadi guru. Suatu ke-
banggaan mengajar di sekolah ini karena men-
gajar di sekolah Katolik adalah salah satu im-
pian Pak Tri, sapaan akrabnya.
"Yang dibutuhkan dalam mengajar itu
kesabaran, apalagi saya kan mengajar Fisika,
yang kadang tidak disukai oleh siswa," tutur
penggemar grup musik Maroon 5 ini saat di-
wawancarai.
Beliau menuturkan suka duka menjadi
guru. Salah satunya kebahagiaan jika melihat
murid yang diajar berhasil dan sukses di ke-
mudian hari.
Wali kelas XI IPA 3 ini juga bangga jika
melihat muridnya mendapat nilai bagus dan
tidak remidi dalam mata pelajaran Fisika. "Tapi
saya selalu sedih kalau ada anak yang tidak bisa menangkap pelajaran yang
saya ajarkan. Saya harus sabar mengajari pelan-pelan," ucap Pak Tri. (*)
Laporan : Jovita Louisa,
Marselina Rusli
B anyak orang yang berang-
gapan bahwa anak IPS
sulit untuk diajari. Tapi
hal ini tidak berlaku bagi
Bu Angie Bosco, seorang guru
bimbingan konseling di SMAK
Santa Agnes Surabaya mengatakan
bahwa anak IPS memiliki
pemikiran yang luas karena anak-
anak IPS dapat mengetahui ilmu-
ilmu di luar dari pelajaran,
pemikiran mereka pun lebih men-
gandalkan logika.
Hal ini berbeda dengan
anak IPA yang pemikiran mereka
lebih sistematis dan individualistis
kata Bu Angie saaat di wawancarai
di ruang BK (10/3). Meskipun anak
IPS tak serajin anak IPA, namun
Jangan
Remehkan
Anak IPS
Laporan : Angel Pratiwi, Richie R
6
FOKUS
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
T erkadang beberapa
orang terlahir tidak den-
gan potensi yang sangat
menonjol, bahkan mung-
kin mayoritas orang di dunia ini
adalah orang rata-rata yang tidak
menonjol termasuk saya. Hal
tersebut bukan berarti membuat
kita harus menyerah!
Saya ingin sedikit bercerita
kepada sahabat sekalian, dan mem-
persembahkan sebuah tulisan bagi
sahabat dan guru saya yang telah
memberi bantuan moral dan me-
rubah pola pandang saya.
Di antara sahabat sekalian,
adakah yang saat ini sedang mere-
nungkan nilai kalian? Saya sangat
tertarik untuk mengajak sahabat
mengetahui satu rahasia kecil yang
ada dalam diri saya.
Saya merasa harus mengu-
tarakannya, terlebih ketika sahabat
merasa bahwa saya sangat berun-
tung mendapat banyak kesem-
patan dan “pintar”.
Yap, coba sahabat lihat
dengan seksama hasil UNAS saya,
sahabat tidak salah lihat. Itu adalah
hasil UNAS saya. Bahkan sahabat
mungkin akan tertawa saat melihat
nilai raport saya semasa SMA.
Jujur saja tidak ada ujian
saya yang berhasil mencapai angka
50 setiap ujiannya. Entahlah, mung-
kin saya memang bukan salah satu
orang yang cocok untuk studi.
Saya berpikir itulah alasan yang
paling logis mengapa saya tidak
tertarik belajar.
Angka rendah bukan se-
buah hal yang memalukan, itu
mereka memiliki rasa keber-
samaan yang erat. “Saya suka men-
gajak anak IPS untuk berdiskusi
dan saya mempunyai cara
tersendiri untuk mengajar anak
IPS, mereka suka sekali untuk di
ajak berargumentasi” Kata Bu An-
gie.
Sama halnya dengan Pak
steve, guru yang biasanya dapat
kita temui di ruang tata usaha ini
mengatakan bahwa anak IPS bi-
asanya berpikir lebih obejktif, dan
karena terlalu tingginya rasa sosial
membuat mereka menjadi terke-
san sulit untuk di atur.
Anak IPS mempunyai ban-
yak relasi. “Saya senang dengan
anak IPS karena lebih fleksibel dan
pola berpikir mereka tak se-
muanya berdasarkan teori semata,
tetapi ada buruknya juga anak IPS
seringkali ramai di kelas sehingga
sulit berkonsentrasi dalam proses
pembelajaran dan kurang mandiri,”
ujar Pak Steve saat di wawancarai
di depan ruang guru. (*)
7
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Saya hanya berani menyom-
bongkan kelemahan saya, saya
terus berpura-pura untuk percaya
bahwa semakin saya tidak peduli
akan semakin baik, tapi ternyata
tidak!
Semakin saya tidak peduli
maka semakin saya tenggelam
dalam perasaan kebingungan, tidak
ada yang dituju, nihil ! Saat itu saya
mencoba mengambil keputusan
bahwa saya ingin memaknai hidup
saya. Berhasilkah? Tentunya tidak
dalam waktu singkat, dan alhasil
adalah hasil UNAS saya di atas.
Saat itu saya percaya bahwa
saya memiliki kesempatan kedua
untuk merubah pola pandang saya.
Ilmu yang saya dapat dari Pak Dedi
dan Jimmy membuahkan sebuah
kesimpulan yang sampai saat ini
saya pegang teguh.
Passion
dan kerja
keras. Dua hal
sederhana yang
merubah seo-
rang pecun-
dang menjadi
pemenang. Hal
sederhana yang
merubah seo-
rang rata-rata
memiliki ban-
yak kesem-
patan.
Hal
sederhana yang
menambah
nilai guna dari
seorang siswa
bodoh dan
mengijinkannya
untuk memiliki kesempatan men-
gunjungi berbagai negara selama
studi di bangku kuliah.
Terlepas dari apapun latar
belakangmu sahabat, percayalah
bahwa masih banyak kesempatan
untuk merubah keadaan. Benar ini
akan memakan waktu cukup lama
ataupun bisa terjadi seketika lewat
kehendak
Tuhan, tapi yang ingin saya
tekankan pada sahabat adalah
bahwa sahabat mampu. Apabila
seorang yang nilai UNAS dan
raport nya jelek semua dapat ke-
sempatan studi di luar negeri dan
memperoleh beasiswa, tentunya
sahabat yang latar belakangnya
lebih baik akan memiliki kesem-
patan yang jauh lebih besar.
Sekali lagi sahabat, kesem-
patan bukan hanya untuk orang
istimewa, kesempatan adalah milik
orang yang mau berusaha. (*)
adalah hal yang lumrah bagi saya
saat itu, sampai suatu hari se-
muanya berubah. Kehadiran seo-
rang guru dan beberapa sahabat
mengubah pola pandang saya.
Guru ini adalah guru yang
dulu saya sangat benci, beliau ka-
sar, tidak sabaran, mudah marah
dan banyak lagi hal yang menjadi
alasan saya tidak dekat dengan
beliau.
Tapi kehadiran beliau telah
membuka sebuah tujuan baru yang
jelas bagi saya. Beliau menunjuk-
kan sebuah makna tentang hidup
dan mengejar passion.
Dari beliau saya belajar
bahwa niatan tulus akan dapat
memberikan sebuah outcome yang
luar biasa, merubah seorang murid
pecundang menjadi murid yang
mampu bersaing, itulah beliau Pak
Dedi sang guru Kimia SMAK Santa
Agnes Surabaya.
Semasa akhir SMA saya
bertemu sahabat super lainnya,
diantaranya adalah Jimmy. Dia
merupakan murid yang sangat
rajin, sayang nasib kurang berpihak
padanya.
Saat akhir semester ganjil di
kelas XII saya mengajak Jimmy
untuk tinggal sementara di rumah
saya agar dia dapat fokus dan se-
jenak melupakan permasalahan
beratnya, singkat cerita selama 1
semester saya belajar banyak dari
sahabat saya ini.
Ulet dan rajin, begitu saya
mendeskripsikan anak ini. Jimmy
mengakui bahwa dirinya tidak se-
cerdas yang lain, tapi itu tidak
menghentikan niatnya untuk mau
terus berusaha.
Ketika melihat yang Jimmy
lakukan setiap hari di rumah saya,
saya mulai sadar bahwa selama ini
saya seperti seorang pengecut.
FOKUS
8
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
S iswa Kelas X SMAK Santa
Agnes belajar Circular
Flow Diagram. Kali ini agak
berbeda. Mereka harus
membuat presentasi kelompok
dalam bentuk video. Masing-
masing anggota kelompok menda-
pat giliran untuk menjelaskan dia-
gram itu.
Dalam tampilan video den-
gan durasi yang berbeda-beda,
tampak ada siswa yang terlihat
sangat percaya diri, tapi ada juga
yang malu-malu. Bagaimanapun
praktik belajar seperti ini menjadi
GALERI
Belajar Circular
Flow Diagram
pembelajaran sekaligus pendewa-
saan siswa.
Circulair flow diagram
adalah hubungan timbal balik
antara produen dan konsumen
yang menunjukan arus melingkar
dan membentuk sebuah sistem
tertentu. Ada circulair flow dia-
gram dua sektor dan tiga sektor.,
bahkan empat sector.
Sebelum memahami ten-
tang circular flow diagram lebih
jauh maka perlu diketahui bahwa
pelaku ekonomi ada empat yaitu
produsen, konsumen, pemerintah
dan masyarakat luar negeri, selain
itu perlu juga diketahui bahwa
terdapat dua kelompok pasar yang
terkait dengan circulair flow yaitu
pasar barang dan jasa serta pasar
faktor produksi.
Pasar faktor produksi me-
rupakan interaksi antara permin-
taan dan penawaran faktor pro-
duksi yang terdiri dari faktor pro-
duksi alam (tanah), tenaga kerja,
modal dan skill atau kewirausa-
haan.
Dalam perekonomian ter-
tutup, penawaran faktor produksi
berasal dari rumah tangga kon-
sumsi. Sedangkan permintaan fak-
tor produksi berasal dari perusa-
haan dan pemerintah.
Sedangkan pada perekono-
mian terbuka, permintaan dan
penawaran faktor produksi juga
berasal dari negara lain atau
masyarakat luar negeri. (*)
9
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
A da dua ekor serigala di hutan belantara, serigala B menantang serigala A untuk menangkap seekor ke-
linci yang sedang makan wortel, tidak jauh dari tempat mereka berdiri, "Ayo Serigala A, kamu bisa ngga
tangkap kelinci itu?" tanya serigala B.
"Ah, itu gampang, lihat saja nih!" jawab serigala A dan dengan sigap serigala A itupun melompat ke arah
kelinci tersebut dan berlari mengejarnya.
Sedangkan kelinci yang melihat serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan, tanpa pikir panjang wortel
yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah serigala tersebut, "DUAAAKK!!" begitu suaranya.
Karena serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel
kecil yang mengenai kepalanya tidak terasa sama sekali, serigala
tersebut tetap mengejar kelinci itu, 1 menit.. 2 menit.. 3 menit...
sampai 5 menit..
Serigala itu belum dapat menangkap kelinci itu, karena
kelinci itu larinya lebih kencang. Serigala itupun kelelahan dan
menghentikan pengejarannya. Dengan perasaan yang sangat
malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya serigala
B.
Setelah sampai di tempat serigala B, maka serigala B itu-
pun bertanya, "Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya ?"
tanya serigala B, lalu serigala A hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya yang masih tertunduk.
Serigala B lalu melanjutkan perkataanya, "Kamu tahu,
kenapa kamu tidak bisa menangkap kelinci itu? Kamu kalah,
karena kamu tidak serius. Kamu berlari mengejar kelinci hanya
untuk pamer saja, sedangkan kelinci itu berlari untuk ny-
awanya." (*)
RENUNGAN
10
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Oleh :
Andriawan Lumakso
S uasana gaduh terdengar di kelas XI IPS 1. Se-
mua siswa tampak ketagihan dengan buah bibir
mereka masing-masing. Begitu pula, dengan
keempat sahabat serompak ini yang memiliki
hobi nuansa misteri. Ya, Ivan, Christoper, Gundo, dan
Made. Kali ini, tampaknya mereka membicarakan topik
terbaru mereka.
“Hmm, apakah suara-suara gajelas gini bisa
membuat aku meninggal?” Ivan bersuara. Christoper
mengenyitkan dahi, “Iya, aneh benar.”
Tak banyak yang tahu misteri apa yang ada di
lagu itu, kejadian-kejadian mengerikan banyak terjadi
di lingkungan sekolah Spanyol. Para remaja yang pena-
saran dengan lagu itu nekad mendengarkannya.
Rumor mengatakan barangsiapa mendengarkan
lagu itu hingga habis, maka tak lama orang itu akan
meninggal.
“Sebenarnya lagu apa sih? Kok jadi
ngeri ya aku?” kata Made.
“Ini judul lagunya, “Follow Me
Forever”, penulisnya gaje.” Pung-
kas CT.
“Follow me Forever? Hmm, ikuti
aku selamanya. Emang ada apa?
Kurasa tak ada yang mengerikan
dengan lagu ini.” Pungkas Gundo.
“Hehehe, kalian lagi bi-
carain itu ya? Hati-hati lo dengerin
lagu itu. Bisa terjadi hal aneh-aneh.
Bisa-bisa yang mendengarkan men-
inggal misterius karena diikuti…..”
Tiba-tiba gadis berkacamata
berambut seleher itu berkata.
“Emang kenapa?” tanya Gundo
melongo. “Diikuti sampai mati
lahhhh.. Huhhh!” kata gadis itu,
Felicia. Tampak rasa takut
menghantui mereka.
“Nah, berani gak kalau kita
coba, bisa aja Cuma bohongan.
Hahaha.” Kata Gundo.
“Ya udah, kalo nda percaya. Tapi..
Tapi, aku ikut dah. Hehehe.” Kata
Felicia meringis.
Sesuai rencana mereka berkumpul di sekolah.
Mereka masuk menyelinap di lantai 3 sekolah, sebab
rumor mengatakan misteri itu akan terwujud ketika
mereka berada di tempat bertingkat dan tentunya
tempat yang gelap. Suasana malam itu begitu sepi, ma-
lam melumat tempat mereka berada.
Hanya samar-samar objek cahaya menyinarinya.
Mereka tak sabar memainkan music yang sudah di
download oleh CT. Sembari berjalan semakin dalam,
tampak lukisan Monalisa berada di sudut depan
mereka. Jaraknya pun tidak begitu jauh, entah sekitar 5
meter.
“Ada lukisan! Lukisan Monalisa itu kan? Siapa
yang meletakkan lukisan ini di tempat seperti ini, huh?”
pungkas Ivan. “Entahlah…” balas
Felicia sedikit merenung. “Nanti
lukisannya hidup lo! Hahahaha.”
Gundo ikut menjawab.
CERPEN
11
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Tampak
wajah mereka
merah membara
ke arah Gundo.
“Nah, di sini.
Sudah sepi, be-
gitu sunyi nan
gelap. Gimana?
Kita coba mai-
nkan ya?” pung-
kas seorang dari
mereka.
“Baiklah,
gimana sih lirik
lagu ini?” balas
CT.
Dear, love… Dear, love… Dear, love……..
I always want live with you….
I want, I want, I want
I need, I need, I need
I knew, I knew, I knew
You’re my darling
Ohh.. My darling
You know?
I sad, I feel frustrated, I fall.
So, I want you now.
Now, now, now, please now.
Follow me, follow me, follow me
To come to new life
And join to on the new world
We’ll become together
So, follow me forever.
Tidak mau terjadi hal-hal yang tidak diundang,
mereka mencoba berdoa dalam hati masing-masing.
Sebenarnya, mereka juga tidak percaya dengan mitos
takhayul lagu tersebut. Dan, benar apa yang mereka
duga. Tidak terjadi apa-apa.
Sepi, tidak ada kejadian ganjil apapun. Mereka
pun mencoba mendengarkan berulang-ulang hingga
tiga kali dan mencoba bernyanyi bersama-sama. Tiba-
tiba, hembusan angin kencang terasa hingga menusuk
tulang.
Perla-
han-lahan,
mereka
merasa
merinding.
Ivan me-
megang teng-
kuknya. Ia
merasakan
ada yang aneh
di sekitar
mereka ber-
diri.
“Guys,
guys, kayanya
lagu ini ben-
eran ada setannya, deh!” teriak Gundo seraya
menunjuk objek sesuatu.
“Apaan sih kon, Ndo?! Ga usah takut- takutin kita
deh!” Felicia menggerutu.
“ASTAGA! It-itu Monalisa-nya melotot tuh..
tuh! Wajahnya berdarah-darah.” Teriak CT.
“Kakakakak.” Terlihat bibir lukisan itu bergerak den-
gan mimik wajah senyum mengerikan.
Lukisan itu tiba-tiba bergerak mendekat ke arah
mereka. Gundo pun tidak kehilangan akal, ia melem-
parkan sebilah balok ke arahnya dan memecahkan
lukisan itu. Mereka lalu berlari me ninggalkan tempat
itu, tapi aneh.
Suasana sekolah tiba-tiba menjadi sangat gelap,
sunyi, dan suram. Tidak seorang pun mereka jumpai.
Hanya sinar bulan purnama dan kicauan burung hantu
menemani mereka. Mereka kemudian berjalan menuju
ke gerbang sekolah, tetapi tak dianya, gerbang sekolah
itu terkunci.
Mereka mencoba mencari tempat untuk ber-
malam di ruangan yang tidak terkunci. Ruangan gudang
menjadi tempat akhir mereka masuk. Ruangan ini be-
gitu sempit, bau, dan kotor. Hanya bilik pitu kayu yang
menjadi tameng bagi mereka.
“Guys, guys, please jangan ingat-ingat hal tadi
ya? Mungkin tadi hanyalah khayalan kita belaka,” kata
Felicia. “Iya, iya, mungkin sangking kita ketakutan, jad-
inya ya kita lihat-lihat sesuatu yang sebenarnya ga ada
apa-apa.” CT bersuara.
CERPEN
12
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
CERPEN “Iya, ngomong-ngomong kok gerbang sekolah
dikunci ya? Terus anak-anak asrama pada kemana?
Gelap sekali tadi.” Kata Made.
“Iya, mungkin saja anak asrama pada bobok.
“Iya, iya, mungkin sangking kita ketakutan, jadinya ya
kita lihat-lihat sesuatu yang sebenarnya ga ada apa-
apa.” CT bersuara.
“Iya, ngomong-ngomong kok gerbang sekolah
dikunci ya? Terus anak-anak asrama pada kemana?
Gelap sekali tadi.” Kata Made.
“Iya, mungkin saja anak asrama pada bobok. Ya,
siapa tau buat keamanan, makanya gerbang dikunci,
lalu.. Haloooo! Listrik pada naik tau!” kata Felicia
sedikit omel.
Tiba-tiba, “Duarrr”
Suara benda jatuh atau ledakan keras terden-
gar. Tiba-tiba, lampu remang-remang sekitar mereka
mati. Suasana pun menjadi gelap nan mencekam. Tak
betah kelamaan di dalam, mereka pun mencoba keluar
ruangan itu.
Tapi, ternyata pintu telah terkunci rapat.
“Heiii! BUKA! INI BENAR-BENAR TIDAK LUCU,
BODOH!” teriak Felicia. Begitu pula yang lainnya,
mereka tampak mengedor-gedorkan pintu itu. Namun,
hasilnya nihil. “SIAPAPUN YANG ADA, TOLONG
DONG BUKAIN PINTU INI! AKU GAMAU BER-
CANDA WOI!”
Samar-samar terdengar suara orang berjalan,
jalannya lambat dan berat. Suara kaki itu berjalan kian
mendekat kea rah mereka. Hingga, persis orang itu
berdiri di depan pintu gudang itu. Suasana luar sekolah
begitu gelap, tidak terlihat apa-apa.
Gundo lalu memeriksanya, ia intip melalui
lubang kecil pintu gudang. Aneh, kosong! Tidak ada
seorangpun di depan tampaknya. Yang lain, tidak ting-
gal diam. Mereka juga membuktikan apa yang dikata-
kan Gundo itu benar. “Siapa di sana?! Aku gamau ber-
canda lo, ya!” teriak Felicia sembari menggedor pintu.
Tetapi, tidak ada balasan dari luar ruangan.
Sepi, tampak tak ada seorangpun di sekitar luar gu-
dang. “SIAPAPUN YANG ADA DI LUAR, PLEASE,
BUKAIN PINTU INI! KAMI NGGAK MAU MAIN-
MAIN!” teriak Felicia mulai kehilangan kesabaran.
Samar-samar terdengar lengkingan tertawa
wanita, seperti kuntilanak. Begitu mengerikan, semakin
lama semakin jelas dan menusuk telinga mereka.
Mereka terkejut alang-kepalang. Tubuh mereka
tampak lemas lunglai. Mereka tahu, bahwa mereka
sekarang berada di lingkaran setan.
“UWAHHHH, TOLONG! TOLONGGG! SIAPAPUN
YANG ADA DI LUAR!” Teriak mereka dengan se-
kuat tenaga. Suasana tempat berubah menjadi terang. Kali
ini, sangatlah terang. Mereka masih duduk jongkok
satu sama lain, karena masih shock atas kejadian baru-
san. “Hei, siapa itu di dalam?” tiba-tiba suara pria pa-
ruh baya terdengar. Mereka pun langsung beranjak
berdiri.
“Tolong! Tolong kami! Kami terkunci di bilik
gudang ini! Tolong bukakan pintu ini!” teriak mereka
semua. Orang yang ternyata kepala petugas kebersihan
sekolah itu membukakan pintu gudang tersebut,
“Kenapa kalian bisa ada di dalam ini?”
Wajah mereka begitu pucat nan kaget. Hari
sudah pagi. Mereka melihat ke berbagai sudut pan-
dang, dan semua adalah wilayah sekolah.
“Kami.. Kami terkunci di gudang ini. Kemarin
malam, kami mau ambil papan kayu yang tak terpakai
untuk tugas sekolah, tapi ternyata tiba-tiba pintu gu-
dang ini terkunci. Mohon maaf dan terima kasih atas
bantuannya, Pak!” kata mereka.
“Oh, gitu. Makanya, lain kali ambilnya waktu hari-hari
pagi saja. Ijin sama Bapak.” Balas pria itu. Mereka ber-
gegas meninggalkan gudang itu, lalu berupaya menuju
ke lantai 3 dan memeriksa sekitarnya. Tidak ada apa-
apa. Tidak ada pecahan lukisan yang dilempar balok
oleh Gundo.
“Kayanya ini halusinasi kita semua, deh! Sang-
king kita ketakutan sih.” kata Felicia mengenyitkan
dahi. “Iya-iya, hahaha. Masa pecahan lukisan ini sudah
disapu sama cleaning service, ini masih pagi sekali.”
kata para cowok.
“Ya..ya berarti gak ada itu hantu-hantuan! Yang
ada kita yang alay aja. Hahaha.” “Ya, sudah ayo kita
turun.” Kata Christoper. Mereka pun beranjak kem-
bali ke bawah.
Hanya berjalan 3 langkah ke depan, tiba-tiba
seorang wanita berdiri menghalangi mereka. Monalisa
dengan mata melotot dan wajah mengerikan kini
berada di hadapan persis mereka.
“Main lagi, yuk!” kata sosok itu.
Kelima sahabat ini sontak jatuh pingsan. (*)
13
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
UNIK
S ebuah taman bermain di Texas, AS, menciptakan rollercoaster pertama bertemakan Batman. Tidak hanya
itu, kereta luncur berkecepatan tinggi tersebut juga akan dilengkapi dengan teknologi 4 dimensi. Adapun
roller coaster bernama Batman: The Ride tersebut akan dibuka untuk umum pada 2015 di taman hiburan
Six Flags Fiesta, Texas. "Pengunjung bisa merasakan pengalaman terbang bagai Batman," tulis rilis resmi Six
Flags Fiesta, dilansir Mirror.
Lebih lanjut Six Flags menyebutkan bahwa penumpang akan
dibawa naik ke ketinggian 36,5 meter. Setelah itu, penumpang akan
dibawa berkeliling tanjakan dan turunan sebanyak 6 kali sebelum
dilepaskan dari sudut yang curam, mendekati 90 derajat. "Kami menja-
min tantangan adrenalin bagi setiap penumpang," kata Six Flags.
Tidak seperti roller
coaster biasa, penumpang
roller coaster Batman akan
duduk saling berhadapan.
"Batman: The Ride merupakan
konsep baru dalam dunia rollercoaster dan akan memberi pengalaman
berbeda bagi mereka pecandu adrenalin," ujar Presiden Six Flags Fiesta,
Martin Bozer.
Lebih lanjut, Bozer menjelaskan, semua tanjakan dan turunan dalam
Batman: The Ride diambil dari komik Batman keluaran DC Comics, yang
ditambahkan efek spesial, termasuk pengalaman menumpang Batmobile
dan menyalakan Bat-Signal. (*)
14
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
T erkenal pintar dan ramah terhadap teman-temannya. Itulah
Laura Novita dari XI IPS 1. Sejak awal diumumkan berbagai ek-
stra, cewek ini antusias memilih ekstrakurikuler tari tradisional.
"Saya sudah ikut menari sejak SMP," katanya.
Dukungan dari orangtua tak
luput dari minatnya itu. Tapi, sempat
takut juga dengan guru dan teman-
temannya nanti. Semua berubah saat
bertemu. Kalaupun ada kendal hanya
soal istirahat yang sebentar dan tariannya sulit dihapalkan.
Sebaliknya Mayang dari XI IPA 3 begitu semangat di ekstra tari ini.
Sepertinya bakat besar di-
milikinya. Kelenturan gerakan
tangan dan tubuhnya membuat
teman lain berdecak
kagum. "Sudah sejak
kecil aku menari, dan
menari memang hobi
saya," ucapnya. (*)
XTRA
Foto Ilustrasi
Laporan :
Agnes Monica,
Felicia Tanudjaja
Yang Disukai Dunia
Tari Bali dikagumi wisatawan
dari AS, Thailand, Australia,
Jerman, Jepang dan China. Banyak
yang berkunjung untuk belajar.
Tak aneh, di Bali sangat banyak
ditemui sanggar tari.
Tari Saman, termasuk kategori
seni tari yang sangat menarik.
Keunikannya pada kekompakan
gerakan. Para penari saman dapat
bergerak serentak mengikuti irama
musik yang harmonis, terutama
mengikuti dendang lagu yang dina-
mis.
15
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Tari Reog yang berasal dari
Ponorogo sangat menghibur
para wisatawan. Lekat dengan
identitas sosok warok. Dulunya
kental dengan nuansa mistik dan
ilmu kebatinan yang kuat. Kini,
tarian yang menggunakan perang-
kat topeng berkepala singa.
Tari Pendet untuk menyambut
turunnya Dewata ke alam
dunia. Tarian ini diciptakan oleh I
Wayan Rindi. Seiring perkemban-
gan zaman, tarian ini sebagai
“ucapan selamat datang”, meski
tetap mengandung anasir sakral-
religius.
Tari Kecak dimainkan laki-laki
yang berbaris melingkar, dengan
irama tertentu, menyerukan 'cak'.
Inspirasinya dari kisah Ramayana
saat barisan kera membantu Rama
melawan Rahwana.
Tari Bedhaya Sang Amurwab-
humi karya Sri Sultan Hamengku
Buwono X setahun setelah dino-
batkan menjadi raja Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Tari
ini mengisahkan pergulatan as-
mara serta kepemimpinan.
Tari jaipong ditemukan Gugum
Gumbira, sebuah tarian pergaulan
masyarakat Sunda. Dilakukan
spontanitas, ceria, erotis, humoris
dan tentunya semangat.
Tari Serimpi dari Jawa Tengah
dengan empat penari wanita.
Komposisi itu jadi simbol dari em-
pat penjuru mata angin, yakni
Toya (air), Grama (api), Angin
(udara) dan Bumi (tanah). Nama
peranannya : Batak, Gulu, Dhada
dan Buncit yang melambangkan
tiang pendapa.
E ster Samudra Astuti, yang lahir di Solo , 29 Maret 1983 adalah
seorang guru pengajar seni tari dan ekstrakurikuler seni tari di
SMAK Santa Agnes Surabaya. Berawal dari kegemarannya menari,
membawanya berlatih tari di Sanggar tari sejak SD hingga SMP.
Bu Es- ter melanjutkan sekolahnya di SMKI, Surakarta dan
masuk Perguruan Tinggi ISI, Surakarta mengambil
fakultas seni tari tradisional. Setelah menikah beliau
pindah ke Surabaya bersama suaminya. Bu Ester men-
gatakan sebelum beliau mengajar di SMAK Santa
Agnes, beliau pernah mengajar di SMP 4 Surakarta,
SD Dharma Mulya Surabaya.
Sekarang selain mengajar di SMAK Santa
Agnes beliau mengajar UMK di Universitas Widya
Mandala. “Ada suka dan duka saat mengajar di SMAK
Santa Agnes. Sukanya, saya dapat mengajari tari tradisional pada
era sekarang. Dukanya, minat anak yang kurang terhadap tari tradisional di
kalangan siswa-siswi, terutama di
kalangan siswa,” katanya. (*) Laporan : Angel Pratiwi,
Richie R
XTRA
16
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
T idak banyak anak menyukai tari tradisional. Rebecca Sumanto,
menyukai gerakan yang mengikuti irama. Rebecca menyukai
tari tradisional sejak kecil umur 4 tahun. Sewaktu ia TK di Santa
Trisila Surabaya, ia di ajar menari oleh Ibu Atik. Ibu Atik adalah guru seni tari yang mengajar di sekolah
Rebecca.
Rebecca mengungkapkan alasannya menyukai tari tradisional karena tarian pertama yang ia kenal adalah tari
tradisional. Rebecca memiliki bakat menari berasal dari neneknya yang seorang penari balet. Rebecca pertama kali
pentas pada saat ia tampil dalam acara karnaval di Taman Remaja Surabaya.
Hingga saat ini pun Rebecca masih suka menari, tarian yang di
sukai adalah tarian Jejer, yaitu tarian asal Banyuwangi yang memiliki
karakteristik wanita yang lemah gemulai nan memikat. Tokoh penari
idola Rebecca adalah Farida Oetoyo seorang balerina asal Solo.
Sebaliknya, Audrey Majorie, siswi SMAK Santa Agnes ijuga
memiliki hobi menari tari tradisional. Audrey adalah sahabat Rebecca
dari SD. Kedua cewek ini memang kebetulan memiliki hobi yang sama
dalam menari tari tradisional. Audrey mulai menyukai seni tari tra-
disional sejak TK dan hingga saat ini ia masih menyukai tari tradisional
dan mengikuti ekstrakulikuler tari tradisional.
Tarian yang ia sukai adalah tari kicir-kicir dari Betawi, Jakarta
karena gerakannya yang mudah diingat. Tak hanya bisa tari tra-
disional, ia bisa tari
modern juga, “Aku
menyukai tari tra-
disional karena pela-
jaran seni pertama
yang aku dapat adalah
tari tradisional,” tam-
bah Audrey. (*)
XTRA
Laporan : Angel Pratiwi, Richie R
“Aku menyukai tari
tradisional karena
pelajaran seni
pertama yang aku
dapat adalah tari
tradisional.”
Rebecca Sumanto
17
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Laporan : Emillia, Natasya Veronica
PROFIL
Alicia Angga
Yohana Nadeta
S emua orang pasti
suka bernyanyi baik
untuk hiburan atau
ditekuni menjadi suatu hobi, bahkan cita- cita. Men-
yanyi dapat berguna untuk menghibur diri di kala bosan.
Nah, teman kita yang satu ini, Yohana Nadeta memilih bern-
yanyi atau bermain musik sebagai salah satu cara menghilangkan ke-
bosanan dan dapat membuat hari dan pikiran menjadi tenang.
Siswi yang suka dijuluki Raisa, karena suaranya yang merdu ini,
menceritakan asal mula mengapa suka bernyanyi. “Keluargaku adalah
pemusik. Sejak kecil aku sudah diarahkan orangtuaku untuk kursus
musik maupun menyanyi. Aku pernah tampil di paduan suara, kegiatan
gereja, maupun lomba,” katanya.
Talenta menyanyi di SMAK Santa Agnes bukan hanya Yohana
Nadeta, ada pula Alicia Angga, cewek asli Kepulauan Alor. Baginya
kegembiraan menyanyi itu karena aktivitas itu tidak terbatasi oleh
tempat dan waktu.
“Biasanya, saya bernyanyi untuk menghibur orang di sekitar
saya, seperti kakak, mama dan papa. Dengan menyanyi, saya bisa
mengekspresikan apa yang saya rasa,” paparnya.
Alicia menyukai hampir segala genre musik tapi dirinya tetap
idola, seperti Mariah Carey, Beyonce, Ailee, Greyson
Chance, dan Ariana Grande. Kini, dia terus mengasah ke-
mampuannya lewat video di youtube, membaca artikel ten-
tang teknik vocal, dan ikut ekstra paduan suara.
“Music gives a soul to the universe, wings to the mind, flight ti the
imagination, and life for everything. Jika ada niat, pasti bisa
untuk menjadi penyanyi,” ucap Alicia. (*)
Laporan : Felixia K, Jessica Fillicia
Dapat
Pengalaman
Baru
H ellen Intan dan Natalia Ayu adalah siswa
yang mengikuti ekstrakurikuler Paduan
Suara. Kegiatannya setiap Senin, di Ruang
Doa, dan dibimbing Pak Aren. Mereka
mengikuti ekstrakurikuler itu karena merasa sesuai
bakat dan kemampuan mereka : menyanyi.
Meski belum tapi Hellen dan Natalia sudah mendapat pengalaman baru yang
mengesankan, yakni ketika Paduan Suara SMAK Santa Agnes ikut tampil di Grahadi
(Kantor Gubernuran Jatim). “Seru rasanya, bisa kerja sama, pecah suara, dan diselingi
canda satu sama lain,” tutur Natalia. (*)
18
S emua orang di SMAK Santa
Agnes pasti mengenal ibu
yang satu ini? Ya, benar,
beliau adalah Ibu Theresia
Sri Utami atau akrap disapa But
Utami. Perempuan paro baya ini
bekerja sebagai pustakawan di
sekolah sejak 1987.
Sebuah pekerjaan yang se-
mula bukanlah cita-citanya. Mak-
lum, Bu Utami mengenyam pen-
didikan di SMEA (sekarang SMK)
dan berlanjut ke Universitas Air-
langga. Cita-citanya adalah menjadi
polisi wanita (polwan).
Sosoknya sebenarnya cu-
kup layak untuk menggapai impi-
annya itu. Bisa dilihat foto beliau
yang diambil tahun 2011. “Polwan
itu punya sikap tegas serta figur
pekerja keras,” katanya.
Namanya juga jalan hidup.
Kebetulan ada lowongan peker-
jaan dan Bu Utami melamar dan
diterima. Puluhan tahun bekerja
dan dirinya merasa nyaman di ling-
kungan keluarga besar SMAK
Santa Agnes.
Banyak pengalaman suka
dan duka bekerja selama 28 tahun.
Salah satunya, dia mendapat ban-
yak pengetahuan dan pengalaman
dari para guru dan siswa.
“Dukanya itu, kalau ngadepi
anak yang nakal, rame, dan tidak
mau tertib. Saya harus selalu
memperingatkan mereka kalau ada
di perpustakaan,” paparnya.
Sebagai koordinator di per-
pustakaan menjadikan Bu Utami
memiliki banyak waktu untuk
membaca, kegiatan yang akhirnya
menjadi ‟candu‟ baginya. Kelahiran
Surabaya, 17 Mei 1965 ini men-
gaku suka membaca surat kabar
yang beritanya sedang hangat.
Laporan : Mario Budiyanto, Timothy
Raka, Emillia, Natasya V
Hobi membaca sebetulnya
telah bersemi sejak sekolah me-
nengah. Bu Utami selalu membaca
setiap hari begitu ada kesempatan.
“Saya hobi membaca surat kabar
karena menambah wawasan dan
dapat mengetahui informasi men-
genai dunia luar,” tambahnya.
Tapi, aktivitas keseharian
Bu Utami bukan hanya membaca.
Di tempat tinggalnya di kawasan
Bronggalan, beliau didaulat men-
jadi ketua lingkungan. Bu Utami
ternyata juga suka menulis dengan
rapi dan tentu saja, menyanyi.
Tak heran banyak „coretan‟
indah yang memberika suasana
berbeda di dalam perpustakaan
SMAK Santa Agnes.
Selain Bu Utami, hobi
membaca dilakukan pula oleh
Theresia Trimurti atau Bu Tri.
“Kita harus terus menerus mem-
baca dan belajar, agar menjadi
pribadi yang lebih baik,” ujarnya.
Perempuan kelahiran
Yogyakarta itu merintis masuk
SMAK Santa Agnes setelah lulus
dari IKIP (Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan).
Bukan hanya membaca, Bu
Tri diam-diam menyimpan talenta
berenang dan jalan sehat. Sejak
menjadi guru, selama 4-5 tahun
terakhir, beliau biasa berenang
bersama guru-guru yang lain. (*)
PROFIL
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
19
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
MOMEN
Oleh : Priskila Nindy
I ni kali kedua saya mengikuti
lomba ini. Pada tahun ini men-
gambil tema mengenai
"Beverages" yaitu minuman
non-alcohol. Santa Agnes sendiri
mengirim 2 tim sebagai perwaki-
lan.
Tim pertama berasal dari
kelas IPA, yaitu Andriawan (XI IPA
3) dan Christopher (XI IPA 2),
serta dari IPS yaitu saya dan teman
-teman saya Benita (XI IPS 1) dan
Yosef (XI IPS 1). Andriawan dan
Chris membahas tentang minuman
dari The Loving Hut.
Tim saya membahas men-
genai minuman tradisional Indone-
sia, yaitu Wedang Uwuh. Banyak
masyarakat yang belum tahu men-
getahui minuman ini, sehingga
kami berharap mereka bisa men-
genal lebih jauh tentang minuman
ini dan bisa bersaing dengan minu-
man modern lainnya.
Wedang Uwuh sendiri
berasa dari bahasa jawa, yaitu
wedang yang artinya minuman dan
uwuh yang artinya sampah. Minu-
man ini berasal dari Jogjakarta dan
sudah ada sejak zaman Kerajaan
Mataram.
Banyak masyarakat yang
percaya bahwa minuman ini bisa
menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Rasa dan aroma yang
khas menjadi perpaduan menarik
dalam minuman ini.
Wedang
Uwuh
20
MOMEN
memperbaikinya sebelum waktu
penjurian.
Pada saat penjurian tidak
mudah, rasa tegang dan gugup
membuat kami tidak bisa rileks
dalam mempresentasikan karya
kami. Tapi apapun itu, kita harus
tetap menunjukkan yang terbaik.
Scrapbook kami banyak
menerima komentar negatif, walau
ada beberapa juri yang juga me-
muji. Menjawab pertanyaan dari
juri juga tidaklah mudah. Mereka
sangat teliti dan cermat terhadap
jawaban kami.
Banyaknya peserta yang
karyanya sangat bagus dan
menarik membuat kami tidak ya-
kin bisa menang. Tetapi Bu Elis
mengingatkan bahwa yang ter-
penting adalah isi artikel bukan
hanya penampilan luarsaja.
Waktu pengunguman pun
tiba, tak di sangka kami mendapat
juara 1. Selain itu Juara favorit
diperoleh oleh SMAK Frateran,
Juara 2 oleh SMA Margie, dan
Juara 3 oleh SMA Kr Petra 2. Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Banyak kesulitan yang kita
alami dalam lomba ini. Yang per-
tama dalam pemilihan minuman
yang akan dibahas. Kita ingin men-
cari sesuatu yang unik dan ber-
beda dari yang lain.
Tidak mudah mencari pen-
jual wedang uwuh di Surabaya.
Kami mulai mencari dari internet
dan bertanya pada orang lain,
ternyata teman saya tahu dan ser-
ing berkunjung ke tempat di mana
wedang uwuh itu dijual.
Selain itu saya dan tim san-
gat jarang bertemu sehingga kita
baru benar-benar menggarap ar-
tikel utama H-1 dari batas pen-
gumpulan artikel.
Pada tahun ini berbeda
dengan tahun sebelumnya. Jika
pada tahun lalu setiap peserta di-
haruskan membuat koran, tahun
ini kita diharuskan membuat
scrapbook. Pengerjaan scrapbook
jauh lebih rumit dari pada koran.
Dibutuhkan keterampilan
agar bisa dihasilkan scrapbook
yang bagus. Untungnya saya di-
bantu oleh teman-teman saya
dalam proses pengerjaan scrap-
book ini, yaitu Laura, Felixia, dan
Felicia.
Rumitnya lagi, kita baru
membuat scrapbook H-1 sebelum
hari pameran di Universitas Kato-
lik Widya Mandala Surabaya. Kami
semua benar-benar bekerja keras
dibantu dengan Bu Elis dan teman-
teman yang lain.
Pada saat pameran, kita harus
bersiap-siap dari pagi dan berdiri
berjam-jam untuk mempromosi-
kan hasil karya kita kepada para
pengunjung agar bisa menjadi juara
favorit.
Karena diadakan hanya 1
hari, tentunya jumlah pengunjung
lebih banyak dan kita benar-benar
harus menjawab pertanyaan yang
mereka ajukan. Belum lagi jika tiba
-tiba scrapbook kita ada bagian
yang rusak, kita harus segera
21
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
MOMEN Walaupun harus keting-
galan pelajaran disekolah dan kita
harus browsing sana sini untuk
mendapat banyak informasi, dan
berkeliling untuk mencari wedang
uwuh, saya tetap senang menjadi
bagian dari lomba ini dan bisa
mengharumkan nama sekolah. (*)
Resep Wedang Uwuh 700 ml air.
40 gram serutan kayu secang kering.
50 gram gula batu atau gula pasir.
6 cm jahe , memarkan.
2 lembar daun kayu manis kering.
3 lembar daun cengkeh kering.
3 lembar
daun pala kering.
10 butir ceng-
keh atau batang
cengkeh kering.
Cara
Membuat Bakar jahe, lalu
dimemarkan.
Tuang air dalam panci. Masukkan jahe, ceng-
keh atau batang cengkeh, daun cengkeh, daun
kayu manis, daun pala, serutan kayu secang,
jahe, dan gula batu.
Masak dengan api sedang hingga mendidih.
Rebus selama kurang lebih 15 menit.
Angkat dan saring (Bisa juga dihidangkan
tanpa disaring).
Tuang ke dalam gelas, lalu hidangkan hangat.
Beberapa pihak telah menge-
mas wedang uwuh khas
Imogiri, Yogyakarta, berbentuk
serbuk dalam kemasan plastik.
Lokasi Angkringan di kawasan
Taman Apsari, depang Gedung
Grahadi Surabaya.
22
MOMEN
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Tema CEG 2015 :
Cheeshe : Chemical Engineers Saving Energy
9 Mei 2015 : 3 babak: Tri-ple Chee-pade Cheese Olympiade: Cepat Tepat Cheese Academy : Pengerjaan Soal Cheese Parade : Rally Games Babak Final : Perancan-gan Pabrik Kimia (CHEESE INDUSTRIAL PLANT)
Lolos Final : Alchemy User (1385),
Siska's Fans Club (1160), Wise (950), D'KatE (870),
God Bless Us (870).
Tidak Lolos : Metana (795),
Cefea O2 (700) MPR (565), Belieber Lopher
(560), Immanuel (390).
T idak ada pengalaman
yang tidak berguna. Se-
mua proses—setragis
dan sememalukan apa
pun—pasti menghasilkan pelajaran
yang bisa dipetik. Bukankah jatuh ketika naik sepeda pun sebenarnya ada
gunanya? Saya serasa teringat kembali akan hal itu setelah mengikuti CEG.
Ya, para mahasiswa jurusan Teknik Kimia Universitas Surabaya
baru saja menyelenggarakan CEG, yang merupakan singkatan dari Chemi-
cal Engineering Games. Walaupun namanya mengandung “Chemical”, per-
tandingan ini tidak hanya menguji pelajaran Kimia; ada juga Matematika,
Fisika, dan Biologi.
Acara ini diadakan pada Sabtu dan Minggu, 9-10 Mei 2015, dan
bertempat di dua lokasi: Ubaya dan Lenmarc Mall. Kendati CEG hanya
memilih venue perlombaan di kawasan Surabaya, sebenarnya lomba ini
adalah lomba tingkat nasional. Jadi, tentu setiap tim—yang per tim berisi
tiga orang—akan berusaha “saling menyikut” dengan regu lain agar bisa
menang kompetisi bergengsi ini.
Oleh :
Christopher Salim
Tim Stag
23
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
MOMEN Tema CEG tahun ini adalah “CheesE”. Bukan,
lombanya bukan dengan berjualan keju di sana. Yang
benar, “CheesE” adalah akronim dari Chemical Engi-
neers Saving Energy. Kelihatannya agak maksa, bukan?
Padahal, sebenarnya lomba ini juga ingin
menunjukkan bahwa jurusan Teknik Kimia Ubaya juga
memiliki kepedulian untuk menyelamatkan energi di
dunia yang semakin hari semakin menipis.
Langsung saja ke pengalaman hari pertama.
Babak penyisihan berlangsung di Ubaya, yang terletak
di Jalan Kalirungkut. Sekitar 86 dari 100 tim yang su-
dah mendaftar dari berbagai SMA, sanggup datang dan
mengikuti kompetisi.
Setelah itu, panitia membagi seluruh peserta
menjadi dua
gelombang,
lalu membagi
lagi sesuai
kode yang
tertera di
kartu. Elimi-
nasi peserta
berlangsung
dalam tiga
tahap.
Yang
pertama
adalah
CheesE
Olympiad,
yang mengha-
ruskan pe-
serta yang
memiliki
kode yang sama untuk berkumpul di satu ruangan.
Di situ, akan dibacakan soal dan peserta harus
menjawab dalam waktu setengah menit atau satu
menit, tergantung bobot soal. Memang, terasa sangat
cepat.
Tahap kedua adalah CheesE Academy, yang
mewajibkan kami mengerjakan soal-soal sebanyak 60
butir. Soal yang diberikan bisa dibilang mengaduk-aduk
isi kepala, sampai tim saya hanya mengerjakan sekitar
empat puluh nomor.
Setelah tahap kedua, kepala kami—terutama
saya langsung pusing kayak Barbie. Kelar ishoma, ma-
sih ada tahap ketiga yang disebut CheesE Parade.
Ya, namanya saja sudah menunjukkan kalau
kami akan berkeliling kawasan kampus untuk mengi-
kuti rally games. Berbeda dengan dua sesi sebelumnya,
kami tidak perlu memakai rumus-rumus yang mem-
buat kepala berputar-putar.
Di tiap pos, peserta cukup menggunakan logika
dan kecerdikannya untuk bisa menyelesaikan tantan-
gan dalam batas waktu yang ditentukan. Salah satu
contohnya adalah mengapungkan uang koin pecahan
seratus rupiah di atas air.
Menurut saya, ini adalah tahap yang paling me-
lelahkan, karena harus berkeliling ke segala arah. Be-
lum lagi kalau ternyata pos itu sudah ditempati tim
lain, terpaksa harus mencari pos baru.
Pengumuman pun dibacakan
setelah semua rangkaian acara sudah
terlalui. Tiga puluh tim yang terpilih akan
mengikuti final di Lenmarc. Dari 11 tim
yang dikirim oleh Stag, lima di antaranya
berhasil masuk final, termasuk tim saya.
Bisa dibayangkan betapa
senangnya kami ketika mendengar pen-
gumuman itu, seakan rasa capek men-
dadak ambyar entah ke mana.
Babak final mulai pada 10 Mei
2015 sekitar pukul 13.00 WIB, setelah
semua peserta selesai registrasi. Tahap
final ini bertajuk CheesE Industrial Plant.
Aturan mainnya adalah kami se-
mua harus membuat pabrik biosolar dan
menyusun diagram alir dari gabus-gabus
yang sudah panitia berikan. Para peserta
bebas menggunakan uang dari panitia
untuk membeli alat-alat yang diperlukan.
Karena ketidaktelitian dalam menyusun flow-
chart, tim saya tidak bisa memproduksi apa pun. Satu-
satunya cara adalah dengan merogoh kocek lebih
dalam agar masih bisa menghasilkan sesuatu yang bisa
dijual (baca: ampas).
Memang, produk yang bisa dihasilkan ada tiga:
ampas, gliserol, dan biosolar. Produk yang bahan ba-
kunya paling murah dan menghasilkan keuntungan
paling sedikit adalah ampas, diikuti dengan gliserol, lalu
biosolar. Asalkan diagram alir tertata benar, suatu tim
bisa membuat produk apa saja.
24
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
MOMEN
Yang kedua, ada tahap jual beli yang mengharuskan kami mem-
produksi barang dan menjual produk jadinya. Tentunya, setiap sesi
ada kasus yang berbeda-beda, dan kami harus menganalisa keadaan
agar menghasilkan keuntungan maksimal.
Tim saya, yang modal awalnya hanya 69 Cheese (nama mata
uang di sana), mencoba memaksimalkan keadaan walaupun harga beli
rata-rata biji jarak hanya 10 Cheese dan harga jual ampas 11 Cheese.
Setelah melakukan manajemen pembelian dan penjualan yang
cukup berhati-hati, laba yang tim saya dapatkan cukup banyak. Apalagi,
tim saya bisa dibilang lumayan nekat dalam proses lelang di sela-sela
tahap jual-beli. Karena itu, keuntungan yang didapat jadi lebih besar.
Setelah semua terlalui, ada sesi voting. Ya, pihak Ubaya mem-
perbolehkan pengunjung Lenmarc melihat-lihat desain diagram alir—
yang sudah kami semua betulkan—dan lantas memilih mana yang ter-
baik. Acara pun dilanjutkan dengan pengumuman pemenang. Juara
ketiga hingga pertamanya adalah Gloria 1, MDC, dan Petra 1. Masih
ada juga Petra 2 yang menyabet penghargaan juara favorit.
Tidak ada satu pun tim dari Santa Agnes yang menang. Walau-
pun begitu, kita semua adalah pemenang karena berhasil membawa
nama sekolah sampai sejauh ini. Tidaklah mungkin saya melupakan tim
-tim dari Santa Agnes yang terhenti di babak penyisihan; mereka se-
mua sudah menunjukkan yang terbaik di ajang ini.
Masih melekat di ingatan saya ketika salah satu anggota yang masih kelas 10 dari tim lain berkata bahwa
mereka bertiga belajar materi kelas 12 semalaman, karena ingin berusaha menunjukkan apa yang mereka bisa.
Teman-teman, kita semua pasti pernah gagal, termasuk tim-tim CEG dari sekolah tercinta ini. Namun, bu-
kankah gagal itu mendewasakan? Patah hati saja pasti akan mendewasakan seseorang dalam percintaan, kok. Selain
itu, tanpa kegagalan kita tidak akan bisa belajar.
Misalkan saya, pengalaman
yang saya dapatkan adalah harus
lebih berkonsentrasi dalam mela-
kukan sesuatu, karena akar dari
kesalahan saya di final adalah
kurang tenang. Kembali ke kalimat
pertama di tulisan ini, bahwa tidak
ada pengalaman yang tidak ber-
guna.
Ya, jangan selalu anggap
kegagalan adalah kegagalan. Ke-
napa tidak mencoba berpikir kalau
gagal adalah proses belajar? Kalau
memang ke depannya masih gagal,
mungkin itu bukan jalan untuk kita.
Terkadang, ada hal-hal yang tidak
bisa kita ubah.
Seandainya berhasil,
teruslah mencoba lagi. Jangan ce-
pat puas. (*)
25
KUIS
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
G uys…..u must try
this….this is really
cool…Kalian bener-
bener jangan ngeliat
jawabannya dulu. Ikutin saja in-
struksinya, dijamin deh bakal
kaget liat hasilnya,
Psikotest ini diambil dari
email internet, diterjemahkan
oleh orang itu dari bahasa
Asalnya (Jepang). Kamu akan
menemukan hasil yang sangat
mengejutkan.
Orang yang memikirkan
Kuis ini, konon sesudah mem-
baca mail ini, harapannya dapat
terkabul. Pasti kamu akan
terkejut melihat hasilnya.!!!
Ingat dan janji ya, jangan
membaca jawabannya dulu. Baca
baik-baik, satu paragraf demi
paragraf. Siap……..nah, pertama-
tama ambil bolpoin dan kertas.
Oh ya, waktu memilih
nama, kamu harus memilih orang
yang kamu kenal. Jangan terlalu
banyak mikir, Tulislah apa yang
ada di kepala kamu.
INGAT : Maju satu para-
graf per paragraf. Kalau kamu
membaca kelanjutannya, Per-
mohonan kamu tidak akan terka-
bul.
1.. Pertama-tama tulis angka
1 sampai sebelas di kertas
anda secara vertikal (atas ke
bawah).
2.. Tulis angka yang paling
kamu senang (antara1-11)
disebelah angka nomor1 dan
2.
3.. Tulis 2 nama orang
(lawan jenis) yang kamu ke-
nal, masing-masing di nomor
3 dan 7.
4. Tulis 3 nama orang yang
kamu kenal di nomor 4, dan
5, dan 6. Di sini kamu boleh
menulis nama orang di ke-
luarga, teman, kenalan. Sia-
papun OK. Cuma harus yang
kamu kenal
5.. Di nomor 8, 9, 10 dan 11
kamu tulis nama judul lagu
yang berbeda-beda
6.. Terakhir, tulis kamu punya
permohonan. (Kamu minta
permohonan).
NAH……… di bawah ini
ada jawaban dari psikotestnya
mudah-mudahan cocok jawa-
bannya.
1.. Anda harus memberitahu ke
orang yang kamu tulis di nomor 7
tentang psikotest ini.
2.. Orang yang kamu tulis di no-
mor 3 adalah orang yang kamu
cintai.
3.. Orang yang kamu tulis di no-
mor 7 adalah orang yang kamu
suka, tetapi bertepuk sebelah tan-
gan.
4.. Orang yang kamu tulis di no-
mor 4 adalah orang yang kamu
rasa paling penting bagi kamu.
5.. Orang yang kamu tulis di no-
mor 5 adalah orang yang paling
mengerti tentang kamu.
6.. Orang yang kamu tulis di no-
mor 6 adalah orang yang mem-
bawa keberuntungan pada kamu.
7.. Lagu yang kamu tulis di nomor
8 adalah lagu yang ditujukan untuk
orang nomor 3.
8.. Lagu yang kamu tulis di nomor
9 adalah lagu yang ditujukan untuk
orang nomor 7.
9.. Lagu yang kamu tulis di nomor
10 adalah lagu yang melukiskan
apa yang ada di hati kamu.
10.. Terakhir, lagu yang kamu tulis
di nomor 11 adalah lagu yang me-
lukiskan hidup kamu.
26
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
CERPEN
E ntah bagaimana, aku
bisa berada di dalam
kotak sialan ini. Sem-
pit. Panas. Gelap. Kata
temanku, dikelilingi oleh em-
pat persegi panjang seperti
ini—ditambah satu di atas dan
satu di bawah—adalah suatu
kebanggaan. Kau bisa merasa
bahwa dirimu masih baru dan
tanpa cacat. Namun, semua itu
terasa seperti omong kosong
bagiku.
Aku. Benci. Jadi.
Seperti. Ini.
Lamunanku terhapus. Seseorang—yang entah
siapa—mengangkat diriku.
“Ini handphone keluaran terbaru, Mas. Silakan
dicek dulu kondisi dan kelengkapannya,” ujar salah
satu suara sembari membuka kotak yang menutupiku
selama ini. Normalnya, orang akan menjejalkan udara
dalam-dalam ke hidung mereka segera setelah keluar,
tapi tidak bisa untuk diriku.
Awalnya terlihat aneh, memang. Namun, aku
baru ingat kalau aku sendiri tidak punya hidung. Hanya
kebebasan pikiran dan
kehendak yang pantas
kubanggakan. Selain itu,
aku juga mengerti bahasa
manusia. Canggih, kan?
Kemudian, tangan
lain sibuk membolak-balik
tubuhku yang baru saja
dikeluarkan dari kotak.
Agak pusing rasanya
waktu dia melihat pung-
gungku, lalu tubuh depan,
lalu ke punggung lagi, dan
seterusnya. Berputar-
putar. Suara tawa men-
dadak terburai dari dalam
mulut si pemilik tangan.
“Tahan banting,
nggak? Gue coba banting,
ya?”
“Tahan banting.
Oleh : Christopher Salim
Ini suasana asing yang terasa aneh. Pemilik ba-
ruku—yang tidak pantas jadi pemilik, menurutku—
memboyongku masuk ke kamar setelah menancapkan
pantatku ke sebuah sumber listrik. Pendingin ruangan
langsung berembus begitu saja. Lantas, badanku tidak
luput dari tarian jemarinya.
Sebelum aku sadar, ternyata dia sudah mem-
baringkan diri di atas ranjang. Mataku—yang orang-
orang bilang kamera depan—bisa menangkap wajah
yang berseri-seri menempel di kepalanya yang ditumpu
oleh bantal.
Aku lupa
apa saja yang
terjadi selama
dua jam selan-
jutnya. Yang
jelas, rasanya
dia memainkan
permainan yang
ada dalam
diriku. Lama
kelamaan, panas
merasuki pung-
gungku, dan
kemudian men-
jalar ke dada
sampai perut.
Aku capek!
Istirahatkan
aku!
27
CERPEN
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
“Doni, ayo
ke ruang tamu!
Ayah sama Ibu mau
bicara!” Suara itu
begitu menggelegar
sampai pemilikku
yang ternyata nama-
nya Doni itu
merutuk pelan, “Ah,
ganggu gue lagi
main!” Aku merasa-
kan dia beranjak
dan berseru,
“Sebentar, Doni ke
sana!”
Tangan Doni
melingkari tubuhku.
Dia seperti cincin
dan aku seperti jari
manis. Tidak lama,
sampailah kami di
ruang tamu.
Saat Doni—yang kutaksir umurnya sekitar dua
puluh tahun—mendudukkanku di atas meja, barulah
aku bisa menyaksikan wajah manusia-manusia itu me-
lalui ekor mataku yang melirik nakal.
Seorang pria berambut salju—dan tipis—mulai
angkat suara, “Don, gimana kuliahmu?”
Pemilikku yang duduk di seberang pria itu tidak
luput dari terjangan mataku selanjutnya. Dia terlihat
menelan ludah. “Doni harus nambah jam kuliah.”
Kugulirkan lagi pandangan mataku ke sebelah
ayah Doni. Terlihat jelas seorang perempuan yang
sedang membentuk seulas senyuman sedang berujar,
“Wah, rajin sekali!”
Mengulang mata kuliah, Nyonya, mengulang.
Masa gitu saja tidak tahu? batinku dengan desahan yang
tidak seorang pun bisa mendengar. Ah, terkadang
manusia bisa lebih bodoh dari benda sebangsaku.
Lebih tolol dari kami yang menyandang julukan
smartphone. Atau, bisa saja kedunguan itu muncul
karena kehadiran kami. Mungkin.
Badanku terangkat. Doni menyentuhkan jari-
jari panjangnya di atas dada dan perutku. Tidak sopan
sekali! Itu orangtuamu, Don! Kurasakan suara dentin-
gan pedang yang khas dalam game mengalun dari
dalam tubuhku, dari sesuatu yang
orang-orang sering sebut speaker.
Ah, sekarang ingatan yang mengangkut alasan
mengapa kami—termasuk diriku—kerap menjadi
racun dunia dan masyarakat mulai berkelabat lagi. Rasa
bersalah mulai menjalari setiap inci keping-keping besi
terkecil dalam tubuhku.
“Doni, Ayah mau bica—“
Pemilikku memotong dengan omelannya yang
menurutku sedikit menusuk telinga, “Nanti saja! Se-
bentar, perangnya belum selesai!” Bahkan, mata Doni
tidak beranjak dari tubuhku sedikit pun!
Aku bisa melihat matanya yang miskin jumlah
kedipan dari jarak kurang dari tiga puluh sentimeter.
Si perempuan memukul meja ruang tamu.
“Doni! Jarang-jarang kita bisa ngobrol seperti ini! Har-
gai orangtuamu ini, sedikit saja!”
“Dulu, kau tidak seperti ini. Kurasa ponsel yang
kaupegang sekarang meracuni pikiranmu,” timpal ayah
lelaki itu, lirih.
Aktivitasnya masih belum terputus. Hebat
sekali, kurasa dia memiliki konsentrasi setinggi para
manusia yang menciptakanku. Sekali lagi, rasa bersalah
menjeratku karena berhasil menulikan pendenga-
rannya. Ingin sekali berusaha mematikan seluruh sis-
tem yang ibarat pembuluh darahku, namun pasti hasil-
nya hanya nihil.
28
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
CERPEN Ini alasan kedua mengapa aku benci diri sendiri.
Benarkah aku sukses meracuni otak manusia?
Mendadak, tubuhku lunglai. Sesuatu yang kuse-
but pembuluh darah ini serasa berhenti mengalirkan
kekuatan selama sesaat. Karena itu, untuk sekadar
mengangkat kelopak mata saja susahnya setengah mati.
Panas yang menumpuk menjadi alasan mengapa diriku
seperti ini, menurutku.
Terdengar Doni yang dengan bisik-bisik men-
gumpat sesaat kemudian, “Aduh, bangsat! Nge¬-lag
handphone gue! Jadi kalah war, nih!”
Wah, wah, wah, Nak, apa mulutmu jadi rusak
karenaku? Kemudian, tekanan jari berulang kali
menumbuk tubuhku. Tidak ada lagi suara dentingan
pedang. Senyap. Energiku pulih secepat hilangnya tadi.
“Sudah selesai mainnya, Don?” tanya si ayah.
Doni menggeleng. “Sebentar, Yah, ada pesan
masuk di Facebook. Doni balas dulu. Penting banget.
Sebentar lagi juga mau telepon sama teman. Kalau kita
ngobrol kan bisa kapan-kapan.”
Maka, angkat kakilah kami berdua dari ruang
tamu. Andai aku tidak ada, mungkin mereka bertiga
sudah bercanda tawa.
Setiap hari berlangsung seperti biasa. Mem-
bosankan. Kering. Memuakkan. Dia seharusnya keluar
dan bertukar sapa dengan teman-temannya. Namun,
yang pemilikku lakukan hanya memanfaatkan sumber
daya energiku setiap saat. Tuhan, bunuh aku sekarang.
Bunuh saja.
Aku sempat mendengar orangtua Doni berpa-
mitan hari ini. Manusia yang tersisa di rumah hanyalah
pemilikku ini. Dia sedang menekan-nekan tubuhku
seperti biasa saat ada suara ketukan pintu. Doni pun
beranjak dari sofa dan membuka pintu.
“Hei, Don. Gimana utangmu ke gue, yang ka-
tanya lu pakai buat beli ponsel? Yang katanya lu ngu-
tang demi ngerasain gimana main ponsel?” Meski aku
sedang di atas sofa, pemandangan itu tidak luput dari
mataku, begitu juga dengan suara.
“Hmm, gue masih nggak ada uang. Kapan-kapan aja.”
“Lu bohong! Kalau nggak ada uang sama
sekali, kenapa bisa beli pulsa buat main game online di
handphone sama update status di Facebook?!
Pokoknya, bayar sebagian atau gue obrak-abrik rumah
lu!”
Diriku makin beracun saja. (*)
29
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
ARTIKEL
F inlandia mengalahkan 40
negara lain di dunia ber-
dasarkan survei PISA yang
dilakukan OECD pada
2003. Tes komprehensif ini me-
lalui pengukuran kemampuan
mathematics, reading, science, dan
problem solving untuk peningka-
tan kualitas sistem pendidikan.
Di Finlandia kemandirian
dalam mengikuti proses belajar
mengajar itu tidak hanya dinikmati
para guru yang begitu dihormati
tetapi juga ditularkan kepada para
pelajar melalui berbagai kesem-
patan. Salah satunya, setiap pelajar
diberi otonomi khusus untuk me-
nentukan jadwal ujian untuk mata
pelajaran yang menurutnya sudah
dia kuasai.
"Siswa diajar mengevaluasi
diri sendiri sejak pra-TK! Ini mem-
bantu siswa belajar bertanggung-
jawab atas pekerjaan mereka
sendiri," kata Sundstrom, Kasek di
SD Poikkilaakso, Finlandia.
Siswa didorong untuk
bekerja secara independen dengan
berusaha mencari sendiri infor-
masi yang mereka butuhkan. Sua-
sana sekolah sangat santai dan
fleksibel.
Adanya terlalu banyak ko-
mando hanya membuahkan rasa
tertekan, dan mengakibatkan sua-
sana belajar tidak menyenangkan.
Kelompok siswa yang lambat men-
dapat dukungan intensif.
Anak-anak baru boleh berseko-
lah setelah berusia 7 tahun.
Mereka juga meyakini keutamaan
bermain dalam belajar, berimaji-
nasi, dan menemukan jawaban
sendiri.
Anak-anak di usia dini jus-
tru didorong untuk lebih banyak
bermain dan bersosialisasi dengan
teman sebaya. Penilaian tugas tidak
diberikan hingga kelas 4 SD.
Pelajar di Finlandia sudah
terbiasa menemukan sendiri cara
pembelajaran paling efektif.
Mereka tidak harus merasa ter-
paksa untuk belajar. Meski mulai
telat, tapi pelajar umur 15 di
Finlandia justru berhasil mengung-
guli pelajar lain dari seluruh dunia
dalam tes internasional Pro-
gramme for International Student
Assessment (PISA).
Cara belajar 45 menit belajar,
15 menit istirahat. Orang-orang
Finlandia meyakini, kemampuan
terbaik siswa menyerap ilmu baru
justru akan datang, jika punya ke-
sempatan mengistirahatkan otak
dan membangun fokus baru.
Mereka juga jadi lebih pro-
duktif di jam-jam belajar karena
mengerti bahwa sebentar lagi
mereka akan dapat kembali ber-
main.
30
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
ARTIKEL Semua sekolah negeri di Finlan-
dia bebas biaya, sekolah swasta
diatur secara ketat agar tetap ter-
jangkau. Sistem pendidikan diban-
gun atas dasar kesetaraan.
Bukan memberi subsidi
pada mereka yang membutuhkan,
tapi menyediakan pendidikan
gratis dan berkualitas untuk se-
mua.
Reformasi pendidikan pada
1970-an, merancang sistem keper-
cayaan yang meniadakan evaluasi
atau ranking sekolah sehingga
antara sekolah tak perlu merasa
berkompetisi.
Sekolah swasta diatur den-
gan peraturan ketat untuk tidak
membebankan biaya tinggi kepada
siswa. Saking bagusnya sekolah
negeri di sana, hanya terdapat
segelintir sekolah swasta yang
biasanya juga berdiri karena basis
agama.
Semua guru dibiayai pemerin-
tah untuk meraih master. Gaji
mereka termasuk dalam jajaran
pendapatan paling tinggi di Finlan-
dia. Tidak peduli jenjang SD atau
SMA, semua guru wajib memegang
gelar master yang disubsidi penuh
oleh pemerintah dan memiliki
tesis yang sudah dipublikasi.
Finlandia memahami bahwa
guru adalah orang yang paling ber-
pengaruh dalam meningkatkan
mutu pendidikan generasi masa
depannya. Tidak saja kualitas, pe-
merintah Finlandia memastikan
ada cukup guru untuk pembela-
jaran intensif. Ada 1 guru untuk 12
siswa, rasio yang jauh lebih tinggi
daripada negara lain. Jadi guru bisa
memberikan perhatian khusus
untuk tiap anak.
Kredibilitas dan mutu tenaga
pengajar yang tinggi memung-
kinkan pemerintah menyerahkan
tanggung jawab membentuk kuri-
kulum dan evaluasi pembelajaran
langsung kepada para guru. Hanya
terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti.
Ujian nasional tidak diper-
lukan. Pemerintah meyakini, guru
adalah orang yang paling mengerti
kurikulum dan cara penilaian ter-
baik yang paling sesuai dengan
siswa-siswa mereka.
Jam sekolah di Finlandia relatif
lebih pendek. Siswa-siswa SD
di hanya berada di sekolah 4-5
jam per hari. Siswa SMP dan SMA
mengikuti sistem layaknya kuliah.
Mereka hanya akan datang pada
jadwal pelajaran yang dipilih.
Upaya meningkatkan mutu se-
kolah dan guru secara seragam di
Finlandia menargetkan semua
siswa dapat jadi pintar, tanpa
terkecuali. Mereka tidak memper-
cayai sistem ranking atau kompe-
tisi yang akhirnya hanya akan
menghasilkan „sejumlah siswa pin-
tar‟ dan „sejumlah siswa bodoh‟.
Walaupun ada bantuan
khusus untuk siswa yang merasa
butuh, tapi mereka tetap ditem-
patkan dalam kelas dan program
yang sama. Tidak ada program
akselerasi.
Pembelajaran di sekolah
berlangsung secara kolaboratif.
Bahkan anak dari kelas-kelas ber-
beda sering bertemu untuk kelas
campuran. Strategi itu terbukti
berhasil karena saat ini Finlandia
adalah negara dengan kesenjangan
pendidikan terkecil di dunia. (*)
31
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
FILM
F ox telah mengkonfirmasi, film yang dulunya diperankan Will Smith, Jeff
Goldblum, dan Bill Pullman ini akan tayang di seluruh bioskop pada 3 Juli
2015. Sutradara film tersebut, Roland Emmerich, sebenarnya pernah
mengkonfirmasi Independence Day kedua akan dibuat.
Roland juga mengatakan, film ini akan diset dengan latar belakang 20
tahun ke depan dari film yang pertama. Selain itu, Roland akan menampilkan
karakter baru yang lebih muda. Tapi sayangnya dalam film ini Will Smith tidak
akan lagi membintangi film yang pernah sukses pada tahun 1996 ini. PIhak Will
Smith telah mengkonfirmasi se-
cara resmi mengenai pe-
nolakannya ikut serta dalam fim
ini.
Film mengisahkan tentang
kedatangan alien ke bumi untuk
melakukan invasi melalui lubang
vortex di alam semesta. Lubang
vortex atau lubang cacing ini merupakan anomali alam untuk
menuju ke dimensi lain melalui perjalanan luar angkasa.
Jika pada alien membutuhkan waktu hanya 2 hingga 3 minggu,
namun bagi umat manusia membutuhkan waktu yang lebih lama
yaitu 20 hingga 25 tahun untuk melakukan perjalanan luar angkasa.
Disinilah manusia harus menemukan kunci kelemahan dari para
pengganggu bumi agar bisa kembali bebas. Dirilis 3 Juli 2015. (*)
S ekuel kelima Pirates of the Caribbean memasuki tahap produksi.
Johnny Depp berada di Australia untuk menjalani syuting. Namun,
sinopsis Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales bocor
di internet.
Berdasarkan sinopsis, Jack Sparrow akan bertemu dengan para
hantu perompak yang dipimpin oleh musuh lamanya, Kapten Salazar. Dia
ingin membalas dendam dengan membunuh semua perompak, termasuk
Jack Sparrow. Kapten nyentrik tersebut mencari sebuah artefak penting
yang bisa mengatur laut untuk menyelamatkan nyawanya dari Salazar.
Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales akan disutrada-
rai oleh Espen Sandberg dan Joachim Ronning. Skenario ditulis oleh Jeff
Nathanson yang pernah menulis Catch Me If You Can dan Indiana Jones
and the Kingdom of the Crystal Skull.
Selain Johnny Depp, beberapa aktor dari sekuel sebelumnya juga
kembali hadir, seperti Geoffrey Rush yang berperan sebagai Barbossa,
Kevin McNally sebagai Joshamee Gibbs, dan Stephen Graham sebagai
Scrum. Javier Bardem akan memerankan Kapten Salazar.
Sebuah foto yang beredar di dunia maya memerlihatkan para kru
sibuk membangun desa untuk keperluan syuting. Terlihat beberapa ekor
kuda dan bangunan besar, yang diduga digunakan untuk kapal. Pirates of
Caribbean: Dead Men Tell No Tales siap dirilis di AS pada 7 Juli 2017. (*)
32
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
FILM
T he Hunger Games : Mockingjay menceritakan kejadian pertem-
puran setelah peristiwa Quartel Quell yang arenanya terbakar
dilalap api. Pada saat itu Katniss Everdeen, si cantik berhasil dise-
lamatkan oleh Distrik Pembrontak. Para pemenang distrik yang
telah tergabung dalam distrik pembrontak menjelaskan kepada Katniss
bahwasanya mereka telah merencanakan rencana besar.
Rencana itu mereka namai dengan revolusi Panem. Sudah tau dong
tujuannya pasti untuk menggulingkan Capitol. Nah, inilah tujuan dari para
pemberontak mengajak Katniss untuk menjadi simbol pemberontakan
mereka, menjadi seorang Mockingjay.
Mulailah keseruan The Hunger Games : Mockingjay bisa kita nik-
mati dalam film ini. Pada mulanya Katniss dilatih dan bertarung bersama
Distrik 13 untuk menjatuhkan pemerintahan kejam Capitol.
Tanpa katniss sadari, secara tidak langsung tersirat cie cie Ketniss
pada Peeta Mellark, yang merupakan teman sesama pemenang, yang dicu-
lik oleh Capitol dan menjadi tawanan untuk mengecoh katniss dan para
pemberontak.
Pemberontakan semakin merajala, darah berceceran, tangisan
merajalela, bumi menjadi merah, malah mendramatisir. Intinya semua dis-
trik mengalami pemberontakan. Dan tibalah saatnya, Katniss sang pemim-
pin Mockingjay untuk berhadapan dengan raja Capitol dibawah pimpinan
President Snow (Donald Sutherland). Dirilis 20 November 2015. (*)
S udah lama sekali semenjak dua film sequel ini, The Da Vinci Code
(2006) dan Angels And Demons (2009) rilis. Rasa penasaran para
pecinta filn dua film sebelumnya itu sudah sangat besar, apalagi
yang sudah membaca ketiga novel karya Dan Brown ini.
Film ini tetap akan memperankan Tom Hanks sebagai Dr. Robert
Langdon dan juga aktris yang tahun ini masuk nominasi oscar, yaitu Felicity
Jones. Serta, madih banyak lagi para pemain film terkenal yang akan ber-
main di film Inferno, seperti Irfan Khan (Life of Pi (2012).
Film ini berawal ketika Dr. Robert Langdon yang diperankan oleh
Tom Hanks yang terbangun di sebuah rumah sakit di Italia. Langdon ter-
bangun dengan kondisi amnesia, ia tidak tahu apaapa penyebab yang mem-
buat ia mengalami amnesia. Lalu Dr.
Langdon bertemu dengan Dr. Sienna Brooks yang diperankan Felic-
ity Jones. Sienna membantu Langdon untuk menemukan jawaban penyebab
amnesianya, tetapi mereka harus memberhentikan seseorang yang ingin
menyebarkan wabah global dan ia ada hubungannya dengan amnesia yang
dialami Dr. Langdon.
Petualangan, aksi, dan teka teki akan mereka berdua hadapi di
sepanjang film ini. Hidup dan Mati Dr. langdon sangat dipertatuhkan. Ren-
cananya film dirilis 18 Desember 2015 tapi ada juga yang menyebutkan
bakal tayang baru Oktober 2016. Ditunggu saja. (*)
33
XTRA
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
S MAK Santa Agnes punya
banyak ekstrakurikeler,
salah satunya basket. Ek-
stra ini terbagi menjadi dua
tim, yakni cowok dan cewek. Ek-
stra berlangsung Selasa, Kamis dan
Jumat di GOR Santa Agnes.
“Aku merasa memiliki
bakat dan minat basket. Jadi, aku
pingin mendalami dan mengasah
permainan basketku,” kata
Imanuel Javier yang akrap dipanggil
Javi.
Di Ekstra Basket tak hanya
dilatih permainan atau fisik, tapi
membangun kebersamaan yang
erat di antara para pemain, karena
itu akan mendukung dalam latihan
dan lomba.
“Aku suka di sini, jadi ban-
yak punya teman. Kalau dukanya,
aku susah membagi waktu. Latihan
fisiknya juga sangat berat,” jelas
Javi.
Menurut cowok berambut
khas ini, kejuaraan basket yang
paling berkesan adalah ketika tim-
nya ikut DBL. “Life is always bet-
ter when I am playing basketball,”
tambah cowok yang dikenal usil
ini.
Awal-
nya, dia sempat
takut dan nerv-
ous bergabung.
Tapi semua
hilang, bahkan
dia semakin
padu dalam tim
inti basket.
Alasan berbeda disampai-
kan Yonathan Bingly. Hal yang
membuat cowok ini tertarik ma-
suk Ekstra Basket karena adanya
adu kekuatan. Selain itu, dapat
membuat tubuh lebih kuat.
Namun, Yonathan memiliki
keinginan kuat berada di sebuah
tim karena itu berarti hobi, bakat-
nya menjadi tersalurkan.
Ketika DBL 2014, Yona-
than pernah menjadi top scorer
30 poin dari 3 game yang telah
dimainkan SMAK Santa Agnes. (*)
Agnes M,
Felicia T, Feliani H, Zuleika M
Hampir mirip disampaikan
Jeffrey Gunawan, yang mengaku
sangat senang karena pada
akhirnya dapat menyalurkan ho-
binya lewat Ekstra Basket. Bahkan,
dirinya masuk dalam tim utama.
“Kami berlatih hampir
setiap hari di GOR atau lapangan
lain bersama teman-teman,” ka-
tanya Jeffrey yang sejak kecil me-
mang sangat menyukai permainan
basket.
Cinta basket juga diyakini
Chrysilla Zada, cewek cantik asal
Kalimantan itu. Rasa suka berkem-
bang sejak kecil karena menyaksi-
kan kakak-kakaknya bermain bas-
ket. “Jadi, saya ikuti jejak kakak
saja,” ucapnya.
Ketika menjejak bangku
SMA, Zilla mantap memilih Ekstra
Basket. Kedua orangtuanya men-
dukung penuh keputusannya.
34
REPORTASE
G reen house SMAK
Santa Agnes berdiri
guna menambah media
pembelajaran agar
lebih maksimal dan efisien. Peman-
faatan greenhouse dapat dilihat
dari materi pembelajaran, teru-
tama Biologi, yang membahas
seputar lingkungan hidup.
Meski belum ada struktur
khusus dalam perawatannya, mitra
kerja cleaning service dengan te-
laten merawat semua tanaman.
Banyak yang dilakukan, mulai dari
mengatur penempatan tanaman,
mengawasi gulma sampai meny-
iram dan memupuk.
Ibu Anis, salah satu pelopor
pendirian green house, merasa
akan lebih efisien jika semua warga
sekolah turut andil dalam perawa-
tan green house. Namun, keterba-
tasan waktu dan minat, membuat
program green house itu, belum
berjalan lancar.
Semula memang ada ek-
strakurikuler Lingkungan Hidup.
Tapi, jika nantinya dapat hadir
kembali, Ibu Anis mengusulkan,
kegiatan ekstra itu benar-benar
peduli lingkungan. Ada program
jelas mengenai pelanggaran siswa
yang berhubungan dengan perawa-
tan green house dan lingkungan
sekolah.
"Sejak sekarang, kita harus
sadar dan peduli dengan lingkun-
gan sekitar kita, karena suatu saat,
lingkungan akan membalas apa
yang sudah kita berikan
kepadanya," tambau ibu guru yang
gemar bercocok tanam ini. (*)
Laporan :
King Kelvin, Vanesa Angela
"Saran saya, ada piket ber-
gilir untuk merawat green house.
Wong, perawatannya mudah dan
tidak makan waktu banyak. Atau
bisa juga menghidupkan kembali
ekstrakurikuler," katanya.
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Manfaat Go Green
Mengubah perilaku warga seko
lah untuk melakukan budaya pe-
lestarian lingkungan.
Terwujudnya kelembagaan se-
kolah yang peduli dan berbu-
daya lingkungan.
Meningkatkan penghematan
sumber dana melalui penguran-
gan sumber daya dan energi.
Menciptakan kondisi keber-
samaan bagi semua warga seko-
lah.
Menghindari berbagai risiko
dampak lingkungan di wilayah
sekolah.
Menjadi tempat pembelajaran
bagi siswa tentang pemeliharaan
dan pengelolaan lingkungan hidup
yang baik, dan benar.
35
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
REPORTASE
Laporan :
Mario B, Timothy Raka
Bersih itu
K elas merupakan sarana
utama dalam proses
belajar mengajar. Ten-
tunya, kelas yang bersih
akan membuat para guru dan
siswa nyaman.
Tapi, acapkali, siswa men-
gabaikan kebersihan kelas, bahkan
kelasnya sendiri. "Sudah ada im-
bauan menjaga kebersihan, tetap
saja tidak peduli," ungkap seorang
siswa.
Masih dijumpai meja penuh
coretan bolpoin dan stipo. Ketika
menghias kelas, banyak sampah
berserakan dan sisa tempelan di
dinding yang sulit dilepas karena
penggunaan double tap. (*)
A nak-anak muda zaman pasti
lebih mementingkan gengsi
untuk berbelanja di tempat-
tempat branded. Tapi kalau
sudah dihadapkan dengan harga yang bersahabat, luluhlah gengsi tersebut.
Sunday Market adalah salah satu pasar yang diminati oleh banyak orang,
dari yang muda hingga orang tua. Di sini banyak sekali barang yang fashion-
able dan sangat up to date. Selain itu, ada stan makanan dan aksesori.
“Sunday Market beda dengan market-market yang lain. Lebih ber-
sih, bagus, barang-barangnya berkualitas. Ada beberapa online shop di
Instagram yang juga berjualan di sana,” terang Jason Jonathan Wongso
Sudiro, anak Kelas X.
Bagi cowok satu ini, Sunday Market sangat bermanfaat karena da-
pat membantunya mengikuti tren fashion terkini. Selain itu, Jason, senang
berkuliner di pasar yang termasuk area Surabaya Town Square (Sutos) ini.
“Makanannya enak-enak, banyak variasi juga,” tambahnya.
Tanggapan positif lainnya datang dari Bryan Julio. Di tempat itu,
dirinya dapat menemukan Erigo Store, online shop yang hadir di Insta-
gram. Ketimbang melihat di media sosialnya, Bryan memilih datang lang-
sung ke Sunday Market, dan menyentuh produk Erigo Store. “Harganya
lebih murah,” katanya antusias.
Sayangnya, Sunday Market ini bukan kegiatan regular. Hanya ber-
langsung pada periode-periode tertentu digelar. Baik Jason maupun Bryan
berharap Sunday Market tetap diselenggarakan dan keduanya bersemangat
untuk datang kembali. Bagaimana dengan Anda? (*)
36
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
S etiap orang pasti membayang-
kan, bahwa anak pandai selalu
digambarkan dengan karakter-
istik yang membosankan, culun, kuper, dan
susah bergaul. Namun tidak semua hal tersebut dapat
dikatakan benar 100%.
Siswi SMAK Santa Agnes ini yang bernama
Maria Katarina yang duduk di XI IPA 3, mungkin dapat
dikatakan berbeda dengan yang lain.
Dia memang jika dilihat pertama kali, tidak ada
yang menyadaribahwa siswi ini memiliki kemampuan
berpikir dan berintelektual yang tinggi di atas remaja
sebayanya. Wajahnya yang murah senyum tidak meng-
gambarkan dirinya me-
rupakan anak yang pan-
daipada umumnya.
Bahkan teman
sekelasnya yang ber-
nama Louis Antonius,
saat pertama kali meli-
hat siswi Ini, menggang-
gap bahwa siswi ini
tidak terlalu pandai dan
menganggap siswi ini mungkin malas. Namun setelah
melihat beberapa hasil ulangannya yang pertama, be-
tapa takjub bahwa siswi ini sungguh pandai, dan ber-
beda apa yang dipikirkan olehnya saat melihatnya per-
tama kali.
Kecerdasannya telah mem-
bawanya untuk berpatisipasi men-
gikuti lomba Matematika lebih dari
5 kali saat duduk di bangku kelas XI.
Walaupun siswi ini memiliki kecerdasan yang
tinggi, hal ini tidak membuatnya kurang pergaulan. Ia
mempunyai banyak teman baik dari kelas IPA, IPS dan
Bahasa.
Menurutnya teman lebih penting daripada nilai,
namun bukan berarti nilai tidak penting. Cara untuk
dapat membanggakan orangtuanya saat ini adalah den-
gan memberikan nilai pelajaran yang baik.
Selain itu, Maria Katarina menyadari bahwa
kunci kesuksesan masa depan juga berasal dari teman.
Hal ini lah yang mendorongnya untuk mencari teman
sebanyak-banyaknya.
Menurut tanggapan beberapa siswa-siswi ber-
prestasi, memang sulit untuk berprestasi dengan tetap
memiliki banyak teman. Hal ini dikarenakan perbedaan
gaya berbicara, pola berpikir dan kualitas pembicaraan.
Namun bagaimana siswi ini dapat tetap bergaul?
“Betapa pentingnya sebuah teman. Aku tidak akan
mengatakan“tidak” untuk diajak pergi temannya walau-
pun besoknya ada ulangan,” ujar Maria Katarina.
Lalu bagaimana siswi ini tetap dapat berpres-
tasi? Maria Katarina mengaku tidak pernah belajar
dengan nggetu (tekun), cukup belajar
dengan membangun mood terlebih
dahulu untuk belajar, menjalankan
apa yang seharusnya dijalankan. (*)
Laporan :
Emmanuel James, Kristin Fitriani
REPORTASE
37
N athalia begitu nama panggilan dari seorang
guru bahasa mandarin di SMAK. Santa
Agnes Surabaya. Ia memulai karir menjadi
guru bahasa mandarin sejak tahun 2011 di
SMAK Santa Agnes.
Dia tak pernah berpikir menjadi guru karena
jika disuruh memilih, dia lebih memilih menjadi Tour
Guide. Tetapi berkat dukungan dari teman-teman bai-
knya, dia menjadi guru sampai sekarang.
Bagi Laoshi menjadi guru itu sangatlah menarik
karena dapat bertemu dengan anak-anak dan dapat
melihat proses yang dialami. Misalnya, dari yang tidak
bisa sama sekali bahasa Mandarin menjadi bisa dan
lancar dalam berkomunikasi.
Laoshi memiliki cara tersendiri dalam membaur
dengan anak-anak yang baru masuk di SMAK Santa
Agnes yaitu dengan cara bertanya-tanya dari mana asal
REPORTASE
Dia senang berkumpul dengan anak-anak. Bu
Titien menekuni pekerjaan ini sejak tahun 2012 di
sebuah sekolah SMK di kota Malang.
Dalam menjalani pekerjaan menjadi guru bahasa
indonesia ia selalu di motivasi oleh orangtuanya yang
sangat mendukung sekali cita-citanya menjadi guru.
Bagi kebanyakan orang pekerjaan menjadi seo-
rang guru bahasa Indonesia sangatlah membosankan
tetapi bagi bu Titien sangatlah menarik karena dapat
mengetahui sejarah bahasa Indonesia, mengetahui tata
bahasa yang baik dan patut untuk dipakai dalam berko-
munikasi dengan orang lain.
Selain itu, juga mnedapatkan inspirasi untuk
membuat karya sastra Indonesia dengan mudah.
Dalam membaur dengan anak-anak yang baru masuk
menjadi murid di SMAK. Santa Agnes bu Titien
memiliki cara tersendiri yaitu dengan mengajak ngo-
brol, bercanda, dan mengingatkan tugas. (*)
Laporan :
Aprilia Lukas,
Veronica Valencia
sekolahnya. Dan,
agar anak-anak
tersebut tidak
bosan kepada laoshi
dan pelajarannya dia
selalu berusaha
membuat bahan
bercandaan.
Sebaliknya, Bu Titien
Andriani, salah satu
guru bahasa Indone-
sia di SMAK Santa
Agnes Surabaya,
memilih menjadi
guru bahasa Indone-
sia karena ia sangat
suka bahasa Indone-
sia.
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
38
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Dari : Orang yang cinta kamu
Untuk : Rachel XI IIS 1
Pesan : Selamanya….
Dari : X IIS 1
Untuk : Bapak X IIS 1 tercinta
Pesan : Semoga tambah suka lari,
cinta anak-anak, dan yang lebih
penting, tambah muda….heheeh
Dari : Agnes M
Untuk : April, Veve, Rachel
Pesan : Tobat...ayo tobat ..urakan
e, rek…..
Dari : XI IPA 2
Untuk : Budi
Pesan : Kamu ganteng, jadi naksir
deh...
Dari : Topher
Untuk : Teman Sekelas
Pesan : Jangan lupain ge
gaes….Maaf atas PHP-nya selama
ini.
Dari : Someone
Untuk : Jeanny Octavia X IPA 3
Pesan : Jen…..i love u ….
Dari : Penggemar beratmu
Untuk : Widharta Tanuwijaya
Pesan : I am always with u...
Dari : X IIS 1 the best
Untuk : Pak Gatut
Pesan : I miss u pak...
Dari : Vann ...IPA
Untuk : Somebody I like in MIA 2
Pesan : Actually, I like u, sweet
girl….but I am too shy to tell it.
And yet, I am not ready to get
hurt again. #brokenheart
Dari : Someone
Untuk : X IPA 3
Pesan : Fighting rek...semoga se-
makin sakti di kelas XI
Dari : Nanda X IIS 2
Untuk : Beni X IIS 1
Pesan : I love u…..
Dari : Fanii
Untuk : Lewi Chiko Tarigan
Pesan : Peka pang ikam
nih….Unda udah sayang lawan
ikam, sudah lawas...pang ikam nih
nah…...
Dari : Seseorang (V)
Untuk : Teman-teman
Pesan : Tetap semangat ya, se-
moga kita semua bisa menjadi yang
terbaik
Dari : Tan Michael
Untuk : Semua cewek yang
merasa cantik, terutama XI IPS 1
Pesan : Add PIN aku ya, manusia
paling cetar di Stag...langsung aku
accept, nggak pake lama
Dari : Ivan W
Untuk : Hendi
Pesan : Jangan PHP in aku terus...
Dari : Ivan (Gemblang)
Untuk : Lulu
Pesan : Pengen mengulang masa-
masa terindah kita dulu...
Dari : Wilson XI IPS 3
Untuk : Nindi XI IPS 3
Pesan : Bisa nggak kita mulai dari
awal lagi...
Dari : 10
Untuk : Louis XI MIA 3
Pesan : Cieee ...yang pintar masak
...tapi jangan cuek2 dong
Dari : XX
Untuk : Hindarto X MIA 4
Pesan : Kamu kok lucu sih?
Dari : Martin Jonathan XI IPS 3
Untuk : Citta Wijayanti
Pesan : Kenapa kok kamu delcont
aku...
Dari : 75 ++++
Untuk : 315dbxxx
Pesan : Semangat DBL-nya..
Dari : Ita XI IPS 3
Untuk : zzzzzz (XI)
Pesan : Semangat basketnya
DUDU
39
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Saatnya, bukti
dan hasil nyata
dari sebuah
tindakan yang
berdampak
produktif bagi
sebanyak mungkin
manusia,
bukan sekadar
hapal teori
dan kutipan.
N AIK bus hari ini. Di
depan saya, ada
sepasang manula
suami istri. Keduanya
menggunakan jam Rolex emas.
Dari jenisnya, saya perkirakan har-
ganya sekitar Rp 700-an juta.
Kalungnya juga emas berat, ge-
langnya emas berat. Cincinnya
penuh berlian. Saya perkirakan
semua cincin mereka saja di atas
Rp 200 juta. Sabuknya Luis Vuit-
ton.
Total perhiasan yang dike-
nakan sepasang manula itu mung-
kin di atas Rp 1 miliar. Dan,
mereka memilih naik bus, berang-
kat dari sekitar pasar tradisional.
Hal yang mustahil terjadi di Indo-
nesia. Mustahil dengan perhiasan
semahal itu bisa low profile meng-
gunakan bus.
Oleh :
Nelson Leo Manurung
https://www.facebook.com/
MnrgNelsonLeo/
Kemungkinan besar akan
pakai mobil mewah dan sopir pri-
badi. Dengan perhiasan senilai itu,
mustahil pasutri itu berani jalan-
jalan di pasar tradisional di Indo-
nesia, menggunakan bus umum
tanpa incaran copet dan rampok.
***
Di pasar, tadi saya juga
melihat sepasang kekasih yang
berpenampilan anggun dan elegan
sedang berpacaran sambil menun-
tun anjing. Anjingnya berak. Lalu si
cowok memungut berak anjing itu
dengan kertas koran yang sengaja
dibawa dari rumah. Aturan di
Hongkong, memang empunya an-
jing diharuskan membersihkan
kotoran anjing yang dibawa.
Aturan ini sudah menerap pada
semua warga Hongkong.
ESAI
40
ESAI
Magazine of Saint Agnes Edisi II 2014-2015
Pulangnya, saya naik kereta
(railway line). Penumpang harus
membayar tiket dengan cara
"gesek" kartu, lalu naik. Kemudian,
kartu ini didebet uangnya. Tak ada
penjaga di sana. Hari sebelumnya,
saya menggunakan MTR (MRT
kalau di Singapore) penuh sesak,
tapi di gerbong itu hanya ada
sepasang tempat duduk yang kos-
ong.
Tidak ada yang iseng
mengisi atau nekat mendudukinya,
meski untuk berdiri saja saat itu,
nyaris sulit karena kereta penuh
sesak. Tempat duduk itu dibiarkan
kosong karena diperuntukan
khusus bagi orang tua, ibu hamil,
dan disabled.
***
Tidak ada pengawasan,
hukum dan aturan berjalan dengan
sendirinya, dengan penuh kesada-
ran. Nyaris tak ada rasa ingin men-
curangi aturan. Bisa saja pengguna
railway ini tak usah bayar,
menghindari gesek kartu supaya
gratis. Namun mereka tak melaku-
kan itu. Mereka dengan sabar antri
menunggu untuk menggesek kartu
Bisa saja pemuda tadi tak
memungut berak itu, jijay kan.
Padahal sangat jarang pengawas
yang lalu lalang untuk patroli berak
anjing. Orangtua itu naik bus den-
gan perhiasan mahal tanpa merasa
khawatir akan keamanan dan kese-
lamatannya.
***
Seorang wanita berjalan
sendirian jam dua malam di
Hongkong lebih aman daripada
dua orang lelaki berjalan jam dua
siang di Pasar Senen atau Tanah
Abang. Kapan masyarakat kita bisa
seperti ini, seratus, dua ratus ta-
hun ke depan?
Masyarakat Hongkong tidak
umum berbicara persoalan akhlak
dan moralitas dogmatis, seperti
kebanyakan masyarakat di sini,
yang hobi sekali mengaitkan segala
tindakan dengan akhlak dan moral,
dan menilai serta menghakimi tin-
dakan, ucapan, tulisan orang lain
dengan parameter akhlak.
Masyarakat Hongkong tidak
melebay-lebay-kan bahasanya den-
gan terminologi-terminologi
agama, atau meniru dan mengim-
por bahasa dan penampilan timur
tengah dalam sosial sehari-hari.
Masyarakat Hongkong menerje-
mahkan "moralitas dan akhlak" ini
dalam bukti dan tindakan nyata,
bukan hanya sekadar teori-teori
normatif.
Begitu sudah naik pada
tataran bukti dan praktik, masyara-
kat di sini banyak yang nol besar
dibanding teorinya. Kita ribut soal
Dolly, kita ribut tentang haram
halal, kita ribut tentang aliran A
aliran B, kita ribut tentang ibadah
keyakinan lain, dan lain-lain, seolah
semua orang kita ini adalah yang
paling suci.
Padahal, bahkan di tempat
"suci" saja (jangankan di tempat
umum), sandal hilang. Jadi, tidak
aneh, negara kita adalah salah satu
negara paling korup di dunia.
Ekonomi kita termasuk
yang paling senjang dan rendah per
kapita di dunia. Sistem pendidikan
kita adalah tiga besar terburuk di
dunia. Toleransi beragama kita
termasuk yang paling sering berka-
sus di dunia.
"Pencapaian" kita banyak
yang mendunia, namun nyaris tak
ada dalam hal yang positif. Jika
mengamati kesenjangan antara
"ngomong besar" tentang morali-
tas dan akhlak dan kesenjangannya
dengan 'bukti'nya, apakah tepat
jika dinamakan 'munafik'? Monggo,
masing-masing menilai sendiri. (*)