Module 2_final Report BIOKIMIA
description
Transcript of Module 2_final Report BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein
Aidil Nur Malaya, Janiss Kritine, Nur Liyana, Mandeep K. Dhillon,
Muhammad Afiq, Tan Mei Lee
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Abstrak
Penentuan kadar protein merupakan proses rutin yang digunakan dalam Laboratorium
Biokimia. Terdapat banyak metode yang dapat digunakan dalam penentuan kadar protein.
Salah satu metode penetapan kadar protein adalah titrasi (volumetri). Protein adalah bersifat
amfoter, iaitu mampu bersifat asam dan basa. Supaya protein dapat dititrasi sebagai asam,
maka sifat basa dari gugus amino harus dihilangkan dengan mereaksi dengan formaldehida.
Pereaksi yang digunakan larutan asam asetat 1N dan 0,25N, larutan NaOH 0,1N, larutan
formaldehida 40% dan larutan fenolftalein. Metode percobaan adalah dengan membuat
larutan NaOH 0,1N dan kemudian dibakukan dengan kalium biftalat supaya menjadi larutan
baku primer. 20mL sampel iaitu susu dimasukkan kedalam beaker dan dipanas sampai 40
celcius. Kemudian 1,2mL asam asetat 1N dan 0,25N ditambah serta didiamkan selama 1jam
untuk menghasilkan endapan.kemudian disaring dan ditambah NaOH dan formaldehyde
untuk menghilangkan warna pink. Dari percobaan penentuan kadar protein, titrasi akhir
sampel dengan NaOH 0,1N menghasilkan warna pink.
Kata Kunci : Protein, Asam, NaOH.
Abstract
Determination of protein content is a routine process that is used in the Laboratory of
Biochemistry. There are many methods that can be used in the determination of protein
content. One of method in determination of protein content is titration (volumetric). Proteins
are amphoteric nature, that is, capable of acidic and alkaline. So that the protein can be
titrated as acids, the basic nature of the amino group must be removed by reacting with
formaldehyde. Reagents used 1N acetic acid solution and 0,25N, 0,1N NaOH solution, 40%
formaldehyde solution and phenolphthalein solution. Experimental method is to create 0,1N
NaOH solution and then standardized with potassium biftalat to become the primary standard
solution. 20ml of sample of milk was added to the beaker and incited to 40 centigrade. Then
1,2mL 1N acetic acid and 0,25N added and allowed to stand for 1 hour to produce
precipitate. Then filtered and added NaOH and formaldehyde to remove the colour pink.
From the experimental determination of protein content, that the final titration with NaOH
0,1N sample will gives the pink colour back.
Keywords : Protein, Acid, NaOH.
Pendahuluan
Dalam percobaan kali ini susu sapi dipilih
untuk penentuan kadar protein. Susu
merupakan zat pembangun tubuh yang
mengandung vitamin B2, A dan asam
amino. kandungan-kandungan tersebut
sangat diperlukan bagi tubuh manusia,
kandungan tersebut dibutuhkan oleh tubuh
manusia untuk sumber energi, mensintesis
substansi-substansi penting seperti hormon,
enzim, dan antibodi, berperan untuk proses
percepatan reaksi biologi dalam bentuk
enzim dan untuk zat pembangun tubuh.
Dimana kesemua kandungan tersebut
bertujuan untuk memastikan tubuh badan
manusia tetap sehat. Selain daripada itu,
susu sapi juga relative lebih mudah dan
senag untuk didapatkan dibandingkan
dengan susu yang dihasilkan dari kelenjar
mamlia lainya.
Selanjutnya, didalam susu terdapat kasein
yang merupakan protein. Protein memiliki
fungsi sebagai katalis, stuktural sel,
pergerakan,,pertahanan, pengendali
metabolism, proses kontraksi, transfer, dan
senyawa yang penting dalam organisme
tingkat tinggi. Kasein terdiri dari sejumlah
peptide prolin yang mana tidak berinteraksi,
dan tidak memiliki disulfide. Hal tesebut
mengakibatkan kasein memiliki struktur
tertier yang kecil. Kasein memiliki sifat
hidrofob yang membuat kasein sangat susah
untuk larut di dalam air. Kasein yang
terdapat didalam susu berfungsi sebagai
suspensi partikel, suspensi partikel tersebut
di sebut misel kasein yang mana memiliki
kemiripan dengan misela tipe-surfaktan
menunjukkan bahwa bagian-bagian
hidrofilik berada di permukaan. Kasein
memiliki berbagai kegunaan seperti, zat
aditif makanan, sumber makanan, persedian
kasein asam amino essential serta beberapa
karbohidrat dan unsur kalsium dan fosfar
anorganik. Kasein yang terdapat dalam susu
mencapai 3,25%. Selain dari kasein,
laktalbumi dan laktogbulin juga merupakan
sumber protein yang terdapat di dalam susu.
Penentuan kadar protein dalam praktikum
ini ditentukan dengan menggunakan metode
kuantitatif, dengan metode titrasi
(volumetri). Metode kuantitatif yang
digunakan untuk menghitung kadar kasein
yang terdapat dalam susu yang di uji.
Kasein memiliki pH isoelektrik 4,5-4,7.
Dimana pH isoelektrik memiliki muatan
yang sama antara cas positif dan cas
negativif. Pada keadaan protein di pH
isolektrik, protein tidak bermuatan sehingga
penetuan kadar protein ditunjukkan dengan
adanya gumpalan dan endapan.
Metode
Alat
Corong penyaring, gelas kimia, gelas ukur,
kertas saring, penangas air, pengaduk, pipet
tetes dan tabung reaksi.
Bahan
Akuades, Larutan asam asetat (1N dan
0.25N), Larutan NaOH (0.1N), Larutan
formaldehida 40%, Larutan fenolftalein.
Prosedur
Pada mulanya pembuatan larrutan
NaOH 0.1N dilakukan. Pertama larutkan 4g
NaOH di dalam 150mL air bebas CO2.
Kemudian larutan dinginkan sehingga suhu
kamar dan diencerkan dengan 1000 mL air
bebas CO2. Seterusnya pembakuan larutan
NaOH 0.1N dilakukan, dimana 2.042g
kalium bifalat ditimbang dan dilarutkan ke
dalam 100mL air bebas CO2. Setelah itu, 3
tetes fenolftalein ditambahkan dan dititrasi
dengan larutan NaOH 0.1N sehingga ianya
menjadi merah muda mantap. 100mL NaOH
0.1N adalah setara dengan 2.042g kalium
bifalat
20 mL sampel akan dimasukkan ke
dalam beaker glass dan dipanaskan di
panangas air pada suhu 40oC.
Kemudian1.5mL larutan asam asetat 1N
akan ditambahkan dan akan diaduk sehingga
homogen dan didiamkan selama kasein
yaitu pH 4,6 dan kemudian akan diaduk dan
didiamkan selama 1 jam. Larutanya
kemudian akan dekanter ke dalam corong
dengan kertas saring dan endapan dicuci
dengan aquadest sehingga air cucian
menjadi netral. Kertas saring dan endapan
akan dimasukkan ke dalam beaker gelas
semula dan aquadest ditambahkan hingga
dengan volume +-20mL. 4,9mL larutan
NaOH 0.1M akan ditambahkan dan
dipanaskan di atas penangas air hingga
larutnya seperti susu dan akan dinginkan
hingga suhu 21-24oC dan 3 tetes fenolftalein
akan diteteskan. 4mL formaldehide (40%)
akan ditambahkan sehingga warna rosa
hilang dan akan dititrasi dengan larutan
NaOH 0.1N sehingga terbentuk warna rosa
kembali.
Hasil
Tabel 1 : Pembakuan larutan NaOH 0.1 N
No.
Bobot
kalium
biftalat
( mg )
Volume
NaOH
(ml )
1 10 12.3
2 10 12.0
3 10 12.2
Rata-rata 10 12.3
Tabel 2 : Perhitungan kadar kasein
No. Volume NaOH 0.1 N
( ml )
1 0.5
2 0.2
Rata-rata 0.35
Kadar kasein : 0.315 %
Gambar 1:
Titrasi NaoH
dengan
Kalium
biftalat.
Gambar 2: nilai pH sampel
(a)
Sebelum :
pH 4
(b) Selepas : pH 5
Gambar 3 : Hasil titrasi penetapan kadar
kasein
Sebelum Selepas
Larutan
KHC8H4O4
b
Larutan
NaOH
a
Pembahasan
Percobaan kali ini adalah bertujuan
untuk menentukan kadar kasein dalam susu
sapi.Salah satu penetapan kadar protein
adalah metode titrasi (volumetri).Karena
kasein bersifat amfoter,maka kasein sulit
dititrasi sebagai asam,maka sifat basa dari
gugus amino harus dihilangkan. Hal ini
dapat dilakukan dengan mereaksikan protein
dengan formaldehida sehingga ion hidrogen
( H+ ) dapat dititrasi dengan natrium
hidroksida ( NaOH ).
Bagi permulaan percobaan, larutan
natrium hidroksida perlu dibuat terlebih
dahulu.Pellet NaOH perlu ditimbang dengan
menggunakan kaca arloji karena ia bersifat
higroskopik.Akuades yang diperlukan untuk
melarutkan pellet NaOH harus dipanaskan
sehingga mendidih.Hal ini bagi
membebaskan karbon dioksida dalam
air.Jika karbaon dioksida masih ada pada
akuades,ia boleh bereaksi dan membentuk
asam karbonat.Ia juga boleh mempengaruhi
hasil percobaan.
NaOH perlu dibakukan terlebih
dahulu karena ia merupakan larutan standar
sekunder.Larutan standar sekunder
merupakan larutan suatu zat yang
konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan
tepat.Ia tidak tersedia dalam keadaan
murni.Selain itu,larutan ini tidak
stabil,sangat higroskopik,serta mudah
bereaksi dengan udaraAntara karakteristik
lainnya juga ialah ia mempunyai berat
molekul relatif kecil.
Oleh sebab itu,NaOH perlulah
dibakukan dengan larutan standar primer
yaitu kalium biftalat.Sebelum itu,pastikan ia
telah dikeringkan pada suhu 120 C selama 2⁰
jam.Hal ini adalah untuk menghilangkan
atau menguangkan kadar air dalam zat
tersebut.Fenolftalein diteteskan ke dalam
labu Erlenmeyer bagi melihat titik akhir
titrasi.Titrasi dilakukan sehingga zat di
Erlenmeyer terjadi warna merah muda. Hal
ini karena fenolftalein berwarna merah
dalam kondisi basa akibat struktur ion
resonansinya.
Pembakuan NaOH ini dibuat
sebanyak tiga kali ( triplo ) bagi memastikan
normalitas NaOH yang akurat.Hal ini dapat
dilihat pada tabel 1.
Sampel susu sapi dipanaskan di
penangas air pada suhu 40 C.Hal ini ⁰
karena suhu optimum bagi protein
koagulasi adalah 40 C.Jika ia suhu melebihi⁰
40 C,protein akan denaturasi ataupun rosak.⁰
Larutan asam asetat 1N ditambahkan
ke dalam sampel sebagai katalis untuk
permulaan ia mencapai pH isoelektrik.Ia
didiamkan sementara dan terbentuk sedikit
gumpalan dan endapan pada fase
ini.Kemudian ditambahkan dengan larutana
asam asetat 0.25 N dan diamkan selama 1
jam.Larutan sampel tersebut telah diuji nilai
pH bagi sebelum dan selepas penambahan
larutan asam astetat ( Lihat gambar
2 ) .pH isolektrik dapat didefinisikan muatan
positif dan muatan negatifnya sama
banyak.Rentang pH isoelektrik ialah 4.5-
4.7.
Sampel disaring menggunakan kain
peyaring bukannya kertas saring.Hal ini
karena porinya lebih kecil dan lagi banyak
endapan yang dapat dihasilkan.Setelah
itu,endapan dibilas dengan akuades
sehingga air cuciannya bersifat netral.Hal
ini karena untuk memastikan endapan bebas
dari partikel-partikel kotoran dan boleh
mempengaruhi hasil percobaan.
Larutan NaOH 0.1M dimasukkan ke
dalam sampel larutan endapan dan
dipanaskan karena untuk kembalikan
sampel ke keadaan basa.Indikator
fenolfthalein ditambahkan dan terhasilnya
larutan warna merah muda
keputihan.Setelah itu,formaldehide 40%
ditambahkan dan menyebabkan warna
merah muda tersebut hilang.Hal ini
menunjukkan basa dari gugus amino telah
dapat dihilangkan.
Setelah itu,ia dititrasi dengan larutan
NaOH 0.1 N sehingga terbentuk warna
merah muda kembali.Hal ini dapat dilihat
hasilnya pada gambar 3.Ia karena sampel
protein telah dapat dititrasi dalam keadaan
asam.Fenolfthalein akan menukarkan warna
bening ke warna merah muda bila dalam
keadaan asam.Titrasi dilakukan sebanyak
dua kali bagi memastikan hasil lebih akurat
dan diambil rata-ratanya bagi menghitung
kadar kasein dalam sampel susu sapi seperti
yang terlihat pada tabel 2.
Kadar kasein telah dihitung
berdasarkan rumus :
Kadar kasein :
Setelah dihitung,dapat disimpulkan
bahwa adanya kadar kasein dalam susu sapi
ialah 0.315 %.
Kesimpulan
Kami mampu melakukan pembakuan
larutan baku pertama kalium biftalat dan
larutan sekunder NaOH 0.1N. Kami juga
mampu melakukan titrasi volumetri untuk
mementukan kadar protein dan memahami
metode identifikasi penentuan kadar protein
secara kualitatif.
Vol. rata-rata NaOH 0.1 N x 0.9
%
Daftar Pustaka
1. Cara Khasiat Manfaat, 2013, Makanan Sumber Protein Terbanyak, http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/makanan-sumber-protein-nabati-terbanyak.html retrieved pada 22/3/15.
2. Chang, Raymond, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1 edisi 3, Jakarta: Erlangga, 2004.
3. Saptarini N.M, dkk, 2015, Penuntun Praktikum Biokimia, Bandung, Unpad.
4. Fessenden & Fessenden, 1986, Kimia Organik. Jilid 2. Edisi Ketiga, Jakarta, Erlangga.