Module Lan 20133

102
MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LANJUT TAHUN AJARAN 2012 – 2013 LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

description

modul

Transcript of Module Lan 20133

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LANJUT

TAHUN AJARAN 2012 2013

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa yang diizinkan mengikuti praktikum adalah yang telah terdaftar dan memenuhi syarat yang ditentukan.

2. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan praktikan harus hadir 5 menit sebelum praktikum dimulai. Bagi praktikan yang tidak hadir pada waktu tersebut dianggap mengundurkan diri dari praktikum. Praktikan harus mengisi daftar hadir pada setiap pelaksanaan percobaan.

3. Praktikan harus membawa kertas milimeter blok dan wajib menyerahkan laporan pendahuluan sebagai syarat wajib mengikuti praktikum.

4. Praktikan harus mengikuti pretest yang dilaksanakan sebelum praktikum keseluruhan.

5. Praktikan harus mengikuti postest yang dilaksanakan setelah praktikum.

6. Penilaian praktikum didasarkan atas:

a. Tugas Pendahuluan: 5 %

b. Pretest: 5 %

c. Postest: 5 %

d. Keaktifan: 5 %

e. Laporan: 40 %

f. Asistensi: 10 %

g. Alat: 30 %

7. Praktikan dilarang merokok, makan dan minum selama berada di dalam laboratorium.

8. Praktikan harus berpakaian rapih dan memakai sepatu, tidak diperkenankan memakai kaos oblong dan sandal.

9. Praktikan dilarang ribut selama berada di dalam laboratorium dan wajib menjaga kebersihan di dalam maupun di luar laboratorium.

10. Bagi yang melanggar akan mendapat sanksi dikeluarkan dari ruang laboratorium dan dianggap tidak mengikuti praktikum.

Bandar lampung, April 2013

Ka. Lab. Teknik Elektronika

Dr. Sri Ratna Sulistiyanti

NIP. 19651021 199512 2 001

DIAGRAM ALIR PELAKSANAAN PRAKTIKUM

PROSES PELAKSANAAN PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA

1. Mahasiswa wajib mendaftarkan diri dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

2. Mengikuti pretest Praktikum Dasar Elektronika dengan materi yang mencakup keseluruhan percobaan. Jadwal pelaksanaan pretest sebelum pelaksanaan praktikum.

3. Hasil dari pretest harus lebih dari atau sama dengan 65. Mahasiswa yang mendapatkan hasil pretest kurang dari 65, tidak diperkenankan mengikuti praktikum, dan boleh mengikuti praktikum susulan, dan diwajibkan mengerjakan ulang seluruh soal-soal pretest dengan hasil tidak kurang dari 70.

4. Mahasiswa diwajibkan menulis laporan pendahuluan yang berisi:

Judul Percobaan

Tujuan Percobaan

Teori Dasar (minimal 1 lembar)

Alat dan Bahan

Rangkaian Percobaan

Prosedur Percobaan

5. Mahasiswa yang telah melakukan percobaan diwajibkan untuk melakukan Asistensi dengan asisten yang bersangkutan, sampai laporan tersebut di Acc oleh asisten yang bersangkutan. Jika belum di Acc maka tidak dapat melakukan penjilidan laporan secara keseluruhan.

6. Mahasiswa yang telah melakukan seluruh percobaan dan laporannya telah di Acc oleh asisten maka diwajibkan untuk menjilid seluruh Laporan tersebut dengan sampul warna yang ditentukan kemudian.

7. Batas waktu pengumpulan laporan keseluruhan akan diumumkan kemudian.

8. Mahasiswa diwajibkan untuk membuat Tugas Alat yang merupakan salah satu syarat penilaian praktikum.

Kegiatan di atas seperti ditunjukan pada diagram alir yang dilampirkan pada lembaran berikutnya.

Catatan: Bagi yang tidak melakukan asistensi untuk setiap percobaan tidak dapat mengumpulkan laporan akhir.

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

1. Laporan ditulis pada kertas putih ukuran A4

2. Margin untuk penulisan laporan adalah :

(4 cm3 cm3 cm3 cm)Batas Kiri 4 cm, Batas Kanan 3 cm, Batas Atas 3 cm, dan Batas Bawah 3 cm.

3. Bila ada grafik dari data-data percobaan, penggambaran dilakukan pada kertas grafik (millimeter block).

4. Sampul untuk penjilidan keseluruhan diberitahu kemudian.

5. Pada halaman muka masing-masing perocbaan diberikan sampul berwarna sesuai dengan ketentuan yang berisi : Nama, NPM, Kelompok, Logo Unila, Tahun, dan tulisan lainnya yang dianggap perlu.

6. Pada sampul muka dituliskan minimal kata:

Laboratorium Teknik Elektronika

Jurusan Teknik Elektro

Universitas Lampung

Tahun

Nama

NPM

Kelompok

Logo Unila

LABORATORIUM TEKNIK ELETRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA LANJUT

Judul Percobaan:

Nama Praktikan (NPM):

Nama Asistensi (NPM):

Kelompok:

No

Catatan

Tanggal

TTD

Bandar Lampung,2013

Asisten,

NPM.

DAFTAR ISI

TATA TERTIB

DIAGRAM ALIR

PROSES PELAKSANAAN

FORMAT PENULISAN

LEMBAR ASISTENSI

1. MULTIVIBRATOR DAN SCHMITT TRIGGERxx

2. OPERATIONAL AMPLIFIERxx

3. ADC DACxx

4. RANGKAIAN COUNTER UP & DOWN PADA FPGAxx

5. MIKROKONTROLLER AVRxx

DAFTAR PUSTAKA

PERCOBAAN 1

MULTIVIBRATOR DAN SCHMITT TRIGGER

RAHMAT HIDAYAT

0815031024

PERCOBAAN 1

MULTIVIBRATOR DAN SCHMITT TRIGGER

A.Tujuan

1. Mengukur frekuensi dan duty cycle dari timer 555

2. Untuk menunjukkan adanya hysteria (cacat sinyal) dari suatu penghasil pulsa

3. Untuk menunjukkan bagaimana piranti penyulut schmitt dapat dipergunakan untuk memperbaiki pulsa keluaran

4. Mengenali penyulut schmitt dari rumpun logika IC

5. Mengamati bentuk gelombang pada monostable multivibrator

B. Dasar Teori

Osilator merupakan salah satu dari rangkaian generatif, seperti ditunjukkan dalam pengelompokan pada bagian berikut:

(Rangkaian Regeneratif)

(Osilator sinusoidal) (Multivibrator) (Astabil) (Monostabil) (Bistable)

Gambar 1.2. Pengelompokkan rangkaian-rangkaian regeneratif

Multivibrator dikelompokkan ke dalam bistabil, monostabil, dan astabil. Rangkaian multivibrator bistabil memiliki ciri rangkaian yang tetap berada pada tingkat (level) keluaran yang diberikan apabila tidak dikenakan sinyal (trigger) dari luar. Penerapan sinyal dari luar akan mengakibatkan perubahan keadaan, dan tingkat keluaran ini akan tetap sampai ada sinyal luar berikutnya. Jadi rangkaian bistabil memerlukan dua sinyal sebelum kembali ke keadaan awal.

Multivibrator monostabil atau one-shot, menghasilkan satu pulsa dengan selang waktu tertentu dalam menanggapi suatu sinyal trigger dari luar. Ini berarti bahwa hanya satu saja keadaan stabil. Penerapan trigger mengakibatkan perubahan ke keadaan kuasistanil. Rangkaian tetap berada pada keadaan kuasistabil pada selang waktu yang ditentukan dan kemudian kembali ke keadaan semula. Akibatnya adalah sinyal trigger internal dibangkitkan yang menghasilkan transisi ke keadaan stabil.

Multivibrator astabil atau free-running, adalah multivibrator yang memiliki dua keadaan kuasistabil (bukan keadaan stabil), dan kondisi rangkaian berisolasi diantaranya. Dalam hal ini tidak diperlukan sinyal trigger luar untuk menghasilkan perubahan keadaan. Lamanya rangkaian berada pada suatu keadaan ditentukan oleh harga komponen. Karena sifat osilasi diantara dua keadaan ini, rangkaian astabil digunakan untuk membangkitkan gelombang segiempat.

(A1) (CN1) (A1)

(Rangkain Kopling) (Penguat Pembalik)

(CN2)

Gambar 1.2. Diagram blok konfigurasi multivibrator

Pada gambar 9.8 ditunjukkan konfigurasi multivibrator secara umum. Dua pembalik A1 dan A2 membentuk umpan balik positif. Sedangkan CN adalah rangkaian kopling (penggandeng) yang bersifat resistif dan CN1 dan CN2 menentukan jenis multivibrator.

Jika sinyal masuk ke A1, maka sinyal tersebut diteruskan ke A2 lewat rangkaian kopling CN1 , dan mengakibatkan perubahan keadaan (kedudukan) A2.

Jika CN1 dan CN2 resistif, maka multivibratornya bersifat stabil. Jika CN1 dan CN2 merupakan kapasitor dalam hubungan seri, maka multivibratornya bersifat monostabil. Dan jika CN1 dan CN2 kapsitif, maka multivibratornya bersifat astabil.

1. Multivibrator Monostabil

Monostable Multivibrator disebut juga One-Shoot Multivibrator. Dalam gambar ditunjukkan skema multivibrator monostabil. Jika dibandingkan dengan gambar skema umum multivibrator, kapasitor seri C merupakan CN1. Gerbang logika NOR1 dan MOR2 berturut-turut berfungsi sebagai A1 dan A2.

(VDD)

(R)

(Vo2) (Vo1) (Vin)

(C) (VX)

(NOR 2) (NOR 1)

Gambar 1.3. Multivibrator Monostabil

Untuk menjelaskan cara kerja multivibrator monostabil kita gunakan diagram pulsa seperti gambar 1.4.

(VDD=V(1)) (VDD) (V VT), transisi terjadi pada gerbang NOR1, keluarannya berubah dari Vo1 = V(1) = VDD, menjadi Vo1 = V(0) = 0. Karena tegangan tersebuttidak segera berubah (dalam waktu T1), maka Vc (0+) = 0 dan Vx (0+) = 0. Pemberian V(0) pada masukan NOR2 mengakibatkan keluaran pada waktu t = 0+,

Vo2 (0+) = VDD = V(1)

Yang berarti V(1) tersalurkan ke masukan NOR1 dan menjadikan tegangan keluaran Vo1 = 0. Akibatnya, tegangan Vc mengarah pada pengisian kapasitor dari VDD lewat tahanan R. Bentuk tegangan pengisian menurut waktu kita lihat pada rangkaian berikut:

+ -

(VX mengisi dari VX=0 ke VX=VDD)

(VX) (Vo1 = 0)+

(VDD) (VDD + VT = 3/2 VDD)-

( VX(t))

( VT = )

( VX(t) = VDD (1 - e t/RC))

Gambar 1.5. Penjelasan Pengisian Vx menurut waktu t

Pada saat VX = VT, NOR2 kembali ke kedudukan Vo2 = 0. Akibatnya, transisi dalam NOR1 dari V(0) ke V(1). Waktu transisi T1 dapat ditemukan dari persamaan berikut:

VX(T1) = VT = VDD (1-e-T1/RC)

Atau

e =

Dan

T1 = RC ln

Untuk gerbang CMOS double buffered VT = VDD/2, sehingga

T1 = RC ln 2 = 0,693 RC

2. Multivibrator Astabil

Multivibrator Astabil dan diagram pulsanya digambarkan sebagai berikut:

(Vo2) (Vo1) (VX)

(R) (NOR 2) (NOR 1)

(C)

Gambar 1.6. Multivibrator Astabil

(Vo2) (VDD) (Vo1)

(VDD)

(tt) (tt)

(0) (T1) (2T1) (2T1) (T1) (0)

(T) (T)

Gambar 1.7. Diagram Pulsa Vo1 dan Vo2 pada multivibrator astabil

Dalam multivibrator astabil ini juga berlaku V(0) = 0 dan V(1) = VDD dan VT VDD/ 2. Pada saat trigger belum masuk (t = 0), Vo1 mengalami transisi dari V(1) ke V(0), sehingga Vo2 akan sama dengan V(1) = VDD. Demikian selanjutnya pada saat T1, Vo1 = V(1), Vo2 turun menjadi V(0), dan seterusnya.

Pada gambar 1.7. ditunjukkan diagram pulsa dari VX dan VC. Pada saat VX = VT, VC = VX Vo2, sehingga tegangan kapasitor persis sebelum t = 0, VC(0). Jika tegangan NOR1 persis setelah t = 0, Vo1(0+) = 0, maka Vo2(0+) = VDD dan VX = VDD + VT.

Pada saat t = T1, tegangan VX = VT dan NOR1 off, sehingga keluarannya sama dengan Vo1 = VDD. Gerbang NOR2 akibatnya mengalami transisi Vo2 turun ke nol. Namun VC tetap dan VX turun sebesar VDD. Kemudian VC mengisi sampai +VDD secara eksponensial, demikian pula VX. Pada saat t = T2, VX = VT,dan proses berulang lagi. Besarnya waktu sama dengan:

T = 2T1 = 2RC ln 2 = 1,39 RC

Pada frekuensi osilasi Fo = 1/T dan

Fo = 1/T = 1/1,39 RC = 0,721/RC

(VC) (VX)

(VDD + VT)

(VDD)

(VT) (VT = )

(tt) (tt)

(T1) (2T1) (2T1) (T1)

(T) (T)

Gambar 1.8. Diagram pulsa VX dan VC pada Multivibrator Astabil

3. Bistable Multivibrator

Bistable multivibrator disebut juga sebagai dasar dari flip-flop. Multivibrator jenis ini memiliki dua buah keadaan stabil. Pulsa triger pada input rangkaian akan menyebabkan rangkaian diasumsikan pada salah satu kondisi stabil. Pulsa kedua akan menyebabkan terjadinya pergeseran ke kondisi stabil lainnya. Bistable multivibrator ini hanya akan berubah keadaan jika diberi pulsa triger sebagai input. Output rangkaian multivibrator bistabil akan lompat ke satu kondisi (flip) saat dipicu dan bergeser kembali ke kondisi lain (flop) jika dipicu dengan pulsa triger berikutnya. Rangkaian kemudian menjadi stabil pada suatu kondisi dan tidak akan berubah atau toggle sampai ada perintah dengan diberi pulsa triger. Gambar 1.9 berikut adalah salah satu contoh rangkaian bistable multivibrator dengan menggunakan IC 555.

Gambar 1.9. Bistable Multivibrator dengan IC 555

Perubahan sinyal output dari IC 555 yang berada pada pin 3 diperoleh dengan mengendalikan masukan trigger dan reset pada IC 555. Pada kondisi tidak terhubung ke ground, kedua masukan ini ditahan pada level logika High oleh dua buah resistor Pull Up, yaitu R1 dan R2. Jika masukan trigger (Pin 2) dihubungkan ke ground, maka trigger akan berada pada posisi Low dan output pada pin 3 berada pada kondisi Set atau pada level logika High. Jika saklar dipindah ke pin 4 (reset), maka pin 4 ini akan terhubung ke ground dan memiliki logika Low, sehingga akan mengubah kondisi output dari High ke Low. Kondisi ini dapat berlangsung terus menerus, sehingga terlihat bistable multivibrator memiliki 2 keadaan stabil, yaitu Low dan High.

C. Peralatan

1. Modul dasar Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS)

2. Kit sistem Latih Elektronika EFT-ETS-CA 1

3. Multimeter

4. Osiloskop

5. Kabel hubung 2 mm

D. Prosedur Percobaan

Astable Multivibrator

1. Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit sistem Latih Elektronika EFT-ETS-CA 1 pada tempatnya. Pastikan keduanya belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.

2. Hubungkan ke sumber AC 220 V/ 50 Hz

3. Gunakan gambar berikut ini untuk membantu melaksanakan percobaan

(C20,01F) ( C10.01F)

Gambar 1.10. Astable Multivibrator dengan IC 555

4. Gunakan kawat hubung 2 mm untuk memperoleh rangkaian di atas

5. Persiapkan Osiloskop, pastikan rangkaian Anda telah diperiksa asisten

6. Nyalakan listriknya

7. Hitung dan catatlah frekuensi f dan siklus tugasnya D. Bandingkan hasil pengukuran dan perhitungan.

8. Ambil RA = 10K dan RB = 100K

9. Ukurlah lama status tinggi W dan perioda T dalam satu siklus

10. Lengkapi tabel hasil percobaan

Monostable

1. Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit sistem Latih Elektronika EFT-ETS-CA 1 pada tempatnya. Pastikan keduanya belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.

2. Hubungkan ke sumber AC 220 V/ 50 Hz

3. Pergunakan gambar berikut ini untuk membantu pelaksanaan percobaan

Gambar 1.11. Monostable Multivibrator

4. Gunakan kawat penghubung 2 mm untuk memperoleh rangkaian di atas. pastikan rangkaian Anda telah diperiksa asisten

5. Amati dan gambar bentuk gelombang V1, V2, dan S1 dengan osiloskop

Bistable Multivibrator

1. Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit sistem Latih Elektronika EFT-ETS-CA 1 pada tempatnya. Pastikan keduanya belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.

2. Hubungkan ke sumber AC 220 V/ 50 Hz

3. Pergunakan gambar berikut ini untuk membantu pelaksanaan percobaan

Gambar 1.12. Bistable Multivibrator

4. Gunakan kawat penghubung 2 mm untuk memperoleh rangkaian di atas. Pastikan rangkaian Anda telah diperiksa oleh asisten

5. Amati dan gambar bentuk gelombang masukan dan keluaran dengan osiloskop

E. Tabel Hasil Percobaan

1. Astable Multivibrator

a. Dengan C1 = 10F

R1, k

R2, k

fcalc

Dcalc

fmeas

Dmeas

10

10

100

10

10

100

b. Dengan C1 = 22 F

R1, k

R2, k

fcalc

Dcalc

fmeas

Dmeas

10

100

100

10

10

10

2. Monostable Multivibrator

R1, k

C1, F

Tcalc

Tmeas

10

22

100

22

10

100

3. Bistable Multivibrator

Clock

Kondisi LED

1

1

TUGAS PENDAHULUAN

PERCOBAAN MULTIVIBRATOR

1. Jelaskan yang dimaksud dengan:

Astable Multivibrator

Monostable Multivibrator

Bistable Multivibrator

catatan: Schematicnya gak usah digambar, dijelaskan saja!

2. Gambarkan (Pakai Tangan) IC 555 beserta keterangan masing-masing Pinnya!

3. Jelaskan fungsi masing-masing pin IC 555!

4.Tuliskan rumus untuk mencari Duty Cycle dan Frekuensi pada Astable Multivibrator yang menggunakan IC 555!

5. Tuliskan rumus untuk mencari Time Period pada Monostable Multivibrator yang menggunakan IC 555!

PERCOBAAN 2

OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

RUDI HASUDUNGAN HUTABARAT

0815031026

PERCOBAAN 2

Operational Amplifier (Op-Amp)

A. Tujuan Percobaan

1. Mampu menjelaskan jenis-jenis filter aktif

2. Mengetahui penggunaan Op-amp sebagai filter LPF

3. Mengetahui penggunaan Op-amp sebagai filter HPF

4. Mengetahui pengguaan Op-amp sebagai filter BPF

B. Teori Dasar

Penguat Operasional (Operational Amplifier Op Amp) adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai untuk benyak aplikasi penguatan. Sebuah Op-amp biasanya berupa IC (Integrated Circuit). Pengemasan Op-amp dalam IC bermacam-macam, ada yang berisi satu op-amp (contoh : 741), dua op-amp (4558, LF356), empat op amp (contoh = LM324, TL084), dll.

Penguat operasional tersusun dari beberapa rangkaian penguat yang menggunakan transistor atau FET. Biasanya membuat penguat dari op-amp lebih mudah dibandingkan membuat penguat dari transistor karena tidak memerlukan perhitungan titik kerja, bias, dll.

Kelebihan penguat operasional (op-amp):

Impedansi masukan yang tinggi sehingga tidak membebani penguat sebelumnya.

Impedansi luaran yang rendah sehingga tetap stabil walau dibebani oleh rangkaian selanjutnya.

Lebar pita (bandwidth) yang lebar sehingga dapat dipakai pada semua jalur frekuensi audio (woofer, midle, dan tweeter)

Adanya fasilitas offset null sehingga memudahkan pengaturan bias penguat agar tepat dititik tengah sinyal.

Bagian-bagian dalam Op-amp :

Penguat differensial, yaitu merupakan bagian input dari op-amp. Penguat differensial mempunyai dua input (input + dan input -)

Penguat penyangga (Buffer), yaitu penguat penyangga sinyal output dari penguat differensial agar siap untuk dimasukkan ke penguat akhir op-amp.

Pengatur bias, yaitu rangkian pengatur bias dari penguat differensial dan buffer agar diperoleh kestabilan titik nol pada output penguat akhir.

Penguat akhir, yaitu penguat yang merupakan bagian output dari op-amp. Penguat akhir ini biasanya menggunakan konfigurasi push-pull kelas B atau kelas AB.

1. Penggunaan Op-Amp

a. Penguat diffrensial

Penguat differensial adalah penggunaan op amp untuk mencari selisih antara dua buah titik tegangan yang berbeda.

b. Penguat Penjumlah (summing amplifier)

Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan level masing masing sinyal input yang masuk ke op-amp. Penggunanan op-amp sebagai penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio.

c. Integrator (Low Pass Filter)

Integrator berfungsi mengintegralkan tagangan input terhadap waktu. Penggunanan integrator juga sebagai tapis lulus bawah (Low Pass Filter)

d. Diffrensiator (High Pass Filter)

Differensiator berfungsi mendiferensialkan tagangan input terhadap waktu. Penggunanan diferensiator juga sebagai tapis lulus atas (High Pass Filter).

C. Alat dan Bahan

Multimeter

Osiloskop

Kabel Penghubung

Function generator

Modul dasar Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS)

Kit sistem latih

D. Prosedur Percobaan

1. Tapis LPF (Low Pass Filter)

Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit sistem Latih Elektronika EFT-ETS pada tempatnya. Pastikan keduanya belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.

Hubungkan ke Vin ke Funtion generator,

Buatlah rangkain seperti gambar berikut,

Catat besar tegangan pada voltmeter

Buatlah tabel seperti tabel berikut:

Frekuensi

Tegangan Vin

Tegangan Vout

20

40

60

80

90

100

Buatlah grafik dari respon tegangan terhadap frekuensi

2. Tapis HPF (High Pass Filter)

Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit sistem Latih Elektronika EFT-ETS pada tempatnya. Pastikan keduanya belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.

Hubungkan ke Vin ke Funtion generator,

Buatlah rangkain seperti gambar berikut,

Catat besar tegangan pada voltmeter

Buatlah tabel seperti berikut,

Frekuensi

Tegangan Vin

Tegangan Vout

20

40

60

80

90

100

Buatlah grafik dari respon frekuensi terhadap tegangan

3. Tapis BPF (Band Pass Filter)

Siapkan modul Sistem Latih Elektronik (EFT-ETS-BS) dan letakkan kit sistem Latih Elektronika EFT-ETS pada tempatnya. Pastikan keduanya belum terhubung ke sumber listrik dan semua saklar dalam keadaan mati.

Hubungkan ke Vin ke Funtion generator,

Buatlah rangkain seperti gambar berikut,

Catat besar tegangan pada voltmeter

Frekuensi

Tegangan Vin

Tegangan Vout

20

40

60

80

90

100

Buat grafik respon frekuensi terhadap tegangan,

TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan filter LPF, HPF, BPF?

2. Gambar serta jelaskan grafik karakteristik filter LPF, BPF, dan HPF?

3. Buatlah rangkaian filter LPF, HPF dan BPF sederhana yang disimulasikan dengan bantuan software simulator (Proteus.

PERCOBAAN 3

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC) DAN

DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC)

RIDHO AUDLI

0815031087

PERCOBAAN 3

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC) DAN

DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC)

A. Tujuan

1. Menjelaskan proses konversi 8 bit analog ke digital dengan IC ADC0804.

2. Mengamati pulsa proses konversi ADC menggunakan Osiloskop.

3. Menghitung laju perubahan ADC pada rangkaian percobaan.

4. Menjelaskan proses konversi 8 bit digital ke analog dengan IC DAC0808.

B. Teori Dasar

1. Analog-to-Digital Converter (ADC)

Analog-to-Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi bentuk sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara cepat suatu masukan tegangan. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan dan waktu konversinya.

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital yang nilainya proposional. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis Successive Approximation Convertion (SAR) atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada nilai masukan analognya atau sinyal yang akan diubah. Gambar 1 memperlihatkan diagram blok ADC tersebut.

Gambar 1. Blok diagram ADC

Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan . Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock, dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR.

Apabila konversi telah dilaksanakan , rangkaian kembali mengirim sinyal selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital yang ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, outpun digital tetap tersimpan sekalipun akan dimulai siklus konversi yang baru.

Gambar 2. Konfigurasi pin IC ADC0804

IC ADC 0804 mempunyai dua input analog, Vin(+) dan Vin(-), sehingga dapat menerima input diferensial. Input analog sebenarnya (Vin) sama dengan selisih antara tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin input yaitu Vin = Vin(+) Vin(-). Apabila input analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin(+), sedangkan Vin(-) digroundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan referensi. Dalam hal ini jangkauan input analog mulai dari 0 Volt sampai 5 Volt (skala penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya akan sama dengan persamaan berikut:

Dimana n menyatakan jumlah bit output biner IC analog-to-digital converter.

IC ADC 0804 memiliki generator clock internal yang harus diaktifkan dengan menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK R/CLK OUT dan CLK IN serta sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital. Frekuensi clock yang diperoleh sama dengan :

Untuk sinyal clock ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang dihubungkan ke pin CLK IN. ADC 0804 memiliki 8 output digital sehingga dapat langsung dihubungkan dengan saluran data mikrokomputer. Input Chip Select (aktif LOW) digunakan untuk mengaktifkan ADC 0804. Jika berlogika HIGH, ADC 0804 tidak aktif (disable) dan semua output berada dalam keadaan impedansi tinggi. Input Write atau Start Convertion digunakan untuk memulai proses konversi. Untuk itu harus diberi pulsa logika 0. Sedangkan output interrupt atau end of convertion menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi, akan berubah ke logika 1. Di akhir konversi akan kembali ke logika 0.

2. Digital-to-Analog Converter (ADC)

Pada sistem elektronik banyak sekali alat-alat yang membutuhkan tegangan analog, sementara keluaran dari komputer merupakan tegangan digital. Untuk dapat mengendalikan alat lain yang membutuhkan tegangan analog, komputer memerlukan suatu penghubung (interface) yang dinamakan DAC (Digital-to-Analog Converter). IC DAC0808 rangkaian internalnya menggunakan metode tangga R-2R.

Cara kerja metode tangga R-2R dapat dipelajari dengan memperlihatkan konverter 2 bit saja seperti yang diperlihatkan lalu menggunakan Hukum Ohm. Manfaat metode tangga R-2R ini:

Hanya 2 resistor yang dipakai.

Dapat diperluas dengan mudah sampai sebanyak yang diinginkan.

Harga mutlak resistor tidak penting, hanya perbandingannnya saja yang harus tepat.

Dapat dengan mudah dipabrikasi dalam bentuk IC.

Akan halnya pada IC DAC 0808, pena 4 merupakan arus yang besarnya tergantung pada nilai A7 sampai A0 dan arus referensi. Arus referensi biasanya diatur 2 mA (V ref/R14).

Arus keluaran pada pena 4 dihubungkan ke rangkaian penguat pembalik yang akan mempunyai tegangan keluaran sebesar:

Sehingga DAC 8 bit akan mempunyai rumus:

Sehingga untuk arus referensi 2 mA, , data masukan 1000 0000 didapat:

Resolusi adalah 1 bagian dibagi dengan banyaknya tingkatan yang tersedia (bit), atau dengan rumus dapat ditulis:

Resolusi: , DAC 8 bit didapat, resolusi=

Semakin besar digit suatu DAC resolusi semakin kecil, dan akan membuat DAC semakin baik. Tegangan skala penuh ditentukan oleh nilai arus referensi dan resistor umpan balik op-amp. Biasanya mempunyai nilai +5V, +10V, +15V tergantung pada aplikasi yang diinginkan. Tetapi harus diingat bahwa tegangan maksimum yang sebenarnya selalu 1 LSB lebih kecil dari tegangan keluaran skala penuh.

Ketelitian adalah seberapa dekat keluaran secara praktekdari nilai sebenarnya. Ketelitian bergantung pada nilai tegangan referensi, toleransi resistor, dan kecocokan transistor. Ketelitian ini biasanya dinyatakan sebagai kesalahan dalam penambahan LSB. Kesalahan 1 LSB artinya keluaran yang sebenarnya berbeda keluaran idealnya sebesar 1 LSB. Secara ideal kesalahan suatu DAC harus lebih kecil dari LSB.

Monotonisasi adalah keluaran yang terus bertambah bila masukan bertambah besar. Suatu DAC akan monoton bila mempunyai kesalahan lebih kecil atau sama dengan LSB.

Waktu pemantapan adalah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang benar (biasanya dari nanodetik sampai mikrodetik). Nilai waktu pemantapan akan menentukan kecepatan dalam mengubah masukan digital.

Gambar 3. Konfigurasi Pin IC DAC0808

C. Peralatan

Peralatan yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut:

1. Modul dasar sistem latih elektronik (EFT-DTB-BS)

2. Kit sistem latih A/D dan D/A (EFT-DTX-6)

3. Multimeter digital

4. Kabel penghubung

D. Rangkaian Percobaan

1) Analog-to-Digital Converter (ADC)

Gambar 4. Rangkaian ADC0804 8 bit.

2) Digital-to-Analog Converter (ADC)

Gambar 5. Rangkaian DAC0808 8 bit.

E. Prosedur Percobaan

1. Analog-to-Digital Converter (ADC)

1) Siapkan modul dasar sistem latih elektronik (EFT-DTB-BS) dan kit sistem latih A/D dan D/A (EFT-DTX-6) seperti pada gambar berikut.

Gambar 6. Konstruksi modul dasar sistem latih elektronik dengan kit sistem latih A/D dan D/A.

2) Hubungkan ke sumber AC 220 Volt/50 Hz.

3) Hubungkan kabel penghubung seperti pada gambar rangkaian percobaan.

4) Hubungkan sumber (Vcc, A Gnd dan D Gnd) ke IC ADC0804.

5) Hubungkan tegtangan input 0-15 volt ke sumber dc variable pada modul dasar. Atur pada posisi 0V.

6) Hubungkan 8 bit keluaran digital pada logic indikator, perhatikan MSB pada bagian paling kiri.

7) Aktifkan sumber daya.

8) Atur masukan DC dengan perlahan, agar lebih akurat gunakan multimeter digital untuk mengukur masukan sinyal analog ke ADC0804.

9) Tekan tombol penekan satu kali untuk memulai proses konversi.

10) Putarlah potensiometer pada tegangan masukan, amati perubahan masukan dengan multimeter digital dan keluaran digitalnya.

11) Lakukan pengamatan dan catat hasil output digital pada tabel.

Tabel 1. Pengamatan ADC 8 bit.

INPUT

OUTPUT

Analog Vin (V)

Digital

DB7

DB6

DB5

DB4

DB3

DB2

DB1

DB0

1,5

3

4,5

6

7,5

9

10,5

12

12) Tentukan laju konversi dari ADC dengan menggunakan osiloskop.

13) Non-aktifkan sumber, hubungkan osiloskop dari pin 3 ke ground pada ADC.

14) Nyalakan sumber, tekan tombol mulai untuk memulai proses konversi.

15) Ukurlah waktu periode dari satu kali konversi A/D melalui osiloskop.

16) Hitung laju konversi dengan .

17) Non-aktifkan semua saklar bila percobaan telah selesai.

2. Digital-to-Analog Converter (ADC)

1) Siapkan modul dasar sistem latih elektronik (EFT-DTB-BS) dan kit sistem latih A/D dan D/A (EFT-DTX-6) seperti pada gambar berikut.

Gambar 7. Konstruksi modul dasar sistem latih elektronik dengan kit sistem latih A/D dan D/A.

2) Hubungkan ke sumber AC 220 Volt/50 Hz.

3) Hubungkan kabel penghubung seperti pada gambar rangkaian percobaan.

4) Hubungkan sumber (Vcc=+5V, Vee=-12V, V Ref (+) = 0 10 V, V ref (-) 2k7 ke Gnd dan pena 2 ke GND) pada IC DAC0808.

5) Hubungkan keluaran analognya ke rangkaian op-amp.

6) Hubungkan masukan digital DAC yakni A7-A0 ke saklar data pada modul dasar (S7-S0). Perhatikan letak MSB dan LSB.

7) Hubungkan keluaran dari op-amp ke multimeter digital

8) Aktifkan sumber daya

9) Masukkan hasil pengamatan sesuai dengan masukan digital yang diberikan pada tabel berikut:

Tabel 2. Pengamatan DAC 8 bit.

Input

Output

Penguatan Av=Vout/Vin

Bilangan Biner

Analog

8S

4S

2S

1S

Tegangan yang terukur

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

1

0

0

0

1

1

0

1

0

0

0

1

0

1

0

1

1

0

0

1

1

1

1

0

0

0

1

0

0

1

1

0

1

0

1

0

1

1

1

1

0

0

1

1

0

1

1

1

1

0

1

1

1

1

10) Tentukan laju pengubahan DAC dengan menggunakan osiloskop.

11) Matikan sebentar, hubungkan osiloskop pada pena 6 dari IC 741 ke pena pada IC DAC0808.

12) Lakukan pengamatan dan ukur kondisi ini.

13) Bila telah selesai praktikum pastikan semua saklar dalam keadaan off.

F. Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan perbedaan antara ADC dengan DAC!

2. Dengan menggunakan Succesive Ramp ADC, dapatkan nilai 8 bit biner dari tegangan input 7,28 V dan Vref=10V!

3. Hitung tegangan jika masukan digital 11111110!

PERCOBAAN 4

RANGKAIAN COUNTER UP & DOWN PADA FPGA

RUDY DARMAWAN

0915031072

PERCOBAAN 4

RANGKAIAN COUNTER UP & DOWN PADA FPGA

I.TUJUAN PRAKTIKUM

Pelaksanaan praktikum ini memiliki beberapa tujuan utama, yaitu:

1. Menjelaskan arsitektur dasar IC FPGA.

2. Memahami keuntungan penggunaan teknologi FPGA.

3. Mempelajari pemrograman rangkaian counter pada FPGA.

4. Implementasi counter up & down dalam VHDL.

5. Mensimulasikan code dengan perangkat lunak Xilinx & Modelsim

II.DASAR TEORI

Field-Programmable Gate Array (FPGA) adalah komponen elektronika dan semikonduktor yang mempunyai komponen gerbang terprogram (programmable-logic) dan sambungan terprogram. Komponen gerbang terprogram yang dimiliki meliputi jenis gerbang logika biasa (AND, OR, XOR, NOT) maupun jenis fungsi matematis dan kombinasional yang lebih kompleks (decoder, adder, subtractor, multiplier, dan lain-lain). Blok-blok komponen di dalam FPGA bisa juga mengandung elemen memori (register) mulai dari flip-flop sampai pada Random AccessMemory (RAM).

ARSITEKTUR FPGA

Masing-masing vendor FPGA mempunyai arsitektur sendiri, tetapi secara umum adalah seperti pada gambar 2. Arsitekturnya terdiri dari Configurable Logic Block, Configurable I/O Block, dan Programmable Interconnect.

Gambar 2 Arsitektur FPGA

Configurable Logic Blocks (CLB) memuat logika untuk FPGA. Secara lebih detail, CLB memuat logic cell. Pada dasarnya, sebuah logic cell tersusun atas sebuah Look Up Table (LUT) kecil, sebuah D Flip Flop, dan sebuah 2 to 1 mux.

Gambar 3. CLB

Configurable I/O Block sebagai interface antara external package pin dari device dan internal user logic. Interconnect adalah jaringan terprogram bagi jalannya sinyal antara input dan output pada elemen-elemen fungsional di dalam FPGA seperti CLB, IOB, DCM, dan Block RAM.

FPGA MIKROKONTROLER

FPGA mengimplementasikan elemen-elemen logika terprogram, bekerja secara parallel. Mikrokontroler bekerja berdasarkan arsitektur CPU, mengeksekusi sekumpulan instruksi secara sekuensial

PROGRAMMABLE LOGIC - DESIGN FLOW SECARA UMUM

Design Entry, dapat dibuat dengan cara schematic atau HDL (Hardware Description Language) seperti ABEL, VHDL, dan/atau Verilog.

Implementation, yaitu terdiri dari tahap pemetaan, placement, routing termasuk pula bitstream generation, timing analyzing dan layout viewing

Download, yaitu meng-upload bitstream ke Hardware (FPGA chip)

Gambar 4. Xilinx SPARTAN-3E STARTER KIT

APLIKASI FPGA

Prototyping

Ideal untuk aplikasi pembuatan prototipe

On-site re-configuration of hardware

yaitu aplikasi hardware yang bisa dikonfigurasi ulang secara cepat

FPGA-based computation engines

FPGA sebagai processor aplikasi komputasi

PEMROGRAMAN IC FPGA

Gambar 5. Proses Pemrograman IC FPGA

Very high speed integrated circuit Hardware Description Language (VHDL) adalah sebuah bahasa program yang digunakan untuk mendesain dan melakukan modeling dari suatu sistem perangkat keras digital, circuit board, atau komponen. Secara umum struktur dari pemrograman VHDL terdiri atas dua bagian yaitu bagian ENTITY dan bagian ARCHITECTURE.

Gambar 6. Structure VHDL

Bagian ENTITY menjelaskan spesifikasi pin-pin eksternal yang digunakan dari sirkuit atau rancangan yang akan dibuat.

entity ANDGATE

is port (

IN1 : in std_logic;

IN2 : in std_logic;

OUT1: out std_logic);

end entity ANDGATE;

ARSITEKTUR STANDAR DALAM VHDL

Ada 3 pendekatan berbeda dalam menuliskan arsitektur VHDL. Ketiga pendekatan tersebut adalah dataflow, structural dan behavioral.

1. Behavioural

Didesain berdasarkan Algoritma

2. Dataflow (RTL)

Didesain berdasarkan alur register data. Fungsi dari rangkaian dijelaskan dengan mendefinisikan aliran informasi dari satu register (input) ke register lain (output).

3. Structural

Metode ini sama saja dengan representasi skematik, karena hubungan tiap komponen diperlihatkan

Tidak seperti bahasa program pada umumnya, misalnya C atau Pascal, di mana eksekusi untuk setiap statement dilakukan satu persatu dan dengan suatu aturan tertentu. Di dalam architecture VHDL tidak terdapat aturan tertentu (kecuali dalam statement process, yang eksekusinya dilakukan secara sekuensial) dalam melakukan penetapan statement. Perintah eksekusi akan dilakukan jika terjadi perubahan pada sinyal-sinyal dalam suatu statement

COUNTER

Pada Counter Asinkron, sumber clock hanya diletakkan pada input Clock di Flip-

flop terdepan (bagian Least Significant Bit / LSB), sedangkan input-input clock Flip-flop yang lain mendapatkan catu dari output Flip-flop sebelumnya. Konfigurasi ini didapatkan dari gambar timing diagram Counter 3-bit seperti ditunjukkan pada gambar 5.1. Dengan konfigurasi ini, masing-masing flip-flop di-trigger tidak dalam waktu yang bersamaan. Model asinkron semacam ini dikenal juga dengan nama Ripple Counter.

Tabel 1. Tabel Kebenaran dari Up Counter Asinkron 3-bit

Berdasarkan bentuk timing diagram di atas, output dari flip-flop C menjadi clock dari flip-flop B, sedangkan output dari flip-flop B menjadi clock dari flip-flop A. Perubahan pada negatif edge di masing-masing clock flip-flop sebelumnya menyebabkan flip-flop sesudahnya berganti kondisi (toggle), sehingga input-input J dan K di masing-masing flip-flop diberi nilai 1 (sifat toggle dari JK flip-flop). Bentuk dasar dari Counter Asinkron 3-bit ditunjukkan pada gambar 2.

Rangkaian Up/Down Counter merupakan gabungan dari Up Counter dan Down Counter. Rangkaian ini dapat menghitung bergantian antara Up dan Down karena adanya input eksternal sebagai control yang menentukan saat menghitung Up atau Down. Pada rangkaian Up/Down Counter ASinkron, output dari flip-flop sebelumnya menjadi input clock dari flip-flop berikutnya, seperti ditunjukkan pada gambar 4.

III.PERALATAN

1. Satu set PC yang dilengkapi dengan software ISE WebPack versi 10.1 atau lebih serta software ModelSim.

2. Development board XC3S500E

3. Power-supply +9V

4. Kabel data

IV.PROSEDUR PERCOBAAN

1. Jalankan software ISE WebPACK dengan mengklik ganda ikon pada desktop.

2. Buat new project dengan nama percobaan2 simpan di folder D:\elan\percobaan2

3. Masukkan parameter seperti gambar berikut. Kemudian klik tombol NEXT sampai tiga kali, konfigurasi yang ada tidak perlu diubah, kemudian klik tombol FINISH.

Device Family: Spartan3E

Device: XC3S500E

Package: FG320

Speed : -4

Top-Level Source Type: Hdl

4. Buat new source jenis VHDL Module dengan nama counter

Selanjutnya klik NEXT sampai FINISH

5. Maka anda akan mendapatkan jendela HDL editor

6. Selanjutnya ketikkan listing program pada jendela HDL editor:

7. Kemudian SAVE file dan periksa penulisan program VHDL dengan cara melakukan klik ganda pada check syntax

Ulangi langkah ini sampai tidak ada kesalahan, apabila sudah tidak ada error maka ikutilah langkah selanjutnya.

8. Kemudian synthesize modul dengan cara mengklik ganda pada Synthesize-XST serta Implementasi Design dengan cara mengklik ganda pada Implement Design.

9. Buat new source untuk simulasi modul VHDL hasil perancangan, berilah nama file simul_CNT!

10. Berikanlah nilai logika pada parameter input (yang berwarna biru) sebelum melakukan simulasi. Setelah itu lakukan simulasi dan gambarkan hasil simulasi pada lembar laporan sementara, Jangan lupa simpan file hasil simulasi.

11. Selanjutnya lakukan simulasi FUNCTIONAL (Simulate Behavioral Model) dan simulasi TIMING (Simulate Post Place&Route VHDL Model).

12. Setelah itu lanjutkan dengan membuat konfigurasi untuk pin-pin tersebut.

13. lalu download program tersebut ke FPGA, dan perhatikan hasil keluarannya

PERCOBAAN 5

MIKROKONTROLER AVR

IBNU NADHIR

0915031012

I. JUDUL PRAKTIKUM

MICROCONTROLLER AVR

II. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik microcontroller ATmega8535.

2. Menguasai cara membuat program ke dalam microcontroller menggunakan software AVR Studio 4 dan membuat simulasinya di dalam software Proteus 7 Profesional.

3. Mengetahui cara memvariasikan LED menggunakan microcontroller ATmega8535.

4. Mengetahui cara membuat program tentang counter menggunakan microcontroller ATmega8535.

III. TEORI DASAR

Mikrokontroler AVR (Alf and Vegards Risc processor) merupakan mikrokontroler keluaran Atmel, yang mempunyai arsitektur RISC 8 bit, di mana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Tentu saja itu terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC (reduced Instruction set computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (complex Instruction set computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama.

ATmega 8535/16/32 adalah produk atmel seri AVR yang merupakan system programmable, artinya dapat kita program secara berulang-ulang. Yang membedakan antara ketiga seri ATmega diatas adalah hanya sebatas memory flash yaitu seri ATmega8535 kapasitas memory flash 8 Kb, ATmega 16 kapasitas memory flashnya 16 Kb, dan ATmega32 kapasitas memory flashnya sebesar 32 Kb.

1. Arsitektur Mikrokontroller AVR

Diagram blok arsitektur mikrokontroler tipe ATmega8535 ditunjukkan pada gambar 1. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa ATmega8535 memiliki bagian sebagai berikut:

a) Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C dan port D.

b) ADC 10 bit sebanyak 8 saluran yang terletak pada port A.

c) Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembanding yang terletak di bagian kanan atas gambar 1.

d) CPU yang terdiri atas 32 buah register.

e) Watchdog Timer dengan osilator internal terletak di bagian tengah kanan gambar 1.

f) SRAM sebesar 512 byte yang terletak di bagian tengah kiri atas gambar 1.

g) Memori Flash sebesar 8 KB dengan kemampuan read while write.

h) Unit interupsi internal dan eksternal terletak di bagian tengah kanan bawah gambar 1.

i) Port antarmuka SPI yang terletak di bagian tengah kiri bawah gambar 1.

j) EEPROM sebanyak 512 byte yang dapat diprogram saat operasi terletak di bagian tengah kanan bawah gambar 1.

k) Antarmuka komparator analog yang terletak di bagian tengah bawah kiri gambar 1.

l) Port USART komunikasi serial terletak di tengah kanan bawah gambar 1.

Gambar 1. Blok diagram arsitektur mikrokontroler ATmega8535

2.Fitur ATmega8535

Fitur yang terdapat di ATmega8535 adalah sebagai berikut:

1) Frekuensi clock maksimum 16 MHz.

2) Jalur I/O 32 buah, yang terbagi dalam PortA, PortB, PortC dan PortD.

3) Analog to Digital Converter 10 bit sebanyak 8 input.

4) Timer/Counter sebanyak 3 buah.

5) CPU 8 bit yang terdiri dari 32 register.

6) Watchdog Timer dengan osilator internal.

7) SRAM sebesar 512 byte.

8) Memori Flash sebesar 8 Kbyte dengan kemampuan read while write.

9) Interrupt internal maupun eksternal.

10) Port komunikasi SPI.

11) EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.

12) Analog Comparator.

13) Komunikasi serial standar USART dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.

3.Konfigurasi Pin ATmega8535

Konfigurasi pin yang terdapat di ATmega8535 dapat dilihat pada gambar 2. Berdasarkan fungsi dari konfigurasi pin ATmega8535 adalah sebagai berikut :

1) VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan daya.

2) GND merupakan pin ground.

3) Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.

4) Port B (PB0...PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu Timer/Counter, komparator analog, dan SPI.

5) Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu TWI, komparator analog, dan Timer Oscilator.

6) Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial.

7) RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.

8) XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.

9) AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

10) AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

Gambar 2. Pin ATmega8535

Seperti gambar diatas ATmega8535 terdapat dari4 Port yaitu PORTA, PORTB, PORTC, PORTD dan terdiri dari 32pin I/O (input/output) yang mana masing-masing port mempunyai 8 pin (0-7), dari 32 pin ini kita bisa menjadikannya sebagai masukan (input) atau keluaran (output) dengan mengeset DDR (Data Direction Register).

Contoh:

DDRC=255; // Artinya PORTC dikonfigurasi sebagai output, yaitu (PC.0 sampai PC.7)

DDRD=0x00 // Artinya PORTD dikonfigurasi sebagai input, yaitu(PD.0 sampai PD.7)

VOH( output high voltage) ialah tegangan pada pin I/O mikrokontroler ketika ia mengeluarkan logia 1 dengan besar sekitar 4.2V dan arus sebesar 20mA(IOH. Setiap pin I/O mikrokontroler AVR memilikiinternal pull up.Mialnya Port B dikonfiguasi sebagai input dan internal pull-upnya diaktifkan maka DDRB==00H dan PORTB=00H

Contoh ;

DDRB=0; // Port B dikonfigurasi sebagai input

PORTB=0; //internal pull-up aktif

Untuk mendeteksi input pada salah satu port, dapat digunakan fungsi PINx, sedangkan mendeteksi per pin pada suatu port dapat digunakan fungsi Pinx.bit

Contoh:

PORTB=PINC;//Semua data di Port C dikirim ke Port B

PORTB.0=PINC.0 ;//Data di Port C.0 dikirim ke Port B.0

Selain itu setiap port pada mikrokontrollerATmega8535 selain menjadi pin I/O (input/output), juga mempunyai fungsi khusus masing-masing yaitu:

PORTA berfungsi khusus sebagai masukan ADC (analog digital converter) sebanyak 8 channel (10bit)

PORTB berfungsi khusus sebagai Timer/Counter, Komparator Analog & SPI

PORTC berfungsi khusus sebagai Komparator Analog dan Timer Oscillator

PORTD berfungsi khusus sebagai Komparator Analog, Interrupt External serta Komunikasi serial. Biasanya juga dipakai sebagai PWM untuk driver motor (OC1A & OC1B)

Selain itu beberapa lagi kaki -kaki diantaranya antara lain:

VCC merupakan pin sumber tegangan sebesar 5 Volt DC

GND merupakan pin ground

RESET merupakan pin untuk mereset mikrokontroller

XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal (Crystal oscillator)

AVCC merupakan pin masukan untuk tegangan ADC

AREF merupakan pin masukan tegangan referensi untuk ADC

IV. PERALATAN

1. Seperangkat PC yang sudah terinstall software AVR studio 4 dan Proteus 7 Professional.

2. Sistem minimum microcontroller dan Downloader ASP.

3. Project board.

4. Lampu LED, push button dan resistor.

V. RANGKAIAN PERCOBAAN

A. LED

B. Counter

VI. PROSEDUR PERCOBAAN

A. LED

1. Me-running software AVR Studio 4. Kemudian pilih New Project.

2. Kemudian pada Project Type kita pilih AVR GCC,

pada Project name kita tulis LED,

dan pada Initial file kita tulis Percobaan_1.

Lalu pilih location dimana kita akan menyimpan project kita. Setelah itu pilih -Next- .

3. Langkah selanjutnya, karena kita menggunakan ATmega8535, pada Debug platform pilih AVR Simulator lalu pada Device pilih ATmega8535. Setelah itu klik -Finish- .

4. Masukkan list program seperti dibawah ini :

#include

#include

int main (void)

{

DDRA=0b11111111;

while(1)

{

PORTA = 0b00000001;

_delay_ms(300);

PORTA = 0b00000010;

_delay_ms(300);

}

}

5. Memastikan program yang kita buat sudah success atau belum, tekan CTRL+F7. Apabila sudah success maka program sudah siap dieksekusi, ketika masih terdapat Error maka diperbaiki sampai program success.

6. Me-running software Proteus 7 Professional untuk membuat simulasi dengan rangkaian schematicnya. Kemudian pilih NO pada pilihan View Sample Design.

7. Inputkan component dari libraries yang kita butuhkan dengan cara klik Pick From Libraries.

8. Panggil component dengan mengetikkan ATmega8535 dan LED-red pada keywords di pick device, lalu double klik.

9. Rangkai component tersebut sehingga membentuk rangkaian schematic seperti dibwah ini.

10. Masukkan program yang telah kita buat sebelumnya pada AVR Studio 4, dengan cara double klik pada ATmega8535 lalu pilih Program File yang akan kita inputkan pada gambar schematic. Setelah itu kita Play untuk melihat hasil program yang telah kita buat.

B.COUNTER

1. Me-running software AVR Studio 4. Kemudian pilih New Project.

2. Kemudian pada Project Type kita pilih AVR GCC,

pada Project name kita tulis COUNTER,

dan pada Initial file kita tulis Percobaan_2.

Lalu pilih location dimana kita akan menyimpan project kita. Setelah itu pilih -Next- .

3. Langkah selanjutnya, karena kita menggunakan ATmega8535, pada Debug platform pilih AVR Simulator lalu pada Device pilih ATmega8535. Setelah itu klik -Finish- .

4. Masukkan list program seperti dibawah ini :

#include

#include

int satuan,puluhan,data;

void counter()

{

puluhan=data/10;

satuan=data%10;

}

ISR(INT2_vect)

{

data++;

if (data>99)

{

data=0;

}

}

int main(void)

{

PORTB=0b00000100;

DDRB=0x00;

DDRA=0xFF;

PORTA=0x00;

GIFR = 1