MODUL01-PERCOBAAN01.docx

26
MODUL I TEKNIK DASAR LABORATORIUM UNTUK ISOLASI, PEMURNIAN, DAN KARAKTERISTIK BENTUK KOLONI Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri I. TUJUAN 1. Mempelajari proses pembuatan media pertumbuhan bakteri. 2. Mempelajari sterilisasi fisik dengan menggunakan mesin Autoclave pada proses pembuatan media pertumbuhan bakteri. II.PRINSIP Pembuatan tempat pembiakan mikroorganisme (medium) dilakukan secara sintesis dengan mencampurkan Tripton Glukosa dengan massa tertentu (1,75 gram) dengan aquades 100 mL. Pemanasan dilakukan agar kedua bahan tercampur rata. Sebuah magnet digunakan untuk membantu proses pengadukan. Pemanasan dihentikan hingga campuran berbuih. Setelah medium dipanaskan, sterilisasi dilakukan untuk menghilangkan mikroorganisme pada media yang telah dibuat pada suatu alat bernama Autoclave. III. TEORI DASAR Media atau medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna

description

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Transcript of MODUL01-PERCOBAAN01.docx

Page 1: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

MODUL I

TEKNIK DASAR LABORATORIUM UNTUK ISOLASI, PEMURNIAN,

DAN KARAKTERISTIK BENTUK KOLONI

Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri

I. TUJUAN

1. Mempelajari proses pembuatan media pertumbuhan bakteri.

2. Mempelajari sterilisasi fisik dengan menggunakan mesin Autoclave pada

proses pembuatan media pertumbuhan bakteri.

II. PRINSIP

Pembuatan tempat pembiakan mikroorganisme (medium) dilakukan secara

sintesis dengan mencampurkan Tripton Glukosa dengan massa tertentu (1,75

gram) dengan aquades 100 mL. Pemanasan dilakukan agar kedua bahan

tercampur rata. Sebuah magnet digunakan untuk membantu proses

pengadukan. Pemanasan dihentikan hingga campuran berbuih. Setelah

medium dipanaskan, sterilisasi dilakukan untuk menghilangkan

mikroorganisme pada media yang telah dibuat pada suatu alat bernama

Autoclave.

III. TEORI DASAR

Media atau medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat

hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan

menggunakan berbagai media, isolasi, perbanyakan, pengujian, dan

perhitungan mikroorganisme dapat dilakukan. Supaya mikroba dapat tumbuh

baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-

syarat yaitu mengandung nutisi dasar seperti sumber karbon, sumber

nitrogen, mineral (Fosfor, Magnesium, Kalsium, Natrium), dan vitamin

(Sutedjo, 1991).

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu

substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan

dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya

Page 2: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa

mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang

hanya mengandung garam anargonik ditambah sumber karbon organik

seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium

yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-

bahan kompleks lainnya (Volk dan Wheeler, 1993).

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA

juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas mikroorganisme yang tidak

selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media

sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan

salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti

uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk

pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme

dalam kultur murni dengan cara disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C

selama 15 menit (Fathir, 2009).

Suriawiria (2005) menyebutkan bahwa media dibedakan menjadi:

1) Media umum, yaitu media yang dapat dipergunakan untuk pertumbuhan

dan perkembangbiakan satu atau lebih kelompok mikroba secara umum.

2) Media pengaya, yaitu dipergunakan dengan maksud “memberikan

kesempatan” terhadap suatu jenis atau kelompok mikroba untuk tumbuh

menjadi cepat.

3) Media selektif, yaitu media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau

lebih jenis mikroba tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan

untuk jenis-jenis lainnya.

4) Media diferensiasi, yaitu media yang dipergunakan untuk pengujian

senyawa atau benda tertentu dengan bantuan mikroba.

5) Media penguji, yaitu media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa

atau benda tertentu dengan bantuan mikroba.

6) Media enumerasi, yaitu media yang dipergunakan untuk menghitung

jumlah mikroba pada suatu bahan.

Page 3: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

Menurut Sutedjo (1991), garis besar pembuatan media yang tersusun atas

beberapa bahan adalah sebagai berikut:

1) Mencampur bahan-bahan, dilarutkan dalam air suling dan dipanaskan

dalam pemanas air supaya larutannya homogen.

2) Menyaring dengan kertas saring, kain, atau kapas. Untuk media agar atau

gelatin, penyaringan harus dilakukan dalam keadaan panas.

3) Menentukan dan mengatur pH.

4) Memasukkan media ke dalam tempat tertentu. Sebelum disterilkan, media

dimasukkan ke dalam erlenmeyer atau wadah lain yang bersih, kemudian

ditutup kapas atau kertas sampul (kertas perkamen) supaya tidak basah

sewaktu disterilkan.

5) Sterilisasi umumnya dilakukan dengan udara panas dalam autoclave pada

suhu 121° C selama 15- 30 menit.

PH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan

dalam pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu

asam tidak cocok untuk dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak

dapat hidup pada kondisi tersebut. Medium didiamkan atau disimpan selama

2x24 jam untuk menyakinkan bahwa medium masih steril, karena selain pH

sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga

menentukan (Dwidjoseputro, 1994).

Sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan

seperti medium pertumbuhan mikroba ataupun peralatan laboratorium dari

semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk

membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam

suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak.

Sterilisasi harus bisa membunuh jasad renikyang paling tahan panas seperti

spora bakteri (Fardiaz, 1992).

Sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Pemanasan

a. Sterilisasi dengan pemijaran (pembakaran alat-alat di atas lampu

spiritus sampai pijar).

Page 4: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

b. Sterilisasi dengan udara panas (kering). Temperatur yang digunakan

170°C – 180°C selama 2 jam.

c. Sterilisasi dengan uap air panas. Digunakan untuk cairan dengan suhu

100°C.

d. Sterilisasi dengan uap panas bertekanan, menggunakan otoklaf

dengan suhu 121°C selama 12 – 30 menit.

2) Penyaringan

Dilakukan terhadap bahan cair yang sangat peka terhadap pemanasan

(misalnya: serum darah, toksin, larutan garam fisiologis) dan tidak dapat

disterilkan dengan pemanasan tinggi. Untuk itu digunakan filter bakteri,

misalnya Berkeled filter, Chamberland filter.

3) Sterilisasi Bahan Makanan

Sterilisasi bahan makanan dapat dilakukan dengan cara memasukkan ke

dalam uap air panas selama 1 jam dengan suhu 100°C diulang selama tiga

kali. Cara lain adalah dapat disterilkan dengan menggunakan autoklaf

(Pustekkom, 2005).

Faktor–faktor yang mempengaruhi sterilisasi pemanasan:

1) Jenis pemanasan, kering atau basah

2) Suhu dan waktu

3) Jumlah organisme yang ada

4) Apakah organisme tersebut memiliki kemampuan untuk membuat spora

5) Jenis bahan yang mengandung organisme yang harus dibunuh

(Gupte, 1990)

Autoklaf digunakan sebagai alat sterilisasi uap dengan tekanan tinggi.

Penggunaan autoklaf untuk sterilisasi, tutupnya jangan diletakkan

sembarangan dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat medium akan

meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0

serta dilakukan pendinginan sedikit demi sedikit. Medium yang mengandung

vitamin, gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus segera

didinginkan. Cara ini untuk menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat

Page 5: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

langsung disimpan di lemasi es jika medium sudah dapat dipastikan steril

(Dwidjoseputro, 1994).

Pada sterilisasi dengan menggunakan mesin autoclave, digunakan prinsip

penurunan tekanan dan penaikan suhu dalam autoclave. Uap air

berkondensasi pada bahan bahan yang disterilkan, dilepas panas sebanyak

686 kalori per gram uap air pada suhu 1210C. Panas ini mendenaturasikan

atau mengkoagulasikan protein pada organism hidup dan dengan demikian

mematikannya. (Hadioetomo, R. S., 1985)

Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena

terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organism

tersebut. (Ansel, 1989)

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

Pembuatan Media :

- Pemanas elektrik

- Magnet pengaduk

- Gelas ukur

- Alumunium foil

- Labu Erlenmeyer

Pembuatan Media :

- Air destilasi

- Tripton glukosa

Sterilisasi

- Autoclave

- Labu Erlenmeyer

- Alumunium foil/ kapas

penutup

Sterilisasi

- Larutan tripton glukosa

Page 6: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

V. HASIL DAN PENGAMATAN

No. Hasil Pengamatan

1.

Gambar 1: Ilustrasi pemanasan media

Pencampuran bahan

dilakukan dengan cara

pemanasan dan

pengadukan.

2.

Gambar 2: Ilustrasi medium sebelum

disterilisasi

Hasil pembuatan medium

sebelum disterilisasi di

Autoclave

3.

Gambar 3: Autoclave

(Sumber://www.d4surgicals.com/Autoclave)

Karena media yang akan

disterilkan berjumlah

sangat sedikit (alasan

efisiensi energi),

sterilisasi dengan

Autoclave tidak

dilakukan. Dalam hal ini,

cara kerja Autoclave

dijelaskan oleh

demonstrator.

Page 7: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

VI. ANALISIS

Demonstrasi pembuatan media biakan mikroorganisme dilakukan oleh

Kak Didit, seorang analis mikrobiologi di Laboratorium Mikrobiologi TL

ITB. Pembuatan media merupakan hal yang pertama kali dilakukan dalam

rangka persiapan pengamatan mikrobiologi lebih lanjut.

Media digunakan sebagai tempat biakan mikroba karena mngandung

nutrisi. Pada percobaan ini, demonstrator membuat medium berbahan baku

tripton glukosa yang dicampur aquades. Aquades dipilih karena lebih steril

dari air mineral (tidak mengandung bahan-bahan organik atau nutrisi yang

diperlukan bakteri). Oleh karena itu, probabilitas ditemukannya bakteri pada

air sangat kecil.

Air aquades 100 mL dan tripton glukosa 1,75 gram dicampurkan merata

dan dipanaskan hingga mendidih. Campuran keduanya membentuk larutan

berwarna kuning keruh. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan

magnet. Proses pemanasan dihentikan jika larutan sudah mendidih dan timbul

buih. Proses pemanasan berlangsung sekitar 15 menit.

Setelah media tercampur merata, sterilisasi media dilakukan untuk

menghilangkan mikroorganisme yang masuk ke dalam media selama proses

pembuatan. Sterilisasi dilakukan di dalam sebuah mesin bersuhu dan

bertekanan tinggi, bernama Autoclave. Suhu dan tekanan pada Autoclave

untuk proses ini berkisar 121˚C dan 15 lbs.

Media yang akan disterilisasi dimasukkan terlebih dahulu ke dalam

Erlenmeyer dan ditutup dengan aluminium foil agar setelah sterilisasi selesai,

tidak akan ada mikroba baru dari udara yang mengontaminasi media kembali.

Autoclave diisi dengan air distilasi lalu dipanaskan sampai mendidih. Media

kemudian dimasukkan dan kelep Autoclave dibiarkan terbuka terlebih dahulu

sampai tetesan uap air keluar. Bila Autoclave ditutup sebelum timbul tetesan

uap air berarti di dalam Autoclave masih terdapat udara. Di dalam alat ini

tidak diperbolehkan ada udara karena akan mengganggu terbentuknya

tekanan dan suhu yang diinginkan.

Page 8: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

Suhu dan tekanan yang diinginkan (121˚C dan 15 lbs) ditunjukkan oleh

jarum yang bergerak. Waktu untuk mencapai kondisi tersebut sekitar 15

menit. Setelah mencapai kondisi yang diinginkan, Autocalave dimatikan dan

jarum penunjuk dibiarkan menuju ke angka nol.

VII.Kesimpulan

1) Pembuatan media pertumbuhan bakteri berbahan baku tripton glukosa

dilakukan melalui dua tahap, yaitu pelarutan dengan aquades dan

pemanasan.

2) Sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan mesin Autoclave pada

temperature 121˚C dan tekanan 15 lbs.

VIII. Daftar Pustaka

Lansing M. Prescott, Harley John P., Kleien Donald, A. 2005. Microbiology. Sixth Edition. The Mc. Graw Hill Company, Inc. New York.

Dinti, Anthia. 2014. Sterilisasi dan Pembuatan Media. https://www.academia.edu/7142901/STERILISASI_DAN_PEMBUATAN_MEDIA. (diakses tanggal 19/02/2015 pukul 10:23 WIB)

Page 9: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

Percobaan 1 : TEKNIK TRANSFER KULTUR SECARA ASEPTIK

I. TUJUAN

Tujuan percobaan 1 yaitu untuk:

1. Memindahkan atau mentransfer biakan mikroorganisme untuk subkultur

secara aseptik.

2. Mengidentifikasi perbandingan hasil transfer kultur dari berbagai variasi

medium.

II. PRINSIP KERJA

Biakan mikroorganisme dipindahkan dari satu medium ke medium lainnya

dengan teknik subkultur. Teknik ini merupakan pengetahuan dasar dan

penting dalam menyiapkan dan memelihara biakan (kultur) stok secara rutin,

selain merupakan prosedur standar dalam laboratorium mikrobiologi.

Transfer aseptik terdiri dari enam tahap. Pertama, disinfeksi daerah

bekerja, meja tempat bekerja dibersihkan dengan disinfektan, misalnya

Betadine. Kedua, sterilisasi jarum oose / jarum penanam (loop) dengan cara

membakarnya di atas api pembakar Bunsen hingga jarum memijar. Ketiga,

pembakaran tabung kultur (bagian mulut tabung) dan inokulasi. Keempat,

pemijaran kembali jarum oose sebagai sterilisasi untuk mematikan

mikroorganisme. Kelima, inokulasi cawan petri dengan menggesek media

dalam cawan petri dengan jarum oose. Keenam, disinfeksi terakhir meja kerja

untuk memastikan semua jenis organisme yang mungkin tersimpan selama

pekerjaan di laboratorium sudah mati.

III.TEORI DASAR

Dalam identifikasi mikroorganisme, seringkali diperlukan pemindahan

mikroorganisme secara aseptik ke biakan segar. Proses pemindahan secara

aseptik ini biasa disebut “sterilisasi”. Menurut Suriawiria (2005), sterilisasi

merupakan hal yang penting dalam melakukan aktivitas laboratorium terutama

yang melibatkan mikroorganisme. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk

mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda.

Page 10: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan

panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia

(etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin).

(Plezar dan Chan, 2005). Berikut ini jenis sterilisasi berdasarkan Modul

Praktikum Mikrobiologi Lingkungan (2015).

Sterilisasi secara fisik, umumnya dilakukan dengan cara pemanasan pada

suhu tinggi. Jenis-jenis sterilisasi fisik adalah pemanasan suhu tinggi / kering

(peralatan dipanaskan pada suhu 160˚C-180˚C selama 1-3 jam), pemanasan

suhu tinggi / basah (pemanasan pada suhu 100˚C pada keadaan lembap), dan

pemanasan dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi (contoh: Autoclave).

Sterilisasi secara kimia dilakukan dengan penambahan bahan-bahan kimia

seperti Alkohol 70%, Sublimat 0,1%, Detergen, Karbol, Lisol,

Merkurokrhom, Antibiotika, dan lain-lain. Sterilisasi secara fisika, biasanya

dilakukan secara mekanik, misal penyaringan dengan Seitz Filter,

Chamberland Filter, Millipore, Fillopore, dan lain-lain. Sterilisasi secara

radiasi terdiri dari cara fisik dan mekanik. Cara fisik meliputi sterilisasi

dengan sinar X, sinar UV, infra merah, dan sinar gamma. Sedangkan cara

kimia meliputi penggunaan Co60 atau Cs139.

Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam

memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain

secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam

kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan

prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan

analisis mikrobiologi (Pelczar dan Chan, 2005).

Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme

dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik

aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan,

lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum

dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptik ini sangat

diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut

merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli

mikrobiologi (Oram, 2001).

Page 11: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang

memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu

dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi

mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies

berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita,

termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-

ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat

meminimalisirnya seperti pengisolasian. (Pelczar dan Chan, 2005).

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan

memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan

tingkat ketelitian yang sangattinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri

(inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam

hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari

terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan 1 ini diantaranya sebagai

berikut:

ALAT BAHAN

1. Tabung reaksi + Rak tabung

reaksi

2. Cawan petri

3. Jarum oose

4. Pembakar Bunsen + Korek Api

5. Label secukupnya

1. Kultur cair biakan bakteri

2. Kultur agar miring berisi biakan

bakteri

3. Medium agar plate yang

ditumbuhi koloni bakteri

4. Kaldu nutrisi (NB) steril

5. Agar nutrisi (NA) steril

6. Disinfektan

Page 12: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

V. HASIL DAN PENGAMATAN

No. HASIL PENGAMATAN

1. Transfer dan Inokulasi Bakteri dari

Medium Cair ke Medium Cair Steril

Gambar 1: Kondisi Kaldu Hari ke-0

Gambar 2: Kondisi Kaldu Hari ke-1

Gambar 3: Kondisi Kaldu Hari ke-5

Nama Bakteri : Psedomonas

Media : Kaldu nutrisi (NB)

Metode: Digoyangkan

Pengamatan

Keadaan awal : Warna kaldu kuning jernih

Keadaan akhir : Hari ke-1 kaldu mulai

mengeruh. Hari ke-5, terdapat endapan di

bawah tabung, kaldu mengeruh.

Page 13: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

2. Transfer dan Inokulasi Bakteri dari

Agar Miring ke Agar Miring Steril

Gambar 4: Kondisi Kultur di Agar

Miring Hari ke-0

Gambar 5: Kondisi Kultur di Agar

Miring hari ke-1

Gambar 6: Kondisi Kultur di Agar

Miring hari ke-5

Bakteri : Bacillus sp.

Media : Agar Nutrisi (NA)

Metode : Zigzag

Pengamatan

Keadaan awal : Warna Agar kuning transparan

Keadaan akhir :

Pada hari ke-1, timbul substrat putih

membentuk goresan zigzag (hasil inokulasi).

Pada hari ke-5, goresan semakin tebal.

Page 14: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

3. Transfer dari media agar pada cawan

petri (agar plate) ke agar miring

Gambar 7: Kondisi Agar Plate Miring

Hari ke-0

Gambar 8: Pengamatan Hari ke-1

Gambar 9: Pengamatan Hari ke-5

Bakteri : Koloni Bakteri (tidak diketahui)

Media : Agar Nutrisi (NA)

Metode : Zigzag

Pengamatan

Keadaan awal : Warna Agar kuning transparan

Keadaan akhir :

Pada hari ke-1, timbul substrat goresan putih

(koloni bakteri)

Pada hari ke-5, substrat berpola goresan putih

semakin jelas di permukaan agar miring.

Kondisi ini menunjukkan pertumbuhan koloni

bakteri meningkat.

Page 15: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

VI. ANALISIS

Pada percobaan 1, dilakukan teknik pemindahan atau transfer kultur

bakteri dari media yang satu ke media yang lain. Transfer kultur bakteri

dilakukan secara aseptik, yaitu pembebasan (sterilisasi) mikroorganisme dari

lingkungan di luar objek pengamatan. Percobaan 1 ini (transfer aseptik)

merupakan teknik dasar dan penting dalam proses selanjutnya, misanya

pembiakan dan pemeliharan biakan, identifikasi biakan, dan lain-lain.

Metode sterilisasi yang digunakan adalah metode fisik dan kimia. Metode

fisik dilakukan dengan membakar peralatan inokulasi (jarum oose, tabung

reaksi, dan cawan petri) sesuai prosedur. Sebagai contoh, jarum oose dibakar

sampai memijar sebelum digunakan untuk mengambil kultur. Begitu pula

dengan wadah penampung medium (tabung reaksi dan cawan petri) yang

selalu disterilisasi sebelum dan sesudah inokulasi. Sterilisasi pada tabung

reaksi dilakukan di sekitar mulut tabung. Hal ini karena mulut tabung

merupakan daerah yang paling mudah terkontaminasi mikroorganisme dari

lingkungan. Sterilisasi pada cawan petri dilakukan di sekitar bukaan cawan.

Saat koloni akan dimasukkan ke dalam cawan petri, tutup cawan dibuka tidak

terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi dari lingkungan luar pengamatan.

Media pertumbuhan bakteri yang digunakan di percobaan 1 yaitu medium

cair berupa Nutrient Agar (NA). Kedua medium ditempatkan di dua jenis

wadah, yaitu tabung dan cawan petri. Tabung pertama berisi kaldu cair (NB),

tabung kedua berisi NA yang diposisikan secara miring, dan cawan petri yang

berisi medium NA.

Tujuan pemindahan yang pertama adalah memindahkan kultur bakteri

Pseudomonas sp dari medium cair (berisi biakan bakteri) ke medium cair

steril. Proses pemindahan berlangsung secara aseptik. Sebelum diinokulasi,

medium cair (kaldu cair) steril berwarna kuning transparan. Hal ini

menunjukkan medium tersebut belum ditumbuhi bakteri. Pada hari

pengamatan pertama (hari ke-1: 12 Febuari 2015), kondisi medium cair sudah

berubah menjadi agak keruh. Hari kelima pengamatan (16 Februari 2015),

timbul sedimen berupa substrat kuning keruh di bagian dasar medium cair.

Page 16: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

Sedimen berwarna kuning keruh tersebut merupakan indikator adanya

pertumbuhan bakteri pada media yang telah diinokulasi. Pertumbuhan yang

semakin meningkat ini ditandai dengan semakin tebalnya sedimen yang

terbentuk. Sedimen tersebut adalah sekumpulan koloni bakteri. Karena

pertumbuhannya berada di dasar larutan, dapat disimpulkan bahwa bakteri

tersebut bersifat anaerob (tidak suka oksigen). Kondisi hasil biakan

menunjukkan tidak adanya indikasi kehadiran bakteri lain pada medium cair.

Hal ini menunjukkan proses transfer kultur secara aseptik berhasil dilakukan.

Pemindahan kedua dilakukan dengan cara mentransfer kultur bakteri

Bacillus sp dari medium Agar miring berisi koloni bakteri ke medium Agar

miring steril. Inokulasi dilakukan dengan cara menggoreskan kultur secara

zigzag ke medium Agar miring steril. Proses ini harus dilakukan secara hati-

hati agar tidak merusak medium. Proses penggoresan yang terlalu dalam akan

merusak medium sehingga menyulitkan identifikasi.

Kondisi awal Agar sebelum diinokulasikan berwarna kuning transparan,

belum tampak substrat berpola goresan-goresan putih. Artinya, belum ada

indikasi pertumbuhan bakteri. Pada pengamatan pertama (12 Februari 2015),

warna Agar miring berubah menjadi agak keruh dan timbul goresan putih

(hasil inokulasi) pada permukaan Agar miring. Pada hari kelima pengamatan

(16 Februari 2015), goresan putih tersebut semakin tebal. Hal ini

menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan koloni bakteri.

Pemindahan ketiga dilakukan dengan mentransfer kultur bakteri dari

medium Agar plate ke medium Agar miring steril. Pengambilan kultur

dilakukan secara aseptik. Setelah itu, proses inokulasi dilakukan dengan

menggoreskan biakan ke medium Agar miring berpola zigzag. Proses

penggoresan harus dilakukan secara hati-hati supaya memudahkan proses

identifikasi selanjutnya. Hasil pengamatan hari pertama (12 Februari 2015)

menunjukkan adanya goresan putih tipis. Pengamatan hari kelima (16 Februari

2015) menunjukkan goresan putih semakin tebal.

Page 17: MODUL01-PERCOBAAN01.docx

VII. KESIMPULAN

1) Pemindahan (transfer) kultur secara aseptik dilakukan untuk

menghindari kontaminasi mikroorganisme di luar pengamatan.

Sterilisasi harus selalu dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan pada

hasil pengamatan.

2) Hasil inokulasi pada medium cair berbentuk substrat endapan. Pada

medium Agar miring, koloni bakteri diindikasikan dengan timbulnya

substrat putih yang mengikuti pola goresan inokulasi.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Muntalif, Setiani Barti dan Firdayati, Mayrina. 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Teknik Lingkungan ITB: Bandung

Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Waterville: Glencoe Division Mc Millan Company.

Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S.. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Alih bahasa Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L. Jakarta: UI Press.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

T. Madigan, Michael. 2009. Brock Biology of Microorganisms: Twelfth Edition. United States: Pearson Benjamin Cummings.