modul.mercubuana.ac.id · Web viewBegitu juga pencatatan persediaan yang terlalu rendah atau tinggi...
Transcript of modul.mercubuana.ac.id · Web viewBegitu juga pencatatan persediaan yang terlalu rendah atau tinggi...
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Persediaan Penilaian dan Pengendalian Persediaan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis S1 Manajemen 03 31033 Hesti Maheswari SE., M.Si
Abstract Kompetensi
Penilaian persediaan merupakan suatu pembahasan dengan menggunakan pendekatan akuntansi. Persediaan disini diartikan sebagai barang dagangan yang disimpan untuk dijual kembali dan bahan
Mahasiswa dapat melakukan penilaian persediaandengan menggunakan pendekatan akuntansi
Penilaian PersediaanPenilaian persediaan merupakan suatu pembahasan dengan menggunakan
pendekatan akuntansi. Persediaan disini diartikan sebagai barang dagangan yang disimpan
untuk dijual kembali dan bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan
untuk tujuan keduanya. Persediaan dibedakan menjadi dua yaitu persediaan barang
dagangan (merchandise inventory) dan persediaan bahan baku yang diproses dalam
perusahaan manufaktur.
Barang dagangan merupakan barang yang secara kontinyu dibeli dan dijual
kembali,sehingga merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan baik untuk
pedagang besar (grosir) maupun pedagang eceran (retail).
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mempunyai kegiatan
menghasilkan barang,sehingga persediaan yang dimaksudkan disini dapat berupa
persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Pendekatan akuntansi yang
digunakan adalah akuntansi biaya yang bertujuan untuk menetapkan harga pokok produksi
barang jadi.
Penentuan persediaan berperan penting dalam membandingkan biaya dengan
pendapatan dalam suatu periode tertentu.
Persediaan akhir suatu periode akan menjadi persediaan awal pada periode
berikutnya, sehingga apabila terjadi kesalahan perhitungan pada akhir periode akan
berakibat pada pelaporan laba bersih yang salah pada periode yang bersangkutan dan
periode berikutnya.
Pencatatan Persediaan
Dalam sistem akuntansi, persediaan dibedakan menjadi dua yaitu sistem berkala
dan sistem perpetual. Pada sistem berkala,setiap kali terjadi penjualan hanya pendapatan
dari penjualan saja yang dicatat dan tidak dibuat ayat jurnal untuk mencatat harga pokok
barang yang dijual,sehingga diperlukan perhitungan fisik untuk menentukan nilai persediaan
pada akhir periode. Perhitungan secara fisik ini hanya dapat dilakukan pada akhir tahun
fiscal. Sistim pencatatan ini banyak digunakan oleh perusahaan perdagangan eceran yang
menjual banyak jenis barang dengan harga pokok yang rendah,contoh : sayuran,obat dan
barang pecah belah.
‘13 2 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Sistim persediaan perpetual dilakukan pencatatan akuntansi secara terus menerus
untuk mengungkapkan jumlah persediaan yang ada. Dalam pencatatan perlu dilakukan
perkiraan yang terpisah untuk setiap jenis persediaan dalam buku tambahan. Sistem
pencatatan ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar,contohnya :
perusahan otomotif, peralatan kantor, konstruksi dan elektronik.
Kesalahan dalam pencatatan persediaan akan berakibat kesalahan dalam
menentukan harga pokok persediaan yang pada akhirnya akan terjadi kesalahan pada
laporan laba rugi. Begitu juga pencatatan persediaan yang terlalu rendah atau tinggi akan
mempengaruhi perhitungan laba rugi,misalnya persediaan akhir yang benar adalah Rp.
40.000,- dan nilai persediaan yang salah adalah Rp.50.000,- dan Rp.35.000,-
a. Pelaporan persediaan yang benar yaitu jumlah persediaan Rp.40.000,-
Penjualan bersih…………………….. Rp.40.000,-
Harga Pokok Penjualan…………….. Rp.22.000,-
Laba Kotor……………………………. Rp.18.000,-
Biaya………………………………….. Rp. 7.000,-
Laba bersih……………………………Rp. 11.000,-
b. Pelaporan persediaan yang salah yaitu jumlah persediaan Rp.50.000,-
Penjualan bersih………………………Rp.40.000,-
Harga pokok penjualan……………….Rp.12.000,-
laba kotor……………………………….Rp.28.000,-
Biaya…………………………………… Rp. 7.000,-
Laba bersih……………………………. Rp.21.000,-
c. Pelaporan persediaan yang salah yaitu jumlah persediaan Rp.35.000,-
Penjualan bersih……………………….Rp. 40.000,-
Harga pokok penjualan………………..Rp.27.000,-
Laba kotor………………………………Rp.13.000,-
Biaya…………………………………….Rp. 7.000,-
Laba bersih……………………………..Rp. 6.000,-
‘13 3 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Penentuan Harga Pokok Persediaan
Harga pokok persediaan terdiri atas harga beli persediaan/barang ditambah
semua pengeluaran yang terjadi pada saat pembelian barang tersebut. Jenis
pengeluaran yang umum adalah biaya transportasi, biaya masuk(impor) dan
sauransi selama kerugian perjalanan, harga barang lebih mudah diidentifikasi
berdasarkan penentuan dari penjual, sedangkan biaya yang nilainya sangat kecil
dapat dibebankan pada biaya operasi periode yang bersangkutan.
Aapabila informasi harga tidak lengkap yaitu tidak diketahui sisa sisa
persediaan berasal dari harga yang mana,maka digunakan asumsi arus harga pokok
(flow of cost) dari barang yang keluar dari perusahaan. Asumsi ini meliputi :
1. Arus harga pokok berdasarkan urutan pembelian
2. Arus harga pokok berdasarkan urutan pembelian tetapi dibalik dan arus harga
pokok berdasarkan rata-rata seluruh pembelian.
Pada perusahaan manufaktur untuk menghitung persediaan perlu ditambahkan
biaya-biaya yang terlibat didalamnya, adapun biaya-biaya tersebut adalah :
Biaya pabrik (manufacturing cost) merupakan biaya yang terjadi dalam pabrik
selama suatu periode tertentu, sehingga biaya disini terjadi mulai dari awal
proses sampai akhir proses produksi berlangsung. Biaya pabrik terdiri dari :
Biaya bahan baku (raw material cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan
yang dengan mudah dapat diidentifikasi.
Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) adalah biaya untuk
tenaga yang langsung menangani proses produksi
Biaya pabrikase (overhead) yaitu biaya yang tidak termasuk dalam biaya
bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses
produksi selama satu periode yang terdiri dari biaya yang di bebankan pada
proses awal ditambah biaya pabrik dan biaya-biaya yangdibebankan pada
persediaan dalam proses pada akhir periode.
Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) merupaka n biaya-biaya
yang telah diselesaikan selama satu periode. HPP terdiri dari biaya pabrik
ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam
proses akhir periode. Harga pokok produksi selama satu periode ini dilaporkan
dalam laporan harga pokok produksi (cost of goods manufactured statement)
‘13 4 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
dan laporan ini merupakan bagian dari harga pokok penjualan (cost of goods
sold).
Metode Penaksiran dan Penilaian Persediaan
Penaksiran seringkali digunakan dalam mengembangkan harga dan jumlah
persediaan. Dalam melakukan penafsiran dan penilaian terhadap persediaan
terdapat beberapa metode :
1. Metode Laba Kotor (gross profit method)
Metode laba kotor didasarkan atas hubungan yang dianggap ada diantara laba
kotor penjualan. Diterapkan pada penjualan untuk menghitung harga pokok
barang-barang yang tersedia untuk dijual untuk mencapai suatu saldo persediaan
yang ditaksir. Metode laba kotor ini bermanfaat apabila :
a. System berkala sedang digunakan dan persediaan diperlukan untuk laporan
sementara atau untuk menghitung persediaan dari minggu ke minggu atau
dari bulan ke bulan.
b. Suatu persediaan telah hancur atau hilang oleh bencana kebakaran,
pencurian atau yang lainnya dan data yang diperlukan untuk menilainya tidak
ada
c. Dikehendaki untuk menguji atau memeriksa ketepatan angka-angka
persediaan yang dihitung dengan alat-alat lain yang disebut dengan uji laba
kotor.
Untuk menggunakan metode ini harus memenuhi beberapa persyaratan :
Penggunaan metode laba kotor untuk perhitungan sementara persediaan.
Metode ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada pimpinan
yang tidak disediakan bila digunakan system berkala, memperkirakan
persediaan yang didasarkan pada periode jangka pendek (bulanan,mingguan
dan lain-lain) dan sebagai alat tindakan pengawasan untuk menghindari
kelebihan atau kekurangan barang dalam persediaan.
Untuk mengetahui perputaran persediaan dalam satu tahun dapat
menggunakan rumus :
‘13 5 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
HARGA POKOK PENJUALAN
PERSEDIAAN RATA-RATA
Untuk memperoleh perhitungan perputaran persediaan dapat diperoleh
dengan menganalisis penjualan dan pembelian dengan menggunakan
perkiraan persediaan bulanan dengan metode laba kotor.
Penggunaan metode laba kotor untuk penghitungan kerugian karena
bencana.
Metode ini digunakan untuk memperkirakan persediaan pada saat
penghitungan secara fiik tidak dapat dilakukan yang disebabkan oleh
bencana/musibah seperti banjir,kebakaran dsb.
2. Metode Persediaan Dengan Harga Jual
Metode harga jual banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan kecil
(pengecer/retailer) dengan tujuan untuk menentukan perkiraan keadaan
persediaan yang ada apabila dibutuhkan sewaktu-waktu. Metode ini dapat
digunakan dengan syarat pencatatan barang-barang yang dibeli dibedakan
dengan harga jual. Prosentase harga beli dihitung berdasarkan persediaan yang
siap dijual dengan harga beli persediaan dengan harga jual. Prosentase harga
jual ini dapat digunakan untuk persediaan akhir dengan harga jualnya yaitu
dengan cara menguranngi penjualan tahun yang bersangkutan dengan sejumlah
persediaan yang siap dijual dengan harga jualnya.
Persediaan barang, 1 jan………………………… Rp. 50.000 Rp. 65.000
Pembelian dalam bln januari…………………….. Rp. 35.000 Rp. 55.000
Barang tersedia dijual…………………………….. Rp. 85.000 Rp. 120.000
Prosentase harga (85.000:120.000) = 70,8%
Dikurangi penjualan bulan januari……………….. Rp. 60.000
Persediaan barang, 31 jan dengan harga jual Rp. 60.000
Persediaan barang, 31 jan dengan perkiraan harga
(Rp. 60.000x70,8%) 42.480
Dengan menggunakan metode harga jual, maka dihasilkan penilaian persediaan
bedasarkan harga rata-rata dan prosentase harga terhadap harga jual untuk persediaan
akhir adalah sama dengan prosentase harga beli tehadap barang-barang yang terjual.
‘13 6 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Keuntungan penggunaan metode harga jual adalah perkiraan persediaan sementara dapat
diperoleh tanpa perhitungan fisik dan bila persediaan fisik dilakukan untuk laporan berkala,
maka persediaan tersebut dapat dihargai dengan harga jual dan kemudian dirubah ke harga
beli tanpa melihat biaya-biaya dan faktur satu-persatu, sehingga dapat menghemat biaya
dan waktu, kerugian yang diakibatkan adanya pencurian/kehilangan dapat dihitung dan
diawasi karena perhitungan fisik persediaan harus sesuai dengan persediaan menurut harga
jual yang dihitung dan apabila terjadi kehilangan harus dicatat sebagai kehilangan.
Meskipun demikian penggunaan metode ini masih memungkinkan terjadinya
kesalahan penaksiran nilai persediaan yang disebabkan oleh pencatatan ganda. Idealnya
dalam perhitungan persediaan tidak terjadi perubahan-perubahan harga jual, akan tetapi
dalam kenyataannya adalah sebaliknya yaitu sering kali terjadi perubahan harga jual,
permintaan dan faktor-faktor lain. Bedasarkan hal tersebut, maka perusahaan kemungkinan
melakukan penyesuain dengan cara:
a. Markup dan markdown. Pada saat perusahaan menetapkan harga jualnya diatas
harga beli, maka selisih nilai yang ditetapkan tersebut merupakan nilai mark-up.
Besarnya mark-up tidak ada ketentuan tergantung masing-masing perusahaan dan
mark-up dapat dinaikkan lagi yang disebut dengan markdown. Sebagai ilustrasi
perusahaan membeli persediaan seharga Rp. 2.000,. per unit kemudian perusahaan
akan menjual kembali dengan harga jualnya sebesar Rp. 2.500,. (markup Rp. 500,-)
karena penentuan harga jual ini dirasa masih kurang, maka perusahaan menaikkan
harga jual menjadi Rp. 2.700,- (tambahan markup Rp. 200,-). Perkembangan
selanjutnya menunjukkan bahwa terjadi kejenuhan dipasar, sehingga perlu dilakukan
penurunan harga dan bedasarkan penelitian pasar harga yang dapat diterima pasar
adalah Rp. 2.600., (pembatalan markup Rp. 100,-), dengan harga yang sudah
diturunkan ternyata pasar belum mampu menyerap oleh karena perusahaan
menurunkan lagi menjadi Rp. 2.200,- (markdown Rp. 300,-).
b. Biaya transportasi. Dalam perhitungan persediaan, biaya transportasi harus
dimasukkan dalam harga pembelian, sedangkan potongan pembelian dan pembelian
yang dikembalikan serta cadangan harus dikurangkan. Adanya pengembalian
barang yang dibeli akan berpengaruh terhadap perhitungan baik menurut harga
maupun harga jual, sehingga pengembalian pembelian merupakan penyesuaian
yang tepat terhadap penjualan kotor karena persediaan kembali seperti semula.
Sedangkan potongan pembelian hanya mempengaruhi jumlah seluruh harga kecuali
terdapat penyesuaian harga jual terhadap potongan tersebut, sehingga potongan
penjualan dan cadangan penjualan tidak dikurangkan dalam menghitung taksiran
persediaan akhir menurut harga jual. Pengurangan hanya dilakukan pada saat harga
‘13 7 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
suatu barang ditambahkan pada perhitungan persediaan menurut harga jual pada
waktu barang dibeli dan dikurangkan pada waktu barang dijual yang semuanya
didasarkan pada harga penjualan kotor.
c. Permasalahan dalam metode harga jual,. Perhitungan prosentase harga untuk
seluruh persediaan hanya berlaku apabila persediaan dianggap homogen, sehingga
apabila persediaan memiliki harga yang bervariasi diperlukan pembukuan dan
perhitungan yang terpisah. Kedua, metode ini dapat digunakan apabila berkaitan
dengan pajak pendapatan dengan syarat pembayar pajak melaksanakan pencatatan
yang valid dan memuaskan, sehingga dapat mendukung perhatian persediaan yang
konsisten terhadap laporan pajak.
3. Metode FIFO.
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa perhitungan harga pokok didapatkan dari:
persediaan awal ditambah persediaan dikurangi persediaan akhir. Angka pembelian
bersih berasal dari saldo perkiraan yang bersangkutan dibuku besar, angka kuantitas
persediaan awal dan akhir diperoleh dengan cara melakukan perhitungan fisik. Harga
pokok persediaan dihitung dari perkalian kuantitas pada harga pokok per unit, penentuan
harga pokok yang digunakan tergantung pada metode penetapan harga pokok yang
dipilih. Berikut contohnya:
Tanggal Keterangan Kuantitas HPP/unit Nilai HPP
1 Jan Pers. Awal 200 Rp. 100 Rp. - Rp.
20.000,-
20 Feb Pembelian 1 150 Rp. 120 Rp. 18.000,-
15 Maret Pembelian 2 300 Rp. 130 Rp. 39.000,-
20 Okt Pembelian 3 250 Rp. 200 Rp. 50.000,- Rp.
107.000,-
31 Des Tersedia dijual 900 Rp.
127.000,-
Contoh diatas menunjukkan bahwa persediaan awal periode sudah ditentukan
kuantitas maupun harga pokok per unitnya, penentuan harga pokok persediaan ini harus
sama dengan penentuan akhir persediaan. Untuk melanjutkan pembahasan ini, seandainya
persediaan akhir periode 31 Desember bedasarkan perhitungan fisik adalah 350 unit.
Bedasarkan perhitungan dengan metode FIFO, maka persediaan akan dinilai dengan harga
pembelian yang terakhir dan apabila kuantitas pembelia tidak mencakupi pada pembelian
terakhir ini, maka akan diambilkan pada kuantitas bulan sebelumnya dan seterusnya. Hal ini
‘13 8 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
sesuai dengan metode FIFO yaitu biaya yang akan dibebankan ke perhitungan laba rugi
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan lebih awal. Bedasarkan hasil perhitungan dengan
metode FIFO didapatkan:
Tanggal Pembelian Kuantitas HPP/unit Total Harga Pokok
15 Maret 300 Rp. 100,- Rp. 30.000,-
20 Okt 50 Rp. 120 Rp. 6.000,-
Rp. 36.000,-
Sehingga harga pokok penjualan dengan menggunakan metode FIFO adalah
sebagai berikut:
Persediaan awal, 1 januari Rp. 20.000
Pembelian bersih selama periode ybs Rp. 107.000,-
Persediaan tersedia di jual Rp. 127.000,-
Persediaan akhir, 31 desember Rp. 36.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 91.000,-
4. Metode LIFO
Merupakan metode perhitungan harga pokok dengan cara menghitung persediaan
akhir bedasarkan ketentuan bahwa harga beli yang lebih awal yang didahulukan.
Tanggal Pembelian Kuantitas HPP/Unit Total Harga Pokok
1 Jan 200 Rp. 130 Rp. 39.000,-
20 Feb 150 Rp. 200 Rp. 10.000,-
Rp. 49.000,-
Sehingga harga pokok penjualan dengan menggunakan metode FIFO adalah
sebagai berikut:
Persediaan awal, 1 januari Rp. 20.000,-
Pembelian bersih selama perdiode ybs Rp. 107.000,-
Pembelian tersedia dijual Rp. 127.000,-
‘13 9 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Persediaan akhir, 31 desember Rp. 49.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 78.000,-
5. Metode rata-rata
Harga pokok rata-rata persediaan barang yang akan dijual dapat dihitung dengan
menggunakan metode rata-rata dan hasilnya adalah:
Harga pokok = harga pokok persediaan yang tersedi dijual
Rata-rata kuanttas yang persedia yang tersedia dijual
= Rp. 127.000 = Rp. 141,1
= 900
Dengan menggunakan metode rata-rata, maka dapat ditentukan harga pokok
persediaan pada akhir desember sebesar 49385 (350 x Rp. 141,1), sehingga harga pokok
penjualannya adalah sebesar:
Persediaan awal, 1 januari Rp. 20.000
Pembelian bersih selama periode ybs Rp. 107.000,-
Persediaan tersedia dijual Rp. 127.000,-
Persediaan akhir, 31 desember Rp. 49.385,-
Harga pokok penjualan Rp. 77.615,-
Pengaruh metode penetapan harga pokok. Dari tiga metode yang telah diterangkan
diatas terdapat perbedaan nilai persediaan dan harga pokok penjualannya, seperti yang
tertulis dibawah ini:
Persediaan akhir harga pokok penjualan
Metode FIFO Rp. 36.000,- Rp. 91.000,-
Metode LIFO Rp. 49.000,- Rp. 78.000,-
Metode rata-rata Rp. 49.385,- Rp. 77.615,-
‘13 10 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Perbedaan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan ini mengakibatkan
jumlah laba bersih, total aktiva maupun total yang berbeda pula. Laba bersih tertinggi
diperoleh dengan menggunakan metode FIFO dan laba bersih terendah diperoleh dengan
menggunakan metode LIFO. Begitu juga dengan total aktiva dan total modal tertinggi
diperoleh dari perhitungan FIFO dan sebaliknya yang terendah dari perhitungan LIFO.
Sementara itu hasil perhitungan rata-rata berada diantara FIFO dan LIFO. Pemilihan salah
satu metode diantara metode yang ada bergantung pada masing-masing perusahaan, yang
jelas pemilihan tersebut harus didasarkan pada manfaat yang akan diperoleh perusahaan.
Yang perlu diingat analisis diatas hanya terjadi apabila terjdi kenaikan harga, apabila harga
mengalami penurunan tentu saja akan terjadi hal sebaliknya. Penurunan harga akan
berakibat, laba bersih dan nilai persediaan terendah dengan menggunakan metode LIFO,
laba bersih dan nilai persediaan terendah dengan menggunakan metode FIFO. Sedangkan
nilai rata-rata tetap tidak berubah, dimana nilai persediaan dan harga pokok penjualan akan
berada diantar FIFO dan LIFO.
6. Metode identifikasi khusus
merupakan metode yang digunakan untuk perhitungan harga pokok yang
dibebankan pada barang-barang yang dijual dan yang masih ada dalam persediaan
didasarkan atas harga pokok yang dikeluarkan khusus untuk barang-barang yang
bersangkutan. ,etode ini lebih cocok apabila digunakan untuk perhitungan barang-barang
yang jumlahnya terbatas dengan nila per unitnya tinggi seperti pada industry otomotif dan
elektronik. Sebagai gambaran sebuah perusahaan “laptop” yang bergerak dalam jual beli
laptop bekas memiliki persediaan sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga pokok/unit2 januari Pentium 1 1 Rp. 1.500.000,-7 januari Pentium 2 1 Rp. 3.500.000,-15 januari Pentium 3 1 Rp. 4.700.000,-26 januari Celeron 1 Rp. 1.400.000,-30 januari Pentium 4 1 Rp. 5.600.000,-Persediaan yang tersedia dijual 5 Rp. 16.700.000,-
Sedangkan persediaan pada akhir periode bulan januari adalah sebesar:
Laptop Celeron Rp. 1.400.000,-Laptop Pentium 4 Rp. 5.600.000,-Persediaan 31 jan Rp. 7.000.000,-
‘13 11 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
7. Metode Taksiran
Merupakan metode yang dalam menentukan jumlah persediaan dengan
menggunakan perhitungan fisik terhadap persediaan yang ada, hal ini dimungkinkan apabila
pihak manajemen menginginkan laporan setiap saat. Akan tetapi metode model ini
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lebih besar. Karena adanya kesulitan
mempertemukan dua kepetingan ini, maka diperlukan cara yang tepat untuk menentukan
harga pokok persediaan yaitu yang didasarkan pada metode taksiran. Walaupun metode
taksiran ini tidak setepat dengan metode perhitungan fisik, akan tetapi berguna dalam
pembuatan laporan secara periodic.
Kesimpulan
Penilaian persediaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui harga
dan jumlah persediaan yang akan digunakan untuk menetukan harga pokok persediaan.
Dengan demikian diperlukan data yang lengkap terhadap keduanya, karena tanpa adanya
data yang lengkap dan akurat perusahaan akan kesulitan menentukan harga pokok
persediaan.
Penilaian persediaan dilakukan pada semua jenis usaha termasuk usaha
perdagangan dan dengan adanya penilaian persediaan, maka perusahaan dapat
membandingkan biaya dan pendapatan pada periode tertentu. Harga pokok persediaan
dilaporkan sebagai aktiva lancar dalam neraca dan sebagai barang yang terjual dalam
laporan laba rugi.
Untuk melakukan pancatatan digunakan pendekatan system perpetual dan sitim
berkala, pada system berkala pencatatan hanya dilakukan pada saat terjdi penjualan saja
dan dalam system perpetual pencatatan dilakukan secara kontinyu. Harga pokok sendiri
merupakan penjumlahan dari harga beli dengan semua pengeluaran pada saat terjadi
pembelian. Sedangkan untuk menentukan nilai persediaan dapat dilakukan dengan metode
laba kotor, harga jual, FIFO, LIFO, Harga rata-rata< taksiran dan identifikasi khusus.
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Sistem berisi tentang cara mencatat transaksi persediaan dan cara memantau
kinerja manajemen persediaan dan dalam operasionalnya dapat menggunakan
manual maupun computer atau mengkombinasikan keduanya agar dapat menjawab
‘13 12 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
peran keputusan yang ditentuakn untuk menentukan kapan dan berapa banyak
melakukan pemesanan.
Hal-hal yang terkandung dalam pengendalian persediaan antara lain : penghitungan
transaksi, aturan keputusan persediaan, laporan pengecualian, peramalan dan
laporan dari manajemen puncak.
Sistem pengendalian persediaan dapat digunakan sebagai laporan untuk
manajemen puncak maupun manajer persediaan, laporan ini akan mengukur seluruh
kinerja ersediaan dan dapat digunakan untuk membantu membuat kebijakan
persediaan.
Jenis sistem pengendalian persediaan, antara lain:
1. Sistem tempat persediaan tunggal, dalam system ini bak atau papan diisi
secara periodic, seperti tempat persediaan di toko atau di pabrik yang disebut
juga system P. system ukuran tempat merupakan target dan persediaan
diisikan pada tempat persediaan sesuai dengan target secara periodic
(catatan hanya dilakukan saat pemesanan saja).
2. Sistem tempat persediaan ganda, tempat persediaan terdiri dari dua bagian.
Bagian yang pertama berisi persediaan yang akan dikeluarkan dan bagian
kedua berisi persediaan yang masih disegel. Pada saat tempat persediaan
didepan habis, maka tempat persediaan kedua dibuka dan pemesanan
persediaan dilakukan kembali. Tempat yang kedua harus berisi persediaan
yang cukup untuk mengantisipasi adanya lead time dan system ini disebut
dengan system Q.
3. Sistem kartu file, biasanya berisi satu kartu untuk setiap item persediaan.
Pada saat item terjual, kartu korespondensial diletakkan dan diperbarui
artinya karttu selalu baru pada saat persediaan tiba dan di dalamnya berisi
peraturan system P dan Q. system ini menjaga persediaan dalam ukuran
kecil dan tidak banyak transaksi.
4. Sistem computer. Catatan setiap item disimpan dalam computer dan setiap
transaksi penerimaan dicatat, catatan dikomputer juga berisi keputusan P dan
Q, peramalan permintaan dan pemantauan kinerja system persediaan.
System ini memudahkan dalam melakukan pengandalian persediaan.
Pemilihan salah satu dari ke empat system tersebut bergantung pada biaya dan
keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan.
Persediaan peroide tunggal dan periode ganda : Persediaan periode tunggal meliputi
item yang akan distok hanya sekali dan tidak akan distok lagi setelah habis
dikonsumsi, sedangkan persediaan periode ganda merupakan persediaan yang akan
dipertahankan keberadaannya dan akan dilakukan pemesanan kembali jika telah
‘13 13 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
dikonsumsi. Jumlah dan waktu pemesanan kembali bervarasi disesuaikan dnegan
tingkat persediaan yang akan merepon permintaan konsumen.
1. Sistem persediaan periode ganda : Jenis permintaan akan mempengaruhi jenis
system persediaan yang digunakan. Persediaan periode ganda diklasifikasikan
berdasarkan permintaan dependent dan independent
a. Permintaan dependent
b. Permintaan independent
c. Perbedaan system perseidaan dependent dan independent
2. Sistem persediaan item permintaan independent. System persediaan
merupakan serangkaian prosedur yang menggambarkan berapa banyak barang
ditambahkan untuk persediaan pada saat diutuhkan dan peralatan siap
mengijuti prosedur secara efektif dengan menggunakan model matematis dan
sejak saat itu model yang kompleks dan canggih dikembangkan dan digunakan.
a. Sitem kuantitas tetap. System ini mengacu pada jumlah pemesanan yang
sama pada saat setiap kali melakukan pemesanan, system ini akan
diterangkan lebih lanjut pada pembahasan EOQ.
b. Sistem interval tetap. Pengecekan terhadap persediaan dilakukan dalam
wakut yang sama misalnya setiap 5 hari, contoh kongkritnya akan dijelaskan
di pembahasan EOQ.
c. System minimum-maksimum. System persediaan minimum-maksimum
seringkali disebut dengan S atau s system mnghapuskan jumlah persediaan
yang ada menjadi sangat kecil dan ekonomis. System ini mengkombinasikan
system kuantitas tetap dan system interval tetap, tareget level maksimum (S)
dan target level minimum (s) dihitung. Persediaan dperiksa berada pada
interval tetap (t) pemesana dilakukan hanya jika persediaan berada pada
level tersebut, maka tidak akan dilakukan pemesanan karena jumlah
persediaan masih mencukupi untuk kebutuhan periode yang akan datang
dan jumlah pemesanan menjadi sedikit.
d. Alokasi anggaran. System persediaan alokasi anggaran lebih umum di
gunakan, system ini lebih sesuai digunakan untuk mengontrol persediaan
pengecer, toko furniture, departemen store dll. Cara lain yang dapat
dilakukan oleh perusahaan adalah meminta pemasok mendatagi
perusahaan untuk melakukan pengecekan jenis barang yang telah habis,
jenis barang yang masih tersedia dan mengirimkan stock sesuai dengan
target perusahaan.
e. Analisis marginal. Salah satu model yang juga dapet digunakan dalam
kebijakan persediaan yang optimal adalah analisis marginal, analisis
‘13 14 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
dilakukan dengan cara menghitung keuntungan marginal (MP / marginal
profit) dan kerugian marginal (ML / marginal loss). Penambahan unit
persediaan hanya akan dilakukan pada saat MP yang diharapkan sama
dengan ML, hubungan ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
P = probabilitas permintaan lebih besar atau sama dengan penawaran
1-p = probabilitas permintaan lebih kecil dari penawaran
p(MP) > ML – p(ML) atau
p(MP) + p(ML) > (ML) atau
p(MP+ML) > ML atau
p ≥ ML
MP + ML
Contoh soal :
Perusahaan gallon menghitung biaya produksi per unit gallon sebesar Rp. 15.000,- dan
dijual denga harga Rp. 20.000,- kerusakan gallon menjadi tanggung jawab perusahaan
dengan beban kerugian berupa biaya perbaikan sebesar Rp. 3.000,- dengan permintaan
dan probabilitas sebagaimana dalam table :
Tabel 4.1 : Permintaan dan probabilitasnya
Diketahui : MP = 20.000 – 15.000 = 5.000
ML = 3.000
P ≥ ML = 3.000 = 0,375
ML + MP 3.000 + 5.000
Tabel 4.2 ; Probabilitas dengan analisis marginal
‘13 15 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
NO Permintaan Probabilitas
1 50 0.3
2 70 0.1
3 40 0.4
4 60 0.2
No Permintaan Probabilitas Probabilitas
1 50 0.3(0,3+0,1+0,4+0,2) = 1 ≥
0,375
2 70 0.1 (0,1+0,4+0,2) = 0,7 ≥ 0,375
3 40 0.4 (0,4+0,2) = 0,6 ≥ 0,375
4 60 0.2 0,2 TIDAK ≥ 0,375
3. Model ABC : dikenal pula sebagai prinsip pareto dimana analisi ABC terbagi dalam persediaan di tangan (on hand) dalam tiga klasifikasi yang sering kali disebut dengan hokum 80-20 yaitu A, B, dan C yang didasarkan pada volume dollar tahunan. Pengukurannya dengan cara mengalikan setiap item persediaan dengan biaya perunit. Persediaan tipe A berisi 20% dari total persediaan dengan biaya total persediaan 70%-80%, persediaan tipe B berisi 30% dari total persediaan dengan baiay total persediaan 15%-20%, persediaan tipe C berisi 50% dari total item dengan biaya total persediaan 5%.
Tabel 4.3 : Perhitungan Klasifikasi Model ABC
Item Unit / Tahun(1)
Biaya / Unit(2)
Total Biaya(3)
Prosentase Biaya Total
(4)Klasifikasi
Kelas
1 4.400 181,18 800.000 1,83 C2 3.000 3200 9.600.000 21,96 A3 3.800 2.842 10.800.000 24,71 A4 5.200 480,8 2.500.000 5,72 B5 3.420 965 3.300.000 7,55 B6 5.000 900 4.500.000 10,30 B7 2.280 2.860 8.800.000 20,14 A8 8.300 217 1.800.000 4,12 C9 6.000 150 900.000 2,06 C10 4.000 175 700.000 1,6 C
45.400 43.700.000 100
No. Klasifikasi Nomor Item Total Item % Total Item % Total Item1 A 2,3,7 9.080 20 66.812 B 4,5,6 13.620 30 23.573 C 1,8,9,10 22.700 50 9.61
100.00 100
Berdasarkan analisis ABC dapat dibuat kebijakan yang berhubungan dengan
pembelian sumber daya dalam menentukan pemasok khususnya item klasifikasi A,
pengendalian persediaan item A yang lebih baik dibandingkan item B dan C, membuat
peramalan yang hati-hati terhadap item A. Dengan demikian peramalan yang tepat,
‘13 16 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
pengendalian fisik, kehandalan pemasok dan pemberitahuan terhadap berkurangnya
persediaan pengaman merupakan hasil dari anallisis ABC.
Keakuratan Catatan dan Siklus Perhitungan
Tingkat kesalahan yang dapat diterima menurut rekomendasi APICS (The American
Production and Invetory Control) adalah ± 0,2% untuk item A, ± 1% untuk item B, dan ± 5%
untuk item C. Setiap sistem produksi harus memiliki kesepakatan antara persediaan yang
tercatat dan yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya perbedaan diantara
keduanya.
Cara yang ditempuh perusahaan agar pencatatannya akurat :
1. Apabila memiliki gudang tempat persediaan, maka harus ada petugas yang
bertanggungjawab dan gudang harus dikunci dan setiap gudang penyimpanan harus
memiliki mekanisme pencatatan yang baik.
2. Setiap pengambilan/pengeluaran persediaan harus ada pencatatan dan tidak semua
orang diperbolehkan mengeluarkan persediaan.
3. Menghitung jumlah fisik persediaan sesering mungkin dengan menggunakan
metode siklus perhitungan.
Cara termudah melakukan perhitungan adalah pada saat gudang persediaan tidak ada
kegiatan, biasanya dilakukan di akhir pekan. Apabila tidak memungkinkan dilakukan
persediaan secara fisik, maka dalam pembelian persediaan yang baru harus lebih hati-hati
dan ditempatkan yang agak terpisah, sehingga memudahkan membedakan dan
menghitungnya.
Permasalahan Dalam Persediaan
1. Menentukan biaya yang realistis. Beberapa model yang ditawarkan dapat megoptimalkan
masalah persediaan menghadapi beberapa kendala yang cukup sulit. Secara praktek
banyak mengalami kesulitan dalam menentukan biaya-biaya yang nyata seperti biaya
pemesanan, penyimpanan, persiapan, dan kehabisan bahan. Hal ini disebabkan oleh data
perhitungan yang biasanya dalam bentuk rata-rata, sementara yang dibutuhkan adalah
marginalnya. Contoh Grafik sebagai berikut :
‘13 17 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Asumsi Realisasi
2. Permasalahan yang sama juga terjadi dalam menentukan biaya penyimpanan, misalnya
pada biaya gudang mencapai nol sampai saat gudang kosong. Banyak perusahaan yang
memperkirakan biaya persediaan didasarkan pada biaya penyimpanan yang riil seperti
biaya keusangan, biaya modal, dan biaya asuransi.
3. Terhadap dua pendekatan terhadap data yang tidak akurat yaitu pertama melakukan
analisis terhadap efek kesalahan dengan cara melakukan analisis sensivitas terhadap
model persediaan untuk mengetahui kesalahan pada biaya pemesanan, persiapan,
penyimpanan, dan pengaruh biaya total tahunan. Kedua, melakukan analisis terhadap
investasi persediaan dan beban kerja dan dibandingkan dengan biaya pemesanan dan
penyimpanan.
Kesalahan Biaya
Model persediaan pada umumnya dalam bentuk kuadrat, oleh karena itu kesalahan
yang signifikan sering kali memiliki efek yang lebih kecil daripada yang diharapkan, artinya
tingkat keakuratan yang tinggi kurang begitu diperhitungkan dalam menerima keuntungan
potensial. Dengan kata lain bukan berarti pengurangan dapat dilakukan pada jumlah
pesanan tetapi lebih mengarah pada pencarian penyebab timbulnya biaya persediaan dan
menekankan pada pos pengurangan biaya persediaan yang tepat.
Tabel Perbandingan biaya
‘13 18 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
No.Biaya Pemesanan
(S)Pemesanan Optimal
(Q)Biaya
Variabel∆VC
1 Rp. 5,- 40 250 29%
2 Rp. 10,- 56,57 353,55 0%
3 Rp. 20,- 80 500 41%
Total selisih yang diguanakan dengan menggunakan nilai S dari setengah sampai
dua kalinya terdapat perbedaan terhadap biaya total sebesar Rp. 250,- biaya total ini
bervariasi dengan nilai kurang dari 1% yaitu antara 0,4% yang terendah sampai dengan
0,6% yang tertinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka perusahaan dapat mengurangi biaya
persediaan total dengan cara memotong biaya pemesanan sebesar 5-10% atau mengurangi
tingkat persediaan dengan lead time nya.
Pengendalian Persediaan Dalam Perusahaan Jasa
Berikut gambaran pentingnya pengendaian persediaan dalam perusahaan jasa :
1. Kebijakan persediaan swalayan. Setiap swalayan harus memiliki bagian yang bertugas
mengidentifikasi item persediaan, perusahaan pemasok, dan biaya setiap item.
2. Jasa reparasi dan pemeliharaan kendaraan. Perusahaan jasa ini berhubungan dengan
beberapa distributor atau merupakan perusahaan waralaba dari industry otomotif. Agar
semua pelanggan dapat dilayani, maka perusahaan dapat menyediakan berbagai
komponen yang dibutuhkan oleh setiap kendaraan. Untuk memudahkan menghitung
jumlah persediaan yang tersedia dan yang telah digunakan sebaiknya digunakan komputer
yang akan memberikan definisi ukuran, jenis, kemanfaatan, dan kesesuaiannya.
Pengaruh Perubahan Elemen Biaya
Biaya merupakan salah satu factor yang dipertimbangkan dalam pembelian
persediaan karena biaya mempengaruhi jumlah pesanan dan jumlah produksi.
Dalam model EOQ, jumah pemesanan berbanding lurus dengan ӦDS artinya
perubahan jumlah permintaan (D) ataupun jumlah pemesanan (S) akan meningkatkan EOQ.
Pengertian berbanding lurus adalah apabila D/S meningkat, maka EOQ meningkat dan
sebaliknya. Sedangkan hubungan EOQ dengan biaya penyimpanan berbanding terbalik
artinya apabila biaya penyimpanan meningkat, maka EOQ akan turun dan sebaliknya.
‘13 19 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Begitu juga dengan iaya penyimpanan (C) dan harga barang/unit (P), peningkatan biaya
penyimpanan dan harga pembelian barang pemesanan akan menurunkan EOQ san
sebaliknya.
Adanya perubahan-perubahan yang mugkin terjadi perlu diantisipasi dengan cara
mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan tersebut dapat disikapi dengan melakukan
analisis sensivitas, yaitu analisis yang menggambarkan kepekaan terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi artinya berapa besar perubahan satu variabel akan berdampak pada
variabel lain dan seberapa besar perubahan-perubahan itu diperbolehkan.
Pengaruh Perubahan Lead Time
Lead time merupakan waktu tunggu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan
barang sampai di perusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reorder point dan
saat penerimaan barang. Lead time muncul karena setiap pemesanan membutuhkan waktu
dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada “jeda” waktu. Dalam
EOQ, lead time diasumsikan konstan yang artinya dari waktu ke waktu selalu tetap. Akan
tetapi dalam preakteknya lead time banyak yang berubah-ubah, untuk mengantisipasinya
perusahaan sering menyediakan safety stock.
Lead time dalam EOQ dapat digambarkan sebagai berikut :
‘13 20 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Daftar PustakaIndrajit Eko, Djokopranoto, 2010, Manajemen Persediaan, Grasindo, Jakarta
Zulfikarizah Fien, 2005, Manajemen Persediaan, UMM Press, Malang
Heizer, Rander, Manajemen Operasional, Salemba Empat, Edisi 12, 2013
‘13 21 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningHesti Maheswari SE., M.Si http://www.mercubuana.ac.id