MODUL PRAKTIKUM STRATEGI PROMOSI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · kesehatan telah menjadi suatu...
Transcript of MODUL PRAKTIKUM STRATEGI PROMOSI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · kesehatan telah menjadi suatu...
MODUL PRAKTIKUM
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN TIMUR
2018/2019
ii
VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT
A. VISI
“Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang
islami berbasis teknologi informasi yang unggul di bidang pemberdayaan
masyarakat dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial dan
lingkungan”
B. MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan masyarakat yang islami
berbasis teknologi informasi yang peka terhadap kesehatan di
masyarakat.
2. Mengembangkan riset dibidang kesehatan masyarakat untuk
berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat
dalam bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk
menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan
dan lingkungan.
4. Mengembangkan kerjasama dibidang kesehatan masyarakat dengan
berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar
negeri.
C. TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan masyarakat yang berkarakter,
berwawasan dan berkemajuan yang berpijak pada nilai – nilai
keislaman dan mampu memanfaatkan teknologi informasi yang
berkontribusi terhadap pembangunan dan menjadi solusi masalah
sosial dan lingkungan.
2. Menghasilkan produk penelitian IPTEKS kesehatan masyarakat yang
berbasis teknologi informasi dan ramah lingkungan.
iii
3. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk
menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan
dan lingkungan.
4. Menghasilkan kerjasama dalam bidang Catur Dharma Perguruan
Tinggi yang produktif dan saling menguntungkan baik dalam dan luar
negeri
D. SASARAN
1. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan
2. Pengembangan SDM dosen dan tenaga kependidikan
3. Pengembangan wahana pendidikan
4. Pengembangan program studi baru
5. Peningkatan penelitian dan publikasi ilmiah
6. Optimalisasi pengabdian masyarakat yang diprioritaskan pada upaya
mengatasi masalah sosial, pengangguran dan lingkungan
7. Peningkatan kerjasama nasional maupun internasional
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Strategi
Promosi Kesehatan.
Kami berharap dengan adanya modul praktikum ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca khusunya mahasiswa kesehtaan masyarakat. Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan modul ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
penyempurnaan modul berikutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Samarinda, Agustus 2019
Penyusun
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
VISI, MISI DAN TUJUAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
A. Strategi Pendidikan Kesehatan .................................................... 4
B. Strategi Advokasi ........................................................................ 7
C. Bina Suasana ............................................................................... 11
D. Pemberdayaan Masyarakat.......................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................. 20
B. Saran ............................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 22
FORMULIR PENILAIAN ................................................................... 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diera globalisasi sekarang ini bidang kesehatan banyak mengalami
pemuktahiran dan pekembangan-perkembangan ilmu yang mencuri
perhatian masyarakat. Seiring dengan itu banyak pula masalah-masalah
yang tentunya mampu membuat derajat kesehatan manusia menurun.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut maka status kesehatan
masyarakat juga mengalami degradasi. Pada masa sekarang status
kesehatan telah menjadi suatu keharusan untuk dipertahankan bagi setiap
anggota masyarakat yang bermukim dalam suatu wilayah tertentu. Status
kesehatan sekarang telah dianggap sesuatu yang berharga dan menjadi
suatu hal yang harus ditingkatkan oleh setiap manusia.
Keberhasilan program pendidikan kesehatan yang meliputi
perilaku kesehatan dan domain kesehatan sangat besar peranannya guna
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan
kesehatan yang meliputi perilaku kesehatan dan domain kesehatan ini
harus didukung oleh semua pihak terutama masyarakatnya. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan tentunya
menyadarkan mereka tentang pentingnya kesehatan itu sendiri. Kesehatan
sendiri adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pendidikan kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, maka perlu dilakukan
pendidikan, khususnya pendidikan yang ditujukan kepada masyarakat.
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di
sebabkan oleh karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para
pembuat keputusan, baik di tingktak nasional maupun lokal (provinsi,
kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain
rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana
dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi
2
kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan
dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para
pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi.
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-
mula digunakan dibidang hukum atau pengadilan. Sesorang yang sedang
tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh keadilan
yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang
hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk
memperoleh pembelaan, bantuan, atau dukungan terhadap program
kesehatan.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program
atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, orang yang menjadi
sasaran atau target advokasi ini para pimpinan suatu organisasi atau
institusi kerja baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan
organisasi kemasyarakatan diberbagai jenjang administrasi pemerintahan
(tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan).
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam
advokasi merupakan aplikasi dari komunikasi interpersonal, maupun
massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers) atau
para pembuat keputusan (decission makers) pada semua tingkat dan
tatanan sosial.
Strategi promosi kesehatan dibagi menjadi dua yakni ada konsep
dan bina suasana. Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan
atau hantuan terhadap seseorang yang mampunyai permasalahan.
Sedangkan Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan.
3
Konsep pemberdayaan mengemukan sejak dicanangkannya
Strategi Global WHO tahun 1984, yang ditindaklanjuti dengan rencana
aksi dalam Piagam Ottawa (1986). Dalam deklarasi tersebut dinyatakan
tentang perlunya mendorong terciptanya kebijakan berwawasan kesehatan,
lingkungan yang mendukung, reorentasi dalam pelayanan kesehatan,
keterampilan individu, dan gerakan masyarakat.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi pendidikan kesehatan.
2. Untuk mengetahui strategi advokasi.
3. Untuk mengetahui strategi bina suasana.
4. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Pendidikan Kesehatan
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol dam memperbaiki kesehatan individu.
Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau
masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-
perubahan secara suka rela dalam tingkah laku individu (Entjang,
1991).
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu
menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu
memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,
dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan
dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna
untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat
(Mubarak, 2009).
2. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3
dimensi :
a) Dimensi sasaran
1) Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
masyarakat tertentu.
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
luas.
b) Dimensi tempat pelaksanaan
1) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien
dan keluarga.
2) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.
5
3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan
sasaran masyarakat atau pekerja.
c) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
1) Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion),
misal: peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya
hidup dan sebagainya.
2) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific
Protection) misal: imunisasi
3) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan
tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misal: dengan
pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko
kecacatan.
4) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal:
dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan
tertentu.
3. Media Pendidikan Kesehatan
a) Media cetak
1) Booklet
2) Leaflet
3) Flyer (selebaran
4) Flip chart (lembar Balik)
5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah
6) Poster
7) Foto
b) Media elektronik
1) Televisi
2) Radio
3) Video Compact Disc (VCD)
4) Slide
5) Film strip
c) Media papan (bill board)
6
4. Alat Bantu Media Pendidikan Kesehatan
a) Alat bantu lihat (visual aids) ;
1) alat yang diproyeksikan: slide, film, film strip dan sebagainya.
2) alat yang tidak diproyeksikan; untuk dua dimensi misalnya
gambar, peta, bagan ; untuk tiga dimensi misalnya bola dunia,
boneka, dsb.
3) Alat bantu dengar (audio aids): piringan hitam, radio, pita
suara, dsb.
4) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids): televisi dan VCD.
5. Metode Pendidikan Kesehatan
a) Metode pendidikan Individual (perorangan)
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
2) Interview (wawancara)
b) Metode pendidikan Kelompok
1) Kelompok besar
a) Ceramah
b) Seminar
2) Kelompok kecil
a) Diskusi kelompok
b) Curah pendapat (Brain Storming)
c) Bola salju (Snow Balling)
d) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
e) Memainkan peranan (Role Play)
f) Permainan simulasi (Simulation Game)
c) Metode pendidikan Massa
1) Ceramah umum (public speaking)
2) Pidato-pidato
3) Simulasi
4) Tulisan-tulisan di majalah/koran
5) Bill Board
7
B. Strategi Advokasi
1. Advokasi
Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat
dengan membuat keputusan dan penentu kebijakan dalam bidang
kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai
pengaruh terhadap masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar
membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan diberbagai sektor dan
tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program
kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat
keputusan dapat berupa kebijakan–kebijakan yang dikeluarkan dalm
bentuk undang–undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat
instruksi dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam–macam bentuk, baik secara
formal atau informal. Secara formal misalnya, penyajian atau
presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin
diharapkan dukungan dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara
informal, misalnya mengunjungi pejabat yang relevan dengan program
yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam
bentuk kebijakan, dana atau fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa advokasi adalah para pejabat baik eksekutif dan
legislatif diberbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah
kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
8
2. Pendekatan Utama Advokasi
Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002)
yaitu:
a) Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam
penyusunan hukum, peraturan maupun pemimpin politik, yaitu
mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat berpengaruh
dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial
termasuk kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu sangat
penting melibatkan meraka semaksimum mungkin dalam isu yang
akan diadvokasikan.
b) Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk
opini publik. Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi
persepsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal,
membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat
penting dalam proses advokasi.
c) Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya
jaringan, kemitraan yang berkelanjutan dengan individu,
organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang
sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang
bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang
sama / hampir sama.
d) Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakam suatu proses
mengorganisasikan individu yang telah termotivasi ke dalam
kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang
sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi
individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.
9
e) Membangun kapasitas
Membangun kapasitas disini dimaksudkan melembagakan
kemampuan untuk mengembangakan dan mengelola program yang
komprehensif dan membangun critical mass pendukung yang
memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasi
dari LSM tertentu, kelompok profesi serta kelompok lain.
3. Metode dan Teknik Advokasi
Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu
semua ada bermacam-macam, antara lain:
a) Lobi Politik (political lobying)
Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para
pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah dan
program kesehatan yang dilaksanakan
b) Serminar / Presentasi
Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas
program dan sektoral. Petugas kesehatan menyajikan maslah
kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi
yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian
dibahas bersama-sama, yang akhirnya dharapkan memproleh
komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan
tersebut.
c) Media
Advokasi media (media advocacy) adalah melakukan
kegiatan advokasi dengan mengumpulkan media, khususnya media
massa.
d) Perkumpulan (asosiasi) Peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai
minat atau interes terhadap permaslahan tertentu atau perkumpulan
profesi, juga merupakan bentuk advokasi.
10
4. Langkah-Langkah Advokasi
Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah
diperolehnya dukungan dari para pembuat keputusan terhadap program
kesehatan yang ditawarkan atau diusulkan. Oleh sebab itu, proses ini
antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tahap persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun
bahan (materi) atau instrumen advokasi.
b) Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau
cara advokasi. Cara advokasi yang sering digunakan adalah lobbi
dan seminar atau presentasi.
c) Tahap penilaian
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang
diharafkan adalah adanya dukungan dari pembuat keputusan, baik
dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun perangkat keras
(hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi
keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator-indikator
seperti dibawah ini:
1) Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya:
a) Undang-undang
b) Peraturan pemerintah
c) Peraturan pemerintah daerah (perda)
d) Keputusan menteri
e) Surat keputusan gubernur/bupati
f) Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya
2) Hardware (piranti keras): misalnya:
a) Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau
APBD
b) Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di
prioritaskan
11
c) Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program
dan sebagainya.
C. Bina Suasana
1. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong
untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun
ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan /
idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan
masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku
tersebut.
Dukungan Sosial (social support) strategi dukungan sosial ini
adalah suatu kegitan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-
tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat
formal maupun informal.
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini
publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti
tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), dunia usaha / swasta, media massa, organisasi profesi
pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran
sekunder atau petugas pelaksana diberbagai tingkat administrasi (dari
pusat hingga desa).
Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-
norma dan kondisi / situasi kondusif dimasyarakat dalam mendukung
PHBS. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan
kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan
pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa
bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung,
menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.
12
Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah
orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah
dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi
kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan
emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih
diterima.
2. Tujuan Bina Suasana
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh
masyarakat sebagai jemba tan antara sektor kesehatan sebagai
pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melaui
toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program
kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi
terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga
dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana,atau membina suasana
yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial
ini antara lain pelatihan pelatihan para toma, seminar, loka karya,
bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka
sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh
masyarakat diberbagai tingkat. (sasaran sekunder).
3. Pendekatan Bina Suasana
Bina suasana dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu :
a) Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu
tokoh masyarakat, dengan pendekatan ini diharapkan :
1) Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku
yang sedang diperkenalkan.
2) Dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku
yang sedang diperkenalkan yaitu dengan bersedia atau mau
13
mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
(misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3
M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah
munculnya wabah demam berdarah).
3) Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan
turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana
yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
b) Pendekatan Kelompok
Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-
kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga
(RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian,
Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Organisasi Wanita,
Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain.
Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama
dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok
tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk
dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga
mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan,
mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan melakukan kontrol
sosial terhadap individu-individu anggotanya.
c) Pendekatan Masyarakat Umum
Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap
masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-
media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs
internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum
yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini
diharapkan :
1) Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung
perilaku yang sedang diperkenalkan.
14
2) Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra
dalam rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku
yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum
(opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut.
3) Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan
pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure)
oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga
akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang
diperkenalkan.
4. Metode Bina Suasana
Adapun metode dalam strategi bina suasana antara lain :
a) Pelatihan
b) Konferensi pers
c) Dialog terbuka
d) Penyuluhan
e) Pendidikan
f) Pertunjukkan tradisional.
g) Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
h) Pertemuan berkala di desa
i) Kunjungan lapangan
j) Studi banding
k) Traveling seminar.
Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana
diperlukan:
a) Forum komunikasi
b) Dokumen dan data yang up to date (selalu baru)
c) Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat
d) Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra
e) Menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan
f) Memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang mendukung
upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
15
g) Adanya umpan balik dan penghargaan
D. Pemberdayaan Masyarakat
1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Berdasarkan tinjauan istilah, konsep pemberdayaan masyarakat
mencakup pengertian community development (pembangunan
masyarakat) dan community-based development (pembangunan yang
bertumpu pada masyarakat) dan tahap selanjutnya muncul istilah
pembangunan yang digerakkan masyarakat (Sukandarrumidi, 2007).
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup,
martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti
peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai kemajuan (Wahyudin, 2012).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat
mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya
ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.
16
2. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan
kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses memanpukan masyarakat
dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan
sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :
a) Menumbuh kembangkan potensi masyarakat
b) Mengembangkan gotong royong masyarakat
c) Menggali kontribusi masyarakat
d) Menjalin kemitraan
e) Desentralisasi
3. Langkah-Langkah Pemberdayaan Masyarakat
a) Merancang keseluruhan program
Termaksud didalamnya kerangka waktu kegiatan,ukuran
program,serta memberikan perhatian kepada kelompok
masyarakat yang terpinggirkan. Perancangan program dilakukan
menggunakan pendekatan partisipatoris, dimana antara agen
perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat bersama-sama
menyusun perencanaan.
Perencanaan partisipatoris (participatory planning) ini
dapat mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara dua
pihak tersebut selama program berlangsung dan setelah program
dievaluasi. Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil, banyak
pihak bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling
claim tentang peran diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika
program tidak berhasil, individu maupun kelompok bahkan yang
sebenarnya berkontribusi atas kegagalan tersebut, saling
menyalahkan.
17
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus
memperhatikan adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan
(termarginalisasi). Marginalisasi adalah sutu proses sejarah
masyrakat yang kompleks,yang membuat mereka tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak
mempunyai akses yang memadai terhadap sumber daya. Oleh
karenanya, untuk menghindari agar ini tidak semakin
terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih komprehensif.
b) Menetapkan tujuan
Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada
tahap perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah penyakit,
mengurangi kesakitan dan kematian dan manajemen gaya hidup
melalui upaya perubahan perilaku yang secara spesifik berkaitan
dengan kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya
berpusat bagaimana masyarakat dapat mengontrol keputusannya
yang berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
c) Memilih strategi pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang terdiri
dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pengembangan
kelompok kecil, pengembangan dan penguatan pengorganisasian
mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan antarorganisasi,
dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi: pendidikan
masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai
pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat (community responsibility), fasilitasi upaya
mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi kepada
pengambil keputusan (decision maker).
18
d) Implementasi strategi dan manajemen.
Implementasi strategi serta manajemen program
pemberdayaan dilakukan dengan cara:
1) Meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder)
2) Menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah
3) Mengembangkan kepemimpinan local
4) Membangun keberdayaan struktur organisasi
5) Meningkatkan mobilisasi sumber daya
6) Memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya
mengapa?”,
7) Meningkatkan control stakeholder atas manajemen program
8) Membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.
e) Evaluasi program
Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan
lama, bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan
sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi bagian dari
pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan
selesai. Oleh karena itu, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan
pada proses pemberdayaannya daripada hasilnya.
4. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat
a) Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang
mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
b) Proses
Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan,
frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat
yang terlibat, dna pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.
19
c) Output
Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang
bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah
meningkatkan pengetahuan dari perilakunya tentang kesehatan,
jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan
pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di
masyarakat.
d) Outcome
Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai
kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian,
dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi kesehatan.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Strategi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol dam memperbaiki kesehatan individu. Tujuan
utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan
masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
2. Strategi Advokasi
Oleh karena konsep perubahan yang terjadi pada individu dan
masyarakat juga dipengaruhi oleh kebijakan maupun perubahahn
organisasi, dan politik bahkan faktor ekonomi, maka lingkungan yang
mendukung perubahan prilaku menjadi penting. Oleh karena itu,
advokasi sebagai salah satu strategi promosi kesehatan untuk
mendukung perubahan perilaku individu maupun masyarakat menjadi
penting. Advokasi pada hakekatnya adalah bekerja dengan dan
organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang
terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka.
3. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan atau bina suasana sama juga
dengan dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah
orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah
dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi
kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan
21
emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih
diterima. Ada 3 pendekatan bina suasana antara lain ;
a) Pendekatan individu
b) Pendekatan kelompok
c) Pendekatan masyrakat umum
4. Pemberdayaan Masyarakat
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup,
martabat dan derajat kesehatannya.
B. Saran
Sebaiknya didalam pelaksanaan praktikum ini waktu yang
digunakan dengan baik agar praktikum berjalan sesuai dengan yang
diinginkan. Dan juga praktikum harus sesuai dengan prosedur agar tidak
terjadi kesalahan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2000. Dasar-dasar pendidikan kesehatan masyarakat, ed. 1.
Soekidjo, Notoadmodjo. 2002, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip
Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Keseatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Setiawati, Dermawan. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan.
Jakarta; Trans Info Media.
23
Formulir Penilaian Praktik Mandiri Strategi Promosi Kesehatan
No.
Aspek yang Dinilai
Bobot
Nilai
YA
TIDAK
1. Praktik Strategi Pendidikan Kesehatan 25
2. Praktik Strategi Advokasi 25
3. Praktik Bina Suasana 25
4. Praktik Pemberdayaan Masyarakat 25
Jumlah 100