MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia...

119
KURIKULUM KTSP 2006 MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMA DAN MA KELAS X SEMESTER 1 DAN 2 Disusun Oleh ; Drs. ABDUL RASYID, M.M.Pd. SAEPUL ANWAR, S.Pd. ASEP PURNAMA, S.Pd.

Transcript of MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia...

Page 1: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

KURIKULUM KTSP 2006

MODUL PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNTUK SMA DAN MA KELAS X

SEMESTER 1 DAN 2

Disusun Oleh ;

Drs. ABDUL RASYID, M.M.Pd.

SAEPUL ANWAR, S.Pd.

ASEP PURNAMA, S.Pd.

Page 2: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya

modul pembelajaran ini dapat disusun dan sdiselesaikan sebagai bahan

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas X (Sepuluh) SMA dan MA.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga

kita senantiasa dalam alur sunnah rahmatan lil'alamin.

Modul pembelajaran ini disusun dengan pendekatan sederhana serta

menyeimbangkan antara materi pembelajaran dan latihan pembelajaran. Modul

pembelajaran ini pun dapat digunakan pada kegiatan pembelajaran semester 1

dan semester 2. Hal ini diharapkan dapat membantu peserta didik memahami

materi pembelajaran sekaligus bahan pendalaman materi. Selain itu, Pendidik

(Guru) pun memperoleh bahan pembelajaran yang dapat disajikan di kelas.

Penyajian isi pembelajaran terbagi atas beberapa bagian utama dimulai dari

Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pembelajaran Serta

Materi Pembelajaran. Selain itu, di setiap akhir pembelajaran disajikan latihan

pembelajaran guna memperkuat pemahaman peserta didik.

Tak lupa kami pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs.

Abdul Rasyid, M.M.Pd. selaku penanggung-jawab serta pihak-pihak lainnya yang

secara langsung maupun tak langsung berperan serta dalam penyusunan modul

ini, khususnya para penulis yang buku dan sumber tulisan lainnya dijadikan

bahan referensi guna melengkapi materi pembelajaran hingga akhirnya modul

pembelajaran ini sampai ke tangan Bapak/Ibu.

Kami menyadari bahwa penyusunan modul pembelajaran ini jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna

menyempurnakan penyusunan modul pembelajaran berikutnya di masa yang

akan datang.

Cianjur, Nopember 2015

Penyusun

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X i

Page 3: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Daftar Isi

Pengantar ….......................................................................................................... i

Daftar Isi …............................................................................................................ ii

PEMBELAJARAN SEMESTER I

Modul1.Berita ....................................................................................................... 1

Modul 2. Cerita Pendek : Unsur Intrinsik dan Ekstinsik ........................................ 5

Modul 3. Memperkenalkan Diri ............................................................................. 8

Modul 4. Artikel : Mendiskusikan Masalah Dalam Artikel ..................................... 9

Modul 5. Pengalaman Pribadi ............................................................................. 11

Modul 6. Membaca Cepat .................................................................................. 13

Modul 7. Membaca Ekstensif ............................................................................. 15

Modul 8. Paragraf Naratif ................................................................................... 17

Modul 9. Paragraf Deskriptif .............................................................................. 19

Modul 10. Paragraf Ekspositif ............................................................................ 21

Modul 11. Memahami Puisi ................................................................................ 24

Modul 12. Mengungkapkan Isi Puisi ................................................................... 27

Modul 13. Cerita Pendek .................................................................................... 29

Modul 14. Nilai Cerita Pendek ............................................................................ 36

Modul 15. Cerita Pendek .................................................................................... 38

Modul 16. Membaca Puisi .................................................................................. 39

Modul 17. Menulis Puisi Lama ........................................................................... 42

Modul 18. Menulis Puisi Baru ............................................................................. 46

PEMBELAJARAN SEMESTER II

Modul 19. Mendengarkan Informasi Langsung .................................................. 54

Modul 20. Mendengarkan Informasi Tidak Langsung ........................................ 57

Modul 21. Berkomentar : Kritik .......................................................................... 60

Modul 22. Berkomentar : Memberikan Persetujuan/Tidak Setuju …................... 62

Modul 23. Membaca Memindai .......................................................................... 65

Modul 24. Membaca Grafik ................................................................................ 67

Modul 25. Menulis Paragraf Argumentatif .......................................................... 69

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X ii

Page 4: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Modul 26. Menulis Paragraf Persuasif ............................................................... 74

Modul 27. Menulis Hasil Wawancara ................................................................. 77

Modul 28. Pidato ................................................................................................ 80

Modul 29. Cerita Rakyat ..................................................................................... 85

Modul 30. Latar Cerita Rakyat ............................................................................ 90

Modul 31. Puisi : Gambaran Pengindraan ......................................................... 93

Modul 32. Puisi : Hubungan Puisi Dengan Realitas Alam ................................. 96

Modul 33. Sastra Melayu Klasik : Karaktersitik Sastra Melayu Klasik ............... 99

Modul 34. Sastra Melayu Klasik : Nilai-Nilai Sastra Melayu Klasik .................. 103

Modul 35. Menulis Cerpen : Pengalaman Pribadi ............................................ 109

Modul 36. Menulis Cerpen : Pengalaman Orang Lain ...................................... 111

Daftar Pustaka …................................................................................................ iv

Tentang Penyusun …........................................................................................... v

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X iii

Page 5: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL PEMBELAJARAN

SEMESTER I (GANJIL)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X iv

Page 6: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 1. BERITA

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak

langsung

B. Kompetensi Dasar

1.1 Menanggapi siaran atau informasi dari media elektronik (berita dan

nonberita)

C. Indikator

Menuliskan isi siaran radio/televisi dalam beberapa kalimat dengan

urutan yang runtut dan mudah dipahami.

Menyampaikan secara lisan isi berita yang telah ditulis secara runtut dan

jelas.

Mengajukan pertanyaan/tanggapan berdasarkan informasi yang

didengar (menyetujui, menolak, menambahkan pendapat).

D. Materi Pembelajaran

Pernahkah anda mendengarkan sebuah wawancara atau berita? Kemudian

menuliskannya dalam sebuah laporan ringkas? Sebagai acuan utama dalam

membuat ringkasan siaran wawancara atau berita, Anda harus menemukan

pokok-pokok isi berita tersebut. Rumus utamanya dapat menggunakan 6 (enam)

pertanyaan pokok (rumus 5 W + 1 H), yakni;

• What (apa) ; Apa yang menjadi pokok pembicaraan.

• Where (di mana) ; Dimana peristiwa tersebut berlangsung.

• When (kapan) ; Kapan peristiwa tersebut berlangsung

• Who (siapa) ; siapa saja pihak yang terlibat dalam peristiwa

tersebut.

• Why (mengapa) ; Mengapa peristiwa itu bisa terjadi (berkaitan

dengan sebab), dan

• How (bagaimana) ; Bagaimana peristiwa tersebut terjadi (dampak,

akibat).

Untuk lebih memahami materi pembelajaran, perhatikanlah contoh sebagai

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 1

Page 7: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

berikut.

Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) Resmi Diluncurkan

Jakarta -- Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) resmi

diluncurkan hari ini, Selasa (25/6/2013) di Plasa Insan Berprestasi Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Mendikbud Mohammad Nuh secara resmi

meluncurkan program tersebut, yang juga dihadiri sejumlah mantan Menteri

Pendidikan, gubernur, bupati/walikota dan pemangku kepentingan pendidikan

nasional. Peluncuran program ini menandai dimulainya pelaksanaan PMU di

seluruh provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Mendikbud menyatakan bahwa program PMU ini adalah program yang

sangat strategis untuk pembangunan bangsa Indonesia di masa depan dalam

rangka menyiapkan generasi 100 tahun kemerdekaan Indonesia. "Ini program

yang sangat strategis untuk adik-adik kita, untuk bangsa kita ke depan," ujar

Mendikbud dalam peluncuran tersebut.

Salah satu latar belakang PMU, menurut Menteri Nuh, adalah adanya

potensi jumlah penduduk usia produktif yang sangat besar di Indonesia dalam

beberapa dekade ke depan. "Pertanyaannya adalah apakah populasi usia

produktif ini nanti menjadi bonus demografi atau bencana demografi, tentunya

kita ingin menjadikannya bonus demografi," kata Mantan Rektor ITS tersebut.

Program PMU ini diharapkan dapat mempercepat kenaikan angka partisipasi

kasar (APK) pendidikan menengah. Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan

Menengah Kemdikbud Hamid Muhammad menyatakan bahwa APK pendidikan

menengah sampai tahun 2012 sebesar 78,9%. "Dengan PMU, ditargetkan pada

tahun 2020 APK pendidikan menengah dapat meningkat menjadi 97%," kata

Hamid Muhammad.

Berdasarkan teks berita di atas, berikut analisis pokok-pokok beritanya.

Unsur-Unsur Berita Uraian Berita

1. Apa peristiwa tersebut?

2. Siapa yang menyampaikan

peristiwa tersebut?

1. Peluncuran Program

Pendidikan Menengah Universal

(PMU).

2. Mohammad Nuh, sebagai

Menteri Kemdikbud

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 2

Page 8: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

3. Di mana peristiwa itu terjadi?

4. Kapan peristiwa itu terjadi?

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

6. Bagaimana keadaan/akibat-

akibatnya?

3. Di Plasa Insan Berprestasi

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta.

4. Hari Selasa tanggal 25 Juli

2013

5. Untuk menyiapkan generasi

Indonesia masa depan yang

berpotensi besar sebagai usia

produktif.

6. Program PMU ini diharapkan

dapat mempercepat kenaikan

angka partisipasi kasar (APK)

pendidikan menengah.

Adapun ringkasan yang dapat dirangkum dalam pokok-pokok berita di atas

adalah sebagai berikut.

Mohammad Nuh sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah

meluncurkan Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) pada Selasa, 25

Juli 2013. Hal ini dilakukan guna menyiapkan generasi usia produktif sebagai

aset demografi. Program PMU ini diharapkan dapat mempercepat kenaikan

angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah.

E. Latihan Pembelajaran

Guna meningkatkan pemahaman materi pembelajaran, kerjakanlah latihan

berikut ini.

Peluncuran GrOS Albarkah

Cianjur-- Sekitar 20 unit PC di Laboratorium Bahasa SMP dan SMA Al-

Barkah Cikalongkulon Kabupaten Cianjur, Jawa Barat telah bermigrasi

menggunakan Sistem Operasi GrombyangOS 2.0 versi Edukasi. Hal ini berkaitan

dengan peresmian Gros Albarkah oleh Drs. Abdul Rasyid, M.M.Pd. Selasa

(8/92015) di sekolah tersebut.

Menurut Saepul Anwar, Jika pengadaan perangkat komputer di sekolah

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 3

Page 9: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

harus pula dibebani dengan pembelian lisensi sistem operasi, tentu biaya yang

harus dikeluarkan sekolah semakin membengkak. “Belum lagi pembelian

beberapa aplikasi yang harganya fantastis. Dengan menggunakan

GrombyangOS, biaya bisa dialihkan untuk kebutuhan lain.” Tuturnya.

GrombyangOS telah menyediakan secara lengkap sebuah sistem operasi

sempurna sekaligus paket aplikasi lainnya yang siap digunakan, baik untuk

kebutuhan pribadi maupun instansi.

Abdul Rasyid berharap dengan dibukannya Gros Albarkah ini akan tercipta

siswa-siswi yang kreatif, mandiri serta mampu memanfaatkan sistem operasi

berbasis pendidikan yang dapat dikembangkan bersama serta disebar-luaskan

secara bebas dan terbuka.

“ini adalah langkah awal kami menjadi bagian dari komunitas GNU/Linux

Indonesia.”

Petunjuk pengerjaan.

1. Catat pokok-pokok isi siaran berita di atas.

2. Ringkaslah pokok-pokok isi berita tersebut ke dalam sebuah paragraf.

3. Kemukakanlah tanggapan Anda terhadap isi berita tersebut.

4. Kemukakan ringkasan beserta tanggapan Anda tersebut di depan kelas

secara jelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 4

Page 10: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 2. CERITA PENDEK

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak

langsung .

B. Kompetensi Dasar

1.2. Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang

disampaikan secara langsung/ melalui rekaman.

C. Indikator

Menyampaikan unsurunsur intrinsik ( tema, penokohan, konflik, amanat, dll.)

Menyampaikan unsur- unsur ekstrinsik (nilai moral,kebudayaan, agama, dll.)

Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang

disampaikan teman

D. Materi : Cerita Pendek

Cerita Pendek atau Cerpen merupakan salah satu karya Sastra berbentuk

prosa (narasi ; bercerita). Sebuah cerpen dibangun berdasarkan unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik.

Adapun unsur intrinsik cerpen (in-; dalam) adalah unsur yang berasal dari

dalam sebuah cerpen sehingga membentuk satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik

meliputi tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur cerita, latar/setting cerita

(waktu dan tempat), gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat.

• Tema, merupakan pokok cerita. Misalnya tema ketuhanan,

kepahlawanan, setia kawan, cinta-asmara, dan sebagainya.

• Penokohan (tokoh dan watak) adalah para tokoh beserta wataknya

masing-masing yang mampu berdialog dalam cerita pendek.

• Alur cerita (Plot) merupakan jalinan peristiwa yang membentuk sebuah

cerita.

• Latar (Setting) meliputi tempat dan waktu kejadian cerita.

• Gaya bahasa merupakan ciri khas penyampaian bahasa yang diceritakan

penulis.

• Konflik merupakan permasalahan yang diungkap dalam cerita

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5

Page 11: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

• Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya.

Apakah ia sebagai tokoh utama (sang Aku), ataukah si pendongeng saja.

• Amanat merupakan pesan moral yang terkandung dalam cerita.

Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen (eks-; luar) adalah unsur yang berasal

dari luar namun turut serta mempengaruhi sebuah cerpen. Unsur ekstrinsik ini

meliputi nilai moral, nilai kebudayaan, nilai agama, latar kehidupan penulis, latar

ekonomi, latar sosial-politik, dan sebagainya.

Untuk lebih memahami pembelajaran ini, simaklah kutipan cerpen sebagai

berikut.

Ziarah ke Laut

(Karya Faisal Syahreza)

BERGEGASLAH ia meninggalkan kota. Ia selalu lari menuju laut. Bukan

karena ramai di sana. Sebaliknya, justru selagi laut menjadi sepi. Ia ingin sendiri.

Ia menziarahi langit. Langit seakan tinggal guratan berwarna merah padam. Di

barat, rupanya matahari segera tenggelam. Entah apa yang dicari Tatistika di

sana. Di laut. Mungkin burung, ikan, nelayan, karang, atau bisa juga ombak yang

menamparkan angin ke wajahnya. Ia hanya duduk setibanya di sana. Menyatu

dengan pantai. Ia menjelma indahnya pantai.

"Tika, datanglah kemari!"

Suara mahagaib, selalu saja mengajaknya agar esok atau lusa ia datang lagi

ke laut. Pernah sekali ia ketiduran di rumahnya, ia lupa menengok laut

kesayangannya. Sampai suara itu masuk ke dalam mimpi. Seperti suara

bapaknya yang telah lama tiada. Dalam mimpi itu, Tatistika jelas sekali melihat

bapaknya. Dan bapaknya memang berpesan:

Ketika kau ingin mengeluh padaku pergilah ke laut! Begitu pula bila engkau

sedang kesepian atau engkau merasa sendiri. Temuilah laut!

Sejak saat itu, tak ada tempat yang sering ia datangi selain laut.

"Tika, berenanglah bersama ikan, menyelam melihat karang, dan benamkan

dirimu di pelukan laut!"

Tatistika hanya tersenyum mendengar angin berbisik. Ia selalu menyentuh

pasir lembut. Kadang ia juga tertidur di pantai. Bahkan lebih nyenyak dari pada

tidur di rumah ataupun tempat di mana pun. Temannya menjelang malam adalah

kumbang. Berbaris- garis. Ia biasanya menyapa. Kembali Tatistika tersenyum

merasakan lembut pasir, selembut rambut panjangnya tergerai. Sambil menatap

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 6

Page 12: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

ke tengah lautan. Ia tidak pernah boros bicara. Cukup dengan hatinya, ia

bernyanyi dan menangkap sekeliling suara.

"Tika, engkau begitu setia. Tetaplah di sini! Tunggu aku suatu saat

menjemputmu."

Ombak pun genit menggodanya. Berusaha menyentuh jemari kaki Tatistika.

Tapi Tatistika manja tak mau disentuh. Dingin katanya. Dan basah. Kalau basah

mungkin ia tak bisa lama di pantai, karena ia masih tetap ingin menghabiskan

rindunya pada laut, untuk menatap, dan melayangkan pandangan pada

samudera mahaluas. Ketika semuanya selesai dan Tatistika telah menghabiskan

berbagai keluhan, ia akan pulang. Lima atau enam jam biasanya ia habiskan

waktu. Dan itu tak membuat Tatistika bosan. Justru bila ia

tak menengok laut, ia akan sangat bosan. Dan sebelum ia pulang selalu ada

yang dikatakan pada lautan.

"Esok berikan aku kesempatan melihatmu lagi! Agar aku merasakan rinduku

kepada orang-orang yang telah tiada."

(Kutipan cerpen ”Ziarah Ke Laut, Faisal Syahreza, 2009)

E. Latihan Pembelajaran

Buatlah kelompok belajar kemudian temukanlah unsur intrinsik dan ekstrinsik

cerpen ”Ziarah Ke Laut” di atas secara tepat.

1. Unsur intrinsik cerpen Ziarah Ke Laut meliputi ; tema, penokohan (tokoh

dan watak), plot/alur cerita, latar/setting cerita (waktu dan tempat), gaya

bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat.

2. Unsur ekstrinsik cerpen Ziarah Ke Laut meliputi ; nilai moral, nilai

kebudayaan, nilai agama.

3. Sampaikanlah hasil diskusi kelompokmu di depan kelas secara bergiliran,

kemudian tanggapi pula hasil diskusi kelompok lain secara santun.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 7

Page 13: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 3. MEMPERKENALKAN DIRI

A. Standar Kompetensi: Berbicara

2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan

berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.

B. Kompetensi Dasar

12.1 Memperkenal-kan diri dan orang lain di dalam forum resmi dengan

intonasi yang tepat.

C. Indikator

Mengucapkan kalimat perkenalan (misalnya, sebagai moderator dan atau

pembawa acara) dengan lancar dan intonasi yang tepat.

Menggunakan diksi (pilihan kata) yang tepat.

Menanggapi kekurangan yang terdapat pada pengucapan kalimat perkenalan

oleh teman.

D. Materi : Memperkenalkan diri dalam forum resmi

Pada sebuah forum resmi, seseorang akan memperkenalkan diri kepada

peserta forum. Hal ini perlu memerhatikan tata cara memperkenalkan diri kepada

orang lain atau memperkenalkan orang lain kepada pihak tertentu secara baik

dan efektif.

Untuk berlatih memperkenalkan diri, perhatikanlah hal-hal berikut ini.

1. Gunakanlah bahasa yang sopan dan resmi,

2. Gunakan Nada bicara atau suara yang tidak tinggi/keras

3. Tidak merendahkan diri atau sebaliknya secara berlebihan,

4. Memperkenalkan diri sendiri atau orang lain dengan menjelaskan

identitas seperti nama lengkap, pekerjaan, pengalaman organisasi, dan

sebagainya yang dirasa perlu.

Contoh Perkenalan diri

Dalam kesempatan ini, kelompok kami akan menyampaikan topik unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik cerpen ”Ziarah Ke Laut” karya Faisal Syahreza.

Namun, sebelum pada pembahasan tesebut, ijinkan kami memperkenalkan diri

terlebih dahulu. Saya Ridwan, bertindak sebagai moderator. Di sebelah kiri saya

yakni Rida, Sutan, dan Wati yang akan menjadi narasumber.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 8

Page 14: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 4. ARTIKEL

A. Standar Kompetensi: Berbicara

2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan

berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.

B. Kompetensi Dasar

2.2 Mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel,

atau buku)

C. Indikator

Mencatat masalah dari berbagai sumber

Menanggapi masalah dalam berita, artikel, dan buku

Mengajukan saran dan pemecahan masalah terhadap masalah yang

disampaikan

Mendaftar kata-kata sulit dalam teks bacaan membahas maknanya

D. Materi Pembelajaran

Sebuah artikel akan menyajikan pokok pembahasan yang khas. Namun,

sebagai pembaca yang kritis perlu memahami dan mengidentifikasi berbagai

permasalahan yang terdapat dalam artikel tersebut.

Pada kesempatan ini, kita akan belajar mendiskusikan masalah yang

terdapat dalam artikel serta mengidentifikasi kata-kata atau istilah yang belum

dipahami. Bacalah artikel berikut ini.

Ekosistem di Jakarta

Kawasan Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, merupakan salah satu

kawasan favorit bagi burung-burung bebas. Di sini dapat kita jumpai sekitar 20

jenis burung. Kita dapat berkenalan dengan burung kepondang yang berwarna

kuning menyala beterbangan, me-lihat burung cabe yang sebesar jempol dan

berwarna merah meluncur cepat atau bahkan berjumpa dengan burung beo yang

bersuara keras dan jernih.

Mengamati burung-burung bebas ini merupakan kegiatan yang

menyenangkan. Kita akan dapat melihat begitu ragamnya penampilan burung

dari ukuran tubuh, warna bulu, atau bentuk paruhnya yang mencermin kan pola

hidupnya. Misalnya, burung air mempunyai kaki berselaput untuk berenang,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 9

Page 15: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

burung pemangsa bercakar dan paruh tajam untuk mencabik atau burung sesap

madu bertubuh langsing agar dapat masuk ke kelopak bunga guna menghisap

madu. Kemampuan terbang burung pun berbeda-beda. Rajawali meluncur. Alap-

alap menukik dan menerkam, atau burung hantu melayang tanpa suara.

Alat bantu utama untuk melihat burung bebas adalah teropong atau pinokuler

agar detail burung dapat terlihat dengan jelas. Waktu pengamatan pun harus

tepat pada jam-jam burung sibuk bersuara dan bergerak, yaitu pagi dan sore

hari.

Untuk mencari burung bebas tersebut mulailah dari sekitar halaman rumah

sendiri berlanjut ke taman, pinggiran sungai atau pinggir an kota jika sudah mulai

mahir meng amati, sebelum akhirnya ke pedesaan atau daerah hutan. Karena

burung sangat sensitif, berpakaianlah yang tidak berwarna dan tidak bersuara

ketika mengamati. Bagian yang paling menanti dalam pengamatan burung

adalah kemampuan untuk mengenali jenis burung.

Burung-burung yang terbang bebas memiliki fungsi ekologis. Jenis-jenis

burung pemakan serangga menjaga keseimbangan agar populasi serangga tidak

meledak se hingga menjelma menjadi hama. Burung penghisap madu membantu

penyerbukan tumbuhan agar dapat berkembang biak. Karena itu, melestarikan

burung bebas adalah sangat penting.

(Sumber: Asri, 8 Desember 2007 dengan penyesuaian)

E. Latihan Pembelajaran

Setelah membaca artikel ”Ekosistem di Jakarta” di atas, kerjakanlah latihan

berikut ini.

1. Catatalah permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam artikel

tersebut.

2. Buatlah tanggapan dalam setiap permasalahan yang ditemukan.

3. Tulislah kata-kata atau istilah yang belum dipahami yang terdapat pada

artikel tersebut.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 10

Page 16: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 5. PENGALAMAN PRIBADI

A. Standar Kompetensi: Berbicara

2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan

berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.

B. Kompetensi Dasar

2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan ekspresi

yang tepat

C. Indikator

Menyampaikan secara lisan pengalaman pribadi (yang lucu,

menyenangkan, mengharukan, dsb.) dengan pilihan kata dan ekspresi

yang tepat.

Menanggapi pengalaman pribadi yang disampaikan teman

D. Materi Pembelajaran : Menyampaikan Pengalaman Pribadi Secara Lisan

Sebelum menyampaikan pengalaman pribadi, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yakni :

• Bersikap tenang, wajar, dan tidak dibuat-buat .

• Gunakanlah kata-kata efektif.

• Jangan menyampaikan hal yang bersifat SARA dan menyinggung pihak

lain.

• Kuasai suasana dan situasi kelas.

• Ceritakanlah hal yang berkualitas (bermoral, bernilai, berwawasan, dan

mendidik);

• Gunakanlah gerak tubuh, raut muka dan ekspresi untuk mendukung

cerita.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 11

Page 17: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Contoh :

Undian Berhadiah

Pengalaman ini tak akan pernah ku lupakan. Bagaimana tidak, ketika anak

lain berangkat sekolah dengan menggunakan kendaraan, aku hanya berjalan

kaki. Pagi itu, seperti biasa aku berangkat dengan hati riang. Perjalanan

memakan waktu 40 menit karena jarak rumah ke Sekolah memang cukup jauh.

Namun, siapa sangka di tengah perjalananku, dekat tong sampah besar aku

menemukan amplop kecil yang tebal tertutup rapat. Masih terdapat perangko dan

alamat lengkap. Aku baca, alamat tujuannya Jakarta. Sigap saja aku masukkan

ke dalam tas dan buru-buru berjalan.

Sesampainya di Sekolah, langsung aku menuju kelas yang masih sepi.

Dengan ragu dan gugup aku buka amplop itu. Tebal dan bikin penasaran. Dalam

pikiranku sudah macam-macam ; isinya uang, isinya uang. Buat jajan dan

membeli sepatu baru. Sebelum ku buka, ku toleh kiri-kanan masih sepi. Aman.

Lalu, pelan-pelan aku buka. Isinya aku keluarkan dengan mata terpejam. Saat

mataku terbuka, sontak saja aku lempar aplop itu. Halah.. hanya setumpuk

kertas koran dan secarik kertas tulis tangan ; Selamat anda mendapat undian.

E. Latihan Pembelajaran

Untuk memantapkan pemahaman, kerjakanlah latihan berikut ini.

1. Buatlah sebuah cerita pengalaman pribadi (Lucu, sedih, jenaka, dsb.).

2. Sampaikan di depan kelas secara bergantian. Siswa yang tidak

menyajikan, dipersilakan menyusun komentar atas pengalaman pribadi

tersebut.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 12

Page 18: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 6. MEMBACA CEPAT

A. Standar Kompetensi: Membaca

3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik

membaca berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.

B. Kompetensi Dasar

3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca

cepat (250 kata/menit)

C. Indikator

Membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit

Menemukan ide pokok paragraf dalam teks

Membuat ringkasan isi teks dalam beberapa kalimat yang runtut

D. Materi Pembelajaran : Mari Membaca Cepat

Membaca cepat merupakan membaca dengan mengutamakan kecepatan

tanpa mengabaikan pemahamannya. Membaca cepat dapat dilakukan dengan

teknik melompati bagian-bagian tertentu yang tidak penting sehingga panjang

bacaan menjadi berkurang hingga 30-40 %. Misalnya, pada bagian yang tidak

informatif (tidak perlu) dan bagian yang tidak berpengaruh jika dihilangkan.

Bagaimana agar membaca cepat dapat dilakukan secara efektif? Berikut ini

beberapa tips yang dapat dilakukan, diantaranya :

1. Tentukan tujuan membaca yang ingin digali informasinya.

2. Carilah ide pokok setiap paragraf kemudian pahami bagian tersebut.

3. Tandai bagian-bagian penting dalam bacaan tersebut.

Sebagai acuan penghitungan, berikut ini adalaha rumus untuk menghitung

kemampuan membaca cepat :

Jumlah kata yang dibaca X % Pemahaman = jumlah kata per menitWaktu (dalam detik)

Selain itu, untuk mengukur kemampuan pemahaman membaca, berikut ini

rumus penghitungannya :

jumlah jawaban yang benar x 100%jumlah soal

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 13

Page 19: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

E. Latihan Pembelajaran

Untuk mengukur kemampuan membaca cepat anda, mari berlatih. Bacalah

wacana berikut ini dengan efektif. Hitunglah oleh temanmu berapa detik/menit

anda dapat membaca dan memahami isi wacana berikut ini.

Bahan Bakar Gas yang Ramah Lingkungan

BBG (Bahan Bakar Gas) sesungguhnya sudah sejak sembilan tahun yang

lalu diluncurkan oleh Pertamina dan dipromosikan sebagai bahan bakar masa

depan. Bahan bakar alternatif ini adalah gas bumi yang telah melalui proses

pemurnian.

Alasan BBG dijadikan sebagai bahan bakar alternatif adalah karena

pembakarannya lebih sempurna sehingga lebih sedikit mengemisikan partikel

debu, SO, dan NO yang potensial menjadi penyebab pemanasan global.

Kandungan CO di dalam BBG pun rendah, yakni hanya 10 %.

Di Indonesia penggunaan BBG memang belum memasyarakat. Justru yang

telah mulai menyadari bahwa BBG ini sifatnya lebih ramah lingkungan dan juga

“jatuhnya” lebih murah adalah para pengusaha kendaraan umum, seperti bus

dan taksi. Alasan mengapa masyarakat pemilik mobil pribadi tampaknya masih

enggan untuk menggunakan BBG, kemungkinan karena harga perangkat

“pengubah” atau conversion kit yang harus dipasang pada kendaraan berbahan

bakar BBG ini relatif mahal. Namun, jika dibandingkan dengan biaya untuk

membeli bahan bakar premuim maupun premix, BBG jauh lebih murah.

(Sumber: Majalah Ayah Bunda)

Sebagai indikator pemahaman wacana anda, jawablah pertanyaan-

pertanyaan berikut ini.

1. Partikel debu apa saja yang disebutkan dalam wacana di atas?

2. Berapakah persentase kandungan CO dalam BBG?

3. Mengapa BMG menjadi salah satu bahan bakar alternatif penting di masa

depan?

4. Kendaraan apa sajakah yang sudah menggunakan BBG?

5. Bagaimana tanggapan Anda mengenai penggunaan BBG pada

kendaraan bermotor?

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 14

Page 20: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 7. MEMBACA EKSTENSIF

A. Standar Kompetensi: Membaca

3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik

membaca berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.

B. Kompetensi Dasar

3.2 Mengidentifikasi ide pokok teks nonsastra dari berbagai sumber melalui

teknik membaca ekstensif

C. Indikator

Mengidentifikasi ide pokok tiap paragraf

Menuliskan kembali isi bacaan secara ringkas dalam beberapa kalimat

D. Materi Pembelajaran : Membaca Ekstensif (Luas dan Dalam)

Membaca ekstensif merupakan membaca secara luas dan dalam. Tujuannya

adalah untuk memahami isi penting yang terkandung dalam wacana dengan

cepat dan efisien.

Bagaimanakah cara untuk membaca esktensif? Berikut ini hal-hal yang dapat

dilakukan, yakni :

1. Carilah setiap ide pokok paragrafnya

2. Rangkailah ide pokok tersebut dalam sebuah rangkuman

3. Simpulkan isi dari wacana tersebut berdasarkan rangkuman yang telah

dibuat.

E. Latihan Pembelajaran

Untuk melatiha kompetensi anda dalam membaca ekstensif, bacalah wacana

berikut secara seksama.

Bagaimanakah Software Diciptakan

Kita telah sering mengenal Mozilla Firefox, LibreOffice, Microsoft Word,

SmadAV, Adobe Photoshop, bahkan game seperti Super Mario Bros. Kita juga

menggunakan WhatsApp, PlayStore, BBM, di dalam sistem operasi Android.

Semua tersebut itu adalah software (Indonesia: perangkat lunak). Namun banyak

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 15

Page 21: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

di antara kita belum mengenal bagaimana software diciptakan. Lebih lanjut,

bagaimana melakukan sendiri pembuatan software tersebut. Dan satu hal yang

unik, bagaimana membuat software aplikasi Android. Artikel ini ditulis sebagai

perkenalan bagi orang awam mengenai komputer dan software.

1. Sifat Komputer

Komputer (Inggris: to compute, computer) adalah mesin pengolah angka

yang terdiri dari tiga bagian: input, proses, output. komputer hanya mampu

memroses angka nol dan satu (0 dan 1) disebut bahasa biner.

2. Pemograman

Inilah rahasianya. Penciptaan software disebut pemrograman (Inggris:

programming). Pemrograman adalah proses membuat kode-kode nol dan satu

yang dimengerti oleh komputer dengan bahasa komputer Tingkat Rendah,

Tingkat Tinggi, menghasilkan suatu aplikasi (hasil pemograman). Lalu dilanjutkan

dengan Kompiler untuk menghasilkan suatu aplikasi yang khas.

Jika Anda ingin belajar pemrograman, selamat! Orang yang punya andil di

dunia komputer semuanya adalah orang yang ahli memrogram. Mulai dari mana?

Penulis sarankan Anda mulai dari bahasa C. Selamat belajar.

(Sumber : Majalah Rootmagz Edisi 04/2015 dengan penyesuaian)

Jawablah pertanyaan berikut ini

1. Tulislah ide pokok setiap paragraf dalam wacana tersebut

2. Buatlah rangkuman wacana di atas berdasarkan ide pokok setiap

paragraf yang telah ditemukan.

3. Simpulkan isi wacana tersebut dengan bahasamu sendiri

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 16

Page 22: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 8. PARAGRAF NARATIF

A. Standar Kompetensi: Membaca

4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif,

deskriptif, ekspositif)

B. Kompetensi Dasar

4.1 Menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat

dalam bentuk paragraf.

naratif

C. Indikator

Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf naratif.

Menyusun kerangka paragraf naratif berdasarkan kronologi waktu dan

peristiwa.

Mengembangkan kerangka yang telah dibuat menjadi paragraf naratif.

Menyunting paragraf naratif yang ditulis teman berdasarkan kronologi,

waktu, peristiwa, dan EYD.

D. Materi Pembelajaran : Paragraf Naratif (Bercerita)

Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang disusun untuk menjelaskan

sebuah ide pokok. Paragraf dapat dikembangkan dengan beberapa pola tertentu,

antara lain pola deduktif, induktif, sebab-akibat, deskriptif, proses, contoh,

pertentangan, perbandingan, dan kronologis.

Naratif berasal dari kata narasi (cerita). Penambahan Imbuhan akhir -if pada

kata narasi memiliki arti bersifat sesuai kata dasar, sehingga kata naratif berarti

kata atau kalimat yang bersifat narasi (bercerita).

Paragraf Naratif merupakan suatu bentuk teks yang berusaha mengisahkan

suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu yang runut. Menurut

Gorys Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk teks yang sasaran

utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah

peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.

Selain itu, bentuk-bentuk narasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu narasi

fiktif dan narasi nonfiktif. Narasi fiktif kita kenal dalam bentuk kesusastraan

seperti, novel, roman, cerpen, dan dongeng. Narasi nonfiktif kita jumpai dalam

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 17

Page 23: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

bentuk sejarah, biografi, dan autobiografi.

Contoh paragraf naratif dapat disimak sebagai berikut.

Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di SMA Al-Barkah Cikalongkulon-

Cianjur. Pagi sekali aku sudah bangun pukul 04.30 WIB. Lalu segera ke kamar

mandi. Walapun udara terasa dingin, namun semangatku mengalahkan dingin

itu. Kemudian aku Salat Subuh penuh khusuk. Pakaian seragam baru yang telah

disiapkan ibu, ku pakai dengan rapi. Meskipun terpaksa, saya mencoba sarapan

pagi. Tepat pukul 6.00 WIB, saya berpamitan kepada kedua orang tua kemudian

berangkat dengan harapan dan semangat baru. Pukul 06.30 WIB aku tiba di

sekolah bertemu dengan teman-teman baru dan Bapak/Ibu guru yang sangat

ramah.

Berdasarkan contoh wacana di atas, adakah urutan waktu dan peristiwa?

Diskusikanlah dengan temanmu.

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman paragraf naratifmu lebih mendalam, kerjakanlah latihan

berikut ini.

1. Buatlah sebuah paragraf narasi dengan tema keseharianmu.

2. Gunakanlah EYD, kata-kata yang baku dan susun berdasarkan urutan

waktu.

3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian

perbaiki jika ada kesalahan berdasarkan ciri utama paragraf narasi.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 18

Page 24: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 9. PARAGRAF DESKRIPTIF

A. Standar Kompetensi: Membaca

4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif,

deskriptif, ekspositif)

B. Kompetensi Dasar

4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif

C. Indikator

Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf

deskriptif berdasarkan hasil pengamatan

Menyusun kerangka paragraf deskriptif

Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf

deskriptif

Menyunting paragraph deskriptif yang ditulis teman

D. Materi Pembelajaran : Paragraf Deskriptif (Penggambaran)

Paragraf deskripsi merupakan suatu bentuk teks yang berusaha

menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga objek itu seolah-olah

berada di depan mata kepala pembaca. Selain itu, pengertian deskripsi adalah

suatu tulisan atau karangan yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan

pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, perasaan, dan situasi atau

masalah tertentu sehingga pembaca seolah-olah mengalami, merasakan, atau

melihat langsung hal yang digambarkan.

Ada beberapa faktor penunjang yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

paragraf deskriptif, di antaranya:

1. Gunakanlah pilihan kata yang tepat dan dapat memberikan kesan

emosional pada pembacanya. Misalnya:

• Kaca depan mobil baru itu pecah, pecahan kacanya ada di tengah

jalan.

• Kaca depan sedan baru itu hancur, berserakan di tengah jalan.

2. Gunakanlah susunan bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, tidak

monoton, dan menggunakan tanda baca yang tepat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 19

Page 25: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

3. Gunakanlah kesan- kesan pengindraan secara tepat. Melukiskan apa

yang dilihat, didengar, dicium, dan dirasa, dengan baik sesuai hal yang

dideskripsikan.

4. Gunakanlah data-data dan fakta dengan tepat Sehingga para pembaca

dapat dengan mudah membayangkan apa yang dideskripsikan penulis.

Contoh paragraf deskriptif.

Lelaki yang berambut pendek dan berkulit sawo matang itu bernama Putra.

Ia dilahirkan di Kota Cianjur, 24 Oktober 1995. Umurnya 16 tahun. Kedua orang

tuanya menjulukinya si kancil yang pintar, karena selain pintar ia pun sangat

lincah dan periang. Hobinya membaca, menulis, dan bermain sepeda. Ia juga

suka bermain sepakbola dengan teman-temannya. Kemudian, hal yang paling

berkesan dalam hidupnya adalah ketika ia menjadi juara sepakbola antar

kampung. Ia begitu bangga dengan prestasinya tersebut sehingga teman-teman

menjulukinya sebagai Ronaldho dari Cianjur.

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman paragraf deskriptifmu lebih mendalam, kerjakanlah latihan

berikut ini.

1. Buatlah sebuah paragraf deskriptif dengan tema keseharianmu.

2. Gunakanlah EYD, kata-kata yang penuh emosional dengan

penggambaran yang jelas.

3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian

perbaiki jika ada kesalahan berdasarkan ciri utama paragraf deskriptif.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 20

Page 26: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 10. PARAGRAF EKSPOSITIF

A. Standar Kompetensi: Membaca

4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif,

deskriptif, ekspositif)

B. Kompetensi Dasar

4.3 Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam

paragraf ekspositif.

C. Indikator

Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf

ekspositif

Menyusun kerangka paragraf ekspositif

Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf

ekspositif

Menyunting paragraph ekspositif yang ditulis teman

D. Materi Pembelajaran : Paragraf Ekspositif (Penjelasan)

Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan

suatu hal atau objek. Paragraf ini memiliki istilah lain seperti paragraf eksposisi,

ekspositoris ataupun ekspositif. Ketiga isttilah tersebut sebenarnya memiliki arti

yang sama.

Menurut Gorys Keraf (1982:3) Eksposisi atau penjelasan adalah bentuk

tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan atau menguraikan suatu

pokok pikiran, yang dapat memperluas pengetahuan seseorang. Selain itu, gaya

bahasa yang digunakan pun berbentuk bahasa informatif, bahasa pemberitaan .

Data-data berupa grafik, statistik, diagram, gambar, organigram, dan lain-lain

yang disertakan dalam tulisan eksposisi dimaksudkan untuk memperjelas uraian

dan memperluas wawasan pembaca.

Sedikitnya terdapat tiga pola pengembangan paragraf ekspositoris, yakni

dengan cara proses, sebab dan akibat, serta pola ilustrasi.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 21

Page 27: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

1. Pola Sebab Akibat

Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan menggunakan

sebab- akibat. Sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat

sebagai perincian pengembangannya. Namun, dapat juga terbalik : akibat

dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu

perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.

Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan

proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antarbagiannya, maka proses itu

dapat disebut proses kausal.

Contoh pola pengembangan Sebab-Akibat

Kegiatan apa yang dapat dilakukan bersama adik dan kakaknya? Banyak

pilihan.Tapi, mengingat Indonesia sedang berkabung karena 40.000 orang Aceh

dan Sumatera Utara meninggal akibat guncangan gempa tektonik dan

gelombang banjir tsunami serta disesuaikan dengan budget, akhirnya Arni

memilih berkebun dengan menanam bunga pada pot-pot yang ada di halaman

sekitar rumahnya.

2. Pola Ilustrasi

Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret.

Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut dipakai sekadar untuk

menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini, pengalaman pribadi merupakan

bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan umum tersebut.

Contoh pola pengembangan ilustrasi

Lusi bahagia sehingga terbetik dalam hatinya, “Bagaimana rasanya kalau

sebuah rumah dipenuhi tanaman bunga? Di sebuah pojok rumah, setiap mata

memandang yang terlihat hanya bunga-bunga dan bunga. Mungkin sangat pas

untuk mengungkapkan isi hatiku yang sedang gembira. Lusi melonjak

kegirangan sambil menata vas bunga dan bersenandung lagu-lagu

kesukaannya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 22

Page 28: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

E. Latihan Pembelajaran

1. Buatlah sebuah paragraf ekspositif dengan tema keseharianmu.

2. Gunakanlah kata-kata baku, dan EYD yang baik.

3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian

perbaiki jika ada kesalahan.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 23

Page 29: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 11. MEMAHAMI PUISI

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung.

B. Kompetensi Dasar

5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan

secara langsung ataupun melalui rekaman.

C. Indikator

Mendengarkan puisi

Mendiskusikan unsur-unsur bentuk puisi tersebut

Melaporkan hasil diskusi

D. Materi Pembelajaran : Memahami Puisi

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-

kata indah dan kaya makna. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi,

majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan

suasana fisik).

Adapun ciri-ciri puisi dapat diidentifikasi sebagai berikut.

• Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif (makna kiasan)

• Adanya pemadatan semua unsur kekuatan bahasa.

• Puisi disusun dengan unsur-unsur bahasa indah dengan memerhatikan

irama dan bunyi.

• Puisi mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair berdasarkan

pengalamannya dan bersifat imajinatif.

Struktur fisik puisi dapat dijelaskna secara singkat sebagai berikut :

1. Tipografi, merupakan bentuk khas dari cara penulisan puisi oleh penyair.

Bentuk ini bisa berupa berbait-bait, berbentuk paragraf utuh, atau

berbentuk sembarang.

2. Diksi merupakan pilihan kata dalam mengungkapkan sebuah gagasan.

Menurut E. Zaenal Arifin (1998 : 24) bahwa diksi adalah pilihan kata.

Maksudanya memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Adakah

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 24

Page 30: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

bedanya antara kata ”Mati”, ”Tewas”, dan ”Meninggal”?

3. Majas merupakan hiasan kata dalam mengungkapkan gagasan penulis.

Contohnya kata ”Mati” diungkapkan dengan ”Menghembuskan nafas

terakhir”. Atau, kata ”Cantik” diungkapkan dengan ”Bidadari bumi”.

4. Rima dan Ritma (irama). Rima berkenaan dengan pengulangan bunyi

sedangkan, ritma (irama) merupakan keras lembutnya suara puisi.

Perhatikan puisi ”Partitur Hujan” karya Faisal Syahreza berikut ini.

PARTITUR HUJAN

apakah ini yang kau sebut dengan rindu?

Jika daun-daun telah basah, dan tanah-tanah

meruapkan namamu, untuk ku hirup

bersama kenangan.

Ketika segalanya, menjadi kesenyapan

yang tak bisa lagi ditawar.

Jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung

terasa menjauh, sedangkan

aku sendiri kedinginan

menggigil, aku ingin mengucapkan cinta

pada api, pada cahaya

dan pada apapun itu

yang mampu mencairkan kehendakku

saat jarak telah sekeras batu

dan ciuman tak pernah kunjung tiba

sungguh aku telah menjadi

nyanyian yang dihiraukan,

ribuan titik jarum tak tertahankan

menikam ke ulu jantung ingatan

(2009)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 25

Page 31: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

E. Latihan Pembelajaran

Bacalah puisi tersebut oleh salah satu temanmu, kemudian diskusikan

dengan kelompokmu untuk menentukan struktur fisik puisi Partitur Hujan karya

Faisal Syahreza sebagai berikut :

1. Tipografi

2. Diksi

3. Majas

4. Rima dan Irama

Laporkanlah hasil diskusi tersebut di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 26

Page 32: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 12. MENGUNGKAPKAN ISI PUISI

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung.

B. Kompetensi Dasar

5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung

ataupun melalui rekaman

C. Indikator

Mendengarkan puisi

Mengidentifikasi jenis puisi

Mendiskusikan isi puisi

Melaporkan hasil diskusi

D. Materi Pembelajaran : Memahami Puisi

Pada pelajaran sebelumnya telah dibahas mengenai pengertian puisi dan

struktur fisik suatu puisi, pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai

Struktur batin sebuah puisi.

Struktur batin sebuah puisi terdiri atas tema, rasa, tanda, amanat, perasaan,

nada, dan suasana fisik suatu puisi. Berdasarkan pendapat Richard dalam

Situmorang (1983 : 2) puisi memiliki caturtunggal, yakni empat komponen yang

menjiwai sebuah puisi, yakni:

1. Memiliki sense, atau Tema yang merupakan gagasan pokok dari sebuah

puisi.

2. Memiliki feeling atau Rasa, yakni sikap penyair atau pokok persoalan dalam

pandangan (penyair).

3. Memiliki tore atau Tanda, yaitu sikap penyair terhadap pembaca; Apakah

terasa menggurui, menyindir, menasihati, dan sebagainya. Hal ini akan

berkenaan dengan Nada, yakni sikap penyair terhadap pembaca.

4.Memiliki intebtion, atau Amanat yang merupakan pesan atau sesuatu yang

ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

Mari kembali menyimak puisi ”Partitur Hujan” karya Faisal Syahreza berikut

ini.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 27

Page 33: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

PARTITUR HUJAN

apakah ini yang kau sebut dengan rindu?

Jika daun-daun telah basah, dan tanah-tanah

meruapkan namamu, untuk ku hirup

bersama kenangan.

Ketika segalanya, menjadi kesenyapan

yang tak bisa lagi ditawar.

Jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung

terasa menjauh, sedangkan

aku sendiri kedinginan

menggigil, aku ingin mengucapkan cinta

pada api, pada cahaya

dan pada apapun itu

yang mampu mencairkan kehendakku

saat jarak telah sekeras batu

dan ciuman tak pernah kunjung tiba

sungguh aku telah menjadi

nyanyian yang dihiraukan,

ribuan titik jarum tak tertahankan

menikam ke ulu jantung ingatan

(2009)

E. Latihan Pembelajaran

Diskusikan dengan kelompokmu untuk menentukan struktur batin puisi :

1. Tema puisi 3. Nada puisi

2. Rasa puisi 4. Amanat puisi

Laporkanlah hasil diskusi tersebut di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 28

Page 34: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 13. CERITA PENDEK

A. Standar Kompetensi: Berbicara

6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi.

B. Kompetensi Dasar

6.1 Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita

pendek melalui kegiatan diskusi

C. Indikator

Menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca dengan kata-kata

sendiri.

Mengungkapkan hal-hal yang menarik atau mengesankan.

Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, sudut

pandang, latar ,amanat) cerita pendek yang dibaca.

D. Materi Pembelajaran : Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran”

Masih ingatkah dengan pembelajaran pada Modul II. Cerpen? Pengertian

Cerita Pendek atau Cerpen merupakan salah satu karya Sastra berbentuk prosa

(narasi ; bercerita). Sebuah cerpen dibangun berdasarkan unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik cerpen.

Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang berasal dari dalam sebuah

cerpen sehingga membentuk satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik meliputi tema,

penokohan (tokoh dan watak), plot/alur cerita, latar/setting cerita (waktu dan

tempat), gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat.

Pada pembelajaran kali ini, kita akan mempelajari 3 (tiga) hal menarik yang

bersumber dari sebuah cerpen, yakni tentang menceritakan kembali isi cerita

pendek yang dibaca dengan kata-kata sendiri, mengungkapkan hal-hal yang

menarik atau mengesankan, dan mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema,

penokohan, alur, sudut pandang, latar ,amanat) cerita pendek yang dibaca.

Pahami contoh cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA Navis

berikut ini.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 29

Page 35: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

TAMU YANG DATANG DI HARI LEBARAN

(Cerpen karya AA Navis)

SEPASANG orangtua yang rambutnya telah memutih memandang dari

ruang tamu ke jalan raya yang ramai oleh orang-orang berbaju indah-indah dan

baru. Berjalan kaki, berbendi atau bermobil sebagaimana tradisi setiap lebaran

Idul Fitri. Keduanya memandang sambil bergoyang pelan di kursi goyang yang

dipisahkan oleh meja kecil berdaun marmer Itali.

Rumah kedua orangtua itu, bangunan kayu model lama yang berkolong

tinggi. Bercat oker yang telah pudar warnanya. Kelihatan ganjil di antara

sederetan bangunan bergaya terkini. Mungkin karena sudah terlalu biasa dalam

pandangan penduduk kota kecil itu, tak terasa lagi ada keganjilan pada rumah

itu. Setiap orang tahu siapa penghuninya, yaitu Inyik Datuk Bijo Rajo dan Encik

Jurai Ameh. Lazimnya orang menyebutnya Inyik dan Encik saja. Inyik dulunya

seorang pejuang dan pernah menjadi gubernur. Pada hari tua yang sudah lama

terpakai mereka tinggal dengan sepasang pembantu yang telah puluhan tahun

bersamanya. Menurut istilah lama yang kini terpakai lagi, mereka "dikaruniai"

enam orang anak. Semua telah jadi orang terpandang di rantau.

Encik berkulit gelap dan bertubuh gemuk. Hampir tidak dapat bergerak

seleluasa maunya. Dan Inyik berkulit cerah, tapi tubuhnya ceking. Keduanya

sama mengenakan baju yang terindah, meski modelnya sudah kuno. Sambil

bergoyang di kursinya, sejak tadi Encik bicara sendiri tak henti-hentinya.

Mengatakan apa yang lewat di kepalanya. Sedangkan Inyik berbuat yang sama.

Dalam hatinya pula.

Kata Encik, "Pada setiap Lebaran begini aku mau semua anak-cucuku

berkumpul. Aku rindu mereka antre, bertekuk lutut sambil mencium tanganku

waktu bersalaman. Terharu aku melihatnya. Berdiri selurah bulu romaku. Namun

mataku sebak oleh air mata, bila ingat aku tidak pernah memperoleh

kebahagiaan seperti itu. Padahal, sebetulnya anak-anakku mampu pulang

bersama. Yang tak mampu hanya Ruski. Rezekinya memang pas-pasan. Lebih

sulit lagi dia tinggal jauh. Di Irian sana. Kalau mau, saudara-saudaranya bisa

patungan membiayai yang tidak mampu.

"Tapi itu tidak pernah terjadi. Rasanya aku tidak salah didik. Aku datangkan

guru agama tiga kali seminggu agar mereka menjadi penganut yang tawakal.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 30

Page 36: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Tapi mengapa setelah makmur mereka hidup nafsi-nafsian? Setiap Lebaran

datang luka hatiku kian dalam. Dulu, waktu ayahnya jadi gubernur, setiap

Lebaran mereka bisa berkumpul. Kata mereka, apa kata orang nanti bila mereka

tidak datang waktu Lebaran. Setelah itu, mereka tidak lagi datang dengan

lengkap. Mengapa? Sama seperti anak buah Inyik dan pejabat lain. Kalau

mereka tidak lagi datang, itu adat dunia masa kini. Di mana padi masak di sana

pipit berbondong-bondong. Tapi kalau bagi anak-menantuku tentu tidak berlaku

ungkapan itu."

Inyik pun berkata dalam hatinya, "dulu aku pernah baca artikel, kalau tidak

salah Ki Hajar yang menulis. Katanya, Idul Fitri hari yang istimewa karena pada

hari itu setiap orang tanpa pandang usia dan status, saling bertemu dan saling

memaafkan. Tak ada rasa rendah diri. Tidak ada rasa lebih diri. Tapi kini, setelah

Idul Fitri jadi kebudayaan baru, bawahan dan orang miskin yang wajib datang ke

penguasa untuk minta maaf. Penguasa akan merasa tidak pantas minta maaf

kepada rakyat. Meski kementerengan hidup yang mereka dapat karena banyak

rakyat yang ditelantarkan. Tak tersentuh hati mereka. Paling-paling mereka

memberi zakat fitrah senilai satu hari makan untuk satu orang miskin. Kenapa

tidak untuk sepuluh atau seratus orang miskin. Atau untuk makan sepuluh atau

seratus hari orang miskin?"

Kata Encik melanjutkan lamunannya, "Ruski memang keras hati. Pantang

meminta- minta. Saudara-saudaranya mau membantu kalau Ruski mau meminta.

Kenapa harus menunggu dulu kalau sudah tahu saudara sendiri tidak punya

kemampuan? Siapa yang mengajar mereka begitu? Seperti mereka tidak tahu

betapa rindunya aku. Si Mael yang paling kaya dari semuanya, lain perilaku

hidupnya. Setiap akhir tahun dia pergi berlibur bawa anak dan istrinya ke

Amerika, atau ke Eropa, atau ke Jepang. Tutup tahun ini kebetulan sama dengan

Lebaran. Tapi dia tidak pulang. Dia ke Mekkah karena sudah bosan ke kota-kota

dunia lainnya. Begitu janjinya kepada anak- anak. 'Sambil libur, sambil mencari

ridha-Nya,' tulisnya dalam surat. Sepertinya menemui ibu-bapa tidak merupakan

ridha-Nya. Aneh pahamnya beragama."

"Tulisan siapa yang pernah aku baca dulu? Hasan, Roem, Natsir atau siapa,

ya? Katanya, Nabi tidak menyuruh orang berpesta untuk merayakan Idul Fitri,

melainkan berzakat dan takbiran. Tapi kebudayaan baru menjadikannya lain.

Acara takbir dijadikan acara tontonan di lapangan. Pakai musik segala. Takbir

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 31

Page 37: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

bukan lagi ibadah pribadi, melainkan dijadikan pesta dunia dengan biaya

milyaran rupiah. Sepertinya uang sebanyak itu tidak lagi berfaedah untuk orang

miskin. Sebetulnya Idul Adha tak kurang mulianya. Bahkan lebih. Kewajiban inti

pada kedua hari raya itu membantu orang miskin. Pada Idul Fitri memberi zakat

fitrah. Sedangkan pada Idul Adha memberi kurban senilai seekor kambing."

Inyik terbatuk-batuk. Setelah sereguk air, renungannya melanjut. "Waktu jadi

gubernur dulu, aku mencoba mengubah tradisi lama itu. Mengikis keduniawian

pada acara ritual. Hampir semua orang menyalahkan aku. Termasuk ulama

mengeluarkan fatwanya. Sebagai kepala pemerintahan aku dipojokkan.

Kolegaku menyalahkan aku dengan kata-kata durjana, 'Biar saja agama begitu

asal stabilitas terjamin.'"

"Sabir juga tidak pulang. Katanya, dia harus berlebaran ke rumah menterinya

yang baru. Menteri baru salah sangka kalau dia tidak datang. Aku maklum

alasannya, untuk keamanan jabatannya. Dulu ketika ayahnya jadi gubernur, aku

pun dendam jika ada bawahan tidak datang berlebaran ke gubernuran. Terlambat

datang pun jadi pertanyaan dalam hatiku," kata Encik melanjutkan kata hatinya.

Dan dia terus merunut satu demi satu alasan anaknya tidak bisa pulang

berlebaran. Melani karena tidak mendapat tiket pesawat. Sofi karena suaminya

belum bisa kembali dari Eropa. Sedangkan Gafar lain lagi alasannya.

Pikiran Inyik masih terus menerawang. Katanya, "Lima tahun jadi gubernur,

sesung guhnya tidak cukup waktu untuk mengubah tradisi yang usang. Akan

tetapi menjadi gubernur lebih lama, akulah yang menjadi usang. Kiai Marzuk

mengatakan kepadaku, 'Bila mau jadi pemimpin, teladani Nabi. Nabi diberi waktu

dua puluh tiga tahun oleh Tuhan. Ketika berhenti karena umurnya sampai, beliau

tetap seperti Muhammad sebelum menjadi Nabi.' Tidak kaya-raya seperti

umumnya diktator yang berkuasa. Kalau pun punya warisan, semuanya

dihibahkan menjadi wakaf untuk umatnya. Itu yang pertama. Kedua, sebagai

pemimpin umat, umurnya dibatasi Tuhan sampai enam puluh tiga tahun saja.

Jika lebih dari itu, kondisi mental dan fisiknya sudah menurun dan terus

menurun. Bagaimana nasib umat di bawah pimpinan yang pikun?' Dan

bagaimana umatnya meneladani perilaku Nabi bila di akhir hidupnya kepikunan

lebih menonjol. Apakah tidak akan terjadi kekacauan pada kehidupan umatnya?"

Tiba-tiba Inyik merasa dadanya sesak. Dia menyandarkan kepala ke sandaran

kursi. Beberapa saat kemudian dia berdiri. Kursi yang ditinggalkannya terus

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 32

Page 38: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

bergoyang. "Aku lelah, Jurai. Aku berbaring dulu," katanya kepada istrinya sambil

melangkah dengan gontai.

"Aku juga," kata Encik hampir tak berdaya. "Rasanya hari Lebaran ini terlalu

panjang. Coba kalau anak-anak kita di sini semua, waktu dirasakan terlalu

singkat." Lama kemudian masih dalam goyangan kursi, pikirannya terus

menerawang. "Alangkah anehnya hidup ini. Rasanya aku sudah mendidik anak-

anak, supaya menjadi anak yang bersatu kukuh dalam persaudaraan serumpun.

Tapi kenapa pada hari tua kita, mereka telah hidup menurut pikiran dan caranya

masing-masing. Selagi aku masih hidup, mereka tidak lagi berpikiran sama

seperti sebelum mereka menjadi apa-apa? Apalagi bila aku sudah mati. Mungkin

mereka akan bercerai-berai."

Goyangan kursi Encik kian lama kian pelan. Lama-lama berhenti sendiri.

Menjelang berhenti, dalam penglihatannya beb-rapa mobil sedan yang mengkilap

catnya karena baru, memasuki halaman. Setiap pintu terbuka. Dari setiap pintu

keluar semua orang yang dikenalnya. Anak, menantu, dan cucunya. Satu demi

satu secara khidmat mereka berlutut ketika menyalami, menciumi tangannya dan

kemudian memeluk untuk mendekapi pipinya. Bila masih ada air matanya

tersisa, mungkin akan turun deras melelehi pipinya oleh rasa bahagia. "Tuhan

telah mengabulkan doaku. Semua anak-anakku pulang berlebaran. Oh, alangkah

indahnya Idul Fitri kali ini. Terima kasih, Tuhan, terima kasih. Terima kasih juga

seandainya ini hanya mimpi. Mimpi terakhirku."

Dalam berbaring di bangku tidur yang biasa digunakan pada waktu tidur

siang, pikiran Inyik masih terpaut pada waktu ketika di kursi goyang ruang tamu.

"Sebenarnya aku ingin jadi gubernur lebih lama. Teratama sekali karena aku

tidak melihat ada bawahanku yang mampu menggantikan aku. Meski mereka

berpendidikan tinggi, namun nyalinya kecil-kecil. Aku cemas pada nasib negeriku

bila dipimpin orang-orang seperti itu."

Tidak disangka seseorang masuk ke kamar tidurnya. Lalu duduk di kalang-

hulunya. Inyik tidak bereaksi, selain heran oleh kedatangan tamu yang tidak

dikenal itu. Tamu yang berani- berani saja sudah duduk di bangku tidurnya.

Dan berbicara tanpa basa-basi. "Sebetulnya aku tidak akan ke sini. Tapi aku

mendengar yang kau katakan." Hati Inyik merasa tertusuk oleh kata kau ke

alamatnya. Kata yang tidak pernah ada dalam hidupnya dialamatkan kepadanya.

"Ternyata kau sama dengan golonganmu. Tambah tua kian sombong.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 33

Page 39: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Sebaiknya kau tahu, bahwa waktu Nabi sampai umurnya, baru separuh jazirah

Arab yang Islam. Tetapi dalam masa seratus tahun, para kalifah telah meluaskan

wilayah Islam sampai ke Spanyol di barat, sampai ke Pakistan di timur. Maka itu

janganlah kau punya pikiran yang berlawanan dengan kodrat alam."

"Kodrat alam?"

"Ya. Karena alam dan kodratnya, itulah Sunnatullah."

Lama Inyik terdiam. Tak mampu dia memahami apa yang dimaksud

tamunya. Kini disadarinya benar, bahwa usia tua membuatnya lamban berpikir,

lamban bereaksi. Bahkan pelupa. Tapi berapa sesungguhnya usianya sekarang?

"Ah, baru tujuh puluh usiaku sudah begitu lambannya aku, " katanya pada

dirinya. Lalu kepada tamunya, "Apa maksudmu?"

"Dalam peribahasamu ada ungkapan, 'Patah tumbuh, hilang berganti.' Masa

kau lupa," kata tamu itu.

Inyik merasa tamu itu menguliahinya. Harga dirinya tersinggung. Maunya dia

marah. Tapi ada rasa tak berdaya pada dirinya. Dialihkannya pembicaraan.

"Engkau ke sini berlebaran, bukan?"

"Ada sedikit urusan dengan istrimu."

"Bagaimana dia?"

"Kursinya tidak bergoyang lagi."

Inyik lama termangu sambil membolak- balik makna ucapan tamu itu. Tiba-

tiba dia sadar bahwa tamu itu tidak lain dari Sang Maut. Dia mencoba meraba-

raba perasaannya. Tidak ada perasaan apa pun. Karena rasionya lebih kuat.

Bahwa manusia itu lahir, hidup dan akhirnya mati. "Pantarei," desis dalam

mulutnya ketika ingat pelajaran Yunani Kuno pada kelas terakhir sekolah

rendahnya dulu. "Sudah tiba waktuku kalau begitu."

"Belum. Belum sekarang."

"Kalau waktuku belum akan tiba, aku mau kehadiranku tidak akan merugikan

orang banyak," kata Inyik pula dalam keragu-raguan.

"Tidak. Tidak akan. Karena kau tidak berkuasa lagi," kata tamu yang

disangka Inyik sebagai Sang Maut seraya keluar dari kamar.

Kayutanam, Januari 1998

Sumber: Antologi cerpen AA Navis

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 34

Page 40: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

E. Latihan Pembelajaran

Sungguh menarik bukan cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya

AA Navis tersebut? Setelah membaca cerpen di atas, kerjakanlah hal-hal berikut

ini.

1. Ceritakan kembali isi cerita pendek tersebut dengan kata-kata sendiri.

2. Tulislah hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerpen tersebut

3. Carilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, berupa : tema, penokohan,

alur, sudut pandang, latar, dan amanatnya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 35

Page 41: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 14. NILAI CERITA PENDEK

A. Standar Kompetensi: Berbicara

6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi.

B. Kompetensi Dasar

6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi

C. Indikator

Menemukan nilai-nilai dalam cerpen

Membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan

kehidupan sehari-hari

Mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen

D. Materi Pembelajaran : Diskusi Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari

Lebaran”

Setelah kita mengapresiasi cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran”

karya AA Navis pada modul sebelumnya, pada kesempatan ini pembelajaran

akan berfokus pada nilai-nilai yang ada dalam cerpen tersebut dan

membandingkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam sebuah karya cerpen, pengarang menyajikan nilai-nilai kehidupan

pada karyanya. Nilai-nilai tersebut berupa nilai moral, nilai agama, nilai budaya,

nilai politik dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut disajikan secara tersirat dalam

karyanya dan dapat ditemukan setelah kita mengapresiasi secara sungguh-

sungguh.

Nilai Moral berkaitan dengan akhlak kehidupan cerpen tersebut. Nilai agama

berkaitan dengan tata-aturan agama yang ada dalam cerpen tersebut. Nilai

budaya tercermin dalam adat-istiadat yang disajikan. Adapun nilai politik

berkaitan dengan sistem politik yang diungkapkan dalam cerpen. Pengungkapan

tersebut bisa tercermin dalam dialog tokoh ataupun alur cerita yang tersaji.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 36

Page 42: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

E. Latihan Pembelajaran

Apresiasi kembali cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA

Navis kemudian kerjakanlah hal-hal berikut ini dalam kelompok belajarmu.

1. Temukanlah nilai moral, nilai agama, nilai budaya dan nilai politik dalam

cerpen tersebut.

2. Bandingkanlah relevansinya nilai-nilai yang ditemukan dengan

kehidupan sehari-hari.

3. Laporkanlah hasil pengerjaan kelompokmu di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 37

Page 43: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 15. CERITA PENDEK

A. Standar Kompetensi: Membaca

7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.

B. Kompetensi Dasar

7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan

sehari-hari

C. Indikator

Mengidentifikasi unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat) cerita

pendek yang telah dibaca.

Mengaitkan unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan

kehidupan sehari-hari.

D. Materi Pembelajaran : Diskusi Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari

Lebaran”

Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran” karya AA Navis pada modul

sebelumnya dapat digali lebih dalam untuk bahan pembelajaran. Adapun pada

pembelajarn kali ini akan berfokus pada identifikasi dan keterkaitan unsur intrinsik

cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

Masih ingatkah dengan unsur intrinsik cerpen? Unsur intrinsik cerpen

merupakan unsur yang berasal dari dalam sebuah cerpen sehingga membentuk

satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan (tokoh dan watak),

plot/alur cerita, latar/setting cerita (waktu dan tempat), gaya bahasa, konflik,

sudut pandang, dan amanat.

Setelah mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen tersebut, maka

bandingkanlah dengan realita kehidupan sehari-hari kita, apakah ada peristiwa

yang sama persis, adakah karakter tokoh yang sama, dan sebagainya.

E. Latihan Pembelajaran

Apresiasi kembali cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA

Navis kemudian kerjakanlah hal-hal berikut ini dalam kelompok belajarmu.

1. Identifikasilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, berupa : tema,

penokohan, dan amanatnya.

2. Kaitkanlah unsur tema, penokohan, dan amanat dengan kehidupan

sehari-hari.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 38

Page 44: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 16. MEMBACA PUISI

A. Standar Kompetensi: Membaca

7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.

B. Kompetensi Dasar

7.1 Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat

C. Indikator

Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang

sesuai dengan isi puisi

Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi

Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat

D. Materi Pembelajaran : Membaca Puisi ”Padamu Jua”

Dalam pembacaan puisi, minimal harus memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut.

1. Lafal, merupakan kejelasan pengucapan kata-kata. Hal ini berkaitan

dengan artikulasi pengucapan, kejelasan tiap huruf saat diucapkan

2. Nada, berkaitan dengan rima dan irama pembacaan puisi serta suasana

yang tergambar dalam puisi tersebut.

3. Tekanan, merupakan penguatan tekanan pengucapan pada kata-kata

tertentu yang dianggap khusus sehingga pesan-maknanya dapat

tersampaikan kepada pendengar.

4. Intonasi berkaitan dengan tinggi-rendahnya suara pada pembacaan puisi

serta cepat-lambatnya pengucapan tersebut. Suasana sedih biasanya

diucapkan secara lambat. Adapun suasana emosional diucapkan dengan

intonasi yang cepat dan tinggi.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 39

Page 45: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Apresiasilah puisi luar biasa berikut ini.

PADAMU JUA

(Karya Amir Hamzah )

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku pada-Mu

Seperti dahulu

Engkaulah kandil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia selalu

Satu kekasihku

Aku manusia

Rindu rasa

Rindu rupa

Di mana Engkau

Rupa tiada

Suara sayup

Hanya merangkai hati

Engkau cemburu

Engkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmu

Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar

Sayang berulang pada jua

Engkau pelik menarik ingin

Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri

Lalu waktu-bukan giliranku

Mati hari-bukan kawanku ...

(Sumber: Apresiasi Puisi, Herman J. Waluyo, hal 55-56)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 40

Page 46: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

E. Latihan Pembelajaran

Apresiasi secara sungguh-sungguh puisi di atas, kemudianlah cobalah

membacakan puisi tersebut di depan kelas dengan memperhatikan :

1. Lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan karakter puisi

2. Perbaikilah pembacaan puisimu oleh teman lainnya dan guru.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 41

Page 47: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 17. MENULIS PUISI LAMA

A. Standar Kompetensi: Menulis

8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi.

B. Kompetensi Dasar

8.1 Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima

C. Indikator

Mengidentifikasi puisi lama (pantun, syair) berdasarkan bait, irama, dan

rima

Membedakan bentuk pantun dan syair

Menulis pantun/ syair dengan memperhatikan bait, irama, dan rima

Menyunting puisi lama (pantun/syair) yang dibuat teman

D. Materi Pembelajaran : Menulis Puisi Lama (Pantun, Syair, dan Mantra)

Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh syarat-syarat, seperti jumlah

larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik, pola rima dan irama,

serta muatan setiap bait.

Adapun contoh-contoh puisi lama adalah bidal, gazal, gurindam, mantra,

masnawi, nazam, kith’ah, rubai, pantun, seloka, syair, talibun, dan teromba.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa contoh puisi lama, yakni :

1. Pantun

Pantun merupakan ragam puisi lama yang memiliki ciri-ciri :

• Setiap baitnya terdiri atas empat larik dengan rima akhir a-b-a-b.

• Setiap larik (baris) biasanya terdiri atas empat kata atau delapan sampai

dengan 12 suku kata

• Dua larik (baris) pertama selalu merupakan kiasan atau sampiran dan dua

larik berikutnya berupa isi

Berdasarkan struktur dan persyaratannya, pantun dapat terbagi ke dalam

pantun biasa, pantun kilat (karmina), dan pantun berkait.

Pantun biasa adalah pantun seperti kita kenal lazimnya, namun dengan

tambahan, isinya curahan perasaan, sindiran, nasihat, dan peribahasa. Pantun

biasa pun dapat selesai hanya dengan satu bait.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 42

Page 48: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Contoh Pantun Biasa :

Berakit-rakit ke hulu

Berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian.

Pantun kilat atau karmina memiliki syarat-syarat serupa dengan pantun

biasa. Perbedaan terjadi karena karmina sangat singkat, yaitu baitnya hanya

terdiri atas dua larik, sehingga sampiran dan isi terletak pada larik pertama dan

kedua. Contoh Pantun Kilat atau Karmina :

1). Ada ubi ada talas,

Ada budi ada balas.

2). Anak ayam pulang ke kandang,

Jangan lupa akan sembahyang.

3). Satu dua tiga dan empat,

Siapa cepat tentu dapat

Pantun Berkait (pantun berantai), adalah pantun yang bersambung antara

bait satu dan bait berikutnya. Dengan catatan, larik kedua dan keempat setiap

bait pantun akan muncul kembali pada larik pertama dan ketiga pada bait

berikutnya. Contoh :

Tanam melati di rumah-rumah

Ubur-ubur sampingan dua

Kalau mati kita bersama

Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan dua

Tanam melati bersusun bangkai

Satu kubur kita berdua

Kalau boleh bersusun bangkai

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 43

Page 49: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

2. Syair

Syair bersumber dari kesusastraan Arab dan tumbuh memasyarakat sekitar

abad ke-13, seiring dengan masuknya agama Islam ke Nusantara.

Ciri-ciri syair adalah sebagai berikut :

• Syair memiliki empat larik dalam setiap baitnya; setiap larik terdiri atas

empat kata atau antara delapan sampai dengan dua belas suku kata.

• Syair tidak pernah menggunakan sampiran, larik-larik yang terdapat

dalam syair memuat isi syair tersebut.

• Syair berpola a-a-a-a. Karena bait syair terdiri atas isi semata, antara bait

yang satu dengan bait lainnya biasanya terangkai sebuah cerita.

Cerita yang dikemas dalam bentuk syair biasanya bersumber dari mitologi,

religi, sejarah, atau dapat juga rekaan semata dari pengarangnya. Syair yang

cukup terkenal yang merupakan khazanah sastra Nusantara, misalnya Syair

Perahu karya Hamzah Fansuri, Syair Singapura Dimakan Api karya Abdullah bin

Abdulkadir Munsyi, Syair Bidasari, Syair Abdul Muluk, Syair Ken Tambunan, Syair

Burung Pungguk, dan Syair Yatim Nestapa.

Contoh beberapa bait pengantar Syair Burung Pungguk sebagai berikut :

Bismillah itu mulia dikata

Limpah rahmat terang cuaca

Berkat Mohammad penghulu kita

Lalah penghulu alam pendeta

Al rahman itu sifat yang sani

Maknanya murah amat mengasihani

Kepada muimin hati nurani

Di situlah tempat mengasihani

Al rahim itu pengasihan kita

Kepada Allah puji semata

Itulah Tuhan yang amat nyata

Memberi hambanya berkata-kata

Dengarkan tuan suatu rencana

Dikarang oleh dagang yang hina

Sajaknya janggal banyak tak kena

Daripada akal belum sempurna ...

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 44

Page 50: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

3. Mantra

Mantra merupakan rangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang

dianggap mengandung kekuatan gaib. Mantra biasanya diucapkan oleh seorang

dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya.

Namun, hakikat mantra itu sendiri adalah doa yang diucapkan oleh seorang

pawang dalam keadaan trance ‘kerasukan’. Di dalam mantra yang penting bukan

makna kata demi kata, melainkan kekuatan bunyi yang bersifat sugestif.

Menurut Umar Junus (1983: 135), ciri-ciri mantra adalah sebagai berikut.

1. Di dalam mantra terdapat rayuan dan perintah.

2. Mantra mementingkan keindahan bunyi atau permainan bunyi.

3. Mantra menggunakan kesatuan pengucapan.

4. Mantra merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak dapat dipahami melalui

bagian-bagiannya.

5. Mantra sesuatu yang tidak dipahami oleh manusia karena merupakan

sesuatu yang serius.

6. Dalam mantra terdapat kecenderungan esoteris (khusus) dari kata-

katanya.

Contoh mantra untuk mengusir anjing galak, yakni :

Pulanglah engkau kepada rimba sekampung,

Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,

Pulanglah engkau kepada gunung guntung,

Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,

Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,

Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,

Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman tentang puisi lama lebih mendalam, kerjakanlah latihan

berikut ini.

1. Buatlah contoh puisi lama (Pantun, Syair, dan Mantra) yang bersumber

dari masyarakat sekitar

2. Tukarkanlah dengan temanmu lalu diskusikan dan koreksi isinya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 45

Page 51: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 18. MENULIS PUISI BARU

A. Standar Kompetensi: Menulis

8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi.

B. Kompetensi Dasar

8.1 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima

C. Indikator

Mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima

Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima

Menyunting puisi baru yang dibuat teman

D. Materi Pembelajaran : Menulis Puisi Baru

Karakteristik Puisi Baru tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan

bentuk persajakan yang terdapat dalam puisi lama sudah berubah pada puisi

baru. Terutama mengenai isi pada puisi baru, isinya pun dilukiskan dalam bahasa

yang bebas dan lincah.

Berikut ini bentuk-bentuk puisi baru berdasarkan jumlah baris dalam kalimat

pada setiap baitnya, yaitu:

• Sajak dua seuntai atau distikon

• Sajak tiga seuntai atau terzina

• Sajak empat seuntai atau quatrain

• Sajak lima seuntai atau quint

• Sajak enam seuntai atau sektet

• Sajak tujuh seuntai atau septima

• Sajak delapan seuntai atau oktaf atau stanza

Selain itu, Bentuk- bentuk puisi baru yang dibagi berdasarkan isi yang

terkandung di dalamnya adalah :

1. Ode, yaitu sajak yang berisikan tentang puji-pujian pada pahlwan, atau

sesuatu yang dianggap mulia.

2. Himne, yaitu puisi atau sajak pujian kepada Tuhan yang Mahakuasa.

Himne disebut juga sajak Ketuhanan.

3. Elegi, yaitu puisi atau sajak duka nestapa.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 46

Page 52: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

4. Epigram, yaitu puisi atau sajak yang mengandung bisikan hidup yang

baik dan benar, mengandung ajaran nasihat dan pendidikan agama.

5. Satire, yaitu sajak atau puisi yang mengecam, mengejek, menyindir

dengan kasar (sarkasme) kepincangan sosial atau ketidakadilan yang

terjadi dalam masyarakat.

6. Romance, yaitu sajak atau puisi yang berisikan cerita tentang cinta kasih,

baik cinta kasih kepada lawan jenis, bangsa dan negara, kedamaian,dan

sebagainya.

7. Balada, yaitu puisi atau sajak yang berbentuk cerita.

Agar pemahamanmu lebih mendalam, berikut ini akan dipaparkan beberapa

jenis puisi baru, yakni :

a. Distikon (Distichon)

Distikon adalah sajak yang terdiri atas dua baris kalimat dalam setiap

baitnya. Distikon bersajak a-a.

Contoh :

Berkali kita gagal

Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh

Kembali berdiri jangan mengeluh

(Or. Mandank)

b. Terzina

Terzina atau sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah

kalimat. Terzina dapat bersajak a-a-a; a-a-b; a-b-c; atau a-b-b.

Contoh :

BAGAIMANA

Kadang-kadang aku benci

Bahkan sampai aku maki

........ diriku sendiri

Seperti aku

menjadi seteru

........ diriku sendiri

Waktu itu

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 47

Page 53: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Aku ........

seperti seorang lain dari diriku

Aku tak puas

sebab itu aku menjadi buas

menjadi buas dan panas

(Or. Mandank)

c. Quatrain

Quatrain adalah sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat

buah kalimat. Quatrain bersajak a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-a-b-b.

Contoh :

MENDATANG-DATANG JUA

Mendatang-datang jua

Kenangan lama lampau

Menghilang muncul jua

Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua

Adi kanda lama lalu

Membuat hati jua

Layu lipu rindu-sendu

(A.M. Daeng Myala)

d. Quint

Quint adalah sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris kalimat dalam setiap

baitnya. Quint bersajak a-a-a-a-a.

Contoh :

HANYA KEPADA TUAN

Satu-satu perasaan

Yang saya rasakan

Hanya dapat saya katakan

kepada Tuan

Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 48

Page 54: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Yang saya rasakan

Hanya dapat saya kisahkan

kepada Tuan

Yang pernah di resah gelisahkan

Satu-satu desiran

Yang saya dengarkan

Hanya dapat saya syairkan

kepada Tuan

Yang pernah mendengarkan desiran

Satu-satu kenyataan

Yang saya didustakan

Hanya dapat saya nyatakan

kepada Tuan

Yang enggan merasakan

(Or. Mandank)

e. Sektet (Sextet)

Sektet adalah sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam buah

kalimat dalam setiap baitnya. Sektet mempunyai persajakan yang tidak

beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas menyatakan perasaannya tanpa

menghiraukan persajakan atau rima bunyi.

Contoh :

MERINDUKAN BAGIA

Jika hari’lah tengah malam

Angin berhenti dari bernafas

Alam seperti dalam samadhi

Sukma jiwaku rasa tenggelam

Dalam laut tidak terwatas

Menangis hati diiris sedih

(Ipih)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 49

Page 55: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

f. Septima

Septima adalah sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh

buah kalimat. Sama halnya dengan sektet, persajakan septima tidak berurutan.

API UNGGUN

Diam tenang kami memandang

Api unggun menyala riang

Menjilat meloncat menari riang

Berkilat-kilat bersinar terang

Nyala api nampaknya curai

Hanya satu cita dicapai

Alam nan tinggi, sunyi, sepi

(Intojo)

g. Stanza

Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan

buah kalimat. Stanza disebut juga oktaf. Persajakan stanza atau oktaf tidak

berurutan. Contoh :

PERTANYAAN ANAK KECIL

Hai kayu-kayu dan daun-daunan!

Mengapakah kamu bersenang-senang?

Tertawa-tawa bersuka-sukaan?

Oleh angin dan tenang, serang?

Adakah angin tertawa dengan kami?

Bercerita bagus menyenangkan kami?

Aku tidak mengerti kesukaan kamu!

Mengapa kamu tertawa-tawa?

Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!

Apakah yang kamu nyanyi-nyanyikan?

Bunga-bungaan kau penuhkan bunyi!

Apakah yang kamu bunyi-bunyikan?

Bungakah itu atau madukah?

Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah?

Mengapakah kamu tertawa-tawa?

(Mr. Dajoh)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 50

Page 56: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

h. Soneta

Soneta berasal dari kata Sonetto dalam bahasa Italia yang terbentuk dari

kata latin Sono yang berarti ‘bunyi’ atau ‘suara’. Adapun syarat-syarat soneta

(bentuknya yang asli) adalah :

• Jumlah baris ada 14 buah.

• Keempat belas baris terdiri atas 2 buah quatrain dan 2 buah terzina.

• Jadi pembagian bait itu: 2 × 4 dan 2 × 3.

• Kedua buah kuatrain merupakan kesatuan yang disebut stanza atau

oktaf.

• Kedua buah terzina merupakan kesatuan, disebut sextet.

• Octav berisi lukisan alam; jadi sifatnya objektif.

• Sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yang dilukiskan

dalam oktaf; jadi sifatnya subjektif.

• Peralihan dari oktaf ke sektet disebut volta.

• Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan 14 suku

kata.

• Rumus dan sajaknya a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.

Lama kelamaan para pujangga tidak mengikuti syarat-syarat di atas.

Pembagian atas bait-bait, rumus sajak serta hubungan isinya pun mengalami

perubahan. Yang tetap dipatuhinya hanyalah jumlah baris yang 14 buah itu saja.

Bahkan acapkali jumlah yang 14 baris dirasa tak cukup oleh pengarang untuk

mencurahkan angan-angannya. Itulah sebabnya lalu ditambah beberapa baris

menurut kehendak pengarang. Tambahan itu disebut Cauda yang berarti ekor.

Karena itu, kini kita jumpai beberapa kemungkinan bagan. Soneta Shakespeare,

misalnya mempunyai bagan sendiri mengenai soneta-soneta gubahannya, yakni:

• Pembagian baitnya : 3 × 4 dan 1 × 2.

• Sajaknya : a-b-a-b, c-d-c-d, e-f-e-f, g-g.

Demikian pula pujangga lain, termasuk pujangga soneta Indonesia

mempunyai cara pembagian bait serta rumus-rumus sajaknya sendiri.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 51

Page 57: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Contoh :

GEMBALA

Perasaan siapa ta’kan nyala (a)

Melihat anak berlagu dendang (b)

Seorang saja di tengah padang (b)

Tiada berbaju buka kepala (a)

Beginilah nasib anak gembala (a)

Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)

Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)

Pulang ke rumah di senja kala (a)

Jauh sedikit sesayup sampai (a)

Terdengar olehku bunyi serunai (a)

Melagukan alam nan molek permai (a)

Wahai gembala di segara hijau (c)

Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)

Maulah aku menurutkan dikau (c)

(Muhammad Yamin, SH.)

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman tentang puisi baru lebih mendalam, kerjakanlah latihan

berikut ini.

1. Tulislah 3 (tiga) contoh puisi baru sesuai kehendakmu dengan tema

bebas.

2. Tukarkanlah dengan teman sebangku kemudian diskusikan dan koreksi

isinya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 52

Page 58: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL PEMBELAJARAN

SEMESTER II (GENAP)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 53

Page 59: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 19. MENDENGARKAN INFORMASI

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

9. Memahami informasi melalui tuturan.

B. Kompetensi Dasar

9.1 Menyimpulkan isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung.

C. Indikator

Mencatat pokok-pokok isi informasi yang disampaikan melalui tuturan

langsung

Menyimpulkan isi informasi dengan urutan yang runtut dan mudah

dipahami.

Menyampaikan secara lisan isi informasi yang telah ditulis secara runtut

dan jelas.

D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Informasi Langsung

Tuturan langsung adalah informasi yang disampaikan secara langsung

(lisan), baik melalui media elektronik maupun dibacakan oleh orang lain.

Untuk dapat memperoleh informasi yang bersumber dari tuturan langsung,

berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan, yakni :

1. Simaklah secara kritis tuturan yang disampaikan secara langsung

2. Ingatlah dan catat pokok-pokok isi informasi yang disampaikan melalui

tuturan langsung, semisal nama tokoh, peristiwa penting, dan sebagainya.

3. Buatlah sebuah daftar kecil dari pokok-pokok informasi tersebut.

Berikut ini akan disajikan wacana ”Mengenal Linux” yang bersumber dari

RootMagz edisi 01/20015. Bacakanlah oleh temanmu.

MENGENAL LINUX

Mengenal Sistem Operasi Free Terpopuler di Dunia

Ade Malsasa Akbar <[email protected]>

Linux adalah sebutan untuk sistem operasi free (bebas, gratis) yang paling

populer di dunia. Bagi Anda yang selama ini menggunakan Windows, Linux

terdengar asing. Namun jika ditelusuri, Linux punya daya tarik yang begitu

menarik juga seperti Windows. Linux dipakai orang di komputer- komputer server,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 54

Page 60: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

satu jenis komputer yang melayani semua pengguna internet dan WWW di

dunia. Linux dipakai orang di PC-PC, layaknya Windows. Linux juga dipakai di

perangkat smartphone dan lain-lain. Linux selain terkenal akan kestabilannya,

juga akan keamanannya. Linux itu free, open source, aman, dan memenuhi

kebutuhan komputer sehari-hari.

Kelebihan Linux

Di antara kelebihan Linux adalah keamanannya. Masyarakat dunia

menggunakan Linux karena bebas dari virus. Hal ini dimungkinkan karena Linux

memiliki prinsip-prinsip keamanan yang lebih bagus. Hal ini mengakibatkan

umumnya pengguna Linux tidak pernah mengenal antivirus. Karena memakai

Linux sama dengan tidak direpotkan lagi dengan virus.

Kelebihan Linux lainnya adalah sifatnya yang free ( free software , bukan

freeware) sehingga dia open source. Karena sifat ini, setiap orang boleh

mengembangkan Linux sesuka hati. Karena itu banyak orang dari berbagai

pengetahuan berbeda turut mengembangkan dan jadilah Linux sekarang yang

sangat kaya dengan fitur-fitur. Di smartphone, Android adalah contoh Linux yang

dikembangkan orang (oleh Google dan OHA) yang digunakan luas. Di PC, kita

punya banyak pilihan Linux seperti Ubuntu dan openSUSE.

Kelebihan Linux yang paling kentara bagi kita adalah legalitasnya. Kita tidak

melanggar hak cipta (tidak membajak) ketika meng-copy Linux milik teman, atau

mengedarkan kopian Linux dengan meminta bayaran. Dua hal tersebut adalah

pelanggaran hak cipta (pembajakan) di Windows. Maka Linux adalah solusi

paling cerdas untuk mengurangi pembajakan perangkat luna (pelanggaran hak

cipta) di sekitar kita. Minimal, dengan Linux kita bisa berusaha menguranginya

dari diri kita sendiri.

Distro Linux

Windows memiliki varian Windows 95, 98, 2000, ME, XP, Vista, 7, 8, Sampai

terakhir Windows 10. Linux tidak sesederhana itu. Linux tidak dibikin oleh satu

perusahaan saja seperti Microsoft membikin Windows. Linux memiliki varian,

yang kita sebut distro (distribusi). Distro Linux ada enam besar yaitu Slackware ,

Debian, SUSE, Red Hat Linux, Gentoo, dan Archlinux. Dari enam besar ini

sebagai bahannya, seniman-seniman teknik membuat lagi varian lain yang kita

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 55

Page 61: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

kenal seperti Ubuntu , Fedora, dan openSUSE. Masih banyak distro lain yang

kita bisa kenali. Namun untuk memudahkan perkenalan ini hanya disebut tiga

saja.

Tampilan Linux

Linux memiliki 1.000 wajah. Windows hanya memiliki 1 wajah. Itulah

perbandingannya. Jumlah tampilan di Linux itu seperti jumlah game di Windows.

Hal ini karena sifat Linux yang free sehingga semua seniman teknik boleh

menciptakan tampilannya sendiri. Di antara tampilan yang paling terkenal di

Linux adalah KDE. Tampilan ini memberikan Linux wajah yang sangat mirip

dengan Windows.

(Sumber : Majalah RootMagz, Edisi 01/2015)

E. Latihan Pembelajaran

Setelah kalian menyimak wacana ”Mengenal Linux” yang dibacakan oleh

temanmu, kerjakanlah hal-hal berikut ini.

1. Apa yang menjadi pokok pembicaraan wacana tersebut?

2. Apakah kelebihan Linux dibandingkan dengan Windows?

3. Berapa macam Distro linux yang disebutkan dalam wacana tersebut?

4. Apa saja varian Windows yang terdapat pada wacana tersebut?

5. Apa yang dimaksud dengan Linux bersifat free?

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 56

Page 62: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 20. MENDENGARKAN INFORMASI

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

9. Memahami informasi melalui tuturan.

B. Kompetensi Dasar

9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung

(rekaman atau teks yang dibacakan)

C. Indikator

Mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang

dibacakan

Menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas

Menyimpulkan isi informasi yang didengar

D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Informasi Tidak Langsung

Bila pada materi Modul 19 anda mempelajari tentang informasi yang berasal

dari tuturan langsung, pada kesempatan ini kita akan mempelajari informasi yang

diperoleh secara tidak langsung. Tuturan Informasi langsung adalah informasi

yang disampaikan secara langsung (lisan), baik melalui media elektronik maupun

dibacakan oleh orang lain. Sedangkan tuturan tidak langsung sebaliknya,

diperoleh dengan cara membaca sebuah wacana.

Berikut ini akan disajikan wacana ”Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian

dan Realitas” sebagai sumber belajar kita. Bacalah dengan seksama.

Wajah Perpustakaan Kita,

Antara Impian dan Realita

Meski sebagian perpustakaan masih memprihatinkan, mulai ada aksi untuk

membenahinya. Bahkan, kini ada alternatif lain buat kamu yang ingin

mendongkrak minat baca. Sarie Puspayanti punya sebuah mimpi. "Saya ingin

datang ke perpustakaan yang lebih besar, lebih bersih, dan lebih lengkap

koleksinya," ujar siswa semester 2 Akuntansi, Universitas Padjadjaran ini.

Apabila Sarie menyimpan mimpi mengenai perpustakaan, harap maklum.

Wanita ini memang hobi banget datang ke perpustakaan. Untuk saat ini, mimpi

Sarie cukup terjawab di Cisral (Center of Information Scientific Resources and

Library). Bagi dia, pusat informasi yang terletak di Jalan Dipati Ukur, Bandung, ini

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 57

Page 63: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

tampaknya telah memadai. "Cisral bagus karena sudah computerized, pakai

katalogisasi, banyak fasilitas mendukung, dan sering juga diadakan acara

diskusi," ujarnya. Namun, dia tetap menyimpan mimpi yang sempurna tentang

sebuah perpustakaan dalam benaknya.

Pagi itu sekitar pukul 10.00, Intan keluar dari gerbang sekolah. Dia tak punya

kegiatan sebab guru yang harus mengajarnya hari itu tidak bisa hadir. Intan dan

kedua temannya, Mayang dan Rita, lebih suka memilih melakukan aktivitas lain

ketimbang datang dan membaca di perpustakaan. Sebenarnya, perpustakaan

sekolah mereka cukup nyaman. Namun, koleksi bukunya kebanyakan buku-buku

lama. "Banyak juga sih buku-buku yang bagus seperti ensiklopedi negara-negara

di dunia, tapi tebel-tebel amat, belum baca saja sudah malas ngeliatnya," tutur

Intan yang merupakan salah seorang siswa sebuah SMAN di Bandung ini.

Mayang dan Rita mengangguk. Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya

kurang memfasilitasi selera baca mereka yang masih remaja. "Aku sih lebih suka

baca novel, majalah, atau cerpen-cerpen gitu, pokoknya mah yang mudah

dimengerti," kata Mayang. "Males ah, nggak ada yang seru, paling kalau ke

perpus, kita curhat-curhatan sama ibu penjaganya," tambah Rita.

Ke tiga murid kelas tiga ini mempunyai pengalaman dengan perpustakaan

yang lain. Untuk melengkapi tugas yang diberikan guru mereka, Mayang dan

Intan juga pernah meminjam buku dari Perpustakaan Daerah. Tapi, lagi-lagi

mereka kecewa karena proses peminjaman memakan waktu cukup lama. Selain

itu, buku-buku yang ada di sana juga kebanyakan buku-buku jadul alias zaman

dulu. "Apalagi buat saya yang IPA, buku IPA- nya kurang lengkap," kata Rita.

Walaupun di Perpustakaan Daerah sudah menggunakan sistem

komputerisasi, tetap saja penelusuran buku masih sulit. "Kurang efektif. Misalnya

di komputer buku yang saya cari ada di rak sekian, tapi ternyata bukunya nggak

ada, kenapa yah nggak rapi banget," kata Mayang sambil bersungut-sungut.

Begitulah wajah perpustakaan kita. Ada yang cukup canggih, ada yang

seadanya kalau tidak bisa dikatakan memprihatinkan. Tentang ini, Asep

Saefulloh, dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas Padjadjaran,

mengatakan bahwa perpustakaan di daerah Jawa Barat memang jauh tertinggal

dengan daerah-daerah lain. Penyebabnya bermula dari peminat yang kurang.

(Sumber: www.republikaonline.com dengan penyesuaian)

E. Latihan Pembelajaran

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 58

Page 64: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Setelah kalian membaca wacana di atas, kerjakanlah hal-hal berikut ini.

1. Catatlah pokok-pokok informasi dari wacana di atas dan buatlah daftar

dari pokok informasi tersebut.

2. Tulislah kata-kata tidak baku yang terdapat pada wacana di atas,

kemudian perbaiki menjadi kata-kata baku

3. Simpulkanlah isi wacana di atas berdasarkan pokok-pokok wacana yang

sudah dicatat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami.

4. Sampaikanlah hasil pengeraanmu secara lisan secara runtut dan jelas di

depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 59

Page 65: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 21. BERKOMENTAR

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber.

B. Kompetensi Dasar

10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau

elektronik

C. Indikator

Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan

sumbernya

Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di

masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan,

apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)

Memberikan kritik dengan disertai alasan

D. Materi Pembelajaran : Berkomentar Terhadap Informasi

Dari beberapa wacana yang telah disampaikan pada pembelajaran

sebelumnya, tentu kamu memperoleh berbagai informasi. Namun, ada kalanya

informasi tersebut tidak sesuai dengan kehendak hati pembaca. Apalagi bila kita

menerapkan teknik membaca kritis, tentu akan terlihat informasi yang berupa

fakta ataupun pendapat (opini).

Apabila ingin mengkritisi informasi dari media cetak dan elektonik,

sebaiknyalah dilakukan dengan cara dan bahasa yang baik serta santun. Selain

itu, harus pula mempunyai bukti atau fakta pendukung dan alasan yang logis

sehingga kritikan yang disampaikan menjadi suatu pendorong untuk memperluas

wawasan (kritik membangun).

Dalam pembelajaran ini, kita harus mengetahui dua perbedaan antara fakta

dan opini. Fakta merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi, riil, dan dapat

dibuktikan baik dengan data-data maupun angka-angka.

Contoh :

Linux memiliki varian, yang kita sebut distro (distribusi). Distro Linux ada

enam besar yaitu Slackware , Debian, SUSE, Red Hat Linux, Gentoo, dan

Archlinux.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 60

Page 66: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Sedangkan pendapat / opini adalah pandangan seseorang terhadap suatu

permasalahan dan biasanya disertai dengan sisi subjektif.

Contoh :

Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya kurang memfasilitasi selera baca

mereka yang masih remaja.

E. Latihan Pembelajaran

Setelah anda mengetahui perbedaan fakta dan pendapat di atas, berilah

kritikan anda terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengungkapkan fakta

pendukung . Gunakanlah bahasa yang lugas, tegas, dan pilihan kata yang tepat.

1. Petani berhak mendapat harga jual gabah yang besar.

2. Pemerintah lebih baik memusatkan pembangunan pada bidang pertanian

sesuai dengan keadaan negara kita yang agraris.

3. Penyemprotan pestisida pada tanaman sayuran dan buah-buahan perlu

dilakukan karena dapat menghindari hama dan gulma.

4. Masyarakat desa boleh membunuh babi hutan yang telah merusak

perkebunan mereka.

5. Sebelum masa panen tiba, ada kalanya petani menjual hasil pertaniannya

kepada lintah darat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 61

Page 67: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 22. BERKOMENTAR

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber.

B. Kompetensi Dasar

10.2 Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat

dalam media cetak dan atau elektronik

C. Indikator

Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan

sumbernya

Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di

masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan,

apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)

Memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai

dengan alasan)

D. Materi Pembelajaran : Memberikan Persetujuan Terhadap Informasi

Pada pembelajaran modul 21 sebelumnya, anda telah belajar bagaimana

mengungkapkan pendapat berdasarkan informasi tertentu. Pada kesempatan ini,

akan disajikan sebuah wacana untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran

menyampaikan persetujuan ataupun tidak setuju dari beberapa pernyataan

wacana tersebut.

Sebelum anda belajar menyampaikan persetujuan ataupun tidak setuju, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni :

1. Tandailah informasi-informasi penting dari sebuah artikel dengan

mencantumkan sumbernya.

2. Rumuskanlah pokok persoalan tersebut ke dalam beberapa kalimat (apa

isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi

latar belakangnya, dsb.)

3. Berikanlah persetujuan ataupun ketidak-setujuan anda dengan bukti

pendukung disertai dengan alasan yang logis.

Berikut ini akan disajikan wacana untuk bahan pembelajaran anda. Bacalah

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 62

Page 68: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

secara kritis dan efektif.

Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian dan Realita

Meski sebagian perpustakaan masih memprihatinkan, mulai ada aksi untuk

membenahinya. Bahkan, kini ada alternatif lain buat kamu yang ingin

mendongkrak minat baca. Sarie Puspayanti punya sebuah mimpi. "Saya ingin

datang ke perpustakaan yang lebih besar, lebih bersih, dan lebih lengkap

koleksinya," ujar siswa semester 2 Akuntansi, Universitas Padjadjaran ini.

Apabila Sarie menyimpan mimpi mengenai perpustakaan, harap maklum.

Wanita ini memang hobi banget datang ke perpustakaan. Untuk saat ini, mimpi

Sarie cukup terjawab di Cisral (Center of Information Scientific Resources and

Library). Bagi dia, pusat informasi yang terletak di Jalan Dipati Ukur, Bandung, ini

tampaknya telah memadai. "Cisral bagus karena sudah computerized, pakai

katalogisasi, banyak fasilitas mendukung, dan sering juga diadakan acara

diskusi," ujarnya. Namun, dia tetap menyimpan mimpi yang sempurna tentang

sebuah perpustakaan dalam benaknya.

Pagi itu sekitar pukul 10.00, Intan keluar dari gerbang sekolah. Dia tak punya

kegiatan sebab guru yang harus mengajarnya hari itu tidak bisa hadir. Intan dan

kedua temannya, Mayang dan Rita, lebih suka memilih melakukan aktivitas lain

ketimbang datang dan membaca di perpustakaan. Sebenarnya, perpustakaan

sekolah mereka cukup nyaman. Namun, koleksi bukunya kebanyakan buku-buku

lama. "Banyak juga sih buku-buku yang bagus seperti ensiklopedi negara-negara

di dunia, tapi tebel-tebel amat, belum baca saja sudah malas ngeliatnya," tutur

Intan yang merupakan salah seorang siswa sebuah SMAN di Bandung ini.

Mayang dan Rita mengangguk. Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya

kurang memfasilitasi selera baca mereka yang masih remaja. "Aku sih lebih suka

baca novel, majalah, atau cerpen-cerpen gitu, pokoknya mah yang mudah

dimengerti," kata Mayang. "Males ah, nggak ada yang seru, paling kalau ke

perpus, kita curhat-curhatan sama ibu penjaganya," tambah Rita.

Ke tiga murid kelas tiga ini mempunyai pengalaman dengan perpustakaan

yang lain. Untuk melengkapi tugas yang diberikan guru mereka, Mayang dan

Intan juga pernah meminjam buku dari Perpustakaan Daerah. Tapi, lagi-lagi

mereka kecewa karena proses peminjaman memakan waktu cukup lama. Selain

itu, buku-buku yang ada di sana juga kebanyakan buku-buku jadul alias zaman

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 63

Page 69: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

dulu. "Apalagi buat saya yang IPA, buku IPA- nya kurang lengkap," kata Rita.

Walaupun di Perpustakaan Daerah sudah menggunakan sistem

komputerisasi, tetap saja penelusuran buku masih sulit. "Kurang efektif. Misalnya

di komputer buku yang saya cari ada di rak sekian, tapi ternyata bukunya nggak

ada, kenapa yah nggak rapi banget," kata Mayang sambil bersungut-sungut.

Begitulah wajah perpustakaan kita. Ada yang cukup canggih, ada yang

seadanya kalau tidak bisa dikatakan memprihatinkan. Tentang ini, Asep

Saefulloh, dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas Padjadjaran,

mengatakan bahwa perpustakaan di daerah Jawa Barat memang jauh tertinggal

dengan daerah-daerah lain. Penyebabnya bermula dari peminat yang kurang.

(Sumber: www.republikaonline.com dengan penyesuaian)

E. Latihan Pembelajaran

Setelah anda membaca wacana di atas, bersiaplah memberikan

persetujuan/dukungan ataupun ketidak-setujuan anda terhadap pokok-pokok

persoalan yang diungkapkan dalam tabel berikut ini.

Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian dan Realita

No. Pokok Persoalan Setuju Tidak Setuju Alasan

1

2

3

4

5

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 64

Page 70: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 23. MEMBACA MEMINDAI

A. Standar Kompetensi: Membaca

11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai.

B. Kompetensi Dasar

11.1. Merangkum seluruh isi informasi teks buku ke dalam beberapa kalimat

dengan membaca memindai

C. Indikator

Mencatat pokok-pokok isi informasi pada halaman bab tertentu yang

dirujuk

Merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab

tertentu) ke dalam beberapa kalimat

Membahas rangkuman yang telah dibuat

D. Materi Pembelajaran : Membaca Memindai (Scanning)

Membaca memindai (Scanning) merupakan kegiatan membaca dengan

cara sekilas untuk menemukan informasi tertentui. Membaca memindai dilakukan

ketika membaca buku berindeks, seperti kamus, buku telepon, atau eksiklopedi.

Buku tersebut disusun secara alfabetis berdasarkan urutan abjad dan di

dalamnya selalu terdapat indeks atau petunjuk agar pembaca dengan mudah

menemukan informasi yang dicarinya.

Pada kesempatan pembelajaran kali ini, kita akan belajar tentang membaca

memindai, khususnya dengan indeks buku. Indeks dalam sebuah buku berisi

kosakata-kosakata penting atau kata-kata kunci beserta lokasi/halaman di mana

kosakata tersebut berada dalam buku. Indeks biasanya ditempatkan di bagian

akhir buku sebelum daftar pustaka. Indeks berguna untuk menelusuri informasi

spesifik dalam sebuah buku, misalnya informasi mengenai sebuah teori berikut

pencetusnya.

Contoh :

akting, 17

aktual, 147

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 65

Page 71: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Basidium, 130

Difusi, 10

Bagaimanakah cara membacanya? Apa arti dari daftar kata tersebut? Berikut

ini penjelasannya.

1. Kata Akting, terdapat pada halaman 17. Jika dibuka pada halaman 17

tersebut maka terdapat kata akting pada kalimat ; b. jika perlu, sertai

dengan akting/gerakan yang lucu;

2. Kata Aktual, terdapat pada halaman 147. Jika dibuka pada halaman 147

tersebut maka terdapat kata aktual pada kalimat ; Aktual dan faktual

3. Kata Basidium ditemukan pada halaman 130. Pada halaman tersebut

tertulis “Basidomycetes bereproduksi dengan komidia dan sporadium

yang dibuat oleh Basidium”.

4. Kata Difusi, terdapat pada halaman 10. Istilah ini terdapat pada kalimat:

“Difusi adalah perpindahan partikel zat padat atau gas dari hyper ke

hypo”.

Demikianlah penjelasan tentang cara membaca memindai indeks pada

sebuah buku. Cukup sederhana bukan? Semoga anda dapat memahami dan

menerapkannya pada sumber bacaan lain seperti kamus, buku telepon, dan

sebagainya.

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman anda lebih dalam tentang cara membaca memindai,

kerjakanlah tugas berikut ini.

1. Carilah sebuah buku yang berindeks lengkap.

2. Tuliskan 10 (sepuluh) kata yang terdapat dalam indeks tersebut.

3. Tulislah isi informasi yang terdapat pada halaman yang dirujuk pada

daftar indeks sesuai dengan contoh di atas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 66

Page 72: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 24. MEMBACA TABEL DAN GRAFIK

A. Standar Kompetensi: Membaca

11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai.

B. Kompetensi Dasar

11.2 Merangkum seluruh isi informasi dari suatu tabel dan atau grafik ke

dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai

C. Indikator

Mencatat pokok-pokok isi informasi pada halaman bab tertentu yang

dirujuk

Merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab

tertentu) ke dalam beberapa kalimat

Membahas rangkuman yang telah dibuat

D. Materi Pembelajaran : Membaca Tabel Dan Grafik

Tahukah anda perbedaan antara tabel dan grafik?

Tabel adalah daftar berisi ikhtisar sejumlah fakta/informasi, biasanya berupa

nama dan bilangan yang tersusun secara urut ke bawah dan ke samping dengan

garis pembatas sehingga dapat dibaca dengan mudah.

Bagian dari atas ke bawah disebut dengan kolom, sedangkan bagian dari kiri

ke kanan disebut baris.

Contoh Tabel

Judul Tabel

No. A B C

1

2

3

4

5

Sedangkan grafik adalah lukisan pasang-surut suatu keadaan dengan garis

atau gambar. Biasanya menggambarkan naik turunnya suatu hasil, statistik, dan

lain-lain.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 67

Page 73: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Contoh Grafik (Grafik Batang)

Judul Grafik

Apa disajikan dalam bentuk kesimpulan, berikut ini contoh penuangan

kesimpulan pada sebuah kalimat.

Grafik industri di Kabupaten Cianjur dapat disimpulkan mengalami pasang

surut. Dalam kurun waktu lima tahun (2003 – 2007), puncak kejayaan industri

terjadi pada tahun 2005.

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman anda lebih mendalam dalam membaca tabel dan grafik,

perhatikanlah tabel berikut ini.

Angka Kematian Bayi Kabupaten Cianjur 2015

No. Penyebab Jumlah Korban

1 Malaria 10

2 Campak 15

3 Diare 30

4 Infeksi Pernapasan 15

5 Lainnya 20

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini

1. Penyebab kematian manakah yang paling tinggi?

2. Penyebab kematian manakah yang paling rendah?

3. Simpulkanlah isi tabel tersebut ke dalam kalimat yang efektif dan jelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 68

Row 1 Row 2 Row 3 Row 40

2

4

6

8

10

12

Column 1

Column 2

Column 3

Page 74: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 25. MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF

A. Standar Kompetensi: Menulis

12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.

B. Kompetensi Dasar

12.1 Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk

paragraf argumentatif

C. Indikator

Mendaftar topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan menjadi

paragraf argumentatif

Menyusun kerangka paragraf argumentatif

Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf

argumentatif

Menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu, dengan

denikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraph argumentatif

Menyunting paragraph argumentatif yang ditulis teman

D. Materi Pembelajaran : Menulis Paragraf Argumentatif

Paragraf argumentatif adalah paragraf yang mengemukakan alasan,

contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan

sejenisnya, digunakan untuk memengaruhi pembaca agar mereka menyetujui

pendapat, sikap, dan keyakinannya terhadap topik yang disampaikan.

Paragraf argumentatif dapat dikengembangkan dengan beberapa metode,

yakni (1) definisi, (2) sebab-akibat, (3) keadaan, (4) persamaan, (5)

perbandingan, (6) pertentangan, dan (7) kesaksian dan otoritas. Berikut ini akan

dipaparkan penjelasan dari tiap pengembangan paragraf argumentatif tersebut.

1. Definisi

Yakni pengembangan paragraf argumentasi yang menggunakan definisi,

biasanya menguraikan tulisan yang panjang lebar mengenai objek dan kelasnya.

Tujuan membuat definisi adalah untuk menetapkan jenis dari objek yang

dibicarakan. Penulis biasanya membuat definisi luas dengan menjelaskan ciri-ciri

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 69

Page 75: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

dari sebuah jenis tersebut.

Contoh :

Sejalan dengan perencanaan Gerakan Disiplin Nasional, warga negara

dituntut meningkatkan diri dalam mematuhi peraturan perundang-undangan.

Selain itu, warga negara juga harus berupaya semaksimal mungkin untuk dapat

meninggalkan/menghindari kebiasaan yang tidak menguntungkan.

Sikap demikian tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus dibina secara

sadar. Disiplin nasional merupakan sikap suatu bangsa untuk menaati tata tertib

atau sikap mental suatu bangsa yang menyatakan diri dalam tingkah laku

terpola, yang mencerminkan penghargaan terhadap norma-norma yang

mengatur kehidupan bersama dan secara beradab.

2. Sebab-Akibat

Paragraf argumentasi yang dikembangkan dengan sebab akibat selalu

menggunakan proses berpikir yang bercorak khusus. Proses berpikir ini

menyatakan bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah sebab yang

sebanding.

Pengembangan paragraf dengan cara sebab adalah dengan menempatkan

sebab sebagai inti dan akibat sebagai penjelasannya. Sebaliknya, dengan

menempatkan akibat sebagai inti untuk memahami bahwa akibat tersebut

ditimbulkan oleh sejumlah penyebab sebagai penjelasnya.

Contoh :

Jalan Pasar Baru sangat macet dan semrawut. Lebih dari separuh jalan

kendaraan tersita oleh pedagang kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah

memasang pagar pemisah antara jalan dan trotoar. Pagar ini berfungsi juga

sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan

berdagang. Pemasangan ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran

pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan sehingga menimbulkan

kemacetan lalu lintas.

3. Persamaan

Paragraf argumentasi yang dikembangkan dengan metode persamaan

biasanya mengandung suatu pernyataan mengenai kesamaan antara dua

barang/hal. Hal ini bertitik tolak dari berpikir analogis bahwa jika dua barang mirip

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 70

Page 76: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

dalam aspek-aspek tertentu, besar kemungkinan mereka mirip pula dalam aspek

lainnya.

Contoh :

Apabila kita perhatikan, antara majalah Asri dan majalah Laras sebenarnya

tidak terdapat perbedaan. Isi kedua majalah tersebut membahas arsitektur,

interior, taman, dan lingkungan. Kedua majalah ini sangat disukai masyarakat

karena dapat membantu mereka dalam mengenal interior, taman, dan

lingkungan lebih jauh. Selain itu, keduanya juga menyediakan rubrik konsultasi

yang memudahkan pembaca untuk berkonsultasi mengenai semua materi yang

disajikan.

4. Perbandingan

Paragraf argumentasi persamaan dan perbandingan memiliki kesamaan,

tetapi juga memiliki perbedaan. Dalam perbandingan tercakup pengertian bahwa

salah satu dari hal yang diperbandingkan lebih kuat daripada hal lain yang

menjadikan dasar perbandingan.

Penulis yang menggunakan perbandingan ini menghadapi dua kemungkinan

yang mempunyai peluang atau kepastian lebih tinggi. Apabila kemungkinan

kedua lebih mempunyai peluang dari kemungkinan pertama, ia akan membatasi

jika menyetujui kemungkinan pertama. Artinya dengan menyetujui kemungkinan

yang pertama maka lebih pasti lagi ia harus menyetujui kemungkinan yang

kedua. Inilah pengembangan paragraf dengan cara membandingkan. Dalam hal

ini, penulis berusaha menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua hal.

Contoh :

Wacana 1 : Kepribadian

Apabila seseorang terbiasa disiplin terhadap diri sendiri, ia juga akan disiplin

terhadap peraturan orang lain. Ia disiplin dalam melakukan kegiatan pribadinya.

Oleh sebab itu, ia patut menjadi pemimpin karena ia disiplin pula terhadap

peraturan yang telah disepakati bersama. Hal ini dipertegas pula oleh Musthafa

Bisri. Beliau mengharapkan Gerakan Disiplin Nasional dimulai dari para

pemimpin bangsa.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 71

Page 77: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Wacana 2 : Kepribadian

Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu tampil di

muka umum seperti yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota, ia paling

senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scarf. Lain

halnya dengan Margareth Tatcher. Ia melembutkan gaya berpakaian dan

rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia cenderung

berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan,

pemakaman, dan upacara resmi.

5. Pertentangan

Paragraf Argumentasi dengan metode pertentangan atau kebalikan

berasumsi bahwa jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau situasi

tertentu. Fakta atau situasi yang bertentangan dengan fakta dan situasi tadi akan

membawa bencana atau malapetaka bagi kita, atau kita memperoleh kerugian

karena berlawanan dengan situasi sekarang ini. Dengan kata lain, kegagalan

atau ketidakpuasan selalu mencakup keinginan akan situasi yang berlawanan

dari situasi sekarang.

Contoh :

Pendapat umum menyatakan bahwa bahasa pertama seseorang

berpengaruh negatif terhadap penokohan bahasa keduanya. Bahasa pertama

hanya akan merusak bahasa kedua. Akan tetapi, sebenarnya pendapat di atas

tidak mutlak. Justru sebaliknya, bahasa pertama membawa pengaruh yang baik

bagi perolehan bahasa kedua. Bahasa pertama merupakan dasar untuk

mempelajari bahasa kedua.

6. Kesaksian dan Otoritas

Paragraf Argumentasi dengan metode kesaksian biasanya penulis menggali

sendiri fakta- fakta sebagai sumber, kemudian disusun sendiri untuk menjelaskan

kebenaran yang nyata. Adapun argumentasi yang menggunakan otoritas

biasanya diperkuat oleh pendapat atau ucapan orang lain yang memiliki

popularitas, atau seseorang yang diakui keahliannya. Argumentasi otoritas sering

digunakan dalam bidang politik dan tulisan-tulisan ilmiah.

Contoh :

Menurut Derva Lee Daris, peneliti kanker dari National Academy of Science,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 72

Page 78: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

seorang perokok mempunyai kemungkinan 4-14% lebih tinggi terkena kanker

paru-paru dibandingkan dengan bukan perokok. Kematian akibat kanker paru-

paru yang terjadi karena kebiasan merokok bisa mencapai 80- 90%. Selain itu,

merokok juga dapat menyebabkan berkurangnya ketajaman mata. Setiap tahun,

kira-kira tiga juta orang akan mati karena keracunan asap rokok dan jumlah itu

akan meningkat sampai 10 juta pada tahun 2000.

E. Latihan Pembelajaran

Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai paragraf argumentatif,

kerjakanlah latihan berikut ini.

1. Buatlah daftar topik yang akan dijadikan pokok persoalan pada paragraf

argumentatif.

2. Pilihlah jenis pengembangan paragraf argumentatif sesuai kehendakmu

untuk dijadikan sebuah wacana.

3. Tulislah sebuah paragraf argumentatif berdasarkan 1 (satu) topik yang

telah dipilih. Gunakanlah kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu,

dengan denikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraph argumentatifmu.

4. Tukarkan hasil pengerjaanmu dengan teman untuk dikoreksi dan

diperbaiki.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 73

Page 79: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 26. MENULIS PARAGRAF PERSUASIF

A. Standar Kompetensi: Menulis

12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.

B. Kompetensi Dasar

12.2 Menulis agasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap

atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif

C. Indikator

Mendaftar topik- topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf

persuasif berdasarkan hasil penelitian

Menyusun kerangka paragraf persuasif

Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf

persuasif

Menggunakan kata penghubung antarklausa (karena, jika, kalau, seperti,

dll.) dalam paragraph persuasif

Menyunting paragraph persuasif yang ditulis teman

D. Materi Pembelajaran : Menulis Paragraf Persuasif

Paragraf persuasif merupakan paragraf yang berisi ajakan atau bujukan

agar pembaca mengikuti atau mengadopsi petunjuk-petunjuk yang ditulisnya

dalam teks. Dalam beberapa hal, karangan persuasif ini mirip sebuah iklan atau

adventoria.

Kalimat-kalimat persuasif dalam sebuah paragraf mendorong pembaca untuk

mengikuti langkah atau petunjuk dalam kalimat tersebut. Sebagai tulisan yang

bersifat ajakan, kalimat-kalimat dalam paragraf persuasif cenderung

mempromosikan sesuatu yang diperlukan pembaca. Judul tulisan pun biasanya

bersifat menunjukkan atau menginformasikan sesuatu kepada masyarakat.

Contoh :

Karier memang bukan segala-galanya dalam hidup ini, tetapi punya andil

dalam memengaruhi kehidupan seseorang. Mempertahankan serta

meningkatkan kualitas karier merupakan keinginan sebagian besar orang.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 74

Page 80: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Banyak cara yang bisa ditempuh untuk menjaga kualitas karier. Salah satu yang

paling efektif adalah dengan senantiasa menjaga gairah kerja. Gairah kerja

ternyata ikut menentukan sukses tidaknya karier seseorang. Bahkan, harus

usahakan agar gairah kerja selalu meningkat dari waktu ke waktu, jangan sampai

menurun, atau malah hilang sama sekali.

Dalam membuat memilah topik karangan persuasif, anda dapat

mengembangkannya dari berbagai macam bidang, dengan syarat topik itu

mengandung ajakan (persuasif) kepada pembaca.

Contoh topik :

Bidang Pendidikan :

• Meraih Prestasi di Tengah Kompetisi yang Ketat

• Cara Belajar yang Efektif

• Buku Sebagai Sumber Ilmu

Untuk menyusun kerangka paragraf harus memiliki koherensi antara satu

kalimat dan kalimat lainnya. Selai itu, Kerangka paragraf dapat dibuat terperinci

atau secara garis besarnya sesuai dengan kebutuhan.

Contoh penyusunan kerangka karangan persuasif :

• Topik paragraf : ............................................................

• Gagasan utama : ............................................................

• Gagasan pendukung : ............................................................

Jika dituangkan akan seperti ini :

Topik paragraf : Belajar secara efektif

Gagasan utama : Belajar secara efektif dibutuhkan oleh setiap pelajar

Gagasan pendukung : Kompetisi di antara pelajar semakin tinggi

Semakin banyak pelajar yang pintar

Materi ajar yang banyak membutuhkan waktu belajar yang

lebih lama.

Kemudian, dari kerangka karangan paragraf persuasif di atas dapat

dikembangkan menjadi sebuah paragraf utuh. Adapun contoh dari

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 75

Page 81: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

pengembangan kerangka di atas adalah sebagai berikut :

Belajar Efektif

Setiap pelajar membutuhkan strategi belajar yang efektif pada masa

mendatang. Strategi belajar yang efektif sangat diperlukan oleh pelajar

mengingat semakin hari kompetisi di kalangan pelajar semakin tinggi. Para

pelajar berlomba untuk mencapai prestasi sehingga semakin banyak pelajar

yang pintar. Materi ajar yang banyak, harus disiasati dengan cara belajar efektif,

tidak membuang-buang waktu aagar pelajar bisa belajar dalam waktu yang lebih

singkat.

E. Latihan Pembelajaran

Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai paragraf persuasif,

kerjakanlah latihan berikut ini.

Tulislah sebuah paragraf persuasif dalam bidang Olahraga dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Buatlah daftar topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf

persuasif

2. Susun kerangka paragraf persuasif bidang olahraga tersebut secara baik

dan runut.

3. Kembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf persuasif

4. Gunakanlah kata penghubung antarklausa (karena, jika, kalau, seperti,

dll.) dalam paragraph persuasif anda

5. Setelah selasai, tukarkan dengan temanmu untuk saling memperbaiki

paragraf persuasif yang telah ditulis.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 76

Page 82: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 27. MENULIS HASIL WAWANCARA

A. Standar Kompetensi: Menulis

12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.

B. Kompetensi Dasar

12.3 Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan

menggunakan ejaan yang tepat

C. Indikator

Menentukan topik

Menyusun daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi

(apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana)

Mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara

Menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan

dan tanda baca yang benar

D. Materi Pembelajaran : Menulis Hasil Wawancara

Pernahkah anda melakukan wawancara?

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang, yaitu antara penanya

dan yang ditanya sebagai penjawab. Dalam kegiatan wawancara biasanya

terbagi atas tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tanya jawab, dan penutup.

Berikut ini akan dipaparkan ketiga fase tersebut, yaitu :

1. Bagian pendahuluan berupa kegiatan menciptakan suasana yang

menyenangkan, penjelasan tentang tujuan wawancara dan memberi

dorongan atau mengajak penjawab untuk bersedia memberi keterangan

yang sebenarnya tentang hal-hal yang ditanyakan. Keberhasilan

menciptakan suasana yang baik (kondusif) akan menjadikan wawancara

berjalan lancar sehingga tujuannya pun tercapai.

2. Bagian tanya jawab merupakan jantung suatu wawancara. Artinya,

melalui tanya jawab itulah berbagai informasi yang diperlukan bisa

didapat atau terungkap secara jelas. Oleh karena itu, si penanya tidak

boleh salah kaprah dalam mengajukan pertanyaan atau melantur.

3. Bagian penutup adalah penyimpulan hasil wawancara, lalu mengakhiri

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 77

Page 83: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

perbincangan dengan ucapan terima kasih oleh penanya kepada

penjawab atas kesediaannya untuk diwawancarai.

Selain itu, dalam membuat daftar pertanyaan untuk kebutuhan

berwawancara tidak akan terlepas dari rumus 5 W dan 1 H agar proses

berwawancara anda terarah dengan baik.

Apa saja 5 W dan 1 H tersebut? Berikut ini penjelasannya.

1. What (Apa) berkaitan dengan pokok persoalan yang akan ditanyakan /

dibahas.

2. When (Kapan), berkaitan dengan waktu kejadian peristiwa.

3. Where (Dimana), berkaitan dengan tempat terjadinya peritiwa/pokok

pembicaraan

4. Who (Siapa) berkaitan dengan siapa subjek yang menjadi atau terlibat

dalam pokok pembicaraan

5. How (Bagaimana), berkaitan dengan proses terjadinya peristiwa dalam

pokok pembicaraan.

Setelah anda memahami rumusan 5 W dan 1 H dalam membuat daftar

pertanyaan di atas, berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam

berwawancara, yakni :

Tentukanlah topik untuk kegiatan berwawancara

Susunlah daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi 5 W

dan 1 H (apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana).

Hubungi pihak yang akan diwawancarai sebelum pelaksaan wawancara.

Hal ini berkaitan dengan membuat janji bertemu untuk melaksanakan

wawancara.

Ketika melaksanakan kegiatan berwawancara, catatlah pokok-pokok

informasi yang diperoleh dari kegiatan wawancara tersebut.

Setelah pelaksanaan wawancara anda selesai, tuliskan hasil wawancara

ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar.

E. Latihan Pembelajaran

Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai wawancara, kerjakanlah

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 78

Page 84: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

latihan berikut ini secara berkelompok (maksimal 3-5 siswa per kelompok).

Lakukanlah kegiatan berwawancara dengan Gurumu atau pihak yang penting di

sekolah dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Topik untuk kegiatan berwawancara tersebut berkaitan dengan

pembelajaran.

2. Susunlah daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi 5 W

dan 1 H (apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana).

3. Buatlah janji dengan pihak yang akan diwawancarai untuk waktu dan

pelaksanaan berwawancara.

4. Catatlah pokok-pokok informasi yang diperoleh pada saat kegiatan

wawancara berlangsung.

5. Setelah pelaksanaan wawancara anda selesai, tuliskan hasil wawancara

ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar.

6. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 79

Page 85: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 28. MENULIS TEKS PIDATO

A. Standar Kompetensi: Menulis

12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.

B. Kompetensi Dasar

12.4 Menyusun teks pidato

C. Indikator

Menyusun teks pidato berdasarkan kerangka dengan menggunakan

kalimat yang mudah dipahami

Menyunting teks pidato tulisan teman

D. Materi Pembelajaran : Menyusun Teks Pidato

Pernahkah anda melakukan kegiatan berpidato? Bagi siswa yang

berkecimpung dalam dunia organisasi (OSIS, PMR, Pramuka, Paskibra, dsb.)

tentu akan memperoleh pengalaman berpidato. Namun, bagaimanakah tata cara

berpidato yang baik dan benar? Bagaimana menyusun teks pidato yang baik?

Pada pembelajaran kali ini, kita akan membahas kegiatan berpidato.

Teks pidato yang baik terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Isi pidato

harus sesuai dengan tema/topik yang telah ditentukan, juga tersusun urut seperti

kerangka yang mendahuluinya.

Agar anda dapat melaksanakan kegiatan pidato yang baik, perhatikanlah hal-

hal berikut ini.

1. Menentukan Tujuan

Pertama kali tentukanlah tujuan anda berpidato. Tujuan suatu pidato sangat

berpengaruh dalam menentukan topik pembicaraan, menentukan batasan topik,

serta berpengaruh dalam menentukan gaya dan bahasa pidato yang akan

dilakukan.

2. Memilih Topik Pembicaraan

Tentukan topik pidato secara relevan dan menarik. Topik pidato harus sesuai

dengan tujuan dan kebutuhan audiens (pendengar). Selain itu, topik yang akan

disampaikan haruslah menarik dan sesuai dengan kebutuhan audiens, sehingga

audiens akan secara saksama mengikuti uraian pidato anda.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 80

Page 86: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

3. Membatasi Topik Pembicaraan

Dalam kegiatan berpidato, topik pembicaraan tidak mungkin dapat

disampaikan secara terperinci dalam waktu yang singkat dan terbatas. Oleh

karena itu, membatasi topik pembicaraan akan sangat membantu dalam

mengefektifkan materi pembicaraan sehingga tersampaikan secara tepat dan

menarik. Pembicaraan yang terlalu melebar akan meninggalkan kesan kurang

jelas pada audiens.

4. Mengumpulkan Bahan-bahan

Mulailah mengumpulkan bahan atau materi pidato yang sesuai dengan topik

yang akan dibicarakan. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari buku-buku,

ensiklopedi, majalah, surat kabar, informasi/ berita TV, atau dapat juga dengan

melakukan wawancara dengan seorang ahli dalam bidang tertentu.

5. Menyusun Bahan

Uraian pidato yang hendak disampaikan, biasanya diawali oleh salam

pembuka, pendahuluan, isi, kesimpulan, dan diakhiri dengan penutup.

a. Kalimat Pembuka/Salam Pembuka

Pada bagian pertama diawali kalimat pembuka berbentuk susunan kalimat

sapaan dengan maksud memberi penghormatan, mengkondisikan atau menarik

perhatian audiens agar memperhatikan pembicara.

Contoh :

Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah,

Yang terhormat Bapak/Ibu Guru,

Yang terhormat Ketua OSIS serta Anggota OSIS sekalian,

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu!.

….......................

b. Pendahuluan

Pada bagian ini pembicaraan diawali dengan ucapan syukur, kemudian

dilanjutkan dengan memberi sedikit gambaran pada audiens topik yang akan

dibicarakan, latar belakangnya, mengapa topik pembicaraan itu penting. Agar

menarik perhatian, pada bagian ini dapat juga diawali dengan suatu pertanyaan

atau pernyataan yang dapat merangsang keingintahuan audiens.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 81

Page 87: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

c. Bagian isi

Bagian ini merupakan bagian pokok pidato. Pada bagian ini uraian

penjabaran topik pidato secara keseluruhan. Rincilah topik pembicaraan menjadi

butir-butir penting pembicaraan sesuai batasan topik yang direncanakan.

Gunakanlah kalimat sapaan setiap peralihannya, atau gunakanlah kata rincian

pertama ..., kedua ..., ketiga ..., akhirnya ..., selanjutnya ..., langkah pertama ...,

langkah kedua ..., dan lain-lain.

d. Penutup

Akhir suatu pidato biasanya berbentuk kesimpulan, harapan, permohonan

maaf, dan salam penutup. Kesimpulan hendaknya jangan hanya disampaikan

dalam satu atau dua kalimat, tetapi hendaknya merupakan rangkuman butir-butir

penting rincian topik yang dinyatakan dalam satu atau dua paragraf.

Berikut ini adalah salah satu contoh teks pidato sebagai bahan referensi

anda menulis teks pidato.

TEKS PIDATO

Isu-isu Pendidikan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah,

Yang terhormat Bapak/Ibu Guru,

Yang terhormat Kakak Kelas dan rekan sekalian,

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu!.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah

subhanahu wa taala, yang senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan

kepada kita, sehingga pada hari yang berbahagian ini kita dapat berkumpul

dalam kebahagiaan dan silaturahmi. Salawat dan salam semoga senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wassalam, kepada keluarga,

sahabat-sahabatnya, hingga kepada kita, umatnya. Amin.

Bapak/Ibu Guru, dan teman-teman yang berbahagia. Pada kesempatan yang

cerah ini, kami akan membahas topik yang berjudul “Isu-isu Pendidikan dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Isu-isu yang berkembang dalam proses

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 82

Page 88: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

pembelajaran dan pendidikan abad ke-21, berorientasi pada kurikulum

pendidikan, kualitas pembelajaran, dan efektivitas pembelajaran.

Implikasi dari isu tersebut mengandung makna: (1) kurikulum dinamika sosial,

relevan, tidak sarat berlebih (overload), dan mampu mengakomodasi segala

keperluan dan kemajuan teknologi, (2) kualitas pembelajaran harus tetap

diupayakan meningkat dalam rangka meningkatkan hasil belajar, (3) pendekatan

yang holistik dalam pembelajaran perlu senantiasa dikembangkan.

Isu dan pesan tersebut perlu diakomodasi dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia, khususnya di SMA, lebih-lebih jika dikaitkan dengan

konteks pembahasan kebijakan pendidikan: (1) sentralisasi pendidikan menjadi

desentralisasi pendidikan, (2) pendidikan yang berdasarkan kekuasaan menjadi

pendidikan yang berdasarkan layanan, (3) kekuasaan birokrasi pendidikan

menjadi partisipasi masyarakat dalam pendidikan, (4) hubungan instruktif

menjadi hubungan fasilitatif, dan (5) basis materi pelajaran menjadi basis

berpotensi. Hal tersebut mungkin dihasilkan dengan pembenahan dan

peningkatan mutu pendidikan, termasuk dalam mata pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia.

Terlepas dari peringkat prestasi dan kemampuan berbicara dan menulis

lulusan sekolah Indonesia di antara negara-negara lain, kemampuan berbicara

dan menulis merupakan kemampuan yang strategis untuk mewujudkan

kecakapan hiidup seseorang. Kemampuan itu juga strategis untuk meningkatkan

prestasi belajar pada mata pelajaran yang lain, yang pada gilirannya berdampak

pada prestasi belajar secara untuh. Pada umumnya, prestasi siswa ditentukan

oleh tingkat keandalan kemampuannya dalam berbicara dan menulis.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbicara dan menulis di SMA

perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Sejalan dengan Kurikulum

pendidikan yang bertumpu pada peningkatan Kompetensi peserta didik,

perhatian ini layak diwujudkan dalam kegiatan pembelajatan yang mengaitkan

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Selain itu, proses belajar

mengajar mampu mendorong siswa menaitkan pengetahuan yang dimiliki

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga dan

masyarakat.

(Sumber : Indrawati, Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X, hal. 111-112)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 83

Page 89: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

E. Latihan Pembelajaran

Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai kegiatan berpidato,

kerjakanlah latihan berikut ini.

Ilustrasi : Anda diminta untuk memberikan pidato sambutan sekaligus ucapan

perpisahan pada acara ”Perpisahan Kelas XI (Duabelas)” di sekolah.

1. Buatlah rancangan/kerangka pidato itu dengan memilih topik yang tepat.

2. Uraikan rancangan/kerangka pidato menjadi teks pidato yang utuh!.

3. Tulislah teks pidato dengan memperhatikan tanda baca yang tepat agar

mudah dalam membacakannya.

4. Koreksilah teks pidato teman kamu dari segi ketepatan . Tukarkan teks

pidato kamu dengan hasil kerja teman kamu untuk saling mengoreksi

kesalahan atau kekurangannya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 84

Page 90: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 29. CERITA RAKYAT

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan.

B. Kompetensi Dasar

13.1 Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang

disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman

C. Indikator

Mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan

Menentukan isi dan atau amanat yang terdapat di dalam cerita rakyat

Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat

Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa

kini dengan menggunakan kalimat yang efektif.

Mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis

D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang di suatu daerah tertentu

sesuai dengan karakteristik adat-istiadat setempat. Istilah lain untuk cerita rakyat

disebut dengan Folklor. Cerita rakyat berbentuk prosa (cerita) dibagi ke dalam

tiga golongan besar, yakni mite, legenda, dan dongeng.

Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap

suci oleh yang empunya cerita. Mite menghadirkan tokoh-tokoh para dewa atau

makhluk setengah dewa. Misalnya, cerita Nyi Roro Kidul dan mitologi Yunani

(Zeus, Hercules, Ares, Aprodite, dan sebagainya).

Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi, namun

tidak dianggap suci. Legenda biasanya menceritakan asal usul terjadinya suatu

tempat atau benda. Misalnya, legenda Sangkuriang dan asal mula nama

Buleleng.

Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi atau bersifat

imajinasi belaka. Dongeng pun tidak terikat oleh waktu dan tempat. Misalnya,

dongeng si Kancil dan Buaya.

Meskipun cerita rakyat tersebut kebanyakan imajinatif, namun banyak

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 85

Page 91: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

pelajaran yang dapat dipetik. Dari cerita tersebut kita dapat memahami isi dan

pesan yang hendak disampaikan. Sesuai dengan karakter budaya lisan, segala

ajaran moral, agama, sosial kemasyarakatan, dan cara bertahan hidup

disampaikan lewat cerita secara lisan.

Selain itu, dalam sebuah cerita rakyat akan banyak mengandung nilai-nilai

kehidupan yang dapat kita petik. Apa saja nilai-nilai tersebut? Berikut beberapa

jenis nilai yang terkandung dalam sebuah cerita, yakni :

1. Nilai religius/keagamaan atau ketuhanan adalah nilai yang

berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan

agama, dan sejenisnya.

2. Nilai budaya atau kultur adalah nilai yang berkaitan dengan budaya

masyarakat tertentu dalam menghadapi suatu masalah atau dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat.

3. Nilai etika atau moral adalah nilai yang mengajarkan kepada manusia

bahwa terhadap orang lain harus menghormati, tidak menyakiti, tidak

asusila, dan sejenisnya.

4. Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan kehidupan sosial,

yakni ketika satu orang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu

membutuhkan kehadiran orang lain.

5. Nilai pendidikan atau edukasi adalah nilai mengajarkan bagaimana

seseorang harus berperilaku baik, dewasa, dan bermanfaat, serta dapat

membedakan yang baik dan yang buruk.

Lalu, bagaimanakah langkah-langkah untuk menyusun sebuah sinopsis?

Beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam menyusun sinopsis adalah :

• Membaca naskah asli (beberapa kali) secara intensif

• Mencatat gagasan utama cerita

• Mencatat peristiwa-peristiwa penting sesuai alur cerita

• Apabila diperlukan, catat pula dialog-dialog yang dirasa bagus sebagai

pendukung sinopsis,

• Setelah hal-hal di atas diperoleh, selanjutnya menyusun sinopsis

• Terakhir, memperpadat sinopsis sehingga menjadi lebih pendek lagi

(sesuai keperluan).

Untuk memperluas wawasan anda, berikut ini akan disajikan salah satu

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 86

Page 92: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

contoh cerita rakyat ”Puti Kesumba” yang berasal dari daerah Jambi. Bacakan

oleh Bapak/Ibu Guru atau salah satu temanmu, kemudian simak dengan penuh

penghayatan.

PUTI KESMUBA

Ada sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak, padahal mereka

sudah lama menikah. Mereka juga sudah berusaha ke sana kemari agar

mempunyai anak sendiri. Namun, keinginan itu belum terkabul.

Tiap hari mereka berdoa. Pada suatu malam, mereka bermimpi melihat

seorang kakek tua. Kakek itu berkata kepada mereka, "Jika kalian ingin

mempunyai anak, carilah rebung yang dililit ular sawah. Rebus dan makanlah

rebung itu."

Rebung adalah tunas bambu yang masih muda, jika dimasak dengan bumbu

yang cocok rasanya memang lezat. Esok harinya suami istri itu mencari rebung

yang dililit ular sawah. Sang suami segera menceritakan mimpinya semalam

kepada ular sawah. Si ular sawah yang dapat berbicara itu segera angkat bicara

setelah mendengar penuturan si suami.

"Baiklah, akan kuberikan rebung ini. Tetapi, Tuan harus berjanji."

"Hai ular sawah, apa yang harus kujanjikan?"

"Jika anak yang lahir laki-laki, ia menjadi milik Tuan. Namun, jika anak yang

lahir perempuan ia akan menjadi milikku. Anak itu harus diserahkan kepadaku

pada saat berusia tujuh tahun," kata ular sawah.

Karena demikian besarnya keinginan memiliki anak, tanpa pikir panjang lagi

suami- istri itu segera menyetujui perjanjian yang diajukan si ular sawah.

Rebung tersebut lalu dibawa pulang, dimasak dengan lezat, lalu dimakan.

Ajaib, beberapa hari kemudian perut si istri mulai membesar. Sang istri benar-

benar telah mengandung. Setelah genap sembilan bulan sang istri pun

melahirkan anak.

Sejenak mereka gembira, namun kegembiraan itu segera sirna ketika

mengetahui anak yang lahir ternyata adalah anak perempuan. Nasi sudah

menjadi bubur, janji sudah terlanjur mereka ucapkan di depan si ular sawah.

Meski kecewa, mereka memelihara anak itu dengan penuh kasih sayang. Anak

itu diberi nama Puti Kesumba.

Puti Kesumba tumbuh semakin besar. Betapa berat hati seorang ayah dan

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 87

Page 93: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

ibu menyerahkan anak mereka kepada seekor ular. Akhirnya, mereka

memutuskan untuk tidak menepati janji. Puti Kesumba pun dilarang bermain di

luar rumah. Semua keperluan Puti Kesumba mereka sediakan dan dilakukan di

dalam rumah.

Sepeninggal sang suami berlayar, sang istri membawa Puti Kesumba mandi

di sungai. Ketika sedang asyik bermain, Puti Kesumba ditangkap ular sawah.

Ibunya terkejut. Ia menyesal dan meratap sejadi-jadinya. Akan tetapi, apa hendak

dikata, kelengahannya membuat ia berpisah dengan anak kesayangannya.

Ular sawah itu membawa Puti Kesumba ke tebing yang menjorok ke tengah

sungai. Tidak seorang pun dapat menjangkaunya. Pada suatu hari, bertanyalah

ular sawah kepada Puti Kesumba, "Sudah seberapa besarkah hatimu, Puti?"

"Masih kecil. Baru sebesar buah pinang," jawab Puti. Seminggu kemudian,

sang ular sawah bertanya lagi kepada Puti Kesumba, "Sudah seberapa besarkah

hatimu, Puti?" "Baru sebesar mangga," jawab Puti Kesumba. Begitulah berturut-

turut, dari sebesar mangga menjadi sebesar bola, kemudian sebesar kelapa.

Ketika bulan ketiga hampir habis, bertanyalah ular sawah, "Sudah seberapa

besarkah hatimu, Puti?"

"Sudah sebesar nyiru," jawab Puti Kesumba. Setelah mendengar hal itu, ular

sawah pergi memanggil teman-temannya. Dia mengundang sepuluh ekor ular

sawah. Mereka akan makan besar nanti malam, yaitu melahap Puti Kesumba.

Ketika pesta akan dimulai, ayah Puti Kesumba pulang dari berlayar.

Perahunya penuh dengan pakaian. Ia pun lewat di dekat tebing itu. Puti

Kesumba langsung berteriak ketika ayahnya lewat, "Ayah, ambillah saya, Ayah!"

Ayah Puti Kesumba terkejut. Ia mendekatkan perahunya ke tempat Puti

Kesumba berada. Dengan cepat, ia menyambar Puti Kesumba dan diangkatnya

masuk ke dalam perahu. Dengan cepat pula perahu dikayuhnya menjauh dari

tempat itu.

Tepat pada saat itu, ular sawah dan teman-temannya datang. Ular sawah

melihat Puti Kesumba jauh di hulu sungai.

Kesepuluh ular sawah yang diundang itu pun menyerbu ular sawah yang

mengundang. Bagi dunia ular pesta tak boleh gagal, siapa saja yang

mengundang itulah yang bertanggung jawab terhadap hidangan. Jika tak

sanggup menyediakan, maka si pengundang itulah yang disantap beramai-ramai.

Dalam tempo yang tidak lama, ular sawah yang mengundang telah mati. Seluruh

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 88

Page 94: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

badannya habis dimakan sepuluh ekor ular sawah temannya.

Sementara Puti Kesumba dan ayahnya tiba di rumah kembali. Ibu Puti

Kesumba mendekap Puti Kesumba sepuas hati, sambil menangis tersedu-sedu

mengenang saat ia kehilangan si anak di tepi sungai. Sejak saat itu, keluarga

Puti Kesumba hidup bahagia. Ular sawah yang mereka takuti sudah tiada.

(Sumber: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, 2003)

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman anda mengenai cerita rakyat lebih mendalam, jawablah

pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1. Termasuk jenis/golongan cerita rakyat manakah cerita Puti Kesumba di

atas?

2. Apakah isi dan amanat dari cerita Puti Kesumba?

3. Sebutkanlah hal-hal menarik yang terdapat dalam cerita Puti Kesumba di

atas.

4. Tentukanlah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Puti Kesumba.

Kemudian bandingkanlah nilai-nilai tersebut dengan nilai- nilai yang masih

berlaku saat ini.

5. Buatlah sinopsis (jalan cerita singkat) cerita Puti Kesumba dengan kata-

kata Anda sendiri dalam beberapa kalimat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 89

Page 95: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 30. LATAR CERITA RAKYAT

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan

13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan.

B. Kompetensi Dasar

13.2 Menjelaskan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat yang

disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman

C. Indikator

Mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan

Menentukan latar, isi dan amanat yang terdapat di dalam cerita rakyat

Menemukan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat

Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa

kini dengan menggunakan kalimat yang efektif.

Mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis

D. Materi Pembelajaran : Latar Cerita Rakyat

Masih ingatkah dengan materi cerita rakyat pada pembelajaran sebelumnya?

Pada kesempatan ini, kita akan belajar lebih mendalam tentang cerita rakyat,

khususnya pada bagian latar cerita rakyat.

Unsur intrinsik cerita rakyat tidak jauh berbeda dengan karakteristik unsur

cerpen. Dalam cerita rakyat pun dibangun oleh tema, penokohan (tokoh dan

watak), plot/alur , latar/setting berupa waktu dan tempat, gaya bahasa, konflik,

sudut pandang, dan amanat.

Lebih jauh lagi, pembelajaran ini akan menitik-beratkan pada bagian latar

cerita rakyat, baik latar waktu dan latar tempatnya. Selain itu, anda pun harus

dapat menemukan hal-hal menarik, nilai-nilai yang terkandung, dan amanat

dalam cerita rakyat tersebut,

Berikut ini akan disajikan kembali salah satu contoh cerita rakyat berjudul

”Ratu Laut Selatan” yang berasal dari Jawa Barat. Simaklah baik-baik.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 90

Page 96: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Ratu Laut Selatan

Menurut cerita, Nyi Roro Kidul adalah seorang ratu berparas sangat cantik

bagaikan bidadari. Kecantikannya tak pernah pudar sepanjang zaman, ibarat tak

lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan. Di dasar Laut Selatan, sebelah selatan

Pulau Jawa, ia bertahta di sebuah kerajaan yang sangat besar dan indah.

Siapakah Ratu Kidul? Konon, menurut yang empunya cerita, pada mulanya

ia adalah seorang wanita yang berparas elok, Kadita namanya. Karena

kecantikannya, Ia sering disebut Dewi Srengenge yang artinya matahari jelita.

Kadita adalah putri Raja Munding Wangi. Walaupun Kadita berparas cantik jelita,

raja tetap bermuram durja karena tidak mempunyai putra mahkota yang dapat

dipersiapkan untuk menduduki tahta kerajaan.

Barulah setelah raja memperistri Dewi Mutiara lahirlah seorang anak lelaki.

Akan tetapi, begitu mendapat perhatian lebih, Dewi Mutiara mulai mengajukan

tuntutan-tuntutan antara lain, memastikan anak lelakinya memegang tahta

kerajaan kelak dan Dewi Kadita harus diusir dari istana. Permintaan pertama

diluluskan, tetapi untuk mengusir Kadita, Raja Munding Wangi tidak bersedia.

”Ini sangat keterlaluan. Permintaan kedua Adinda sungguh sangat tidak

masuk akal dan sangat keji. Apa salah putriku Kadita?” Mendengarkan

penolakan raja, Dewi Mutiara tersenyum manis penuh goda sehingga kemarahan

raja sirna. Tetapi, diam- diam dalam hati istri kedua itu membara suatu dendam.

Keesokan harinya, ketika ufuk fajar, Dewi Mutiara mengutus kaki tangannya

untuk memanggil seorang tukang sihir. Kepada dukun sihir itu diperintahkan agar

menggunagunai Dewi Kadita.

”Buatlah badan atau tubuh Kadita kudisan dan kurapan. Kalau engkau

berhasil, akan aku beri hadiah yang sangat besar!” perintah Dewi Mutiara.

Tanpa kesulitan mereka mencampurkan ramuan guna-guna itu ke dalam

makanan Dewi Kadita. Malam harinya ketika Kadita sedang lelap, masuklah

angin semilir ke dalam kamarnya, angin itu berbau busuk, mirip bau bangkai.

Tatkala Kadita terbangun, ia menjerit. Seluruh tubuhnya penuh dengan kudis,

bernanah, dan berbau tidak enak. Tatkala raja mendengar berita ini, dalam hati

tahu bahwa yang diderita bukan penyakit biasa, tetapi guna-guna. Raja menduga

Mutiara yang merencanakannya. Atas desakan patih, putri dibuang jauh agar

tidak menjadikan aib.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 91

Page 97: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Maka berangkatlah Kadita seorang diri bagaikan pengemis yang diusir dari

rumah orang kaya. Hatinya remuk redam bagaikan tersayat sembilu. Namun,

dalam hati Kadita percaya bahwa Sang Maha Pencipta tidak akan membiarkan

makhluk ciptaan-Nya dianiaya sesamanya. Campur tangan-Nya pasti akan tiba.

Maka, dengan lapang hati diterimanya cobaan berat itu. Seperti yang sudah

diajarkan neneknya almarhum, ia tidak boleh mendendam dan membenci orang

yang membencinya. Biarlah orang-orang membencinya tetapi ia akan berusaha

tetap menyayanginya.

Siang malam selama tujuh hari tujuh malam ia berjalan, hingga akhirnya ia

tiba di pantai laut selatan. Kemudian ia berdiri menatap laut berjam-jam lamanya.

Lalu, didengar suara memanggil agar ia menceburkan diri ke laut. Tatkala ia

mengikuti panggilan itu, begitu tersentuh air tubuhnya pulih kembali. Jadilah ia

wanita cantik seperti sedia kala, bahkan ia segera menguasai seluruh lautan dan

mendirikan kerajaan di Laut Selatan. Dialah kini yang disebut Ratu Laut Selatan.

(Sumber : Cerita Rakyat, Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indoensia, hal. 134)

E. Latihan Pembelajaran

Berdasarkan cerita rakyat ”Ratu Laut Selatan” di atas, jawablah pertanyaan-

pertanyaan berikut ini.

1. Termasuk jenis/golongan cerita rakyat manakah cerita ”Ratu Laut Selatan”

di atas?

2. Tuliskanlah latar tempat dan waktu cerita rakyat ”Ratu Laut Selatan”

tersebut.

3. Apakah amanat dari cerita ”Ratu Laut Selatan”?

4. Sebutkanlah hal-hal menarik yang terdapat dalam cerita ”Ratu Laut

Selatan” di atas.

5. Tentukanlah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ”Ratu Laut Selatan”.

Kemudian bandingkanlah nilai-nilai tersebut dengan nilai- nilai yang masih

berlaku saat ini.

6. Buatlah sinopsis (jalan cerita singkat) cerita ”Ratu Laut Selatan” dengan

kata-kata Anda sendiri dalam beberapa kalimat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 92

Page 98: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 31. PUISI

A. Standar Kompetensi: Berbicara

14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi.

B. Kompetensi Dasar

14.1 Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan,

perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi

C. Indikator

Mendiskusikan isi puisi (gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan

imajinasi)

Mendiskusikan maksud/makna puisi

Mengemukakan hasil diskusi isi puisi di depan kelas.

D. Materi Pembelajaran : Mendiskusikan Isi Puisi

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang tercipta oleh seseorang yang

terlatih dalam olah indra, rasa, pikiran, dan imajinasi. Agar dapat memahami

sebuah puisi, seorang pembaca (apresiator) harus menguasai dan memahami

diksi (pilihan kata). Diksi (pilihan kata) inilah yang menuntun pembaca untuk

mengetahui jenis puisi dan makna puisi.

Puisi tidak tercipta secara serta merta, namun perlu adanya keterampilan

khusus dalam mencipta sebuah puisi. Berikut ini beberapa hal yang

mempengaruhi terciptanya sebuah puisi diantaranya :

1. Faktor Indratif (gambaran pengindraan penglihatan, penciuman,

pendengaran, perasa/pececapan, gerak, dan sebagainya).

2. Faktor Sensitif emosional (gambaran kepekaan perasaan).

3. Faktor Sensitif intelektual (kepekaan berpikir).

4. Faktor Imajinatif (ketajaman daya khayal atau cipta).

Berkaitan dengan faktor indratif/pengindraan, pembaca seolah-olah

merasakan gambaran indra tertentu melalui penyampaian bahasa puisi penyair

melalui diksinya, misalnya ;

• Indra Penglihatan ; Silau tatap sorotmu..., Bendera berlumur darah itu...,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 93

Page 99: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

dsb.

• Indra Penciuman ; Bau melati menebar..., Harum kulitmu.., dsb.

• Indra Pendengaran ; Gelegar.., Dentum.., dsb.

• Indra Perasa/Pencecap ; Pahit hatiku.. manis.., dsb.

• Indra gerak : Lesat lari tubuhmu.., dsb.

Dalam upaya memberikan pemaknaan pada sebuah puisi, minimal harus

memahami 3 (tiga) unsur penting yaitu tema puisi, amanat puisi, dan makna

puisi. Agar lebih jelas, berikut ini akan dipaparkan ketiga hal tersebut, yakni :

1. Tema puisi merupakan pokok/inti permasalahan yang menjadi dasar

penulisan puisi. Tema puisi bersifat tersirat (implisit). Namun demikian,

salah satu cara menemukan tema dapat ditelusuri melalui judulnya.

2. Pesan atau amanat puisi adalah gagasan yang ingin disampaikan

penyair kepada pembaca. Melalui pesan dalam puisi, seorang penyair

ingin mengajak para pembaca atau penikmat puisi melakukan sesuatu

yang berharga, yang bernilai bagi ketuhanan, kemanusiaan, keadilan,

kebenaran, dan sebagainya.

3. Makna puisi adalah arti atau maksud yang terkandung dalam puisi yang

dapat ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan

pengetahuannya. Makna puisi hanya dapat ditangkap melalui

penafsiran/interpretasi. Oleh karena itu, makna puisi akan berbeda-beda

manakala penafsirnya tidak sama. Bahkan, bukan tidak mungkin akan

bertolak belakang. Dalam penafsiran pasti akan ada unsur subjektivitas.

Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan pengetahuan penafsir akan

menentukan mutu rumusan makna puisi.

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman anda lebih mendalam, apresiasilah puisi berikut ini

kemudian buatlah kelompok diskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di

bawah ini.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 94

Page 100: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

KEPADA SEBUAH SAJAK

(Karya: Sapardi Djoko Damono)

Dengan rendah hati kuserahkan kau ke dunia

sebab bukan lagi milikku. Tegaklah

bagai seorang lelaki yang lahir dalam zaman

yang riuh rendah

dan memberontak

kulepas kau ke tengah pusaran topan

dari masalah manusia, sebab telah dilahirkan

tanpa ayah dan ibu

dari jemariku yang papa

kau pun menjelma secara gaib wahai nurani alam

aku bukan asal-usulmu. Kutolakkan kepada dunia

nama baik serta nasibmu

aku tak lagi berurusan denganmu

sekali kau lahir lewat tangan-tanganku. Tegaklah

seperti lelaki yang tanpa ibu-bapa

mempertahankan nasibnya sendiri

terhadap gergaji waktu

(Sumber : Tonggak, 2:409)

Berdasarkan puisi “Kepada Sebuah Sajak” karya: Sapardi Djoko Damono di atas,

jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1. Diskusikan dan temukanlah faktor indratif (penglihatan, pendengaran,

perasa, penciuman, gerak) dari puisi “Kepada Sebuah Sajak” di atas.

2. Diskusikanlah maksud/makna puisi “Kepada Sebuah Sajak” di atas.

3. Kemukakan hasil diskusi isi puisi kelompok anda di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 95

Page 101: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 32. PUISI

A. Standar Kompetensi: Berbicara

14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi.

B. Kompetensi Dasar

14.2 Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan

masyarakat melalui diskusi

C. Indikator

Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan realitas alam

Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan sosial budaya,

Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan masyarakat

D. Materi Pembelajaran : Hubungan Puisi Dengan Keseharian

Menentukan hubungan isi puisi dengan realitas alam atau sosial atau

masyarakat, perlu didahului dengan memahami dan mengetahui nilai-nilai yang

terkandung di dalam puisi itu sendiri. Nilai-nilai itulah yang menunjukkan adanya

hubungan dengan dunia luar puisi.

Puisi tidak serta merta lahir dalam kehampaan, dalam ruang kosong. Puisi

akan memiliki hubungan pemaknaan isi puisi dengan realitas alam, sosial

budaya, dan dengan masyarakat. Mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya

berasal dari faktor si penyair. Bagaimana pun, penyair sebagai manusia akan

berkaitan erat dengan lingkungan sekitarnya sehingga apa yang ia cipta dalam

sebuah puisi akan terefleksi (tercermin) dalam karya-karyanya. Munculnya

gagasan atau ide untuk membuat suatu puisi selalu dipengaruhi atau dilatari

dengan realitas kehidupan yang dialami oleh penyair itu sendiri.

Sebagai mahluk sosial, penyair merupakan anggota suatu kelompok

masyarakat yang memiliki kehidupan sosial yang beraneka ragam. Keberadaan

penyair di tengah-tengah kelompok masyarakat sosial secara tidak langsung

akan memberikan pengaruh terhadap karya yang dihasilkannya.

Untuk menemukan unsur kehidupan sosial masyarakat serta sikap penyair

terhadapnya melalui sebuah puisi, lakukanlah Langkah-langkah berikut ini :

1. Bacalah puisi secara berulang-ulang agar Anda mampu menemukan

makna keseluruhan puisi tersebut

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 96

Page 102: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

2. Identifikasi dan simpulkanlah bagian judul puisi, kata-kata, larik, atau

kalimat yang ada di dalamnya

3. Identifikasi hubungan makna antara baris yang satu dengan baris lainnya

untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam bait puisi;

4. Identifikasi pula unsur sosial kehidupan yang di kemukakan oleh penyair;

5. Identifikasi sikap penyair terhadap unsur kehidupan yang dibahas.

Perhatikanlah contoh berikut ini :

GADIS PEMINTA-MINTA

(Karya : Toto Sudarto Bachtiar)

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil

Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka

Tengadah padaku, pada bulan merah jambu

Tapi kotaku jadi hilang tanpa jiwa.

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil

Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok

Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan

Gembira dari kemayaan riang.

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral

Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal

Jiwa begitu murni, terlalu murni

Untuk bisa membagi dukaku.

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil

Bulan di atas itu tak ada yang punya

Dan kotaku, ah kotaku

Hidupnya tak lagi punya tanda.

(Sumber : teori dan apresiasi puisi, 1995)

Contoh pembahasan mengenai hubungan puisi Gadis Peminta-Minta dengan

realitas kehidupan, yakni :

Berdasarkan puisi Gadis Peminta-Minta di atas, sang penyair hendak

menyampaikan sebuah realitas sosial mengenai kehidupan kaum tuna wisma.

Penyair sengaja memilih realitas kehidupan dengan cara menggambarkannya

melalui seorang gadis kecil untuk memberi efek agar pembaca dapat memahami

penderitaan kaum tersebut. Mereka tidak berdaya menghadapi kerasnya

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 97

Page 103: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

kehidupan kota. Akan tetapi, dibalik itu semua, sebenarnya setiap manusia

memiliki harkat dan martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan

kedudukan seseorang, tidak boleh menjadi sebab adanya pembedaan perlakuan

terhadap kemanusiaan seseorang. Para penyair memiliki kepekaan perasaan

yang begitu dalam mengenai hal ini.

E. Latihan Pembelajaran

Agar pemahaman anda lebih mendalam, buatlah kelompok diskusi untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

KERENDAHAN HATI

(Karya Taufiq Ismail )

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin

yang tegak di puncak bukit

Jailah belukar, tetapi belukar yang baik,

yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,

Jadilah saja rumput, tetapu rumput yang

memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya

Jadilah saja jalan kecil,

Tetapi jalan setapak yang

Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten

tentu harus ada awak kapalnya ....

Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi

rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu ....

Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

Jawablah pertanyan-pertanyaan berikut ini.

1. Diskusikan dalam kelompok anda hubungan puisi dengan realitas alam,

sosial, dan budaya yang terdapat dalam puisi tersebut.

2. Buatlah hasil diskusi anda menjadi satu paragraf yang utuh.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 98

Page 104: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 33. SASTRA MELAYU KLASIK

A. Standar Kompetensi: Membaca

15. Memahami sastra Melayu klasik.

B. Kompetensi Dasar

15.1 Mengidentifika-si karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu

klasik

C. Indikator

Mengidentifikasi karakteristik karya sastra Melayu klasik

Menentukan struktur (unsur) karya sastra Melayu klasik

Menuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik dengan bahasa

sendiri ke dalam beberapa paragraf

D. Materi Pembelajaran : Sastra Melayu Klasik

Sastra Melayu Klasik merupakan karya sastra Indonesia lama. Bisakah anda

menyebutkan contoh-contohnya? Beberapa contoh karya Sastra Melayu Klasik

yaitu sajak, bidal, pantun, syair, seloka, gurindam, dongeng, dan hikayat.

Secara umum, ciri khas sastra Melayu klasik adalah sebagai berikut.

1. Bersifat istana sentris, yaitu jalan cerita berorientasi pada masyarakat

lingkungan istana, raja, dan bangsawan.

2. Bahasa yang digunakan bersifat klise.

3. Bersifat subjektif, yaitu jalan ceritanya menurut ketentuan masyarakat

lama.

4. Bersifat anonim atau tidak diketahui pengarangnya.

Masih ingatkah dengan unsur intrinsik Sastra Melayu Klasik? Unsur intrinsik

Sastra Melayu Klasik adalah tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur ,

latar/setting berupa waktu dan tempat, gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan

amanat. Pada pembelajaran kali ini pun kita akan menentukan unsur intrinsik

tersebut dari salah satu contoh karya Sastra Melayu Klasik Ringkasan Hikayat

Nakhoda Muda. Simaklah dengan cermat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 99

Page 105: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda

Ada seorang raja yang bernama Raja Gaznawi yang besar kerajaannya dan

memerintah dengan adil. Sekali peristiwa, baginda bermimpi memperoleh

seorang perempuan yang amat baik parasnya. Perempuan itu memakai kain

merah dan memberi makan hati biri-biri panggang dengan isi pinggangnya.

Maka, baginda berahi akan perempuan yang dilihat dalam mimpi itu. Dua orang

anak perdana menteri yang masing-masing bernama Husain Mandi dan Husain

Mandari, sanggup pergi mencari perempuan itu.

Tersebut pula perkataan Husain Mandari, dua bersaudara pergi mencari

perempuan yang dimimpikan raja itu. Segala rumah raja-raja, rumah pengawal,

dan rumah orang besar-besar semuanya diperiksa mereka, tetapi perempuan

seperti yang dimimpikan baginda tidak dijumpai juga. Kemudian, mereka sampai

di pinggir negeri Batawi. Mereka bertemu dengan seorang tua yang mengambil

kayu dan bertanya: “Adakah di dalam negeri itu rumah yang tiada berdapur?”

Mereka mengikuti orang tua itu berjalan, tetapi kelakuan mereka menimbulkan

prasangka di hati orang tua itu. Mereka mengembangkan payung semasa

berjalan di dalam hutan, memakai kaus, dan sarung kaki semasa menyeberangi

sungai, serta menamai jembatan yang tiada pegangan itu jembatan monyet.

Akhirnya, mereka masih memperingatkan orang tua itu bahwa kalau sampai di

rumah, mestilah berdehem-dehem dahulu barulah naik ke rumah. Orang tua itu

tidak memberi perhatian kepada peringatan kedua orang itu. Setiba di rumah,

didapatinya Sitti Sara sedang mandi telanjang, kelihatan susunya.

Orang tua itu menceritakan kepada Sitti Sara kelakuan dua orang muda yang

dijumpainya di tengah jalan itu. Anaknya menjawab bahwa perbuatan kedua

anak muda itu ada alasannya. Misalnya, kalau bapanya berdehem-dehem dahulu

sebelum naik ke rumah, niscaya ia sempat mengambil kain untuk

menutup susunya.

Selang beberapa hari, Sitti Sara menyuruh seorang budak perempuan yang

bernama Si Delima mengantar makanan kepada kedua anak muda itu. Makanan

yang diantar itu ialah apam tiga puluh biji, kuah tujuh mangkuk dan air sekendi. Ia

juga berpesan: “Adapun sebulan itu genap tiga puluh hari dan sejumaat itu genap

tujuh hari, dan ada ketika air pasang.” Kedua orang muda itu menyambut

makanan itu dengan gembira dan memberikan setail emas kepada Sitti Sara.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 100

Page 106: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Pada keesokan harinya, Sitti Sara berbuat pula makanan yang sama jumlahnya,

pesannya pun sama juga. Tetapi kali ini Si Delima bertemu kendaknya di jalan

dan memberikan apam sebiji, kuah satu mangkuk dan air di kendi. Setelah

menerima makanan yang kurang dari biasanya itu, kedua anak muda memberi

pesan kepada Sitti Sara:

“Adapun sebulan itu kurang sehari tiga puluh dan sejumaat itu enam hari

juga dan pasang itu sudah surut.” Dengan demikian Sitti Sara tahu perbuatan

curang budak perempuannya itu.

Pada suatu hari, Sitti Sara mempersilakan kedua orang muda itu ke

rumahnya. Disediakannya hati biri-biri dan isi pinggang yang dipanggang sebagai

lauknya. Husain Mandari dan Husain Mandi melihat rupa Sitti Sara dan makanan

yang disajikan itu. Pada pikiran mereka, Sitti Sara adalah perempuan yang

dimimpikan baginda. Gambar Sitti Sara lalu dikirim kepada baginda. Baginda

sukacita melihat gambar Sitti Sara tiada berbeda dengan perempuan yang

dilihatnya dalam mimpi. Utusan lalu dikirim untuk meminang Sitti Sara. Setelah

pinangan diterima oleh orang tuanya, Sitti Sara diarak ke Negeri Gaznawi untuk

dinikahkan dengan baginda. Maka, baginda pun terlalu kasih akan Sitti Sara dan

memeliharanya seperti menatang minyak penuh.

Setelah beberapa lama baginda menikah, baginda pergi berburu ke dalam

hutan. Dipanahnya seekor rusa, kena kepalanya, lalu mati. Maka, datanglah

anak rusa itu menangisi ibunya yang sudah mati. Kemudian, baginda insaf akan

keadaan dirinya yang tiada beranak itu, lalu ia berlayar ke Pulau Langkawi. Dia

mengatakan kepada istrinya bahwa dia baru akan kembali, kalau istrinya sudah

beranak, cincinnya pindah ke tangan istrinya, kudanya sudah beranak dan

gedungnya yang tujuh buah itu sudah berisi ketujuhnya. Sitti Sara diam saja,

tiada berkata- kata.

Sepeninggalan baginda, Sitti Sara pun memanggil Husain Mandari dan

Husain Mandi serta berunding dengan mereka tentang keadaan dirinya.

Disuruhnya mereka menyediakan sebuah perahu yang lengkap dengan segala

perkakasnya, teristimewa kayu dan air. Disiapkan juga seekor kuda betina,

perkakas orang pandai emas dan papan catur. Dengan menyamar sebagai

seorang nakhoda, Sitti Sara pun berlayar ke Pulau Langkawi. Ia

memperkenalkan dirinya sebagai seorang nakhoda yang datang dari Negeri

Dangsekan. Maksudnya ialah hendak bermain catur dengan baginda.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 101

Page 107: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Maka Sitti Sara yang menyebut dirinya Nakhoda Muda itu, bermain catur

dengan baginda. Taruhannya ialah isi kapalnya. Untuk tiga kali pertama, baginda

kalah dan terpaksa menyerahkan kuda, cincin dan segala hartanya. Untuk kali

keempat, Sitti Sara menjadikan gundiknya sebagai taruhan. Tetapi, kali ini Sitti

Sara berpura-pura kalah dan datang menghadap baginda sebagai gundik

Nakhoda Muda. Tujuh hari lamanya, Sitti Sara bersama-sama dengan baginda,

kemudian ia pun dikembalikan kepada Nakhoda Muda. Sekembali ke perahunya,

Sitti Sara pun berlayar kembali ke Negeri Gaznawi, karena maksudnya sudah

tercapai.

Beberapa bulan kemudian, perut Sitti Sara besar dan pada hari yang baik, ia

melahirkan seorang laki- laki yang baik parasnya, serupa dengan ayahanda

baginda. Kudanya juga beranak kuda jantan. Kemudian, baginda kembali ke

negerinya dan mendapati bahwa Sitti Sara sudah mempunyai anak. Baginda

murka sekali seperti hendak membunuh Sitti Sara. Maka, Sitti Sara menerangkan

segala kelakuannya dan segala perilakunya menyamar sebagai laki-laki dan

bermain catur dengan baginda. Setelah mendengar kata-kata Sitti Sara itu,

baginda pun menjadi suka hati dan bertambah kasih hatinya kepada istrinya.

Maka, kekallah Sitti Sara itu menjadi permaisuri Raja Gaznawi. Husain Mandari

dan Husain Mandi dua bersaudara juga dijadikan menteri di dalam negeri.

Tamatlah Hikayat Nakhoda Muda ini.

(Sumber: Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 1 dan 2, Liaw Yock Fang)

E. Latihan Pembelajaran

Kerjakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1. Tentukanlah struktur (unsur) karya sastra Melayu klasik “Ringkasan

Hikayat Nakhoda Muda” di atas dari segi pelaku, alur, latar, dan amanat.

2. Tulislah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita “Ringkasan Hikayat

Nakhoda Muda” di atas.

3. Ringkaslah isi karya sastra Melayu klasik “Ringkasan Hikayat Nakhoda

Muda” di atas dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 102

Page 108: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 34. SASTRA MELAYU KLASIK

A. Standar Kompetensi: Membaca

15. Memahami sastra Melayu klasik.

B. Kompetensi Dasar

15.2 Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik.

C. Indikator

Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik

Membandingkan nilai-nilai dalam sastra Melayu Klasik dengan nilai-nilai

masa kini.

D. Materi Pembelajaran : Nilai Sastra Melayu Klasik Dengan Masa Kini

Pada pembelajaran Bab 33, anda telah belajar menentukan unsur intrinsik

karya Sastra Melayu Klasik dengan contoh karya “Ringkasan Hikayat Nakhoda

Muda”. Dalam kesempatan ini pun anda akan mempelajari karya Sastra Melayu

Klasik, khususnya menentukan nilai-nilainya dan membandingkan dengan nilai-

nilai masa kini.

Masih ingatkah dengan nilai-nilai karya sastra? Berikut beberapa jenis nilai

yang terkandung dalam sebuah cerita, yakni :

1. Nilai religius/keagamaan atau ketuhanan adalah nilai yang

berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan

agama, dan sejenisnya.

2. Nilai budaya atau kultur adalah nilai yang berkaitan dengan budaya

masyarakat tertentu dalam menghadapi suatu masalah atau dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat.

3. Nilai etika atau moral adalah nilai yang mengajarkan kepada manusia

bahwa terhadap orang lain harus menghormati, tidak menyakiti, tidak

asusila, dan sejenisnya.

4. Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan kehidupan sosial,

yakni ketika satu orang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu

membutuhkan kehadiran orang lain.

5. Nilai pendidikan atau edukasi adalah nilai mengajarkan bagaimana

seseorang harus berperilaku baik, dewasa, dan bermanfaat, serta dapat

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 103

Page 109: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

membedakan yang baik dan yang buruk.

Sejarah Melayu

Ilam, ketahui olehmu, kepada zaman dahulu kala dan pada masa yang telah

lalu, kata yang empunya cerita, pada suatu masa Raja Iskandar, anak Raja

Darab, Rum bangsanya, Makdonia nama negerinya, Zulkarnain gelarannya,

sekali peristiwa baginda berjalan hendak melihat terbit. Maka baginda sampai

pada serokan Negeri Hindia.

Maka ada seorang raja di tanah Hindia terlalu besar kerajaannya, setengah

Negeri Hindia itu dalam tangannya, namanya Raja Kida Hindia.

Setelah ia mendengarkan Raja Iskandar datang, maka Raja Kida Hindia pun

menyuruhkan perdana menteri menghimpunkan segala rakyat dan raja-raja,

yang takluk kepadanya. Setelah sudah berkambung semuanya, maka

dikeluarkannyalah oleh Raja Kida Hindia akan Raja Iskandar. Maka setelah

bertemulah antara kedua pihak itu maka segala rakyat-rakyat lalu berperanglah

terlalu ramai, seperti yang di dalam hikayat Iskandar itu.

Maka kalahlah Raja Kida Hindia itu Raja Iskandar, ditangkap baginda dengan

hidupnya, maka disuruhlah membawa iman. Maka Raja Kida Hindia pun

membawa imanlah jadi Islam di dalam agama Nabi Ibrahim, khalilullah,

alaihissalam. Maka dipersalini oleh Raja Iskandar akan Raja Kida Hindia seperti

pakaian dirinya. Maka dititahkanlah oleh Raja Iskandar kembali ke negerinya.

Maka adapun akan Raja Kida Hindia itu ada beranak seorang perempuan

terlalu baik parasnya, tiada berbagi lagi dan tiada taranya pada masa itu. Cahaya

mukanya gilang gemilang seperti cahaya matahari dan bulan dan amat bijaksana

budi pekertinya. Putri itu namanya Syahrul Bariah. Maka Raja Kida Hindia pun

memanggil perdana menterinya di tempat yang sunyi. Maka titah Raja Kida

Hindia kepada menteri.

”Ketahui olehmu, bahwa aku memanggil engkau ini aku hendak bertanyakan

bicara kepadamu. Bahwa anakku, yang tiada taranya seorang pun anak-anak

raja zaman ini tulah; hendak aku persembahkan kepada Raja Iskandar. Sekarang

apa nasihatmu akan daku?”

Maka sembah perdana menteri, ”Sahaja sebenarnyalah pekerjaan yang

seperti titah Duli Tuanku itu.” Maka sabda Raja Kida Hindia pada perdana

menteri, ”Insyaallah taala, esok hari pergilah Tuan hamba kepada Nabi Khidir,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 104

Page 110: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

katakanlah oleh Tuan hamba segala perihal ini.”

Setelah esok harinya, maka pergilah perdana menteri itu kepada Nabi Khidir.

Setelah sudah perdana menteri itu pergi, maka disuruh Raja Kida Hindia

suratkan nama Raja Iskandar atas segala dirhamnya dan atas segala panji-

panjinya.

Adapun setelah sampai menteri kepada Nabi Khidir, maka ia pun memberi

salam. Maka disahut Nabi Khidir salam menteri itu, maka disuruhnya duduk.

Arkian, maka berkatalah perdana menteri itu kepada Nabi Khidir, ”Ketahuilah

oleh Tuanhamba, ya, Nabi Allah, bahwa raja hamba terlalu amat kasihnya akan

Raja Iskandar, tiada dapat hamba sifatkan. Dan ada ia beranak seorang

perempuan, tiada dapat dikatakan dan tiada ada baginya anak raja-raja dalam

alam ini dari masyrik lalu ke maghrib pada zaman ini daripada rupanya dan budi

pekertinya. Tiada ada taranya pada zaman ini. Adalah kehendak raja hamba

mempersembahkan dia akan jadi istri Raja Iskandar.”

Kata sahibul hikayat, maka pada ketika itu pergilah Nabi Khidir kepada Raja

Iskandar, maka diceritakanlah perihal itu. Maka kabullah Raja Iskandar.

Kemudian daripada itu, maka Raja Iskandar pun keluarlah ke penghadapan,

dihadap oleh segala raja-raja dan ulama dan pendeta dan segala orang besar-

besar. Dan segala pahlawan yang gagah-gagah mengelilingi tahta kerajaan

baginda dan dari belakang baginda segala hamba yang khas dan segala yang

kepercayaannya.

Maka adalah pada ketika itu Raja Kida Hindia pun ada menghadap Raja

Iskandar duduk di atas kursi emas yang berpermata. Maka seketika duduk itu,

Maka Nabi Khidir berbangkit, sambil berdiri, serta menyebut nama Allah

subhanahu wa taala dan mengucap salawat segala nabi yang dahulu-dahulu.

Syahdan lalu membaca khotbah nikah akan Raja Iskandar dan diisyaratkannya

perkataan itu kepada Raja Kida Hindia, demikian kata Nabi Khidir.

”Ketahui olehmu, hai, Raja Kida Hindia, bahwa raja kami inilah, yang

diserahkan Allah taala kerajaan dunia ini kepadanya dari masyrik lalu ke maghrib,

dari daksina datang ke paksina. Adapun sekarang didengarnya, bahwa Tuan

hamba beranak perempuan, terlalu baik parasnya. Kehendak baginda itu mau

dikasihi kiranya oleh Tuan hamba dan diambil akan menantu Tuan hamba,

supaya berhubunglah segala anak cucu Raja Kida Hindia dengan anak cucu

Raja Iskandar, jangan lagi berputusan kiranya hingga hari kiamat. Bagaimana,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 105

Page 111: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

kabulkah Tuanhamba, atau tiada?”

Kata sahibulhikayat, ”Tuanku, ya, Nabi Allah dan segala tuan-tuan, yang ada

hadir, bahwa hamba ini dengan sesungguhnya hamba kepada Raja Iskandar dan

anak hamba sekamu pun anak hamba juga ke bawah Duli Baginda itu, seperti

sahaya, yang mengerjakan dia seorang dua orang itu. Ketahuilah olehmu, hai,

segala tuan-tuan sekamu yang ada di sini, bahwa Nabi Khidir akan wali hamba

dan wali anak hamba, yang bernama Tuan Putri Syahrul Bariah itu.”

Apabila didengar oleh Nabi Khidir kata Raja Kida Hindia demikian itu, maka

berpalinglah ia menghadap kepada Raja Iskandar dan berkata ia kepada Raja

Iskandar.

”Bahwa sudah hamba kawinkan anak Raja Kida Hindia, yang bernama Tuan

Putri Syahrul Bariah dengan Raja Iskandar. Adapun isi kawinnya tiga ratus ribu

dinar emas. Relakah Tuanhamba?”

Maka sahut Raja Iskandar, ”Relalah hamba.”

Maka dikawinkan Nabi Khidirlah anak Raja Kida Hindia dengan Raja

Iskandar atas syariah Nabi Ibrahim, khalillah, di hadapan segala mereka yang

tersebut itu.

Maka berbangkitlah segala raja-raja dan segala orang besar-besar dan

perdana menteri dan hulubalang dan segala pendeta dan segala ulama dan

hukuma menaburkan emas dan perak dan permata, ratna, mutu, manikam

kepada kaki Raja Iskandar, hingga bertimbunlah segala emas dan perak dan

ratna, mutu, manikam itu di hadapan Raja Iskandar seperti busut dua tiga

timbunan. Maka sekamu harta itu disedekahkan kepada fakir miskin. Setelah hari

malam datanglah Raja Kida Hindia membawa anaknya kepada Raja Iskandar

dengan barang kuasanya, dengan berbagai permata, yang ditinggalkan oleh

datuk neneknya, sekamunya itu dikenakannya akan pakaian anaknya.

Maka pada malam itu naik mempelailah Raja Iskandar. Syahdan maka

heranlah hati Raja Iskandar melihat akan rupa Putri Syahrul Bariah itu, tiadalah

dapat tersifatkan lagi. Dan pada keesokan harinya, maka dipersalini oleh Raja

Iskandar akan Tuan Putri Syahrul Bariah itu dengan selengkap pakaian kerajaan

dan dianugerahinya harta, tiada terpermanai lagi banyaknya. Dan Raja Iskandar

pun menganugrahi pula persalin akan Raja Kida Hindia serta dengan segala raja-

raja daripada pakaian yang mulia-mulia, sekamu emas bertahtahkan ratna, mutu,

manikam. Tiga buah perbendaharaan, yang terbuka. Maka Raja Kida Hindia pun

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 106

Page 112: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

dianugrahinya lagi bersalin dan dianugrahinya seratus cembul emas, berisi

permata dan ratna, mutu, manikam dan mata benda yang mulia- mulia. Dan

dianugrahi seratus ekor kuda, yang hadir dengan segala alatnya daripada emas,

bertatah dengan segala permata. Maka heranlah hati segala, yang memandang

dia.

Kemudian dari itu maka berhentilah Raja Iskandar ada kira-kira sepuluh hari.

Seperti datang kepada sebelas harinya, maka berangkatlah Raja Iskandar

seperti adat dahulu kala dan tuan putri, anak Raja Kida Hindia pun dibawa

baginda. Maka baginda pun berjalanlah lalu ke matahari hidup, seperti yang

tersebut di dalam hikayatnya yang termasyur itu.

Hatta beberapa lamanya, setelah sudah Raja Iskandar melihat matahari

terbit, maka baginda pun kembalilah lalu dari negeri Raja Kida Hindia. Maka Raja

Kida Hindia pun keluarlah menghadap Raja Iskandar dengan segala

persembahannya daripada tahfifah yang mulia-mulia dan daripada mata benda

yang ajaib-ajaib.

Maka Raja Kida Hindia pun berdatang sembah kepada Raja Iskandar akan

peri dengannya dan birahinya akan tapak hadirat Raja Iskandar, tiada dapat

terkatakan lagi. Syahdan peri rindu dendamnya akan anaknya, Putri Syahrul

Bariah dan dipohonkannyalah anaknya ke bawah duli Raja Iskandar.

Arkian maka dianugerahi Raja Iskandar akan Tuan Putri Syahrul Bariah

kembali kepada ayahnya Raja Kida Hindia. Maka dianugerahi oleh Raja Iskandar

akan Putri Syahrul Bariah persalinan seratus kali dan dianugerahi harta daripada

emas, perak, dan ratna, mutu, manikam dan daripada permata dan harta benda

yang indah-indah dan yang mulia- mulia, tiada terhisabkan lagi banyaknya. Maka

Raja Kida Hindia pun menjunjung tinggi Raja Iskandar. Maka dipersalin baginda

pula seratus kali daripada pakaian baginda sendiri.

Setelah itu, maka dipalu oranglah genderang berangkat dan ditiup oranglah

nafiri, alamat Raja Iskandar berangkat. Maka kasadnya hendak menaklukkan

segala raja-raja, yang belum takluk kepadanya, seperti yang termazkur itu.

(Sumber: Materi Pelajaran Bahasa Indonesia, 1995)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 107

Page 113: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

E. Latihan Pembelajaran

Kerjakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan kelompok anda.

1. Tulislah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ”Sejarah Melayu ” di atas.

2. Bandingkanlah nilai-nilai cerita ”Sejarah Melayu ” di atas dengan nilai-nilai

masa kini.

3. Ringkaslah isi karya sastra Melayu klasik ”Sejarah Melayu ” di atas

dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 108

Page 114: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 35. MENULIS CERPEN

A. Standar Kompetensi: Menulis

16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen.

B. Kompetensi Dasar

16.1 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen

(pelaku, peristiwa, latar)

C. Indikator

Menentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri

untuk menulis cerita pendek

Menulis kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu

dan peristiwa

Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen

(pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata,

tanda baca, dan ejaan.

D. Materi Pembelajaran : Menulis Cerpen Bersadarkan Pengalaman Pribadi

Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek, yaitu karangan pendek

berbentuk prosa. Pada umumnya tidak lebih dari 10 halaman atau sekitar 10.000

kata. Cerpen hanya menceritakan satu peristiwa atau hanya melukiskan satu alur

cerita (plot tunggal). Dalam suatu cerpen biasanya dikisahkan sepenggal

kehidupan tokoh, dengan konflik kehidupannya. Sumber cerpen diambil dari

kehidupan sehari-hari, tetapi tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya.

Oleh karena itu yang ditampilkan hanya bagian- bagian penting saja.

Cara yang paling mudah menulis sebuah cerpen adalah mengkisahkan

pengalaman sendiri dalam bentuk karangan naratif. Dengan cara mengkisahkan

atau memaparkan tokoh (aku) si penulis, anda dapat mengubah pengalaman

sendiri menjadi sebuah cerpen yang menarik.

Pada pembelajaran kali ini anda akan belajar menulis sebuah cerpen

berdasarkan pengalaman pribadi. Namun, agar anda mudah menulis sebuah

cerpen, untuk latihan awal anda perlu membuat kerangkanya.

Berikut ini salah satu contoh penyusunan Kerangka cerita pendek

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 109

Page 115: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

berdasarkan rincian topik dengan memerhatikan pelaku, peristiwa, dan latar.

Misalnya :

Topik utama : Belajar sepanjang hayat penuh semangat

Topik pendukung :

• Paragraf 1 : Memperkenalkan tokoh Andri sebagai seorang siswa yang

memiliki keterbatasan materi, namun semangat belajarnya luar biasa.

• Paragraf 2 : Andri masuk sekolah, berkenalan dengan teman baru dan

Bapak/Ibu guru.

• Parafgarf 3 : Semangat belajarnya menurun ketika dihadapkan dengan

iuran yang harus segera dilunasi.

• Paragraf 4 : teman-temannya dan Wali kelas membantu andri dalam

melunasi iurannya

• Paragraf 5 : Andri Juara kelas

E. Latihan Pembelajaran

Susunlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi Anda

dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Tentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri.

2. Tulislah kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu

dan peristiwa.

3. Kembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku,

peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca,

dan ejaan.

4. Tulislah menjadi sebuah cerpen yang utuh.

5. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 110

Page 116: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

MODUL 36. MENULIS CERPEN

A. Standar Kompetensi: Menulis

16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen.

B. Kompetensi Dasar

16.2 Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen

(pelaku, peristiwa, latar)

C. Indikator

Menentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri

untuk menulis cerita pendek

Menulis kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu

dan peristiwa

Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen

(pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata,

tanda baca, dan ejaan.

D. Materi Pembelajaran : Menulis Cerpen Bersadarkan Pengalaman Orang

Lain

Pada materi Bab 35 anda telah belajar menulis cerpen berdasarkan

pengalaman pribadi. Adapun pada kesempatan ini pun anda akan belajar

menulis cerita pendek. Namun, yang menjadi dasar cerita adalah pengalaman

orang lain.

Masih ingatkah dengan cara menyusun kerangka karangan cerita pendek?

Berikut ini akan dipaparkan beberapa langkah untuk membuat cerpen, yaitu :

1. Tentukan tema cerpen berdasarkan pengalaman atau peristiwa yang

pernah dialami orang lain.

2. Rincilah tema atau inti cerita menjadi sub-sub tema yang akan

dikembangkan menjadi cerita.

3. Letakkan sub-sub tema yang telah ditentukan sesuai dengan alur cerita

sebuah cerpen, seperti:

4. a. Pengungkapan atau pendeskripsian suasana,

b. Pemunculan pelaku disertai gambaran wataknya,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 111

Page 117: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

c. Pengungkapan masalah-masalah kecil,

d. Terjadinya konflik sehingga sampai klimaks, dan Konklusi (kesimpulan)

penyelesaian masalah.

5. Ungkapkan seting atau latar cerita dikaitkan dengan pemaparan watak

tokoh. Pemaparan latar sebuah cerpen cenderung dimunculkan dalam

rangka untuk melukiskan perwatakan tokoh. Misalnya, tokoh berwatak

jorok maka dilukiskan dengan kamarnya yang bau dan berantakan.

6. Gunakan gaya bahasa yang hidup dan memikat.

7. Gunakan tanda baca yang tepat sehingga apa yang kamu tulis dapat

dengan mudah dimengerti.

8. Berilah judul yang menarik, yang dapat memberikan kesan kuat dan rasa

ingin tahu pembaca terhadap cerpen yang kamu tulis.

9. Bacalah cerpen-cerpen yang lain sebagai bahan pembanding.

E. Latihan Pembelajaran

Susunlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman teman atau orang

lain dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Tentukan tema atau topik yang akan menjadi bahan cerpen.

2. Tulislah kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu

dan peristiwa.

3. Kembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku,

peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca,

dan ejaan.

4. Tulislah menjadi sebuah cerpen yang utuh.

5. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 112

Page 118: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

DAFTAR PUSTAKA

A.R., Syamsuddin., dkk. 2009. Kompetesi Berbahasa Dan Sastra Indonesia 1

Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional.

Akbar, Ade Malsasa. 2015. RootMagz Edisi 01/2015. Redaksi :

[email protected]

Akbar, Ade Malsasa. 2015. RootMagz Edisi 04/2015. Redaksi :

[email protected]

Hoerudin, Cecep Wahyu dan Suharti. 2009. Efektif dan Aplikatif Berbahasa

Indonesia untuk Tingkat Semenjana (Kelas X) Sekolah Menengah

Kejuruan. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

H., E. Kusnadi., dkk. 2009. Belajar Efektif B ahasa Indonesia 1 Untuk SMA dan

MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional.

Indrawati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta :

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Juhara, Erwan., dkk. 2009. Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas X.

Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Setiyono, Agus., dkk. 2009. Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia 1

Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional.

Syahreza, Faisal. 2014. Antologi Puisi Cinta ”Partitur Hujan”. Bandung : Literat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X i

Page 119: MODUL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA...Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5 • Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya. Apakah

Tentang Penyusun

Drs. Abdul Rasyid, M.M.Pd. lahir di Tebing Tinggi, 11 Juli 1968. Suami dari Enur

Nurjanah, S.Pd., M.M.Pd. ini menempuh pendidikan Pasca Sarjana di STIE

Ganesha Jakarta. Selain aktif sebagai Kepala Sekolah di SMP dan SMA Al-

Barkah Cikalongkulon, penulis pun aktif di berbagai organisasi kependidikan

lainnya. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail: [email protected]

Saepul Anwar lahir di Cianjur, 24 Desember 1986. Penulis menempuh

pendidikan di MI Al-Huda Parasu (1999), SMP Negeri 2 Cikalongkulon (2002),

dan SMAN 1 Cilaku-Cianjur (2005). Selain itu, penulis pun menyelesaikan

Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Suryakancana

Cianjur (2009) dan pendidikan Pasca Sarjana di STIE Ganesha Jakarta.

Selain aktif sebagai salah satu Tenaga Pendidik dan Kependidikan di

SMP dan SMA Al-Barkah Cikalongkulon, penulis pun aktif di berbagai organisasi,

diantaranya ; Komunitas Sapu Nyere (KSN) Cianjur, Pengembang Sistem

Operasi GrombyangOS (Linux), dan lainnya. Penulis dapat dihubungi melalui e-

mail: [email protected]

Asep Purnama lahir di Cianjur, 28 Oktober 1987. Putra dari Bapak Kama dan

Ibu Rukmana ini menempuh pendidikan di SD Negeri Kiarapayung (2000), SMP

Negeri 2 Cikalongkulon (2003), dan SMA Pasundan Cikalongkulon (2007),

Universitas Kejuangan 45 Jakarta (2011) dan pendidikan Pasca Sarjana di STIE

Ganesha Jakarta.

Penulis aktif sebagai Tenaga Pendidik dan Kependidikan di SMP dan SMA

Al-Barkah Cikalongkulon sampai sekarang. Saat ini penulis bertempat tinggal di

Kp. Kiarapayung RT 02 RW 09 Desa Mekarjaya Kecamatan Cikalongkulon

Kabupaten Cianjur – Jawa Barat. E-mail Penulis: [email protected]

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X ii