Modul Kelas XI Bahasa Sastra

249
Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 1 - MODUL SASTRA INDONESIA KELAS XI BAHASA Di susun oleh : DRA. SENI ASIATI SURYA

description

Modul Pembelajaran Sastra

Transcript of Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Page 1: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 1 -

MODULSASTRA INDONESIA KELAS XI BAHASA

Di susun oleh :DRA. SENI ASIATI SURYA

Page 2: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

XI BAHASASemester I

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi penokohan, dialog, dan

menentukan latar dalam pementasan drama

MATERI

DRAMA

Drama (Yunani Kuno) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk

diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani ”Dramoi” yang berarti "aksi",

"perbuatan".

Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, atau televisi.

Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera (lihat

melodrama).

Unsur intrinsik drama:

1. Plot (alur)

Plot (Alur) Alur dalam drama dapat diketahui setelah pertunjukkan selesai. Kadang-kadang

oleh sutradara atau narator dibacakan ringkasan cerita.Ringkasan cerita inilah yang disebut

sinopsis. Sinopsis itu dibacakan dalam prolog.Plot dalam drama ceritanya dibagi atas

beberapa babak.Tiap babak dibagi pula atas beberapa adegan.

Jadi babak adalah bagian dari lakon drama. Untuk penanda dipakai perubahan dekor,

perubahan ini mencerminkan perubahan tempat kejadian atau waktu kejadian.

Adegan atau bagian babak ditandai dengan munculnya pelaku baru.

Alur dalam drama mengikuti tahap:

a. Tahap perkenalan

b. Tahap timbulnya pertikaian atau konfliks

c. Tahap klimaks

d. Tahap penyelesaian atau peleraian

2. Pelaku dan Gerak

Sutradara memilih pelaku setelah membaca naskah drama.

Perkenalan watak tokoh kepada penonton melalui :

a. Bentuk tubuh

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 2 -

STANDAR KOMPETENSI : MendengarkanMemahami penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama

KOMPETENSI DASAR : 1.1 Mengidentifikasi penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama

INDIKATOR : Menentukan tokoh dan perannyaMenyimpulkan sifat tokoh berdasarkan dialog tokoh disertai alasannyaMenentukan latar dan fungsi latar

Page 3: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

b. Gerak-gerik (akting)

c. Gerak air muka (mimik)

d. Dialog pelaku-pelaku

Gerak yang berlebihan atau over acting akan mengaburkan watak, dan mengganggu.Pelaku

harus larut dalam tokoh yang diperankannya.Penghayatan peran mutlak harus dikuasai oleh

pelaku.

Untuk lebih menghayati tokoh yang diperankan, terlebih dulu menjalani reading.

Yaitu membaca naskah drama dengan para pelaku lainnya,agar cerita dikuasai.

3. Dialog

Dialog adalah percakapan antartokoh.

Dalam dialog diusahakan benar tidak ada yang luput dari pendengaran penonton, sehingga

menggaburkan isi. Sebab ucapan-ucapan itu merupakan rentetan cerita.

Ada dua tugas dialog dalam drama yaitu:

a. Menerangkan isi cerita

b. Memperkenalkan para pelaku dan wataknya

4. Latar Belakang Tempat dan Waktu

Latar belakang tempat dan waktu dapat dilakukan dan dicirikan dari dekorasi atau hiasan

pentas.Dekorasi mencakup segala perlengkapan alat-alat rumah tangga, meja,kursi, tempt

tidur, dan lain-lain

5. Tata Rias

Tata rias dipakai sewaktu akan merias tubuh, mengubah yang jelek menjadi baik, misalnya

wajah muda menjadi tua. Penggunaan tata rias yang baik akan membantu dalam memahami

cerita

6. Tata Busana

Pengertian tata busana atau kostum ialah segala sandangan dan perlengkapan yang dikenakan

dalam pentas. Pakaian yang tampak dikenakan akan memperkuat watak atau kesan yang

dibawakan oleh pelaku

7. Tata Bunyi (musik)

Musik yang ditumbuhkan dalam suatu drama bertujuan untuk menghidupkan suasana latar

atau lakon.Musik juga dipakai sebaga awal,penutup,dan penggabung adegan yang

berlangsung atau akan berlangsung.

8. Tata Lampu

Menerangi dan menyinari tidaklah sama.

Menerangi adalah menggunakan lampu hanya sekedar memberi terang,melenyapkan gelap.

Menyinari adalah membuat bagian-bagian tertentu di pentas agar penonton terpusat perhatian

pada suatu tempat tertentu sehingga tempat lain walaupun juga diterangi akhirnya tidak

tampak menonjol.

Tujuan dari tata lampu adalah menjelaskan bagaimana suasana yang digambarkan dalam

setiap babak.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 3 -

Page 4: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tugas Individu

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1. Kata drama berasal dari bahasa..............................................................................................

2. Konfliks dan klimaks terdapat dalam unsur intrinsik drama ,yaitu ......................................

3. Mengapa tata rias dibutuhkan dalam pementasan drama?

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

4. Jelaskan maksud menerangi dengan menyinari!

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

5. Tuliskan cara-cara menentukan watak tokoh dalam pementasan drama!

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

6. Dalam naskah drama tertulis pelaku utama sibuk di sebuah kantor penerbitan sedang

mengerjakan laporan yang harus siap hari itu juga, pada pementasan drama latar apa saja

yang harus disiapkan ! ...........................................................................................................

7. Ines : ”Wah..... bagus sekali tanaman ini”

Dewi : ” Terang aja tuh ......lihat berapa harganya!”

Ines : ” Hah.....dua juta, nggak salah Pak? Tanaman daun kecil begini”

Pak Surya : ” Iya Mbak ini namanya Anturium jadi yah memang mahal”

Ines : ” Kalau dibelikan krupuk dapat berapa yah Wi?”

Dewi : ”Eh ...Non, Anturium disamain sama krupuk,dasar nggak gaul”

Berdasarkan dialog kutipan teks drama di atas, latar yang tampak

adalah .....................................................................................................................................

................................................................................................................................................

...........

8. Berdasarkan kutipan teks drama di atas watak Ines adalah......................................................

................................................................................................................................................

9. Apa saja tugas dialog dalam drama?.......................................................................................

................................................................................................................................................

10. Apakah yang dimaksud dengan monolog dan prolog ? ..............................................

................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 4 -

Page 5: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menganalisis kesesuaian penokohan, dialog, dan

latar dalam pementasan drama

MATERI

Tokoh, Dialog, dan Latar dalam Drama

Keadaan fisik, pakaian, cara berbicara, cara berhubungan dengan tokoh lain, dan lain-lain

merupakan penggambaran karakter tokoh.

Perwatakan dan penokohan adalah pelukisan dan penciptaan tokoh oleh pengarangnya

Cara Membangun Karakter Tokoh

Karakterisasi merupakan salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, baik itu drama,

cerpen atau novel. Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas

dari karya fiksi tersebut.

Bagaimana membangun karakter tokoh cerita yang baik?

Ada beberapa cara membangun karakter dalam Drama yaitu:

a. Melalui ucapan-ucapan si tokoh

Orang yang sopan tentu berbeda cara ngomongnya dengan orang yang bengal. Orang pemarah

tentu beda cara ngomongnya dengan orang yang penyabar. Pedagang tentu beda cara bicaranya

dengan pegawai swasta. Orang Medan punya logat dan dan istilah-istilah yang berbeda dengan

orang Solo. Demikian seterusnya. Penulis yang baik harus bisa menampilkan ucapan atau

dialog yang benar-benar sesuai dengan sifat, profesi, golongan, etnis, tempat tinggal, dan

sebagainya, dari si tokoh tersebut.

b. Melalui pemberian nama

Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilakunya.

Tapi pada dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk membangun karakter

yang berbeda-beda. Misalnya, nama Dewi cenderung berkesan anggun dan keibuan. Sedangkan

nama Susan cenderung berkesan centil dan genit.

Pemberian nama juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita dan karakter etnis dari tokoh

tersebut. Misalnya, aneh rasanya jika kita menceritakan seorang tokoh yang beragama Kristen,

tapi dia bernama Abdullah. Atau, kita menceritakan seorang tokoh yang ber-etnis sunda, sejak

lahir hingga dewasa tinggal di Sukabumi, tapi dia bernama Michael. Kalaupun kita harus

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 5 -

STANDAR KOMPETENSI : MendengarkanMemahami penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan dramaKOMPETENSI DASAR : 1.2 Menganalisis

kesesuaian penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama

INDIKATOR : Menganalisis kesesuaian penokohan dengan isi ceritaMenganalisis kesesuaian dialog dengan isi ceritaMenganalisis kesesuaian latar dengan isi cerita

Page 6: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

memberikan nama seperti itu, hendaknya ada bagian tertentu pada cerita kita yang berisi

penjelasannya secara logis.

c. Melalui diskripsi fisik tokoh

Ini adalah cara yang cukup umum dan gampang.Melalui bentik tubuh atau wajah tokoh yang

digambarkan kita dapat menemukan bukti-bukti yang dapat memperkuat karakter tokoh.

Misalnya, “Ines digambarkan gadis sederhana tidak pernah berdandan, juga ramah ia selalu

memulai ucapannya dengan senyuman.”

d. Melalui pendapat tokoh-tokoh lain

Contoh:

Nia : “Joko itu pelit banget deh. Masa udah ketahuan di dompetnya banyak duit, dia masih

bela-belian ngaku lagi bokek!”

e. Melalui sikap atau reaksi si tokoh terhadap kejadian tertentu

Contoh:

Ketika seorang anak memecahkan gelas, apa yang dilakukan ibunya? Dalam hal ini, kita harus

merumuskan dulu, bagaimana karakter si ibu. Apakah dia pemarah, penyabar, suka mencaci-

maki, dan sebagainya.

Jika yang kita ceritakan adalah seorang ibu yang penyabar dan penuh pengertian, kita tentu

tidak akan menampilkan dirinya yang marah dan memaki-maki hanya karena anaknya

memecahkan gelas. Demikian seterusnya. Intinya, reaksi seorang tokoh terhadap sebuah

kejadian haruslah sesuai dengan karakternya.

Masih banyak cara lain yang bisa digunakan untuk membangun karakter tokoh. Namun cara-

cara di atas adalah yang paling umum.

Untuk membangun karakter yang seunik mungkin, tak ada salahnya jika kita memperkuat

karakter seorang tokoh dengan “menempeli” dirinya dengan hal-hal unik. Coba simak kutipan

berikut:

Jason : (nyengir) “Enggak juga, kok. Banyak juga cewek cakep yang enggak

jual mahal, kok. contohnya si Susi, kok.”

Gege : (geli dengerin cara ngomong Jason yang enggak pernah lupa pake

‘kok’). “Iya, tapi kalo elu ngomong, ‘kok’-nya enggak usah dibawa

terus. Entar kececer, tau rasa lu!”

Jason : “Biarin, kok. Elu mau apa, kok?” (Jason jadi sewot karena kebiasaan

lamanya mendapat kritikan)

Dialog

Dialog dalam drama sangatlah penting. Dari dialoglah kita dapat mengerti keseluruhan makna

dari drama tersebut. Oleh karena itu dialog-dialog haruslah wajar, almiah, jelas, dan sesuai

dengan lakuannya sehingga pementasan menarik hati penonton.

Jangan menganggap enteng kekuatan dialog dalam mendukung penokohan karakter,

sebaliknya dialog harus mampu turut bercerita dan mengembangkan cerita . Jangan hanya

menjadikan dialog hanya sebagai pelengkap untuk menghidupkan tokoh. Tiap kata yang ditaruh

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 6 -

Page 7: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

dalam mulut tokoh-tokoh juga harus berfungsi dalam memunculkan tema cerita. Jika ternyata

dialog tersebut tidak mampu mendukung tema, ambil langkah tegas dengan menghapusnya.

Tugas Individu :

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !

1. Penggambaran karakter tokoh dalam drama dapat dilakukan dengan cara...............................

...................................................................................................................................................

2. Berikan pendapatmu mengapa dalam drama perlu diperhatikan penggambaran watak tokoh

secara detail?

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

3. Mengapa dialog sangat penting dalam sebuah drama? Berikan pendapatmu yang logis!

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

4. Buatlah satu contoh penggambaran karakter tokoh melalui pendapat tokoh-tokoh

lain!

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

5. Mengapa Karakter yang kuat akan membuat pembaca seolah-olah berhadapan dengan tokoh

yang nyata, dan ini tentu membuat penonton jatuh cinta pada drama yang ditontonnya?

Berikan alasan logis!

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

Tugas Kelompok

Bentuklah kelompok yang terdiri dari tiga orang dalam satu kelompok. Diskusikanlah kutipan

drama berikut, dengan mengisi tabel yang tersedia!

Judul : Kalau Hati Membara

Para Pelaku : Selly (Pelajar SMA berusia 17 tahun)

Raynaldi ( Pelajar SMA kelas XI)

Ayu ( Pelajar SMA Kelas X)

Bapak Abul (Guru Matematika berusia 40 tahun)

Ilham (Teman Ray)

Bagas (Teman Ray)

(Panggung menggambarkan ruang kelas yang ramai oleh obrolan setiap siswa. Hari itu pukul

10.00 pagi suasana kelas masih gaduh selepas istirahat guru yang mengajar belum masuk kelas.

Terlihat seorang pria dengan rambut tegak brdiri dan raut muka yang masam sedang asyik

mencoret-coret kertas di depannya, matanya sesekali melihat ke bangku di ujung pintu dimana

ada dua orang gadis dan seorang pria sedang asyik bercakap-cakap. Hatinya marah karena

baru satu hari gadis berbando merah itu ia putuskan)

Raynaldi : (berbicara sendiri)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 7 -

Page 8: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Berani sekali dia mesra di depan mataku. Dasar sampah (ditekannya ujung

pulpen sehingga kertas menjadi robek)

Ilham : aduh Bos, kok menung aja kelihatannya nih? (teman Ray yang memang

satu kelompok nongkrong di kantin mucl sambil duduk di sebelahnya) Ada

apa Bos?

Raynaldi : ah... sudah mau tahu aja, nggak ada kerjaan lu yah? (matanya nanar ke

sudut yang sedari tadi menjadi perhatiannya.

Ilham : oh...oh...oh.. MG, ada api nih ceritanya... alah Bos banyak tuh yang masih

mau antri sama Bos. Gimana kita sebarkan formulir isian biar Bos nggak

jombloh lagi? (Ilham mengambil buku dari tangan Ray kemudian mulai

menulis-nulis nama-nama teman-teman perempuannya)

Raynaldi : Udah gue bilang BUKAN urusan lu! (Marah dan mengambil buku dari tangan

Ilham, kemudian pergi ke luar kelas)

Aspek Analisis PENILAIAN

Kesesuaian penokohan dengan isi cerita

Alasan analisis

1 2 3 4 5

Kesesuaian dialog dengan isi cerita

Alasan analisis

Kesesuaian latar dengan isi

Alasan analisis

1 = tidak sesuai 2 = kurang sesuai 3 = cukup sesuai 4 = sesuai 5 = sangat sesuai

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 8 -

Page 9: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan perwatakan (karakterisasi)

tokoh dalam cerpen atau novel dengan menunjukkan kata-kata atau kalimat yang mendukung,

menjelaskan latar yang mendukung emosi tokoh, menentukan tema dan amanat dikaitkan dengan

masalah sosial budaya dalam teks,mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti

yang mendukung, menyimpulkan isi cerpen atau novel

MATERI

UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN DAN NOVEL

1. Tema

2. Penokohan dan Perwatakan

3. Alur / Plot

4. Sudut Pandang

5. Setting / Latar

6. Gaya Bahasa

Karya sastra merupakan cermin kehidupan masyarakat pada suatu bangsa. Melalui kepekaan

imajinasinya para sastrawan mengabdikan peristiwa kehidupan ke dalam karyanya. Salah satu di

antaranya adalah cerpen dan novel.

Pada pelajaran ini kita akan menentukan perwatakan (karakterisasi) tokoh dalam cerpen dan

novel dengan kalimat-kalimat yang mendukung. Serta betapa pentingnya latar atau setting dalam

sebuah cerita pendek atau novel

CERITA PENDEK (CERPEN)

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif

fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya

fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena

singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh,

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 9 -

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara2.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan bercerita, berdeklamasi, dan membawakan dialog dramaKOMPETENSI DASAR : 2.1 Menceritakan secara lisan narasi yang

berasal dari cerita pendek atau novel yang pernah dibacaINDIKATOR : Menentukan perwatakan (karakterisasi) tokoh dalam cerpen atau novel dengan menunjukkan kata-kata atau kalimat yang mendukung

Menjelaskan latar yang mendukung emosi tokoh

Menentukan tema dan amanat dikaitkan dengan masalah sosial budaya dalam

teks

Mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti yang mendukung

Menyimpulkan isi cerpen atau novel

Page 10: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.

Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.

Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan

cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya

novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh

dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov

Unsur dan ciri khas

Ciri-ciri Cerpen

1. ceritanya singkat

2. memusatkan perhatian pada satu kejadian

3. mempunyai satu plot

4. menggambarkan tokoh cerita menhadapi suatu konfli untuk menyelesaikan masalah

5. setting yang tunggal

6. jumlah tokoh yang terbatas

7. sanggup meninggalkan suatu kesan dalam pembaca

NOVEL

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita.

Penulis novel disebut novelis.

Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita".

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak

dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel

bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik

beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.

Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih

kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak Novel

Ia merupakan antara genre sastra selain daripada cerpen, puisi, drama dan esai kritikan.

‘Novel’ bermaksud kisah rekaan atau cerita rekaan [cerkan] yang panjang. Berasal dari bahasa

Italia, novella yang bermakna ‘perkhabaran baru’.

PERBEDAAN CERPEN DENGAN NOVEL

CIRI CERPEN NOVEL

Jumlah perkataan 2000-5000 35 000

Jumlah halaman [A4] 10-25 100 [minimum]

Waktu membaca 20-30 minit 2 jam

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 10 -

Page 11: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Kategori - Cerpen [short story]

- Cerpen pendek

[short short story]:

* cerkan imbasan

[flash fiction]

* cerkan mikro

[micro fiction]

* cerkan kejutan

[sudden fiction]

- Cerpan [long short story]

- Novelette

Pengembaraan [travelogue]

Seram/misteri

Penyiasatan

Cinta

Politik

Sejarah

Agama

Kanak-kanak

Remaja

Autobiografi/Biografi

Picisan

Unsur-unsur intrinsik Tema, plot, latar,

watak/perwatakan, gaya

bahasa, sudut pandangan

Tema, plot, latar,

watak/perwatakan, gaya bahasa,

sudut pandangan

Tema Satu Satu

Plot Tunggal Banyak

Latar tunggal Kompleks

Watak/perwatakan sederhana Kompleks

Gaya bahasa sederhana Kompleks

Sudut pandangan sedikit Kompleks

Penokohan

Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah cerpen cukup memiliki sekitar tiga tokoh utama saja,

karena terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita Anda. Jangan terlalu terbawa

untuk memaparkan sedetail-detailnya latar belakang tiap tokoh tersebut. Tentukan tokoh mana

yang paling penting dalam mendukung cerita dan fokuskan diri padanya. Jika Anda memang

jatuh cinta pada tokoh-tokoh Anda, pakailah mereka sebagai dasar dalam novel Anda kelak.

Membangun karakter tokoh?

 Secara teori, cerpen harus mempunyai tokoh utama (protagonis) yang menjadi lakon.

Untuk membangun karakter tokoh, penulis harus menghayati betul karakter sang tokoh. Kalau

tokoh itu seorang koruptor, kita mungkin bisa membayangkan si tokoh selalu tidak puas dengan

hartanya, punya beberapa rumah dan mobil mewah, perutnya buncit, wajahnya klimis, anak

istrinya dalam gelimang harta, dan sebagainya.

Buatlah tokoh itu menjadi hidup. Sebab, kekuatan cerpen adalah ketika tokoh menjadi

hidup d`an cerita seolah betul-betul nyata.

Setting

Cerpen hanya memiliki jumlah kata-kata yang terbatas untuk menyampaikan pesan, maka dalam

memilih setting cerita dengan hati-hati. Disini berarti bahwa setting atau tempat kejadian juga

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 11 -

Page 12: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

harus berperan untuk turut mendukung jalannya cerita. Hal itu tidak berarti harus selalu memilih

setting yang tipikal dan mudah ditebak. Sebagai contoh, beberapa setting yang paling

menakutkan bagi sebuah cerita seram bukanlah kuburan atau rumah tua, tapi tempat-tempat biasa

yang sering dijumpa pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka. Buatlah agar pembaca juga

seolah-olah merasakan suasana cerita lewat setting yang telah dipilih tadi.

Baca dan cermati cerpen di bawah ini !

Pesta Syukuran

(Cerpen Manaf Maulana)

Pak Mahdi sudah tampil rapi, berpeci hitam, berbaju koko putih dan bersarung kotak-

kotak biru. Ia berdiri di ambang pintu pagar rumahnya, menyambut tamu undangan. Kemarin,

surat undangan syukuran sebanyak 200 lembar telah dikirimkan ke rumah-rumah tetangga

sekitar dan teman-teman dekat.

Di ruang keluarga yang cukup luas mirip aula itu, Bu Mahdi sibuk mempersiapkan

hidangan ala prasmanan dengan menu istimewa. Di atas meja panjang yang terbalut kain hijau,

ada gule dan sate kambing, sate ayam, ayam bakar, ayam goreng, opor ayam, bestik daging sapi,

sop buntut, acar, sambal hati. Juga ada berbagai macam buah segar: apel merah, anggur hijau,

jeruk impor, peer dan pisang mas.

Dengan wajah berseri-seri, Pak Mahdi melirik arlojinya. Sudah jam 19:30. Ia menduga,

tamu undangan akan hadir tepat pada jam 20:00, sesuai waktu yang tertulis di dalam surat

undangan. Menit-menit berlalu, dan ketika arlojinya sudah menunjukkan jam 19:55, belum ada

satu pun tamu yang hadir. Bu Mahdi tergopoh-gopoh keluar dari ruang keluarga, setelah selesai

mempersiapkan hidangan istimewa itu.

"Kok belum ada yang datang, Pak?" tanyanya dengan wajah tegang.

"Mungkin orang-orang di lingkungan perumahan ini sangat disiplin, Bu. Mereka

mungkin akan datang tepat pukul delapan. Lima menit lagi," jawab Pak Mahdi dengan wajah

yang juga tiba-tiba nampak tegang.

Bu Mahdi mencibir. "Uh! Menghadiri undangan pesta kok dipas jamnya. Dasar sok

disiplin," gerutunya dengan kesal. Pak Mahdi juga mulai dilanda kesal, karena belum juga ada

seorang pun tamu undangan yang hadir di rumahnya. Ia mulai bertanya-tanya, kenapa tetangga-

tetangga dekatnya juga belum hadir? Apakah mereka sedang tidak ada di rumah? Ia memang

belum mengenal semua tetangganya, karena baru saja pindahan sepekan lalu. Rumah barunya

yang megah berlantai dua itu terletak di tengah-tengah lahan kosong di tengah perumahan itu.

Dulu, ia membeli sejumlah kaplingan sekaligus, dan di bagian tengah kaplingan itulah ia

mendirikan rumah megahnya itu. Kini, rumahnya itu satu-satunya rumah termegah di kawasan

perumahan itu. Rumah-rumah tetangganya hanya bertipe 21 dan 36.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 12 -

Page 13: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

"Mungkinkah semua tetangga dan teman-teman dekatmu tidak ada yang bersedia hadir,

Pak?" tanya Bu Mahdi dengan wajah kesal."Sabarlah, Bu. Mungkin sudah menjadi kebiasaan di

kampung ini, jika menghadiri undangan selalu terlambat." Pak Mahdi mencoba menghibur diri

"Tapi ini sudah lewat lima belas menit, Pak." Kembali Pak Mahdi melirik arlojinya.

Memang sudah lewat lima belas menit dari jam delapan. Wajah Bu Mahdi dan Pak Mahdi

semakin tegang, karena menit-menit terus berlalu, tapi belum juga ada satu pun tamu undangan

yang hadir. Tiga orang pembantu dan dua sopirnya nampak tersenyum-senyum di ambang pintu

ruang keluarga. Mereka pasti berharap agar pesta syukuran itu gagal, atau hanya dihadiri

sebagian kecil tamu undangan. Sebab, jika pesta syukuran itu gagal atau hanya dihadiri

sebagian kecil tamu undangan, maka akan ada banyak sisa hidangan yang bisa dibawa pulang

untuk dinikmati bersama keluarga di rumah.

Kini sudah jam 21 kurang 10 menit. Dan tetap belum ada seorang pun tamu undangan

yang hadir. Dengan kesal, Pak Mahdi kemudian mencoba menelepon teman-teman dekat yang

telah diundangnya. Tapi ternyata mereka semua mematikan hp-nya. Sedangkan telepon di rumah

mereka juga tidak bisa dihubungi.

"Apa perlu kita menyuruh sopir-sopir itu untuk mengingatkan tetangga-tetangga dekat

agar segera hadir, Pak?" Bu Mahdi bingung. ”Ah, tak usah repot-repot, Bu."

"Tapi bagaimana kalau pesta syukuran malam ini gagal, Pak?"

"Kalau tidak ada yang bersedia datang, kita justru tidak repot-repot, Bu."

"Kamu ini bagaimana sih, Pak?"

"Ah, sudahlah, Bu. Yang penting, nadzar kita mengadakan pesta syukuran sudah kita

lakukan. Dan kalau ternyata tidak ada yang datang, bukan urusan kita. Hidangan yang sudah

kita sajikan, bisa dibawa pulang oleh sopir-sopir itu."

Bu Mahdi kemudian bungkam. Tapi hatinya risau. Ia menduga, semua tetangga dan

teman-teman dekat sudah tahu betapa Pak Hasan adalah pejabat yang korup. Rumah megah itu

juga hasil dari korupsi.

"Kalau sampai pukul sembilan nanti belum ada tamu yang hadir, kita tutup saja pintu

pagar ini, dan semua lampu dipadamkan, Bu. Aku sudah capek, ingin segera tidur. Besok aku

punya banyak acara penting. Ada rapat di hotel." Pak Mahdi nampak mulai putus asa..

Bu Mahdi kemudian bergegas masuk ke kamar tidurnya. Rasa kesal bercampur sedih

tidak bisa dibendungnya. Ia terpekur sambil bercermin di meja rias. Kini, ia seolah-olah sedang

ditelanjangi oleh tetangga dan teman-teman dekat. Mereka tidak bersedia hadir pasti karena

tidak sudi menikmati hidangan yang berasal dari uang hasil korupsi.

Kini, di mana-mana memang sedang ada gerakan mengutuk para koruptor. Kini, semua

pejabat yang hidup bermewah-mewahan dan punya rumah megah telah menjadi pergunjingan

masyarakat di sekitarnya. Dan sejak muncul gerakan mengutuk para koruptor, Pak Mahdi

nampak risau. Lalu, Bu Mahdi menyarankan untuk mengadakan acara pesta syukuran dengan

mengundang semua tetangga dan teman-teman dekat. Dalam pesta syukuran itu, selain

menikmati hidangan istimewa, semua tamu diminta untuk membaca doa bersama yang akan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 13 -

Page 14: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

dipimpin oleh seorang ulama. "Kalau rumah yang kita bangun sudah kita tempati, kita memang

harus mengadakan pesta syukuran, Bu," kata Pak Mahdi. Lalu Bu Mahdi bilang bahwa kata Pak

Mahdi itu sebagai sebuah nadzar yang harus dilaksanakan. Dan kini, nadzar itu sudah

dilaksanakan, tapi ternyata terancam gagal total.

Pak Mahdi tiba-tiba menyusul Bu Mahdi ke kamar. "Pintu pagar sudah ditutup, Bu. Ayo

tidur saja. Biarkan saja sopir-sopir dan pembantu-pembantu itu menikmati hidangan yang ada."

Bu Mahdi menangis. "Rupanya semua orang sudah tahu kalau kamu korupsi, Pak."

"Ah, persetan, Bu. Yang penting, tidak akan ada proses hukum yang bisa mengadili para

koruptor seperti aku. Kalau kita dikucilkan di dalam negeri, masih ada tempat untuk hidup

nyaman di luar negeri. Aku bisa mengikuti para seniorku yang kini hidup nyaman di negara-

negara lain."

Esoknya, Pak Mahdi dan Bu Mahdi sibuk menerima telepon dari teman-teman dekat yang

tidak bisa menghadiri undangan pesta syukuran. Kebanyakan mereka tidak bisa hadir karena

ada udzur berupa musibah. "Maaf ya, Pak Mahdi. Saya dan nyonya tidak bisa hadir, karena

mendadak ada kerabat dekat yang meninggal dunia."

"Maaf, ya Bu Mahdi. Saya dan suami tidak bisa hadir, karena anak kami tiba-tiba sakit

dan harus dibawa ke rumah sakit."

"Aduh, saya minta maaf karena tidak bisa hadir. Maklumlah, kami sedang berduka atas

wafatnya anjing kesayangan kami."

"Sungguh, kami sedianya sudah bersiap-siap untuk hadir. Tapi mendadak ban mobil kami

meledak, sedangkan ban serepnya baru saja dipinjam tetangga dekat."

Pak Mahdi dan Bu Mahdi sangat kesal sehabis menerima telepon. Sebab, semua teman

dekatnya meminta maaf karena tidak hadir gara-gara mengalami musibah.Seolah-olah mereka

mengatakan bahwa musibah yang dialaminya disebabkan oleh undangan pesta syukuran itu.

Mereka seolah-olah ingin mengatakan bahwa jika mereka hadir pasti akan tertimpa musibah

yang lebih besar.

Kini, Pak Mahdi dan Bu Mahdi semakin yakin, betapa semua teman dan tetangga sudah

memandangnya sebagai manusia yang menjijikkan. Mereka tidak bersedia menghadiri undangan

pesta syukuran pasti karena jijik.

"Gagalnya pesta syukuran yang kita laksanakan, justru membuatku semakin bergairah

mencari banyak uang untuk bekal hidup di luar negeri, Bu. Rasanya kita tidak akan bisa nyaman

lagi tinggal di dalam negeri. Masa tugasku tinggal satu tahun. Waktu satu tahun akan kugunakan

untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya," tutur Pak Mahdi dengan menerawang jauh.

Terbayang para seniornya yang kini sedang main golf dan main catur di Singapura.

**

Gerakan mengutuk para koruptor semakin marak di mana-mana. Pak Mahdi dan Bu

Mahdi semakin risau. Dan di pagi itu, ketika sedang menikmati kopi dan roti di beranda

belakang, tiba-tiba pembantu-pembantu dan sopir-sopirnya mendekat dan berpamitan. Mereka

mengaku takut, karena rumah megah berlantai dua itu terasa angker. Mereka juga mengaku

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 14 -

Page 15: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

sering bermimpi buruk dan mengerikan. Dalam mimpi mereka seolah-olah melihat rumah megah

berlantai dua itu sedang terbakar, dan mereka terperangkap di dalam kobaran api. Dan sejak

kehilangan semua pembantu dan sopirnya, Pak Mahdi dan Bu Mahdi merasa sedih, tegang dan

takut menghuni rumah barunya yang megah berlantai dua itu. Seolah-olah rumahnya itu

bagaikan penjara yang mengurungnya. Kini, semua sanak familinya juga semakin menjauh.

"Sebaiknya kita menyusul anak-anak, Pak." Bu Mahdi tak tahan lagi tinggal di rumah

megah itu. Terbayang selalu dua anaknya yang kini sedang kuliah di Singapura

"Ya, Bu. Kita memang harus segera menyusul mereka, untuk mencari tempat tinggal di

sana. Mereka tidak usah pulang setelah selesai kuliah. Biarlah mereka tetap di sana."

"Rumah ini harus segera dijual, Pak." Pak Mahdi setuju, tapi menjual rumah megah

sekarang tidak mudah. Ia teringat sejumlah seniornya yang kesulitan menjual rumah megah, lalu

terpaksa ditinggalkan begitu saja. "Sebaiknya kita memasang iklan di koran-koran, juga

pengumuman di pintu pagar bahwa rumah ini dijual, Pak," usul Bu Mahdi.

Tanpa bicara lagi, Pak Mahdi segera memasang iklan di koran-koran dan papan

pengumuman di pintu pagar. Dan hari-hari selanjutnya, Bu Mahdi terpaksa sibuk di dapur,

menyapu lantai, mencuci pakaian, belanja ke pasar, karena tidak bisa lagi mencari pembantu.

Pak Mahdi juga terpaksa pergi dan pulang kantor dengan menyetir mobilnya sendiri, karena

tidak bisa mencari sopir lagi.

"Ada surat undangan pesta syukuran dari Pak Samad," ujar Bu Mahdi sambil

menyerahkan surat undangan tanpa amplop selebar kartu pos itu, ketika Pak Mahdi baru pulang

kantor, sore itu.

"Pak Samad mengadakan pesta syukuran? Memangnya barusan memperoleh rejeki dari

mana tukang becak itu?"

Pak Mahdi nampak heran. Ia tahu, Pak Samad sehari-hari menjadi tukang becak.

Rumahnya di seberang lahan kosong, sebelah timur, yang setiap hari dilaluinya ketika ia pergi

dan pulang kantor. Rumah Pak Samad hanya tipe 21.

Dengan dorongan rasa ingin beramah tamah dengan para tetangga, Pak Mahdi bersedia

menghadiri undangan Pak Samad. Ia tiba di rumah Pak Samad tepat waktu. Dan ia heran,

karena halaman rumah Pak Samad sudah dipenuhi oleh tamu undangan.

Wajah Pak Samad berseri-seri ketika menjabat tangan Pak Mahdi. "Maaf, Pak. Silahkan

duduk. Tempatnya kotor," ujarnya sambil menunjuk selembar tikar yang terpaksa digelar di tepi

jalan, karena semua kursi sudah diduduki oleh tamu.

Dengan berat hati, Pak Mahdi duduk lesehan di atas tikar, sehingga perutnya yang

gendut terasa pegal. Pantatnya juga terasa nyeri, karena hamparan aspal di bawah tikar kurang

rata.

Sebentar kemudian, Pak Samad duduk di samping Pak Modin yang ditunjuk untuk

menjadi pemimpin doa bersama. Dan sebelum berdoa, Pak Modin menjelaskan bahwa tuan

rumah mengadakan pesta syukuran sederhana itu karena telah mampu membeli becak baru.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 15 -

Page 16: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Dan setelah berdoa bersama, hidangan yang disajikan ternyata cuma sepiring nasi

goreng dan segelas teh manis. Semua hadirin menikmati hidangan pesta syukuran yang sangat

sederhana itu. Pak Mahdi nampak muak dan ingin muntah, ketika baru saja menelan sesendok

nasi goreng yang terasa sangat hambar itu. Tapi, anehnya, wajah semua hadirin nampak

berseri-seri menikmati nasi goreng itu.***

Tugas Individu

1. Analisislah tokoh-tokoh cerita pendek di atas berdasarkan karakternya! Sertakan data teks

sebagai pendukungnya!

Nama Tokoh Karakternya Data Teks Pendukung

2. Analisislah latar cerita pendek di atas berdasarkan emosi tokoh ! Sertakan data teks sebagai

pendukungnya!

Latar Emosi Tokoh Data Teks Pendukung

3. Cocokkan hasil pekerjaanmu dengan teman semejamu! Lakukan kegiatan saling melengkapi !

No Tertulis Seharusnya

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 16 -

Page 17: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Menceritakan salah satu cerita pendek

dengan alat peraga, mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti yang

mendukung.

Materi

Bercerita dengan alat peraga sebuah cerita pendek

Bisakah kamu bercerita? Aktifitas ini adalah aktifitas berbicara, namun berbicara untuk

orang lain. Artinya orang lain harus paham apa yang kita ceritakan.

Hal-hal yang harus diperhatikan bila kita akan bercerita :

Gunakan intonasi yang baik, untuk membedakan keadaan marah, merayu, heran,

takjub, sedih

Suara dan lafal kita harus terdengar jelas supaya pendengar cerita kita paham apa yang

kita ceritakan

Ekspresi wajah ketika bercerita mendukung dan sesuai tokoh yang kita ceritakan

Lakukan gerakan (gestur) untuk mendukung cerita

Pakailah alat peraga untuk membantu kita dalam bercerita

Lihat situasi pendengar dan kesiapannya mendengarkan cerita kita

Fungsi alat peraga sebagai media cerita

1. Membantu pencerita dalam mendalami cerita yang akan ia bawakan

2. memperjelas isi cerita

3. memperjelas tokoh yang akan diceritakan

4. bercerita menjadi menarik dan penuh kejutan

Baca dan cermatilah cerpen berikut !

Pada Suatu Hari

Cerpen Ratna Indraswari Ibrahim

Wawancara yang dimohon wartawati baru itu, oleh Presiden dikabulkan. Padahal,

Annisa baru sepuluh bulan bekerja sebagai wartawati di media ini.(Kabar itu membengkakkan

rasa cemburu rekan-rekannya, yang lebih senior). Lagi pula, semua orang tahu, yang mulia

Presiden tidak mudah diwawancarai!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 17 -

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara2.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan bercerita, berdeklamasi, dan membawakan dialog dramaKOMPETENSI DASAR : 2.1 Menceritakan secara lisan narasi yang berasal dari

cerita pendek atau novel yang pernah dibacaINDIKATOR :

Menceritakan salah satu cerita pendek dengan alat peraga

Mendeskripsikan gaya penceritaan dengan memberikan bukti yang mendukung

Page 18: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Dalam wawancara, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Annisa. Selama

wawancara dengan Presiden, tidak diperbolehkan membicarakan politik, ekonomi, baik dalam

maupun luar negeri. Yang diperbolehkan hanya membicarakan hal-hal yang ringan. Wawancara

bertempat di serambi belakang istana (di mana tempat itu adalah bagian terindah dari istana).

Wawancara akan dilakukan pada jam dua siang. Annisa harus hadir lima belas menit

sebelum wawancara dimulai. Tidak diperkenankan membawa fotografer. Dan paling penting

yang harus diingat Annisa, tidak diperbolehkan memakai parfum. Presiden yang perokok berat

itu, alergi terhadap parfum. Padahal, tanpa parfum kesukaannya, Annisa merasa gamang.

Tepat lima belas menit sebelum jam dua siang, Annisa, 26 tahun, tinggi seratus tujuh

puluh sentimeter, bermata lebar, kulitnya cokelat seperti tanah yang baru dibasahi hujan, putri

bungsu dari empat bersaudara Bapak-Ibu Syahrul yang pengusaha, hadir di serambi belakang

istana. Jam dua siang tepat, yang mulia Presiden muncul dengan mengenakan baju warna gelap.

Tanpa senyum, mengulurkan tangannya kepada Annisa.

Ada perasaan galau dalam diri Annisa. Dia mencoba menetralisir pikirannya yang

kacau-balau (Terkagum-kagum kepada Presiden yang pernah dikenal dekat oleh bundanya).

Annisa tersedot. Sambil menyulut rokok yang digemarinya, Presiden berkata, "Anda bisa

memulai dengan pertanyaan pertama."

Annisa yang untuk selanjutnya disebut dengan inisial (A), dan Presiden dengan inisial

(P), memulai wawancara yang bagi Annisa, membuatnya gugup, berkeringat. (Bundanya pernah

berkata, akan sulit baginya, mewawancarai lelaki yang suka menjaga jarak dalam pembicaraan

mereka).

A: Di masa muda Bapak menyukai olahraga tenis, apakah Bapak masih sempat melakukan

olahraga itu?

P: Saya masih melakukannya pada setiap Sabtu siang. Tetapi, setiap memukul bola, pikiran saya

selalu tertumpu pada pekerjaan. Sehingga sulit memenangkan pertandingan yang saya adakan

dengan pegawai-pegawai di lingkungan istana ini.

A: Saya kira, Bapak sangat menyukai pekerjaan, padahal tahun ini Bapak genap berusia 60

tahun.

P: Kadang-kadang dalam usia ini, saya ingin sekali beristirahat untuk menikmati masa kerja

yang begitu panjang temponya. Tetapi, harus Anda ketahui, hal itu tidak akan pernah saya

lakukan. Karena, sekali lagi saya tegaskan, banyak pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

A: Bapak beranggapan kerja menjadi keseluruhan hidup ini?

P: Saya tidak bilang begitu. Karena kadang-kadang saya juga menikmati waktu senggang

dengan bermain tenis atau bermain dengan cucu-cucu saya. Keseimbangan itu bisa menyehatkan

siapa saja.

A: Apakah Bapak masih menyukai seni, seperti di masa muda? Karena Bapak pernah

menerbitkan beberapa kumpulan puisi. Saya dan Bunda suka puisi Bapak yang berjudul Bulan di

Atas Pohon Kenari.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 18 -

Page 19: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

P: Di masa muda adalah waktu yang mengasyikkan kala menciptakan puisi. Tapi itu sudah

lewat. Pikiran saya selalu melompat-lompat pada problem yang desak-mendesak di negeri ini.

A: Apakah Bapak kecewa?

P: Tidak. Setiap orang berada pada situasi batas, di mana kita tidak bisa memiliki banyak

pilihan.

A: Apakah sekarang Bapak masih suka nonton film seperti di masa muda?

P: Ya, film-film dokumenter, sejarah atau perang. Saya kurang suka menonton film roman.

Melihat film itu seperti melihat ilusi yang bisa meninabobokan kita semua.

A: Menurut beberapa ahli mode, Bapak menyukai model-model konservatif dan cenderung

menyukai warna gelap. Menurut majalah mode, Bapak adalah pria berbusana terbaik di tahun

ini. Bagaimana komentar Bapak tentang pendapat para ahli mode itu?

P: Sejak muda, saya tidak mempedulikan mode. Buat saya, asal enak dipakai saja.

A: Kalau hidup ini bisa diulang, profesi apa yang Bapak sukai?

P: Penyair, karena saya bisa terlibat dengan banyak manusia, menulis kristalisasi kehidupan.

A: Apakah dengan menjadi Presiden, kita tidak bisa mengkristalisasi kehidupan ini?

P: Ibu Annisa, pertanyaan Anda lepas dari koridor perjanjian semula.

A: Maaf, sekarang bagaimana pendapat Bapak tentang perempuan?

P: Saya suka perempuan yang konvensional. Ini bukan berarti saya tidak menyukai wanita

karier. Sebab, saya kira, pekerjaan apa pun pasti bisa menarik.

A: Bagaimana pendapat Bapak tentang cinta?

P: Saya kira, kita tidak bisa memanipulasi cinta. Untuk hal ini harus ada kerja sama.

A: Kalau saya boleh menyimpulkan, Bapak hanya mencintai kerja keras dan berharap semua

orang bisa meniru sikap Bapak. Lantas apa yang tidak Bapak sukai?

P: Sikap malas dan perasaan lemah.

A: Biasanya, perempuan dianggap lemah karena gampang menangis, bagaimana pendapat

Bapak?

P: Seharusnya perempuan yang tinggal di negeri ini bersikap rasional. Sebab, kehidupan di

zaman ini siap tempur dan desak-mendesak.

A: Kenyataannya sekarang banyak perempuan bahkan laki-laki yang cengeng. Itu terlihat pada

film-film, sinetron, novel-novel atau lagu yang mereka gemari.

P: Benar, di dalam buku saku saya, sudah ada rencana untuk menghimbau rakyat agar mereka

meninggalkan kecengengan itu.

A: Tapi, kalau kita bersikap yang sama, dunia ini akan kehilangan warnanya. Bagaimana

pendapat Bapak?

P: Paling penting adalah warna yang rasional.

A: Apakah Bapak masih bisa menikmati bunga yang mekar, misalnya?

P: Saya mencoba untuk tidak pernah terpesona pada segala hal.

A: Bagaimana pendapat Bapak tentang lomba go car yang baru-baru ini diadakan dan juara

pertamanya cucu Bapak yang baru berusia tiga belas tahun?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 19 -

Page 20: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

P: Sayang sekali, saya tidak sempat menyaksikan lomba tersebut. Yah, kelihatannya memang

menarik.

A: Bagaiamana pendapat Bapak tentang remaja masa kini?

P: Pada dasarnya saya berharap mereka bisa lebih kreatif. Ibu Annisa, saya kira wawancara ini

bisa ditutup sampai di sini saja!

**

Pada kesempatan itu Presiden membuka sebuah kotak berisi sebentuk cincin bermata mirah.

"Seharusnya kotak ini saya berikan pada Bundamu, tiga puluh lima tahun yang lampau, di hari

pernikahannya! Sekarang bisa kau berikan kepadanya. Bilang pada Ibumu, sebagai teman lama,

saya menyarankan dia tidak hanya membuat novel-novel yang bertemakan kelemahan-

kelamahan manusia saja."

Annisa gugup. Sebelum dia berbicara lebih lanjut, yang mulia Presiden berdiri. "Kamu

sangat mirip ibumu, Annisa! Tadi saya nyaris menyangka dialah yang hadir." Annisa gelagapan.

Dia merasa berhalusinasi ketika melihat kesedihan, cinta, kebencian, di mata laki-laki itu.

Bundanya pernah berkata, lelaki ini sulit mengungkapkan perasaannya. Pada waktu yang sama,

ayahnya melamar Ibunya. Sebelum Annisa sempat berucap apa-apa, lelaki itu bergegas

memasuki ruang kerjanya, melihatnya sepintas, kemudian menutup pintu ruang kerjanya!

**

Sore ini, di kamar, Annisa mencoba mengedit hasil wawancaranya dengan Presiden. Dia

merasa kesulitan dan capek. Secara iseng Annisa membuka chanel TV, kemudian dengan geram

mematikannya lagi, kala berita infotaiment sore itu mengatakan, Annisa berhasil mewawancarai

Presiden, yang biasanya sulit diwawancarai! Dan, kata presenternya, bagaimana Anissa bisa

semudah itu mewawancarai presiden.

Annisa berpikir, sebuah tembok mengelilinginya. Dia ingin menghancurkan tembok itu.

Annisa mengerti bahwa lelaki itu mirip orang yang dicintainya. Padahal saat ini Annisa sudah

bertunangan dengan lelaki lain.

Keputusan ini tidak mudah. Bundanya menganggap, dia tidak mengambil keputusan yang

tepat. Bundanya berkata, "Kalau tidak ada ketegasan dalam hubunganmu, mengapa kau harus

bertunangan dengan orang lain. Nduk, pernikahan itu tidak bisa disederhanakan, apalagi ketika

kau marah dengan pacarmu, kemudian bertunangan dengan orang lain."

Annisa tidak bisa menceritakan kepada Bundanya. Dia sekarang paham, cinta mereka

memunculkan pemberhalaan. Sehingga dia berpikir harus menghancurkan perasaan cintanya

sendiri sebelum menjadikan pacarnya sebagai berhala dari perasaannya itu. Tidak mudah

memang, seperti membelah diri sendiri. Apakah ini juga pernah dilakukan oleh Bundanya?

Diam-diam Annisa merasa Bundanya perempuan cerdas yang lebih punya intuisi

terhadap kehidupan perkawinannya. Pernikahan orang tuanya berjalan biasa-biasa saja. Sejak

kecil Annisa tidak melihat kejanggalan atau keburukan, dalam umur pernikahan mereka? Namun

Annisa tumbuh sebagai anak bungsu yang mendapat banyak perhatian dari orang tuanya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 20 -

Page 21: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Sebetulnya, ceritanya harus dimulai dari sini. Annisa merasa seperti kebanyakan

mahasiswa yang penuh cita-cita dan cinta. Namun gelisah terus-menerus. Sampai suatu kali dia

merasa muak dengan segala hal. Di ruang perpustakaan dia membaca, bertemu dengan seorang

laki-laki. Ini memang sebuah cerita klise. Namun, sejak itu perhatiannya tertumpah kepada laki-

laki itu saja. Sehingga Annisa seperti diseret ke dalam arus yang besar dan tidak bisa kembali.

Annisa tercekik dan putus asa. Cintanya sudah menjadi berhala yang berada di setiap sudut

ruang kuliah, kamarnya, bahkan di sebuah ruang yang paling privat. Sepertinya Annisa sudah

berteriak-teriak, berguling-guling untuk memutuskan itu.

Annisa mencoba mengalihkan pikirannya ke pekerjaan. Kemudian, untuk pertama kalinya

Annisa menyulut rokok kegemaran Presiden, mengurung diri dan bekerja keras tanpa

mempedulikan tunangannya yang memanggil-manggil di luar kamar. "Annisa, apa yang terjadi

denganmu? Beberapa hari ini aku tidak bisa menghubungi ponsel atau telepon rumahmu,"

katanya lembut. Annisa diam, diam saja. ***

Tugas Individu

1. Sebutkan pokok-pokok cerita yang terdapat di dalam cerita yang kamu baca!

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

2. Rangkailah pokok-pokok cerita yang telah sebutkan menjadi urutan cerita!

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

3. Hal apa saja yang ahrus diperhatikan ketika kita kan bercerita?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

4. Apa fungsi alat peraga dalam bercerita?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

5. Ceritakan dengan bahasamu sendiri cerita di atas di depan dengan urutan yang baik serta suara

lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat dengan alat peraga yang kamu buat !

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 21 -

Page 22: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mendeklamasikan puisi dari berbagai

angkatan dengan menggunakan volume suara dan irama yang sesuai.

MATERI

DEKLAMASI PUISI

Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang

membawa makna membaca sesuatu hasil sastra yang berbentuk puisi dengan lagu atau gerak

tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang

seirama dengan isi bacaan.

Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah

cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi

atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi.

Maksudnya di sini bahawa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud

deklamasi

Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950. Sedang orang yang

melakukan deklamasi itu disebut “Deklamator” untuk lelaki dan “Deklamatris” untuk perempuan

CARA BERDEKLAMASI

Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair dan sajak

atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan saja? Tentu tidak! Berdeklamasi,

selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-

syarat itu?

1. Memilih dulu pantun, syair, sajak apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan.

Terserah kepada keinginan masing-masing. Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun

atau syair yang memiliki isi yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 22 -

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara2.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan bercerita, berdeklamasi, dan membawakan dialog dramaKOMPETENSI DASAR : 2.2 Mendeklamasikan puisi dari berbagai angkatan dengan menggunakan volume suara dan irama yang sesuai

INDIKATOR : Mendeklamasikan puisi dengan lafal, intonasi, gerak, mimik, dan penghayatan

yang sesuaiMendiskusikan lafal, intonasi, gerak, dan penghayatan dalam pendeklamasian

puisiMenjelaskan pilihan kata dan keterkaitan dengan maknaMenjelaskan fungsi pilihan kata dan keterkaitan dengan rima dan irama

Page 23: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

hal isi tentunya dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan daripada mereka yang lebih

berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi.

2. Menafsirkan Puisi

Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian, kesedihan,

kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang kita pilih itu mengandung

kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka kitapun harus mendeklamasikan puisi

tersebut dengan perasaan dan perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang

yang gagah berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana kehebatan

dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mengucapkan kata-kata yang seram dan

menakutkan.

Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu kita

berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan memilukan, bahkan

harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang mendengar dan melihat kita sedih,

ketika dideklamasikan menjadi sebuah puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya.

Tentu saja hal-hal seperti itu harus dijaga benar-benar. Karena itu, harus berhati-hati,

teliti, tenang dan sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.

Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang

dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar dan tanda-tanda

baca yang kurang jelas harus difahami benar-benar, Jika sudah dimengerti dan diselami isi

puisi itu, barulah kita meningkat ke soal yang lebih lanjut.

3. Menafsirkan Isi untuk Mendeklamasikan Puisi

Cara mengucapkan puisi itu tak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk kepada aturan-

aturannya: di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus

berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan

sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus

dipakai tanda-tanda tersendiri:

------- Diucapkan biasa saja

/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris

// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan

artinya dengan baris berikutnya

/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi

suara perlahan sekali seperti berbisik

^^ Suara perlahan

^^^ Suara keras sekali seperti berteriak

V Tekanan kata pendek sekali

VV Tekanan kata agak pendek

VVV Tekan kata agak panjang

VVVV Tekan kata agak panjang sekali

____/ Tekanan suara meninggi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 23 -

Page 24: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

____ Tekanan suara agak merendah

Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda

tergantung kepada kemauannya sendiri-sendiri. Dari sinilah kita dapat menilai: siapa

orang yang mahir dan pandai berdeklamasi. Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita

letakkan dengan baik dan dalam meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus

memakai perasaan dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada

koma, ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.

Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi tersebut

berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan sendirinya kalau kita

sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama

kita berdeklamasi.

4. Puisi harus Dihafal

Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada juga orang

berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak kecuali jika untuk

siaran pembacaan puisi di radio atau rakaman. Tetapi deklamasi itu selalu saja didengar

dan ditonton orang. Mana mungkin para penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi

kalau muka kita tertunduk terus- menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu saja

membosankan bukan?

Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang akan dideklamasi itu.

Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa mempergunakan teks, sebab jika tidak

demikian di saat kita telah naik pentas, kata-kata dalam puisi itu tak teringat atau terputus-

putus.

Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang sudah cukup menarik di

atas panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia lupa pada kalimat-kalimat

dalam puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau bersuara tak tentu apa yang harus

diucapkan. Mau mengingat-ingat secara khusuk terlalu lama. Menyaksikan keadaan

demikian itu sudah tentu para penonton akan kecewa. Bagi si deklamator sendiri akan

mendapat malu. Oleh karena itu dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa

lancar sekali. Setelah dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar

kepala, barulah berlatih mempergunakan mimik atau “action”

Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris dan kemudian

sebait demi sebait disamping berusaha untuk mengerti setiap kata yang dicatatkan karena

hal itu menjadi jelasnya maksud dan tujuan isi puisi itu

Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak muka, kalau perlu

dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh, tetapi yang paling penting sekali

ialah gerak-gerak muka. Dengan ucapan-ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan

gerak -gerik muka niscaya akan bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak-

gerik muka itu penonton dapat merasakan dan mengerti puisi yang dideklamasikan itu.

Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan, kegembiraan dan lain-lain.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 24 -

Page 25: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

5. Penampilan / Performance

Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah diperhatikan lebih dahulu hal

pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai pakaian, keserasian warna dan

sebagainya akan menambahkan angka bagi si pembawa puisi. Tentu saja penilaian

pakaian ini bukan terletak pada segi mewah tidaknya pakaian itu, tetapi dalam hal

kepantasan serta keserasiannya. Karena itu, perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum

tampil di atas pentas. Hindarikan diri dari kecerobohan serta ketidakrapian berpenampilan

6. Intonasi / Tekanan Kata demi Kata

Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara memberikan tekanannya. Ini

bergantung kepada kesanggupan dipembawa puisi menafsirkan tiap-tiap kata dalam

hubungannya dengan kata lainnya. Sehingga ia menimbulkan suatu pengungkapan isi

kalimat yang tepat. Kesanggupan sipembawa puisi memberikan tekanan-tekanan yang

sesuai pada tiap kata yang menciptakan lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan

memudahkan berdeklamasi

7. Ekspresi / Kesan Wajah

Kemampuan sipembawa puisi dalam menemukan arti dan tafsiran yang tepat dari kata

demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi bait puisi akan terlihat pada

kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya seorang pembawa puisi tidak

menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam sebuah bait, sehingga antara kalimat yang

diucapkan dan airmuka yang diperlihatkan tampak saling bertentangan.

Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar wajah si

pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada sedih haruslah

digambarkan oleh sipembawa puisi itu melalui airmukanya yang sedih dan bermuram

durja

8. Apresiasi /Pengertian Puisi

Seorang pembawa puisi akan dinilai mempunyai pengertian terhadap sesuatu puisi,

manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada tiap baris puisi disertai kesan

yang terlihat pada airmukanya. Jika tidak berhasil, dikatakannya sipembawa puisi itu

belum mempunyai apresiasi atau apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam

istilah umumnya apresiasi diterjemahkan lebih jauh lagi sebagai penghayatan.

Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan isi puisi yang mau

dideklamasikan dan tanpa menghayatinya, maka sudah tentu penampilannya bakal

hambar, lesu dan tak bertenaga

9. Mimik / Action

Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap

pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan

mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata

dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 25 -

Page 26: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Sebagi contoh: ketika dipembawa sajak menyebut “dilangit tinggi ada bulan” tetapi

mimik kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini akan menimbulkan bahan tertawaan

bagi penonton, mana mungkin ada bulan di bumi, tentu hal itu tidak mungkin sama sekali.

Betapapun bulan selalu ada di langit. Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa

sajak menguasai apresiasi puisi, sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan

keadaan isi dan jiwa puisi itu

Macam-macam makna dalam puisi :

1. Makna Lugas

Lugas artinya polos, bersahaja, murni,sebenarnya. Makna luga artinya makna yag

sebenarnya atau dengan istilah lain disebut denotasi. Lawannya konotasi atau makna

tambahan.

2. Makna Kias

Pemakaian makna kias dapat membantu dan merangsang imajinasi atau daya bayang

pembaca untuk melukiskan apa yang sedang dibacanya itu dalam angan-angan sendiri.

Memakai kata-kata kias akan menghasilkan makna kias yang cermat, tajam, dapat

membantu pengimajian yang jelas lagi hidup.

3. Makna Lambang

Ada bebarapa kata kias yang menghasilkan makna lambang atau makna simboles. Kita

tahu apa yang dilambangkan oleh ”merah putih”, ”banteng”, ”kapas”, ”padi”, dan

sebagainya.

4. Makna utuh

Yang dimaksud makna utuh ialah makna lengkap dari sebuah puisi yang sedang kita

telaah. Tang tahu dengan tepat makna utuh sebuah puisi, tentu pengarangnya sendiri.

Pemba hanya dapat semaksimal mungkin mendekati makna utuhnya.

Berdasarkan jenisnya, rima dibedakan menjadi

a. Rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.

b. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata

terakhir.

c. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak

(suku kata sebunyi)

d. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan

vokal sama.

e. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).

f. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang

sama atau baris yang berlainan.

g. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.

h. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 26 -

Page 27: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Contoh Puisi

ASA

(By Bunda NaRa)

Asaku sudah besar kini

asaku sudah bisa mengeluh

asaku sudah bisa menyimpan rahasia

asaku sudah bisa curiga

asaku memendam kata yang tak terucap dari bibirnya

asaku ternyata menyimpan nestapa

asaku lepas dari hati ini

berkicau di tempat panas dengan senyum, kata dan airmata

tak mampir di genggamanku semua berita

kadang kristal di pipi merahnya bukan untukku

asaku tak berbagi denganku

asaku tak percaya padaku

asaku yang kutimang, kusayang,yang kupeluk

tak memberiku asa

tak memberiku celah.....

tak menyimpan hati untukku

ASAKU

beribu harap kupatri di hatimu

agar ada rasa percaya

UNTUKKU

Tugas Individu

1. Adakah pilihan kata yang menarik dalam puisi tersebut? Tuliskan pada bagian mana saja!

......................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

2. Berdasarkan rimanya termasuk rima apakah puisi di atas?

......................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

3. Buatlah sebuah puisi yang menggunakan rima asonansi, disonansi , dan aliterasi!

......................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

4. asaku ternyata menyimpan nestapa

asaku lepas dari hati ini

Apakah makna penggalan puisi tersebut?

......................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 27 -

Page 28: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

5. Deklamasikan puisi di atas dengan lafal, gerak, dan mimik yang tepat! Temanmu akan

menilai pembacaan puisi tersebut !

PENILAIAN BERDEKLAMASI

NAMA PEMBACA :

NAMA PENILAI :

Keterangan :

1 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik kurang

2 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik cukup

3 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik baik

4 : Ekspresi, intonasi , dan gerak/mimik amat baik

NILAI AKHIR

Skor yang diperoleh

Nilai

=

----------------------------------- X 100 = .

. .

Skor Maksimum (12 )

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 28 -

NOASPEK

SKOR

1 2 3 4

1 Ekspresi

2 Intonasi

3 Gerak/mimik

Page 29: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan karakter para pelaku

dialog drama melalui dialog yang dibawakan

MATERI

Karakter Tokoh dalam Drama

Pada pelajaran yang lalu kita sudah membahas mengenai unsur-unsur intrinsik drama.

Sekarang mari kita memperagakan pelaku dan memberi tanggapan terhadap karakter pelaku yang

dimainkan rekanmu.

Mementaskan naskah drama memerlukan ketekunan dan teknik tersendiri. Sebelum

memainkan drama, kita harus mempunyai keterampilan”mengucapkan” dialog-dialog pada

naskah drama itu dengan tepat sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.

Agar dapat mengucapkan dialog drama dengan tepat, kita harus berlatih ekspresi suara.

Ekspresi suaran dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Dialog diucapkan dengan penuh penghayatan sesuai dengan karakter tokoh.

Kita harus beranggapan bahwa dialog itu keluar dari pikiran dan perasaan para tokoh cerita,

bukan dari pikiran atau perasaan para tokoh cerita, bukan dari pikiran atau perasaan kita

(pemeran) sebagai hasil proses penghafalan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 29 -

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara2.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan bercerita, berdeklamasi, dan membawakan dialog dramaKOMPETENSI DASAR : 2.3 Mengekspresikan karakter para pelaku dialog drama melalui dialog yang dibawakanINDIKATORMenentukan;

karakter tokoh dalam naskah (dialog)latarkostumperistiwa (konflik)

Memerankan dialog sesuai dengan karakter tokohMemberi saran terhadap pemeranan yang akan ditampilkan

Page 30: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

2. Kejelasan suara

Pengucapan dialog atau volume suara harus dapat didengar oleh penonton dengan jelas.

Untuk itu, dialog diucapkan dengan teknik nafas dan teknik vokal yang benar.

3. Ketepatan suara

Dialog harus diucapkan dengan artikulasi yang jelas, sehingga tidak ada bunyi (huruf,suku

kata, kata, frasa) yang terlewatkan atau kurang jelas didengar. Ketepatan suara berarti tepat

bunyi (berkaitan dengan artikulasi), tepat penafsiran maksud (berkaitan dengan intonasi), dan

tepat waktu pengcapannya (berkaitan dengan timing)

Ketepatan suara meliputi :

a. Tepat bunyi

Artinya bagaimana kita mamanfaatkan alat-alat ucap (alat artikulasi) untuk mengucapkan

setiap bunyi bahasa secara tepat. Alat artikulasi di antaranya adalah bibir, gusi, gigi, lidah,

langit-langit, tenggorokan, rahang, dan sebagainya. Alat artikulasi yang dimanfaatkan

secara maksimal akan menghasilkan bunyi bahasa yang tepat dengan demikian

keseluruhan dialog dapat kita ucapkan dengan tepat, dan penonton dapat menangkap

maknanya secara tepat pula.

b. Tepat dalam menafsirkan maksud dialog. Hal itu terlihat pada intonasi

ketika mengucapkan dialog.

(1) Tekanan Dinamik

Contoh :

Iya sudah dua hari aku belum makan nasi.

Tekanan dinamik yang diberikan pada bagian yang dicetak biru menekankan maksud

si-aku sudah makan nasi jagung naum belum makan nasi.

(2) Tekanan Nada, yaitu tekanan tinggi-rendah pada kata, frasa, atau kalimat yang

penting sehingga jelas maksudnya

Contoh :

Kami memang miskin, tapi kami bukan pengemis!

Bagian yang bercetak miring diucapkan dengan nada yang lebih tinggi daripada

bagian sebelumnya. Hal ini untuk mempertegas tekad sang tokoh untuk tidak

meminta-minta.

(3) Tempo yaitu tekanan cepat-lambat pada kata, frasa, atau kalimat yang penting,

sehingga jelas maksudnya.

Contoh :

Tapi aku tidak boleh menerima sesuatu dari orang yang belum aku kenal.

Kalimat contoh di atas akan lebih tepat diucapkan dalam tempo yang lambat, karena

tokoh yang mengucapkannya adalah seorang tokoh yang sedang menderita lapar,

sakit, dan amsih kanak-kanak.

Perhatikan contoh kedua berikut!

Hei! Mau kamu apakan adikku?!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 30 -

Page 31: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Kalimat di atas akan lebih tepat diucapkan dengan tmpo cepat (dan nada tinggi),

karena diucapkan tokoh yang sedang marah, ceas, dan berlatar sosial gelandangan

(sering bersikap kasar)

(4) Jeda yaitu penghentian pada pengucapan kata, frasa, klausa, atau

kalimat. Penghentian sementara (seperti koma) biasanya diberi tanda (/), dan

penghentian (seperti titik) dalam bahasa tulis dibei tanda (//)

Contoh :

Tapi demi Tuhan / aku tidak punya pikiran menghina/ atau merendahkan //

c. Tepat waktu, berkaitan dengan timing yaitu kapan seorang tokoh harus

berbicara. Dalam hal ini, terdapat tiga pola timing,yaitu :

a. akting – dialog

b. dialog – akting

c. akting dan dialog dilakukan bersama-sama.

Perhatikan contoh di bawah ini !

Seorang tokoh melihat langit, mendengar guntur, dan merasakan angin basah

berhembus, kemudian keluar dari mulutnya kata-kata: “Ah, hari ini akan hujan

tampaknya.”

“Mari kita robohkan saja pohon ini!” – Bersama beberapa orang lain berusaha

merobohkan pohon dengan berbagai upaya.

“Kami sangat senang Anda datang ke sanggar kami.” – Bersamaan dengan itu,

saling berjabat tangan

Tugas individu

1. Baca dan cermatilah teks drama berikut ini !

Sayem : Kami memang tidak menginginkan bintang. Kami tidak gila dengan kekayaan.

Kami inginkan hidup damai penuh kesejahteraan.Kelestarian alam ini, ya desa yang

perlu kami jaga. Aku dibesarkan oleh harumnya nasi hasil panen desa ini.Sederhana

sekali jalan pikiran kami. Kegotong royongan kami akan hilang, hidup

berdampingan kami akan luntur bila ada orang-orang semacam engkau

menginjakkan kaki di desa ini.

Hadi : Kau akan mati bersama dengan pendirianmu.

Sayem : Atau sebaliknya engkau akan digilas oleh perbuatanmu?

Dalam penggalan drama di atas, tokoh Sayem mempunyai watak ....

2. Bacalah kutipan drama berikut!

Ishak       : Aku akan tetap cinta padamu.Tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa.

Satilawati : Perkara cinta jangan disebut juga.Engkau tahu sendiri, aku cinta pula pada tapi

apa maksudmu?

Ishak       :Aku tidak mau mengikuti engkau.Artinya engkau jangan menunggu aku. Kawin

saja dengan orang lain.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 31 -

Page 32: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Satilawati : (berontak) Tapi itu aku tidak mau, tidak bisa, engkau boleh pergi sekarang, tapi

lekas kembali. Aku tetap menunggu engkau.

Watak Satilawati dalam drama tersebut adalah ........

3. Konfliks yang dialami oleh satilawati adalah....................................................................

4. Ayah : Kalau Narto tak mau, engkau Maimun, berilah aku air segelas.

Maimun : (Hendak mengambil air) Baik, Ayah.

Gunarto : (Pelan-pelan tapi pahit) Kami tak mempunyai ayah, kapan kami mempunyai

ayah?

Ibu : Narto, apa katamu itu?

Gunarto : Kami tak mempunyai ayah, kataku. Jika kami berayah, apa perlunya kami

membanting tulang selama ini menjadi budak orang?

Watak tokoh Gunarto dalam penggalan tersebut adalah………………………………. …….

5. Hadi : Berani betul engkau berkata demikian di hadapanku. Kau betul-betul sudah

menghina aku. Perlu peluru yang kukirim untukmu, barang kali?

Sayem : Silakan manakut-nakuti aku. Aku tak akan mundur selangkah pun sebab pendirianku

benar. Memang tak semua orang masuk kemari jelek. Banyak orang kemari dari kota

bertujuan baik, kami hargaimereka.

Hadi : Yem, sebaiknya aku dan engkau tidak bertengkar, tapi mari kita membentuk

rumah tangga. Kau dan aku, aku sekarang kaya!

Sayem : Sekali lagi, aku tidak silau dengan kekayaanmu.

Isi dialog penggalan drama di atas adalah ...........................................................................

6. Bacalah penggalan naskah drama berikut!

Dahlan : (Mengetuk pintu tiga kali. Kasim masih menggerutu sendiri)

Kasim : Rokok, ... lagi. E, rokok, ... silakan, Pak, silakan. Selamat pagi-pagi, Pak Dahlan!

(Pak Dahlan masuk dan duduk di kursi). Agaknya baru saja jalan-jalan?

Dahlan : Bekerja itu harus tutup mulut, jangan marah-marah. Tidak baik terbiasa berbicara

sendiri!

Kasim : Betul, Pak, terima kasih. (Sikap sopan, hormat) Bapak mau minum kopi

atau teh manis, atau kopi susu, atau ... teh telur?

Isi dialog dalam penggalan naskah drama tersebut adalah mengenai........................................

7. Latar yang tepat untuk teks drama di atas

adalah ........................................................................

8. Tokoh Kasim pada teks di atas berperan

sebagai.........................................................................

9. Salah satu judul naskah drama karya Putu Wijaya

adalah...........................................................

10. Apakah yang dimaksud dengan timing dalam pementasan

drama?.............................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 32 -

Page 33: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tugas Kelompok

Baca dan cermatilah teks drama berikut, mainkan teks drama tersebut dengan membagi peran

berdasarkan karakter tokoh tersebut!

Si Bunga Langka

(Karya Seni Asiati by Bunda NaRa)

Panggung menggambarkan suasana ruang pameran flora di sebuah Mall besar di pusat

kota, terlihat beberapa orang mengerumuni sebuah tanaman langka, yang di taruh di sebuah

pot bunga besar dari porselin mahal bergambar bunga-bunga tulip kecil berwarna merah

cerah dan putih. Di kiri kanan dua orang penjaga stand berpakaian serba merah mendampingi

”Si Bunga Langka”. Di samping kanan terlihat beberapa bunga pula yang menghiasi ruang

pamer tersebut.

Ibu 1 : ”Oh... bunga yang indah!”

Ibu 2 : ”Alangkah menakjubkannya tanaman ini!”

Ibu 3 : ”Lihatlah warnanya memancarkan cahaya berkilauan”

Ibu 4 : ” Seandainya bisa kumiliki”

Ibu 5 : ”Rumahku akan semarak dengan hadirnya bunga langka ini”

Ibu 6 : ” Ai... kelopaknya seputih salju dari Paris”

Ibu 7 : ” Batangnya yang hijau kokoh mengajak kita untuk terpana!”

Ibu 8 : ”Wahai.... bagaimana ini hati berdebar-debar memandangnya!”

Ibu 2 : ” Aku harus tanya berapa harganya?”

Ibu 5 : ” Aku bayar lebih mahal dari siapapun”

Ibu 3 : ”Hati ini tidakkan rela bila dibeli oleh siapapun juga!”

Ibu 4 : ” Hanya aku yang berhak memiliki!”

Ibu 8 : ” Aku tak boleh mati tanpa memilikinya”

Ibu 1 : ” Indahnya tak tergantikan oleh seluruh isi pameran”

Ibu 6 : ” Snow White Kau harus ikut denganku!”

Tiba-tiba anak dalam gendongan ibu 5 dan ibu 7 lepas dan saling berkejaran hingga

menjatuhkan pot bunga porselin tersebut, ”Bunga Langka” akhirnya terinjak-injak oleh kaki-

kaki mungin bocah usia lima tahun yang saling berkejaran tersebut. Semua pengunjung hanya

menjerit ”Ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo!”

Dan membubarkan diri dari kerumunan, selanjutnya berkerumun di sebuah stand

bunga Abturium yang besarnya mencapai langit-langit rumah.

Ibu 1 : ”Oh... bunga yang tinggi!”

Ibu 2 : ”Alangkah menakjubkannya tanaman ini!”

Ibu 3 : ”Lihatlah warnanya memancarkan cahaya berkilauan”

Ibu 4 : ” Seandainya bisa kumiliki”

Ibu 5 : ”Rumahku akan semarak dengan hadirnya bunga tinggi ini”

Ibu 6 : ” Ai... kelopaknya seputih salju dari Paris”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 33 -

Page 34: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Ibu 7 : ” Batangnya yang hijau kokoh mengajak kita untuk terpana!”

Ibu 8 : ”Wahai.... bagaimana ini hati berdebar-debar memandangnya!”

Ibu 2 : ” Aku harus tanya berapa harganya?”

Ibu 5 : ” Aku bayar lebih mahal dari siapapun”

Ibu 3 : ”Hati ini tidakkan rela bila dibeli oleh siapapun juga!”

Ibu 4 : ” Hanya aku yang berhak memiliki!”

Ibu 8 : ” Aku tak boleh mati tanpa memilikinya”

Ibu 1 : ” Indahnya tak tergantikan oleh seluruh isi pameran”

Ibu 6 : ” Snow White Kau harus ikut denganku!”

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang

terdapat dalam cerpen dengan bukti-bukti yang mendukung, mengidentifikasi konflik dalam

cerpen, menyimpulkan perwatakan (karakterisasi) dalam cerpen dengan bukti yang

mendukung ,menjelaskan latar yang digunakan pengarang dan fungsinya untuk mendukung,

menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek,m enghubungkan nilai-nilai

tersebut dengan kehidupan sehari-hari.

MATERI

Peristiwa Pembangun Cerita Pendek

Tiap bagian cerpen memberikan saham penting untuk menggerakkan cerita,

mengungkapkan watak tokoh, dan melukiskan suasana. Sebuah cerpen yang baik dibangun dari

unsur-unsur intrinsik yang saling bersinergi.

PLOT atau ALUR

Plot atau alur adalah jalinan peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga

cerita menarik. Ada tiga unsur penting dalam plot yaitu:

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 34 -

STANDAR KOMPETENSI Membaca3. Memahami cerita pendek, novel, dan hikayat

KOMPETENSI DASAR : 3.1 Menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek

INDIKATOR : Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerpen dengan bukti-bukti yang mendukungMengidentifikasi konflik dalam cerpen Menyimpulkan perwatakan (karakterisasi) dalam cerpen dengan bukti yang mendukungMenjelaskan latar yang digunakan pengarang dan fungsinya untuk mendukungpenokohanMenganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek.Menghubungkan nilai-nilai tersebut dengan kehidupan sehari-hari.

Page 35: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

1. peristiwa

2. konflik

3. klimaks

Dalam sebuah cerita terdapat peristiwa atau kejadian. Peristiwa atau kejadia itu dapat

mejadi jawaban atas pertanyaan “Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana nasib

tokoh?”peristiwa atau tindakan tokoh utama dapat menimbulkan konflik atau masalah.

Cerita yang menarik disusun dalam beberapa tahapan plot cerita. Tahapan tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Pengenalan : Pengarang memperkenalkan tokoh, situasi, atau latar cerita sebagai

“modal” awal bagi pembaca untuk mengikuti jalannya cerita. Pada bagian ini

pengarang “mengenalkan” tokoh dan latar cerita.

b. Pemunculan masalah : pengarang menampilkan masalah yang dihadapi tokoh.

c. Ketegangan atau konflik : masalah yang dihadapi tokoh mulai menimbulkan

ketegangan, antartokoh mulai berselisih.

d. Memuncaknya konflik (klimaks) : ketegangan yang dialami tokoh kian memuncak

dan sulit ditemukan jalan keluarnya.

e. Pemecahan masalah: masalh yang dihadapi tokoh sudah terselesaikan. Bagian ini

biasanya menjadi penutup cerita.

Konflik tersebut dapat berupa tiga konflik berikut:

a. Konflik antara tokoh utama dengan tokoh sampingan.

Contoh :

b. Konflik antara tokoh utama dengan dirinya sendiri.

Contoh :

c. Konflik antara tokoh utama dengan benda tertentu atau situasi tertentu.

Contoh :

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 35 -

Tokoh “Pak Sersan “ yang diangkat menjadi komandan kompi yang baru. Ia menginginkan ditegakkannya kedisiplinan pada diri anak buahnya. Ternyata hal tersebut ditentang oleh anakbuahnya. Salah satunya bernama Kopral Tohir.

(Cerpen ”Kopral Tohir ”karya Trisno Sumarjo)

Saat hendak menyeberang sungai. Sersan Kasim dihadapkan pada dua pilihan rumit: membawa sendiri bayinya atau menitpkan bayinya. Kedua pilihan itu memiliki kemungkinan yang buruk.

( Cerpen “Sungai” karya Nugroho Notosusanto)

Tokoh “Aku “ merasa diteror oleh sebah dompet yang ia temukan saat menonton film di gedung bioskop. Berbagai kejadian tidak menyenangkan ia alami akibat hendak mencari pemilik dompet. Bahkan setiap hari ia buang, dompet itu bias kembali kepadanya.

( Cerpen “Dompet” karya Putu Wijaya)

Page 36: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Sebuah cerita rekaan akan mengandung nilai-nilai sastra jika memenuhi ciri-ciri:

fiction (rekaan)

imagination (daya angan),

dan invenstion (penemuan)

Dengan demikian, jika ada salah satu unsur ciri yang tidak digarap, maka cerita tersebut

tidak memiliki bobot ditilik dari kansungan nilai-nilai sastranya. Nilai-nilai kehidupan dalam

cerpen biasanya berkaitan erat dengan tokoh-tokoh cerita. Melalui karakter tokoh pada saat

mengahadapi masalah atau konflik, pembaca dapat menemukan nilai baik-buruk dalam

kehidupan. Nilai-nilai kehidupan itu misalnya : kejujuran, keadilan, kesabaran, ketabahan,

keberanian, pendidikan, budaya, moral, agama, sosial dan lain-lain. Nilai-nilai dalam cerpen

dapat kita peroleh dalam bentuk nasihat, misalnya :

Bacalah cerpen berikut !

Perempuan-perempuan Berjengger

Ni Komang Ariani

Perempuan-perempuan itu dijejerkan begitu saja. Jumlahnya mungkin sepuluh, mungkin

lima belas. Mereka menebar geliat pandang gelisah. Perempuan-perempuan itu seperti

dihempaskan dari langit dan menjadi perempuan-perempuan tersesat. Kata orang, mereka

dijejerkan karena suatu persamaan. Semuanya adalah perempuan berjengger.

Konon kabarnya jengger adalah kutukan bagi perempuan-perempuan yang dilaknat.

Perempuan yang melanggar etika kesopanan. Perempuan yang menjual kelaminnya demi nasi

dan lauk pauknya. Karena itulah mereka dijejerkan. Mereka harus menerima pengadilan. Mereka

harus menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Aku sendiri memupuk kemarahan pada perempuan-perempuan berjengger. Bagiku

mereka memuakkan dan sampah. Mereka tak bekerja dengan bantalan bahu dan blazer. Mereka

tak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan terhormat. Lihatnya perempuan paling ujung. Baju

merahnya telah kumal. Kain di kakinya telah lusuh. Lidahnya menggeliat-geliat basah, siap

memangsa jantan-jantan yang datang. Lihatlah perempuan di tengah-tengah. Baju birunya

berubah putih. Dadanya turun naik dengan tonjolan yang digerak-gerakkan, mengundang hasrat.

Lihatlah pula perempuan di ujung, kain di atas pahanya ia gerak-gerakkan. Ia biarkan paha itu

terbuka dengan kain yang berkibar-kibar.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 36 -

Di bawah sepohon kecapi yang rimbun berdiri sebuah rumah beratap genting. Dindingnya buluh beranyam dan lantainya dari tanah saja. Keliling pekarangannya bersih, sehingga sehelai sampah pun tiada kelihaatn. Di langkan sebelah kiri terletak sebuah balai-balai bambu. Di atas balai-balai itu duduk seorang laki-laki tua sedang menyirat.

Page 37: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Seorang laki-laki kekar dengan badan berbulu datang mendekat. Kedua tangannya

menenteng gada juga pecut. Lima laki-laki lain bergerak dari kejauhan. Perempuan-perempuan

berjengger terkurung diantara laki-laki kekar. Kata orang, mereka adalah para penjagal yang

datang untuk bertanya atau memecut para pembangkang

“Hai perempuan satu, katakan apakah engkau berjengger!” si perempuan pertama hanya

mengangguk dengan acuh sambil terus menjulur-julurkan lidahnya.

“Mengapa kau berjengger, telah berapa batang yang kau peras?”

“Aku memeras sebanyak yang kumau. Dan telah kusebarkan jengger yang kumiliki. Ha

ha ha!” si perempuan pertama tertawa keras dan terbahak-bahak.

Si lelaki kekar memindahkan langkahnya pada perempuan kedua.

“Hai perempuan dua, kaupun berjengger?”

Si Perempuan dua hanya diam.

“Hai perempuan dua, kau tidak tuli bukan. Apakah engkau berjengger?”

“Kalau kau ingin tahu lihatlah sendiri!” kata si perempuan dua dengan ketus. Aku

memandang si perempuan dua dengan heran. Bumi seperti dibalikkan begitu saja, ketika aku

melihat wajahku di sana. Mengapa perempuan ini tak sama dengan sepuluh perempuan lainnya.

Yang memakai baju-baju kumal dengan belahan dada rendah. Yang bibirnya bergincu blepotan

hingga ke pipi. Perempuan ini mengenakan blazer dan bantalan bahu. Dia memakai blazer dan

bantalan bahu milikku. Perempuan setan, perempuan sampah.

“Jangan kira karena bajumu, aku takkan mencambukmu, atau memotong lidahmu bila kau

tak menjawab! ” si penjagal kekar menggelegar.

Si perempuan dua mengkeret ketakutan. Ketakutan kurasakan memenuhi tempurung

kepalaku. Kuputuskan untuk menganggukkan kepala. Kusarankan si perempuan dua untuk tak

melawan si penjagal.

“Bagaimana kau bisa berjengger, pekerjaan hina apa yang telah kau kerjakan?”

“Aku tidak tahu, dia ada begitu saja di kelaminku.” kataku dengan suara dibuat memelas.

Berharap ia mulai kasihan padaku.

“Jangan bohong kau, pelacur!”

“Aku bukan pelacur. Kau lihatlah bajuku. Aku tidak seperti mereka!”

“Jangan mencari alasan, bagaimana kau bisa berjengger bila bukan pelacur!”

“Aku tidak bohong, sungguh. Jangan laknat aku tolonglah. Bebaskan dan berikan

pengampunan. Aku akan bakar jengger ini, kembali menjadi perempuan tanpa jenggger.

Percayalah aku tidak berbohong, karena semua orang pun percaya padaku. Janganlah menuduhku

dengan jengger di kelaminku. Telah banyak kulakukan hal-hal mulia. Telah kutolong anjing yang

kuyup terluka oleh hempasan mobil. Telah kubagikan receh-receh pada ratusan pengemis. Aku

pun telah membayar lebih kepada supir-supir taksi yang mengantarku pulang. Telah kusumbang

ratusan juta rupiah untuk anak-anak terlantar agar mereka bersekolah. Tentulah aku perempuan

terhormat. Aku layak diampuni karena aku bukan perempuan berjengger yang sama dengan yang

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 37 -

Page 38: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

lain. Yang menjulur-julurkan lidah dan menggerakkan buah dada. Aku bekerja dengan blazer dan

bersepatu. Antara waktu siang dan sore. Kukerjakan pekerjaan-pekerjaan terhormat!”

***

Ku dengar suara tawa menggema di ruangan. Entahkah aku memang pernah

mendengarnya. Atau tawa itu terdengar karena aku terlalu takut untuk mendengarnya. Suara tawa

itu terdengar saat mataku telah tertutup rapat, saat suntikan bius membuat otakku berhenti

memberi kabar. Saat orang-orang berseragam hijau mulai menjamahku dari segala sudut. Aku

merasa tertipu. Mengapa mereka tertawa saat aku tak mampu lagi menggerakkan tubuhku, atau

memerintah bibirku untuk bicara. Apakah mereka hanya tak ingin membuatku malu atau

sebaliknya ingin berbisik-bisik di belakang. Brengsek.

Andai saja tak terlalu banyak orang di ruangan ini yang membuat mereka bisa saling

bergunjing. Aku ingin mereka tuli juga bisu. Aku ingin mereka tak berlidah bila mungkin tak

berotak. Agar mereka tak bisa mentertawakanku meskipun di dalam benak.

“Sudah selesai Bu!” sebuah kalimat yang diucapkan lembut membangunkanku.

Kurasakan tubuhku telah berselimut dan tidur diantara jejeran pasien lain. Senyum para perawat

terasa seringai. Betulkah mereka tersenyum dengan tulus untukku.

Kuusahakan sesedikit mungkin bicara. Juga menjawab pertanyaan. Ingin kuatur kata-kata

yang bakal ke luar dari mulut para perawat itu. Dan memastikan mereka berhenti menyeringai.

Memang yang ke luar dari lidah mereka kata-kata lembut, juga senyum ramah. Apakah mereka

telah begitu terlatih tak menunjukkan pergunjingan, meskipun hanya dalam benak.

“Itunya sakit!” seorang perawat mendatangiku dan bertanya dengan suara lembut juga.

Tidak lupa tersenyum. Namun sekali lagi terlihat seperti seringai.

“Dikit.!” kataku lembut sambil tersenyum ramah. Perawat itu harus tahu aku memang

perempuan baik-baik.

“Kepalanya masih pusing?” katanya lagi sambil tersenyum atau menyeringai.

“Udah nggak!” jawabku lagi tak kalah lembut.

Setelah pertanyaannya terjawab, perawat itu berlalu sambil sekali lagi tersenyum atau

menyeringai. Aku hanya dapat menarik nafas lega. Perawat terakhir ini sudah bertanya dengan

kalimat yang membuat jantungku berlari kencang. Ingin kukerahkan semua kekuatan agar aku

bisa menatap matanya, dan mengatur isi kepala si perawat. Juga semua perawat. Juga semua

pasien yang ada di ruangan ini. Agar tak ke luar kata ejeken di bibir atau tertawaan di belakang.

Aku tidak mau mengetahuinya walaupun hanya dalam sorot mata. Sialan. Mengapa jengger ini

tetap membawa masalah bahkan saat ia telah dibakar, dibabat dan dimusnahkan.

***

Negeri ini sedang dilanda wabah. Begitu kabar yang berhembus akhir-akhir ini. Jengger

menebar begitu mudah. Jengger bisa diterbangkan angin dan menempel begitu saja. Ia menempel

tanpa memandang waktu atau orang. Kabarnya seorang penyihir perempuan yang mendendamlah

biang keladi wabah ini. Ia kirimkan jengger pada sebanyak mungkin perempuan agar ia tak lagi

sendirian.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 38 -

Page 39: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Si perempuan pembawa kabar bertanya balik padaku, mengapa kutanyakan tentang

jengger. Dengan berbohong kukatakan, aku banyak mendengar kabar tentang jengger. Cerita ini

telah menjadi gosip yang dibicarakan diam-diam.

Sebetulnya bukan itu, aku hanya mencoba mencari tahu darimana jengger ini berasal.

Apakah ia berasal dari lelaki kegelapan yang tiba-tiba membekapku di sebuah gang. Atau ia

terbang bersama kutu yang suka menempel di toilet-toilet umum. Atau barangkali dokter kulit

kelaminlah yang telah menempelkannya saat aku lengah. Saat aku menyuruhnya menyembuhkan

penyakit keputihan yang menggangguku.

Aku berasal dari jaringan putih, barangkali jaringan yang paling putih. Mungkin sedikit

abu-abu, namun kata orang masih wajar. Jaringan seputih ini, sangat anti dengan wabah yang

bernama jengger. Semua orang telah tahu itu. Semua orang telah percaya itu. Dokter saja heran

bagaimana jengger bisa menempel di jaringan putih ini. Analisanya, barangkali ada jengger yang

telah bermutasi hingga bisa hidup di segala musim juga segala jaringan.

***

Perempuan-perempuan itu dijejerkan begitu saja. Jumlah mereka mungkin sepuluh atau

lima belas. Dari mulut mereka yang berdenging ke luar sabda-sabda. Sumpah serapah menjulur

dari lidah yang membentuk huruf melingkar-lingkar.

Perempuan-perempuan itu bersepatu mengkilap. Celana panjang menutup mata kaki.

Rambut disasak atau di-blow ke belakang. Yang jelas mereka mengenakan blazer dan bantalan

bahu. Mereka bergincu tipis sewarna bibir. Alis tipis sewarna alis. Perona pipi tipis sewarna pipi.

Tapi mereka meneriakkan teriakan-teriakan garang. Mulut mereka membentuk bulatan,

trapesium, persegi panjang atau kubus.

Perempuan-perempuan itu rupanya berdiri berhadapan dengan gerombolan perempuan-

perempuan berjengger. Kemanakah para penjagal kekar yang tadi meneriakkan ancaman-

ancaman. Kemana gerombolan laki-laki garang pembawa pecut dan gada itu.

Kumpulan perempuan berjengger masih dengan pakaian kumal yang semakin kumal.

Warna-warnanya telah berganti warna baru, yang barangkali belum sempat dinamai oleh para

ilmuwan. Rambut keriting kusut ditambah sorot mata sayu. Senyum hanya di ujung bibir mirip

mencibir. Tangan di pinggang berkacak menantang. Sementara lidah masih menjulur-julur, liur

masih menetes-netes, paha dan dada masih mengangkang menantang.

Aku mengerti mengapa perempuan-perempuan itu dijejerkan. Aku tahu dimana tempatku

berada. Aku segera bergerak ke arah barisan yang kumau. Posisiku baru kelihatan jelas saat aku

sampai pada langkah ke sepuluh. Langkah kesebelas terasa semakin berat dan membuat kaki-

kakiku terpaku. Tiba-tiba sebuah tangan, atau barangkali belalai gajah menarik tubuhku dan

menghempaskannya. Tubuhku menabrak tubuh-tubuh para perempuan berjengger. Sebuah sosok

menjulang, mungkin monster menatapku dengan garang.

“Jangan coba-coba macam-macam, perempuan jengger!”

Aku mengkeret takut.

“Di sini tempatmu!” monster itu berbicara lagi.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 39 -

Page 40: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

“Me..nga..pa!” hanya sepatah kalimat itu yang ke luar dari mulutku yang bergetar

“Karena di kelaminmu ada jengger. Kau mau mungkir?”

“Sudah tidak ada lagi bukan?” kataku hati-hati.

“Tempatmu sudah jelas, kau tak bisa berpindah-pindah.!”

Aku hanya dapat mengikuti kemauan si monster. Si monster ini tentu sulit diajak bicara

panjang lebar. Ia takkan cukup sabar menunggu cerita-ceritaku. Bahwa aku berasal dari jaringan

paling putih. Bahwa aku menyimpan antibodi untuk segala jenis jengger. Ia pun takkan

mendengar bila dokter pun menyatakan keheranan. Ia juga takkan peduli jengger ini barangkali

jenis yang telah bermutasi. Tubuh besar menyeramkannya itu hanya sanggup mencerna

kebenaran tunggal. Baginya sia-sia ceritaku. Barangkali karena iapun jenis mahluk yang telah

bermutasi. Biarlah kuturuti apa yang ia mau. Hanya kepadamu cerita ini kuperdengarkan. Karena

kamu yang mungkin mengerti posisiku.

Evaluasi

Bacalah kembali cerpen yang berjudul “Perempuan-perempuan Berjengger” karya Ni Komang

Ariani di atas! Selanjutnya jawablah soal-soal di bawah ini !

1. Apakah yang menjadi masalah utama pada cerita tersebut? Jelaskanlah dengan alasan

yang tepat!

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

2. Siapakah tokoh utama cerpen tersebut? Bagaimana watak tokoh-tokohnya? Tunjukkan

kalimat-kalimat yang mendukung jawabanmu!

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

3. Apakah keinginan terbesar tokoh utama?

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

4. Nilai-nilai kehidupan apa asaja yang terdapat dalam cerpen tersebut? Jelaskan jawabanmu!

...................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

5. Konflik apakah yang dihadapi tokoh utama?

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

6. Terselesaikankah konfliks tersebut? Mengapa?

...................................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

7. Pada bagian manakah pengarang mulai menyampaikan masalah utama cerpen?

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 40 -

Page 41: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

8. Bagian manakah yang paling menegangkan dalam cerpen tersebut?

..........................................................................................................................................

9. Logiskah penyelesaian konfliks dalam cerita tersebut?

...................................................................................................................................................

10. Berdasarkan rangkaian peristiwa dalam cerpen tersebut apakah nilai-nilai kehidupan yang

diketengahkan sesuai dengan situasi sekarang? Tunjukkanlah buktinya!

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi pelaku, peristiwa, dan latar dalam

novel

MATERI

Latar, Perwatakan dalam Novel

Watak tokoh dalam sebuah cerita bersifat universal, artinya seorang tokoh dapat memiliki

watak yang sama meski cerita yang berbeda. Karakter tokoh bisa jadi keras kepala, pencemburu,

jujur, sabar, baik hati, pwnolong, pendendam, dan lain-lain.

Untuk mengetahui watak tokoh dalam novel dapat dilihat dari cara memandang masalah,

cara bertingkah laku, cara bicara, cara berekasi terhadap sesuatu dan atau dari cerita tokoh lain.

Sebuah novel akan menjadi menarik apabila pengarang mampu menggambarkan watak-

watak tokohnya. Kekuatan penggambaran watak akan memperkuat bangunan konflik. Konflik

membuat cerita menjadi hidup dan menarik untk disimak. Jadi, kemampuan pengarang dalam

menggambarkan watak tokoh merupakan suatu hal yang penting.

Latar yaitu tempat, waktu, benda, dan suasana dalam cerita. Latar sangat mendukung

pembentukan karakter seorang tokoh.

Contoh :

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 41 -

STANDAR KOMPETENSI : Membaca3. Memahami cerita pendek, novel, dan hikayat

KOMPETENSI DASAR : 3.2 Mengidentifikasi pelaku, peristiwa, dan latar dalam novel

INDIKATOR : Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam novel dengan bukti-bukti yang mendukungMenjelaskan hubungan antarperistiwa dengan bukti yang mendukungMenyimpulkan perwatakan (karakterisasi) dalam novel dengan bukti yang mendukungMenjelaskan latar yang digunakan pengarang dan fungsinya untuk mendukung penokohan

Di bawah sepohon kecapi yang rimbun berdiri sebuah rumah beratap genting. Dindingnya buluh beranyam dan lantainya dari tanah saja. Keliling pekarangannya bersih, sehingga sehelai sampah pun tiada kelihaatn. Di langkan sebelah kiri terletak sebuah balai-balai bambu. Di atas balai-balai itu duduk seorang laki-laki tua sedang menyirat.

(Novel “Si Dul Anak Jakarta” karya Aman Datuk Modjoindo)

Page 42: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Dalam kutipan novel di atas terlihat adanya latar yaitu (a) sebuah rumah beratap genting.

Dindingnya buluh beranyam dan lantainya dari tanah saja. Sebagai latar tempat yaitu di sebuah

rumah (b) balai-balai bambu. Sebagai latar benda. Penggambaran latar itu menjadi menarik

karena disampaikan secara detail. Caranya dengan menggunkan majs atau gaya bahasa.

Contohnya: Keliling pekaranganya bersih, sehingga sehelai sampah pun tiada kelihatan.

Bacalah kutipan novel berikut ini dengan cermat !

.........................................................

Tepat tengah malam kami pergi ke suthuh. Membawa tikar, nampan besar, empat gelas

plastik, ashir mangga, tamar hindi, dan dua bungkus firoh masyuwi yang masih hangat dan sedap

baunya.

Kami benar-benar berpesta. Dua ciduk nasi hangat digelar di atas nampan. Sambal

ditumpahkan. Lalu dua ayam bakar dikeluarkan dari bungkusnya. Tak lupa acar dan lalapan

timun. Satu ayam untuk dua orang.

“Sekali-kali jadi orang Mesir beneran, satu ayam untuk dua orang,” komentar Rudi.

“Kalau ini bukan makan nasi lauk ayam. Ini makan ayam lauk nasi. Nasinya dikit sekali.

Mbok ditambah dikit,” sambung Saiful.

Tujuannya kita memang makan ayam bakar. Nasi pelengkapsaja untuk melestarikan

budaya Indonesia. Bagi yang mau tambah nasi ambil saja sendiri. Benar nggak Mas?” sahut

Hamdi.

“Sekarang bukan saatnya diskusi. Kalau mau diskusi besok Sabtu di Wisma Nusantara.

Rudi presentatornya. Bismillah, ayo jangan banyak cincong langsung kita ganyang saja!” ucapku

sambil mencomot daging ayam di hadapanku. Serta merta mereka melakukan hal yang sama.

Kami makan sambil ngobrol, dibelai udara malam yang tidak dingin dan tidak panas. Semilir

sejuk. Keindahan musim panas memang pada waktu malam. Kala langit cerah. Bulan terang.

Bintang-bintang gemerlapan. Dan debu tidak berhamburan.

Menikmati suasana alam diatas suthuh apartemen sangat menyenangkan. Nun jauh di

sana cahaya lampu-lampu rumah dan gedung-gedung dekat sungai Nil tampak berkerlap-kerlip

diterpa angin. Sayup-sayup kami mendengar bunyi irama musik rakyat mengalun di kejauhan

sana. Mungkin ada yang sedang pesta. Alunan itu ditingkahi puja-puji syair sufi. Khas senandung

malam delta Nil.

Suasana nyaman ini akan jadi kenangan tiada terlupakan. Dan kelak ketika kami sudah

kembali ke Tanah Air, kami pun akan merindukan suasana indah malam musim panas di Mesir

seperti ini.

Usai makan kami tidak langsung turun. Kami tetap bercengkerama ditemani semilir angin

dari sungai Nil dan satu botol air segar tamar hindi. Kami bercerita tentang malam-malam

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 42 -

Page 43: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

berkesan yang pernah kami lewati. Rudi Marpaung yang berasal dari Medan menceritakan

pengalamannya menginap bersama teman-temannya ketika masih balita di Brastagi. Menyewa

villa dan mengadakan shalat tahajjud bersama dalam dinginnya malam. Suasana jadi semakin

asyik ketika Hamdi mengisahkan pengalamannya yang menegangkan selama tersesat di lereng

Gunung Lawu.

............................................................................................................

(Ayat-ayat Cinta: Habiburrahman El Shirazy)

Tugas Individu

1. Apa tema kutipan novel

terebut?.................................................................................................

2. Siapa tokoh-

tokohnya?................................................................................................................

3. Dimanakah latar cerita terebut? Jelaskan

jawabanmu!...............................................................

4. Peristiwa apa yang tergambar dalam kutipan novel tersebut?

Jelaskan !....................................

5. Bagaimanakah perwatakan masing-masing tokoh

tersebut!........................................................

6.Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah.......................................................................

7.Siapakah tokoh protagonis dalam kutipan novel tersebut? ..........................................................

8.Tuliskan watak masing-masing tokoh dalam kutipan novel tersebut ? ......................................

9. Nilai kehidupan apakah yang terdapat dalam kutipan novel tersebut? .......................................

10. Unsur budaya yang terdapat dalam kutipan tersebut adakah yang masih sesuai dengan

kehidupan sekarang! Jelaskan!

......................................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 43 -

Page 44: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan tokoh-tokoh dan karakternya dalam

hikayat menentukan latar dalam hikayat menentukan tema hikayat mengidentifikasi nilai yang

terdapat dalam hikayat menghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilai budaya

sekarang

MATERI

Hikayat

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang

berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun

kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.

Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan

semangat juang.

Contoh Hikayat :

HIKAYAT BAYAN BUDIMAN

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 44 -

STANDAR KOMPETENSI Membaca3. Memahami cerita pendek, novel, dan hikayat

KOMPETENSI DASAR : 3.3Mendeskripsikan relevansi hikayat dengan kehidupan sekarang

INDIKATOR : Menentukan tokoh-tokoh dan karakternya dalam hikayatMenentukan latar dalam hikayatMenentukan tema hikayatMengidentifikasi nilai yang terdapat dalam hikayatMenghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilai budaya sekarang

Page 45: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Khoja Mubarak seorang saudagar kaya di negeri yang bernama Ajam. Beliau mempunyai

seorang anak yang bernama Khoja Maimun. Apabila cukup umurnya, Khoja Maimun telah

dikahwinkan dengan Bibi Zainab.Oleh kerana hampir kehabisan harta, Khoja Maimun

bercadang untuk pergi belayar dan berniaga. Sebelum belayar, Khoja Maimun telah membeli

dua ekor burung sebagai peneman isterinya sepeninggalan beliau pergi belayar. Seekor burung

bayan dan seekor burung tiung. Apabila sampai masa hendak pergi belayar, Khoja Maimun

berpesan kepada isterinya supaya sentiasa bermuafakat dengan burung-burung itu sebelum

melakukan sesuatu perkara.

Sepeninggalan Khoja Maimun, Bibi Zainab yang tinggal sendiri berasa kesunyian.

Semasa duduk termenung di tingkap, seorang putera raja lalu dihadapan rumahnya. Kedua-

duanya saling berpandangan dan berbalas senyum.

Sejak hari itu Bibi Zainab telah jatuh berahi terhadap putera raja itu. Putera Raja itu

juga telah jatuh cinta pada Bibi Zainab. Dengan perantaraan seorang perempuan tua,

pertemuan antara mereka berdua telah dapat di atur.

Sebelum meninggalkan rumahnya, Bibi Zainab telah menyatakan hasratnya kepada

burung tiung betina yang diharapnya akan lebih memahami perasaannya. Maka jawab tiung;

“ya, tuan yang kecil molek, siti yang baik rupa, pekerjaan apakah yang tuan hamba

hendak kerjakan ini? Tiadakah tuan takut akan Allah subhanahu wataala dan tiadakah tuan malu

akan Nabi Muhammad, maka tuan hendak mengerjakan maksiat lagi dilarangkan Allah Taala dan

ditegahkan Rasulullah s.a.w. Istimewanya pula sangat kejahatan, dan tiada wajib atas segala

perempuan membuat pekerjaan demikian itu. Tiadakah tuan mendengar di dalam al-Quran dan

kitab hadis Nabi, maka barangsiapa perempuan yang menduakan suaminya, bahawa

sesungguhnya disulakan oleh malaikat di dalam neraka jahanam seribu tahun lamanya…”

Teguran burung tiung betina itu membuatkan Bibi zainab marah lalu dihempaskan

burung itu ke bumi. Matilah burung itu.

Bibi Zainab setertusnya meminta nasihat daripada burung bayan pula sambil

mencurahkan hasrat hatinya itu. Setelah mendengar semuanya, burung bayan pun berkata;

“Adapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, insyaAllah di

atas kepala hambalah menanggungnya, jika datang suami tuan pun, tiada mengapa, daripada

hamba inipun hendak membuat bakti kepada tuan dan berbuat muka pada suami tuan itu. Baiklah

tuan segera pergi, kalau-kalau lamalah anak raja itu menantikan tuan, kerana ia hendak bertemu

dengan tuan. apatah dicari oleh segala manusia di dalam dunia ini, melainkan martabat,

kebesaran dan kekayaan?Adakah yang lebih daripada martabat anakj raja? tetapi dengan ikhtiar

juga sempurnalah adanya. Adapun akan hamba tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas

bayn yang dicabut bulunya oleh seorang isteri saudagar….“

Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan

rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan

cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam pertemuannya

dengan putera raja. begitulah seterunya sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 45 -

Page 46: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat

menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama

baik tuannya serta menyelamatkan rumahtangga tuannya.

Antara ceriota bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak

yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan

anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya

tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari

mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak

sembuh melainkan diubati dengan hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan membunuh

anak kera itu untuk mengubati anaknya.

Sebuah lagi cerita bayan ialah mengenai seorang lelaki yang sangat mengasihi isterinya.

Apbila isterinya meninggal dunia, dia telahj memohon dioa kepada Tuhan supaya separuh

daripada umurnya dibahagikan kepada isterinya. Doa itu dikabulkan dan isterinya hidup semual.

Namun, si isteri tidak jujur dan lari dengan seorang saudagar kaya. Lelaki itu menjejaki

isterinya kerana menyangka isterinya dilarikan oleh saudagar kaya itu. Tetapi dia telah dihina

dan diusir oleh isterinya. Kerana marah dan kecewa, lelaki itu memohon agar Tuhan

mengembalikan usianya yang telah diberi kepada isterinya. Dengan kehendak Tuhan, isterinya

mati semula.

Dalam cerita yang lain pula, bayan bercerita mengenai pengorbanan seorang isteri.

seorang puteri raja yang kejam telah membunuh 39 orang suaminya. suaminya yang keempat

puluh telah berjaya menginsafkannya dengan sebuah cerita mengenai seekor rusa betina yang

sanggup menggantikan pasangannya, rusa jantan, untuk disembelih. Begitu kasih rusa betina

kepada pasangannya sehingga sanggip mengorbankan diri untuk disembelih. Puteri itu insaf dan

tidak jadi membunuh suaminya yang keempat puluh itu, malah sanggup berkorban apa sahaja

untuk suaminya.(Sumber : Sari Sastera Lama untuk STPM, Zainuddin Saad)

Tugas Indinvidu

1. Hikayat adalah hasil sastra berbentuk ...................................................................................

2. Apakah perbedaan mendasar antara hikayat dengan karya sastra dongeng?

................................................................................................................................................

3. Siapakah tokoh utama dalam hikayat di atas?

................................................................................................................................................

4. Konfliks apakah yang dialami tokoh utama?

................................................................................................................................................

5. Nilai-nilai kehidupan apakah yang bisa kita petik dari Hikayat Bayan Budiman

tersebut? .................................................................................................................................

...............

6. Adakah hubungan nilai kehidupan itu dengan masyarakat sekarang?

................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 46 -

Page 47: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

7. Adakah penggunaan bahasa yang kini sudah tidak lagi digunakan? Tuliskan kata-kata

tersebut!

....................................................................................................................................

8. Tuliskan majas-majas apa saja yang digunakan dalam Hikayat Bayan Budiman tersebut?

................................................................................................................................................

....................................................................................................................................

9. Latar apa saja yang digunakan dalam Hikayat Bayan Budiman?

....................................................................................................................................

10. Tuliskan kembali Hikayat Bayan Budiman dengan menggunakan bahasa Indonesia yang

baik dan benar!.......................................................................................................................

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan perasaan dalam bentuk

puisi dengan menggunakan diksi, majas, rima, dan irama, serta disesuaikan bentuk dan isi puisi,

menulis puisi berdasarkan objek atau berdasarkan pengalaman, menyunting puisi

Materi

Menulis adalah salah satu kegiatan yang sangat menakjubkan. Dengan menulis, kita bisa

menuangkan ide atau gagasan yang ada di pikiran kita, menuangkan isi hati kita melalui bahasa

tulisan sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain. Dengan menulis, kita bisa mentransfer

pengetahuan dan hasil pembelajaran kita kepada orang lain sehingga bermanfaat bagi sesama

musafir kehidupan. Menulis juga merupakan media aktualisasi diri.

Kegiatan menulis memamg membutuhkan konsentrasi penuh. Menulis puisi tentulah

berbeda dengan menulis prosa. Menulis puisi berdasarkan pengamatan dapat kita lakukan dengan

cara:

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 47 -

STANDAR KOMPETENSI : Menulis4.Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama KOMPETENSI DASAR : 4.1 Menulis puisi berdasarkan pengalaman atau

pengamatan INDIKATOR : Mengekspresikan perasaan dalam bentuk puisi dengan menggunakan diksi, majas, rima, dan irama, serta disesuaikan bentuk dan isi puisiMenulis puisi berdasarkan objek atau berdasarkan pengalamanMenyunting puisi

Page 48: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

1. Rangsang gambar

Pada cara ini kita dapat menggunakan gambar sebagai alat rangsang kita dalam mencuptakan

puisi. Kita dapat mengidentifikasi setiap objek/detail dan peristiwa pada gambar kemudian

menuliskan hasil pengamatan terhadap gambar ke dalam beberapa kata atau kalimat.

2. Lihat objek

Cara melihat objek secara langsung dapat dilakukan bila objek berada di dekat kita. Cara ini

akan mendekatkan kita pada objek yang akan jadikan puisi.

3. Kilas balik

Cara menciptakan puisi seperti ini artinya kita mengingat kembali pengalaman yang telah

terjadi. Pengalaman tersebut dapat membangun daya imajinasi terhadap suatu peristiwa.

Tugas Individu

Amatilah salah satu gambar berikut! Tulislah puisi berdasarkan pengamatan Anda,

gunakan diksi, majas yang sesuai!

Gambar 1

Gambar 2

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 48 -

Page 49: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Mengekspresikan gagasan dalam bentuk

cerpen berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan mengembangkan:

- penokohan

- alur

- latar

- sudut pandang orang ketiga

MATERI

Menulis Cerpen dengan Sudut Penceritaan Orang Ketiga

Hal-hal berikut dapat dijadikan pengarah untuk menulis cerpen.:

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 49 -

STANDAR KOMPETENSI : Menulis4.Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama KOMPETENSI DASAR : 4.2 Menulis cerita pendek berkenaan dengan

kehidupan seseorang dengan sudut penceritaan orang ketiga

INDIKATOR : Mengekspresikan gagasan dalam bentuk cerpen berkenaan dengan kehidupan seseorang

dengan mengembangkan:penokohanalurlatarsudut pandang orang ketiga

Page 50: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

a. Temukan ide cerita dan rumuskanlah menjadi sebuah tema. Ide cerita dapat diperoleh

dari pengalaman dan kehidupan para sendiri. Untuk memperoleh ide cerita diperlukan

pengetahuan yang cukup, tentang kehidupan dan ketajaman observasi.

b. Membuat garis besar atau outline dari jalan cerita. Dalam outline tersebut terdapat

bagian awal, tengah, dan akhir cerita. Outline berfungsi untuk menyusuri jalan cerita,

sehingga tidak banyak yang menyimpang.

c. setelah garis besar dibuat, bermainlah dengan imajinasi untuk mengungkapkan apa

yang ada dalam pikiran.

d. Tentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa antagonisnya, bagaimana latar

belakang ceritanya, bagaimana watak tokoh- tokohnya, bagaimana plotnya, di mana

klimaksnya, sudut pandang yang dipakai, dari mana cerita berawal, dan bagaimana

cerita ditutup.

Pada periode ini diperlukan kemampuan berpikir yang penuh konsentrasi, logika yang

tajam, dan nalar yang kritis. Jika sudah mampu dikuasai kita memiliki potensi besar untuk

berkreasi secara produktif guna mencipta sebuah cerpen.

Dunia cerita pendek sebuah alam di dasar laut karang yang dalam. Makin kita menyelam

dengan minat yang tajam, makin asyik dan terpukau kita oleh keindahan dan kekayaannya. Dan

untuk dapat menikmati semua itu, diperlukan usaha keras dan latihan terus-menerus. Sehingga

akan diperoleh karya cerpen yang penuh imajinasi dan fantasi nyata dari kehidupan manusia.

Tugas individu

Tulislah sebuah cerita pendek berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan mengembangkan:

- penokohan

- alur

- latar

- sudut pandang orang ketiga

Ikutilah prosedur berikut ini!

1. Tentukan atau rumuskan tema dan amanat yang akan Anda jadikan dasar atau jiwa cerita

pendekmu!

2. Daftarlah peristiwa –peristiwa yang hendak kamu gunakan untuk mengemabangkan cerita

pendekmu!

3. Ciptakan sebuah tokoh (dan mungkin pelaku lain) beserta watak atau karakter yang

dimilikinya!

4. Tentukan latar bermainnya cerita (setting) dan sudut pandang penceritaan orang ketiga

5. Susunlah cerita pendek berdasarkan tema dan amanat, tokoh dan perwatakannya, setting

dan sudut pandang penceritaan yang sudah ditentukan! Perhatikan pemakaian kalimat,

pilihan kata (diksi), penggunaan ejaan dan tanda baca!

Selamat mengerjakan dan berkreasi!

Tempat mengerjakan:

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 50 -

Page 51: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

................. ..........................................................................................................................................

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengekspresikan gagasan dalam bentuk

drama dengan mengembangkan: tema,penokohan,alur,latar. Menganalisis penulisan drama

dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca

MATERI

Menulis Naskah Drama

Bagaimana cara menulis sebuah naskah drama?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 51 -

STANDAR KOMPETENSI : Menulis4. Mengungkapkan

pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama

KOMPETENSI DASAR 4.3 Menulis drama pendek berdasarkan cerita pendek atau novel

INDIKATOR : Mengekspresikan gagasan dalam bentuk drama dengan mengembangkan tema, penokohan, alur, dan latarMengekspresikan gagasan dalam bentuk drama dengan mengembangkan:

- tema- penokohan- alur- latar

Menganalisis penulisan drama dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca

Page 52: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Naskah drama tergolong cerita rekaan yang terdiri atas dua unsur : notasi (catatan) dan

dialog. Notasi biasanya ditulis di antara tanda kurung atau ditulis dalam huruf kapital (besar), dan

merupakan pedoman akting, blocking, dan setting bagi aktor, sutradara, dan mereka yang terlibat

langsung dalam suatu penggarapan naskah. Sedangkan dialog adalah bagian yang harus

diucapkan oleh aktor ketika pentas dan berbicara dengan lawan mainnya.

Cara menulis naskah drama bisa dibuat langsung dengan cara mengungkapkan ide cerita

dalam bentuk naskah drama atau mengubah bentuk karya sastra lain (novel, cerpen, atau puisi).

Langkah-langkah Menulis Naskah Drama

1. Menentukan tema cerita

Tema cerita dapat diambil dari kenyataan hidup sehari-hari yang ada di sekeliling kita.

Misalnya , tentang pergulatan dalam usaha mencari nafkah, kasih sayang, percintaan,

kenakalan remaja, kekerasan hidup di kota, kesejkan desa dan sebagainya.

2. Menyusun kerangka cerita

Bagi penulis pemula, kerangka cerita sebaiknya dituliskan terlebih dahulu agar

membantu proses selanjutnya. Pada bagian ini kamu harus mengembangkan daya

khayal (imajinasi) sehingga dapat merencanakan adegan-adegan yang diinginkan.

Hasil menyusun kerangka cerita dapat berupa ringkasan cerita atau sinopsis.

Untuk kebutuhan menyusun kerangka cerita, diperlukan pemahaman alur cerita

rekaan. Alur atau plot adalah cara pengarang menjalin peristiwa-peistiwa yang dialami

tokoh cerita, dengan memperlihatkan hukum sebab-akibat.

3. Menentukan konflik cerita

Konflik adalah keteganggan atau pertentangan antartokoh cerita. Setelah kerangka

cerita selesai dibuat, perlu dipertimbangkan kembali pada bagian-bagian mana konflik

akan diletakkan. Konflik merupakan bagian penting dalam sebuah naskah drama.

Naskah drama yang baik akan selalu terdiri atas konflik-konflik. Ini berarti, kekuatan

sebuah naskah drama terletak pada cara penagrang dalam menajlin konfliks

antartokoh melalui jalan cerita.

Di dalam naskah drama juga harus terdapat klimaks atau puncak dari selruh konflik.

Pada saat menulis naskah drama, kita harus dpat menempatkan klimaks pada bagian

yang tepat, agar cerita drama menarik.

4. Menentukan tokoh cerita dan perwatakannya

Pada langkah ini kita mulai menentukan nama masing-masing tokoh, dengan

gambaran wataknya. Perwatakan dapat dibedakan menjadi dua, fiik dan psikis (sifat

atau karakter). Perwatakan fisik berarti gambaran tentang fisik tokoh : cantik,

bongkok, berkacamata, berambut panjang, bermata sifit, gagu, kaki cacat, kurus,

gemuk, dan sebagainya. Perwatakan psikis berarti gambaran sifat atau karakter tokoh :

pemarah, suka iri, baik hati, lucu, licik, lembut, berwibawa, dan sebagainya.

5. Menyusun naskah

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 52 -

Page 53: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Setelah seluruh kebutuhan menulis naskah ditetapkan, berikutnya adalah menysun

naskah. Pada langkah inilah kegiatan menulis naskah yang sesungguhnya

berlangsung. Pilihlah kata-kata yang dapat mewakili pikiran dan perasaan! Ingat

naskah drama selalu berupa notasi dan dialog! Pada bagian notasi, perlu pula kamu

singgung tentang gambaran latar cerita dan amanat atau pesan moral yang ingin kamu

sampaikan melalui cerita itu.

Langkah-langkah di atas merupakan pilihan cara. Oleh karena itu, kita boleh menulis

dengan langkah-langkah yang berbeda.

Menentukan Judul

Selain langkah-langkah di atas, ada hal lain yang juga penting diperhatikan, yaitu

menentukan judul cerita. Menentukan judul cerita rekaan dapat dilakukan kapan pun,

sebelum menulis cerita, ketika sedang menulis, atau setelah cerita selesai ditulis.

Secara umum judul cerita rekaan harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Sesuai dngan isi dan tema cerita

2. Menarik dan membawa daya khayal tersendiri

3. Tidak terlalu panjang (singkat tetapi tepat)

4. Penuh rasa ingin tahu pembaca

Perhatikan contoh naskah berikut !

Adegan 1

Panggung menggambarakan sebuah gubug reot. Gubug ini hanya mempunyai satu

ruangan, di tengah ruangan terdapat sebuah meja dan sebuah kursi panjang dari bembu. Di

salah satu sudut ruangan terlihat sebuah gentong dari tanah didekatnya disisipkan tiga buah

piring plastik dan sebuah sendok yang sudah kusam. Pada sudut yang lain sebuah wadah

berasa kosong tergeletak dekat perapian yang tidak berapi sisa kayu bakar maih terlihat.

Cahaya lampu minyak menerangi ruangan. Di salh satu sudut lain dari ruangan sempit terlihat

balai-balai yang lapuk. Di atasnya Mbok Kromo sedang menidurkan Atun, anaknya yang

berusia lima tahun. Lampu panggung disorotkan ke bale-bale.

Mbok Kromo : (bercerita) Joko Kendil adalah pemuda yang ......

Atun : (merengek) Mbok makan ! Mbok makan !

Mbok Kromo : (pura-pura tidak mendengar dan tetap melanjutkan bercerita) Akhirnya

Joko Kendil menjadi orang kaya dan...

Adegan 2

Panggung menggambarkan sebuah pos kamling, lampu panggung dinyaakan

menyorot pos kamling. Dua orang peronda Samin dan Paidin terlihat duduk, mengobrolkan

tentang selamatan desa yang diadakan empat bulan lalu.

Samin : Tidak terasa yah Din, sudah empat bulan lalu selamatan diadakan

Paidin : Iya Kang. Sudah empat bulan kapan lagi yah selamatan desa diadakan?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 53 -

Page 54: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Samin : Ah pada masa paceklik sekarang ini tidak mungkin selamatan desa

diadakan Din?

Paidin : Iya ya Kang

Tiba-tiba terdengar burung kulik-kulik. Burung yang dipercaya pendduduk dsa

sebagai pengabar ata kehadiran seorang pencuri. Mendengar suara burung itu Samin dan

Paidin salaing pandang.

Samin : (mencolek bahu Paidin agak takut) Mari jalan-jalan sebentar, kalau ada

apa-apa nanti kita yang disalahkan.

Paidin : .......

Tata panggung dalam drama haruslah sesuai dengan adegan yang akan dimainkan.

Mengubah Cerpen ke dalam bentuk drama

Contoh cerpen yang akan kita buat naskah drama:

Sepulang sekolah Aini bergegas memasukan buku-bukunyamenyambar tasnya,

“Mudah-mudahan Bu Sastra hari ini banyak bahan yang bisa aku jahit,” gumam

Aini.

”Ni jadi tidak cari uang tambahan? Nurul teman sekelasnya menpuk pundak Aini

dari belakang. “jadi dong, ayo berangkat,” sahut Aini antusias.

Di ranjang besi tua tergolek seorang ibu kira-kira berusia 40 tahun, memakai

baju daster batik lusuh di pelipisnya menempel obat penghilang pusing berwarna

putih, yah sebangsa koyolah. Rumah itu sepertinya tak layak huni, atapnya yang

sudah bocor disana –sini. Dinding rumah yang sudah mengelupas nyaris tidak

tersisa warna catnya.

Ibu Aida yang terbaring adalah orangtua Aini. Ukh..ukh..ukh..., batuk yang

terdengar terasa menyiksa. “Kenapa sudah siang begini Aini belum juga

pulang,”gumam ibu Aida sambil mendekap dadanya yang terasa sesak.Tak

berapa lama, kira-kira pukul 4 sore, Aini pulang dengan menenteng kantong

plastik berisi nasi bungkus. Pintu rumah terkunci, untung Aini membawa kunci

cadangan. Pintu rumah terbuka, tas dan kantong plastik yang dibawa Aini

terlempar dengan tiba-tiba. .........................................................

Hasil naskah drama

Adegan 1

Suasana yang gaduh sehabis bel pelajaran berakhir .di ruang kelas terlihat beberapa

anak yang masih berbincang-bincang, sebagian sudah sibuk dengan tasnya hendak pulang.

Tak terkecuali Aini siswa kelas X di sebuah SMA negeri terkemuka.

Aini : (berbicara sendiri sambil memasukkan semua bukunya ke tas) aku harus cepat ke

rumah Bu Ayu, mudah-mudahan banyak bahan yang bisa aku jahit.

Nurul : (menepuk pundak Aini) “Ni, gimana jadi tidak cari uang tambahan?”

Aini : “Jadi dong yo berangkat.”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 54 -

Page 55: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tugas Kelompok !

Berkelompoklah, masing-masing kelompok 4 orang siswa!

1. Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang contoh penyusunan drama tersebut,

kemudian lanjutkan naskah dra tersebut sampai lima adegan. (kerjakan dalam lembaran

kertas folio)

2. Tukarkan naskah drama yang telah kalian buat pada kelompok lain. Lakukan kegiatan

saling menganalisis naskah drama dengan memperhatikan penggunaan ejaan, tanda baca,

dan pilihan kata, kemudian berilah tanggapan!

3. Lakukan perbaikan berdasarkan masukan teman kemudian peragakan secara bergantian.

Tagihan Individual !

Susunlah sebuah naskah drama berdasarkan cerpen berikut ini, minimal satu babak dan terdiri

dari dua adegan!

Tamu Yang Datang Menjelang Lebaran

Cerpen Rachmat H. Cahyono

1

Malam itu, di kamar mereka, Arman menunggui istrinya dengan pandangan bertanya. Sorot

matanya menuntut penjelasan. Sebagai suami --predikat yang telah disandangnya selama

bertahun-tahun-- ia cukup peka untuk bisa ikut merasakan, Alia sesungguhnya tak menghendaki

kehadiran ayahnya sendiri di rumah mereka. Setelah tiga hari berlalu, terasa kehadiran orang

tua itu telah menyerap semua kehangatan suasana yang tadinya selalu mewarnai rumah mereka

menjelang datangnya Hari Lebaran. Ia tahu siapa sesungguhnya sumber penyebab perubahan

itu. Bukan orang tua itu, tetapi Alia, istrinya sendiri.

"Ceritakan semuanya, Alia, ceritakan," pinta Arman dengan lembut sambil memeluk

istrinya.

Alia memejamkan matanya. Kalau boleh memilih, ia justru ingin tetap bungkam dan mencoba

mengubur kenangan masa silam itu. Wajahnya tampak berat. Alangkah sukarnya menghapus

kenangan buruk itu. Alia memandang wajah suaminya. Dari sorot mata Arman, Alia tahu

suaminya kali ini tidak ingin dibantah.

2

Lebaran. Tanah boleh basah. Udara boleh lembap. Angin menyelusup di sela-sela daun gugur.

Awan kelabu. Matahari sembunyi di baliknya. Hujan tiba-tiba rajin membasahi bumi. Kota

menjadi basah. Terus-menerus basah. Juga jalan-jalan dan halaman rumah. Orang-orang

bergegas menghindarinya. Genteng-genteng coklat di perumahan yang tumbuh merapat,

berubah warna menjadi lebih tua dari biasanya.

Lebaran. Bau rumput dan dedaunan basah. Di halaman. Di taman-taman kota. Itu

kemewahan tersendiri dalam kehidupan metropolitan yang akrab dengan debu dan polusi. Ya,

tak ada alasan untuk tidak mencintai hari Lebaran. Ketika bumi sejenak istirah, dan matahari

terasa lebih ramah. Ya, ya, bukan hanya matahari. Karena orang-orang juga berwajah lebih

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 55 -

Page 56: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

ramah daripada biasanya. Ada senyum di bibir. Di mata. Di hati. Ya, inilah hari Lebaran. Pada

hari Lebaran, langit boleh kelabu, tapi tidak hatimu. Ini hukum tak tertulis yang seharusnya

diyakini setiap orang ketika hari yang fitri itu datang. Seperti yang selama ini Alia yakini. Diam-

diam.

Tapi tidak kali ini. Karena hantu dari masa silam itu telah datang. Lorong kelabu yang

dalam dari masa silam itu muncul kembali dan siap menenggelamkannya. Padahal telah lama ia

berupaya menghapus bayangan itu agar lenyap dari hatinya. Upaya itu sia-sia belaka, sama sia-

sianya mencoba mencegah matahari terbit dari timur. Ya, setiap orang punya masa silam yang

mungkin terlalu pahit untuk dikenangkan kembali. Alia percaya, selalu ada sebuah kamar

rahasia dalam hatimu, tempat kaubisa menyimpan semua cerita dukamu, dan menguncinya

rapat-rapat karena kau enggan berbagi dengan orang lain. Atau kau tak menghendaki cerita itu

tiba-tiba meluncur dari mulutmu. Dalam hati kau berharap waktu bisa menyembuhkan luka masa

silammu. Tapi ternyata tidak mudah. Karena waktu ternyata memiliki luka dan dukanya sendiri.

Diam-diam, terbayang kembali di benaknya peristiwa beberapa hari lalu. Rintik hujan

gerimis dan bumi yang basah saat itu mempercepat terbukanya kembali luka-luka itu. Saat itu

seorang lelaki tua tiba-tiba telah berdiri di ambang pintu rumahnya. Alia pangling. Namun, ia

masih bisa mengenali lekuk-lekuk wajah lelaki tua itu yang tersimpan rapat-rapat di lubuk

hatinya.

"Bapak?!" Suaranya terkesiap dan terkesan gamang.

Ah, alangkah cepat tahun-tahun berlari. Lebih 30 tahun sudah, semenjak terakhir ia

bertemu dengan orang tua itu.

"Siapa, Alia?" Arman muncul dan berdiri di belakangnya, ikut menatap dengan

pandangan bertanya kepada tamu yang datang tanpa diundang. Hening sesaat. Hanya suara

hujan yang asyik menari di atas genteng yang pucat coklat. Di antara daun-daun tanaman

penghias halaman.

Alia masih terkesima, tak tahu harus berkata apa. Orang tua itu, dengan suara pelan,

memperkenalkan dirinya kepada Arman. Dengan sebat Arman mempersilahkan orang tua itu

masuk ke rumah mereka.

Begitulah, tiga hari berlalu semenjak kehadiran ayahnya yang begitu tiba-tiba di rumah

mereka. Tiga hari yang meletihkan sekaligus menyakitkan. Karena Alia --tanpa diinginkannya--

terpaksa mengingat kembali luka-luka kehidupan masa silamnya. Ia harus mengakui dengan

getir: semua ceritanya kepada keluarganya selama ini dusta!

3

Masa kecil Alia sesungguhnya tidak terlalu buruk. Memang tidak bisa dibandingkan dengan

anak-anak sekarang yang terbiasa dengan berbagai permainan elektronik dan komputer. Namun,

tetaplah bukan masa kecil yang buruk. Justru ia merasa masa kanak-kanaknya lebih berwarna

dibandingkan anak-anak sekarang. Ia dapat menikmatinya secara wajar bersama teman-teman

di desanya. Bermain di bawah sinar bulan, membuat sendiri permainannya, atau berlarian di

pinggir sungai mengejar capung yang beterbangan. Alia kecil juga cukup bangga dengan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 56 -

Page 57: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

ayahnya yang pernah ikut berjuang pada masa revolusi kemerdekaan dulu sehingga memperoleh

bintang gerilya yang terbuat dari perunggu. Ayahnya selalu memamerkan bintang gerilya itu

dengan bangga kepadanya. Keadaan berubah menjelang Alia menamatkan sekolah dasar. Alia

kecil tentu belum paham mengenai krisis ekonomi dan krisis politik yang terjadi di negaranya

waktu itu, pada tahun 1960-an. Yang ia tahu hanyalah, makanan dan pakaian semakin sulit

didapatkan. Jenis makanan favoritnya yang biasa dihidangkan ibunya menghilang dari meja

makan. Bahkan ada orang mati kelaparan di desanya. Yang lebih mujur bergentayangan seperti

mayat hidup berperut bengkak karena busung lapar.

Samar-samar, terdengar berita bahwa kaum komunis mencoba melakukan

pemberontakan dan merebut kekuasaan. Di Jakarta, terjadi pembunuhan terhadap beberapa

jenderal Angkatan Darat. Meskipun tidak paham, Alia kecil menyadari, ada sesuatu yang

menakutkan menguasai sekitarnya. Ayahnya semakin sering menghadiri rapat-rapat umum dan

jarang pulang ke rumah. Sikapnya semakin keras terhadap siapa pun. Bahkan terhadap

keluarganya sendiri.

"Sayangku, semua itu terjadi lebih 30 tahun lalu. Banyak orang menderita karena

pertarungan politik waktu itu, bukan hanya keluargamu," Arman menyela cerita istrinya. Ia

mencoba menghibur Alia yang berlinangan air mata ketika mulai menceritakan masa lalu

keluarganya.

Alia terdiam sejenak dan membersihkan matanya yang berkabut. Batinnya membenarkan

apa yang dikatakan Arman. Politik? Ah, siapa yang tidak tahu. Politik tidak hanya mampu

mengubah wajah sebuah negeri. Politik juga mampu menembus relung-relung kehidupan paling

pribadi, mengubah perjalanan hidup seseorang, sebuah keluarga. Dan menghancurkannya.

"Kurasa sudah saatnya kau mengubur semua itu dan menata kembali hidupmu. Kau

masih memiliki kami, aku dan anak-anak. Please, honey. Jangan biarkan masa silam

memerangkapmu," Arman terus mencoba membesarkan hatinya.

Dengan mata berkaca-kaca, Alia memandang suaminya tercinta. Suasana kamar tidur

mereka mendadak senyap. Ia tahu tidak semudah itu. Apa yang terjadi pada keluarganya adalah

tragedi. Seperti juga dialami banyak keluarga lain pada waktu itu.

Seperti setengah bermimpi, dengan lirih Alia berkata, "Kau tahu, sayang. Permainan

politik dan kekuasaan bukan hanya mampu mengubah wajah sebuah negeri, tetapi juga mampu

mengubah seorang ayah menjadi makhluk kejam yang dibenci keluarganya sendiri."

"Apa maksudmu, Alia?" lia terdiam sejenak. Bahunya bergoncang. Ia mencoba

mengumpulkan kekuatan dalam dirinya. Ia merasa, sekaranglah saatnya. Ya, sekaranglah

saatnya menceritakan semuanya. Berbagi beban itu dengan suami dan keluarganya tercinta.

Waktu merambat pelan. Dengan takjub Arman mendengarkan setiap kata yang keluar

dari mulut istrinya. Diam-diam timbul kesadaran dalam dirinya: betapa selama ini ia tak cukup

mengenal siapa istrinya, dan luka macam apa yang diderita dalam hati perempuan yang

dicintainya itu.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 57 -

Page 58: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Ah, siapa menyangka masa silam istrinya begitu pahit. Itu dimulai ketika ayahnya

berubah sikap menjadi keras dan revolusioner. Tidak hanya terhadap orang-orang sedesa yang

dinilainya berbeda aliran politik, tetapi juga kepada keluarganya sendiri.

"Ketika Ibu membanting tulang untuk menghidupi keluarga, Bapak malah menghabiskan

waktunya untuk kepentingan partai. Aku malah pernah melihat Bapak memukuli seorang

sepupunya sendiri bernama Sapardi, sampai babak belur dan pingsan, hanya karena berbeda

pandangan politik. Kau bisa membayangkan kalau ayahmu berubah menjadi seorang algojo

yang siap mengganyang siapa saja yang berbeda pandangan dengannya? Aku pernah

mengalaminya. Aku pernah melihatnya langsung beraksi dengan tongkat kayu jati

kesayangannya. Kau bisa membayangkan perasaanku sebagai anak-anak waktu itu, Mas

Arman?"

Arman menggeleng. Masa kanak-kanaknya jauh lebih beruntung daripada Alia. Ia tahu

trauma semacam itu tentu akan membekas bertahun-tahun di benak seorang anak. Terukir

seperti lukisan kuno di dinding goa yang gelap.

Puncaknya adalah ketika sang Bapak memutuskan meninggalkan keluarganya untuk

mengawini seorang perempuan muda aktivis partainya, dekat menjelang peristiwa

pemberontakan yang akhirnya membawa sang Bapak dan orang-orang partainya ke balik

tembok penjara.

"Kami --termasuk almarhum Ibu-- lalu meninggalkannya. Kami hapuskan nama Bapak

dari hidup kami," suara Alia terdengar begitu dingin.

"Oh, sayangku," Arman memeluk istrinya. "Maafkan aku karena tidak pernah mengetahui

masa lalumu yang begitu pahit. Kenapa tidak dari dulu kau berbagi cerita dan kesedihanmu

denganku dan anak-anak kita?"

"Aku tidak tahu. Kucoba melupakannya, ternyata tidak mudah melakukannya."

Dengan mata berkaca-kaca Arman memandang istrinya yang tampak begitu kusut dan letih.

"Apa yang harus kulakukan?" Nada suara Alia terdengar begitu putus asa.

Hening sejenak. Waktu berlalu tanpa suara, sebelum lelaki berwajah sabar itu kembali memeluk

istrinya, berbisik dengan lembut ke telinganya, "Aku tahu apa yang harus kau lakukan, Alia.

Berdamailah dengan dirimu sendiri. Kau pasti bisa melakukannya. Aku dan anak-anak akan

mendukungmu sepenuhnya."

4

Fajar mulai merekah di ufuk timur. Suara takbir terdengar bersahut-sahutan dari pengeras

suara masjid. Dunia mulai terbangun. Bapaknya tampak terperanjat begitu menyadari

kehadirannya. Suasana taman di depan rumah Alia menjadi sunyi sesaat. Alangkah sulitnya bagi

Alia memulai percakapan di antara mereka.

Awalnya, yang muncul hanyalah kalimat-kalimat pendek, percakapan yang tersendat-

sendat mengenai hal-hal remeh. Sampai akhirnya justru orang tua itu yang lebih dulu

menyinggung masa lalu mereka.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 58 -

Page 59: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

"Bapak mengira akan tahan menghadapi semua ini, Alia. Ah, kesepian itu, alangkah

mengerikan. Semoga kau tidak akan pernah mengalami di masa tuamu nanti."

Alia diam, berharap orang tua itu menyelesaikan kalimatnya."Bapak telah banyak

melakukan kesalahan dalam hidup, sampai dimusuhi anak-anak sendiri. Itu mimpi paling buruk

bagi setiap orang tua."

Orang tua itu menyinggung keinginannya yang telah disimpan bertahun-tahun. Ia

bercerita bagaimana sedikit-sedikit ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menemui anak-

anaknya.

"Bertahun-tahun keinginan bertemu kau dan adik-adikmu Bapak buang jauh-jauh. Bapak

merasa kehilangan muka. Kesalahan Bapak terlalu besar kepada kalian dan kepada almarhum

ibumu."

Kebekuan di hatinya mulai mencair seperti kotak eskrim terkena sinar matahari. Ia

menangkap getar kepedihan dari suara bapaknya.

"Pada akhirnya Bapak datang juga ke sini. Mengapa?"

Sejenak orang tua itu terdiam. Suara burung menyapa pagi bergema di halaman.

"Maaf dari anak-anak di hari Lebaran. Itu yang mendorong Bapak menemuimu. Bertahun-tahun

Bapak berdoa agar bisa diterima kembali oleh anak-anakku. Sebelum Tuhan?," sang ayah

menunduk, tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.

Terang tanah. Namun, Alia masih dapat merasakan kehadiran embun di halaman,

membuat batinnya ikut merasakan kesejukan. Mendadak ia terdiam, kehilangan kata-kata, masih

terkesima dengan apa yang baru saja didengarnya.

Entah apa yang menggerakkannya, tiba-tiba saja Alia menghampiri orang tua itu. Ia

mencoba tersenyum dan menarik tangan orang tua itu ke dalam genggamannya. Tanpa kata. Alia

tidak tahu, apakah sekarang ia sudah bisa memberi maaf sepenuhnya kepada orang tua itu.

Namun, jika ada pertanyaan dari suaminya nanti, ia akan menjawab: ia telah siap terlahir

kembali sebagai manusia baru yang mencoba berdamai dengan diri dan masa silamnya sendiri.

Tempat mengerjakan :

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 59 -

Page 60: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Mengidentifikasi komponen kesastraan

cerpen Mengidentifikasi komponen kesastraan novel Mengidentifikasi komponen kesastraan

hikayat Membahas hubungan antarkomponen kesastraan masing-masing teks prosa naratif

dalam karya sastra yang relevan Menyimpulkan hasil pembahasan tentang struktur keseluruhan

masing-masing teks prosa tersebut.

MATERI

Komponen Kesasatraan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 60 -

STAN STANDAR KOMPETENSI : KesastraanM Menguasai komponen-komponen kesastraan dalam menelaah berbagai karya sastra

KOMPETENSI DASAR : 5.1 Mengaplikasikan komponen komponen kesastraan dalam menelaah berbagai karya sastra

INDIKATOR : Mengidentifikasi komponen kesastraan cerpenMengidentifikasi komponen kesastraan novelMengidentifikasi komponen kesastraan hikayatMembahas hubungan antarkomponen kesastraan masing-masing teks prosa naratif

dalam karya sastra yang relevanMenyimpulkan hasil pembahasan tentang struktur keseluruhan masing-masing teks

prosa tersebut.

Page 61: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Prosa Adalah bentuk sastra yang dinyatakan bebas. Cara ini tidak memiliki ikatan yang

luar biasa. Kata prosa diambil dari bahasa Latin orates provorsa, yang berarti ucapan langsung

Pada pelajaran yang lalu kita sudah mempelajari cerpen, novel, hikayat dan drama.

Setiapa karya sastra prosa memiliki unsur-unsur itrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi hasil

karya sastra prosa tersebut.

Komponen kesastraan tesebut merupakan hal yang mendasari terciptanya sebuah karya

sastra prosa. Kali ini kita akan menganalisis komponen kesastraan maing-masing karya sastra

tersebut.

Perbedaan komponen hasil sastra

Hasil Sastra Plot Tokoh Latar

Cerpen

Sederhana

Penggamabarn

peristiwa dan

konfliks terpusat

hanya pada satu

peristiwa saja

Tokohnya sedikit dan

biasanya tokoh tidak

berkembang

Latar digambarkan hanya

sekilas dan tidak terlalu

detail

Novel

Peristiwa

diceritakan dengan

kompleks dan lebih

beragam dan berliku

Tokoh-tokohnya

beragam dan

digambarkan dengan

terperinci

Latar lebih kompleks dan

beragam tergantung

peristiwa dalam cerita

yang ingin diungkapkan

Hikayat

Peristiwa dalam

cerita merupakan

peristia yang kait

mengait dan

merupakan satu

kesatuan yang utuh

peristiwa hanya

terpusat pada tokoh

utama saja

Tokohnya khusus hanya

orang yang memiliki

kelebihan, dewa, raja

atau orang sakti

Latar banyak

menggamabarkan

kemegahan istanah, alam

sekitar yang masih asli ,

banyak menggunkan latar

alam bebas

Perhatikan teks berikut

Dendang Sepanjang Pematang

Cerpen: M. Arman AZ

Adalah kenangan yang menghimbauku untuk menengok pohon randu itu. Letaknya

menjorok sekitar sepuluh meter di sebelah kiri jalan masuk kampung. Dahan-dahannya seperti

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 61 -

Page 62: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

masa lalu yang merentangkan tangan. Aku tergoda untuk membelokkan langkah ke sana.

Bersijingkat menyibak rimbun ilalang setinggi pinggang.

Ohoi, pohon randu, inilah dia si anak hilang. Lama sudah dia tak pulang. Sambut dan

peluklah dia sepenuh kenang. Kutelisik sisi belakang batang randu itu. Sekian tahun silam,

menggunakan sebilah belati milik kakek yang kupinjam tanpa izin beliau, aku dan beberapa

teman bergiliran memahat nama kami di sana. Tak ada lagi ukiran nama kami. Aku tersenyum

kecut menyadari kebodohanku barusan. Bukankah pohon randu terus tumbuh seiring guliran

waktu? Kuletakkan pantat di tanah yang lembab. Menyandarkan punggung di kekar batang

randu. Kuhela napas haru. Aroma humus dan ilalang mengepung dari segenap penjuru.

Dari pohon yang jadi tapal batas kampung ini dengan kampung seberang, kusaksikan pagi

menggeliat lagi. Ufuk timur perlahan benderang. Aku teringat selembar kartu pos bergambar

sunrise yang mengintip dari balik punggung gedung-gedung pencakar langit. Seorang teman

mengirimnya dari negeri yang jauh. Konon dia sekarang jadi kelasi kapal pesiar. Entah di belahan

dunia mana dia kini berada. Masih ingatkah dia pada pohon randu ini? Masih ingatkah dia pada

Pak Narto, guru kami dulu? Andai dia tahu beliau telah mangkat, sanggupkah dia lipat jarak dan

waktu agar bisa ikut mengantar kepergiannya?

Kemarin siang, di tengah raung mesin pabrik, ponsel tuaku bergetar. Sebuah nomor asing

berkedip-kedip gelisah. Aku kaget mendengar suara Ayub. Dia salah seorang sahabatku di

kampung. "Pak Narto wafat!" jeritnya dari seberang sana. Sebelum mengakhiri percakapan yang

tergesa-gesa, Ayub minta tolong agar kabar duka itu kusampaikan secara berantai ke teman-

teman lain Kutimang ponsel dengan gamang. Kenangan kampung halaman begitu menyentak.

**

Aku tertegun menatap rumah Ayub. Dindingnya dari papan. Di samping kiri ada tumpukan kayu

bakar. Tanaman hias memagari rumahnya. Ada kuntum kembang sepatu dan melati baru mekar.

Sedap dipandang mata. Di depan rumah ada bale-bale bambu. Ruas-ruasnya sudah renggang.

Kuucap salam di depan pintu yang separuh terbuka. Terdengar sahutan, langkah tergopoh, dan

derit pintu yang dikuak.

"Man?!" Dia terperangah. Aku tersenyum. Sudah lama kami tak bersua. Detik itu juga,

waktu seolah berhenti ketika kami saling berpelukan.

"Baru datang? Wah, pangling aku. Gemuk kau sekarang. Sudah jadi orang rupanya. Ah,

sampai lupa aku. Ayo masuk." Runtun kalimatnya. Dia tepuk-tepuk dan rangkul bahuku. Aku

duduk di kursi rotan ruang tamu. Tas kecil kuletakkan di lantai semen. Ayub memanggil istrinya.

Dikenalkan padaku seraya minta dibuatkan dua gelas kopi.

Wajah Ayub yang sesegar pagi cepat menghapus letihku. Diam-diam kucermati sosoknya.

Ia memakai kaos putih lusuh dan celana panjang hitam. Tubuhnya kekar. Kulitnya legam. Urat-

urat lengannya menyembul keluar. Ketika senyum atau bicara, gigi putihnya berderet rapi.

Dengan penuh keluguan ia dedahkan hidupnya kini.

Dari semua nama yang terpahat di batang randu, cuma Ayub yang masih setia pada

kampung ini. Yang lainnya telah pergi menyabung nasib ke kota, ke pulau seberang, bahkan ke

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 62 -

Page 63: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

negeri orang. Ayub hidup dari mengurus sawah dan ladang warisan orang tua. Katanya, meski

sempat diserang hama wereng, panen dua bulan lalu cukup lumayan. Hasilnya digunakan untuk

menyulap tanah kosong di belakang rumah jadi empang. Dia pelihara ikan mas dan gurami untuk

menambah penghasilan.

Aku ngilu waktu Ayub menyuruhku menginap di rumahnya. Tawaran itu menohok

batinku. Aku tak punya apa-apa lagi di sini. Setengah windu setelah Emak menyusul Abah ke

liang lahat, aku dan tiga saudaraku sepakat menjual sawah dan rumah. Kami ingin merantau.

Mencari nasib yang lebih baik. Setelah hasil penjualan dibagi rata, kami pun berpencar ke

penjuru mata angin.

Bagaimana menguraikan keadaanku pada Ayub? Aku cuma buruh pabrik tekstil di pulau

seberang yang gaji tiap bulan ludes untuk menghidupi istri dan empat anak yang masih kecil.

Bedeng kontrakan kami tak jauh dari kawasan pabrik. Berhimpitan dengan bedeng-bedeng

lainnya. Lingkungannya kumuh, dikepung bacin selokan dan tempat pembuangan sampah. Kami

sudah biasa antre mandi, buang hajat, atau cuci pakaian di WC umum yang ada di tiap pojok

bedeng.

Ayub terpana mendengar ceritaku. Sambil terkekeh-kekeh dia menyela, "Jangankan

mengalaminya, membayangkannya saja aku tak sanggup."

Menepis risau, kuraih gagang gelas. Kuseruput kopi yang dihidangkan istri Ayub. Ah,

kopi yang digoreng sendiri lebih nikmat rasanya. Sambil menyulut rokok, Ayub berkata, "Kenapa

tak pulang saja, Man? Beli sawah. Bertani. Meneruskan tradisi keluarga kita dulu."

Aku tercekat. Sekian lama di rantau, sekian jauh berjarak dengan kampung halaman, tak pernah

terbersit di benakku untuk pulang.

**

Sepanjang jalan menuju rumah duka, kami kenang kawan-kawan lama. Maryamah, gadis lugu

yang dulu pernah aku kesengsem padanya, kini jadi biduan orkes dangdut. Namanya diubah jadi

Marta. Kata Ayub, jangan harap dia menengok jika dipanggil dengan nama asli. Darto, yang

paling pintar di kelas kami, jadi tukang becak di kota. Sebulan sekali dia pulang menjenguk

ibunya yang sakit tua. Aku kaget mendengar nasib Sumarno. Dia jadi bencong. Ngamen di

gerbong-gerbong kereta. Lantas kuingat Abas. Ayub bilang, dia ketiban bulan. Hidupnya kini

makmur. Mertua Abas orang kaya di kota kecamatan. Abas ditugasi mengurus koperasi.

Kesempatan itu tak disia-siakan Abas. Dia pinjamkan uang pada orang-orang dengan bunga

tinggi. Masih kuingat guyonan tentang Abas dulu. Jika ketemu Abas dan ular sawah dalam waktu

bersamaan, lebih baik bunuh Abas duluan, sebab culasnya melebihi ular. Dan si Ahmad, anak

pendiam dan alim itu, sekarang nyantri di sebuah pesantren di Madura.

Ah, waktu telah mengubah segalanya. Kisah teman-teman lama membuatku takjub, heran,

campur sedih. Hingga tak terasa tempat yang kami tuju sudah di depan mata. Usai berdoa di sisi

almarhum Pak Narto, kami beringsut keluar dari ruang tamu. Duduk di seberang jalan dekat

batang bambu yang dihiasi kain kuning. Makin tinggi matahari, makin banyak pelayat datang.

Aku termangu menatap rumah duka itu. Ada tarup besar memayungi halaman. Kursi-kursi plastik

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 63 -

Page 64: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

penuh terisi. Dari bisik-bisik yang kudengar, Marta yang membayar sewa tarup dan kursi itu. Dia

tak bisa datang melayat.

Dulu warga kampung ini hidup penuh harmoni dan bersahaja. Meski tak ada hubungan

darah, kami merasa selayaknya saudara. Kehidupan yang lambat laun sekeras batulah yang

memaksa kami untuk memilih. Merantau jadi pilihan kami, anak-anak muda kala itu.

Sejauh-jauh terbang, warga kampung ini pasti mudik setiap lebaran. Cuma aku yang jarang

pulang semenjak tak ada lagi yang tersisa di sini. Begitu juga jika ada yang meninggal, Kami

yang di rantau pasti dikabari. Tapi, entah kenapa, sampai jenazah Pak Narto berkalang tanah di

pemakaman umum di pojok kampung, hanya segelintir teman yang kutemui. Apakah sosok lelaki

kurus jangkung dan ramah itu telah lesap dari ingatan mereka? Apakah rutinitas membuat mereka

tak sempat lagi untuk sekedar menengok masa silam?

Hari kedua di kampung. Ayub mengajakku ke sawah. Pematang-pematang itu sudah tak

sabar menunggu jejakmu, guraunya. Di jalan, kami berpapasan dengan warga yang hendak ke

sawah atau ladang. Ada yang jalan kaki sambil menenteng pacul di bahu. Ada yang menggoes

sepeda. Aku terharu. Mereka masih mengingatku dan meluangkan waktu sejenak untuk

mengobrol.

Justru generasi muda kampung ini yang membuatku jengah. Beberapa kali kulihat mereka

memacu sepeda motor sesuka hati. Ngebut di jalan tanah berbatu. Meninggalkan debu panjang di

depan mataku.

Sawah Ayub beberapa puluh meter di depan sana, dekat rimbunan pohon pisang. Ketika

masih ngungun menatap hamparan permadani hijau itu, Ayub mengajakku turun. Kapan terakhir

kali aku meniti pematang? Alangkah jauh masa itu kutinggalkan.

Ayub melenggang tanpa kuatir tergelincir ke lumpur sawah. Aku jauh tertinggal di

belakangnya. Melangkah tersendat-sendat sambil merentangkan tangan untuk menjaga

keseimbangan.

Lir ilir, lir ilir. Tandure wis semilir. Tak ijo royo-royo. Tak sengguh temanten anyar...

Hawa dingin meniup tengkukku ketika mendengar tembang gubahan Sunan Bonang itu. Sempat

terbersit untuk mengikuti Ayub berdendang sepanjang pematang. Namun, entah kenapa, bibirku

terasa kelu.

Dari huma beratap rumbia, kusaksikan Ayub berkubang di tengah sawah. Batang-batang

padi meliuk. Menimbulkan suara gemerisik ketika saling bergesekan. Sepasang kepodang terbang

melayang di keluasan langit. Suara serunai terdengar sayu-sayup sampai. Entah siapa peniupnya.

Mendengarnya, aku seakan terhisap dan sesat dalam masa lalu.

Kami pulang menjelang petang. Memutari jalan kampung. Meski lebih jauh jaraknya, tapi

aku tak keberatan. Kami mau ke sungai tempat dulu biasa berenang. Sesampainya di sana, hati-

hati kami turuni tebing penuh lumut. Aku rindu membasuh muka dengan air sungai.

Kutangkupkan kedua telapak tangan lalu kucelupkan ke dalam air. Ayub terkekeh-kekeh melihat

kelakuanku yang mirip anak kecil. Setelah segar kami pulang. Baru beberapa puluh langkah

menyusuri jalan sunyi, tiba-tiba Ayub mencekal bahuku. Tangannya menuding rimbun ilalang

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 64 -

Page 65: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

yang bergerak-gerak mencurigakan. Aku ingat, Ayub pernah membidik burung dengan ketapel.

Bidikannya paling jitu di antara kami. Burung itu jatuh dari dahan pohon. Menggelepar di semak-

semak. Kami mengendap-endap. Alangkah kaget kami memergoki pemandangan itu. Ada

sepasang remaja tanggung sedang asyik bercumbu.

Ayub menghardik mereka. Aku terpana. Merasa tertangkap basah, wajah keduanya pucat

dan merah padam. Mereka buru-buru membenahi pakaian lalu setengah berlari menuju tempat

motor diparkir. Kami kembali melanjutkan langkah. Wajah Ayub kaku. Sepanjang jalan dia

bersungut-sungut memaki kelakuan dua anak tadi.

***

Harum bunga kopi merayap dibawa angin. Bintang bertaburan di langit lama. Suara jangkerik

dan kodok jadi musik alam. Aku serasa sedang berada di sorga.

"Kampung kita sudah berubah, Man," kata Ayub sambil menatap cahaya kunang-kunang

yang timbul tenggelam di rimbun ilalang.

"Ya, aku seperti orang asing di sini," suaraku gamang.

"Semua teman kita pergi merantau. Jadi TKI, babu, atau buruh sepertimu. Tetua kampung

meninggal satu-satu. Apalagi sejak teknologi modern menyerbu. Kampung kita makin kehilangan

jati dirinya. Asal kau tahu, apa yang kau lihat di tepi sungai tadi belum seberapa..."

Kalimat Ayub terakhir membuatku risau. Aku enggan bertutur lebih banyak. Aku harus tahu diri.

Setelah memilih jadi manusia urban, aku tak punya kuasa apa-apa lagi di sini.

***

Izin cuti empat hari telah usai. Takziah tiga malam berturut-turut di rumah almarhum Pak Narto

telah kuikuti. Aku harus pulang pagi ini. Rindu kampung halaman telah kutebus dengan hal-hal

menyakitkan. Tapi biarlah kutelan dalam hati saja.

Dengan motor tuanya, Ayub mengantarku ke pasar di kampung sebelah. Di sana ada

angkutan pedesaan yang trayeknya sampai ke terminal kota. Dari terminal itu aku akan

menyambung perjalanan ke pulau seberang.

Persis ketika kami lewati pohon randu itu, lagi-lagi Ayub mengimbauku agar pulang saja.

Sebenarnya tak ada lagi yang ingin kukatakan. Namun sekedar menghibur diri, kukatakan pada

Ayub bahwa aku punya mimpi yang sederhana. Satu saat nanti, jika ada uang, aku mau pulang.

Membeli sawah. Bertani sambil beternak puyuh dan itik. Makan dari hasil keringat sendiri. Hidup

tenteram bersama anak istri.

Ayub berjanji kelak akan menagih mimpiku. Sementara aku membayangkan omong

kosong yang baru saja kuucapkan, cuma bisa tersenyum giris...***

Tugas individu

1. Memahami komponen latar cerita (setting)

a. Dimanakah latar cerita di atas?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

b. Bagaimana suasana yang digambarkan pengarang dalam cerita di atas?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 65 -

Page 66: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

c. Apa kira-kira latar belakang cerita pendek tersebut?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

2. Memahami komponen plot atau alur

a. Kemukakan peristiwa-peristiwa apa yang membangun kisah di atas?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

b. Dari peristiwa mana kisah tersebut dimulai dan bagaimana kisah tersebut berakhir?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

c. Sebuah cerita dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok: bagian awal, bagian

tengah, dan bagian akhir. Dapatkah kamu menganalisis cerita di atas berdasarkan

ketiga bagian tersebut? Apakah yang dikisahkan pada asing-maing bagian?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

d. Peristiwa yang dialami sang tokoh cerita dapat disusun berdasarkan urutan wakt

(temporal) dan urutan sebab-akibat (akusal). Pola manakah yang paling tepat untuk

kisah di atas? Jelaskan jawabanmu!

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

e. Ceritakan kembali kisah di atas menurut pemahamanmu sendiri dengan menggunakan

alur maju (progresif, linear)

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

3. Memahami komponen tokoh dan perwatakan (karakterisasi)

a. Siapakah tokoh utama kisah di atas?

..........................................................................................................................................

............................................................................................................................

b. Tokoh utama dapat dianalisis berdasarkan dimensi fisiologis, psikologis, dan

sosiologis. Sejauh hal itu memungkinkan, cobalah Kamu analisis tokoh utama kisah

di atas berdasarkan ketiga dimensi tersebut!

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 66 -

Page 67: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

4. Memahami komponen Tema dan Amanat

a. Apa tema cerita pendek di atas?

..........................................................................................................................................

b. Apa amanat cerita pendek di atas?

..........................................................................................................................................

c. Nilai-nilai apa yang dapat Kamu rumuskan dari cerita pendek di atas?

..........................................................................................................................................

d. Apa kaitan nilai-nilai tersebut dengan kehidupan konkret sehari-hari?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi komponen kesastraan dalam

teks drama karya satrawan Indonesia dari suatu periode menentukan jenis drama menentukan bentuk

drama menentukan unsur-unsur intrinsik drama.

MATERI

JENIS-JENIS DRAMA

1. Opera, ialah cerita yang disampaikan dengan dialog yang dinyanyikan dengan iringan

musik.

Misalnya : Yulius Caesar – terjemahan Muh. Yamin

Opera singkat disebut operet.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 67 -

STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan5. Menguasai komponen-komponen kesastraan dalam menelaah berbagai karya sastra

KOMPETENSI DASAR : 5.2Menggunakan komponen kesastraan teks drama (pelaku dan perwatakan, dialog dan perilaku, plot dan konflik) untuk menelaah karya sastra drama

INDIKATOR : Mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama karya satrawan Indonesia dari suatu periode Menentukan jenis drama Menentukan bentuk dramaMenentukan unsur-unsur intrinsik drama

Page 68: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

2. Pantomim, ialah cerita yang disampaikan bukan dengan dialog melainkan dengan

isyarat dan gerak-gerik saja, kadang-kadang diikuti nyayian atau musik.

3. Tablo, mirip dengan pantomim. Para pelaku tidak bergerak, hanya menunjukkan gaya

dan diam. Baik pantomim maupun tablo keduanya disertai pengantar kata

4. Dagelan atau lawakan, yaitu suatu pementasan cerita yang penuh dengan unsur

lawakan

5. Drama minikata, yaitu drama yang saat dipentaskannya boleh dikatakan hampir tidak

menggunkan dialog sama sekali. Caranya menggunakan improvisasi-improvisasi saja,

dengan gerak-gerik yang tuntas.

Misalnya :

Bip Bip Bop, W.S. Rendra

Lho!, Putu Wijaya

6. Sendratari, seni drama dan tari, tanpa dialog. Segala sesuatu dinyatakan dengan tarian.

7. Drama Tradisional dan Modern

Drama tradisional atau Sandiwara adalah sebuah pertunjukan pentasan sebuah cerita

atau disebut pula lakon dalam bahasa Jawa. Sebuah sandiwara bisa berdasarkan skrip

atau tidak. Apabila tidak, maka semuanya dipentaskan secara spontan dengan banyak

improvisasi. Dialog disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

Drama modern memerlukan naskah drama atau repertoar yang harus dihafal oleh para

pelaku. Peran sutradara amatlah penting.

8. Drama Romantik dan Drama Klasik

Drama klasik ialah drama yang mengambil pelaku dewa-dewi. Sedangkan drama

romantik ialah orang-orang biasa dengan suka dukanya.

Tagihan individu

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1. Apakah yang dimaksud dengan sendratari?

......................................................................................................................................................

2. Apakah perbedaan drama romantik dan drama klasik?

......................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

3. Putu Wijaya menulis naskah drama yang berjudul Aduh dan Lho, termasuk jenis drama

apakah karya Putu Wijaya tersebut?

......................................................................................................................................................

4.Darma yang dipentaskan oleh kelompok lawak Srimulat di televisi termasuk dalam jenis

drama ...........................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

...........

5. Jenis drama yang tidak memerlukan dialog dengan kata cukup dengan gerakan-gerakan

saja

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 68 -

Page 69: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

adalah ...........................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

...........

6. Apakah perbedaan babak dengan adegan?

......................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................

7. Apa sajakah tugas dari sutradara drama?

...................................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

8. Pemilihan tokoh yang berperan dalam naskah drama yang akan dimainkan didasarkan

pada ..............................................................................................................................................

........

9. Ada naskah opera yang lebih singkat yang dinamakan.............................................................

10. Analisislah teks drama berikut berdasarkan unsur-unsur intrinsik drama !

KEJAHATAN MEMBALAS DENDAM

Babak keempat

Di tepi sawah. Sebuah batang kayu besar, di bawahnya duduk Ishak sedang merokok

daun nipah. Perempuan tua sedang mengemasi daun-daun pisang pembungkus makanan

mereka, yang telah mereka makan.

Adegan pertama

ISHAK : (gembira menunjuk ke kiri) Lihat, Nek, mereka bekerja seperti

berlumba-lumba.

PEREMPUAN TUA : Belum pernah terjadi yang demikian itu. Mereka senang bekerja

rupanya.

ISHAK : Tidak terkatakan girang hatiku melihat mereka sebulan yang lalu.

Dengan riang gembira menyerahkan padinya kepada kuco.

PEREMPUAN TUA : Malah ada yang dengan sukarela memberikan lebih daripada yang

diminta kuco.

ISHAK : Dan Nenek sendiri? Setengah dari pada Nenek, Nenek berikan.

PEREMPUAN TUA : Karena aku telah mengerti sekarang ,Ishak. Buat apa diserahkan

padi itu kepada pemerintah. Dan begitu juga sekalian petani di sini

sudah insyaf.

ISHAK : Dan itu semua adalah karena Nenek.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 69 -

Page 70: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

PEREMPUAN TUA : (heran) Karena aku? Aku tidak mengerti. Engkau yang

mengadakan pidato di muka mereka setiap hari,bukan? Aku hanya

menyalinnya ke dalam bahasa Sunda.

ISHAK : Aku tahu, Nek. Alangkah enaknya, jika sekiranya mereka

mengerti bahasa Indonesia semua. Ya, tapi apa yang kukatakan

dalam bahasa Indonesia itu, banyak lagi Nenek tambah-tambahkan

(berkelakar). Jangan disangka aku tidak tahu, Nek.

PEREMPUAN TUA : Baik kita berdua yang menginsyafkan mereka. Tapi siapa yang

menginsyafkan aku?

ISHAK : Tuan Sukroso!

PEREMPUAN TUA : Sukroso?

ISHAK : Ya, sebenarnyalah Tuan Sukroso. Jika aku tidak dibenci Tuan

Sukroso aku tidak akan melarikan diri ke sini. Dan Nenek tidak

akan pergi ke Jakarta. Dan kita tidak akan bertemu di sini.

PEREMPUAN TUA : Jadi kehendak Tuhan semua. Kita ini hanya alat saja untuk

mengerjakan perintah-Nya.

ISHAK : Rasanya aku tidak akan mau peri ke Jakarta lagi. Lebih senang di

sini. Mendengarkan nyanyian petani pagi-pagi pergi ke sawah. Dan

ikut bekerja bersama mereka. Aku sehat rasanya di sini.

PEREMPUAN TUA : Tidak ada sedikit juga lagi yag mungkin menjadikan Engkau

terkenang kepada Jakarta?

ISHAK : Hanya satu. Perkataan penghabisan Satilawati. Ia akan menjadi

juru rawat, katanya...

PEREMPUAN TUA : Kepada Satilawati sendiri tidakkah Engkau terkenang?

ISHAK : (memandang jauh) Kami telah perpisahan!

PEREMPUAN TUA : Marilah kita kenang-kenangkan sekarang kejadian beberapa buan

yang akhir ini.

ISHAK : Mengapa baru sekarang Nenenk hendak membuka tabir lama?

PEREMPUAN TUA : Karena hari ini hari gembiraku. Aku mulai mengerjakan sawah

hari ini dengan niat yang lebih suci daripada tahun-tahun yang

sudah.

ISHAK : Baiklah. Bukakanlah tabir itu oleh Nenek.

PEREMPUAN TUA : Engkau yang harus mulai dulu.

ISHAK : Baik, baik, Nek (seperti berpikir). Lebih baik mulai dari mula

saja. Dokter Kartili setipa hari datang ke rumahku...

PEREMPUAN TUA : Setiap dia datang dikatakannya Engkau harus pergi ke gunung.

Karena urat syarafmu telah terganggu.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 70 -

Page 71: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

ISHAK : Mula-mula aku tidak percaya. Tapi setelah setiap hari aku dengar

perkataan itu aku mulai percaya. Dokter Kartili adalah teman

sejatiku.

PEREMPUAN TUA : Dan ia mencintai satilawati pula!

ISHAK : (terkejut) Apa kata Nenek? Kartili mencintai Satilawati? (berdiri,

berpikir, tiba-tiba memandang perempuan tua). Baru terang

kepadaku sekarang Nek. Terang-seterang-terangnya.

PEREMPUAN TUA : (tersenyum) Apa Ishak?

ISHAK : Ya. Aku menegrti sekarang... Tapi tidak, tidak mungkin, Nek.

Kartili tidak akan sekejam itu!

PEREMPUAN TUA : Biarlah kita lanjutkan kenang-kenangan ini.

ISHAK : Diberi dokter Kartili aku obat. Kutanyakan mengapa obat itu tidak

seperti obet dokter sediki juga. Dibungkus hanya dengan kertas

koran biasa saja.

PEREMPUAN TUA : Dan ssudah Engkau meminum obat itu, Engkau membeo

perkataan dokter Kartili sja.

ISHAK : (memandang jauh), Yah,... ia pemain dan aku buah damnya.

Bertambah terang kepadaku sekarang.

PEREMPUAN TUA : Keluarlah semuanya. Dan besok kita akan bekerja dengan

semangat baru, ya, kita sendiri hendaknya menjadi manusia baru.

ISHAK : Dan waktu romanku dikritik ayah Satilawati, Kartili datang

pula padaku. Dikatakannya aku dalam bahaya, aku

dipandang pengkhianat (sesak napas). Aku sendiri belum

membaca kritik itu sama sekali. Dan kata dokter Kartili

pula, urat syarafku akan bertambah terganggu. Aku harus

melarikan diri. Dan aku tiba di sini.

PEREMPUAN TUA : Dan di sini Engkau telah berjasa, menginsyafkan petani-

petani.

ISHAK : (mengepalkan tinju, melihat jauh) Mengapa tidak ke sana

pikiranku dulu. Mengapa aku tidak tahu, ia mencintai

Satilawati pula?

PEREMPUAN TUA : Kenapa engkau terlalu percaya kepada dia.

ISHAK : Benar, lebih enak tinggal di desa. Kota-kota besar penuh

dengan kejahatan. Beratus-ratus musuh dalam selimut.

(memandang jauh).

PEREMPUAN TUA : Semua telah berakhir. Kita akan mulai dengan hidup baru.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 71 -

Page 72: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

ISHAK : Desa ini sebagai mulai hidup baru, kulihat (menunjuk ke

kiri). Lihat, lihat mereka bekerja, Nek...(berpikir, kusut,

pikirannya kelihatan tiba-tiba). Tapi...

PEREMPUAN TUA : Apa anakku...?

ISHAK : Tapi hati yang akhir-akhir ini rumah kita tidak pernah

mereka injak lagi Nek. Berkata-kata dengan kita agak takut

mereka rupanya.

PEREMPUAN TUA : (mengangguk) Memang mereka takut. Baru kemarin dapat

kudengarkan percakapan mereka.

ISHAK : mempercakapankan kita, Nek?

PEREMPUAN TUA : Ya, mereka takut. Karena rumah kita ”berisi” katanya.

ISHAK : (bingung) Berisi? Apa, Nek?

PEREMPUAN TUA : Maksud mereka, rumah kita ada penjaganya.

ISHAK : Siapa, Nek? Siluman, maksud mereka?

PEREMPUAN TUA : Ya, tapi bukan siluman babi. Seperti orang juga. Setiap kita

tidur, ia datang malam-malam dan tidur di muka pintu kita.

Pagi-pagi benar ia hilang kembali.

ISHAK : Betulkah itu ,Nek?

PEREMPUAN TUA : Barangkali. Kata mereka, mereka telah melihat orang dari

jauh saja. Rambutnya tidak beres, menutup sebagian besar

mukanya. Tapi herannya kata mereka, pakaiannya bagus.

Malah terlalu bagus bagi orang desa.

ISHAK : Kalau begitu pantas mereka takut.

PEREMPUAN TUA : Jangan pikirkan lagi. Mari kita bersenang-senang. Hari ini

ialah hari bersenang.

ISHAK : Ya, bersenang dan bekerja... untuk nusa dan bangs. Tapi

nenek berlebih-lebihan berseri kelihatan sekarang.

PEREMPUAN TUA : Karena hari ini Satilawati dengan ayahnya akan ke sini...

ISHAK : (lemah) tuan Sukroso akan ke sini?

PEREMPUAN TUA : Dengan Satilawati.

ISHAK : (termenung sejurus, menekurkan kepalanya pergi ke kiri)

Adegan kedua

PEREMPUAN TUA : (memandang arah Ishak pergi, tersenyum, mengemasi daun-

daun kembali, berdiri hendak pergi ke kanan, lalu)

Adegan ketiga

PEREMPUAN TUA : (terhenti memandang ke kanan, tersenyum gembira).

Sukroso, satilawati dan Asmadiputera masuk.

PEREMPUAN TUA : (gembira) Dari tadi aku menanti. Satilawati, Engkau agak

pucat kelihatan.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 72 -

Page 73: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

SUKROSO : (tertawa) Bukan karena sakit, Bi. Maklum.

SATILAWATI : (tertawa) Ayah dari tadi mengganggu saja.

PEREMPUAN TUA : Aku senang melihat ayah dan anak begini mengerti sama

mengerti.

SATILAWATI : Tapi, Nenek menantikan kedatangan kami!

PEREMPUAN TUA : Ya, perjanjian kita bukan ?

SATILAWATI : Masa menantikan tamu di sini. Di tengah-tengah sawah.

Kami ke rumah Nenenk tadi. Tidak ada seseorang jua di

sana.

PEREMPUAN TUA : hendak, melihatkan kepada engaku Satilawati, bagaimana

giatnya Ishak mengerjakan sawah (menunjuk ke kiri). Lihat,

itu dia...

SATILAWATI : (penuh perhatian melihat ke kiri)

SUKROSO : (sambil menunjuk kepada Asmadiputera) Nek, ini teman

Ishak dan temanku, Nek.

PEREMPUAN TUA : (tertawa) Jadi anakku.Ya, Ishak serasa anak kepadaku.

ASMADIPUTERA : Kami banyak berhutang budi kepada Nenek. Neneklah yang

membereskan segalanya ini.

PEREMPUAN TUA : (tertawa) Tua juga percaya kepada dukun?

ASMADIPUTERA : Sebelum kejadian itu aku tidak percaya. Percaya ...

Tapi ...aku dengar Ishak ada menulis buku.

PEREMPUAN TUA : Ya, Tuan, tebal sekali. Ada di atas meja rumahku. Setiap

hari dibaca Ishak. Puas sekali ia rupanya.

ASMADIPUTERA : Boleh aku meihatnya, Nek?

PEREMPUAN TUA : Rumahku selalu terbuka. Silahkan Tuan.

ASMADIPUTERA : (ke luar, ke kanan) Permisi sebentar, Tuan Sukrosos dan

Satilawati.

(Sumber : Dari Ave Maria, Idrus, Balai pustaka)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 73 -

Page 74: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menganalisis puisi berdasarkan komponen

bentuk puisi (bait, larik, rima, irama) dan isi (pengindraan, pikiran, perasaan, imajinasi)

MATERI

Komponen Puisi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 74 -

STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan5. Menguasai komponen-komponen kesastraan dalam menelaah berbagai karya sastra

KOMPETENSI DASAR : 5.3. Menganalisis puisi berdasarkan komponen bentuk

puisi (bait, larik, rima, irama) dan isi (pengindraan, pikiran, perasaan, imajinasi)

INDIKATOR : Mengidentifikasi komponen puisi yang terdapat dalam puisi IndonesiaMenentukan ciri formal puisiMenentukan isi puisi

Page 75: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Derai-derai Cemara ~ Chairil   Anwar

Chairil Anwar 1949

Cemara menderai sampai jauh

terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan di tingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

tapi dulu memang ada suatu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah

dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan

sebelum pada akhirnya kita menyerah

Puisi di atas terasa menyentuh, baik dari segi bahasa maupun pilihan kata atau diksi yang

digunakan pengarangnya.

Perhatikan larik puisi Chairil Anwar berikut :

ada beberapa dahan di tingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

Kamu tentu tahu ciri-ciri puisi bukan? Pada larik puisi tersebut Chairil Anwar mencoba

melukiskan dahan pada pohon cemara yang dipukul angin ( penggunaan majas Personifikasi) dan

pilihan kata untuk mengungkapkan dahan yang mulai tua yaitu merapuh.

Puisi adalah karya sastra yang bentuknya berbaris-baris, bersajak, dan berima.

Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu

1. Sense (tema, arti)

Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh

pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik

secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau

mencari-cari, menafsirkan).

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 75 -

Page 76: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

2. Feling (rasa)

Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam

puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi

suatu persoalan.

3. Tone (nada)

Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya

pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh,

persuatif, sugestif.

4. Intention (tujuan)

Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-

kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam

karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan

hidup, dan keyakinan yang dianut penyair

Keindahan puisi didukung oleh adanya:

a. Rima/sajak persamaan bunyi dalam baris-baris puisi

b. Diksi/ pilihan kata

c. Majas

Perhatikan puisi berikut

Puisi 1

Kepada Anakku

(Sutan Takdir Alisyahbana)

Tiada tahukah engkau sayang,

Bunda pergi melawat negeri,

Belum seorang pulang kembali,

Tinggalkan kita sepi berempat?

Mengapa engkau gelak selalu,

Mengapa brgurau tiada ingat?

Pada muka tiada berkesan,

Pada bicara tiada bergetar.

Tiada tahukah engkau sayang,

Tiada insaf tiada 'ngerti

Bunda pergi tiada kembali?

Mengapa bicara sebijak itu,

mengapa tertawa gelak selalu?

Air mata pilu kutelan.

Puisi 2

DIPONEGORO

(Chairil Anwar)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 76 -

Page 77: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Sekali berarti

Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api.

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Tugas Kelompok

1. Analislah kedua puisi di atas berdasarkan ciri-ciri umum puisi dengan mengisi

tabel yang tersedia!

2. Presentasikan hasil temuan kelompokmu di depan kelas !

3. Berilah tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok tersebut!

Aspek yang

diamati

Kepada Anakku

(Sutan Takdir Alisyahbana)

DIPONEGORO

(Chairil Anwar)

Tema dan Amanat

Rima dan Sajak

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 77 -

Page 78: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Diksi atau Pilihan Kata

Majas

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi pementasan drama

berdasarkan gerak para tokoh dan blocking (posisi tokoh di atas pentas); menjelaskan tata

busana yang dipakai para tokoh; tata panggung yang menggambarkan peristiwa; tata bunyi;

serta tata lampu.

MATERI

Menganalisis Pementasan Drama

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 78 -

KOMPETENSI DASAR : 6. 1 Menganalisis pementasan drama berkaitan dengan isi, tema, dan pesan

INDIKATOR Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama Menentukan tokoh dan perannyaMenentukan konflik drama dengan menunjukkan data yang mendukungMenentukan latar dan peran latar

Page 79: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Sebelum dipentaskan, naskah drama merupakan bagian dari karya sastra. Adapun saat

dipentaskan, karya tersebut berubah menjadi karya pementasan. Pementasan drama yang baik

bergantung pada kepaduan unsur dialog (pemain), sutradara, musik, sampai penata panggung.

Adapun dalam teknik pementasan yang berhubungan langsung dengan naskah adalah para

pemain itu sendiri yang diarahkan oleh sang sutradara. Agar berhasil mementaskan tokoh-tokoh,

para pemain harus dipilih secara tepat.

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap calon pemain sebelum

mementaskan drama.

1. Pertama-tama naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar

semuanya dapat dipahami. Dari dialog para tokoh (dan penjelasan lain) dapat

diketahui watak tiap-tiap tokoh dalam naskah drama itu.

2. Setelah diketahui watak tiap-tiap tokoh, dipilih pemain yang cocok dan mampu

memerankan setiap tokoh.

3. Selain pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan perbandingan usia dan perkiraan

perawakan (postur). Tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan perawakannya, ditentukan

berdasarkan perkiraan saja. Kalau tokoh yang diperankan itu orang tua, sedangkan

pemainnya remaja, bisa diatur agar pemain remaja itu tampak tua. Caranya,

rambutnya dibuat memutih dengan diolesi bedak, wajahnya dibuat garis-garis hitam

hingga tampak keriput, memakai kacamata dan kumis palsu. Warna dan model

pakaian yang dikenakan juga disesuaikan dengan kepantasan bagi orang tua.

4. Kemampuan pemain menjadi pertimbangan penting pula. Sebaiknya, dipilih pemain

yang "pintar". Artinya, dalam waktu tidak terlalu lama berlatihnya, dia sudah bisa

memainkan tokoh seperti yang dikehendaki naskah.

Adapun bagi seorang sutradara, ia harus mempertimbangkan naskah yang akan

dipentaskan. Dalam hal ini, sutradara harus bisa merenungkan dan menafsirkan naskah. Ia harus

memikirkan bagaimana nantinya naskah diperankan. Seorang sutradara harus bisa

membayangkan bagaimana pemilihan tokoh, penentuan setting panggung, sampai tata rias yang

cocok untuk para pemain.

Hal lain yang harus diperhatikan saat pementasan drama adalah blocking (posisi tokoh di

atas pentas); tata busana yang dipakai para tokoh; tata panggung yang menggambarkan peristiwa;

serta tata bunyi dan tata lampu.

1. Posisi Tokoh di Atas Pentas (Blocking)

Dalam melakukan gerak kerja panggung, hal-hal berikut perlu diperhatikan dan

dilaksanakan.

a. Gerak panggung hanya dikerjakan kalau ada maksud dan tujuan.

b. Gerak panggung menarik perhatian penonton.

c. Gerak panggung boleh dikerjakan (dilakukan) sambil berbicara atau berurutan. Kalau

berbicara dulu lalu bergerak, yang diutamakan geraknya (gerakannya menjadi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 79 -

Page 80: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

kuat/menonjol). Kalau bergerak dulu lalu berbicara, yang diutamakan bicaranya

(kalimat yang diucapkan menjadi lebih berbobot dan bertenaga).

d. Gerak panggung hanya dilakukan dengan gerak maju, bukan gerak mundur atau

menyamping, kecuali ada alasan tertentu.

e. Gerak panggung yang cepat menunjukkan adanya sesuatu yang penting. Sebaliknya,

gerakan lambat menunjukkan kesedihan, keputusasaan, atau kekhidmatan.

2. Tata Busana

Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain, baik bahan, model, maupun cara

mengenakannya. Tata busana sebenarnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tata rias.

Oleh karena itu, tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Artinya, penata

rias sekaligus juga menjadi penata busana karena untuk menampakkan rupa dan postur tokoh

yang diperankan, pemain harus dirias dengan pakaian yang cocok. Dengan kata lain, tata rias dan

tata busana merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung.

Sering pula terjadi tugas penata rias dipisahkan dari tugas mengatur pakaian. Artinya,

penata rias khusus merias wajah, sedangkan penata busana mengatur pakaian/busana dengan

pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja. Meskipun demikian, penata rias dan

penata busana harus bekerja sama saling memahami, saling menyesuaikan, dan saling membantu

agar hasil akhirnya memuaskan. Tata rias dan tata busana tidak dijelaskan secara terperinci dalam

naskah. Biasanya hanya ditulis: seorang tua, seorang kakek, seorang nenek, seorang ayah, atau

seorang pemuda. Dalam hal ini, tidak dijelaskan bagaimana orang tua itu. Apakah wajahnya

keriput, giginya ompong, rambutnya putih, alisnya tebal, hidungnya mancung, bajunya kumal,

atau tubuhnya bongkok, semuanya tidak dijelaskan. Oleh karena itu, penata rias dan penata

busana harus mampu menafsirkan dan memantas-mantaskan rias dan pakaian orang tua yang

disebutkan dalam naskah itu.

Adapun peran dan fungsi tata busana dalam pementasan adalah sebagai berikut:

a. mendukung pengembangan watak pemain;

b. membangkitkan daya saran dan daya suasana;

c. personalisasi pemain, yaitu untuk membedakan satu pemain dengan pemain lainnya.

3. Tata Panggung

Panggung adalah pentas atau arena untuk bermain drama. Panggung biasanya letaknya di

depan tempat duduk penonton dan lebih tinggi daripada kursi penonton. Tujuannya, agar

penonton yang duduk di kursi paling belakang masih bisa melihat yang ada di panggung.

Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama.

Misalnya, panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu. Supaya panggung seperti ruang

tamu, tentu panggung diisi peralatan seperti meja kursi, hiasan dinding, dan lain-lain. Semua

peralatan itu diatur sedemikian rupa sehingga seperti ruang tamu. Petugas yang mengatur itu

disebut penata panggung. Penata panggung biasanya terdiri atas beberapa orang (tim) supaya

dapat mengubah keadaan panggung dengan cepat. Mengapa panggung perlu diubah-ubah?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 80 -

Page 81: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa.

Peristiwa yang terjadi dalam suatu babak berada dalam tempat, waktu, dan suasana yang berbeda

dengan peristiwa dalam babak yang lain. Perbedaan ini menuntut perubahan keadaan panggung.

Artinya, keadaan panggung harus diubah dengan cepat oleh penata panggung. Misalnya, dalam

babak pertama panggung menggambarkan ruang tamu, bisa saja dalam babak kedua panggung

menggambarkan tempat di tepi sungai. Perubahan panggung yang menggambarkan perubahan

tempat itu sesuai dengan naskah cerita. Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana

terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa yang terjadi dalam suatu babak berada dalam tempat, waktu,

dan suasana yang berbeda dengan peristiwa dalam babak yang lain. Perbedaan ini menuntut

perubahan keadaan panggung. Artinya, keadaan panggung harus diubah dengan cepat oleh penata

panggung. Misalnya, dalam babak pertama panggung menggambarkan ruang tamu, bisa saja

dalam babak kedua panggung menggambarkan tempat di tepi sungai. Perubahan panggung yang

menggambarkan perubahan tempat itu sesuai dengan naskah cerita.

4. Tata Lampu

Tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Oleh karena itu, tata lampu erat

hubungannya dengan tata panggung. Misalnya, kalau panggung menggambarkan ruang rumah

orang miskin di daerah terpencil, berdinding anyaman bambu dan di situ tertempel lampu

minyak, lampu minyak itu tidak termasuk tata lampu. Lampu minyak itu menjadi bagian dari tata

panggung meskipun menyala dan memancarkan cahaya.

Orang yang mengatur seluk-beluk pencahayaan di panggung ialah penata lampu. Penata

lampu biasanya menggunakan alat yang disebut spot light, yaitu semacam kotak besar berlensa

yang berisi lampu ratusan watt. Jika dinyalakan, sinarnya terang sekali memancar ke satu arah.

Penata lampu lalu menyorotkan dari jauh (biasanya dari belakang penonton) ke panggung. Lensa

dapat diatur untuk menerangi seluruh panggung atau sebagian panggung. Jika dikehendaki,

cahaya dapat dibuat menjadi redup. Warna cahaya juga dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.

Caranya, lensa ditutup dengan kertas kaca warna merah, hijau, atau kuning. Misalnya, panggung

menggambarkan suasana romantis, lensa ditutup dengan kertas kaca warna kuning. Banyaknya

lembar kertas yang digunakan menentukan keredupan. Makin banyak/makin tebal, makin redup.

Dengan cara seperti itu keadaan panggung menjadi seperti terang bulan. Jika panggung sedang

menyajikan adegan tokoh yang marah-marah, kertas kaca warna merah digunakan sehingga sinar

merah menerpa wajah tokoh yang sedang marah-marah itu.

Karena tata lampu selalu berhubungan dengan listrik, sebaiknya penata lampu mengerti

teknik kelistrikan. Ada kalanya lampu tiba-tiba harus dimatikan sejenak, lalu dihidupkan

kembali. Ada kemungkinan tiba-tiba ada gangguan listrik, misalnya terjadi hubungan arus pendek

sehingga lampu mati semua. Untuk menghadapi hal seperti itu penata lampu yang tidak

memahami teknik kelistrikan tentu akan bingung. Akibatnya, pencahayaan di panggung kacau

dan pertunjukan drama gagal total.

5. Tata Suara

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 81 -

Page 82: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara (soundsystem), melainkan juga musik

pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih meyakinkan

dan lebih mantap bagi para penonton.

Iringan musik itu tidak dijelaskan secara terperinci dalam naskah. Penjelasannya hanya

secara umum, misalnya diiringi musik pelan, musik sendu, atau musik sedih. Kadang-kadang

malah tidak ada penjelasan sama sekali. Agaknya urusan musik

Agar Anda lebih memahami bagaimana analisis drama berdasarkan pementasan,

pentaskanlah naskah drama "Sudah" berikut.

Sudah

Karya Darto Temala

Para pelaku:

1. Igun

2. Yusrina

3. Hanafi

Pentas menggambarkan sebuah kebun, halaman belakang gedung perpustakaan suatu

SMA. Di tengah terdapat bangku panjang, tempat duduk yang terbuat dari semen. Bagian depan

sebelah kanan terdapat bak air kecil yang tak ada airnya dan bisa untuk duduk. Ada beberapa

tanaman bunga dan pot bunga ada di situ. Latar belakangnya gedung perpustakaan.

Yusrina: (Sedang tekun membaca buku catatan, belajar. Tas, buku ada di sisinya, di

bangku tersebut. Setelah terdengar bel, beberapa saat berlalu dalam sepi)

Igun : (Masuk dari kiri) Sudah lama?

Yusrina: (Acuh tak acuh) Sudah!

Igun : (Duduk di sampingnya) Tentu saja. Tadi kau tidak ikut pelajaran yang keenam.

(Membuka buku catatan) Pak Hadi tadi juga menanyakan kamu. Lalu, teman-

teman menjawab sekenanya. Kau pulang lantaran sakit perut. (Pause) Jam

keenam sudah lewat?

Yusrina: (Sambil membaca) Sudah!

Igun : Terang sudah. (Pause) Hmmmmm, sekarang jam pelajaran ketujuh. Jam

kedelapan ulangan Fisika, jadi masih ada waktu untuk belajar.... (Melihat jam

tangan) Tiga puluh tujuh menit. Kau sudah belajar tadi malam?

Yusrina: (Sambil membaca) Sudah!

Igun : Aku juga tahu, tapi cuma sepintas lalu saja. O, ya, soal-soal minggu kemarin

sudah kau kerjakan?

Yusrina: (Sambil membaca) Sudah!

Igun : Semua? (Diam saja) Biasanya kau hanya mengerjakan empat dari sepuluh soal

itu. Itu pun yang mudah saja. lya, kan? Aku sendiri paling malas bila berhadapan

dengan soal-soal Fisika. (Membuka catatannya) Eh, Yus, sudah nonton "Mighty

Man"?

Yusrina: (Kesal) Sudah!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 82 -

Page 83: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Igun : Bagaimana kesannya? Bagus? Aku juga nonton, juga lihat kamu. Kau nonton

dengan....

Yusrina: (Cepat memotong) Sudah!

Igun : Asyik ya, nonton duaan!

Yusrina: (Kesal) Suuuudah!

Igun : (Menggoda) Kau tidak salah memilih cowok macam Agus?

Yusrina: (Marah) Sudah! Sudah!

Igun : Dia itu cowok ideal. Gagah lagi. Face-nya lumayan, tidak terlalu ngepop, juga

tidak kampungan.

Yusrina: (Marah) Suuuuuuudah! Sudah!

Igun : Apalagi anak pejabat tinggi.

Yusrina: (Masih marah) Sudah, sudah, sudah!

Igun : Sudah. Sudah,! Sudah! Lagi, ah! Dari tadi sudah melulu. Apa tidak ada kata-

kata lain? Bahasa Indonesia kan banyak perbendaharaan katanya. Sudah, sudah,

sudah, dari tadi sudah, sudah, sudah melulu. (Menggoda) Jangan begitu, Yus,

dia itu benar-benar cakep, Iho.

Yusrina: (Marah) Sudah, ah!

Igun : Sudah! Baru bertengkar, apa? Sedang Perang Sabil, ya? Jangan, ah! Dia itu

cowok ideal. Sungguh! Cuma sayang. Kau kelihat-annya masih terlalu kecil.

Aku kira kau belum pantas pacaran macam malam Minggu kemarin itu.

Soalnya....

Yusrina: (Membanting bukunya) Sudah, sudah, sudah. Huuuuu... sudah, sudah, sudah.

Cerewet terus. (Mengambil bukunya kembali) Sudah, aku mau belajar!

Igun : (Menirukan) Sudah, sudah, sudah, sudah. Huuuu... sudah, sudah, sudah!

Cerewet terus. Sudah, aku mau belajar!

Yusrina: (Mencibir) Huuuuuh!

Igun : (Menirukan) Huuuuuh!

Hanafi : (Masuk dari kanan) Nah, ini. Ini baru bisa disebut pelajar teladan. Serius juga

kelihatannya. (Mendekati Yusrina) Yus, mau ulangan, ya?

Yusrina: (Sambil membaca) Sudah, sudah, sudah!

Hanafi : Lho! Kelewat serius, nih! (Duduk di antara mereka) Sedang yang ini? Aku

agak sangsi. Ini belajar atau melamun? Gun!

Igun : (Sambil membaca) Sudah, ah. Berisik saja. Ada orang lagi belajar ini.

Hanafi : Apa? Orang macam kamu belajar? Lantas kebudayaan menyontekmu kau ke

manakan?

Igun : Sori saja, tidak musim sekarang.

Hanafi: Omong kosong! (Mengeluarkan sebatang rokok) Pinjam koreknya.

Igun : Buat apa? Pinjam korek pada orang lagi belajar. Ini baru sepaning, mau

ulangan Fisika tahu?!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 83 -

Page 84: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Hanafi : Mau ulangan Fisika saja pakai sepaning segala. Tanya, nih, calon profesor.

Beres!

Igun : Profesor gombal!

Hanafi : Tidak usah menghafal rumus-rumus. Buang waktu dan energi saja. Langsung

pada soal, sekaligus jawaban.

Igun : Hah!? Apa kelasmu sudah ulangan?

Hanafi: Sudah!

Igun : Sudah?

Hanafi: Sudah!

Igun : Kapan?

Hanafi: Jumat kemarin.

Igun : Lho! Bukankah Jumat kemarin Pak Asnawi masih opname di rumah sakit?

Hanafi: Ya, tapi Pak Asnawi kan guru tulen! Dia itu punya segudang soal ulangan

sekaligus jawaban yang sudah jadi. Suatu saat ada ulangan, pakai soal yang itu.

Ada ulangan lagi? Pakai soal yang ini. Dan dia itu bisa saja....

Sumber: Kumpulan Naskah Drama Remaja

Naskah drama yang Anda pentaskan tersebut mungkin tidak terlalu sulit, sebab sesuai

dengan kehidupan Anda dalam keseharian. Para tokoh, yaitu Hanafi, Igun, dan Yusrina

merupakan orang-orang yang tidak jauh berbeda dengan keseharian Anda sekarang.

Hal pertama yang dapat kita analisis adalah peran dan perwatakan setiap tokoh. Anda

dapat mengamati bagaimana tokoh Yusrina yang konsentrasi belajar. Ia merasa terganggu dengan

Igun yang menanyakan masalah pelajaran hingga sang lelaki (Agus) yang menyukai Yusrina.

Saat dialog Yusrina dengan Igun, Anda dapat mengetahui bagaimana sikap Igun yang selalu

ingin tahu keadaan yang dihadapi Yusrina. Dalam hal ini, penokohan Igun harus lebih dominan

terhadap Yusrina.

Selanjutnya, tokoh Hanafi yang secara tidak langsung telah membuat Igun penasaran akan

ulangan yang akan dilaksanakan di kelasnya. Ia berbicara dengan santai, tetapi membuat Igun

karena Igun beranggapan bahwa ulangan tidak jadi hanya karena gurunya(Pak Asnawi) sakit. Jika

Anda memerankan tokoh Hanafi, Anda harus mempunyai pemeranan yang menghadapi hidup ini

seakan mudah.

Lalu, bagaimana dengan latar dan perlengkapan? Latar dalam drama ini adalah sekolah.

Dalam hal ini, Anda tidak akan mendapat kesulitan mengambil peran dalam naskah ini. Anda

dapat menggunakan situasi di sekolah. Anda dan teman-teman dapat memerankan naskah drama

ini sesuai dengan latar yang diinginkan oleh pengarang naskah, yaitu sebagai berikut.

Tugas Individu

Buatlah naskah drama dari prolog berikut!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 84 -

Page 85: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Pentas menggambarkan sebuah kebun, halaman belakang gedung

perpustakaan suatu SMA. Di tengah halaman terdapat bangku panjang, tempat

duduk yang terbuat dari semen. Bagian depan sebelah kanan terdapat bak air kecil

yang tak ada airnya dan bisa untuk duduk. Ada beberapa tanaman bunga dan pot

bunga di situ. Latar belakangnya gedung perpustakaan.

Tempat mengerjakan

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

Tugas Kelompok

Baca dan pentaskan naskah drama berikut bersama kelompokmu!

Sampek Engtay

Karya N. Riantiarno

Pasar malam di Gambir-Betawi. Malam

(Murid-murid sekolah putra bangsa menonton tonil-pasar berbaur dengan para penonton

lainnya. Sampek dan Engtay juga ada)

Dalang : (Yang juga bertindak sebagai pembawa acara)

Terang bulan terang di kali

Buaya timbul disangkanya mati

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 85 -

Page 86: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Malam ini kita jumpa lagi

Dalam lakon cinta kasih sejati

Pohon-pohon dikasih dupa

Daunnya rimbun kuat akarnya

Ini lakon cinta kasih dari Eropa

Asmara Romeo pada Yuliet-nya

(Panggung rakyat digelar)

(Pertama, disajikan kisah cinta Romeo dan Yuliet)

Romeo : (Muncul bersama Yuliet) Ibarat bunga, mawar ataupun kenanga, kalau ia harum,

nama tak lagi penting adanya. Yuliet, dikau ibarat bunga. Berganti nama sejuta

kali pun, asal dikau adalah Yuliet seperti yang ku kenal sekarang ini, duhai,

dikau tetap kucinta…

Yuliet : (Manja) Ah,ah…

Dalang : Stop, tunggu dulu, jangan dilanjutkan dulu! (Membaca) hasil pengumpulan

pendapat dari para penonton, malam ini tidak dibutuhkan lakon tragedi. Ternyata

penonton kita lebih suka komedi. Tapi kami belum siap bikin lakon baru. apa

boleh buat, lakon Yuliet dan Romeo, terpaksa dibikin jadi komedi. Ya, mulai!

Go!

Romeo : (Bersuit) ....

Yuliet : (Mendekat) Yeah?

Romeo : (Bersuit lebih keras) ....

Yuliet : Yeah, yeah ....

Romeo-Yuliet : (Berduet)

Romeo-Yuliet : Romeo dan Yuliet

Dunia baru

Berlomba-lomba

Kita bergerak maju

Romeo dan Yuliet

Bermerek baru

Mundur dan maju

Tergantung situ!

(Genderang baris berbaris)

(Tema Percintaan disajikan secara parodikal. Romeo dan Yuliet mempertontonkan

kepiawaian mereka dalam olahraga baris berbaris dan cara kasih hormat. Adegan usai,

mereka masuk ke balik layar. Para penonton pun bertepuk tangan kedua belah tangan)

Dalang : Luar biasa. Sekarang giliran: Roromendut dan Pronocitro!

(Masuk seorang lelaki berblangkon, menghisap sepuluh batang rokok yang

memenuhi antara jari-jari tangannya. Diikuti oleh seorang perempuan yang

berjualan rokok).

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 86 -

Page 87: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Roromendut : Rokok, rokok, rokok. Semua ada, panjang, pendek, kecil-besar, asem-

manis, legit. Rasa baru, rasa coklat-jeruk-apel dan tomat.

Pronocitro : Rokoknya lagi, Mbakyu! Yang rasa bawang.

Roromendut : Sudah punya kok minta. Mau ditaruh di mana lagi?

Pronocitro : Masih ada kaki. Mana?

Roromendut : Nih! Aku kasih tiga. Dua pendek, satu panjang.

(mendadak, dengan heboh, masuk seorang lelaki gempal, mengusung

poster anti rokok, bunyinya Nikotin No! Poligami Yes!)

Dalang : Adipati Wiraguna.

(Pronocitro berperang melawan Adipati. Pronocitro kalah. Lalu, Roromendut

pun bunuh diri)

Sumber: Naskah drama Sampek Engtay, 1999

1. Lakukanlah pementasan penggalan naskah drama tersebut secara bergiliran oleh setiap

kelompok.

2. Selama kelompok lain melakukan pementasan, kelompok Anda menganalisis

pementasan yang dilakukan oleh kelompok itu.

3. Lakukanlah analisis berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut.

a. Bagaimanakah persiapan pemain dalam pemeranan tokoh?

b. Apakah peralatan dan setting yang dibuat sesuai dengan isi naskah?

c. Bagaimanakah penghayatan setiap pemain terhadap tokoh yang diperankannya?

d. Apakah pementasan berjalan lancar sesuai dengan isi naskah?

Tujuan Pembelajaran

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 87 -

KOMPETENSI DASAR : 6.2 Membuat resensi tentang drama yang ditontonINDIKATOR Menulis resensi drama dengan pemperhatikan unsur-unsur resensiMendeskripsikan identitas drama (judul, pengarang, sutradara, produser, tahun

produksi)Membuat sinopsis mengemukakan kelebihan dan kekurangan dramaMembuat simpulan resensi drama

Page 88: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Anda diharapkan mampu menulis resensi drama dengan memerhatikan unsur-unsur

resensi,dan menyiapkan lembar penilaian, lalu sinopsis mengemukakan kelebihan dan

kekurangan drama.

Membuat Resensi tentang Drama

Masih ingatkah dengan pementasan drama yang dilakukan oleh temanmu? Pada materi

kali ini kita akan membahas mengenai resensi. Singkatnya, Resensi adalah pertimbangan,

pembicaraan atau ulasan sebuah karya, misalnya buku, film dan lain-lain (Kamus Besar Bahasa

Indonesia)

Resensi berasal dari bahasa Belanda, recensie. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan

review. Kata tersebut sendiri berasal dari kata Latin ‘revidere’ dan ‘resence’, artinya melihat

kembali, menimbang atau menilai. Di negeri kita, resensi sering diistilahkan dengan timbangan,

tinjauan, atau bedah buku, dll. Sedangkan menurut Webster Collegate Dictionary (1995), review

adalah “a critical evaluation of a book” Karena pada hakikatnya resensi haruslah menjelaskan apa

adanya suatu karya; baik kelebihan ataupun kekurangannya. Jadi resensi bukanlah tulisan yang

menjual karya. Tidak ada pesan sponsor bagi resensi karya; karena itu resensi yang baik hanya

mengungkapkan apa yang dibaca, dilihat, didengar, dan disaksikan oleh presensi secara kritis.

Unsur-unsur Resensi Drama

1. Identitas karya, meliputi : judul karya, pengarang, sutradara, tata musik, tata lampu,

tata panggung, para pemain, tata rias

2. Permasalahan dan pemecahan

Bagian ini menyajikan permasalahan yang relevan dengan karya. Bagian ini dibahas

mengenai hal-hal mendasar mengenai karya yang akan diresensi, misalnya keadaan

lingkungan, keadaan masyrakat pada saat karya dipertunjukkan.

3. Isi buku bagian ini berisi ulasan isi drama secara garis besarnya. Penyajiannya

diupayakan menarik agar pembaca tertarik menonton pementasan drama yang

diresensi

4. Kelemahan dan kelebihan

Bagian ini menyajikan kelemahan dan kelebihan isi drama dilihat dari unsur intinsik

karya, serta pendapat resensator tentang isi drama, meliputi semua unsure pementasan

drama

5. Kelayakan karya untuk diperkenalkan

Bagian ini menyajikan pendapat resensator terhadap karya untuk diperkenalkan pada

masyarakat. Ada bagian ini resensator berusaha menilai seobyektif mungkin mengenai

karya yang dipublikasikan.

Sekarang mari kita menilai pementasan drama Sampek Engtay yang telah dilakukan teman

Anda dengan menggunakan rubrik penilaian.

No Nama Pemeran Unsur Penilaian Skor

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 88 -

Page 89: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

1 - 8

1 a. Gerak-gerik

b. Mimik

c.Lafal dan intonasi dialog

d.Penghayatan peran

2 a. Gerak-gerik

b. Mimik

c.Lafal dan intonasi dialog

d.Penghayatan peran

3 a. Gerak-gerik

b. Mimik

c.Lafal dan intonasi dialog

d.Penghayatan peran

4 a. Gerak-gerik

b. Mimik

c.Lafal dan intonasi dialog

d.Penghayatan peran

Tugas Individu

1. Apa saja yang harus dilakukan dalam meresensi drama yang ditonton!

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

2. Bagaimana menurutmu pementasan drama yang baik dan enak untuk ditonton itu!

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

3. Apa fungsi tata lampu dan tata musik dalam pementasan drama!

4. Bagaimana lafal yang baik seorang tokoh dalam berdialog pada pementasan drama!

................................................................................................................................................

....................................................................................................................................

5. Mengapa perlu ditulis kelayakan karya untk diperkenalkan pada khalayak?

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 89 -

Page 90: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1. Perhatikan ringkasan roman berikut!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 90 -

UJI KOMPETENSIAZAB DAN SENGSARASebuah keluarga mempunyai dua orang anak, yaitu Tohir (setelah dewasa bergelar Sutan Baringin) dan perempuan (menikah dengan Baginda Mulia). Sutan Baringin bersikap keras dalam mendidik anaknya, berlawanan sekali dengan ibunya yang selalu memanjakannya.Cara ibunya mendidik yang salah itulah yang menyebabkan azab dan sengsara yang diderita Mariamin (anak Sutan Baringin). Saudara perempuan Sutan Baringin, yang menikah dengan Baginda Mulia mempunyai anak yang bernama Aminuddin. Semula hubungan Aminuddin dengan Mariamin hanya seperti kakak beadik saja, tetapi setelah dewasa timbullah perasaan cinta di antara keduanya.Sutan Baringin jatuh miskin karena hartanya digunakan untuk membayar perkara merebut warisan dari tangan Baginda Mulia. Hal ini terjadi atas hasutan Marah Sait, seorang pokrol bamboo. Tidak lama kemudan Sutan Baringin meninggal duia. Ayah Aminuddin tidak menyetujui hubungan Mariamin dengan anaknya. Akhirnya Aminuddin menikah dengan orang pilihan orang tuanya dan Mariamin menikah dengan Kasibun, seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Beberapa waktu kemusian orang mengetahui bahwa rumah Mariamin telah roboh. Ibu dan adiknya meninggal dunia. Akhirnya Mariamin pun meninggal dan dikubur di samping ibu dan adiknya.

Page 91: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

a. Coba Kamu tentukan tema, amanat, dan nama pelakunya !

.............................................................................................................................................

b. Siapakah pengarang roman tersebut? Dan termasuk dalam karya satra periode mana?

.............................................................................................................................................

2. Perhatikan kutipan cerita berikut !

Tentukan alur dari ceritanya!

3. Sudut pandang yang digunakan pengarang pada cerita di atas

adalah ........................................................................................................................................

...........

4. Ada berapa macam alur? Jelaskan satu persatu berikut contoh teks ceritanya!

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 91 -

………………………………………………………………………………....Kujejakkan kaki-kakiku kembali ke tanah kelahiran, mula-mula terasa agak aneh. Aku kehilangan keseimbangan, tetapi hanya sebentar saja. Kupandang lapangan udara ini yang tidak berubah, kecuali mungkin ada pohon-pohon akasia semakin menua di tepi pagar besi.Orang –orang yang bekerja di sini pun kelihatan masih yang itu-itu juga. Mereka tetap seperti sediakala, sibuk.Ah, ada sedikit gigitan-gigitan kecil yang membuatku perih sejenak. Sendainya aku tidak pernah lari dari sini, aku mungkin tumbuh dewasa bersama kota ini. Dewasa dalam arti yang sebenarnya. Akan tetapi, sesuatu telah membuatku muak. Muak terhadap semua yang tampak disekitarku................................................................................................................................

Page 92: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

5. Tuliskan sastrawan pelopor puisi pada periode angkatan ’45.............................................

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling benar!

1. Bacalah kutipan novel berikut!

Jadi pionir itu berat, karena mereka menghela sejarah ke depan. Kalimat itu berulang-ulang

terngiang di telinga Yusuf. Sebuah pendapat yang keluar dari mulut perempuan dan

perempuan Tionghoa. Yusuf amat terkagum pada Liam Min, berani mengajukan pendapat

seperti itu, padahal Yusuf yakin bahwa kaum Tionghoa perantauan tidak pernah setuju

terjadinya asimilasi antara masyarakat minoritas itu terhadap masyarakat Indonesia.

Konflik yang terjadi pada penggalan novel tersebut adalah ......

a. batin b. Fisik c. lahir

d. Ide e. Dengan orang lain

2. Puisi lama (pantun)

Bapak itu pergi ke pasar

Pulangnya membeli roti

Anak itu rajin belajar

Sayangnya lupa mengaji

Puisi modern (bebas)

Habis bulan terima gaji

Debet kredit dihitung ulang

Sekali ini harta sendiri

Membuat kiri keluar kanan

Perbedaan puisi lama (pantun) dengan puisi modern (bebas) di atas adalah ....

a. Puisi lama mementingkan isi, puisi modern mementingkan bahasa

b. Puisi lama mudah dimengerti, puisi modern sulit dipahami

c. Puisi lama terikat persajakan, puisi modern tidak terikat jumlah baris

d. Puisi lama terikat berisi nasihat, puisi modern kisahan

e. Puisi lama terikat oleh isi , puisi modern tema

3. NELAYAN

Angin bertiup lembut menyejuk, cuaca terang cemerlang kena sinar Sang Rembulan. Bintang

bertaburan di langit laksana permata yang berserakkan dalam permadani biru. Di sana di laut

lepas, di tengah samudera raya, melancarlah dengan tenangnya  sebuah biduk nelayan yang

sedang mengadu untung, mencari rejeki. Sungguh benar mereka sedang mengadu untung,

karena mereka mencari nafkah jauh di tengah segara yang penuh mara bahaya. Bila laut

mengamuk, topan mengganas, ditingkah dengan halilintar menyambar sambung-

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 92 -

Page 93: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

menyambung, maka segenap jiwa raganya diserahkan kepada Tuhan semesta alam. Mereka

tak kenal jemu, pantang surut, haram baginya pulang dengan membawa tangan hampa.

Dari : Rangkaian Mutiara

Latar waktu dan tempat cerpen Nelayan adalah ...

a. siang hari di samudera raya b. malam hari di langit biru

c. siang hari di tengah laut d. malam hari di laut lepas

e. pagi hari di laut lepas

4. Aminudin sangat kecewa setelah mengetahui bahwa gadis itu bukanlah Mariamin. Agar

ayahnya tidak malu dan kecewa, Aminudin menerima gadis itu sebagai isterinya. Aminudin

berkirim surat kepada Mariamin bahwa ia sudah menikah dengan gadis pilihan ayahnya.

Aminudin menjelaskan duduk perkaranya. Sebelum surat itu selesai dibacanya, Mariamin

sudah pingsan. Ia lalu jatuh sakit. Ayah Aminudin merasa bersalah dan minta maaf kepada

Mariamin dan ibunya. Ia berjanji akan tetap bersahabat dengan keluarga Sutan Baringin.

Setelah satu tahun Aminudin menikah, Mariamin pun terpaksa menikah dengan

seorang kerani bernama Kasibun dari Padangsidempuan. Hidupnya sangat menyedihkan

karena tabiat suaminya sangat kasar, suka menyiksa dan dihinggapi penyakit kotor. Oleh

karena itu, ia tidak mau melayani suaminya, Kasibun. Mariamin pun disiksa oleh suaminya.

Akhirnya Mariamin bercerai dengan Kasibun dan pulang ke kampungnya. Karena terlalu

banyak menanggung derita, ia meninggal dunia. Disadur dari Azab dan Sengsara

Konflik dalam penggalan novel tersebut adalah ....

a. Aminudin kecewa setelah mengetahui gadis itu bukanlah Mariamin

b. Aminudin menerima gadis itu sebagai istrinya dengan perasaan kecewa

c. Aminudin berkirim surat kepada Mariamin bahwa ia sudah menikah

d. Setelah setahun Aminudin Menikah, Mariamin pun menikah dengan Kasibun

e. Aminudin sakit hati pada Mariamin

5.Maria yang bungsu, bersekolah di HIS dan Tuti guru di HIS di Petojo. Kedua gadis ini

mempunyai sifat yang sangat berlawanan. Maria wanita yang periang hidup penuh

kegembiraan. Sebaliknya Tuti wanita pemikir yang giat bergerak dalam perkumpulan kaum

putri. Ia tak pernah jemu memperjuangkan kaumnya. Pidatonya dalam rapat selalu berapi-api,

membangkitkan semangat kaum wanita untuk mengangkat derajat mereka dengan kesadaran

sendiri.

     Hubungan Maria dengan Yusuf berpengaruh kepada Tuti. Diam-diam diperhatikan

gerak-geriknya Yusuf dan Maria. Namun lamaran Supomo ditolaknya karena ia tak dapat

menyerahkan dirinya kepada orang yang tidak dicintainya.Maria jatuh sakit. Ia dirawat di

Pacet. Selama itu Tuti dan Yusuf tinggal di Pacet dan setiap hari menjenguk Maria bersama-

sama. Diam-diam Tuti juga mengagumi Yusuf.

Penyakit Maria tidak dapat ditolong. Pada kunjungan Yusuf dan Tuti terakhir Maria

berkata dengan mereka. Digenggamnya tangan kedua orang yang dikasihinya itu, kakaknya

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 93 -

Page 94: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

dan kekasihnya. Dia berpesan,”Alangkah bahagianya saya rasanya di akhirat nanti kalau saya

tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada

saya dalam beberapa hari ini.”

Sinopsis novel di atas bertema ....

a. Cinta segitiga orang remaja

b. Pesan terakhir seorang adik pada kakaknya

c. Perjuangan hak asasi kaum wanita

d. Watak dan perilaku seorang anak remaja

e. Hak seorang wanita yang terinjak-injak

Bacalah kutipan cerpen di bawah ini !

Joni yang selama ini diam ikut angkat bicara. ”Lal! Kau, kan tahu, Kakek Soma sudah

tidak punya gigi. Begitu pula nenek Soma. Buat apa dia tanam jambu Bangkok itu? Dengan

giginya (gusinya) mereka sudah tidak bakal lagi mampu menggigit daging jambu, biar yang

sudah terlalu matang pun. Atau, barangkali buah-buahan itu kan dibiarkan menggantung

sebagai hiasan dan pameran sampai membusuk bergantung di dahannya. Itu, kan sadis? Itu

menyalahi ajaran kitab suci.”

Jalal tertawa, ”Itu yang kau katakan rahaia yang kau simpan dariku? Mengambil milik

orang lain tanpa izin, sejak zaman purba namanya tetap colong. Jika mau dihiasi dengan

alasan yang bagaimana pun, colong tetap colong, dosanya tetap bulat.” ”Mam! Memang

benar, aku tak bakal setuju jika kalian ajak.”

(Kakek Soma, Toha Mohtar)

6. Nilai-nilai yang dapat diambil dari cerpen di atas adalah ...

a. jangan menghina teman

b. jangan menyalahi ajaran kitab suci

c.jangan mengambil hak orang lain

d. jangan membuka rahasia kepada orang lain

e. jangan menyolong buah yang amsih muda

7. Alur cerita di atas adalah ...

a. alur maju b. alur sorot balik

c. alur renggang d. alur mundur e. alur rapat

8. Toha mohtar adala salah sorang sastrawan periode......

a. Balai pustaka b. Pujangga Baru

c. Melayu Lama d. Angkatan ’66 e. Angkatan ‘45

9. Pada suatu hari, sang Putri ingin berdoa untuk memohon kesehatan keluarganya di suatu

kuilyang berada di kaki sebuah bukit. Kuil itu terletak di luar kota. Dengan

demikian,Isshunboshi harus menemani sang Putri pergi ke kuil tersebut. Setelah selesai

berdoa, merekasegera pulang kembali ke ibukota.

Latar dari penggalan cerita tersebut adalah ….

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 94 -

Page 95: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

a. di kuil b. di bukit

c. di puncak d. di ibukota e. di rumah

10. Pada waktu itu Kusno berusia 14 tahun, baru tamat sekolah rakyat. Sekarang hendak

melamar pekerjaan. Dan, dengan celana baru rasanya baginya segala pekerjaan terbuka. Ia

akan membuktikan kepada ayahnya bahwa ia adalah anak yang tahu membalas guna. Pendek

kata, keluarga Kusno pada hari itu bergirang hati seperti belum pernah sebelumnya. Dan,

kabarkabar tentang Pearl Harbour tidak bergema sedikit pun dalam hati orang-orang

sederhana itu.

Kalimat pertanyaan yang sesuai dengan penggalan novel tersebut adalah ...

a. Mengapa Kusno menurunkan martabatnya dalam mencari pekerjaan?

b. Apakah harapan Kusno setelah memperoleh pekerjaan di kantor?

c. Gambaran apakah yang terlintas di benak hati Kusno setamat SR?

d. Siapa yang membantu Kusno mencari pekerjaan?

e. Bagaimana keadaan Kusno pada wkatu itu?

11. Karya sastra di bawah ini yang bukan berbentuk novel adalah....

a. Salah asuhan karya Abdoel Moeis

b. Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka

c. Sang Guru karya Gerson Poyk

d. Derai-derai Cemara karya Chairil Anwar

e. Raumanen karya Marianne Katoppo

12. Jika aku bercerita bahwa di kotaku jalan-jalan bertambah panjamg, janganlah berasosiasi :

di kotaku pembangunan berjalan lancar. Malah sebaliknya.

Di kotaku mengalir sebuah kali. Di tengah-tengah betul. Kali itu tak dapat dikatakan besar,

jika dibanding sungai Amazone atau Nil, ataupun Yang Tse Kiang – tak lebih ia dari sebuah

selokan kecil yang bermata air saja.

Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam kutipan di atas adalah ..............

a.Orang pertama pelaku utama

b. Orang pertama pelaku sampingan

c.Orang ketiga pelaku utama

d. Orang ketiga di luar cerita

e.Serba tahu

13. Keesokan harinya pagi-pagi datanglah segala isi negeri penuh sesak di halaman istana.

Semuanya bekerja membuat perarakan tujuh tingkat. Tiada lama selesailah perarakan itu,

amat indah-indah buatannya. Sepenggal matahari naik, kira-kira pukul sembilan, dibawalah

Sultan Malim Deman turun oleh dukun, lalu naik ke atas perarakan.

Latar cerita di atas adalah ....

a.ruang tunggu d. perjalanan

b. istana e. di bawah matahari

c.di atas perarakan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 95 -

Page 96: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

14. Menilik ciri-ciri dan bahasa yang digunakan, bentuk karya sastra di atas adalah...

a. hikayat b. legenda

c. roman d. Mythe e. novel

15. Perhatikan penggalan cerpen panggilan Rasul di bawah ini!

Tidak mudah-mudahan tidak. Lasudin anak penurut, tidak seperti abang-abangnya.

Sungguh dia anak penurut. Aku masih ingat almarhum Komarudin, tidak mau

mengindahkan kata-kataku. Jangan melompat-lompat dan banyak lari-larian, sehari sebelum

disunat. Tapi dia tidak mengindahkannya. Terus saja berlarian bersama teman-temannya dia

seperti lupa akan disunat esok paginya.

Penggalan cerpen di atas lebih menitikberatkan pada nilai.....

a.agama dan sosial

b. tradisi dan sosial

c.budaya dan agama

d. moral dan sosial

e.sosial dan pendidikan

16. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam kutipan di atas adalah ..............

a.Orang pertama pelaku utama

b. Orang pertama pelaku sampingan

c.Orang ketiga pelaku utama

d. Orang ketiga di luar cerita

e. Serba tahu

17. Perhatikan penggalan cerpen Ketika Mas Gagah Pergi di bawah ini!

Mas gagah berubah! Ya, beberapa bulan belakangan ini masku, sekaligus saudara

kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah! Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah

di Tehnik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan

tentu saja…ganteng !Mas Gagah juga sudah mampu membiayai sekolahnya sendiri dari hasil

mengajar privat untuk anak-anak SMA.

Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu

mengajakku ke mana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur

dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan

mengajariku mengaji. Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan

dan berarti banyak bagiku. Saat memasuki usia dewasa, kami jadi semakin dekat. Kalau ada

saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton

film atau konser musik atau sekedar bercanda dengan teman-teman. Mas Gagah yang humoris

itu akan membuat lelucon-lelocon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak.

Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan

teater. Kadang kami mampir dan makan-makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan

Ancol.

Unsur intrinsik yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah...

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 96 -

Page 97: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

a.Setting b. alur

c. penokohan d. Gaya e. amanat

18. Konflik yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah....

a. aku tahu banyak mengapa Mas Gagahnya berubah

b. Mas Gagah berubah karena aku

c. Mas Gagah tidak rela aku berubah

d. Aku binggung mengapa Mas Gagah berubah

e. Mas Gagah dan Aku sangat dekat

19. yang tidak dilakukan Aku dan Mas Gagah adalah......

a. bermain bersama di teras rumah

b. mengantar teman-teman aku pulang latihan

c. nonton konser musik

d. bersenda gurau dengan teman-teman

e. makan-makan di retoran

20. Penggambar watak tokoh penggalan cerpen di atas diceritakan melalui..

a. penggambarn langsung bentuk fisik

b. renungan tokoh utama

c. penggambaran tidak langsung dari uraian tokoh lain

d. percakapan tokoh lain tentang tokoh utama

e. penggambarn kebiasaan tokoh

21. Bacalah dengan cermat penggalan cerita berikut!

   "Suria! Hal yang sekecil itu sudah menerbitkan marahnya, remah anaknya telah

menyempitkan merihnya! Akan tetapi hal lain-lain, yang patut dan mesti diperhatikan,

hampir tiada pernah dipedulikan. Rumah tangga!Begini sulitnya urusan rumah tangga,

begini sulitnya hidup sekarang ini, suria berlaku bagai acuh tak acuh juga. Yang

dipentingkannya hanyalah kesenangan dirinya. Burungnya lebih perlu kepadanya daripada

anak-anaknya. Hampir tak pernah ia bertanya, bagaimana sekolah Aleh dan Enah..."

Amanat yang tersirat dalam penggalan cerita di atas adalah ...

a.Agar orang tua selalu memperhatikan keadaan rumah dan keluarga

b.Biarkan pembantu rumah tangga yang akan menyelesaikan masalah penataan ruang dan

kebersihan rumah.

c. Seorang istri agar selalu memperhatikan suami dan melayani dengan sepenuh hati

d. Agar seseorang jangan mempermasalahkan hal kecil bahkan sepele sehingga

mengesampingkan masalah kecil yang lebih utama.

e.Seorang suami hendaknya selalu memperhatikan kegiatan istri dan kegiatan anaknya

setiap hari di rumah

22.Tidak. Mudah-mudahan tidak. Lasuddin anak penurut,tidak seperti abang-abangnya.

Sungguh dia anak penurut. Aku masih ingat almarhum Kamaruddin, tidak mau dia

mengindahkan kata-kataku. Jangan melompat-lompat dan banyak lari-larian, sehari sebelum

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 97 -

Page 98: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

disunat.Tapi ia tidak mengindahkannya. Terus saja berlarian bersama teman-temanya.Dia

seperti lupa akan disunat esok paginya. Akibatnya darahnya turun. Dan dukun pun tak

mampu mengatasi.

Kalau begitu mengapa Syarifuddin meninggal pada hari kedua, setelah dia disunat?

Darah tak banyak keluar dari lukanya.Syarifuddin kan juga penurut, pendiam. Setengah

bulan, hampir dia mengurung diri karena kau ingatkan kelakuan abangnya sehari sebelum

disunat. Aku tidak percaya, jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran setengah

malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang

yang tamak, orang yang kikir,penghisap, lintah darat. Inilah ganjaranya! Aku mulai percaya

desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilui luka sunatan anak-anak kita.Aku mulai

yakin bahwa itu karena kesombonganmu, kekikiranmu, angkuhmu, dan tak mau tahu

dengan mereka. Aku yakin mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu

Amanat yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah...

a. seorang anak harus menurut pada orangtua

b. orangtua harus senantuasa mendoakan putranya

c. hendaknya kita jangan kikir,sombong, dan angkuh

d. sesama makhluk sosial, kita harus saling menghormati

e. tolong- menolong dalam kebaikan

23. Bacalah kutipan novel berikut!

Jadi pionir itu berat, karena mereka menghela sejarah ke depan. Kalimat itu berulang-ulang

terngiang di telinga Yusuf. Sebuah pendapat yang keluar dari mulut perempuan dan

perempuan Tionghoa. Yusuf amat terkagum pada Liam Min, berani mengajukan pendapat

seperti itu, padahal Yusuf yakin bahwa kaum Tionghoa perantauan tidak pernah setuju

terjadinya asimilasi antara masyarakat minoritas itu terhadap masyarakat Indonesia.

Konflik yang terjadi pada penggalan novel tersebut adalah

a. fisik b. Lahir c. Ide

d. batin e. sosial

24. Hai Budi, kulihat caramu berkelahi tadi seperti jago silat. Apakah kau belajar silat? Sedikit,

ketika di Medan dulu, kata Budi dengan rendah hati.

Kutipan cerpen di atas menggambarkan watak pelaku Budi sebagai seorang anak yang ....

a. senang berkelahi b. sangat sombong c. rendah hati

d. angkuh hati e. rendah diri

25. Ibu Reman sebagaimana pulau kecil itu adalah manusia yang kecil yang tinggal di suatu

rumah kecil. Manusia kecil demikian hidup dari mengusahakan tanah. Orang-orang yang

tinggal di tepi danau menambah pencahariannya dengan menangkap ikan sedangkan agak

di pedalaman, menganyam pandan yang banyak tumbuh di sana seperti rumput. Tapi Ibu

Reman memiliki satu dan lain keistimewaan.

Sudut pandang dari penggalan cerpen ini adalah ....

a. Orang pertama pelaku pertama

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 98 -

Page 99: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

b. Orang ketiga pelaku pertama

c. Orang ketiga pelaku sampingan

d. Orang pertama pelaku sampingan

e. orang ketika pelaku di luar

26. Pada waktu matahari sudah jauh condong ke barat. Tiga orang musafir yang berjalan kaku

sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka puasa di

kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bagian

batang Toru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah. (Bertengkar, Berbisik, M.

Kasim)

Latar belakang penggalan novel tersebut adalahÃ

a. menjelang berbuka puasa, sebuah kampung kecil

b. menjelang sampai, sebuah kampung kecil

c. menjelang petang hari, bagian Batang Toru

d. menjelang perjalanan, bagian Batang Toru

e. menjelang magrib, bagian sebuah dusun kecil

27. Saya lahir di zaman perang, Pak, kata budak kecil itu sambil memandang dengan tak

berdosa padaku dengan sebelah mata, mata yang satunya digosok-gosoknya dengan jari.

Ya, waktu kau lahir masih ada perang di sini. Kau tahu, makam apa itu?

Tahu, Pak, ia mengangguk-angguk dengan giat, makam pahlawan.

Pahlawan siapa?

Pahlawan desa ini, Pak!

“Pa, aku tahu, aku ketawa, Yang aku tanyakan nama pahlawan itu! PakJono.Ia emandang

dengan ramah padaku.

Isi penggalan novel tersebut adalah ....

a. Seorang anak yang lahir di zaman perang

b. Seorang anak yang sedang ditanya oleh seseorang

c. Seorang anak yang mencari makam pahlawan

d. Seorang anak yang berjalan-jalan dengan seseorang

e. seorang anak yang masih kecil

28. Hendra : “Terima kasih, Dik.

Erwin  : Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajakmu ke kota,  tetapi mengingat ibumu

masih sakit ya kutunda sampai hari ini.

Hendra : itulah Dik maka aku belum mau melangkah ke luar kota.Sekarang ibuku sudah

sehat dan sudah mulai bekerja lagi. Kapan kita berangkat?

Erwin  : Seminggu lagi? Bagaimana?

Hendra : Baiklah aku nanti minta izin pada ibuku dulu.

Isi penggalan drama di atas adalah ....

a. Ibu Hendra sedang sakit dan Hendra harus menunggu

b. Erwin ingin mengajak Hendra ke kota

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 99 -

Page 100: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

c. Hendra merasa kecewa karena ibunya sakit

d. Erwin menengok Hendra yang sedang sakit

e. Ibu mengajar Hendra menjenguk Erwin

29. Di bangsal itu tarian inti Beksan Lawung Ageng dipagelarkan diawali dengan nada gamelan

dalam tempo tinggi. Dua penari yang memerankan tokoh Botoh measuki arena, memungut

tongkat pendek yang tergeletak di lantai, diikuti dua penari yang berperan sebagai Salaotho.

Selang beberapa detik. Diikuti oleh empat penari Ploncon pembawa tombak tumpul

(lawung) sepanjang 2 m. Semua penari rata-rata berusia 40 tahun.

Nilai budaya yang tampak dalam penggalan cerita di atas adalah.....

a. budaya sunda b. budaya Jakarta c. budaya Jawa Tengah

d. budaya Sumatera e. budaya Bali

30. ”Di sini bekicot banyak, Bung. Buat apa dibudidayakan?” komentar Beni dengan sinis.

Hatinya tetap geram. Untunglah temannya masih sempat mengingatkan.

Tokoh Bni pada kutipan di atas berwatak....

a. pemaaf b. Peramah c. pendendam

d. Pemarah e. Usil

31. Citra : (menhampiri Rini)”Mengapa di tempat gelap ini kamu duduk sendirian?

Rini : “Saya tidak bisa tidur, ingat kepada ibu di rumah.”

Latar waktu yang tergambar dalam cuplikan drama di atas adalah...

a. malam hari b. Pagi hari

c. kamar gelap siang hari d. Gudang sewaktu gerhana

e. kamar tengah ketika mati lampu

32. Dalam istilah drama,pemeran penentang segala tindak-tanduk pelaku utam disebut...

a. protagonis b. Antagonis

c. tritagonis d. Figuran e. Peran pembantu

33. Raynaldi dan Prita sedang menyanyi dengan suara yang enak didengar dan komposisi dan

kolaborasi yang enak dipandang.

Kalimat di atas bila dalam naskah drama merupakan unsur...

a. tema b. Watak

c. alur d. Latar e. Sudut pandang

34. Untuk pergi bersama-sama ke rimba tempat mereka mengumpulkan damar, mereka harus

meninggalkan Kampung Air Jernih, yang terletak di tepi Danau Bantau. Air Jernih terletak

pula di tepi Sungai Air putih yang bermuara ke danau. Di pinggir muara sungailah terletak

kampung mereka. Mereka menuju hutan dengan menyusuri tepi sungai, memudikinya,

memasuki hutan, dan mendaki gunung-gunung. Sungai tak dapat dilalui dengan perahu-

perahu karena penuh dengan batu besar dan karena sungai mengalir dengan derasnya turun

dari gunung-gunung.

Unsur intrinsik yang tampak dalam penggalan cerpen di atas adalah....

a. alur dan latar b. Alur dan tema

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 100 -

Page 101: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

c. karakter dan latar d. Tema dan karakter

e. alur dan sudut pandang

35. “Inilah, Nak. Kita menang tanpa mengalahkan. Kita sudah bertempur tanpa bala tentara.

Mengapa? Musuh kita adalah kita sendiri. Di sini! Nafsu kita. Dan kita sudah menang!”

(novel Pasar: Kuntowijoyo)

Amanat yang sesuai dengan kutipan novel di atas adalah....

a.Perangi musuh sebelum memerangi diri sendiri

b. Perangi diri sendiri sebelum memerangi musuh

c.Musuh yang paling besar adalah hawa nafsu

d. Musuh yang paling besar adalah diri sendiri

e.Musuh yang paling bernafsu adalah merasa besar sendiri

36. Sebelum meninggalkan rumahnya, Bibi Zainab telah menyatakan hasratnya kepada burung

tiung betina yang diharapnya akan lebih memahami perasaannya. Maka jawab tiung;

“ya, tuan yang kecil molek, siti yang baik rupa, pekerjaan apakah yang tuan hamba

hendak kerjakan ini? Tiadakah tuan takut akan Allah subhanahu wataala dan tiadakah

tuan malu akan Nabi Muhammad, maka tuan hendak mengerjakan maksiat lagi

dilarangkan Allah Taala dan ditegahkan Rasulullah s.a.w. Istimewanya pula sangat

kejahatan, dan tiada wajib atas segala perempuan membuat pekerjaan demikian itu.

Tiadakah tuan mendengar di dalam al-Quran dan kitab hadis Nabi, maka barangsiapa

perempuan yang menduakan suaminya, bahawa sesungguhnya disulakan oleh malaikat di

dalam neraka jahanam seribu tahun lamanya…”

Teguran burung tiung betina itu membuatkan Bibi zainab marah lalu dihempaskan

burung itu ke bumi. Matilah burung itu.

(Hikayat Burng Bayan)

Nilai moral dalam penggalan hikayat di atas adalah

a.Takutlah manusia hanya pada Tuhan

b. Manusia merencanakan Tuhan yang menetukan

c.Sebagi istri kita harus setia pada suami

d. Tuhan melihat apa yang dilakukan manusia

e.Jangan membunuh binatang tak berdosa

37. Bacalah cuplikan cerpen berikut!

Kapan-kapan itu adalah suatu sore, ketika aku sedang sibuk mengetik tugas. Kamarku

diketuk orang walau seingat aku, sore itu aku tidak berjanji dengan siapa-siapa.

          "Wah, Saudara sibuk betul rupanya."

Tentu saja sedang sibuk. Kalau tidak sibuk, tentu tidak bakalan berserakan kertas-

kertas di mejaku. Kalau sudah tahu sibuk, kenapa kau masih datang bertamu? Tetapi,

cobalah bayangkan bagaimana pula kau harus mengusir orang yang sudah berdiri di

hadapanmu? Dengan membedaki mukaku setebal mungkin dengan rasa ketimuran, yang

terlontar dari mulutku adalah:

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 101 -

Page 102: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

 "Ya, begitulah."

                                              ( Wolfgang Kipkop, Pamusuk Eneste)

Nilai moral yang terkandung dalam cuplikan cerpen di atas adalah ........

a.saling menghormati dan menghargai

b. berbasa-basi dan berpura-pura baik

c.bertamu pada waktu yang tepat

d. menjaga perasaan orang lain

e.tidak boleh mengganggu pekerjaan orang

38. Bacalah kutipan cerita berikut!

Tukang becak di pasar jauh lebih sopan daripada yang di stasiun. Mungkin karena

sudah sering melihat dan saling kenal biasanya membuahkan rasa kasihan. Seperti yang

pernah kualami, naik becak dan setelah tiba di depan rumah, tukang becak yang tua itu

berkata, "O, putranya Pak Hadi, ya?" Berhubung dia kenal ayahku, aku berikan uang tanpa

kuminta kembaliannya. Pak tua itu berterima kasih Secara berlebihan.

Watak tokoh "aku" dalam kutipan cerita adalah ........

a. sombong b. rendah diri

c. sopan d. baik hati

e. tinggi hati

39. Di bawah ini merupakan karya Titis Basino, kecuali…

a.Pelabuhan Hati

b. Dia, Hotel, Surat Keputusan

c.Lesbian

d. Bukan Rumahku

e.Di Pintumu Aku Mengetuk

40. Sastrawan periode Angkatan ’66 yaitu…

a. Nur Sutan Iskandar, Idrus

b. Marah Rusli, Ramadhan K.H

c. Sutadji Calsoem Bahri, Sapardi Joko Damono

d. Asrul Sani, Selasih

e. Danarto, Sanusi Pane

41. Hasil karya puncak periode angkatan Balai Pustaka adalah...

a. Roman Azab dan Sengsara karya Merari Siregar

b. Salah Asuhan karya Abdul Moeis

c. Belenggu karya Armyn Pane

d. Siti Nurbaya karya Marah Rusli

e. Priangan si Jelita karya Ramadhan K.H

42. Akhirnya peluit pun dibunyikan

Buat penghabisan kali kugenggam jarimu

Lewat celah kaca

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 102 -

Page 103: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Lalu perlahan-lahan jarak antara kita

Mengembang jua

Dan tinggallah rel-rel, peron, dan lampu

Yang menggigil di angin senja.

Kesan yang didapat dari puisi tersebut….

a.Kesedihan hati sepasang remaja yang berpisah.

b. Kegembiraan perjumpaan di stasiun.

c.Kemesraan dan kerinduan seorang gadis.

d. Suasana sepi dan sunyi di stasiun.

e.Kekecewaan seseorang yang menunggu kekasihnya di stasiun

43. …….

Kami sudah coba apa yang kami bisa.

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa.

Kami telah beri kami punya jiwa.

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa.

Isi penggalan puisi tersebut tentang…..

a.kegagalan c. pekerjaan

b. kejiwaan d. perjuangan e. Perhitungan

44. Aku dan Marno bertugas menarik bom peledak dan pasukan lainnya bertempat agak jauh di

seberang jalan di balik tanggul sawah yang agak tinggi letaknya bersenjatakan stengun-

tengun dan sebuah brengun untuk mengacaukan pengawal-pengawal konvoi dan

melindungi pengunduran diri yang menarik pasangan-pasangan.

(Di Kali Merapi Trisno Yuwono)

Latar yang dominan dalam kutipan tersebut adalah

a.waktu c. sosial

b. tempat d. situasi e. budaya

45. Rumah Indarman di kampung Melayu yang dapat dinamakan besar sudah sudah

disambung dengan pelampang ke muka, lalu dihiasi dengan daun-daun beringin dan

bunga-bunga teratai. Bunga kertas yang berumbai-umbai pun tidak pula ketinggalan

sebagai lazim diperbuat di kampung, tiap-tiap ada peralatan.

Unsur intrinsik yang dominan pada penggalan novel diatas adalah …

a.alur cerita c. . tema

b. perwatakan d. sudut pandang e. latar

46. Drama berasal dari kata draomai yang berasal dari bahasa …

a. Yunani b. Latin c. Jepang

d. Inggris e.Belanda 

47. unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam disebut …..

a. unsur ekstrinsik b. unsur intrinsik

c. unsur ekstrinsik dan intrinsik d. unsur ekstraintrinsik

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 103 -

Page 104: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

e. semua salah 

48. Berikut merupakan pernyataan mengenai Tokoh protagonis, kecuali:

a.kita kagumi

b. Pengejawantahan norma-norma

c.pengejawantahan nilai-nilai ideal

d. menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan dia sendiri√

e.pengejawantahan harapan-harapan kita

50. Tidak kesalehan engkau karena terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kautakut masuk ke

neraka are itu kautaat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri,

melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya.

Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egois. Padahal engkau di dunia berkaum,

bersaudara semuanya, tapi engkau tak memedulikan mereka sedikit pun

(A.A.Navis, Kemarau)

Yang dapat diteladani dari kutipan cerpen tersebut adalah

a. Keseimbangan antara beribadah dan bekerja

b. Hidup ini hanya untuk bekerja

c. Hidup ini hanya untuk beribadah

d. Sesekali kita perlu egois

e. hasil bekerja kita gunakan untuk beramal

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 104 -

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara 7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan bercerita, bermain peran, dan berdiskusi

KOMPETENSI DASAR : 7.1 Menceritakan kembali sastra lama (hikayat) dengan bahasa masa kini

INDIKATOR : Menceritakan kembali sastra lama (hikayat) sesuai dengan urutan kronologis tanpa mengubah isi cerita dengan lafal dan intonasi yang tepatMendiskusikan kesesuaian penceritaan isi hikayat berdasarkan kronologis, lafal dan intonasi

XI BAHASASemester II

Page 105: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam bagian ini, Anda akan berlatih Menceritakan kembali sastra lama (hikayat)

dengan bahasa masa kini. Anda akan memahami karakter, ciri khas, dan bentuk karya sastra

lama. Dengan demikian, minat apresiasi Anda akan meningkat. Di samping itu, kecintaan Anda

terhadap karya sastra Nusantara pun diharapkan akan bertambah.

Menceritakan kembali sastra lama (hikayat) dengan bahasa masa kini

Bacalah karya sastra lama (Hikayat) berikut.

Hikayat Patani

Bismillahirrahmanirrahiim. Wabihi nastainu, biIlahi al a'la.

Inilah suatu kisah yang diceritakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri

Patani Darussalam itu. Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana.

Maka Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda

baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun

matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Ia

menamai dirinya Paya Tu Naqpa.

Selama Paya Tu Naqpa kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu. Pada suatu hari Paya Tu

Naqpa pun duduk diatas takhta kerajaannya dihadap oleh segala menteri pegawai hulubalang

dan rakyat sekalian. Arkian maka titah baginda: "Aku dengar khabarnya perburuan sebelah tepi

laut itu terlalu banyak konon."

Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli Yang

Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga."

Maka titah Paya Tu Naqpa: "Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita. Esok hari

kita hendak pergi berburu ke tepi laut itu."

Maka sembah segala menteri hulubalangnya: "Daulat Tuanku, mana titah Duli Yang

Mahamulia patik junjung."

Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlah

dengan segala menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat sekalian. Setelah sampai pada

tempat berburu itu, maka sekalian rakyat pun berhentilah dan kemah pun didirikan oranglah.

Maka baginda pun turunlah dari atas gajahnya semayam didalam kemah dihadap oleh segala

menteri hulubalang rakyat sekalian. Maka baginda pun menitahkan orang pergi melihat bekas

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 105 -

Page 106: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

rusa itu. Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda maka sembahnya: "Daulat Tuanku,

pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya."

Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu"

Maka setelah keesokan harinya maka jaring dan jerat pun ditahan oranglah. Maka

segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala perburuan itu dari pagi-

pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor perburuan tiada diperoleh. Maka baginda pun

amat hairanlah serta menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuan baginda sendiri itu.

Maka anjing itu pun dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira dua jam lamanya maka

berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka baginda pun segera mendapatkan suara anjing itu.

Setelah baginda datang kepada suatu serokan tasik itu, maka baginda pun bertemulah dengan

segala orang yang menurut anjing itu. Maka titah baginda: "Apa yang disalak oleh anjing itu?"

Maka sembah mereka sekalian itu: "Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dan karunia.

Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya gilang gemilang. Itulah

yang dihambat oleh anjing itu. Maka pelanduk itu pun lenyaplah pada pantai ini."

Setelah baginda mendengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat berjalan

kepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah orang tua laki-bini duduk

merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh bertanya kepada orang tua itu, dari mana

datangnya maka ia duduk kemari ini dan orang mana asalnya.

Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah baginda kepada orang tua itu. Maka

sembah orang tua itu: "Daulat Tuanku, adapun patik ini hamba juga pada kebawah Duli Yang

Mahamulia, karena asal patik ini duduk di Kota Maligai. Maka pada masa Paduka Nenda

berangkat pergi berbuat negeri ke Ayutia, maka patik pun dikerah orang pergi mengiringkan

Duli Paduka Nenda berangkat itu. Setelah Paduka Nenda sampai kepada tempat ini, maka patik

pun kedatangan penyakit, maka patik pun ditinggalkan oranglah pada tempat ini."

Maka titah baginda: "Apa nama engkau?"

Maka sembah orang tua itu: "Nama patik Encik Tani."

Setelah sudah baginda mendengar sembah orang tua itu, maka baginda pun kembalilah

pada kemahnya.Dan pada malam itu baginda pun berbicara dengan segala menteri

hulubalangnya hendak berbuat negeri pada tempat pelanduk putih itu. Setelah keesokan harinya

maka segala menteri hulubalang pun menyuruh orang mudik ke Kota Maligai dan ke Lancang

mengerahkan segala rakyat hilir berbuat negeri itu. Setelah sudah segala menteri hulubalang

dititahkah oleh baginda masing-masing dengan ketumbukannya, maka baginda pun berangkat

kembali ke Kota Maligai.

Hatta antara dua bulan lamanya, maka negeri itu pun sudahlah. Maka baginda pun

pindah hilir duduk pada negeri yang diperbuat itu, dan negeri itu pun dinamakannya Patani

Darussalam (negeri yang sejahtera). Arkian pangkalan yang di tempat pelanduk putih lenyap itu

(dan pangkalannya itu) pada Pintu Gajah ke hulu Jambatan Kedi, (itulah. Dan) pangkalan itulah

tempat Encik Tani naik turun merawa dan menjerat itu. Syahdan kebanyakan kata orang nama

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 106 -

Page 107: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

negeri itu mengikut nama orang yang merawa itulah. Bahwa sesungguhnya nama negeri itu

mengikut sembah orang mengatakan pelanduk lenyap itu. Demikianlah hikayatnya.

Sumber: Hikayat Seribu Satu Malam

Setelah membaca karya sastra lama tersebut, Anda dapat mengidentifikasinya. Anda

dapat mengidentifikasi ciri-ciri karya sastra lama tersebut. Anda juga dapat mengidentifikasi

unsur-unsur intrinsik karya sastra lama tersebut.

Ada beberapa ciri-ciri yang dapat Anda identifikasi dari karya sastra lama tersebut, di antaranya:

1. menggunakan bahasa Melayu klasik

2. menghubungkan cerita dengan kejadian alam atau tempat,berkisah tentang kerajaan (istana

sentris)

Dari hasil membaca sendiri karya sastra lama tersebut, apakah ada ciri-ciri lain yang Anda

temukan dari karya sastra lama tersebut?

Selain ciri-ciri karya sastra lama tersebut, Anda juga dapat mengidentifikasi unsur-unsur

intrinsiknya. Sebelum mengidentifikasi unsur-unsur tersebut, sebaiknya Anda pahami terlebih

dahulu unsur-unsur intrinsik tersebut.• • •

Unsur-unsur intrinsik karya sastra lama hampir sama dengan karya sastra prosa lainnya, seperti

tema alur, latar, penokohan, dan amanat.

1. Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita.

2. Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau

peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur tersebut ada

yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.

3. Penokohan adalah pelukisan atau pendeskripsian atau pewatakan tokoh-tokoh dalam cerita.

4. Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu peristiwa.

5. Amanat adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam cerita.

Seperti yang telah Anda baca, karya sastra lama menggunakan bahasa Melayu klasik.

Anda dapat menuliskan kembali karya sastra lama tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.

Untuk dapat melakukannnya, Anda harus memahami isinya, baru Anda ceritakan tanpa harus

terpaku pada bahasa asli karya sastra tersebut. Oleh karena itulah, Anda perlu membaca karya

tersebut dengan saksama.

Sekarang, untuk mengasah pemahaman Anda tentang karya sastra lama, kerjakanlah latihan

berikut.

Tugas Individu

1. Identifikasilah karakteristik atau ciri-ciri karya sastra Melayu klasik "Hikayat Patani".

2. Tentukan unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik tersebut.

3. Tuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik tadi dengan bahasa sendiri ke dalam

beberapa paragraf.

Tempat mengerjakan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 107 -

Page 108: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 108 -

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara 7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan,

informasi, dan pengalaman melalui kegiatan bercerita, bermain peran, dan berdiskusi

KOMPETENSI DASAR : 7.2 Memerankan tokoh drama atau penggalan dramaINDIKATOR :

Memerankan drama/ penggalan drama sesuai dengan karakter tokoh

Page 109: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih memerankan drama dengan memerhatikan

penggunaan gerak-gerik (gestur), mimik, dan pelafalan sesuai dengan watak tokoh dalam

pementasan drama. Anda akan berlatih menanggapi peran yang ditampilkan dalam pementasan

drama.

Mementaskan Naskah Drama

Sebelum memerankan tokoh dalam sebuah drama, Anda harus menghayati terlebih dahulu

peran tersebut. Dengan demikian, Anda akan bermain dengan sangat baik. Setelah Anda

memahami dan menghayati peran dalam drama, Anda perlu melatih gerak-gerik (gestur), mimik

(ekspresi wajah), dan intonasi dalam pelafalan dialog. Hal ini bertujuan agar penonton dapat

menangkap pesan atau maksud yang hendak disampaikan oleh pemain.

Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa untuk melatih penghayatan diperlukan latihan

olah sukma. Untuk melatih gerak-gerik dan mimik, Anda perlu melakukan latihan olah tubuh,

sedangkan untuk melatih intonasi Anda memerlukan latihan olah vokal.

Latihan-latihan tersebut sangat penting dilakukan agar saat pementasan berlangsung,

tubuh aktor akan siap secara keseluruhan. Dengan demikian, penonton tidak akan merasa jenuh.

1. Gerak-Gerik (Gestur)

Seorang pemain drama perlu mengontrol tubuhnya sendiri agar sesuai dengan peran

yang akan diperankannya. Misalnya, saat Anda berperan sebagai seorang guru yang

berwibawa tentunya berbeda gestur saat Anda berperan sebagai seorang kakek renta.

Contoh lainnya adalah saat Anda berperan sebagai seorang siswa yang baik dan pintar,

tentunya berbeda dengan gestur siswa badung yang pemalas.

Untuk dapat menguasai gestur tokoh-tokoh tertentu dengan baik, Anda perlu melakukan

latihan olah tubuh. Di samping itu, Anda pun perlu melakukan observasi atau

pengamatan terhadap figur tokoh yang akan Anda perankan. Misalnya, saat Anda

ditugasi berperan sebagai seorang guru, Anda dapat melakukan pengamatan terhadap

guru Anda.

2. Mimik atau Ekspresi

Latihan mengolah mimik pun merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Penonton

dapat mengetahui suasana hati tokoh yang diperankan melalui mimik yang diperlihatkan

oleh pemain. Contohnya, saat pemain berperan sebagai seseorang yang sedang bersedih,

tidak mungkin dia menunjukkan mimik atau ekspresi bahagia.

Agar mimik Anda dapat terlatih dengan baik, Anda dapat melakukan kegiatan senam

wajah setiap hari. Caranya, yaitu menggerak-gerakkan seluruh otot wajah Anda hingga

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 109 -

Page 110: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

terasa pegal. Hal ini dapat membantu Anda melenturkan otot-otot wajah Anda sehingga

mudah dibentuk untuk menampilkan ekspresi-ekspresi tertentu.

3. Intonasi

Intonasi dalam pelafalan dialog drama sangat diperlukan. Intonasi yang baik akan

membuat penonton tidak jenuh dan permainan lebih hidup. Pengolahan intonasi dapat

dilakukan dengan cara:

a. menaik-turunkan volume suara;

b. merendah-tinggikan frekuensi nada bicara;

c. mengatur tempo pengucapan;

d. mengatur dan menolah warna serta tekstur suara;

Setelah memahami materi-materi tersebut, tentunya Anda telah siap untuk menampilkan

sebuah drama bersama teman-teman. Untuk itu, kerjakanlah latihan berikut.

1. Buatlah kelompok yang terdiri atas 4–7 orang.

2. Pilihlah salah satu drama terbaik yang akan Anda tampilkan bersama teman-teman.

3. Tentukan sutradara dan pemainnya.

4. Perhatikan penghayatan, gerak-gerik, mimik, dan intonasi Anda saat bermain drama.

5. Tanggapilah penampilan kelompok lain dalam diskusi.

Tentukan peran dan kemukan karakter yang tepat dari ilustrasi berikut!

Rapiah seorang istri yang sabar dan yakin kepada suami. Benar cinta Hanafi kepadanya

tidak ada, tak mungkin akan diperoleh oleh Rapiah. Hanafi tak dapat menimbulkan rasa yang

gaib itu dalam kalbunya.....

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 110 -

STANDAR KOMPETENSI : Berbicara 7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan,

informasi, dan pengalaman melalui kegiatan bercerita, bermain peran, dan berdiskusi

KOMPETENSI DASAR : 7.3 Mengevaluasi teks drama atau pementasan drama dalam kegiatan diskusi INDIKATOR : Membahas kesesuaian pemeranan pelaku-pelaku

Page 111: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam bagian ini, Anda akan berlatih mengevaluasi teks drama atau pementasan drama dalam kegiatan diskusi

Mengevaluasi teks drama atau pementasan drama dalam kegiatan diskusi

Pembelajaran Pemeranan drama merupakan salah satu bagian pembelajaran sastra.

Pembelajaran pemeranan drama diharapkan dapat diberikan secara sempurna yaitu sebagai karya

sastra baca dan karya pentas. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran drama tidak boleh hanya

disikapi sebagai karya sastra yang fungsinya hanya sebagai bahan bacaan, tetapi sebagai sebuah

karya yang nantinya akan dipentaskan. Akan tetapi sebagian besar kita masih menyikapi

pembelajaran pemeranan drama hanya sebagai karya naskah baca, sehingga pembelajaran

pemeranan drama lebih banyak membahas tentang teori drama tanpa disertai praktik

memerankan drama.

Permainan aktor/pelaku pentas merupakan tulang punggung sebuah

pertunjukan drama. Sukses atau tidaknya pertunjukan drama bergantung

pada teknik penyutradaraan dan akting pemain. Aktor harus dapat

menentukan tokoh secara sempurna sehingga penonton melihat bahwa hal

tersebut nyata dan tidak berpura-pura.

Pemain/aktor yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini, yaitu:

1. mampu menghayati dan memerankan tokoh sesuai dengan karakter,

2. dapat menyesuaikan diri dan tepat dalam menggunakan gestur (gerak

kecil-kecil),

3. berdialog dengan lafal, artikulasi, jeda, dan intonasi yang tepat,

4. mampu bekerja sama dengan pemain lain di dalam pertunjukan,

5. mampu menguasai panggung dan kelengkapan artistik yang

mendukung, antara lain penyinaran, musik, tata rias (make-up) dan

busana atau kostum.

Hal-hal yang garus dipersiapkan sebelum mementaskan naskah drama

meliputi :

1. Latihan ber-acting, mulai dengan reading, reading dengan penjiwaan, blocking, crossing,

dan penguasaan pentas (gesture, movement, dan mimik).

2. Pemaduan dengan unsur-unsur teknis dan artistik dalam latihan, seperti microphone,

musik, lampu, dekorasi, dan sebagainya.

3. General rehearsal (latihan menyeluruh) selama dua atau tiga kali.

• Persiapan pentas.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 111 -

Page 112: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

• Pementasan.

• Evaluasi.

Evaluasi dalam hal pemahaman naskah harus meliputi pertanyaan-pertanyaan berikut:

Penampilannya dalam membaca peranannya yang meliputi: lafal, informasi, mimik, dan

suara.

penguasaan mengenai isi drama dalam pertanyaan-pertanyaan analisis yang akan

dijawab

Tugas kelompok

Pementasan drama yang telah kalian lakukan bersama kelompokmu evaluasilah

berdasarkan perwatakan masing- masing tokoh dengan menggunakan table berikut!

No Analisis Tokoh Karakter/sifat Dialog Tanggapan

1 Protagonis

2 Antagonis

3 Tokoh pembantu

4 Tokoh lain

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 112 -

STANDAR KOMPETENSI : Membaca 8 Memahami hikayat, novel, dan cerpenKOMPETENSI DASAR : 8.1 Membandingkan penggalan hikayat dengan

penggalan novel INDIKATOR :

Menghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilaiMendiskusikan untuk mencari perbandingan nilai-nilai nilai yang terdapat dalam hikayat dan novel dengan nilai-nilai kehidupan nyata di daerah setempat

Page 113: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam bagian ini, Anda akan berlatih membandingkan naskah hikayat dengan

novel .Dengan demikian, minat apresiasi Anda akan meningkat. Di samping itu, kecintaan Anda

terhadap karya sastra Nusantara pun diharapkan akan bertambah.

Membandingkan Naskah Hikayat dengan Novel

Setiap cerita apa pun bentuknya, baik novel maupun hikayat selalu mengandung pesan

atau amanat si pembuat cerita. Pada pelajaran kali ini, Anda akan membandingkan hikayat

dengan cerpen. Tujuan dari pelajaran kali ini, Anda diharapkan dapat menyimpulkan perbedaan

serta nilai yang terdapat dari kedua karya sastra yang dibandingkan dalam pelajaran.

Karya sastra (yang baik) senantiasa mengandung nilai. Nilai itu dikemas dalam wujud

struktur karya sastra, dan secara tersirat ada di dalam alur, latar, tokoh, tema, dan amanat. Nilai

yang terkandung dalam karya sastra itu, antara lain: nilai hedonik (nilai yang dapat memberikan

kesenangan secara langsung kepada pembaca), nilai artistik (nilai yang dapat mewujudkan suatu

seni atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan), nilai kultural (nilai yang dapat

memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat,

peradaban, atau kebudayaan), nilai etis/moral/ agama (nilai yang berkaitan dengan etika, moral,

atau agama), dan nilai praktis (nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat diterapkan

dalam kehidupan nyata sehari-hari).

Struktur karya sastra berbentuk prosa, seperti hikayat atau cerita pendek, memiliki

kesamaan. Unsur struktur cerita terdiri atas alur, latar, tokoh, tema, dan amanat. Ciri khas lain

yang ada dalam hikayat ialah adanya motif yang menggerakkan cerita.

1. Tokoh

Tokoh hikayat umumnya berasal dari kalangan istana (istana sentris). Tokoh hikayat

memiliki kelebihan lain dari manusia biasa. Oleh karena itu, konflik yang muncul dalam

hikayat berupa konflik yang sangat luar biasa diukur dalam pikiran manusia. Hal ini

berbeda dengan tokoh yang ada dalam cerita rekaan modern, seperti novel.

2. Latar

Latar hikayat yang istana sentris dominan menceritakan kehidupan istana. Bahkan, latar

dalam hikayat pun tidak jarang berlatar dunia gaib atau kahyangan. Latar ini erat

kaitannya degan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 113 -

Page 114: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

tindakan tokoh, yang di luar kewajaran manusia biasa.

3. Tema

Tema hikayat umumnya sama dengan cerita rekaan modern. Tema hikayat dapat berupa

persoalan cinta, dendam, kejujuran, kesatriaan, dan hal lainnya. Tema ini dapat diketahui

setelah dibaca keseluruhan ceritanya.

4. Motif

Motif berhubungan erat dengan alur cerita yang digerakkan tokoh cerita. Motif

merupakan alasan mengapa suatu jalan cerita bergerak. Motif bersumber dari alasan

tindakan para tokoh cerita.

Motif dalam hikayat dapat merupakan motif kekuasaan, cinta, dendam, atau kejujuran.

5. Nilai

Nilai atau amanat dalam hikayat dapat diketahui dan dirasakan pembaca setelah

menyelesaikan beberapa kali pembacaan hikayat. Penentuan nilai bergantung pada setiap

persepsi pembaca dalam memaknai amanat dari hikayat.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa hikayat adalah bagian prosa lama.  Sebagai sebuah karya

sastra dalam bentuk tertulis, Sulastin Sutrisno (1983 : 75-76) memberikan tujuh (7) ciri hikayat,

yaitu:

1. Hikayat termasuk sastra tulis dengan huruf Jawi.

2. Sebagai sastra tulis, hikayat sudah berkembang secara luas bersamaan dengan sastra

Melayu yaitu sekitar 1.500 M.

3. Hikayat adalah sastra Melayu Klasik.

4. Sebagai sastra Melayu Klasik, hikayat bersifat anonim.

5. Hikayat ditulis dalam bentuk prosa.

6. Hikayat adalah fiksi, dalam arti dibaca oleh pembaca Melayu dan modern sebagai

dunia kata-kata, tanpa hubungan langsung dari dunia luar, dengan kenyataan.

7. hikayat adalah fiksi tanpa memperhatikan kadar fantasi di dalamnya.

Dari ciri-ciri di atas, tidak jarang kita temui istilah versi dalam filologi. Misalnya, Hikayat Hang

Tuah versi Kassim Ahmad dan Hikayat Raja Muda versi Asmah Haji Omar.

10 hikayat yang digolongkan sebagai karya pada zaman peralihan, yaitu:

1. Hikayat Serangga Bayu

2. Hikayat Indraputera

3. Hikayat Marakarma

4. Hikayat Isma yatim

5. Hikayat Indra Bangsawan

6. Hikayat Syah Kobad

7. Hikayat Parang Punting

8. Hikayat Berma Syahdan

9. Hikayat Maharaja Puspa Wiraja

10. Hikayat Jaya Lengkara

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 114 -

Page 115: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tugas Individu

1. Bacalah dengan saksama penggalan Hikayat Hasanuddin dan kutipan novel !

2. Identifikasilah unsur struktur kedua karya sastra tersebut !

3. Hubungkan nilai budaya dalam kutipan novel dan hikayat dengan nilai budaya sekarang.

4. Bandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kedua karya sastra tersebut!

a. Hikayat

Hikayat Hasanuddin

Sahdan daripada itu apabila genaplah Maulana Hasanuddin itu tujuh tahun lamanya ia

ada di Pulasari itu, datang pula ayahnya melihat kepada anaknya, lalu ia duduk kata ayahnya

yang bernama susuhunan Gunung Jati, kepada anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin,

katanya:

"Hai anakku Ki Mas, marilah kita pergi haji karena sekarang waktunya orang naik haji

dan sebagai pula santri, kamu tinggal juga dahulu di sini, dan turutlah sebagaimana pekerti

anakku".

Setelah ia berkata-kata, lalulah ia berjalan dengan anaknya dan dibungkusnya dengan

syal. Tiada berapa lamanya di jalan, lalu ia sampai di Mekah, lalu ke mesdjidu'l-haram. Serta

sampai di mesdjidu'l-haram, lalu dikeluarkannya anaknya dari dalam bingkisan, lalu sama-sama

ia tawaf ke baitu'lah, serta diajarnya pada kelakuan tawaf dan doanya sekalian, serta mencium

pada hadjaru'l-aswad, dan ziarat kepada segala syeh, dan diajarkannya rukun haji dan

kesempurnaan haji.

Setelah sudah ia mendapat haji, lalu ia ziarah kepada nabiyyu'llahi Khidhir. Setelah

sudah ia ziarat kepada nabiyyu'llahi Khidhir itu, lalu ia pergi ke Medinah serta mengajarkan

anaknya ilmu yang sempurna, beserta dengan bay'at, demikianlah silsilah, dan wirid, dan tarekat

Naqsjibandiyyah serta dikir, dan talkin, dan dikir khirqah serta sughul. Setelah sudahlah habis

melakukan apa barang maksudnya di tanah Mekah itu, lalu ia pulang dari tanah Arab, lalu ia

singgah di negeri Menangkabau dan ia bertemu kepada raja Menangkabau serta sama ia

berjabat tangan; raja Menangkabau itu pun memberi sebilah keris Mundarang. Seketika

itu susuhunan pun Antara berapa lamanya di jalan itu sampailah ia pada tempatnya di desa

Lurah. Setelah sampai ia lalu sama berduduk keduanya dan keris yang diperoleh dari raja

Menangkabau itu pun diberikannya kepada anaknya dan berkata susuhunanGunung Jati kepada

maulana Hasanuddin:

"Hai anakku Ki Mas, berbuatlah kamu pada hal yang patut dan kerjalah olehmu, karena

aku tiada tahu pada adat orang Jawa dan sebagai lagi santri engkau, baik-baiklah kamu

mengawali kepada anakku dan janganlah kiranya engkau alpa adanya".Setelah habis ia berkata-

kata lalulah susuhunan itu kembali ke Gunung Jati.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 115 -

Page 116: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

b. Kutipan Novel

Ketika aku sampai pada kapur-kapur yang berserakan persis di bawah tirai itu, hatiku

berkata pasti nona ini akan segera menutup pintu agar aku tidak punya kesempatan sedikitpun

untuk melihat dia lebih dari melihat kukunya, namun yang terjadi kemudian sungguh di luar

dugaan. Kejadiannya sangat mengejutkan, karena amat cepat, tanpa disangka sma sekali, si nona

misterius justru tiba-tiba membuka tirai dan tindakan cerobohnyaitu membuat wajah kami yang

sama-sam terperanjat hamper bersentuhan!!!Kami beradu pandang dekat sekali … dan suasana

seketika menjadi hening … mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak dapat kulukiskan

dengan kata-kata. Kapur-kapur yang telah ia kumpulkan terlepas dari genggamannya, jatuh

berserakan, sedangkan kapur-kapur yang ada di genggamanku terasa dingin membeku seperti aku

sedang mencengkeram batangan-batangan es lilin.

Saat itu aku merasa jarum detik seluruh jam yang ada di dunia ini berhenti berdetak.

Semua gerakan alam tersentak diam dipotret Tuhan dengan kamera raksasa dari langit, blitz-

nya membutakan, flash!!! Menyilaukan dan membekukan. Aku terpana dan merasa seperti

melayang,mati suri, dan mau pingsan dalam ekstase………………

………dan aku tahu persis bau busuk took kelontong itu semakin menjadi-jadi dalam

udara pengap di bawah atap seng, tapi pancaindraku telah mati. Aliran darah di sekujur tubuhku

menjadi dingin, jantungku berhenti, jantungku berhenti berdetak sebentar kemudian berdegup

kencang sekali dengan ritme yang kacau seperti kode morse yang meletup-letupkan pesan SOS.

Lebih dari itu aku menduga bahwa dia, si misterius berkuku seindah pelangi, yang tertegun

seperti patung persis di depan hidungku ini, agaknya juga dilanda perasaan yang sama.

“Siun! Siun! Segere…!”teriak kuli Sawang, terdengar samara, menggema jauh berulang-

ulang seperti didengungkan di dalam gua yang panjang dan dalam, mereka memintaku minggir.

Tapi kami berdua masih terpaku pandang tanpa mampu berkata apa pun, lidahku terasa

kelu, mulutku terkuncirapat_lebih tepatnya ternganga. Tak ada satu kata pun yang dapat

terlaksana. Aku tak sanggup beranjak. Wanita ini memiliki aura yang melumpuhkan. Tatapan

matanya itu mencengkeram hatiku.

Ia memiliki struktur wajah lonjong dengan air muka yang sangat menawan. Hidungnya

kecil dan bangir. Garis wajahnya tirus dengan tatapan mata kharismatik menyejukkan sekaligus

menguatkan hati, seperti tatapan wanita-wanita yang telah menjadi ibu suri. Jika menerima

nasihat dari wanita bermata semacam ini, semangat pria manapun akan berkobar.

Bajunya ketat dan bagus seperti akan berangkat kondangan , dengan dasar biru dan motif

kembang portlandica kecil-kecil berwarna hijau muda menyala. Kerah baju itu memiliki kancing

sebesar jari kelingking, tinggi sampai ke leher, merefleksikan keanggunan seorang wanita yang

menjaga integritasnya dengan keras. Alisnya indah alami dan jarak antara alis dengan batas

rambut di keningnya membentuk proporsi yang cantik memesona. Ia adalah lukisan Monalisa

yang ditenggelamkan dalam danau yang dangkal dan dipandangi melalui terang cahaya bulan.

Seperti kebanyakan ras mongoloid, tulang pipinya tidak menonjol, tapi bidang wajahnya,

bangun bahunya, jenjang lehernya, potongan rambutnya, dan jatuh dagunya yang elegan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 116 -

Page 117: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

menciptakan keseluruhan kesan dirinya benar-benar mirip Michelle Yeoh, bintang film Malaysia

yang cantik itu. Maka terkuaklah rahasia yang tertutup rapi selama bertahun-tahun. Sang pemilik

kuku-kuku indah itu ternyata seorang wanita muda yang cantik jelita dengan aura yang tak dapat

dilukiskan dengan cara apa pun.

Kejadian ini membuat pipinya yang putih bersih tiba-tiba memerah dan matanya yang

sipit bening seperti ingin menghamburkan air mata. Aku tahu bahwa selain sejuta perasaan tadi

yang mungkin sama-sama melanda kami, ia juga merasakan malu yang tak terkira. Ia bangkit

dengan cepat dan membanting pintu tanpa ampun. Ia tak peduli dengan kapur-kapur itu dan tak

peduli padaku yang masih hilang dalam tempat dan waktu.

Suara keras bantingan pintu itu membuatku siuman dari sebuah pesona yang

memabukkan dan menyadarkan aku bahwa aku telah jatuh cinta. Aku limbung, kepalaku pening

dan pandangan mataku berkunang-kunang karena syok berat. Beberapa waktu berlalu aku masih

terduduk terbengong-bengong bertumpu di atas lututku yang gemetar. Aku mencoba mengatur

napas dan darahku berdesir menyelusuri seluruh tubuhku yang berkeringat dingin. Aku baru saja

dihantam secara dahsyat oleh cinta pertama pada pandangan yang paling pertama. Sebuah

perasaan hebat luar biasa yang mungkin dirasakan manusia.

Aku berupaya keras bangun dan ketika aku menoleh ke belakang, orang-orang di

sekelilingku, Syahdan yang menghampiriku, A Miauw yang menunjuk-nunjuk, orang-orang

bersarung yang pergi beriiringan, dan kuli-kuli Sawang yang terhuyung-huyung karena beban

pikulannya, mereka semuanya, seolah bergerak seperti dalam slow motion, demikian indah,

demikian anggun. Bahkan para kuli panggul yang memiliki karung jengkol tiba-tiba bergerak

penuh wibawa, santun, lembut, dan berseni, seolah mereka sedang memperagakan busana

Armani yang sangat mahal di atas catwalk.

Toko yang tadi berbau busuk memusingkan sekarang menjadi harum semerbak seperti

minyak kesturi dalam botol-botl liliput yang dijual pria berjanggut lebat seusai shalat Jumat.

Syahdan yang gelap, kecil, dan jelek kelihatan tampan sekali seperti Nat King Cole. Sedangkan A

Miauw tiba-tiba menjadi seorang tauke yang demikian ramah, peduli dan melakukan semua

pelanggan dengan adil tanpa membedakan. Ia tampak seperti seorang bandit yang memutuskan

jadi padri.

Aku tak peduli lagi dengan kotak kapur yang isinya tinggal setengah. Aku berbalik

meninggalkan took dan merasa kehilangan seluruh bobot tubuh dan beban hidupku. Langkahku

ringan laksana orang suci yang mampu berjalan di atas air. Aku menghampiri sepeda reyot Pak

Harfan yang sekarang terlihat seperti keranjang baru. Aku dihinggapi semacam perasaan bahagia

yang aneh, sebuah rasa bahagia bentuk lain yang belum pernah kualami sebelumnya. Rasa

bahagia ini jauh melebihi ketika aku mendapat hadiah radio transistor2-band dari ibuku sebagai

upah mau disunat tempo hari.

Ketika mempersiapkan sepeda untuk pulang, aku mencuri pandang ke dalam took.

Kulihat dengan jelas Michele Yeoh mengintipku dari balik tirai keong itu. Ia berlindung, tapi

sama sekali tak menyembunyikan perasaannya. Aku kembali melayang menembus bintang

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 117 -

Page 118: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

gemerlapan, menari-nari diatas awan, menyanyikan lagu nostalgia Have I Told You Lately That I

Love You. Aku menoleh lagi ke belakang, di situ, di antara tumpukan kemiri basah yang tengik,

kaleng-kaleng minyak tanah, dan karung-karung pedak cumi aku telah menemukan cinta. …

(Laskar Pelangi, Andrea Hirata)

Tempat mengerjakan

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 118 -

STANDAR KOMPETENSI : Membaca 8 Memahami hikayat, novel, dan cerpenKOMPETENSI DASAR : 8.1 Membandingkan naskah hikayat dengan cerpen INDIKATOR :

Mengidentifikasi nilai yang terdapat dalam cerpenMengidentifikasi nilai yang terdapat dalam hikayatMenghubungkan nilai budaya dalam cerpen dengan nilai budaya sekarangMenghubungkan nilai budaya dalam hikayat dengan nilai budaya sekarangMembandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat dengan cerpen

Page 119: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Pada pembelajaran ini Anda diharapkan mampu, Anda akan menemukan perbedaan dan persamaan setiap karya sastra yang Anda bandingkan baik hikayat maupun cerpen.

Membandingkan Naskah Hikayat dengan Cerpen

Pada pembelajaran yang lalu kita telah membahas mengenai hikayat dan cerpen secara

satu persatu. Hikayat yang merupakan karya sastra lama memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan

cerpen. Berikut perbedaan antara hikayat dengan cerpen.

Untuk membandingkan hikayat dengan cerpen Anda perlu membaca sekali lagi Hikayat

Hasanudin pada pelajaran yang lalu. Setelah itu bacalah dengan cermat cerpen berikut !

Kursi Antik

Muhammad Ali

Perempuan yang datang menemuiku pada pagipagi dini hari itu langsung menyebutkan

namaku, lalu bertanya,"Bapak yang suka kumpul-kumpul barang-barang antik?'

"Yoah ...," sahutku sambil menguap panjang.

Lalu katanya pula, "Aku punya sebuah kursi antik...."

"Ini betul-betul antik, Pak," katanya meyakinkan,

"peninggalan nenek moyang."

"Di mana barang itu sekarang?" tanyaku.

"Di rumah, di rumahku, tidak jauh dari sini, sebentar jalan kaki sampai. Mari kita

berangkat sekarang," ajaknya.

Perempuan itu jalan duluan, aku menyusulnya di belakang. Bukan main cepatnya ia

melangkah. Aku mengikuti setengah berlari-lari, hingga napasku mendesah-desah. Kami berjalan

menyusuri ganggang kecil dan sempit yang di kanan-kirinya berdiri berdesakan gubuk-gubuk

terbuat dari bekas peti-peti sabun atau makanan dalam kaleng yang dipersambungkan begitu saja,

mirip bekupon-bekupon.

Beberapa kali kami berpapasan dengan pengendara-pengendara becak yang mendorong

becaknya, memaksa kami menempel rapat-rapat ke pinggir supaya tidak terlanggar

olehnya.

Di depan sebuah gubuk setengah doyong yang beratapkan kaleng-kaleng karatan

perempuan itu berhenti lalu menoleh kepadaku, kemudian serunya "Di sini, Pak, silakan masuk,

maaf tidak sepertinya," ujarnya pula berbasa-basi. Terpaksa aku harus membongkok ketika

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 119 -

Page 120: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

memasuki pintu gubuk yang pendek dan sempit itu. Aku tidak ingat lagi dari bahan apa pintu itu

dibuat. Begitu berdiri dalam sebuah ruang yang sesungguhnya hanya sepetak tanah, bau apak

yang amat menyengat menusuk hidungku.

Perubahan sekonyong-konyong dari kecerahan pagi yang memancar di luar beralih ke

ruangan dalam gubuk yang suram dan muram itu membuatku hampir tak bisa melihat sesuatu

sehingga pada mulanya tak sesuatu pun yang tampak. Semua kelihatan samar-samar. Tapi,

sekejap kemudian mataku mulai jadi biasa dalam suasana kesuraman itu dan satu demi satu mulai

bermunculan apa yang terdapat di dalam ruangan itu.

Ada segerombolan anak-anak kecil duduk berderet di salah satu sudut ruangan itu. Dua di

antaranya gadis-gadis cilik dalam gaun kumal dan penuh tambalan. Dua yang lain anak-

anak laki-laki lebih kecil dalam keadaan bugil. Mereka berempat sedang asyik menyuwir-nyuwir

beberapa lembar daun pisang, lalu suwiran-suwiran itu mereka masukkan ke dalam mulut-mulut

mereka dan memamahnya serupa domba-domba kecil sedang memamah rumput. Suatu

pemandangan yang bukan saja tidak enak, tapi sungguh menyayat perasaanku.

Sejenak aku tertegun, tidak yakin tentang apa yang dikatakannya, lebih-lebih melihat

keadaannya. Kuperhatikan perempuan itu hampir setengah menyelidik, dari ujung rambut sampai

ke tumitnya. Perawakannya kurus kerempeng, terbungkus dalam gaun usang yang kumal dan

lusuh. la masih muda, barangkali belum lagi dua puluh tahun, tapi tampak serupa perempuan

separo baya. Wajahnya pasi kepucat-pucatan dan kedua belah matanya yang sayu seolah-olah

tersembunyi dalam luangan di atas pipinya yang cekung, sedang pada pelipisnya jelas tampak

beberapa garis-garis derita yang tajam menggores. Kaki-kakinya yang kotor berdebu itu mengapit

sepasang sandal jepit.

"Aku bermaksud menjual kursi itu, barangkali Bapak mau," katanya sedikit tersengal

seraya mengais rambutnya yang kusut yang seolah-olah tak pernah disisir.

"Betul antik?" tanyaku ragu-ragu. "Aku sudah sering dibikin kecele, mulanya bilang

antik, tahu- tahu cuma tiruan . . . ."

Selain itu, pada mulanya tak ada yang tampak jelas olehku. Di ruangan itu tak ada meja,

tak ada kursi atau balai-balai, pendeknya kosong melompong, dan lantainya tanah yang lembap

pula, karena tak ada sebuah lubang pun yang mema-sukkan sinar dari luar. Aku lantas jadi heran,

gelisah, dan mulai curiga jangan-jangan perempuan itu hendak menipuku.

"Mana kursinya?" tanyaku kepada perempuan yang sejak tadi berdiri bungkam di

sampingku.

"Itu Pak, yang di sudut itu," sahutnya seraya menunjuk ke satu arah, sudut lain yang juga

gelap. Samar-samar tampak sebuah kursi goyang berukuran lumayan besar. Sekilas memang

kelihatan serupa kursi antik, beberapa bagiannya berukir meski tidak begitu jelas terlihat. Tapi,

yang lebih menarik perhatianku, ialah di kursi antik itu duduk seorang nenek-nenek tua renta

sambil sekali-sekali menggoyang-goyang kursinya sehingga kepalanya yang menyangga uban

putih mengapas itu terangguk-angguk. Begitu tua nenek itu, wajahnya yang kerut-merut itu

menggumpal kecil serupa karet busa yang diremas-remas.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 120 -

Page 121: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

"Siapa dia?" tanyaku.

"Nenekku ...." kata perempuan itu.

Suaranya bimbang, "Ia buta, tuli, lumpuh lagi...."

"Dan anak-anak itu?"

"Mereka adalah anak-anakku, empat orang semuanya...."

"Mana suamimu, maksudku bapak mereka?" Pertanyaan-pertanyaanku itu agaknya telah

meresahkannya, tampak ia jadi kikuk dan kemalumaluan.

"Oh, bapak mereka, suamiku...." Ia tak mau menyelesaikan kalimatnya dan seperti

sengaja akan mengalihkan pembicaraan, ia lalu cepat-cepat melangkah ke kursi neneknya dan

berkata,"Inilah kursinya. Betul-betul antik, bukan? Kursi ini peninggalan nenek moyang kami.

Memang warnanya kelihatan agak kusam, tapi dengan sedikit pemeliharaan akan berubah indah

seperti semula. Maklum, di sini kursi ini tidak terpelihara. Kabarnya dulu kursi ini digunakan

sebagai tempat duduk bersemayam orang-orang berderajat tinggi ..."

Tapi, semua yang dikatakan perempuan itu hampir tak masuk di telingaku. Pikiran,

perasaan, dan pandanganku terpancang pada nenek tua yang sedang duduk ayem sambil

bergoyang-goyang dengan senangnya di atas kursinya.

Ketika itu terpikir olehku, nasib nenek itu, ke mana ia akan dicampakkan kalau kursi itu

tidak lagi berada di tempat ini. Bukankah ia buta, tuli, dan lumpuh pula? tampaknya ia senang

duduk di kursinya itu. Itulah maka kemudian kataku, "Tapi ...."

Tiba-tiba perempuan itu cepat memotong, agaknya ia tahu apa yang sedang terpikir

olehku, itulah maka ia berkata, "Nanti akan kubeli sehelai tikar pandan untuk tempat nenek

bersantai ...." Lalu tambahnya hampir mengeluh, "Kursi antik ini adalah milik kami yang

terakhir. Semua telah habis terjual, digadaikan, atau dirombeng untuk makan. Terus terang kami

butuh uang, terserah kepada Bapak berapa mau membelinya ...."

Lama aku tercenung, seakan-akan kehilangan akal, tak tahu apa yang harus kukatakan.

Pikiranku cepat-cepat berubah-ubah terombang-ambing antara keinginan memanfaatkan

kesempitankesempitan keluarga yang malang itu dan sentuhan rasa kemanusiaan, terutama

kepada nenek tua-renta itu. Alangkah sedihnya nenek itu kalau dipisahkan dari kursi

kesayangannya itu.

"Tolong, Pak, belilah kursi ini," desak perempuan itu hampir terisak. Pandangan matanya

yang berair kini terarah kepada anak-anaknya yang duduk menggerombol diam-diam di sudut

ruangan itu yang masih terus memamah-mamah daun pisang.

"Begini saja, Neng", akhirnya kuputuskan setelah lama terdiam, "Aku tak sampai hati

memaksa nenekmu itu meninggalkan kursinya."

"Jadi .... jadi Bapak tak mau membelinya?" sela perempuan itu penuh kecewa.

"Yah," jawabku pasti. "Tapi, ini ada sedikit uang.

Ambillah, barangkali bisa sedikit menolong ..." Lalu aku cepat-cepat melangkah

meninggalkan ruang yang menyesakkan itu. Di pintu, sebentar aku membalik dan berkata kepada

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 121 -

Page 122: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

perempuan itu yang masih berdiri keheranan, "Neng, jangan jual kursi antik itu, kasihan nenekmu

...."

Sumber: Kumpulan Cerpen Gerhana, 1996

Bandingkan penggalan hikayat dan cerpen tersebut. Temukan persamaan dan perbedaannya!

Kerjakan kegiatan berikut!

1. Temukan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen !

2. Temukan nilai-nilai yang terdapat dalam kutipan hikayat!

3. Diskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen , hikayat, dan nilai yang masih berlaku di

daerah Anda dengan teman sebangku Anda!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 122 -

KOMPETENSI DASAR : 8. 3 Menggubah penggalan hikayat ke dalam cerpen INDIKATOR : Menentukaan tema hikayat yang dibacaMenentukan amanatMenentukan latar cerpenMenentukan isi hikayatMengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen dengan memunculkan konflik tertentu

dan penyelesaiannya

Page 123: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam bagian ini, Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar mengubah hikayat menjadi

sebuah cerpen. Dengan pelajaran ini, Anda diharapkan dapat memahami penggalan sebuah

hikayat dan mengidentifikasi unsur-unsurnya dengan mencatat hal-hal penting dari isi hikayat

dan mengubahnya menjadi sebuah cerpen.

Menggubah penggalan hikayat ke dalam cerpen

Untuk mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen, Anda harus memanfaatkan unsur

pembangun cerita, seperti alur, tokoh, latar sudut pandang, dan gaya bahasa. Hal lain yang perlu

diperhatikan sebagai berikut.

1. Gunakan kamus untuk mencari makna kata yang dianggap sulit dalam hikayat.

2. Jalan cerita (alur) datar dalam hikayat dapat diubah menjadi alur maju atau alur mundur

dalam cerpen.

3.Sudut pandang cerita hikayat yang mengacu orang ketiga, diubah ke dalam cerpen

menjadi sudut pandang orang pertama.

4. Gaya bahasa kuno (kaku) dalam hikayat dengan istilah atau kata-kata yang sulit, diubah

menjadi kalimat sederhana dengan gaya bahasa lebih modern.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah daya tarik sebuah cerpen dapat memunculkan konflik

tertentu. Konflik akan memancing atau bahkan membawa pembaca untuk terus menikmati isi

cerpen hasil pengubahan tersebut.

Berikut ini penggalan Hikayat Isma Yatim. Perhatikanlah dengan saksama agar mudah

diubah menjadi cerpen.

Hikayat ini menceritakan seorang menteri dari Benua Keling bernama Megat Nira yang

pindah ke negeri Masulipatam karena kalah main catur. Mengat Nira tahu bahwa istrinya akan

melahirkan anak yang arif bijaksana. Ternyata hal itu benar, anak tersebut diserahkan mengaji

kepada seorang mualim, Sufian.

Isma Yatim sangat pandai dan dapat mengarang hikayat-hikayat. Hikayat-hikayat yang

dibuatnya diserahkannya pula kepada raja. Ia lalu diangkat dan berkhidmat di istana sehingga

kemudian ia menjadi biduanda.

Ketika seorang nakhoda singgah di negeri itu, Isma Yatim menerangkan berbagai

perkara,

antara lain syarat orang berdagang. Nakhoda itu memberi hadiah peti kepada Isma

Yatim. Dari dalam peti itu keluar seorang putri yang sangat cantik.

Putri itu diserahkan kepada baginda. Pangkat Isma naik menjadi panglima perang.

Setelah berhasil mengalahkan musuh, dia dinaikkan pangkatnya menjadi perdana menteri.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 123 -

Page 124: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Sementara itu, Permaisuri menuduh Putri Nila Gendi hendak meracuni raja. Isma Yatim

diperintah membunuh Putri Nila Dalam pelajaran ini, Gendi. Isma Yatim menyembunyikannya.

Ketika raja menyesal, Isma Yatim lalu membuka tabir rahasia ini. Putri Nila dan anaknya, Dewi

Rum, kemudian dijemput untuk pulang ke istana. Raja mangkat, maka Dewi Rum menjadi raja

bergelar Mangindra Sri Bulan. Isma Yatim ikut memelihara tuan putri. Tuan Putri akhirnya

kawin dengan Indra, mempelai, anak raja Syahdan Mangindra.

Sumber: Perintis Sastra, 1951, dengan pengubahan ejaan.

Berikut ini bentuk cerpen yang bersumber pada hikayat tersebut.

Pada saat kepindahan itu, Megat Nira merasa gundah sebab sang istri akan melahirkan

anak.

"Anak kita ini akan menjadi raja yang bijak, istriku."

"Ya, Kakanda. Anak kita ini akan diberi nama Isma Yatim."

Anak itu didik mengaji kepada seorang mualim, Sufian.

"Anak ini sangat pandai," kata sang ulama.

Memang Isma Yatim itu sangat pandai. Kepandaiannya ditunjukkan dengan karya-karya

berbentuk hikayat. Karya hikayat itu akan diserahkan kepada raja. Karena kepandaiannya itu,

Isma Yatim diangkat menjadi penasihat kerajaan.

"Saudaraku, dalam perniagaan di mana pun, berlakulah jujur," nasihat Isma Yatim di

hadapan para nakhoda kapal.

Karena nasihat itu, para nakhoda memberinya hadiah putri cantik kepada Isma Yatim.

Selanjutnya, kerajaan mengangkat kedudukan Isma Yatim menjadi panglima perang. Dia

ini panglima tangguh yang sanggup mengalahkan musuh.

Suatu hari, permaisuri menuduh Putri Nila Gendi akan meracun raja. Isma Yatim disuruh

membinasakan Putri Nila Gendi. Isma Yatim menyembunyikannya.

Akhirnya, tabir rahasia itu dibeberkan Isma Yatim. Raja menyesal. Bahkan sampai

meninggal dunia. Anaknya Dewi Rum menggantikan kedudukan ayahnya, sedangkan Isma

Yatim tetap menjaga dan setia kepada kerajaan dan keluarganya.

Bagaimana sudah paham mengubah hikayat kedalam sebuah cerita pendek? Mari kita uji

pemahaman Anda bacalah penggalan hikayat berikut dengan saksama.

Hikayat Bakhtiar

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 124 -

Page 125: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Ada seorang raja, terlalu besar kerajaannya dari segala raja-raja. Syahdan maka

baginda pun beranak dua orang laki-laki, terlalu amat baik parasnya, gilang gemilang dan

sikapnya pun sederhana.

Hatta maka berapa lamanya, dengan kodrat Allah, subhanahu wa ta'ala, maka baginda

pun hilanglah, kembali ke rahmatu'llah. Arkian maka anakda baginda pun tinggallah dua

bersaudara.

Setelah demikian, maka mufakatlah segala menteri dan hulubalang dan orang kaya-kaya

dan orang besar-besar menjadikan anak raja, menggantikan ayahanda baginda.

Setelah sudah naik di atas tahta kerajaan dan berapa lamanya, maka berpikirlah

saudaranya,katanya:

"Jikalau kiranya saudaraku ini kubiarkan menjadi raja, bahwasanya aku ini tiadalah

menjadi raja selama-lamanya. Maka baiklah aku menyuruh memanggil segala perdana menteri

dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya-kaya sekaliannya."

Setelah berhimpunlah segala menteri dan hulubalang, rakyat hina dina sekaliannya,

maka baginda pun bertitah:

"Hai, segala menteri dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya dan tuan-

tuan

sekaliannya, pada bicaraku ini, jikalau kakanda selama-lamanya menjadi raja di dalam

negeri ini, bahwa aku pun tiadalah menjadi raja selamalamanya, melainkan marilah, kita

langgar dan kita keluarkan akan kakanda, supaya negeri itu terserah kepadaku".

Setelah sekalian menteri hulubalang, punggawa, orang-orang besar dan orang kaya,

dan rakyat sekaliannya itu mendengar titah yang demikian itu, maka mereka itu pun

berdatang sembahlah:

"Ya, tuanku, syah'alam, adapun pada pendapat akal patih sekalian ini, meskipun paduka

kakanda menjadi raja ini, serasa tuanku juga. Jikalau tuanku kabulkan sembah patih sekalian

ini, maka baiklah tuanku mufakat dengan paduka kakanda, supaya sempurna negeri tuanku,

karena paduka kakanda itu pun sangat baik dan barang kelakuan danpekerti paduka kakanda

pun baik". Di dalam pada itu pun, lebih maklum ke bawah duli tuanku, syah alam, juga.

Setelah demikian sembah mereka sekalian itu, maka baginda pun berpikirlah di dalam

hatinya, katanya: "Benarlah seperti kata menteri sekalian ini dan siapakah lagi kudengarkan

katanya?"

Setelah sudah berkata demikian di dalam hatinya, maka baginda pun masuklah ke dalam

istananya. Maka sekalian mereka itu pun masing- masing pulang ke rumahnya.

Hatta maka berapa lamanya, maka kedengaranlah kepada baginda tuan wartanya itu.

Maka ia pun berpikirlah di dalam hatinya: "Tiada berkenan rupanya saudaraku ini akan

daku. Jikalau ia hendak jadi raja, masakan dilarangkan dia, niscaya akulah, yang merayakan

dia. Tetapi apakah akan daya aku ini. Jikalau demikian, baiklah aku pergi membuangkan diriku

barang ke mana membawa untungku ini."

Setelah sudah ia berpikir demikian itu, seketika maka hari pun malamlah. Maka baginda

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 125 -

Page 126: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

pun sembahyanglah. Setelah sudah, maka ia pun lalulah masuk ke dalam tempat

peraduan hampir isterinya, seraya bertitah kepada isterinya:

"Hai, adinda, adapun akan hamba ini sangatlah bencinya saudara hamba akan hamba.

Maka oleh karena itu, maka hamba hendak pergi membuangkan diri barang di mana ditakdirkan

Allah ta'ala. Maka tinggallah tuan hamba baik-baik memeliharakan diri

tuan-hamba". Maka bercucuranlah air mata baginda. Kelakian maka sahut isterinya:

"Mengapatah maka kakanda berkata demikian itu?"

Maka titah istrinya: "Adalah hamba ini mendengar kabar bahwa saudara hamba itu

memanggil segala menteri, hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya, diajaknya

mufakat melanggar kakanda ini, karena ia hendak menjadi raja di dalam negeri ini. Maka itulah

sebabnya, maka hamba hendak membuangkan diri barang ke mana. Maka tinggallah tuan baik-

baik".

Setelah isterinya mendengar kata suaminya demikian itu, maka isterinya pun segeralah

bangun menyembah kaki baginda, serta dengan air matanya bercucuran, serta katanya:

"Walau ke langit pun kakanda pergi, adinda ikut juga."

Setelah demikian, maka titah baginda:

"Segeralah adinda berkemas-kemas, pagi-pagi esok hari kita berjalan barang ke mana

dikehendaki Allah ta’ala, kita pergi membawa untung kita. Tetapi akan tuan jangan menyesal

kelak."

Maka sahut tuan puteri itu: "Jangankan demikian, jika kalau kelautan api sekalipun,

hamba pergi juga, lamun dengan kakanda."

Syahdan maka kedua suami isteri itu pun berkemas-kemaslah. Setelah hari siang, maka

keduanya pun berjalanlah, seraya menyerahkan dirinya kepada Allah, subhanahu wa

ta'ala, keluar negeri, masuk hutan, masuk padang, terbit padang, masuk rimba belantara, terbit

rimba belentara.

Hatta maka berapa lamanya baginda dua suami isteri itu berjalan, maka ia pun

sampailah kepada suatu padang yang luas. Maka baginda dua suami isteri pun berhentilah di

sana.

Adapun tatkala baginda dua suami isteri berjalan itu, bahwa isterinya itu telah hamil

delapan bulan. Kelakian maka genaplah bulannya itu. Maka pada ketika yang baik dan hari

yang baik maka tuan puteripun hendaklah bersalin, maka katanya:

"Aduh, kakanda, lemahlah rasanya segala tulang sendi hamba ini, kalau-kalau genaplah

gerangan bulannya hamil hamba ini."

Hatta baginda pun berdebarlah hatinya mendengar kata isterinya Itu. Seraya

disambutnya isterinya, maka katanya:

"Allah, subhanahu wa ta'ala juga, yang amat menolong akan hambanya itu!"

Maka dengan kodrat Allah, subhanahu wa ta'ala, maka seketika Itu juga berputeralah

tuan puteri itu seorang laki-laki dengan indahnja juga.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 126 -

Page 127: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Sebermula adapun anaknya itu terlalu amat baiknya dan gilang gemilang warna

mukanya dantiadalah dapat ditentang nyata lagi.

Sumber : Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952

(dengan penyesuaian ejaan)

1. Apakah isi Hikayat Bakhtiar tersebut?

2. Ubahlah hikayat tersebut ke dalam bentuk cerpen.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 127 -

STANDAR KOMPETENSI : Menulis 9. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman dalam kegiatan produksi dan transformasikan bentuk karya sastra

KOMPETENSI DASAR : 9.1 Mengarang cerpen berdasarkan realitas sosialINDIKATOR : Mengekspresikan gagasan dalam bentuk cerpen berdasarkan realitas sosial dengan

mengembangkan:- penokohan- alur- tema- latar

sudut pandang penyelesaiannya

Page 128: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Pada Pelajaran Anda akan mengekspresikan gagasan dalam bentuk cerpen berdasarkan

realitas sosial dengan mengembangkan tokoh, alur, latar, tema, dan sudut pandang serta

menuliskannya dalam bentuk sebuah cerpen. Tujuan dari pelajaran kali ini, Anda dapat

menuliskan cerpen berdasarkan realitas sosial atau keseharian kehidupan masyarakat sekitar.

Mengarang cerpen berdasarkan realitas sosial

Mengarang atau menulis sebuah cerita tidak setiap orang bisa. Namun, kemampuan ini

bisa kita pelajari Untuk mengawalinya ada baiknya Anda harus memerhatikan hal-hal berikut.

1. Tokoh dan Peristiwa

Adanya peristiwa demi peristiwa dalam cerpen berupa pengenalan, ketegangan,

konflik, klimaks, sampai penyelesaian hanya mungkin terjadi jika ada pelakunya.

Peristiwa yang bergerak dalam cerpen tidak lain perjalanan kehidupan tokoh. Begitu

pula perbedaan salah satu tokoh dengan tokoh lainnya ditentukan oleh peristiwa.

Peristiwa yang terjadi didasarkan pada cara berpikir, berperasaan, berperilaku, dan

bertindak dari setiap tokoh. Jadi, ada hubungan sebab-akibat.

2. Konflik

Konflik dalam sebuah cerpen memiliki peranan sesuai dalam pengembangan alur

(plot). Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan

menyebabkan peristiwa semakin meningkat. Bentuk konflik dapat berupa peristiwa

fisik atau batin tokoh.

3. Latar dan Peran Latar

Latar yang mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial memiliki

hubungan erat dengan unsur lain. Latar memberikan pertunjuk baru kepada pembaca

untuk menambah pengalaman hidup.

4. Tema

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 128 -

Page 129: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tema harus dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan unsur struktur pembangun

cerita. Tema dalam cerpen memiliki kaitan erat dengan setiap unsur lainnya.

5. Amanat/Pesan

Amanat/pesan yang ada dalam cerpen mengarah pada ajaran baik-buruk yang diterima

masyarakat umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, atau moral. Cerpen

mengandung penerapan moral dalam siap dan tingkah laku tokoh.

Adapun cara mengarang cerita pendek itu dianggap penting bagi sebagian cerpenis

pemula. Cara mengarang cerpen itu seperti jalan raya. Artinya, jalan yang telah dilalui banyak

orang sebelumnya. Hal ini disebabkan cara mengarang memang berasal dari tulisan-tulisan itu

sendiri. Cara mengarang cerita pendek berasal dari mempelajari cerita-cerita pendek sebelumnya.

Teori ada setelah cerita pendek itu sendiri ada. Jadi, cerita pendek yang mula-mula lahir bukan

karena teori, melainkan karena bakat-bakat besar penulisnya.

Adapun menulis dan berteori cerpen berjalan seiring. Orang biasanya tergerak untuk

menulis disebabkan dia terkesan oleh cerita pendek yang pernah dibacanya. Dia ingin menulis

seperti dia. Akan tetapi, dia tidak bisa terus-menerus meniru, tidak asli. Dia harus

memiliki cara sendiri. Untuk itulah diperlukan teori/cara. Hal ini yaitu dasar-dasar umum

yang akan membimbingnya ke arah yang khusus.

Lalu apa yang membuat karya cerpen bisa dianggap besar? Inilah beberapa hal yang bisa

membuat karya cerpen dianggap besar.

1. Sebuah karya sastra yang besar harus mengandung kebenaran dan kejujuran yang

bersifat universal, seperti ilmu pengetahuan, kesusastraan juga suatu usaha untuk

mencari dan mengungkapkan kebenaran. Apa yang dianggap benar oleh manusia

sekarang maupun manusia akan datang. Sebuah karya sastra yang besar dengan kuat

akan mendesakkan nilai kebenarannya itu.

2. Karya cerpen harus mampu menghadirkan perasaan secara jujur. Dalam sastra yang

dipersoalkan tetap manusia. Manusia dalam persoalan dengan dirinya, dengan orang

lain, dengan alam lingkungan, atau dengan Maha Pencipta. Karya sastra besar adalah

milik semua manusia, milik dunia, meskipun pengarangnya berasal dari suatu negara

dan ras tertentu, bahkan juga agama tertentu.

3. Karya cerpen memiliki penyajian harus menarik. Ini berarti bahwa karya sastra besar

sudah tidak ada lagi hambatan teknik menulis. Keterampilan menulis sudah harus

menjadi milik bawaan pengarang. Ia adalah peralatan untuk mencipta. Bahan apa saja

yang digarapnya akan mampu memberikan pesona. Gaya bercerita harus memikat dan

memuaskan para pembacanya akan nafsu mereka terhadap keindahan.

4. Karya cerpen pun harus memiliki sifat abadi. Karya yang pop tidak akan pernah

menjadi karya besar. Novel dengan masalah sosial dan politik biasanya jatuh ke dalam

kategori temporer. Biasanya karya yang bersifat demikian terlalu banyak bicara soal

tema sosial politiknya dan bukan pada manusianya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 129 -

Page 130: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Berikut ini beberapa tips kreatif dalam membangkitkan motivasi mengarang.

1. Yakinkanlah bahwa menulis itu adalah proses mengamati, berpikir, menciptakan

imajinasi, sampai menuliskan apa yang ada dalam pikiran. Anda dapat mencatat hal-

hal yang kiranya dapat dijadikan ide menulis cerpen. Misalnya, saat Anda sedang

berada di dalam bus kota, di kantin, atau di rumah sekalipun. Bidiklah hal-hal yang

menurut Anda beda dengan sudut pandang orang lain. Sudut pandang yang lain akan

menghasilkan karya yang lain pula. Tanamkan dalam hati Anda untuk membuat

cerpen yang isinya beda dengan cerita kebanyakan!

2. Mulailah dari sekarang! Timbulkan keberanian untuk menulis. Anda dapat

memancingnya lewat satu atau dua kalimat di buku tulis atau komputer Anda. Jangan

biarkan ada kertas atau halaman kosong.

3. Camkanlah dalam hati Anda bahwa menulis adalah ekspresi diri. Jangan terbelenggu

dengan jawaban: "benar" atau "salah" dalam tulisan Anda. Menulis adalah hak pribadi

Anda. Masalah benar atau salah adalah persepsi manusia/pembaca.

4. Mulailah untuk belajar menjadi pengamat. Hal ini disebabkan, seorang penulis harus

mampu menyuguhkan data atau situasi yang membumi dengan kehidupan manusia.

Misalnya, ketika akan menulis cerpen yang berisi sejarah, Anda tentunya harus

melakukan observasi dengan datang ke tempat bersejarah, membaca, atau mencari

sumber lain di internet. Nilai pengamatan tersebut dapat menjadi bobot tersendiri

dalam tulisan yang Anda buat. Anda dapat mencari referensi di perpustakaan sekolah

atau membeli buku.

Selain itu, tentunya pula Anda diharapkan lebih banyak membaca karya-karya cerpen

orang lain. Hal ini dapat dijadikan modal untuk memahami gaya atau ciri khas

penulisan setiap cerpenis. Selain itu, Anda dapat mengetahui bagaimana karakteristik

tema, tokoh, perwatakan, gaya bahasa, hingga amanat yang terkandung dalam cerpen

yang ditulis orang lain. Dengan membaca karya-karya penulis atau pengarang

terkenal, secara tidak langsung mereka adalah mentor/pelatih Anda dalam menulis.

Pilihlah seorang penulis yang menjadi idola dan mengena dalam hati Anda melalui

tulisan-tulisannya. Hal ini supaya Anda tidak kebingungan dalam mencoba mencari

gaya penulisan.

5. Berani untuk kreatif adalah modal utama untuk menjadi seorang penulis. Seorang yang

kreatif mampu belajar dan berlatih lebih giat serta mampu menciptakan hal-hal baru

yang ada dalam tulisannya.

Tugas Individu

1. Pergilah ke luar kelas. Amatilah realitas sosial yang ada di sekeliling Anda, misalnya

tentang kehidupan sosial, kemiskinan, nilai norma, adat, kenakalan remaja. Tentukan

satu tema berdasarkan hasil pengamatan Anda!

2. Kembangkan tema yang telah Anda tentukan menjadi sebuah cerpen!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 130 -

Page 131: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Untuk mengerjakan soal no 3 dan 4 bacalah kutipan cerpen berikut!

Bacalah kutipan cerpen berikut!

Joni yang selama ini diam ikut angkat bicara, "La! Kau, kan, tahu, Kakek Soma. Buat

apa dia tanam jambu bangkok itu? Dengan isitnya (gusinya) mereka sudah tak bakal lagi mampu

mengigit daging jambu, biar yang sudah terlalu matang pun. Atau, barangkali buah-buah itu

akan dibiarkan menggantung sebagai hiasan dan pameran sampai membusuk bergantung di

dahannya. Itu kan sadis? Itu menyalahi ajaran kitab suci. Ayahmu sebagai ustad berkali-kali

mengajarkan di langgar bahwa bahwa yang bisa tumbuh di dunia ini, semuanya untuk dinikmati

dan dimanfaatkan. Kami sudah siap buat sikat buah-buahan itu besok pagi."

Jalal tertawa, "Itu yang kau katakan rahasia yang kausimpan dariku? Mengambil milik

orang lain tanpa izin, sejak lama purba namanya tetap colong. Jangan kau coba menghaluskan

dengan istilah sikat. Jika mau dihiasi dengan alasan yang bagaimanapun,

colong tetap colong, dosanya tetap bulat. Mam! Memang benar, aku tidak bakal setuju

jika kalian ajak."

Cerpen "Kakek Soma" karya Toha Muhtar

3. Ubahlah ke dalam bentuk paragraf pembuka dalam cerpen.

4. Buatlah sebuah cerita pendek dengan mengembangkan tokoh, alur, latar, tema, dan sudut

pandang. Galilah cerita pendek berdasarkan pengalaman Anda.

Refleksi

Hikayat dan cerpen yang telah Anda baca tersebut tentunya menambah wawasan lagi,

bukan? Pelajaran ini dapat membuat lebih memahami lingkungan dan realitas kehidupan di

daerah Anda, perasaan dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar akan semakin terasah dengan

memahami apa yang terdapat dalam karya tersebut.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 131 -

STANDAR KOMPETENSI : Menulis 9. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman dalam kegiatan produksi

dan transformasikan bentuk karya sastra

KOMPETENSI DASAR : 9.2 Menyadur cerpen ke dalam bentuk drama satu babak

INDIKATOR : Menentukan tema cerpen yang dibacaMenentukan isi cerpen dan karakter tokoh-tokohnyaMengubah cerpen ke dalam bentuk drama sesuai dengan kerangka yang dibuat

Page 132: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Pada Pelajaran Anda akan mengekspresikan gagasan dalam Mengubah cerpen ke dalam

bentuk drama sesuai dengan kerangka yang dibuat.

Menyadur cerpen ke dalam bentuk drama satu babak

Berikut ini adalah naskah drama karya HB. Jassin. Coba Anda baca dengan cermat!

Sambil membaca, identifikasikan unsur yang tergambar dari dialog para pelaku dalam drama

tersebut!

Tuliskan hasilnya di buku tugas dengan mengikuti format di bawah ini!

No Nama Pelaku Watak tokoh

Seniman Pengkhianat

“Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang

disingkirkan dari pimpinan revolusi kita (orang-orang yang pernah bekerja di propaganda polisi

rahasia Jepang, umumnya di dalam usaha kolone 5 Jepang). Orang-orang ini harus dianggap

sebagai pengkhianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa

yang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.” (Perjuangan Kita, oleh

Sjahrir, h. 24).

X : “Belum juga dia datang. Janjinya pukul sebelas. Sekarang sudah lewat setengah

jam.”

Y : “Ah, dia banyak urusannya barangkali. Sandiwara sangat maju.”

X : “Itu dia! Manuskripku sekarang ada padanya.”

Y : “Manuskrip yang mana?”

X : “Sandiwara 4 babak, Kesuma Negara.”

Y : “Oh, yang baru lagi?”

X : “Ya, abis? Kemauan zaman. Kita mesti turut zaman, bukan?”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 132 -

Page 133: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Y : “Aku heran melihat engkau. Apa saja acaranya, engkau membuatnya menjadi sajak,

cerita pendek, sandiwara, dan sebagainya.”

X : “Apa susahnya. Bikin saja, asal u sama u, a sama a, b sama b, sudah beres. Bikin

cerita pendek syaratnya asal jangan lupa: menghancurkan musuh, musuh jahanam,

musuh biadab; kemenangan tinggal tunggu hari lagi. Pihak kita: kesayangan Tuhan,

Tuhan telah menjanjikan kita kemenangan dan sebagainya yang muluk-muluk, yang

jelek-jelek pada pihak lawan.”

Y : “Kuheran. Engkau dapat menulis demikian.”

X : “Mengapa heran? Engkau juga bisa, kalau engkau mau.”

Y : “Biarpun aku meu, aku tidak bisa.”

X : “Bohong! (berbisik). Mengapa engkau begini bodoh? (sambil menunjuk ke sepatu Y).

Lihat! Sepatumu sudah ternganganganga. Bajumu telah berjerumat. Kalau engkau

mau… kantor kami senantiasa akan menerima engkau.”

Y : “Kerjaku menjadi apa?”

X : “Biasa. Seperti aku sekarang. Sekali-sekali ada bestelan sajak, atau cerita pendek,

atau sandiwara, atau lelucon.”

Y : “Lantas kalau ada bestelen, engkau yang bikin?”

X : “Mau apa lagi?”

Y : “Engkau bisa tulis?”

X : “Bisa.”

Y : “Wah! Engkau ini orang aneh. Misalkan, pemerintah memerlukan rambutan untuk

santapan serdadunya. Lantas dia menginginkan rambutan yang jitu, temponya tiga

hari, engkau bisa bikin?”

X : “Gampang, tiga hari terlalu lama. Pukul sebelas dibestel jam dua belas sharp,

tanggung siap.”

Y : “Tapi engkau toh mengerti, bahwa pekerjaan yang demikian tidak ada jiwanya?”

X : “Jiwa? Perlu apa jiwa sekarang? Jiwa diobral di medan perang. Hanya engkau yang

meributkan perkara jiwa.”

Y : “Bukan demikian. Padaku sesuatu itu mesti ada ‘aku’-ku di dalamnya. Kalau tidak,

aku tidak puas.”

X : “Kalau sekarang engkau hendak memasukkan ‘aku’–mu ke dalam suatu pekerjaan,

nanti engkau akan mendapat panggilan dari Gambir Barat1.

Y : “Oleh karena itulah, engkau tidak bisa menulis seperti kehendakmu itu.”

X : “Bung! Aku bilang saja terus terang. Gerak gerikmu sekarang diamat-amati oleh

Gambir Barat.”

Y : “Aku sudah tahu lama. Tapi itu aku tidak ambil perduli.”

X : “Engkau harus hati-hati. Omonganmu jangan terlalu lancang.”

Y : “Aku tahu. Aku lemah. Aku tidak punya karaben. Tapi, kalau aku disuruhnya menulis-

menulis, seperti yang engkau laksanakan, lebih baik aku makan tanah.”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 133 -

Page 134: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

X : “Apa hinanya? Dia kuanggap majikan, aku buruh. Aku makan gaji. Apa yang dia

suruh, toh aku mesti bikin?”

Y : “Engkau mesti ingat. Engkau bukan buruh biasa. Engkauseorang seniman.”

X : “Tidak! Aku tidak pernah bilang aku seorang seniman. Aku orang biasa. Namaku X.”

Y : “Tapi pekerjaanmu? Pekerjaanmu mempropaganda ini itu kepada rakyat.”

X : “Rakyat toh mesti diberi penerangan?”

Y : “Betul! Tapi bukan penerangan yang menjerumuskan itu, kalau engkau bikin

propaganda tentang laut, misalnya.”

X : “Aku tidak tahu.”

Y : “Memang. Engkau tidak tahu. Tapi mereka, anak-anak muda yang terpedaya oleh

ajak, atau cerita pendek, atau sandiwaramu tentang laut, apa engkau bisa

tanggung?”

X : “Mereka mesti tahu sendiri.” “Sobat! Engkau bangsa apa?”

X : “Aku bangsa Indonesia.”

Y : “Tulen?”

X : “Tulen!”

Y : “Tidak ada campuran?”

X : “Tidak! Ibu bapak 100% bangsa Indonesia.”

Y : “Kalau begitu aku tidak tahu, mengapa engkau mau menggali kubur untuk bangsamu

sendiri.”

X : “Aku tidak menggali kubur. Aku makan gaji.”

Y : “Tapi gajimu berlumuran darah bangsamu sendiri.”

X : “Tidak dengan pekerjaanku, bangsa kita toh sudah berlumuran darah.”

Y : “Jadi engkau hendak menambahnya lagi?”

X : “Pekerjaanku ini seperti titik dalam lautan. Tidakkan menambah dan tidak akan

mengurangi.”

Y : “Oleh sebab itu, engkau kerjakan?”

X : “Mengapa aku saja yang engkau terkam?”

Y : “Karena aku anggap engkau wakil dari gerombolanmu.”

X : “Bukan golonganku saja yang diperbudak. Semua golongan, tidak ada

terkecualinya.”

Y : “Aku juga tahu. Yang menjerit-jerit berteriak-teriak di lapangan besar, seperti orang

edan, juga bangsa kita. Juga tukang tipu rakyat.”

X : “Nah. Itu dia. Jadi bukan aku saja.”

Y : “Itu bukan alasan untuk melakukan pekerjaanmu seperti sekarang ini.”

X : “Lantas maumu aku mesti makan angin?”

Y : “Bukan. Engkau dapat bekerja di lapangan lain. Pendidikanmu cukup.”

X : “Maaf. Tapi aku tidak dapat hidup seperti engkau.”

Y : “Engkau mempunyai cita-cita?”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 134 -

Page 135: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

X : “Penuh.”

Y : “Cita-citamu akan dapat menahan segala deritaan.”

X : “Aku tidak bisa. Tinggal di gubuk rebeh seperti engkau, maaf saja. Aku biasa tinggak

di Laan. Baju mesti saban hari ganti, sepatu mesti necis, jangan sampai ternganga.

Jajan tidak bisa di pinggir jalan, nongkrong seperti engkau. Aku bisa duduk di Oen.”

Y : “Tapi jangan anggap, buah penamu telah kercap seni. Di luar kantomu ini, masih

banyak pemuda-pemuda yang benar-benar berdarah seni, 100% lebih bersih dari

darahmu. Mereka sekarang gelisah menanti akhirnya penindasan ini. Tapi dalam

sementara itu, mereka menangis melihat kelakuan gerombolanmu yang melontekan

diri sebagai alat propaganda.”

X : “Engkau cemburu melihat kedudukanku sekarang ini. Itu sebabnya engkau caci-caci

aku.”

Y : “Aku tidak ingin kedudukanmu. Aku tidak ingin menjadi beo. Aku tidak ingin menjadi

ekor. Aku tidak ingin menjadi lonte seperti engkau.”

X : “Kalau tidak ingin, engkau boleh tutup mulutmu.”

Y : “Aku tidak akan menutup mulutku.Aku akan meneriak-neriakkan pengkhianatanmu

terhadap bangsamu sendiri, yang engkau jadikan mangsa kebengisan tokehmu dan

yang engkau coba meliputinya dengan tulisan-tulisanmu, untuk kepentingan

kantongmu sendiri. Seandainya leherku yang kurus ini engkau suruh penggal pada

tokehmu, aku akan terus berteriak: meneriakkan pengkhianatanmu selama ini!”

Sumber: Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang, HB. Jassin, Balai Pustaka, hal. 88- 92.

Untuk mengubah naskah drama ke dalam bentuk cerita pendek ada beberapa hal yang harus kita

perhatikan yaitu:

1. tentukan tokoh-tokoh dalam cerita pendek tersebut

2. jadikan kalimat langsung atau dialog tokoh ke dalam kalimat tidak langsung atau bisa

dalam bentuk langsung dengan menuliskan siapa yang mengatakan

3. deskripsikan setting dalam naskah drama dengan deskripsi verbal dan nonverbal

Perhatikan contoh berikut!

Sepulang sekolah Aini bergegas memasukan buku-bukunyamenyambar tasnya, “Mudah-

mudahan Bu Sastra hari ini banyak bahan yang bisa aku jahit,” gumam Aini.

”Ni jadi tidak cari uang tambahan? Nurul teman sekelasnya menpuk pundak Aini dari

belakang. “jadi dong, ayo berangkat,” sahut Aini antusias.

Di ranjang besi tua tergolek seorang ibu kira-kira berusia 40 tahun, memakai baju

daster batik lusuh di pelipisnya menempel obat penghilang pusing berwarna putih, yah sebangsa

koyolah. Rumah itu sepertinya tak layak huni, atapnya yang sudah bocor disana –sini. Dinding

rumah yang sudah mengelupas nyaris tidak tersisa warna catnya.

Ibu Aida yang terbaring adalah orangtua Aini. Ukh..ukh..ukh..., batuk yang

terdengar terasa menyiksa. “Kenapa sudah siang begini Aini belum juga pulang,”gumam ibu

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 135 -

Page 136: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Aida sambil mendekap dadanya yang terasa sesak.Tak berapa lama, kira-kira pukul 4 sore, Aini

pulang dengan menenteng kantong plastik berisi nasi bungkus. Pintu rumah terkunci, untung Aini

membawa kunci cadangan. Pintu rumah terbuka, tas dan kantong plastik yang dibawa Aini

terlempar dengan tiba-tiba.

Hasil saduran

Suasana yang gaduh sehabis bel pelajaran berakhir .di ruang kelas terlihat beberapa anak

yang masih berbincang-bincang, sebagian sudah sibuk dengan tasnya hendak pulang. Tak

terkecuali Aini siswa kelas X di sebuah SMA negeri terkemuka.

Aini : (berbicara sendiri sambil memasukkan semua bukunya ke tas) aku harus

cepat ke rumah Bu Sastra, mudah-mudahan banyak bahan yang bisa aku jahit.

Nurul : (menepuk pundak Aini) “Ni, gimana jadi tidak cari uang tambahan?”

Aini : “Jadi dong yo berangkat.”

Bagaimana sudah paham bagaimana mengubah bentuk drama ke dalam cerita pendek.

Baca dan cermati cerita pendek “Pispot” karya Ramsad Rangkuti berikut dan sadurlah ke

dalam bentuk drama!

“P I S P O T”

cerpen Hamsad Rangkuti

Kami naik ke mobil polisi itu. Aku duduk di sebelah wanita korban penjambretan. Lelaki

yang tersangka melakukan penjambretan itu duduk di depan kami. Hidungnya masih meneteskan

darah. Di kiri kanannya duduk petugas pasar yang menangkapnya dan seorang polisi. Mobil itu

terbuka. Angin menerbangkan rambut kami.

Orang itu beberapa saat yang lalu melintas di antara keramaian pasar. Seorang wanita

menjerit. Aku melihat orang itu memasukkan sesuatu ke mulutnya disaat langkahnya yang

tergesa. Aku menuding lelaki itu dan petugas pasar menangkapnya. Massa pun melampiaskan

amarah mereka. Orang itu melap darah pada bibirnya dalam kecepatan lari mobil. Dia tidak

berani mengangkat untuk memperlihatkan darah yang masih meleleh mencoreng mukanya.

Sebenarnya tidak ada barang bukti untuk menuduhnya sebagai pelaku penjambretan itu.

Namun, aku mempertahankan kesaksianku dan ia pun jatuh terjerumus ke tangan polisi.

DI kantor polisi dia mulai didesak untuk mengakui perbuatannya. Mereka mulai menjalankan

cara mereka untuk membuat orang mengaku!

“Benar kamu telan kalung itu?” bentak mereka.

“Tidak,” kata laki-laki itu menyembunyikan mukanya.

“Kamu buang?”

“Tidak.”

“Kamu sembunyikan?”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 136 -

Page 137: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

“Tidak.”

“Dia tidak bisa berkata lain selain : Tidak!” Mereka mulai tidak sabar. “Siksa!”Orang

itu terlempar dari kursi. Dia mencoba hendak berdiri. Bertelekan pada sudut meja. Dia

kembali duduk di kursi.

“Saya tidak melakukan penjambretan itu, Bapak Polisi.”

“Bukan itu yang kutanyakan! Ke mana kau sembunyikan kalung itu?”

“Dia telan!” kataku.

“Kamu lihat?”

“Saya lihat! Dia masukkan kalung itu dan dia telan!”

Aku menambah kata “kalung” pada kesaksianku. Padahal, aku tidak melihat benda apa

yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Sekarang sudah telanjur!

“Pasti?”

“Pasti!”

“Dia masukkan kalung itu ke mulutnya? Begitu? Orang di seberang itu memindahkan

kesaksianku ke atas kertas yang diketiknya. “Ya! Dia masukkan!” “Lalu dia telan?”

“Berapa gram? Tanyanya ke wanita korban penjambretan itu.

“Lima belas gram!” jawab wanita itu.

“Cukup! Itu sudah cukup!” Bentak kepala pemeriksa. “Semua keterangan itu sudah

cukup meyakinkan! Ambil obat pencahar! Pisang dan papaya. Suruh dia mencret seperti

burung. Lalu tampung kotorannya!”

Kepala pemeriksa itu pergi meninggalkan ruang pemeriksaan. Setelah semua benda yang

disebutnya tersedia di ruang pemeriksaan, orang memanggilnya dan dia datang dengan

keputusannya.

“Suruh dia minum obat pencahar! Apa itu? Garam inggris?”

“Betul Pak.” Kata bawahannya

“Bagus, dan tampung!”

Mereka pun mulai memaksa lelaki itu untuk menelan obat pencahar. Tetapi, lelaki itu

tidak mau meminumnya. Dia tidak mau membuka mulut. Mereka mulai keras. Gelas berisi

larutan garam inggris itu mereka sodokan ke mulutnya. Dia tutup mulutnya seperti orang

menggigit. Kemudia dia terlempar lagi di kursi.

“Minum! Apa kau tidak biasa minum?!”

Dia bertelekanpada sudut meja untuk bisa bangkit dari tempat dia tersungkur.

“Kupas papaya itu! Dan suruh dia makan!”

“Mana yang lebih dahulu Komandan? Obat pencahar ini atau papaya?”

“Serentak juga tidak apa-apa! Yang penting tampung begitu dia ke jamban!”

“Nanti ususnya…”

“Tidak ada urusan! Suruh dia telan obat pencahar itu! Kemudian pisang atau papaya,

lalu tampung!” Mereka pun memaksa lelaki itu membuka mulut untuk menyungkah itu semua.

Aku mulai tidak kuat melihat penyiksaan iitu. Aku minta kepada komandan pemeriksa untuk

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 137 -

Page 138: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

membollehkan aku membujuk lelaki itu menelan obat pencahar, pisang dan papaya. Dia

menyetujui. Lalu aku dan lelaki itu dimasukkan ke dalam ruang berdinding kaca yang terang

benderang. Para pemeriksaberada di balik riben dan kami tidak melihatnya. Termasuk wanita

yang menjadi korban penjambretan itu mengawasi kami lewat kaca peragaan.

Aku mulai membujuk laki-laki itu. Gelap di luar memberi kesan seolah kami berada di dalam

kamar dalam gelap malam.

“Sekarang Cuma kita berdua saja di ruang ini. Ada suatu hal yang ingin kukatakan

kepadamu. “Aku mulai menyakinkannya . “Kalau dalam waktu dekat kau tidak keluarkan kalung

itu , mereka akan mengoperasimu!” Aku bergesser dekat kepadanya. “Kau telah tahu bagaimana

orang dioperasi? Kau akan dibawa ke kamar bedah. Sebelum kau dioperasi, tubuhmu akan

ditembus sinar x untuk melihat di bagian mana kalung itu nyangkut di ususmmu. Kau akan puasa

dalam waktu yang lama. Setelah itu baru kau dimasukkan ke kamar bedah. Kau akan dibius.

Pada saat kau sudah tidak sadar oleh obat bius, pada saat itulah kulit perutmu akan disayat

mereka di meja operasi. Pisau bedah itu akan masuk ke dalam perutmu seperti orang menyiang

ikan. Ususmu akan disabet mereka dengan geram, karena kau menyembunyikan benda berharga

di ususmu. Satu hal harus kau ketahui bahwa operasi itu bukan untuk menyelamatkan kalung

yang kau telan. Coba bayangkan seandainya operasi itu memerlukan tambahan darah. Siapa

yang akan mau menyumbangkan darahnya untuk orang seperti kau? Jambret! Ingat bung. Kau

tidfak ada artinya bagi mereka. Mereka mengoperasimu dalam saat mereka geram karena kau

menyembunyikan kalung emas di dalam ususmu. Kau tidak ada artinya bagi mereka. Tidak

mungkin ada orang mau menyumbang darah secara sukarela kepadamu. Tidak mungkin ada

salah seorang sanak keluargamu yang mau datang menujukkan diri untuk menyumbang darah

kepadamu. Mereka malu untuk muncul. Karena kau maling! Tahu kau? Nyawamu bagi mereka

tidak ada artinya. Tubuhmu yang terbaring dalam pengaruh obat bius itu tidak akan mereka

hiraukan lagi begitu mereka menemukan kalung emas itu. Saking gembiranya mereka itu, aku

yakin begitu, mereka akan lupa menyudahi operasimu. Kau akan mati sia-sia. Untuk apa

menyelamatkan penjambret seperti kau. Mengurangi jumlah penjahat lebih bijaksana! Maka, kau

akan mampus! Kau tidak ubah seperti koper tua yang dicampakkan setelah dikeluarkan isinya.

Mayatmu akan terbaring tanpa ada orang yang menjenguk.”

Orang itu dari tunduk memandang kepadaku.

“Kau masih muda Bung. Masih banyak kemungkinan masa depanmu. Kau harus

manfaatkan hidupmu. Masak kau mau mampus dengan jalan konyol seperti itu?

Operasiitu bukan untuk menyelamatkan jiwamu, tetapi untuk menyelamatkan kalung

emas yang kau telan!”

“Apa yang harus aku lakukan?” katanya.

“Keluarkan!” bentakku

“Aku tidak melakukannya!”

“Sudah tidak waktu lagi untuk berkilah-kilah! Tidak saatnya menyembunyikan kejaatan

pada saat ini. Jangan tunggu mereka kalap. Jangan kau kira mereka tidak melihat kita. Semua

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 138 -

Page 139: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

gerak-gerik kita mereka lihat lewat kaca riben ini. Lihat kedip api rokok mereka di dalam gelap!

Itu sama seperti mata mengintai kita. Ayo lakukan! Cepat telan obat pencahar itu! Apa yang kau

takutkan pergi ke jamban?”

Dia raih gelas berisi larutan garam inggris dari atas meja. Dia reguk seperti orang

minum kopi. Kemudian dia lahap papaya dan pisang.

“Makan lebih banyak pepaya itu, biar cepat dia mendorongnya .”

Seorang petugas membuka pintu kaca.“Sudah ingin ke jamban?” katanya

“Dia baru menelannya. Belum. Sebentar lagi, Pak.”

“Bagus! Kalau dia tidak suka papaya dalam negeri, kita bisa sediakan papaya

Bangkok!” Dia tutup intu kaca itu.Tidak lama kemudian dia muncul pula. Dua orang masuk

membawa papan penyekat dan dua pispot. Papan penyekat itu dimaksudkan sebagai dinding

jamban. Orang itu kalau sudah ingin ke jamban, dia boleh pergi ke balik papan penyekat untuk

membuang hajat. Untuk alasan tertentu. Orang itu diperintahkan menanggalkan pakaiannya,

kecuali celana dalam. Dia disuruh merekam pergi ke balik papan penyekat sampai dia

memerlukan pispot.

Aku dan para petugas keluar dari dalam ruangan berkaca. Kami menonton dari balik

riben , menunggu orang itu mengeluarkan kotorannya ke dalam pispot. Seorang petugas yang

memegang alat pengeras suara masuk ke dalam ruangan berkaca dan mengambil pispot yang

diulurkan dari papan penyekat. Petugas itu tampak memeriksa isi pispot dengan ranting.

Terdengar dia melaporkan apa yang dia lihat di dalam pispot.

“Belum keluar! Baru biji-biji kedelai. Rupanya dia makan tempe!”Dia keluar membawa

pispot dan seseorang menyambutnya dan membersihkannya di lubang kakus. Si penjambret

meminta pispot baru. Kemudian orang yang membawa alat pengeras suara masuk kembali ke

dalam ruangan berkaca dan menyambut pispot yang diulurkan dari balik papan penyekat. Lalu

terdengar suara dari dalam pengeras suara:

“Belum juga! Masih sisa-sisa tempe. Ada seperti benang. Kukira ini sumbu singkong

rebus!”

Dia kemudian dalam urutan waktu melakukan hal yang sama. Sementara, di balik riben kami

terus menunggu sudah sampai sepuluh kotoran di dalam pispot dituang ke dalam kakus, namun

kalung itu tak terkait di ujung ranting. Wanita pemilik kalung mulai bosan menunggu. Dia me-

nilpun suaminya. Tidak lama kemudian suami wanita itu datang. Dia pun ikut bergabung

menonton di balik riben. Orang di balik papan penyekat makin pendek jarak waktunya dia

mengulurkan pispot, namun kalung emas lima belas gram itu tidak keluar bersama kotorannya.

Pada saat kami menunggu seperti itu, tiba-tiba papan penyekat di dalam ruangan kaca itu

terdorong dan kemudian tumbang. Orang dibaliknya jatuh terjerembab menindihnya. Dia sudah

tidak dapat berdiri. Dia menjadi lunglai setelah terus –menerus mengeluarkan kotorannya.

Maka, si suami pun mengambil keputusan. Dia desak si istri mencabut tuduhannya. Si

istri melakukannya. Tuduhannya dia cabut. Dia minta maaf pada polisi, karena mungkin bukan

orang itu yang menjambret kalungnya. Lelaki itu dibersihkan di kamar mandi. Tuduhan terhadap

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 139 -

Page 140: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

dirinya dicabut! Wanita itu minta maaf kepadanya. Aku juga minta maaf kepadanya. Polisi juga

memaafkannya. Dia bebas!

Karena merasa berdosa, aku menolong lelaki itu meninggalkan kantor polisi. Aku

memapahnya naik ke atas taksi. Aku terus-menerus meminta maaf di sepanjang perjalanan. Aku

raba uang di sakuku. Aku beri dia uang untuk menebus rasa berdosa pada diriku. Lelaki itu

berlinang air matanya.

“Beli makanan. Kau perlu gizi untuk memulihkan kesehatanmu. Aku benar-benar merasa

berdosa!” Dia lipat uang di tangannya.

“Terima kasih. Ternyata bapak orang baik.”

“Jangan katakan begitu! Aku telah menjerumuskanmu. Uang itu tidak ada artinya. Aku

telah melakukan kesaksian palsu. Maafkan aku, Bung.”

Kemudian kami sama diam di dalam perjalanan itu. Kemudian dia minta diturunkan di

gang tempat tinggalnya. Aku menolongnya sampai keluar.Aku menyalamnya.

“Maafkan aku Bung. Rasanya aku berdosa betul. Sepuluh ribu tidak ada artinya untuk

mengenyahkan rasa berdosa itu. Bisa kau berdiri? Apa tidak becak ke rumahmu? Apa perlu aku

mengantarmu?”

“Tidak usah Pak. Terima kasih.”

Dia tampak tidak kuasa menahan air matanya. Aku biarkan dia berdiri goyah. Aku masuk

ke dalam taksi. Pintu aksi dia tutupkan tempat dia bertumpu. Aku ulurkan tanganku pada jendela

untuk menjabat tanganya. Aku belum merasa cukup untuk melenyapkan rasa bersalah itu. Maka,

aku mengulang apa yang telah kukatakan.

“Maafkan saya, ya Bung. Beli makanan untuk memulihkan kesehatanmu. Aku benar-

benar merasa berdosaa kepadamu.Aku tidak akan mengulang hal yang sama terhadap orang

lain.” Orang itu menghapus air matanya pada pipinya yang berdarah. Mukanya yang lebam dia

tundukkan.

“Bapak adalah saksi yang benar. Bapak tidak boleh merasa berdosa.” Dia semakin menunduk

seolah dia hendak menyembunyikan mukanya. “Bapak orang baik. Saya harus mengatakannya!

Anakku sedang sakit keras. Kami perlu biaya. Istriku telah putus asa di rumah. Dokter meminta

banyak.” Dia tiba-tiba mengangkat mukanya. “Bapak adalah saksi itu! Bapak orang baik. Saya

harus mengatakannya!” Dia kembali menunduk. “Saya bukanlah menjambret. Tetapi, saya telah

melakukannya. Tiga kali kalung itu keluar ke dalam pispot. Begitu keluar aku langsung

menelannya.”Dia lepas jabat tangannya pelan-pelan. Dia memandangiku.

“Bapak orang baik. Hukumlah saya.” Dia raba uamg yang telah saya beri itu di dalam

saku bajunya. Dia mungkin hendak mengembalikannya.

“Kalau begitu kau masih memerlukan pispot,” kataku.

Aku biarkan dia memegang uang sepuluh ribu itu. Aku suruh taksi meninggalkannya. Aku

harus segera memutuskan begitu sebelum aku berubah keputusan. Kurasa itu lebih tepat.***

Refleksi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 140 -

Page 141: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Anda telah mempelajari beberapa kompetensi bersastra. Apakah Anda telah menguasai

kompetensi tersebut? Coba, jawablah pertanyaan berikut. Jika Anda menjawab mampu, berarti

Anda telah menguasai kompetensi tersebut. Jika Anda menjawab belum mampu, berarti Anda

harus terus berlatih.

1. Mampukah Anda menganalisis pementasan drama yang berkaitan dengan tema dan amanat?

2. Mampukah Anda menceritakan kembali hikayat dengan bahasa masa kini?

3. Mampukah Anda membandingkan hikayat dengan novel?

4. Mampukah Anda mengarang cerpen berdasarkan realitas sosial?

5. Mampukah Anda menyadur cerpen ke dalam bentuk drama?

6. Mampukah Anda mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 141 -

STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan10. Menguasai komponen kesastraan dalam teks drama dan perkembangan genre sastra Indonesia

KOMPETENSI DASAR : 10.1 Mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama

INDIKATOR : Menentukan laporan kesastraan dalam teks drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa Membahas hubungan antarkomponen drama Menilai komponen kesastraan dalam teks drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa

Page 142: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Tujuan Pembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat Menentukan laporan kesastraan dalam teks

drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa. Selain itu, Anda diharapkan membahas hubungan

antarkomponen drama. Selanjutnya, Anda diharapkan menilai komponen kesastraan dalam teks

drama berbentuk puisi atau berbentuk prosa.

Mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama

Karya sastra menurut ragamnya dapat dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Cerita

rekaan merupakan jenis KS yang beragam prosa. Berdasarkan panjang pendek cerita, ada yang

membeda-bedakan cerita rekaan menjadi cerita pendek/cerpen, cerita menengah/cermen, dan

cerita panjang/cerpan. Namun, patokan yang jelas tentang persyaratan panjang pendek ini belum

ada, setidaknya bagi cerita rekaan Indonesia.

Orang membaca cerita rekaan dengan berbagai motivasi. Kebanyakan orang membacanya

sebagai pengisi waktu saja. Dalam hal itu, tidaklah penting apakah karya tersebut bermutu/tidak;

bahkan barangkali juga tidak menjadi soal apakah ceritanya menarik/tidak. Ada pula yang

membaca cerita rekaan sebagai hiburan. Dalam hal ini, pembaca akan memilih cerita yang

menarik baginya.

Dari sisi tertentu karya sastra, fiksi dapat dipandang sebagai bentuk manifestasi keinginan

pengarang untuk mendialog, menawar, dan menyampaikan sesuatu. Sesuatu itu mungkin berupa

pandangan tentang suatu hal, gagasan, moral, atau amanat. Dalam pengertian ini, karya sastra

dapat dipandang sebagai sarana komunikasi. Namun, dibandingkan dengan sarana komunikasi

yang lain, tertulis ataupun lisan, karya sastra tentu memiliki kekhususan sendiri dalam

menyampaikan pesan-pesan moralnya.

Sastra fiksi termasuk di dalamnya drama, cerpen, novel. Fiksi artinya rekaan, atau hasil

imajinasi seseorang yanga dituangkan dalam sebuah tulisan. Secara umum dapat dikatakan

bahwa bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin bersifat langsung, atau sebaliknya.

Namun, sebenarnya pemilahan itu hanya demi praktisnya saja. Sebab, mungkin saja ada pesan

yang bersifat agak langsung namun tersembunyi serta yang agak langsung namun seperi yang

ditonjolkan.

Komponen Drama

Sejak awal kemunculannya, drama terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Drama terus mengalami proses pencarian identitasnya. Sejak kemunculan Bebasari karya

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 142 -

Page 143: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Roestam Effendi drama terus mengalami perkembangan walaupun tidak sepesat prosa dan puisi.

Drama yang ditulis pada 1926 ini adalah drama pertama yang menggunakan bahasa Indonesia.

Komponen drama antara lain:

1. Tokoh

Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa/berlakuan dalam berbagai

peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga

berwujud binatang/benda yang diinsankan. tokoh binatang/benda dalam suatu cerita

rekaan dapat bertingkah laku seperti manusia, dapat berpikir dan berbicara seperti

manusia; karena pengarangnya sendiri adalah manusia dan yang membaca juga

manusia.Penonton

2. Penokohan

Penokohan adalah cara pengarang menyajikan/melukiskan watak tokoh dalam cerita.

Sedangkan watak sendiri bisa diartikan sebagai kualitas daya nalar, cara berfikir, dan

bertindak tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain.

3. Stuktur Alur

Dalam sebuah carita rekaan berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu.

Peristiwa yang diurutkan dan membangun tulang punggung cerita disebut alur.

Sedangkan pengaluran adalah cara pengarang mengurutkan peristiwa yang

membentuk cerita. Alur bisa diibaratkan sebagai rangka dalam tubuh manusia. Tanpa

rangka, tubuh tidak dapat berdiri. Di dalam fungsinya yang demikian dapat dibedakan

peristiwa peristiwa utama yang membentuk alur utama, dan peristiwa peristiwa

pelengkap yang membentuk alur bawahan atau mengisi jarak antara dua peristiwa

utama.

Walaupun urutan peristiwa dalam cerita rekaan itu beragam coraknya, tetapi ada pola

pola tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan, ada struktur

umum alur cerita rekaan. Struktur umum alur itu dapat digambarkan sebagai berikut.

AWAL :

paparan (exposition) rangsangan (inciting moment) gawatan (rising action)

TENGAH :

tikaian (conflict) rumitan (complication) klimaks

AKHIR :

leraian (failing action) selesaian (denouement)

4. Latar / Setting

Secara sederhana, latar dapat didefinisikan sebagai sgl keterangan, petunjuk,

pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa

dalam karya sastra. Secara terperinci latar meliputi penggambaran lokasi geografis,

termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian perlengkapan sebuah

ruangan; pekerjaan atau kesibukan sehari hari para tokoh; waktu berlakunya kejadian,

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 143 -

Page 144: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

masa sejarahnya, musim terjadinya; lingkungan agama, moral, intelek-sosial, dan

emosional para tokoh.

5. Tema dan Amanat

Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari penulisan suatu KS.

Hadirnya tema dlm KS justru membuat KS lebih penting/berharga dari sekedar bacaan

hiburan.

6. Sudut Pandang / Fokus Pengisahan

Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita. Scr garis

besar sudut pandang prosa cerita dpt dibedakan menjadi 2, yakni (a) sudut pandang

orang I atau akuan; dan (b) sudut pandang orang ke 3 atau diaan.

7. Setting panggung

8. Kostum

Adapun beberapa contoh drama yang berkaitan dengan masalah sosial antara lain drama

Bebasari (1926) karya Rustam Efendi, drama Kejahatan Membalas Dendam karya Idrus (1945),

drama Pakaian dan Kepalsuan (1954) karya Achdiat Kartamihardja, drama Domba-domba

Revolusi karya B.Sularto (1966), Wonoboyo karya Slamet Mulyana, Selamat Jalan Anak Kufur

(1956), Penggali Kapur (1956), dan Penggali Intan (1957) karya Kirdjomulyo. Iblis karya

Mohammad Diponegoro. Jam Dua Belas Malam dan Bayang Menggoda karya Sutarno

Priyomarsono. Si Djuallah karya Pong Waluyo, dan drama-drama karya N. Riantiarno, antara

lain Opera Kecoa dan Maaf. Maaf. Maaf.

Apakah Anda mengenal W.S. Rendra? N. Riantiarno? Jajang C. Noer? Mereka adalah

aktor drama yang dikenal dalam khazanah drama Indonesia. Kemampuan akting mereka tercipta

dengan latihan keras dan tekun. Anda pun mungkin suatu waktu dapat terjun ke dunia akting

seperti mereka. Mulai sekarang, Anda dapat melatih diri dengan disiplin untuk menghayati

menjadi aktor yang sebenarnya.

Sebagai peraga cerita, aktor termasuk seniman unik. Kegiatan yang dapat dilakukan hanya

melihat permainan teman atau lawan perannya. Itu pun tidak dapat dilakukan dengan bebas

karena dia sendiri terlibat dalam permainan itu. Jadi, hasil karya seorang aktor adalah peragaan

cerita. Dalam memperagakan cerita itu, pemain melakukan perbuatan aktif yang disebut akting.

Drama merupakan salah satu genre sastra yang sarat akan sisi-sisi kemanusiaan. Dalam

drama, ditampilkan berbagai perilaku manusia yang terangkum dalam dialog-dialog setiap

tokohnya. Perilaku manusia yang direpresentasikan dalam drama tersebut memunculkan adanya

konflik yang membentuk cerita drama.

Pernahkah Anda menyaksikan pertunjukan drama atau membaca naskah drama? Di

situlah Anda dapat menemukan berbagai perilaku manusia dan konflik-konflik tesebut. Tentu

Anda mengetahui bahwa di situlah letak daya tarik dari drama yang Anda saksikan atau Anda

baca naskahnya.

Sekarang, bacalah contoh penggalan drama yang menunjukkan adanya perilaku manusia

dan konflik berikut ini.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 144 -

Page 145: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Sobrat

Bagian Enam

Di bukit kemilau. Terdengar suara kentungan dibunyikan sebagai tanda para kuli

penambang emas mulai bekerja. Tampak masuk para kuli penuh semangat. Mereka bertelanjang

dada.

Mandor Bokop : (teriak) Kalian antre yang tertib! Sudah ambil duit, ambil blincong

dari bakul! (kepada Mandor Burik) Panggil satu-satu!

Mandor Burik : (memanggil) Samolo! Sentono! Kartijo! Kardun! Marjun! Duweng!

Kamran! Sobrat! Doyong! Sadang! Epeng! Damirin! (memanggil

terus)

Semua kuli telah memegang blincong dan bakul

Mandor Bokop : (teriak) Dengarkan semua! Aku Mandor Bokop, penjaga Bukit

Kemilau. Bukit Kemilau ini milik Tuan Balar. Kalian beruntung

menjadi pekerjanya. Nanti kalian masuk kawasan Bukit Kemilau!

Tetapi, jangan terlalu jauh sebab ke selatan masih ada Hutan Burun

yang masih perawan. Banyak binatang buas, babi hutan, dan harimau!

Juga, banyak rawa berlintah! Lintahnya sebesar ibu jari! Ngerti?

Para Kuli : (serentak) Ngerti!

Mandor Bokop : (kepada Mandor Burik) Kamu jaga mereka. Aku mau tidur! (berbisik)

Tadi malam aku berjudi sampai pagi!

Mandor Burik : (teriak) Jangan berhenti sebelum kentungan bunyi!

Para kuli menyanyikan semboyan mereka.

Para Kuli : (serempak) Sekali kerja, tetap kerja. Biji emas di mana-mana!

Namun, Doyong tampak meringis-ringis. Ia menepi, ia dibentak

Mandor Burik.

Mandor Burik : (membentak)

Hei! Kembali ke tempatmu! Kuli! Apa kamu tuli? Kembali ke

tempatmu!

Doyong : Sebentar, istirahat!

Mandor Burik : Apa? Istirahat? Enak saja kamu, apa kamu sudah lupa perintah

Mandor Bokop, heh? Jangan berhenti sebelum kentungan bunyi!

Doyong : Sebentar saja, Mandor!

Mandor Burik : (menendang Doyong) Enak saja sebentar-sebentar! Cepat kerja, kuli!

Sobrat melihat kelakuan kasar Mandor Burik terhadap kawan

sekampungnya. Ia memburu mendekat.

Sobrat : Mandor, jangan ditendang-tendang begitu! Dia kawanku, Mandor!

(mendekati Doyong) Kamu tidak apa-apa, Yong?

Doyong : Agak mulas, mana aku agak mencret. Mandor sialan!

Mandor Burik : Apa kamu bilang?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 145 -

Page 146: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Doyong : Dia dengar, Brat!

Mandor Burik : Ayo, kembali kerja! Orang lain juga kerja!

Sobrat : Dia sakit perut, Mandor. Dia agak mencret

Mandor Burik : Alah, alasan saja! Dasar pemalas!

Doyong : Saya sakit perut, Mandor!

Mandor burik : Kembali kerja, atau kulecut dengan cambuk ini! (mengeluarkan

cambuk dan hendak mengayunkannya)

Sobrat : Jangan, Mandor! Biarkan saja dulu, Mandor. Apa Mandor tidak

pernah sakit perut?

Mandor Burik : Apa kamu bilang? (melecut)

Jangan bilang begitu! Di kampungmu kamu bisa bilang apa saja,

tetapi di sini lain.... Ini tanah Bukit Kemilau dan aku penjaganya!

Kembali ke tempatmu, kuli!

Sobrat : Tidak mau!

Mandor Burik : (marah) Itu bukan kata yang pantas, kuli kontrak. Mampus kamu!

(melecut)

SOBRAT MENCOBA MELAWAN

Sobrat : Kita bertarung secara jantan, Mandor!

Mandor Burik : Apa kamu bilang?

Sobrat : Kita bertarung secara jantan, Mandor!

Mandor Burik : Boleh saja... apa maumu?

Sobrat : Beri aku cambuk!

Mandor Burik : Enak saja! rasakan! (melecutkan cambuk)

Doyong : (berteriak) Sobrat sama Mandor berkelahi!!!

Mandor burik dan sobrat berkelahi. Kuli-kuli berkumpul, melingkar, sambil menyanyikan

semboyan. Awalnya, Mandor Burik berjaya dengan cambuknya. Namun, cambuknya berhasil

direbut Sobrat. Dengan satu kali ayunan dan pitingan, Mandor Burik tak berkutik. Tiba-tiba

terdengar suara tembakan.

....

(Karya Arthur S. Nalan : Sumber: 5 Naskah Drama Pemenang Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2003, 2005)

Dalam drama "Sobrat" tersebut ada beberapa tokoh dengan karakter dan perilaku masing-masing.

Pemerinciannya adalah sebagai berikut.

1. Sobrat, yaitu salah seorang kuli di Bukit Kemilau yang memiliki keberanian dan rasa setia

kawan yang tinggi. Dengan gagah berani, dia melawan kesewenang-wenangan yang

dilakukan oleh Mandor Burik terhadap Doyong, kawannya sesama kuli.

2. Mandor Burik, yaitu salah satu mandor yang bertugas mengawasi kuli di Bukit Kemilau.

Dia memiliki perangai yang buruk. Dengan seenaknya, dia menganiaya Doyong. Padahal,

Doyong sedang sakit. Di samping itu, Mandor Burik pun telah merendahkan kuli-kuli

yang bekerja padanya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 146 -

Page 147: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Selain dua tokoh beserta karakternya yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa tokoh dengan

karakternya masing-masing. Dapatkah Anda menyebutkannya?

Sekarang, kita beralih ke pembahasan mengenai konflik. Dalam penggalan drama

"Sobrat" tersebut, diceritakan mengenai pahitnya kehidupan para kuli yang bekerja sebagai

penambang di Bukit Kemilau. Mereka mengalami kehidupan yang mengenaskan. Konflik

bermula saat salah seorang kuli, yaitu Doyong, merasa tidak sanggup bekerja karena sedang

sakit. Dia pun mengistirahatkan diri agar rasa sakitnya sedikit berkurang. Akan tetapi, dia malah

mendapat perlakuan semena-mena dari atasannya. Dengan seenak hatinya, dia menendang perut

Doyong sehingga jatuh kesakitan. Melihat hal tersebut, Sobrat merasa geram. Dia pun melakukan

perlawanan. Pada akhirnya Sobrat menang melawan Mandor Burik.

Demikianlah uraian mengenai konflik yang ada dalam penggalan drama "Sobrat" karya

Arthur S. Nalan tersebut.

Setelah memahami materi-materi tersebut, tentunya Anda telah mengerti mengenai

komponen kesastraan drama. Untuk itu, kerjakanlah latihan berikut.

Pak Pikun : (Muncul, langsung menuju arah Jidul) Ayo! Mana! Berikan kembali padaku! Ayo!

Mana!

Jidul : (ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang mengatakan ketidakmengertiannya)

Pak Pikun : Jangan berlagak pilon! Siapa lagi kalau bukan kamu yang mengambilnya? Ayo

Jidul, kamu sembunyikan di mana, eh?

Jidul : (ber-uh-ah, semakin bingung dan takut)

Pak Pikun : Dasar maling! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah kambuh lagi, ya? Dasar

nggak tahu diri! Ayo, kembalikan kepadaku! Mana, eh?

(Sumber: Drama Arloji, karya P. Haryanto)

1. Kekhasan apa yang muncul dari penggalan drama tersebut?

2. Bagaimana watak yang dimiliki oleh Pak Pikun?

3. Buatlah tanggapan singkat atas isi penggalan drama tersebut.

Untuk soal 4 dan 5, bacalah penggalan drama berikut.

Pause (Tukang warung memandang tajam)

Tukang warung : Apakah kau tidak gembira, (Ibu pergi ke kursi dan berkata).

Ibu : Ia berteriak "ibu" (lalu duduk)

Tukang Warung : Tentu dia akan berbuat sesuatu.

Ayah : (jalan, tiba-tiba) Sesuatu telah terjadi. (Ibu tiba-tiba berteriak)

Gadis : Berhenti, Ibu!

Tukang Warung: Ada apa ini, apa yang telah kalian lakukan? (tukang warung dan anaknya

mundur)? Kenapa kau memandang seperti itu? Apakah dia tidak

menceritakan bahwa dia anakmu?

Gadis : Tidak.

Tukang Warung : Apa yang telah kalian lakukan? Di mana dia sekarang?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 147 -

Page 148: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Ayah : Jangan ada suara! (pause)

Ibu : Dia berteriak "ibu". Kau terus saja memukulnya!

Tukang Warung : Apa yang kalian telah lakukan? Kalian telah .... (tukang warung

memandang, terus mundur mau pergi)

Anak : (melihat Gadis) Lihat di tangannya, Ayah!

Tukang Warung : Kau telah ... (lari)

Gadis : Berhenti. Ibu!

Ayah : Tenang-tenang, jangan ribut. (jatuh)

Gadis : Mereka akan memasukkan saya dalam penjara.

(Sumber: Buku drama Orang Asing, judul asli Irthunia, karya Rupert Brook, disadur oleh D. Djajakusuma)

4. Jelaskan watak-watak tokoh berdasarkan dialog yang diucapkan setiap tokoh.

5. Tuliskan hubungan latar dengan watak para tokoh dalam penggalan drama tersebut

Komponen kesastraan Novel

Tahukah Anda apa yang disebut novel? Novel merupakan salah satu genre sastra. Novel

merupakan salah satu hasil karya sastra yang bila dibaca tidak habis sekali duduk. Dilihat dari

segi tokoh yang dihadirkan dalam novel, tokoh akan mengalami perubahan nasib yang

berpengaruh besar dalam kehidupannya.

Apa itu unsur intrinsik novel? Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang secara

langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur intrinsik dalam sebuah novel, misalnya

peristiwa, cerita, alur, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Khusus pada

babak ini kita akan belajar mengenai karakter tokoh. Tokoh adalah pelaku yang mengemban

peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita. Penulis menggambarkan

tokoh dengan karakter masing-masing. Cara penulis menampilkan tokoh disebut penokohan.

Tokoh dalam karya fiksi selalu mempunyai sifat, sikap, dan tingkah laku tertentu yang

selanjutnya disebut perwatakan. Dengan kata lain, perwatakan yaitu gambaran watak para pelaku

melalui usia, latar belakang sosial, moral, suasana kejiwaan, agama yang dianut, aliran politik,

idiologi, gerak dan tingkah laku, cara berpakaian, jalan pikiran, atau ketika tokoh itu

berhubungan dengan pelaku lainnya.

Karakter tokoh dapat dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

a. Ditinjau dari peranan dan keterlibatannya dalam cerita, dapat dibedakan:

1) tokoh primer (utama) adalah tokoh yang selalu hadir dalam setiap peristiwa dan

dipaparkan dalam cerita serta penentu tema cerita;

2) tokoh sekunder (bawahan) adalah tokoh yang mendukung tokoh utama;

3) tokoh komplementer (tambahan) adalah tokoh figuran yang membantu tokoh utama,

tetapi tidak begitu aktif.

b. Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, dapat dibedakan atas:

1) pelaku dinamis adalah tokoh yang dalam cerita dipaparkan sifatnya senantiasa berubah;

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 148 -

Page 149: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

2) pelaku statis adalah tokoh yang dalam cerita dipaparkan sifatnya tetap.

c. Dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh:

1) simpel karakter adalah tokoh mengalami masalah yang sifatnya singkat atau tidak sampai

merubah jalan hidup;

2) kompleks karakter adalah tokoh yang mengalami masalah yang sifatnya bermacam-

macam sehingga sampai merubah jalan hidupnya.

d. Dilihat dari watak yang dimiliki tokoh, dapat dibedakan atas:

1) tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung cerita (memiliki perwatakan baik);

2) tokoh antagonis adalah tokoh yang menentang cerita (memiliki perwatakan buruk);

3) tokoh tritagonis adalah tokoh yang membantu pelaku protagonis maupun antagonis.

Karakter tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu :

a. Keadaan fisik tokoh berkaitan dengan umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, suku, dan

sebagainya berkaitan dengan karakter yang juga didukung oleh wujud suara dalam

berdialog. Misalnya tokoh sentral protagonis biasanya memiliki karakterisasi suara

tertentu, seperti merdu dan lembut.

b. Keadaan psikis berkaitan dengan emosi, ambisi, dan sebagainya. Pemilihan aktor-aktris

biasanya cenderung mencari kesesuaian atau kedekatan karakter secara psikis.

c. Keadaan sosiologis berkaitan dengan jabatan, pekerjaan kelas sosial, dan sebagainya.

Ada beberapa cara untuk memahami karakter tokoh dalam suatu novel, yaitu:

a. melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya;

b. gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan maupun cara

berpakaian;

c. menunjukkan bagaimana perilakunya;

d. melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri;

e. memahami bagaimana jalan pikirannya;

f. melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentang dia;

g. melihat tokoh lain berbincang dengannya;

h. melihat bagaimanakah tokoh yang lain memberi reaksi terhadapnya;

i. melihat bagaimanakah tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.

Perhatikan dan baca teks novel berikut ini!

In Memoriam: VIOLET

Hari itu dari saat aku tak ingat tanggal berapa dan nama harinya. Sebab sudah sejak lama

aku tak mempedulikan waktu. Aku pun tak peduli kalau waktu tiba-tiba terhenti, tapi dunia tetap

berpuar dan makin cepat aku merasakan déjà vu. Setelah beberapa saat sebelum hari itu, yang aku

ingat adalah bekas bebetan tali di pergelangan tangan dan kakiku. Raras bilang hari itu malam

dia, Pak Man, dan Mbok Nah mengikatku saat aku melemparkan barang-barang di tengah-tengan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 149 -

Page 150: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

tubuhku yang tak terkendali dan berusaha merusak jaringan kulit tanganku dengan mencucupkan

mata pena yang tintanya sudah kering untuk menghisap hemoglobin yang telah mengandung

racun yang kubutuhkan. Sekelebat lagi yang aku ingat adalah dingin yang amat sangat. Saat aku

membuka mata ternyata kepalaku disiram air kamar mandi oleh papi yang marah besar, tapi tak

kugubris. Aku tahu malam itu mami menangis tersedu-sedu. Yang kudengar adalah suara Papi

yang berdengung seperti tawon, mengomel, dan menyumpahi anaknya yang tak tahu diuntung.

Aku tak peduli. Entah beberapa saat atau hari atau jam kemudian, tiba-tiba aku sudah di

tempat yang kusebut penjara. Penjara yang indisiplinernya mereka sebut dengan

“sahabat”. Bagiku sama saja. Sebab, selama empat bulan berikutnya ku tak bisa dan tak boleh

keluar dari tempat itu.

*****

Raras menampar wajah Violet sambil menangis. Yang ditampar diam saja.

“Vi, kenapa sih kamu pake’ lagi? Raras meratap di antara Violet dan suntikan yang

tergeletak. Lubang merah kecil terlihat di lengan kiri Violet yang masih terbalut kain. Ruangan

itu sumpek sekali.

“Vi, bangun!” lalu ditamparnya sekali lagi. Violet menegakkan kepala, membuka

matanya yang lengket,

“Ras….,” panggil Vi dengan suara parau.

“Iya, aku di sini.”

“Excorciomusnya gak berhasil,” lalu Violet menangis, tak sampai satu menit dan dia

tertidur lagi. Raras teringat hampir sebulan yang lalu; waktu itu Violet baru beberapa hari keluar

dari pusat rehabilitasi.

Wajahnya segar sesegar tomat yang memerah. Kau cantik sekali, Vi. Tak ada cekung

hitam di wajahnya.

“Kenapa sih kamu bisa sampai pake?” tanya Raras waktu itu.

‘Nggak tahu…”

“Mungkin aku kena aprresio diabolica.”

“Apaan tuh? Diabolik artinya kalau nggak salah kerasukan satan, kan?”

“Mungkin ada setan yang mengendalikan jadi aku ketagihan bikin dosa.”

Raras tertawa, dia senang Violet sudah sadar, “Nama setannya sabu-sabu, putaw, ekstasi.

Tiga serangkai, alias ‘The Three Stooges’.”

‘kok Three Stooges?”

“Iya….abis, ngak lucu!”

“Three stooges’ kan lucu?!”

“Nggak, menurutku ‘Three stooges’ kasar! Kejam! Masih lucuan Charlie Chaplin.”

Keduanya tertawa kecil, lalu terdiam sejenak.

“Ras?”

“Ya?”

“Mungkin aku harus exocirmus.”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 150 -

Page 151: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

“Apa lagi tuh?”

“Melakukan upacara pengusiran setan.”

Raras melongo, “Yang benar kamu mau exo… apa tadi?”

“exorcismus!”

“Iya, itu?”

Violet mengangguk.

“Vi, menurutku yang pasti kamu harus melakukan pengakuan dosa. Sebab kamu sudah

jadi anak yang tersesat!” Lalu keduanya tertawa.

Minggu berikutnya Violet menelpon Raras, lapor bahwa dia sudah melakukan

excorcismus simplex et privatus, pengusiran setan yang dilakukan secara pribadi, tanpa izin

Uskup.

Raras bilang, “Alhamdulillah…”

Tapi sekarang…Raras menampar wajah Violet sekali lagi. Orang-orang di sini teler

semua. Burhan juga teler. Dilihatnya wajah Burhan.

Raras benci sekali rasanya sudah ke ubun-ubun, ingin meludahi meski ada maklhuk laknat

seperti dia, pikir Raras. Lucifer datang lagi, menyetani orang-orang yang memang sudah

kesetanan, bahkan menyetani Violet yang sudah mengusir jauh segala setan seperti aku

menyemprot habis nyamuk-nyamuk yang bernyanyi ‘nging-nging’ di telingaku.

Tiba-tiba Vi jadi sangat dingin.

“Vi! Bangun! Bangun!” ditamparnya Violet sekali lagi, hari sudah hampir tengah malam,

jalanan sepi. Sopir taksi membantu Raras menaikkan Vi ke kursi belakang.

“Ke rumah sakit, Pak! Cepat!” sopir taksi pun ngebut.

*****

Vi tergeletak pasrah di ruang UGD. Entah apa yang dilakukan dokter dan para perawat.

Raras menangis di luar kamar. Narkan itu telah benar- benar membuat Violet kaku.

Violet…Violet, kenapa bisa begini? Ya Tuhan…

Dua jam kemudian, pikiran Raras baru bisa jalan setelah sebelumnya mampet seperti

hidung yang penuh ingus lengket, bukan cair. Ia hubungi orang tua Violet di Jakarta, lalu satu

nomor lagi.

“Terima kasih Anda telah menghubungi layanan 24 jam pusat rehabilitasi narkoba. Untuk

informasi tekan satu. Untuk konsultasi tekan dua. Untuk hubungan langsung ke bangsal

perawatan rehabilitasi tekan tiga. Untuk mengakhiri silakan tutup telepon Anda.”

Raras memencet angka tiga.

*****

“Ya, ini Gale,” suara laki-laki menyahut di seberang sana. Tepatnya di Jakarta. Interlokal,

dengan hand phone pula.

“Gale, aku Raras.”

“Raras? Temannya Violet ya? Ada apa, Ras?”

“Violet OD, sekarang aku di R.S. Bethesda. Di Jogja.”

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 151 -

Page 152: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

“Hah! Kok bisa, Ras? Tapi Vi nggak apa-apa kan? Kamu kasih susu untuk menetralisis

racun, kan?” suara Gale terdengar panik, setengah teriak di telinga Raras.

“Ya … sekarang di UGD, nanti kuhubungi lagi ya.”

“Iya.”

“Janji ya!”

“Iya,” jawab Raras. Telepon diputus.

Di ujung ruang sana Gale seperti orang linlung. Bingung tak tahu mesti harus berbuat apa.

Di dekatnya seorang indisipliner dan tanya bagaimana dapat izin keluar dari tempat adaptasi

penjara itu. Dengan galak indispiliner itu menjawab tak bisa kecuali kalau ia dinyatakan bersih.

Tak putus asa, ia mencari seorang indisipliner yang ia kenal cukup dekat. Diselipkannya empat

lembar lima puluh ribuan. Tapi ia juga bilang ‘Tidak bisa terlalu berisiko’. Lalu diselipkannya

lagi dua lembar lima puluh ribuan.

“Tolonglah, kamu tahu violet, kan? Kamu tahu bagaimana aku dan dia… dia OD, aku

harus ketemu dia.” Kata Gale dengan wajah memelas.

“Baik, dengan empat lagi lembaran uang seperti ini aku mau bantuin kamu. Aku akan

bikin laporan kalau kamu kuhukum di penjara WC.”

Gale mengangguk setuju dengan perjanjian dia akan kembali dalam waktu empat hari dan

membawa sisa uangnya. Lebih dari waktu yang ditentukan itu, kalau tidak menghubungi ‘juru

kunci’ penjara WC, ia akan dilaporkan kabur bukan hanya kepada kepala pusat rehabilitasi, tapi

juga kepada orang tuanya dan akan dikenakan denda lebih banyak dari perjanjian awal. Itu berarti

akan tinggal lebih lama lagi di penjara ini.

Satu jam kemudian, setelah mengepak pakaian serta meminjam uang dari seorang teman

sesama pasien karena uangnya sudah habis untuk menyogok mulut indisipliner tadi, ia pun

diselinapkan keluar pusat rehabilitasi. Saat itu pukul 01:00, ternyata di luar ‘penjara’ sana adalah

di tengah sawah. Dingin, diangkatnya kerah jaket jinsnya. Ia hanya membawa dua kaos ganti dan

celana serta sebuah handuk kecil. Celana jins hanya lekat di badan. Kalau ia membawa barang

banyak ia akan ketahuan sebelum indisipliner tadi melapor. Maka itu, ia juga meminjam tas

punggung temannya. Mau tak mau ia harus jalan karena tak ada tumpangan, apalagi kendaraan

umum-mungkin siang hari juga tidak ada. Setelah berjalan kira-kira satu setengah jam, akhirnya

jalan beraspal ketemu juga. Berhubung masih tidak ada kendaraan umum yang lewat, maka ia

jalan lagi hingga jam tangannya menunjukkan pukul empat pagi. Ia menyetop truk sayur yang

lewat dan ikut menumpang hingga terminal dan mendapat bus superekonomi: jelek, jadi satu

dengan penjual ayam dan mbok-mbok penjual sayur lainnya. Sopir dan kendekturnya berusaha

meraup untung yang lebih dengan menjejalkan penumpang yang berlebihan seperti umumnya

bus-bus di Jakarta. Baru setelah turun dari bus itu ia cukup beruntung, bertemu bus menuju

Yogyakarta yang dia stop di tengah jalan. Ia tak harus membayar penuh, setelah tawarmenawar

dengan kondektur. Lima puluh ribu rupiah lebih murah dari harga asli. Lumayan bagus, ada AC-

nya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 152 -

Page 153: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Saat duduk di kursi yang tidak semuanya penuh dan menghela napas panjang, ia baru

merasakan badannya yang sangat lelah dan kotor. Lengket karena belum mandi. Untung bus itu

cukup sepi, sehingga tidak perlu ada orang yang menghirup aroma tubuhnya yang tak sedap. Ia

menutup matanya, mencoba untuk istirahat, tetapi tidak bisa karena ternyata pikirannya melayang

ke mana-mana. Ke Violet yang mungkin saat ini sedang terbaring lemas. Sekelebat di kepalanya

juga jelas tergambar malaikat maut yang berupa dua sisi; berjubah hitam dengan wajah yang

tertutup kethu dan malaikat perempuan yang patut disebut Angel dengan pakaian putih, berwajah

cantik bersinar dan sayap putih nan megah. Keduanya, mendekati Violet…mengajak pergi.

(Sumber: dikutip dari novel “Tabula Rasa” karya Ratih Kumala, hal 90-95)

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 153 -

STANDAR KOMPETENSI : Kesastraan 10. Menguasai komponen kesastraan dalam teks drama dan perkembangan genre sastra Indonesia

KOMPETENSI DASAR : 10.2 Menganalisis perkembangan genre sastra Indonesia

INDIKATOR : Menganalisis ragam karya sastra Indonesia dari setiap periode (puisi, prosa,

drama)Menemukan ciri-cri setiap periode (puisi, prosa, drama)Mengelompokkan ragam karya sastra Indonesia setiap periode (puisi, prosa,

drama) berdasarkan periodisasi sastraMemaparkan para pengarang penting (puisi, prosa, drama) pada setiap periode

dengan alasanMenjelaskan perkembangan ragam karya sastra (puisi, prosa, drama) yang

dominan dipengaruhi oleh aliran kesusastraan dalam periode tertentuMenyimpulkan perkembangan sastra Indonesia

Page 154: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

TujuanPembelajaran

Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih mengungkapkan isi puisi. Sebelumnya, Anda

perlu mempelajari terlebih dahulu unsur-unsur dasar dalam menganalisis puisi. Dengan

demikian, diharapkan kemampuan Anda dalam mengapresiasi karya sastra akan bertambah dan

semakin terasah.

Menganalisis ragam karya sastra Indonesia

1. Unsur Dasar dalam Menganalisis Puisi

Sebagai suatu totalitas yang dibentuk oleh unsur intrinsik tertentu, puisi dapat dibagi dalam

beberapa lapis yang meliputi hal-hal berikut.

a. Terdapatnya sense atau makna dalam suatu puisi, pada dasarnya akan berhubungan dengan

gambaran dunia atau makna puisi secara umum yang ingin diungkapkan penyairnya.

Dalam analisis puisi, keberadaan makna tersebut akan membuahkan pertanyaan, "Apa

yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakan ini?"

b. Subject matter adalah pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang

diciptakannya. Jika sense berhubungan dengan gambaran makna dalam puisi secara

umum, subject matter berhubungan dengan satuan-satuan pokok pikiran tertentu yang

secara khusus membangun sesuatu yang diungkapkan penyair. Oleh sebab itu, dalam

analisis lapis makna puisi, pembaca akan menampilkan pertanyaan, Pokok-pokok pikiran

apa yang diungkapkan, sejalan dengan sesuatu yang secara umum dikemukakan

penyairnya?

c. Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal itu

mungkin saja terkandung dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok

pikiran dalam puisi.

d. Tone adalah sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang

ditampilkannya. Hal yang demikian mungkin saja terjadi, contohnya sewaktu Anda

berbicara masalah cinta maupun tentang cinta itu sendiri kepada kekasih Anda, akan

berbeda dengan sewaktu Anda berbicara kepada teman. Dalam rangka menganalisis

feeling dan tone pada suatu puisi, pembaca akan berhubungan dengan upaya pencarian

jawaban atas pertanyaan. Bagaimanakah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang

ditampilkannya? Serta bagaimanakah sikap penyair terhadap pembaca?

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 154 -

Page 155: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Jawaban yang diperoleh mungkin akan berupa sikap keterharuan, kesedihan, keriangan,

semangat, masa bodoh, menggurui, atau berbagai macam sikap lainnya sejalan dengan

keanekaragaman sikap manusia dalam menyikapi kenyataan yang dihadapinya.

e. Totalitas makna adalah keseluruhan makna yang terdapat dalam suatu puisi. Penentuan

totalitas makna puisi didasarkan atas pokok-pokok pikiran yang ditampilkan penyair,

sikap penyair terhadap pokok pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca. Hasil

rangkuman dari keseluruhannya itu akan membuahkan totalitas makna dalam suatu puisi.

Hal ini berbeda dengan sense yang hanya memberikan gambaran secara umum saja

kepada pembaca.

f. Tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna puisi.

Tema berbeda dengan pandangan moral meskipun tema itu dapat berupa sesuatu yang

memiliki nilai rohaniah. Hal itu disebut tidak sama dengan pandangan moral maupun

amanat. Ini karena tema hanya dapat diambil dengan jalan menyimpulkan dasar yang

terdapat di dalam totalitas makna puisi. Adapun pandangan moral atau message dapat saja

berada di dalam butir-butir pokok pikiran yang ditampilkannya. Dengan kata lain, bidang

cakupan tema lebih luas daripada pandangan moral maupun message.

2. Tahap Kegiatan dalam Analisis Makna Puisi

Tahap kegiatan dalam menganalisis makna puisi pada dasarnya merupakan tahap lanjutan

dari kegiatan menganalisis bangun struktur puisi. Meskipun demikian, kegiatan analisis makna

puisi dapat juga dilaksanakan secara terpisah dan hanya pada pengidentifikasian serta

pembagiannya lebih mudah.

Tahap kegiatan yang harus ditempuh pembaca saat menganalisis lapis makna puisi dapat

dipaparkan sebagai berikut:

a. Bacalah puisi yang telah dipilih secara berulang-ulang.

b. Berusaha memahami makna yang terkandung dalam judul puisi.

c. Berusaha memahami gambaran makna yang ditampilkan penyair secara umum.

d. Menetapkan kata-kata yang termasuk dalam kategori lambang dan kata-kata yang termasuk

dalam kategori simbol maupun utterance.

e. Berusaha memahami makna setiap simbol puisi yang menjadi objek analisis.

f. Berusaha memahami makna yang terdapat dalam setiap baris puisi.

g. Berusaha memahami hubungan makna antara baris puisi yang satu dengan baris puisi

lainnya.

h. Berusaha memahami satuan-satuan pokok pikiran, baik yang terkandung dalam

sekelompok baris maupun satuan pokok pikiran yang terdapat dalam bait. Perlu

diperhatikan dengan baik bahwa pokok pikiran atau subject matter, meskipun

umumnyatertuang dalam bait, sering kali juga tertuang dalam sekelompok baris. Hal ini

terjadi jika penyair tidak memberikan penanda bait sebagai penanda satuan pikiran yang

ditampilkannya.

i. Berusaha memahami sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 155 -

Page 156: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

j. Berusaha memahami sikap penyair terhadap pembaca sewaktu menampilkan pokok-pokok

pikirannya. Merangkum hasil pemahaman pokok pikiran, sikap penyair terhadap pokok

pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca dalam satu paragraf atau lebih sesuai dengan

jumlah pokok pikiran yang ada dengan menggunakan bahasa pembaca sendiri. Pada tahap

ini, pembaca pada dasarnya telah sampai pada tahap menganalisis totalitas makna puisi.

Tahapan kerja tersebut tentu saja masih bersifat lentur, dalam arti masih bisa ditambah atau

dikurangi. Selain itu, tahapan kerja bukanlah berlangsung secara benar-benar terpisah karena

dalam pelaksanaannya, batas antara tahap yang satu dengan yang lain sering kali kabur. Akan

tetapi, sebagai pedoman, tahap kerja analisis lapis makna puisi tersebut sangat baik untuk

dilaksanakan.

3. Contoh Analisis Makna Puisi

Sejalan dengan beberapa tahapan kerja analisis lapis makna puisi tersebut serta adanya

berbagai macam unsur dalam lapis makna itu sendiri, pada bagian ini akan dipaparkan model

analisis lapis makna puisi.

Berikut ini puisi "Salju" karya Wing Kardjo yang akan dianalisis.

Ke manakah pergi

mencari matahari

ketika salju turun

pohon kehilangan daun

Ke manakah jalan

mencari lindungan

ketika tubuh kuyup

dan pintu tertutup

Ke manakah lari

Mencari api

Ketika bara hati

Padam tak berarti

Ke manakah pergi

Selain mencuci diri

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk menganalisis isi puisi

tersebut.

a. Mendapatkan gambaran makna

Anda tentunya telah membaca puisi tersebut secara berulang-ulang untuk mencoba

memahami judul "Salju" serta berusaha mendapatkan gambaran maknanya secara

keseluruhan untuk menangkap makna. Untuk memahami kata "salju" sebagai judul puisi

tersebut, kita harus berusaha mendapatkan gambaran tentang ciri-ciri dan berbagai macam

kemungkinan makna yang dikandungnya.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 156 -

Page 157: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

b. Gambaran makna yang diperoleh

Dari proyeksi berbagai macam kemungkinan makna kata "salju" misalnya, kita temukan

gambaran makna berikut.

- Suatu musim atau keadaan ketika salah satu bagian bumi ini hanya ditebari oleh serpih

es yang dingin;

- Sebagai akibat dari keadaan tersebut, bagian bumi yang terkena musun salju itu

seolah-olah mati, tumbuh-tumbuhan gundul, aktivitas kerja di luar terhenti, orang

jarang keluar rumah, dan bagian bumi itu sendiri seakan-akan tidak punya arti, bahkan

menjadi suatu kenyataan atau bagian yang tidak disenangi.

Dari proyeksi makna tersebut, sekarang dapat ditentukan bahwa kata atau judul

"salju"mengandung makna sesuatu yang tidak berarti.

c. Menganalisis unsur sense (makna)

Dalam hal sense, secara sederhana dapat ditetapkan bahwa lewat puisi "Salju" itu

penyair menggambarkan seseorang yang sedang kebingungan. Ia tidak tahu ke mana

harus pergi. Saat itu, sesuatu yang tidak berarti sedang menimpa dirinya. la tidak tahu

jalan untuk mencari perlindungan ketika tubuhnya basah kuyup. Dia ingin berusaha

mencari api untuk menghidupkan bara hatinya yang mati, tetapi tidak tahu ke mana harus

lari. Akhirnya sampailah dia pada satu keputusan "mencuci diri".

d. Kategori kata

Untuk membuktikan kebenaran gambaran makna judul maupun gambaran makna secara

umum tersebut, kita sekarang perlu menelaah lebih mendalam. Jalan pertama yang kita

tempuh adalah mengategorikan kata-kata yang termasuk kategori lambang dan kata-kata

yang termasuk kategori simbol. Dalam hal ini ditetapkan bahwa kata-kata dalam puisi

tersebut yang termasuk lambang adalah kata-kata "ke manakah", "pergi", "mencari", dan

"ketika". Adapun kata-kata yang bersifat simbolik adalah "matahari", "salju turun",

"pohon", dan "kehilangan daun".

e. Memahami makna simbolik

Tugas Anda sekarang adalah berusaha memahami makna kata yang bersifat

simbolik tersebut. Pertama, kata matahari". Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa kata

"matahari" berhubungan dengan makna "kehidupan", kata "salju" berhubungan dengan

makna "sesuatu yang tidak berarti".

Masalahnya sekarang, apakah yang dimaksud dengan "pohon" dan "kehilangan

daun"? Siapa pun akan memaklumi bahwa daun adalah ciptaan Tuhan. Dengan kata lain,

daun adalah makhluk ciptaan Khalik. Pertanyaannya sekarang: Makhluk apakah yang

mampu menyadari ketidakberartian hidupnya? Makhluk apakah yang dengan sadar

berusaha mencari kehidupan? Jawabnya tentu, manusia. Pohon yang kehilangan daun,

tentu hidupnya tidak berarti. Selain itu, jika pohon itu merupakan simbol dari manusia,

berarti manusia yang kehilangan daun itu hidupnya tiada berarti.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 157 -

Page 158: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Setelah memahami makna kata-kata simbolik pada bait pertama, tugas kita sekarang

adalah berusaha memahami makna kata simbolik pada bait berikutnya. Sering kali

pemahaman makna kata-kata simbolik menjadi semacam kunci untuk memahami makna

kata-kata simbolik berikutnya. Dengan berangkat dari anggapan demikian, dapatkah Anda

memahami makna kata "tubuh", "basah kuyup", "pintu tertutup", dan kata "api"?

f. Membahas makna setiap larik

Setelah Anda mencoba sendiri berusaha memahami kata-kata simbolik tersebut, baik

sendirian atau lewat diskusi, silakan Anda coba membahas makna setiap lariknya. Larik

pertama yang berbunyi "ke manakah pergi" mudah untuk dimengerti. Larik kedua yang

berbunyi ketika "salju turun"-lah yang perlu diperhatikan baik-baik.

Jika dihubungkan dengan proyeksi makna kata "salju" turun tersebut, dapatlah

disimpulkan bahwa baris ketika salju turun" mengandung makna ketika hidupku sepi

tidak berarti. Adapun larik keempat yang berbunyi pohon kehilangan daun" dapat

diartikan sebagai ketika diriku hampa tidak bermakna.

Dari telaah tersebut, sekarang dapat kita parafrasekan bait puisi tersebut dengan redaksi

sebagai berikut:

ke manakah pergi

mencari kehidupan

ketika hidupku sepi tak berarti

ketika diriku hampa tidak bermakna

Dengan cara yang sama, bait-bait berikutnya dapat juga diredaksikan sebagai berikut:

ke manakah harus berjalan

mencari perlindungan

ketika diriku menderita

dan tak se orang pun mau menerima

ke manakah harus berlari

mencari petunjuk dan kekuatan kehidupan

ketika semangat hidupku

menjadi padam tidak berarti

tidak ada jalan lain

selain bersujud di hadapan Tuhan untuk menemukan kesucian

g. Memahami hubungan antarbaris

Dari telaah tersebut, semakin jelas bagaimana hubungan antara baris yang satu dengan

baris lainnya. Sebagai penutur atau pemakai bahasa Indonesia, Anda tentunya tidak akan

mengalami kesulitan seandainya diminta untuk mempertalikan baris-baris di atas ke

dalam satuan-satuan kalimat.

h. Simpulan pokok pikiran makna puisi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 158 -

Page 159: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Sudahkah Anda mencoba menyusun paragraf berdasarkan satuan-satuan bait tersebut?

Jika sudah, tugas Anda sekarang adalah melihat satuan-satuan pokok pikiran dalam

paragraf-paragraf yang telah Anda buat sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam puisi

tersebut terdapat empat pokok pikiran yang saling berkaitan.

Keempat pokok pikiran itu adalah sebagai berikut.

1) Ke mana aku harus pergi di saat hidupku hampa tidak berarti?

2) Kepada siapa aku meminta perlindungan di saat diriku menderita dan tidak seorang pun

mau menerima diri saya?

3) Ke mana harus pergi mencari petunjuk dan semangat kehidupan saat semangat hidupku

padam tidak berarti?

4) Dalam situasi demikian, tidak ada jalan lain selain bersujud di hadapan Tuhan untuk

menyucikan diri.

i. Memahami sikap penyair terhadap puisi

Sekarang, bagaimana halnya dengan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran puisi

tersebut? Ada bermacam-macam sikap seseorang sewaktu menghadapi situasi demikian.

Mungkin mereka akan termenung sendirian, bertindak masa bodoh, menyalahkan orang

lain, dan berbagai kemungkinan sikap lainnya. Akan tetapi, lain halnya dengan sikap

penyair. Ia mengungkapkan bahwa dalam situasi demikiaan tidak ada jalan lain kecuali

mencuci diri. Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam menampilkan pokok-

pokok pikirannya, penyair memiliki satu sikap, yakni berserah diri kepada Tuhan.

j. Sikap penyair terhadap pembaca puisi

Sikap penyair terhadap pembaca akan menunjukkan adanya sikap yang bermacam-macam.

Dalam hal ini mungkin sikap masa bodoh, mengajak, menggurui, keramahtamahan,

kebencian, persahabatan, dan lain-lainnya. Adanya sikap-sikap tertentu dalam suatu puisi

umumnya ditandai oleh bentuk-bentuk pernyataan tertentu. Dalam hal ini, jangan tutup

mata Anda. Seandainya tanda-tanda tertentu yang dapat menyiratkan sikap penyair terhadap

pembaca tidak ada, dapat dipastikam bahwa penyair menyikapi pembaca dengan sikap masa

bodoh.

k. Rangkuman penafsiran puisi

Tugas Anda sekarang adalah merangkum keseluruhan hasil penafsiran tersebut, baik

penafsiran terhadap satuan-satuan pokok pikiran, sikap penyair terhadap pokok pikiran,

maupun sikap penyair terhadap pembaca sewaktu menampilkan pokok-pokok pikiran

tertentu ke dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan cara demikian, pada dasarnya Anda

sedang berupaya menemukan totalitas makna puisi yang Anda baca.

Cobalah kerjakan sendiri upaya pencarian totalitas makna tersebut dengan jalan merangkum

satuan-satuan paragraf yang telah Anda susun serta Anda telah memasukkan unsur feeling

dan tone ke dalamnya.

l. Menentukan tema puisi

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 159 -

Page 160: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Pembahasan tema pada dasarnya merupakan pembahasan yang cukup rumit karena dalam

hal ini penganalisis harus mampu berpikir secara mendasar. Hal itu dapat saja dimaklumi

karena tema berhubungan dengan lapis dunia yang metafisis (gaib). Untuk mencapainya,

pembaca harus membaca hasil rangkuman totalitas makna yang telah dibuat secara

berulang-ulang untuk membuat satu simpulan yang menjadi inti keseluruhan totalitas

maknanya.

Dari keseluruhan totalitas makna yang terdapat dalam puisi berjudul "Salju", misalnya,

dapat dikatakan bahwa tema dalam puisi tersebut adalah hanya dengan menyucikan diri manusia

dapat menikmati kehidupan yang berarti.

Tugas Individu

1. Bacakanlah puisi berikut dengan baik oleh salah seorang di antara Anda.

2. Selama puisi ini dibacakan, tutuplah buku Anda dan cermatilah isi puisi dengan saksama.

Jika perlu, bacakanlah beberapa kali secara bergiliran.

3. Kemukakanlah hasil penghayatan Anda terhadap puisi tersebut.

4. Diskusikanlah dengan teman-teman Anda.

Tuhan, Kita Begitu Dekat

Karya Abdul Hadi W.M.

Tuhan

Kita begitu dekat

Seperti api dengan panas

Aku panas dalam apimu

Tuhan

Kita begitu dekat

Seperti kain dengan kapas

Aku kapas dalam kainmu

Tuhan

Kita begitu dekat

Seperti angin dengan arahnya

Kita begitu dekat

Dalam gelap

Kini nyala

Pada lampu padammu

Sumber: Majalah Horison,

UJI KOMPETENSI

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Karya sastra berikut ini yang berbentuk drama adalah ….

a. Prabu dan Putri karya MH. Rustandi Kartakusuma

b. Balada Orang-Orang Tercinta karya WS. Rendra

c. Cahaya di Mata Emi karya Kirdjomulyo

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 160 -

Page 161: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

d. Puntung Berasap karya Usmar Ismail

e. Tambera karya Utuy Tatang Sontani

2. Berikut ini yang bukan merupakan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen adalah

....

a. tema d. Latar b. amanat

e. pengarang c. penokohan

3. Yang termasuk unsur ekstrinsik dalam cerpen adalah ….

a. agama pengarang d. Alur b. tema

e. penokohan c. amanat

4. Dalam menulis puisi perlu diperhatikan unsur-unsur di bawah ini, kecuali ….

a. rima b. Citraan c. diksi

d. Nama e. tema

5. Bacalah penggalan drama berikut.

Adun : "Betul Lin. Aku masih punya orang tua dan adik-adik. Namun, aku pun ikut

merasakan kesedihanmu dan satu hal itu aku tidak setuju, jangan menganggap

pamanmu sebagai orang yang tidak adil."

Tini : "Ah ... bohong. Aku memang menumpang di rumah paman. Aku tak punya orang

tua. Aku merasa selalu disakiti karena pamanku membedakan perlakuan kepadaku

dan kepada anaknya. Kalau ada masalah antara aku dan Mila, anak pamanku itu,

selalu dia yang dimenangkan paman ..."

Nita : "Tenanglah, Tin. Aku merasakan kesedihanmu. Aku tahu, kamu terlalu menuruti

perasaanmu. Belum tentu pamanmu seperti yang kamu duga karena kesedihanmu,

engkau membayangkan yang tidak-tidak."

Andri : "Benar, Tin, kamu harus bersabar."

Ungkapan kekecewaan diungkapkan oleh tokoh ….

a. Adun b. Tini c. Nita d. Andri e. Adun dan Tini

6. Bacalah petikan novel berikut.

Si Jamin terpelanting ke sisi jalan trem, kepalanya berlumuran darah. Beberapa

orang yang menaruh kasihan mengangkat Si Jamin akan dibawa ke rumah sakit miskin di

Glodok. Anak itu pingsan. Polisi cepat memeriksa asal mula kecelakaan itu. Nomor trem

dan nama-nama pegawai yang mengemudikan dicatat. Setelah itu trem meneruskan

perjalanannya. Orang banyak pun bubar.

Unsur utama yang terdapat dalam penggalan novel tersebut adalah ….

a. peristiwa b. gaya bahasa c. tema

d. amanat e. sudut pandang

7. Bacalah cupilkan cerpen "Setrum" berikut.

Cik Ledo sukar menerima itu. Walau kadang ada teror atau ada bujukan, ia tetap tak mau

menerima kenyataan rumah dan kampungnya ditenggelamkan.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 161 -

Page 162: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

"Apa pun yang terjadi, aku tak akan pindah. Demi Tuhan, titik! Aku tak rela!" kata Cik

Ledo pada orang-orang berseragam dinas yang menyarankannya secepatnya

meninggalkan kampung untuk pindah ke tempat yang disediakan sebagai kediaman

pengganti atau ke tempat yang bisa dipilih sendiri.

Unsur instrinsik yang menonjol dalam cerpen tersebut adalah ....

a. latar sosial b. Penokohan c. amanat

d. gaya bahasa e. alur

8. Bacalah kutipan cerpen berikut.

"Aku mau tahu, di manakah arloji itu berada sekarang. Itu benda bersejarah buatku, aku

ingin mendapatkannya," katamu.

"Sayang, anakku," jawab ayahmu.

"Kenapa?" tanyamu.

"Arloji itu telah aku gadaikan untuk membeli buku harianku yang baru, sebab buku

harianku yang lama sudah penuh semuanya."

Kesan yang terkandung dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....

a. buku harian lebih penting daripada arloji

b. siapa pun tidak bisa membelenggu pikiran dan pendapat seseorang tentang kebenaran

c. orangtua harus menuliskan pesan untuk anak-anaknya lewat buku harian

d. keadaan zaman dulu sangat prihatin sehingga harus menggadaikan arloji

e. kemewahan hanyalah bersifat duniawi

9. Cermati teks drama terjemahan berikut!

GADIS :(mengulurkan tangannya) Selamat tinggal dan terima kasih. Jasa mas

terhadap saya dan ibu tak dapat rasanya saya balas. Dan saya ingin sekali

dapat berbuat sesuatu untuk mas. Apa yang bisa saya lakukan?

SUDARSO :(memandangnya dan lambat laun mendapat pikiran) Ya, ya ada, hanya

barangkali...

GADIS : Bilanglah

SUDARSO : Saya tak bisa mengatakannya. Tidak apa-apa. Pergilah!

GADIS : Katakanlah. Saya sedia melakukannya,

karena......Katakanlah!

SUDARSO : (suara lemas dan putus asa) Selama beberapa bulan saya di penjara ini

kaulah gadis yang pertama-tama saya lihat. Dan saya tak pernah rasa

sangat sepi terutama tadi malam dan jika kau sungguh hendak berbuat

sesuatu karena Mas Tono dan kau segera akan pergi dan saya tak punya

ibu atau adik atau orang lain yang akan mengucapkan selamat tinggal pada

saya – karena itu, kalau bisa-nyatakanlah sungguh-sungguh selamat tinggal

pada saya- (dia sejenak memandangnya dan mengerti tersipu, dan

mendekat. Sudarso memeluknya dan mencium keningnya dua kali parau).

Selamat jalan, adikku.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 162 -

Page 163: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

GADIS :Selamat malam (dia mencoba tersenyum). Selamat tinggal.....................

John Galsworthy-Robert Midlemans – (Hanya Satu Kali)

Potongan drama di atas melukiskan...

A. kesepian B. kasih sayang C. kerinduan

D. ketegaran E. ketabahan

10. Setting panggung drama Hanya Satu Kali pada dialog seperti soal 9 sangat tepat apabila

digambarkan di...

A. dalam ruang penjara B. ruang interogasi

C. ruang tunggu penjara D. ruang depan kamar penjara E. lorong penjara

11. Baca teks drama berikut!

KEPALA : (berputar diam di kursi) Duduk, Sudarso (dia menunjuk kursi di sebelah

kanan meja).

SUDARSO : Terima kasih (dia langsung menuju meja dan duduk tanpa basa-basi)

KEPALA : (Bersandar dan mengamatinya. Ulama berdiri agak ke belakang).

Sudarso, kau sudah hampir empat bulan di bawah jagaanku dan kau sejak

hari pertama sampai sekarang berlaku baik.

SUDARSO : (acuh tak acuh tapi sopan). Buat apa saya mesti mengganggu tuan.

KEPALA : Kau, tidak menimbulkan kesulitan apa-apa dan karena itu saya mencoba

menunjukkan penghargaan saya padamu sepanjang yang dibolehkan

undang-undang.

Pernyataan berikut sejalan dengan cuplikan naskah drama di atas, yaitu..

A. Sudarso berwatak lembut

B. Kepala mempunyai watak tegas

C. Watak kepala ditunjukkan oleh ajakan untuk duduk

D. Watak Sudarso terlihat saat menerima ajakan duduk

E. Watak Sudarso terlihat karena sebagai tahanan

12. Baca dan cermati teks drama berikut!

ULAMA : Tidak sama sekali. Dan dia pun tak hendak menceritakannya. Dia ingin

mati sebagai manusia yang akan tinggal rahasia bagi kita. Kadang-kadang saya pikir,

bahwa dia juga merupakan rahasia bagi dirinya sendiri.

KEPALA : Oh, dia Cuma hendak membela orang lain. Namanya pasti bukan

Sudarso, itu kami tahu dan kami juga tahu apa yang diceritakannya omong kosong sama

sekali. Tetapi mengapa? Saya kira saya tahu dia hendak menutupi perbuatannya terhadap

keluarga dan kenalannya. Banyak orang yang berbuat seperti dia, tapi belum pernah

sampai begini. Apa yang kita tahu? Hanya, bahwa kita menghukum seorang manusia dan

kita tidak mengetahui siapa dia sebenarnya, atau dari mana asalnya atau hal-hal lain

tentang dia sesudah enam bulan.

Dialog drama di atas sedang memperbincangkan...

A. latar belakang salah seorang tahanan

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 163 -

Page 164: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

B. kejiwaan salah seorang tahanan

C. kebohongan alasan pembelaan salah seorang tahanan

D. kepala bagian tahanan tidak percaya pada setiap alasan yang disampaikan tahanan

E. rahasia seseorang yang tetap sebagai rahasia bagi orang lain dan dirinya

13. Cermatilah dengan seksama drama satu babak yang berjudul “Janji Janji-Ibu Menteri”!

Pembantu menteri sedang merenungi kesalahannya di kursi yang biasa digunakan untuk

rapat di ruang itu. Tidak lama kemudian terdengar suara riuh dari kejauhan. Suara itu

membuatnya bertambah lebih panik. Ia pun lalu bersembunyi.

Pembantu Menteri : (Mendengarkan suara riuh itu dengan sungguh-sungguh). Waduh,

cilaka! Aku harus segera bersembunyi. Tapi mau bersembunyi di

mana? (Pembantu menteri lalu bersembunyi di balik meja kursi,

sementara suara Josugih semakin jelas terdengar, (Josugih,

Parmingkem, dan Sugiyo naik ke panggung)

Josugih : Kita adili saja pembantu menteri itu. Sudah jabatan rangkap tiga,

tapi pelitnya malah semakin menjadi. Bisanya cuma janji, janji, dan

janji.

Parmingkem : Dan semoga saja, beliau tidak langsung terserang penyakit.

Masalahnya para pejabat zaman sekarang, tiba-tiba mengidap

penyakit kalau akan diadili. (Berkacak pinggang)

Sugiyo : Walaaah, yang bener? (Penasaran)

Parmingkem : (Sedikit jengkel) Sumprit, Sug. Setiap orang yang jajan di

tempatku pasti mengeluhkan hal itu. (Sugiyo manggut-manggut)

Josugih : (Hidungnya bergerak-gerak seperti mencium bau sesuatu)

Sebentar, sebentar, apakah kalian mencium bau balsam yang biasa

dipakai pembantu menteri itu?

Semua : (Mencoba mencari arah/sumber bau balsem) E, …Lha dala!

Sembunyi di sini to?

Pembantu menteri : (Dengan raut muka kusut dan malu, ia berdiri). Pada dasarnya aku

sedang mencari cincin saya yang jatuh, kok. (gugup) Apa kalian

sedang mencari saya?…………

(Dwi Emawati, Terampil Berbahasa Indonesia 3)

Pesan tersirat yang dapat kita temukan adalah...

A. Bagaimanapun kesalahan tetap akan dapat terungkapkan.

B. Orang sebaiknya berbuat jujur agar tidak terjadi masalah

C. Jadi pejabat harus hati-hati agar tidak tersangkut tindak korupsi

D. Setiap masalah dapat mengakibatkan kehancuran karier

E. Orang hendaknya tidak tamak dengan jabatan

14. Baca dan cermati teks drama berikut!

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 164 -

Page 165: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

DR. Taha : (berdiri) Bekerja dalam vaknya saja. Habis perkara. Lain tidak. Tidak kurang

tidak lebih.

DR. Hak : Dan siapa akan mengerjakan yang lain-lain itu, pergerakan ini dan itu. Ingat,

intelek Indonesia hanya sedikit.

DR. Taha : Itu bukan perkara saya. Itu perkara orang lain. Dokter di Eropa toh juga

tidak turut dalam segala tetek bengek dan lihatlah kemajuan mereka. Ilmu

kedokteran mereka membumbung setinggi langit.

DR. Hak : (tersenyum) Seperti juga cita-cita kamu. Kamil?

DR. Taha : (menantang) Tentu, tentu, apa salahnya? Dan aku akan menandingi mereka

semuanya, biar dalam pengetahuan, biar dalam praktik sehari-hari(Usmar Ismail – Intelek Istimewa)

Potongan drama di atas mengungkap...

A. ambisi jabatan B. keserakahan idealisme

C. ketidakpedulian dalam berbangsa D. idealisme dalam keilmuan

E. keilmuan dicari dengan kesungguhan

15. Baca dan cermati teks drama berikut!

ISTRI RAKRIAN KANURUHAN : Seorang prajurit membawa berita, bahwa Seri

Ratu telah mangkat dan Seri Paramesywari membunuh diri karena

duka cita.

KERTAJAYA (memegang kepala Amisani) : Amisani! Amisani! Sesudah termenung

beberapa lamanya dengan marah. Panewu, cari prajurit yang

berdusta itu! (Panewu keluar dan datang kembali)

BRAHMARAJA : Apa sebabnya prajurit itu menyampaikan kabar yang tidak benar?

PANEWU : Seri Ratu sebenarnya rebah, tetapi luka baginda tidak parah. Saya

menolong Sang Prabu.

KERTAJAYA : Ah, mengapa tadi aku tidak engkau biarkan saja? (dengan sedih).

Amisani!

BRAHMARAJA : Jikalau Amisani masih hidup, ia akan menderita sangat sebelum

meninggal, karena penyakitnya tidak dapat sembuh lagi. Beginilah lebih

baik.

KERTAJAYA (berdiri) : Amisani, Wulungan dan takhta hilang lenyap! O, Dewata.

Ia bermenung seketika. Panewu suruh pergi sekalian orang dari tempat ini

dan keraton suruh bakar, karena kami ingin jenazah Paramesywari dan

kami terbakar di sini juga. Dan lagi kami tidak suka Ken Arok merampas

keraton Panjalu. ( Sanusi Pane – Kertajaya )

Pementasan bagian cerita di atas lebih tepat apabila menggunakan setting...

A. dekat singgasana raja B. kamar ratu

C. ruang depan keraton D. pintu gerbang keraton E. taman keraton

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 165 -

Page 166: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

16. Baca dan cermati drama berikut!

ISTRI RAKRIAN KANURUHAN : Seorang prajurit membawa berita, bahwa Seri Ratu

telah mangkat dan Seri Paramesywari membunuh diri karena duka cita.

KERTAJAYA : (memegang kepala Amisani) Amisani! Amisani!

Sesudah termenung beberapa lamanya dengan marah. Panewu, cari prajurit yang berjusta

itu! Panewu keluar dan datang kembali

BRAHMARAJA : Apa sebabnya prajurit itu menyampaikan kabar yang tidak benar?

PANEWU : Seri Ratu sebenarnya rebah, tetapi luka baginda tidak parah. Saya

menolong Sang Prabu.

KERTAJAYA : Ah, mengapa tadi aku tidak engkau biarkan saja? (dengan sedih).

Amisani!

BRAHMARAJA : Jikalau Amisani masih hidup, ia akan menderita sangat sebelum

meninggal, karena penyakitnya tidak dapat sembuh lagi. Beginilah lebih baik.

KERTAJAYA (berdiri) Amisani, Wulungan dan takhta hilang lenyap! O, Dewata. Ia

bermenung seketika.Panewu suruh pergi sekalian orang dari tempat ini dan keraton suruh

bakar, karena kami ingin jenazah Paramesywari dan kami terbakar di sini juga. Dan lagi

kami tidak suka Ken Angrok merampas keraton Panjalu. ( Sanusi Pane – Kertajaya )

Unsur drama berikut ini tidak tergambar dalam dialog di atas yaitu tentang...

A. Penokohan B. Majas C. amanat

D. tata kostum E. latar

17. Baca dan cermati teks drama berikut!

Karnasih : Risiko, ayah, risiko. Manusia menganakkan manusia dan iblis....

menganakkan iblis!

Hendrapati: (tiba-tiba mukanya berubah) Karnasih!

Karnasih : Ya, ayah sangka, ayah bisa berkuasa atas semua orang, bukan? Ayah sangka

ayah memutar semua kunci dan berkata, ”Sezam buka pintu” dan pintu akan terbuka,

bukan?

Hendrapati: Kau......kau gila, Karnasih!

Karnasih: : Aku tidak gila sekarang, aku adalah anak ayah sejati sekarang! Pernahkah

ayah mendengar pepatah kita ”Guru kencing berdiri, murid kencing berlari? Tukarlah

sekarang guru dengan ayah, dan murid dengan anak!

Hendrapati: Memang kau sudah kemasukan setan Irwan.

Karnasih : (keras) Jangan disebut nama Irwan di sini! Ayah hendak berkuasa di mana-

mana, ayah hendak mencengkamkan kuku, semua orang bergaul dengan

ayah taklukkan. Tetapi awaslah pada suatu waktu tidak mengherankan jika

datang pembalasan!

Dialog drama di atas secara tersirat lebih menekankan gambaran...

A. Perwatakan B. Latar C. majas

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 166 -

Page 167: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

D. tema E. sudut pandang

18. KEPALA : (Dia tidak menyangka akan dikunjungki orang seperti gadis itu)

Boleh pergi, Parto!

PEMBANTU : Saya, tuan {Dia pergi ke luar)

KEPALA : (dengan suara sangat berlainan)Silakan duduk!

GADIS : Terima kasih.( Dia duduk di atas kursi samping meja).

KEPALA : (Terpikat karena mudanya dan sikapnya yang

menarik)Nona................................

GADIS : Ya, tuan hampir satu jam.

KEPALA : Dan nona hendak ketemu dengan Sudarso?

Kalimat yang dapat dijadikan pengisi bagian dialog yang rumpang adalah...

A. Dengan apa ke sini? B. Sudah bicara dengan Bp. Bupati?

C. Bagaimana kabarnya? D. Hendak bertemu dengan Sudarso? E. Sekarang?

19.POLEM (MENGHADANG BRAHIM) : Jangan! Kau tak boleh turun. Kau tak boleh

pergi, bila kepergianmu hanya untuk mengasah dendam.

BRAHIM : Tidak! Aku harus turun. Berapa waktu lalu, jeda kemanusiaan

antara pasukan upah dan gerilyawan telah bersepakat., tak akan melakukan kekacauan

dengan tinta yang masih belum kering.

POLEM : Itu suatu kemajuan. Seluruh kita seharusnya mendukung.

BRAHIM : Kemajuan(GERAM). Kemajuan apa? Baru saja nota

kesepahaman ditandatangani, kekerasan kembali terjadi. Penyisiran dilakukan, pasukan

upah membunuh anak-anak dengan alasan mereka terjangkit semangat Perang Sabilillah.

POLEM : Aku punya keyakinan. nota kesepahaman ini akan berhasil. Kita akan

kembali hidup damai seperti sedia kala.

Berikut ini tidak terkait dengan nilai-nilai seperti yang ditunjukkan dalam dialog drama di

atas, yaitu...

A. kasih sayang B. harapan ada kedamaian

C. kecurigaan pudarnya nota kesepahaman D. hak asasi manusia E. sosial

20. Bacalah penggalan naskah drama berikut!

Dahlan : (Mengetuk pintu tiga kali. Kasim masih menggerutu sendiri)

Kasim : Rokok, ... lagi. E, rokok, ... silakan, Pak, silakan. Selamat pagi-pagi, Pak

Dahlan! (Pak Dahlan masuk dan duduk di kursi). Agaknya baru saja

jalan-jalan?

Dahlan : Bekerja itu harus tutup mulut, jangan marah-marah. Tidak baik terbiasa

berbicara sendiri!

Kasim : Betul, Pak, terima kasih. (Sikap sopan, hormat) Bapak mau minum kopi atau teh

manis, atau kopi susu, atau ... teh telur?

Isi dialog dalam penggalan naskah drama tersebut adalah ...

a. Kehadiran Pak Dahlan pada pagi hari setelah jalan-jalan.

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 167 -

Page 168: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

b. Kasim bekerja sambil menggerutu karena banyaknya puntung rokok.

c. Nasihat Pak Dahlan kepada Kasim agar tidak marah-marah kalau bekerja.

d. Kasim menerima nasihat baik dari Pak Dahlan.

e. Kasim menawarkan minum kepada Pak Dahlan.

21. Satilawati : Engkau Pengarang?

Ishak : (terkejut) Mengapa? ... (mengeluh)Ah engkau juga.

Satilawati : ... sedikit diserang kritik orang, engkau hendak melarikan diri. Untuk menjaga

nama supaya jangan merosot. Aku sudah maklum.

Ishak : (sambil menunjuk ke kanan). Pergi dariku. Kau pun boleh memusuhiku. Untuk

cita-cita, aku bersedia mengorbankan segalanya.

Unsur intrinsik yang paling menonjol dalam penggalan drama di atas ialah ....

a. perwatakan b. latar

c. tema d. alur e. sudut pandang

22. Ayu : “Malas aku menjumpainya!”

Kata tersebut diucapkan dengan maksud :

a. Keinginan untuk menjumpai b. Rasa tidak suka

c. Keinginan yang tidak mau dilakukan d. Rasa enggan karena malas

e. Tidak mau beranjak

23. Sayem : Kami memang tidak menginginkan bintang. Kami tidak gila dengan

Kami inginkan hidup damai penuh kesejahteraan.

perlu kami jaga. Aku dibesarkan

sekali jalan pikiran kami. Kegotong royongan kami akan hilang, hidup

berdampingan kami akan luntur bila ada orang-orang semacam

kaki di desa ini.

Hadi : Kau akan mati bersama dengan pendirianmu.

Sayem : Atau sebaliknya engkau akan digilas oleh perbuatanmu?

Dalam penggalan drama di atas, tokoh Sayem mempunyai watak ....

a. teguh pada pendirian b. keras kepala

c. kolot atau kuno d. berpikir dinamis e. berpikir modern

24. Hendra :“Terima kasih, Dik.

Erwin  : Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajakmu ke kota, tetapi mengingat ibumu

masih sakit ya kutunda sampai hari ini.

Hendra : itulah Dik maka aku belum mau melangkah ke luar kota. Sekarang ibuku sudah

sehat dan sudah mulai bekerja lagi. Kapan kita berangkat?

Erwin  : Seminggu lagi? Bagaimana?

Hendra : Baiklah aku nanti minta izin pada ibuku dulu.

Isi penggalan drama di atas adalah ....

a. Ibu Hendra sedang sakit dan Hendra harus menunggu

b. Erwin ingin mengajak Hendra ke kota

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 168 -

Page 169: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

c. Hendra merasa kecewa karena ibunya sakit

d. Erwin menengok Hendra yang sedang sakit

e. Erwin perduli sakit ibu Hendra

25.

DAFTA PUSTAKA

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 169 -

Page 170: Modul Kelas XI Bahasa Sastra

Parera, J.D.dan S.Amran Tasai. 2005. Terampil Berbahasa indonesia 3 untuk Sekolah

Menengah Atas Kelas XII Program Studi Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka

Republika online

Sayuti,Suminto.A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi.. Yogyakarta. Gama Media.

Surana,S.Pd. 2001. Pengatantar sastra Indonesia.. Solo: Tiga Serangkai.

http:// www.kolomkita.com

http:// www.pergh.com

http://senicantik.blogspot.com

http://seniasiati.blogdetik.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Pantun

http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi

http://id.wikipedia.org/wiki/Novel

http://id.wikipedia.org/wiki/Sinopsis Novel

http://www. Google.co.id

Modul Sastra Kelas XI Bahasa SMA Yappenda By Seni Asiati - 170 -