Modul Pajak

70
A. Pengertian Pajak 1. Prof.Dr.RochmatSoemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 2. Pasal 1 huruf 1 UU No 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. B. Fungsi Pajak 1. Fungsi budgetair Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk memasukan dana yang sebesar-besarnya kedalalam kas negara. Pajak sebagai sumber dana dari pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara 2. Fungsi mengatur Pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarkat kearah yang dikehendaki pemerintah. C. Hukum Pajak Hukum Pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dengan orang- orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak. Macam-Macam hukum pajak 1

description

bagi-bagi ilmu ya, tolong di share ke temen-temen yang membutuhkan

Transcript of Modul Pajak

Page 1: Modul Pajak

A. Pengertian Pajak

1. Prof.Dr.RochmatSoemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat

ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2. Pasal 1 huruf 1 UU No 28 Tahun 2007

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

B. Fungsi Pajak

1. Fungsi budgetair

Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk memasukan

dana yang sebesar-besarnya kedalalam kas negara. Pajak sebagai sumber dana dari

pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara

2. Fungsi mengatur

Pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarkat kearah yang dikehendaki

pemerintah.

C. Hukum Pajak

Hukum Pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah

untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan

melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-

hubungan hukum antara negara dengan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang

berkewajiban membayar pajak.

Macam-Macam hukum pajak

1. Hukum Pajak Materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan ,

perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak

(subyek pajak), tarif pajak.

2. Hukum Pajak Formil , memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum pajak

materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil) seperti, hak dan

kewajiban wajib pajak.

Prinsip pembuatan aturan dibidang pajak

1. Equality and equity, Undang-undang pajak senantiasa memberi perlakuan yang sama

terhadap orang-orang yang berada dalam kondisi yang sama, tidak boleh berlaku

diskriminatif.

1

Page 2: Modul Pajak

2. Certainty, undang-undang pajak dapat memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak,

mengenai kapan ia harus membayar pajak, hak dan kewajiban wajib pajak.

3. Convenience of payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat, yaitu pada saat wajib

pajak mempunyai uang, mengenai kapan wajib pajak mempunyai uang untuk membayar

pajak, masing-masing wajib pajak tidak sama.

D. Teori Pemungutan Pajak

1. Teori Asuransi

Pajak diibaratkan sebagai suatu premi asuransi yang harus dibayar oleh setiap orang dan

negara diibaratkan sebagai penanggungnya karena negara telah memberikan perlindungan

terhadap warga negaranya

2. Teori Bakti

Pemungutan pajak didasarkan pada hubungan negara dengan rakyat. Salah satu kewajiban

rakyat adalah berbakti pada negara yaitu dengan membayar pajak.

3. Teori Kepentingan.

Setiap orang dalan suatu negara kepentingannya berbeda-beda Teori ini mendasarkan

kepentingan setiap orang yang berbeda-beda. Semakin besar kepentingan rakyat kepada

negara maka semakin tinggi pajak yang harus dibayar.

4. Teori Daya Beli

Pemungutan pajak berarti menarik daya beli dari masyarakat yaitu memungut pajak dari

rakyat dan kemudian menyalurkannya kembali ke rakyat dalam bentuk pemeliharaan

kesejahteraan masyarakat.

5. Teori Daya Pikul

Setiap orang yang membayar pajak mempunyai daya pikul masing-masing yang tidak sama.

Pemungutan pajak didasarkan pada seluruh penghasilan setelah dikurangi dengan

pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan kebutuhan primer. Jadi daya pikul setiap wajib

pajak tidak sama.

E. Pengelompokan Pajak

1. Menurut Golongannya

a. Pajak langsung

Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung

Pajak yang dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.

2. Menurut Sifatnya

2

Page 3: Modul Pajak

a. Pajak subyektif

pajak yang didasarkan pada subyeknya dengan memperhatikan keadaan wajib pajak.

b. Pajak obyektif

pajak yang didasarkan pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan obyek pajak.

3. Menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak pusat

pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai

pengeluaran negara.

b. Pajak Daerah

pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai

pengeluaran daerah.

F. Syarat Pemungutan Pajak

1. Pemungutan pajak harus adil

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang

3. Tidak mengganggu perekonomian

4. Pemungutan pajak harus efisien

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

G. Stensel Pajak

1. Stensel nyata.

pemungutan pajak didasarkan pada obyek yang nyata sehingga pemungutannya baru dapat

dilakukan pada akhir tahun pajak.

2. Stensel anggapan (fictive stensel)

Pemungutan pajak didasarkan pada anggapan tertentu. Misalnya, penghasilan satu tahun

dianggap satu tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan

pajak terutang untuk tahun pajak berjalan

3. Stensel campuran

Pemungutan pajak dengan menggabungkan antara stensel nyata dengan stensel anggapan.

Pada awal tahun pajak besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada

ahir tahun pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.

H. Sistem Pemungutan Pajak

3

Page 4: Modul Pajak

1. Official assessment system,

suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak

2. Self assessment system

suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

3. With holding system

sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang.

I. Asas Pemungutan Pajak

1. Asas Domisili

negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat

tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri

2. Asas Sumber

negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa

memperhatikan tempat tinggal wajib pajak

3. Asas Kebangsaan

pengenaan pajak terhadap seseorang dengan mendasarkan pada status kebangsaannya. Yang

dikenakan pajak adalah semua orang yang mempunyai kewarganegaraan negara tersebut

tanpa memandang tempat tinggalnya.

J. Tarif Pajak

1. Tarif proposional

tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapa pun jumlah yang dikenai pajak yang

terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak

2. Tarif tetap

tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapa pun jumlah yang dikenai pajak sehingga

besarnya pajak yang terutang tetap

3. Tarif progresif

presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar

4. Tarif degresif

presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dkenai pajak semakin besar

HAK MENDAHULU DARI NEGARA

A. Pengertian hak mendahulu

4

Page 5: Modul Pajak

Dalam Pasal 1131 KUH Perdata ditentukan bahwa :

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang

sudah ada maupun yang baru ada dikemudian hari, menjadi tanggungan segala

perikatannya perseorangan.

Ketentuan itu mengandung asas kepercayaan bahwa setiap orang yang memberikan utang

kepada pihak lain percaya bahwa debitur akan melunasi utang itu pada waktu yang telah ditentukan,

sementara dipihak lain, debitur wajib memenuhi janjinya itu sesuai yang disepakati.

Dengan demikian harta debitur menjadi jaminan untuk utang-utang debitur itu sendiri,

oleh karena itu, apabila dikemudian hari debitur tidak memenuhi kewajibannya, berhenti

membayar, atau tidak mampu membayar utang-utangnya, maka harta debitur, melalui proses

dimuka pengadilan, dapat disita oleh kreditur untuk dijual dimuka umum (dilelang) yang kemudian

hasil lelang digunakan untuk melunasi utang-utang debitur.

Dalam Pasal 1132 KUH Perdata ditentukan bahwa :

Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama bagi semua orang yang mengutangkan

padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu

menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali diantara para berpiutang itu ada

alasan-alasan yang sah utuk digunakan.

Dengan demikian digunakan, digunakan asas keseimbangan (paritas creditorium) diantara

para kreditur itu.

Permasalahan timbul apabila ternyata debitur mempunyai utang dari beberapa pihak, dari

debitur yang sama terdapat sejumlah kreditur dimana dari hasil pelelangan harta debitur tadi tidak

mencukupi apabila untuk menutup seluruh utangnya. siapa yang harus didahulukan terlebih

dahulu ?

Asas keseimbangan dalam Pasal 1132 KUH Perdata tersebut dapat disimpangi,

penyimpangan ini didasarkan pada anak kalimat dalam Pasal 1132 KUH Perdata yang berbunyi :

“… kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.

Hak kreditur untuk mendapatkan pelunasan lebih dahulu daripada kreditur yang lain inilah

yang dimaksudkan sebagai hak preferensi. Dalam hal ini, apabila ada privilege, gadai dan hipotek.

Previlege merupakan penyimpangan asas tersebut yang disebabkan karena undang-undang,

sedangkan gadai dan hipitek karena adanya perjanjian.

Menurut Pasal 1143 ayat (2) KUH Perdata, gadai dan hipotek adalah lebih tinggi dari

privilege, kecuali undang-undang menentukan sebaliknya. Previlege lebih tinggi dari gadai dan

5

Page 6: Modul Pajak

hipotek hanya merupakan pengecualian, hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pada asasnya

kehendak dari para pihak adalah lebih diutamakan daripada ketentuan undang-undang.

B. Hak mendahulu di bidang pajak

Disamping kreditur-kreditur yang memiliki hak preferensi karena privilege, gadai dan

hipotek, ada kemungkinan juga debitur mempunyai utang-utang yang lain. satu diantaranya adalah

utang pajak. Dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang tentang Perubahan

Ketiga Atas Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, menentukan sebagai berikut :

(1) Negara mempunyai hak mendahului untuk utang pajak atas barang-barang milik

penanggung pajak

(2) Ketentuan tentang hak mendahului sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi

pokok pajak, sanksi admistrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan

pajak.

(3) Hak mendahului untuk pajak melebihi segala hak mendahului lainnya, kecuali

terhadap :

a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang

suatu barang bergerak dan/atau suatu barang tidak bergerak.

b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau

c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dari penyelesaian suatu

warisan.

(3a) Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator,

likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan

dilarang untuk membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran atau

likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta

tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.

(4) Hak mendahului hilang setelah melampaui 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan

Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,

Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah

pajak yang harus dibayar bertambah.

(5) Penghitungan jangka waktu hak mendahului ditetapkan sebagai berikut :

a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka

waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak

pemberitahuan Surat Paksa; atau

6

Page 7: Modul Pajak

b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran

pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir

penundaan diberikan.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Dasar Hukum : Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-

Undang No 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Ketentuan Umum Pasal 1

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi membayar pajak, pemotong pajak,

dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi

lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk

usaha tetap.

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Hak-hak Wajib Pajak

1. Mengajukan surat keberatan dan surat banding

2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT

3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan

4. Mengajukan permohonan penundaan pemasukan SPT

5. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak

6. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak

7. Meminta kelebihan pembayaran pajak

8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat

ketetapan pajak yang salah

7

Page 8: Modul Pajak

9. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya

10. meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak

11. mengajukan keberatan dan banding.

Kewajiban Wajib Pajak

1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP

2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

3. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar

4. Mengisi dengan benar SPT dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu

yang telah ditentukan

5. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

1. Pengertian

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana

dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (Pasal 1 angka 6)

2. Fungsi NPWP

a. sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak

b. untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi

perpajakan.

3. Pendaftaran NPWP

a. setiap Wajib Pajak yang telah menuhi persyaratan subyektif dan obyektif sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat

Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tingal atau tempat kedudukan Wajib

Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (Pasal 2 ayat (1))

b. setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak

Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya , wajib melaporkan usahanya pada kantor

Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tingal atau tempat

kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dlakukan untuk dikukuhkan menjadi

Pengusaha kena Pajak(Pasal 2 ayat (2))

4. Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila :

a. dilakukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajb Pajak dan/atau

ahli warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subyektif dan/atau

objektif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perajakan.

b. Wajib Pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha

8

Page 9: Modul Pajak

c. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia

d. dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

dan Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

5. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

1. Pengertian

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang

Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang

Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya kepada

Kantor Derektorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat

kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi

Pengusaha Lena Pajak.

2. Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak :

a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan

b. Sebagai sarana pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang mewah.

3. Pencabutan Pengukuhan PKP

a. PKP pindah alamat

b. Wajib pajak badan telah dibubarkan secara resmi

c. Tidak memenuhi syarat sebagai PKP

6. Dalam hal menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan, wajib pajak diwakili dalam hal :

a. Badan oleh pengurus

b. Badan yang dinyatakan pailit oleh likuidator

c. Badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melaksanakan

pemberesan

d. Badan dalam likuidasi oleh likuidator

e. Suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya

atau pengurus harta peninggalannya.

f. Anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali atau

pengampunya.

7. Ketentuan Pidana

9

Page 10: Modul Pajak

Pasal 39

(1) Setiap orang yang dengan sengaja :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya

untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP

c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan

d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak lengkap

e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan

f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau

dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya,

g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak

memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain

h. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau

pencatatan dan dokumen lain.

i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga menimbulkan

kerugian pada pendapatan negara.

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)

tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang

dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang

dibayar.

(2) Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditambahkan satu (satu) kali menjadi dua

(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang

perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara

yang dijatuhkan.

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Dasar hukum

UNDANG UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH PAJAK DAERAH

Pengertian

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

10

Page 11: Modul Pajak

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Jenis Pajak Propinsi

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak Kabupaten/Kota

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

I) Pajak Daerah Propinsi

A. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air

1) Pajak Kendaraan Bermotor

1. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang

digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor

atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi

tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat

alat berat dan alatalat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan

motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di

air.

2. Obyek pajak kendaraan bermotor kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

3. Subyek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau

menguasai kendaraan bermotor

4. dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dari 2 unsur pokok

yaitu

a. nilai jual kendaraan bermotor

b. bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran

lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

5. Tarif kendaraan bermotor ditetapkan sebesar :

11

Page 12: Modul Pajak

a. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu

persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);

b. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat

ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi

sebesar 10% (sepuluh persen).

c. Tarif Pajak Kendaraa n Bermotor angkutan umum, ambulans,

pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,

Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendar aan lain yang ditetapkan

dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma

lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).

d. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alatalat berat dan alat alat besar ditetapkan

paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar

0,2% (nol koma dua persen).

2). Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

1. Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan kendaraan

bermotor

2. Termasuk penyerahan kendaraan bermotor adalah pemasukan kendaraan bermotor dari

luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali :

a. Untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan

b. Untuk diperdagangkan

c. Untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia

d. Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olahraga bertaraf

internasional.

3. dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan bermotor adalh nilai jual kendaraan

bermotor

4. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

a). penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen);

b). penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

c). Khusus untuk Kendaraa n Bermotor alatalat berat dan alatalat besar yang

tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi

masingmasing sebagai berikut:

a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh

puluh lima persen)

12

Page 13: Modul Pajak

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh

lima persen).

4) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Bahan bakar kendaraan bermotor adalah bahan bakar yang digunakan untuk menggerakkan

kendaraan bermotor dan atau kendaraan di atas air

1. objek pajak kendaraan bermotor adalah bahan bakar kendaraan

bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk

bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan diatas air. Yaitu berupa bensin, solar dan

bahan bakar gas.

2. dasar pengenaan pajak b ahan bakar kendaraan bermotor adalah nilai

jual bahan bakar kendaraan bermotor.

3. tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan sebesar 10%

4) Pajak Air Permukaan

Air bawah tanah adalah air yang berada di perut bumi, termasuk mata air yang muncul

secara alamiah diatas tanah

Air permukaan adalah air yang berada diats permukaan bumi, tidak termasuk air laut

1. Objek Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan adalah :

a. Pengambilan air bawah tanah dan/atau air permukaan

b. Pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan

c. Pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan /atau air permukaan.

2. dikecualikan dari objek pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air

permukaan adalah Pengambilan, atau pemanfaatan, atau pengambilan dan pemanfaatan

dan atau air permukaan untuk :

a. Kepentingan pengairan pertanian rakyat

b. Keperluan dasar rumah tangga

3. Dasar pengenaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air

permukaan adalah nilai perolehan air. Nilai perolehan air dinyatakan dalam rupiah yang

dihitung menurut sebagaian atau seluruh faktor-faktor :

a. Jenis sumber air

b. Lokasi sumber air

c. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air

d. Volume air yang diambil atau dimanfaatkan, atau diambil dan dimanfaatkan

e. Kualitas air

f. Luas area tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air

g. Musim pengambilan atau pemanfaatan, atau pengambilan dan pemanfaatan air

13

Page 14: Modul Pajak

h. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan atau pemanfaatan

atau pengambilan dan pemanfaatan air.

4. Tarif Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaa sebesar

10%

5) Pajak Rokok

Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.

1. Subjek Pajak Rokok adalah konsumen rokok

2. Wajib Pajak Rokok adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir

rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena

Cukai.

3. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok.

II) PAJAK DAERAH KABUPATEN

A. PAJAK HOTEL

1. HOTEL adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat

menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut

bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang

sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

2. Objek Pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran

termasuk :

a. fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek

b. pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal

jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan.

c. fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan

untuk umum

d. jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

3. tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud diatas adalah :

a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah;

b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;

c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan,

dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan

e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel

yang dapat dimanf tkan oleh umum.

14

Page 15: Modul Pajak

4. wajib pajak hotel adalah pengusaha hotel

5. dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel.

6. a. tarif pajak hotel paling tinggi sebesar 10%

b. tarif pajak hotel ditetapkan dengan peraturan daerah

B. PAJAK RESTORAN

1. RESTORAN adalah tempat menyantap makanan dam/atau minuman yang disediakan

dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau katering

2. Objek Pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.

3. tidak termasuk objek pajak restoran adalah :

a. pelayanan usaha jasa boga atau katering

b. pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannya tidak

melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

4. wajib pajak restoran adalah pengusaha restoran

5. dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran

6. a. tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

c. tarif pajak restoran ditetapkan dengan peraturan daerah.

C. PAJAK HIBURAN

a. HIBURAN adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau

keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang

dengan dipungut bayaran

b. Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. tontonan film;

b. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana

c. kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;

d. pameran;

e. diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;

f. sirkus, akrobat, dan sulap;

g. permainan bilyar, golf, dan boling;

h. pacuan kuda, kendaraa n bermotor, dan permainan

i. ketangkasan;

j. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat

kebugaran (fitness center); dan

k. pertandingan olahraga.

15

Page 16: Modul Pajak

c. Objek Pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran

d. tidak termasuk Objek Pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut

bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat,

kegiatan keagamaan.

e. wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

f. dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar

untuk menonton dan/atau menikmati hiburan.

g. tarif pajak hiburan yang paling tinggi sebesar 35%

h. Khusus untuk Hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik,

karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa,

tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen).

i. Khusus Hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

j. tarif pajak hiburan ditetapkan dengan peraturan daerah

D. PAJAK REKLAME

1. REKLAME adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak

ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau

memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada

suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau

didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

2. objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame

3. tidak termasuk sebagai objek pajak reklame adalah

a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta

mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya.

b. penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah

4. wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.

5. dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame

6. nilai sewa reklame diperhitungkan dengan memperhatikan lokasi penempatan, jenis, jangka

waktu penyelenggaraan, dan ukuran media reklame.

7. cara perhitungan dan hasil perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan peraturan

daerah

8. tarif pajak reklame paling tinggi sebesar 25%

E. PAJAK PENERANGAN JALAN

16

Page 17: Modul Pajak

1. PENERANGAN JALAN adalah penggunaan penggunaan tenaga listrik untuk menerangi

jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

2. Objek Pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, di wilayah daerah yang

tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

3. pengecualian objek pajak penerangan jalan :

a. penggunaan tenaga listrik oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah

b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan,

konsulat, perwakilan asing dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik.

c. penggunaan tenaga listrik yang berasal bukan dari PLN dengan kapasitas tertentu

yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait

d. penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

4. wajib pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan

listrik dan/atau pengguna tenaga listrik.

5. dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN maka pungutan Pajak Penerangan Jalan

dilakukan oleh PLN.

6. dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga listrik

7. tarif pajak penerangan jalan paling tinggi sebesar 10%

F. PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

1. obyek pajak mineral bukan logam dan batuan meliputi :

Asbes bentonit dolomit Fieldspar Garam batu grafit

Batu tulis Granit/

andesit

gips kalsit kaolin leusit

Batu

setengah

permata

Pasir dan

kerikil

Batu

permata

Tanah serap Tanah

diatome

magnesit

Batu kapur Mika Nitrat Opsiden Oker Perlit

Batu apung Phospat Talk Tanah liat Tawas Tras

Pasir

kuarsa

Yarsoit Zeolitbasal Trakit

2. pengecualian dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah:

a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang

nyatanyata tidak dimanf aatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan

tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon,

penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

17

Page 18: Modul Pajak

b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang

merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak

dimanfaatkan secara komersial; dan

c. pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

3. dasar pengenaan Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah nilai jual hasil pengambilan

4. nilai jual dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar

atau harga standar masing-masing jenis

5. tarif Pajak mineral bukan logam dan batuan paling tinggi sebesar 25%

G. PAJAK PARKIR

1. Tempat Parkir adalah tempat parkir diluar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi

atau badan, baik yang berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan

bermotor yang memungut bayaran.

2. Objek Pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang

disediakan yang berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan

bermotor yang memungut bayaran.

3. tidak termasuk ojek pajak parkir adalah :

a. penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah

b. penyelenggaraan parkir oleh oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing dan lembaga-

lembaga internasional dengan asas timbal balik.

c. penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

4. wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

5. dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar

untuk pemakaian tempat parkir

6. tarif pajak parkir setinggi-tingginya 30%

F. PAJAK AIR TANAH

1. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

2. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan

tanah.

3. Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah:

18

Page 19: Modul Pajak

a. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah

tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan

b. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang diatur dengan Peraturan

Daerah.

4. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen).

G. PAJAK SARANG BURUNG WALET

1. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu

collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi

2. Subjek Pajak Sarang Burung Walet

a. orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau

mengusahakan Sarang Burung Walet.

b. Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang

melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.

3. Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet.

4. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

H. PAJAK BUMI DAN BANGNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN

I. BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAGI HASIL PAJAK DAERAH

A. Bagi Hasil Pajak Propinsi kepada Daerah Kabupaten atau Kota

1. Pajak Kendaraan Bermotor d diserahkan kepada daerah Kabupaten/Kota di Propinsi yang

bersangkutan paling sedikit 30%

2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotoraan diserahkan kepada daerah kabupaten/kota di

propinsi yang bersangkutan paling sedikit 70%

3. Pajak rokok diserahkan kepada daerah kabupaten/kota di propinsi yang bersangkutan paling

sedikit 70%

4. Pajak air permukaan diserahkan kepada daerah kabupaten/kota di propinsi yang

bersangkutan paling sedikit 50%

RETRIBUSI DAERAH

1. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan

oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

19

Page 20: Modul Pajak

2. Golongan Retribusi adalah pengelompokan retribusi yang meliputi Retribusi Jasa

Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan tertentu.

A. Retribusi Jasa Umum.

a. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau badan.

b. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau badan.

c. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

d. Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah :

a) Retribusi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas, Balai Pengobatan, dan

Rumah Sakit Umum Daerah, tidak termasuk pelayanan pendaftaran.

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

meliputi pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan serta penyediaan lokasi

pembuangan/pemusnahan sampah rumah tangga, industri dan perdagangan, tidak

termasuk kebersihan jalan umum dan taman.

c. Retribusi penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda penduduk dan Akte Catatan Sipil.

Akte catatan sipil meliputi Akte Kelahiran, akte Perkawinan, Akte Perceraian, Akte

Pengesahan dan Pengakuan anak, Akte ganti nama bagi warga negara asing, Akte

kematian.

d. Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat

meliputi pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan,

pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman atau

pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.

e. Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum

adalah penyediaan pelayaan parkir ditepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah

daerah. Karena jalan menyangkut kepentingan umum, maka penetapan jalan umum

sebagai tempat parkir mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

f. Retribusi Pelayanan Pasar

adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los yang dikelola

Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang

dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta

20

Page 21: Modul Pajak

g. Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor

adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

h. Retribusi Pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian oleh Pemerintah Daerah terhadap

alat-alat pemadam kebakaran yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Peta adalah peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah, seperti peta dasar (garis), peta

foto, peta digital, , dan peta teknis (struktur)

k. Retribusi Penyedian dan/atau penyedotan kakus

Objek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah pelayanan

penyedizaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

k. Retribusi Pengolalahan limbah cair

Objek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan limbah

cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang isediakan, dimiliki, dan/atau

dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan

limbah cair

l. Retribusi tera/tera ulang

Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah:

a. pelayanan pengujian alatalat ukur, takar, timbang, dan

perlengkapannya; dan

b. pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang undangan.

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan

objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.

Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan pendidikan adalah :

a) pelayanan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah;

b) pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;

c) pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD;

d) pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

21

Page 22: Modul Pajak

Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang

untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang,

keamanan, dan kepentingan umum.

B. Retribusi Jasa Usaha

1. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor

swasta

2. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

dengan menganut prinsip komersial

3. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau

menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

4. Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :

a. Retribusi Pelayanan Pemakaian Kekayaan Daerah

Meliputi pemakaian tanah dan bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian

kendaraan ala-alat berat/besar milik daerah. Tidak teremasuk dalam pelayanan

pemakaian kekayaaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut, seperti

pemancangan tiang listrik/telepon maupun penanaman/ pembentangan kabel

listrik/telepon ditepi jalan umum

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

adalah pasar grosir berbagai jenis barang dan fasilitas pasar/pertokoan yang

dikontrakkan/diselenggrakan Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang diselenggarakan

oleh BUMD dan milik swasta

c. Retribusi Tempat Pelelangan

adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan

pelelangan ikan, ternak hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta

fasilitas lainnya yang disediakan ditempat pelelangan. Termasuk juga tempat yang

dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan tempat pelalangan.

d. Retribusi Pelayanan terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk

kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya

dilingkungan terminal yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah daerah. Dengan

ketentuan ini pelayanan peron tidak dipungut retribusi.

e. Retribusi Pelayanan Tempat khusus Parkir

adalah pelayanan penyediaan tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki dan/atau

dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan dan dikelola oleh

BUMD dan pihak swasta.

22

Page 23: Modul Pajak

f. Retribusi Pelayanan Tempat penginapan/Pesanggrahan/Vila Milik daerah adalah

pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/vila yang dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMD dan

pihak swasta.

h. Retribusi Pelayanan Rumah Potong Hewan

adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk

pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang dimiliki

dan/atau dikelola oleh Pemerintah daerah

i. Retribusi Pelayanan pelabuhan Kapal

adalah pelayanan pada pelabuhan kapal perikanan dan/atau bukan kapal perikanan,

termasuk fasilitas lainnya dilingkungan pelabuhan kapal yang dimiliki dan dikelola oleh

Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak

swasta.

j. Retribusi Pelayanan Tempat Rekreasi dan olah raga

adalah tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga yang dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah

k. Retribusi Pelayanan Penyebrangan di Atas Air

adalah pelayanan penyebrangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di

atas air yang dimiliki/dan atau dikelola oleh Pemerintah daerah, tidak termasuk yang

dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

l. Retribusi Pelayanan Produksi Usaha Daerah

adalah penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah, antara lain, bibit/benih

tanaman, bibit ternak, dan bibit benih ikan, tidak termasuk penjualan produksi BUMN,

BUMD dan pihak swasta.

C. Retribusi Perizinan Tertentu

1. Retribusi perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam

rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan, yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

2. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah Daerah dalam

rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan, yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

23

Page 24: Modul Pajak

3. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin

tertentu dari Pemerintah Daerah.

4. Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan. Termasuk dalam pemberian

izin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan

pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata

ruang yang berlaku, dengan tetap memperhatikan Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB),

Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB), dan

pengawasan penggunaann bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka

memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol disuatu tempat

tertentu.

c. Retribusi Izin Gangguan

adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan dilokasi

tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk

tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah

Daerah.

d. Retribusi Izin Trayek

adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan

angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu. Pemberian izin

oleh pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai dengan kewenangan masing-masing

daerah.

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan

Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pemberian izin kepada orang pribadi

atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

BEA MATERAI

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai

24

Page 25: Modul Pajak

2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai

dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Materai.

B. Pengertian-Pengertian

1. Bea Materai adalah pajak atas dokumen

2. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang

perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang

berkepentingan

3. Benda Materai adalah materai tempel yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia

4. Tanda tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula

paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya

sebagai pengganti tanda tangan.

5. Pejabat Pos adalah Pejabat PT Pos dan Giro yang diserahi tugas melayani permintaan

pemeteraian kemudian.

C. Tarif Bea Materai

1. Tarif Bea Materai Rp. 6.000,00 digunakan untuk :

a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (surat kuasa, surat hibah, dan surat pernyataan)

yang dibuat dengan tujuan digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,

kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.

b. Akta-akta notaris termasuk salinannya

c. Akta-akta yang dibuat Pejabat pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-

rangkapnya

d. Surat yang memuat jumlah yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00

(satu juta rupiah)

1) Yang menyebutkan penerimaan uang

2) Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank

3) Yang berisi pemberitahuan saldo rekening bank

e. Surat-surat berharga seperti, wesel, promes yang harga nominalnya lebih dari Rp.

1.000.000,00

f. Efek yang harga nominalnya lebih dari Rp. 1.000.000,00

g. Dokumen-dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di pengadilan

2. Tarif Bea Materai Rp. 3.000,00 digunakan untuk :

a. Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp.

250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp. 1000.000,00

(satu juta rupiah)

1) Yang menyebutkan penerimaan uang

25

Page 26: Modul Pajak

2) Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank

3) Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank

4) Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnya telah dilunasi

atau diperhitungkan

b. Surat-surat berharga seperti, wesel, promes yang harga nominalnya lebih dari Rp.

250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp. 1000.000,00

(satu juta rupiah)

c. Efek, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu

rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp. 1000.000,00 (satu juta rupiah)

d. Cek dan bilyet giro dengan harga nominal berapa pun.

Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet giro) mempunyai nominal tidak lebih dari

Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), maka atas dokumen tersebut tidak

terutang Bea Materai.

D. Yang tidak dikenakan Bea Materai

1. Dokumen yang berupa antara lain :

a. Surat penyimpanan barang

b. Konosemen

c. Surat angkutan penumpang dan barang

d. Bukti pengiriman dan penerimaan barang

e. Surat pengiriman barang yang dijual atas tanggungan pengirim

2. Segala bentuk Ijazah

3. Tanda terima gaji, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya

dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran

itu.

4. Tanda bukti penerimaan uang dari kas negara kas pemerintah daerah, dan bank

5. Kwitansi untuk semua jenis pajak dan penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu

dari kas negara, kas daerah dan bank.

6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi

7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh

bank, koperasi dan badan-badan lainnya yang bergerak dibidang tersebut

8. surat gadai yang diberikan Perum Pegadaian

9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

E. Saat Terutang Bea Materai

26

Page 27: Modul Pajak

1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat dokumen itu diserahkan dan diterima

oleh pihak untuk siap dokumen itu dibuat, jadi bukan saat ditanda tangani, misal : kwitansi,

cek.

2. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, adalah pada saat dokumen itu telah selesai

dibuat, yang ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang bersangkutan.

3. dokumen yang dibuat di luar negeri, adalah pada saat digunakan di Indonesia. Bea Materai

yang terutang dilunasi dengan cara pemateraian kemudian.

F. Pihak Yang Terutang Bea Materai

Pihak yang terutang Bea Materai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali

pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.

G. Pemateraian Kemudian

Pemateraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan oleh Pejabat

Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Materainya belum dilunasi sebagaimana

mestinya.

Pemateraian kemudian dilakukan atas :

a. dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan digunakan sebagai alat

pembuktian di pengadilan

b. dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya

c. dokumen yang dibuat diluar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

H. Sanksi

1. Sanksi Administrasi

Apabila dokumen tidak atau kurang dilunasi Bea Materai sebagaimana mestinya, maka

akan dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau kurang

bayar.

2. Sanksi Pidana : a. Pasal 7 ayat (2) b UU Bea Materai

b. Pasal 253 KUHP.

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009

TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

B. Pengertian-pengertian

27

Page 28: Modul Pajak

1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi

meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut

wilayah Republik Indonesia

2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah

dan atau perairan.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan

b. Jalan tol

c. Kolam renang

d. Pagar mewah

e. Tempat olah raga

f. Galangan kapal, dermaga

g. Taman mewah

h. Tempat penampungan/kolam minyak, air dan gas, pipa minyak

3. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak

untuk melaporkan data objek menurut ketentuan Undang-Undang Pajak Bumi dan

Bangunan

4. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Direktorat

Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak.

C. Subjek Pajak

Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai hak

atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan

memperoleh manfaat atas bangunan.

Tanda pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.

D. Objek Pajak

1. yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau bangunan

2. yang dimaksud dengan klasifikasi bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan

menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, sera untuk memudahkan

penghitungan pajak yang terutang.

3. dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah, diperhatikan faktor-faktor seperti letak,

peruntukan, pemanfaatan, kondisi lingkungan

4. dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan factor-faktor seperti, bahan yang

digunakan, rekayasa, letak, kondisi lingkungan.

5. pengecualian objek pajak

28

Page 29: Modul Pajak

a. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum, dan tidak untuk mencari

keuntungan, antara lain dibidang ibadah, kesehatan pendidikan, sosial dan bidang

kebudayaan nasional.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.

c. Merupakan hutang lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu

hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal

balik.

e. Digunakan oleh badan atau organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri

Keuangan.

E. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan

bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan melalui

perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual

Objek Pajak pengganti.

Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi :

a. Objek Pajak sektor pedesaan dan perkotaan

b. Objek Pajak sektor perkebunan

c. Objek Pajak Sektor kehutanan atas hak penguasaan hutan, hak penguasaan hasil hutan,

izin pemanfaatan kayu serta izin sah lainnya selain penguasaan hutan tanaman industri

d. Objek Pajak sektor kehutanan atas hak penguasaan hutan tanaman industri

e. Objek Pajak sektor pertambangan minyak dan gas bumi

f. Objek Pajak sektor pertambangan energi panas bumi

g. Objek Pajak sektor pertambangan non migas selain pertambangan energi panas bumi

dan galian C

h. Objek Pajak sektor pertambangan non migas galian C

i. Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan kontrak karya atau kontrak

kerjasama

j. Objek Pajak usaha bidang perikanan laut

k. Objek Pajak usaha bidang perikanan darat

l. Objek Pajak yang bersifat khusus

F. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Besarnya NJOPTKP ditetapkan untuk masing-masing kabupaten/kota dengan besar setinggi-

tingginya RP. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).apabila seorang wajib pajak mempunyai

29

Page 30: Modul Pajak

dua atau lebih Objek Pajak, maka yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu saja yang nilainya

paling besar.

G. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

Ketentuan besarnya NJKP

1. 40% dari NJOP untuk :

a. Objek Pajak perkebunan

b. Objek Pajak kehutanan

c. Objek Pajak lainnya yang wajib pajaknya perorangan dengan NJOP atas bumi

dan bangunan sama atau lebih besar dari Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah)

2. 20% dari NJOP untuk :

a. Objek Pajak pertambangan

b. Objek Pajak lainnya yang NJOP nya kurang dari Rp. !.000.000.000 (satu miliar rupiah)

H. Tarif Pajak

Tarif Pajak sebesar 0,5%

Untuk pedesaan dan perkotaan sebesar 0.3 %

I. Cara Menghitung Pajak

Contoh :

Seorang wajib pajak mempunyai tanah dan bangunan yang besarnya NJOP Rp. 57.000.000,00,

besarnya NJOPTKP untuk daerah tersebut adalah Rp.10.000.000,00, besarnya pajak yang

terutang adalah :

= 0,5% x {Presentase NJKP x (NJOP – NJOPTKP)}

= 0,5% x 20% x 57.000.000,00 – 10.000.000,00

= 0,5% x 20% x 47.000.000,00

= Rp. 47.000,00

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

30

PBB terutang = 0,5% x {Presentase NJKP x (NJOP – NJOPTKP)}= 0,5% x {Presentase NJKP x (NJOP – NJOPTKP)}

Page 31: Modul Pajak

2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009

TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

3. Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena waris dan

hibah

4. Peraturan Pemerintah Nomor 112 tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena Pemberian

Hak Pengelolaan

5. Peraturan Pemerintah Nomor 113 Tahun 2000 tentang Penentuan Besarnya NPOPTKP

BPHTB.

B. Pengertian

1. Bea Peroleh Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas

tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan

2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum

yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau

badan.

3. Hak atas tanah dan bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta

bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985

tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku lainnya.

C. Subyek Pajak

Yang menjadi subyek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah

dan bangunan

D. Objek Pajak

Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah

dan atau bangunan meliputi :

1. Pemindahan hak karena :

a. Jual beli

b. Tukar menukar

c. Hibah

d. Hibah wasiat

e. Waris

f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

h. Penunjukan pembeli dalam lelang

i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap

j. Penggabungan usaha

31

Page 32: Modul Pajak

k. Peleburan usaha

l. Pemekaran usaha

m. Hadiah.

2. Pemberian hak baru karena

a. Kelanjutan pelepasan hak

b. Di luar pelepasan hak.

Tidak termasuk Objek Pajak BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh :

1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan perlakuan timbal balik

2. Negara, untuk penyelenggaraan pemerintah dan atau pelaksanaan

pembangunan guna kepentingan umum

3. Badan atau organissi internasional, dengan Keputusan Menteri Keuangan

4. Orang pribadi atau badan karena wakaf

5. Orang pribadi atau badan untuk kepentingan ibadah

E. Saat Terutangnya Pajak

1. Sejak tanggal ditandatangainya akta untuk :

a. Jual beli

b. Tukar menukar

c. Hibah

d. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

e. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

f. Penggabungan usaha

g. Peleburan usaha

h. Pemekaran usaha

i. Hadiah.

2. Sejak tanggal penunjukan pemenang lelang untuk : lelang

3. Sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap untuk : putusan

hakim

4. Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan,

untuk : hibah wasiat dan waris

5. Sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak untuk :

a. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak

b. Pemberian hak baru diluar pelepasan hak.

F. Dasar Pengenaan Pajak

1. Harga transaksi, dalam hal : jual beli

2. Nilai pasar objek pajak dalam hal :

32

Page 33: Modul Pajak

a. Tukar menukar

b. Hibah

c. Hibah wasiat

d. Waris

e. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

f. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

g. Penunjukan pembeli dalam lelang

h. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap

i. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak

j. Penggabungan usaha

k. Peleburan usaha

l. Pemekaran usaha

m. Hadiah.

3. Harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang, dalam hal : penunjukan pembeli dalam

lelang.

4. NJOP Bumi dan Bangunan, apabila besarnya NPOP sebagaimana dimaksud dalam poin1

dan 2 tidak diketahui atau NOPP lebih rendah dari NJOP PBB.

G. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

Besarnya NPOPTKP ditetapkan secara regional paling banyak Rp. 60.000.000 (enam puluh juta

rupiah), kecuali dalam hal perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang

pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat

ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami atau istri,

NPOPTKP ditetapkan secara regional paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

H. Tarif Pajak

Besarnya tarif pajak ditetapkan sebesar 5%

I. Cara Menghitung BPHTB

Contoh :

33

BPHTB = (NPOP –NPOPTKP) x 5%

Page 34: Modul Pajak

A membeli tanah dengan Nilai Perolehan Objek Pajak sebesar 125.000.000,00. Besarnya

NOPTKP untuk daerah tersebut adalah Rp. 60.000.000.

Jawab :

BPHTB = (NPOP –NPOPTKP) x 5%

= Rp. 125.000.000,00 – Rp. 60.000.000 x 5%

= Rp. 65.000.000 x 5%

= Rp. 3.250.000,00

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA

DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARNG MEWAH

A. Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang

Mewah.

B. Pengertian-Pengertian

1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi

wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona

Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

2. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah

Pabean ke dalam Daerah Pabean

3. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang dari dalam

Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean

4. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan

undang-undang, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak.

5. Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya

sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau

penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari

luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean atau

impor Barang Kena Pajak.

6. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terhutang yang wajib

dipungut oleh Pengusaha kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak.

34

Page 35: Modul Pajak

7. Yang dimaksud dengan pengertian penyerahan Barang Kena Pajak

adalah :

a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;

b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing;

c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;

d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak

e. persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjual belikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak

Pertambahan Nilai atau perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan;

f. penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat Ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan

Barang Kena Pajak antar cabang;

C. Objek Pajak

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha

b. impor Barang Kena Pajak

c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pebean

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean

f. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pengecualian Objek Pajak Pertambahan Nilai :

1. Barang Kena Pajak

a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya;

b. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan

sejenisnya;

d. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

2. Jasa Kena Pajak

a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;

b. jasa di bidang pelayanan sosial

c. jasa di bidang pengiriman surat dan perangko;

d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi

35

Page 36: Modul Pajak

e. jasa di bidang keagamaan;

f. jasa di bidang pendidikan;

g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;

h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;

i. jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;

j. jasa di bidang tenaga kerja;

k. jasa di bidang perhotelan;

l. jasa yang dijalankan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara

umum.

D. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM)

PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN. PPn BM hanya dikenakan satu kali

pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha yang

menghasilkan atau pada waktu impor. prinsip pungutan hanya satu kali yaitu pada saat :

1. penyerahan oleh pabrikan atau produsen Barang Kena Pajak yang tergolong mewah

2. impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

E Tari Pajak PPn BM

1. Kelompok berupa kendaraan bermotor

a. 10% (sepuluh persen)

1) kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 sampai 15 orang termasuk

pengemudi dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (disel/semi disel)

dengan semua kapasitas isi silinder;

2) kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk

pengemudi selain sedan dan station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala

kompresi (disel/semi disel), dengan sistem satu gandar penggerak (4x2) dengan

kapasitas isi silinder tidak lebih dari 1500 cc.

b. 20% (dua puluh persen)

1) kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi

selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi

(disel/semi disel) dengan sistem satu gandar penggerak (4x2) dengan kapasitas isi

silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc;

2) kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin) dalam bentuk kendaraan bak

terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 orang termasuk

pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (disel/semi disel),

dengan sistem satu gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem dua gandar

36

Page 37: Modul Pajak

penggerak (4x4) dengan semua kapasitas isi silinder, dengan masa total tidak lebih

dari 5 ton.

c. 30% (tiga puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10

orang termasuk pengemudi, berupa :

1) kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau

nyala kompresi (disel/semi disel) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500

cc;

2) kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api

atau nyala kompresi (disel/semi disel)dengan sistem dua gandar penggerak (4x4),

dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.

e. 40% (empat puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari

10 orang termasuk pengemudi, berupa :

1) kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus

api, dengan sistem satu gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih

dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc;

2) kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api berupa sedan atau station

wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem dua gandar penggerak

(4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 3000 cc;

3) kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala komprsi (disel/semi disel), berupa

sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem dua

gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai

dengan 2500 cc.

e. 50% (lima puluh persen), adalah semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.

f. 60% (enam puluh persen) :

1) kendaraan bermotor roda dua dengan kapasitas isi silindernya lebih dari 250 cc

sampai dengan 500 cc;

2) kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan diatas salju, di pantai, di gunung,

dan kendaraan semacam itu.

g. 75% (tujuh puluh lima persen) :

1) kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi,

dengan motor cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau

station wagon dengan sistem satu gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem dua

gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc;

2) kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi,

dengan motor bakar nyala kompresi (disel/semi disel), berupa sedan atau station

37

Page 38: Modul Pajak

wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem satu gandar penggerak

(4x2) atau dengan sistem dua gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder

lebih dari 2500 cc;

3) kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc;

4) trailer, semi trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.

2. Kelompok selain kendaraan bermotor

a. 10% (sepuluh persen)

1) kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat

pemanas,dan pesawat penerima siaran televisi;

2) kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga

3) kelompok mesin pengatur suhu udara;

4) kelompok alat perekam atau reproduksi gambar; peswat penerima

siaran radio;

5) kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.

b. 20% (dua puluh persen)

1) kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town

house, dan sejenisnya;

2) kelompok pesawat penerima siaran televisi, dan antena serta reflektor antena, selain

yang disebut dalam kelompok tarif 10%

3) kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin setrika, mesin pencuci piring, mesin

pengering, pesawat elektronik, dan instrumen musik;

4) kelompok wangi-wangian.

5) kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, dan pesawat pemanas, selain yang

disebut dalam kelompok tarif 10%

c. 30% (tiga puluh persen)

1) kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk

keperluan negara dan angkutan umum;

2) kelompok perlengkapan dan peralatan olahraga, selain yang disebut dalam kelompok

10%.

d. 40% (empat puluh persen)

1) kelompok minuman yang mengandung alkohol;

2) kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan;

3) kelompok permadani yang terbuat dari sutera atau wool

4) kelompok barang dari kristal timah hitam dari jenis yang digunakan untuk meja,

dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu;

38

Page 39: Modul Pajak

5) kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia

atau logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;

6) kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang

disebutkan dalam tarif 30%, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;

7) kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara

lainnya tanpa tenaga penggerak;

8) kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya;

9) kelompok jenis alas kaki;

10) kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor;

11) kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah, tanah lempung cina

atau keramik;

12) kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu, selain

batu jalan dan batu tepi jalan.

e. 50% (lima puluh persen)

1) kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus;

2) kelompok pesawat udara, selain yang dimaksud dalam tarif 40% kecuali untuk

keperluan udara atau angkutan udara niaga;

3) kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang disebutkan dalam

tarif 10% dan kelompok tarif 30%;

4) kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.

f. 75% (tujuh puluh lima persen)

1) kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut dalam

kelompok tarif 40%

2) kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat ari batu mulia

dan atau mutiara atau campuran daripadanya;

3) kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan

umum.

Cara menghitung PPN

Contoh :

Pengusaha Kena Pajak ZZ menjual tunai Barang Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak XX

dengan harga jual Rp. 50.000.000,00. PPN yang terhutang adalah :

39

PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Page 40: Modul Pajak

Rp. 50.000.000,00 x 10% = Rp. 5.000.000,00

Cara menghitung PPn BM

Contoh ;

Pengusaha Kena Pajak PT ZZ mengimpor Barang Kena Pajak dengan nilai impor Rp

100.000.000,00, dengan PPN 10% dan dikenakan PPN BM 20 %. PPn BM yang terhutang

adalah :

PPN = 10% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00

PPn BM = 20% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 20.000.000,00

PAJAK PENGHASILAN

A. Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

B Subjek Pajak

1). Yang menjadi Subjek Pajak Penghasilan adalah :

1. a. orang pribadi

b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak

2. badan

3. bentuk usaha tetap.

Subjek pajak dapat dibedakan menjadi :

1. Subjek Pajak dalam negeri, yaitu :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang

pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk

bertempat tinggal di Indonesia

b. Badan yang didirikan atau bertempat tinggal di Indonesia

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

2. Subjek Pajak luar negeri, yaitu :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak

PPn BM = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

40

Page 41: Modul Pajak

didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2) Bentuk Usaha Tetap adalah usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang yang tidak

bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam

jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di

Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat

berupa :

a. Tempat kedudukan manajemen

b. Cabang perusahaan

c. Kantor perwakilan

d. Gedung kantor

e. Pabrik

f. Bengkel

g. gudang;

h. ruang untuk promosi dan penjualan;

i. pertambangan dan penggalian sumber alam;

j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang

dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yangkedudukannya tidak bebas;

o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yangbtidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan dibIndonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di

Indonesia; dan

p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau

digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha

melalui internet.

3) Tidak termasuk Subjek Pajak

a. Badan perwakilan negara asing

41

Page 42: Modul Pajak

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari

negara asing, dan oaring-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan

bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia

dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau

pekerjaannya tersebut serta Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbale

balik.

c. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan, dengan syarat :

a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut

b) Tidak meklakukan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan

dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepaa pemerintah yang dananya berasal

dari iuaran para anggota.

d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan

Mnteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan

usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

C. Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Paja, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak

yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentu apapun, termasuk :

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang

pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang

ini;

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya

sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang

diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,

pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali

yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan

42

Page 43: Modul Pajak

badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau

orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan

usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihakpihakyang bersangkutan;

dan

5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,

tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan

pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan

asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n. premi asuransi;

o. uran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib

Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai

ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

s. surplus Bank Indonesia.

Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah :

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga

amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

43

Page 44: Modul Pajak

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,

badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang

pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang

diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib

Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15;

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi

kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak

dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia

dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang

menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah

25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri

Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf

g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya

tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk

pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. dihapus;

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari

badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,

dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

44

Page 45: Modul Pajak

1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam

sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang

pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi

yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan

pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)

tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada

Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

D. Pajak Penghasilan Pasal 21

Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama

dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

wajib dilakukan oleh:

a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;

b. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;

c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan

nama apa pun dalam rangka pensiun;

d. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan

e. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu

kegiatan.

C. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

1. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00 setahun

atau 500.000,00 sebulan.

45

Page 46: Modul Pajak

2. Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara uang pensiun

yang besarnya 5% dari pendapatan bruto uang pensiun setinggi-tingginya Rp.

2.400.000,00 setahun atau Rp. 200.000,00 sebulan.

E. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar:

a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib

Pajak orang pribadi;

b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang

kawin;

c. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk

seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

d. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota

keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang

menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

F. Tarif Pajak

Tarif Pajak Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, yaitu :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5% (lima persen)

Diatas Rp. 50.000.000,00 s.d Rp. 250.000.000,00 15% (lima belas

persen)

Diatas Rp. 250.000.000,00 s.d Rp. 500.000.000,00 25% (dua puluh lima

persen)

Diatas Rp. 500.000.000,00 30% (tiga puluh

persen)

46

Page 47: Modul Pajak

UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH

DI WONOSOBO

47

Page 48: Modul Pajak

UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO

48