Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

27

Click here to load reader

Transcript of Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

Page 1: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

MODUL PAJAK PENGHASILAN UNTUK ORANG PRIBADI

A. Orang Pribadi sebagai Subyek Pajak

1. Dalam Pasal 2 ayat (1) UU No.17 Tahun 2000 disebutkan bahwa yang menjadi subyek pajak antara lain adalah adalah :

a. Orang Pribadi. Sebagai subyek pajak dalam negerib. Orang pribadi sebagai subyek pajak luar negeric. BUT, yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat

tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Orang pribadi adalah mereka yang bertempat tinggal (domisili) atau berada di Indonesia (residensi) ataupun di luar Indonesia. Orang Pribadi sebagai subyek pajak tidak melihat batasan umur, jenjang sosial ekonomi dan kebangsaan atau kewarganegaraan. Dengan kata lain istilah orang pribadi yang dapat menjadi subyek pajak PPh Indonesia berlaku sama untuk semua orang.

2. Yang dimaksud orang pribadi sebagai subyek pajak dalam negeri adalah :a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia ; ataub. Orang pribadi yang berada di Indonesia di Indonesia lebih dari 183 hari

dalam jangka waktu 12 Bulan ; atau dalam dalam suatu tahun pajak ; atau

c. Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

3. Yang dimaksud orang pribadi sebagai subyek pajak luar negeri adalah :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia; ataub. Orang pribadi yang tidak berada di Indonesia di Indonesia tidak lebih

dari 183 hari dalam jangka waktu 12 Bulan .

Page 2: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

B. Kewajiban Pajak Subyektif Orang Pribadi

Kewajiban pajak subyektif di sini adalah saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak bagi subyek pajak.

1. Subyek Pajak Dalam Negeri :a. Dimulai sejak orang pribadi

- Dilahirkan di Indonesia- Berada di Indonesia - berniat tinggal di IndonesiaKhusus terhadap orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau dalam suatu tahun pajak, kewajiban pajak subyektifnya mulai timbul pada hari pertama berada di Indonesia.

b. Berakhir pada saat :- meninggal dunia- meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

2. Subyek Pajak luar negeri

a. Dimulai pada saat orang pribadi :- menjalankan usaha di Indonesia- melakukan kegiatan di Indonesia- menerima /memperoleh penghasilan dari Indonesia.

b. Berakhir pada saat tidak lagi : - menjalankan usaha di Indonesia- melakukan kegiatan di Indonesia- menerima /memperoleh penghasilan dari Indonesia

3. Wajib Pajak

Subyek Pajak baik DN maupun LN dikenakan pajak penghasilan apabila menerima menerima atau memperoleh penghasilan .Subyek Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam UU PPh ini disebut Wajib Pajak . Wajib Pajak dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak arau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subyeknya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Perlu diingat bahwa Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subyektif yg kewajiban pajaknya melekat pada subyek pajak yang bersangkutan .

Page 3: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

C. Tempat tinggal

Tempat tinggal orang pribadi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya. ( Keputusan Dirjen Pajak No.701/PJ./2001 tanggal 16 Nopember 2001).Penentuan tempat tinggal orang pribadi penting untuk menetapkan Kantor Pelayanan Pajak mana yang mempunyai yurisdiksi pemajakan atas penghasilan penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi tersebut.Tempat tinggal orang pribadi ditentukan menurut keadaan yang sebenarnya hal ini lebih didasarkan pada kenyataan yang ada.Tempat tinggal orang pribadi menurut keadaan yang sebenarnya , adalah :a. Rumah tetap orang pribadi berada, yaitu rumah tempat orang pribadi beserta

keluarganya bertempat tinggal sebagaimana tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk.b. Rumah tetap orang pribadi tempat pusat kepentingan pribadi dan ekonomi dilakukan,

dalam hal orang pribadi mempunyai rumah tetap sebagaimana dimaksud dalam huruf a di 2 (dua) tempat atau lebih wilayah kerja KPP,

c. Tempat orang pribadi lebih lama tinggal, dalam hal rumah tetap tempat pusat kepentingan pribadi dan ekonomi dilakukan sebagaimana dimaksud huruf b tidak dapat ditentukan;

d. Tempat tinggal menurut keadaan sebenarnya yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak, dalam hal keadaan sebagaimana dimaksud dalam huruf c tidak dapat ditentukan.

D. Tidak termasuk Subyek Pajak.Orang pribadi yang tidak termasuk subyek pajak adalah :a. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat, atau pejabat-pejabat lain dari negara

asing;b. Orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

Dengan syarat :1. Bukan WNI2. Tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia,

serta ;3. negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

c. pejabat-pejabat dari perwakilan organisasi internasional yg telah ditetapkan oleh menteri keuangan , dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia

Page 4: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

E. Obyek Pajak.

Yang menjadi obyek pajak penghasilan menurut Pasal 4 UU No.17 Tahun 2000 adalah (warna biru adalah tambahan dalam UU Pajak yg baru)Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WPYang berasal dari Indonesia maupun dari luar IndonesiaYang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP Ybs.Dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

2. hadiah dan undian atau pekerjaan atau kegiatan , dan penghargaan3. Laba usaha;4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

a. keuntungan krn pengalihan harta;b. keuntungan yg diperoleh perseroan atau badan lainnya karena pengalihan

harta kepada pemegang saham,sekutu atau anggotac. keuntungan karena likuidasi,penggabungan,peleburan, pemekaran, pemecahan

atau pengambilalihan usahad. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,

kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikanatau penguasaaan antara pihak-pihak ybs.

5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;6. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian

utang;7. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

8. royalti;9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta10. penerimaaan atau perolehan pembayaran berkala;11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;12. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva (revaluasi aktiva )14. premi asuransi

Page 5: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

15. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

17. Pengalihan Hak di Bidang Pertambangan18. Penghasilan dari usaha yang berbasis Syariah19. Imbalan Bunga20. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh Reksadana21. Surplus Bank Indonesia

Catatan :Atas penghasilan berikut :

- bunga deposito, dan tabungan lainnya- penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek- penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan bangunan serta- penghasilan tertentu lainnya

pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah (lihat PP 130/2000, PP No.132/2000, PP No.139/2000 , PP No.140/2000, Kep.558.KMK.04/2000 & 559/KMK.KMK.04/2000)

Dalam UU No. 36 ttg perubahan UU PPh ( UU PPh 2008) diatur sebagai berikut :Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan

e. penghasilan tertentu lainnya;

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

F. Bukan Obyek Pajak.

Bukan Obyek Pajak menurut Pasal 4 UU PPh tahun 2000 serta RUU PPh adalah :

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang

Page 6: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. dihapus;

Page 7: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

G. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Khusus bagi WP Orang Pribadi terdapat ketentuan sebagai berikut :

a. Menurut UU No.17 tahun 2000 Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) khusus bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sebagai berikut :

Rp.2.880.000,- untuk WP Orang Pribadi (OP) ybs. Rp.1.440.000,- tambahan untuk WP OP yang kawin. Rp.2.880.000,- tambabahan untuk seorang istri yg penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami. Rp.1.440.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, palingbanyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Keterangan tambahan :- Yg termasuk keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan

lurus misalnya : orangtua, anak kandung,mertua, anak angkat.

Page 8: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

- Yg dimaksud dengan menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung Wajib Pajak.

- Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak

b. Status Wajib Pajak terdiri dari : TK/...... = tdk kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota

keluarga; (mis : TK/0, TK/2, atau TK/3) K/........ = kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;

(mis : K/1 , K/2 atau K/3 ) K/I/.......= kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga ( mis : K/I/1 , K/I/2 atau K/I/3)

PH........= Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;

HB/.....= Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya tanggungan anggota keluarga (mis. HN/0 , HB/1, atau HB/3 )

c. Penghasilan Tidak Kena Pajak Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 137/PMK.03/2005, Tgl. 30-12-2005 Tentang Penyesuaian . Besarnya Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) , khusus bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sebagai berikut :

Rp.13.200.000,- untuk WP Orang Pribadi (OP) ybs. Rp. 1.200.000,- tambahan untuk WP OP yang kawin. Rp.13.200.000,- tambabahan untuk seorang istri yg penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami. Rp.1.200.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, palingbanyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Ketentuan ini berlaku sejak tahun pajak 2005.

Besarnya Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) , khusus bagi Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan UU PPh 2008 adalah sebagai berikut :

Rp.15.840.000,- untuk WP Orang Pribadi (OP) ybs. Rp. 1.320.000,- tambahan untuk WP OP yang kawin. Rp.15.840.000,- tambabahan untuk seorang istri yg penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami. Rp.1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, palingbanyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Ketentuan ini berlaku sejak tahun pajak 2009

Page 9: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

H. Wanita Kawin (Pasal 8 ayat (1) UU PPh Tahun 2000) Penghasilan/kerugian pada awal tahun atau awal bagian tahun pajak Kerugian tahun-tahun sebelumnya yg belum dikompensasikan Dapat dianggap sebagai sebagai penghasilan atau kerugian suaminya, kecuali :

- penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21; dan

- pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

I. Kawin Pisah Harta ((Pasal 8 ayat (2) UU PPh Tahun 2000 serta UU PPh 2008)

Penghasilan suami – isteri dikenakan pajak secara terpisah apabila : Suami-isteri telah hidup terpisah; Dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan perjanjian pemisahan

harta dan penghasilan. dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban

perpajakannya sendiri.

Bagi suami-istri yang secara tertulis membuat perjanjian pemisahan harta maka penghasilan nettonya dikenakan pajak berdasarkan penggabungan penghasilan netto suami istri dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-masing dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan netto mereka.

Dalam hal suami-istri telah hidup terpisah, penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan pengenaan pajaknya dilakukan sendiri-sendiri. Namun apabila suami-istri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis maka penghitungan pajaknya dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan netto keduanya dan masing-masing memikul beban pajak sebanding dengan besarnyanya penghasilan netto.

J. Anak Belum Dewasa (Pasal 8 ayat (4) UU PPh Tahun 2000)

Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan orangtuanya Kecuali penghasilan dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha

orang yg mempunyai hubungan istimewa (Pasal 18 ayat (4) huruf c UU PPh Th.2000) . Penghasilan yang tidak digabung ini mungkin sudah dipotong pajaknya (PPh Pasal 21) dan bersifat final (karena tidak ada penghasilan lainnya) atau dikenakan pajak secara normal dengan menyampaikan SPT

Anak yang belum dewasa adalah anak yang belum berumur 18 tahun dan belum pernah menikah . apabila seorang anak belum dewasa, yang orangtuanyatelah

Page 10: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

berpisah menerima atau memperoleh penghasilan pengenaan pajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunya berdasarkan keadaan sebenarnya (misalnya anak hidup bersama dengan ayahnya maka penghasilan anak digabung dengan ayahnya.).

K. NORMA PENGHASILAN NETTO

WP yang diijinkan untuk mengunakan norma penghasilan netto WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan

peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp.1.800.000.000,-(Kep Menkeu No.01/PMK.03/2007 tgl.16-01-07)

Mulai tahun pajak 2009 batas peredaran bruto untuk dapat menggunakan norma dinaikkan menjadi kurang dari Rp.4.800.000.000,-

Memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. (WP yg tidak memberitahukan dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan)

Ketentuan lainnya : Bagi WP yg wajib menyelenggarakan pembukuan dan atau pencatatan dan atau

dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan tetapi :- tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan kewajiban

pencatatan atau pembukuan;- tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau

bukti-bukti pendukungnya pada waktu dilakukan pemeriksaanpenghasilan nettonya dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam tahun pajak yang bersangkutan.

Cara Penghitungan :- Penghitungan penghasilan netto WP yg mempunyai lebih dari satu

jenis usaha atau pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha dengan memperhatikan pengelompokkan wilayah

- Penghasilan netto WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha adalah penjumlahan penghasilan netto dari masing-masing jenis usaha atau pekerjaan bebas.

- Penghasilan netto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara mengalikan angka persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto dengan peredaran bruto atau penghasilan bruto dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dal satu tahun.

Page 11: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

PTKP :- Dalam menghitung besarnya Pajak Penghasilan yang terutang oleh

WP OP, sebelum dilakukan penerapan tarif umum terlebih dahulu dihitung Penghasilan Kena Pajak dengan mengurangkan Penghasilan Tidak Kena Pajak dari Penghasilan Neto.

-L. PENGHASILAN KENA PAJAK

Wajib Pajak dalam Negeri- Penghitungan Umum

Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif bagi WP dalam negeri dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara penghasilan (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 UU PPh ) dikurangkan dengan pengurangan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d ,dan huruf e UU PPh.

- Norma Pengitungan Penghasilan Kena Pajak bagi WP OP sebagaimana dimaksud 14 UU PPh dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan dan dikurangi dengan PTKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) UU PPh.

M. ORANG PRIBADI DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

Penghasilan Kena Pajak bagi WP Orang Pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam suatu bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2A ayat (6) UU PPh ( Bagi WP yang kewajiban subyektifnya sebagai subyek pajak Dalam Negeri dimulai pada bagian tahun berjalan) dihitung berdasarkan penghasilan netto yang diterima atau diperoleh dalam bagian tahun pajak yang disetahunkan (Pasal 16 ayat (4) UU PPh.

Contoh : ( Untuk WP LN yg menjadi WP DN atau WP DN yg meninggalkan Indonesia untuk selamanya).

Misalnya orang pribadi kawin yg kewajiban pajak subyektifnya sebagai Subyek Pajak dalam Negeri adalah 3 bulan dan dalam jangka waktu tersebut memperoleh penghasilan sebesar Rp.10.000.000,- maka penghitungan Penghasilan Kena Pajak adalah sebagai berikut : Penghasilan disetahunkan :

360 . x Rp. 10.000.000,- = Rp. 40.000.000,- 3 x 30

PTKP = Rp. 14.400.000,- Penghasilan Kena Pajak Rp.25.600.000,-

Page 12: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

Penghasilan Kena Pajak Rp.25.600.000 PPh setahun : 5 % x Rp. 25.000.000 = Rp. 1.250.000,- 10% x Rp. 600.000 = Rp. 60.000,- Rp. 1.310.000

PPh Pasal 25 dalam bagian tahun pajak ( 3 bulan )(3x30 /360) x Rp.1.310.000 = Rp. 327.500

PPh Pasal 25 dalam bagian tahun pajak ( 1 bulan )

1/3 x Rp.327.500 = Rp. 109.167

Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang kewajiban subyektifnya sebagai subyek pajak telah ada sejak permulaan tahun pajak atau telah ada sejak lahir maka Penghasilan Kena Pajak baginya dihitung berdasarkan penghasilan neto yang diterima atau diperoleh berdasarkan jumlah bulan atau bagian tahun pajak yang tidak disetahunkan.

Contoh :

Budhi Prathama menikah tetapi belum punya anak. Melakukan kegiatan usaha sejak tanggal 1 September 2006 dan Penghasilan neto dari usaha tersebut sebulan adalah sebesar Rp 4.000.000,00 .

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak tahun 2006 adalah sebagai berikut :

Penghasilan neto sebulan Rp 4.000.000,00Penghasilan neto setahun 4 x Rp 4.000.000,00 = Rp 16.000.000,00PTKP- untuk WP sendiri- tambahan WP kawin

Rp 13.200.000,00Rp 1.200.000,00

Rp 14.400.000,00Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 1.600.000,00

PPh Pasal 25 terutang setahun 5% x Rp 1.600.000 = Rp 80.000,00

PPh Pasal 25 sebulanRp 80.000,00 : 4 =  Rp 20.000,00

Page 13: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

N. TARIF UMUM PPh ORANG PRIBADI DAN PENGHASILAN KENA PAJAK.

Orang PribadiLapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PPh

Sampai dengan Rp.25.000.000,- 5%Diatas Rp. 25.000.000,- s.d Rp. 50.000.000,- 10%Diatas Rp. 50.000.000,- s.d Rp.100.000.000,- 15%Diatas Rp.100.000.000,- s.d Rp.200.000.000 ,- 25%Diatas Rp.200.000.000,- 35%

Contoh Penghitungan Pajak Terutang untuk WP OP

JumlahPenghasilanKenaPajak Rp.250.000.000,-PPh yang terutang : 5 % x Rp. 25.000.000,- = Rp. 1.250.000,-10 % x Rp. 25.000.000,- = Rp. 2.500.000,-15 % x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-25 % x Rp. 100.000.000,- = Rp. 25.000.000,-35.% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 17.500.000,-

Rp.250.000.000,- Rp. 53.750.000,-

Mulai Tahun Pajak 2009 berlaku : Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PPhSampai dengan Rp.50.000.000,- 5%Diatas Rp. 50.000.000,- s.d Rp. 250.000.000,- 15%Diatas Rp. 250.000.000,- s.d Rp.500.000.000,- 25%Diatas Rp 500.000.000,- 30%

Contoh Penghitungan Pajak Terutang untuk WP OP

JumlahPenghasilanKenaPajak Rp.550.000.000,-PPh yang terutang : 5 % x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-15 % x Rp. 200.000.000,- = Rp. 30.500.000,-25 % x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,-30 % x Rp. 50.000.000,- = Rp. 15.000.000,-

Rp.550.000.000,- Rp110.500.000,-

Page 14: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

Pajak Penghasilan Atas bagian Tahun PajakBesarnya pajak yg terutang bagi Wajib Pajak OP dalam negeri yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) UU PPh ( yg kewajiban subyektifnya baru ada pada bagian tahun pajak) dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan pajak yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak.Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4), tiap bulan yang penuh dihitung 30 hari.

Contoh :Penghasilan Kena Pajak Rp.25.600.000

PPh setahun : 5 % x Rp. 25.000.000 = Rp. 1.250.000,- 10% x Rp. 600.000 = Rp. 60.000,- Rp. 1.310.000

PPh Pasal 25 dalam bagian tahun pajak ( 3 bulan )(3x30 /360) x Rp.1.310.000 = Rp. 327.500

PPh Pasal 25 dalam bagian tahun pajak ( 1 bulan )

1/3 x Rp.327.500 = Rp. 109.167

Pajak Penghasilan Atas bagian Tahun Pajak

Besarnya pajak yg terutang bagi Wajib Pajak OP dalam negeri yang kewajiban subyektifnya sebagai subyek pajak telah ada sejak permulaan tahun pajak atau telah ada sejak lahir adalah :

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 1.600.000,00

PPh Pasal 25 terutang setahun 5% x Rp 1.600.000 = Rp 80.000,00

PPh Pasal 25 sebulanRp 80.000,00 : 4 =  Rp 20.000,00

Page 15: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

O. BESARNYA ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN

1. Wajib Pajak baru- Pengertian : WP adalah WP OP yg pertamakali memperoleh

Penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.

- Penentuan Besarnya angsuran pajak disasarkan atas kenyataan usaha atau kegiatan WP.

- Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk WP baru adalah sebesar : PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan netto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas)

- Yg dimaksud Penghasilan netto adalah :- apabila WP baru tersebut menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuan

tsb dapat dihitung besarnya penghasilan netto setiap bulan, penghasilan netto fiscal dihitung berdasarkan pembukuannya.

- apabila WP baru tsb hanya menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan Norma penghitungan penghasilan netto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan netto setiap bulan, penghasilan netto fiskal dihitung berdasarkan norma penghitungan penghasilan netto atas dasar penerimaan bruto.

- Jumlah penghasilan netto fiskal yang disetahunkan dikurangi terlebih dahulu

dangan PTKP

2. Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

- WP OP Pengusaha tertentu adalah WP yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui tempat usaha / gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak termasuk perdagangan kendaraan bermotor da restoran

- Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha di KPP yg wilayah kerjanya meliputi tempat usaha tersebut (KPP Lokasi) dan KPP yg wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal WP (KPP Domisili).

- Dalam hal WP OP dikukuhkan sebagai Pengusaha Tertentu pada tahun pajak berjalan , besarnya angsuran pajak penghasilan Pasal 25 ayat (7) sebesar 2% ( mulai tahun pajak 2009 menjadi 0,75%) wajib dibayar mulai masa pajak pengukuhan . Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (1) yang telah dibayar untuk bulan-bulan sebelum pengukuhan, diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak bersangkutan.Sedangkan Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (7) untuk tahun pajak selanjutnya adalah sesuai dengan KEP-171/PJ./2002 tanggal 28 Maret 2002.

Page 16: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

- Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan untuk setiap bulan yang harus dibayar sendiri oleh WP ditetapkan sebesar 2 % (mulai tahun pajak 2009 menjadi 0,75% ) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan berdasarkan pembukuan atau pencatatan., yang dibayarkan atas nama dan NPWP masing-masing tempat usaha/gerai.

- Pajak yang telah dibayar sendiri dalam tahun berjalan oleh WP OP pengusaha tertentu merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak ybs, kecuali apabila WP yang bersangkutan menerima atau memperoleh penghasilan lain yg tidak dikenakan PPh yang bersifat final.

- Bila WP OP Pengusaha tertentu memperoleh atau menerima Penghasilan lain yang dikenakan PPh yang bersifat tidak final, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 atas penghasilan lain tsb maka berlaku ketentuan sbb :

a. Besarnya angsuran PPh Psl.25 atas penghasilan lain yg diterima atau diperoleh WP untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu;

b. Besarnya angsuran PPh Ps.25 atas penghasilan lain yg diterima atau diperoleh WP untuk bulan-bulan setelah batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sebesar perbandingan antara penghasilan lain netto dengan total penghasilan neto dikalikan besar angsuran yang terutang berdasarkan SPT Tahunan tahun sebelumnya.

c. Contoh atas Penghitungan besarnya angsuran PPh Psl.25 atas penghasilan lain yang diterima atau diperoleh WP untuk bulan-bulan setelah batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.

Uraian Perdagangan Penghsl. lain JumlahPeredaran bruto 600.000.000 200.000.000 800.000.000HPP dan biaya lain (500.000.000) (120.000.000) (620.000.000)Penghasilan Neto 100.000.000 80.000.000 180.000.000PTKP (K/2) 7.200.000Penghsl. Kena Pajak 172.800.000PPh terutang (Psl.17 UU PPh)

29.450.000

PPh Ps.25 yg telah dibyr ( 2% x 600.000.000)

12.000.000

PPh Kurang dibayar 17.450.000Besar angsuran (1/12 x 17.450.000)

1.454.167

Besar angsuran unt penghasilan lain-lain (80/180.000.000 ) x 1.454.167

646.296

Page 17: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

3. SPT

a) Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan adalah sebesar PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi :

- PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Psl.23 serta PPh yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;

- PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

Dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

b) Contoh-contoh :

Contoh 1 PPh terutang menurut SPT Tahunan 2003 Rp.50.000.000.-Dikurangi :a. PPh Ps.21 Rp.15.000.000,-b. PPh Ps.22 Rp.10.000.000,-c. PPh Ps.23 Rp. 2.500.000,-d. PPh Ps.24 Rp. 7.500.000,-

Jumlah Kredit Pajak Penghasilan Rp.35.000.000,- PPh yang masih harus dibayar (Ps.29) Rp.15.000.000,-

Angsuran PPh Ps.25 setiap bulan tahun 2004 15.000.000 : 12 = Rp.1.250.000,-

Contoh 2

Apabila PPh sebagaimana dimaksud dalam contoh di atas berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh untuk bagian tahun pajak yang meliputi masa 6 (enam) bulan dalam tahun 2003, maka besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam tahun 2004 adalah sebesar Rp.2.500.000,- ( 15.000.000 : 6 ).

4. Surat ketetapan pajak

Penghitungan besarnya angsuran pajak yang dihitung kembali berdasarkan SKPKB tahun pajak yang lalu yang diterbitkan dalam tahun berjalan.Misalnya berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2003 yang disampaikan WP dalam bulan Maret 2004, perhiutngan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalah Rp.1.250.000,-. Dalam bulan Oktober 2004 telah diterbitkan surat

Page 18: Modul Pajak Penghasilan Untuk Orang Pribadi_email

ketetapan pajak tahun pajak 2003 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp.2.000.000,- maka mulai Nopember 2004 besarnya angsuran pajak adalah Rp.2.000.000,-