Modul Pemeriksaan Pajak Pada Industri Kimiaplastik

45
Modul Pemeriksaan Pajak pada Industri Kimia/Plastik BAB I PENDAHULUAN 1.1.Sejarah Singkat Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan 5 % per tahun akan berdampak langsung terhadap peningkatan daya beli masyarakat terhadap barang-barang konsumsi yang menggunakan plastik. Selain itu penggunaan plastik sebagai bahan pengganti kaca dan logam khususnya di bidang kemasan dan komponen kendaraan bermotor serta alat-alat elektronik semakin meluas dari tahun ke tahun. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena kecenderungan masyarakat untuk memperoleh sesuatu yang praktis dan ringan semakin besar. Pada tahun 1990, konsumsi plastik di Indonesia diperkirakan sekitar 2,50 kg per kapita atau kira-kira satu per enam dari Negara Malaysia. Rendahnya konsumsi plastik ini merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran plastik. Di samping itu, iklim ekonomi dan politis Indonesia yang stabil telah banyak menarik investor asing dari Negara Jepang, Korea dan Taiwan untuk merelokasi operasi usaha mereka ke Indonesia, khususnya di bidang industri elektronik yang banyak memerlukan tenaga kerja dan komponen plastik sehingga permintaan akan plastik akan meningkat.

description

Pajak Industri

Transcript of Modul Pemeriksaan Pajak Pada Industri Kimiaplastik

BAB I

Modul Pemeriksaan Pajak pada Industri Kimia/Plastik

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Sejarah Singkat

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan 5 % per tahun akan berdampak langsung terhadap peningkatan daya beli masyarakat terhadap barang-barang konsumsi yang menggunakan plastik. Selain itu penggunaan plastik sebagai bahan pengganti kaca dan logam khususnya di bidang kemasan dan komponen kendaraan bermotor serta alat-alat elektronik semakin meluas dari tahun ke tahun. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena kecenderungan masyarakat untuk memperoleh sesuatu yang praktis dan ringan semakin besar.Pada tahun 1990, konsumsi plastik di Indonesia diperkirakan sekitar 2,50 kg per kapita atau kira-kira satu per enam dari Negara Malaysia. Rendahnya konsumsi plastik ini merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran plastik. Di samping itu, iklim ekonomi dan politis Indonesia yang stabil telah banyak menarik investor asing dari Negara Jepang, Korea dan Taiwan untuk merelokasi operasi usaha mereka ke Indonesia, khususnya di bidang industri elektronik yang banyak memerlukan tenaga kerja dan komponen plastik sehingga permintaan akan plastik akan meningkat.Perkembangan industri kemasan di Indonesia telah mengalami tahap lanjut seiring dengan dimulainya industri kemasan plastik lembaran yang berproses bentangan dua arah berbasis polypropylene atau yang lebih dikenal dengan istilah biaxially oriented polypropylene (BOPP) pada tahun 1980-an. Penerapan inovasi teknologi BOPP ini memberikan jawaban atas kebutuhan kemasan yang memiliki sifat yang lebih unggul yaitu jauh lebih murah, tidak beracun, higienis, bersahabat dengan lingkungan dan berpenampilan yang tidak kalah menarik seperti cerah, mengkilat dan bening dibandingkan dengan kemasan yang berbasis plastik PVC, serat kayu (kertas dan selofin) atau logam (aluminium dan timah). Di samping itu lembaran BOPP juga memiliki daya pelindung yang handal terhadap perubahan cuaca dan suhu karena sifat kedap udara.Lahimya industri lembaran plastik BOPP ini telah mendorong pergeseran yang berarti dalam pengemasan beragam produkproduk barang konsumsi seperti rokok, makanan, minuman, bumbu penyedap, farmasi, kosmetik, kaset audio/video, pita perekat dan tinta printer, karena lembaran BOPP lebih menguntungkan bagi industri hilir dibandingkan dengan bahan kemasan lainnya. Indonesia bahkan memiliki keunggulan komparatif dalam industri lembaran BOPP dengan adanya dukungan kuat dari industri polypropylene dan propylene.Industri kemasan lembaran BOPP adalah industri yang memiliki keterkaitan erat dengan industri barangbarang konsumen sebagai industri pengguna. Sebagaimana dikenal, industri barang konsumen adalah salah satu industri yang mampu bertahan dalam situasi ekonomi resesi (bust). Sebaliknya di situasi ekonomi memulih (boom), industri barang konsumen juga yang pertama mengalami pemullhan. Dengan demikian, industri lembaran BOPP diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pesat mengikuti karakteristik perkembangan industri penggunanya.1.2. Produk yang Dihasilkan

Produk utama yang dihasilkan industri plastik adalah kemasan plastik dan komponen, sebagai berikut:

1) Kemasan plastik untuk industri: Makanan dan minuman

Kosmetika dan farmasi

Pembersih rumah tangga2) Produk-produk plastik seperti komponen plastik untuk industri:

Kendaraan bermotor

Batu baterai dan aki

Listrik, elektronik dan komputer

Alat-alat listrik rumah tangga

Farmasi3) Sikat gigi4) Mould/cetakan-cetakan untuk proses pembuatan plastik, baik blow maupun injection5) Shrink film sebagai kemasan fleksibel6) Dekorasi printing untuk kemasan plastik, dekorasi hot stamping, serta fasilitas aplikasi shrink label dan stiker label untuk kemasan-kemasan plastik7) Plastic engineering8) Lembaran plastik (plastic sheet) untuk industri Vacuum Forming. Lembaran plastik ini digunakan sebagai bahan baku dari industri Vacuum Forming, dimana produk yang dihasilkannya berupa tray plastik, tempat jelly, gelas plastik dan sebagainya.9) Berbagai macam jenis lembaran PVC dengan berbagai macam spesifikasi. Berbagai macam ukuran lembaran PVC yang sering dipakai adalah dimensi (tebal, panjang dan lebar), tingkat kelembutan dan kekakuan, kelenturan, tingkat regangan, kekuatan permukaan (abrasive resistance) dan elastisitasnya. Penentuan ukuran yang dipakai adalah berbeda untuk setiap jenis - lembaran PVC, tergantung dari penggunaannya.10) BOPP yang digunakan sebagai kertas kaca pengemas untuk bermacammacam barang konsumen. Pada saat ini telah dihasilkan lebih dari 10 tipe film BOPP yang terbagi atas empat kategori utama sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel 1. Jenis jenis film BOPP yang dihasilkan

NoKategori UtamaTipePenggunaan

1. Plain FilmP L, AT,

ME,

PLB Untuk dicetak dan dilaminasi dengan plastik lain. Kegunaan akhir adalah untuk pembungkus bahan makanan, bumbu masak, deterjen dll.

Untuk sampul buku, sampul kartu ucapan, album photo, pembung-kus bunga dll.

Untuk pita perekat

2. Heat sealable FilmHS,

HSH,

MSO Bungkus luar produk tembakau rokok.

Bungkus luar kaset audio/video

Bungkus luar bahan kosmetik, biskuit, kembang gula dll.

3. Metalizing FilmMZ,

MZO Bahan pengganti aluminium foil untuk pembungkus dalam rokok

Bungkus bingkisan, kalender, dekorasi dll.

Berbagai macam kemasan untuk makanan ringan, permen dll.

4. Pearlized FilmPF, PFS Pembungkus permen, ice cream, tissue dll.

1.3. Peraturan-peraturan yang TerkaitDalam rangka melindungi industri plastik dalam negeri, Pemerintah mengenakan bea masuk terhadap bahan baku industri plastik dan barang jadi plastik. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 50210K.0111998 tertanggal 14 Desember 1998, bea masuk (import duty) untuk Polyvinyl Chlorida Suspensi adalah 10%.

Selain itu, Pemerintah juga menerapkan bea masuk sebesar 25% atas barang jadi berupa penutup lantai dari pastik dengan perekat maupun tidak, dalam bentuk gulungan atau dalam bentuk ubin dan penutup dinding atau langit langit dari plastik.

Akan tetapi perusahaan dapat memperoleh fasilitas bea masuk atas pemasukan bahan baku dan bahan penolong dari Badan Koordinasi Penanaman Modal yang membebaskan perusahaan dari pembayaran bea masuk atas bahan baku dan bahan penolong yang diimpornya.BAB II

PROSES PRODUKSI2.1.Bahan BakuBahan baku yang digunakan dalam proses produksi kemasan plastik selain daripada biji plastik adalah polypropylene (PP), polythelene (PE), poly vinyl chloride (PVC), polystyrene (PS), polycarbonate (PC), acrylonitrile butadiene styrene (ABS), dan lain-lain. Di Indonesia telah diproduksi bahan baku polystyrene (PS) dan poly vinyl chloride (PVC). Bahan baku lainnya dapat diperoleh secara impor melalui pemasok-pemasok di Jerman, Jepang dan Singapura.

Adapun bahan baku utama yang diperlukan dalam memproduksi lembaran PVC dan kulit imitasi adalah bubuk PVC dan DOP, Bahan pembantu lainnya yang diperlukan antara lain: stabilizer, pigmen, epoxy, impaci modifire, stearic acid. mentablen, irgaplast sylobloc, lem dan kain. Masingmasing bahan pembantu ini mempunyai sifat yang berbeda yang membentuk sifat dah produk yang dihasilkan. Komposisi masingmasing bahan baku utama dan bahan pembantu untuk masingmasin jenis produk adalah berbeda, tergantung dari ketebalan dan spesifikasi produk yang diiginkan oleh pelanggan. Perusahaan memperoleh bahan baku utamanya melalui pembelian baik dari pemasok dalam negeri maupun impor. Pada operasional normal seharihari, Perseroan membeli bahan baku dan bahan pembantu dari suplier lokal sebesar sekitar 70,00% dari total kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu. Penentuan pembelian dari pemasok dalam negeri atau impor dilakukan atas dasar perbedaan harga, kuantitas yang diperlukan, jangka waktu yang diperlukan untuk pengiriman barang dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.Sedangkan bahan baku utama yang dibutuhkan dalam proses produksi lembaran BOPP (film BOPP) dibagi menjadi tiga golongan, yaitu bahan baku utama untuk badan (inti) lembaran, yang disebut homopolimer (homopolymer), bahan baku pembantu untuk lapisan kulit luar (skin) lembaran plastik yang memberikan nilai tambah lembaran berupa corak dan karakteristik plastik yang disebut kopohmer (copolymer) dan bahan pembantu berupa zat-zat tambahan (additive agents atau master batch) yang berfungsi untuk mengubah sifat fisik dari plastik seperti zat anti kaku (antistatic), bening dan licin (superslip), dan tidak mudah membeku (anti block) dan atau wama.Sebagaimana nama dari produk lembaran BOPP, homopolimer yang dipakai adalah bijih plastik polipropilin (polypropylene atau PP) yang merupakan 96% kandungan bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan film BOPP. Dalam pengadaan bahan baku tersebut, sekitar 15% bahan baku utama diimpor dari Singapura dan sisanya atau sekitar 85% diperoleh oleh pemasok lokal. Untuk bahan pembantu kopolimer dan zat-zat tambahan sebagai mana disebutkan di atas, 100% diimpor dari negara Jerman, Jepang, India, dan Belgia., Selain polipropilin yang diterima dari pemasok tersebut, Perseroan juga memperoleh bahan baku dari proses daur ulang atas produk-produk Perseroan yang gagal atau rusak (defect). Penggunaan bahan baku dan proses daur ulang tersebut memberikan kontribusi sekitar 5% dari jumlah bahan baku yang dibutuhkan. 2.2.Proses Produksi

Proses produksi merupakan salah satu bagian penting dalam pembuatan segala jenis produk, khususnya yang berkualitas dan berketepatan tinggi. Menurut prosesnya, dalam memproduksi kemasan plastik, fasilitas produksi dapat digolongkan dalam 4 proses produksi, sebagai berikut: Injection Moulding; yaitu proses yang digunakan untuk pembuatan komponen plastik dengan cara memasukkan (inject) plastik yang telah dilelehkan di dalam barrel injection ke dalam cetakan yang berongga sesuai bentuk produk yang diinginkan (lihat Gambar 1). Blow Moulding; yaitu proses yang digunakan dalam pembuatan botol plastik dengan cara meniup plastik leleh yang berbentuk tabung (parison) di dalam suatu cetakan berbentuk botol. Perison yang ditiup tersebut akan mengembung sesuai bentuk cetakan. Pembentukan parison dapat melalui proses extrusion atau injection. Proses blow moulding juga merupakan proses siklus yang dioperasikan secara otomatis (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Proses Moulding

Sheet Extrusion; yaitu proses yang digunakan untuk pembuatan lembaran plastik (plastic sheet). Melalui proses thermoforming, lembaran plastik digunakan untuk membuat kemasan gelas minuman, tempat agar-agar, tray makanan, biscuit, coklat, dan sebagainya. Pembentukan lembaran plastik dimulai dengan pemanasan serta melelehkan biji plastik secara terus menerus di dalam extruder yang kemudian dikeluarkan melalui t-die. Dengan t-die dan calendar roll yang dingin, plastic sheet terbentuk menjadi lembaran yang kemudian dipotong atau digulung dalam gelondongan (lihat Gambar 2).

Gambar 2. Proses Sheet Extrusion

Screen Printing; yaitu proses yang digunakan untuk mendekorasi baik komponen maupun kemasan plastik. Di dalam memproses ini, tinta akan dikeluarkan melalui celah-celah pada kain screen/kasa sebagai penyaring ke permukaan benda yang ingin dicetak (lihat Gambar 3).

Gambar 3. Proses Screen Printing

Untuk menghasilkan lembaran PVC, diperlukan beberapa tahap proses produksi (lihat Gambar 4) sebagai berikut :

a.Tahap Persiapan

Tahap pertama adalah penentuan formula bahan baku yang diperlukan untuk suatu produk yang akan dihasilkan. Setiap bahan ditimbang sesuai dengan formula yang ditentukan untuk mencapai spesifikasi dan produk yang sesuai dengan penggunaan (aplikasi).

b.Tahap Percampuran, tahapan ini terdiri dari proses : Percampuran A (Intensive Mixer), dari seluruh bahan yang telah ditimbang, ditransfer ke dalam mesin intensive mixer untuk menghasilkan suatu campuran yang homogen.

Percampuran B (Banbury Mixer), hasil percampuran pada intensive mixer yang berupa "compound' dialirkan ke dalam mesin banbury mixer untuk ditingkatkan homogenitasnya agar seluruh unsur bahan baku dapat diintegrasikan dan terikat molekulnya secara sempurna.c.Tahap Pemasakan, tahapan ini terdiri dari proses :

Pemasakan A (Mixing Roll), compound yang telah ditingkatkan homogenitasnya pada banbuly mixer selanjutnya dituang ke dalam mesin mixing roll A sebagai penggiling compound tersebut dengan sumber panas dari oil boiler.

Pemasakan B (Mixing Roll), hasil penggilingan pada pemasakan A adalah berupa lembaran tebal yang lunak yang ditransfer ke mesin mixing roll B melalui conveyor untuk ditingkatkan proses pemasakannya sehingga menghasilkan compound yang masak secara sempurna.d.Tahap Penyaringan (Strainer)

Dari hasil compound yang masak dengan suhu tinggi yang dialirkan kedalam mesin extruder penyaring untuk dapat menyaring dan memisahkan bahan dari imparitas dan kotoran -kotoran yang akan mengganggu di dalam proses pembentukan lembaran dengan ketebalan yang sangat tipis.e. Tahap Pembentukan Sheet (Calender)Compound panas yang teiah disaring melalui extruder dan keluar dengan sub tinggi berbentuk bulat, ditransfer ke mesin calender untuk proses pembentukan lembaran tipis.

f. Tahap Pendinginan

Lembaran panas yang keluar dari rol-rol penjepit tersebut keluar secara terus menerus dan ditarik oleh rol pendingin yang dengan kecepatan tinggi sehingga menghasilkan lembaran yang lebih tipis dari sebelumnya.

g. Tahap PenyelesaianLembaran yang telah dingin tersebut selanjutnya digulung dalam suatu "core" untuk dikemas sesuai dengan panjang dan lebar yang telah ditentukan, selanjutnya diberikan label spesifikasi untuk disimpan dalam gudang barang jadi.

Lembaran PVC yang telah terbentuk dapat diproses lebih lanjut dengan menggunakan mesin cetak untuk menghasilkan lembaran PVC cetak ataupun dilekatkan dengan lembaran yang lain dengan menggunakan mesin laminasi untuk menghasilkan lembaran PVC laminasi.

Gambar 4. Proses Produksi Lembaran PVC

Sedangkan uraian singkat proses produksi film BOPP adalah sebagai berikut (lihat Gambar 5): Homopolimer dimasukkan ke dalam silo-silo penampung untuk dicampur dengan dan zat-zat tambahan.

Campuran resin tersebut kemudian dimasukkan ke dalam Corong Pengering (Drying Hopper) selanjutnya dimasukkan ke dalam unit pelebur (Extruder) guna memasuki proses peleburan sehingga menghasilkan lembaran yang masih belum dibentangkan (non-oriented film) dalam bentuk padat.

Kopolimer yang bersifat perekat (sealant) dialirkan ke dalam unit pelebur tambahan (Satellite Extruder) guna memberi lapisan ke dua sisi film tersebut agar dapat merekat pada suhu tertentu.

Selanjutnya lembaran film didinginkan melalui unit pencetakan (casting) untuk proses kristalisasi. Hasil dari unit pencetakan (casting) tersebut kemudian dipanaskan di unit MDO (Machine Directional Orientation) secara cepat dan merata sesuai dengan sulnu yang dibutuhkan, Setelah lembaran piastik tersebut dipanaskar, pada,unit MDO, proses pembentangan dimulai di unit TDO (Transverse Directional Orientation ) dengan pembentangan lembaran plastik ke arah melebar (membujur) kemudian dibarengi dengan pembentangan ke arah melintang (memanjang) pada unit TDO Strecthing. Tepi-tepi lembaran BOPP tersebut kemudian dipotong (trimming) dan hasil potongan tersebut dikirim ke bagian unit penghancur (crusher) untuk dihancurkan dan langsung dimasukkan ke dalam unit pelebur (extruder). Lembaran BOPP sebagai produk abir kemudian digulung di unit penggulung (winding) Gulungan lembaran BOPP disusun di rak-rak penyimpanan (storage), selanjutnya dipotong di unit .

Gambar 5. Proses produksi film BOPP

pemotongan (slitting) dan digulung kembali di unit penggulungan (rewinding) sesuai dengan spesifikasi pemesan. Hasil dari pemotongan dan penggulungan kembali tersebut kemudian diiakukan pengemasan dan siap didistribusikan kepada pemesan. Untuk sisa-sisa yang tidak terpakai, akan diproses ulang dengan mesin Redaimer sehingga produksi hasil proses ini dapat digunakan kembali sebagai campuran pembuatan fim.BAB III

PROSES PEMASARAN/PENJUALANPemasaran merupakan bagian penting dari operasi serta perkembangan sebuah perusahaan. Produk kemasan plastik yang dipasarkan hampir seluruhnya diproduksi berdasarkan pesanan langsung dari berbagai pelanggan dan mempunyai bentuk serta fungsi tersendiri. Proses produksi dilakukan secara massal dan berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pelanggan (job order).Dalam mengurangi risiko ketergantungan pemasaran dari satu industri, pelanggan dan faktor musiman, maka perusahaan-perusahaan dalam industri kimia/plastik mengambil kebijaksanaan melalui diversifikasi produk serta mamasarkan produknya ke berbagai sektor industri.

Hasil produksi dipasarkan seluruhnya untuk keperluan kemasan produk yang meliputi antara lain produk-produk makanan, bumbu penyedap, rokok, deterjen, alat-alat kantor, pita perekat, kosmetik, parfum, kaset audio/video serta kemasan berupa bahan pengganti aluminium dan berbagai industri yang menggunakan lembaran plastik sebagai bahan utama pengemasannya.Pangsa pasar utama kemasan plastik adalah perusahaan-perusahaan multinasional yang berlokasi di Indonesia seperti Unilever Indonesia, Johnson Home, Syngenta dan lain-lain. Disamping itu Perusahaan pun memasarkan hasil produksinya langsung kepada konsumen sektor industri, yang meliputi antara lain industri percetakan, perusahaan laminasi, produsen bumbu penyedap masakan (MSG), perusahaan pelapis metal, perusahaan pita perekat dan perusahaan rokok.Pada masa krisis ekonomi pada tahun 1997, industri kimia/plastik menerapkan strategi konservatif untuk memfokuskan penjualan pada pelanggan terbesar saja yang volume penjualannya stabil dan pasti dibandingkan dengan mengembangkan pelanggan baru. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi pada masa pasca krisis, industri mulai berupaya untuk mencari pelanggan potensial baru sekaligus mempertahankan pangsa pasar yang sudah dimiliki.

Sistim pemasaran yang dijalankan oleh Perusahaan selain melakukan penjualan langsung kepada konsumen dengan mengadakan kontrak bulanan penjualan lokal, perusahaan pun melakukan penjualan ekspor dimana perusahaan melakukan pemasaran langsung secara aktif ke luar negeri untuk mendapatkan konsumen di berbagai negara.Penjualan Dalam NegeriPerusahaan-perusahaan dalam industri kimia/plastik memasarkan sebagian besar produknya di dalam negeri (sekitar 80%-85%) dan sisanya diekspor ke luar negeri (sekitar 20%-15%). Untuk penjualan domestik, produk-produk dijual baik langsung ke perusahaan pengemas film plastik maupun pemakai akhir (konsumen). Keuntungan menjual produk langsung ke pemakai akhir memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk menjalin kontrak sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk melayani kebutuhan pasar yang sering berubah-ubah.Penjualan EksporUntuk penjualan ekspor, perusahaan-perusahaan melalui staf pemasarannya melakukan pemasaran langsung secara aktif ke luar negeri untuk mendapatkan konsumen di berbagai negara.BAB IVPERSIAPAN PEMERIKSAAN

4.1 Sistem AkuntansiSebelum pemeriksaan dimulai, para pemeriksa harus memahami dan menilai terlebih dahulu sistem akuntansi perusahaan yang bersangkutan termasuk pengendalian intern di dalamnya. Sistem akuntansi yang dimaksud adalah adanya organisasi formulir dan pencatatan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen guna mengelola perusahaan secara efektif dan efisien.

Secara umum, pengendalian intern yang baik memperlihatkan antara lain adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsionaris secara tegas antara pencatatan, penyimpanan, dan otorisasi.

Sedangkan gambaran sistem akuntansi perusahaan adalah sebagai berikut :1. Terdapat Formulir yang merupakan dokumen pertama yang digunakan untuk mencatat terjadinya transaksi dan digunakan sebagai dasar pencatatan akuntansi.

2. Terdapat buku-buku untuk mencatat dan mengklasifikasikan data-data keuangan dan data lainnya sesuai informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan, antara lain buku jurnal, buku besar, buku pembantu.3. Terdapat Laporan Keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Laba Ditahan, Laporan lain-lain), yang disajikan dengan nilai historis. Laporan Arus Kas menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dari aktivitas operasi, investasi, dan keuangan.4.2 Analisis Laporan KeuanganAnalisa laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai perubahan (kenaikan/penurunan) yang terjadi pada pos-pos dalam laporan keuangan yang terkait dengan kewajiban perpajakan yang timbul dari perubahan-perubahan tersebut.Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:

1. Analisis vertikalAnalisa vertikal dengan membandingkan biaya-biaya maupun pendapatan yang saling berhubungan dalam satu tahun buku sehingga dapat ditentukan titik titik kritis yang lebih memerlukan pendalaman.2. Analisis horizontalAnalisa horizontal dengan membandingkan biaya/pendapatan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya untuk melihat tren biaya/pendapatan tersebut.3. Analisis cross section

Analisa dilakukan dengan cara membandingkan biaya/pendapatan perusahaan dengan biaya/pendapatan yang timbul juga pada perusahaan lain sejenis dalam satu industri kimia/plastik.

Dokumen yang dibutuhkan :

Laporan keuangan komersial tahun audit dan beberapa tahun sebelumnya.

SPT PPh Badan

Daftar koreksi intern dari Wajib Pajak

Berkas pemeriksaan tahun sebelumnya dari KPP terkait.4.3 Analisis PendapatanPendapatan utama berasal dari h0asil penjualan produk kemasan plastik. Analisis pendapatan dapat dilakukan dengan cara :Membandingkan nilai pendapatan dengan biaya-biaya variable yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut.1. Pengujian atas nilai pendapatan dalam buku besar penjualan dengan faktur penjualan dan arus barang.2. Melakukan equalisasi pendapatan dengan penerimaan kas/bank yang berasal dari penjualan.

Dokumen yang dibutuhkan :

SPT PPh Badan

Laporan Keuangan tahun berjalan dan tahun sebelumnya

General Ledger

Buku Besar Penjualan, faktur penjualan, arus barang

Bukti penerimaan kas/bank (rekening koran)4.4 Analisis Biaya1. Harga Pokok PenjualanAnalisis harga pokok penjualan dilakukan dengan menilai kewajaran biaya-biaya yang menjadi unsur penentu harga pokok. Untuk itu perlu dipahami karekteristik dan relevansi biaya tersebut dengan produk yang dihasilkan. Dalam pemeriksaan terhadap Harga Pokok Penjualan, pengujian dilakukan terhadap buku kas/bank, buku pembelian, faktur pembelian, dokumen impor, kartu pemakaian bahan, persediaan, penyusutan, biaya langsung dan biaya tidak langsung serta bukti relevan lainnya dari pihak ke tiga (dalam hal impor bahan baku, data yang relevan dapat diperoleh dari pihak bea cukai atau departemen perindustrian dan perdagangan).Dokumen yang dibutuhkan : SPT PPh Badan Laporan laba-rugi Laporan perhitungan harga pokok Laporan produksi Dokumen impor2. Biaya Pengurang Penghasilan BrutoAnalisis biaya dilakukan dengan dengan cara menilai kewajaran nilai biaya dan relevansinya dengan penghasilan yang diciptakannya. Pengujian dapat dilakukan antara lain terhadap buku besar kas/bank, rekening Koran, daftar perhitungan penyusutan aktiva tetap, daftar pembayaran gaji upah dan tunjangan, voucher-voucher dan bukti-bukti pendukung yang terkait. Pos pengurang penghasil bruto antara lain :

Gaji , Upah , Bonus , Tunjangan , dll.

Penyusutan dan amortisasi

Bunga Pinjaman

Biaya Lain- lain Dokumen yang dibutuhkan : SPT PPh Badan Laporan keuangan Ledger dan Sub Ledger

Daftar Aktiva dan Perhitungan Penyusutan Aktiva tetapBAB V

PROGRAM PEMERIKSAAN

Program pemeriksaan disini hanyalah berupa tambahan dari pada langkah-langkah pemeriksaan yang sudah secara umum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-01/PJ.7/1990 tentang pedoman pemeriksaan pajak.5.1 Peredaran Usaha Untuk penjualan lokal, jika terdapat kontrak bulanan dengan pelanggan, periksa kewajaran harga dalam kontrak, bandingkan dengan harga pasar. Atas penjualan ekspor yang terjadi, periksa omzet penjualan, bandingkan dengan kewajaran biaya pemasaran, sponsor yang terjadi.5.2 Harga Pokok Penjualan / Biaya Langsung Atas penjualan ekspor yang terjadi, periksa omzet penjualan, Periksa kewajaran harga bahan baku produksi, cek kontrak pembelian bahan baku, jika ada, bandingkan harganya dengan harga bahan baku sejenis pada perusahaan kimia plastik sejenis lainnya. Jika ada pembelian bahan baku impor, periksa nilai impor yang dilakukan, bandingkan dengan PIUD nya. Lakukan konfirmasi pada pihak ke tiga mengenai harga-harga bahan baku, baik impor maupun lokal (misalkan ke direktorat bea cukai, departemen perindustrian perdagangan). Mintakan formula atas produk-produk plastik yang dihasilkan, bandingkan dengan daftar/kartu pemakaian bahan baku.5.3 Pengujian atau Equalisasi dengan Pajak Terkait Equalisasi PPh Pasal 21

Lakukan pengujian antara jumlah PPh Pasal 21 yang dilaporkan di dalam SPT Masa dan Tahunan PPh Pasal 21 dengan jumlah pos-pos obyek PPh Pasal 21 di dalam laporan keuangan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Badan. Equalisasi PPh Pasal 23

Lakukan pengujian antara jumlah PPh Pasal 23 yang dilaporkan di dalam SPT Masa PPh pasal 23 dengan jumlah obyek PPh Pasal 23 yang ada dalam laporan keuangan fiskal yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Badan. Equalisasi PPh Pasal 4 ayat 2

Lakukan pengujian equalisasi antara jumlah PPh Pasal 4 ayat 2 yang dilaporkan di dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 dengan jumlah obyek PPh Pasal 4 ayat 2 di dalam SPT Tahunan PPh Badan. Equalisasi PPh Pasal 26

Lakukan pengujian equalisasi antara jumlah PPh Pasal 26 yang dilaporkan di dalam SPT Masa PPh Pasal 26 dengan jumlah obyek PPh Pasal 26 di dalam SPT Tahunan PPh Badan. Equalisasi PPNLakukan pengujian antara hasil perhitungan PPN yang dilaporkan di dalam SPT Masa PPN selama masa yang diperiksa dengan jumlah obyek PPN di dalam laporan keuangan fiskal yang dilaporkan di dalam SPT Tahunan PPh Badan. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan atas pengujian atau equalisasi dengan pajak terkait.BAB VIMODUS OPERANDI DAN ILUSTRASI

6.1 Perubahan penetapan golongan harta pada industri kimia untuk keperluan penyusutanBerdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 826/KMK.04/1984 tanggal 9/8/1984, jenis-jenis harta berupa mesin-mesin dan peralatan untuk prosesing dan produksi barang-barang kimia, mesin-mesin yang mengolah/ menghasilkan produk-produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia, mesin-mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk industri lainnya pada industri kimia dimasukkan dalam golongan 2 dengan tarif penyusutan 25 % per tahun. Keputusan di atas telah diperbaharui/diganti dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 520/KMK.04/2000 tanggal 14/12/2000 yang menetapkan jenis-jenis harta di atas menjadi golongan 3 dengan tarif penyusutan 10 % per tahun.

Dengan diterbitkannya keputusan yang baru di atas seharusnya perusahaan-perusahaan merubah perhitungan biaya penyusutannya dari tarif 25 % menjadi 10 % per tahun. Akan tetapi, masih ada perusahaan yang belum menerapkan tarif penyusutan yang baru sehingga akan terjadi pembebanan biaya penyusutan yang terlalu tinggi dan perlu dilakukan koreksi terhadap biaya tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi perhitungan PPh Badan perusahaan yang bersangkutan.

Gambar 6. Ilustrasi Kasus Penyusutan Pada Industri Kimia/Plastik6.2 Transfer PricingTujuan transfer pricing adalah untuk memperbesar harga pokok perusahaan group.

Contoh Kasus Perusahaan X, bergerak dalam bidang industri kimia plastik, dalam proses produksinya membeli bahan baku dari perusahaan Y yang berada dalam satu group kepemilikan dengan harga yang ditinggikan dalam usaha untuk memindahkan laba ke perusahaan Y atau pun adanya pembayaran dividen terselubung.

Apabila ditemukan adanya praktik transfer pricing tersebut dengan cara melakukan pemeriksaan kewajaran harga bahan baku dan membandingkan harganya dengan bahan baku sejenis pada perusahaan plastik lain atau pun dengan mencek harga ke pihak ke tiga (bea cukai, deperindag), maka sejumlah selisih antara nilai transaksi dengan harga pasar yang terjadi tidak dapat dibiayakan menurut ketentuan perpajakan dan harus dikoreksi positif.Jika atas selisih tersebut diindikasikan adanya pembayaran dividen terselubung, maka atas jumlah tersebut harus dipotong PPh pasal 26 dengan tarif 15 %.Gambar 7. Ilustrasi Kasus Transfer Pricing Antar Perusahaan dalam Satu Grup

6.3 Prosentase produk akhir plastik dibandingkan dengan jumlah bahan baku yang digunakan untuk dapat menghasilkan jumlah produk plastik tertentu.Dengan belum tersedianya suatu standar mengenai berapa jumlah bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah produk tertentu, maka tidak mudah bagi pemeriksa untuk dapat meyakini jumlah pemakaian bahan baku dalam harga pokok penjualan.

Dari hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu persentase yang menyebutkan berapa perbandingan antara pemakaian bahan baku dengan barang jadi. Angka persentase itu dapat diuji dengan : Konfirmasi ke Depertemen Perindustrian Membandingkan dengan perusahaan-perusahan sejenis Membandingkan dengan standar/formula bahan baku masing-masing perusahaan Memperhitungkan umur mesin untuk produksiJika ditemukan perbandingan yang cukup signifikan perlu pendalaman pemeriksaan dalam rangka mendukung koreksi yang akan dilakukan.

Gambar 8. Ilustrasi Kasus Presentase Penggunaan Bahan Baku Menjadi barang jadi.

6.4 Daur ulang plastik (PPN).Dari hasil pemeriksaan dijumpai adanya pendapatan luar usaha berupa pendapatan penjualan daur ulang plastik. Atas penyerahan barang tersebut di atas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Gambar 9. Ilustrasi Kasus Proses Daur Ulang Produk Kimia/Plastik

Dasar hukum:1. Pasal 1 huruf 2 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak, atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud

Sesuai pasal 1 huruf 3, pada dasarnya semua barang dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain menurut Undang-undang (lihat juga pasal 1A huruf (i)2. Pasal 3 PP No 50 Tahun 1994Barang hasil industri daur ulang, tidak termasuk jenis barang yang tidak dikenakan pajak

3. Pasal 1 huruf 14 dan 15 Undang-undang No 18 tahun 2000Pengusaha kena pajak adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean, yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk pengusah kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.4. Batasan Pengusaha Kecil PPN diatur dalam Kep. Men. Keu Nomor 648/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994.Sehingga hasil industri berupa daur ulang plastik merupakan barang kena pajak dan atas penyerahannya terutang PPN, kecuali penyerahannya dilakukan Pengusaha Kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.NARA SUMBER1. Maliki Heru Santosa

2. M. Arifin Siregar

3. Moorman SimamoraTIM PENYUSUN1. Mirza Bachtiar

2. Edwarsyah

3. Rika Amalia

4. Tresnasih Jusuf

5. Ribaldo Saftian

6. Sri Wahyuningsih

7. Deasy Lontoh

_1166236767.vsdRaw Material

ExtrusionProcess

Die

Jumbo Roll

PVdCCoating

Slitter

Packing

Customer

Coating Process

YES

NO

Chill Roll

Machine Directional Orientation

Transfer Directional Orientation

_1166236901.vsdRaw Material

Printing

Slitter

Packing

Customer

Coating Process

YES

NO

Blow Process

Jumbo Roll

CoatingNeeded

_1166360250.vsdPenimbanganBahan

IntensiveMixer

BanburyMixer

Mixing RollPertama

Mixing RollKedua

StrainerExtruder

Calender

Cooling Roll

Winder

PVC Powder

DOP

Additive

Pemanasan

Mesin Packing

Printing &Laminating

Mesin Packing

Barang Jadi

_1166236528.vsdDesign & Contruction

Tool & Mould

Material Plastic

Mesin Moulding

Decoration