MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

118
BUKU PANDUAN TAHUN AJARAN 2016/2017 SIE. MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI LABORATORIUM PETROLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2016

Transcript of MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Page 1: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

BUKU PANDUAN

TAHUN AJARAN 2016/2017

SIE. MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI LABORATORIUM PETROLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”YOGYAKARTA

2016

Page 2: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-

Nya kami dapat menyelesaikan Panduan Praktikum Mineralogi Optik-Petrografi ini.

Penyusunan Panduan Praktikum Mineralogi Optik-Petrografi ini dimaksudkan agar

dipergunakan sebagai penuntun bagi para praktikan dan diharapkan praktikan mampu

mengelompokkan, mendeskripsikan dan menamai batuan dari sebuah sayatan tipis. Adapun

tujuan utama adalah supaya praktikan dapat memahami batuan yang ada di bumi melalui analisa

petrografi.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu kami selama proses penyelesaian buku Panduan Praktikum Mineralogi Optik-Petrografi

ini.

Dan tak lupa kami mengharapkan para pembaca untuk membantu kami dalam

mengoreksi buku ini, sehingga pada massa yang akan datang dapat tercapai kesempurnaan dalam

penyusunan buku Panduan Praktikum Mineralogi Optik-Petrografi ini.

Penyusun

Page 3: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

viii

DAFTAR PUSTAKA

Ehler E.G., Blatt H., 1982, “Petrology . Igneous, Sedimentary and metamorphic”, W.H.

Freeman and Company, San Fransisco, pp 110

Kerr P. F., 1977. Optical Mineralogy, McGraw Hill Book Company Inc. Mew York, Toronto,

London.

Mac Kenzei W.S., Donaldson C.H. and Guilford C., 1982, “Atlas of Igneous Rocks and

Their Textures”, Longman group Ltd., usa, 147 pp.

Mackenzie W. S. and C. Guilford , 1980. Atlas of Rock-Forming Minerals in Thin Section,

Halsted Press, London

Nesse William D.,1991. Introduction to Optical Mineralogy, Oxford University Press, Second

Edition, New York Oxford

Pettijohn F.J., 1957, “Sedimentary Rocks”. Indian edition, Harper & Row Publishers, Inc.,

New York, reprinted by Mohan Primlani, oxpord & IBH publishing Co. New

Delhi, 718 pp.

Phillips W.R., 1971. Mineral Optics, Principles and Techniques, W.H. Freeman and

Company, San Francisco.

Philpotts A.R., 1989,”Petrography of Igneous and Metamorpich Rocks”, Prentice – Hall

Inc. New Jersey, 179 pp.

Williams H., Turner F.J and Gilbert C.M., 1954,”Petrography, An Introduction to Study of

Rocks in Thin Section”, University of California, Barkeley, W.H. Freeman and

Company, San Fransisco, 406 pp.

Wahlstrom E.E., 1948, “Igneous Mineral adn Rocks”, second printing, john Wiley and Sons

Inc., London, USA, 367 pp.

Wilson M., 1989. “Igneous Petrography”, First edition, Unwin Hynman Ltd., London, 165

pp.

Williams H, Turner F.J. and Gilbert C.M., 1954, “Petrography, An Introduction to Study of

Rocks, In Thin Section”, University of California, Barkeley, W.H. Freeman and

Company, San Fransisco, 406 pp.

Page 4: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

ix

Yudith B. M., Hadi Sutomo, Soekardi M., 1982. Mineral Optik,Pusat Penerbitan

Fakultas Teknik UGM.

Roger A. F., 1942. Optical Mineralogy, McGraw Hill Book Company Inc., New York

and Toronto.

Wahlstrom E.E., 1960, Optical Crystallography, John Wiley & Sons Inc., New York

and London.

Page 5: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

1

TATA TERTIB

LABORATORIUM MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI

UMUM

1. Praktikan harus lulus mata kuliah Kristalogirafi Mineralogi dan Petrologi dengan

nilai minimum D dan mengambil Mata kuliah Mineralgi Optik-Petrografi,

2. Praktikan berpakaian yang sopan dan rapi dan tidak diperkenankan menggunakan

kaos oblong dan sandal,

3. Menjaga kesopanan, ketertiban, dan keamanan dalam pelaksanaan kegiatan

praktikum,

4. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum diluar jadwal yang telah

ditentukan kecuali izin assisten,

5. Praktikan dinyatakan gugur jika tidak mengikuti praktikum sebanyak 2 kali berturut-

turut dan tiga kali tidak berturut-turut tanpa surat izin,

6. Mempersiapkan diri dengan belajar materi acara praktikum akan membantu

keberhasilan praktikum,

7. Semua praktikan hendaknya menjaga kebersihan dan ketertiban dengan cara tidak

merokok dan membuang sampah sembarangan didalam ruang laboratorium,

8. Dilarang makan dan minum saat praktikum sedang berlangsung,

9. Wajib membawa modul dan perlengkapan lainnya saat praktiukum.

SAAT PRAKTIKUM

1. Praktikan seyogyanya telah datang 5 menit sebelumnya, hanya pada keadaan terpaksa,

terlabat datang 5 menit masih diperbolehkan mengikuti praktikum,

2. Praktikan memasuki laboratorium setelah peserta praktikum plug sebelumnya telah

keluar semua dan meletakkan tas ditempat yang telah tersedia,

3. Praktikan wajib membawa bon alat setiap melakukan praktikum yang diperiksa dan di

acc oleh assisten agar dapat menggunakan peraga-peraga praktikum. Apabila tidak

membawa bon alat tersebut, praktikan tidak diperkenan kan untuk mengikuti kegiatan

praktikum dan dinyatakan inhal,

Page 6: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

2

4. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan mikroskop terpelihara, diharuskan

memperlakukannya dengan hati-hati, bersihkan lensa-lensa objektif dan okuler

dengan kain planenl sebelum dipergunakan agar dapat dipergunakan secara optimal,

5. Hubungkan mikroskop dengan sumber listrik dengan hati-hati, pastiakan tidak ada

kabel yang dapat mengakibatkan arus pendek (korsleting),

6. Praktikan tidak diperbolehkan meninggalkan laboratorium tanpa ijin dari assisten

pada saat itu,

7. Selesai setiap acara praktikum meja harus dalam keadaan bersih dari kotoran.

Page 7: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

3

Page 8: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

4

BAB 1

MIKROSKOP POLARISASI

Mikroskop polarisasi yang akan dibahas dan digunakan dalam praktikum ini adalah

mikroskop polarisasi bias. Mikroskop polarisasi pantul yang dipergunakan dalam mengamati

mineral yang tak tembus cahaya tidak dibahas pada tulisan ini.

Di Laboratorium Petrologi Seksi Mineralogi Optik, Jurusan Teknik Geologi, UPN

“Veteran” Yogyakarta memiliki lima jenis mikroskop polarisasi yaitu jenis Nikon, Motik, Carl

Zeiss, Olympus, dan Reichert. Secara umun prinsip penggunaannya sama, hanya pada mikroskop

jenis Olympus dan Reichert sebagian masih menggunakan cermin untuk mendapatkan pantulan

sumber cahaya, sedangkan pada Nikon, Motik, dan Carl Zeiss sudah menggunakan lampu yang

cahayanya langsung masuk kedalan sistim optik mikroskop, jadi tidak diperlukan cermin lagi.

1.1 Bagian-bagian Mikroskop Polarisasi

Setiap mikroskop polarisasi dilengkapi dengan bagian- bagian yang mempunyai fungsi

berlainan (lihat gambar 1.1). Beberapa perlengkapan pada mikroskop polarisasi, tidak dipunyai

mikroskop non polarisasi diantaranya, lensa-lensa polarisasi, komparator, kondensor, maupun lensa

amici bertrand.

Page 9: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

5

Lensa Okuler

Merupakan tempat mata kita melihat obyek yang kita amati. Lensa ini terbuat dari dua buah

lensa cembung yang dirangkai dalam satu unit, umumnya pada tiap mikroskop terdiri dari tiga atau

lebih lensa okuler dengan perbesaran yang berlainan serta dilengkapi dengan garis benang silang

maupun skala grafis. Lensa ini dapat diganti-ganti sesuai kebutuhan.

Gambar 1.1. berbagai macam

Mikroskop polarisasi, berturut- turut

searah jarun jam adalah merk Motik,

Nikon, Olympus, Reichert, dan Carl

Zeiss.

Page 10: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

6

Gambar 1.2. Kenampakan lensa okuler pada mikroskop polarisasi Nikon.

Gambar 1.3. Perlengkapan dan sistem pencahayaan pada mikroskop polarisasi (Kerr, 1977)

Page 11: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

7

Tubuh Mikroskop

Pada tipe Olympus dan Reichert, bagian ini dapat digerakkan naik turun untuk mengatur

jarak fokus.

Lensa Amici-Bertrand

Gunanya untuk memperbesar gambar interferensi pada penentuan sumbu optis dan tanda

optis suatu mineral.

Komparator/kompensator

Gunanya untuk mengetahui posisi sumbu indikatrik suatu mineral. Umumnya terbuat dari

keping gips dengan nilai retardasi (∆) sebesar ±530 mμ. Namun beberapa jenis mikroskop

dilengkapi pula dengan keping mika (∆ = ± 147,4 mμ) dan keping kuarsa ( ∆ = ± 900 mμ ).

Gambar 1.4. Kenampakan lensa amici bertrand pada mikroskop polarisasi Olympus yang berbentuk bulat (kiri) dan pada

mikroskop polarisasi Nikon yang berbentuk keping segi empat.

Gambar 1.5. Kenampakan komparator keping gipsum pada mikroskop polarisasi Nikon (kiri) dan komparator keping

mika untuk mikroskop polarisasi Olympus.

Lensa Amici Bertrand

Komparator

Page 12: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

8

Polarisator

Terbuat dari lensa polaroid, gunanya untuk menyerap cahaya secara selektif sehingga

cahaya yang masuk hanya bergetar pada satu bidang.

Analisator (Polarisator Atas)

Terbuat dari lensa polaroid, umumnya memiliki arah getar saling tegak lurus terhadap arah

getar polarisator, namun pada mikroskop tipe Olympus arah getar analisator dapat diatur

sekehendak kita.

Gambar 1.6. Kenampakan Lensa Polarisator bawah dan Polarisator atas pada mikroskop Nikon (kiri) dan Motik (kanan).

Lensa Obyektif

Umumnya paling sedikit disediakan tiga buah lensa obyektif dengan perbesaran yang

berlainan. Pada mikroskop tipe Zeiss dan Reichert beberapa lensa obyektif dirangkai dalam satu

unit, dilengkapi dengan revolver, sehingga penggantian obyektif dapat dilakukan dengan cepat.

Lensa Polarisator

Lensa Polarisator Atas

Page 13: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

9

Sekrup pemusat (sentring)

Gunanya untuk mengatur agar sumbu putaran meja tepat pada perpotongan benang silang.

Pada mikroskop tipe Olympus dan tipe Zeiss sekrup pemusat terletak pada lensa obyektif

sedangkan pada mikroskop Reichert terletak pada tepi meja obyek.

Meja Obyek

Merupakan tempat meletakkan sayatan tipis, pada tepi meja dilengkapi skala 0° - 360 °serta

skala nonius. Pada mikroskop Zeiss meja obyek dapat digerakkan naik turun untuk mengatur fokus.

Gambar 1.7. Kenampakan Lensa Obyektif dan Meja Obyek (kiri) dan kenampakan dari dekat sekrup pengatur sentring

pada tempat dudukan lensa obyektif (kanan).

Kondensor

Terdiri dari lensa cembung, gunanya untuk memusatkan sinar yang datang dari cermin

dibawahnya.

Diafragma

Gunanya untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke medan pandang,dengan cara

memperbesar atau memperkecil lubang bukaan (apertur).

Cermin.

Selalu terdiri dari cermin datar dan cermin cekung. Masing-masing gunanya untuk

mendapatkan pantulan sinar sejajar dan sinar terpusat (konvergen). Pada mikroskop Zeiss

kedudukan cernin digantikan oleh lampu.

Lensa Obyektif

Meja Obyek

Sekrup sentring

Page 14: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

10

Sekrup Pengatur Fokus

Gunanya untuk mengatur jarak fokus antara lensa obyektif dengan sayatan tipis. Pada

mikroskop Olympus kedua sekrup tersebut letaknya terpisah dibagian atas. Bagian yang bergerak

adalah tubusnya, sedangkan pada mikroskop Nikon, Motik, dan Zeiss bagian yang bergerak adalah

meja obyeknya, kedua sekrup pengatur fokus terletak pada satu tempat dibagian bawah dari lengan

mikroskop. Biasanya pada mikroskop dilengkapi pengatur fokus kasar dan halus.

Gambar 1.8. Kenampakan Lensa Kondensor (kiri) dan kenampakan sekrup pengatur fokus pada mikroskop polarisasi

Nikon (kanan).

1.2. Cara mempersiapkan Mikroskop Polarisasi

Agar mikroskop siap pakai ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:

1.2.1 Sinar yang masuk ke medan pandangan harus maksimum.

Jika kita mempergunakan mikroskop dengan sumber cahaya (lampu) yang sudah

dipasang (oleh pabriknya) di bawah meja obyek maka hanya tinggal menghidupkan lampu,

namun bila cahaya yang digunakan berasal dari pantulan cermin, maka kita usahakan agar

sinar yang masuk ke dalam medan pandangan harus merata dan maksimum.

Bila suatu sayatan tipis diletakan di atas meja

obyek, bayangan sinar harus terlihat bulat dan

intensitas cahayanya merata.

Gambar 1.9. Kenampakan cahaya yang merata yang

melewati peraga sayatan tipis mineral.

Page 15: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

11

1.2.1 Mikroskop harus dalam keadaan terpusat (sentring) atau sumbu

putaran meja obyek tepat pada perpotongan benang silang.

Pada pengamatan mineral, seringkali pada waktu meja obyek diputar, mineral hilang

dari medan pandangan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa mikroskop belum dalam keadaan

sentring. Untuk itu dilakukan cara-cara sebagai berikut:

a. Syarat 1.2.1 terpenuhi

b. Letakkan sayatan tipis pada meja obyek, fokuskan dengan sekrup pengatur kasar maupun

halus sehingga diperoleh gambaran obyek yang jelas.

c. Pilih satu titik kecil (misalnya mineral bijih), letakkan tepat pada perpotongan benang

silang.

d. Putar meja obyek ,kalau titik tersebut berputar pada tempatnya,berarti mikroskop sudah

sentring. Kalau titik tersebut berputar menjauhi perpotongan benang silang,berarti

mikroskop belum sentring.

e. Apabila mikroskop belum sentring, kita tentukan titik pusat lingkaran yang dibentuk titik

(mineral) yang kita putar (setengah jarak kedudukan terjauh dengan perpotongan benang

silang).

f. Putar sekrup pemusat (pin) pada lensa obyektif( untuk mikroskop jenis Zeiss dan

Olympus) dan pada meja obyek (untuk jenis Reichert), agar titik (mineral) tersebut

bergerak dari kedudukan putaran terjauh ke arah perpotongan benang silang sejauh

setengah diameter lintasan putaran.

g. Ulangi prosedur diatas (a - f), sehingga mikroskop betul- betul dalam keadaan sentring.

h. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan setiap ganti lensa obyektif.

Gambar 1.10. Kenampakan sayatan tipis pada mikroskop yang belum sentring. Perhatikan

titik yang terdapat di tengah medan pandangan, setelah meja obyek diputar, titik tersebut

menjauh dari pusat medan pandangan.

Page 16: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

12

Gambar 1.11. Kenampakan sayatan tipis pada mikroskop yang telah sentring. Setelah meja

obyek diputar, titik yang yang terdapat di tengah medan pandangan, tetap pada posisinya..

1.2.3 Arah getar polarisator harus sejajar dengan salah satu benang silang

Dengan mempergunakan Mineral biotit :

Mineral biotit apabila sumbu indikatrik sinar Z (berimpit dengan sumbu panjang

kristalografi/sumbu a) sejajar arah getar polarisator, akan memperlihatkan warna absorbsi

maksimum.

a. Lensa polarisator dipasang, lensa analisator dilepas.

b. Pastikan bahwa lensa okuler tepat pada kedudukannya yaitu kedua benang silang terletak

pada N-S (vertikal) dan E-W (horisontal).

c. Pilih kristal biotit yang belahannya terlihat jelas.

d. Putar meja obyek hingga biotit memperlihatkan warna absorbsi maksimum. Apabila pada

saat memperlihatkan warna absorbsi maksimum kedudukkan biotit sudah horisontal atau

vertikal, berarti arah getar polarisator sudah sejajar salah satu benang silang.

Dengan mempergunakan Mineral Tourmalin

Mineral tourmalin akan memperlihatkan warna absorbsi maksimum jika sinar

ordiner/biasa sejajar arah getar polarisator.

Sedangkan sinar ekstra ordiner/luar biasa akan memperlihatkan warna absorsi

minimum jika sejajar arah getar polarisator (indeks bias sinar ordiner lebih besar dari ekstra

ordiner).

Pada mineral sumbu satu, sinar ekstra ordiner yang sesungguhnya selalu berimpit

dengan sumbu C kristalografi (pada mineral tourmalin merupakan sumbu panjang kristalografi).

Page 17: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

13

P A

P

Oleh karena itu pada mineral tourmalin akan memperlihatkan kenampakan warna absorbsi

maksimum, jika sumbu panjang krisfalografinya tegak lurus arah getar polarisator.

1.2.4 Arah getar polarisator harus tegak lurus arah getar analisator

a. Polarisator sejajar salah satu benang silang (seperti 1.2.3).

b. Polarisator dan analisator dipasang dengan tanpa sayatan tipis.

c. Bila medan pandangan nampak gelap berarti polarisator sudah tegak lurus analisator. Bila

masih nampak terang berarti bidang arah getaran kedua polaroid tersebut belum tegak

lurus, maka analisator harus diputar sambil mengamati medan pandangan hingga didapat

kenampakkan gelap maksimum

a) b) c)

Gambar 1.13. Gambar atas kenampakan dua lembar lensa polaroid yang memperlihatkan posisi dari kiri ke

kanan a) saling sejajar, b) saling membentuk sudut miring, c) saling tegak lurus. Gambar bawah kenampakan

mikroskopik saat polarisaator sejajar analisator (kiri) dan saat polarisator tegak lurus analisator.

P A P

P

A

A A

A

P A P P

Page 18: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

14

Gambar 1.12. Kenampakan mikroskopik mineral biotit pada ortoskop nikol sejajar. Biotit akan memperlihatkan

kenampakan warna absorbsi maksimum.

P P

Page 19: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

15

BAB 2

ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR

Untuk melakukan pengamatan sifat-sifat optik mineral diperlukan beberapa tahapan, yaitu

dari ortoskop nikol sejajar, ortoskop nikol silang dan konoskop(lihat tabel 2.1). Berdasarkan

ketembusan terhadap cahaya, mineral dibagi menjadi mineral opak dan mineral transparan. Mineral

opak adalah mineral yang tidak tembus cahaya, sedangkan mineral transparan adalah mineral yang

tembus cahaya.

Tabel 2.1 Diagram alir identifikasi sifat optik mineral

Page 20: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

16

Pengamatan mikroskop polarisasi nikol sejajar adalah pengamatan dengan tidak

menggunakan analisator atau analisator sejajar arah polarisator. Artinya kita mengamati cahaya

polarisasi yang merambat melewati kristal, tetapi hanya pada satu bidang getar yang sejajar dengan

arah getar polarisator.

Sifat optik yang dapat diamati antara lain warna absorbsi, pleokrisme, index bias, relief dan

juga bentuk belahan/pecahan,serta ukuran butir.

2.1 Warna dan pleokroisme

Terjadinya warna merupakan akibat dari gejala serapan cahaya yang melintasi Kristal.

Warna mana yang teramati adalah warna cahaya yang melewati sumbu indikatrik yang sedang

bergetar sejajar dengan arah getar polarisator.

Idiochromatis adalah warna asli mineral. Allochromatis adalah warna akibat pigmen lain,

seperti inklusi kristal- kristal halus atau oleh adanya elektron-elektron dari logam- logam transisi

(Cr, Fe, Mn dll) pada mineral yang bersangkutan. Kehadiran warna bagaimanapun sangatlah

berarti, karena banyak mineral yang mudah dikenal karena mempunyai warna yang kas (lihat

tabel 2.2), sebagai contoh biotit berwarna coklat, gloukofan berwarna ungu biru, klorit berwarna

hijau.

Jika cahaya yang melewati sumbu indikatrik suatu mineral dengan kenampakan warna

yang berbeda, maka apabila meja obyek diputar lebih dari 90⁰, maka mineral tersebut akan

menampakkan lebih dari satu warna. Gejala demikian disebut sebagai gejala plekroisme.

Pleokroisme Dwikroik jika dicirikan oleh dua warna yang berbeda (mineral dengan

sisitim kristal hexagonal dan tetragonal). Sedangkan pleokroisme Trikroik jika dicirikan oleh

perubahasn tiga warna yang berbeda (mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin,

dan triklin). Sedang pada mineral yang bersistem kristal isometrik tidak mempunyai sifat

pleokroisme.

Suatu mineral yang mempunyai sifat trikroik, dalam satu sayatan tipis maka tidak akan

memperlihatkan tiga kali perubahan warna, tetapi hanya dua hali perlubahan warna, karena

dhanya ada dua sumbu yang dapat dilewati sinar (harus dengan dua sayatan yangalam satu

sayatan berbeda arah).

Warna mana yang nampak dalam mikroskop, tergantung sumbu indikatrik sinar mana

Page 21: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

17

yang sedang bergetar sejajar arah getar polarisator.

Pleokroik lemah jika perbedaan warna absorbsi tidak begitu menyolok, sehingga

perubahan warna selama pengamatan tidak begitu jelas, seperti pada beberapa mineral piroksen.

Sedangkan istilah Pleokroik kuat digunakan jika perbedaan warnanya cukup jelas dan kontras.

Gambar 2.1. Memperlihatkan perubahan warna pada mineral gloukofan. Setelah meja obyek diputar 90⁰, terdapat mineral

yang berubah dari biru menjadi transparan, Ungu menjadi transparan, sedangkan mineral lainnya berubah dari ungu

menjadi biru. Pada sayatan tersebut kita dapat melihat gejala trikroik melalui tiga mineral ( Foto: Mackenzie W. S. and C.

Guilford , 1980

P P

P

P

Page 22: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

18

Tabel 2.2 Warna-warna dari beberapa macam mineral (Kerr, 1977)

Sumbu Optik Tanda merah jingga orange coklat Kuning

Isotropis

Sphalerite

Spinel

Cilachite

Perovskite

Sodalite Fluorite

Perovakite Garnet

Perovakite

Sphalerite

Fluorite

Spinel

Collophane

Cilachite

Perovskite

Garnet

Sodalite

Spharelite

Flourite

Spinel

Collophane

Garnet

Anisotropis

Uniaxial

(+)

Rutile

Zircon

Cassiterite

Rutile

Zircon

Cassiterite

Rutile [Chloritoid]

(-)

Tourmaline

Corundum

(Biotite)

Dravite

Stilpomelane

Tourmaline

Apalite

[Biotite]

Dravite

Stilpnomelane

Schorlite

Tourmaline

Jarosite

Anisotropis

Biaxial

(+)

Piedmontite

Perovakite

Piedmontite

Titanite Staurolite

Clinoclhore

Perovakite

Piedmontite

Staurolite

Perovakite

Piedmontite

Titanite Staurolite

Clinoclhore

Aegirine-

augite

Chondrodite

Perovakite

Piedmontite

Titanite

Staurolite

Monazite

Chloritoid

Clinochlore

Aegirine-

augite

Chondrodite

(+-)

Iddingsite Iddingsite

(-)

Allanite

Hypersthene

Andalusite Dumortierite

Biotite

Allanite

Phlogipite

Basaltic

Hornblende

Aegirine

Hypersthene

Hornblende

Biotite

Epidote

Glaucophane

Allanite

Phlogopite

Actinolite

Glauconite

Page 23: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

19

Lanjutan warna-warna dari beberapa macam mineral (Kerr, 1977)

Sumbu

Optik

Tanda Mineral Tak Berwarna

Isotropis

Amisite Leucite Halite

Analcime Nosean Hauyene

Berthierine Opal Hydrogrossular

Clay Periclase Sylvite

Collophane Perovskite Volcanis

Glass Flourite Sodalite

Garnet Sphalerite Greenalite Spinel

Anisotropis

Uniaxial

(+)

Alunite Leusite Chabazite

Vesuvianite Apophylite Melilite

Chalcedony Xenotime Brucite Osumilite

Eucryptite Zircon

Cassiterite Quartz

(-)

Angkerite Indialite Corundum Apatite Magnesite Cristobalite

Apophylite Melilite Dolomite

Beryl Nepheline

Tourmaline

Calcite Rodhocorsite Vesuvianite

Canerinite Scapolite Vishnevite

Chabazite Siderite

Anisotropis

Biaxial

(+)

Augite Cabazite Gibbsite Mesolite Wairakite

Anhydrite Clay Gypsum Monazite Prehnite

Anthophyllite Clinozoisite Heulandite Natrolite Pumpelly

Boehmite Colemanite Humite grup Ulexite Rhodonit

Barrite Cordierite Jadeite Omphasite Sapphiri

Celestelite Cumingtonite Kieserite Orthopyroxsene Siliman

Carnalite Diaspore Lawsonite Pectolite Spodumen

Zoisite Trydimite Thomsonite Pigeonite Thenardi

Topaz

(+-)

Olivine

Plagioklas

(-)

Andalusite Margarite Epidote Stilbite

Anortoclase Monticellite Glauberite Strontiane

Axinite Muscovite Glaucophane Talc

Aragonite Nahcolite K-feldspar Tremolite

Borax Orthopyroxen Kernite Trona

Boehmite Phlogopite Kyanite Wairakite

Cordierite Palygorskite Laumintite Witherite

Chabazite Scolite Lepidolite Wollastonite

Chlorite Serpentine

Clay Polyhalite

Clinoptilolite Richterite

Clintonite Shapphirine

2.1 Ukuran Mineral

Ukuran mineral dibawah kenampakan mikroskop dapat dihitung dari perkalian perbesaran

lensa okuler dan lensa obyektif, dapat pula langsung dengan mikrometer obyek atau penggaris.

Page 24: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

20

Untuk mengetahui ukuran tiap bagian, dipergunakan lensa okuler yang berskala. Dari

perhitungan tersebut dapat diketahui diameter dari lingkaran medan pandangan. Dengan

demikian kita akan bisa mengetahui ukuran setiap mineral (umumnya dengan skala mm ).

2.2 Bentuk Mineral

Ditinjau dari keutuhan bidang kristalnya (dalam praktek dilakukan dengan mengamati

bidang batas dari suatu mineral) dapat dibagi :

a. Euhedral jika seluruhnya dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.

b. Subhedral jika sebagian dibatasi olehmbidang kristalnya sendiri.

c. Anhedral jika tidak dibatasi bidang kristalnya sendiri.

Suatu jenis mineral bisa tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral, maupun anhedral.

Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral, dan ada mineral yang

hampir tidak pernah hadir dengan bentuk euhedral.

Mineral yang tumbuh dengan bentuk euhedral, akan memperlihatkan bentuk sesuai dengan

struktur atomnya. Mineral tertentu akan mempunyai bentuk kas tertentu (bentuk alami), seperti

Gambar 2.2. Kenampakan lensa okuler dan obyektif dengan angka

perbesarannya (atas). Gambar

samping memperlihatkan skala grafis

pada medan pandang

4 mm

Page 25: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

21

biotit yang berbentuk "tabular", silimanit yang berbentuk "fibrous", leusit yang "trapezohedron"

dan lain sebagainya (lihat tabel 2.3, 2.4, 2.5). Tetapi kenampakan mikroskopis adalah dua

dimensi, sehingga kita perlu membayangkan secara tiga dimensi. Kita juga harus memperhatikan

arah sayatan, karena pada mineral yang "fibrous", kalau dipotong tegak lurus arah

memanjangnya, maka tidak akan nampak "fibrous".

Tabel 2.3 Mineral-mineral dalam bentuk kristal euhedral (Kerr, 1977)

cc = Very common c = Common r = Rare rr = Very rare

Isometric Tetragonal Hexagonal Orthorhombik Monocline Tricline

Pyrite c Rutile c Quartz c Celestite r Colemanite c Microcline r

Fluorite r Cassiterite c Corundum c Forsterite c Gibbsite r Plagioclase c

Spinel r Melilite c Calcite r Olivine c Monazite r

Magnetite c Idocrase c Dolomite r Fayalite c Lazulite rr

Perovskite c (Vesuvianite) c Jarosite rr Monticellite c Orthoclase c

Leucite cc Scheelite r Alunite rr Topaz r Sanidine cc

Sodalite c Zircon c Apatite cc Andalusite r Adularia c

Hauyne c Scapolite r Dahllite c Zoisite r Aegirine-augite c

Garnet cc Cancrinite r Staurolite c Spodumen c

Analcime r Tourmaline r Lawsonite r Jadeit rr

Chabazite c Dumortierite r Lamprobolite cc

Nepheline r Sphene c

Epidote c

Pyroxene c

Amphibole c

Page 26: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

22

Tabel 2.4 Bentuk-bentuk mineral (Individu) (Kerr, 1977)

Fluorite

Quartz

Periclase

Rutile

Cassiterite

Spinel

Magnetite

Chromite

Anhydrite

Apatite

Schoelite

Leucite

Sodalite

Hauyne

Melilite

Forsterite

Olivine

Fayalite

Chondrodite

Garnet

Zircon

Topaz

Andalusite

Axinite

Allanite

Cordierite

Sphene

Lawsonite

Glauconite

Analcim

Rutile

Silimanite

Aragonite

Dumortierite

Tourmailne

Stilbite

Natrolite

Ilmenite

Aragonite

Kernite

Barite

Celestite

Gypsum

Aegirine

Millite

Dumortierite

Tourmaline

Epidote

Piedmontit

Prehnite

Pyrophyllite

Kyanite

Borax

Trona

Quartz

Corudum

Orthoclase

Sanidine

Microcline

Anorthoclase

Plagioclase

Nepheline

Cancrinite

Pyroxene

Spodumen

Wollastonite

Amphibole

Glaucophane

Beryl

Scapolite

Idocrase

Topaz Kyanite

Zoisite

Clinozoisite

Staurolite

Micas

Chlorites

Barite

Tabel 2.5 Bentuk-bentuk struktur kristal(Kerr, 1977)

Glass

Halloysite

Opal

Glass Montmorilonite Glass Tridymite Lechatelierite Glass

Lechatelierite

Dahillite

Chalcedony

Opal

Calcite

Aragonite

Barite

Fluorite

Opal Siderite

Collophane

Halloysite

Limonite

Calcite Siderite

Collophane

Camosite

Palagonite

Cliachite

Limonite

Bone (a) :

Collophane

Celluler (b) :

Chalcedony Opal Quartz

Page 27: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

23

Tabel 2.6 Bentuk-bentuk kristal agregat (Kerr, 1977)

Granular

Fibrous

acicular

Lathlike

Foliated

Quartz

Calcedony

Gibbsite

Calcite

Dolomite

Magnesite

Siderite Barite

Celestite

Anhydrite

Gypsum

Polyhalite

Alunite

Jarosite

Dahllite

Olivine

Epidote

Kaolinite

Halloysite

Montmorillonite

analcime

Brucite

Trona

Gypsum

Polyhalite

Jadeite

Erionite

Wollastonite

Anthophyllite

Tremolite-actinolite

Cummingtonite

Grunerite

Nephrite

Riebeckite

Sillimanite

Prehnite

Sepiolite

Antigorite

Lizardite

Chrysotile

Mesolite

Pyrophyllite

Aragonite

Dumortierite

Tourmaline

Stilbite

Natrolite

Laumontite

Thomsonite

scolecite

Feldspar

Hedenbergite

Jadeite

Wollastonite

Tremolite-actinolite

Grunerite

Glaucophane

Beryl

Scapolite

Topaz

Andalusite

Tourmaline

Zoisite

Clinozoisite

Epidot

Piedmontite

Staurolite

Biotite

Thomsonite

Scolecite

Idocrase

(vesuvianite)

Scapolite

Dumortierite

aragonite

Graphite

Hematite

Brucite

Carnotite

Muscovite

Biotite

Stilpnmelane

Phlogopite

Lepidolite

Prochlorite

Clinochlore

Pennine

Chloritoid

Anthophyllite

Iddingsite

Talc

Pyrophyllite

Kaolinite

Montmorilonite

Dickite

illite

Radiated

Spherulitic

Graphi

Cemented

Incipient Crystals

Dahllite Cummingtonite

Pumpellyite

Schorlite (tourmaline)

Prochlorite

Pyropyllite

Natrolite Chalcedony

Gibbsite Thomsonite

Aragonite

Dumortierite

Chalcedony

Cristobalite

Calcite Siderite

Dahllite

Orthoclase

prennite

Quartz-Feldspar

Quartz-Staurolite

Quartz-Actinolite

Nepheline-Feldspar

Corundum-andalusite

Glass-Leucite

Giobsite

Antigorite

Crisstobalite in

glass

Page 28: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

24

2.1 Belahan dan pecahan Setiap mineral mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk terpisah menjadi

bagian-bagian yang lebih kecil melalui bidang yang lurus dengan arah tertentu sesuai dengan

bentuk kristalnya. Bidang yang lurus dengan arah tertentu tersebut disebut Belahan. Apabila

bidang-bidang tersebut tidak dikontrol oleh bentuk kristalnya (struktur atomnya), tetapi dikontrol

oleh factor lain seperti kembaran maka bidang tersebut dinamakan "parting". Apabila bidang-

bidang tersebut tidak lurus, dengan arah tidak tertentu dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya,

bidang tersebut dinamakan pecahan (lihat foto 2.5).

Gambar 2.3. Memperlihatkan kenampakan belahan pada mineral biotit (kiri) dan pecahan pada olivin (kanan)

Setiap mineral dicirikan oleh pola belahan tertentu (bias satu arah atau lebih dengan

dengan sudut antar belahan yang tertentu (lihat tabel 2.7 dan 2.8). Apabila suatu mineral

dipotong dengan arah sayatan yang berlainan, maka dalam pengamatan mikroskopis akan

memperlihatkan pola belahan yang berlainan pula (lihat foto 2.4).

Sebagai contoh, pada mineral kelompok amfibol mempunyai sifat dua belahan yang

membentuk sudut lancip. Tetapi sifat tersebut tak selalu nampak dalan sayatan tipis. Apabila

mineral amfibol dipotong sejajar sumbu C kristalografinya, maka yang terlihat hanya belahan-

belahan yang searah. Jadi kalau kita mendapati mineral dengan belahan satu arah, ada

kemungkinan mineral tersebut adalah kelompok amfibol.

Page 29: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

25

Tabel 2.7 Mineral berdasarkan arah belahan (Kerr, 1977)

Belahan 1 Arah Belahan 2 arah Belahan 3 Arah atau lebih

Alunite

Biotite

Chlorite

Chloritoid

Corundum

Cordierite

Cancrinite

Condrodite

Clinozoisite

Dumortierite

Epidote

Gypsum

glouconite

Heulandite

Kaolinite

Lepidolite

Montmorillonite

Mulite

Monasite

Muscovite

Prehnite

Pyrophyllite

Phlogopite

Piemontite

Staurolite

Stilpnomelansillimanite

Thomsonite

Topaz

Talk

Zoisite

Andalusite

Anorthoclase

Anthophyllite

Augite Aegirine

Cummingtonite

Diopsite

Enstatite

Gloucophane

Grunerite

Hornblende

Hedenbergite

Hyperstene

Jadeite

Laumontite

Lamprobolite

Microcline

Natrolite

Orthoclase

Plagioclase

Pumpellyte

Pigeonite

Riebeckite

Rutile Scapolite

Spodemene

Scheelite

Sphene

Sanidine

Tremolite-actinolite

wollastonite

Axinite

Anhidrite

Barite

Corundum

Calcite

Diaspore

Dolomite

Halite

Iddingsite

Kyanite

Lawsonite

Magnesite

Nepheline

Perovskite

Rutile

Sulfur

Siderite

Spinel

sphalerite

2.1 Indeks bias

Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya merupakan salah satu

ciri khas. (lihat tabel 2.9). Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara relatif misal dengan

Gambar 2.4. Gambar kiri memperlihatkan kenampakan belahan pada mineral tremolit yang dipotong

tegak lurus sumbu C kristalografi, sedangkan gambar kanan belahan yang terlihat saat mineral

terpotong sejajar atau hampir sejajar sumbu C kristalografi.

Page 30: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

26

Garis Becke

Gelas peraga Kuarsa

Balsam Garnet

n = 1,490 Canada n = 1,780 n = 1,510

metode pergerakan garis "Becke" atau secara absolute misal dengan minyak imersi . Dalam

praktikum ini hanya dilakukan pengukuran secara relatif, yaitu dengan metode pergerakan garis

becke. Indeks bias yang akan diukur dibandingkan dengan indeks bias dari bahan yang standar

seperti balsam kanada maupun kwarsa (relatif lebih kecil atau lebih besar).

Cara ini dapat langsung digunakan pada mineral isotropis. Sedang pada mineral

anisotropis, karena terdapat dua indeks bias yang berbeda, maka kedua mineral yang akan

diukur, sumbu indikatrik panjang/pendeknya harus sejajar. Cara ini juga sangat susah , jika

mineral yang diamati terdapat dalam suatu sayatan batuan, karena bahan disekitar mineral yang

diamati lebih dari satu macam.

2.1.1. Pengukuran Indeks Bias Dengan Garis Becke

Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua media yang saling

bersentuhan, karena adanya perbedaan indeks bias dari kedua media tersebut. Garis Becke akan

lebih jelas bila cahaya yang masuk dikurangi. Bila tubus dinaikkan (meja obyek diturunkan)

maka garis becke akan bergerak ke media yang mempunyai indeks bias yang besar. Sebaliknya

bila tubus diturunkan maka garis becke akan bergerak kearah media yang mempunyai indeks

bias lebih kecil.

Garis Becke

Fokus dinaikkan

Gambar 2.5. Sketsa yang memperlihatkan terbentuknya garis Becke.

Gelas peraga

Kuarsa n = 1,490

Balsam Canada n = 1,510

Garnet n = 1,780

Sumber Cahaya

Garis Becke

Page 31: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

27

Foto 2.6 Memperlihatkan kenampakan garis Becke yang terbentuk di sekitar mineral. Gambar kiri mikroskop dalam

keadaan focus. Gambar kanan Meja obyek diturunkan, garis Becke bergerak kedalam mineral, mengindikasikan

bahwa indeks bias mineral lebih tinggi dari minyak imersi.

2.7 Relief

Relief adalah kenampakkan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias antara

suatu mineral dengan media yang terdapat di sekitarnya, karena pada umumnya

perekat sayatan tipis adalah balsam kanada, maka skala relief pembandingnya adalah

balsam kanada. Jadi balsam kanada tidak mempunyai relief atau bereliefnya nol (nkb =

1,537).

Mineral yang mempunyai perbedaan indeks bias yang besar dengan indeks bias

balsam kanada (bisa lebih kecil maupun lebih besar) akan mempunyai relief yang tinggi

sampai sangat tinggi dan sebaliknya. Mineral-mineral relief rendah sinar-sinarnya

mempunyai indeks bias antar 1,543 - 1,493 atau 1,545- 1,599, mineral-mineral relief

sedang mempunyai indeks bias antar 1,493 - 1,443 atau 1,600 - 1,699, sedangkan

mineral-mineral relief tinggi - sangat tinggi mempunyai indeks bias >1,700 atau

<1,44. Dalam pemerian mineral, kita biasanya memakai skala relief sangat tinggi, tinggi,

sedang, dan rendah (lihat foto 2.6).

Tabel 2.8. Hubungan harga indeks bias mineral dengan kenampakan reliefnya.

Indeks Bias Relief Contoh Mineral

>1,40 Extrem Rutil

1.78-1.90 Sangat Tinggi Garnet (Almandin)

1.68-1.78 Tinggi Epidot

1.57-1.68 Sedang Beryl, Aktinolit

1.49-1.57 Rendah Kuarsa

Page 32: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

28

Kenampakan relief suatu mineral adalah tergantung sinar mana yang sedang

bergetar sejajar dengan arah getar polarisator, jadi jika mineral anisotrop sinar-sinarnya

mempunyai perbedaan indeks bias minimum dan indeks bias maksimum sangat besar

maka akan menampakkan relief bervariasi (misal pada kalsit, muskovit).

Gambar 2.8. Kenampakan relief pada mineral muskovit. Foto kiri memperlihatkan relief tinggi, sebaliknya

pada foto kanan, setelah meja obyek diputar 90⁰, muskovit memperlihatkan relief rendah.

Sayatan tipis yang standard, secara detil pada umumnya bentuk batas antara sayatan

tipis mineral dengan semen perekat sangat tidak beraturan. Demikian juga antara butiran

satu dengan butiran disebelahnya. Batas atas dan batas bawah dari sayatan tipis umumnya

bergelombang.

Gambar 2.7. Memperlihatkan kenampakan relief beberapa mineral yang mewakili skala relief. Berturut- turut searah jarum jam adalah garnet (relief sangat tinggi), beryl (relief sedang), dan kuarsa (relief rendah).

Page 33: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

29

Gambar 2.9. Sketsa yang memperlihatkan morfologi semen perekat antara sayatan tipis dengan gelas

penutup

Jika ada perbedaan indeks bias antara mineral dengan semen perekat,

ketidakteraturan batas kedua media tersebut akan menyebabkan terkonsentrasinya atau

tersebarnya cahaya oleh proses pemantulan dan pembiasan. Gejala ini akan menimbulkan

efek relief tiga dimensi.

Perbedaan indeks bias yang kecil akan menimbulkan efek relief yang lemah,

sebaliknya perbedaan indeks bias yang besar akan menimbulkan relief yang kuat. Relief

diamati pada posisi pararel nikol sebaiknya menggunakan lensa objektif sedang dan

diafragma diperkecil.

Tabel 2.9 Indeks bias mineral (vide Kerr, 1977)

Index mineral index mineral

1,40 – 1,46 (n) Opal 1,494-1,500 ( ) Stilbite

1,412 ( ) Trona 1,496-1,499 ( ) Heulandite

1,434 (n) Fluorite 1,496-1,500 (t) Cancrinite

1,447 ( ) Borax 1,496-1,510 (n) Hauvne

1,454 ( ) Kernite 1,500-1,508 ( ) Stilbite

1,458-1,462 (n) Lechatelierite 1,500-1,526 (t) Dolomite

1,469 ( ) Tridymite 1,50-1,57 (n) Antigorite

1,472 ( ) borax 1,501-1,505 ( ) Heulandite

1,47-1,63 (n) palagonite 1,502 ( ) Laumontite

1,473-1,480 ( ) Natrolite 1,505 ( ) Mesolite

1,473 ( ) tridymite 1,505-1,526 ( ) Sepiolite

1,478-1,485 ( ) Chabazite 1,506 ( ) Mesolite

1,48-1,61 (n) Volcanic glass 1,507-1,524 (n) Cancrinite

1,48-1,49 ( ) Chabazite 1,508 ( ) Leucite

1,483-1,487 (n) Sodalite 1,509 ( ) Leucite

1,484 ( ) Cristobalite 1,509-1,527 (t) Magnesite

1,485-1,493 ( ) Natrolite 1,510 ( ) Palygorskite

1,486 (t) Calcite 1,512 ( ) Scolecite

1,487 (n) Analcime 1,512-1,530 ( ) thomsonite

1,487 ( ) Cristobalite 1,513 ( ) Montmorillonite

Sayatan tipis batuan

gelas preparasi

gelas penutup Semen antara sayatan tipis dan gelas

Page 34: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

30

1,488 ( ) Kernite 1,514 ( ) Laumontite

1,490-1,506 ( ) Sediolite 1,517-1,520 (n) Sanidine

1,492 ( ) Montmorillonite 1,517-1,557 ( ) Chrysotile

1,493-1,546 ( ) chrysotile 1,518 ( ) Orthoclase

1,518-1,522 ( ) microcline 1,540 ( ) Trona

1,518-1,542 ( ) Thomsonite 1,540-1,571 (t) Scapolite

1,519 ( ) Scolecite 1,541-1,552 ( ) Oligoclase

1,520 ( ) Gypsum 1,541-1,579 ( ) Biotite

1,522-1,536 ( ) Anorthoclase 1,544 (n) Halite

1,524-1,526 ( ) Sanidine 1,5442 ( ) Quartz

1,525-1,530 ( ) Microcline 1,545 ( ) Erionite

1,525-1,532 ( ) Albite 1,545-1,555 ( ) Andesine

1,526 ( ) Orthoclase 1,546-1,560 ( ) Lizardite

1,527-1,543 (t) Nepheline 1,548 ( ) Polyhalite

Page 35: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

31

Lanjutan tabel Indeks Bias (Kerr, 1977)

Index Mineral Index Mineral 1,563 – 1,571 1,564 – 1,590

1,565 – 1,650

1,566

1,566

1,566

1,567

1,568 – 1,598

1,570 1,57 – 1,61

1,57 – 1,62

1,57 – 1,575

1,57 – 1,582

1,57 – 1,588

1,572

1,574 – 1,638

1,575 – 1,582

1,575 – 1,590

1,576 – 1,583

1,576 – 1,589

1,576 – 1,597

1,582 – 1,588

1,585

1,586

1,588 – 1,658

1,590 – 1,612

1,592

1,592 – 1,643

1,593 – 1,611

1,596 – 1,633

1,598 – 1,606

1,598 – 1,652

1,599 – 1,667

1,600

1,600 – 1,628

1,600 – 1,628

1,603 – 1,604

1,605

1,607 – 1,629

1,610 – 1,644

1,612 – 1,634

1,613 – 1,628

1,614

1,614

1,614 – 1,675

1,615 – 1,629

1,615 – 1,629

1,617 – 1,638

1,619 – 1,626

α

ε

γ

ώ

γ

γ

γ

ώ

α

η

η

α

γ

α

ώ

γ

α

γ

γ

γ

γ

γ

ε

α

α

α

ε

α

γ

ε

γ

α

γ

γ

α

α

α

γ

α

γ

α

ε

γ

γ

α

ε

α

γ

ε

Bytownite

Beryl

Lilite

Brucite

Dickite

Kaolinite

Polyhalite

Beryl

Anhydrite

Chliacite

Collophane

Anorthite

Bytownite

Clinochlore

Alunite

Biotite

Pennine

Talc

Pennine

Gibbsite

Clinochlore

Anorthite

Brucite

Colemanite

Prochlorite

Glauconite

Alunite

Chondrodite

Muscovite

Siderite

Phlogopite

Anthophylite

Prochlorite

Pyrophylite

Nephrite

Tremolite-Actinolite

Lazulite

Lepidolite

Topaz

Glauconite

Stilpnomelane

Dravite (Tourmaline) Colemanite

Anhydrite

Horblende

Elbaite (Tourmaline)

Prehnite

Topaz

Dahlite

1,620 1,621 – 1,655

1,621 – 1,670

1,622

1,623 – 1,635

1,623 – 1,676

1,625 – 1,655

1,625 – 1,655

1,626 – 1,629 1,628 – 1,658

1,629 – 1,640

1,630 – 1,651

1,631

1,632 – 1,634

1,632 – 1,655

1,632 – 1,655

1,633 – 1,701

1,634

1,635

1,635 – 1,640

1,635 – 1,655

1,636

1,639 – 1,642

1,639 – 1,647

1,639 – 1,657

1,639 – 1,668

1,64 – 1,77

1,641 – 1,651

1,642

1,645 – 1,665

1,648

1,650 – 1,665

1,650 – 1,698

1,651 – 1,688

1,651 – 1,681

1,652 – 1,698

1,654

1,655 – 1,666

1,655 – 1,669

1,657 – 1,661

1,657 – 1,663

1,658

1,658 – 1,674

1,659 – 1,678

1,66 – 1,80

1,664 – 1,686

1,665

1,687 – 1,688

1,670 – 1,680

α

α

γ

α

ώ

γ

γ

γ

ε

ε

α

ε

γ

ώ

ώ

ώ

γ

γ

η

α

ώ

α

γ

γ

α

γ

α

α

α

γ

γ

α

α

α

α

ώ

γ

γ

α

γ

α

ώ

γ

α

γ

γ

α

γ

γ

Wollastonite

Glaucophane

Chondrodite

Celestite

Dahllite

Anthophyllite

Nephrite

Tremolite-Actinolite

Mellite

Schoralite

(Tourmaline)

Andalusite

Apatite

Celestite

Mellite

Dravite (Tourmaline)

Apatite

Horblende Wollastonite

Chamosite

Forsterite

Elbaite (Tourmaline)

Barite

Lazulite

Andalusite

Cummingtonite

Glaucophane

Allanite

Monticellite

Mullite

Prehnite

Barite

Enstatite

Diopside

Spodumene

Olivine

Schorlite (Tourmaline)

Mullite

Jadeite

Monticellite

Sillimanite

Grunerite

Calcite

Enstatite

Dumortierite

Allanite

Cummingtonite

Lawsonite

Jadeite

Forsterite

Page 36: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

32

BAB 3

ORTOSKOP NIKOL SILANG

Pengamatan ortoskop nikol silang, adalah pengamatan sifat-sifat optik mineral, dimana

cahaya melewati dua lensa polarisator, yaitu polarisator bawah dan polarisator atas (analisator).

Dengan ketentuan bahwa arah getar polarisator harus tegak lurus arah getar analisator.

Sifat-sifat optik yang dapat diamati antara lain warna interferensi, birefringence (bias

rangkap), orientasi optis, pemadaman dan sudut pemadaman maupun kembaran.

3.1. Warna Interferensi

Warna interferensi adalah kenampakan wama sebagai manifestasi dari perbedaan panjang

gelombang dua vektor cahaya yang bergetar saling tegak lurus yang melewati lintasan sayatan

tipis kristal dengan kecepatan yang berbeda yang diteruskan melalui lensa analisator kepada

mata pengamat. Warna interferensi adalah harga retardasi dari cahaya yang dibiaskan dan

merambat melewati kristal. Semakin tebal sayatan tipis mineral, maka akan semakin besar harga

retardasinya.Sebagai contoh, jika mineral kuarsa dengan sayatan standar tebal 0,03 mm

mempunyai harga retardasi sekitar 250 nm yang dimanifestasikan sebagai warna abu-abu, maka

ketika tebal sayatan mineral kuarsa 0,04 nm, harga retardasi kuarsa akan menjadi sekitar 350 nm,

dan akan memperlihatkan warna interferensi kuning.

Gambar 3.1. Kenampakan mineral kuarsa dengan sayatan tipis standar (kiri) dan kenampakan kuarsa

dengan sayatan lebih tebal (kanan).

Page 37: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

33

Cara menentukan warna interferensi

Warna interferensi suatu mineral ditentukan pada saat mineral menunjukkan kenampakan

terang maksimum atau pada saat kedudukan sumbu indikatrik mineral membentuk sudut 45⁰

dengan arah getar polarisator dan analisastor. Kedudukan kenampakan terang maksimum pada

mineral adalah berselisih 45⁰ dengan kedudukan kenampakan gelam maksimum pada mineral,

karena pada saat gelap maksimum kedudukan sumbu indikatrik mineral sedang sejajar atau

tegak lurus dengan kedudukan kedua lensa polarisator. Sehingga untuk mmenentukan

kedudukan terang maksimum akan lebih mudah menentukan lbih dahulu kedudukan gelap

maksimum, baru kemudian memutar meja obyek sebesar 45⁰.

Gambar 3.2. Kenampakan gelap maksimum dan terang maksimum mineral piroksen.

Mineral dengan harga retardasi sekitar 350-450 nm mempunyai warna interfernasi relatif

sama dengan mineral yang mempunyai harga retardasi sekitar 950-1000 nm, yang terlihat

sebagai warna orange. Karena terjadi perulangan warna seperti yang terlihat dalam tabel Michel

Levy, maka rangkaian warna interferensi dibagi menjadi beberapa orde, mulai dari orde

pertama, kedua dan seterusnya. Mineral yang mempunyai retardasi tinggi ordenya, makin cerah

(kuat) warnanya, misalnya kuning orde II lebih kuat dibandingkan kuning orde I (lihat tabel

warna interferensi).

Page 38: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

34

Gambar 3.3 diagram warna interferensi Michel Levy(Nesse, 1991)

Seringkali kita kesulitan pada saat harus menentukan warna interferensi yang kita lihat

apakah termasuk orde 1, orde 2, ataukah orde 3. Untuk memastikan orde mana warna

interferensi yang kita amati, kadang perlu dilakukan pengecekan dengan menggunakan

komparator yang mempunyai harga panjang gelombang tertentu, misal komparator keping

gipsum dengan harga panjang gelombang 530 nm.

3.2. Bias Rangkap (Birefringence)

Cahaya yang masuk dalam media optis anisotrop akan dibiaskan menjadi 2 sinar, yang

bergetar dalam dua bidang yang saling tegak lurus. Harga bias rangkap merupakan selisih

maksimum kedua indeks bias sinar yang bergetar melewati suatu mineral. Selisih maksimum

sinar yang bergetar atau bias rangkap mineral adalah jika sinar yang bergetar adalah sinar yang

mempunyai indeks bias maksimum dan indeks bias minimum.

Pada mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal

selisih indeks bias maksimum terdapat pada sayatan yang sejajar sumbu C kristalografi, karena

pada sayatan ini sinar yang bergetar adalah sinar biasa (ordiner) dan sinar luar biasa (extra

ordiner) yang sesungguhnya.

Page 39: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

35

Sedang untuk mineral-mineral yang bersistem kristal orthorombik, triklin, dan monoklin

harga selisih indeks bias maksimum terdapat pada sayatan yang dipotong sejajar

dengan bidang sumbu optik, karena pada sayatan ini sinar yang bergetar adalah sinar X (cepat)

dan sinar Z (lambat). Sayatan-sayatan diatas dalam pengamatan konoskop akan

memperlihatkan gambar interferensi kilat (lihat BAB 4).

Di dalan praktikum ini, karena peraga yang digunakan adalah mineral yang terdapat dalam

sayatan tipis batuan, maka sebagian besar mineral tidak terpotong sejajar sumbu C (untuk

uniaxial) maupun terpotong sejajar dengan bidang sumbu optik (untuk biaxial). Oleh karena itu

dalam pengamatan ini tidak semua mineral dapat ditentukan bias rangkapnya, tetapi hanya bias

ditentukan selisih indeks bias sinar yang sedang bergetar (bisa selisih maksimum bisa tidak

maksimum).

Page 40: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

36

Tabel 3.1 harga bias rangkap beberapa mineral (Kerr, 1977)

Birefringence Mineral Birefringence Mineral

0,00 – 0,002 0,00 – 0,002

0,00 – 0,003

0,00 – 0,004

0,001

0,001

0,001

0,001 – 0,004

0,001 – 0,011

0,002 – 0,010

0,003

0,003 – 0,004

0,003 - 0,004

0,004

0,004

0,004 – 0,006

0,004 – 0,008

0,004 – 0,009

0,004 – 0,011

0,005

0,005

0,005 – 0,006

0,005 – 0,007

0,005 – 0,011

0,006

0,006 – 0,008

0,006 – 0,012

0,006 – 0,018

0,007

0,007

0,007

0,007

0,007

0,007 – 0,008

0,007 – 0,008

0,007 – 0,009

0,007 – 0,009

0,007 – 0,011

0,007 – 0,011

0,007 – 0,028

0,008

0,008

0,008 – 0,009

Analcime (possibly)

Perovskite

Serpophite

Haliyne (occas)

Leucite Mesolite

Hallosyte

Pennine

Prochlorite

Chabazite

Cristobalite

Apatite

Nepheline

Tridymite

Riebeeckite

Idocrase

Beryl

Dahllite

Clinochore

Collophane

Kaolinite

Mellite

Anorthoclase

Clinozoisite

Dickite

Stilbite

Thomsonite

Zoisite

Sanidine

Heulandite

Andesine

Scolecite

Microcline

Chamosite

Labradorite

Antigorite

Oligoclase

Andalausite

Cordierite

Cancrinite

Chalcedony

Orthoclase

Corundum

0,008 – 0,009 0,008 – 0,011

0,009

0,009

0,009

0,009 – 0,010

0,009 – 0,011

0,010 – 0,012

0,010 – 0,015

0,010 – 0,016

0,01 – 0,03

0,010 – 0,036

0,011 - 0,013

0,011 – 0,014

0,011 – 0,020

0,012

0,012

0,012 – 0,013

0,012 – 0,023

0,013 – 0,016

0,013 – 0,018

0,013 – 0,027

0,014

0,014 – 0,018

0,014 – 0,045

0,015 – 0,023

0,016

0,016 – 0,025

0,018 – 0,019

0,019

0,019

0,019

0,019 – 0,025

0,019 – 0,026

0,020

0,020 – 0,023

0,020 – 0,032

0,020 – 0,033

0,021

0,021 – 0,025

0,021 – 0,033

0,022

0,022 – 0,027

Enstatite

Bytownite

Celestite

Gypsum

Quartz

Topaz

Albite

Axinite

Staurolite

Hypersthene

Allanite

Scapolite

Anorthite

Chrysolite

Dumortierite

Barite Mullite

Natrolite

Jadeite

Chloritoid

Glaucophane

Spodumene

Wollastonite

Monticellite

Epidote Albite

Kyanite

Anthophylite

Hedenbergite

Brucite

Lawsonite

Polyhalite

Dravite

Horblende

Alunite

Silimanite

Glauconite

Prehnite

Monmorilonite

Augite

Pigeonite

Gibsite

Nephrite

Page 41: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

37

Lanjutan harga bias rangkap (Kerr, 1977)

Birefringence Mineral Birefringence Mineral

0,022 – 0,027 0,022 – 0,040

0,025 – 0,029

0,026 – 0,072

0,027 – 0,035

0,029 – 0,031

0,029 – 0,037

0,030 – 0,035

0,030 – 0,050

0,033 – 0,059

0,035 – 0,040

0,036 – 0,038

0,037 - 0,041

0,037 – 0,041

0,037 – 0,059

0,038 – 0,044

0,042 – 0,051

0,042 – 0,054

Tremolite – actinolite

Schorlite

Cummingtonite

Lamprobolite

Chondrodite Diopside

Aegirine-augite

Hydromuscovite Talc

Biotite

Forsterite

Lazulite

Olivine

Muscovite

Aegirine

Iddingsite

Fayalite

Grunerite

0,044 0,044 – 0,047

0,045

0,048

0,048

0,049 – 0,051

0,060 – 0,062

0,061 – 0,082

0,092 – 0,141

0,097

0,105

0,156

0,172

0,180 – 0,190

0,191 – 0,199

0,231 – 0,242

0,286 – 0,287

Anhydrite

Phlogopite

Lepidolite

Diaspore

Pyropyllite

Monazite

Zircon

Piedmontite

Sphene

Cassiterite

Jarosite

Aragonite

Calcite

Dolomite

Magnesite

Siderite

Rutile

Tabel 3.2 Indeks bias mineral-mineral isotropis (Kerr,1977)

Relief Mineral Indexs

Moderate relief

Opal Fluorite

Lechatelierte

Sodalite

Analcine

Hauyne

1,40 - 1,46 1,434

1,458 – 1,462

1,483 – 1,487

1,487

1,496 – 1,510

Low Relief

Balsam = 1,537 Halite

Halloysite

Serphopite

Cliachite

Collophane

Periclase

Glossularite

Pyrope

Almandite GARNET

Spessarite GROUP

Uvarovite

Andradite

Limonite

Spinel

Chromite

Perovskite

Sphalerite

1,544

1,549 – 1,561

1,50 – 1,57

1,57 – 1,61

1,57 – 1,62

1,738 – 1,760

1,736 – 1,763

1,741 – 1,760

1,778 – 1,815

1,792 – 1,820

1,838 – 1,870

1,837 – 1,887

2,00 – 2,10

1,72 – 1,78

2,07 – 2,16

2,34 – 2,38

2,37 – 2,47

Moderate to Strong Relief

Very High Relief

Volcanic glass (mineraloid)

Palagonite (mineraloid)

1,48 – 1,61

1,47 – 1,63

Page 42: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

38

Cara menentukan harga bias rangkap:

a. menentukan warna interferensi maksimum serta ordenya (lihat tabel warna interferensi

Michel Levy di bawah).

b. potongkan garis vertikal sebagai harga retardasi pada warna interferensi dengan garis

horisontal harga ketebalan sayatan (standart 0,03 mm), dan tentukan titik potongnya.

c. melalui titik potong tersebut, tarik garis miring hingga memotong garis paling atas/kanan,

kemudian baca harga birefringence atau selisih harga indeks biasnya.

Gambar 3.4. Urutan cara penentuan warna interferensi dan besarnya bias rangkap minera

(Gmbar dari Nesse, 1991).

3.3. Orientasi Optik

Orientasi optik merupakan hubungan antara sumbu panjang kristalografi mineral dengan

sumbu indikatriknya (arah getar sinar). Pada umumnya sumbu panjang kristalografi pada mineral

merupakan sumbu c kristalografi. Tetapi pada kelompok filosilikat umumnya sumbu C

kristalografi merupakan sumbu terpendek, sedang yang paling panjang adalah sumbu a

kritalografi. Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan lebih lanjut, kita anggap bahwa

sumbu panjang kristalografi adalah sumbu kristalogarfi C. Tetapi anggapan ini tidak berlaku

untuk perkecualian seperti pada filosilikat.

Kedudukan sumbu sinar suatu mineral terhadap sumbu kristalografinya adalah tertentu.

Jadi orientasi optik pada mineral juga tertentu.

a)

b)

c)

Page 43: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

39

Orientasi optik "Length Slow" apabila sumbu panjang mineral (C) sejajar atau hampir

sejajar sumbu indikatrik sinar lambat ( Z). Orientasi optik “Length Fast” apabila sumbu panjang

mineral (C) sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar cepat (X).

Pada beberapa mineral (contoh olivin) kedudukan sumbu panjang kristalografinya berimpit

dengan sumbu indikatrik sinar Y (sinar intermediet). Oleh karenanya orientasi optik mineral

olivin sangat tergantung pada arah sayatannya. Pada sayatan yang tegak lurus sumbu indikatrik

sinar X, sinar yang bergetar pada mineral adalah sinar Y dan sinar Z, sehingga sinar Y berperan

sebagai sinar cepat. Orientasi optik mineral olivin yang disayat demikian mempunyai orientasi

optik "length fast" (sumbu C berimpit dengan sumbu indikatrik sinar cepat). Sebaliknya kalau

disayat tegak lurus sumbu sinar Z, sinar yang bergetar adalah sinar X dan sinar Y. Sinar Y

berperan sebagai sinar lambat, sehingga orientasi optik mineral olivin pada pada sayatan

demikian adalah "length slow".

Gambar 3.5 memperlihatkan mineral yang mempunyai orientasi optis Length Slow (kiri) dan

orientasi optis length Fast (kanan)

Sumbu indikatrik mineral merupakan sumbu khayal. Untuk menentukan kedudukannya

dipakai komparator/kompensator (misal keping gypsum atau keping mika) yang sudah ditentukan

kedudukan sumbu indikatriknya, yaitu sinar cepat (X) berkedudukan NW - SE dan sinar lambat

(Z) berkedudukan NE-SW.

Addisi adalah gejala yang terjadi apabila sumbu indikatrik sinar Z mineral sejajar dengan

sumbu indikatrik sinar Z komparator. Gejala ini terlihat dengan adanya penambahan warna

interferensi (karena bertambahnya retardasi).

Page 44: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

40

Substraksi adalah gejala yang terjadi apabila sumbu indikatrik sinar Z mineral tegak lurus

dengan sumbu indikatrik sinar Z komparator. Gejala ini terlihat dengan adanya pengurangan

warna interferensi (karena berkurangnya retardasi).

Dalam pengamatan suatu mineral apabila meja obyek diputar lebih dari 90°, maka akan

bisa diamati baik gejala adisi maupun substraksi. Gejala mana bisa dilihat, tergantung kedudukan

sumbu indikatrik mineral terhadap sumbu indikatrik komparator.

Gambar 3.6. Gambar kiri memperlihatkan kedudukan mineral saat memperlihatkan warna interferensi

maksimum. Gambar tengah memperlihatkan gejala adisi (penambahan warna) saat dimasukkan komparator

keping gipsum. Gambar kanan, setelah meja obyek diputar 90⁰, mineral memperlihatkan gejala substraksi

(pengurangan warna).

a. menentukan kedudukan sumbu panjang mineral

b. Menentukan kedudukan sunbu indikatrik mineral agar posisinya diagonal terhadap arah

getar polarisator/analisator (kita tidak tahu mana sinar yang cepat dan mana sinar yang

lambat). Kedudukan sumbu indikatrik pada posisi diagonal adalah pada waktu mineral

memperlihatkan warna interferensi maksimum (warna interferensi minimum/gelap

maksimum terjadi jika kedudukan sumbu indikatriknya sejajar dengan arah getar

polarisator/analisator).

c. lihat apakah pada waktu terang maksimum kedudukan sumbu panjang kristalografi ada di

sebelah kiri atau kanan dari kedudukan diagonal. Kalau kedudukan sumbu panjang

kristalografi ada disebelah kiri kedudukan diagonal, maka kedudukan sumbu indikatrik

yang terdekat dengan sumbu panjang kristalografi ada disebelah kanannya (+).

d. masukkan komparator (keping gips).

e. misal terjadi gejala addisi langsung gambar kedudukan sumbu indikatrik mineral

(misalnya sinar Z sejajar sumbu indikatrik sinar Z komparator.

Page 45: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

41

f. lihat posisi sumbu indikatrik mineral terhadap sumbu panjang kristalografi mineral.

g. jika sumbu Z sejajar atau kurang dari 45" terhadap sumbu panjang kristalografi (C) maka

orientasi optiknya adalah "Length Slow", jika sumbu X sejajar atau kurang dari 45°

terhadap sumbu panjang (C) maka orientasinya adalah "Length Fast".

Gambar 3.7. Prosedur penentuan orientasi optik. Gambar kiri memperlihatkan posisi mineral saat warna

interferensi maksimum. Gambar tengah mineral memperlihatkan gejala adisi (penambahan warna) menjadi

biru saat dimasukkan komparator keping gipsum. Gambar kanan, menentukan kedudukan sumbu indikatrik

mineral yang sejajar dengan sumbu indikatrik komparator.

3.4. Pemadaman dan Sudut Pemadaman

Pemadaman adalah gejala dimana mineral memperlihatkan kenampakan gelap maksimum,

hal ini terjadi apabila sumbu indikatrik (arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah getar

polarisator atau analisator.

Pada pengamatan mineral anisotrop, apabila meja obyek diputar 360°, maka akan terjadi

gelap maksimum empat kali. Tidak semua mineral memperlihatkan pemadaman yang sempurna,

ada yang pemadamannya bintik-bintik (misal pada Biotit) dan ada yang pemadamannya

bergelombang (misal pada Kuarsa).

Sudut pemadaman

Sudut Pemadaman adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang kristalografi (sb C)

dengan sumbu indikatrik mineral (baik sinar cepat atau sinar lambat).

Sudut Pemadaman = C ^ X atau C ^ Z

Page 46: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

42

Ada 3 macam sudut pemadaman :

a. Parallel

Apabila sumbu C sejajar atau tegak lurus dengan sumbu indikatrik mineral atau C ^ X,Z =

0° atau C ^ X,Z = 90°.

b. Miring

Apabila sumbu C membentuk sudut dengan sumbu indikatrik mineral atau C ^ X,Z = 1°-

44°.

c. Simetri

Jika mineral menjadi padam pada kedudukan dimana benang silang membagi sudut yang

dibentuk oleh dua arah belahan sama besar atau apabila sb C laembentuk sudut 45° dengan sumbu

indikatrik mineral, C ^ X,Z = 45°

Paralel Miiring Simetri

Gambar 3.8. Kenampakan berbagai macam sudut pemadaman pada mineral. Gambar kiri sudut pemadaman

paralel C ^ X,Z = 0° atau C ^ X,Z = 90° gambar tengah mineral dengan sudut pemadaman miring C ^ X,Z = 1°

- 44°, dan gambar kanan mineral dengan sudut pemadaman simetri C ^ X,Z = 45°.

Page 47: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

43

Jika kedudukan sumbu indikatrik diseblah kanan sumbu c maka harga sudut pemadamannya

adalah positip dan sebaliknya.

C ^ Z = + a⁰ C ^ Z = - a⁰

Gambar 3.9. Memperlihatkan kedudukan sumbu indikatrik sinar Z terhadap sumbu C kristalografi.

Cara menentukan sudut pemadaman

a. menentukan kedudukan sumbu panjang mineral

b. menentukan kedudukan mineral pada saat warna interferensi maksimum (sumbu indikatrik

posisinya diagonal).

c. karena kedudukan sumbu indikatrik diagonal (N 45° E) maka kita harus mengetahui

apakah sumbu panjang kristalografi mineral pada saat interferensi maksimum

kedudukannya kurang dari 45° atau lebih dari 45 ° agar bisa ditentukan harga sudut

pemadamannya positip atau negatip.

d. masukkan keping komparator, amati apakah terjadi gejala addisi atau substraksi. Gambar

kedudukan sumbu indikatrik mineral (sejajar kedudukan sumbu indikatrik

komparator/diagonal).

Catatan : prosedur a - d sama dengan prosedur menentukan orientasi optik.

e. a° adalah sudut pemadaman C^Z

f. cara mengukur a° adalah meletakkan kedua garis yang membatasinya pada salah satu

benang silang (merupakan arah getar polarisator/analisator) misalkan kita pakai benang

silang vertikal.

g. putar meja obyek ke kiri hingga sb c berimpit dengan benang silang tegak. Catat skala

noniusnya, misal X° putar lagi meja obyek ke kiri hingga sumbu indikatrik sinar Z

berimpit benang silang vertikal (dicirikan oleh pemadaman maksimum), catat misal X1°.

a⁰ a⁰

Page 48: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

44

h. sudut pemadaman C ^ Z = Xo° = | X° - X1 °|

C ^ X = - (90° - Xo°)

Gambar 3.10. a) posisi mineral saat warna interferensi maksimum. b) mineral memperlihatkan gejala adisi

menjadi biru saat dimasukkan komparator keping gipsum. C) menentukan kedudukan sumbu indikatrik

mineral yang sejajar dengan sumbu indikatrik komparator yaitu 45⁰ terhadap belang silang..

Gambar 3.11. d) Besarnya sudut pemadaman C ^ Z = + a⁰, e) Sumbu C kristalografi disejajarkan dengan

benang silang vertikal, catat di nonius meja obyek sebagai X⁰ f) Sumbu indikatrik Z disejajarkan dengan

benang silang vertikal, catat di nonius meja obyek sebagai X1⁰.

a) b) c)

d) e) f)

Page 49: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

45

3.5 Kembaran

Pada kenampakan mikroskopis kembaran nampak sebagai lembar-lembar yang

memperlihatkan warna interferensi dan pemadaman yang berbeda. Kenampakan tersebut dapat

disebabkan karena pada waktu proses kristalisasi terganggu (kembaran tumbuh) atau karena

adanya proses deformasi pada waktu kristal tersebut sudah terbentuk (kembaran deformasi).

Secara deskriptif keduanya dapat dibedakan dengan melihat bentuk dari masing-masing lembar

kembarannya. Kembaran tumbuh, lembar-lembar kembarannya tertentu dan bidang

batasnya lurus. Sedang pada kembaran deformasi lebar lembar kembarannya berubah dan

batasnya sering melengkung.

Gambar 3.12 Kenampakan beberapa jenis kembaran, berturut-turut searah jarum jam adalah Kembaran baveno

pada diopsid, kembaran albit pada plagioklas, kembaran periklin (cross hatch) pada mikroklin, dan kembaran

karlbad pada sanidin.

Kembaran tumbuh bisa terbentuk karena suatu kristal bagian-bagiannya mengalami rotasi

secara mekanis antara satu dengan lainnya. Atau bisa terbentuk oleh karena pertumbuhan dua

kristal atau lebih yang saling mengikat, sehinga membentuk satu wujud.

Ada beberapa macam kembaran, dengan dasar pembagian yang bermacam-macam pula.

Tetapi untuk kebutuhan praktikum ini, hanya kita bagi secara diskriptif praktis dengan melihat

bentuk dan pola kembarannya saja. Bentuk-bentuk kembaran tersebut antara lain albit, karlbad,

baveno, periklin ("cross hatch"), karlbad-albit. Bagaimanapun juga, kembaran sering mempunyai

arti penting di dalam pengamatan mineral, terutama kembaran yang terdapat pada mineral

Page 50: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

46

plagioklas.

3.5.1 Penentuan plagioklas dengan kembaran

3.5.1.1. Metode Michel Levy

Kembaran pada plagioklas yang mengikuti “Hukum Albit” memiliki bidang kembaran sejajar

dengan bidang (010). Untuk mengukur sudut pemadaman, carilah kristal plagioklas yang

terpotong tegak lurus bidang {010} atau sejajar sumbu b, yang dicirikan oleh :

1. Garis-garis perpotongan antara bidang komposisi dengan bidang sayatan (garis-garis

kembaran) nampak jelas dan tajam.

2. Bila garis kembaran diletakkan sejajar dengan benang silang tegak maka semua lembar

kembaran memberikan warna interferensi yang sama dan merata.

3. Besarnya sudut pemadaman untuk lembar kembaran yang menjadi gelap pada pemutaran

meja obyek searah putaran jarum jam ( | x0 – x1 | = P ) adalah sama dengan harga sudut

pemadaman untuk lembaran yang menjadi gelap bila meja obyek diputar berlawanan arah

jarum jam ( | x0 – x2 | = Q ) Selisih antara kedua sudut pemadaman tersebut tidak boleh

lebih dari 6° ( | P - Q | ≤ 6° )

Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi maka harga sudut pemadamannya adalah :

(P+Q)/2 = Z°

Gambar 3.13. Cara penentuan jenis plagioklas dan sudut pemadaman lembar kembaran albit. A : kristal plagioklas

dengan kembaran albit B . cara pengukuran sudut pemadaman dari kembaran albit ( Kerr,1977)

Page 51: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

47

Gambar 3.14. Kurva untuk penentuan jenis plagioklas dengan kembaran albit (Michel Levy) (

Kerr,1977)

Untuk penelitian petrografi batuan beku, langkah tersebut harus dilakukan sebanyak

mungkin, kemudian diambil harga sudut pemadaman yang paling besar (sudut pemadaman yang

paling besar adalah yang paling nendekati sayatan yang tegak lurus bidang (010). Harga sudut

pemadaman dimasukkan kedalam kurva Michel Levy sebagai ordinatnya kemudian tarik garis

horisontal hingga menotong kurva yang ada. Dari perpotongan tersebut kita tarik garis ke bawah

maka komposisi dan jenis plagioklasnya dapat diketahui. Bila harga sudut pemadaman kurang

dari 20° maka harus kita ukur harga indeks biasnya.

Plagioklas yang berkomposisi An0 – 20 memiliki indek bias lebih kecil daripada indek bias

kanada balsam, sedangkan yang berkomposisi An21- 100 memiliki indek bias lebih besar daripada

indek bias kanada balsam.

3.5.1.2. Dengan kembaran Karlsbad-Albit

Carilah kristal plagioklas yang memperlihatkan kembaran Karlsbad-Albit yang terpotong

tegak lurus bidang (010) yang dicirikan oleh :

1. Garis-garis perpotongan antara bidang komposisi dengan bidang sayatan (garis-garis

kembaran) kelihatan jelas dan tajam.

Page 52: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

48

2. Bila garis kembaran diletakkan sejajar dengan benang silang tegak maka semua lembar

kembaran memberikan warna interferensi yang sama dan merata.

Salah satu kembaran carlsbad (misal sebelah kiri ) ditentukan dengan cara yang sama

dengan metode sebelumnya yakni

| X0 –X1 | + | X0 – X2 |

2 = S°

Dengan syarat | X0 –X1 | - | X0 – X2 | ≤ 6°

Dan sudut pemadaman untuk lembar kembaran albit pada lembar kembaran carlsbad

sebelah kanan adalah :

| Y0 – Y1 | + | Y0 – Y1|

= T°

2

Dengan syarat | Y0 – Y1 | - | Y0 – Y2 | ≤ 6°

Harga sudut pemadaman diplot dengan grafik dimana harga sudut pemadaman yang lebih

kecil sebagai ordinat sedangkan harga sudut pemadaman yang lebih besar diplot pada kurva,

kemudian tarik garis horisontal dari sudut pemadaman yang lebih kecil, potongkan dengan kurva

sudut pemadaman yang lebih besar. Dari perpotongan tersebut lalu ditarik garis kebawah maka

jenis plagioklas dapat diketahui. Bila harga sudut pemadaman kurang dari 20° maka harus

diketahui terlebih dahulu indek biasnya.

Gambar 3.15. Cara penentuan sudut pemadaman plagioklas dari kembaran Carlsbad-Albit (Kerr,

1977)

Page 53: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

49

Gambar 3.16. Kurva untuk penentuan jenis Plagioklas dengan kembaran Carlsbad-Albit

(Menurut F.E. wright, dari Kerr ,1977)

Page 54: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

50

BAB 4

PENGAMATAN KONOSKOP

Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa kondensor

akan menghasilkan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu titik yang terfokus pada

sayatan mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati sayatan kristal dan kemudian ditangkap

oleh lensa obyektif.

Mikroskop dalam hal ini berfungsi sebagai teleskop untuk mengamati suatu titik tak

terhingga melalui peraga (sayatan tipis kristal). Jadi kita tidak lagi melakukan pengamatan

langsung pada peraga, tetapi yang kita lihat dalam mikroskop adalah kenampakkan gambar

interferensi (isogire, isofase/isokrom, dan melatope). Dalam melakukan pengamatan gambar

interferensi ini dipergunakan beberapa lensa, diantaranya lensa "Amici Bertrand” dan lensa-lensa

yang lainnya seperti kondensor, polarisator maupun analisator.

4.1. Tujuan

Dengan cara melakukan pengamatan gambar interferensi (isogir, melatop, isofase) akan

dapat ditentukan:

a. sumbu optik mineral (uniaxial atau biaxial)

b. tanda optik mineral (positip atau negatif)

c. sudut sumbu optik ( 2V )

d. arah sayatan

4.1.1. Sumbu Optik

Cahaya terpolarisir yang melewati mineral anisotrop, akan dibiaskan menjadi dua

sinar yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang berbeda. Tetapi pada arah sayatan

tertentu sinar akan dibiaskan kesegala arah dengan kecepatan sama. Garis yang tegak lurus

dengan arah sayatan tersebut di.kenal sebagai Sumbu Optik.

Pada mineral-mineral yang bersisitim kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal terdapat dua

sumbu indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu dari sinar ordiner (biasa) dan sinar ekstra

ordiner (luar biasa). Pada mineral yang bersistim kristal tersebut, hanya ada satu kemungkinan

arah sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh

Page 55: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

51

karena itu, mineral-mineral yang bersistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal mempunyai

Sumbu Optik Satu (Uniaxial).

Sedangkan pada mineral-mineral yang bersistim kristal orthorombik, monoklin dan triklin

terdapat tiga macam sumbu indikatrik, yaitu sumbu indikatrik sinar X (paling cepat), sinar Y

(intermediet) dan sinar Z (paling lambat). pada mineral-mineral ini, ada dua kemungkinan arah

sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena

itu mineral-mineral yang bersistem kristal demikian mempunyai Sumbu Optik Dua (Biaxial).

4.1.2. Tanda Optik

4.1.2.1. Tanda Optik Mineral Sunbu Satu

Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu (uniaxial) adalah tidak

sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral

lain sinar ordiner bisa lebih cepat dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan

dari keragaman tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar

ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi Tanda Optik Negatif. Sebaliknya untuk

mineral uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstra ordiner diberi

Tanda Optik Positif.

4.1.2-2. Tanda Optik Mineral Sumbu Dua

Pada mineral sumbu dua, kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z adalah tertentu, artinya

pada setiap mineral sinar X merupakan sinar yang paling cepat, sinar Y merupakan sinar

intermediet dan sinar Z merupakan sinar paling lambat. Yang membedakan antara mineral satu

dengan lainnya adalah kedudukkan/posisi dari sumbu indikatrik sinar-sinar tersebut dikaitkan

dengan Garis Bagi Sudut Sumbu Optik.

Mineral sumbu dua dikatakan mempunyai Tanda Optik Positif, jika sumbu indikatrik

sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (Bsl) atau Centred Acute Bisectrix (Bxa) dan

sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (Bst) atau Centred

Obtuse Bisectrix (Bxo).

Sebaliknya jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (Bst)

dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi sudut Lancip (Bsl), maka mineral

tersebut mempunyai Tanda Optik Negatif.

Page 56: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

52

4.1.3. Sudut Sumbu Optik (2V)

Adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik. oleh karena itu sudut sumbu optik

hanya didapatkan pada mineral sumbu dua. Pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan

gambar interferensinya, dapat dihitung besarnya sudut sumbu optik.

4.2. Gambar Interferensi Kristal Sumbu Satu (Uniaxial) dan Penentuan

Tanda Optiknya.

Ada beberapa kenampakkan gambar interferensi pada kristal sumbu satu. Kenampakan

ini sangat bergantung pada arah sayatan terhadap sumbu optik. (lihat gambar).

4.2.l. Gambar Interferensi Terpusat

Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya (sayatan isotropik).

Memperlihatkan isogire dengan empat lengan, serta melatop persis di tengah.

Memperilhatkan gelang-gelang warna (isofase), banyaknya gelang-gelang ini sangat

bergantung pada harga bias rangkap masing-masing mineral. Makin besar harga bias

rangkapnya, makin banyak gelang-gelang warnanya.

Bila meja obyek diputar 360°, gambar interferensi tidak berubah sama sekali.

Gambar 4.1. Interferensi terpusat, mineral dengan bias rangkap kuat (kiri) dan bias rangkap lemah (kanan)

Page 57: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

53

Cara Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Terpusat

Komponen sinar luar biasa selalu bergetar di dalam bidang yang memotong bidang pandangan

sebagai jari-jari. (lihat gambar 4.2.)

Untuk mengetahui apakah sinar luar biasa merupakan sinar lambat atau cepat, maka dipergunakan

komparator.

Jika kwadran l dan 3 menunjukan gejala adisi (warna biru), sedang kwadran 2 dan 4

menunjukkan gejala substraksi (warna kuning-orange)berarti sinar luar biasa merupakan

sinar lambat, maka kristal mempunyai tanda optik positip. Sebaliknya jika kwadran l dan

3 menunjukkan gejala substraksi, kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala adisi, mineral

mempunyai tanda optik negatif.

Gambar 4.2. Penentuan tanda optic gambar interferensi terpusat sumbu satu

4.2.2. Gambar Interferensi Tak Terpusat

Terdapat pada sayatan Kristal yang dipotong miring terhadap sumbu optik.

Melatop dapat kelihatan dapat tidak (tetapi tidak ditengah-tengah).

Penentuan tanda optik sama dengan gambar interferensi terpusat, tetapi harus terlebih

dahulu menentukan posisi setiap kwadrannya.

Gambar 8.3 Kenampakan gambar interferensi tak terpusat dan cara penentuan kuadrannya

ε

+ -

Page 58: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

54

4.2.3. Gambar Interferensi Kilat

Sayatan sejajar sumbu C / sumbu optik

Sayatan ini nengandung arah getar sinar luar biasa sesungguhnya.

Gambar interferensi pada posisi 0° hampir sama dengan sayatan terpusat. Perbedaannya

isogirnya lebih lebar dan apabila meja objek di putar maka isogirnya ini akan pecah dan

bergerak secara diagonal searah sumbu optiknya.

Penentuan tanda optik caranya sana dengan sayatan yang lain, bedanya harus

ditentukan dulu arah sumbu optiknya(arah getar sinar luar biasa sesungguhnya).

Pada saat meja obyek diputar < 5°, isogir akan terpecah dan bergerak menghilang dari

medan pandangan (gambar kiri). Kuadran dimana isogir bergerak menghilang adalah

kuadran dimana sumbu optic bergerak. Setelah meja obyek diputar pada posisi 45° ,

isogire menghilang, dan kemungkinan yang Nampak adalah isokrom, yang

memperlihatkann bentuk konkap kearah luar.( lihat gambar 8.4 )

Gambar 4.4. Gambar interferensi kilat pada kristal sumbu satu. Arah pergerakan

isogir adalah arah sumbu optik.

Penentuan tanda optik gambar interferensi kilat sumbu satu

amati arah pergerakan menghilangnya isogir

arah pergerakan tersebut merupakan arah pergerakan sumbu optik

kemudian masukkan komparator (keping gypsum)(lihat gambar 8.5)

amati perubahan warna interferensinya. Jika terjadi adisi (medan pandang menjadi biru)

maka yang bergetar sejajar sinar luar biasa adalah sinar lambat, dengan demikian tanda

optiknya positif. Sedang jika terjadi substraksi (medan pandang menjadi orange) maka

sinar luar biasa adalah sinar cepat, jadi tanda optiknya negatif.

Page 59: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

55

Gambar 4.5 Penentuan tanda optik gambar interferensi kilat

4.3 Gambar Interferensi Kristal Sumbu Dua dan Penentuan Tanda Optiknya.

Terbentuknya gambar interferensi, yaitu isogir dan gelang-gelang warna pada sumbu dua

sama dengan sumbu satu. Perbedaannya karena ada dua sumbu optik, maka kenampakkan

macam gambar interferensinya akan lebih banyak. Berdasar arah sayatan, pada kristal sumbu dua

terdapat lima jenis gambar interferensi, yaitu :

a) Gambar interferensi sumbu optik (Centred Biaxial Optic Axis)

b) Gambar interfernsi garis bagi sudut lancip (BS1) atau Centred Acute

Bisectrix (Bxa)

c) Gambar interfernsi gars bagi sudut tumpul (BSt) atau Centred Obtuse

Bisectrix (Bxo)

d) Gambar interfernsi kilat (Centred Optic Normal atau Biaxial Flash Figure)

e) Gambar interfernsi tak terpusat (Random Orientations )

4.3.1. Gambar Interferensi Sumbu Optik

Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sb optik

Tanya nampak satu lengan isogir

Tergerakkan isogir berlawanan dengan pergerakan meja objek.

Gambar interferensi ini paling baik untuk menentukan sudut sumbu optik ( 2V ).

Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Sumbu Optik

Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif jika sinar yang

berimpit dengan Bsl adalah sinar Z, dan tanda optic negatif jika sinar yang berimpit

dengan Bsl adalah sinar X ( Bst berimpit dengan sinar Z ).

Page 60: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

56

Arah getar sinar Y selalu tegak lurus dengan bidang sumbu optik (Bso). Maka pada

gambar interferensi sumbu optik arah getar sinar Y merupakan garis singgung dari isogire

Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bst ( karena pada

sayatan ini Bst membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sayatan putar meja obyek

sehingga kedudukan isogire diagonal (misal seperti gambar 8.7)

Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada sisi cembung isogire

Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat, berarti sinar lain yang

bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar yang lebih lambat yaitu sinar Z

Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bst, maka tanda optiknya adalah negative

Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya positif

Gambar 4.7 Penentuan tanda optik gambar interferensi sumbu optik

4.3.2. Gambar Interferensi BS1, BSt dan Kilat

Gambar interferensi BS1 terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus terhadap garis

bagi sudut lancip.

Gambar interferensi BSt terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus terhadap garis

bagi sudut tumpul.

Gambar interferensi kilat terdapat pada yang mengandung sumbu sinar X dan Z. (

bidang sumbu optik ).

Kenampakkan gambar interferensi jenis Bsl, Bst dan kilat mempunyai suatu

kesamaan yang juga dliailiki interferensi kilat sumbu satu.

Untuk membedakan ketiga jenis gambar interferensi ini, perlu diperhatikan lebar

dan kecepatan gerak isogir.

Lebar isogir berturut-tuirut dari gambar interferensi Bsl, Bst dan kilat adalah

sempit dan jelas kemudian makin lebar dan kabur. (lihat gambar 8.8, 8.9, 8.10).

Page 61: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

57

Kecepatan geraknya untuk gambar interl-erensi Bsl, setelah 14° akan hilang dari medan

pandangan.

Gambar interferensi Bst hilang sebelum l4°, gambar interferensi kilat hilang setelah

2°.

Penentuan Tanda Optik Gambar interferensi BS1

Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif jika sinar yang

berimpit dengan Bsl adalah sinar Z (Bst berimpit dengan sinar X), dan tanda optik negatif

jika sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar X ( Bst berimpit dengan sinar Z )

Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bst

Arah getar sinar Y selalu tegak lurus dengan bidang sumbu optik (Bso). Oleh karenanya

pada gambar interferensi Bsl arah getar sinar Y merupakan garis singgung dari kedua

isoogire, sedang Bst searah pergerakan isogire

Putar meja obyek sehingga sehingga terlihat salip sumbu seperti gambar interferensi kilat

sumbu satu

Putar meja obyek lagi sehingga kedudukan isogire diagonal (misal seperti gambar 8.11)

Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada sisi cembung isogire

Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat, berarti sinar lain

yang bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar yang lebih lambat yaitu sinar Z

Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bst, maka tanda optiknya adalah negatif

Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya positif

Gambar 4.11 penentuan tanda optik gambar Interterensi Bsl

Penentuan Tanda Optik Gambar interferensi BSt

Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif jika sinar yang

berimpit dengan Bsl adalah sinar Z (Bst berimpit dengan sinar X), dan tanda optik negatif

Page 62: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

58

jika sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar X ( Bst berimpit dengan sinar Z )

Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bsl

Arah getar sinar Y selalu tegak lurus dengan bidang sumbu optik (Bso). Oleh karenanya

pada gambar interferensi Bst arah getar sinar Y merupakan garis singgung dari kedua

isogire, sedang Bsl searah pergerakan isogire

Putar meja obyek sehingga sehingga terlihat salip sumbu seperti gambar interferensi kilat

sumbu satu

Putar meja obyek lagi sehingga kedudukan isogire bergerak diagonal (misal seperti

gambar 8.12)

Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada seluruh medan

pandangan

Gambar 4.12 Penentuan tanda optik gambar interferensi Bst

Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat, berarti sinar lain yang

bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar yang lebih lambat yaitu sinar Z

Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bsl, maka tanda optiknya adalah positif

Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya negative

Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Kilat

Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif jika sinar yang

berimpit dengan Bsl adalah sinar Z (Bst berimpit dengan sinar X), dan tanda optik negatif

jika sinar yang berimpit dengan BS1 adalah sinar X ( BSt berimpit dengan sinar Z )

Sinar yang bergetar adalah sinar yang berimpit dengan Bst dan sinar yang berimpit

Page 63: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

59

dengan Bsl

Pada gambar interferensi ini pergerakan isogire adalah kearah garis bagi sudut lancip

(Bsl), sehingga arah Bst merupakan garis singgung kedua isogire

Putar meja obyek sehingga sehingga terlihat salip sumbu seperti gambar interferensi kilat

sumbu satu

Putar meja obyek lagi sehingga kedudukan isogire bergerak diagonal (misal seperti

gambar 8.13)

Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada seluruh medan

pandangan

Jika terjadi gejala adisi maka sinar yang berimpit dengan Bst adalah sinar yang lebih

cepat (sinar X), berarti sinar lain yang bergetar searah dengan Bsl adalah sinar yang lebih

lambat yaitu sinar Z

Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bsl,maka tanda optiknya adalah positif

Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya negative

Gambar 4.13 Penentuan tanda optik gambar interferensi kilat

4.3.3 Gambar interferensi tak terpusat

Gambar interferensi ini terdapat pada mineral yang disayat tidak tegak lurus sumbu optik,

tidak tegak lurus Bst, tidak tegak lurus Bsl dan juga tidak sejajar bidang sumbu optik.

Kenampakkan isogire pada gambar interferensi ini, bila meja obyek diputar akan bergerak

secara tidak teratur untuk kemudian menghilang dari medan pandangan. Karena pergerakkannya

yang tidak teratur maka gambar interferensi ini tdak bias untuk menentukan tanda optik mineral

yang bersangkutan maupun sudut optiknya (2V). Tetapi dalam kenyataannya gambar interferensi

ini paling sering dijumpai, karena sayatan jenis ini kemungkinannya paling banyak

Page 64: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

60

Tabel 4.1. Mineral-mineral bersumbu optis uniaxial (Kerr, 1977) Mineral ni nw Sign Biefringence

Calcite

Canerinite

Dolomite

Magnesite

Nepheline

Scapolite

Beryl

Siderite

Dravite

Elbaite

Dahlite

Melilite

Schorlite

Apatite

Idocrase

Jarosite

Corundum

Hematite

1,486 1,496 – 1,500

1,500 – 1,526

1,509 – 1,527

1,527 – 1,543

1,540 – 1,571

1,564 – 1,590

1,596 – 1,633

1,613 – 1,628

1,615 – 1,629

1,619 – 1,626

1,626 – 1,629

1,628 – 1,658

1,630 – 1,651

1,701 – 1,726

1,715

1,759 – 1,763

2,94

1,658 1,507 – 1,524

1,680 – 1,716

1,700 – 1,726

1,530 – 1,547

1,550 – 1,607

1,568 – 1,598

1,830 – 1,875

1,632 – 1,655

1,635 – 1,655

1,623 – 1,635

1,632 – 1,634

1,652 – 1,698

1,633 – 1,655

1,705 – 1,732

1,820

1,767 – 1,772

3,22

_ _

_

_

_

_

_

_

_

_

_

_

_

_

_

_

_

_

0,172 0,007 – 0,028

0,180 – 0,190

0,191 – 0,199

0,003 – 0,004

0,010 – 0,036

0,004 – 0,008

0,234 – 0,242

0,019 – 0,025

0,015 – 0,023

0,004 – 0,009

0,005 – 0,006

0,022 – 0,040

0,003 – 0,004

0,004 – 0,006

0,105

0,008 - 0,009

Mineral nw ni Sign Biefringence

Quartz

Brucite

Alunite

Zircon

Cassiterite

Rutile

1,5442

1,566

1,572

1,925 – 1,931

1,996

2,603 – 2,616

1,5533

1,585

1,592

1,985 – 1,993

2,093

2,889 – 2,903

+

+

+

+

+

+

0,009

0,019

0,020

0,060 – 0,062

0,097

0,286 – 0,287

Page 65: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

61

Tabel 4.2. Mineral-mineral bersumbu optis biaxial negatif (Kerr, 1977)

Mineral nα nγ nλ Birefringence

Monmorillonite

Stilbite Scolecite

Sanidine

Orthoclase

Microcline

Anorthoclase

Aragonite

Oligoclase

Cordierite

Hydromuscovite

Talc

Biotite

Andesine

Polyhalite

Phlogopite

Pyrophilte

Antigorite

Muscovite

Lepidolite

Kaolinite

Bitownite

Anorthite

Pennine

Glauconite

Tremolit-actinolite

Nephrite

Lazulite

Horblende

Wollastonite

Chamosite

Glaucophane

Andalusite

Allanite

Monticellite

Olivine

Grunerite

Dumortierite

Lamprobolite

Hypersthene

Iddingsite

Axinite

Rieberckite

Kyanite

Epidote

Aegirine

Fayalite

1,492 1,494 – 1,500

1,512

1,517 – 1,520

1,518

1,518 – 1,522

1,522 – 1,536

1,530

1,532 – 1,545

1,532 – 1,552

1,535 – 1,570

1,538 - 1,545

1,541 – 1,579

1,543 – 1,533

1,548

1,551 – 1,362

1,532

1,555 – 1,564

1,556 – 1,570

1,560

1,561

1,563 - 1,571

1,571 – 1,575

1,575 – 1,582

1,590 – 1,612

1,600 – 1,628

1,600 – 1,628

1,603 – 1,604

1,614 – 1,675

1,620

1,621 – 1,655

1,629 – 1,640

1,640 – 1,770

1,641 – 1,651

1,651 – 1,681

1,657 – 1,663

1,639 – 1,678

1,670 – 1,692

1,673 – 1,715

1,674 – 1,730

1,678 – 1,684

1,693

1,712

1,720 – 1,734

1,745 – 1,777

1,805 – 1,835

1,313 1,498 – 1,504

1,519

1,523 - 1,525

1,524

1,522 – 1,526

1,525 - 1,539

1,582

1,536 – 1,548

1,536 – 1,562

1,575 – 1,590

1,574 – 1,638

1,548 – 1,558

1,562

1,598 - 1,606

1,588

1,562 – 1,573

1,587 – 1,607

1,598

1,565

1,567 – 1,577

1,577 – 1,583

1,576 – 1,582

1,609 – 1, 643

1,613 – 1,644

1,613 – 1,644

1,632 – 1,633

1,618 – 1.691

1,632

1,635

1,638 - 1,664

1,633 – 1,644

1,650 – 1,770

1,646 – 1,662

1,670 – 1,706

1,684 – 1,697

1,684 – 1,691

1,683 – 1,730

1,678 – 1,728

1,715 - 1,763

1,685 – 1,692

1,695

1,720

1,724 – 1,763

1,770 – 1,823

1,838 – 1,877

1,313 1,300 - 1,308

1,319

1,324 – 1,326

1,326

1,525 – 1,530

1,527 – 1,541

1,686

1,541 – 1,552

1,539 – 1,570

1,565 – 1,605

1,575 – 1,590

1,574 – 1,638

1,552 – 1,562

1,567

1,598 – 1,606

1,600

1,562 0 1,573

1,593 – 1,611

1,605

1,566

1,571 – 1,582

1,582 – 1,588

1,576 – 1,583

1,610 – 1,644

1,625 – 1,633

1,625 – 1,655

1,639 – 1,642

1,633 – 1,701

1,634 – 1,692

1,639 – 1,668

1,639 – 1,647

1,660 – 1,800

1,655 – 1,669

1,689 – 1,718

1,699 – 1,717

1,686 – 1,692

1,693 – 1,760

1,683 – 1,731

1,718 – 1,768

1,683 – 1,696

1,697

1,728

1,734 – 1,779

1,782 – 1,836

1,847 – 1,886

0,021 0,006 – 0,008

0,007

0,007

0,008

0,007

0,005 – 0,007

0,156

0,007 – 0,009

0,007 – 0,011

0,030 – 0,035

0,030 – 0,050

0,033 – 0,059

0,007

0,019

0,044 – 0,047

0,048

0,007 – 0,009

0,037 – 0,041

0,045

0,005

0,008 – 0,011

0,011 – 0,013

0,001 – 0,004

0,020 – 0,032

0,022 – 0,027

0,022 – 0,027

0,036 – 0,038

0,019 – 0,026

0,014

0,007 – 0,008

0,013 - 0,018

0,007 – 0,011

0,010 – 0,030

0,014 – 0,018

0,037 – 0,041

0,042 – 0,054

0,011 – 0,020

0,026 – 0,072

0,010 – 0,016

0,038 – 0,044

0,010 – 0,012

0,004

0,018

0,014 – 0,045

0,037 – 0,059

0,042 – 0,051

Page 66: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

62

Tabel 4.3. Mineral-mineral bersumbu optis biaxial positif (Kerr, 1977)

MINERAL nα nβ nλ Birefringence

Tridymite 1.469 1.469 1.473 0,004

Natrolite 1,473 -1,480 1,476 - 1,482 1,485 - 1,493 0,012 - 0,013

Chabatite 1478 - 1,483 ................ 1,480 - 1,490 0,002 - 0,010

Chrysotile 1,493 - 1,346 1,504 - 1,550 1,517 - 1,557 0,011 - 0,014

Heulandite 1,496 - 1,499 1,497 -1,501 1,501 - 1,505 0,007

Mesolite 1.503 1,503 1,506 0,001

Thomsonite 1,512 - 1,530 1,518 - 1,532 1,518 - 1,542 0,006 - 0,012

Gypsum 1.520 1,522 1,529 0,009

Albite 1,523 - 1,532 1,529 - 1,536 1,536 - 1,541 0,009 - 0,011

Oligoclase 1,532 - 1,562 1,536 - 1,548 1,541 - 1,552 0,007 - 0,009

Cordierite 1.532 - 1,352 1,536 - 1,562 1,539 - 1,570 0,007 - 0,011

Andesine 1,543 - 1,555 1,548 - 1,558 1,552 - 1,562 0,007

Labrodorite 1,555 - 1,563 1,558 - 1,567 1,562 - 1,571 0,007 - 0,008

Dickite 1,560 1,562 1,566 0,006

Anhydrite 1,570 1,576 1,614 0,044

Chondrodite 1,592 - 1,643 1,602 - 1,655 1,621 - 1,670 0,027 -0,035

Anthophyllite 1,598 - 1,652 1,613 - 1,662 1,623 - 1,676 0,016 - 0,023

Topaz 1,607 - 1,629 1,610 - 1,631 1,617 - 1,638 0,009 - 0,010

Prehnite 1,613 - 1,635 1,624 - 1,642 1,645 - 1,663 0,020 - 0,033

Forsterite 1,635 - 1,640 1,631 - 1,660 1,670 - 1,680 0,035 - 0,040

Barite 1,636 1,637 1,648 0,012

Cummingtonite 1,639 - 1,667 1,645 - 1,669 1,664 - 1,686 0,023 - 0,029

Mullite 1,642 1,644 1,654 0,012

Enstatite 1,650 - 1,665 1,653 - 1,670 1,658 - 1,674 0,008 - 0,009

Diopside 1,650 - 1,698 1,657 - 1,706 1,681 - 1,727 0,020 - 0,031

Spodumene 1,651 - 1,668 1,663 - 1,675 1,677 - 1,681 0,013 - 0,027

olivine 1,651 - 1,681 1,670 - 1,706 1,689 - 1,718 0,037 - 0,041

Jadeite 1,655 - 1,666 1,650 - 1,674 1,667 - 1,688 0,012 - 0,023

Sillimanite 1,637 - 1,661 1,658 - 1,670 1,677 - 1,684 0,020 - 0,023

lawsonite 1,665 1,674 1,684 0,019

Iddingsite 1,674 - 1,730 1,715 - 1,768 1,718 - 1,768 0,038 - 0,044

Aegirin-Augite 1,680 - 1,745 1,687 - 1,770 1,709 - 1,782 0,020 - 0,037

Pigeonite 1,680 - 1,718 1,698 - 1,723 1,719 - 1,744 0,021 - 0,033

Augite 1,688 - 1,712 1,701 - 1,717 1,713 - 1,737 0,021 - 0,023

Zoisite 1,698 - 1,700 1,696 - 1,703 1,702 - 1,718 0,006 - 0,018

Diaspore 1,702 1,722 1,75 0,048

Clinozoisite 1,710 - 1,723 1,723 - 1,734 1,719 - 1,734 0,005 - 0,011

Chloritoid 1,715 - 1,724 1,729 - 1,726 1,731 - 1,737 0,013 - 0,016

Hedenbergite 1,732 - 1,739 1,737 - 1,743 1,751 - 1,757 0,018 - 0,010

Staurolite 1,736 - 1,717 1,741 - 1,734 1,746 - 1,762 0,010 - 0,015

Piedmontite 1,745 - 1,758 1,764 - 1,780 1,806 - 1,832 0,061 - 0,082

Monazite 1,786 - 1,800 1,788 - 1,801 1,837 - 1,849 0,049 - 0,051

Page 67: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

63

Sphene 1,887 - 1,913 1,894 - 1,921 1,979- 2,034 0,092 - 0,141

Page 68: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

64

BAB I

PRAKTIKUM PETROGRAFI

I.1. PENDAHULUAN

Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan batuan. Pengamatan secara

seksama pada syatan tipis pada batuan dilakukan dibawah mikroskop polarisasi, dengan

tentunya didukung oleh data-data pengamatan singkapan batuan dilapangan. Pada pemerian

petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun batuan, selanjutnya textur batuan.

Textur batuan sangat membantu dalam pengelompokan batuan selain memberikan gambaran

proses yang terjadi selama pembentukan batuan.

Tujuan akhir petrografi adalah memerikan dan mengelompokan batuan, dengan

sindirinya ini akan sangat terbatas. Namun karena ini merupakan bagian yang lebih besar,

petrologi (ilmu tentang pembentukan batuan) maka kepentingannya akan sangant berarti.

Oleh karena itu mahasiswa peserta praktikum dan kuliah petrografi hendaknya telah

mendapatkan kuliah dan praktikum petrologi. Pemakaian mikroskop dan pengenalan mineral

membutuhkan keahlian oleh karena itu merekapun diharuskan telah mengikuti kuliah dan

praktikum mineralogi optik. Kompetensi dari praktikum petrografi ini sendiri adalah

memahami pemerian batuan-batuan yang terdapat dialam dengan menggunakan berbagai alat

bantu dan mengkaitkannya dengan proses kejadian serta kegunaanya.

Modul praktikum ini dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai pembantu dalam

memerikan batuan. Sedikitpun tidak dimaksudkan untuk dijadikan satu-satunya pegangan

dalam mengikuti kuliah dan praktikum petrografi. Pada tiap akhir pembahasan batuan beku,

metamorf dan sedimen tertera sejumlah literatur, yang kepada mahasiswa dianjurkan untuk

membacanya.

Page 69: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

65

I.2. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN SELAMA PRAKTIKUM PETROGRAFI

a) Mikroskop polarisasi dengan asesorinya,

b) Penggaris transparan,

c) Diagram Interfrensi warna,

d) Diagram Michel-Levy

e) Sayatan tipis batuan

f) Kain Panel

Alat-alat tersebut seyogyanya dirawat dengan baik untuk agar dapat memberi manfaat

yang sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa Program Studi Teknik Geologi dari waktu ke

waktu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh praktikan yakni :

1. Bersihkan lensa okuler dan lensa objektif dari kotoran debu dan lemak dengan kain

planel sebelum dipakai,

2. Simpan mikroskop pada ruang yang tidak lembab atau lemari berlampu agar tidak

berjamur, atau dengan dibersihkan silika gel disekitar mikroskop,

3. Perlakukan sayatan tipis dengan baik agar tidak pecah atau rusak mengingat beberapa

sayatan yang ada dilaboratorium susah mendapatkannya,

4. Gantikan obyektif dengan obyektif perbesaran yang lain dengan hati-hati.

Page 70: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

66

BAB II

BATUAN BEKU

Petrografi batuan beku menggambarkan keadaan mineral (yang bisa diamati) dan

teksturnya, yang masing-masing sebagai fungsi komposisi kimia dan sejarah pembekuannya.

Praktikum petrografi batuan beku merupakan kelanjutan dari praktikum petrologi batuan

beku.

Yang diamati dalam pemerian petrografi bervariasi, tergantung kepentingannya.

Tetapi pada umumnya untuk batuan beku (sebagai contoh meliputi) :

1. Warna, struktur dan gambaran umum,

2. Ukuran mineral,

3. Kandungan kuarsa, bila tidak ada dicari mineral-mineral tidak jenuh silika ,

4. Kandungan feldspar, perbandingan plagioklas alkali feldspar dan jenis plagioklasnya,

5. Kandungan mafik mineral (olivine, piroksen, amphibol, mika),

6. Kandungan mineral opak dan indeks warna,

7. Mineral assesori (mineral tambahan),

8. Tekstur,

9. Alterasi (mineral ubahan),

10. Petrogenesa.

Page 71: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

67

II.1. MINERAL PENYUSUN BATUAN BEKU

II.1.1. Mineral Utama

A. Mineral Mafik

Kelompok Olivin :

- Forsterite Mg2SiO4

- Fayalite Fe2SiO4

- Monticellite CaMgSiO4

Kelompok Piroksen

- Ortopiroksen

Enstatite Mg2SiO6

Hyperstene (Mg , Fe) SiO3

Page 72: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

68

- Klinopiroksen

Augit (Ca, Mg, Fe, Al) 2 (Si , Al) 2 O6

Diopsid CaMgSi2O6

Pigeonite (Mg, Fe, Ca) (Mg, Fe) Si2O6

Aegirine NaFe+3

Si2O6

Kelompok Amphibol

- Hornblende Ca2(Mg, Fe, Al)5(Si, Al)8O22(OH, F)2

- Riebeckite Na2Fe3+2

Fe2+3

Si8O22(OH, F)2

Kelompok Mika

- Biotit K (Mg, Fe) 3 (AlSi3O10) (OH, F)2

B.

Mineral Felsik

Kelompok Feldspar

:

- Plagioklas

- K. Feldspar

CaAl2Si2O8 – NaAlSi3O8

Sanidin

Ortoklas

Mikroklin

(K, Na)AlSi3O8

(K, Na)AlSi3O8

KAlSi3O8

- Feldspatoid

Leusit KAlSi2O6

Nefelin (Na, K)AlSiO4

Sodalit Na8Al6Si6O24Cl2

Cancrinit (Na , K)6-8Al6Si6O24.(CO3)1-2.2-3H2O

Kelompok mika

- Muskovit Kal2(AlSi3O10)(OH, F)2

Kuarsa

Tridimit SiO2

Kristobalit

Page 73: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

69

II.1.2. Mineral Sekunder

- Serpentin Mg6Si4O10(OH)8

- Idingsit MgO . Fe2O3 . 3SiO2 . 4H2O

- Limonit Fe2O3 . nH2

- Antofilit (Mg , Fe)7Si8O22(OH)2

- Tremolit – aktinolit Ca2Mg3Si8O22(OH)2

- Hornblende Ca2 (Mg , Al , Fe) 5(Al, Si)8 O22 (OH , F)2

- Klorit (Mg , Al , Fe)6(Al, Si)4O10(OH)8

- Kalsit CaCO3

- Kaolin Al2O3.2SiO2.H2O

- Epidot Ca2(Al , Fe)3(OH)(SiO4)3

- Serisit KAl3Si3O10

- Analcite NaAlSi2O6H2O

- Natrolite Na2Al2Si3O102H2O

II.1.3. Mineral Asesori

- Apatit Ca5(PO4)3(OH , F , Cl)

- Beryl Be3Al2(Si6O18)

- Fluorit CaF2

- Perovskite CaTiO3

- Spinel MgAl2O4

- Turmalin Na(Mg , Fe , Al)3Al6Si6O18(BO3)3(OH , F)4

- Zircon ZrSiO4

- Magnetit Fe3O4

- Ilmenit FeTiO3

II.2. PENGENALAN TEKSTUR DAN STRUKTUR BATUAN BEKU

1. Struktur : Amigdaloidal, Vesikuler, Skoria

2. Tekstur :

- Tekstur umum

a) Derajat kristalisasi

Page 74: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

10

Holokristalin berupa granular, mikrolit dan kristali

Hipokristalin terdiri dari kristal dan massa gelas

Holohialin tersusun atas massa gelas saja

Page 75: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

11

b) Kemas

Equigranular : panidiomorfik granular, hipidiomorfik granular,

allotriomorfik

Inequigranular : Porfiritik, Vitroverik, Porfiroafanitik, dan Felsoferik.

- Tekstur Khusus

a) Tekstur Intergrowth

Grafik, tumbuh bersama antara alkali feldspar dengan kuarsa, disini

kuarsa berbentuk runcing-runcing.

Granoferik, tekstur yang dibentuk oleh kalium feldspar dan kuarsa

dimana kuarsa menginklusi didalam kalium feldspar

Page 76: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

12

Mirmekitik, kuarsa yang berbentuk menjari diinklusi oleh plagioklase

asam (oligoklase)

Intergranular, tekstur dimana ruang antar butir plagioklase ditempati

oleh olivin, piroksen, atau bijih besi.

Diabasik, plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen, disini piroksen

tidak terlihat jelas, plagioklase radier terhadap piroksen.

Ofitik, plagioklas tumbuh secraa acak dan merata ditutupi oleh

piroksen atau olivine yang utuh, disini piroksen lebih besar dari

piroksen.

Page 77: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

13

Subofitik, plagioklas tumbuh secara acak dan merata bersamaan

dengan piroksen, dimana ukuran plagioklas lebih besar dibandingkan

dengan mineral piroksen dan olivin yang ditutupinya.

Intersertal, hampir sama dengan intergranular tetapi disini ruang antar

plagioklas disini diisi oleh massa gelas, kriptokristalin atau mineral

sekunder dan mineral tambahan.

Page 78: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

14

Poikilitik, merupakan suatu tekstur dalam hornblende peridotit. Dalam

suatu mineral hornblende yang utuh menutupi mineral olivin dan

diopsid.

Porfiritik, mengandung mineral-mineral yang memiliki ukuran yang

berbeda, fenokris augit, olivin dan leusit tertanam dalam massa dasar

kristalin atau juga gelas.

Page 79: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

15

Corona, olivin dilingkupi oleh piroksen ortho

Pertit, tekstur yang dibentuk oleh plagioklas dan kalium feldspar.

Alkali feldspar tumbuh lebih besar.

Page 80: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

16

Antipertit, sama dengan pertit tetapi disini plagioklas asam tumbuh

lebih besar.

b) Tekstur aliran

Pilotaksitik, fenokris dan masa dasar plagioklas menunjukkan pola

kesejajaran.

Trakitik, fenokris atau mikrolit plagioklas menunjukkan pola

kesejajaran.

Hialopilitik, sama dengan trakitik hanya saja dibentuk oleh mikroklit

plagioklase dengan masa gelas.

3. Mineralogi

a) Mineral primer : Mafik : Kelompok olivine, piroksen, amphibol, mika

Felsik : Kelompok feldspar, feldspatoid, dll

b) Mineral sekunder : Limonit, kalsit, kaolin, antofilit, serisit, dll,

Page 81: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

17

c) Mineral tambahan : Beryl, fluorit, turmalin, ilmenit, zircon, dll.

Tabel 2. Tekstur Batuan Beku Berdasarkan Kerabat Batuannya

II.3. KONSEP KERABAT BATUAN

Berdasarkan mineraloginya dan tekstur batuan, maka Williams (1954)

mengelompokkan kerabat batuan beku meliputi :

Kerabat batuan ultramafik dan lamprofir

Page 82: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

18

Kerabat batuan gabro kalk alkali

Kerabat batuan gabro alkali

Kerabat batuan diorite monzonit syenit

Kerabat batuan granodiorit adamelit granit

Kerabat

Parameter

Ultramafik &

Lamprofir

Gabbro Alkali

Gabbro Kalk

Alkali

Diorit Monzonit

Syenit

Granodiorit

Adamelit

Granit

Mineralogi

Oliv, Px, Hbl,

Plag Basa

Oliv,Px,Hbl,

PlagBasa,

KF>10%

Oliv, Px,

KF<10%,

Hbl,PlagBasa

Oliv, Px, Hbl, Plg,

Biot,

Krsa&KF<10%

Biot, KRsa,

Mus, KF>>,

Plag Asam

Tekstur Khusus

Ofitik, Subofitik

Poikilitik

Corona

Keliptik Rim

Intergranular

Intersertal

Afirik

Pilitaksitik

Trakhitik

Pilotaks

Grafik

Mirmekitik

Granofirik

Pertit

Antipertit

Page 83: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

19

II.3.1. KERABAT BATUAN ULTRAMAFIK DAN LAMPROFIR (KELOMPOK

BATUAN ULTRAMAFIK)

Ciri-ciri:

Disebut juga sebagai batuan atau kelompok peridotit

Indeks warna > 70

Tidak mengandung feldspar

Kandungan silika < 45

Mineral utama adalah mineral mafik

Umumnya berbutir kasar

Mineral bijih : kromit, magnetit

Dijumpai pada dasar intrusi (sill, lapolith)

Atau sebagai hasil difrensiasi atau pemisahan langsung dari substratum (mantle atas)

Merupakan batuan yang tersusun oleh mineral-mineral yang membeku pada

kesempatan pertama.

II.3.1.1. Berbutir Halus

Picrite dan Ankaramit

- Tersusun oleh olivine sebanyak 1/2 - 2/3 volume batuan

- Plagioklas basa (Ca-plag) 10%-25%

- Picrite yang berasosiasi dengan kalk-alkali basalt dan diabas dapat hadir pigeonit,

augit atau hipersten dengan sedikit hornblende

- Alkali picrite berasosiasi dengan kehadiran KF dan Analcite

- PICRITE : Mengandung olivine

- ANKARAMIT : olivine diganti piroksen

- Mineral tambahan : hadir sebagai massa dasar biotit, bijih besi, apatit, karbonat, KF

dan gelas

Limburgites

- Terbentuk pada aliran lava, dike, sill, dan Plug dan biasa berasosiasi dengan batuan

basa alkali

Page 84: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

20

- Komposisi : sedikit kandungan Na_Plag atau Nefeline, Klinopiroksen (Fenokris),

Olivin (Fenokris), Biotit dan Hornblende (massadasar)

II.3.1.2. Berbutir Kasar

- Dunite : komposisi olivine 90% dengan mineral tambahan magnetit, limenit,

chromite, spinel, dll

- Peridotite ; Olivin +Piroksen, olivine merupakan kandungan terbesar ditambah

mineral mafik lainnya

Peridotit dengan kandungan piroksen

- Wherlite : Perbandingan Olivin dan dialage (px) = 3 : 1 dimana mineral tambahan

berupa enstatit Hb, Pikotite dan Chromite dalam jumlah kecil

- Harzburgite : Mineral olivine + orto-px (Enstatite, Bronzite atau Hipersten) dengan

mineral tambahan kromit, besi diopsit dan diallage

- Lherzolite : mineral diallage dan orto-px dijumpai dalam jumlah seimbang dan

mempunyai komposisi antara Wherlite dan Harzburgite

- Piroksenit : Tersusun dari 90% Piroksen

Diagram 2. Klasifikasi Batuan Ultramafik

(Anthony R. Philpotts, 1989)

Page 85: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

21

II.3.2. KERABAT BATUAN GABBRO KALI-ALKALI

Ciri-ciri

Indeks warna (CI) >40

Plagioklase basa An50-An80

SiO2 45-52%

Kuarsa, K. Feldspar bisa hadir/tidak hadir dengan kehadiran <10%

Mineralogi : Piroksen, Olivin

II.3.2.1. Berbutir halus

- Basalt : Tekstur holokristalin – holohyalin, pilotaksitik, intergranular,

porfiritik atau vitroverik. Terdapat sebagai intrusi dangkal atau lava.

- Basalt olivine : Tekstur porfiritik. Fenokris berbentuk zooning, berupa olivine dan

plagioklas (An50 – An80). Massa dasar plagioklas (An50 – An65), olivine,

klinopiroksen (pigeonit – augit). Khusus pada basalt yang cepat mendingin (Hawaii0

dan plagioklas asam juga muncul. Pada lava basalt sering muncul struktur

amygdaloidal.

- Diabas : Tekstur diabasik, ofitik, poikilitik. Lebih kasar dari basalt, sering

dijumpai massa dasar mikrolit.. susunan mineralogy olivine > 10% disebut olivine

diabas

- Tholeitik basalt dan diabas: tekstur gelas – holokristalin, intersertal, intergranular, dan

ofitik. Mineralogy : Olivin sedikit, tridimit dan kristobalit, apatit, bijih besi, piroksen

(pigeonit)

II.3.2.2. Berbutir kasar

- Gabbro : Tekstur berbutir kasar – sedang dengan mineralogy : plagioklas basa

>An50, labradorit, olivine, klinopiroksen (augit), hornblende dan biotit jarang

- Norit : Tekstur sama dengan gabbro dengan mineralogy ortopiroksen >

klinopiroksen

- Eucrit : indeks warna 40-70 dan mineralogy : >An70 labradorit

- Olivine gabbro: merupakan gabbro dengan kandungan olivine >10%

- Anortosit : mineralogy : plagioklas basa, >90% indeks warna 10

Page 86: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

22

- Troctolit : mineralogy : plagioklas basa dan olivine, piroksen tidak hadir

- Gabbro kuarsa: gabbro dengan kandungan kuarsa >10%

Diagram 3 Klasifikasi Gabbroic Rocks oleh IUGS. (Streckeisen, 1979 vide Anthony R. Philpotts, 1989)

II.3.3. KERABAT BATUAN GABBRO ALKALI

Ciri-ciri:

Indeks Warna 40-70

Kandungan SiO2 45-52 %

Feldspar/Felspatoid (>10%), untuk membedakan kerabat batuan Gabbro kalk alkali

Page 87: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

23

Mineralogi : olivin, piroksen (pigeonit, augit, hiperstene)

Tekstur : porfiritik, intergranular, ofitik, intersertal, poiklitik

II.3.3.1. Berbutir halus

1. Trachybasalt:

Tekstur : Porfiritik, intergranular, dengan tekstur khusus trakitik

Mineralogi :Olivin, piroksen, plagioklas >An50. Mineral tambahan berupa bijih besi,

biotit, leusit, apatit, rutil, zircon

- Analcite basalt : KF < 1/8 Total Feldspar

- Analcite Trachybasalt : 1/8 < KF < 1/2 Total Feldspar

2. Spilite

Tekstur : Intergranular, porfiritik, intersertal

Mineralogy : olivine, piroksen (Augit) keduanya umum terubah menjadi klorit, kalsit,

epidot. Plagioklas <An20 (Albit / oligoklas). Silika 50%

Catatan khusus :

Merupakan basalt atau diabas dengan kandungan plagioklase asam (albit) umumnya

berupa pillow lava dengan struktur amigdaloidal (dimana lubang-lubang gas terisi

oleh mineral kalsit dan epidot)

Basanit dan tephrit

Tekstur : porfiritik, intergranular

Mineralogi : Plagioklase > An50, K feldspar/ Feldspatoid > 10%. Beda

keduanya basanit, olivin > 10%

Tephrite > tanpa olivin

Bila mengandung analcite ditambahkan didepan nama batuan, menjadi

analcite basanit atau analcite tephrite

Nephelinite / leucite

Tekstur : porfiritik, intergranular

Mineralogi : Plagioklase > An50 sekitar 10%, piroksen, nephelin dan leusit

berupa fenokris.

Page 88: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

24

II.3.3.2. Berbutir kasar

1. Kentalinite

Tekstur : porfiritik, poikilitik

Mineralogy : piroksen (augit), biotit, olivine melimpah (20%-25%), mineral tambahan

bijih besi dan apatite.

2. Shonkinite

Tekstur : poikilitik

Mineralogy: dijumpai olivine, piroksen (augit) tanpa atau dengan plagioklas <5%, KF

(umumnya sanidin), feldspatoid melimpah.

3. Malignite

Tekstur: porfiritik dengan fenokris berupa nefelin, poikilitik dengan fenokris berupa

KF subhedral

Mineralogy : dijumpai piroksen (aegirin dan augite) sekitar 50%, KF dan nefeline

berkisar 20%. Mineral tambahan berupa apatite, sphene, biotit dan bijih besi

4. Essexite dan theralite

Tekstur sama dengan malignite. Mineralogy dijumpai kandungan foid sama dengan

malignite

Beda keduanya:

Essexite

Theralite

Plagioklas >20% <20%

Mafic Mineral >30% >30%

K. Feldspar 20% 20%

Feldspatoid <20% >20%

Page 89: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

25

II.3.4. KERABAT BATUAN DIORIT-MONZONIT-SYENITE

Ciri-ciri:

Indeks Warna < 40

Kandungan silika 52-66%

Tidak mengandung kuarsa atau < 10%

Feldspar : plagioklase An50

Alakali Fedspar (KF)

Tekstur : porfiritk

Tekstur khusus : pilotaksitik, vitroverik, trakitik

Mineralogi : Plagioklase, Kf, Hornblende, biotit, olivin, piroksen

Mineral penyerta : apatit, zircon.

Contoh Batuannya :

Tekstur KF<1/3TF 1/3TF<KF<2/3TP KF>2/3TF Feldspatoid

Halus Andesit Trakhiandesit Trakhit Phonolite

Kasar Diorit Monzonit Syenit Feldspatoid

Syenit

Tabel 3. Jenis Batuan Beku Intermediet Berdasarkan Komponen Plagioklas dan Feldspar

II.3.4.1. Berbutir Halus

1. Andesit

Tekstur : Porfiritik, pilotaksitik, vitroverik

Komposisi : KF <1/3TF, Plagioklas <An50 (Oligoklas, Andesine), mineral mafic

piroksen < , Amfibol olivine jarang

Berdasarkan kandungan mineral mafic (>10%)

- Andesit olivine (Olivin >10%)

- Andesit piroksen (Piroksen >10%)

- Andesit Hornblende/Biotit (Hornblende/Biotit >10%)

Page 90: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

26

2. Propilit

Andesit yang semua mineral mafiknya telah terubah menjadi mineral sekunder,

sehingga indeks warna menjadi lebih rendah. Perubahan tersebut karena larutan

hidrotermal (Propilitisasi)

3. Trakhiandesit (Latite)

Tekstur : porfiritik, trakhitik, pilotaksitik

Komposisi: KF >10%, Plag <An50 (Oligoklas, andesine), mineral mafic Hbl

melimpah Px sedikit. Mineral penyerta berupa apatit dan zircon, dan massa dasar

berupa kriptokristalin atau gelas

4. Trakhit

Tekstur: porfiritik, trakhitik, pilotaksitik

Komposisi: KF > 2/3TF dengan mineral mafic berupa amfibol, biotit, dan sedikit

piroksen serta massa dasar berupa mikrolit

Bila mengandung kuarsa >10% = Ryolit, Bila mengandung Feldspatoin >10% =

Phonolit

5. Phonolit

Trakhit dengan feldspatoid >10%

Soda phonolit : tekstur porfiritik, trakhitik, kadar Na tinggi, ada nefelin

Potas Phonolit : tekstur porfiritik, glassy, kadar K tinggi, ada leusit

Sebagai KF umumnya sanidin sebagai massa dasar atau fenokris

Phonolit Trakhit Ryolit

Feldspatoid >10% Kuarsa >10%

Tabel 4. Perbedaan Phonolit Trakhit dan Ryolit

Page 91: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

27

II.3.4.2. Berbutir Kasar

1. Diorit:

Tekstur : equigranular, kadang – kadang porfiritik

Komposisi: plagioklas <An50 (andesine), sedikit ortoklas, KF < TF, mineral mafic

sedikit piroksen, hornblende melimpaj, biotit sedikit

Bila kuarsa hadir >10% disebut diorite kuarsa. Mineral penyerta : apatit, zircon

Struktur zoning pada plagioklas macamnya progressive zoning, reverse zoning, dan

oscillatory zoning.

2. Monzonit

Peralihan antara syenit dan diorite. Indeks warna 10-40

Tekstur: equigranular, hipidiomorfik granulaur. Tekstur khusus: poikilitik,

pertit/antipertit, mirmekitik

Komposisi: KF = Plag, mineral mafic hornblend, biotit, piroksen, kuarsa <10%. Bila

kuarsa >10% disebut monzonit kuarsa

Bila kuarsa melimpah: Adamelit

3. Syenit:

Indeks warna rendah. KF > 2/3 TF dengan Kuarsa <10%. Bila kuarsa >10%:

Nordmakite, tekstur grafik, mirmekitik

Bila tidak ada kuarsa, feldspatoid >10%: Feldspatoid syenit

II.3.5. KERABAT BATUAN GRANODIORIT-ADAMELIT-GRANIT

Ciri-ciri:

Pembagiannya didasarkan atas perbandingan KF dengan TF. Dibedakan dengan

kerabat batuan Diorit-Monzonit-Syenit dari jumlah kuarsanya.

Page 92: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

28

Kuarsa > 10%

KF > 1/8 TF

Indeks warna < 10%

Mineralogi : Kuarsa, Plagioklase, biotit>>, Hornblende<<

Contoh batuannya :

Tekstur 1/8TF<KF<1/3TF 1/3TF<KF<2/3TF KF>2/3TF

Halus Dasit Riodasit Riolit

Kasar Granodiorit Adamelit Granit

Tabel 5. Jenis Batuan Beku Asam Berdasarkan Komponen Plagioklas dan Feldspar

II.3.5.1. Berbutir Halus

- Kelompok Dasit-Riodasit-Riolit

- Mempunyai titik lebur yang rendah

- Tekstur yang khas: vitroverik, porfiritik, grafik, granofirik

1. Dasit

Indeks warna 10 dengan Tekstur : Porfiritik, vitroverik

Mineralogi: kuarsa >10%, biotit melimpah, sedikit hornblende, plagioklas asam (albit)

Pada fenokris kuarsa memperlihatkan “embayment” akibat proses korosi larutan magma

sisa

2. Riodasit

Tekstur: trakhitik, vitroverik

Mineralogy: Kuarsa >10%, plagioklas asam, KF, sedikit hornblende, biotit melimpah

3. Riolit

Tekstur : holokristalin, holohyalin

Mineralogy: kuarsa >10%, KF >2/3 TF, plagioklas asam (albit), sering terdapat tekstur

“grafik” (pertumbuhan bersama antara KF dengan kuarsa.

Page 93: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

29

Ada dua macam Riolit:

- Potash Riolit: Kaya Kalium, mineral mafik biotit dan hornblende, jarang ditemukan

embayment

- Soda Riolit : Kaya Na, dan mineral mafic berupa amfibol

II.3.5.2. Berbutir Kasar

1. Granodiorit

Tekstur : hipidiomorfik granular, tekstur khusus “granofirik”, KF sering tumbuh bersama.

Mineralogy: plagioklas (andesine), ortoklas, kuarsa >10%

2. Adamelit

Tekstur : Hipidiomorfik granular, tekstur khusus granofirik, grafik, sering tampak

“Rapakivi” (KF ditutupi oleh plagioklas asam), Pertit terbentuk akibat gejala unmixing /

eksolusi

Mineralogy: kuarsa >10%, sedikit hornblende, biotit sebagai mineral khas.

3. Granit

Tekstur: hipidiomorfik granular, kadang porfiritik. Tekstur khas granofirik, grafik,

rapakivi, mirmekitik

Mineralogy: plagioklas asam (oligoklas, albit), kuarsa >10%, mineral mafic biotit

melimpah, hornblende jarang. Bila hornblende >10% disebut Granit Hornblende

Granit Kalk Alkali

Mafik mineral : Hornblende hijau, biotit, kuarsa >> Muskovit

Mineral tambahan : apatit, zircon, bijih besi, sphene

Granit Alkali

Mafik mineral : hornblende coklat anhedral

Mineral tambahan apatit, zircon, dll

Page 94: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

30

II.4. CIRI-CIRI SERI BATUAN BEKU

Berdasarkan kandungan senyawa kimianya batuan beku dibagi menjadi seri toleit,

kalk alkali, kalak alakali kaya kalium dan alkali atau sosonit. Dalam sayatan tipis batuan seri-

seri ini dapat diamati dengan baik, apalagi bila didukung oleh data lapangan. Dengan

memperhatikan kemelimpahan batuan tersebut dilapangan, tekstur dan komposisi mineral

batuan beku dapat dibagi menjadi seri toleit, kalk alkali dan alkali.

II.4.1. Seri Kalk Alkali

a) Andesit hadir secara melimpah

b) Bertekstur porfiritik kuat, fenokris melimpah

c) Fenokris plagioklase sangat umum

d) Fenokris hiperstene, auggit, hornblende, dengan sekali kali biotit, olivin dan sanidin

adalah umum

e) Plagioklase dan kuarsa biasanya ditemukan sebagai fenokris pada anggota batuan

beku asam

f) Olivin membentuk “reaction rim” dengan hipersten

g) Zonasi komposisi normal, terbalik, maupun oskilatori umum didapati pada seri ini

h) Hiperstene muncul pada semua anggota selain riolit

i) Masa dasar anggota basa berupa kristalin, anggota asam berupa gelas

j) Kehadiran magnetit pada anggota basa melimpah berikutnya semakin sedikit pada

anggota intermediet dan asam

II.4.2. Seri Toleit

a) Basalt dan basaltik andesit hadir secara melimpah

b) Bertekstur porfiritik lemah

c) Olivin dan piroksen adalah mineral mafik yang utama

d) Hornblende dan biotit hadir sedikit dan bahkan tidak ada

e) Dibandingkan pada anggota basa dan asamnya kehadiran magnetit dan ilmenit pada

anggota intermediet lebih melimpah

II.4.3. Seri Alkali

a) Hadir basanit, teprit dan fonolit

Page 95: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

31

b) Pada anggota basa, plagioklase merupakan fenokris utama, berupa bitownit dan

labradorit. Pada anggota asamnya berupa oligoklase. Umumnya hadir pula feldspar

alkali (ortoklase dan sanidin) sebagai fenokris utamanya.

c) Pada anggota basa olivin hadir berupa forsterit dan berupa fayalit pada trakit

d) Pada anggota basa piroksen klino kaya Ca hadir, sedangkan pada trakit hadir berupa

hedenbergit

e) Amfibole dan biotit hadir pada anggota basanit dam fonolit, sedangkan pada trakit

keduanya hadir sebagai masa dasar

f) Nefelin mengkristal pada anggota basanit hingga fonolit, ada kemungkinan bergabung

dengan sodalit

g) Ilmenit hadir pada anggota basanit hingga fonolit dan alkali basalt hingga trakit.

Sebagai mineral asesori dapat hadir sebagai fenokris ataupun masa dasar.

II.5. KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Klasifikasi didasarkan pada tekstur dan komposisi mineral yang kasar cenderung pada

batuan beku plutonik dan tekstur halus untuk batuan beku vulkanik. Sedangkan komposisi

ditinjau dari kehadiran mineral primer (deret bowen) pada batuan.

Diagram 4. Seri Reaksi Bowen

Page 96: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

32

III.1. endahuluan

BAB III

BATUAN PIROKLASTIK

Batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang tekstur klastik, dengan kata lain,

merupakan endapan fragmental terbentuk secara langsung dari volkanik. Batuan piroklastik

secara luas dihasilkan dari letusan erupsi- erupsi volkanik. Tetapi fragmentasi materialnya

bisa juga disebabkan oleh pertumbuhan yang menerus dari sebagian yang dipadatkan oleh

kubah- kubah volkanik, dan pada umumnya terjadi dimana lava- lava didinginkan oleh air.

Material piroklastik pada mulanya digolongkan menurut ukuran butir. Fragmen-

fragmen berukuran

“Pebble” dengan diameter anatara 2 mm – 64 mm di namakan Lapilli.

Partikel- partikel yang lebih kecil dinamakan ash,

Sedang yang lebih besar disebut bomb.

Jika selama pembentukannya berasal dari sebagian atau seluruhnya cair dan membeku

di udara disebut blok j̧ika hasil pembekuan bentuknya menyudut. Batuan- batuan volkanik

yang terdiri dari ash dan lapilli dinamakan tuff, jika mereka sebagian besar terdiri dari ash

dan lapili tuff jika lapillinya dominan. Batuan- batuan yang kaya bomb- bomb dinamakan

aglomerat dan bila batuan kaya dengan blok disebut breksi volkanik.

Page 97: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

33

III.2. Klasifikasi Batuan Piroklastik

Diagram 5. Klasifikasi Batuan Piroklastik

Page 98: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

34

BAB IV

BATUAN SEDIMEN

IV.1 Ukuran Butir dan Sortasi

Berdasarkan ukuran besaar butirnya, batuan sedimen dinamai jadi breksi dan

konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung. Skala ukuran butir yang disusun oleh

Wentworth dijadikan dasar untuk pengelompokan tersebut.

Breksi dan konglomerat adalah batuan sedimendidominasi butiran berukuran butir

lebih dari 2mm. bagi butiran yang bentuk membundar baik sampai membundar sedang

dikenal konglomerat sedangkan yang butirannya berbentuk menyudut sampai menyudut

tanggung disebut breksi. Batupasir ukuran butir antara 0,06mm- 2mm. batulanau butir

0,06mm- 0,004mm sedangkan batuan dengan butiran yang lebih kecil dari ukuran lanau

disebut batulempung yang disusun oleh ukuran butir kasar dan halus dikenal sebagai sortasi

jelek sedangkan yang berukuran seragam disebut sortasi baik.

IV.2 Tekstur Batuan Sedimen

Diagram 6. Tekstur batuan sedimen

Page 99: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

35

IV.2.1. Tekstur Klastik

Tekstur klastik adalah tekstur yang terbentuk dari akumulasi mineral dan fragmen

batuan.

Komponen batuan sedimen klastik terdiri dari butiran(grain), masa dasar (matrix)

dan semen. Antara butiran, matrik yang tidak mempunyai batasan ukuran, tetapi lebih

cenderung berdasarkan kekontrasan ukuran butir. Contohnya detritus berukuran pasir sedang

(0,5- 0,25mm) pada batupasir dapat hadir sebagai butiran namun pada breksi bertindak

sebagai matrik.

IV.2.2. Tekstur Non-Klastik

Tekstur ini terbentuk dari hasil interlocking Kristal yang saling mengikat atau bahkan

non kristalin oleh proses kimia dan biologi

Bentuk dan Kebundaran Butiran

Bentuk butiran atau sphericity adalah derajat kecenderungan berbentuk lonjong,

sedangkan kebundaran adalah keruncingan pinggiran atau sudut butiran. Berdasarkan

bentuknya, butiran dapat saja berbentuk speroidal atau ekuidimensional, “dishshaped” atau

bentuk lempengan, bentuk batangan atau prismatic dan berbentuk bilahan; berdasar derajat

kebundarannya butiran dibagi menjadi menyudut, menyudut tanggung, membundar tanggung

dan membundar. Kedua sifat tersebut meski sering membingungkan adalah dibedakan secara

geometrid an tidak harus berkaitan. Butiran berbentuk sama deapat saja mempunyai derajat

kebundaran yang berbeda atau sebaliknya butiran dengan kebundaran yang sama dapat saja

terdiri dari bentuk bentuk yang berbeda.

Bentuk butiran sangat dipengaruhi ileh bentuk asal material yang terangkut.

Contohnya hornblende sekaipun telah mengalami benturan selama pengangkutan sehingga

bundar, masih berkecenderungan berbentuk prismatic memanjang sebagaimana ketika belum

terangkut. Dengan demikian bentuk butir dan kebundaran mempunyai perbedaan makna.

Pada butiran yang halus, derajat kebundaran tidak diperhitungkan, karena butiran yang halus

akan menjadi suspensi dalam media dan terhindar dari benturan selama transportasi.

Page 100: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

36

Gambar 16. Dua dimensi bentuk butir dan kebundaran (diambil dari Gilbert, 1954)

IV.3. Komposisi Mineral

Mineral penyusun batuan sedimen dapat berupa:

1. Mineral tak stabil

a. Mineral alogenik

Susunan ini dimulai dari mineral yang paling tidak stabil berturut- turut menjadi

kurang stabil. Olivin, piroksen, Plagioklas Ca (An 50-100), hornblende, andesin,

oligoklas, sfene, epidot, andalusit, straurolit, kianit, magnetit, ilmenit, gamet dan

spinel.

b. Mineral Autigenik

Page 101: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

37

Mineral- mineral berikut ini adalah mineral autigenik yang stabil pada kondisi

diagenesa tetapi cenderung tidak stabil oleh pelapukan dan penghancuran selama

proses pengendapan. Untuk itu dikelompokkan dalam mineral tidak stabil, seperti

gypsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit, zeolit (terutama yang kaya Ca), klorit,

albit, ortoklas dan mikrolin.

2. Mineral Stabil

Ini adalah mineral- mineral yang stabil selama siklus sedimentasi, baik mineral

alogenik maupun autigenik : mineral lempung, kuarsa, rijang, muskovit, tourmaline,

zircon, rutil, brokit, anatase.

IV.4. 4. BATUPASIR

Batupasir adalah batuan sedimen klastik yang sebagian besar butirannya berukuran

pasir (0,125- 2mm). Ada batupasir murni dan ada batupasir yang tidak murni. Pengertian ini

erat kaitannya dengan jumlah matrik berukuran lempung dan lanau halus pada batupasir

tersebut.

Berdasarkan derajat pemilahan batupasir dibagi menjadi 2 yakni:

a. Batupsair Arenit (murni) dengan matrix lempung dan lanau halus lebih sedikit dari

10% atau bahkan tidak ada.

b. Batupasir Wacky (tidak murni) mempunyai matrik lempung dan lanau halus lebih dari

10%. Batu ini juga sering disebut batupasir lempungan (argillaceous sandstone)

Berdasarkan material butiran penyusunnya batupasir arenit maupun wacke dapat

dikelompokkan lagi menjadi seperti diagram di halaman berikutnya. Diagram pertama

dipakai untuk kelompok batupasir arenit dan satunya digunakan untuk jenis wacke. Diagram

tersebut terdiri dari tiga sudut yang masing- masing ditempati oleh prosentase 0% kehadiran

kuarsa dapat diplot pada garis bawah, semakin ke atas semakin besar prosentasenya.

Prosentase 0% kehadiran feldspar di sisi miring sebelah kanan, semakin ke kanan semakin

besar harga prosentasenya. Prosentase 0% kehadiran material tak stabil bersama- sama

fragmen batuan terdapat pada sisi kiri, semakin ke kanan semakin besar. Perlu dicatat bahwa

prosentase kehadiran material penyusun yang dihitung terbatas pada butirannya saja.

Contohnya jika fragmen pada batupasir terdiri dari butisan ortoklas 20%, plagioklas

asam 15%, Biotit 5%, Dasit 10%, kuarsa 38%, magnetite 2%, material lempung 3% dan

semen silica 7% maka didapatkan termasuk jenis, batupasir arkosic arenit.

Page 102: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

38

Pada batupasir arenit memungkinkan terbentuk semen, karena rongga antar butirnya

dapat saja diisi semen. Atau padanya dapat saja terjadi secondary outgrowth. Pada batupasir

wacke rongga antar butir telah diisi oleh material lempung sehingga semen tidak didapati

atau sedikit pada batuan ini. Memang pada proses diagenesa material berukuran lempung

tersebut sering mengalami rekristalisasi menjadi material halus, sebagaimana halnya semen.

IV.5. BATUAN KARBONAT

Mineral utama dalam batugamping dan dolomite (dolostone) adalah aragonite (CaCo3

ortorombik), kalsit (CaCO3 rombohedral) dan dolomite [CaMg(CO3)2 rombohedral].

Aragonite adalah Kalsium karbonat murni, sedangkan kalsit biasanya tercampuri dengan

unsure Fe dan Mg sekalipun sedikit. Magnesit (MgCO3) dan siderite (FeCO3) ada dalam

batuan karbonat, kedauanya jika hadir hanya dalam jumlah sedikit.

Araqgonit, kalsit dan dolomite biasanya sangat sukar di bedakan dalam sayatan tipis

batuan karena sifat optiknya banyak mempunyai kemiripan dan kembaran (pada batuan

metamorf menjadi pembeda yang mudah ditemukan) tidak akan tampak dalam rombakan

karbonat. Tes kimia dan Scanning Electron Microscope (SEM) di butuhkan untuk

membedakannya.

Mineral autigenik dapat juga hadir, contohnya kalsedon, kuarsa, glaukonit, pirit,

gypsum, anhidrit, dan feldspar alkali.

Sekarang ini klasifikasi deskriptif batugamping didasarkan utamanya pada tekstur saat

terendapkan sebagaimana diperlihatkan oleh jumlah proporsi lumpur karbonat (karbonat

Page 103: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

39

mikrokristalin) dan rombakan (allochem). Komponen yang terdapat dalam batugamping

adalah sebagai berikut:

1. Butiran/ allochem adalah material karbonat yang berukuran lebih besar dari lanau

kasar, terdiri dari:

a. Fosil

b. Ooid

c. Pellets

d. Interklas

2. Kalsit mikrokristalin (mikrit)

Adalah butiran kalsit mikrogranular pada batugamping, berukuran <20

milimikron. Mikrit dianggap mewakili asal lumpur karbonat. Awalnya lumpur

karbonat diendapkan berupa Kristal kalsit dan aragonite halus yang kemudian

akan mengalami rekristalisasi menjadi mikrit (lebih kasar dibandingkan lumpur)

pada saat terlitifikasi.

3. Semen sparry (sparit), agak lebih jelas, adalah kalsit granular yang mengkristal

dakan ruang antar butir pada batugamping

Secara umum tektur batugamping dapat dibedakan menjadi:

1. Tekstur didukung oleh butiran

2. Tekstur didukung oleh lumpur

Tekstur pertama terdapat dalam batugamping yang didominasi oleh alochem yang

proporsinya jauh melebihi lumpur karbonat sehingga lumpur hanya mengisi ruang-ruang

anatar butiran. Sebaliknya tekstur ke-dua lebih didominasi oleh lumpue sehingga tampak

butiran dilingkupi oleh lumpur. (R.L. Folk, 1959, dalam Gilbert, 1982) membagi

batugamping berdasarkan kejadian mikrit dan jenis alochem.

Batuan berkomposisi keseluruhan terdiri kalsit mikrokristalin disebut mikrit, yang

mengandung alochem dalam matrik mikrit adalah “allochemical micrite” dan dibagi

berdasarkan jenis allochemnya. Batugamping mengandung allochem saja dan diikat oleh

semen sparry disebut saparite, dan jenis-jenis tergantung dari allochem yang terkandung

olehnya

Page 104: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

40

Page 105: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

41

IV.6. KLASIFIKASI PENAMAAN BATUAN SEDIMEN

Klasifikasi berdasarkan ukuran butir yang didasarkan pada pembagian besar butir

yang disampaikan oleh Wentworth (1922), seperti dibawah ini:

Tabel 6. Ukuran Butir Menurut Wentworth, 1922

Klasifikasi berdasarkan komposisi didasarkan pada kehadiran mineral kuarsa feldspar

dan lithic (pecahan batuan), seperti dibawah ini:

Diagram 7. Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan komposisi mineral kuarsa, feldspar dan rock

fragmen

Page 106: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

42

Diagram 8. Diagram pembagian batupasir wacke menurut Gilbert (1954)

Diagram 9. Diagram pembagian batupasir arenit menurut Gilbert (1954)

Page 107: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

43

Diagram 10. Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan kimia dan organik batuan

Gambar 23. Komponen dari batuan sedimen

Page 108: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

44

V.1. PENDAHULUAN

BAB V

BATUAN METAMORF

Definisi metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan yang

berlangsung pada fasa padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia fisika yang berbeda dari

kondisi batuan tersebut sebelumnya. Perubahan yang berlangsung di dalam proses pelapukan

dan diagenesa umumnya tidak termasuk didalamnya. Wilayah proses metamorfosa berada

antara suasana akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan batuan menjadi tubuh

magma (lihat gambar 3.1)

Diagram 11. Skema diagram suhu- tekanan pada proses metamorfosa. Metamorfisme

dibatasi oleh proses diagenesa dan proses peleburan magma, pada

suhu yang lebih tinggi (dalam Winkler,1957).

Berdasarkan penyebarannya, dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Tipe dengan penyebaran terbatas, dibagi 2 yaitu:

Metamorfisme kontak (sering disebut metamorfisme thermal)

Terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma yang besar.

Pancaran panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh

intrusinya. Hal ini berakibat adanya perbedaan pengaruh suhu pada batuan

sampingnya antara baguan yang dekat dengan tubuh intrusi dan yang lebih

Page 109: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

45

jauh. Tentunya demikian juga dengan hasil perubahan mineraloginya. Zona

aureole yang melingkari tubuh intrusi merupakan gambaran ada perubahan

tersebut.

Metamorfisme kataklastik yang cirinya berbeda dari jenis sebelumnya

Tebatas pada sekitar sesar. Penghancuran mekanik dan tekanan shear

menyebabkan perubahan fabric batuan. Batuan hasil kataklastik seperti breksi

sesar, milonit, filonit, dinamai berkaitan dengan ukuran butirnya.

2. Tipe mempunyai penyebaran luas. Tipe ini terbagi dalam 2 jenis:

Metamorfisme regional dinamotermal

Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa. Kenyataan menunjukkan

bahwa pada jalur tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf yang luas

yang disebabkan oleh beberapa kali proses orogenesa. Artinya bahwa

beberapa diantaranya telah terbentuk oleh satu kali atau lebih metamorfisme

sebelumnya.

Berbeda dengan metamorfisme kontak, metamorfisme regional

dinamotermal berlangsung berkaitan dengan gerak gerak penekanan

(“penetrative movement”). Hal ini dibuktikan dengan struktur sekistositas.

Jika metamorfisme termal terjadi pada tekanan rendah antara 100 sampai 1000

bar atau mencapai 3000 bar (terjadi pada kedalaman 11- 12 km), maka

metamorfisme regional dinamotermal terjadi dalam pengaruh tekanan antara,

paling tidak 2000 sampai 10.000 bar. Hal ini akan memperlihatkan perbedaan

fabric batuan pada kedua metamorfisme tersebut. Suhu yang berpengaruh pada

keduanya umumnya sama dimulai diatas 150°C sampai maksimum sekitas

800°C.

Metamorfisma regional beban

Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sedimen

pada cekungan yang dalam akan terbebani oleh material di atasnya. Suhunya,

bahkan sampai pada kedalaman yang besar, lebih rendah dibandingkan pada

metamorfisme dinamotermal, berkisar antar 400°- 450°C. gerak- gerak

penetrasi yang menghasilkan sekistositas hanya aktif secara setempat, jika

tidak biasanya tidak hadir. Oleh karena itu fabric batuan asal tetap tampak

sedangkan yang berubah adalah komposisi meneraloginya. Perubhan

Page 110: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

46

metamorfismenya tidak teramati secara megaskopis tetapi hanya terlihat pada

pengamatan sayatan tipisnya di bawah mikroskop. Metamorfisme beban

meperlihatkan batuan- batuannya mengandung Seolit CaAl laumontit dan

lawsonit disatu pihak dan mengandung glaukofan dan jadeit dipihka lain.

Keduanya terbentuk pada kondisi suhu yang dianggap sama, perbedaan itu

lebih cenderung diakibatkan oleh adanya tekanan yang tinggi sampai sangat

tinggi.

Para peneliti sekarang ini cenderung memisahkan metamorfisme

regional tersebut berdasarkan dominasi factor pengaruh tekanan atau suhu

yang berlangsung. Metamorfisme regional yang dipengaruhi gradient

geothermal yang rendah dengan tekanan yang tinggi sering disebut tipe

Barrow¸sedangkan yang dipengaruhi geothermal yang tinggi dikenal dengan

tipe Abukoma.

Derajat Metamorfisme

Meskipun perbedaan antara metamorfisme beban bersuhu sangat rendah dan

metamorfisme dinamotermal bersuhu rendah sampai tinggi dapay dibuat dan telah

dipergunakan secara luas, namun hendaknya istilah- istilah tersebut dipertimbangkan

penggunaannya oleh karena alasan- alasan berikut ini :

1. Metamorfisme beban dan metamorfisme derajat sangat rendah pada jalur orogenesa

dapat menghasilkan batuan yang sama secara mineraloginya.

2. Peningkatan suhu metamorfisme yang menerus (dimulai dari sebagai metamorfisme

beban) sampai suhu tinggi yang ini dikenal dengan metamorfisme dinamotermal dapat

terlihat pada satu jalur orogensa.

3. Istilah “beban” dan “dinamotermal” masing- masing mengisyaratkan gerak

epirogenesa dan orogenesa. Tipe pergerakan bagaimanapun tidak memiliki arti reaksi

mineral. Reaksimineral diatur sendiri untuk komposisi batuan tertentu oleh tekstur

dan suhu, komposisi kimia dan bahkan oleh sejumalh fasa gas.

Berikut ini adalah pembagian derajat metamorfisme dengan memperlihatkan

perkembangan suhunya:

1. Metamorfisme derajat sangat rendah

2. Metamorfisme derajat rendah

Page 111: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

47

3. Metamorfisme derajat menengah

4. Metamorfisme derajat tinggi

V.2 STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

Diagram 12. Skema pembagian tekstur batuan metamorf

Tabel 7. Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan tekstur

Page 112: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

48

1. Struktur non foliasi

Struktur ini berkembang baik pada metamorfosa dengan tekanan sangat

rendah sampai rendah tetapi dipengaruhi oleh suhu yang tinggi. Contohny pada

batuan- batuan metamorf sebagai hasil metamorfosa termal. Selain itu tekstur ini juga

didapatkan pada batuan metamorf fasies granulit/ eklogit produk metamorfosa

regional dinamotermal.

Gambar 24. Struktur non foliasi pada marmer (calcic schist) dalam nikol silang.

Istilah tekstur granoblastik dipakai dalam struktur ini, menggambarkan

komponen butiran ekuigranular terorientasi tidak teratur.

2. Struktur foliasi

Skistosa dipakai pada struktur parallel berasl dari proses metamorfosa. Yang

mengisyaratkan kenampakan fisilitas planar. Dengan ukuran mineral penyusun lebih

besar dari 1 (satu) mm. Skistosa hamper selalu hadir dalam batuan yang telah

terdeformasi selama metamorfosa. Lepidoblastik dan Nematoblastik dipakai pada

tekstur untuk menjelaskan didominasi mineral tabular atau prismatic penyusunnya.

Gambar 25. Struktur foliasi skistosa

Page 113: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

49

Gneisik/ genistosa adalah tekstur mineral- mineral granular secara dominan

bergabung dengan mineral- mineral tabular atau prismatic yang terorientasi parallel.

Gambar 26. Tekstur batuan metamorf foliasi gneisik

Metamorfosa pada batuan berbutir halus seperti lempung sering

memperlihatkan slaty cleavage yakni mineral filosilikat berukuran antara 0,1- 1 mm

secara umum memperlihatkan orientasi sejajar.

Gambar 27. Tekstur foliasi slaty celavage

Tekstur kataklastik/ Porfiriklastik adalah tekstur pada milonit dan pilonit

sebagai hasil metamorfosa kataklastik. Tekstur ini ditandai adanya porfiroklas sisa-

sisa batuan yang tertanam dalam massa yang terorientasi parallel.

Tekstur Helisitik pada beberapa batuan metamorf didapati satu atau lebih

Kristal besar (porfiroblast) bersama- sama dengan mineral lain yang berukuran halus.

Garnet, kianit, staurolit, andalusit, kordierit, albit, biasanya berkembang sebagai

porfiroblast oleh karena itu mineral- mineral tersebut berada diatas didalam seri

kristaloblstik. Penjelasan ini tidak berlaku jika porfiroblast suatu mineral (contoh

mika) terdapat dalam matrik sesame Kristal yang lebih halus. Porfiroblast sering kali,

Page 114: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

50

tetapi tidak selalu, cenderung mempunyai kerangka idioblastik. Kordierit dan albit

adalah yang dikecualikan. Keduanya cenderung memiliki inklusi membentuk tekstur

ayakan atau poikiloblastik. Dalam hal ini porfiroblastik dan poikiloblastik dikenal

sebagai tekstur belisitik.

Tekstur sisa/ Palimpsest penggunaan informasi mengenai sebelum

metamorfosa pada batuan sisa. Sisa- sisa tekstur blastoporfiritik mengisyaratkan

bahwa batuan beku bertekstur porfiritik. Blstofirik sering berasal dari gabro. Batuan

ini batupasir, sering pula dikenal sebagai blastopsepit dan blastopsamit. Batuan asal

dan sejarah metamorf ditunjukkan oleh porfiritik atau yang dikenal batuan asal adalah

dijumpai pada batuan metamorf yang demikian juga dengan blastodiabasik, dari

diabas yang termetamorfkan. Berasal konglomerat, breksi jika termetamorfosakan

masih menunjukkan batuan asalnya. Tekstur ini dikenal sebagai blastopsepit dan

blastopsamit.

Page 115: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

51

BAB VI

ALTERASI

VI. 1. PENDAHULUAN

Meskipun dalam melakukan penyayatan – tipisan batuan diusahakan memilih contoh

sesegar mungkin, namun ada saja hasil sayatan yang telah mengalami ubahan/alterasi.

Alterasi tidak saja dihasilkan oleh pelapukan batuan melainkan juga disebabkan adanya

perkolasi / perputaran larutan cair yang berasal dari permukaan, dari dalam berupa larutan

panas dan dari aktivitas magma akhir.

Alterasi yang terjadi oleh larutan permukaan akan menghasilkan mineral yang stabil

pada kondisi suhu dan tekananrendah. Alterasi tersebut akan menghasilkan senyawa silikat

teralterasi, oksida dan hidrasi logam, silika berbutir halus, karbonat dan kadang sulfat.

Feldspar alkali terubah menjadi mika, mineral lempung, silika. Plagioklas basa

terubah menjadi “sausurit”, mineral lempung, karbonat dan silika. Feldspartoid biasanya

terubah menjadi karbonat, mineral lempung atau kadang zeolit.

Mineral silikat feromagnesia terubah menjadi karbonat, mineral lempung, atau

mineral lain yang komposisinya memenuhi, seperti contohnya bioti terubah menjadi klorit.

Page 116: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

52

VI. 2. JENIS – JENIS ALTERASI PADA BATUAN BEKU

Berikut ini adalah beberapa jenis alterasi yang umum terjadi pada batuan beku :

Albitisasi adalah contoh penting alterasi dihasilkan dari mengubah mineral awal,

terutama Kalium Feldspar, oleh cairan kaya soda. Contohnya albitisasi terjadi pada

pertit dan spilit.

Kloritisasi ditandai dengan kehadiran klorit menggantikan mineral silikat

feromagnesia alumina. Alterasi jenis yang paling umum terjadi pada batuan beku

intermediet dan basa.

Argilisasi hadir pada batuan dimana larutan terlibat dalam menggantikan feldspar

menjadi mineral lempung. Jenis alterasi ini jangan dibingungkan dengan kaolinisasi

yang merupakan hasil alterasi oleh air permukaan atau air formasi.

Propilitisasi adalah bentukan alterasi hidrotermal yang melibatkan kehadiran

karbonat, silika sekunder, klorit dan sulfit. Batuan andesit yang telah mengalami

propilitisasi disebut propilit.

Serisitisasi biasanya mengenai feldspar pada batuan yang dipengaruhi larutan hasil

kegiatan magma akhir.

Serpentinisasi umumnya adalah proses kegiatan akhir magma untuk menggantikan

mineral silikat feromagnesia tanpa kandungan aluminium menjadi mineral serpentin.

Zeolitisasi melibatkan kehadiran zeolit dalam rongga – rongga atau perubahan

mineral plagioklas basa dan feldspatoid menjadi zeolit.

Silisifikasi ditandai dengan perubahan mineral asal menjadi mineral silika oleh

larutan sisa magma.

Epidotisasi kemungkinan merupakan produk alterasi hidrotermal yang menghasilkan

epidot atau zeosit. Atau proses ini merupakan pengganti mineral silikat feromagnesia

alumina menjadi epidot. Pada beberapa batuan hal ini berkaitan dengan kloritisasi

Alunitisasi adalah penggantian alkali feldspar menjadi alunit oleh aktiitas cairan

mengandung sulfat.

Page 117: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

53

VI. 3. MINERAL ALTERASI

Karbonat : Kalsit, Aragonit, Siderit.

Sulfat : Anhidrit, Alunit, Natroalunit, Barit

Sulfida : Pirit, Pirotrit, Markasit, Sfalerit, Galena, Kalkopirit

Oksida : Hematit, Magnetik, Leukosen, Diaspor

Pospat : Apatit

Halit : Fluorit

Replacement

Diagram 13. Ubahan Mineral Plagioklas Ca

Page 118: MODUL MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI 2016.pdf

Laboratorium Petrologi Sie. MO - Petrografi

54

Diagram 14. Ubahan Gelas Vulkanik

Diagram 15. Ubahan Mineral Discontinous